Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam mengatur dalam Alquran dan Hadist mengenai halal dan haram.

Sehingga halal menjadi poin yang sangat penting dalam Islam (Nasyi’ah,

2018). Tidak hanya menjadi hubungan antar sesama manusia namun juga

menyangkut hubungan dengan Tuhan. Mengonsumsi yang halal dan

menghindari yang haram merupakan bagian dari ibadah seorang muslim dan

menunjukkan ketaatan terhadap agama yang dianut (Karimah, 2015).

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 29

ayat (2) mengamanatkan Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk

untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut

agamanya dan kepercayaannya itu. Untuk menjamin setiap pemeluk agama

beribadah dan menjalankan ajaran agamanya, Negara berkewajiban

memberikan perlindungan dan jaminan tentang kehalalan produk yang

dikonsumsi dan digunakan konsumen muslim.

Halal sudah menjadi bagian dari hidup seorang muslim. Aspek halal

sangat luas, seperti makanan, minuman, obat-obatan, kosmetik, dan lain lain

(Faidah, 2017). Pada produk makanan, informasi mengenai halal bisa dilihat

dari label atau logo yang dicantumkan pada kemasan. Jika produsen memasang

logo halal, berarti produknya telah melalui proses audit yang panjang. Audit

dilakukan mencakup beberapa hal diantaranya; pemeriksaan data yang

diajukan, pemeriksaan proses produksi, laboratorium, pengemasan,


2

penyimpanan, transportasi, distribusi, pemasaran, penyajian hingga penetapan

sertifikasi halal (Pasal 2 KMA RI No. 519 Th. 2001 tentang Lembaga

Pelaksana Pemeriksa Pangan Halal). Jika saat diaudit ternyata terbebas dari

bahan non-halal, maka akan diberikan sertifikat halal. Dengan ini berarti

produsen telah memberikan jaminan bahwa produknya telah halal bagi

konsumen (Karimah, 2015).

Ada beberapa hal yang mempengaruhi konsumen didalam memutuskan

produk yang akan dibeli diantaranya adanya Label halal yang tertera dalam

kemasan sebuah produk. Halal merujuk kepada hal-hal yang diperbolehkan.

Setiap muslim diperintahkan untuk hanya mengkonsumsi makanan/minuman

yang halal dan sebisa mungkin tayyib (baik dan menyehatkan). Mengonsumsi

makanan halal merupakan bentuk keyakinan dalam masyarakat yang beragama

Islam dan telah terjamin oleh perundangan khususnya tentang perlindungan

konsumen Nomor 8 tahun 1999 dan mengkonsumsi produk halal itu telah

menjadi kewajiban bagi setiap umat muslim (Yunitasari and Anwar, 2019).

Halal berarti diijinkan dan diperbolehkan oleh Allah, sedangkan haram

berarti dilarang. Hukum memakan yang Halal menentukan makanan mana

yang diperbolehkan dan makanan mana yang dilarang. Orang-orang Muslim

dilarang untuk mengkonsumsi daging babi, alkohol, darah, bangkai, dan daging

hewan yang disembelih tanpa mematuhi hukum/aturan dalam Islam

(Masyarakat and Pembelian, 2020). Adapun yang berhak menghalalkan atau

mengharamkan suatu makanan/minuman hanyalah Allah SWT dan Rasul-Nya

dijelaskan dalam Al-Qur’an pada (QS. Al Baqarah: 172).


3

“Hai orang-orang yang beriman makanlah diantara rizki yang baik-baik yang

kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar

kepada-Nya kamu menyebah” (QS. Al Baqarah: 172).

Jaminan mengenai produk halal dilakukan sesuai dengan asas

perlindungan, keadilan, kepastian hukum, akuntabilitas dan trasparansi,

efektifitas dan efisiensi, serta profesionalitas. Jaminan penyelenggaraan produk

halal bertujuan memberikan kenyamanan, keamanan, keselamatan, dan

kepastian ketersediaan produk halal bagi masyarakat dalam mengkonsumsi dan

menggunakan produk halal, serta meningkatkan nilai tambah bagi pelaku usaha

untuk memproduksi dan menjual produk halal (Busrah, 2019).

Kebutuhan seorang muslim terhadap produk halal seharusnya didukung

oleh jaminan halal. Akan tetapi produk yang beredar di Indonesia tidak semua

nya telah terjamin kehalalannya. Konsumen muslim termasuk pihak yang

dirugikan dengan banyaknya produk tanpa label halal maupun keterangan non-

halal (Ramlan dan Nahrowi, 2014). Berdasarkan data sertifikasi LPPOM MUI,

selama kurun waktu delapan tahun terakhir (2011-2018) terdapat total

sebanyak 59.951 perusahaan. Dari 727.617 produk yang diproduksi oleh

perusahaan tersebut, terdapat 69.985 produk yang telah tersertifikasi halal

(LPPOM MUI). Hal ini berarti hanya 9,6 persen produk telah tersertifikasi,

sedangkan sisanya belum memiliki sertifikat halal. Bukan berarti haram,

namun bisa jadi produk tersebut belum tersertifikasi (Ramadhani, 2022).


4

IAIN Fattahul Muluk Papua merupakan salah satu Perguruan Tinggi

Keagamaan Islam Negeri di Indonesia yang sangat menjunjung nilai-nilai ke-

Islaman, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pembelajaran

dikelas. Salah satu ciri menjunjung nilai ke-Islaman dapat ditunjukan dalam

mengkonsumsi makanan danminuman yang halal. Label halal Majelis Ulama

Indonesia (MUI) menjadi pertimbangan konsumen dalam memilih makanan

dan minuman (Astogini dkk, 2011). Syariah Islam dengan tegas menyuruh

umat muslim mengkonsumsi makanan dan minuman yang halal dan

menghindari yang haram. Mahasiswa IAIN Fattahul Muluk Papua secara

keseluruhan beragama Islam sehingga pola kehidupan yang dijalani harus

Islami.

Faktanya, mahasiswa lebih menyukai suatu yang praktis, cepat saji,

murah dan tanpa memikirkan kehalalan produk. Dijelaskam juga pada

penelitian yang dilakukan oleh (Nurohman and Qurniawati, 2019) proses

transaksi jual beli makanan dan minuman, mahasiswa cenderung tidak

menanyakan proses pembuatan dan bahan baku yang digunakan dalam

pembuatan makanan dan minuman menggunakan bahan baku yang halal.

Sebagai umat muslim yang taat pada agama, seharusnya berperilaku hati-hati

dalam mengkonsumsi makanan dan minuman yang tidak memiliki label halal.

Salah satu cara yang dilakukan dalam menghindari makanan dan minuman

yang tidak halal yaitu menanyakan bahan baku dan proses pembuatan makanan

dan minuman.
5

IAIN Fattahul Muluk Papua mempunyai 1057 mahasiswa aktif

didalamnya, dan pihak kampus mewajibkan mahasiswa untuk membeli produk

makanan halal. Akan tetapi kampus IAIN Fattahul Muluk Papua yang tidak

menyediakan kantin menyebabkan mahasiswa berbelanja di luar lingkungan

kampus, dimana kehalalan dari makanan juga masih diragukan karena sebagian

besar warga Kota Jayapura beragama Non-Muslim. Sehingga dituntut

kemampuan mahasiswa untuk memahami kehalalan suatu produk makanan

halal.

Gambar 1.1
Jumlah Mahasiswa Aktif IAIN Fattahul Muluk Papua

Peneliti merujuk pada Theory Of Planned Behaviour yang dikemukakan

oleh Ajzen dan Fishben. Theory Of Planned Behaviour menjelaskan bahwa

perilaku seseorang akan tampak dalam kaitannya dengan tujuan untuk

bertindak (Jogiyanto, 2007). Teori ini didasarkan pada sudut dasar keyakinan
6

yang dapat mempengaruhi individu untuk menyelesaikan perilaku tertentu

(Seni and Ratnadi, 2017). Variabel yang memiliki pengaruh terhadap

kepercayaan dalam melaksanakan pembelian produk makanan halal dapat

ditinjau dari segi sikap, norma subyektif dan kontrol perilaku yang dirasakan

(Cahyani et al., 2019).

Sikap terhadap perilaku adalah perasaan positif atau negatif terhadap

suatu perilaku, seperti suka atau tidak suka. Norma subjektif adalah adalah

tingkat tekanan dari lingkungan untuk melakukan atau meninggalkan suatu

perilaku. Persepsi pengendalian diri adalah perasaan mampu atau

meninggalkan suatu perilaku (Ajzen, 1991). Mengingat bahwa konsumsi

makanan halal adalah suatu perilaku, maka TPB dianggap sesuai digunakan

sebagai dasar teori untuk mengindentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi

perilaku terhadap keputusan pembelian produk makanan halal.

Berdasarkan uraian diatas maka menjadi dasar peneliti untuk melakukan

penelitian mengenai keputusan mahasiswa dalam melakukan pembelian produk

makanan halal dengan menambahkan label halal, harga produk, kualitas

produk dan bahan produk sebagai variabel independen dan keputusan

pembelian sebagai variabel dependen. Maka penelitian ini berjudul

“Determinan Keputusan Pembelian Produk Makanan Halal (Studi Mahasiswa

IAIN Fatahul Muluk Papua)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dari latar belakang permasalahan diatas, maka

rumusan masalah di dalam penelitian ini adalah:


7

1. Bagaimana pengaruh sikap terhadap keputusan pembelian produk makanan

halal di IAIN Fattahul Muluk?

2. Bagaimana pengaruh norma subjektif terhadap pembelian produk makanan

halal di IAIN Fattahul Muluk?

3. Bagaimana pengaruh persepsi pengendalian diri terhadap pembelian produk

makanan halal di IAIN Fattahul Muluk?

4. Bagaimana pengaruh label halal terhadap pembelian produk makanan halal

di IAIN Fattahul Muluk?

5. Bagaimana pengaruh harga produk terhadap pembelian produk makanan

halal di IAIN Fattahul Muluk?

6. Bagaimana pengaruh kualitas produk terhadap pembelian produk makanan

halal di IAIN Fattahul Muluk?

7. Bagaimana pengaruh bahan produk terhadap keputusan pembelian produk

makanan halal di IAIN Fattahul Muluk?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti dalam melakukan

penelitian ini antara lain yaitu:

1. Untuk menganalisis pengaruh sikap terhadap keputusan pembelian produk

makanan halal di IAIN Fatahul Muluk.

2. Untuk menganalisis pengaruh norma subjektif terhadap keputusan

pembelian produk makanan halal di IAIN Fatahul Muluk.

3. Untuk menganalisis pengaruh persepsi pengendalian diri terhadap keputusan

pembelian produk makanan halal di IAIN Fatahul Muluk.


8

4. Untuk menganalisis pengaruh label halal terhadap keputusan pembelian

produk makanan halal di IAIN Fatahul Muluk.

5. Untuk menganalisis pengaruh harga produk terhadap keputusan pembelian

produk makanan halal di IAIN Fatahul Muluk.

6. Untuk menganalisis pengaruh kualitas produk terhadap keputusan

pembelian produk makanan halal di IAIN Fatahul Muluk.

7. Untuk menganalisis pengaruh bahan produk terhadap keputusan pembelian

produk makanan halal di IAIN Fatahul Muluk.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Ilmiah

Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan

dalam menganalisis yang mengaitkan antara teori yang berkaitan dengan

sikap, norma subjektif, persepsi pengendalian diri, lebel hahal, harga

produk, kualitas produk, dan bahan produk.

2. Praktis

Hasil penelitian diharapkan dapat berguna bagi para mahasiswa

sebagai bahan pertimbangan dalam pembelian produk makanan halal serta

dapat memberikan informasi mengenai pengaruh label halal terhadap

keputusan.

E. Sistematika Pembahasan

Tesis ini berjumlah lima bab. Pertama adalah pendahuluan. Pada bab ini

berisikan pemaparan latar belakang dari penelitian, rumusan masalah, tujuan


9

dan manfaat penelitian serta sistematika pembahasan. Penjelasan lebih rinci

mengenai bab pertama dijelaskan lebih lanjut pada bab kedua dalam penelitian

ini.

Bab kedua adalah landasan teori dan pengembangan hipotesis. Pada bab

kedua, penulis menyajikan landasan teori penelitian, kajian pustaka (penelitian

terdahulu), penjelasan pengembangan hipotesis serta kerangka penelitian. Pada

landasan teori, penulis memaparkan penjelasan tentang teori-teori yang relevan

dengan penelitian. Pada kajian pustaka, penulis menguraikan kajian penelitian

terdahulu yang relevan dengan model penelitian tesis ini. Selanjutnya, penulis

memaparkan tentang pengembangan hipotesis dan kerangka pemikiran pada

penelitian ini.

Bab ketiga adalah metode penelitian. Pada bab ini, penulis memaparkan

bagian-bagian dari metode penelitian yang terdiri dari: populasi, sampel,

definisi operasional variabel, metode pengumpulan data, teknik analisis data

dan pengujian hipotesis.

Bab keempat adalah hasil analisis data serta pembahasan. Pada bab ini,

penulis menguraikan penjelasan mendalam mengenai analisis deskriptif

responden dan hasil penelitian berdasarkan hasil analisis data yang telah di uji.

Dalam bab ini, akan didapatkan bagian yang menjelaskan diterima atau

tidaknya hipotesis penelitian yang telah diajukan dan pembahasan terhadap

hasil pengujian hipotesis.


10

Bab kelima adalah penutup. Pada bab ini, terdiri dari empat bagian yaitu:

kesimpulan, implikasi penelitian, keterbatasan penelitian dan saran untuk

penelitian selanjutnya.
BAB II

LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

Landasan teori adalah teori-teori relevan untuk digunakan dalam

menjelaskan variabel-variabel penelitian dan sebagai dasar pembangunan

hipotesis (Unaradja, 2019). Adapun teori yang digunakan penulis dalam

penyusunan tesis yaitu: teori perilaku terencana (Theory Of Planned

Behaviour). Penjelasan teori dapat dilihat di bawah ini.

1. Perilaku Terencana (TheoryOfPlannedBehaviour)

Dalam teori perilaku terencana dijelaskan bahwa perilaku seseorang

akan tampak dalam kaitannya dengan tujuan untuk bertindak (Jogiyanto,

2007). Teori ini berkomitmen pada perilaku tertentu dari seorang individu

dan untuk setiap perilaku yang luas. Keunggulan individu dalam berperilaku

dapat dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu sikap terhadap perilaku, norma

subyektif dan persepsi pengendalian diri (Chrismardani, 2016).

a) Sikap terhadap perilaku (attitudetowardthebehavior)

Sikap terhadap perilaku ditentukan berdasarkan kepercayaan

individu yang akan diperoleh atas perilaku yang diperbuat.

Kepercayaan individu dapat dihubungkan dengan perilaku yang

didapatkan baik dalam hal manfaat maupun kerugian yang akan terjadi

ketika melaksanakannya. Kepercayaan dapat memperkuat sikap

terhadap perilaku berdasarkan evaluasi, dimana perilaku tersebut dapat

menjadi keuntungan bagi pelakunya (Mahyarni, 2013).


12

Dalam konteks penelitian ini dapat diasumsikan dengan tingkat

religiusitas mahasiswa. Mahasiswa yang memiliki keyakinan agama

yang tinggi maka akan memutuskan membeli produk makanan halal

karena kegiatan tersebut dirasa menguntungkan. Seseorang dalam

beragama secara intens akan menjadikan agama sebagai pembimbing

perilaku, sehingga perilakunya selalu diorientasikan dan didasarkan

pada ajaran agama yang diyakininya tersebut. Jika seseorang meyakini

bahwa membeli produk makanan halal itu menjadi kewajiban dan

menjalankan perintah Allah SWT, maka seseorang memutuskan untuk

membeli produk makanan halal.

Fishbein & Ajzen, (1991) menyatakan bahwa sikap dibentuk

berdasarkan:

1) Keyakinan Perilaku (Behavior Belief)

Keyakinan bahwasanya suatu perilaku akan menghasilkan suatu

keluaran atau keyakinan terhadap adanya sebuah konsekuensi

karena telah melakukan perilaku tertentu.

2) Evaluasi Konsekuensi (Outcomes Evaluation / Evaluation of the

Consequency)

Evaluasi yang dilakukan seseorang terhadap keluaran atau evaluasi

terhadap konsekuensi dari suatu keyakinan perilaku.

b) Norma subjektif (subjectivenorm)


13

Norma subjektif merupakan perasaan individu yang menjadi

harapan dari orang dilingkungan sekitar terkait perilaku yang ingin

dilaksanakan atau tidak. Korelasi sikap terhadap perilaku menjadi

penentu dalam norma subjektif. Dalam norma subjektif juga di

pengaruhi keyakinan sama halnya dengan sikap terhadap perilaku.

Perbedaannya jika sikap terhadap perilaku merupakan fungsi dari

keyakinan yang akan dilakukan, maka norma subjektif ialah fungsi dari

keyakinan individu yang didapat dari pandangan orang lain

(Wikamorys and Rochmach, 2017).

Jika seseorang menyarankan untuk melakukan sesuatu maka

tekanan sosial yang dirasakan akan semakin besar dan jika seseorang

tidak memberikan pengaruh apapun maka tidak ada tekanan sosial yang

dirasakan (Seni and Ratnadi, 2017). Misalnya penilaian seseorang

berdasarkan keyakinan yang menjadikan produk makanan halal sebagai

produk terbaik dan terpercaya dalam menentukan keputusan pembelian.

Kemudian seseorang tersebut menyarankan kepada yang lain untuk juga

memilih produk makanan halal dalam menentukan pembelian produk

makanan halal. Tekanan sosial seperti ini yang menjadi norma subjektif

dan kemudian menumbuhkan sikap kepekaan sosial (altruisme) didalam

diri seseorang. Sikap tersebut didasarkan atas tolong-menolong dan

motivasi untuk meningkatkan kepemahaman orang lain. Hal ini

diasumsikan lingkungan sosial sangat memiliki pengaruh untuk

mendorong seseorang untuk membeli produk makanan halal.


14

Fishbein & Ajzen, (1991) menyatakan norma subyektif dibentuk

berdasarkan:

1) Keyakinan Norma (Normatif Belief)

Keyakinan terhadap orang lain (kelompok acuan atau referensi)

bahwasanya mereka akan befikir terkait dengan subjek seharusnya

atau tidak melakukan suatu prilaku atau sebuah keyakinan

normative tentang harapan dari orang lain terhadap dirinya

mengenai apa yang seharusnya dilakukan.

2) Motivasi Mematuhi (Motivation to Comply)

Motivasi yang sejalan dengan keyakinan normatif atau motivasi

yang sejalan dengan orang yang menjadi kelompok acuan

c). Persepsi pengendalian diri (perceivedbehaviorcontrol)

Persepsi pengendalian diri dapat dikatakan sebagai perasaan

seseorang mengenai usaha yang telah dilakukan dalam mewujudkan

perilaku tertentu. Perilaku kontrol berhubungan dengan perasaan

sebagai pusat kendali. Persepsi pengendalian diri bisa berubah

tergantung dengan kondisi dan jenis perilaku yang dilakukan

(Mahyarni, 2013). Adanya peran pendukung memberikan peran penting

dalam persepsi pengendalian diri seseorang. Misalnya mahasiswa

memiliki persepsi yang didukung oleh pengetahuan dimana jika

membeli produk halal adalah suatu kewajiban maka mahasiswa wajib

melaksanakannnya. Ketika membeli produk makanan halal mahasiswa

akan mendapatkan manfaat dan keridhoan Allah SWT. Kemudian


15

mahasiswa mengambil keputusan yang bersumber dari apa yang mereka

rasakan.

Fishbein & Ajzen, (1991) menjelaskan bahwasanya kontrol

pengendalian diri dibentuk berdasarkan:

1) Keyakinan Pengendalian (Control Belief)

Probabilitas bhawa beberapa factor akan menunjang suatu tindakan

atau perilaku.

2) Kekuatan Faktor Pengendalian (Power of Control Factor/ Accsess

to the Control Factor)

Teori perilaku yang diatur adalah salah satu model yang dapat

digunakan untuk mengevaluasi seorang individu, dan teori ini telah

dianggap sebagai model terbaik untuk memahami perubahan perilaku dan

telah terbukti masuk akal untuk mensurvei pilihan untuk pembelian produk

halal. Oleh karena itu, teori perilaku yang diatur yang dimulai oleh Ajzen

digunakan untuk menyelidiki perilaku yang diatur. Teori ini memiliki

pendirian pada sudut pandang keyakinan yang dapat mempengaruhi

individu untuk menyelesaikan perilaku tertentu. Sudut pandang kepercayaan

terbantu melalui penggabungan berbagai kualitas, karakteristik, dan

informasi tertentu yang kemudian membentuk keinginan untuk bertindak

(Yuliana, 2010).

Pemanfaatan theory of planned behaviour dalam tinjauan ini

memiliki saran untuk memperjelas pendirian sudut pandang keyakinan yang


16

dapat mempengaruhi individu untuk menyelesaikan suatu perilaku tertentu.

Harapan perilaku individu berasal dari dalam diri individu yang

terkonsentrasi untuk memberikan positif atau reaksi negatif dan beban

umum dilihat oleh orang-orang untuk melakukan atau tidak mencapai

sesuatu. Teori perilaku terencana dapat memperkuat faktor eksogen dalam

tinjauan ini antara lain: sikap, norma subjektif, persepsi pengendalian diri,

label halal, harga produk, kualitas produk, dan bahan produk.

2. Keputusan Pembelian

Keputusan menurut Kotler (2019) mendefinisikan bahwa keputusan

pembelian konsumen merupakan keputusan pembelian atas dasar pembelian

suatu barang atau kebutuhan rumah tangga yang akan dibeli oleh konsumen

untuk dikonsumsi maupun digunakan sebagai kebutuhan yang lainnya.

Sedangkan menurut Schiffman & Kanuk dalam (2015) keputusan pembelian

yaitu keputusan konsumen untuk membeli atau tidak membeli suatu produk

atau jasa dengan memilih salah satu dari beberapa alternatif yang ada.

Indikator keputusan pembelian meliputi (Kotler, 2005):

1) Pemantapan pada sebuah produk, merupakan keputusan yang dilakukan

konsumen, setelah mempertimbangkan berbagai informasi yang

mendukung pengambilan keputusan.

2) Kebiasaan dalam membeli produk, merupakan pengalaman orang

terdekat (orang tua, saudara) dalam menggunakan suatu produk.


17

3) Memberikan rekomendasi kepada orang lain, merupakan penyampaian

informasi yang positif kepada orang lain, agar tertarik untuk melakukan

pembelian.

4) Melakukan pembelian ulang, merupakan pembelian yang

berkesinambungan setelah konsumen merasakan kenyamanan atas

produk atau jasa yang diterima.

3. Label Halal

Label halal merupakan pencantuman tulisan atau pernyataan halal

pada kemasan produk untuk menunjukkan bahwa produk yang dimaksud

berstatus sebagai produk halal (Departemen Agama RI 1997 dan 2003).

Label halal adalah jaminan yang diberikan oleh suatu lembaga yang

berwenang seperti Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika

Majelis Ulama Indonesia untuk memastikan bahwa produk tersebut sudah

lolos pengujian kehalalan sesuai syariaat Islam (Yuswohady, 2015).

Menurut Marzuki (2012) Untuk membuktikan produk dijamin halal,

produsen harus memiliki sertifikat halal. Selain bermakna bagi konsumen,

sertifikat halal juga memberikan manfaat bagi produsen, seperti membuat

lebih mudah untuk mendapatkan pansa pasar. Sedangkan menurut Laksana

(2008) label adalah bagian dari sebuah barang yang berupa keterangan-

keterangan tentang produk tersebut. Label adalah merek sebagai nama,

istilah, lambang, atau desain, atau kombinasinya, yang dimana untuk

mengidentifikasikan barang atau jasa salah satu penjual atau kelompok


18

penjual dan membedakan mereka dari para pesaing (Kotler dan

Amstrong).

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat diartikan bahwa label

merupakan bagian dari produk yang membawa keterangan dan informasi

mengenai produk dalam bentuk nama, istilah, lambang, desain maupun

kombinasinya. Menurut Rahmi (2018), label halal memiliki tiga indikator,

yaitu:

1) Pengetahuan, merupakan informasi atau maklumat yang diketahui atau

didasari seseirang. Pengetahuan adalah informasi yang tekah

dikombinasikan dengan pemahaman san potensi untuk memiliki, yang

lantas melekat di benak seseorang.

2) Kepercayaan, merupakan suatu keadaan psikologis pada saat seseorang

menganggap suatu premis benar atau dapat diartikan sebagai anggapan

atau keyakinan bahwa sesuatu yang dapat dipercayai itu benar atau

nyata.

3) Penilaian terhadap labelisasi halal, merupakan cara, pembuatan nilai,

pembetian nilai yang diberikan terhadap label halal.

4. Harga Produk

Harga merupakan salah satu faktor utama dalam menentukan

keputusan pembelian suatu produk yang akan ditukarkan karena manfaat

yang di konsumsi. Menurut Akrim Ashal Lubis (2018) Pengaruh harga

terhadap keputusan pembelian sangatlah penting mengingat tingkat harga

diterapkan oleh perusahaan menjadi tolak ukur permintaan suatu produk.


19

Penetapan harga yang salah dapat mengakitbatkan penjualan suatu produk

tidak dapat maksimal mengakibatkan jumlah penjualan menurun oleh sebab

itu penetapan harga harus ditentukan dengan pangsa pasar yang dituju agar

semakin meningkat.

Menurut Tjiptono (2008) harga merupakan satuan moneter atau

ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa lainnya) yang ditukarkan agar

memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang atau jasa.

Menurut Kasmir dan Jakfar (2015) menyatakan bahwa harga merupakan

salah satu aspek penting dalam kegiatan marketing mix. Harga adalah

sejumlah uang yang diserahkan dalam pertukaran untuk mendapatkan suatu

barang atau jasa. Sedangkan pendapat Abdullah dan Tantri (2013)

menyatakan bahwa Penetapan harga merupakan suatu masalah ketika

perusahaan harus menentukan harga untuk pertama kali”.

Harga adalah jumlah uang yang dibebankan untuk sebuah produk

atau jasa. Lebih jelas lagi, harga adalah jumlah nilai yang konsumen

pertukarkan untuk mendapatkan manfaat dari memiliki atau menggunakan

produk atau jasa (Kotler & Amstrong, 2001). Harga adalah apa yang harus

diberikan oleh konsumen (pembeli) untuk mendapatkan suatu produk

(Lamb, 2001). Harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa barang kalau

mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari

barang beserta pelayanannya (Swastha, 2010).

Komponen bauran pemasaran salah satunya yaitu harga, yang

membantu menciptakan pendapatan dan komponen lain yang membantu


20

mengendalikan biaya. Aspek penetapan harga memiliki pengaruh pada

situasi. Menurut (Muizzudin & Kisty, 2020), penempatan nilai yang sejalan

dengan tujuan perusahaan untuk berbagai barang dan mereknya di pasar

merupakan faktor lain yang mempengaruhi harga. Semua transaksi bisnis

Islam berpedoman pada seperangkat prinsip dasar, salah satunya adalah

kewajiban untuk memperlakukan pelanggan secara adil dan wajar.

Kenyataannya, keadilan sering dilihat sebagai prinsip sentral dari doktrin

Islam, dan Allah menganggapnya sebagai tindakan yang lebih mengangkat

spiritual dari pada yang lain (Qardawi, 2004).

Menurut Kotler dan Amstrong (2008) indikator harga adalah

sebagai berikut:

1) Harga terjangkau oleh kemampuan daya beli konsumen.

2) Kesesuaian antara harga dengan kualitas.

3) Harga memiliki daya saing dengan produk lain yang sejenis

5. Kualitas Produk

Kualitas merupakan faktor pemuas kebutuhan yang tidak lepas dari

produk atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. Kualitas produk

merupakan pemahaman bahwa produk yang ditawarkan oleh penjual

mempunyai nilai jual lebih yang tidak dimiliki oleh produk pesaing.

Menurut Kotler dan Keller (2012) kualitas produk adalah

kemampuan produk untuk malaksanakan fungsinya termasuk di dalamnya

keawetan, keandalan, ketetapan, kemudahan dipergunakan, dan diperbaiki

serta atribut bernilai lainnya. Sedangkan menurut Tjiptono (2016) kualitas


21

produk adalah kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan

pelanggan; kualitas mencangkup produk, jasa, manusia, proses, dan

lingkungan; kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah (misalnya apa

yang dianggap merupakan kualitas saat ini mungkin dianggap kurang

berkualitas pada masa mendatang).

Dari beberapa defini diatas dapat disimpulkan bahwa kualitas suatu

produk merupakan kadar atau tingkat baik buruknya suatu yang terdiri dari

semua faktor yang melekat pada barang dan jasa, sehingga produk tersebut

memiliki kemampuan untuk dipergunakan sebagaimana yang diinginkan

oleh konsumen. Menurut Tjiptono (2010), indikator kualitas produk

meliputi:

1) Kinerja (Performance)

2) Keistimewaan tambahan (Features)

3) Keandalan (Reliability)

4) Kesesuaian dengan spesifikasi(Conformance to Specifications)

5) Daya tahan (Durability)

6) Estetika (Asthethic)

6. Bahan Produk

Produk adalah barang dan jasa yang terkait dengan makanan,

minuman, obat, kosmetik, produk kimiawi, produk bologi, produk rekayasa

genetik, serta baranggunaan yang dipakai, digunakan atau dimanfaatkan

oleh masayarakat. Bahan makanan adalah bahan-bahan apa saja yang

terkandung dalam produk makanan.


22

Produk halal merupakan produk yang telah dinyatakan halal sesuai

dengan syariat Islam. Selain itu, mengenai proses produk halal mulai dari

lokasi, tempat dan alat PPH wajib dipisahkan dengan lokasi, tempat dan alat

penyembelihan, pengolahan, penyimpanan, pengemasan, pendistribusian,

penjualan dan penyajian produk tidak halal. Lokasi, tempat dan alat wajib

dijaga kebersihan dan higienitasnya, bebas dari najis dan bebas dari bahan

tidak halal.

Dalam pemikiran Islam, makanan halal tidak hanya persoalan

tentang mengandung bagian hewan tidak halal untuk dimakan atau

digunakan oleh umat Islam. Namun, ada juga kriteria tertentu yang harus

dianggap seperti makanan halal juga mencakup aspek keselamatan dan

kualitas yang sangat terkait dengan penanganan, pengolahan, peralatan,

pengemasan, penyimpanan (Ardayanti, Nashril & Helmi, 2013).

B. Kajian Pustaka

Penelitian juga mendapatkan peneliti terdahulu sebagai sumber referensi

pada penelitian ini. Adapun sumber referensi pada penelitian ini sebagai

berikut:

Penelitian yang dilakukan Mu et al. (2020) bertujuan untuk mengukur

niat individu musim di Kabupaten Jember untuk membeli produk makanan dan

minuman dalam kemasan berlabel halal. Teori yang digunakan dalam

mengukur perilaku muslim dalam mengkonsumsi produk makanan an

minuman halal adalah dengan menggunakan Theory of Planned Behavior

(TPB). Metode penelitian dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif,


23

dimana analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linier

berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel sikap, norma subjektif

berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat. Sedangkan persepsi kontrol

perilaku berpengaruh tetapi tidak signifikan terhadap niat.

Penelitian yang dilakukan Mariana et al. (2020) bertujuan untuk

mengetahui minat beli konsumen terhadap makanan cepat saji yang halal

menggunakan faktor sikap, norma subjektif, serta kontrol perilaku dari

konsumen sebagai determinan. penelitian ini menggunakan 438 responden

yang telah mengkonsumsi makanan cepat saji halal. Selanjutnya, untuk

menguji model dan hipotesa yang dibangun, data dianalisis menggunakan

software Smart PLS. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sikap, norma

subjektif, serta kontrol perilaku berpengaruh positif terhadap minat beli

konsumen.

Penelitian yang dilakukan oleh Efendi (2020) bertujuan untuk

mengetahui pengaruh norma subjektif, persepsi kontrol perilaku, dan agama

terhadap niat membeli makanan berlabel halal bagi mahasiswa muslim.

Metodologi penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan melibatkan

174 siswa yang diambil dengan teknik Arikunto 20%. Metode analisis data

menggunakan analisis regresi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa norma

subjektif berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat membeli makanan

berlabel halal bagi mahasiswa muslim, persepsi kontrol perilaku berpengaruh

positif dan siginifikan terhadap niat membeli makanan berlabel halal bagi

mahasiswa muslim, dan agama berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat
24

membeli makanan berlabel halal bagi mahasiswa muslim. Norma subjektif,

kontrol perilaku yang dirasakan, dan religiusitas secara bersama-sama

mempengaruhi niat membeli makanan berlabel halal.

Penelitian yang dilakukan oleh Ibrahim (2020) bertujuan untuk

menganalisis pengaruh sikap, label halal, dan persepsi harga terhadap

keputusan pembelian produk minuman halal di Kota Semarang. Metode

penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, sampel sebanyak 100

responden konsumen non muslim dengan menggunakan teknik puposive

sampling dan menggunakan alat analisis regresi linier berganda. Hasil

penelitian persepsi konsumen non muslim terhadap keputusan pembelian

produk minuman halal menunjukkan bahwa sikap konsumen, lebelisasi halal,

dan persepsi harga berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian produk

minuman halal.

Penelitian yang dilakukan oleh Fitriana & Suprehatin (2018) bertujuan

untuk memahami pengaruh teori perilaku terencana dan atribut produk

terhadap keputusan pembelian produk susu cair kemasan terhadap produk

Indonesia dan mahasiswa S1 Malaysia. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa variabel yang signifikan pada TPB bagi siswa Indonesia adalah sikap

terhadap perilaku dan persepsi kontrol perilaku, dan untuk siswa Malaysia,

sikap terhadap perilaku, norma subjektif, dan persepsi kontrol perilaku.

Variabel yang signifikan pada atribut produk untuk pelajar Indonesia adalah

merek dan kualitas produk, dan tidak ada variabel yang signifikan untuk siswa

Malaysia.
25

Penelitian yang dilakukan Destiana & Tairas (2021) bertujuan untuk

menemukan hubungan antara niat konsumen Indonesia dalam membeli produk

pangan halal luar Negeri sebagai variabel dependen dengan komponen dalam

Theory of Planned Behavior (TPB) yaitu sikap, norma subjektif, persepsi

kontrol perilaku yang dimodifikasi dengan hubungan agama sebagai variabel

bebas. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Penelitian

ini menggunakan SPPS, pengumpulan data menggunakan metode dengan

menyebarkan kuesioner secara online dengan nonprobability convenience

sampling. Hasil menunjukkan norma subjektif, kontrol prilaku yang dirasakan,

dan religiusitas memiliki hubungan yang positif dan pengaruh yang siginifikan

terhadap niat konsumen Indonesia dalam membeli produk makanan halal di

luar Negeri. Sedangkan sikap dan religiusitas tidak signifikan dalam

menjelaskan konsumen Indonesia niat dalam membeli produk makanan halal.

Penelitian yang dilakukan oleh Fatmi et al. (2020) bertujuan untuk

menganalisis literatur terkait faktor-faktor yang mempengaruhi kehalalan

produk dan mengidentifikasi kesenjangan pustaka agar dapat memberikan

rekomendasi pada penelitian selanjutnya. Penentu utama produk halal dalam

minat beli adalah sikap, norma subjektif, persepsi kontrol perilaku, religiusitas,

kesadaran halal, dan sertifikasi halal. Hasil menunjukkan sikap, norma

subjektif, persepsi kontrol perilaku, religiusitas berpengaruh signifikan

terhadap keputusan pembelian produk halal.

Penelitian yang dilakukan oleh Gojali & Asih (2020) bertujuan untuk

mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan masyarakat muslim


26

Indonesia dalam memilih barang halal. Penelitian ini menggunakan pendekatan

deskriptif kuantitatif yaitu analisis faktor untuk mengetahui faktor-faktor

pembentuk variabel. Hasil menunjukkan bahwa kepuasan persepsi sosial,

norma subjektif, sikap, sertifikat halal, minat, kepercayaan, dan kesadaran halal

berpengaruh signifikan terhadap perilaku masyarakat dalam memilih barang

halal.

Penelitian yang dilakukan oleh Nurohman & Qurniawati (2019)

bertujuan untuk memahami keputusan pembelian produk makanan halal yang

dilihat dari aspek label halal dan dimensi religiusitas. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa variabel ritualistik, eksperensial, dan intelektual

berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian produk makanan halal.

Sedangkan variabel label halal, ideologis, dan konsekuensial tidak berpengaruh

terhadap keputusan pembelian produk makanan halal.

Penelitian yang dilakukan oleh Murni & Fajrina (2021) bertujuan untuk

mengetahui bagaimana pengaruh labelisasi halal pada produk makanan ringan

terhadap keputusan pembelian masyarakat. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa nilai koefisien regresi variabel labelisasi halal berpengaruh positif

terhadap keputusan pembelian makanan. Dan tidak ada perbedaan rata-rata

yang signifikan baik mahasiswa muslim maupun non muslim dalam melakukan

keputusan pembelian makanan yang berlabel halal.

Penelitian yang dilakukan oleh Al-Bara & Nasution (2018) bertujuan

untuk mengatahui pengaruh label halal suatu produk yang terpasarkan di Kota

Medan, terhadap keputusan pembelian konsumen untuk membeli sebuah


27

produk makanan halal. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier sederhana

seta uji determinasi. Hasil penelitian ini menunjukkan variabel label halal dapat

mempengaruhi keputusan konsumen yang ada di Sumatera Utara, khususnya di

Kota Medan dan variabel label halal dapat mempengaruhi keputusan konsumen

dalam memutuskan membeli sebuah produk.

Penelitian yang dilakukan oleh Yunitasari & Anwar (2019) bertujuan

untuk mengetahui pengaruh labelisasi halal pada produk makanan impor

terhadap keputusan pembelian konsumen. Penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan penelitian kuntitatif. Sampel yag digunakan pada penelitian ini

sebanyak 200 responden yang diambil dari mahasiwa Fakultas Ekonomi yang

telah mengkonsumsi dan membeli produk makanan impor dalam kemasan

dengan menggunakan accidental sampling. Hasil analisis dan hipotesis dalam

penelitian ini, label halal mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif

terhadap keputusan pembelian produk makanan impor.

Penelitian yang dilakukan oleh Abi (2020) bertujuan untuk menganalisis

pengaruh brand image dan kualitas produk terhadap keputusan pembelian

Produk KFC di Kota Bengkulu. Penelitian ini dilakukan berdasarkan

pendekatan kuantitatif. Data dikumpulkan menggunakan kuisioner dengan

melibatkan 100 responden. Analisis data digunakan menggunakan regresi

linear berganda. Hasil pebnelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh brand

image berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian pada Produk KFC


28

di Kota Bengkulu dan kualitas produk berpengaruh signifikan terhadap

keputusan pada Produk KFC di Kota Bengkulu.

Penelitian yang dilakukan oleh Sari (2019) bertujuan untuk mengetahui

pengaruh label halal dan harga terhadap keputusan pembelian produk Mie

Samyang pada pengguna produk Mie Samyang di Kecamatan Prigen secara

parsial dan simultan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial

label halal dan harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan

pembelian. Secara simultan variabel label halal dan harga berpengaruh posirif

dan signifikan terhadap keputusan pembelian.

Penelitian yang dilakukan oleh Marzuki (2018) bertujuan untuk

menganalisis pengaruh religiusitas, sertifikat halal dan komposisi produk.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitaif, sampel yang digunakan adalah

dengan menggunkan rumus Lemeshow yang menghasilkan 100 responden.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa religiusitas, ertifikasi alal, bahan

produk berpengaruh positif terhadap Keputusan Pembelian, baik secara parsial

maupun simultan.

Penelitian yang dilakukan oleh Bayu et al. (2020) bertujuan untuk

menganalisis pengaruh produk, labelisasi halal, merek dan harga terhadap

keputusan pembelian minuman Chatime. Teknik pengambilan sampel

menggunakan Purposive Sampling, dengan jumlah responden 120 dan

menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil menunjukkan bahwa

variabel produk berpengaruh terhadap keputusan pembelian, variabel labelisasi

halal tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian, variabel merek tidak


29

berpengaruh terhadap keputusan pembelian, dan variabel harga berpengaruh

terhadap keputusan pembelian.

Penelitian yang dilakukan oleh Husaeni & Zakiah (2022) bertujuan untuk

menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian intensi produk halal

di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta (PTKIS) Dosen di Jawa Barat.

teknik analisis data yang digunakan regresi linier berganda. Hasil menunjukkan

bahwa sertifikat halal mempengaruhi niat beli produk halal, kesadaran akan

produk halal tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian

produk halal, koposisi makanan berpengaruh signifikan terhadap keputusan

pembelian produk halal.

Perbedaan penelitian sebelumnya adalah menggunakan teori perilaku

terencana (Theory of Planned Behaviour) yang diperluas dengan

menambahkan label halal, harga produk, kualitas produk, dan bahan produk

sebagai variabel independen dan keputusan pembelian sebagai variabel

dependen.

C. Pengembangan Hipotesis

Menurut Martono (2012) menjelaskan bahwa hipotesis berasal dari kata

typo (di bawah) dah these (kebenaran). Hipotesis diartikan sebagai Jawaban

tentatif belum dikonfirmasi. Sehingga perlu adanya pengujian dan konfirmasi

keabsahan untuk mengetahui kebenaran nya. Biasanya, penyusunan dan

perumusan hipotesis berdasarkan hasil rangkuman teori yang dipaparkan dalam

tinjauan pustaka dan penelitian sebelumnya. Dengan demikian, hipotesis


30

adalah proposisi yang bertujuan untuk mengkonfirmasi kebenaran atau

jawaban khusus untuk pernyataan penelitian.

1. Pengaruh sikap terhadap keputusan pembelian produk makana halal

di IAIN Fattahul Muluk Papua.

Sikap terhadap perilaku ditentukan berdasarkan kepercayaan individu

yang akan diperoleh atas perilaku yang diperbuat. Kepercayaan individu

dapat dihubungkan dengan perilaku yang didapatkan baik dalam hal

manfaat maupun kerugian yang akan terjadi ketika melaksanakannya.

Kepercayaan dapat memperkuat sikap terhadap perilaku berdasarkan

evaluasi, dimana perilaku tersebut dapat menjadi keuntungan bagi

pelakunya (Mahyarni, 2013).

Mariana menjelaskan pada penelitiannya bahwa sikap berpengaruh

positif dan signifikan terhadap minat beli seseorang dalam membeli

makanan cepat saji halal. Kepuasan yang dirasakan saat mengkonsumsi

makanan cepat saji halal menjadi faktor yang memberikan pengaruh

terbesar. Selain itu, keterlibatan sikap konsumen dalam membeli makanan

cepat saji yang halal bergantung pada suka atau tidaknya konsumen dalam

membeli makanan cepat saji yang halal serta persepsi konsumen yang

menganggap bahwa mengkonsumsi makanan cepat saji halal merupakan hal

yang baik serta hal yang mereka inginkan (Mariana et al., 2020).

Berdasarkan pemaparan teori dan penelitian sejenis di atas, dapat

dikembangkan hipotesis sebagai berikut:


31

H1 = Sikap berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian produk

makanan halal di IAIN Fattahul Muluk Papua

2. Pengaruh norma subjektif terhadap keputusan pembelian produk

makana halal di IAIN Fattahul Muluk Papua.

Norma subjektif merupakan perasaan individu yang menjadi harapan

dari orang dilingkungan sekitar terkait perilaku yang ingin dilaksanakan

atau tidak. Korelasi sikap terhadap perilaku menjadi penentu dalam norma

subjektif. Dalam norma subjektif juga di pengaruhi keyakinan sama halnya

dengan sikap terhadap perilaku. Perbedaannya jika sikap terhadap perilaku

merupakan fungsi dari keyakinan yang akan dilakukan, maka norma

subjektif ialah fungsi dari keyakinan individu yang didapat dari pandangan

orang lain (Wikamorys and Rochmach, 2017).

Mu'arrofah menjelaskan pada penelitiannya bahwa norma subjektif

terhadap niat beli produk makanan dan minuman dalam kemasan berlabel

halal menunjukkan pengaruh positif dan signifikan (Mu et al., 2020).

Berdasarkan pemaparan teori dan penelitian sejenis di atas, dapat

dikembangkan hipotesis sebagai berikut:

H2 = Norma subjektif berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian

produk makanan halal di IAIN Fattahul Muluk Papua.

3. Pengaruh persepsi pengendalian diri terhadap keputusan pembelian

produk makana halal di IAIN Fattahul Muluk Papua.

Persepsi pengendalian diri dapat dikatakan sebagai perasaan seseorang

mengenai usaha yang telah dilakukan dalam mewujudkan perilaku tertentu.


32

Perilaku kontrol berhubungan dengan perasaan sebagai pusat kendali.

Persepsi pengendalian diri bisa berubah tergantung dengan kondisi dan jenis

perilaku yang dilakukan (Mahyarni, 2013).

Efendi menjelaskan pada penelitiannya bahwa persepsi kontrol

perilaku berpengaruh positif dan siginifikan terhadap niat membeli makanan

berlabel halal bagi mahasiswa Muslim (Efendi, 2020).

Berdasarkan pemaparan teori dan penelitian sejenis di atas, dapat

dikembangkan hipotesis sebagai berikut:

H3 = Persepsi pengendalian diri berpengaruh positif terhadap keputusan

pembelian produk makanan halal di IAIN Fattahul Muluk Papua.

4. Pengaruh label halal terhadap keputusan pembelian produk makanan

halal di IAIN Fattahul Muluk Papua.

Label halal merupakan pencantuman tulisan atau pernyataan halal

pada kemasan produk untuk menunjukkan bahwa produk yang dimaksud

berstatus sebagai produk halal (Departemen Agama RI 1997 dan 2003).

Label halal adalah jaminan yang diberikan oleh suatu lembaga yang

berwenang seperti Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika

Majelis Ulama Indonesia untuk memastikan bahwa produk tersebut sudah

lolos pengujian kehalalan sesuai syariaat Islam (Yuswohady, 2015).

Murni & Fajrina menjelaskan pada penelitiannya bahwa labelisasi

halal berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian makanan ( Murni &

Fajrina, 2021). Seperti penelitian ini dimana jika seseorang memiliki


33

persepsi tentang produk makanan halal, maka seseorang tersebut akan

memutuskan untuk membeli produk makanan halal.

Berdasarkan pemaparan teori dan penelitian sejenis di atas, dapat

dikembangkan hipotesis sebagai berikut:

H4 = Label halal berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian produk

makanan halal di IAIN Fattahul Muluk Papua.

5. Pengaruh harga produk terhadap keputusan pembelian produk

makanan halal di IAIN Fattahul Muluk Papua

Harga merupakan salah satu faktor utama dalam menentukan

keputusan pembelian suatu produk yang akan ditukarkan karena manfaat

yang di konsumsi. Menurut Akrim Ashal Lubis (2018) Pengaruh harga

terhadap keputusan pembelian sangatlah penting mengingat tingkat harga

diterapkan oleh perusahaan menjadi tolak ukur permintaan suatu produk.

Penetapan harga yang salah dapat mengakitbatkan penjualan suatu produk

tidak dapat maksimal mengakibatkan jumlah penjualan menurun oleh sebab

itu penetapan harga harus ditentukan dengan pangsa pasar yang dituju agar

semakin meningkat.

Harga yang meliputi harga terjangkau, sesuai kualitas dan rasa, serta

lebih murah mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan

pembelian. Hal ini menandakan bahwa harga bisa menggerakkan sikap para

konsumen untuk memutuskan sesuatu sesuai pilihannya, sebagaimana yang

diungkapkan oleh (Bayu et al., 2020).


34

Berdasarkan pemaparan teori dan penelitian sejenis di atas, dapat

dikembangkan hipotesis sebagai berikut:

H5 = Harga produk berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian

produk makanan halal di IAIN Fattahul Muluk Papua.

6. Pengaruh kualitas produk terhadap keputusan pembelian produk

makanan halal di IAIN Fattahul Muluk Papua.

Menurut Kotler dan Keller (2012) kualitas produk adalah kemampuan

produk untuk malaksanakan fungsinya termasuk di dalamnya keawetan,

keandalan, ketetapan, kemudahan dipergunakan, dan diperbaiki serta atribut

bernilai lainnya.

Sedangkan menurut Tjiptono (2016) kualitas produk adalah kualitas

meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan; kualitas

mencangkup produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan; kualitas

merupakan kondisi yang selalu berubah (misalnya apa yang dianggap

merupakan kualitas saat ini mungkin dianggap kurang berkualitas pada

masa mendatang).

Abi menjelaskan pada penelitiannya bahwa kualitas produk

berpengaruh signifikan terhadap keputusan pada Produk KFC di Kota

Bengkulu, semakin tinggi kualitas produk yang diterima pelanggan maka

semakin tinggi tingkat keputusan pembelian pelanggan (Abi, 2020).

Berdasarkan pemaparan teori dan penelitian sejenis di atas, dapat

dikembangkan hipotesis sebagai berikut:


35

H6 = Kualitas produk berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian

produk makanan halal di IAIN Fatthul Mulul Papua.

7. Pengaruh bahan produk terhadap keputusan pembelian produk

makanan halal di IAIN Fattahul Muluk Papua

Dalam pemikiran Islam,makanan halal tidak hanya persoalan tentang

mengandung bagian hewan tidak halal untuk dimakan atau digunakan oleh

umat Islam. Namun, ada juga kriteria tertentu yang harus dianggap seperti

makanan halal juga mencakup aspek keselamatan dan kualitas yang sangat

terkait dengan penanganan, pengolahan, peralatan, pengemasan,

penyimpanan, (Ardayanti, Nashril & Helmi,2013).

Marzuki menjelaskan pada penelitiannya bahwa bahan produk

berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian, baik secara parsial

maupun simultan (Marzuki, 2018).

Berdasarkan pemaparan teori dan penelitian sejenis di atas, dapat

dikembangkan hipotesis sebagai berikut:

H7 = Bahan produk berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian

produk makanan halal di IAIN Fattahul Muluk Papua

D. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran (kerangka konseptual) adalah aliran pemikiran logis.

Kerangka pemikiran akan menghubungkan suatu teori dengan berbagai

variabel penelitian yang telah diidentifikasi sebagai topik penting (Sugiyono,

2012). Kerangka berpikir berfungsi sebagai gambaran pemikiran penulis dalam

menyusun hipotesis yang disusun berdasarkan teori dan alur pemikiran.


36

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Penelitian
37

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini termasuk kepada jenis penelitian kuantitatif. Hasil penelitian disajikan dan

dijelaskan dengan menggunakan metode statistik yang berbentuk angka dan perhitungan.

Penelitian kuantitatif adalah metode pengujian suatu teori tertentu dengan menguji hubungan

antar variabel. Dimana, variabel-variabel tersebut diukur dengan menggunakan instrumen

penelitian yang telah ditetapkan. Selain itu, data yang mengandung angka-angka ini akan

dievaluasi berdasarkan metode statistik (Noor, 2013).

Sifat dari penelitian ini adalah asosiatif. Menurut Sugiyono (2012) menjelaskan bahwa

tujuan dari penelitian asosiatif adalah untuk menemukan dan menjelaskan hubungan antar dua

variabel atau lebih melalui pengaruh, peran, hubungan sebab akibat dari variabel satu dengan

variabel lain nya (X dan Y). Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang akan diuji untuk

diketahui peran, pengaruh dan hubungan nya adalah variabel: sikap, norma subjektif, persepsi

pengendalian diri, label halal, harga produk, kualitas produk, dan bahan produk terhadap

keputusan pembelian produk makanan halal.

B. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian

Terdapat delapam variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Enam variabel

eksogen/independent (bebas) yaitu: sikap, norma subjektif, persepsi pengendalian diri, label

halal, harga produk, kualitas produk, dan bahan produk. Satu variabel endogen/dependent

(terikat) yaitu keputusan pembelian. Untuk melihat definisi, indikator dan skala pengukuran

dari setiap variabel dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini:

Tabel 3.1
Definisi Operasional
38

No Variabel Definisi Indikator Skala


Operasional Pengukuran

1 Sikap (X1) Sikap terhadap 1. Keyakinan perilaku Skala Likert


perilaku ditentukan 2. Evaluasi
berdasarkan konsekuensi
kepercayaan
individu yang akan
diperoleh atas
perilaku yang
diperbuat.
kepercayaan
dapat
memperkuat sikap
terhadap perilaku
berdasarkan
evaluasi, dimana
perilaku tersebut
dapat menjadi
keuntungan bagi
pelakunya
(Mahyarni, 2013).

2 Norma Norma subjektif 1. Keyakinan norma Skala Likert


Subjektif (X2) ialah fungsi dari 2. Motivasi mematuhi
keyakinan individu
yang didapat dari
pandangan orang
lain (Wikamorys
& Rochmach,
2017).

3 Persepsi Persepsi 1. Keyakinan Skala Likert


pengendalian pengendalian diri pengendalian
diri (X3) dapat dikatakan 2. Kekuatan faktor
sebagai perasaan pengendalian
seseorang
mengenai usaha
yang telah
dilakukan dalam
mewujudkan
perilaku tertentu.
39

Perilaku kontrol
berhubungan
dengan perasaan
sebagai pusat
kendali. Persepsi
pengendalian diri
bisa berubah
tergantung dengan
kondisi dan jenis
perilaku yang
dilakukan
(Mahyarni, 2013).

4 Label Halal Label halal adalah 1. Pengetahuan Skala Likert


(X4) jaminan yang 2. Kepercayaan
diberikan oleh 3. Penilaian
suatu lembaga yang
berwenang seperti
Lembaga
Pengkajian Pangan
Obat-obatan dan
Kosmetika Majelis
Ulama Indonesia
untuk memastikan
bahwa produk
tersebut sudah lolos
pengujian kehalalan
sesuai syariaat
Islam (Yuswohady,
2015).

5 Harga Produk Harga adalah 1. Keterjangkauan Skala Likert


(X5) jumlah nilai yang 2. Kesesuaian harga
konsumen 3. Daya saing harga
pertukarkan untuk
mendapatkan
manfaat dari
memiliki atau
menggunakan
produk atau jasa
(Kotler &
Amstrong, 2001).

6 Kualitas Kualitas produk 1. Kinerja Skala Likert


Produk (X6) adalah kemampuan 2. Keistimewaan
produk untuk tambahan
40

malaksanakan 3. Keandalan
fungsinya termasuk 4. Kesesuaian dan
di dalamnya spesifikasi
keawetan, 5. Daya tahan
keandalan, 6. Estetika
ketetapan,
kemudahan
dipergunakan, dan
diperbaiki serta
atribut bernilai
lainnya (Kotler
dan Keller, 2012).
7 Bahan Produk Produk halal 1. Penanganan Skala Likert
(X7) merupakan 2. Pengolahan
produk yang telah 3. Peralatan
4. Pengemasan
dinyatakan halal 5. Penyimpanan
sesuai dengan
syariat Islam.
Selain itu,
mengenai proses
produk halal
mulai dari lokasi,
tempat dan alat
PPH wajib
dipisahkan
dengan lokasi,
tempat dan alat
penyembelihan,
pengolahan,
penyimpanan,
pengemasan,
pendistribusian,
penjualan dan
penyajian produk
tidak halal.
8 Keputusan Keputusan 1. pemantapan Skala Likert
Pembelian (Y) pembelian yaitu 2. kebiasaan
keputusan 3. memberikan
konsumen untuk rekomendasi
membeli atau tidak kepada orang lain
membeli suatu 4. melakukan
pembelian ulang
produk atau jasa
dengan memilih
41

salah satu dari


beberapa alternatif
yang ada.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi diartikan sebagai total generalisasi pada penelitian yang terdiri atas subyek

atau obyek dengan ketentuan tertentu yang telah ditetapkan oleh penulis untuk diteliti dan

diambil kesimpulan nya (Marfuah and Hartiyah, 2019; Sugiyono, 2013). Populasi yang

digunakan penulis dalam penelitian ini yaitu seluruh mahasiswa aktif IAIN Fattahul Muluk

Papua.

Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian dari sifat-sifat

yang dimiliki populasi (Wiyono, 2011). Penentuan jumlah sampel berdasarkan Hair et al.

(2014) bergantung pada jumlah indikator. Jumlah indikator dapat dikalikan 5x sampai 10x.

Peneliti memutuskan untuk memakai 5x, dengan perhitungan sebagai berikut:

Sampel = jumlah indikator

Sampel = 24 indikator x 5 = 120 responden

Berdasarkan perhitungan di atas, sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak

120 responden.

D. Data, Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan dua jenis data, yakni primer dan sekunder. Data primer

yaitu jenis data yang disatukan langsung dari sumber langsung atau subjek penelitian selama

penelitian itu sendiri. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh lembaga pengumpul

data dan dipublikasikan oleh lembaga tersebut (Siregar, 2015).


42

Sumber data sekunder dalam penelitian ini didapatkan dari berbagai karya tulis seperti

buku-buku terkait, karya ilmiah, berita, publikasi atau situs online dan website yang dapat

mendukung proses penelitian ini. Sumber data primer didapatkan peneliti dari reaksi atau

jawaban responden terhadap kuesioner yang akan dibagikan.

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan kuesioner. Kuesioner merupakan instrumen pengumpulan data yang mana

responden akan menjawab pertanyaan dan pernyataan yang diberikan oleh peneliti (Sugiyono,

2013). Peneliti menyebarkan kuesioner secara online kepada mahasiswa IAIN Fattahul Muluk

Papua dengan menggunakan Google form dan disebarkan melalui sosial media yang tersedia

saat ini seperti WhatsApp dan Instagram. Adapun rentang skor yang diterapkan untuk

pernyataan pada kuesioner adalah:

Tabel 3.2
Nilai Skor Kuesioner
Kategori Jawaban Skor
Sangat setuju (SS) 5
Setuju (S) 4
Kurang setuju (KS) 3
Tidak setuju (TS) 2
Sangat tidak setuju (STS) 1

E. Teknik Analisis Data

1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif adalah statistik yang mendeskripsikan tentang persentase dan

frekuensi serta fenomena dari data khususnya untuk mengilustrasikan profil dan demografi

responden. Analisis deskriptif merupakan analisis yang bergantung pada statistik yang

memiliki kemampuan untuk mendeskripsikan dan menggambarkan objek penelitian

melalui sampel sebagaimana adanya dan menarik kesimpulan yang berlaku secara umum
43

dalam suatu penelitian. Tujuan analisis deskriptif adalah mengubah data mentah menjadi

bentuk informasi yang dapat menyampaikan gambaran tentang variabel-variabel yang

digunakan dalam penelitian (Ferdiand, 2014).

2. Structural Equation Modelling-Partial Least Square (SEM-PLS)

Partial Least Square (PLS) adalah bagian dari pendekatan SEM (Structural

Equation Modelling) yang merupakan analisis data yang mengilustrasikan hubungan

struktural dengan divisualisasikan oleh seperangkat persamaan. Penelitian ini

menggunakan SEM-PLS dengan dukungan program aplikasi Warp Partial Least Square

(WarpPLS) versi 7.0 sebagai analisis data dalam penelitian ini.

Berdasarkan konsep, model SEM-PLS memiliki kesamaan dengan alat analisis

regresi kuadrat terkecil (ordinary least square). Dimana, tujuan nya sama untuk

memaksimalkan varians dari variabel bebas (eksogen) yang dapat dijelaskan oleh model

penelitian. Sehingga, mendapatkan nilai R-Squared yang memaksimalkan dan memperoleh

prediksi nilai residual atau kesalahan (error) yang minimal adalah tujuan utamanya.

Dengan demikian, SEM-PLS digambarkan dari gabungan hasil regresi dan analisis faktor.

Selanjutnya, dalam menggunakan SEM-PLS maka langkah yang harus dilaksanakan yaitu

mengevaluasi model pengukuran (outer model) kemudian mengevaluasi model struktural

(inner model) (Sholihin and Ratmono, 2020).

3. Analisis Inferensial

Analisis inferensial dalam penelitian ini dimulai dengan evaluasi model pengukuran

(outer model), dilanjutkan dengan evaluasi model struktural (inner model). Penjelasan

langkah-langkah setiap evaluasi sebagai berikut:

a. Evaluasi model pengukuran reflektif (Outer model)


44

Outer model atau model pengukuran bertujuan untuk mengevaluasi validitas dan

reliabilitas setiap indikator-indikator dalam variabel yang digunakan. Pada tahap ini

penulis menerangkan hubungan antar setiap blok indikator dengan variabel laten ya

sekaligus mengelompokkan hubungan antara variabel laten dengan indikator nya

apakah bersifat reflektif atau normatif. Penilaian kriteria outer model dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1) Validitas konvergen (Convergent validity)

Validitas konvergen bertujuan untuk menunjukkan sejauh mana suatu

ukuran/indikator berkorelasi positif dengan ukuran/indikator lain dari variabel yang

sama. Pada dasarnya, validitas konvergen ditentukan berdasarkan prinsip pengukuran

dari suatu variabel yang seharusnya berkorelasi kuat. Nilai outer loading dan

average variance extracted (AVE) dapat dijadikan media dalam menilai validitas

konvergen. pengujian validitas variabel dengan melihat nilai convergent validity

dapat dikategorikan valid jika indikator yang digunakan dapat mengukur variabel

tertentu bilamana nilai outer loading > 0,708 atau lebih. Sedangkan nilai Average

Variance Extracted (AVE) diharapkan 0,50 atau lebih (Sholihin and Ratmono,

2020).

2) Validitas diskriminan (Discriminant validity)

Validitas diskriminan bertujuan untuk menentukan apakah indikator-indikator

yang digunakan sudah betul-betul merupakan pengukuran yang tepat bagi variabel

nya, sesuai dengan prinsipnya bahwa setiap indikator harus memiliki korelasi yang

tinggi hanya pada variabel nya saja. Oleh karena itu, indikator dari berbagai variabel

seharusnya tidak memiliki korelasi yang tinggi (Sholihin and Ratmono, 2020).
45

Validitas diskriminan dinilai berdasarkan dua pendekatan yaitu pengukuran

cross loading dengan variabel dan Fornell Lacker. Apabila korelasi variabel

(loading) dengan item pengukuran lebih tinggi dibanding ukuran (loading) dengan

variabel yang lain, maka hal ini membuktikan bahwa variabel laten mampu

memprediksi ukuran pada blok mereka lebih baik dibanding ukuran pada blok

lainnya. Berdasarkan Fornell Lacker validitas diskriminan diukur dengan

membandingkan nilai square root of average variance extracted (AVE) setiap

variabel dengan korelasi antar variabel dengan variabel lainnya dalam model. Dapat

dikatakan memiliki nilai discriminant validity yang baik jika akar AVE setiap

variabel memiliki korelasi nya lebih dari pada korelasi variabel lainnya. Nilai akar

AVE yang disarankan > 0.50 atau lebih (Sholihin and Ratmono, 2020).

3) Reliabilitas Konsistensi Internal (Reliability)

Reliabilitas bertujuan untuk membuktikan akurasi, ketepatan dan konsistensi

instrumen dalam mengukur variabel. Internal consistency reliability menilai seberapa

baik kemampuan indikator bisa mengukur variabel laten nya. Pengukuran internal

consistency reliability dapat dilihat dari nilai composite reliability dan nilai

Cronbach alpha. Nilai composite reliability dan Cronbach alpha > 0.60 (Sholihin

and Ratmono, 2020).

b. Evaluasi model pengukuran struktural (Inner model)

Evaluasi model pengukuran struktural dilakukan untuk memperkirakan korelasi

kausalitas dari variabel laten yang satu dengan variabel lainnya. Pada dasarnya,

pengukuran struktural bertujuan untuk menguji dan menganalisis hubungan antara

variabel laten eksogen dengan variabel laten endogen. Sehingga pengukuran struktural
46

dapat juga dikatakan dengan pengujian hipotesis dalam sebuah penelitian (Wiyono,

2011).

Tahapan untuk melakukan evaluasi pada model struktural diawali dengan

melakukan verifikasi apakah terdapat kolinearitas di antara variabel dan kemampuan

prediktif dari model. Untuk menilai model kolinearitas dapat menggunakan ukuran-

ukuran dalam evaluasi model pengukuran formatif yaitu tolerance dan variance

inflation factor (VIF). Masalah kolinearitas terjadi jika nilai tolerance <0.20 dan nilai

VIF lebih dari 5. Selain itu, uji kolinearitas dapat dilakukan dengan melihat nilai full

collinearity VIF yang merupakan hasil dari pengujian kolinearitas penuh yaitu

multikolinearitas vertikal dan lateral. Kolinearitas lateral dapat digunakan untuk

menguji apakah terdapat common method bias. Secara umum, jika nilai full collinearity

VIF kurang dari 3,3 maka model penelitian bebas dari masalah kolinearitas vertikal,

lateral common method bias (Sholihin and Ratmono, 2020).

Selanjutnya, untuk melihat kemampuan prediksi model maka dilakukan

pengukuran terhadap inner model dengan menggunakan empat kriteria. Pertama,

melihat nilai R-Squared (R2) pada setiap variabel dependent. Perubahan nilai R-Square

(R2) digunakan untuk melihat apakah ada pengaruh substantive antara variabel

independen terhadap variabel dependen. Nilai R2 sebesar 0.75 menunjukkan substansial,

0.50 menunjukkan moderat dan 0,25 menunjukkan lemah (Hair Jr et al., 2017). Kedua,

melihat estimasi koefisien jalur (path coefficient) untuk menunjukkan tingkat

signifikansi dan kekuatan hubungan antar variabel yang dihipotesiskan. Estimasi yang

dinilai untuk jalur relasional dalam model struktural harus signifikan. Nilai signifikan

ini didapat dengan melakukan teknik bootstrapping yang digunakan untuk melihat
47

stabilitas estimasi. Ketiga, melihat nilai effect size (f2) yang digunakan untuk mengukur

besarnya pengaruh antar variabel. Nilai effect size dikelompokkan menjadi 0.02

(lemah), 0.15 (medium) dan 0.35 (besar) (Sholihin and Ratmono, 2020). Keempat,

melihat nilai Stone-Gaesser (Q2) atau disebut dengan Q-square predictive relevance

untuk model variabel. Q-squared predictive relevance (Q2) mengukur seberapa baik

nilai observasi dihasilkan oleh model dan juga estimasi parameter nya. Model dengan

validitas prediktif harus mempunyai nilai Q-squared lebih besar dari nol. Sedangkan

jika nilai Q-square < 0 maka menunjukkan model kurang memiliki predictive relevance

(Ghozali, 2012).

Berikut persamaan model struktural dalam penelitian ini adalah:

Y = α1X1 + α2X2+ α3X3 + α4X4 + α5X5+ α6 X6+ ξ


Keterangan:

Y = Keputusan Pembelian
α = Konstanta
ξ = Structural Error
X1 = Sikap
X2 = Norma Subjektif
X3 = Persepsi Pengendalian Diri
X4 = Label Halal
X5 = Harga Produk
X6 = Kualitas Produk
X7 = Bahan Produk

Anda mungkin juga menyukai