Anda di halaman 1dari 86

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan dunia pasar pada saat ini telah membawa pengaruh yang

sangat besar terhadap strategi yang harus ditetapkan oleh perusahaan dalam

kegiatan mengenalkan dan memasarkan produk yang ditawarkan.Dalam

persaingan bisnis yang semakin intensif mendorong perusahaan untuk

berkompetisi dalam setiap aktifitas termasuk bidang pemasaran. Pemasaran pada

saat ini menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru untuk mendapatkan

keuntungan sebesar-besarnya.1 Pada kondisi ini para produsen bagian pemasaran

yang tidak tinggal diam untuk mengembangkan sayapnya agar mendapatkan

keuntungan semaksimal mungkin. Berbagai perusahaan baru bermunculan dengan

produk yang beraneka ragam yang akhirnya perusahaan saling berlomba-lomba

untuk mengambil hati konsumen dan menawarkan produk dengan berbagai cara.

Konsumsi merupakan salah satu bentu perilaku ekonomi yang dilakukan

dengan memanfaatkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhannya. Perilaku

ekonomi sendiri itu merupakan kegiatan konsumen dalam melakukan konsumsi

untuk kepuasan yang optimal. Dalam membeli suatu produk, seseorang akan

melalui atau melewati beberapa tahapan dan seseorang tersebut akan memiliki

1
Khoiriyah Indra Cahyani, Endang sutrasmawati, “Pengaruh Brand Awareness dan
Brand Image Terhadap Keputusan Pembelian”, Manajemen Analysis Journal, Volume 5 Nomor
4, 2016, hal. 282
1
2

beberapa pertimbangan sebelum akhirnya memutuskan untuk nantinya membeli

produk tersebut atau tidak.

Menurut Kotler, terdapat beberapa tahapan yang dilalui konsumen dalam

memutuskan pembelian yang mencakup tahapan sebelum melakukan akan

membeli produk tersebut atau tidak. Seorang konsumen biasanya akan

mengidentifikasi kebutuhannya sesuai stimulus yang diterima, ketika akan

membeli suatu produk dan sesudah membeli suatu produk. Selanjutnya, setelah

mengetahui kebutuhannya konsumen akan cenderung untuk mencari informasi

mengenai produk yang akan dibelinya terlebih dahulu. Setelah itu,dilanjutkan

dengan menentukan dan memilih beberapa alternatif merk lainnya. Berikutnya

konsumen akan membuat keputusan untuk membeli produk tersebut atau tidak. 2

Selain melalui beberapa tahapan tersebut, keputusan pembelian juga

dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor emosional yang meliputi seperti

kepatuhan beragama, psikologis konsumen, dan atribut Islami. Faktor rasional

yaitu mencakupi seperti harga, kualitas produk dan manfaat dari produk tersebut.

Dan yang terakhir yaitu faktor konvensial yang merupakan motivasi konsumen

untuk membeli suatu produk dari dalam dirinya sendiri atau dipengaruhi orang

lain yang pernah mengkonsumsi produk tersebut.

Produk dalam kemasan adalah salah satu produk yang diminati oleh

masyarakat karena mudah untuk di dapatkan dan tidak repot saat penyajiannya.

Mie instan saat ini adalah salah satu makanan yang sering di nikmati dan praktis

sebagai pengganti nasi karena kemudahan dan rasa yang di tawarkan tidak kalah

2
Risma Nurhayati Dkk. “Pengaruh Labelisasi Halal,Kualitas Produk, dan Harga
Terhadap Keputusan Pembelian Produk Mie Lemonilo”, Dalam Jurnal Ekonomi Industry Halal,
Vol. 2, No. 2 (2022), hal.16
3

dengan makanan pokok. Mie instan sudah tidak berperan hanya sebagai snack

saja, tetapi sudah dijadikan sebagai lauk pendamping. Semakin beragamnya rasa

yang disediakan produsen menjadikan keinginan konsumsi masyarakat akan mie

instan semakin besar.

Hampir semua produk yang ada di Indonesia khususnya produk pangan

dijual dalam kemasan. Produk dalam kemasan memudahkan konsumen untuk

mengamati komposisi produk dan melihat adanya label halal yang tertera pada

kemasan produk. Salah satu produk kemasan yang banyak diminati konsumen

ialah mie instan. Mengutip data World Instant Noodles Association dalam lima

tahun terakhir sampai 2021, konsumsi mi instan masyarakat Indonesia terus

meningkat. Tercatat, pada 2017, jumlah konsumsi mi instan sebanyak 12,62

miliar porsi. Angka itu sempat turun pada 2018 menjadi sebanyak 12,54 miliar

porsi.3 Mie instan merupakan produk makanan yang praktis, mudah ditemukan,

memiliki cita rasa yang enak serta harga yang relatif murah. Salah satu produk

mie instan yang dijual di pasaran adalah merk mie Lemonilo. lebih baik

dibanding mie instan umumnya yang menggunakan bahan pewarna dan

pengawat. Selain itu, mie ini juga telah memiliki sertifikasi halal yang

diwujudkan dengan mencantumkan label halal pada kemasannya.4

Seiring berkembangnya produk makanan instan di Indonesia khususnya

dikalangan mahasiswa. Produk mie instan adalah makanan yang banyak diburu

3
Cnn Indonesia: “Komsumsi mie instan indonesia terbanyak ke-2 didunia”
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20220810164450-92-832971/konsumsi-mi-instan-
indonesia-terbanyak-ke-2-di-dunia. (diakses tanggal 22 Desember 2011)
4
Risma Nurhayati, dkk, “Pengaruh Labelisasi Halal, Kualitas Produk, Dan Harga
Terhadap Keputusan Pembelian Produk Mie Lemonilo”, Jurnal Ekonomi Industri Halal, Vol. 2,
No.2 (2022), hal. 18
4

dan digemari oleh kalangan mahasiswa. Mie instan sendiri di Indonesia banyak

macamnya, salah satunya adalah mie instan Lemonilo. Mie Lemonilo hadir di

Indonesia memiliki ciri khas yang berbeda, dibuat dengan bahan yang alami

tanpa bahan pengawet dan tidak membahayakan kesehatan. Keputusan pembeli

ialah bagaimana konsumen memutuskan alternatif pilihan yang akan dipilih,

serta meliputi keputusan mengenai apa yang di beli, apakah membeli atau tidak,

kapan membeli, dimana membeli, dan bagaimana cara membayarnya. Adapun

faktor yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian mie instan Lemonilo

dikalangan mahasiswa. 5

Dalam proses keputusan pembelian konsumen kepatuhan dalam beragama

bagi konsumen muslim telah terimplementasi dengan baik dalam perilakunya

mengkonsumsi suatu produk yang jelas kehalalannya. Dalam Islam, barang-

barang yang dikonsumsi adalah barang-barang yang manfaatnya menimbulkan

kebaikan secara material, moral maupun spiritual pada konsumennya. 6 Oleh

karena itu, tolak ukur konsumen muslim dalam membeli dan mengkonsumsi

suatu produk ialah dengan adanya labelisasi halal pada kemasan produk.

Di Indonesia, labelisasi halal merupakan suatu perwujudan dari kewajiban

sertifikasi halal berdasarkan Undang-undang nomor 3 tahun 2014 tentang

jaminan produk halal Pasal 4 yang mengatur bahwa produk yang masuk, beredar,

5
Rokhmatullaeli , Maslicha, Junaidi, “Pengaruh Labelisasi Halal, Green Product, Dan
Brand Image Terhadap Keputusan Pembelian Produk Mie Instan Lemonilo (Studi Kasus
Mahasiswa UNISMA, UIN, dan UMM)”, Jurnal EL-Aswaq, Vol 3, No 1(2022), hal. 1
6
Monzer Kaft, Ekonomi Islam:Telaah Analitik Terhadap Fungsi Sistem Ekonomi Islam
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), hal.26
5

dan diperdagangkan di wilayah Indonesia harus memiliki sertifikasi halal. 7

Sertifikasi halal adalah sebuah sertifikat yang dikeluarkan oleh lembaga yang

berwenang dalam sertifikasi halal yaitu Badan Penyelenggara Jaminan Produk

Halal (BPJPH) berdasarkan fatwa tertulis yang dikeluarkan oleh MUI. Oleh

karena itu hanya perusahaan yang telah memiliki sertifasi halal yang dikeluarkan

oleh BPJPH yang diperkenankan atau diperbolehkan untuk mencantumkan label

halal atau logo halal pada kemasan produk.

Mengkonsumsi produk halal khususnya makanan halal adalah syarat yang

ditetapkan dalam syariat Islam seperti ditegaskan dalam firman Allah :

َ ‫شي ْٰط ِۗ ِن اِنَّهٗ لَكُ ْم‬


‫عد ُ ٌّو‬ َّ ‫ت ال‬ َ ‫ض َح ٰل اًل‬
ِ ‫طيِباا ۖ َّو َْل تَت َّبِعُ ْوا ُخطُ ٰو‬ ُ ‫ٰيٰٓاَيُّ َها ال َّن‬
َ ْ ‫اس كُلُ ْوا ِم َّما فِى‬
ِ ‫اْل ْر‬

‫ُّمبِ ْي ٌن‬

Artinya: Wahai manusia. Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik

yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan.

Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu. (QS. Al-Baqarah: 168)

Konsumen muslim cenderung memilih produk yang telah dinyatakan halal

dibandingkan dengan produk yang belum dinyatakan halal oleh lembaga

berwenang. Kesadaran akan mengkonsumsi produk halal pada konsumen

muslim, akibat dari pemahaman agama yang baik dan edukasi yang dilakukan

oleh produsen mengenai sertifikasi halal pada produknya. Hal ini sendiri akan

berdampak pada semakin tingginya konsumen yang peduli akan sertifikasi halal

pada produk makanan yang akan dibelinya, karena saat ini konsumen semakin

7
https://www.kemenag.go.id/read/sertifikasi-halal (diakses pada Agustus 2022, pukul
19.49 wib)
6

kritis mengenai pelabelan halal pada produk sebelum memutuskan untuk

membelinya.

Selain labelisasi halal, faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian

adalah produk hijau. Green product merupakan produk yang ingredient-nya

aman dan baik untuk lingkungan sedangkan makanan dengan label halal adalah

makanan yang telah teruji bahwa ingredient nya yang sudah pasti aman dan halal

untuk dikonsumsi umat muslim. Menurut Kementerian Lingkungan Hidup, green

consumer adalah konsumen yang peduli akan lingkungan dan kesehatannya. 8

Cara produsen untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan green consumers

sekaligus untuk menunjukan tanggungjawab sosial terhadap lingkungan adalah

dengan menawarkan green product.

Konsumen yang cerdas sudah pasti akan teliti dalam melakukan pembelian

produk. Konsumen hendaknya dapat berpikir dengan baik tentang dampak yang

ditimbulkan dari produk yang hendak mereka konsumsi. Kesadaran akan peduli

lingungan dan peduli kesehatan akan membuat konsumen berpikir untuk

membeli green product sebagai produk yang akan dikonsumsinya. Rather et al.

menyatakan terdapat hubungan antara kesadaran konsumen atas green product

dengan pembelian green product. Pada saat konsumen tersebut menyadari

adanya kebutuhan dan keinginannya yang harus dipenuhinya, biasanya

konsumen akan mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang product tersebut.

Hal ini berarti pula bahwa konsumen memerlukan pengetahuan. Pengetahuan

konsumen ini adalah semua informasi yang dimiliki konsumen mengenai

8
http ://www.menhk.go.id/ (diakses pada agustus 2022)
7

berbagai macam produk dan jasa, serta pengetahuan lainnya yang terkait dengan

produk dan jasa tersebut, dan informasi yang berhubungan dengan fungsinya

sebagai seorang konsumen.

Saat ini, banyak beredar isu terkait produk-produk yang beredar, seperti

bahan-bahan yang berbahaya bagi tubuh ataupun bahan-bahan haram yang

beredar luas dipasaran. Keputusan pembelian ini merupakan pertimbangan

terakhir konsumen dalam memilih untuk membeli satu produk dari berbagai

alternatif yang telah ada. Adanya label halal telah menjamin produk tersebut

tidak mengandung bahan-bahan yang berbahaya bagi tubu manusia dan bahan-

bahan haram yang dilarang dalam islam sehingga aman untuk dikonsumsi

konsumen itu sendiri. Green product menjadi suatu alternatif juga untuk

mengetahui kualitas produk yang baik untuk tubuh manusia. Dengan demikian

green product dan label halal berpengaruh dalam keputusan pembelian

konsumen.9

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis meneliti mengenai pengaruh

green product dan label halal produk mie Lemonilo terhadap keputusan

pembelian konsumen yang dimana penulis mengarahkan objek yaitu mahasiswa.

Maka penulis melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Green Product

Dan Label Halal Terhadap Keputusan Pembelian Produk Mie Instan

Lemonilo (Studi Kasus Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN

Imam Bonjol)”.

9
Risma Nurhayati, dkk, “Pengaruh Labelisasi Halal, Kualitas Produk, Dan Harga
Terhadap Keputusan Pembelian Produk Mie Lemonilo”, Jurnal Ekonomi Industri Halal, Vol. 2,
No.2 (2022), hal. 17
8

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi rumusan

masalah pada penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pengaruh green product terhadap keputusan pembelian produk

mie instan lemonilo?

2. Bagaimana pengaruh pencantuman label halal terhadap keputusan

pembelian mie instan lemonilo?

3. Bagaimana pengaruh green product dan label halal terhadap keputusan

pembelian mie instan lemonilo?

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah

diuraikan di atas, serta dengan mempertimbangkan yang ada pada peneliti,

peneliti memfokuskan dan membatasi masalah dalam penelitian dua variabel

yang menjadi keputusan pembelian yang dilakukan oleh mahasiswa angkatan

tahun 2019-2022 yaitu green product dan label halal pada mahasiswa Fakultas

Ekonomi Dan Bisnis Islam UIN Imam Bonjol Padang.

D. Tujuan Penelitin

1. Mendeskripsikan tentang green product dan label halal terhadap keputusan

pembelian pada mie instan lemonilo.

2. Untuk menguji pengaruh green product dan label halal terhadap keputusan

pembelian mie instan lemonilo dikalangan mahasiswa.

3. Untuk menganalisis dan menguji label halalterhadap keputusan pembelian

konsumen mie instan lemonilo dikalangan mahasiswa.


9

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan sumber informasi

bagi para mahasiswa, khusus bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

UIN Imam Bonjol Padang di masa yang akan datang.

2. Bagi Perusahaan

a. Sebagai dasar yang objektif dalam pengambilan keputusan serta sebagai

pedoman untuk menentukan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh

perusahaan dimasa yang akan datang.

b. Merancang strategi pemasaran yang tepat untuk meningkatkan penjualan

produk mie sehat instan yaitu mie lemonilo

3. Bagi Peneliti

a. Untuk memperdalam pengetahuan peneliti dibidang pemasaran khususnya

mengenai green product dan label halal terhadap keputusan pembelian.

Sebagai implementasi atas teori yang telah didapat pada perkuliahan dan

menambah wawasan akan kasus nyata dalam dunia bisnis.

F. Sistematika Penulisan

Agar lebih terarahnya skripsi ini dan tersusun secara sistematis maka

diurutkan berdasarkan bab-bab dan beberapa sub bab yaitu sebagai berikut:

1. BAB I: Pendahuluan, Dalam bab ini penulis membahas latar belakang

masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian serta sistematika penelitian.


10

2. BAB II : Landasan Teori, Dalam bab ini penulis membahas teori-teori yang

berkaitan dengan judul dan juga membahas tentang penelitian terdahulu,

kerangka berfikir serta hipotesis.

3. BAB III : Metode Penelitian, Dalam bab ini membahas tentang metode yang

digunakan dalam penulisan skripsi. Berisi tentang jenis fan sumber data,

lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, variable

penelitian, instrumen penelitian, serta eknik analisis data.

4. BAB IV :Hasil Penelitian, Bab ini membahsa tentang hasil dari penelitian

yang telah dilakukan oleh peneliti.

5. BAB V :Penutup, Bab ini membahas tentang kesimpulan dari pembahasan

dan juga berisi saran-saran yang bersifat membangun untuk lembaga yang

diteliti.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Teori Keputusan Pembelian

1. Perilaku Konsumen

Menurut Hasan, perilaku konsumen merupakan respon psikologis yang

kompleks, yang muncul dalam bentuk perilaku-tindakan yang khas secara

perorangan yang langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan

produk, serta menentukan proses pengambilan keputusan dalam melakukan

pembelian produk, termasuk dalam melakukan pembelian ulang sebuah produk.10

Menurut penulis, perilaku konsumen adalah semua proses yang dilakukan

oleh konsumen baik itu individu, kelompok, maupun organisasi saat melakukan

pencarian, pemilihan, pembelian, pemanfaatan suatu barang atau jasa yang

hendak dibeli untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

2. Pengertian Keputusan Pembelian

Proses pengambilan keputusan sangat dipengaruhi oleh perilaku

konsumen. Proses tersebut merupakan bentuk pemecahan masalah konsumen

dalam rangka memenuhi kebutuhan ataupun keinginan mereka. Amirullah

berpendapat bahwa keputusan pembelian merupakan suatu proses penilaian

terhadap berbagai alternatif pilihan yang ada serta memilih salah satu atau lebih

alternatif yang diperlukan berdasarkan pertimbangan pertimbangan tertentu. 11

10
Hasan, Ali, “Marketing”. (Yogyakarta:Media Pressindo,2009). hal. 28
11
John Budiman Bancin, “Citra Merek Dan Word Of Mouth (Peranannya Dalam
Keputusan Pembelian Mobil Nissan Grand Liviana)”, (Surabaya: CV. Jakad Media Publishing,
2021), hal. 21
11
12

Alma mendefinisikan bahwa keputusan pembelian adalah suatu keputusan

konsumen yang dipengaruhi oleh ekonomi keuangan, teknologi, politik, budaya

dan 7p (physical evidence, product, price, place, promotion, people, dan

process), sehingga membentuk suatu sikap pada konsumen untuk mengolah

segala informasi dan mengambil kesimpulan berupa respon yang muncul

terhadap produk yang akan dibeli.

Selanjutnya Kotler dan Keller menyatakan keputusan pembelian

merupakan proses keputusan konsumen yang diambil untuk me mbeli

produk/jasa yang ditawarkan dengan melalui proses keputusan pembelian yang

meliputi keputusan konsumen sebelum melakukan pembelian. 12

Menurut penulis, keputusan pembelian adalah segala tahapan-tahapan atau

proses yang dilalui oleh calon konsumen dalam menentukan untuk membeli suatu

produk. Teknik analisis dalam keputusan konsumen merupakan hal yang sangat

penting untuk diketahui. Adapun beberapa hal penting yang harus diketahui

mengenai keputusan pembelian antara lain adalah faktor-faktor pengambilan

keputusan, proses pengambilan keputusan, dan tujuan akhir dari pengambilan

keputusan.13

Memutuskan berarti memilih salah satu dari dua atau lebih alternatif.

Pengambilan keputusan konsumen sebenarnya merupakan aliran interaksi antara

proses faktor lingkungan, koknitif, afektif, dan tindakan perilaku. Proses kunci

didalam pembuatan keputusan konsumen adalah proses intregasi dengan mana

12
Zulki Zulkifli Noor, “Buku Referensi Strategi Pemasaran”, (Yogyakarta:
DEEPUBLISH, 2021) hal. 76
13
Irwansyah Rudy dkk, “Perilaku Konsumen)” (bandung : WIDINA Bakhti
Persada,2021),hal.3
13

pengetahuan dikombinasikan untuk mengevaluasi dua atau lebih alternatif

perilaku kemudian memilih satu.

Handoko mendefinisikan keputusan pembelian sebagai suatu proses

pendekatan penyelesaian masalah pada kegiatan manusia untuk membeli suatu

barang atau jasa dalam memenuhi keinginan dan kebutuhannya yang terdiri dari

pengenalan kebutuhan dan keinginan, pencarian informasi, evalusi terhadap

alternatif pembelian, dan tingkah laku setelah pembelian. Dapat disimpulkan

keputusan pembelian adalah tindakan dari konsumen untuk mau membeli atau

tidak terhadap produk. Dari berbagai faktor yang mempengaruhi konsumen dalam

melakukan pembelian suatu produk atau jasa, biasanya konsumen selalu

mempertimbangkan kualitas, harga dan produk yang sudah dikenal oleh

masyarakat.

Konsumen mempunyai anggapan adanya hubungan yang positif antara

harga dan kualitas suatu produk, maka konsumen akan membandingkan antara

produk yang satu dengan produk lainnya, dan barulah konsumen perlu

mempelajari perilaku konsumen sebagai suatu perwujudan dari seluruh aktivitas

jiwa manusia dalam kehidupan manusia sehari-hari.

Menurut Kotler, tahap evakuasi alternatif dan keputusan pembelian

terdapat minat membeli awal, yang mengukur kecenderungan pelanggan untuk

melakukan suatu tindakan tertentu terhadap produk secara keseluruhan.

Pengambilan keputusan adalah proses pengintegrasian yang mengkombinasikan

pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternati dan memilih

satu diantaranya.
14

Mengenali
Pencarian Informasi
Kebutuhan

Keputusan
Evaluasi Alternatif
Pembelian

Perilaku Pasca
Pembelian

Tabel 2.1Pengambilan Keputusan Pembelian 14

Tahapan untuk mencapai keputusan membeli dilakukan oleh konsumen

melalui beberapa tahapan proses pengambilan keputusan pembelian yaitu: 15

a. Pengenalan Masalah

Proses pembelian dimulai dengan pengenalan masalah atau kebutuhan.

Jika kebutuhan diketajui maka konsumen akan serta memahami kebutuhan

yang belum perlu segera dipenuhi atau masalah dapat ditunda

pemenuhannya, serta kebutuhan yang sama-sama harus segera dipenuhi.

Jadi pada tahap inilah proses pembelian itu mulai dilakukan.

b. Pencarian Informasi

Seorang konsumen yang telah mengetahui kebutuhannya dapat atau tidak

dapat mencari informasi lebih lanjut jika dorongan kebutuhan itu kuat, jika

tidak kuat maka kebutuhan konsumen itu hanya akan menjadi ingatan

14
Philip Kotler, “Manajemen Pemasaran Jilid II Ed Milenium”, (Jakarta: Prenhalindo,
2004), Terjemahan Teguh dan Rusli Molan, hal. 204
15
Ibid.,hal. 205
15

belaka. Konsumen mungkin melakukan pencarian lebih banyak atau

segera aktif mencari informasi yang mendasari kebutuhan ini.

c. Penilaian Alternatif

Setelah melakukan pencarian informasi sebanyak mungkin, konsumen

menggunakan informasi untuk mengevaluasi beberapa merek alternatif

dalam satu susunan pilihan.

d. Keputusan Pembelian

Jika keputusan yang diambil adalah membeli, maka pembeli akan

menjumpai serangkaian keputusan yang menyangkut jenis pembelian,

waktu pembelian, dan cara pembelian. Pada tahap ini konsumen benar-

benar membeli produk.

e. Perilaku Pasca Pembelian

Sesudah pembelian terhadap suatu produk yang dilakukan konsumen akan

mengalami beberapa tingkat kepuasan atau ketidakpuasan. Konsumen

tersebut juga akan terlibat dalam tindakan-tindakan sesudah pembelian dan

pengurangan produk yang akan menarik minat pemasar. Pekerjaan

pemasar tidak akan berakhir pada saat suatu produk dibeli, tetapi akan

terus berlangsung hingga periode sesudah pembelian. 16

16
Philip Kotler, Gary Armstrong, “Prinsip-prinsip Pemasaran”, (Jakarta:
Erlangga,2008), hal.179-181
16

B. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Terhadap

Keputusan Pembelian.

1. Faktor Internal

a. Motif dan Motivasi

Motif adalah suatu kebutuhan yang cukup kuat mendesak untuk

mengarahkan seseorang agar dapat mencari pemuasan kebutuhan.Suatu

kebutuhan harus diciptakan atau didorang sebelum memenuhi suatu motif.

Sedangkan motivasi adalah keadaan yang digerakan dimana seseorang

mengarahkan perilaku berdasarkan tujuan. Hal ini termasuk “dorongan,

keinginan, harapan, hasrat”. Motivasi dimulai dengan timbulnya rangsangan

yang memacu pengenalan kebutuhan. Rangsangan ini berasal dari diri

konsumen. Perasaan lapar dan keinginan untuk mengubah suasana adalah

contoh rangsangan internal, sedangkan rangsagan eksternal seperti iklan atau

komentar teman tentang suatu produk.

b. Persepsi

Persepsi merupakan proses individu memilih, mengorganisasikan, dan

menafsirkan masukan-masukan informasi untuk menciptakan sebuah gambaran

yang berarti didunia ini.

c. Kepribadian dan Konsep diri

Kepribadian adalah karakteristik psikologis yang berbeda dari setiap orang

yang memandang responnya terhadap lingkungan yang relatif konsisten.

Keputusan pembelian juga dapat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi


17

diantaranya umur, tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekoomi, gaya hidup

serta kepribadian dan konsep diri pembeli itu sendiri.

d. Sikap

Sikap menempatkan mereka dalam suatu kerangka pikir, menyukai atau

tidak menyukai suatu objek atau ide.

2. Faktor Eksternal

a. Kelompok referensi

Referensi seseorang terdiri dari seluruh kelompok yang mempunyai

pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap atau perilaku

seseorang.

b. Keluarga

Keluarga merupakan suatu komunitas masyarakat terkecil yang

perilakunya sangat mempengaruhi dan menentukan dalam pengambilan

keputusan.

c. Kebudayaan

Kebudayaan adalah hasil kreatifitas manusia dari satu generasi ke generasi

berikutnya yang sangat menentukan bentuk perilaku dalam kehidupan

sebagai anggota masyarakat.

d. Kelas sosial

Kelas sosial adalah sebuah kelompok yang relative homogeny dan

bertahan lama alam sebuah masyarakat yang tersusun secara hierarki dan

keanggotaanya mempunyai nilai, minat dan perilaku yang serupa.


18

3. Faktor pribadi yang terdiri dari beberapa sub, yaitu:

a. Usia dan tahap siklus hidup, konsumsi juga dibentuk oleh siklus hidup

keluarga. Produsen sering memilih kelompok-kelompok berdasarkan

siklus hidup sebagai pasar sasaran mereka.

b. Pekerjaan dan lingkungan ekonomi, yaitu produsen berusaha

mengidentifikasikan kelompok profesi yang memiliki minat diatas rata-

rata produk dan jasa mereka.

c. Gaya hidup orang-orang yang berasal dari sub budaya, kelas social, dan

pekerjaan yang sama dapat memiliki gaya hidup yang berbeda.

d. Kepribadian dan konsep diri. Kepribadiaan adalah karakteristik psikologi

seseorang yang berbeda dengan orang lain yang menyebabkan tanggapan

yang relatif kosisten dan bertahan lama terhadap lingkungan.

4. Psikologi yang terdiri dari beberapa sub, yaitu:

a. Motivasi, seseorang memiliki kebutuhan yang banyak dalam waktu

tertentu. Beberapa kebutuhan bersifat biogenis, kebutuhan muncul dari

tekanan biologis seperti lapar, haus, dan tidak nyaman.

b. Pembelajaran melalui proses perilaku seseorang yang timbul dari

pengalaman. Teori pembelajaran mengajarkan para produsen bahwa

mereka dapat membangun permintaan atas sebuah produk dan

mengaitkannya pada dorongan yang kuat, menggunakan petunjuk yang

memberikan dorongan atau motivasi, dan memberikan penguatan yang

positif.
19

c. Keyakinan dan sikap pribadi berdasarkan pada pengetahuan, pendapatan

atau kepercayaan. Semua itu mungkin atautidak mungkin mengandung

faktor emosional. Sedangkan sikap adalah evaluasi, perasaan emosional

dan kecenderumgan tindakan yang menguntungkan atau tindakan yang

tidak menguntungkan dan bertahan lama dari seseorang terhadap suatu

objek atau gagasan. 17

5. Jenis Pengambilan Keputusan Membeli

Ada beberapa variasi dalam pengambilan keputusan membeli.

Berdasarkan dari variasi itu, Engel menjelaskan kedalam tipe yang lebih

terperinci dengan menggolongkan tipe pengambilan keputusan pembelian

menjadi tiga golongan yaitu:

a. Pengambilan keputusan diperluas (Extended Problem Solving)

Pada proses ini konsumen terbuka pada berbagai informasi dari berbagai

sumber dan termotivasi untuk menilai dan mempertimbangkan serta

membuat pilihan atau keputusan yang tepat. Pengambilan keputusan yang

diperluas biasanya dilakukan pada pembelian barang-barang yang

bertahan lama.

b. Pengambilan Keputusan Antara (Midrange Problem Solving)

Pengambilan keputusan ini berada pada dua titik ekstrim yaitu

pengambilan keputusan yang diperluas dan pengambilan keputusan yang

terbatas. Pada tahap ini, pencarian informasi dan evaluasi alternative

dilakukan oleh konsumen tetapi identitasnya terbatas. Karena konsumen


17
Zulki Zulkifli Noor, “Manajemen Pemasaran Stratejik dilengkapi Dengan Kasus
Kasus Dalam Bidang Bisnis Dan Sektor Publik Tahun 2016” (Yogyakarta: DEEPUBLISH, 2021)
hal. 83
20

sudah mendapatkan informasi sebelumnya, maka konumen akan langsung

memutuskan untuk membeli suatu produk atau tidak tanpa harus

mempertimbangkan lagi. Tahapan pengambilan keputusan tidak dilakukan

semuanya. Setelah melakukan proses pembelian, konsumen merasa tidak

perlu lagi untuk melakukan evaluasi lagi karena konsumen sudah merasa

yakin dengan pilihannya.

c. Pengambilan Keputusan Terbatas (Limited Problem Solving)

Pada proses ini, konsumen akan menyederhanakan proses dan akan

mengurangi jumlah dari variasi yang ada dari sumber informasi yang telah

ada dan kriteria yang digunakan untuk evaluasi produk. Pilihan biasanya

dibuat dengan mengikuti aturan sederhana. Hanya sedikit pencarian

informasi dan evaluasi sebelum pembelian atau dengan kata lain

pengenalan kebutuhannya mengarah kepada tindakan pembelian. 18

6. Indikator Keputusan Pembelian

Menurut Kotler indikator-indikator dalam keputusan pembelian adalah

sebagai berikut:

a. Kemantapan pada sebuah produk, merupakan keputusan yang dilakukan

konsumen, setelah mempertimbangkan berbagai informasi yang

mendukung pengambilan keputusan.

b. Kebiasaan dalam membeli produk, merupakan pengalaman orang terdekat

(orang tua, saudara) dalam menggunakan suatu produk.

18
Dr.M.Anang Firmansyah,”PerilakuKonsumen”, (Sleman:CV Budi Utama:2018), hal.
43-45
21

c. Memberikan rekomendasi kepada orang lain, merupakan penyampaian

informasi yang positif kepada orang lain, agar tertarik untuk melakukan

pembelian.

d. Melakukan pembelian ulang, merupakan pembelian yang

berkesinambungan setelah konsumen merasakan kenyamanan atas produk

atau jasa yang diterima. 19

C. Keputusan Pembelian menurut Perspektif Ekonomi Islam

Keputusan pembelian menurut Nugroho adalah proses pengintegraisan

yang mengkombinasi sikap pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih

perilaku alternatif dan memilih salah satu diantaranya. Proses pemindahan

kepemilikan dalam perdagangan disebut jual beli yang terdapat dalam surah An-

Nisa’:4 ayat 29 yang berbunyi:

َ ُ‫اض ِم ْنكُ ْم ِۗ َو َْل ت َ ْقتُلُ ْٰٓوا ا َ ْنف‬


‫سكُ ْم ِۗ ا َِّن‬ ٍ ‫ع ْن ت ََر‬ ٰٓ َّ ‫ٰيٰٓاَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا َْل ت َأْكُلُ ْٰٓوا ا َ ْم َوالَكُ ْم بَ ْينَكُ ْم بِ ْالبَاطِ ِل ا‬
َ ‫ِْل ا َ ْن تَكُ ْونَ تِ َج‬
َ ‫ارة ا‬

٢٩ ‫ّٰللا َكانَ ِبكُ ْم َرحِ ْي ام‬


َ‫ه‬

Artinya :Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan

harta sesamamu dengan cara yang batil (tidak benar), kecuali berupa

perniagaan atas dasar suka sama suka di antara kamu. Janganlah kamu

membunuh dirimu.Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.20

Islam mengajarkan pola konsumsi yang moderat, tidak berlebihan dan

tidak keterlaluan, Al-Qur’an melarang terjadinya perbuatan tabzir dan mubazir. 21

Dedhy Pradana, Syarifah Hudayah dan Rahmawati, “Pengaruh Harga, Kualitas Produk
19

Dan Citra Merek Brand Image Terhadap Keputusan Pembelian Motor” E-Jurnal Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Mulawarman, Vol. 14 (1) 2017, hal. 16-23
20
Terjemah Kemenag 2019
21
M. Nadratuzzaman Hosen, Maulana Hasanuddin dan AM Hasan Ali, “Dasar-
dasarEkonomiIslam”, (Jakarta: PKES, 2008), hal. 167
22

Komsumsi dalam islam mempunyai ciri-ciri: Pertama, tidak ada perbedaan

kepada Allah. Kedua, konsumsi tidak dibatasi hanya pada kebutuhan efisiensi

akan tetapi mencakup kesenangan-kesenangan dan bahkan barang mewah yang

dihalalkan. Pada ciri yang ketiga, Islam membolehkan mengkonsumsi barang

yang halal diluar kebutuhan primer dengan batasan tidak berlebihan dan

melakukan pemborosakan tetapi mencakup kesenangan-kesenangan dan bahkan

barang mewah yang dihalalkan. Pada ciri yang keempat, Islam membolehkan

mengkonsumsi barang yang halal diluar kebutuhan primer dengan batasan tidak

berlebihan dan melakukan pemborosan.

Selanjutnya, dalam Islam diatur hal-hal yang diperbolehkan dan dilarang

alam melakukan konsumsi yaitu sebagai berikut:

1. Membedakan yang Halal, Haram dan Syubhat

Pada prinsipnya, hukum halal dan haram sudah jelas.Satu jalan yang

diridhai dan diberkahi Allah SWT, sebaliknya jalan satunya adalah jalan yang

tidak diridhai dan dilarang oleh Allah SWT untuk dilalui manusia. Manusia juga

telah diberikan akal untuk melakukan pemikiran dan memetapkan pilihan yang

telah disediakan Allah SWT. Selain halal, konsumen muslim juga dituntut untuk

memperhatikan perkara-perkara yang belum jelas atau syubhat. Oleh karena Itu,

konsumen muslim memerlukan prinsip kehati-hatian dalam menetapkan

keputusan ini.

2. Pemborosan

Pemborosan berbeda dengan kemewahan, hidup mewah biasanya diiringi

dengan sikap boros sedangkan sikap boros tidak harus disertai kemewahan.
23

Pemborosan adalah membuang-buang harta dan menghambur-hamburkannya

tanpa faedah dan mencari pahala.

3. Kemewahan

Kemewahan adalah berlebih-lebihan dalam kesenangan pribadi atau dalam

pengeluaran belanja untuk memenuhi sejumlah keinginan yang tidak terlalu

penting. Kemewahan dapat dilihat melalui fitrah dan kebiasaan sehingga

kemewahan berbeda-beda sesuai dengan kekayaan setiap bangsa dan pendapatan

individual. 22

D. Green Product

1. Pengertian Green Product

Product (produk) menurut Kotler & Amstrong adalah segala semua yang

dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan, atau

dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. 23 Produk hijau

(green product) adalah produk yang berwawaskan lingkungan. Suatu produk yang

sengaja dirancang dan diproses dengan suatu cara untuk mengurangi masalah

kesehatan dan efek-efek mencemari lingkungan, baik dalam faktor produksi,

pendistribusian dan pengkonsumsiannya. 24 Junaedi mendefinisikan produk hijau

(green product) adalah produk yang tidak berbahaya bagi manusia dan ingkungan,

tidak boros sumber daya, tidak menghasilkan sampah berlebihan, dan tidak

melibatkan kekejaman pada binatang.

22
M. Nadratuzzaman Hosen, Maulana Hasanuddin dan AM Hasan Ali, Dasar-dasar
Ekonomi Islam, hal.175
23
Philip Kotler, “Manajemen Pemasaran Edisi Ketiga Belas Jilid 2”, (Jakarta: erlangga,
2008), hal.4
24
Alit Devi Laksmi, I Made Wardan, “Peran Sikap Dalam Memediasi Pengaruh
Kesadaran Lingkungan Terhadap Minat Beli Produk Ramah Lingkungan” E-Jurnal Manajemen
Unud, Vol. 4, N0.7, (2015), ISSN: 2302-8912, hal. 1903
24

Sedangkan menurut D’Souza, green product merupakan produk yang

dirancang untuk meminimalkan dampak lingkungan selama siklus hidup tersebut,

secara khusus penggunaan sumber daya yang tidak dapat diperbaharui

diminimalkan, bahan yang beracun dihindari dan dalam penggunaan sumber daya

yang dapat diperbarui sesuai denagn tingkat yang diperlukan, hal ini menjelaskan

bahwa pada kenyataannya tidak ada produk yang benar-benar disebut green,

karena semua produk masih menggunakan energi, sumber daya, dan emisi dalam

proses pembuatan, distribusi, penggunaan, dan bahkan dalam proses tahap

pembuangan akhirnya secara lebih sederhana, produksi ramah lingkungan harus

peka terhadap permasalahan lingkungan yang sangat luas pada proses

produksinya. Perusahaan dapat menunjukkan sensitivitas akan produksi ramah

lingkungan pada desain produk dan proses yang ada.25 Green product adalah

suatu produk yang dirancang dan diproses dengan suatu cara untuk

mengurangiefek-efek yang dapat mencemari lingkungan dan kesehatan manusia

yang mengkonsumsinya.

Produk memiliki arti penting bagi perusahaan karena tanpa adanya produk,

perusahaan tidak akan dapat melakukan aktivitas dari usahanya. Konsumen akan

membeli produk bila merasa cocok, karena itu produk harus disesuaikan dengan

keinginan ataupun kebutuhan pembeli agar pemasaran produk berhasil. Green

product berkembang dari adanya peningkatan masalah mengenai masalah

kesehatan, pemanasan global, polusi, dan limbah. Oleh karena itu, konsumen

25
Ida hendrasi, “Analisis Konsep Green Product Sebagai Pelaksana Etika Bisnis Pada
Perusahaan”, widya cipta, vol IX No. 1,(maret 2017), hal. 77
25

mengartikan masalah lingkungan menjadi komitmen yang kuat untuk membeli

produk ramah lingkungan.

2. Kriteria Green Product

Kriteria green product menurut D’Souza dalam Ida Jendrasih menjelaskan

bahwa green product adalah produk yang memiliki manfaat bagi konsumen dan

juga memiliki manfaat sosial yang dirasakan oleh konsumen itu sendiri, seperti

tidak berbahaya bagi kesehatan konsumen yang mengkonsumsinya.

Menurut Pankaj dan Vishal, indikator green product dibagi menjadi 3

(tiga), yaitu :

a. Persepsi produk, green product bermanfaat bagi lingkungan. Produk yang

baik merupakan produk yang tidak mencemari lingkungan.

b. Kinerja green product sesuai harapan konsumen. Produk yang mempunyai

kinerja tinggi menjadi incaran konsumen untuk memenuhi kebutuhannya.

c. Bahan baku green product terbuat dari bahan – bahan yang tidak

berbahaya. Konsumen membeli suatu produk hijau dengan pertimbangan

bahwa produk tersebut terbuat dari bahan baku yang aman bagi mereka.

Sedangkan menurut Rath merujuk pendapat dari Elkington et al., indikator

green product, yaitu:

a. Tingkat bahaya produk. Konsumen melihat greenproduct sebagai produk

yang tidak berbahaya bagi manusia dan lingkungan.

b. Kemasan yang ditimbulkan produk. Kemasan yang ditimbulkan tidak

berdambak buruk bagi lingkungan sekitar.


26

c. Material bahan baku. Pernyataan mengenai bahan bakugreen product yang

tidak berbahaya bagi manusia dan lingkungan.26

Sedangkan karakteristik green product menurut beberapa peneliti, yaitu:

a. Produk tidak mengandung racun.

b. Produk lebih tahan lama.

c. Produk menggunakan bahan baku daur ulang.

d. Produk menggunakan bahan alami dari alam.

e. Produk tidak menggunakan bahan baku yang merusak bagi lingkungan.

f. Tidak melibatkan uji produk menggunakan binatang apabila tidak betul-

betul diperlukan.

g. Selama penggunaan tidak merusak lingkungan.

h. Tidak membahayakan kesehatan manusia dan binatang.

i. Tidak menghabiskan banyak energi dan sumberdaya lainnya.

Dapat disimpulkan bahwa green product merupakan produk yang terbuat

dari bahan-bahan yang baik, tidak mengandung bahan-bahan kimia berbahaya,

selain itu aman untuk dikonsumsi serta memenuhi syarat ramah lingkungan.

Dalam penelitian ini tidak semua karakteristik diatas yang akan digunakan tetapi

akan dibatasi pada karakteristik-karakteristik yang dianggap sesuai dengan objek

penelitian ini.

26
Hanim Nur Hanifah, Nurul Hidayati, Rita Mutiarni, “Pengaruh Produk Ramah
Lingkungan/ Green Product Dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Produk Tupperware”
Jurnal Riset Manajemen Dan Bisnis Dewantara, Vol 2 No. 1, (Juni 2019), hal.40
27

E. Labelisasi Halal

1. Pengertian Label

Halal adalah sesuatu yang dengannya terurailah buhul yang

membahayakan, dan Allah memperbolehkan untuk dikerjakan dalam ajaran

agama Islam.

Kata Halal berasal dari kata yang berarti lepas atau tidak terikat.Sesuatu

yang halal artinya sesuatu yang terlepas dari ikatan bahaya duniawi dan ukhrawi.

Dalam bahasa hukum, kata halal juga berarti boleh. Kata thayyib dari segi bahasa

arab berarti lezat, bai, sehat, menentramkan dan yang paling utama. Dalam

konsep makanan, thayyib berarti makanan yang tidak kotor dari segi dzatnya atau

(rusak) atau dicampuri benda najis.

Philip Kotler dan Kevin Keller menyatakan bahwa label adalah etika

sederhana yang ditempelkan pada produk tersebut atau gratik yang dirancang

dengan rumit yang merupakan bagian dari kemasan tersebut. Label melakukan

beberapa fungsi. Pertama, label tersebut mengidentifikasikan produk atau merek,

menjelaskan produk, yakni siapa pembuatnya, dimana dibuatnya, kapan dibuat,

apa saja kandungannya, bagaimana digunakan, dan bagaimana menggunakannya

dengan aman. Yang pada akhirnya, label tersebut mungkin mempromosikan

produk melalui grafik yang menarik mata konsumen. 27

Label merupakan suatu bagian dari sebuah produk yang membawa

informasi verbal tentang produk atau penjualnya. 28 Menurut Tjiptono label

27
Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, “Manajemen Pemasaran Edisi12”, diterjemahkan
oleh, dari judul asli marketing management,(Jakarta: PT Indeks, 2007), hal. 32-33
28
Angipora, Marinus, “Dasar-Dasar Pemasaran”, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2002, hal. 192
28

merupakan bagian dari suatu produk yang menyampaikaninformasi mengenai

produk dan penjual. Sebuah label biasa merupakanbagian dari kemasan, atau bisa

pula merupakan etiket (tanda pengenal) yang dicantelkan pada produk.

Menurut Yuswohadi dalam jurnal Eka Dewi Setia Tarigan, label halal

yaitu jaminan yang diberikan oleh suatu lembaga yang berwenang seprti

Lembaga Pengkajian Pangan Obat-Obatan dan Kosmetika Majelis Ulama

Indonesia (LPPOM MUI) untuk memastikan bahwa produk tersebut sudah lolos

pengujian kehalalan sesuai syariat Islam. Pencantuman label halal bertujuan agar

konsumen mendaptkan perlindungan kehalalan dan kenyamanan atas pemakaian

produk tersebut.29

Definisi label halal secara umum pada dasarnya adalah suatu label yang

memberi keterangan lebih banyak mengenai ciri khas produk dari pada produk

yang tidak berlabel. Label pangan yang dapat melindungi konsumen sekaligus

membuat nama produk secara spesifik apa saja bahan yang ada di produk

tersebut.

Di Indonesia, labelisasi halal merupakan suatu perwujudan dari kewajiban

sertifikasi halal berdasarkan Undang-undang nomor 26 tahun 2019 tentang

jaminan produk halal Pasal 4 yang mengatur bahwa produk yang masuk, beredar,

dan diperdagangkan di wilayah Indonesia harus memiliki sertifikasi halal.

Sertifikasi halal adalah sebuah sertifikat yang dikeluarkan oleh lembaga yang

29
Eka Dewi Setia Tarigan, “Pengaruh Gaya Hidup, Label Halal dan Harga Terhadap
keputusan Pembelian Kosmetik Wardah Pada Mahasiswa Program Studi manajemen Fakultas
Ekonomi Universitas Medan Area medan”,Jurnal Konsep Bisnis dan manajemen No. 1/
November 2016, hal. 49
29

berwenang dalam sertifikasi halal yaitu Badan Penyelenggara Jaminan Produk

Halal (BPJPH) berdasarkan fatwa tertulis yang dikeluarkan oleh MUI.

Menurut Majelis Ulama’ Indonesia(MUI), produk halal ialah produk yang

sesuai dengan syaria’at Islam dan memenuhi beberapa kriteria yaitu: pertama,

tidak mengandung babi; kedua, tidak mengandung bahan yang terlarang seperti

bahan-bahan yang dibuat dari darah, organ tubuh manusia, kotoran-kotoran yang

menjijikkan dan sebagainya; ketiga, hewan yang disembelih harus sesuai dengan

ajaran Islam; keempat, tempat penyimpanan produk, penjualan dan alat

pengangkutan barang jangan dipergunakan untuk babi atau najis lainnya kecuali

disucikan dengan tata cara Islam. 30

Di samping itu ada beberapa macam label secara spesifikyangmempunyai

pengertian berbeda antara lain:

a. Label produk (product label) adalah bagian dari pengemasan sebuah

produk yang mengandung informasi mengenai produk atau penjualan

produk.

b. Label merek (brand label) adalah nama merek yang diletakkan pada

pengemasan produk.

c. Label tingkat (grade label) mengidentifikasi mutu produk, label ini bisa

terdiri dari huruf, angka atau metode lainya untuk menunjukkan tingkat

kualitas dari produk itu sendiri.

d. Label diskriptif (descriptive label) mendaftar isi, menggambarkan

pemakaian dan mendaftar ciri-ciri produk yang lainya. Pemberian label


30
Aminatuz Zahra, Achmad Fawaid, “Halal Food di Era Revolusi Industri 4,0: Prospek
dan Tantangan”Indonesia Jurnal Of Multidisciplinary Islamic Studies, Volume3, Nomor 2, Juli
2019, hal. 122
30

(labeling) merupakan elemen produk yang sangat penting yang patut

memperoleh perhatian seksama dengan tujuan untuk menarikpara

konsumen.

Berdasarkan pengertian label halal diatas, peneliti menganalisa bahwa

label halal adalah segala informasi atas kehalalan suatu produk yang tertera dalam

kemasan produk yang secara langsung diterbitkan atau diberikan oleh lembaga

pengkajian pangan, obat-obatan dan kosmetika yaitu BPJPH dibawah wewenang

Majelis Ulama Indonesia dimana label tersebut adalah bukti kebolehan untuk

mengkonsumsi suatu produk.

Bentuk Logo Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-Obatan Dan Kosmetika

Majelis Ulama Indonesia sebagai logo halal standar produk bersertifikat halal

Majelis Ulama Indonesia adalah sebagai berikut:

Gambar Logo halal Gambar Logo halal baru


31

Kemasan Mie Lemonilo

Secara umum ada tiga kategori makanan yang dikonsumsi manusia, yakni;

nabati, hewani, dan produk olahan. Makanan yang berbahan nabati secara

keseluruhan adalah halal, dan karena itu boleh dikosumsi kecuali yang

mengandung racun, bernajis, dan memabukkan. Adapun makanan yang berasal

dari hewan laut secara keseluruhan boleh dikonsumsi dan hewan darat yang hanya

sebagian kecil saja yang tidak boleh dikonsumsi. Sementara itu kehalalan dan

keharaman makanan olahan sangat tergantung dari bahan (baku, tambahan, dan

penolong) dan pross produksinya.

Produk-produk olahan makanan yang dapat diberikan label halaladalah

produk yang memenuhi syarat kehalalan sesuai dengan syari’at islam. Adapun

syarat dan ketentuannya adalah sebagai berikut:

a. Tidak mengandung babi dan bahan yang berasal dari babi.

b. Tidak mengandung bahan-bahan yang diharamkan seperti bahanbahan

yang berasal dari organ manusia, darah, kotoran dan lain sebagainya.

c. Semua bahan yang berasal dari hewan halal yang disembelih menurut tata

cara syari’at Islam.


32

d. Semua tempat penyimpanan, tempat penjualan, pengolahan, tempat

pengolahan dan transportasinya tidak boleh digunakan untuk babi. Jika

pernah digunakan untuk babi atau barang yang tidak halal lainnya terlebih

dahulu harus dibersihkan dengan tata cara yang diatur menurut syari’at

Islam.

e. Semua makanan dan minuman yang tidak mengandung khamar. Sebagai

masyarakat muslim, mengkonsumsi produk pangan halal adalah hal yang

wajib. Oleh karena itu, masyarakat muslim harus memperhatikan label

halal pada setiap kemasan produk untuk mendapatkan jaminan halal pada

produk makanan termasuk juga makanan kemasan mie instan.

Sebagaimana firman Allah yang menyeru umat muslim untuk hanya

mengonsumsi makanan halal:

ْٰٓ ‫ّٰللا الَّ ِذ‬


٨٨ َ‫ي ا َ ْنت ُ ْم ِب ٖه ُم ْؤمِ نُ ْون‬ َ ‫ّٰللاُ َح ٰل اًل‬
َ ‫ط ِيباا َّۖواتَّقُوا ه‬ ‫َوكُلُ ْوا ِم َّما َرزَ قَكُ ُم ه‬

Artinya “ Makanlah apa yang telah Allah anugerahkan kepadamu sebagai

rezeki yang halal lagi baik, dan bertakwalah kepada Allah yang hanya kepada-

Nya kamu beriman.”

Ayat tersebut menjelaskan agar kita hanya memakan makanan yang halal

dan baik, dari segi syariat serta dari kesehatan gizi, estetika dan lainnya. Oleh

karena itu, masyarakat muslim baik orang tua maupun mahasiswa harus

memperhatikan label pada kemasan sebelum membuat keputusan pembelian

karena semua yang halal akan mendatangkan kebaikan dan kemaslahatan.


33

2. Sertifikasi Halal

Sertifikat Halal MUI adalah fatwa yang tertulis Majelis Ulama Indonesia

yang menyatakan kehalalan suatu produk sesuai dengan syariat Islam. Sertifikasi

Halal MUI ini merupakan syarat untuk mendapatkan izin pencantuman label halal

pada kemasan produk dari instansi pemerintah yang berwenang.

Sertifikat halal merupakan syarat untuk mencantumkan label halal.Adapun

Tujuan dari pelaksanaan sertifikasi halal pada produk panganadalah untuk

memberikan kepastian kehalalan suatu produk, sehingga dapat menentramkan

batin yang mengkonsumsinya.

Tujuan Sertifikasi Halal MUI pada produk pangan,obat-obatan,kosmetika

dan produk lainnya dilakukan untuk memberikan kepastian status kehalalan

sehingga dapat menentramkan batin konsumen dalam mengkonsumsinya.

Kesinambungan proses produksi halal dijamin oleh produsen dengan cara

menerapkan Sistem Jaminan Halal.

Menurut analisa peneliti, sertifikasi halal adalah proses dari pengkajian

produk untuk mendapatkan sertifikasi halal yang merupakan sebuah bukti tertulis

yang diberikan kepada perusahan oleh LPPOM MUI yang menyatakan bahwa

produk makanan tersebut telah terjamin kehalalannya sehingga aman untuk

dikomsumsi.
34

3. Fungsi Label

Menurut Kotler dan Amstrong menyatakan bahwa label memiliki 4 fungsi

utama yaitu:

a. Identifies (mengidentifikasikan), label dapat menerangkan mengenai

produk.

b. Grade (nilai atau kelas), label dapat menunjukan nilai atau kelas dari

produk.

c. Descriptive (memberikan keterangan), label menunjukkan keterangan

mengenai siapa produsen, kapan produk dibuat, apa komposisi dari

produk, dan bagaimana cara penggunaan produk secara aman.

d. Promote (mempromosikan), label mempromosikan produk lewat gambar

dan warna yang menarik.

4. Kriteria Halal

Masyarakat di dunia ini memiliki cara pandang yang beragam menyangkut

apa yang mereka makan dan minum, menyangkut apa yang diperbolehkan dan

yang dilarang, terutama menyangkut daging binatang. Sedangkan makanan dan

minuman yang berasal dari tumbuhan, perbedaan yang terjadi diantara mereka

tidaklah banyak. Islam tidaklah mengharamkannya selain makanan atau minuman

yang telah berubah menjadi khamr, baik berasal dari anggur, kurma, gandum, atau

bahan-bahan lain.

Ada dua kriteria yang menjadikan makanan itu haram, yakni makanan yang

diharamkan secara lidzaatihi, yaitu jenis makanan yang dih aramkan karena
35

zatnya yang diharamkan, dan makanan yang diharamkan Lighairihi, yaitu jenis

makanan yang diharamkan karena cara mendapatkannya haram.

5. Urgensi Sertifikasi Halal dan Labelisasi Halal

Sertifikasi halal dan label halal memiliki arti penting bagi produsen dan

konsumen. Adapun urgensi dari sertifikasi halal dan labelisasi halal adalah

sebagai berikut:31

a. Bagi konsumen

1) Terlindungnya konsumen muslim dari mengonsumsi pangan yang tidak

halal

2) Perasaan hati dan batin konsumen akan tenang

3) Mempertahankan jiwa dan raga dari keterpurukan akibat produk haram

4) Memberikan kepastian dan perlindungan hukum.

b. Bagi produsen

1) Sebagai pertanggungjawaban produsen kepada konsumen muslim

2) Meningkatkan kepercayaan dan kepuasan konsumen

3) Meningkatkan citra dan daya saing perusahaan

4) Sebagai alat pemasaran serta untuk memperluas area jaringan pemasaran

5) Memberi keuntungan pada produsen dengan meningkatkan daya saing dan

omzet produksi dan penjualan.

Berdasarkan pemaparan diatas, dapat peneliti analisa bahwa adanya

sertifikasi halal dan label halal sangatlah penting bagi konsumen maupun

produsen. Suatu produk makanan yang telah memiliki label halal yang sah dari

31
Burhanuddin, “Pemikiran Hukum Perlindungan Konsumen dan Sertifikat Halal”,
Jakarta, 2011, hal. 56.
36

LPPOP MUI akan sangat mempengaruhi konsumen khususnya konsumen muslim

untuk membeli produk makanan tersebut. Munculnya suatu perasaan aman dan

nyaman secara lahir dan batin seorang konsumen dalam mengkonsumsi suatu

produk akan meningkatkan kepercayaan terhadap produk makanan kemasan

contonya seperti mie instan sehat lemonilo.

6. Indikator Label Halal

Indikator label halal adalah :

a. Gambar, merupakan hasil dari tiruan berupa bentuk atau pola (hewan,

orang ,tumbuhan dsb,) dibuat dengan coretan alat tulis

b. Tulisan, merupakan hasil dari menulis yang diharapkan bisa untuk dibaca

c. Kombinasi Gambar dan Tulisan, merupakan gabungan antara hasil gambar

dan hasil tulisan yang dijadikan menjadi satu bagian.

d. Menempel pada Kemasan, dapat diartikan sebagai sesuatu yang melekat

(dengan sengaja atau tidak sengaja) pada kemasasan (pelindung suatu

produk).32

7. Hubungan label halal dengan keputusan pembelian

Menurut Rangkuti dalam penelitian yang dilakukannya menyatakan bahwa

labelisasi halal kurang menjadi perhatian konsumen karena kurang paham atau

kurang informasi mengenai produk makanan yang telah mencantumkan label

32
Khairul Fazrin, “Pengaruh Label Halal dan Bonus dalam Kemasan terhadap Keputusan
Pembelian pada Produk Kinder Joy pada Masyarakat Kota Langsa”, Jurnal Manajemen dan
Keuangan , Vol.6,No.2, Nov 2017, hal 4-5
37

halal. Untuk itu pihak pemerintah masih perlu memberikan informasi mengenai

label halal ini pada masyarakat terutama muslim. 33

Sedangkan menurut Suryanidalam penelitian yang dilakukannya

menunjukkan bahwa label halal hanya sedikit yang mengetahuinya sehingga

hubungan label halal terhadap keputusan pembelian sangat kecil. Untuk itu pihak

terkait perlu memberikan sosialisasi tentang produk yang halal untuk di

konsumsi. 34

Menurut Hawa menyatakan bahwa label halal yang ada pada kemasan

produk yang beredar di Indonesia adalah sebuah logo yang tersusun dari huruf-

huruf Arab yang membentuk kata halal dalam sebuah lingkaran. Label halal

memiliki hubungan terhadap keputusan pembelian. 35

F. Kerangka Berfikir

Kerangka pemikiran merupakan alur yang akan peneliti lakukan sebagai

dasar penelitian. Kerangka pemikiran merupakan model konseptual tentang

bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan

sebagai masalah yang penting. 36 Ditinjau dari jenis hubungan variabel, maka

disini termasuk hubungan sebab akibat yaitu suatu variabel yang mempengaruhi

variabel lainnya, sehingga variabel bebas adalah Green Product (X1) dan Label

Halal (X2) sedangkan untuk variabel terikat adalah Keputusan Pembelian (Y).

33
Freddy Rangkuti, Strategi Promosi dan Kreatif, (Jakarta: Gramedia Pustaka, 2010), hal.
10
34
Tatik Suryani, Perilaku Konsumen Implikasi pada Strategi Pemasaran, (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2008), hal. 77
35
Hawa, Label Halal, (Jakarta: Islahi, 2007), hal. 14
36
Sugiyono, “Metode Penelitian Kombinasi ”, (Yogyakarta: alfabeta, 2012), hal. 93
38

Dalam penelitian ini, dengan adanya green product dan label halal

diharapkan dapat mempengaruhi keputusan pembelian terhadap produk makanan

kemasan mie lemonilo , dengan menggunakan produk halal maka akan

memberikan rasa ketenangan baik lahir maupun batin dan dengan menggunakan

green product dapat mengurangi pencemaran lingkungan

Berdasarkan teori di atas, maka penulis menggunakan kerangka berpikir

sebagai berikut :

Green Product

(X1)
Keputusan
Pembelian (Y)

Label Halal

(X2)

Keterangan:

GreenProduct (X1) : Variabel Dependen

Label Halal (X2) : Variabel Dependen

Keputusan Pembelian (Y) : Variabel Independen


39

G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah dugaan sementara yang mungkin benar atau salah.

Hipotesis ditolak apabila faktanya menyangkal dan diterima apabila faktanya

membenarkan.Jadi hipotesis adalah dugaan sementara yang perlu dibuktikan. 37

Hipotesis adalah jawaban sementara atau dugaan terhadap masalah

penelitian. Secara singkat dan sederhana, hipotesis penelitian adalah dugaan

sementara. Dugaan tersebut dibuat oleh penulis atau peneliti dengan mengacu

pada data awal yang diperoleh. Kemudian dugaan benar atau salah ditentukan

berdasarkan hasil penelitian.

Hipotesi penelitian terhadap rumusan masalah penelitian ini sebagai

berikut:

1. Green product

Ha : Terdapat pengaruh green product terhadap keputusan pembelian

produk makanan

Ho : Tidak terdapat pengaruh green product terhadap keputusan

pembelian produk makanan.

2. Label halal

Ha : Terdapat pengaruh label halal terhadap keputusan pembelian

produk makanan

Ho : Tidak terdapat pengaruh label halal terhadap keputusan pembelian

produk makanan

37
Beni Ahmad Saebani, “MetodePenelitian”, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2008),
hal.103
40

3. Green product dan label halal

Ha: Terdapat pengaruh green product dan label halal terhadap

keputusan pembelian produk makanan

Ho : Tidak terdapat pengaruh green product dan label halal terhadap

keputusan pembelian produk makanan

H. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang digunakan sebagai bahan referensi dalam

peneletian ini adalah:

Penelitian terdahulu adalah upaya peneliti untuk mencari perbandingan

dan selanjutnya untuk menemukan inspirasi baru untuk peneltiain selanjutnya di

samping itu kajian terdahulu membantu penelitian dapat memposisikan penelitian

serta menujukkan orsinalitas dari penelitian. Pada bagaian ini peneliti

mencamtumkan berbagai hasil penelitian terdahulu terkait dengan penelitian yang

hendak dilakukan, kemudian membuat ringkasannya, baik penelitian yang sudah

terpublikasikan atau belum terpublikasikan. Berikut merupakan penelitian

terdahulu yang masih terkait dengan tema yang penulis kaji.

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Desriani Makatumpias,

Silcyljeova Moniharapon, dan Hendra N. Tawas dalam penelitiannya yang

berjudul “Pengaruh Green product dan Brand Image Terhadap Keputusan

Pembelian Produk Oriflame di Manado”. Jenis penelitian ini menggunakan

metode assosiatif dan teknik pengambilan sampel accidental sampling. Hasil dari

penelitian ini adalah pengujian hipotesis dilakukan dengan cara menggunakan

metode analisis regresi linear berganda dengan menggunakan perangkat lunak


41

SPSS versi 20. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa green productdan

brand imagesecara simultan dan parsialberpengaruh terhadap keputusan

pembelian. 38

Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh

Desriani Makatumpias, Silcyljeova Moniharapon, dan Hendra N. Tawas adalah

penulis menggunakan metode kuantitatif dan teknik non probability sampling.

Peneliti terdahulu membahas variabel green product dan brand image sedangkan

penulis membahas green product dan label halal. Hasil dari penelitian terdahulu

didapatkan dengan menggunakan Spss sedangkan penulis menggunakan Smartpls.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Nia Resti Dianti , Eristia Lidia

Paramita dalam penelitiannya yang berjudul “Green Product Dan Keputusan

Pembelian Konsumen Muda Green Product And Young Consumers’ Purchasing

Decisions”. Jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Berdasarkan

hasil analisis penelitian maka dapat dinyatakan dua kesimpulan utama. Hasil

analisis pertama menyimpulkan bahwa pengaruh langsung dari green product

bersifat positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian dari konsumen muda.

Kesimpulan kedua yaitu bahwa green product identification sebagai variabel

pemoderasi bersifat positif namun tidak signifikan terhadap pola hubungan antara

green product dan keputusan pembelian konsumen muda. 39

38
Desriani . Makatumpias dkk,“Pengaruh Green product dan Brand Image Terhadap
Keputusan Pembelian Produk Oriflame di Manado”, Jurnal Riset Ekonomi,Manajemen,Bisnis dan
Akuntansi,Vol.6 No.4 September 2018, hal. 4063 – 4072
39
Nia Resti Dianti , Eristia Lidia Paramita, “Green Product dan Keputusan Pembelian
Konsumen Muda Green Product and Young Consumers’ Purchasing Decisions”, Jurnal Samudra
Ekonomi dan Bisnis Volume 12, Nomor 1, Januari 2021
42

Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Nia

Resti Dianti , Eristia Lidia Paramita adalah Peneliti terdahulu membahas variabel

green product pada konsumen muda sedangkan penulis membahas green product

dan label halal. Hasil dari penelitian terdahulu didapatkan dengan menggunakan

Spss sedangkan penulis menggunakan Smartpls.

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Hanim Nur Hanifah, Nurul

Hidayati, Rita Mutiarni dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Produk

Ramah Lingkungan/Green Product Dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian

Poduk Tupperware” . Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu eksplanatory research. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang

telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa produk ramah lingkungan green

product memiliki peran penting dalam meningkatkan keputusan pembelian

produk Tupperware. Selain itu, dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa harga

juga memiliki peran penting dalam meningkatkan keputusan pembelian produk

Tupperware.40

Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh

Hanim Nur Hanifah, Nurul Hidayati, Rita Mutiarni adalah menggunakan metode

eksplanatory research sedangkan penulis menggunakan teknik non probability

sampling. Peneliti terdahulu membahas variabel green product dan harga

sedangkan penulis membahas green product dan label halal. Hasil dari penelitian

40
Hanim Nur Hanifah, Nurul Hidayati, Rita Mutiarni, “Pengaruh Produk Ramah
Lingkungan/ Green Product Dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Produk Tupperware”
Jurnal Riset Manajemen Dan Bisnis Dewantara, Vol 2 No. 1, (Juni 2019)
43

terdahulu didapatkan dengan menggunakan Spss sedangkan penulis menggunakan

Smartpls.

Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Bryan Givan, Slamet Heri

Winarno penelitiannya yang berjudul “Green Product Dan Gaya Hidup

Pengaruhnya Pada Keputusan Pembelian (Studi Kasus Natural Coffee)”.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian yang digunakan adalah metode

survei, sedangkan desain penelitiannya adalah penelitian kausal. Berdasarkan

hasil pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal anatara lain keputusan

pembelian terhadap produk organik natural coffee secara positif dan signifikan

dipengaruhi oleh faktor green product dan gaya hidup. Pengaruh ini dibuktikan

baik secara parsial maupun secara simultan. Kalangan pecinta natural coffee

beranggapan bahwa produk yang mereka konsumsi memang telah sesuai dengan

harapan mereka sebagai produk yang disukai dan diminati baik dari kalangan

remaja, dewasa dan tua. Secara mayoritas keputusan pembelian pada produk

natural coffee dilakukan oleh mereka yang masuk dalam kategori kalangan

menengah ke atas.41

Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh

Bryan Givan, Slamet Heri Winarno adalah menggunakan metode survei dengan

desain kasual sedangkan penulis menggunakan teknik non probability sampling.

Peneliti terdahulu membahas variabel green product dan gaya hidup sedangkan

Bryan Givan , Slamet Heri Winarno, “Green Product Dan Gaya Hidup Pengaruhnya
41

Pada Keputusan Pembelian (Studi Kasus Natural Coffee)”, Jurnal Ecodemica, Vol. 3 No. 1 April
2019
44

penulis membahas green product dan label halal. Hasil dari penelitian terdahulu

didapatkan dengan menggunakan Spss sedangkan penulis menggunakan Smartpls.

Kelima, penelitian yang dilakukan oleh Risma Nurhayati, Dkk.

penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Labelisasi Halal, Kualitas Produk, Dan

Harga Terhadap Keputusan Pembelian Produk Mie Lemonilo”. Metode yang

dilakukan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan jenis derkriptif

verifikatif. Berdasarkan hasil analisis data variabel labelisasi halal, kualitas

produk, dan harga memiliki arah koefisien regresi poitif dengan nilai t hitung

lebih besar dari t tabel dan nilai signifikasi lebih kecil dari 0.05 yang berarti

variabel-variabel tersebut secara parsial berpengaruh positif dan signifikan

terhadap keputusan pembelian produk mie lemonilo pada masyarakat kecamatan

bantarujeg kabupaten majalengka.42

Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh

Risma Nurhayati, Dkk. adalah Peneliti terdahulu membahas variabel labelisasi

halal, kualitas produk, dan harga sedangkan penulis membahas green product dan

label halal. Hasil dari penelitian terdahulu didapatkan dengan menggunakan Spss

sedangkan penulis menggunakan Smartpls.

Keenam, penelitian yang dilakukan oleh Tengku Putri Lindung Bulan

penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Labelisasi Halal Terhadap Keputusan

Pembelian Sosis Di Kuala Simpang Kabupaten Aceh Tamiang” dengan

menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menyebarkan kuesioner.

42
Risma Nurhayati, dkk., “Pengaruh Labelisasi Halal, Kualitas Produk, Dan Harga
Terhadap Keputusan Pembelian Mie Lemonilo” Jurnal Ekonomi Industri Halal, Vol 2,No.2
45

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan telah diperoleh tanggapan

responden atas pernyataan-pernyataan atas indikator setiap variabel penelitian.

hasil penelitian untuk variabel label halal dan keputusan pembelian dalam tabulasi

data dan kemudian dianalisis dengan menggunakan persamaan linier. 43

Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh

Tengku Putri Lindung Bulan adalah menggunakan metode penelitian kualitatif

sedangkan penulis menggunakan metode kuantitatif. Peneliti terdahulu hanya

membahas variabel labelisasi halal saja sedangkan penulis membahas green

product dan label halal. Hasil dari penelitian terdahulu didapatkan dengan

menggunakan Spss sedangkan penulis menggunakan Smartpls.

43
Tengku Putri Lindung Bulan, “Pengaruh Labelisasi Halal Terhadap Keputusan
Pembelian Sosis Di Kuala Simpang Kabupaten Aceh Tamiang”, Jurnal Manajemen Dan
Keuangan, Vol.5, No.1, Mei 2016
46

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini berjenis penelitian deskriftif dengan cara menggambarkan

permasalahan dengan didasari oleh data-data yang ada untuk analisis lebih lanjut

dan kemudian ditarik kesimpulan. 44 Model pendekatan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Penelitian ini menggunakan metode

yaitu survei yaitu penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil,

tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi

tersebut sehingga ditemukan hubungan antar variabel sosiologis maupun

psikologis.45

Sugiyono berpendapat, metode penelitian kuantitatif dapat diartikan

sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan

untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Teknik pengambilan sampel

pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan

instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk

menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 46

Dalam penelitian ini penulis akan mendeskripsikan bagaimanakah

Pengaruh Green Product dan Label Halal Terhadap Keputusan Pembelian Produk

44
Sukandar Rumidi, “Metodologi Penelitian” (Yogyakarta: Gaja Mada University Press,
2004), hal.104
45
Sugiono, “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed
Methods)”(Bandung: Alfabeta, 2011), hal.12
46
Ibid, hal. 29
47

Mie Instan Lemonilo (Studi Kasus Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

UIN Imam Bonjol)

B. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang yang berlokasi di Kampus sungai

bangek,Kel. Balai Gadang, Kec. Koto Tangah Padang.Penelitian ini dilakukan

dari proposal sampai dengan selesai.

C. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono, Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:

objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya. 47

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Islam Universitas Islam UIN Imam Bonjol Padang. Peneliti menfokuskan

dengan beberapa prodi yang diambil yaitu mahasiswa prodi Manajemen Bisnis

Syariah, Perbankan Syariah, Ekonomi Syariah, Akuntansi Syariah dan

Manajemen Perbankan Syariah.

47
Sugiyono, “Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D.”(Bandung: Alfabeta, 2013) hal. 119
48

Tabel 3.1
Jumlah Mahasiswa Aktif
No Mahasiswa aktif 2019 2020 2021 2022 Jumlah

1 Ekonomi Syariah 139 122 137 208 606

2 Manajemen Perbankan Syariah 5 24 41 0 70

3 Akuntansi Syariah 94 93 101 196 484

4 Manajemen Bisnis Syariah 109 94 113 219 535

5 Perbankan Syariah 102 82 98 200 482

2177

Sumber : Akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam ( September 2022)

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah menggunakan

teknik simple random sampling artinya pengambilan sampel dari populasi

dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi

tersebut.48 Sampel dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

𝑁
𝑛=
1 + 𝑁 (𝑒 )2

48
Sugiyono, “MetodePenelitianKombinasi (Mixed Methods)”, (Bandung: Alfabeta,
2017), hal. 122.
49

Dimana:

n : Ukuran sampel/jumlah responden

N : Ukuran populasi

E : presentase kelonggaran ketelitian kesalahan pengambilan sampel yang

masih bisa ditolerir, (e=0,1).

Nilai e = 0,1 (10 %) untuk populasi dalam jumlah besar.

Perhitungan sebagai berikut:

2177
𝑛=
1 + 2177(0,1)2

2177
= = 95,6082
22,77

Jadi berdasarkan perhitungan di atas sebanyak 96 responden. Namun

dalam sampel penelitian ini peneliti menggunakan sampel sebanyak 100

responden.

D. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Non Probability Sampling. Teknik Non Probability Sampling adalah teknik yang

setiap anggota sampel tidak dapat ditentukan sehingga tidak dapat dilakukan

generalisasi di luar sampel yang akan diteliti. 49

Teknik Non Probability Sampling yang digunakan dalam pengambilan

sampel pada penelitian ini lebih tepatnya menggunakan teknik Stratified Random

Kumba Digdowiseiso, “Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis”, (Jakarta Selatan:


49

Lembaga Penerbitan Universitas Nasional, 2017), hal. 76


50

Sampling yaitu digunakan pada populasi yang mempunyai susunan bertingkat

atau berlapis-lapis. 50

E. Instrumen Penelitian

Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap

fenomena sosial maupun alam. Instrumen penelitian merupakan alat bantu bagi

peneliti dalam mengumpulkan data. Instrumen yang digunakan dalam penelitian

ini adalah angket/kuesioner yang berisi pernyataan-pernyataan dengan

menggunakan skala likert. Skala likert adalah suatu skala yang digunakan

untukmengukur sikap, pendapat, persepsi seseorang atau kelompok tentang

subjek, objek atau kejadian tertentu.

Pertanyaan yang disajikan dalam kuesioner ini adalah pertanyaan tertutup,

yaitu model pertanyaan tersebut disediakan jawabannya, sehingga responden

hanya memilih alternatif jawaban yang sesuai dengan pendapat dan pilihannya.

Alat ukur ini digunakan dengan lima alternatif jawaban dan setiap jawaban diberi

poin seperti berikut ini:

50
Syahrum dan Salim, “Metode Penelitian Kuantitatif”,(Bandung: Citapustaka Media,
2012) hal.116
51

Tabel 3.2

Daftar skor jawaban Skala Likert

Sifat Pernyataan
NO Alternatif Jawaban
Positif Negatif

1 Sangat Setuju (SS) 5 1

2 Setuju (S) 4 2

3 Netral (N) 3 3

4 Tidak Setuju (TS) 2 4

5 Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5

Sumber: Sugiyono, 2010

F. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer.Data primer

adalah data yang diperoleh langsung dari objek yang diteliti yang merupakan

sumber utama atau dimana tempat penelitian dilakukan. 51 Sebagai sumber primer

dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN

Imam Bonjol Padang khususnya yang pernah membeli produk mie instan

lemonilo yang ditemui saat melakukan penelitian. Sumber data dalam penelitian

ini adalah bersumber dari kuesioner.

G. Teknik Pengumpulan Data

1. Angket dan Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden

51
Syofyan Siregar, Metode Kuantitatif, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2013).hal. 16
52

untuk dijawab.52 Kuesioner dapat berupa pertanyaan tertutup atau terbuka, dapat

diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui gfrorm yang

disebarkan melalui media sosial. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data

yang efisien karena variabel dapat diukur. Kuesioner sendiri dapat berupa

pertanyaan-pertanyaan tertutup atau terbuka, dapat diberikan secara langsung

maupun tidak langsung. Kuesioner diberikan kepada mahasiswa Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Imam Bonjol secara langsung dan tidak langsung.

2. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak secara

langsung ditujukan kepada subjek penelitian melainkan melalui dokumen.

Dokumen yang digunakan dapat berupa laporan, buku harian,catatan kasus dalam

suatu pekerjaan dan dokumen lainnya. 53 Peneliti melakukan dokumentasi dengan

mengumpulkan gambar atau foto yang diambil saat membagikan kuesioner

kepada responden.

H. Variabel Penelitian

Variabel merupakan atribut objek yang menjadi perhatian dalam sebuah

penelitian. Komponen yang dimaksud penting dalam mengambil keputusan. Suatu

variabel dapat diartikan sebagai karaktteristik, sifat, watak, dan keadaan yang

terdapat pada seseorang ataupun objek.

52
Sugiono, “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D”, (Bandung: Alfabeta,
cetakan ke-16, 2013), hal. 142
53
Putu Agung dan Anik Yuesti, “Metode Penelitian Bisnis Kuantitatif Dan Kualitatif”,
(Denpasar: CV Noah Aletheia, 2019), hal. 67
53

Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya, maka

variabel dapat dibedakan menjadi beberapa macam yaitu sebagai berikut: 54

1. Variabel Independen (X)

Variabel independen sering disebut sebagai variabel bebas yaitu variabel

yang mempengaruhi atau sebab timbulnya variabel dependen (terikat). Dalam

penelitian ini yang bertindak sebagai variabel independen adalah green product

dan label halal.

2. Variabel Dependen (Y)

Variabel dependen disebut juga sebagai variabel terikat yang merupakan

variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas.

Dalam penelitian ini yang bertindak sebagai variabel dependen adalah keputusan

pembelian.

I. Operasional Variabel

Operasional variabel penelitian untuk menentukan indikator dan skala

yang digunakan dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut

54
Sugiyono, “Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods)”, (Bandung: Alfabeta,
2017), hal. 64-66
54

Tabel 3.3
Operasional variabel
No Variabel Penelitian Indikator Skala

1 GreenProduct (X1) a. Tingkat bahaya produk.


b. Kemasan yang ditimbulkan produk.
c. Material bahan baku.

2 Label Halal (X2) a. Gambar


b. Tulisan
c. Kombinasi gambar dan tulisa
d. Menempel pada kemasan
3 Keputusan Pembelian a. Kemantapan pada sebuah produk
(Y)
b. Kebiasaan dalam membeli produk
c. Memberikan rekomendasi kepada
orang lain
d. Melakukan pembelian ulang

J. Teknik Analisis Data

1. Analisis Deskripsi

Menghitung nilai frekuensi dari jawaban yang diberikan responden

atas setiap penyataan yang diajukan. Kemudian dihitung persentasenya

dengan menggunakan rumus berikut :

𝑓
𝑃= 𝑋 100%
𝑛

Keterangan :

P = Persentase yang dicari

F = Frekuensi
55

N = Jumlah responden

Setelah data terkumpul kemudian disajikan kedalam tabel distribusi

frekuensi untuk dilakukan analisis deskriptif. Untuk mendapatkan rata-rata

skor masing-masing indikator dalam pernyataan yang terdapat dalam

kuesioner dipakai rumus sebagai berikut:

∑ 𝑓𝑖. 𝑤
𝑃=
𝑛

Keterangan :

P = Persentase hasil yang diperoleh

∑fi = Total frekuensi

W = Bobot

N = Total Responden

Setelah mendapatkan rata-rata skor masing-masing jawaban indikator

pernyataan, langkah selanjutnya ialah menghitung tingkat capaian

responden dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

𝑅𝑠
𝑇𝐶𝑅 = × 100%
𝑛

Keterangan :

TCR = Tingkat capaian responden

Rs = Rata-rata skor jawaban responden (Rerata)

N = Nilai skor maksimum


56

Menurut Arikunto, nilai persentase tingkat capaian responden

disesuaikan dengan kriteria rentang skala tingkat capaian responden, sebagai

berikut :55

Tabel 3.2

Rentang Skala TCR

No Interval Jawaban Responden Keterangan

1 81%-100% Sangat Baik

2 61%-80% Baik

3 41%-60% Cukup

4 21%-40% Kurang Baik

5 <20% Sangat Kurang Baik


Sumber : Sugiyono 2010

2. Uji SEM (Scructural Equation Modeling)

Pengolaan data pada penelitian ini dilakukan dengan metode Partial Least

Square (PLS) menggunakan software SmartPLS versi 3. PLS adalah salah satu

metode penyelesaian Struktural Equation Modeling (SEM) yang dalam hal ini

lebih dibandingkan dengan teknik-teknik SEM lainnya. SEM memiliki tingkat

fleksibilitas yang lebih tinggi pada penelitian yang menghubungkan antara teori

dan data, serta mampu melakukan analisis jalur (path) dengan variabel laten

sehingga sering digunakan oleh peneliti yang berfokus pada ilmu sosial.

55
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: PT Rinea Cipta, 2010).hal.213.
57

Partial Least Square (PLS) merupakan metode analisis yang cukup kuat

karena tidak didasarkan pada banyak asumsi. Data juga tidak harus berdistribusi

normal multivariate (indikator dengan skala kategori, ordinal, interval sampai

ratio dapat digunakan pada model yang sama), sampel tidak harus besar.56 Partial

Least Square (PLS) selain dapat mengkonfirmasi teori, namun juga untuk

menjelaskan ada atau tidaknya hubungan antar variabel laten. Selain itu PLS juga

digunakan untuk mengkonfirmasi teori, sehingga dalam penelitian yang berbasis

prediksi PLS lebih cocok untuk menganalisis data.

Partial Least Square (PLS) juga dapat digunakan untuk menjelaskan ada

tidaknya hubungan antar variabel laten. Partial Least Square (PLS) dapat

sekaligus menganalisis konstruk (konsep yang dapat diukur dean diamati) yang

dibentuk dengan indikator refleksif dan formatif. Hal ini tidak dapat dilakukan

oleh SEM yang berbasis kovarian karena akan menjadi unidentified model. Model

refleksif mengasumsikan bahwa konsruk atau variabel laten mempengaruhi

indikator, dimana arah hubungan kausalitas dari konstruk ke indikator atau

manifest sehingga diperlukan konfirmasi atas hubungan antar variabel laten

(Partial Least Square) PLS menggunakan metode bootstraping atau

penggandaan secara acak yang mana asumsi normalitas tidak akan menjadi

masalah bagi (Partial Least Square) PLS. Selain itu (Partial Least Square) PLS

tidak mensyaratkan jumlah minimum sampel yang akan digunakan. dalam

penelitian, penelitian yang memiliki sampel kecil dapat tetap menggunakan

56
Imam Ghozali, “Structural Equation Modeling Metode Alternatif dengan Partial Least
Square (PLS)”, (Semarang: Undip, 2008), hal. 17
58

(Partial Least Square) PLS. Partial Least Square digolongkan jenis non-

parametrik oleh karena itu dalam permodelan PLS tidak diperlukan data dengan

distribusi normal. 57 Tujuan dari penggunaan (Partial Least Square) PLS yaitu

untuk melakukan prediksi.

Dalam metode PLS (Partial Least Square) teknik analisa yang dilakukan

adalah sebagai berikut:

a. Analisa Outer Model

Analisa outer model dilakukan untuk memastikan bahwa instrumen

yang digunakan layak untuk dijadikan pengukuran (valid dan reliabel). 58

Dalam analisa model ini menspesifikasi hubungan antar variabel laten dengan

indikator-indikatornya.59 Analisa outer model dapat dilihat dari beberapa

indikator:

1) Convergent Validity adalah indikator yang dinilai berdasarkan korelasi

antara item score/component score dengan construct score, yang dapat

dilihat dari standardized loading factor yang mana menggambarkan

besarnya korelasi antar setiap item pengukuran (indikator) dengan

konstraknya. Ukuran refleksif individual dikatakan tinggi jika berkorelasi

> 0.5 dengan konstruk yang ingin diukur, sedangkan menurut Chin yang

57
Ananda Sabil Husein, Penelitian Bisnis dan Manajemen Menggunakan Partial Least
Squares (PLS) dengan smartPLS 3.0, (Universitas Brawijaya: Modul Ajar, 2015), hal. 4
58
Ananda Sabil Husein, Penelitian Bisnis dan Manajemen Menggunakan Partial Least
Squares (PLS) dengan smartPLS 3.0, (Universitas Brawijaya: Modul Ajar, 2015), hal. 18
59
Ibid, hal. 18
59

dikutip oleh Imam Ghozali, nilai outer loading antara 0,5 – 0,6 sudah

dianggap cukup.

2) Discriminant Validity merupakan model pengukuran dengan refleksif

indicator dinilai berdasarkan cross loading pengukuran dengan konstruk.

Jika korelasi konstruk dengan item pengukuran lebih besar daripada

ukuran konstruk lainnya, maka menunjukan ukuran blok mereka lebih baik

dibandingkan dengan blok lainnya. Sedangkan menurut metode lain untuk

menilai discriminant validity yaitu dengan membandingkan nilai

squareroot of average variance extracted (AVE).

3) Composite reliability merupakan indikator untuk mengukur suatu konstruk

yang dapat dilihat pada view latent variable coefficients. Untuk

mengevaluasi composite reliability terdapat dua alat ukur yaitu internal

consistency dan cronbach’s alpha. Dalam pengukuran tersebut apabila

nilai yang dicapai adalah > 0,70 maka dapat dikatakan bahwa konstruk

tersebut memiliki reliabilitas yang tinggi.

4) Cronbach’s Alpha merupakan uji reliabilitas yang dilakukan memperkuat

hasil dari composite reliability. Suatu variabel dapat dinyatakan reliabel

apabila memiliki nilai cronbach’s alpha > 0,7.25 Uji yang dilakukan

diatas merupakan uji pada outer model untuk indikator reflektif.

b. Analisa Inner Model

Analisa Inner model biasanya juga disebut dengan (inner relation,

structural model dan substantive theory) yang mana menggambarkan

hubungan antara variabel laten berdasarkan pada substantive theory. .


60

1) R-Square

Koefisien determinasi (R Square) merupakan cara untuk menilai

seberapa besar konstruk endogen dapat dijelaskan oleh konstruk eksogen.

Nilai koefisien determinasi (R Square) diharapkan antara 0 dan 1. Model

structural dievaluasi dengan menggunakan R-square untuk konstruk

dependen. Penilaian model PLS dapat dimulai dengan melihat R-square

untuk setiap variabel laten dependen. Perubahan pada nilai R-square dapat

digunakan untuk menilai pengaruh substantive variabel laten independen

tertentu terhadap variabel laten dependen. Nilai R-square

merepresentasikan jumlah variance dari konstruk yang dijelaskan oleh

model.

Sedangkan Adjusted R Square adalah nilai R Square yang telah

dikoreksi berdasarkan nilai standar error. Nilai Adjusted R Square

memberikan gambaran yang lebih kuat dibandingkan R Square dalam

menilai kemampuan sebuah konstruk exogen dalam menjelaskan konstruk

endogen.

2) Q² Predictive Relevance

Disamping melihat besarnya R-square, evaluasi model PLS dapat juga

dilakukan dengan Q² predictive relevance atau predictive sample reuseuntuk

merepresentasi sintetis dari cross validation dan fungsi fitting dengan prediksi

dari observed variabel dan estimasi dari parameter konstruk. Nilai Q² > 0

menunjukkan bahwa model mempunyai predictive relevance, sedangkan nilai

Q² < 0 menunjukkan bahwa model kurang memiliki predictive relevance .Q²


61

mengukur seberapa baik nilai observasi dihasilkan oleh model dan juga

estimasi parameternya.

c. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk menguji pengaruh variabel eksogen

(X) secara parsial terhadap variabel endogen (Y). Nilai koefisien inner

weight dikatakan signifikan bila nilai t hitung > t tabel .pada penelitian ini

nilai afa yang digunakan adalah 0,05.


62

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Mie Lemonilo

PT Lemonilo Indonesia Sehat atau Lemonilo adalah perusahaan rintisan

konsumen yang berbasis di Jakarta Barat.Lemonilo didirikan oleh Shinta

Nurfauzia (Co-CEO), Ronald Wijaya (Co-CEO), dan Johannes Ardiant (Chief

Product & Technology). Didirikan pada tahun 2016, Lemonilo muncul pertama

kali sebagai sebuah loka pasar yang menjual produk-produk sehat dan natural

dengan harga terjangkau. Selain di e-commerce, produk-produk Lemonilo dapat

dibeli melalui aplikasi mobile, serta beberapa supermarket,minimarket maupun

kedai. Saat ini, Lemonilo sudah ada di 28 wilayah di Indonesia.

Lemonilo terlahir dari start up kesehatan bernama Konsula yang berdiri

pada tahun 2015. Pada tanggal 1 Oktober 2016, Lemonilo resmi berdiri dengan

mengunsung konsep gaya hidup sehat. Selain memastikan produk-produknya

bebas dari bahan-bahan berbahaya, Lemonilo juga berkomitmen untuk

memberikan harga terbaik bagi konsumen. Hal ini berangkat dari observasi dari

para pendiri sebelumnya mengenai makanan sehat yang beredar dipasaran dengan

harga tinggi.

Pada September 2017, Lemonilo secara resmi meluncurkan prduk

pertamanya, Lemonilo Mie Istan Rasa Mie Goreng di platform online

lemonilo.com.seiring dengan meningkatnya permintaan pasar, Lemonilo Mie

Istan kemudian juga dijual secara luring, bik di supermarket maupun minimarket.
63

Melanjutkan kesuksesan Lemonilo Mie Instan Rasa Mie Goreng,

Lemonilo terus mengembangkan dan meluncurkan lebih banyak lai produk-

produk sehat. Sampai dengan 2020, Lemonilo telah menjual lebih dari 40 produk

melalui platform onlinenya.

Lemonilo menjadi pionir, penyedia produk tanpa 3P mengajak masyarakat

baik anak-anak, remaja, mahasiswa dan orang tua untuk melakukan pola hidup

sehat.Untuk itu Lemonilo hadir dengan produk yang mudah didapat, enak, dan

terjangkau untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.Salah satu produk andalannya

adalah mie instan Lemonilo.

B. Hasil Analisis Data

1. Analisis Deskriptif

Pada penelitian ini, responden yang diambil adalah mahasiswa Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Islam khususnya yang pernah membeli produk kemasan mie

instan Lemonilo. Responden yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 100

orang. Berdasarkan data dari 100 responden yang diambil terdapat karakteristik

responden diantaranya adalah:

a. Karakteristik responden berdasarkan usia

Karakteristik responden berdasarkan usia pada penelitian inidapat

dilihat pada tebel berikut:


64

Tabel 4.1

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Umur Jumlah Presentase


20 24 24%
21 18 18%
22 18 18%
23 30 30%
24 10 10%
Jumlah 100
Sumber: Data Primer Diolah (2022)

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa umur responden adalah

umur 20 tahun sebanyak 24 responden (24%), umur 21 tahun sebanyak 18

responden (18%), umur 22 tahun sebanyak 18 orang (18%), dan umur 24 tahun

sebanyak 10 responden (10%).

b. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Tabel 4.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Presentase


Laki-laki 49 49%
Perempuan 51 51%
Jumlah 100
Sumber: Data Primer Diolah (2022)

Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa penelitian ini yang menjadi

subjek atau responden terdiri dari laki-laki sebanyak 49 orang dengan persentase

49% dan perempuan sebanyak 51 orang dengan persentase 55%. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa mayoritas responden adalah perempuan.


65

c. Karakteristik responden berdasarkan program studi

Tabel 4.3
Karakteristik Responden Berdasarkan Prodi

Prodi Jumlah Presentase


Manajemen Bisnis 47 47%
Syariah
Perbankan Syariah 15 15%
Manajemen 12 12%
Perbankan Syariah
Akuntansi Syariah 24 24%
Ekonomi Syariah 14 14%
Jumlah 100
Sumber: Data Primer Diolah (2022)

Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa penelitian ini yang menjadi

subjek atau responden terdiri dari mahasiswa Manajemen Bisnis Syariah sebanyak

47 orang dengan persentase 47%, Mahasiswa Perbankan Syariah 15 orang,

Mahasiswa Manajemen Perbankan Syariah 12 dengan presentase 12%,

Mahasiswa Akuntansi Syariah 24 orang dengan presentase 24% dan Mahasiswa

Ekonomi Syariah sebanyak 14 orang dengan presentase 14%. Dapat disimpulkan

bahwa mayoritas responden adalah mahasiswa Manajemen Bisnis Syariah.

2. Hasil Analisis Data Penelitin Uji SEM (Structure Equation Modelling)

Pada penelitian ini, pengujian hipotesis menggunakan teknik analisis

Partial Least Square (PLS) dengan menggunakan Smart-PLS 3 Profesional.

Berikut skema model program PLS yang diujikan:


66

Gambar 4.4
Outer Model 1

Gambar 4.5
Outer Model 2
67

Gambar 4.6
Outer Model 3

a. Evaluasi Model Pengukuran (Outer Model)

Menurut Ghozali Outer Model dapat didefinisikan sebagai suatu

model yang menghubungkan setiap blok indikator dengan variabel

lainnya. Pengujian outer model dapat dijelaskan dengan uji convergent

validity, discriminat validity, dan composite reliability.60 Dalam

pengukuran tersebut suatu data dikatakan valid jika batas nilai yang

diterima > 0,5.

60
Imam Ghozali, “Structural Equation Modeling – Metode Alternatif dengan Partial
Least Squares (PLS)” (Semarang: Universitas Diponegoro, 2014), hal. 39.
68

1) Uji Convergent Validity

Convergent Validity merupakan salah satu uji yang menunjukan hubungan

antar item reflektif dengan variabel latennya. Uji ini dilakukan untuk

mengetahui validitas tiap indikator dari suatu variabel. Untuk menuji

Convergent Validity, digunakan nilai outer loading atau loading faktor.

Suatu indikator dinyatakan memenuhi convergent validity dalam kategori

baik apabila nilai outer loading > 0,5.

Tabel 4.7
Outer Loading 1
Indikator Green Keputusan Label Halal
Product Pembelian
X1.1 0,539
X1.2 0,723
X1.3 0,585
X1.4 0,579
X1.5 0,707
X1.6 0,485
X2.1 0,825
X2.2 0,746
X2.3 0,472
X2.4 0,669
Y1 0,700
Y2 0,675
Y3 0,578
Y4 0,632
Y5 0,722
Y6 0,601
Sumber: Data diolah menggunakan SmartPLS v.3.29.3, 2022

Berdasarkan nilai outer loading diatas menurut Ghozali menyatakan

bahwa penelitian terhadap awal dari pengembangan skala pengukuran pada nilai

loading factor 0,5 - 0,6 dianggap sudah reliabel. Dari data diatas menunjukkan

bebarapa nilai outer loading < 0,5 maka data tersebut tidak memenuhi kriteria
69

dengan ini data dapat dilakukan pengujian kembali dengan menghilangkan data

nilai outer loading < 0,5. Data yang dihilangkan yaitu X6.

Tabel 4.8
Outer Loading 2

Indikator Green Product Keputusan Label Halal


Pembelian
X1.1 0,537
X1.2 0,717
X1.3 0,609
X1.4 0,589
X1.5 0,699
X2.1 0,825
X2.2 0,746
X2.3 0,473
X2.4 0,669
Y1 0,702
Y2 0,672
Y3 0,579
Y4 0,633
Y5 0,721
Y6 0,601
Sumber: Data diolah menggunakan SmartPLS v.3.29.3, 2022

Dari data diatas menunjukkan bebarapa nilai outer loading < 0,5 maka

akan data tersebut tidak memenuhi kriteria dengan ini data dapat dilakukan

pengujian kembali dengan menghilangkan data nilai outer loading < 0,5. Data

yang dihilangkan yaitu X2.3


70

Tabel 4.9
Outer Loading 3

Indikator Green Keputusan Label Halal


Product Pembelian
X1.1 0,539
X1.2 0,717
X1.3 0,607
X1.4 0,588
X1.5 0,701
X2.1 0,853
X2.2 0,765
X2.4 0,680
Y1 0,706
Y2 0,678
Y3 0,568
Y4 0,640
Y5 0,720
Y6 0,599
Sumber: Data diolah menggunakan SmartPLS v.3.29.3, 2022

Berdasarkan nilai outer loading diatas, menunjukan semua nilai outer

loading > 0,5 maka data tersebut telah memenuhi kriteria. Dengan ini pengujian

data dapat dikatakan valid.

2) Discriminant Validity

Discriminat validity bertujuan untuk menguji validitas diskrimanan dengan

indikator refleksif yaitu dengan melihat nilai cross loading. Pengujian cross

loading dilakukan dengan baik apabila nilai loading dari setiap variabel memiliki

nilai cross loading paling besar daripada nilai loading dari variabel laten lainnya.

Suatu inikator dinyatakan memenuhi discriminat validity apabila nilai cross

loading indikator pada variabelnya adalah yang terbesar dibandingkan pada


71

variabel lainnya.61 Hasil perhitungan uji validitas diskriminan pada penelitian ini

disajikan pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.10
Cross Loading
Indikator Green Keputusan Label Halal
Product Pembelian
X1.1 0,539 0,259 0,275
X1.2 0,717 0,439 0,408
X1.3 0,607 0,297 0,249
X1.4 0,588 0,211 0,351
X1.5 0,701 0,311 0,399
X2.1 0,474 0,527 0,853
X2.2 0,468 0,401 0,765
X2.4 0,279 0,386 0,680
Y1 0,338 0,706 0,341
Y2 0,278 0,678 0,473
Y3 0,424 0,568 0,436
Y4 0,284 0,640 0,289
Y5 0,322 0,720 0,384
Y6 0,279 0,599 0,261
Sumber: Data diolah menggunakan SmartPLS v.3.29.3, 2022

Berdasarkan sajian data pada tabel 4.10, terlihat bahwa nilai cross loading

untuk setiap indikator (kolom yang di bold) lebih tinggi jika dibandingkan dengan

korelasi indikator dengan variabel laten yang lainnya, sehingga dapat disimpulkan

bahwa indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur variabel laten telah

memenuhi syarat atau memiliki discriminant validity yang baik dalam menyusun

variabelnya masing-masing.

Selain mengamati nilai cross loading, discriminant validity juga dapat

diketahui melalui metode lainnya yaitu dengan melihat nilai average variant

61
Ghozali, “Structural Equation Modeling”, hal. 39-40.
72

extracted (AVE) untuk masing-masing indikator dipersyaratkan nilainya harus >

0,5 untuk model yang baik.

Tabel 4.11
Average Variant Extracted (AVE)
Variabel Rata-rata Varians
Diekstrak (AVE)
X1 0,402
Green Product
X2 Label Halal 0,592
Y Keputusan 0,528
Pembelian
Sumber: Data diolah menggunakan SmartPLS v.3.29.3, 2022

Berdasarkan sajian data dalam tabel 4.11 di atas, diketahui bahwa nilai

AVE variabel green product memiliki nilai AVE 0,402 berarti model kurang baik,

keputusan pembelian memiliki nilai AVE 0,528 berarti model baik dan label

halal memiliki nilai AVE 0,592 berarti model baik.

3) Composite Reliability

Composite Reliability merupakan bagian yang digunakan untuk menguji

nilai reliabilitas indikator-indikator pada suatu variabel. Suatu variabel dapat

dinyatakan memenuhi composite reliability apabila memiliki nilai composite

reliability > 0,6.62 Berikut ini adalah nilai composite reliability dari masing-

masing variabel yang digunakan dalam penelitian ini:

62
Ghozali, “Structural Equation Modeling”, hal. 43.
73

Tabel 4.13

Nilai composite reliability

Variabel Reliabilitas
Komposit
Green Product 0,769
Label Halal 0,812
Keputusan Pembelian 0,817
Sumber: Data diolah menggunakan SmartPLS v.3.29.3, 2022

Berdasarkan sajian data pada tabel 4.13 di atas, dapat diketahui bahwa

nilai composite reliability semua variabel penelitian > 0,6. Hasil ini menunjukkan

bahwa masing-masing variabel telah memenuhi composite realibility sehingga

dapat disimpulkan bahwa keseluruhan variabel memiliki tingkat realibilitas yang

tinggi.

4) Cronbach Alpha

Uji realibilitas dengan composite reability di atas dapat diperkuat dengan

menggunakan nilai cronbach alpha. Suatu variabel dapat dinyatakan reliabel atau

memenuhi cronbach alpha apabila memiliki nilai cronbach alpha > 0,.63 Berikut

ini adalah nilai cronbach alpha dari masing-masing variabel:

Tabel 4.14
Nilai cronbach’s alpha
Variabel Cronbach's Alpha
Green Product 0,636
Label Halal 0,654
Keputusan Pembelian 0,734
Berdasarkan sajian data di atas pada tabel 4.14, dapat diketahui bahwa

nilai cronbach alpha dari masing-masing variabel penelitian > 0,6. Dengan

demikian hasil ini dapat menunjukkan bahwa masing-masing variabel penelitian

Andreas B. Eisingerich dan Gaia Rubera, “Drivers of Brand Commitment: A Cross


63

National Investigation”, Journal of International Marketing, Vol. 18 No. 2 (Juni, 2010), hal. 27
74

telah memenuhi persyaratan nilai cronbach alpha, sehingga dapat disimpulkan

bahwa keseluruhan variabel memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi.

b. Evaluasi Model Struktural (Inner Model)

Pengujian inner model dapat dilakukan dengan mencari Model Fit, R-

square dan Estimate for Path Coefficients.

Gambar 4.15
Hasil Poses Bootstrapping

Gambar diatas merupakan hasil proses bootstrapping pada model

structural.

1) Uji Path Coefficient

Evaluasi Path Coefficient digunakan untuk menunjukkan seberapa kuat

efek atau pengaruh variabel independen kepada variabel dependen.Sedangkan


75

Coefficient Determination (R-Square) digunakan untuk mengukur seberapa

banyak Variabel endogen dipengaruhi oleh variabel lainnya. Chin menyebutkan

hasil R2 sebesar 0,67 keatas untuk variabel laten endogen dalam model structural

mengidikasikan pengaruh variabel eksogen (yang mempengaruhi) terhadap

variabel endogen (yang dipengaruhi) termasuk dalam lategori baik. Sedangkan

jika hasilnya sebesar 0,33-0.67 maka termasuk dalam kategori sedang, dan jika

hasilnya sebesar 0,19-0,33 maka termasuk dalam kategori lemah. 64

Berdasarkan Skema Inner Model pada gambar 4.15 diatas, dapat

dijelaskan bahwa nilai Path Coefficient ditunjukkan dengan pengaruh paling kecil

Green Product terhadap Keputusan Pembelian sebesar 2,213 dan pengaruh yang

sedang ditunjukan oleh pengaruh Label Halal terhadap Keputusan Pembelian

sebesar 4,749.

Berdasarkan hasil uraian tersebut, menunjukkan bahwa keseluruhan

variabel dalam model ini memiliki path coefficience dengan angka yang positif.

Hal ini menunjukkan bahwa jika semakin besar nilai path coefficience pada satu

variabel independen terhadap variabel dependen, maka semakin kuat pula

pengaruh antar variabel independen terhadap variabel dependen tersebut.

2) R-Square

Nilai R-Square digunakan untuk menilai substantive variabel laten

independen tertentu terhadap variabel laten dependen. Menurut Ghozali

menyatakan bahwa nilai R-Square mempersentasikan jumalah variance dari

64
Ghozali, “Structural Equation Modelling”, 42.
76

konstruk yang dijelaskan oleh model sehingga semakin tinggi R-Square maka

semakin baik model prediksi.

Tabel 4.16
R-Square
R Square Adjusted R Square
Keputusan Pembelian 0,384 0,372
Sumber: Data diolah menggunakan SmartPLS v.3.29.3, 2022

Berdasarkan sajian data di atas pada tabel 4.17, karena dalam penelitian

ini variabel dependennya cuma satu maka R-square nya pun juga menghasilkan

hanya satu R-square yaitu pada variabel dependen (Y) keputusan pembelian

dengan nilai 0,384 yang berarti sekitar 38,4% mampu menjelaskan variabel Y

keputusan pembelian. Sisanya dijelaskan dari variabel lainnya diluar penelitian

yang dilakukan oleh penulis.

3) Q2 Predictive Relevance (Goodness Of Fit)

Evaluasi ini bertujuan untuk mempresentasikan sintetis dari cross

validation dan fungsi fitting dengan prediksi dari observed dan estimasi dari

parameter konstruk. Dalam evaluasi Q2Predictive Relevance menyatakan bahwa

nilai Q2 > 0 memiliki model mempunyai predictive relevance, sedangkan Q2 < 0

bahwa model kurang memiliki productive relevance.

Q2 = 1 - (1- R2)

Q2 = 1 - (1- 0,384)

Q2 = 1 - (0,616)

Q2 = 1- 0,384
77

Q2 = 0,616

Dari hasil diatas menunjukkan nilai Q2 sebesar 0,616 berarti data memiliki

model predictive relevance dengan nilai sebesar 61,9% dan 38,1% dipengaruhi

oleh faktor lain. Dengan demikian, dari hasil tersebut maka model penelitian ini

dapat dinyatakan telah memiliki Goodness of fit yang baik.

c. Uji Hipotesis

Uji hipotesis bertujuan untuk menguji pengaruh variabel indenpenden

secara parsial terhadap variabel dependen. Uji hipotesis ini menggunakan uji t

yang mana nilai koefisien iner weight dapat dikatakan siqnifikan jika nilai t hitung

besar dari t tabel dengan nilai alfa yang digunakan yaitu 0,1.

Tabel 4.17
Uji Hipotesis
T-Statistik (O/STDEV) P Values Hasil
Green Product -> Keputusan Pembelian 2,123 0,034 Diterima
Label Halal_ -> Keputusan Pembelian 4,749 0,000 Diterima
Sumber: Data diolah menggunakan SmartPLS v.3.29.3, 2022

Berdasarkan data diatas diketahui bahwa dari dua hipotesis yang diajukan

dalam penelitian ini

a. Pengujian hipotesis 1

Dalam pengujian hipotesis pertama dalam penelitian ini yaitu terdapat

pengaruh yang signifikan antara green product terhadap keputusan

pembelian mie Lemonilo. Berdasarkan hasil pengujian diatas, hipotesis 1

diterima karena masing-masing pengaruh yang ditunjukan memiliki nilai

P-value< 0,05. Yang mana green product (X1) memiliki P-value sebesar
78

0,034 dan T- statistik dengan nilai 2,123 yang artinya green product (X1)

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian mie

instan Lemonilo.

b. Pengujian hipotesis 2

Dalam pengujian hipotesis pertama dalam penelitian ini yaitu terdapat

pengaruh yang signifikan antara label halal terhadap keputusan pembelian

mie Lemonilo. Berdasarkan hasil pengujian diatas, hipotesis 2 diterima

karena masing-masing pengaruh yang ditunjukan memiliki nilai P-

value<0,05. Yang mana label halal (X2) memiliki P-value sebesar 0,000

dan T- statistik dengan nilai 4,749 yang artinya label halal (X2) memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian mie instan

Lemonilo.

C. Pembahasan

1. Pengaruh Green Product Terhadap Keputusan Pembelian pada

Produk Mie Lemonilo

Bedasarkan hasil penelitian variabel green product secara parsial

berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian bagi mahasiswa di

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Imam Bonjol. Hal ini dapat

dilihat dari hasil pengujian yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa

hasil diketahui nilai T-statistics menunjukan bahwa pengaruh green

product terhadap keputusan pembelian memiliki pengaruh yang

signifikan karena nilai hipotesis yang diujikan yaitu sebesar 2,123,

sehingga menyatakan green product berpengaruh positif terhadap


79

keputusan pembelian sehingga hipotesis pertama dapat dibuktikan

kebenarannya.

Menurut Junaedi mendefinisikan produk hijau (green product)

adalah produk yang tidak berbahaya bagi manusia dan ingkungan, tidak

boros sumber daya, tidak menghasilkan sampah berlebihan, dan tidak

melibatkan kekejaman pada binatang. Produk hijau (green product)

adalah produk yang berwawaskan lingkungan. Suatu produk yang sengaja

dirancang dan diproses dengan suatu cara untuk mengurangi masalah

kesehatan dan efek-efek mencemari lingkungan, baik dalam faktor

produksi, pendistribusian dan pengkonsumsiannya.65

Produk memiliki arti penting bagi perusahaan karena tanpa adanya

produk, perusahaan tidak akan dapat melakukan aktivitas dari usahanya.

Konsumen akan membeli produk bila merasa cocok, karena itu produk

harus disesuaikan dengan keinginan ataupun kebutuhan pembeli agar

pemasaran produk berhasil. Green product berkembang dari adanya

peningkatan masalah mengenai masalah kesehatan, pemanasan global,

polusi, dan limbah. Oleh karena itu, konsumen mengartikan masalah

lingkungan menjadi komitmen yang kuat untuk membeli produk ramah

lingkungan.

Green product berpengaruh terhadap keputusan pembelian, hal ini

mengindikasikan bahwa green product memberikan dampak terhadap

65
Alit Devi Laksmi, I Made Wardan, “Peran Sikap Dalam Memediasi Pengaruh
Kesadaran Lingkungan Terhadap Minat Beli Produk Ramah Lingkungan” E-jurnal Manajemen
Unud, Vol. 4. NO. 7, (2015), ISSN: 2302-8912, hal. 1903
80

keputusan konsumen dalam membeli produk mie instan Lemonilo. Hasil

penelitian menjelaskan bahwa responden merasa green product

bermanfaat bagi tubuh mereka sendiri dan lingkungan. Kesadaran

mahasiswa ini menimbulkan perubahan perilaku pembelian mereka.

Mereka lebih sensitif atau selektif dalam pembelian sebuah produk untuk

kebutuhan sehari-hari yang akan dikomsumsi. Dengan demikian green

product yang dibutuhkan oleh komsumen yang sadar akan lingkungan

hidup dan berpengaruh terhadap keputusan pembelian mereka sebagai

konsumen.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada konsumen mie

Lemonilo di kalangan Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

UIN imam bonjol, ditemukan bahwa green product berpengaruh

signifikan terhadap keputusan pembelian.

Hasil pengujian dari variabel X1 green product sejalan dengan

hasil dari pengujian terdahulu yang juga mendukung adanya hubungan

yang positif dan signifikan antara green product terhadap keputusan

pembelian yakni penelitian yang dilakukan Hanim Nur Hanifah dkk, yang

meneliti variabel green product dan harga terhadap keputusan pembelian

Tupperware yang memberikan hasil bahwa dengan adanya green product

dapat meningkatkan keputusan pembelian.66

66
Hanim Nur Hanifah, Nurul Hidayati, Rita Mutiarni, “Pengaruh Produk Ramah
Lingkungan/ Green Product Dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Produk Tupperware”
Jurnal Riset Manajemen Dan Bisnis Dewantara, Vol 2 No. 1, (Juni 2019)
81

Aspek green prroduct yang diberikan dalam penelitian ini yaitu

dengan memperhatikan tingkat bahaya produk bagi kesehatan manusia ,

limbah yang ditimbul dari produk, dan material bahan baku sehingga hal

ini berpengaruh baik terhadap keputusan pembelian konsumen.

2. Pengaruh Label Halal Terhadap Keputusan Pembelian pada Produk

Mie Lemonilo

Bedasarkan hasil penelitian variabel label halal secara parsial

berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian bagi mahasiswa di

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Imam Bonjol. Hal ini dapat

dilihat dari hasil pengujian yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa

hasil diketahui nilai T-statistics menunjukan bahwa pengaruh label halal

terhadap keputusan pembelian memiliki tingkat signifikan terkuat dua

hipotesis yang diujikan yaitu sebesar 4,749, sehingga menyatakan label

halal berpengaruh terhadap keputusan pembelian.

Menurut Yuswohadi dalam jurnal Eka Dewi Setia Tarigan, label

halal yaitu jaminan yang diberikan oleh suatu lembaga yang berwenang

seprti Lembaga Pengkajian Pangan Obat-Obatan dan Kosmetika Majelis

Ulama Indonesia (LPPOM MUI) untuk memastikan bahwa produk

tersebut sudah lolos pengujian kehalalan sesuai syariat Islam.

Pencantuman label halal bertujuan agar konsumen mendaptkan


82

perlindungan kehalalan dan kenyamanan atas pemakaian produk

tersebut.67

Hal ini berarti variabel label halal dapat dijadikan salah satu faktor

konsumen untuk melakukan keputusan pembelian produk makanan mie

instan Lemonilo . Label halal dinilai sebagai pembawa informasi yang

akurat untuk mengetahui apakah produk yang dihasilkan benar

kehalalannya. Unsur-unsur yang terdapat dalam label halal seperti

gambar, tulisan, kombinasi gambar dan tulisan yang melekat pada

kemasan, telah mempermudah konsumen untuk mengetahui kehalalan

suatu produk.

Tujuan Sertifikasi Halal MUI pada produk pangan,obat-

obatan,kosmetika dan produk lainnya dilakukan untuk memberikan

kepastian status kehalalan sehingga dapat menentramkan batin konsumen

dalam mengkonsumsinya. Kesinambungan proses produksi halal dijamin

oleh produsen dengan cara menerapkan Sistem Jaminan Halal. Menurut

analisa peneliti, sertifikasi halal adalah proses dari pengkajian produk

untuk mendapatkan sertifikasi halal yang merupakan sebuah bukti tertulis

yang diberikan kepada perusahan oleh LPPOM MUI yang menyatakan

bahwa produk makanan tersebut telah terjamin kehalalannya sehingga

aman untuk dikomsumsi.

67
Eka Dewi Tarigan, “Pengaruh Gaya Hidup, Label Halal Dan Harga Terhadap
Keputusan Pembelian Kosmetik Wardah Pada Mahasiswa Program Studi Manajemen Fakultas
Ekonomi Universitas Medan Area Medan”, Jurnal Konsep Bisnis dan Manajemen No.
1/November 2016, hal. 49
83

Peneliti menganalisa bahwa adanya sertifikasi halal dan label halal

sangatlah penting bagi konsumen maupun produsen. Suatu produk

makanan yang telah memiliki label halal yang sah dari LPPOP MUI akan

sangat mempengaruhi konsumen khususnya konsumen muslim untuk

membeli produk makanan tersebut. Munculnya suatu perasaan aman dan

nyaman secara lahir dan batin seorang konsumen dalam mengkonsumsi

suatu produk akan meningkatkan kepercayaan terhadap produk makanan

kemasan contonya seperti mie instan sehat lemonilo.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada konsumen mie

Lemonilo di kalangan Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

UIN imam bonjol, ditemukan bahwa label halal berpengaruh signifikan

terhadap keputusan pembelian.

Hasil pengujian dari variabel X2 label halal sejalan dengan hasil

dari pengujian terdahulu yang juga mendukung adanya hubungan yang

positif dan signifikan antara label halal terhadap keputusan pembelian

yakni penelitian yang dilakukan Risma Nurhayati dkk, yang meneliti

variabel labelisasi halal, kualitas produk, dan harga terhadap keputusan

pembelian produk mie lemonilo memberikan hasil bahwa dengan adanya

label halal dapat meningkatkan keputusan pembelian. 68

Aspek label halal yang diberikan dalam penelitian ini yaitu dengan

memperhatikan gambar label halal, tulisan label halal, kombinasi tulisan

68
Risma Nurhayati, dkk., “Pengaruh Labelisasi Halal, Kualitas Produk, Dan Harga
Terhadap Keputusan Pembelian Mie Lemonilo” Jurnal Ekonomi Industri Halal, Vol 2,No.2
84

dan gambar label halal dan label halal yang menempel pada kemasan

sehingga hal ini berpengaruh baik terhadap keputusan pembelian

konsumen.
85

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai

Pengaruh Green Product dan Label Halal Terhadap Keputusan Pembelian

Produk Mie Instan Lemonilo, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut:

1. Variabel green product (X1) berpengaruh positif dan signifikan

terhadap variabel keputusan pembelian (Y) menunjukkan bahwa hasil

ditunjukan memiliki nilai P-value< 0,05. Yang mana green product

(X1) memiliki P-value sebesar 0,034 dan T- statistik dengan nilai

2,123 yang artinya green product (X1) memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap keputusan pembelian mie instan Lemonilo.

2. Variabel label halal (X1) berpengaruh positif dan signifikan terhadap

variabel keputusan pembelian (Y) menunjukkan bahwa hasil

ditunjukan memiliki nilai P-value sebesar 0,000 dan T- statistik

dengan nilai 4,749 yang artinya label halal (X2) memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap keputusan pembelian mie instan Lemonilo.

B. Saran

Dari beberapa kesimpulan diatas, penulis memberikan saran kepada

konsumen untuk melakukan evaluasi dengan makanan yang akan dikonsumsi.

Kekuatan label halal mampu memberikan pengaruh yang signifikan


86

terhadapkeputusan pembelian mie Lemonilo. Maka dari itu penggunaan Logo

halal dan penyampaian informasi mengenai label halal yang tertera pada

produk harus dilakukan dan perusahaan diharapkan untuk memperbaharui

mengenai logo yang tertera pada kemasan mie Lemonilo karena masih

menggunakan label lahal yang lama. Diharapkan bagi perusahaan untuk

menggunakan pendekatan lain untuk menarik minat konsumen .Bagi peneliti

selanjutnya, diharapkan untuk meneliti variabel lainnya yang mendukung dan

yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian.

Anda mungkin juga menyukai