JURNAL ILMIAH
Disusun oleh :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh product, price, place, dan
promotion terhadap keputusan pembelian pada produk Herbal Penawar Alwahida
Indonesia (HPAI). Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian ini
menggunakan sampel sebanyak 50 responden dimana seluruhnya merupakan konsumen
dari produk herbal HPAI yang berdomisili di Depok. Data dikumpulkan dengan cara
menyebarkan kuisioner. Penelitian ini menggunakan metode analisis Regresi Linier
Berganda dengan program IBM SPSS Statistics 22. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa product berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian,
sedangkan price, place, dan promotion tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap
keputusan pembelian.
A. LATAR BELAKANG
Dewasa ini, perekonomian berbasis syariah di dunia, khususnya di negara-negara dengan
mayoritas penduduk muslim seperti di Indonesia menunjukkan adanya pergerakan kearah positif.
Pertumbuhan itu dapat dengan jelas terlihat pada sektor keuangan dan perbankan dimana banyak
perbankan mulai membuka unit syariahnya sendiri. Selain pada sektor keuangan dan perbankan,
sektor industri barang dan jasa syariah juga mengalami peningkatan dalam segi konsumen atau
pembeli. Kesadaran konsumen akan produk bernilai syariah khususnya penduduk Indonesia yang
notabanenya mayoritas beragama islam membuat banyak perusahaan mulai berlomba-lomba
dalam menghadirkan produk yang memiliki nilai halal. Tidak hanya dalam bentuk barang, tetapi
juga cara produksi dan pemasarannya juga harus bernilai syariah.
Perkembangan dunia usaha halal yang demikian pesat itu juga telah menimbulkan sikap
kehati-hatian pada setiap perusahaan, dimana kondisi pasar yang ada saat ini penuh dengan aneka
macam produk yang ditawarkan dan dibungkus dengan strategi pemasaran yang inovatif. Dengan
memperhatikan perubahan yang terjadi ditingkat pasar dan tingkat konsumen, sebuah perusahaan
harus bisa mengambil keputusan yang tepat dalam merumuskan strategi pemasaran atas produk
yang ditawarkan. Ketika melakukan kegiatan pemasaran, perusahaan telah menetapkan tujuan
jangka pendek dan jangka panjang untuk perusahaan. Untuk itu, setiap perusahaan harus bisa
memasarkan produk mereka di pasar dan dapat menjadikan mereka sebagai salah satu kompetitor
yang kuat dalam industri
Pemasaran merupakan kunci utama dalam suatu perusahaan untuk dapat mengenalkan
produk mereka kepada calon konsumen. Pemasaran syariah menurut Kartajaya dan Sula (2006)
adalah disiplin bisnis strategis yang bertujuan untuk mengarahkan proses penciptaan, penawaran,
dan perubahan nilai dari inisisator pada stakeholder, yang sesuai dengan akad dan mematuhi
prinsip-prinsip muamalah (bisnis) dalam islam pada seluruh prosesnya. Artinya adalah dalam
praktek pemasaran syariah, dimana seluruh proses pemasaran tidak boleh ada yang bersinggungan
dengan segala hal bertentangan dengan prinsip muamalah islam. Sepanjang kondisi tersebut dapat
dijamin dan penyimpangan prinsip-prinip muamalah islam tidak terjadi dalam suatu interaksi atau
dalam proses suatu bisnis, maka penggunaan bentuk transaksi apa pun dalam pemasaran
diperbolehkan.
Strategi pemasaran menurut Kotler dan Armstrong (2008) adalah logika pemasaran yang
diharapkan perusahaan akan menciptakan nilai bagi pelanggan dan menjalin hubungan yang
menguntungkan dengan pelanggan, nantinya perusahaan akan memutuskan pelanggan mana yang
akan dilayani dan menetapkan prosedur mengenai bagaimana perusahaan melayani mereka.
Langkah selanjutnya yaitu perusahaan mengenali keseluruhan pasar lalu membaginya menjadi
bagian-bagian yang lebih kecil, kemudianmemilih bagian mana yang paling menjanjikan, dan
selanjutnya memusatkan perhatian pada pelayanan dan pemuasan pelanggan pada bagian tersebut.
Dengan menyusun strategi pemasaran yang baik, nantinya perusahaan dapat mengambil langkah
yang tepat untuk selanjutnya memenuhi permintaan konsumen akan barang dan jasa.
Dalam menyusun strategi pemasaran terdapat beberapa variabel yang perlu
dipertimbangkan, antara lain yaitu variabel yang dapat dikontrol dan tidak dapat dikontrol oleh
perusahaan. Untuk variabel yang tidak dapat dikontrol tentunya perusahaan tidak dapat menyusun
strategi yang absolut dikarenakan variabel-variabelnya memiliki sifat yang tidak pasti dan tak
menentu, sehingga perusahaan akan fokus sepenuhnya pada variabel pemasaran yang bersifat
mutlak dan dapat dikontrol ,salah satunya adalah variabel marketing mix.
Marketing mix (bauran pemasaran) menurut Kotler dan Armstrong (2008) ialah
sekumpulan alat pemasaran taktis dan terkendali yang dipadukan oleh perusahaan untuk
menghasilkan reaksi yang diinginkan pada pasar sasaran. Bauran pemasaran terdiri dari berbagai
kemungkinan yang dapat dilakukan perusahaan untuk dapat memengaruhi permintaan konsumen
akan produk. Berbagai kemungkinan ini dikelompokkan menjadi empat variabel yang disebut “4p”
yang terdiri dari product, price, place, dan promotion. Product berarti barang maupun jasa yang
ditawarkan kepada pasar , price adalah sejumlah uang yang dikeluarkan pelanggan demi
memperoleh manfaat dari produk, place meliputi kegiatan perusahaan yang membuat produk dapat
selalu tersedia bagi pelanggan sasaran, dan promotion berarti aktivitas dimana perusahaan
menyampaikan manfaat dan keunggulan produk serta mengajak pelanggan untuk membelinya.
Salah satu perusahaan di Indonesia yang menggunakan konsep marketing mix syariah
adalah HPAI. PT Herba Penawar Alwahida Indonesia, atau yang biasa dikenal sebagai HPAI,
merupakan salah satu perusahaan berlabel Bisnis Halal Network di Indonesia yang berfokus pada
penyediaan produk-produk konsumsi yang halal dan berkualitas. Sesuai dengan akta pendirian
perusahaan, HPAI secara resmi didirikan pada tanggal 19 Maret 2012. HPAI merupakan hasil dari
perjuangan panjang yang memilik tujuan untuk mengangkat produk-produk halal berkualitas yang
berlandaskan Thibbunnabawi; membumikan, memajukan, dan mengaktualisasikan ekonomi Islam
di Indonesia melalui enterpreneurship, dan juga turut serta dalam memberdayakan dan
mengangkat UMKM nasional.
Dalam perjalanannya, HPAI sebagai perusahaan yang mengatasnamakan prinsip syariah
sebagai landasan dalam berbisnis tentunya sangat memerhatikan nilai-nilai islam dalam
menjalankan bisnisnya. Segala pengambilan keputusan baik dalam hal menentukan strategi bisnis
maupun proses transaksi harus sesuai dengan nilai-nilai syariah. Maka dari itu, perusahaan
berupaya semaksimal mungkin untuk menyelaraskan strategi bisnis mereka dengan perilaku dan
preferensi konsumen dengan harapan bisa menarik minat konsumen untuk menggunakan produk
mereka. Salah satu upaya dari HPAI untuk memenuhi permintaan tersebut yaitu dengan
mendafatarkan perusahaan dan produk mereka untuk mendapatkan sertifikasi kepada lembaga
DSN MUI.
Perilaku konsumen menurut James F. Engel, et.al (1968) adalah segala macam tindakan
individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan barang dan
jasa ekonomis, jtermasuk juga proses pengambilan keputusan yang mendahului dan menentukan
tindakan-tindakan tersebut. Perilaku konsumen memiliki tahap-tahap didalamnya guna
memutuskan sikap apa yang akan diambil nantinya oleh konsumen. Sehubungan dengan itu perlu
diamati motif atau alasan yang mendorong seseorang membeli barang yang nantinya berakhir pada
keputusan calon konsumen untuk membeli suatu barang atau tidak.
Keputusan pembelian menurut Kotler (2002) adalah tindakan seorang konsumen dalam
menentukan mau atau tidak membeli ssebuah produk. Dari beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian produk atau jasa, konsumen biasanya
selalu mempertimbangkan kualitas dan harga dari produk yang sudah dikenal oleh masyarakat.
Sebelum konsumen memutuskan untuk membeli, konsumen akan melalui beberapa tahapan yaitu
pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan yang
terakhir yaitu perilaku pascapembelian. Definisi lain dari keputusan pembelian menurut Schiffman
dan Kanuk (2000) adalah suatu keputusan dimana seseorang akan memilih salah satu dari
beberapa alternatif pilihan yang ada.
Pengambilan keputusan dalam pembelian memiliki nilai yang berbeda pada setiap
konsumen. Dalam hal ini, masing-masing konsumen memiliki alasan atau pertimbangan yang
berbeda dalam memutuskan untuk membeli suatu barang. Sebagai contoh, ada konsumen yang
membeli suatu produk yang memiliki brand image yang bagus dan mendunia, ada juga yang
memilih produk dilihat dari durability produk itu seperti barang-barang rumah tangga yang akan
digunakan dalam jangka panjang. Maka dari itu, perusahaan harus mengetahui apa saja yang
menjadi pertimbangan konsumen dalam membeli sebuah produk, yang nantinya perusahaan dapat
menyusun strategi bagaimana caranya agar dapat memenuhinya.
Bahan rujukan dalam penelitian ini diambil dari beberapa penelitian terdahulu yang
membahas mengenai Marketing Mix (Product, Price, Place, Promotion) dan Keputusan Pembelian.
Penelitian yang dilakukan oleh Edi (2017) menyatakan bahwa secara bersama-sama dapat
dikatakan ke empat variabel bebas (produk, harga, distribusi dan promosi) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap variabel terikat (keputusan pembelian). Sementara itu Sudarmaja (2019) dalam
penelitiannya mengemukakan bahwa produk, harga, promosi, dan lokasi berpengaruh terhadap
keputusan pembelian. Dalam jurnal yang berjudul Pengaruh Marketing Mix Terhadap Keputusan
Pembelian Toyota Avanza Tipe G Di Surabaya oleh Setiawan dan Sugiharto (2014) menunjukkan
bahwa variabel produk, harga, lokasi, dan distribusi menjadi variabel yang signifikan
mempengaruhi Keputusan Pembelian. Jurnal lain yang ditulis oleh Firmansyah dan Rosmaniar
(2015) dengan judul Pengaruh Marketing Mix Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Sepeda
Motor Honda Di Surabaya menyatakan bahwa variabel-variabel marketing mix (produk, harga,
distribusi, dan promosi) mempunyai pengaruh yang secara bersama (simultan) dan signifikan
terhadap keputusan pembelian.
Dalam penelitian ini, peneliti tertarik untuk meneliti lebih mendalam mengenai marketing
mix yang dalam setiap variabelnya disesuaikan agar dapat memiliki nilai-nilai syariah, dan apakah
dengan marketing mix yang dirancang oleh perusahaan akan mempengaruhi konsumen untuk
pembeli produk mereka. Objek dalam penelitian ini pun dikhususkan untuk perusahaan yang
berkecimpung dalam industri herbal dikarenakan perkembangan industri herbal saat ini mulai
bertumbuh, dan tentunya harus sudah bersertifikasi syariah. Fokus utama dalam penelitian ini
adalah nilai kesyariahan dari tiap variabel dan pengaruhnya terhadap keputusan konsumen
membeli barang. Penelitian sebelumnya banyak yang belum berfokus dengan hal tersebut,
sehingga peneliti ingin mengangkatnya dalam penelitian dimana hal tersebut merupakan poin
penting yang harus dipenuhi melihat dari banyaknya penduduk muslim di Indonesia.
B. KERANGKA TEORITIS
Pemasaran
Kotler dan Armstrong (2008) mendefinisikan pemasaran sebagai suatu proses sosial dan
manajerial dimana perusahaan berusaha memperoleh apa yang mereka inginkan melalui proses
penciptaan dan pertukaran nilai dengan yang lain. Dalam konteks bisnis, pemasaran melibatkan
penciptaan hubungan pertukaran yang saling menguntungkan dan bernilai penjual dengan
pelanggan. Dengan kata lain, pemasaran dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana
perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan
pelanggan, yang bertujuan untuk menghasilkan nilai dari pelanggan sebagai gantinya.
Pemasaran adalah salah satu bentuk prakti ekonomi yang diperbolehkan dalam islam, dengan
syarat setiap proses transaksinya terpelihara dari apa yang dilarang oleh hukum syariah. Menurut
Hermawan (2006) pemasaran syariah adalah sebuah disiplin bisnis strategis yang mengarahkan
kepada proses penciptaan, penawaran, dan perubahan nilai dari inisiator kepada stakeholders, yang
dalam seluruh prosesnya sejalan dengan akad dan prinsip muamalah dalam Islam. Artinya, dalam
pemasaran syariah seluruh proses baik penciptaan, penawaran, maupun perubahan nilai, tidak
boleh bertentangan dengan akad dan prinsip dalam ekonomi islam.
Terdapat empat karakteristik dalam pemasaran syariah yang dapat menjadi panduan bagi para
pemasar perusahaan (Hermawan, 2006), antara lain sebagai berikut:
• Teistis (Rabbaniyah)
Seorang pemasar harus bisa membentengi diri dengan nilai-nilai spiritual untuk
menjauhkan diri dari praktik penipuan, suap, dan korupsi yang biasa terjadi dalam pemasaran.
Untuk itu, seorang pemasar diharuskan memiliki keimanan yang kuat dengan selalu mendekatkan
diri pada Allah SWT, dan menyakini segala perbuatannya diawasi oleh Allah SWT.
• Etis (Akhlaqiyyah)
Seorang pemasar wajib mengedepankan masalah akhlak dalam seluruh aspek
kehidupannya. Prinsip bersuci dalam Islam tidak hanya dalam ibadah, tetapi juga dapat ditemukan
dalam kehidupan bersosial sehari-hari seperti berbisnis, berumah tangga, bergaul, bekerja, belajar
dan lainnya
• Realistis (Al-waqi’yyah)
Seorang pemasar adalah seorang pemasar profesional dengan penampilan yang bersih,
rapi, tertib, dan pandai bergaul. Mereka bekerja secara profesional dengan mengutamakan nilai-
nilai agama, ketakwaan, aspek etika dan kejujuran dalam semua kegiatan pemasarannya.
• Humanistis (Al-insaniyyah)
Seorang pemasar harus bertindak sesuai dengan norma yang ada dengan menjunjung
tinggi harkat dan martabat para konsumen. Seorang pemasar juga harus memandang konsumennya
sebagai manusia tanpa menghiraukan ras, warna kulit, kebangsaan, dan status. Dan juga
menghormati konsumen bukan sebagai suatu objek yang bisa dimanipulasi demi keuntungan
semata.
Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran menurut Kotler dan Armstrong (2008) ialah suatu logika pemasaran
dimana perusahaan mengharapkan untuk dapat menciptakan nilai pada pelanggan dan mencapai
hubungan yang menguntungkan.perusahaan, serta memutuskan pelanggan mana yang akan
dilayani dan bagaimana prosedur pelayanannya. Perusahaan mengenali pasar secara keseluruhan,
dan kemudian membaginya menjadi segmen-segmen yang lebih kecil, memilih yang paling
menjanjikan dan kemudian memberikan perhatian khusus pada layanan dan kepuasan pelanggan
pada segmen tersebut.
Dalam merancang strategi pemasaran, terdapat beberapa variabel pendukung guna menghasilkan
strategi pemasaran terpadu, diantaranya yaitu:
1. Variabel yang tidak dapat dikontrol
Meliputi keadaan persaingan, perkembangan teknologi, perubahan demografi, kebijaksanaan
politik dan ekonomi pemerintah, dan sumber daya alam,
2. Variabel yang dapat dikontrol
Meliputi market segmentation, market budget, timing, marketing mix.
Untuk variabel yang tidak dapet dikontrol, pemasar tidak dapat.menentukan strategi
pemasaran yang tetap dikarenakan setiap variabelnya bersifat kondisional atau dapat berubah
setiap waktu Sehingga pemasar hanya dapat merancang strategi pemasaran perusahaannya dengan
mengacu pada variabel pemasaran yang dapat dikontrol perusahaan sendiri.
Marketing Mix
Kotler dan Armstrong (2008) mendefinisikan bauran pemasaran (marketing mix) sebagai
seperangkat alat pemasaran taktis terkontrol yang digabungkan perusahaan untuk menciptakan
respons yang diinginkan di pasar sasaran. Bauran pemasaran mencakup segala sesuatu yang dapat
dilakukan perusahaan yang bertujuan untuk mempengaruhi permintaan produk mereka, dimana
segala sesuatu tersebut diringkas menjadi empat kelompok variabel yang dikenal sebagai "4p":
Product, Price, Place, dan Promotion.
1. Product
Produk berarti segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk diperhatikan,
diperoleh, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan calon
konsumen. Produk tidak hanya mencakup barang berwujud, tetapi juga mencakup jasa/layanan,
acara, orang, tempat, organisasi, ide, atau campuran dari entitas ini. Produk merupakan elemen
utama dalam perencanaan bauran pemasaran. Perencanaan bauran pemasaran dimulai dengan
merumuskan penawaran produk yang menguntungkan bagi pelanggan sasaran. Penawaran produk
ini menjadi dasar untuk membangun hubungan yang saling menguntungkan antara perusahaan
dengan pelanggannya.
Dalam praktik ekonomi islam, produk haruslah memenuhi ketentuan yang ditetapkan di
dalam fiqh muamalah. Ketentuan yang dimaksud ialah produk harus bersifat halal, hak
kepemilikan sah, jelas/konkret, dan harus dapat ditentukan kuantitas dan kualitasnya (Asnawi dan
Fanani, 2019). Syarat halal merupakan faktor yang membedakan produk yang ditawarkan oleh
perusahaan berbasis syariah dengan yang tidak. Oleh sebab itu, dibutuhkan lebih perusahaan yang
mengeluarkan produk berlabel halal agar ekonomi syariah dapat bersaing dalam pasar jual beli.
2. Price
Dalam pengertian yang sederhana, harga (price) adalah jumlah uang yang harus
dibayarkan atas suatu produk atau jasa. Secara lebih jelas, harga didefinisikan sebagai jumlah nilai
yang dikeluarkan oleh pelanggan untuk mendapatkan manfaat dari memiliki atau menggunakan
produk dan jasa. Harga merupakan salah satu faktor penting yang menjadi pertimbangan
konsumen dalam memilih produk/jasa salain dari kualitas ataupun manfaat dari produk/jasa itu
sendiri, maka dari itu penentuan harga sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan perusahaan
Menurut Rachmat Syafei (2001), penentuan harga terjadi pada saat akad, yakni sebagai
sesuatu yang direlakan dalam akad, yang dimana besarannya bisa lebih sedikit, lebih besar, atau
sama dengan nilai barang. Harga biasanya dijadikan sebagai alat penukar barang yang disepakati
oleh kedua pihak yang melakukan akad. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
harga adalah suatu kesepakatan yang berkaitan dengan jual beli barang/jasa dimana kesepakatan
tersebut diterima oleh kedua belah pihak. Besarnya harga haruslah sebanding dengan barang/jasa
yang diberikan oleh penjual kepada pembeli.
Penentuan harga di dalam islam dilarang berlebihan (over pricing), karena hal tersebut
dapat menciderai asas keadilan yang ada dalam ekonomi islam. Selain itu, Abuznaid (2012)
berpendapat bahwa ada beberapa kebijakan yang harus dipatuhi dalam menentukan harga seperti
dilarang memalsukan informasi harga, tidak diskriminasi harga, dan tidak menipu pelanggan.
Apabila kebijakan tersebut dapat dipenuhi, maka praktik jual beli yang dilakukan telah memenuhi
syarat syariah ekonomi.
3. Place
Place (lokasi/distribusi) meliputi kegiatan perusahaan yang membuat produk tersedia bagi
pelanggan sasaran. Konsep ini berfokus pada lokasi perusahaan, dimana semakin strategis lokasi
perusahaan, semakin tinggi keuntungan yang mungkin akan didapat perusahaan. Lokasi yang
strategis memungkinkan konsumen atau calon pembeli untuk lebih mudah menjangkau dan
membeli barang, membuat perdagangan menjadi lebih efisien dan mudah untuk dilakukan.
Dalam hal distribusi, Hassan et al (2012) menyatakan bahwa perusahaan yang berprinsip
syariah haruslah mengikuti prinsip tidak melakukan eksploitasi, tidak menggunakan paksaan, dan
tidak menimbun produk. Hal tersebut dimaksudkan agar tidak terjadi monopoli yang nantinya akan
berimbas pada harga produk yang tidak masuk akal (over price).
4. Promotion
Promotion (promosi) berarti aktivitas yang menyampaikan manfaat produk dan
membujuk pelanggan membelinya. Dalam islam, kegiatan promosi harus selalu mengikuti etika
dalam promosi seperti tidak melecehkan suku, agama dan ras, terlalu berlebihan (hiperbolis), dan
eksploitasi perempuan dalam iklan guna memikat pelanggan (Abuznaid, 2012).
Promosi merupakan salah satu strategi pemasaran yang memiliki tujuan utama yaitu
menginformasikan konsumen suatu produk baru dan mengajak konsumen untuk membeli produk
tersebut. Dalam pemasaran syariah, terdapat beberapa aturan yang harus dipatuhi yaitu,
- Menghindari pemalsuan dalam iklan.
- Menghindari manipulasi penjualan yang menyesatkan
- Menghindari penipuan dalam promosi
Promosi juga memiliki variabelnya tersendiri atau bisa disebut dengan bauran promosi
yang diantaranya yaitu advertising, sales promotion, public relations, publicity, personal selling,
dan direct marketing
Dalam perkembangannya, marketing mix kini mendapatkan tambahan tiga variabel baru
yaitu people, process, dan physical evidence.
• Indikator Marketing Mix
Indikator dari setiap variabel bauran pemasaran menurut Kotler dan Armstrong tersaji
dalam tabel berikut:
Perilaku Konsumen
Konsumsi dalam ilmu ekonomi mikro konvensional diasumsikan selalu bertujuan untuk
memperoleh kepuasan dan mencapai tingkat kemakmuran dalam arti terpenuhi berbagai macam
kebutuhan, baik kebutuhan pokok maupun sekunder, barang mewah maupun kebutuhan jasmani
dan kebutuhan rohani, atau dengan kata lain memperoleh nilai guna (utility) semaksimal mungkin.
Sedangkan dalam ekonomi Islam, konsumsi bertujuan untuk mendapat maslahah (kesejahteraan
atau manfaat) dalam setiap apa yang dikonsumsinya, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, yang
dimana kebutuhan tersebut untuk dunia dan akhirat, seorang muslim akan mengonsumsi tidak
hanya untuk kebutuhan sehari-hari agar bernilai ibadah disisi Allah, sehingga terjadi
keseimbangan antara dunia dan akhiratnya kelak hal ini bertujuan untuk melindungi agama, jiwa,
keturunan, kekayaan, dan akal yang biasa disebut dengan maqashid syariah.
Schiffman dan Kanuk (1994) mengartikan perilaku konsumen sebagai perilaku yang diperlihatkan
konsumen dalam rangka mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan
produk atau jasa yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan mereka. Sedangkan James F. Engel
(1968) menyatakan bahwa perilaku konsumen adalah tindakan individu yang terlibat langsung
dalam upaya memperoleh dan menggunakan barang dan jasa termasuk didalamnya proses
pengambilan keputusan pembelian.
Berbeda dengan perilaku konsumen dalam islam, perbedaan paling mendasar dari
perilaku konsumen muslim yaitu adanya saluran penyeimbang si samping saluran kebutuhan
individual yang biasa disebut sebagai saluran konsumsi sosial. Muflih (2006) menjabarkan
mengenai konsumsi dalam Islam dimana perilaku seorang konsumen harus mencerminkan
bagaimana hubungan dirinya dengan Allah SWT. Seorang konsumen akan mengalokasikan
pendapatannya tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan duniawi, tetapi juga untuk kebutuhan di
akhirat kelak.
Perilaku konsumsi tidak dapat dipisahkan dari peran keimanan. Keimanan merupakan
salah satu parameter yang penting karena keimanan akan memberikan pandangan terhadap dunia
yang cenderung mempengaruhi kepribadian seseorang, yang diekspresikan dalam bentuk perilaku,
gaya hidup, selera, sikap, sumber daya, dan ekologi. Termasuk didalamnya mempengaruhi
seseorang dalam perilaku konsumsi guna mendapat kepuasan material dan spiritual.
Arah dari kajian perilaku konsumen adalah proses yang dilakukan konsumen baik
individu maupun organisasi dalam rangka mendapatkan suatu produk melalui beberapa tahapan
yang menghasilkan keputusan konsumen untuk melakukan pembelian atau tidak, termasuk di
dalamnya tindakan pasca pembelian. Selanjutnya kajian mengenai perilaku konsumen dapat
digunakan untuk mengembangkan maupun mengevaluasi strategi pemasaran perusahaan agar
kedepannya dapat lebih tepat dalam merancang strategi pemasaran.
Keputusan Pembelian
Definisi
Keputusan pembelian adalah keputusan konsumen yang dipengaruhi oleh faktor
keuangan, teknologi, politik, budaya, produk, harga, lokasi, promosi, bukti fisik, orang, dan proses,
yang akan membentuk sikap konsumen untuk mengolah segala informasi yang ada, dan menarik
kesimpulan berupa keputusan akan produk apa yang ingin dibeli (Alma, 2011). Secara lebih jelas,
keputusan pembelian dapat diartikan sebagai keputusan akhir konsumen untuk membeli atau tidak
membeli suatu produk setelah melalui beberapa tahapan evaluasi dan mempertimbangkan faktor-
faktor yang memengaruhinya.
Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian
Menurut Kotler (2003), terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keputusan
pembelian konsumen, antara lain sebagai berikut:
- Faktor Kebudayaan; budaya, sub budaya, dan kelas sosial.
- Faktor Sosial; keluarga, kelompok acuan, peran, dan status sosial.
- Faktor Pribadi; usia, , pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, siklus hidup, kepribadian,
dan konsep diri pembeli.
- Faktor Psikologis; motivasi, persepsi, pembelajaran, keyakinan dan sikap.
Dimensi Keputusan Pembelian
Keputusan konsumen untuk melakukan pembelian menurut Tjiptono (2012) terbagi
menjadi beberapa dimensi yaitu:
1. Pilihan produk
Konsumen dapat mengambil keputusan untuk membeli sebuah produk dilihat dari produk
itu sendiri. Contohnya seperti pembeli membeli suatu produk dikarenakan keberagaman
varian dari produk atau kualitas produk yang baik.
2. Pilihan merek
Pembeli mengambil keputusan produk dengan merek apa yang akan dibeli. Setiap merek
pasti memiliki perbedaan tersendiri. Terkadang pembeli lebih memilih untuk membeli
produk yang memiliki brand image yang sudah terkenal atau populer.
3. Pilihan penyalur
Pembeli mengambil keputusan mengenai penyalur mana yang akan dikunjungi untuk
membeli produk. Setiap pembeli mempunyai pertimbangan yang berbeda-beda dalam hal
menentukan penyalur, biasanya pembeli akan memilih penyalur yang lokasinya mudah
dijangkau ataupun yang memiliki persediaan produk yang banyak.
4. Waktu pembelian
Keputusan konsumen dalam pemilihan waktu pembelian dapat berbeda-beda sesuai
urgensi, misalnya untuk barang konsumsi primer harus dibeli seminggu sekali atau
sebulan sekali, untuk barang konsumsi sekunder atau yang tahan lama bisa dibeli
beberapa bulan sekali atau satu tahun sekali.
5. Jumlah pembelian
Konsumen dapat mengambil keputusan mengenai seberapa banyak jumlah produk yang
ingin dibeli. Salah satu contoh pembelian yang jumlahnya lebih dari satu misalnya seperti
makanan instan untuk persediaan cadangan makanan.
6. Metode Pembayaran
Beberapa konsumen memutuskan untuk membeli produk dengan mempertimbangkan
metode pembayaran yang digunakan. Ada pembeli yang lebih suka membayar secara
tunai, dan ada juga pembeli yang lebih memilih pembayaran secara kredit, semua itu
tergantung preferensi dan kesanggupan dari masing-masing pembeli.
Jenis-jenis Perilaku Keputusan Pembelian
Terdapat empat jenis perilaku keputusan pembelian, antara lain sebagai berikut:
1. Perilaku Pembelian Rumit (Complex Buying Behavior)
Kondisi dimana konsumen memiliki keterlibatan yang tinggi dalam pembelian ketika
produk sifatnya itu mahal, beresiko, jarang dibeli, dan sangat memperlihatkan ekspresi
diri, serta merasa ada perbedaan yang tinggi antar merek. Konsumen biasanya akan
mencari tahu mengenai spesifikasi dari produk.
Contoh: mobil, laptop, handphone.
2. Perilaku Pembelian Pengurangan Ketidaknyamanan. (Dissonance-Reducing Buying
Behavior)
Kondisi dimana konsumen memiliki keterlibatan yang tinggi dalam pembelian produk
ketika produk itu sifatnya mahal, beresiko, dan jarang dibeli, tetapi hanya melihat sedikit
perbedaan antar merek.
Contoh: sofa, buffet.
3. Perilaku Pembelian Kebiasaan (Habitual Buying Behavior)
Kondisi dimana konsumen memiliki keterlibatan yang rendah dalam pembelian dan
menganggap perbedaan antar merek hanya sedikit. Produk yang dibeli merupakan produk
yang sudah biasa dikonsumsi seharu-hari.
Contoh: mie instan, air mineral.
4. Perilaku Pembelian Mencari Keragaman (Variety-Seeking Buying Behavior)
Kondisi dimana konsumen memiliki keterlibatan yang rendah dalam pembelian tetapi
merasa terdapat perbedaan signifikan antar merek. Faktor yang pendorong dari kondisi ini
yaitu ingin mencari variasi ataupun karena bosan.
Contoh: sabun, parfum.
Proses Tahapan Keputusan Pembelian
Menurut Kotler dan Amstrong (2008), penjelasan tahapan proses keputusan pembelian
adalah sebagai berikut:
1. Pengenalan Kebutuhan
Proses pembelian dimulai dengan pengenalan kebutuhan (need recognition) yaitu kondisi
dimana pembeli menyadari suatu kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat dipicu oleh:
- Rangsangan internal; saat dimana salah satu kebutuhan normal seseorang (rasa lapar,
haus) timbul pada tingkat yang cukup tinggi sehingga menjadi sebuah dorongan.
- Rangsangan Eksternal; contohnya adalah suatu iklan atau diskusi dengan teman bisa
membuat seseorang tertarik untuk membeli mobil baru.
Pada tahap ini, pemasar harus meneliti konsumen untuk mengetahui kebutuhan atau
masalah apa yang muncul, apa penyebabnya, dan bagaimana masalah tersebut dapat mengarahkan
konsumen pada produk tertentu.
2. Pencarian Informasi
Konsumen yang tertarik mungkin atau mungkin tidak mencari informasi tambahan. Jika
permintaan konsumen tinggi dan ada produk di dekatnya, konsumen dapat membelinya nanti. Jika
tidak, konsumen dapat mempertahankan kebutuhan akan ingatannya atau mencari informasi
mengenai produk yang dibutuhkan.
Konsumen biasanya memperoleh informasi melalui beberapa sumber meliputi:
- Pribadi; keluarga, teman, tetangga, rekan.
- Komersial; iklan, wiraniaga, situs Web, penyalur, kemasan, tampilan.
- Publik; media massa, organisasi pemeringkat konsumen.
- Eksperimental; penanganan, pemeriksaan, pemakaian produk.
3. Evaluasi Alternatif
Pemasar perlu menyadari adanya penilaian alternatif, yaitu bagaimana konsumen
memproses informasi untuk membuat pilihan dari beberapa merek. Konsumen memiliki sikap
yang berbeda terhadap pilihan merek karena proses evaluasi yang berbeda. Bagaimana konsumen
mengevaluasi pilihan alternatif tergantung pada individu itu sendiri dan situasi belanja tertentu
menggunakan perhitungan dan pemikiran logis. Pemasar harus mempelajari pembeli untuk
memahami bagaimana mereka sebenarnya menilai pilihan merek. Dengan mengetahui proses
evaluasi apa yang sedang berlangsung, pemasar dapat mengambil langkah-langkah untuk
mempengaruhi keputusan pembeli.
4. Keputusan Pembelian
Selama fase evaluasi, konsumen menentukan peringkat merek dan membentuk niat
pembelian. Biasanya, pembeli membuat keputusan untuk membeli merek yang paling disukai,
tetapi ada dua faktor pembias antara niat untuk membeli dan keputusan untuk membeli yaitu:
- Faktor pertama adalah sikap orang lain, dimana keputusan pembelian akan berbeda
dengan niat pembelian yang sudah direncanakan dikarenakan adanya pengaruh dari orang
lain.
- Faktor kedua adalah faktor situasional yang tidak diharapkan, dimana keputusan
pembelian akan berbeda dengan niat pembelian yang sudah direncanakan dikarenakan
situasi tertentu, contohnya seperti keadaan ekonomi yang memburuk.
5. Perilaku Pascapembelian
Pekerjaan pemasar tidak berakhir dengan terjualnya suatu produk. Setelah membeli suatu
produk, konsumen akan menimbang apakah mereka merasa puas atau tidak puas dengan produk
yang nantinya akan memengaruhi keputusan konsumen setelah pembelian, hal inilah yang harus
diperhatikan oleh pemasar. Kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan tergantung pada hubungan
antara harapan konsumen dan manfaat dari produk yang dirasakan. Jika produk tidak sesuai
harapan, konsumen kecewa; jika produk memenuhi harapan, konsumen puas; jika produk melebihi
harapan, konsumen sangat senang
Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian-penelitian terdahulu yang serupa
dengan bahasan dalam penelitian penulis, yang nantinya dapet menjadi acuan bagi penulis unutuk
menyusun penelitian ini.
Tabel 2: Penelitian Terdahulu
No Judul Penelitian Metode Hasil Penelitian
Penelitian
1 Pengaruh Marketing Mix Analisis Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terhadap Minat Pembelian Kuantitatif marketing mix mempunyai pengaruh
dan Keputusan Pembelian terhadap keputusan pembelian
Reksadana Syariah reksadana syariah sebesar 84.2% yang
dibuktikan dengan nilai t-statistik 2.191
dan nilai p value 0.029.
2 Pengaruh Marketing Mix Analisis Hasil uji menunjukkan bahwa variabel
terhadap Keputusan Kuantitatif independen yang terdiri produk, harga,
Pembelian pada Agung Promosi dan Lokasi berpengaruh
Toyota di Denpasar terhadap Keputusan Pembelian
Kerangka Pikir
Kerangka konseptual penelitian ini dibangun berdasarkan rumusan masalah dan variabel
yang digunakan. Adapun variabel dalam penelitian ini adalah marketing mix dan keputusan
pembelian.
Hubungan antara variabel tersebut akan digambarkan dalam kerangka konseptual sebagai
berikut
Gambar 1: Kerangka Konseptual
Pemasaran
Strategi Pemasaran
Marketing Mix
Product
Price
Perilaku Konsumen
Place
Promotion
Keputusan Pembelian
Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara atas rumusan masalah penelitian, dianggap
sementara karena jawaban yang diberikan hanya didasarkan pada teori yang relevan dan bukan
pada data empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Hipotesis juga dapat diartikan
sebagai jawaban teoritis atas rumusan masalah penelitian, dan bukan sebagai jawaban empiris
(Sugiyono, 2014:93).
Adapun hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
• H1: Variabel produk berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian.
• H2: Variabel harga berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian.
• H3: Variabel tempat berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian.
• H4: Variabel promosi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan
pembelian.
• H5: Variabel Produk, harga, tempat, dan promosi secara simultan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap keputusan pembelian.
C. METODE PENELITIAN
Pendekatan Penelitian
Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan pendekatan deduktif-
induktif dimana secara penulisan dimulai dengan latar belakang teori, gagasan ahli, atau wawasan
seorang peneliti. tentang pengalaman mereka, yang kemudian dikembangkan menjadi suatu
permasalahan, dan nantinya dari permasalahan yang ada menghasilkan jalan keluar atau
penyelesaian yang dapat dikonfirmasi keakuratannya.
Penelitian kuantitatif, sebagaimana dikemukakan oleh Sugiyono (2009), dapat dipahami
sebagai metode penelitian berdasarkan filosofi positivisme yang digunakan untuk mempelajari
populasi/sampel tertentu, metode pengambilan sampel sering dilakukan secara acak, pengumpulan
data melalui penelitian instrumental, analisis data bersifat statistik untuk menguji hipotesis yang
telah ditetapkan. Pilihan untuk menggunakan pendekatan kuantitatif dalam penelitian ini dinilai
tepat karena kesesuaian permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini.
Uji Validitas
Uji Validitas digunakan untuk mengetahui valid atau tidak suatu kuesioner. Kuesioner
dinyatakan valid apabila pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang ingin
diukur oleh kuesioner tersebut.
Variabel Promosi
1 X4.1 0,805 Valid
2 X4.2 0,863 Valid
3 X4.3 0,839 Valid
Variabel Keputusan Pembelian
1 Y.1 0,884 Valid
2 Y.2 0,882 Valid
3 Y.3 0,898 Valid
4 Y.4 0,884 Valid
Sumber : Data diolah SPSS
Perhitungan validitas didasarkan pada perbandingan antara r hitung dan r tabel. Apabila r
hitung lebih besar dari r tabel pada tingkat signifikan 5% (0,05) maka data dikatakan valid. Pada
penelitian ini, nilai r tabel yang digunakan adalah 0,279 (N=50). Dari setiap indikator masing-
masing variabel memiliki nilai koefisien korelasi lebih besar dari 0,279. Maka dapat disimpulkan
bahwa kuesioner atau angket yang digunakan dalam penelitian ini bersifat valid.
Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas digunakan untuk menentukan apakah suatu kuesioner dapat digunakan
beberapa kali, setidaknya untuk responden yang sama, akan menghasilkan data yang sifatnya
konsisten, atau bisa dikatakan untuk mengukur sejauh mana hasil pengukuran dapat dipercaya.
Pengujian Hipotesis
Hasil uji hipotesis dijelaskan secara singkat dan terbatas pada interpretasi angka-angka
yang diperoleh dari perhitungan statistik. Dalam tahap pengujian hipotesis, ada beberapa uji yang
harus dilakukan antara lain sebagai berikut:
Pengaruh Product, Price, Place, dan Promotion terhadap Keputusan Pembelian pada Produk
Herbal HPAI
Berikut adalah beberapa evaluasi hasil/kesimpulan penelitian guna memberikan jawaban ilmiah
terhadap permasalahan yang menjadi pokok penelitian.
A. Pengaruh Product Terhadap Keputusan Pembelian pada Produk Herbal HPAI
Pada pengujian variabel yang telah dilakukan didapatkan bahwa variabel produk memiliki
pengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian. Hal tersebut dibuktikan merujuk pada
hasil pengujian parsial (Uji t) yang telah dilakukan pada subbab sebelumnya. Hasil pengujian
yang didapatkan yaitu t-hitung sebesar 4,484 dan t-tabel sebesar 2,014. Setelah didapatkan
hasilnya, langkah selanjutnya yaitu dengan membandingkan nilai t-hitung dengan t-tabel.
Apabila t-hitung < t-tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak, sebaliknya apabila t-hitung > t-
tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan menggunakan kaidah tersebut, hasilnya
adalah 4,484 > 2,014 dan dapat diartikan bahwa H 0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian
hipotesis H1 yang menyatakan bahwa variabel produk berpengaruh secara positif dan
signifikan terhadap keputusan pembelian teruji kebenarannya.
Produk merupakan salah satu variabel dari strategi pemasaran yang memiliki peran vital
dalam menarik calon pembeli untuk membeli produk yang ditawarkan perusahaan.
Argumentasi tersebut dapat diperkuat dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh Rasida
(2020) dimana variabel produk berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian. Oleh
karena itu, setiap perusahaan harus selalu dapat berinovasi dalam pengembangan produk guna
menyempurnakan strategi pemasaran mereka.
B. Pengaruh Price Terhadap Keputusan Pembelian pada Produk Herbal HPAI
Pada pengujian variabel yang telah dilakukan didapatkan bahwa variabel harga tidak memiliki
pengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian. Hal tersebut dibuktikan merujuk pada
hasil pengujian parsial (Uji t) yang telah dilakukan pada subbab sebelumnya. Hasil pengujian
yang didapatkan yaitu t-hitung sebesar 1,295 dan t-tabel sebesar 2,014. Setelah didapatkan
hasilnya, langkah selanjutnya yaitu dengan membandingkan nilai t-hitung dengan t-tabel.
Apabila t-hitung < t-tabel, maka H0 diterima dan H2 ditolak, sebaliknya apabila t-hitung > t-
tabel, maka H0 ditolak dan H2 diterima. Dengan menggunakan kaidah tersebut, hasilnya
adalah 1,295 < 2,014 dan dapat diartikan bahwa H 0 diterima dan H2 ditolak. Dengan demikian
hipotesis H2 yang menyatakan bahwa variabel harga berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap keputusan pembelian tidak teruji kebenarannya.
Dalam penelitian ini, variabel harga menurut hasil statistik tidak memengaruhi secara
signifikan keputusan konsumen untuk membeli barang. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Kaswoto (2012) yang menyimpulkan bahwa variabel harga tidak berpengaruh
terhadap keputusan pembelian. Namun dalam penelitian ini, variabel harga masih dianggap
berpengaruh secara positif terhadap keputusan pembelian walaupun tidak signifikan jika
dilihat dari hasil persamaan linear berganda.
C. Pengaruh Place Terhadap Keputusan Pembelian pada Produk Herbal HPAI
Pada pengujian variabel yang telah dilakukan didapatkan bahwa variabel tempat tidak
memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian. Hal tersebut dibuktikan merujuk
pada hasil pengujian parsial (Uji t) yang telah dilakukan pada subbab sebelumnya. Hasil
pengujian yang didapatkan yaitu t-hitung sebesar 0,245 dan t-tabel sebesar 2,014. Setelah
didapatkan hasilnya, langkah selanjutnya yaitu dengan membandingkan nilai t-hitung dengan
t-tabel. Apabila t-hitung < t-tabel, maka H0 diterima dan H3 ditolak, sebaliknya apabila t-
hitung > t-tabel, maka H0 ditolak dan H3 diterima. Dengan menggunakan kaidah tersebut,
hasilnya adalah 0,245 < 2,014 dan dapat diartikan bahwa H0 diterima dan H3 ditolak. Dengan
demikian hipotesis H3 yang menyatakan bahwa variabel tempat berpengaruh secara positif dan
signifikan terhadap keputusan pembelian tidak teruji kebenarannya.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel tempat pada strategi pemasaran yang dilakukan
oleh perusahaan HPAI kurang signifikan dalam mempengaruhi konsumen untuk memutuskan
membeli produk mereka. Ditambah koefisien variabel tempat pada persamaan linear berganda
yang bernilai negatif menunjukkan bahwa variabel tempat justru berpengaruh negatif terhadap
keputusan pembelian. Hal tersebut bertolak belakang dengan penelitian-penelitian yang
pernah dilakukan, contohnya pada penelitian Sudarmaja (2019) dimana variabel tempat
berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Maka dari itu menarik
untuk diteliti lebih mendalam lagi mengapa hasil pada penelitian ini dapat bernilai negatif.
D. Pengaruh Promotion Terhadap Keputusan Pembelian pada Produk Herbal HPAI
Pada pengujian variabel yang telah dilakukan didapatkan bahwa variabel promosi tidak
memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian. Hal tersebut dibuktikan merujuk
pada hasil pengujian parsial (Uji t) yang telah dilakukan pada subbab sebelumnya. Hasil
pengujian yang didapatkan yaitu t-hitung sebesar 1,671 dan t-tabel sebesar 2,014. Setelah
didapatkan hasilnya, langkah selanjutnya yaitu dengan membandingkan nilai t-hitung dengan
t-tabel. Apabila t-hitung < t-tabel, maka H0 diterima dan H4 ditolak, sebaliknya apabila t-
hitung > t-tabel, maka H0 ditolak dan H4 diterima. Dengan menggunakan kaidah tersebut,
hasilnya adalah 1,671 < 2,014 dan dapat diartikan bahwa H0 diterima dan H4 ditolak. Dengan
demikian hipotesis H4 yang menyatakan bahwa variabel promosi berpengaruh secara positif
dan signifikan terhadap keputusan pembelian tidak teruji kebenarannya.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Kaswoto (2012), hasil yang didapatkan juga serupa yaitu
variabel promosi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian. Hal
tersebut mengindikasikan bahwasannya promosi yang dilakukan oleh HPAI kurang maksimal,
atau ada variabel selain promosi yang memang sudah cukup untuk memasarkan produk
mereka.
E. Pengaruh Product, Price, Place, dan Promotion terhadap Keputusan Pembelian pada Produk
Herbal HPAI
Pada pengujian variabel yang telah dilakukan didapatkan bahwa variabel produk, harga,
tempat, dan promosi secara simultan memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan
pembelian. Hal tersebut dibuktikan merujuk pada hasil pengujian simultan (Uji F) yang telah
dilakukan pada subbab sebelumnya. Hasil pengujian yang didapatkan yaitu F-hitung sebesar
22,272 dan F-tabel sebesar 2,57 (α= 0,05 dan N= 50). Setelah didapatkan hasilnya, langkah
selanjutnya yaitu dengan membandingkan nilai F-hitung dengan F-tabel. Apabila F-hitung <
F-tabel, maka H0 diterima dan H5 ditolak, sebaliknya apabila F-hitung > F-tabel, maka H0
ditolak dan H5 diterima. Dengan menggunakan kaidah tersebut, hasilnya adalah 22,272 >
2,570 dan dapat diartikan bahwa H0 ditolak dan H4 diterima. Dengan demikian hipotesis H5
yang menyatakan bahwa variabel produk, harga, tempat, dan promosi secara simultan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian.teruji kebenarannya.
Hasil diatas menunjukkan bauran pemasaran (Marketing Mix) secara kesatuan dapat
mempengaruhi konsumen untuk memutuskan membeli suatu produk secara signifikan. Ini
sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Al-Anshar (2018) dalam penelitian yang dia
lakukan, dimana didapatkan hasil bahwa marketing mix mempunyai pengaruh terhadap
keputusan pembelian. Hal tersebut munujukkan bahwasannya marketing mix merupakan
variabel penting dalam penyusunan strategi pemasaran.
Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan pada penelitian yang dilakukan oleh peniliti, dapat
disimpulkan bahwa:
1. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model yang tepat dikarenakan memiliki
hubungan yang kuat dengan variabel keputusan pembelian. Variabel product, price, place,
dan promotion secara simultan atau bersama memberikan pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap keputusan konsumen untuk membeli produk herbal HPAI.
2. Dari empat variabel yang diteliti, hanya variabel product yang memberikan pengaruh secara
positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian, yang artinya konsumen hanya
memperhatikan ragam, label halal, kualitas, dan keamanan produk dalam memutuskan untuk
membeli produk herbal HPAI. Sedangkan variabel lainnya yaitu price, place, dan promotion
tidak memiliki pengaruh yang positif dan signifikan dalam upaya mempengaruhi keputusan
pembelian konsumen akan produk herbal HPAI.
Rekomendasi
Beberapa masukan yang dapat peneliti berikan mengenai hasil dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagi pemasar dan agen HPAI
- Perlu adanya kajian menyeluruh terhadap strategi pemasaran yang sudah dijalankan, terutama
pada variabel-variabel yang dinilai kurang maksimal dalam mempengaruhi konsumen untuk
membeli produk herbal HPAI.
- Lebih memperhatikan kembali faktor apa saja yang secara positif dan signifikan dapat
mempengaruhi keputusan pembelian dengan tujuan meningkatkan penjualan produk herbal
HPAI.
- Melakukan aktivitas pemasaran sesuai dengan tuntutan ekonomi islam untuk tercapainya
peningkatan minat beli dan keputusan pembelian yang juga akan mengembangkan ekonomi
syariah di Indonesia.
2. Bagi penelitian selanjutnya
- Untuk penelitan selanjutnya disarankan menambahkan variabel bauran pemasaran yang akan
diteliti.
- Jumlah sampel yang ingin diuji semakin diperbanyak agar memperoleh gambaran hasil
penelitian yang lebih mendekati dengan keadaan yang sesungguhnya.
- Penelitian selanjutnya agar meneliti lokasi yang berbeda sehingga dapat menggambarkan
kondisi penjualan produk HPAI di Indonesia dan penambahan indikator dengan nilai syariah
dari berbagai sumber
DAFTAR PUSTAKA
Al Anshar, Nur Anwar. 2018. Pengaruh Marketing Mix Terhadap Minat Pembelian dan
Keputusan Pembelian Reksadana Syariah. Skripsi. Jakarta: Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Asnawi, Nur & Fanani, Muhammad A. 2019. Pemasaran Syariah: Teori, Filosofi & Isu-Isu
Kontemporer. Depok: RajaGrafindo Persada
Edi. 2017. Pengaruh Marketing Mix Terhadap Keputusan Pembelian Sepeda Motor Merek
Suzuki Satria F pada Pt. Sinar Galesong Mandiri di Kota Makassar. Skripsi. Makassar:
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Firmansyah, M Anang. & Rosmaniar, Asyidatur. 2015. Pengaruh Marketing Mix Terhadap
Keputusan Pembelian Konsumen Sepeda Motor Honda di Surabaya. Jurnal Balance,
Vol.12, (No.2).
Ghozali, Imam. 2018. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS 25, Edisi 9.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
James F.Engel et.all. 1968. Consumer Behavior. Illinois: The Dryden Press
Johar, Marta Raya Anoro. Pengaruh Marketing Mix Terhadap Keputusan Pembelian pada Aldila
Resto di Semarang.
Kaswoto SM, Junet. 2012. Pengaruh Strategi Bauran Pemasaran Terhadap Keputusan Pembelian
Busana Muslim di Tangerang. Tesis. Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Terbuka.
Kertajaya, Hermawan dan Syakir Sula, Muhammad. 2006. Syariah Marketing. Bandung: Mizan
Pustaka.
Kotler, Philip & Keller, Kevin L. 2008. Manajemen Pemasaran, Edisi Ketigabelas Jilid 1. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Kotler, Philip & Keller, Kevin L. 2008. Manajemen Pemasaran, Edisi Ketigabelas Jilid 2. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Kotler, Philip. & Armstrong, G. 2008. Prinsip-Prinsip Pemasaran, Edisi Keduabelas Jilid 1.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Kotler, Philip. 2003. Manajemen Pemasaran. Edisi Kesebelas, Jakarta: Indeks kelompok
Gramedia.
Mannan, Muhammad Abdul. 1997. Teori dan Praktek Ekonomi Islam. Yogyakarta: Dana Bakti
Prima Yasa.
Menita, Herza Ayu. 2017. Pemikiran Abdul Mannan Tentang Ekonomi Islam. AL-INTAJ, Vol.3,
(No.1).
Muflih, Muhammad. 2006. Perilaku Konsumen dalam Perspektif Ilmu Ekonomi. Islam. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Pengaruh Bauran Pemasaran Syariah dan Label Halal terhadap Keputusan Pembelian. Al Maal :
Journal of Islamic Economics and Banking, Vol.2, (No.1) : 144-163.
Rasida. 2020. Pengaruh Marketing Mix Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Gamis
Rabbani Hijab Syar’i (Studi Kasus Pada Konsumen Di Jambi). Skripsi. Jambi:
Universitas Islam Negri Sulthan Thaha Saifuddin.
Schiffman, L.G., dan L.L. Kanuk. 1994. Consumer Behavior. New Jersey: Prentice.
Sudarmaja, I Putu Pande. 2019. Pengaruh Marketing Mix Terhadap Keputusan Pembelian pada
Agung Toyota di Denpasar. Skripsi. Denpasar: Universitas Hindu Indonesia.
Wulandari, Wahju. 2012. Pengaruh Marketing Mix Terhadap Keputusan Pembelian pada Waserda
UKM Mart Koperasi Karyawan Widyagama Malang. Jurnal Manajemen dan Akuntansi,
Vol.1, (No.3).