Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Di Indonesia UMKM memiliki kontribusi maupun peranan yang


cukup besar diantaranya yaitu perluasan kesempatan penyerapan tenaga
kerja. UMKM juga merupakan jaring pengaman terutama bagi masyarakat
berpenghasilan rendah untuk menjalani kegiatan ekonomi produktif.
disamping itu usaha kecil, mikro dan menengah (UMKM) merupakan jenis
usaha yang memiliki peran penting dalam peningkatan PDB (Pendapatan
Domestik Bruto) suatu negara khususnya di Indonesia

Berdasarkan data dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil


Menengahyang telah diuraikan diatas, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
(UMKM) dapat menjadi ujung tombak pembangunan ekonomi nasional di
Indonesia. Hal itu terjadi karena Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
(UMKM) bersentuhan langsung dengan masyarakat yang berada di
sekitarnya dan menggerakkan perekonomian kerakyatan.

Salah satu UMKM yang berada di daerah Bekasi adalah kebab yang
cukup dikenal banyak orang yaitu kebab eyang kakung yang selalu ramai
setiap malamnya penjualan setiap bulan 500 bungkus tetapi kebab eyang
kakung ingin terus meningkatkan penjualan kembali dengan sebuah inovasi
produk yang baru

Kualitas produk adalah ukuran yang menilai bagaimana suatu


produk atau jasa mampu memenuhi kebutuhan pelanggan. Menurut mantan
pemimpin GE, Jhon F.Welch Jr (dalam Heryenzuz, 2017) mengatakan
“Kualitas adalah jaminan terbaik kami dengan pelanggan, pertahanan terkuat
kami menghadapi persaingan luar negeri dan satu-satunya jalan untuk
mempertahankan pertumbuhan dan penghasilan”.

Kotler dan Amstrong (2010) mendefinisikan kualitas produk


merupakan perpaduan antara sifat dan karakteristik yang menentukan sejauh
2

mana keluaran dapat memenuhi prasyarat kebutuhan pelanggan atau menilai


sampai seberapa jauh sifat dan karakteristik itu memenuhi kebutuhannya,
kualitas produk mempunyai delapan faktor yaitu Product Variety (variasi
produk), Quality (kualitas produk), Design (desain produk), Features (fitur
produk), Brand Name (nama produk), Packaging (kemasan produk), Sizes
(ukuran produk), Services (layanan produk), Warranties (garansi produk),
dan Return (pengembalian produk) Konsumen dapat menentukan membeli
atau tidak suatu produk setelah menilai apakah produk tersebut sesuai
dengan kebutuhannya atau tidak. Maka dari itu perusahaan pasti akan
menawarkan produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumennya sebagai
suatu daya tarik produknya .

Selain kualitas produk yang menyebabkan pelanggan tertarik untuk


membeli adalah inovasi dari sebuah produk tersebut kebab eyang kakung
sendiri menginovasi produk nya dengan berbagai bumbu di dalamnya
dengan tambahan topping hingga penambahan menu. Rogers dalam
penelitian Apriliani (2015) Inovasi produk merupakan suatu ide, gagasan ,
praktek atau objek atau benda yang disadari dan diterima sebagai suatu hal
yang baru oleh individu atau kelompok untuk diadopsi

Dari kualitas produk dan inovasi produk yang di tawarkan kebab


eyang kakung maka timbul sebuah keputusan pembelian yang menjadi suatu
hal yang perlu di perhatikan dalam sebuah persaingan bisnis UMKM.kotler
dan Amstrong (2001) ialah proses pengambilan keputusan konsumen
dimana customer betul-betul ingin membeli ,pengambilan keputusan adalah
satu aktivitas pribadi yang langsung tersangkut dalam memperoleh dan
menggunakan barang yang dijajakna. Pengertian lain keputusan pembelian
ialah keputusan yang mengenai merk yang mana yang di beli

Berdasarkan uraian latar belakang diatas kebab eyang kakung


memiliki banyak keputusan pembelian dengan kualitas produk, inovasi
produk dan harga, maka peniliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul “Kualitas Produk ,Inovasi produk dan harga terhadap Keputusan
pembelian (studi kasus pada Kebab eyang kakung).
3

1.2. Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah pokok
penelitian yang terkait dengan kebab eyang kakung adalah :

1. Apakah kualitas produk berpengaruh terhadap keputusan pembelian?

2. Apakah Inovasi produk berpengaruh terhadap keputusan pembelian?

3. Apakah harga berpengaruh terhadap keputusan pembelian?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka ada beberapa tujuan dari
penelitian ini untuk memberikan bukti empiris untuk mengetahui :

1. Untuk mengetahui pengaruh kualitas produk terhadap keputusan


pembelian

2. Untuk mengetahui pengaruh Inovasi produk terhadap keputusan


pembelian

3. Untuk mengetahui pengaruh harga terhadap keputusan pembelian

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat yang diharapkan peneliti di dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:

1.4.1 Bagi peneliti


Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan perbandingan antara
teori-teori yang telah diperoleh selama kuliah dengan kenyataan yang
sebenarnya di dalamdunia bisnis sehari-hari.

1.4.2 Bagi akademis


Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi
atau kajian bagi penelitian-penelitian selanjutnya.

1.4.3 Bagi Perusahaan


Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk membantu usaha dalam
Kebab eyang kakung
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1 Pemasaran
Pemasaran adalah salah satu kegiatan pokok yang perlu dilakukan oleh
perusahaan, baik itu perusahaan barang atau jasa dalam upaya mendapatkan laba
dan untuk mempertahankan kelangsungan hidup usahanya. Hal tersebut
disebabkan karena pemasaran merupakan salah satu ujung tombak kegiatan
perusahaan, yang secara langsung berhubungan dengan konsumen. Maka
kegiatan pemasaran dapat diartikan sebagai kegiatan manusia berkaitan dengan
pasar. America Marketing Association (AMA) dalam Kotler dan Keller
(2016:27) berpendapat bahwa Marketing is the activity, set of institutions, and
processes for creating, communicating, delivering, and exchanging offerings
that have value for customers, clients, partners, and society at large.
Kotler dan Keller (2016:27) berpendapat bahwa pemasaran adalah proses
dimana perusahaan menciptakan nilai bagi konsumen dan membangun hubungan
yang kuat dengan dengan konsumen, dengan tujuan untuk menangkap nilai dari
konsumen sebagi imbalan. Kotler dan Keller (2016:27) menyatakan bahwa
“Marketing is meeting needs profitability”, maksud ungkapan tersebut adalah
pemasaran merupakan hal yang dilakukan untuk memenuhi setiap kebutuhan
(kebutuhan konsumen) dengan cara-cara yang menguntungkan semua pihak.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
pemasaran merupakan kegiatan yang tidak hanya untuk mendistribusikan barang
pada konsumen melainkan merupakan fungsi organisasi dan serangkaian proses
untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan memberikan nilai dalam
mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan sosial.
5

2.1.2 Manajemen Pemasaran


Suatu perusahaan akan menjadi sukses apabila di dalamnya ada kegiatan
manajemen pemasaran yang baik. Manajemen pemasaran pun menjadi pedoman
dalam menjalankan kelangsungan hidup perusahaan yaitu sejak dimulainya
proses produksi hingga barang sampai pada konsumen. Kotler dan Keller
(2016:27) berpendapat bahwa Marketing management as the art and science of
choosing target markets and getting, keeping, and growing customers through
creating, delivering, and communicating superior customer value.
Manajemen pemasaran terjadi ketika setidaknya satu pihak dalam sebuah
pertukaran potensial berpikir tentang cara-cara untuk mencapai respons yang
diinginkan oleh pihak lain. Menurut Kotler dan Keller (2016:30) adalah:
“Manajemen pemasaran sebagai seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan
membangun hubungan yang menguntungkan dengan mereka”. Menurut Kotler
dan Keller (2016:27) yang mengatakan bahwa; “Manajemen pemasaran sebagai
seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan mendapatkan, mempertahankan, serta
meningkatkan jumlah pelanggan dengan menciptakan, menghantarkan, dan
mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul”.
Dari beberapa definisi di atas, manajemen pemasaran adalah seni dan ilmu
perencanaan, implementasi, pengendalian program yang dirancang untuk
mendapatkan, menjaga dan menumbuhkan pelanggan demi melakukan
pertukaran yang menguntungkan dengan pembeli agar mencapai tujuan
organisasi yang sudah menjadi konsep pemasarannya. Kegiatan pemasaran
perusahaan harus dapat memberikan kepuasan kepada konsumen bila ingin
mendapatkan tanggapan yang baik dari konsumen. Pemasaran yang baik bukan
sebuah kebetulan, melainkan hasil dari perencanan dan pelaksanaan yang cermat
yang akhirnya menjadikan kesuksesan finansial bagi perusahaan.

2.1.3 Kualitas Produk


Produk merupakan inti dari sebuah kegiatan pemasaran karena produk
merupakan output atau hasil dari salah satu kegiatan atau aktivitas perusahaan
yang dapat ditawarkan ke pasar sasaran untuk memenuhi kebutuhan dan
keinginan konsumen. Pada dasarnya dalam membelisuatu produk,seorang
konsumen tidak hanya membeli produk, akan tetapi konsumen juga membeli
6

manfaat atau keunggulan yang dapat diperolehdari produk yang dibelinya. Oleh
karena itu, suatu produk harus memiliki keunggulan dari produk-produk yang
lain, salah satunya dari segi kualitas produk yang ditawarkan. Kualitas produk
merupakan salah satu kunci persaingan diantara pelaku usaha yang ditawarkan
kepada konsumen. Berikut ini merupakan pengertian kualitas produk
menurutKotler dan Keller (2016:156) pengertian kualitas adalah sebagai
berikut, “Quality is the totality of features andcharacteristics of a product or
service that bear on its ability to satisfy stated or implied needs”. Kualitas
produk memiliki indikator yang dapat digunakan untuk menganalisis
karakteristik dari suatu produk. Menurut Fandy Tjiptono (2016:134) kualitas
produk memiliki delapan indikator sebagai berikut:

1. Performance (kinerja) merupakan karakteristik operasi pokok dari produk


inti (coreproduct) yang dibeli.

2. Features (fitur atau ciri-ciri tambahan) yaitu karaktersitik sekunder atau


pelengkap.
3. Reliability (reliabilitas) yaitu kemungkinan kecil akan mengalami
kerusakan atau gagal dipakai.

4. Confermance to Specifications (kesesuaian dengan spesifikasi) yaitu sejauh


mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar-standar yang
telah ditetapkan sebelumnya.

5. Durability (daya tahan) yaitu berkaitan dengan berapa lama produk


tersebut dapat digunakan.

6. Serviceability meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, kemudahan


direparasi serta penanganan keluhan secara memuaskan.

7. Esthetics (Estetika) yaitu daya tarik produk terhadap panca indera.


8. Perceived Quality (kualitas yang dipersepsikan), yaitu citra dan reputasi
produk sertatanggung jawab perusahaan terhadapnya
7

2.1.4 Inovasi Produk


a. Pengertian Inovasi Produk
Adanya kesamaan tampilan produk sejenis dari pesaing merupakan
faktor pendorong terjadinya inovasi produk, biasanya produk pesaing
muncul tanpa mengalami perubahan yang berarti bahkan cenderung statis.
Keadaan tersebut dapat menjadi hal yang menguntungkan, karena
persaingan yang timbul dengan munculnya produk pesaing dapat diatasi
dengan melakukan inovasi produk. Adapun pengertian mengenai inovasi
produk menurut beberapa ahli akan dipaparkan sebagai berikut.
Menurut Tjiptono (2017:348) memberi pengertian mengenai inovasi
produk yaitu : “Secara sederhana, inovasi bisa diartikan sebagai
implementasi praktis sebuah gagasan ke dalam produk atau proses baru.
Inovasi bisa bersumber dari individu, perusahaan, riset di universitas,
laboratorium dan inkubator pemerintah, maupun organisasi nirlaba
swasta”.
Menurut Rogers dalam penelitian yang dilakukan Apriliani (2015:18)
berpendapat bahwa : “Inovasi produk merupakan suatu ide, gagasan,
praktek atau objek atau benda yang disadari dan diterima sebagai suatu hal
yang baru oleh individu atau kelompok untuk diadopsi.”
Menurut Tjiptono (2012:294) “ada tiga aspek penting yang perlu ditelah
dalam pengembangan produk baru untuk pasar global. Pertama,
identifikasi ide produk baru yang bisa bersumber dari pelanggan, pemasok,
pesaing, wiraniaga perusahaan, distributor dan agen, eksekutif kantor
cabang, eksekutif kantor pusat, sumber-sumber dokumentasi (seperti
publikasi dan laporan jasa informasi) dan observasi langsung di
lingkungan pasar.”
Dari penjelasan teori diatas, dapat disimpulkan bahwa inovasi produk
adalah proses pengembangan ide dari seseorang yang berkaitan dengan
mengembangkan suatu produk dari segi teknologi, manufaktur, pemasaran
dan lain-lainnya atau menciptakan produk baru sehingga produk mampu
bersaing dipasar tujuannya.
8

b. Jenis Inovasi Produk


Dalam Fauzi (2015:16) Inovasi terdiri dari empat jenis, yaitu :
1) Penemuan
Kreasi suatu produk, jasa atau proses baru yang belum pernah
dilakukan sebelumnya, konsep ini cenderung disebut revolusioner.
2) Pengembangan
Pengembangan suatu produk, jasa atau proses yang sudah ada,
konsep seperti ini menjadi aplikasi ide yang telah ada berbeda.
3) Duplikasi
Peniruan suatu produk, jasa atau proses yang telah ada, meskipun
demikian duplikasi bukan semata meniru melainkan menambah
sentuhan kreatif untuk memperbaiki konsep agar lebih mampu
memenangkan persaingan.
4) Sintesis
Perpaduan konsep dan faktor-faktor yang sudah ada menjadi
formulasi baru, proses ini meliputi pengambilan sejumlah ide atau
produk yang sudah ditemukan dan dibentuk sehingga menjadi
produk yang dapat diaplikasikan dengan cara baru.
c. Konsep Produk Baru
Dalam bukunya, Tjiptono (2017:316) berpendapat mengenai
dinamika lingkungan bisnis berdampak pada perubahan selera dan
preferensi pelanggan. Perubahan itu pada gilirannya menuntut inovasi
dan kreativitas setiap organisasi agar dapat menyempurnakan produk
yang sudah ada dan mengembangkan produk baru dalam rangka
mempertahankan kelangsungan hidup dan profitabilitas perusahaan.
Konsep produk “baru” bisa ditelah dari dua perspektif, yakni :
1) Baru bagi pasar (new to market) yang mengandung arti belum ada
perusahaan yang memproduksi atau memasarkan produk tersebut
sebelumnya.
2) Baru bagi perusahaan bersangkutan (new to the firm) artinya
perusahaan-perusahaan lain sudah memasarkan produk tersebut
tetapi perusahaan bersangkutan belum memasarkannya.
9

Dengan demikian istilah ‘baru’ disini mengandung pengertian


relatif (a matter of degree). Secara garis besar, aktivitas
pengembangan produk baru bisa menghasilkan 6 macam tipe
produk baru :
1. Produk baru bagi dunia (new-to-the-world products) yaitu :
produk-produk yang menciptakan pasar yang sama sekali baru
dan membentuk siklus hidup produk baru.
2. Lini produk baru (new product line) yaitu produk-produk yang
baru bagi perusahaan, namun diluncurkan bagi pasar yang
sudah ada.
3. Perluasan lini (line extension) yaitu produk baru yang
memungkinkan perusahaan memperluas pasar yang dilayani
dengan menawarkan manfaat yang berbeda.
4. Penyempurnaan produk yang telah ada (improvements to
existing products) yaitu : produk-produk yang biasanya
dirancang untuk menggantikan penawaran produk yang sudah
ada.
5. Repositioning yaitu : pengembangan teknis yang memungkinkan
suatu produk menawarkan aplikasi baru dan melayani
kebutuhan yang baru.
6. Pengurangan biaya (cost reductions) yaitu : versi dari produk yang
ada yang dapat memberikan kinerja setara pada tingkat harga yang
lebih murah. Meskipun tidak tergolong benar-benar ‘baru’
berdasarkan perspektif pemasaran, tipe ini bisa berdampak pada
proses produksi dan daya saing perusahaan.
d. Pengembangan Produk Baru
Di sejumlah industri inovasi teknologi merupakan kunci utama
kesuksesan bersaing. Globalisasi pasar menghadirkan tantangan bagi
setiap perusahaan agar mampu berinovasi secara berkesinambungan
dalam rangka menawarkan produk dan jasa yang unik dan unggul
(Tjiptono, 2017:348). Introduksi produk baru berperan penting dalam
10

meningkatkan profitabilitas perusahaan, sementara inovasi proses


memainkan peran strategi dalam menekan biaya.
Menurut Tjiptono (2017:349), produk ‘baru’ bisa ditinjau dari
dimensi ‘kebaruan’ (newness) bagi perusahaan dan bagi pasar. Produk
baru bisa merupakan tambahan bagi lini produk perusahaan saat ini
maupun tipe kepuasan baru. Bentuk produk yang dihasilkan bisa
berupa produk orisinal, penyempurnaan/modifikasi produk, imitasi
produk, maupun inovasi produk. Secara garis besar, tujuan yang
ingin dicapai melalui proses pengembangan produk baru meliputi :
1. Memenuhi kebutuhan baru dan memperkuat reputasi perusahaan
sebagai inovator melalui upaya menawarkan produk yang lebih
baru dan lebih bagus dari pada produk sebelumnya.
2. Mempertahankan daya saing terhadap produk yang ada di pasaran,
yaitu dengan jalan menawarkan produk yang dapat memberikan
jenis kepuasan baru. Bentuknya bisa tambahan terhadap lini
produk yang sudah ada maupun revisi terhadap produk yang telah
ada.
3. Pengembangan produk baru merupakan proses kompleks yang
menuntut perencanaan matang. Tidak ada formula ajaib yang bisa
memastikan bahwa sebuah gagasan cemerlang pasti akan sukses
dipasarkan secara komersial sebagai produk baru. Selain itu, tidak
ada jaminan bahwa produk baru pasti akan sukses bila perusahaan
telah sukses meluncurkan beberapa produk sebelumnya. Selama ini
fakta justru menunjukkan bahwa mayoritas produk baru mengalami
kegagalan dikarenakan sejumlah faktor diantaranya :
1) Target pasar yang dituju terlampau kecil, sehingga penjualan tidak
dapat menutupi biaya riset dan pengembangan, biaya produksi dan
biaya pemasaran.
2) Kualitas produk tidak memadai dan bahkan tidak lebih bagus
dibandingkan produk-produk yang sudah ada.
11

3) Perusahaan tidak memiliki akses ke distributor dan pasar, misalnya


kalah bersaing dalam mendapatkan tempat (space) dalam rak-rak
pajangan pasar swalayan atau toko pengecer lainnya.
4) Timing tidak tepat, artinya produk baru diluncurkan terlalu cepat,
terlalu lambat, atau bahkan pada saat selera konsumen telah
berubah secara drastis.
e. Timing Memasuki Pasar Produk Baru
Menurut Tjiptono (2017:350) terdapat delapan faktor yang perlu
dianalisis secara komprehensif agar timing memasuki pasar bisa ‘optimal’
diantaranya :
1) Kepastian preferensi pelanggan. Semakin kecil tingkat ketidakpastian
preferensi pelanggan, semakin besar kemungkinan berhasilnya strategi
pionir atau early entry.
2) Tingkat penyempurnaan teknologi baru dibandingkan teknologi lama.
Apabila teknologi baru menawarkan perbaikan dramatis atas teknologi
sebelumnya atau teknologi berbeda yang berfungsi serupa, konsumen
akan lebih mudah dan cepat menerimanya.
3) Karakteristik teknologi pendukung. Teknologi pendukung yang telah
mapan menunjang keberhasilan strategi early entry, sementara
teknologi penunjang yang relatif lemah cenderung membuka peluang
bagi perusahaan yang melakukan ‘wait and see’.
4) Karakteristik produk komplementer. Apabila inovasi perusahaan
membutuhkan produk komplementer yang belum tersedia di pasar dan
perusahaan bersangkutan belum mampu mengembangkan
komplementer tersebut, maka peluang keberhasilan startegi early entry
bakal tipis.
5) Ancaman pendatang baru. Apabila hambatan masuk relatif besar atau
hanya ada sedikit pesaing potensial yang bakal mampu memasuki pasar,
maka perusahaan bisa menanti sampai customer requirement dan
teknologi relatif mapan. Namun, jika ancaman pendatang baru relatif
besar, maka perusahaan perlu masuk lebih cepat dalam rangka
12

membangun citra merek, meraih pangsa pasar, menjalin relasi dengan


pemasok dan distributor.
6) Kemungkinan mendapatkan ‘increasing returns to adoption’. Jika
peluang untuk hal itu besar, maka early-entry merupakan pilihan paling
ideal.
7) Ketersediaan dan akses sumber daya organisasi. Sumber daya finansial
dan SDM mutlak dibutuhkan dalam rangka menunjang keberhasilan
strategi early-entry, terutama dalam mendanai biaya riset dan
pengembangan, mengakomodasi slow market take off, dan
mengakselerasi penerimaan pasar (misalnya : melalui program edukasi
pelanggan, pengembangan jaringan pasokan dan distribusi, serta
pengembangan produk komplementer).
8) Reputasi dan kredibilitas perusahaan. Perusahaan yang bereputasi bagus
akan mampu memacu proses adopsi lebih cepat dibandingkan
perusahaan yang reputasinya kurang bagus. Reputasi bagus bisa
menjadi signal kuat akan peluang kesuksesan teknologi baru yang
ditawarkan.
f. Dimensi dan Indikator Inovasi Produk
Menurut Everett Rogers (2003) dalam buku Tjiptono (2012:296)
menyatakan bahwa inovasi terdiri atas lima dimensi, antara lain sebagai
berikut :
1) Keunggulan relatif (relative advantage) adalah tingkat kelebihan suatu
inovasi, apakah lebih baik dari inovasi yang ada sebelumnya atau dari
hal-hal biasa dilakukan. Biasanya diukur dari segi ekonomi, prestasi
sosial, kenyamanan dan kepuasan. Persepsi terhadap keunggulan
relative produk baru dibandingkan produk atau metode yang sudah ada.
2) Kesesuaian atau keserasian (compatibility) artinya kesesuaian dengan
nilai-nilai yang ada dan pengalaman konsumen dimasa lalu. Inovasi
yang tidak sesuai dengan nilai atau norma yang diyakini oleh penerima
tidak akan diterima secepat inovasi yang sesuai dengan norma yang
ada.
13

3) Kerumitan (complexity) yakni sejauh mana inovasi atau produk baru


mudah dipahami dan digunakan. Semakin mudah suatu inovasi
dimengerti dan dipahami oleh adopter, maka semakin cepat inovasi
diadopsi. Sebaliknya semakin komplek produk bersangkutan, semakin
sulit produk itu memperoleh penerimaan.
4) Ketercobaan (Triability) menyangkut kemampuan produk untuk diuji
dan digunakan secara terbatas tanpa biaya besar (berkaitan dengan
kuantitas pembelian, ukuran penyajian dan porsi produk. Suatu inovasi
dapat diuji cobakan pada keadaan sesungguhnya, inovasi pada
umumnya lebih cepat diadopsi. Untuk lebih mempercepat proses
adopsi, maka suatu inovasi harus mampu menunjukkan keunggulannya.
Produk baru lebih mungkin berhasil jika konsumen dapat mencoba atau
bereksperimen dengan ide secara terbatas.
5) Keterlihatan atau dapat dikomunikasikan (Communicability) yaitu
sejauh mana manfaat inovasi atau nilai produk bisa dikomunikasikan
kepada pasar potensial.
Semua faktor, kecuali kompleksitas, berhubungan positif dengan
kecepatan tingkat adopsi. Sebaliknya, bila produk baru semakin
kompleks, maka tingkat adopsinya akan berlangsung semakin lambat.
Keterlihatan (observability), tingkat bagaimana hasil penggunaan suatu
inovasi dapat dilihat oleh orang lain. Semakin mudah seseorang
melihat hasil suatu inovasi, semakin besar kemungkinan inovasi
diadopsi oleh orang atau sekelompok orang. Keterlihatan dan
kemudahan komunikasi mencerminkan tingkat dimana hasil dari
pemakaian produk baru terlihat oleh teman dan tetangga.
Menurut Kotler dan Amstrong (2012:234) terdiri dari beberapa
indikator antara lain adalah :
1) Perluasaan Produk. Merupakan prdouk yang masih familiar
bagi organisasi bisnis tetapi baru bagi pasar
2) Peniruan produk merupakan produk yang dianggap baru oleh
bisnis tetapi familiar dengan pasar
14

3) Produk baru merupakan produk dianggap baru baik oleh bisnis


maupun oleh perusahaan
4) Kualitas produk kemampuan suatu produk dalam melakukan
fungsi-fungsinya yang meliputi daya tahan, keandalan dan
ketelitian yang dihasilkan
5) Varian produk sarana kompetitif untuk membedakan produk
satu dengan yang lain atau antara produk yang dimiliki dengan
produk pesaing.
6) Gaya dan desain produk. cara lain dalam menambah nilai bagi
pelanggan, gaya hanya menjelaskan penampilan produk
tertentu , sedangkan desain memiliki konsep yang lebih dari
gaya.

2.1.5 Harga

Harga merupakan suatu nilai produk, karna akan berpengaruh terhadap


keuntungan produsen. Harga juga menjadi pertimbangan konsumen untuk
membeli, sehingga perlu pertimbangan khusus untuk menentukan harga
tersebut.

Pengertian Harga

Dalam proses jual beli harga menjadi salah satu bagian terpenting,
karena harga adalah alat tukar dalam transaksi. Harga merupakan satu-
satunya unsur bauran pemasaran yang sifatnya fleksibel dimana setiap saat
dapat berubah-ubah. Harga juga merupakan salah satu faktor persaingan
dalam memasarkan produk. Menurut Kotler dan Armstrong (2012:314)
harga adalah “The amount of money charged for a ptoduct or service, the
sum of the values that customers exchange for the benefit of having or
using the product or service”. Definisi lain dikemukakan oleh Buchari
Alma (2011:169), mengemukakan bahwa harga adalah nilai suatu barang
yang dinyatakan dengan uang. Sedangkan menurut Djaslim Saladin (2010
: 159) mengemukakan bahwa harga adalah komponen yang menghasilkan
pendapatan sedangkan yang lainnya menghasilkan biaya. Berdasarkan dari
15

beberapa definisi diatas maka peneliti sampai pada pemahaman bahwa


harga adalah nilai dari suatu produk dalam bentuk uang yang harus
dikorbankan konsumen guna mendapatkan produk, sedangkan dari
produsen atau pedagang harga dapat menghasilkan pendapatan.

Tujuan Penetapan Harga

Tujuan penetapan harga pada setiap perusahaan berbeda-beda,


sesuai dengan kepentingan. Menurut Kotler dan Keller yang dialih
bahasakan oleh Bob Sabran (2012 : 76) pada dasarnya terdapat empat jenis
penetapan harga, yaitu :

1) Tujuan Berorientasi pada Laba


Tujuan ini disebut dengan istilah maksimisasi harga. Dalam era
persaingan global yang kondisinya sangan kompleks dan banyak variabel
yang berpengaruh terhadap daya saing setiap perusahaan, maksimisasi laba
sangat sulit dicapai, karena sukar sekali untuk dapat memperkirakan secara
akurat jumlah penjualan yang dapat dicapai pada tingkat harga tertentu.
2) Tujuan Berorientasi pada Volume
Selain tujuan berorientasi pada laba, ada pula perusahaan yang
menetapkan harganya berdasarkan tujuan yang berorientasi pada volume
tertentu atau yang biasa dikenal dengan istilah volume pricing objectives.
Harga ditetapkan sedemikian rupa agar dapat mencapai target volume
penjualan, nilai penjualan, atau pangsa pasar. Tujuan ini banyak diterapkan
oleh perusahaan penerbangan, lembaga pendidikan,
3) Tujuan Berorientasi pada Citra
Citra suatu perusahaan dapat dibentuk melalui strategi penetapan
harga. Perusahaan dapat menetapkan harga tinggi untuk membentuk atau
mempertahankan citra prestisius.
4) Tujuan Stabilisasi Harga
Dalam pasar yang konsumennya sangat sensitif terhadap harga. Bila
suatu perusahaan menurunkan harganya, maka para pesaingnya harus
menurunkan harga. Kondisi seperti ini yang mendasari terbentuknya tujuan
16

stabilisasi harga dalam industri-industri tertentu yang produknya sangat


terstandarisasi (misalnya minyak bumi).

5) Tujuan-tujuan Lainnya
Harga dapat pula ditetapkan dengan tujuan mencegah masuknya
pesaing, mempertahankan loyaitas pelanggan, mendukung penjualan ulang
atau menghindari campur tangan pemerintah.
Metode Penetapan Harga
Metode penetapan harga secara garis besar dapat dikelompokan
menjadi empat kategori utama, yaitu metode pentapan harga berbasi
permintaan, berbasis biaya, berbasis laba, dan berbasis persaingan. Menurut
Kotler dan Keller yang dialih bahasakan oleh Bob Sabran (2012:77) yang
menjelaskan metode metode penetapan harga sebagai berikut :

1) Metode Penetapan Harga Berbasis Permintaan


Adalah suatu metode yang menekankan pada faktor-faktor yang
mempengaruhi selera dan referensi pelanggan dari faktor-faktor seperti
biaya, laba, dan persaingan. Permintaan pelanggan sendiri didasarkan
pada berbagai pertimbangan, diantaranya yaitu :
1. Kemampuan para pelanggan untuk membel (daya beli).
2. Kemauan pelanggan untuk membeli.
3. Suatu produk dalam gaya hidup pelanggan, yakni menyangkut
apakah produk tersebut merupakan simbol status atau hanya produk
yang digunakan sehari-hari.
4. Manfaat yang dapat diberikan produk tersebut pada pelanggan.
5. Harga produk-produk substitusi.
6. Pasar potensial bagi produk tersebut.
7. Perilaku konsumen secara umum.
2) Metode Penetapan Harga Berbasis Biaya
Faktor penentu harga dalam metode ini, yang utama adalah aspek
penawaran atau biaya bukan aspek permintaan. Harga ditentukan
berdasarkan biaya produksi dan pemasaran yang ditambah dengan jumlah
17

tertentu sehingga dapat menutupi biaya-biaya langsung, biaya overhead


dan laba.
3) Metode Penetapan Harga Berbasis Laba
Metode ini berusaha menyeimbangkan pendapatan dan biaya
dalam penetapan harganya. Upaya ini dapat dilakukan atas dasar target
volume laba spesifik atau dinyatakan dalam bentuk persetase terhadap
penjualan atau investasi. Metode penatapan harga berbasis laba ini
terdiri dari target profit pricing, target return on sales pricing, dan
target return on investment pricing.
4) Metode Penetapan Harga Berbasis Persaingan
Selain berdasarkan pada pertimbangan biaya, permintaan atau
laba, harga juga dapat ditetapkan atas dasar persaingan, yaitu apa yang
dilakukan pesaing. Metode penetapan harga berbasis persaingan terdiri
dari customary pricing; above at, or below market pricing; loss leader
pricing dan sealed bid pricing.
Dimensi Harga
Menurut Mursid (2014:83-84),Dimensi harga terbagi dari 3
dimensi yaitu sebagai berikut :
1) Cost oriented pricing adalah penetapan harga yang semata-mata
untuk memperhitungkan biaya-biaya dan tidak berorientasi pada
pasar
2) Demand oriented pricing adalah penentuan harga dengan
mempertimbangkan pada keadaan permintaan, keadaan pasar dan
keinginan konsumen.
3) Competition oriented pricing adalah menetapkan harga jual yang
berorientasi pada pesaing.

Indikator Harga

Menurut Kotler dan Armstrong terjemahan Sabran (2012:52),


didalam variabel harga ada beberapa unsur kegiatan utama harga yang
meliputi daftar harga, diskon, Harga, dan periode pembayaran. Menurut
18

Kotler dan Armstrong terjemahan Sabran (2012:278), ada empat indikator


harga yaitu:
1. Keterjangkauan harga adalah harga yang di berikan oleh penjual
dengan harga yang terjangkau
2. Kesesuaian harga dengan kualitas produk. adalah harga yang
menyesuaikan kualitas produk yang diberikan oleh penjual
3. Daya saing harga adalah persaingan harga antara para penjual
dengan penjual lainnya
4. Kesesuaian harga dengan manfaat adalah harga yang diberikan
sesuai dengan manfaat yang diberikan dari barang tersebut.

2.1.6 Pengertian Keputusan Pembelian

Keputusan pembelian adalah suatu kegiatan membeli sejumlah barang dan


jasa, yang dipilih berdasarkan informasi yang didapat tentang produk, dan
segera disaat kebutuhan dan keinginan muncul, dan kegiatan ini menjadi
informasi untuk pembelian selanjutnya.

Menurut Kotler dan Keller (2009:184) keputusan pembelian merupakan


suatu pemilihan tindakan dari dua atau lebih alternatif.Menurut Peter dan Olson
(2006:163) keputusan pembelian adalah proses pengintegrasian yang
mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku
alternatif dan memilih salah satu diantaranya.

Bagi pemasar tahap keputusan pembelian ini adalah tahap yang sangat
penting untuk dipahami karena akan berhubungan dengan keberhasilan suatu
program pemasaran. Secara khusus, pemasar harus mengidentifikasi siapa yang
membuat keputusan pembelian, jenis-jenis keputusan pembelian, faktor- faktor
keputusan pembelian dan langkah-langkah dalam proses pembelian (Kotler,
2009:220).

Peran Dalam Keputusan Pembelian

Menurut Kotler (2009:202) terdapatlima peran dalam proses pengambilan


keputusan pembelian, yaitu:
19

1. Pengambil inisiatif (initiator) yaitu seseorang yang pertama kali


mengusulkan untuk membeli produk atau jasa.

2. Pemberi pengaruh (influencer) yaitu seseorang yang dalam pandangan atau


sarannya dapatdipengaruhi terhadap proses keputusan pembelian.

3. Pengambilan keputusan (decider) yaitu seseorang yang


mengambilkeputusan untuk setiap komponen keputusan pembelian apakah
membeli atau tidak.

4. Pembeli (buyer) yaitu seseorang yang melakukan pembelian sebenarnya

5. Pemakai (user) yaitu seseorang yang mengkonsumsi atau menggunakan


produk ataupun jasa tersebut.
Jenis-jenis Perilaku Keputusan Pembelian
Pengambilan keputusan pembelian konsumen berbeda- beda tergantung jenis
keputusan pembeliannya. Keputusan yang lebih kompleks biasanya melibatkan
peserta pembelian dan pertimbangan pembeli yang lebih banyak. Menurut Kotler
dan Amstrong (2017:222) perilaku keputusan pembelian terbagi menjadi empat
jenis,yaitu :

1. Perilaku pembelian kompleks

Konsumen melakukan perilaku pembelian kompleks ketika konsumen


dalam situasi yang ditentukan oleh keterlibatan konsumen yang tinggi dalam
pembelian dan perbedaan yang dianggap signifikan antar merek. Pada tahap
ini, pembeli akan melewati proses pembelajaran, mula-mula mengembangkan
keyakinan tentang produk, lalu sikap, dan kemudian membuat pilihan
pembelian yang dipikirkan masak-masak. Pemasar produk yang memerlukan
keterlibatan tinggi harus memahami pengumpulan informasi dan perilaku
evaluasi yang dilakukan konsumen dengan keterlibatan tinggi

2. Perilaku pembelian kebiasaan


Perilaku membeli karena kebiasaan terjadi ketika dalam kondisi
keterlibatan konsumen yang rendah dan kecilnya perbedaan antar merek.
Konsumen hanya mempunyai sedikit keterlibatan dalam kategori produk ini,
mereka hanya pergi ke toko dan mengambil satu merek. Konsumen tidak
membentuk sikap yang kuat terhadap sebuah merek, mereka memilih merek
20

karena terbiasa dengan merek tersebut, konsumen mungkin tidak


mengevaluasi pilihan bahkan setelah melakukan pembelian.
3. Perilaku pembelian mencari keragaman

Perilaku membeli yang mencari variasi dalam situasi yang bercirikan


rendahnya keterlibatan konsumen namun perbedaan merek dianggap cukup
berarti. Kasus semacam ini membuat konsumen sering mengganti merek
sebagai pilihan keputusan pembeliannya.

4. Perilaku pembelian pengurangan disonasi Perilaku pembelian pengurangan


disonasi terjadi ketika konsumen sangat terlibat dalam pembelian yang
mahal, jarang dilakukan, atau beresiko, tetapi hanya melihat sedikit perbedaan
diantara merek-merek yang ada. Setelah pembelian, konsumen mungkin
mengalami ketidakcocokan pasca pembelian ketika mereka menemukan
kelemahan-kelemahan tertentu dari merek yang dibeli atau mendengar hal-
hal bagus mengenai merek yang tidak dibeli. Cara untuk melawan
ketidakcocokan ini dengan komunikasi purna-jual pemasaran yang harus
memberikan bukti dan dukungan untuk membantu konsumen menyenangi
pilihan merek mereka.
Faktor –faktor Yang Memengaruhi Keputusan Pembelian
Menurut Kotler dan Keller (2009:166) perilaku pembelian konsumen
dipengaruhi oleh empat faktor, diantaranya sebagai berikut:

1. Faktor budaya
Budaya, sub-budaya, dan kelas sosial sangat penting bagi perilaku
pembelian. udaya merupakan penentu keinginan dan perilaku paling
dasar.Masing-masing sub- budaya terdiri dari sejumlah sub-budaya yang lebih
menampakkan identifikasi dan sosialisasi khusus bagi para anggotanya seperti
kebangsaan, agama, kelompok, ras, dan wilayah geografis.

2. Faktor sosial
Selain faktor budaya, perilaku pembelian konsumen juga dipengaruhi
oleh faktor sosial diantarannya sebagai berikut:
21

1) Kelompok acuan
Kelompok acuan dalam perilaku pembelian konsumen dapat
diartikan sebagai kelompok yang yang dapat memberikan pengaruh
secara langsung atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku
seseorang tersebut. Kelompok ini biasanya disebut dengan kelompok
keanggotaan, yaitu sebuah kelompok yang dapat memberikan pengaruh
secara langsung terhadap seseorang

2) Keluarga
Keluarga dibedakan menjadi dua bagian dalam sebuah organisasi
pembelian konsumen. Pertama keluarga yang dikenal dengan istilah
keluarga orientasi. Keluarga jenis ini terdiri dari orang tua dan saudara
kandung seseorang yang dapat memberikan orientasi agam, politik dan
ekonomi serta ambisi pribadi, harga diri dan cinta. Kedua, keluarga
yang terdiri dari pasangan dan jumlah anak yang dimiliki seseorang.
Keluarga jenis ini biasa dikenal dengan keluarga prokreasi.
3) Peran dan status
Hal selanjutnya yang dapat menjadi faktor sosial yang dapat
mempengaruhi perilaku pembelian seseorang adalah peran dan status
mereka di dala masyarakat. Semakin tinggi peran seseorang didalam
sebuah organisasi maka akan semakin tinggi pula status mereka dalam
organisasi tersebut dan secara langsung dapat berdampak pada perilaku
pembeliannya.

3. Faktor Pribadi
Keputusan pembelian juga dapat dipengaruhi oleh karakterisitik pribadi
diantaranya usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya
hidup, serta kepribadian dan konsep diri pembeli.

1) Usia dan siklus hidup keluarga


Orang membeli barang dan jasa yang berbeda-beda sepanjang
hidupnya dimana setiap kegiatan konsumsi ini dipengaruhi oleh siklus
hidup keluarga.

2) Pekerjaan dan lingkungan ekonomi


22

Pekerjaan dan lingkungan ekonomi seseorang dapat mempengaruhi


pola konsumsinya, selain itu pemilihan produk juga dilakukan
berdasarkan oleh keadaan ekonomi seseorang seperti besaran
penghasilan yang dimiliki, jumlah tabungan, utang dan sikap terhadap
belanja atau menabung

3) Gaya hidup
Gaya hidup dapat di artikan sebagai sebuah pola hidup seseorang
yang terungkap dalam aktivitas,minat dan opininya yang terbentuk
melalui sebuah kelas sosial, dan pekerjaan. Kelas sosial dan pekerjaan
yang sama tidak menjamin munculnya sebuah gaya hidup yang sama.

4) Kepribadian
Setiap orang memiliki berbagai macam karateristik kepribadian
yang bebedabeda yang dapat mempengaruhi aktivitas kegiatan
pembeliannya. Kepribadian merupakan ciri bawaan psikologis manusia
yang berbeda yang menghasilkan sebuah tanggapan relatif konsiten dan
bertahan lama terhadap rangsangan lingkungannya.

Tahap-tahap Keputusan Pembelian

Terdapat lima tahap pembelian yang dilalui konsumen dalam proses


pembelian, model ini menekankan bahwa proses pembelian bermula
sebelum pembelian dan berakibat jauh setelah pembelian. Konsumen tentu
melewati kelima tahap ini untuk setiap pembelian yang mereka buat, dalam
pembelian yang lebih rutin mereka membalik tahap – tahap tersebut.
Menurut Kotler dan Keller (2009:184) ada lima tahap yang dilalui oleh
konsumen dalam membuat keputusan pembelian.dan tahap tersebutakan
dijelaskan pada gambar
23

Gambar 2.1 lima tahap keputusan pembelian

Kotler dan Keller (2009:184)

Berikut ini adalah penjelasan dari tahap – tahap proses


pengambilan keputusan konsumen :

1. Pengenalan Masalah
Proses pembelian dimulai saat pembeli mengenali sebuah masalah
atau kebutuhan. Pembeli merasakan perbedaan antara keadaan aktualnya
dengan keadaan yang dinginkannya.Kebutuhan tersebut dapat berasal dari
rangsangan internal atau eksternal.

2. Pencarian Informasi
Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk
mencari informasi yang lebih banyak.Seorang konsumen yang mulai
tergugah minatnya mungkin akan mencari informasi lebih lanjut Sumber
informasi konsumen digolongkan ke dalam empat kelompok yaitu

1) Sumber pribadi: Keluarga. teman, tetangga, kenalan


2) Sumber komersial: Iklan, wiranaga,penyalur, kemasan, dan
pajangan
3) Sumber publik: Media massa, organisasi konsumen
4) Sumber pengalaman: penanganan, pengkajian dan pemakaian
produk
24

Indikator Keputusan Pembelian


Menurut Kotler dan Keller (2016:172) memiliki 5 Indikator yaitu :
1. Pengenalan masalah yaitu proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenai
masalah atau kebutuha tersebut dapat dicetuskan dari dalam atau dari luar
pembelian
2. Pencarian Informasi konsumen dapat memperoleh informasi dari berbagai
sumber, meliputi : sumber pribadi, keluarga , teman , tetangga , kenalan
3. Evaluasi alternatif tidak ada suatu proses evaluasi yang mudah dan tunggal
yang dapat dipergunakan untuk semua konsumen atau bahkan oleh konsumen
dalam semua situasi pembelian
4. Keputusan pembelian adalah alternatif yang dapat dari atribut-atribut yang
melekat pada produk itu , dengan indikasi itu konsumen membentuk pilihan.
5. Perilaku pasca pembelian merupaka hal yang penting bagi pembeli dan
penjual.

2.1.7 Review Hasil Penelitian Terdahulu


Rasyid (2018) dengan judul penelitian Inovasi Produk dan Harga terhadap
keputusan pembelian Sepeda Motor Yamaha di kota Tangerang Selatan Jurnal
ekonomi dan manajemen Universitas Bina sarana Informatika Vol 16 no 1 dengan
hasil penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh inovasi dan
harga terhadap keputusan pembelian. Penelitian dilakukan di tempat yang berbeda
untuk mendapatkan responden yang lengkap. Sampel penelitian ini adalah pemilik
kendaraan sepeda motor Yamaha di Tangerang Selatan yang berjumlah 150
responden. Teknik analisis regresi yang digunakan untuk menganalisis pengaruh
inovasi dan harga terhadap keputusan pembelian adalah dengan menggunakan
SPSS (Statistical Package for the Social Sciences). Hasil analisis menunjukkan
bahwa inovasi produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan
pembelian, setiap kenaikan satu satuan pada variabel inovasi produk akan diikuti
oleh peningkatan keputusan pembelian sebesar 0,401 satuan. Hasil analisis juga
menunjukkan bahwa harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan
pembelian, setiap penyesuaian unit baik keterjangkauan harga, kesesuaian harga
terhadap kualitas produk, daya saing harga, dan kesesuaian harga dengan manfaat
25

akan mempengaruhi keputusan pembelian Yamaha. sepeda motor untuk 0538


unit. Hal ini menunjukkan bahwa inovasi produk yang dibuat oleh Yamaha dan
Harga yang ditetapkan mempengaruhi 46,6% keputusan konsumen dalam
menjalani pembelian sepeda motor Yamaha di Tangerang Selatan.

Amelia Almira ,(2018) dengn judul penelitian Pengaruh Inovasi Produk


dan kualitas produk terhadap keputusan pembelian Maison NOB Jurnal Performa
Vol3 No2 dengan hasil penelitian hasil pengujian hipotesis secara parsial dapat
disimpulkan bahwa variabel Inovasi produk dan variabel Kualitas produk
mempunyai pengaruh signifikan terhadap Keputusan pembelian Maison Nobl.
Hasil Pengujian statistik mengunakan analisis regresi berganda dapat disimpulkan
bahwa variabel Inovasi produk (X1) dan Kualitas produk (X2) secara bersama-
sama (simultan) berpengaruh signifikan terhadap Keputusan pembelian Maison
Nobl.

Anugrah Janwar ,(2016) pengaruh kualitas produk dan harga terhadap


keputusan pembelian The Secret factory Outlet Jurnal Pariwisata vol 3 no 1dengan
hasil penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kualitas
produk dan harga terhadap keputusan pembelian The Secret Factory Outlet di
Bandung. Jenis penelitian ini adalah deskriptif-verifikatif. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan adalah incidental sampling dengan jumlah responden 100
orang. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda
dengan uji hipotesis menggunakan uji R2, uji t, dan uji F. Selain itu juga
dilakukan uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji multikolinieritas, uji
heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Dari pengujian statistik diketahui bahwa
kualitas produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian
dengan koefisien regresi =0,060, harga berpengaruh positif dan signifikan
terhadap keputusan pembelian dengan koefisien regresi =0,833, dan kualitas
produk dan harga berpengaruh secara simultan sebesar 68,3% terhadap keputusan
pembelian.

Nur amalia (2019) dengan judul penelitian Pengaruh Citra Mere, Harga
dan kualitas produk terhadap keputusan pembelian (studi kasus pad aKonsumen
mie endess di bangkalan)Jurnal studi manajemen dan bisnsi Vol 6 no 2 Penelitian
26

ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh citra merek dan harga terhadap proses
keputusan pembelian mie endess yang terletak di JL. HOS. Cokroaminoto No. 72,
Rw.05, Pangeranan, Kec.Bangkalan, Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur 69115.
Sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan deskriptif
kualitatif. Jenis data adalah data sekunder. Metode pengumpulan data
menggunakan perpustakaan penelitian atau pengumpulan bahan yang diambil dari
penelitian terkait perpustakaan penelitian dan metode analisis data menggunakan
reduksi data. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: Citar merek terhadap
keputusan pembelian mie endess berpengaruh signifikan, harga terhadap
keputusan pembelian mie endess berpengaruh signifikan.

2.1.8 Kerangka Konseptual Penelitian

Kerangka konseptual adalah keterkaitan antara teori–teori atau konsep


yang mendukung dalam penelitian yang digunakan sebagai pedoman dalam
menyusun sistematis penelitian. Kerangka konseptual menjadi pedoman peneliti
untuk menjelaskan secara sistematis teori yang digunakan dalam penelitian.
Berikut kerangkakonseptual penelitian sebagai berikut :
27

Kualitas Produk

(X1) H1

Keputusan Pembelian

H2 (Y)
Inovasi Produk
(X2)

H3
Harga

(X3)

Gambar 2.2. Kerangka Konseptual Penelitian

Keterangan :

Kualitas Produk : Varibel bebas (X1)

Inovasi Produk : Variabel bebas (X2)

Harga : Variabel bebas (X3)

Keputusan Pembelian : Varibel Terikat (Y)


28

2.1.9 Kerangka Fikir

a. Pengaruh Kualitas produk terhadap keputusan pembelian


Pengertian kualitas produk menurutKotler dan Keller (2016:156)
pengertian kualitas adalah sebagai berikut, “Quality is the totality of
features andcharacteristics of a product or service that bear on its ability
to satisfy stated or implied needs”.
Menurut Kotler dan Keller (2016:172) keputusan pembelian
merupakan suatu pemilihan tindakan dari dua atau lebih
alternatif.Menurut Peter dan Olson (2013:163) keputusan pembelian
adalah proses pengintegrasian yang mengkombinasikan pengetahuan
untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif dan memilih salah
satu diantaranya.
b. Pengaruh Inovasi Produk terhadap Keputusan Pembelian
Menurut Tjiptono (2017:348) memberi pengertian mengenai
inovasi produk yaitu : “Secara sederhana, inovasi bisa diartikan sebagai
implementasi praktis sebuah gagasan ke dalam produk atau proses baru.
Inovasi bisa bersumber dari individu, perusahaan, riset di universitas,
laboratorium dan inkubator pemerintah, maupun organisasi nirlaba
swasta”.
Menurut Kotler dan Keller (2016:184) keputusan pembelian
merupakan suatu pemilihan tindakan dari dua atau lebih
alternatif.Menurut Peter dan Olson (2006) dalam buku kotler dan keller
(2016:187) keputusan pembelian adalah proses pengintegrasian yang
mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih
perilaku alternatif dan memilih salah satu diantaranya.

c. Pengaruh harga terhadap Keputusan pembelian


Djaslim Saladin (2010 : 159) mengemukakan bahwa harga adalah
komponen yang menghasilkan pendapatan sedangkan yang lainnya
menghasilkan biaya.
29

Menurut Kotler dan Keller (2016:184) keputusan pembelian


merupakan suatu pemilihan tindakan dari dua atau lebih
alternatif.Menurut Peter dan Olson (2006) dalam buku kotler dan keller
(2016:187) keputusan pembelian adalah proses pengintegrasian yang
mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih
perilaku alternatif dan memilih salah satu diantaranya.

2.1.10 Hipotesis atau proposisi


Hipotesis merupakan suatu dugaan sementara yang belum terbukti
dan digunakan untuk menerangkan suatu fakta. Pengembangan hipotesis dari
penelitian ini,dijelaskan seperti berikut ini :

1. Terdapat pengaruh Kualitas produk terhadap keputusan pembelian

2. Terdapat pengaruh Inovasi Produk terhadap Keputusan Pembelian

3. Terdapat pengaruh Harga terhadap Keputusan Pembelian


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Strategi Penelitian


Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu Sugiyono (2017 : 2).
Strategi penelitian ini menggunakan strategi penelitian asosiatif dengan
pendekatan kuantitatif.

Menurut Sugiyono (2017:8) metode penelitian kuantitatif adalah


penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk
meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan
instrument penelitian, analisis data bersifat kuantutatif atau statistik, dengan
tujuan untuk menguji hipotesis yang telahditetapkan.

Sedangkan menurut Sujarweni wiratna (2015: 39) Metode pendekatan


kuantitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan
yang dapat diperoleh dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau
cara-cara lain dari pengukuran.

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian

3.2.1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2018:61).

Dalam penelitian ini populasi umumnya adalah seluruh konsumen yang


membeli di Kebab eyang Kakung yang jumlahnya tidak diketahui dengan pasti

3.2.2. Sampel Penelitian


Sampel adalah bagian dari populasi yang diharapkan mampu mewakili
populasi dalam penelitian. Menurut Sugiyono (2017:81) sampel adalah bagian
dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel dilakukan
31

karena peneliti memiliki keterbatasan dalam melakukan penelitian baik dari segi
waktu, tenaga, dana dan jumlah populasi yang sangat banyak. Maka peneliti
harus mengambil sampel yang benar-benar representatif (dapat mewakili).
Sampel penelitian ini adalah pelanggan Kebab Eyang Kakung dengan Kriteria
sebagai berikut:

1. Sampel yang dipilih adalah konsumen yang pernah membeli di


Kebab Eyang Kakung

2. Sampel yang dipilih adalah pelanggan yang membeli lebih dari sekali

Menurut Sugiyono (2015:135)sampel adalah bagian dari jumlah dan


karakteristik yang dimiliki oleh populasi trsebut sampel dari penelitian ini
adalah Pelanggan yang membeli di Kebab Eyang Kakung karena peneliti tidak
mengetahui jumlah pasti dari populasi Pelanggan Kebab Eyang Kakung maka
penulis Menggunakan rumus:

𝑁2
𝑛=
4(𝑚𝑜𝑒)2
(1,96)2
𝑛=
4(0,1)2
𝑛 = 96

Keterangan
n = jumlah sampel
N= Tingkat Keyakinan yang dibutuhkan dalam penentuan Sampel (95%=1,96)
Moe=margin of eror yaitu tingkat kesalahan maksimum yang masih bisa di
tolerir (ditentukan 10%)
Berdasarkan hasil perhitungan diatas diketahui jumlah sampel
minimal 96 responden dalam penelitian ini diambil sampel sebanyak 100
responden

3.2.3. Teknik Sampling


Menurut Sugiyono (2017:81) menjelaskan bahwa teknik sampel
merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan sampel yang akan
32

digunakan dalam penelitian. Terdapat dua teknik sampling yang digunakan


yaitu probability sampling dan non probability sampling.

Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang


memberikan peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau
anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel Sugiyono (2017:82).
Sedangkan Non probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang
tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota
populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2018).

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel


dengan menggunakan teknik non probability sampling dengan menggunakan
purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel
dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2018:85).pertimbangan yang
digunakan adalah pembeli yang melakukan pembelian di kebab eyang kakung
lebih dari 2 kali

3.3. Data dan Metode Pengumpulan Data

3.3.1. Data
Data adalah segala informasi yang dijadikan dan diolah untuk suatu
kepentingan penelitian sehingga dapat dijadikan sebagai dasar dalam
pengambilan keputusan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer. Sugiyono (2016: 225) data primer merupakan sumber data yang
langsung memberikan data kepada pengumpul data. Sumber data primer
didapatkan melalui kegiatan wawancara dengan subjek penelitian dan dengan
observasi atau pengamatan langsung di lapangan.

Data diperoleh dengan cara menyebarkan kuisoner kepada responden


yang pernah melakukan pembelian di Kebab Eyang Kakung, kemudian
responden akan menjawab pertanyaan sistematis. Pilihan jawaban juga telah
tersedia, responden memilah jawaban yang sesuai dan dianggap benar setiap
individu.
33

3.3.2. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data adalah tahapan secara sistematis untuk
memperoleh data yang dibutuhkan guna mencapai dari penelitian. Pengumpulan
data yang dilakukan peneliti yaitu menggunakan kuesioner. Data tersebut
didapatkan dengan memberikan angket / kuesioner pada sampel penelitian.

Menurut Sugiyono (2018: 2019) angket atau kuesioner merupakan


teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.
Penyebaran kuisioner dilakukan dengan cara bertemu langsung maupun
melalui link google form kepada responden yang telah membeli atau pelanggan
Kebab Eyang Kakung

3.3.3. Skala Pengukuran


Penelitian ini menggunakan skala likert (likert rating scale) sebagai alat
penelitian untuk mengukur pernyataan yang tertera dalam kuesioner. Skala likert
merupakan metode yang mengukur sikap dengan menyatakan setuju atau tidak
setuju terhadap subjek dan objek tertentu. Dinamakan skala likert karena
dikembangkan oleh Rensis Likert. Jawaban setiap instrument mempunyai ruang
dari sangat positif sampai sangat negative. Item yang bernilai positif maka angka
terbesar diletakan pada “sangat setuju”, sedangkan item yang bernilai negatif
maka angka terbesar diletakan pada “sangat tidak setuju” (Bahri, 2018:145).
Menurut Sugiyono (2017:93), skala likert digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena
sosial. Berikut merupakan tabel pengukuran skala likert :

Tabel 3.1 Pengukuran Skala Likert

Kriteria Jawaban Skor


Sangat Setuju SS 5
Setuju S 4
Ragu-ragu RG 3
Tidak Setuju TS 2
Sangat Tidak Setuju STS 1
Sumber: Sugiyono (2017:93)
34

Dari tabel tersebut peneliti sengaja meniadakan jawaban ragu-


ragu atau netral karena kategori tersebut memiliki makna ganda yaitu
bisa diartikan belum bisa memberikan jawaban. Disediakan jawaban
di tengah - tengah juga mengakibatkan responden akan cenderung
memilih jawaban di tengah-tengah terutama bagi responden yang ragu-
ragu akan memilih jawaban yang mana.

3.4. Operasionalisasi Variabel


Menurut Sugiono (2012:38-40) Variabel penelitian adalah suatu atribut
atau sifat nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian menarik
kesimpulan. Hubungan satu variabel dengan variabel yang lain dalam penelitian
ini tebagidalam:

1. Variabel Independent (Variabel bebas)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang


menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependent(terikat).
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Kualitas Produk (X1), Inovasi
Produk (X2) dan Harga (X3)

1) Kualitas produk adalah Produk merupakan inti dari sebuah kegiatan


pemasaran karena produk merupakan output atau hasil dari salah
satu kegiatan atau aktivitas perusahaan yang dapat ditawarkan ke
pasar sasaran untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan
konsumen

2) Inovasi Produk adalah Secara sederhana, inovasi bisa diartikan


sebagai implementasi praktis sebuah gagasan ke dalam produk atau
proses baru. Inovasi bisa bersumber dari individu, perusahaan, riset
di universitas, laboratorium dan inkubator pemerintah, maupun
organisasi nirlaba swasta

3) Harga adalah merupakan suatu nilai produk, karna akan berpengaruh


terhadap keuntungan produsen. Harga juga menjadi pertimbangan
35

konsumen untuk membeli, sehingga perlu pertimbangan khusus


untuk menentukan harga tersebut.

2. Variabel Dependent (Variabelterikat)

Variabel dependent (terikat) merupakan variabel yang menjadi perhatian


utama penelitian. Variabel dependent (terikat) dalam penelitian ini adalah
Keputusan pembelian (Y).

Tabel 3.2.Operasionalisasi Variabel

Variabel Indikator No. item


Kualitas a. Performance (mutu kinerja) 1
Produk
b. Feature (keistimewaan) 2
(X1)
Tjiptono c . Confermance to Specifications 3
(2016:134) (kesesuaian dengan spesifikasi)
d. Durability (daya tahan) 4
e. Conformance quality (mutu 5
kesesuaian)
f . Serviceability 6
g. Esthetics (Estetika) 7

h. Perceived Quality (kualitas yang 8


dipersepsikan)
a. Keunggulan realtif 9

b. Kesesuaian atau keseresaian 10


Inovasi Produk
c. kerumitan 11
(X2) Everett(
Tjiptono d. Ketercobaan 12
2012:296)
e. Keterlihatan 13

Harga a. Cost oriented pricing 14


Mursid
b. Demand oriented pricing 15
(2014:83-84),
c. Competition oriented pricing 16
(X3)
Keputusan a. Pengenalan Kebutuhan 17
pembelian
b. Pencarian Informasi 18
Kotle dan
36

Keller (bob c. evaluasi alternatif 19


Sabran
d. Keputusan Pembelian 20
2012:193)
(Y) e.Perilaku Pasca Pembelian 21

3.5 Metode Analisis Data


Untuk menguji pengaruh variabel intervening dalam penelitian ini
digunakan penulis menggunakan perangkat lunak (software) SPSS versi 24.
Peneliti juga menguji reliabilitas dan validitas terhadap kuesioner yang telah
dikumpulkan yang dijadikan sebagai data untuk penelitian ini, kemudian
dilanjutkan dengan statistik deskriptif juga uji asumsi klasik yang terdiri dari
uji normalitas, multikolinearitas, dan uji heteroskedastisitas setalah selesai
tahap pengujian normalitas maka dilanjutkan dengan uji analisis regresi linier
berganda dan dapat dilanjutkan dengan uji hipotesis dan uji koefisien
deteminasi.

3.5.1 Analisis Statistik Deskriptif


Analisis statistik deskriptif berfungsi untuk menganalisis suatu data
yang dilakukan dengan cara memberi penjelasan atau menjelaskan data yang
telah dikumpulkan yang nantinya berbentuk statistik yang dilihat dari nilai
rata rata, standar deviasi, varian maksimal serta minimal(Ghozali, 2016:19).

3.6 Uji Instrumen Data

Uji instrumen dalam sangat diperlukan dalam penelitian karena


merupakan uji yang sangat diprioritaskan, sebab data dapat menggambarkan
variabel yang diteliti dan dapat digunakan sebagai alat untuk membuktikan
hipotesis .Keefektifan penelitian sangat bergantung pada alat ukur yang
digunakan.Tentu saja alat ukur yang efektif dan andal (reliable) dapat
menjelaskan hasil penelitian dalam arti luas berdasarkan keadaan
sebenarnya.Validitas dan reliabilitas jawaban responden diukur dengan dua tes
yaitu uji validitas dan uji reliabilitas yang dilakukan dengan bantuan program
analisis data yaitu (software) SPSS.
37

3.6.1 Uji Validitas

Uji validitas ini berfungsi untuk mengukur tingkat kevalidan dari suatu
kuesioner.Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu
untuk mengungkapkan suatu yang diatur oleh kuesioner tersebut (Ghozali,
2016).Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sugiyono (2017:168) mengatakan
bahwa instrumen yang efektif berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan
data itu valid.

Uji signifikan dilakukan dengan membandingkan r hitung dan r tabel untuk


degree of freedom (df) = n-2, n adalah jumlah sampel danpengujian mengunakan
uji dua sisi dengan tingkat signifikansi yaitu 0,05. Standar pengujian yaitu sebagai
berikut :

1. Jika nilai r hitung ≥ r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka instrumen atau
item pernyataan/pertanyaan berkorelasi signifikan terhadap skor totalnya yang
kemudian dapat dinyatakan valid.
2. Jika nilai r hitung < r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0.05) maka instrumen atau
item pernyataan/pertanyaan tidak berkorelasi signifikan terhadap skor total
yang kemudian dinyatakan tidak valid.
3. Adapun pengujian validitas pengujian validitas dilakukan dengan
menggunakan rumus Product Moment yaitu sebagai berikut:

𝑛(XY)−(∑ X)(∑ Y)
Rhitung =
√[𝑛(∑ X²)−(∑ X)²𝐈𝑛(∑ Y²)−(∑ Y)²

Keterangan:

r = Korelasi

x = Skor Pertanyaan
n = Jumlah Sampel
y = Skor Total
38

3.6.2 Uji Reliabilitas

Menurut Imam Ghozali (2016:23), Reliabilitas sebenarnya adalah alat


untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel
atau konstruk. Suatu kuesioner dapat dikatakan reliabel atau handal apabila
jawaban seseorang terhadap pernyataan konsisten atau stabil dari waktu ke
waktu. Uji reabilitas penelitian ini dengan menggunakan Cronbach Alpha
untuk mengukur konsistensi alat ukur dalam mengukur suatu konsep atau
untuk mengukur konsistensi responden dalam menjawab pernyataan dalam
kuisioner. Adapun kriteria reliabilitas apabila nilai Cronbach Alpha lebih
besar 0,6 dapat dikatakan layak digunakan (reliable) dan apabila nilai
cronbach alpha lebih kecil 0,6 dapat dikatakan tidak layak digunakan
(reliable).Metode yang sering digunakan dalam pengujian reliabilitas adalah
Cornbach alpha yang mengukur instrumen alat ukur dinyatakan reliabel
atau tidak reliabel, dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut :

1. Jika nilai cornbach alpha > 0,60 maka kuesioner yang disajikan
reliabel atau konsisten
2. Jika nilai cornbach alpha < 0,60 maka kuesioner yang disajikan tidak
reliabel atau tidak konsisten.

3.7 Uji Hipotesis

Uji Hipotesis digunakan untuk menguji keabsahan pernyataan yang


menghubungkan variabel independen dengan variabel dependen serta merupakan
asumsi sementara yang dibuat oleh peneliti untuk menguji data yang valid. Untuk
membuktikan hipotesis – hipotesis yang telah dijelaskan oleh peneliti maka
dilakukan dengan cara uji hipotesis yang terdiri atas uji – t ,uji – F, dan koefisien
determinasi yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh masing-
masing variabel independen terhadap variabel dependen, dan juga pengaruh
variabel independen dengan variabel dependen apabila dilakukan secara
bersamaan (simultan).
39

3.7.1 Uji Hipotesis dengan uji t

Uji signifikan parameter individual (uji statistik t ) pada dasarnya


menunjukkan seberapa jauh pengaruh suatu variabel independen secara individual
dalam menerangkan variasi variabel dependen. uji statistik t digunakan untuk
menguji apakah variabel dependen dengan membandingkan t tabel dengan t
hitung yang diperoleh berdasarkan tingkat signifikan (a= 0,05), uji hipotesis ini
dilakukan dengan membandingkan signifikansi t hitung dan t tabel dengan
ketentuan :

Kriteria Uji t:

• Jika t hitung < t tabel: Ho diterima dan H1 ditolak, artinya tidak


terdapat pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y).
• Jika t hitung > t tabel: Ho ditolak dan H1 diterima, artinya terdapat
pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y).

3.7.2 Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur kemampuan model


dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determiasi
adalah nol dan satu. Semakin besar nilai (R2) atau mendekati satu semakin
baik hasil regresi tersebut karena variabel independen secara keseluruhan
mampu menjelaskan variabel dependen dan sebaliknnya koefisien korelasi.
Dalam penelitian ini untuk menguji kemampuan variabel Kualitas Produk,
Inovasi Produk, harga dan Keputusan Pembelian di Kebab eyang Kakung

koefisien determinasi dihitung dengan menggunakan rumus:

KD = r2 x 100%

Keterangan:

KD = Koefisien determinasi
40

R = koefisien korelasi

Anda mungkin juga menyukai