PENDAHUL
UAN
2
Sondoh Jr. et al., 2007) sebagai sekelompok atribut dan asosiasi
dimana konsumen terhubung dengan nama merek.
Faktor lain yang juga mampu menciptakan kepuasan
konsumen adalah product quality dan service quality yang tinggi.
Product quality dan service quality sangat mempengaruhi
keberhasilan dan kemajuan suatu usaha bisnis. Perusahaan yang
memproduksi produk yang berkualitas tinggi, serta diimbangi
dengan pelayanan yang baik akan memperoleh keuntungan
tersendiri. Product quality merupakan kemampuan produk untuk
memuaskan kebutuhan atau keinginan konsumen. Definisi ini
berfokus pada konsumen dan bagaimana konsumen berpikir suatu
produk akan memenuhi tujuan tersebut (Cannon et al., 2008:
286). Sedangkan menurut Kotler et al., (1999: 566), product
quality adalah kemampuan suatu produk untuk melakukan fungsi-
fungsinya, kemampuan itu meliputi daya tahan, kehandalan,
ketelitian yang dihasilkan, kemudahan dioperasikan dan
diperbaiki, dan atribut lain yang berharga pada produk secara
keseluruhan.
Parasuraman et al., (1998, dalam Lupiyoadi, 2001: 148),
menjelaskan service quality sebagai seberapa jauh perbedaan
antara kenyataan dan harapan pelanggan atas layanan yang
mereka terima atau peroleh. Begitu pula dengan Hernon dan
Whitman (2001) yang menjelaskan service quality sebagai
3
analisis kesenjangan atau kesenjangan antara harapan konsumen
secara umum dan persepsi konsumen yang berkaitan dengan
layanan yang sesungguhnya.
Price merupakan salah satu bahan pertimbangan yang penting
bagi konsumen untuk membeli produk pada suatu perusahaan.
Pada umumnya, konsumen cenderung akan memilih perusahaan
yang menawarkan produk dan jasa dengan harga yang relatif
murah atau terjangkau tetapi dengan tidak mengesampingkan
kualitas. Price adalah sejumlah kompensasi (uang maupun
barang, kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan
4
sejumlah kombinasi barang atau jasa (Fuad et al., 2006: 129).
Sejalan juga dengan yang diungkapkan oleh Masterson dan
Pickton (2010: 358) bahwa price merupakan sesuatu yang
diberikan konsumen untuk memperoleh suatu produk atau jasa.
Kepuasan konsumen menjadi perhatian yang utama bagi
kebanyakan perusahaan. Jika kinerja produk dan jasa lebih rendah
dari harapan, konsumen akan merasa kecewa. Jika ternyata sesuai
atau bahkan melebihi harapan, konsumen akan puas. Apabila
konsumen merasa puas, maka konsumen tersebut akan
menunjukkan besarnya kemungkinan untuk kembali membeli
produk yang sama dan juga cenderung untuk memberikan
referensi yang baik terhadap perusahaan kepada orang lain
(Lupiyoadi, 2001: 159). Kepuasan konsumen didefinisikan
sebagai tingkat perasaan dimana seseorang menyatakan hasil
perbandingan atas kinerja produk atau jasa yang diterima dan
yang diharapkan (Kotler, 1997, dalam Lupiyoadi, 2001: 158).
Setelah konsumen memperoleh kepuasan, kemudian
konsumen akan diarahkan untuk menjadi loyal kepada
perusahaan. Hal ini akan memberikan dampak positif karena
konsumen akan melakukan pembelian dalam jumlah yang banyak
serta dalam frekuensi yang tinggi. Tidak hanya itu, loyalitas
konsumen juga menjadi salah satu faktor yang penting bagi suatu
perusahaan untuk bisa bertahan dalam persaingan yang semakin
5
ketat dan kompetitif. Oliver (dalam Kotler dan Keller, 2009 b: 62)
mendefinisikan loyalitas konsumen sebagai sebuah komitmen
yang dipegang teguh untuk membeli kembali produk atau jasa
yang lebih disukai di masa depan meskipun terdapat pengaruh
situasional dan upaya pemasaran yang memiliki potensi untuk
menyebabkan peralihan perilaku.
Kemajuan era pemasaran moderen saat ini juga diimbangi
dengan perubahan pola hidup pada masyarakat yang tidak hanya
disebabkan oleh pengaruh dari arus globalisasi, namun juga dari
peningkatan pendapatan.
6
Pada saat ini telah terjadi pergeseran pola hidup di kalangan
masyarakat. Masyarakat sudah lebih terbuka dan terbiasa untuk
makan di luar rumah karena selain efisien juga dapat dijadikan
sebagai sarana refreshing, baik bersama keluarga maupun kerabat.
Hal ini menjadikan persaingan bisnis di bidang makanan dan
minuman menjadi semakin kompetitif.
Bisnis makanan dan minuman menjadi salah satu bisnis yang
kian diminati oleh para pelaku bisnis, karena selain dapat
menghasilkan keuntungan yang tinggi, makanan merupakan
kebutuhan pokok konsumen. Bisnis makanan dan minuman di
Surabaya mengalami perkembangan yang sangat pesat khususnya
dalam beberapa tahun terakhir ini, dimana dapat dijumpai
semakin banyak berdiri berbagai macam jenis bisnis makanan dan
minuman seperti rumah makan keluarga (family restaurant),
rumah makan cepat saji (fast food restaurant), rumah makan
formal atau yang lebih dikenal sebagai fine dining restaurant
yang biasanya terdapat di hotel-hotel berbintang, cafe, pastry and
bakery house¸ ice cream cafe, coffee shop, pub and bar, steak
house and pizza, sampai dengan rumah makan yang menyajikan
makanan dengan menu internasional seperti makanan Jepang,
Thailand, dan Korea. Berdasarkan data APKRINDO (Asosiasi
Pengusaha Kafe dan Restoran Indonesia) Jawa Timur, bahwa
hingga tahun 2012 terdapat 1000 kafe dan restoran yang tersebar
7
di Surabaya (Rianto, 2012).
Potensi pasar dalam bisnis makanan dan minuman di
Surabaya tergolong besar dilihat dari data jumlah penduduk yang
menunjukkan bahwa jumlah penduduk kota Surabaya hingga
tahun 2012 mencapai angka
3.125.576 jiwa (Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota
Surabaya, 2012). Dengan besaran jumlah penduduk kota Surabaya
dibandingkan dengan jumlah kafe dan restoran yang tersebar,
menunjukkan bahwa tingkat potensi pasar bisnis makanan dan
minuman di kota Surabaya masih sangat besar. Hal ini menjadi
tantangan tersendiri bagi para pelaku bisnis makanan dan
8
minuman untuk bisa mempertahankan dan bahkan memperluas
pangsa pasarnya.
9
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pembaca
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
informasi dan pengetahuan sebagai pembanding bagi
penelitian yang akan datang sehingga dapat memperbaiki
segala kekurangan yang ada dalam penelitian ini.
2. Bagi Penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan dan wawasan khususnya dalam hal
pengambilan keputusan pembelian untuk konsumen.
1
BAB 2 : TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Bab ini menyampaikan mengenai penelitian terdahulu, landasan teori yang berkaitan
dengan topik, model konseptual serta hipotesis penelitian.
BAB 3 : METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan mengenai jenis penelitian, identifikasi variabel, definisi
operasional variabel, jenis dan sumber data, pengukuran variabel, alat dan metode
pengumpulan data, populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel, serta teknik
analisis data.
BAB 4 : ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini menyampaikan deskripsi responden, statistik deskriptif variabel penelitian,
analisis data serta pembahasannya.
BAB 5 : SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini menyampaikan hasil akhir dari penelitian dalam bentuk kesimpulan dari hasil
serta saran-saran perbaikan agar bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan ke
depannya.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Harga (X1)
a. Pengertian Harga
Menurut Kotler dan Amstrong, Harga adalah jumlah semua nilai yang konsumen
tukarkan dalam rangka mendapatkan manfaat (dari) memiliki atau menggunakan barang
atau jasa.
Harga dapat didefenisikan sebagai alat tukar, hal ini seperti yang dikemukakan oleh
William J. Stanton terjemahan Y.Yamanto bahwa “Harga adalah jumlah uang
(kemungkinan ditambah beberapa barang) yang dibutuhkan untuk memperoleh beberapa
kombinasi sebuah produk dan pelayanannya yang menyertainya.
Berdasarkan defenisi tersebut maka harga merupakan jumlah uang yang diperlukan
sebagai penukar berbagai kombinasi produk atau jasa, dengan demikian maka suatu harga
haruslah dihubungkan dengan bermacam-macam barang dan / atau pelayanan, yang
akhirnya akan sama dengan sesuatu yaitu produk dan jasa.
Hal ini seperti yang dikemukan oleh E. Jerome MC. Carthy terjemahan Gunawan H,
bahwa harga adalah “Apa yang dibebankan untuk sesuatu. Setiap transaksi dagang dapat
dianggap sebagai pertukaran uang, uang adalah harga untuk sesuatu. Harga ditentukan
oleh kemampuan penjual untuk menyediakan barang yang ditawarkan kepada pembeli
dan kemampuan pembeli untuk mendapatkan barang tersebut dari penjual.
b. Dimensti Harga
1
Menurut Stanton, ada empat indicator yang merincikan harga, yaitu:
1) Keterjangkauan harga yaitu aspek penetapan harga yang dilakukan oleh produsen
atau penjual yang sesuai dengan kemampuan beli konsumen.
2) Daya saing harga yaitu penawaran harga yang diberikan oleh produsen atau
penjual berbeda dan bersaing dengan yang diberikan oleh produsen lain, pada satu
jenis produk yang sama. Konsumen membandingkan harga dari berbagai
alternative produk yang tersedia sehingga dapat memutuskan untuk
mengalokasikan dana pada produk yang dikehendaki.
3) Kesesuaian harga dengan kualitas produk, yaitu aspek penetapan harga yang
dilakukan oleh produsen atau penjual yang sesuai dengan kualitas produk yang
dapat diperoleh konsumen. Dalam hal ini konsumen memiliki persepsi bahwa
harga yang mahal mencerminkan kualitas yang tinggi.
4) Kesesuaian harga dengan manfaat produk yaitu aspek penetapan harga yang
dilakukan oleh produsen atau penjual yang sesuai dengan manfaat yang diperoleh
konsumen dari produk yang dibeli.
B. Produk (X2)
a. Pengertian Produk
Setiap perusahaan akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan
dan keinginan konsumen dengan menyediakan produk yang ada.
Produk merupakan suatu sifat yang komplek baik dapat diraba
maupun tidak dapat diraba, termasuk bungkus, warna, harga,
prestise perusahaan dan pengecer, yang diterima oleh pembeli
untuk memuaskan keinginan dan kebutuhannya (Basu
Swasta,1996:94). Produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan
produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan
atau dikonsumsi yang meliputi mutu/kualitas, pilihan yang ada
(options), merek (brand names), pengemasan (packaging),
macam (product items), ukuran (sizes), jenis (product lines), dan
1
jaminan (Sofjan Assauri,2004:200). Selain itu, produk dapat pula
didefinisikan sebagai persepsi konsumen yang dijabarkan melalui
hasil produksinya. Secara lebih rinci, konsep produk total
meliputi barang, kemasan, merek, label, dan jaminan (Fandy
Tjiptono,2000:95). Yang dimaksud dengan produk dalam
penelitian ini adalah barang yang ditawarkan oleh pasar swalayan
kepada konsumen atau calon konsumen yang meliputi kualitas
produk, harga, kelengkapan produk, dan jaminan.
b. Klasifikasi Produk
Di dalam strategi marketing mix, strategi produk merupakan
unsur yang paling penting, karena dapat mempengaruhi strategi
pemasaran yang lainnya. Tujuan utama strategi produk adalah
untuk dapat mencapai sasaran pasar yang dituju dengan
meningkatkan kemampuannya untuk mengatasi persaingan.
Menurut Sofjan Assauri (2004:202) produk yang dibeli
konsumen dapat dibedakan atas tiga tingkatan, yaitu:
1. Produk inti, merupakan inti atau dasar yang
sesungguhnya dari produk yang ingin diperoleh oleh seorang
pembeliatau konsumen dari produk tersebut.
2. Produk formal, merupakan bentuk, kualitas, dan
kemasan yang menyertai produk tersebut.
3. Produk tambahan, merupakan tambahan produk formal
dengan berbagai jasa yang menyertainya.
Di bidang pemasaran, produk dapat diklasifikasikan menurut
dasar yang berbeda-beda. Berdasarkan berwujud tidaknya,
produk dapat dibedakan menjadi dua kelompok utama yaitu
barang dan jasa.
1. Barang
Barang merupakan produk yang berwujud fisik, sehingga bisa
dilihat, diraba, disentuh, dirasa, dipegang, disimpan, dipindahkan,
1
dan perlakuan fisik lainnya. Ditinjau dari aspek daya tahannya,
terdapat dua macam barang, yaitu:
a. barang tidak tahan lama, adalah barang berwujud yang
biasanya habis dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali
pemakaian;
b. barang tahan lama, merupakan barang berwujud yang biasanya
bisa bertahan lama dengan banyak pemakaian (umur
ekonomisnya untuk pemakaian normal adalah satu tahun.
2. Jasa
Jasa merupakan aktivitas, manfaat, atau kepuasan yang ditawarkan
untuk dijual. (Fandy Tjiptono,2000:98)
Barang konsumsi adalah barang yang dikonsumsi untuk kepentingan
konsumen akhir sendiri (individu dan rumah tangga). Barang
konsumsi dapat diklasifikasikan menjadi tiga golongan yaitu:
Barang konvenien
Barang konvenien merupakan barang yang pada umumnya
memiliki frekuensi pembelian tinggi (sering dibeli),
dibutuhkan dalam waktu segera, dan hanya memerlukan
usaha yang minimum, contoh: sabun, makanan, dan lain-lain;
Barang shopping
Barang shopping adalah barang-barang yang dalam proses
pemilihan dan pembeliannya dibandingkan oleh konsumen di
antara berbagai alternatif yang tersedia, contoh: alat-alat
rumah tangga, pakaian; dan
Barang spesial
Barang spesial adalah barang yang mempunyai ciri khas, dan
hanya dapat dibeli di tempat tertentu saja, contoh: barang-
barang mewah (Basu Swasta,1996:96-97).
Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dijadikan
indikator produk meliputi kualitas produk, harga, dan kelengkapan
produk, dan jaminan.
1
1. Kualitas produk
2. Harga
Dalam memutuskan membeli suatu produk, konsumen
harus melihat adanya penetapan harga dan potongan harga.
3. Kelengkapan
Selain kualitas barang yang perlu dipertimbangkan oleh
konsumen adalah kelengkapan barang yang ditawarkan oleh
swalayan tempat di mana konsumen akan berbelanja. Dengan
semakin tingginya tingkat keinginan konsumen untuk dapat
berbelanja di satu tempat dengan segala fasilitas dan
kelengkapan barang, hal ini menuntut swalayan untuk lebih bisa
memahami keinginan konsumen.
4. Jaminan
Jaminan adalah janji yang merupakan kewajiban
perusahaan atas produknya kepada konsumen, di mana para
konsumen akan diberi ganti rugi bila produk ternyata tidak bisa
berfungsi sebagaimana yang diharapkan atau dijanjikan.
Jaminan dapat1 meliputi reparasi, ganti rugi (uang kembali atau
produk ditukar), dan sebagainya. Jaminan sering kali
dimanfaatkan sebagai aspek promosi, terutama pada produk-
produk tahan lama.
a. Pengertian Kemudahan
Kemudahan dalam penggunaan adalah salah satu hal yang menjadi
pertimbangan bagi pembeli online, Perceived easy of use didefinisikan Chin dan
Todd (2015:154) merupakan seberapa besar teknologi computer dirasakan relatif
mudah untuk dipahami dan digunakan. Faktor kemudahan ini terkait dengan
bagaimana operasional bertransaksi secara online.
Sama hal nya menurut Roger dalam Raies Ahmad (2013:69) menyatakan
bahwa persepsi kemudahan penggunaan merupakan sebagai berikut :
“Sejauh mana teknologi inovatif dianggap tidak sulit untuk dipelajari, dipahami dan
dioperasikan. Konsep ini mencakup kejelasan tujuan penggunaan teknologi
informasi (TI) dan kemudahaan penggunaan sistem untuk tujuan sesuai dengan
keinginan pemakai.”
Sedangkan menurut Winayu (2013:32) merupakan suatu tingkat atau keadaan
dimana seseorang yakin bahwa dengan menggunakan sistem tertentu tidak
diperlukan banyak usaha. Pendapat dari para ahli di atas maka kemudahan adalah
teknologi yang inovatif mudah digunakan sehingga merasakan kenyamanan
penggunaannya dan membuat konsumen nyaman.
b. Dimensi Kemudahan
Menurut pengertian para ahli maka kemudahan adalah bagaimana fungsi- fungsi
sitem informasi yang dibuat mudah dan nyaman dalam digunakan.
Indikator kemudahan menurut Winayu (2013:33) :
1. Interaksi individu dengan system jelas mudah di mengerti suatu jenis tindakan
yang terjadi ketika individu berinteraksi dengan sistem jelas saat akan digunakan dan
mudah dimengerti. 1
2. Tidak dibutuhkan banyak usaha untuk berinteraksi dengan sistem untuk
beriteraksi dengan sistem tidak dibutuhkan banyak usaha dan banyak akses untuk
berinteraksi dengan sistem.
3. Sistem mudah digunakan dalam mengoperasionalkan sistem mudah digunakan
sesuai dengan manfaat sistem tersebut atau mudah dalam melakukan transaksi.
Maka Perceived security dapat disimpulkan sebagai suatu anggapan baik atau
buruk terhadap suatu objek pembayaran, yang berkaitan dengan usaha user dalam
menghindari bahaya terhadap penyalahgunaan data.
b. Karakteristik Keamanan
1) Pervasiveness(insidensi). Maksudnya Keamanan bersifat pervasive artinya luas
1
mempengaruhi semua hal, dengan kata lain klien membutuhkan keamanan pada
seluruh aktifitasnya seperti makan, bernafas, tidur, kerja, dan bermain.
2) Perception (persepsi) Persepsi seseorang tentang keamanan dan bahaya
mempengaruhi aplikasi keamanan dalam akt ifitas sehari-harinya. Tindakan
penjagaan keamanan dapat efektif jika individu mengerti dan menerima bahaya
secara akurat.
3) Management (pengaturan). Ketika individu mengenali bahaya pada lingkungan
klien akan melakukan tindakan pencegahan agar bahaya tidak terjadi dan itulah
praktek keamanan. Pencegahan adalah karakteristik mayor dari keamanan
(Fatmawati, 2009).
c. Aspek Keamanan
Perlindungan informasi pengguna dilakukan untuk memenuhi aspek keamanan dta
dan informasi pengguna system pembayaran. Aspek-aspek tersebut seharusnya
diperhatiakan atau dikontrol dan semestinya dipahami untuk diterapkan. Whitman
dan Mattord (2009) menyebutkan beberapa aspek yang terkait dengan keamanan
informasi yang akan dijelaskan sebagai berikut:
1) Privacy
Informasi yang dikumpulkan, digunakan, dan disimpan oleh organisasi adalah
dipergunakan hanya untuk tujuan tertentu, khusus bagi pemilik data saat
informasi ini dikumpulkan. Privacy menjamin keamanan data bagi pemilik
informasi dari orang lain.
2) Identification
Sistem informasi memiliki karakteristik identifikasi jika bisa mengenali
penggunanya. Identifikasi adalah langkah eprtama dalam memperoleh hak akses
ke informasi yang diamankan. Identifikasi umumnya dilakukan dengan
penggunaan user name atau user ID.
3) Authentication
Autentikasi terjadi pada saat sistem dapat membuktikan bahwa pengguna
memang benar – benar orang yang memiliki identitas yang di-klaim.
4) Authorization
Setelah identitas pengguna diautentikasi, sbuah proses yang disebut autorisasi
1
memberi jaminan bahwa pengguna (manusia maupun komputer) telah mendapat
autorisasi secara spesifik dan jelas untuk mengakses, mengubah, atau menghapus,
isi data informasi.
5) Accountability
Karakteristik ini dipenuhi jika sebuah sistem dapat menyajikan data semua
aktifitas terhadap informasi yang telah dilakukan, dan siapa yang melakukan
aktifitas tersebut.
Keamanan informasi terdiri dari perlindungan terhadap aspek confidentiality,
integriry, avalibity seperti pada gambar
rahasia
informasi
integritas ketersediaan
E. E-WOM (X5)
a. Pengertian Electronic Word of Mouth (EWOM)
Electronic Word of Mouth (EWOM) menurut Hennig-Thurau et al. (2004:39),
merupakan pernyataan negative atau positif yang dibuat oleh konsumen aktual,
potensial, atau konsumen sebelumnya mengenai produk atau perusahaa dimana
informasi ini tersedia bagi orang-orang ataupun institusi melalui via media internet.
Menurut Charo, Shaikh, Haseeb dan Sulfya (2015:41) bahwa bentuk
pertukaran informasi dan pengetahuan secara online pada media social dikenal
sebagai Electronic Word of Mouth (EWOM). Adanya rekomendasi ataupun review
yang diberikan konsumen dalam sebuah sharing review platform akan mampu
mempengaruhi minat beli konsumen.
Menurut Wardi, Abror, dan Okki Trianda (2018) EWOM ialah pernyataan
positif atau negatif yang dibuat pelanggan potensial, aktual atau mantan pelanggan
tentang suatu produk atau perusahaan, yang tersedia bagi banyak orang dan lembaga
melalui internet.
Jadi, EWOM adalah informasi dari mulut ke mulut dari konsumen yang sudah
menggunakan produk dari sebuah perusahaan, misalnya seperti review pada social
media atau secara langsung dari satu orang ke orang lain.
b. Dimensi EWOM
Goyette et al (2010:11) membagi e-WOM dalam empat dimensi, yaitu:
1. Intensitas
Intensitas adalah banyaknya pendapat yang ditulis oleh konsumen dalam sebuah
situs jejaring sosial.
Penelitian yang dilakukan oleh Goyette et al (2010), membagi indicator dari
intensitas sebagai berikut:
a) Frekuensi mengakses informasi dari situs jejaring sosial
2
b) Frekuensi interaksi dengan pengguna situs jejaring sosial
c) Banyaknya ulasan yang ditulis oleh pengguna situs jejaring sosial
2. Konten
Konten adalah isi informasi dari situs jejaring sosial berkaitan dengan produk dan
jasa. Indicator dari konten meliputi:
a) Informasi mengenai harga yang ditawarkan
b) Informasi mengenai keamanan transaksi dan situs jejaring internet yang
disediakan
3. Pendapat Positif
Pendapat positif adalah komentar positif konsumen mengenai produk, jas, dan
brand, meliputi:
a) Komentar positif dari pengguna sosial media
b) Rekomendasi dari pengguna sosial media
4. Pendapat Negatif
Pendapat negatif adalah komentar negatif konsumen mengenai produk, jasa, dan
brand meliputi:
a) Komentar negatif dari pengguna media sosial
b) Berbicara hal-hal yang negatif kepada orang lain dari pengguna media sosial
G. Kepercayaan (Z)
a. Pengertian Kepercayaan
Menurut Mowen dan Minor (2002:324), kepercayaan konsumen adalah semua
pengetahuan yang dimiliki konsumen dan semua kesimpulan yang dibuat konsumen
tentang objek, atribut, dan manfaatnya. Sedangkan menurut McKnight et al (2002)
kepercayaan adalah hal penting yang membantu konsumen mengatasi ketidakpastian
dan persepsi risiko yang berhubungan dengan kepercayaan terhadap perilaku dengan
vendor berbasis web, seperti berbagi informasi pribadi atau melakukan pembelian
saat berinteraksi dengan vendor asing.
Sedangkan menurut Siagian adalah (2014), faktor kepercayaan merupakan
faktor kunci dari sekian banyak faktor transaksi jual beli pada toko online. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa kepercayaan konsumen dalam belanja online adalah
kecenderungan untuk melakukan tindakan tertentu dalam melakukan tindakan
tertentu dalam melakukan hubungan transaksi berdasarkan suatu keyakinan bahwa
orang yang dipercayainya tersebut akan memenuhi segala kewajibannya secara baik
sesuai yang diharapkan walaupun orang yang dipercayai dapat dengan mudah
merugikan konsumen.
c. Indikator Kepercayaan
Kepercayaan merupakan sebuah proses yang dibangun antara pihak-pihak
yang sebelumnya belum saling mengenal baik dalam interaksi maupun proses
transaksinya. McKnight et al (2002) berpendapat bahwa, terdapat dimensi-dimensi
yang mengukr kepercayaan konsumen yaitu:
A. Trusting Belief
Trusting Belief adalah sejauh mana seseorang mempercayai dan merasa yakin
terhadap orang lain dalam sebuah situasi. Trusting belief merupakan persepsi
pihak yang mempercayai (konsumen) terhadap pihak yang dipercaya (vendor)
yang mana vendor memiliki karakteristik yang akan menguntungkan konsumen.
Selanjutnya, McKnight et al (2000) menyatakan bahwa terdapat beberapa
elemen yang membangun trusting belief antara lain:
1) Benevolence
Benevolence (niat baik) merupakan seberapa besar kepercayaan
seseorang (konsumen) kepada penjual untuk berperilaku baik kepada
konsumen. Benevolence juga berarti kesediaan vendor (penjual) untuk
melayani kepentingan konsumen.
2) Integrity
Integrity (integritas) adalah seberapa besar keyakinan seseoramg
(konsumen) terhadap kejujuran dari penjual untuk menjaga dan memenuhi
kesepakatan yang telah dibuat kepada konsumen.
3) Competence
Competence (kompetisi) adalah keyakinan seseorang (konsumen)
terhadap kemampuan penjual (vendor) untuk membantu konsumen dalam
melakukan sesuatu sesuai dengan yang dibutuhkan konsumen. Esensi dari
kompetisi adalah seberapa besar keberhasilan penjual untuk menghasilkan hal
yang diinginkan oleh konsumen.
A. Trusting Intention
Trusting Intention adalah hal yang disengaja dimana seseorang
2
(konsumen) siap untuk bergantung kepada orang lain (penjual) dalam sebuah
situasi, hal ini terjadi secara pribadi dan mengarah langsung kepda orang lain.
adapun elemen-elemen yang membangun trusting intention menurut McKnight
et al (2002) yaitu:
1) Willingness to depend
Willingness to depend adalah kesediaan konsumen untuk bergantung
kepada penjual berupa penerimaan risiko atau konsekuensi negative yang
mungkin terjadi.
2) Subjective Probability of Depending
Subjective probability of depending adalah kesediaan konsumen secara
subjektif berupa pemberian informasi pribadi kepada penjual, melakukan
transaksi, serta bersedia untuk mengikuti saran atau permintaan dari penjual.
H. Keputusan Pembelian
a. Pengertian Keputusan Pembelian
Menurut Kotler dan Keller (2009:188) “Keputusan pembelian yaitu tahap
evaluasi, konsumen membentuk prefensi atas merek dalam kumpulan pilihan.”
Keputusan pembelian adalah bagian dari perilaku konsumen yang merupakan suatu
proses penyeleksian dari beberapa alternatif yang ada.
Menurut Peter dan Olson dalam Andhanu, dkk (2014) menyatakan bahwa,
“keputusan pembelian merupakan proses terintegrasi yang dilakukan untuk
mengkombinasikan pengetahuan guna mengevaluasi dua atau lebih alternatif dan
memilih salah satu diantaranya.”
Menurut Nugroho (2003: 332) inti dari pengambilan keputusan konsumen
(consumer decision making) adalah proses perintegrasian yang mengkombinasikan
pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif, dan memilih salah
satu diantaranya. Sedangkan menurut Fandi (2008:19) menyatakan “Pengambilan
keputusan merupakan suatu proses yang mendahului tindakan-tindakan individu yang
secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh, menggunakan, menentukan produk,
dan jasa yang digunakan.”
Sehingga dapat disimpulkan bahwa keputusan pembelian merupakan proses
pengevaluasian kumpulan pilihan oleh konsumen dengan memilih dua atau lebih
alternatif dan memilih salah satu diantaranya, dalam usaha memperoleh, menggunakan
dan menentukan produk yang dipilih.
2
Need Informa Evalutio Post-
Recogni tion n of Purchas purchase
tion search alternati e behaviou
ves r
1. Online Shopping
a. Pengertian Online Shopping
Haubl dan Trifts (2000) mendefinisikan Online Shopping sebagai
pertukaran/aktivitas jual-beli yang dilakukan seorang konsumen melalui alat
penghubung computer sebagai dasarnya, dimana komputer konsumen terhubung
dengan internet dan bisa berinteraksi dengan retailer atau toko maya yang menjual
produk atau jasa melalui jaringan. Secara umum, online shopping adalah
pembelian produk atau jasa melalui media internet.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Dalam suatu penelitian seorang peneliti harus menggunakan jenis penelitian yang
tepat. Hal ini dimaksud agar peneliti dapat memperoleh gambaran yang jelas mengenai
masalah tersebut.
kuantitatif adalah suatu jenis penelitian yang pada dasarnya menggunakan pendekatan
deduktif-induktif. Pendekatan ini berangkat dari suatu kerangka teori, gagasan para
2. Sampling 3
Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel yang digunakan oleh
usia yaitu responden usia yang > 28 tahun dan < 28 tahun , pendidikan > sarjana
dan< sarjana, yang bekerja serta yang tidak bekerja. Peneliti menggunakan teknik
pemilihan sampel purposive sampling. Teknik ini dipilih dengan tujuan sampel
3. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel dalam
1. Sumber Data
Sumber data adalah subjek darimana data dapat diperoleh. Sumber data
a. Data primer
Sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Sumber
data primer dalam penelitian ini adalah kuisioner yang di berikan kepada
responden
b. Data sekunder
Sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Sumber
2. Variabel Penelitian
Variabel penelitian
3 adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian
suatu penelitian. Menurut Suryabrata, variabel adalah segala sesuatu yang akan
penelitian), terutama pada penelitian survei. Dalam hal ini penulis membuat
Dan bentuk angketnya adalah angket tertutup, yaitu angket yang soal-soalnya
menggunakan teknik pilihan ganda atau sudah ada pilihan jawaban, sehingga
BAB IV
2, yaitu:
3
Tabel 2. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
Frekuensi belanja
No online secara offline Jumlah Persentase
dan online
1 Hanya 1 kali 23 orang 9.60%
2 2-5 kali 79 orang 32.90%
3 > 5-10 kali 57 orang 23.80%
4 >10 kali 81 orang 33.80%
3
Total 240 orang 100%
Sumber : Data Primer Diolah (2019)
No Produk Jumlah
1 Fashion 203 orang
2 Kosmetik 50 orang
3 Elektronik 26 orang
4 Acessoris 11 orang
5 Dll 28 orang
Total 318
Sumber: Data Primer Diolah(2019)
Berdasarkan tabel 6 dapat disimpulkan bahwa dalam belanja online,
konsumen lebih banyak membeli jenis produk fashion yaitu sebanyak 203 orang.
g. Karakteristik Responden Berdasarkan Situs Belanja Online
Berdasarkan kuesioner yang dikumpulkan maka diperoleh data mengenai
situs belanja online yang pernah dipakai oleh reponden. Berikut data tentang situs
belanja online responden yang tersusun dalam tabel 7 berikut ini:
Tabel 7. Karakteristik Responden Berdasarkan Situs Belanja Online
1. Harga
Variabel harga terdiri dari 7 pernyataan untuk lebih mengetahuinya dapat dilihat
dari tabel 8 berikut ini:
Berdasarkan tabel 8 dapat disimpulkan bahwa rata-rata skor untuk harga adalah
sebesar 4.15 dengan pencapaian 83% yang berada dalam kriteria sangat baik, hal ini
memperlihatkan bahwa harga pada toko online lebih baik daripada harga toko offline, di
toko online konsumen lebih sering mendapatkan diskon dan sejenisnya setiap hari sesuai
dengan strategi toko online tersebut.
Dari ketujuh indicator pada variabel harga ini, yang memiliki nilai tertinggi
adalah indicator pengaruh potongan harga di toko online terhadap keputusan pembelian
konsumen yaitu sebesar
4 4.30 dengan pencapaian 86% yang berada pada kriteria sangat
baik. Artinya, potongan harga yang diberikan toko online kepada konsumen sangat lebih
murah dibandingkan dengan potongan harga yang ditawarkan toko offline, terkadang
relatif kecil dan singkat masa potongan harganya. Sedangkan indikator yang memiliki
nilai terendah adalah indikator jangkauan harga toko online dan toko offline yaitu sebesar
3.97% dengan pencapaian 79% yang berada pada kriteria baik, dimana harga di toko
online lebih murah dibandingkan dengan harga di toko offline.
2. Produk
Variabel harga terdiri dari 6 pernyataan untuk lebih mengetahuinya dapat dilihat
dari tabel 9 berikut ini:
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Variabel Produk
Dari keenam indikator pada variabel harga ini, yang memiliki nilai tertinggi
adalah indicator pilihan produk yang bervariasi di toko online yaitu sebesar 4.31 dengan
pencapaian 86% yang berada pada kriteria sangat baik. Artinya, konsumen akan sangat
banyak referensi jenis produk jika berbelanja di toko online karena produk yang
ditawarkan di toko online sangat banyak daripada di toko offline. Sedangkan indikator
yang memiliki nilai terendah adalah indikator kualitas produk di toko online yaitu sebesar
3.29 dengan pencapaian 66% yang berada pada kriteria baik. Artinya, untuk kualitas
produk di toko online ini masih ada yang tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh
konsumen. Sedangkan jika di toko offline, konsumen bebas untuk memeriksa kualitas
barang yang sesuai dengan keinginan konsumen.
3. Kemudahan Transaksi
Variabel kemudahan transaksi terdiri dari 8 pernyataan untuk lebih
mengetahuinya dapat dilihat dari tabel 10 berikut ini:
Dari delapan indikator pada variabel kemudahan transaksi ini, yang memiliki
nilai tertinggi adalah 4indikator belanja online bisa dilakukan oleh siapa saja, dimana saja
dan kapan saja dibandingan dengan toko offline yaitu sebesar 4.40 dengan pencapaian
88% yang berada pada kriteria sangat baik. Artinya, tidak ada batasan baik itu umur,
jarak dan faktor lainnya dalam belanja online. Semua kalangan bisa berbelanja online.
Sedangkan indikator yang memiliki nilai terendah adalah indikator respon penjual
terhadap pembeli yaitu sebesar 3.52 dengan pencapaian 70% yang berada pada kriteria
baik. Artinya, masih banyak toko online yang merespon konsumen dengan waktu yang
lama dibandingkan dengan toko offline. Respon penjual di toko offline tidak memerlukan
waktu yang lama untuk mengetahui apa yang kita butuhkan.
4. Keamanan Transaksi
Variabel keamanan transaksi terdiri dari 6 pernyataan untuk lebih mengetahuinya
dapat dilihat dari tabel 11 berikut ini:
Dari keenam indikator pada variabel keamanan transaksi ini, yang memiliki nilai
tertinggi adalah indicator jaminan toko online yang dapat menjaga kerahasiaan data
pribadi konsumen yaitu sebesar 3.64 dengan pencapaian 73% yang berada pada kriteria
baik. Artinya, untuk data pribadi konsumen seperti nomor telepon dan alamat rumah yang
digunakan toko online dalam pengiriman barang lebih terjaga kerahasiaannya. Sedangkan
indikator yang memiliki nilai terendah adalah indikator kasus penipuan di toko online dan
akses e-commerce lambat yaitu sebesar 2.25 dengan pencapaian 45% yang berada pada
kriteria netral. Artinya, semakin banyak kasus penipuan belanja online, semakin banyak
pula responden yang takut untuk melakukan pembelian di toko online serta akses jaringan
yang menjadi salah satu faktor responden untuk malas melakukan pembelian secara
online.
5. E-WOM
Variabel e-wom terdiri dari 6 pernyataan untuk lebih mengetahuinya dapat
dilihat dari tabel 12 berikut ini:
Dari keenam indikator pada variabel E-WOM ini, yang memiliki nilai tertinggi
adalah indicator pengumpulan informasi tentang review dari konsumen lain terhadap
suatu produk yang akan
4 dibeli konsumen yaitu sebesar 4.04 dengan pencapaian 81% yang
berada pada kriteria sangat baik. Artinya, konsumen sering sekali sebelum membeli
produk di toko online, konsumen akan sangat memperhatikan review ataupun komentar
dari konsumen lain guna untuk meyakinkan diri konsumen bahwa produk yang akan
dipilihnya itu tidak salah baik dari segi kualitas maupun harga. Sedangkan indikator yang
memiliki nilai terendah adalah indikator melakukan pembelian online atas rekomendasi
dari keluarga yaitu sebesar 3.50 dengan pencapaian 70% yang berada pada kriteria baik.
Artinya, konsumen sangat berhati-hati sekali dalam membeli suatu produk, tidak mudah
percaya hanya dengan komentar di toko online tapi ingin melihat langsung kualitas
barangnya seperti apa. Karena jika sudah rekomendasi dari keluarga, produk tersebut
sudah diyakini konsumen bahwa kualitas yang terdapat pada produk itu juga sangat
bagus.
6. Budaya
Variabel budaya terdiri dari 11 pernyataan untuk lebih mengetahuinya dapat
dilihat dari tabel 13 berikut ini:
Tabel 13. Deskriptif Frekuensi Variabel Budaya
Dari kesebelas indikator pada variabel budaya ini, yang memiliki nilai tertinggi
5
adalah indicator konsumen lebih suka berbelanja saat ada promo-promo hari besar saat
belanja online dibandingkan secara offline yaitu sebesar 4.09 dengan pencapaian 82%
yang berada pada kriteria sangat baik. Artinya, ketika melakukan promo, toko online
lebih banyak dan bervariasi promo yang diberikan sedangkan jika melihat promo di toko
offline kurang menarik karena pengemasan konsep tidak semenarik di toko online.
Sedangkan indikator yang memiliki nilai terendah adalah indikator Saya memiliki rasa
bangga ketika menggunakan produk mahal yang dibeli secara online dibandingkan
dengan offline yaitu sebesar 3.04 dengan pencapaian 61% yang berada pada kriteria baik.
Artinya, budaya konsumen dalam membeli produk mahal tidak terlalu menjadi perhatian
kebanyakan konsumen, karena hanya dari kalangan kelas sosial ke atas yang sangat
memperhatikan harga tinggi untuk produk yang dibelinya.
7. Kepercayaan
Variabel Kepercayaan terdiri dari 11 pernyataan untuk lebih mengetahuinya
dapat dilihat dari tabel 14 berikut ini:
Dari kesebelas indikator pada variabel kepercayaan ini, yang memiliki nilai
tertinggi adalah indicator konsumen lebih memilih belanja online disitus yang sudah
dipercayai akan kejujurannya yaitu sebesar 4.20 dengan pencapaian 84% yang berada
pada kriteria sangat baik. Artinya, konsumen lebih melakukan belanja yang sudah
dipercayai kejujuran dari toko tersebut. Sedangkan indikator yang memiliki nilai terendah
adalah indikator Saya hanya percaya beberapa nama besar website online yang memiliki
reputasi baik di Indonesia dan Saya hanya percaya beberapa nama besar website online
yang memiliki reputasi baik di Indonesia yaitu sebesar 2.00 dan 1.98 dengan pencapaian
40% yang berada pada
5 kriteria netral.
8. Keputusan Pembelian
Variabel Keputusan Pembelian terdiri dari 10 pernyataan untuk lebih
mengetahuinya dapat dilihat dari tabel 15 berikut ini:
Tabel 15. Distribusi Frekuensi Variabel Keputusan Pembelian
Dari kesepuluh indikator pada variabel keputusan pembelian ini, yang memiliki
nilai tertinggi adalah indicator HASOkonsumen lebih memilih belanja online disitus yang
sudah dipercayai akan kejujurannya yaitu sebesar 4.13 dengan pencapaian 83% yang
berada pada kriteria sangat baik. Artinya, dari beberapa faktor-faktor yang diteliti untuk
menghasilkan keputusan pembelian konsumen terhadap belanja online atau belanja
offline adalah konsumen lebih tertarik untuk belanja online daripada belanja offline dan
dapat dilihat dari hasil TCR, bahwasannya konsumen yang memilih untuk belanja online
lebih baik daripada beanja offline yaitu sebesar 3.57 dengan pencapaian 71% yang berada
pada kriteria baik.
2) Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk menguji suatu model apakah terjadi
hubungan yang sempurna atau hampir sempurna antara variabel bebas, sehingga sulit
untuk memisahkan pengaruh antara variabel-variabel secara individu terhadap variabel
terikat. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahhui apakah antar variabel bebas dalam
persamaan regresi tidak saling berkorelasi.
Berdasarkan data yang diolah dengan program SPSS versi 16, diperoleh hasil
sebagai berikut :
Tabel 17. Uji Multikolinearitas
5
Colinearity Statistics
Variabel
Tolerance VIF
Harga 0.564 1.774
Produk 0.435 2.301
Kemudahan transaksi 0.483 2.07
Keamanan transaksi 0.837 1.195
E-WOM 0.443 2.26
Budaya 0.352 2.842
Kepercayaan 0.714 1.4
Keputusan Pembelian
Sumber: Output SPSS ver.16 Diolah 2019
3) Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas digunakan untuk melihat varians residual dari suatu
pengamatan ke pengamatan yang tidak sama, untuk melihat ada tidaknya gejala
heterokedastisitas pada suatu model, dapat dilihat pada gambar yang dituju dibawah
ini:
5
Ciri-ciri tidak terjadinya heteroskedasitas :
Berdasarkan gambar yang dituju tentang terjadinya heteroskedastisitas karena hanya meyebar
pada satu titik.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap
keputusan pembelian online dan mengetahui yang mana paling dominan diantara variabel
bebas tersebut. Dari rumusan masalah, maka analisis data yang diajukan dalam
pembahasan bab sebelumnya, maka dari itu dapat ditarik beberapa kesimpulan:
- Berdasarkan One-Sample Kolmogrov-Smirnov Test,didapat bahwa untuk masing-
masing variabel diperoleh probabilitas Asymp.Sig. (2-tailed) > 0.05 yaitu harga
signifikan 0.000, variabel produk memiliki signifikan 0.001, variabel keamanan
transaksi memiliki tingkat signifikan 0.003, variabel kemudahan transaksi memiliki
tingkat signifikan 0.16, variabel e-wom memiliki tingkat signifikan 0.000, variabel
budaya memiliki tingkat signifikan 0.33, variabel kepercayaan memiliki tingkat
signifikan 0.08. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa data berdistribusi nomal.
- Dari tabel 17 dapat diperoleh informasi bahwa variabel independent harga memiliki
angka VIF 1.774, variabel produk memiliki angka VIF 2.301, variabel kemudahan
transaksi memiliki angka VIF 2.70, variabel keamanan transaksi memiliki angka VIF
1.195, variabel E-WOM memiliki angka VIF 2.26, variabel budaya memiliki angka
VIF 2.842, dan variabel kepercayaan memiliki angka VIF 1.4 yang memenuhi kriteria
VIF < 10. Maka tidak terdapat korelasi antara variabel bebas, atau variabel
independen bebas multikolinearitas.
5
- Berdasarkan tabel 8 dapat disimpulkan dengan pencapaian 83% yang berada dalam
kriteria sangat baik memperlihatkan bahwa harga pada toko online lebih baik
daripada harga toko offline.
- Berdasarkan tabel 9 dapat disimpulkan dengan pencapaian 77% yang berada dalam
kriteria baik memperlihatkan bahwa produk yang disediakan di toko online lebih
banyak pilihannya.
- Berdasarkan tabel 10 dapat disimpulkan dengan pencapaian 82% yang berada dalam
kriteria sangat baik memperlihatkan bahwa dalam proses transaksi, toko online
memberikan kemudahan untuk konsumen dalam melakukan transaksi tanpa harus
keluar rumah konsumen bisa mengirim uang melalui m-banking.
- Berdasarkan tabel 11 dapat disimpulkan dengan pencapaian 62% yang berada dalam
kriteria baik memperlihatkan bahwa keamanan dalam melakukan transaksi telah aman
karena dalam kriteria yang tidak terlalu buruk sehingga harus lebih ditingkatkan lagi
ke tahap kriteria yang sangat baik.
- Berdasarkan tabel 12 dapat disimpulkan dengan pencapaian 75% yang berada dalam
kriteria baik memperlihatkan bahwa pengaruh seseorang dalam mengambil keputusan
pembelian sangat penting bagi konsumen sebelum melakukan pembelian suatu
produk, baik di toko online maupun di toko offline.
- Berdasarkan tabel 13 dapat disimpulkan dengan pencapaian 75% yang berada dalam
kriteria baik memperlihatkan bahwa budaya pembelian konsumen baik dari pribadi
konsumen maupun dari lingkungannya sangat mempengaruhi konsumen dalam
mengambil keputusan pembelian.
- Berdasarkan tabel 14 dapat disimpulkan dengan pencapaian 61% yang berada dalam
kriteria baik memperlihatkan bahwa kepercayaan konsumen terhadap pembelian
produk online lebih dipercaya dibandingkan dengan offline.
- Berdasarkan tabel 15 dapat disimpulkan dengan pencapaian 78% yang berada dalam
kriteria baik memperlihatkan bahwa kepercayaan konsumen terhadap pembelian
produk online memiliki pemikiran dan pandangan positif terhadap belanja online.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka penulis mengemukakan saran
5
sebagai berikut :
1. Agar toko online lebih dapat lagi memperhatikan keamanan konsumen dalam
melakukan transaksi. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan lagi keamanan
transaksi pada toko online yang sebelumnya termasuk dalam kriteria tidak terlalu
buruk agar dapat meningkat ke kriteria yang sangat baik.
2. Agar para penjual produk online memiliki sistem keamanan terhadap data
konsumen. Karena dapat dilihat sekarang ini masih ada pihak-pihak tidak
bertanggung jawab yg mencuri data konsumen dan digunakan untuk hal yang
tidak baik.
3. Agar penjual produk online lebih meningkatkan pelayanan termasuk dalam
komunkasi dengan konsumen dikarenakan komunikasi merupakan cara terbaik
bagi konsumen untuk menghubungi penjual online.
6
DAFTAR PUSTAKA
Goyette, I., Ricard, L., Bergeron, J., dan Marticotte, F. (2010). e-WOM Scale:
Philip Kotler dan Gary Amstrong. Manajemen Pemasaran. Jilid 1, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), hlm.
430.
D. Rozalinda, Ekonomi Islam: Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas Ekonomi. (Jakarta: Rajawali Pers,
2014), hlm. 160.
William J. Stanton. Prinsip Pemasaran Jilid 1 Edisi 7, (Jakarta: Erlangga, 1998), hlm. 308.
Lupiyoadi, Rambat. 2001. Manajemen Pemasaran Jasa Teori dan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta. 6
Swasta, Basu dan T Hani Handoko. 2000. Manajemen Pemasaran: Analisa dan Perilaku
Konsumen. Yogyakarta: BPFE.
LAMPIRAN
Uji Normalitas
KEAMANAN KEMUDAHAN
HARGA PRODUK TRANSAKSI TRANSAKSI E-WOM BUDAYA
Most Extreme Differences Absolute .168 .129 .116 .101 .160 .06
Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Standardized
Uji Heterokedastisitas
Charts