Anda di halaman 1dari 63

BAB 1

PENDAHUL
UAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan


Pada era pemasaran moderen saat ini, jumlah merek dan
produk yang bersaing dalam pasar menjadi semakin banyak
sehingga konsumen memiliki ragam pilihan dan alternatif produk
dan jasa yang dapat memenuhi kebutuhannya dan berhak memilih
sesuai dengan apa yang konsumen inginkan. Konsumen
merupakan salah satu pihak yang paling penting bagi perusahaan.
Pada dasarnya konsumen tidak tergantung pada perusahaan, tetapi
perusahaan lah yang tergantung pada konsumen. Memuaskan
konsumen merupakan salah satu tujuan perusahaan dalam
mencapai profitabilitas, karena konsumen yang tidak puas akan
dengan mudah membelanjakan uang mereka di tempat lain.
Fenomena ini membuat persaingan antar pelaku bisnis
menjadi semakin ketat. Tuntutan kebutuhan konsumen akan
penciptaan kepuasan yang tinggi membuat para produsen dan
pemasar berlomba untuk memberikan nilai lebih pada produk
maupun jasa yang dihasilkan agar bisa bersaing di pasar. Apabila
konsumen merasa puas pada pembelian pertama, maka konsumen
akan melakukan pembelian ulang dan menjadi loyal pada
1
perusahaan tersebut.
Berbagai cara dapat dilakukan oleh perusahaan dalam upaya
penciptaan kepuasan konsumen. Perusahaan dapat memberikan
apa yang dituntut oleh konsumen, seperti melalui brand image
yang baik, product quality dan service quality yang tinggi, hingga
penetapan price yang terjangkau. Menurut Kotler dan Keller
(2009a: 346), brand image adalah persepsi dan keyakinan
konsumen, seperti tercermin dalam asosiasi yang terjadi dalam
memori konsumen. Brand image juga dikonseptualisasikan oleh
Biel (1992: 8, dalam

2
Sondoh Jr. et al., 2007) sebagai sekelompok atribut dan asosiasi
dimana konsumen terhubung dengan nama merek.
Faktor lain yang juga mampu menciptakan kepuasan
konsumen adalah product quality dan service quality yang tinggi.
Product quality dan service quality sangat mempengaruhi
keberhasilan dan kemajuan suatu usaha bisnis. Perusahaan yang
memproduksi produk yang berkualitas tinggi, serta diimbangi
dengan pelayanan yang baik akan memperoleh keuntungan
tersendiri. Product quality merupakan kemampuan produk untuk
memuaskan kebutuhan atau keinginan konsumen. Definisi ini
berfokus pada konsumen dan bagaimana konsumen berpikir suatu
produk akan memenuhi tujuan tersebut (Cannon et al., 2008:
286). Sedangkan menurut Kotler et al., (1999: 566), product
quality adalah kemampuan suatu produk untuk melakukan fungsi-
fungsinya, kemampuan itu meliputi daya tahan, kehandalan,
ketelitian yang dihasilkan, kemudahan dioperasikan dan
diperbaiki, dan atribut lain yang berharga pada produk secara
keseluruhan.
Parasuraman et al., (1998, dalam Lupiyoadi, 2001: 148),
menjelaskan service quality sebagai seberapa jauh perbedaan
antara kenyataan dan harapan pelanggan atas layanan yang
mereka terima atau peroleh. Begitu pula dengan Hernon dan
Whitman (2001) yang menjelaskan service quality sebagai
3
analisis kesenjangan atau kesenjangan antara harapan konsumen
secara umum dan persepsi konsumen yang berkaitan dengan
layanan yang sesungguhnya.
Price merupakan salah satu bahan pertimbangan yang penting
bagi konsumen untuk membeli produk pada suatu perusahaan.
Pada umumnya, konsumen cenderung akan memilih perusahaan
yang menawarkan produk dan jasa dengan harga yang relatif
murah atau terjangkau tetapi dengan tidak mengesampingkan
kualitas. Price adalah sejumlah kompensasi (uang maupun
barang, kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan

4
sejumlah kombinasi barang atau jasa (Fuad et al., 2006: 129).
Sejalan juga dengan yang diungkapkan oleh Masterson dan
Pickton (2010: 358) bahwa price merupakan sesuatu yang
diberikan konsumen untuk memperoleh suatu produk atau jasa.
Kepuasan konsumen menjadi perhatian yang utama bagi
kebanyakan perusahaan. Jika kinerja produk dan jasa lebih rendah
dari harapan, konsumen akan merasa kecewa. Jika ternyata sesuai
atau bahkan melebihi harapan, konsumen akan puas. Apabila
konsumen merasa puas, maka konsumen tersebut akan
menunjukkan besarnya kemungkinan untuk kembali membeli
produk yang sama dan juga cenderung untuk memberikan
referensi yang baik terhadap perusahaan kepada orang lain
(Lupiyoadi, 2001: 159). Kepuasan konsumen didefinisikan
sebagai tingkat perasaan dimana seseorang menyatakan hasil
perbandingan atas kinerja produk atau jasa yang diterima dan
yang diharapkan (Kotler, 1997, dalam Lupiyoadi, 2001: 158).
Setelah konsumen memperoleh kepuasan, kemudian
konsumen akan diarahkan untuk menjadi loyal kepada
perusahaan. Hal ini akan memberikan dampak positif karena
konsumen akan melakukan pembelian dalam jumlah yang banyak
serta dalam frekuensi yang tinggi. Tidak hanya itu, loyalitas
konsumen juga menjadi salah satu faktor yang penting bagi suatu
perusahaan untuk bisa bertahan dalam persaingan yang semakin
5
ketat dan kompetitif. Oliver (dalam Kotler dan Keller, 2009 b: 62)
mendefinisikan loyalitas konsumen sebagai sebuah komitmen
yang dipegang teguh untuk membeli kembali produk atau jasa
yang lebih disukai di masa depan meskipun terdapat pengaruh
situasional dan upaya pemasaran yang memiliki potensi untuk
menyebabkan peralihan perilaku.
Kemajuan era pemasaran moderen saat ini juga diimbangi
dengan perubahan pola hidup pada masyarakat yang tidak hanya
disebabkan oleh pengaruh dari arus globalisasi, namun juga dari
peningkatan pendapatan.

6
Pada saat ini telah terjadi pergeseran pola hidup di kalangan
masyarakat. Masyarakat sudah lebih terbuka dan terbiasa untuk
makan di luar rumah karena selain efisien juga dapat dijadikan
sebagai sarana refreshing, baik bersama keluarga maupun kerabat.
Hal ini menjadikan persaingan bisnis di bidang makanan dan
minuman menjadi semakin kompetitif.
Bisnis makanan dan minuman menjadi salah satu bisnis yang
kian diminati oleh para pelaku bisnis, karena selain dapat
menghasilkan keuntungan yang tinggi, makanan merupakan
kebutuhan pokok konsumen. Bisnis makanan dan minuman di
Surabaya mengalami perkembangan yang sangat pesat khususnya
dalam beberapa tahun terakhir ini, dimana dapat dijumpai
semakin banyak berdiri berbagai macam jenis bisnis makanan dan
minuman seperti rumah makan keluarga (family restaurant),
rumah makan cepat saji (fast food restaurant), rumah makan
formal atau yang lebih dikenal sebagai fine dining restaurant
yang biasanya terdapat di hotel-hotel berbintang, cafe, pastry and
bakery house¸ ice cream cafe, coffee shop, pub and bar, steak
house and pizza, sampai dengan rumah makan yang menyajikan
makanan dengan menu internasional seperti makanan Jepang,
Thailand, dan Korea. Berdasarkan data APKRINDO (Asosiasi
Pengusaha Kafe dan Restoran Indonesia) Jawa Timur, bahwa
hingga tahun 2012 terdapat 1000 kafe dan restoran yang tersebar
7
di Surabaya (Rianto, 2012).
Potensi pasar dalam bisnis makanan dan minuman di
Surabaya tergolong besar dilihat dari data jumlah penduduk yang
menunjukkan bahwa jumlah penduduk kota Surabaya hingga
tahun 2012 mencapai angka
3.125.576 jiwa (Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota
Surabaya, 2012). Dengan besaran jumlah penduduk kota Surabaya
dibandingkan dengan jumlah kafe dan restoran yang tersebar,
menunjukkan bahwa tingkat potensi pasar bisnis makanan dan
minuman di kota Surabaya masih sangat besar. Hal ini menjadi
tantangan tersendiri bagi para pelaku bisnis makanan dan

8
minuman untuk bisa mempertahankan dan bahkan memperluas
pangsa pasarnya.

1.2. Perumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah pengaruh Analisis Faktor-faktor yang Menjadi Pertimbangan
Konsumen dalam Mempengaruhi Keputusan Pembelian di Kota Padang?
2. Bagaimana hasil Analisis Faktor-faktor yang Menjadi Pertimbangan
Konsumen dalam Mempengaruhi Keputusan Pembelian di Kota Padang?

1.3. Tujuan Penelitian


Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang
ingin dicapai yaitu:
1. Untuk mengetahui pengaruh Analisis Faktor-faktor yang Menjadi
Pertimbangan Konsumen dalam Mempengaruhi Keputusan Pembelian di
Kota Padang.
2. Untuk mengetahui hasil Analisis Faktor-faktor yang Menjadi
Pertimbangan Konsumen dalam Mempengaruhi Keputusan Pembelian di
Kota Padang.

9
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pembaca
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
informasi dan pengetahuan sebagai pembanding bagi
penelitian yang akan datang sehingga dapat memperbaiki
segala kekurangan yang ada dalam penelitian ini.
2. Bagi Penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan dan wawasan khususnya dalam hal
pengambilan keputusan pembelian untuk konsumen.

1.5. Sistematika Penulisan Skripsi


Untuk kemudahandalam pemahaman isi skripsi, maka akan
disampaikan dengan sistematika sebagai berikut:
BAB 1 : PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang
permasalahan, perumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian dan sistematika penulisan skripsi.

1
BAB 2 : TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Bab ini menyampaikan mengenai penelitian terdahulu, landasan teori yang berkaitan
dengan topik, model konseptual serta hipotesis penelitian.
BAB 3 : METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan mengenai jenis penelitian, identifikasi variabel, definisi
operasional variabel, jenis dan sumber data, pengukuran variabel, alat dan metode
pengumpulan data, populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel, serta teknik
analisis data.
BAB 4 : ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini menyampaikan deskripsi responden, statistik deskriptif variabel penelitian,
analisis data serta pembahasannya.
BAB 5 : SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini menyampaikan hasil akhir dari penelitian dalam bentuk kesimpulan dari hasil
serta saran-saran perbaikan agar bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan ke
depannya.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Harga (X1)
a. Pengertian Harga
Menurut Kotler dan Amstrong, Harga adalah jumlah semua nilai yang konsumen
tukarkan dalam rangka mendapatkan manfaat (dari) memiliki atau menggunakan barang
atau jasa.
Harga dapat didefenisikan sebagai alat tukar, hal ini seperti yang dikemukakan oleh
William J. Stanton terjemahan Y.Yamanto bahwa “Harga adalah jumlah uang
(kemungkinan ditambah beberapa barang) yang dibutuhkan untuk memperoleh beberapa
kombinasi sebuah produk dan pelayanannya yang menyertainya.
Berdasarkan defenisi tersebut maka harga merupakan jumlah uang yang diperlukan
sebagai penukar berbagai kombinasi produk atau jasa, dengan demikian maka suatu harga
haruslah dihubungkan dengan bermacam-macam barang dan / atau pelayanan, yang
akhirnya akan sama dengan sesuatu yaitu produk dan jasa.
Hal ini seperti yang dikemukan oleh E. Jerome MC. Carthy terjemahan Gunawan H,
bahwa harga adalah “Apa yang dibebankan untuk sesuatu. Setiap transaksi dagang dapat
dianggap sebagai pertukaran uang, uang adalah harga untuk sesuatu. Harga ditentukan
oleh kemampuan penjual untuk menyediakan barang yang ditawarkan kepada pembeli
dan kemampuan pembeli untuk mendapatkan barang tersebut dari penjual.

b. Dimensti Harga
1
Menurut Stanton, ada empat indicator yang merincikan harga, yaitu:

1) Keterjangkauan harga yaitu aspek penetapan harga yang dilakukan oleh produsen
atau penjual yang sesuai dengan kemampuan beli konsumen.
2) Daya saing harga yaitu penawaran harga yang diberikan oleh produsen atau
penjual berbeda dan bersaing dengan yang diberikan oleh produsen lain, pada satu
jenis produk yang sama. Konsumen membandingkan harga dari berbagai
alternative produk yang tersedia sehingga dapat memutuskan untuk
mengalokasikan dana pada produk yang dikehendaki.
3) Kesesuaian harga dengan kualitas produk, yaitu aspek penetapan harga yang
dilakukan oleh produsen atau penjual yang sesuai dengan kualitas produk yang
dapat diperoleh konsumen. Dalam hal ini konsumen memiliki persepsi bahwa
harga yang mahal mencerminkan kualitas yang tinggi.
4) Kesesuaian harga dengan manfaat produk yaitu aspek penetapan harga yang
dilakukan oleh produsen atau penjual yang sesuai dengan manfaat yang diperoleh
konsumen dari produk yang dibeli.

B. Produk (X2)
a. Pengertian Produk
Setiap perusahaan akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan
dan keinginan konsumen dengan menyediakan produk yang ada.
Produk merupakan suatu sifat yang komplek baik dapat diraba
maupun tidak dapat diraba, termasuk bungkus, warna, harga,
prestise perusahaan dan pengecer, yang diterima oleh pembeli
untuk memuaskan keinginan dan kebutuhannya (Basu
Swasta,1996:94). Produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan
produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan
atau dikonsumsi yang meliputi mutu/kualitas, pilihan yang ada
(options), merek (brand names), pengemasan (packaging),
macam (product items), ukuran (sizes), jenis (product lines), dan
1
jaminan (Sofjan Assauri,2004:200). Selain itu, produk dapat pula
didefinisikan sebagai persepsi konsumen yang dijabarkan melalui
hasil produksinya. Secara lebih rinci, konsep produk total
meliputi barang, kemasan, merek, label, dan jaminan (Fandy
Tjiptono,2000:95). Yang dimaksud dengan produk dalam
penelitian ini adalah barang yang ditawarkan oleh pasar swalayan
kepada konsumen atau calon konsumen yang meliputi kualitas
produk, harga, kelengkapan produk, dan jaminan.
b. Klasifikasi Produk
Di dalam strategi marketing mix, strategi produk merupakan
unsur yang paling penting, karena dapat mempengaruhi strategi
pemasaran yang lainnya. Tujuan utama strategi produk adalah
untuk dapat mencapai sasaran pasar yang dituju dengan
meningkatkan kemampuannya untuk mengatasi persaingan.
Menurut Sofjan Assauri (2004:202) produk yang dibeli
konsumen dapat dibedakan atas tiga tingkatan, yaitu:
1. Produk inti, merupakan inti atau dasar yang
sesungguhnya dari produk yang ingin diperoleh oleh seorang
pembeliatau konsumen dari produk tersebut.
2. Produk formal, merupakan bentuk, kualitas, dan
kemasan yang menyertai produk tersebut.
3. Produk tambahan, merupakan tambahan produk formal
dengan berbagai jasa yang menyertainya.
Di bidang pemasaran, produk dapat diklasifikasikan menurut
dasar yang berbeda-beda. Berdasarkan berwujud tidaknya,
produk dapat dibedakan menjadi dua kelompok utama yaitu
barang dan jasa.
1. Barang
Barang merupakan produk yang berwujud fisik, sehingga bisa
dilihat, diraba, disentuh, dirasa, dipegang, disimpan, dipindahkan,
1
dan perlakuan fisik lainnya. Ditinjau dari aspek daya tahannya,
terdapat dua macam barang, yaitu:
a. barang tidak tahan lama, adalah barang berwujud yang
biasanya habis dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali
pemakaian;
b. barang tahan lama, merupakan barang berwujud yang biasanya
bisa bertahan lama dengan banyak pemakaian (umur
ekonomisnya untuk pemakaian normal adalah satu tahun.
2. Jasa
Jasa merupakan aktivitas, manfaat, atau kepuasan yang ditawarkan
untuk dijual. (Fandy Tjiptono,2000:98)
Barang konsumsi adalah barang yang dikonsumsi untuk kepentingan
konsumen akhir sendiri (individu dan rumah tangga). Barang
konsumsi dapat diklasifikasikan menjadi tiga golongan yaitu:
 Barang konvenien
Barang konvenien merupakan barang yang pada umumnya
memiliki frekuensi pembelian tinggi (sering dibeli),
dibutuhkan dalam waktu segera, dan hanya memerlukan
usaha yang minimum, contoh: sabun, makanan, dan lain-lain;
 Barang shopping
Barang shopping adalah barang-barang yang dalam proses
pemilihan dan pembeliannya dibandingkan oleh konsumen di
antara berbagai alternatif yang tersedia, contoh: alat-alat
rumah tangga, pakaian; dan
 Barang spesial
Barang spesial adalah barang yang mempunyai ciri khas, dan
hanya dapat dibeli di tempat tertentu saja, contoh: barang-
barang mewah (Basu Swasta,1996:96-97).
Berdasarkan teori di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dijadikan
indikator produk meliputi kualitas produk, harga, dan kelengkapan
produk, dan jaminan.
1
1. Kualitas produk

Kualitas produk merupakan hal yang perlu mendapat


perhatian utama dari perusahaan atau produsen mengingat
kualitas produk berkaitan erat dengan masalah keputusan
konsumen (Sofjan Assauri,2004:192). Kualitas produk
berkaitan dengan masalah kepuasan konsumen yang merupakan
tujuan dari kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh
perusahaan. Kualitas produk menunjukkan ukuran tahan
lamanya produk itu, dapat dipercayainya produk tersebut,
mudah mengoperasikan dan memeliharanya serta atribut yang
lain yang dinilai konsumen.

2. Harga
Dalam memutuskan membeli suatu produk, konsumen
harus melihat adanya penetapan harga dan potongan harga.

3. Kelengkapan
Selain kualitas barang yang perlu dipertimbangkan oleh
konsumen adalah kelengkapan barang yang ditawarkan oleh
swalayan tempat di mana konsumen akan berbelanja. Dengan
semakin tingginya tingkat keinginan konsumen untuk dapat
berbelanja di satu tempat dengan segala fasilitas dan
kelengkapan barang, hal ini menuntut swalayan untuk lebih bisa
memahami keinginan konsumen.

4. Jaminan
Jaminan adalah janji yang merupakan kewajiban
perusahaan atas produknya kepada konsumen, di mana para
konsumen akan diberi ganti rugi bila produk ternyata tidak bisa
berfungsi sebagaimana yang diharapkan atau dijanjikan.
Jaminan dapat1 meliputi reparasi, ganti rugi (uang kembali atau
produk ditukar), dan sebagainya. Jaminan sering kali
dimanfaatkan sebagai aspek promosi, terutama pada produk-
produk tahan lama.

C. Kemudahan Transaksi (X3)

a. Pengertian Kemudahan
Kemudahan dalam penggunaan adalah salah satu hal yang menjadi
pertimbangan bagi pembeli online, Perceived easy of use didefinisikan Chin dan
Todd (2015:154) merupakan seberapa besar teknologi computer dirasakan relatif
mudah untuk dipahami dan digunakan. Faktor kemudahan ini terkait dengan
bagaimana operasional bertransaksi secara online.
Sama hal nya menurut Roger dalam Raies Ahmad (2013:69) menyatakan
bahwa persepsi kemudahan penggunaan merupakan sebagai berikut :
“Sejauh mana teknologi inovatif dianggap tidak sulit untuk dipelajari, dipahami dan
dioperasikan. Konsep ini mencakup kejelasan tujuan penggunaan teknologi
informasi (TI) dan kemudahaan penggunaan sistem untuk tujuan sesuai dengan
keinginan pemakai.”
Sedangkan menurut Winayu (2013:32) merupakan suatu tingkat atau keadaan
dimana seseorang yakin bahwa dengan menggunakan sistem tertentu tidak
diperlukan banyak usaha. Pendapat dari para ahli di atas maka kemudahan adalah
teknologi yang inovatif mudah digunakan sehingga merasakan kenyamanan
penggunaannya dan membuat konsumen nyaman.

b. Dimensi Kemudahan
Menurut pengertian para ahli maka kemudahan adalah bagaimana fungsi- fungsi
sitem informasi yang dibuat mudah dan nyaman dalam digunakan.
Indikator kemudahan menurut Winayu (2013:33) :
1. Interaksi individu dengan system jelas mudah di mengerti suatu jenis tindakan
yang terjadi ketika individu berinteraksi dengan sistem jelas saat akan digunakan dan
mudah dimengerti. 1
2. Tidak dibutuhkan banyak usaha untuk berinteraksi dengan sistem untuk
beriteraksi dengan sistem tidak dibutuhkan banyak usaha dan banyak akses untuk
berinteraksi dengan sistem.
3. Sistem mudah digunakan dalam mengoperasionalkan sistem mudah digunakan
sesuai dengan manfaat sistem tersebut atau mudah dalam melakukan transaksi.

D. Keamanan Transaksi (X4)


a. Pengertian Keamanan
Keamanan merupakan aspek yang amat penting dalam suatu instrument
pembayaran, dimana kemanan yang rendah dalam pembayaran elektronik (e-
payment) menjadi aspek yang perlu diperhatikan penerbitnuntuk mengembangkan
produk pembayaran elektronik.
Keamanan atau rasa aman dapat diartikan sebagai suatu keadaan bebas dari
bahaya yang dapat terjadi seperti kejahatan, kecelakaan, hacker, money fraud dan
sebagainya.
1) Menurut Kalakota (1997) “Mendefinisikan perceived security adalah sebuah
ancaman yang menciptakan keadaan, kondisi, atau peristiwa yang berpotensi
menyebabkan kesulitan terhadap data atau sumber daya jaringan dalam bentuk
penghancuran, pengungkapan, modifikasi data, penolakan layanan,penipuan,
pemborosan, dan penyalahgunaan.
2) Menurut Roca et al. (2009) keamanan juga melibatkan penggunaan kemajuan
teknis yang dapat mempunyai pengaruh yang positif terhadap niat untuk membeli
secara online, seperti kriptografi, tanda tangan dan sertifikat digital yang
bertujuan untuk melindungi pengguna dari risiko penipuan, hacking atau
"phishing".

Maka Perceived security dapat disimpulkan sebagai suatu anggapan baik atau
buruk terhadap suatu objek pembayaran, yang berkaitan dengan usaha user dalam
menghindari bahaya terhadap penyalahgunaan data.

b. Karakteristik Keamanan
1) Pervasiveness(insidensi). Maksudnya Keamanan bersifat pervasive artinya luas
1
mempengaruhi semua hal, dengan kata lain klien membutuhkan keamanan pada
seluruh aktifitasnya seperti makan, bernafas, tidur, kerja, dan bermain.
2) Perception (persepsi) Persepsi seseorang tentang keamanan dan bahaya
mempengaruhi aplikasi keamanan dalam akt ifitas sehari-harinya. Tindakan
penjagaan keamanan dapat efektif jika individu mengerti dan menerima bahaya
secara akurat.
3) Management (pengaturan). Ketika individu mengenali bahaya pada lingkungan
klien akan melakukan tindakan pencegahan agar bahaya tidak terjadi dan itulah
praktek keamanan. Pencegahan adalah karakteristik mayor dari keamanan
(Fatmawati, 2009).
c. Aspek Keamanan
Perlindungan informasi pengguna dilakukan untuk memenuhi aspek keamanan dta
dan informasi pengguna system pembayaran. Aspek-aspek tersebut seharusnya
diperhatiakan atau dikontrol dan semestinya dipahami untuk diterapkan. Whitman
dan Mattord (2009) menyebutkan beberapa aspek yang terkait dengan keamanan
informasi yang akan dijelaskan sebagai berikut:
1) Privacy
Informasi yang dikumpulkan, digunakan, dan disimpan oleh organisasi adalah
dipergunakan hanya untuk tujuan tertentu, khusus bagi pemilik data saat
informasi ini dikumpulkan. Privacy menjamin keamanan data bagi pemilik
informasi dari orang lain.
2) Identification
Sistem informasi memiliki karakteristik identifikasi jika bisa mengenali
penggunanya. Identifikasi adalah langkah eprtama dalam memperoleh hak akses
ke informasi yang diamankan. Identifikasi umumnya dilakukan dengan
penggunaan user name atau user ID.
3) Authentication
Autentikasi terjadi pada saat sistem dapat membuktikan bahwa pengguna
memang benar – benar orang yang memiliki identitas yang di-klaim.
4) Authorization
Setelah identitas pengguna diautentikasi, sbuah proses yang disebut autorisasi
1
memberi jaminan bahwa pengguna (manusia maupun komputer) telah mendapat
autorisasi secara spesifik dan jelas untuk mengakses, mengubah, atau menghapus,
isi data informasi.

5) Accountability
Karakteristik ini dipenuhi jika sebuah sistem dapat menyajikan data semua
aktifitas terhadap informasi yang telah dilakukan, dan siapa yang melakukan
aktifitas tersebut.
Keamanan informasi terdiri dari perlindungan terhadap aspek confidentiality,
integriry, avalibity seperti pada gambar

rahasia

informasi

integritas ketersediaan

Gambar elemen-elemen keamanan informasi


Sumber: sarno dan iffano. 2009
a) Kerahasiaan
Aspek yang menjamin kerahasiaan data dan informasi. Memastikan bahwa
informasi hanya dapat diakses oleh orang yang berwenang dan menjamin
kerahasiaan data yang dikirim, diterima dan disimpan. Kerahasiaan integritas
ketersediaan informasi.
b) Integritas
Aspek yang menjamin bahwa data tidak dirubah tanpa izin pihak yang
berwenang, menjaga keakuratan dan keutuhan informasi serta metode prosesnya
untuk menjamin aspek integrity ini.
c) Ketersediaan
Aspek yang menjamin bahwa data akan tersedia saat dibutuhkan, memastikan
user yang berhak dapat menggunakan informasi dan perangkat terkait.
2 Security
d. Indicator Perceived
Menurut Ghorban (2011) perceived security meliputi :
1) Perlindungan Teknis
2) Pernyataan Keamanan

E. E-WOM (X5)
a. Pengertian Electronic Word of Mouth (EWOM)
Electronic Word of Mouth (EWOM) menurut Hennig-Thurau et al. (2004:39),
merupakan pernyataan negative atau positif yang dibuat oleh konsumen aktual,
potensial, atau konsumen sebelumnya mengenai produk atau perusahaa dimana
informasi ini tersedia bagi orang-orang ataupun institusi melalui via media internet.
Menurut Charo, Shaikh, Haseeb dan Sulfya (2015:41) bahwa bentuk
pertukaran informasi dan pengetahuan secara online pada media social dikenal
sebagai Electronic Word of Mouth (EWOM). Adanya rekomendasi ataupun review
yang diberikan konsumen dalam sebuah sharing review platform akan mampu
mempengaruhi minat beli konsumen.
Menurut Wardi, Abror, dan Okki Trianda (2018) EWOM ialah pernyataan
positif atau negatif yang dibuat pelanggan potensial, aktual atau mantan pelanggan
tentang suatu produk atau perusahaan, yang tersedia bagi banyak orang dan lembaga
melalui internet.
Jadi, EWOM adalah informasi dari mulut ke mulut dari konsumen yang sudah
menggunakan produk dari sebuah perusahaan, misalnya seperti review pada social
media atau secara langsung dari satu orang ke orang lain.

b. Dimensi EWOM
Goyette et al (2010:11) membagi e-WOM dalam empat dimensi, yaitu:
1. Intensitas
Intensitas adalah banyaknya pendapat yang ditulis oleh konsumen dalam sebuah
situs jejaring sosial.
Penelitian yang dilakukan oleh Goyette et al (2010), membagi indicator dari
intensitas sebagai berikut:
a) Frekuensi mengakses informasi dari situs jejaring sosial
2
b) Frekuensi interaksi dengan pengguna situs jejaring sosial
c) Banyaknya ulasan yang ditulis oleh pengguna situs jejaring sosial
2. Konten
Konten adalah isi informasi dari situs jejaring sosial berkaitan dengan produk dan
jasa. Indicator dari konten meliputi:
a) Informasi mengenai harga yang ditawarkan
b) Informasi mengenai keamanan transaksi dan situs jejaring internet yang
disediakan
3. Pendapat Positif
Pendapat positif adalah komentar positif konsumen mengenai produk, jas, dan
brand, meliputi:
a) Komentar positif dari pengguna sosial media
b) Rekomendasi dari pengguna sosial media
4. Pendapat Negatif
Pendapat negatif adalah komentar negatif konsumen mengenai produk, jasa, dan
brand meliputi:
a) Komentar negatif dari pengguna media sosial
b) Berbicara hal-hal yang negatif kepada orang lain dari pengguna media sosial

c. Indikator pada Electronic Word of Mouth (EWOM)


Indikator pada Electronic Word of Mouth (EWOM) menurut Ha (2004) adalah:
1. Membaca rekomendasi untuk membeli produk
2. Memposting komentar positif tentang online shop
3. Membaca ulasan positif tentang produk di online shop
4. Komunitas online mengirim rekomendasi online untuk membeli dari online
shop ini
5. Rekomendasi dan ulasan membuat lebih percaya diri dalam membeli produk
di online shop ini

d. Pengaruh Electronic Word of Mouth terhadap kepercayaan


Syarafuddin (2016) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa Electronic
2
Word of Mouth memiliki pengaruh yang signifikan dalam proses kepercayaan
konsumen dan menciptakan konsumen pada keinginan untuk membeli yang
berdampak pada keputusan pembelian yang dilakukan konsumen.
Haekal et al (2016) dalam penelitiannya EWOM terbukti memiliki pengaruh
signifikan terhadap kepercayaan. Hal ini berarti bahwa Electronic Word of Mouth
yang dilakukan oleh Erigostore telah mampu membantu konsumen untuk melakukan
interaksi untuk meingkatkan kepercayaan konsumen lain.
F. Budaya (X6)
a. Pengertian Budaya
Untuk memahami perilaku konsumen perlu untuk memahami istilah “budaya”
sebagai kunci yang mendasari dan fitur yang membedakan perilaku individu.
Menurut Karimov (2013) budaya (culture) didefinisikan sebagai tingkah laku, pola-
pola, keyakinan dan semua produk dari kelompok manusia tertentu yang diturunkan
dari generasi ke generasi.
Budaya adalah dimensi penting untuk menjelaskan perilaku dan konsumen telah
digunakan dalam penelitian sebelumnya untuk menjelaskan perilaku pembelian
konsumen untuk produk dan sebagian besar di pasar maju (Sarigollu : 2009). Budaya
telah didefinisikan sebagai program kolektif dari pikiran yang membedakan anggota
satu kelompok atau kategori orang-orang dari orang lain.
b. Dimensi Budaya
Kerangka budaya asli Hofstede terdiri dari empat dimensi: jarak kekuasaan,
induvidualisme / kolektivisme, maskulinitas / femininitas dan penghindaran
ketidakpastian (Hofstede, 1980). Dalam tinjauan selanjutnya dari penelitiannya
sendiri, spesialis ini memasukkan dimensi baru berlabel orientasi jangka Panjang vs
jangka pendek.
Pada akhirnya, pada 2010, Hofstede menambahkan diimensi keenam daan terakhir
yang dikenal sebagai indulgensi vs pengekangan.
Menurut Hofstede (2010) dimensi budaya terdiri dari enam yaitu :
1) Jarak Kekuatan
Mencerminkan ketidaksetaraan kekuasaan dan hubungan otoritas dan hierarki
dalam masyarakat. Ini mengungkapkan bagaimana anggota masyarakat
2
mengamati ketidaksetaraan kekuasaan dalam Lembaga dan organisasi.
2) Induvidualisme Vs Kolektivisme
Menjelaskan hubungan individu dari masing-masing budaya sehubungan dengan
kelompok mereka. Hubungan ini lebih mandiri dalam masyarakat individualistis
dan lebih Bersatu dalam masyarakat kolektivis.
3) Maskulinitas Vs Feminitas
Hofstede menganggap dimensi ini sebagai sejauh mana nilai terkait dengan peran
laki-laki menang atass orang- orang dari perempuan (misalnya kualitas hidup).
4) Penghindaran Ketidakpastian
Indikator hebat dari dimensi ini tercermin dari rendahnya toleransi terhadap
ketidakpastian dan masyarakat yang berorientasi pada aturan. Di sisi lain,
keengganan yang rendah terhadap risiko dikaitkan dengan masyarakat yang lebih
fleksibel dan terbuka.
5) Orientasi Jangka Panjang Vs Orientasi Jangka Pendek
Dimensi ini didasarkan pada konfrontasi dari orientasi jangka Panjang terkait
dengan budaya dinamis dan berorientasi masa depan dengan budaya jangka
pendek yang lebih statis dan tradisional.
6) Indulgengsi dari Pengekangan
Masyarakat yang sangat memanjakan memungkinkan kepuasan keinginan dan
menekankan kenyamanan. Di sisi lain, masyarakat restriktif mengatur dan
mengontrol kepuasan melalui norma-norma social yang ketat.
c. Budaya dan Teknologi
Elemen-elemen yang mengaitkan budaya dengan teknologi di satu negara
menurut Maryana (2018) adalah sebagai berikut :
1) Pengaruh keuangan dan social
2) Kepercayaan rendah dan informasi yang tidak memadai
3) Menunjukkan risiko dan ketidakpastian berdasarkan wawasan individu
4) Pendidikan dan partisiipasi dan faktor-faktor lain seperti ketidaktepatan atau tidak
dapat diaksesnya layanan
d. Indikator Budaya
Menurut Karimov (2013) terdiri dari beberapa indikator budaya yang
2
mempengaruhi minat konsumen untuk menggunakan teknologi seperti :
1) Keakraban masyarakat dengan teknologi.
Bagaimana kebiasaan dan karakter calon konsumen di suatu daerah dapat
menetukan dalaam pengguanaan teknologi pada kehidupan sehari-hari
2) Pelatihan dan Pengalaman
Didapat dengan cara mengikuti kursus atau dengan kegiatan yang pernah
dilakukan sendiri
3) Kepercayaan nilai pada sistem
Seberapa yakinnya konsumen untuk menggunakan manfaat pada system

G. Kepercayaan (Z)
a. Pengertian Kepercayaan
Menurut Mowen dan Minor (2002:324), kepercayaan konsumen adalah semua
pengetahuan yang dimiliki konsumen dan semua kesimpulan yang dibuat konsumen
tentang objek, atribut, dan manfaatnya. Sedangkan menurut McKnight et al (2002)
kepercayaan adalah hal penting yang membantu konsumen mengatasi ketidakpastian
dan persepsi risiko yang berhubungan dengan kepercayaan terhadap perilaku dengan
vendor berbasis web, seperti berbagi informasi pribadi atau melakukan pembelian
saat berinteraksi dengan vendor asing.
Sedangkan menurut Siagian adalah (2014), faktor kepercayaan merupakan
faktor kunci dari sekian banyak faktor transaksi jual beli pada toko online. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa kepercayaan konsumen dalam belanja online adalah
kecenderungan untuk melakukan tindakan tertentu dalam melakukan tindakan
tertentu dalam melakukan hubungan transaksi berdasarkan suatu keyakinan bahwa
orang yang dipercayainya tersebut akan memenuhi segala kewajibannya secara baik
sesuai yang diharapkan walaupun orang yang dipercayai dapat dengan mudah
merugikan konsumen.

b. Jenis-Jenis Kepercayaan Konsumen


Kepercayaan mewakili asosiasi yang konsumen bentuk diantara objek, atribut,
2
dan manfaat didasarkan atas proses pembelajaran kognitif. Menurut (Mowen dan
Minor, 2002:312), seseorang membentuk tiga jenis kepercayaan:
1) Kepercayaan Atribut-Objek
Kepercayaan atribut-objek merupakan pengetahuan tentang sebuah objek
yang memiliki atribut khusus. Kepercayaan ini menghubungkan sebuah atribut
dengan objek, seperti seseorang, barang atau jasa.
2) Kepercayaan Atribut-Manfaat
Kepercayaan atribut-manfaat merupakan persepsi konsumen tentang
seberapa jauh sebuah atribut tertentu menghasilkan atau memberikan manfaat
tententu.
3) Kepercayaan Objek-Manfaat
Kepercayaan objek-manfaat merupakan persepsi konsumen tentang
seberapa jauh orang, barang, atau jasa tertentu yang akan memberikan manfaat
tertentu.
Barnes (2003:149) mengemukakan bahwa, terdapat beberapa elemen
penting dari kepercayaan yaitu:
1) Kepercayaan merupakan perkembangan dari pengalaman dan tindakan masa
lalu.
2) Watak yang diharapkan dari Partner, seperti dapat dipercaya dan dihandalkan.
3) Kepercayaan melibatkan kesediaan untuk menempatkan diri dalam risiko.
4) Kepercayaan melibatkan perasaan aman dan yakin pada diri partner.
Barnes juga mengemukakan komponen-komponen kepercayaan dapat diberi
label sebagai berikut:
1) Dapat diprediksi, direfleksikan oleh pelanggan yang mengatakan bahwa mereka
berurusan dengan perusahaan tertentu karena “saya dapat mengharapkannya”.
2) Dapat diandalkan, merupakan hasil dari suatu hubungan yang berkembang
sampai pada titik dimana penekanan beralih dari perilaku tertentu kepada
kualitas individunya, bukan pada kualitas tertentu.
3) Keyakinan, direfleksikan dari perasaan aman dalam diri pelanggan bahwa
partner mereka dalam berhubungan akan “menjaga mereka”.
2

c. Indikator Kepercayaan
Kepercayaan merupakan sebuah proses yang dibangun antara pihak-pihak
yang sebelumnya belum saling mengenal baik dalam interaksi maupun proses
transaksinya. McKnight et al (2002) berpendapat bahwa, terdapat dimensi-dimensi
yang mengukr kepercayaan konsumen yaitu:
A. Trusting Belief
Trusting Belief adalah sejauh mana seseorang mempercayai dan merasa yakin
terhadap orang lain dalam sebuah situasi. Trusting belief merupakan persepsi
pihak yang mempercayai (konsumen) terhadap pihak yang dipercaya (vendor)
yang mana vendor memiliki karakteristik yang akan menguntungkan konsumen.
Selanjutnya, McKnight et al (2000) menyatakan bahwa terdapat beberapa
elemen yang membangun trusting belief antara lain:
1) Benevolence
Benevolence (niat baik) merupakan seberapa besar kepercayaan
seseorang (konsumen) kepada penjual untuk berperilaku baik kepada
konsumen. Benevolence juga berarti kesediaan vendor (penjual) untuk
melayani kepentingan konsumen.
2) Integrity
Integrity (integritas) adalah seberapa besar keyakinan seseoramg
(konsumen) terhadap kejujuran dari penjual untuk menjaga dan memenuhi
kesepakatan yang telah dibuat kepada konsumen.
3) Competence
Competence (kompetisi) adalah keyakinan seseorang (konsumen)
terhadap kemampuan penjual (vendor) untuk membantu konsumen dalam
melakukan sesuatu sesuai dengan yang dibutuhkan konsumen. Esensi dari
kompetisi adalah seberapa besar keberhasilan penjual untuk menghasilkan hal
yang diinginkan oleh konsumen.
A. Trusting Intention
Trusting Intention adalah hal yang disengaja dimana seseorang
2
(konsumen) siap untuk bergantung kepada orang lain (penjual) dalam sebuah
situasi, hal ini terjadi secara pribadi dan mengarah langsung kepda orang lain.
adapun elemen-elemen yang membangun trusting intention menurut McKnight
et al (2002) yaitu:
1) Willingness to depend
Willingness to depend adalah kesediaan konsumen untuk bergantung
kepada penjual berupa penerimaan risiko atau konsekuensi negative yang
mungkin terjadi.
2) Subjective Probability of Depending
Subjective probability of depending adalah kesediaan konsumen secara
subjektif berupa pemberian informasi pribadi kepada penjual, melakukan
transaksi, serta bersedia untuk mengikuti saran atau permintaan dari penjual.

d. Pengaruh Kepercayaan Terhadap Sikap Berbelanja Online


Menurut Engel et al, 1998 (dalam akbar dan Majid, 2017), kepercayaan
berhubungan dengan sikap karena dua alasan : pertama, hal ini dapat mempengaruhi
hubungan diantara sikap dan perilaku. Sikap yang dipegang dengan penuh
kepercayaan biasanya akan jauh lebih diandalkan untuk membimbing perilaku. Bila
kepercayaan rendah, konsumen mungkin tidak merasa nyaman dengan bertindak
berdasarkan sikap mereka yang sudah ada. Sebagai gantinya, mereka mungkin
mencari informasi tambahan sebelum mengikatkan diri mereka. Kedua, kepercayaan
dapat mempengaruhi kerentaan sikap terhadap perubahan. Sikap akan menjadi peduli
terhadap perubahan bila dipegang dengan kepercayaan yang lebih besar. Satu lagi.
Sifat penting dari sikap adalah bahwa sikap bersifat dinamis ketimbang statis.
Maksudnya, banyak sikap akan berubahan bersama waktu. Sifat dinamis dari sikap
sebagian besar bertanggung jawab atas perubahan di dalam gaya hidup konsumen.
Sehingga semakin tinggi tingkat kepercayaan konsumn terhadap suatu toko Online,
maka akan semakin positif sikap konsumen terhadap toko online maka akan
meningkatkanya kepercayaan konsumen dan merekomendasikannya pada konsumen
lain.
Sedangkan menurut Akroush (2015), Kepercayaan secara langsung dari positif
2
mempengaruhi sikap terhadap berbelanja online. Sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Al-Debei, et al (2015), dimana hasil penelitian menyatakan bahwa
kepercayaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap sikap berbelanja Online.

H. Keputusan Pembelian
a. Pengertian Keputusan Pembelian
Menurut Kotler dan Keller (2009:188) “Keputusan pembelian yaitu tahap
evaluasi, konsumen membentuk prefensi atas merek dalam kumpulan pilihan.”
Keputusan pembelian adalah bagian dari perilaku konsumen yang merupakan suatu
proses penyeleksian dari beberapa alternatif yang ada.
Menurut Peter dan Olson dalam Andhanu, dkk (2014) menyatakan bahwa,
“keputusan pembelian merupakan proses terintegrasi yang dilakukan untuk
mengkombinasikan pengetahuan guna mengevaluasi dua atau lebih alternatif dan
memilih salah satu diantaranya.”
Menurut Nugroho (2003: 332) inti dari pengambilan keputusan konsumen
(consumer decision making) adalah proses perintegrasian yang mengkombinasikan
pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif, dan memilih salah
satu diantaranya. Sedangkan menurut Fandi (2008:19) menyatakan “Pengambilan
keputusan merupakan suatu proses yang mendahului tindakan-tindakan individu yang
secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh, menggunakan, menentukan produk,
dan jasa yang digunakan.”
Sehingga dapat disimpulkan bahwa keputusan pembelian merupakan proses
pengevaluasian kumpulan pilihan oleh konsumen dengan memilih dua atau lebih
alternatif dan memilih salah satu diantaranya, dalam usaha memperoleh, menggunakan
dan menentukan produk yang dipilih.

b. Model Keputusan Pembelian


Kotler (2005:223) menyatakan bahwa Konsumen melewati 5 tahapan ketika
akan mengambil keputusan pembelian, yaitu: need recognition, information search,
evalution of alternatives, purchase and post-purchase behaviour.

2
Need Informa Evalutio Post-
Recogni tion n of Purchas purchase
tion search alternati e behaviou
ves r

Gambar 2.1 Kotler’s Buyer Decision Process


Sumber : Kotler (2005)
1) Need Recognition
Membutuhkan pengenalan adalah tahap pertama dari proses
pengambilan keputusan konsumen dan dapat dijelaskan sebagai “hasil dari
ketidakseimbangan antara kebutuhan aktual dan yang diinginkan” (Lambet al,
2011, p.190)
2) Information Search
Tahap kedua dari proses pengambilan keputusan konsumen berkaitan
dengan pencarian informasi. Setelah kebutuhan diakui oleh seorang pelanggan
perspektif, ia akan mencari informasi tentang cara yang tersedia untuk
memenuhi kebutuhan. Hal ini penting untuk menekankan bahwa “sejauh mana
kebutuhan konsumen untuk mencari informasi tergantung pada tingkat
informasi saat ini dan nilai yang dirasakan dari informasi tambahan”
(Pradhan, 2009, p.123)
3) Evalution of Alternatives
Selama tahap ketiga dan pengambilan keputusan konsumen pelanggan
perspektif proses yang terlibat dalam evaluasi alternatif. Dengan kata lain,
selama tahap ini “konsumen mempertimbangkan kepentingan relatif dari
setiap atribut dari bauran produk-layanan” (Reid dan Bojanic 2009, hal 39)
Mempengaruhi perilaku pelanggan pada tahap proses pengambilan
keputusan sangat penting untuk pengecer dalam hal meningkatkan tingkat
mereka dari daya tarik dan retensi pelanggan. Dengan demikian, pengecer
berusaha untuk menarik pelanggan dengan tepi kompetitif mereka yang
biasanya didasarkan pada satu atau lebih elemen bauran pemasaran.
3
4) Purchase
Melakukan pembelian sesuai dengan tahap keempat dari proses
pengambilan keputusan pelanggan. Faktor bermain peran penting pada pilihan
pengecer untuk melakukan pembelian dari pada tahap ini meliputi tingkat
kepuasan dari pengalaman masa lalu belanja, kebijakan pengambilan produk,
toko suasana dan intensitas tekanan waktu terkait dengan pembelian.
Selain itu, telah dinyatakan bahwa “jika perlu tidak besar dan solusi
teman konsumen tidak cukup diinginkan untuk memotivasi pembelian,
konsumen mungkin menunda pembelian sampai kesempatan memuaskan
hadiah itu sendiri” (Lake, 2009, hal 29)
5) Post-Purchase Behaviour
Tahap terakhir dari proses pengambilan keputusan pelanggan melibatkan
perilaku pembelian pasca pelanggan. Tak perlu dikatakan lagi bahwa “fase
pasca-pembelian proses pengambilan keputusan sangat penting bagi pemasar
untuk memastikan bahwa konsumen merasa puas setelah pembelian”
(Ramesh, 2008, p.3). Tingkat kepuasan atau ketidakpuasan terkait dengan
pengalaman belanja nilai pelanggan persepsi merek tertentu dan sifat mereka
ulangi - perilaku pembelian.

c. Jenis-Jenis Perilaku Keputusan Pembelian


Menurut Nugroho (2003:177-179), tipe perilaku pembelian konsumen
berdasakan tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat perbedaan diantara merek
dibagi atas empat, yaitu:
1) Perilaku Pembelian Kompleks
Konsumen melakukan perilaku pembelian kompleks (complex buying
behaviour) ketika mereka sangat terlibat dalam pembelian dan merasa ada
perbedaan yang signifikan antar merek.
2) Perilaku Pembelian Pengurangan Disonansi
Perilaku pembelian pengurangan disonansi (dissonance-reducing buying
behaviour) terjadi ketika konsumen sangat terlibat dalam pembelian yang
mahal, jarang dilakukan atau beresiko, tetapi hanya melihat sedikit perbedaan
3
antar merek.
3) Perilaku Pembelian Kebiasaan
Perilaku pembelian kebiasaan (habitual buying behaviour) terjadi dalam
keadaan keterlibatan konsumen yang rendah dan sedikit perbedaan merek
4) Perilaku Pembelian Mencari Keberagaman
Konsumen melakukan perilaku pembelian mencari keragaman
(varietyseeking buying behaviour) dalam situasi yang mempunyai karakter
keterlibatan konsumen rendah tetapi anggapan perbedaan merek yang
signifikan.

1. Online Shopping
a. Pengertian Online Shopping
Haubl dan Trifts (2000) mendefinisikan Online Shopping sebagai
pertukaran/aktivitas jual-beli yang dilakukan seorang konsumen melalui alat
penghubung computer sebagai dasarnya, dimana komputer konsumen terhubung
dengan internet dan bisa berinteraksi dengan retailer atau toko maya yang menjual
produk atau jasa melalui jaringan. Secara umum, online shopping adalah
pembelian produk atau jasa melalui media internet.

b. Pengaruh Kepercayaan dan Keamanan terhadap Keputusan Pembelian


Online
a) Pengaruh Kepercayaan terhadap Keputusan Pembelian Online
Mowen dan Minor (2002:323) menjelaskan bahwa kepercayaan konsumen
berhubungan dengan perspektif pengambilan keputusan dimana pertama-tama
konsumen membentuk kepercayaan terhadap sebuah produk, kemudian
mengembangkan sikap terhadapnya dan membelinya.
Kepercayaan mempunyai pengaruh besar terhadap keputusan pembelian
Online sebagai landasan persepsi konsumen terhadap reputasi online shop di
Instagram jika online shop berkaitan mempunyai reputasi positif yang aman
dari tipuan dan terpercaya maka akan meningkatkan pembelian sebaliknya
3
online shop yang terkenal dengan reputasi buruk seperti penipuan maka
tingkat pembeliannya akan sangat rendah. Pernyataan tersebut sesuai dengan
pernyataan Lim (2003), jika rasa aman konsumen pada toko online rendah,
tingkat pembelian secara online akan menurun.

b) Pengaruh Keamanan terhadap Keputusan Pembelian Online


Keamanan memiliki pengaruh kuat terhadap keputusan pembelian,
sebagaimana pendapat Park dan Kim (2006) mendefinisikan security atau
keamanan sebagai kemampuan toko online dalam melakukan pengontrolan
dan penjagaan keamanan atas transaksi data konsumen. Lebih lanjut beliau
mengatakan bahwa jaminan keamanan berperan penting dalam pembentukan
kepercayaan dengan mengurangi perhatian konsumen tentang penyalahgunaan
data pribadi dan transaksi data. Ketika jaminan keamanan diperoleh dan
sesuai dengan apa yang diharapkan konsumen, maka konsumen akan bersedia
membuka informasi pribadinya kepada penjual dan akan membeli dengan rasa
aman.
Keamanan merupakan salah satu masalah penting yang dihadapi pengguna
sistem e-commerce. Kejahatan dalam e-commerce berjumlah sangat besar
serta memiliki bentuk yang beragam karena beberapa alasan. Pertama,
identitas individu, atau organisasi dalam dunia internet mudah untuk
dipalsukan, tetapi sulit dibuktikan secara hukum (Jarvenpaa dan Grazioly,
1999). Kedua, tidak membutuhkan sumber daya ekonomi yang besar untuk
melakukan kejahatan dalam internet. Ketiga, internet menyediakan akses yang
luas pada pengguna yang potensial menjadi korban. Keempat, kejahatan
dalam internet pelakunya tidak dapat dikenal dan secara yuridis sulit mengejar
pelaku. Dalam penelitiannya terkait minat pembelian online pada suatu
layanan e-commerce, Chiu et al (2004) memasukkan konstruk kesadaran
personal akan pentingnya keamanan untuk menguji pengaruh terhadap minat
penggunaan e-commerce. Dengan menggunakan Technology Acceptance
Model (TAM) yang dimodifiksi, hasil penelitian menunjukkan bahwa
kesadaran personal akan keamanan berpengaruh signifikan terhadap minat
3
menggunakan e-commerce.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Dalam suatu penelitian seorang peneliti harus menggunakan jenis penelitian yang

tepat. Hal ini dimaksud agar peneliti dapat memperoleh gambaran yang jelas mengenai

masalah yang dihadapi serta langkah-langkah yang digunakan dalam mengatasi

masalah tersebut.

Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif. Penelitian

kuantitatif adalah suatu jenis penelitian yang pada dasarnya menggunakan pendekatan

deduktif-induktif. Pendekatan ini berangkat dari suatu kerangka teori, gagasan para

ahli, maupun pemahaman peneliti berdasarkan pengalamannya, kemudian

dikembangkan menjadi permasalahan-permasalahan beserta pemecahannya yang

diajukan untuk memperoleh pembenaran (verifikasi) atau penilaian dalam bentuk

dukungan data empiris di lapangan.

B. Populasi, Sampling dan Sample Penelitian


1. Populasi
Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup
dan waktu yang kita tentukan. Populasi menurut Joko Subagyo adalah obyek
penelitian sebagai sasaran untuk mendapatkan dan mengumpulkan data.Adapun
populasi dalam penelitian ini adalah belanja online dan offline.

2. Sampling 3
Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel yang digunakan oleh

peneliti jika peneliti memiliki pertimbangan-pertimbangan tertentu didalam

pengambilan sampelnya. Adapun sampling yang kami ambil berdasarkan kategori

usia yaitu responden usia yang > 28 tahun dan < 28 tahun , pendidikan > sarjana

dan< sarjana, yang bekerja serta yang tidak bekerja. Peneliti menggunakan teknik
pemilihan sampel purposive sampling. Teknik ini dipilih dengan tujuan sampel

yang diambil dapat mewakili karakteristik populasi yang diinginkan

3. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel dalam

penelitian ini adalah masyarakat kota padang.

C. Sumber Data, Variabel dan Skala Pengukuran

1. Sumber Data

Sumber data adalah subjek darimana data dapat diperoleh. Sumber data

penelitian dapat bersumber dari data primer dan data sekunder.

a. Data primer

Sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Sumber

data primer dalam penelitian ini adalah kuisioner yang di berikan kepada

responden

b. Data sekunder

Sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Sumber

data sekunder dalam penelitian ini adalah tidak ada.

2. Variabel Penelitian

Variabel penelitian
3 adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian

suatu penelitian. Menurut Suryabrata, variabel adalah segala sesuatu yang akan

menjadi obyek pengamatan penelitian, sering pula dinyatakan variabel penelitian

sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa yang akan diteliti.

Variabel yang dipergunakan yaitu: harga, produk, kemudahan transaksi, keamanan

transasi, e-wom, budaya, kepercayaan, dan keputusan pembelian.

D. Teknik dan Analisis Pengumpulan Data


1. Teknik Pengumpulan Data

 Metode Angket (Kuesioner)

Metode angket atau kuesioner adalah suatu daftar yang berisikan

rangkaian pertanyaan mengenai sesuatu masalah atau bidang yang akan

diteliti. Untuk memperoleh data, angket disebarkan kepada responden

(orang-orang yang menjawab atas pertanyaan yg diajukan untuk kepentingan

penelitian), terutama pada penelitian survei. Dalam hal ini penulis membuat

pertanyaan-pertanyaan tertulis kemudian dijawab oleh responden/sampling.

Dan bentuk angketnya adalah angket tertutup, yaitu angket yang soal-soalnya

menggunakan teknik pilihan ganda atau sudah ada pilihan jawaban, sehingga

responden tinggal memilih jawaban yang dikehendaki.

BAB IV

HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian

1. Analisis Deskriptif Karakteristik Responden

a. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Untuk karakteristik responden berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel


nomor 1, yaitu:

Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

No. Umur Jumlah Persentase


1 <28 tahun 120 orang 50%
2 >28 tahun 120 orang 50%
Total 240 orang 100%
Sumber: data primer diolah (2019)

Berdasarkan tabel 1 dapat disimpulkan bahwa untuk karakteristik


responden berdasarkan umur, responden yang berumur < 28 tahun sebanyak 120
orang dengan persentase 50% sedangkan responden yang berumur > 28 tahun
sebanyak 120 orang dengan persentase 50%.

b. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel

2, yaitu:

3
Tabel 2. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase


1 Pria 82 orang 34.20%
2 Wanita 158 orang 65.80%
Tota
240 orang 100%
l
Sumber: data primer diolah (2019)
Berdasarkan tabel 2 dapat disimpulkan bahwa untuk karakteristik
responden berdasarkan jenis kelamin, responden didominai oleh jenis kelamin
wanita sebanyak 158 orang dengan persentase 65.8% sedangkan responden jenis
kelamin pria sebanyak 82 orang dengan persentase 34.2%.

c. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan


Berdasarkan kuesioner yang telah dikumpulkan maka diperoleh data
tentang pendidikan responden. Data tentang responden berdasarkan pendidikan
ini tersusun dalam tabel 3 berikut ini.

Tabel 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

No. Pendidikan Jumlah Persentase


1 SD 2 orang 8%
2 SMA 122 orang 50.80%
3 D1 8 orang 3.30%
4 D2 1 orang 4%
5 D3 3 orang 1.20%
6 S1 95 orang 39.20%
7 S2 8 orang 3.30%
8 S3 1 orang 4%
Total 240 orang 100%
Sumber: data primer diolah (2019)

Berdasarkan tabel 3 dapat disimpulkan bahwa proporsi terbesar berada


pada pendidikan SMA 122 orang sebesar 50.8 sedangkan proporsi terendah
3
berada pada pendidikan D2 dan S3 1 orang sebesar 4%.

d. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan


Berdasarkan kuesioner yang dikumpulkan maka diperolehdata tentang
pekerjaan responden. Data tentang responden berdasarkan pekerjaan ini tersusun
dalam tabel 4 berikut ini:
Tabel 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

No Pekerjaan Jumlah Persentase


1 Mahasiswa 123 orang 51.20%
2 IRT 2 orang 8%
3 Dosen 5 orang 2.10%
Karyawan
4 60 orang 25%
Swasta
5 PNS 23 orang 9.60%
6 Dll 27 orang 11.20%
Total 240 orang 100%
Sumber: Data Primer Diolah (2019)

Berdasarkan Tabel 4 dapat disimpulkan bahwa jumlah responden


mayoritasnya adalah memiliki pekerjaan mahasiswa sebanyak 123 orang dengan
persentase 51.20%, sedangkan minoritasnya adalah responden yang memiliki
pekerjaan sebagai Ibu Rumah Tangga sebanyak 2 orang dengan persentase 8%.
e. Karakteristik Responden Berdasarkan Frekuensi Belanja
Berdasarkan kuesioner yang dikumpulkan maka diperoleh data tentang
frekuensi belanja secara offline dan online responden. Data tentang responden
berdasarkan pekerjaan ini tersusun dalam tabel 5 berikut ini:
Tabel 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Frekuensi Belanja

Frekuensi belanja
No online secara offline Jumlah Persentase
dan online
1 Hanya 1 kali 23 orang 9.60%
2 2-5 kali 79 orang 32.90%
3 > 5-10 kali 57 orang 23.80%
4 >10 kali 81 orang 33.80%
3
Total 240 orang 100%
Sumber : Data Primer Diolah (2019)

Berdasarkan Tabel 5 disimpulkan bahwa mayoritas responden sebesar


33.80% telah melakukan belanja secara offline dan online > 10 kali sedangkan
yang minoritas responden sebesar 9.60 % telah melakukan belanja secara offline
dan online 1 kali.
f. Karakteristik Responden Berdasarkan Produk
Berdasarkan kuesioner yang dikumpulkan maka diperoleh data mengenai
produk yang pernah dibeli oleh reponden. Berikut data tentang poduk yang
pernah dibeli responden yang tersusun dalam tabel 6 berikut ini:
Tabel 6. Karakteristik Responden Berdasarkan Produk

No Produk Jumlah
1 Fashion 203 orang
2 Kosmetik 50 orang
3 Elektronik 26 orang
4 Acessoris 11 orang
5 Dll 28 orang
Total 318
Sumber: Data Primer Diolah(2019)
Berdasarkan tabel 6 dapat disimpulkan bahwa dalam belanja online,
konsumen lebih banyak membeli jenis produk fashion yaitu sebanyak 203 orang.
g. Karakteristik Responden Berdasarkan Situs Belanja Online
Berdasarkan kuesioner yang dikumpulkan maka diperoleh data mengenai
situs belanja online yang pernah dipakai oleh reponden. Berikut data tentang situs
belanja online responden yang tersusun dalam tabel 7 berikut ini:
Tabel 7. Karakteristik Responden Berdasarkan Situs Belanja Online

No Situs Belanja Online Jumlah


1 4 Perusahaan Online 297 Orang
2 Media Sosial 209 Orang
3 Situs Jual Beli 20 Orang
4 Dll 19 Oranv
Total 545 Orang
Sumber: Data Primer Diolah (2019)
Berdasarkan tabel 7 dapat disimpulkan bahwa konsumen cenderung
mengakses situs belanja online berupa perusahaan online sebesar 297 orang
responden.

B. Deskripsi Variabel Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang menjadi
pertimbangan konsumen dalam mempengaruhi keputusan pembelian di kota Padang.
Deskripsi masing-masing variabel dapat dilihat dari penjelasan berikut ini:

1. Harga

Variabel harga terdiri dari 7 pernyataan untuk lebih mengetahuinya dapat dilihat
dari tabel 8 berikut ini:

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Variabel Harga

No Indikator Sub indikator Skor Rata- TCR Kriteria


Total Rata
1 Katalog harga produk online jelas 1009 4.20 84 Sangat
ditampilkan dan mudah dimengerti Baik
konsumen dibandingkan di toko offline
2 Potongan harga yang diberikan toko online 1032 4.30 86 Sangat
mempengaruhi keputusan pembelian Baik
konsumen untuk belanja secara online
dibandingkan potongan harga di toko
4
offline
3 Banyaknya promosi yang dilakukan oleh 1029 4.29 86 Sangat
toko online seperti potongan harga pada Baik
hari tertentu, beli 1 gratis 1, cuci gudang
dan lainnya menjadi daya tarik untuk
berbelanja secara online dibandingkan
promosi di toko offline
4 Harga produk di toko online lebih murah 953 3.97 79 Baik
dibandingkan di toko offline
5 Ketika berbelanja online konsumen dapat 978 4.08 82 Sangat
menyesuaikan pilihan harga produk dengan Baik
pendapatan masing-masing dibandingkan
dengan toko offline
6 Konsumen sangat mudah melakukan 1001 4.17 83 Sangat
perbandingan harga dari toko online Baik
terhadap toko online lainnya dibandingkan
dengan toko offline
7 Mendapatkan besaran diskon di toko online 977 4.07 81 Sangat
dibandingkan toko offline Baik
Jumlah 6979 29.08 581
Rata-rata 997 4.15 83
Sumber: Data Primer Diolah (2019)

Berdasarkan tabel 8 dapat disimpulkan bahwa rata-rata skor untuk harga adalah
sebesar 4.15 dengan pencapaian 83% yang berada dalam kriteria sangat baik, hal ini
memperlihatkan bahwa harga pada toko online lebih baik daripada harga toko offline, di
toko online konsumen lebih sering mendapatkan diskon dan sejenisnya setiap hari sesuai
dengan strategi toko online tersebut.

Dari ketujuh indicator pada variabel harga ini, yang memiliki nilai tertinggi
adalah indicator pengaruh potongan harga di toko online terhadap keputusan pembelian
konsumen yaitu sebesar
4 4.30 dengan pencapaian 86% yang berada pada kriteria sangat
baik. Artinya, potongan harga yang diberikan toko online kepada konsumen sangat lebih
murah dibandingkan dengan potongan harga yang ditawarkan toko offline, terkadang
relatif kecil dan singkat masa potongan harganya. Sedangkan indikator yang memiliki
nilai terendah adalah indikator jangkauan harga toko online dan toko offline yaitu sebesar
3.97% dengan pencapaian 79% yang berada pada kriteria baik, dimana harga di toko
online lebih murah dibandingkan dengan harga di toko offline.

2. Produk
Variabel harga terdiri dari 6 pernyataan untuk lebih mengetahuinya dapat dilihat
dari tabel 9 berikut ini:
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Variabel Produk

No Indikator sub indikator Skor Rata- TCR Kriteria


total rata
1 Banyaknya pilihan produk yang dijual toko 1035 4.31 86 Sangat
online daripada toko offline yang Baik
memudahkan konsumen dalam mencari
produk sesuai yang diinginkan
2 Produk yang dijual toko online memiliki 789 3.29 66 Baik
kualitas yang lebih baik dari pada toko
offline
3 Kemudahan untuk mendapatkan produk 961 4.00 80 Baik
secara online dibandingkan toko offline
untuk semua jenis produk
4 Kemasan produk online lebih menjamin 815 3.40 68 Baik
keamanan produk dibandingkan produk
offline
5 Ketersediaan merek di online lebih lengkap 952 3.97 79 Baik
dibandingkan dengan offline
6 Informasi produk yang disajikan di situs 986 4.11 82 Sangat
toko online up to date dibandingkan Baik
4
dengan toko offline
Jumlah 5538 23.075 461
Rata- rata 923 3.85 77
Sumber: Data Primer Diolah (2019)

Berdasarkan tabel 9 dapat disimpulkan bahwa rata-rata skor untuk variabel


produk adalah sebesar 3.85 dengan pencapaian 77% yang berada dalam kriteria baik, hal
ini memperlihatkan bahwa produk yang disediakan di toko online lebih banyak
pilihannya dan kualitas produk bisa dilihat dari review konsumen lainnya serta jangkauan
untuk mendapatkan produk tersebut lebih mudah dibandingkan di toko online sehingga
konsumen tidak harus mengeluarkan tenaga untuk mendapat produk yang diinginkan,

Dari keenam indikator pada variabel harga ini, yang memiliki nilai tertinggi
adalah indicator pilihan produk yang bervariasi di toko online yaitu sebesar 4.31 dengan
pencapaian 86% yang berada pada kriteria sangat baik. Artinya, konsumen akan sangat
banyak referensi jenis produk jika berbelanja di toko online karena produk yang
ditawarkan di toko online sangat banyak daripada di toko offline. Sedangkan indikator
yang memiliki nilai terendah adalah indikator kualitas produk di toko online yaitu sebesar
3.29 dengan pencapaian 66% yang berada pada kriteria baik. Artinya, untuk kualitas
produk di toko online ini masih ada yang tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh
konsumen. Sedangkan jika di toko offline, konsumen bebas untuk memeriksa kualitas
barang yang sesuai dengan keinginan konsumen.

3. Kemudahan Transaksi
Variabel kemudahan transaksi terdiri dari 8 pernyataan untuk lebih
mengetahuinya dapat dilihat dari tabel 10 berikut ini:

Tabel 10. Distribusi Frekuensi Variabel Kemudahan Transaksi

No Indikator sub indkator Skor Rata- TCR Kriteria


Total rata
1 Toko online memiliki respon yang cepat 844 3.52 70 Baik
ketika melayani pembelinya dibandingan
respon penjual4di toko offline
2 Toko online selalu menerima pemesanan 949 3.95 79 Baik
produk dari konsumen selama 24 jam,
berbeda halnya dengan toko offline yang
jam bukanya terbatas.
3 Proses belanja online yang mudah tanpa 1034 4.31 86 Sangat
harus pergi ke luar rumah dibandingkan Baik
dengan toko offline
4 Belanja online bisa dilakukan oleh siapa 1055 4.40 88 Sangat
saja, dimana saja dan kapan saja Baik
dibandingan dengan toko offline
5 Variasi cara pembayaran di toko online 1033 4.30 86 Sangat
lebih banyak dibandingkan dengan toko Baik
offline
6 Dengan berbelanja online saya mudah 1025 4.27 85 Sangat
dapat mencari produk walau belum tentu Baik
membelinya
7 Saya bisa dengan bebas mengakses situs 1024 4.27 85 Sangat
toko online daripada di toko offline yang
Bik
terkadang segan terhadap penjual
8 Instruksi disitus berbelanja online jelas dan 936 3.9 78 Baik
dapat dimengerti darpada di toko offline
Jumlah 7,900 32.92 658
Rata-rata 985.50 4.11 82
Sumber: Data Primer Diolah (2019)

Berdasarkan tabel 10 dapat disimpulkan bahwa rata-rata skor untuk kemudahan


transaksi adalah sebesar 4.11 dengan pencapaian 82% yang berada dalam kriteria sangat
baik, hal ini memperlihatkan bahwa dalam proses transaksi, toko online memberikan
kemudahan untuk konsumen dalam melakukan transaksi tanpa harus keluar rumah
konsumen bisa mengirim uang melalui m-banking.

Dari delapan indikator pada variabel kemudahan transaksi ini, yang memiliki
nilai tertinggi adalah 4indikator belanja online bisa dilakukan oleh siapa saja, dimana saja
dan kapan saja dibandingan dengan toko offline yaitu sebesar 4.40 dengan pencapaian
88% yang berada pada kriteria sangat baik. Artinya, tidak ada batasan baik itu umur,
jarak dan faktor lainnya dalam belanja online. Semua kalangan bisa berbelanja online.
Sedangkan indikator yang memiliki nilai terendah adalah indikator respon penjual
terhadap pembeli yaitu sebesar 3.52 dengan pencapaian 70% yang berada pada kriteria
baik. Artinya, masih banyak toko online yang merespon konsumen dengan waktu yang
lama dibandingkan dengan toko offline. Respon penjual di toko offline tidak memerlukan
waktu yang lama untuk mengetahui apa yang kita butuhkan.
4. Keamanan Transaksi
Variabel keamanan transaksi terdiri dari 6 pernyataan untuk lebih mengetahuinya
dapat dilihat dari tabel 11 berikut ini:

Tabel 11. Distribusi Frekuensi Variabel Keamanan Transaksi

No Indikator sub indikator Skor Rata- TCR Kriteria


Total rata

1 Garansi pembelian produk online lebih 844 3.52 70 Baik


memberikan jaminan dibandingkan dengan
pembelian produk offline
2 Toko online menjamin kerahasiaan data 874 3.64 73 Baik
pribadi konsumen dibandingan dengan toko
offline
3 Semua toko online menjamin produk yang 834 3.48 70 Baik
sudah dibeli sampai ke tangan konsumen
untuk menghindari penipuan toko
dibandingan dengan toko offline
4 Semua toko online memberikan rasa aman 853 3.55 71 Baik
semua kepada setiap konsumen sehingga
konsumen tidak ragu dalam belanja online
5 Kebanyakan kasus penipuan online 537 2.24 45 Netral
membuat saya takut belanja online
4
dibandingkan dengan offline
6 Saya tidak akan berbelanja online jika akses 539 2.25 45 Netral
ke situs e-commerce lambat dan saya akan
belanja di toko offline
Jumlah 4,481 18.67 373
Rata-rata 746.83 3.11 62
Sumber: Data Primer Diolah (2019)

Berdasarkan tabel 11 dapat disimpulkan bahwa rata-rata skor untuk keamanan


transaksi adalah sebesar 3.11 dengan pencapaian 62% yang berada dalam kriteria baik,
hal ini memperlihatkan bahwa keamanan dalam melakukan transaksi telah aman karena
dalam kriteria yang tidak terlalu buruk sehingga harus lebih ditingkatkan lagi ke tahap
kriteria yang sangat baik.

Dari keenam indikator pada variabel keamanan transaksi ini, yang memiliki nilai
tertinggi adalah indicator jaminan toko online yang dapat menjaga kerahasiaan data
pribadi konsumen yaitu sebesar 3.64 dengan pencapaian 73% yang berada pada kriteria
baik. Artinya, untuk data pribadi konsumen seperti nomor telepon dan alamat rumah yang
digunakan toko online dalam pengiriman barang lebih terjaga kerahasiaannya. Sedangkan
indikator yang memiliki nilai terendah adalah indikator kasus penipuan di toko online dan
akses e-commerce lambat yaitu sebesar 2.25 dengan pencapaian 45% yang berada pada
kriteria netral. Artinya, semakin banyak kasus penipuan belanja online, semakin banyak
pula responden yang takut untuk melakukan pembelian di toko online serta akses jaringan
yang menjadi salah satu faktor responden untuk malas melakukan pembelian secara
online.

5. E-WOM
Variabel e-wom terdiri dari 6 pernyataan untuk lebih mengetahuinya dapat
dilihat dari tabel 12 berikut ini:

Tabel 12. Distribusi Frekuensi Variabel E-WOM

No Indikator sub indikator Skor Rata- TCR Kriteria


Total rata
4
1 Saya berbelanja online karena terpengaruh 925 3.85 77 Baik
komen dari toko online dibandingkan secara
langsung
2 Saya melakukan pembelian online atas 901 3.75 75 Baik
rekomendasi dari teman.
3 Saya melakukan pembelian online atas 839 3.50 70 Baik
rekomendasi dari keluarga.
4 Saya memutuskan berbelanja online karena 895 3.75 75 Baik
saya tahu bahwa teman saya tidak
menghadapi kendala dalam berbelanja
online.dibandingkan dengan berbelanja
offline
5 Saya sering mengumpulkan informasi 993 4.04 81 Sangat
review produk dari konsumen secara online Baik
sebelum saya membeli produk
dibandingkan dengan secara offline
6 Saya sering berkonsultasi pada forum secara 878 3.66 73 Baik
online untuk membantu memilih produk /
merek yang tepat untuk dibeli dibandingkan
secara offline
Jumlah 5,431 22.53 451
Rata-rata 905.17 3.75 75
Sumber: Data Primer Diolah (2019)

Berdasarkan tabel 12 dapat disimpulkan bahwa rata-rata skor untuk E-WOM


adalah sebesar 3.75 dengan pencapaian 75% yang berada dalam kriteria baik, hal ini
memperlihatkan bahwa pengaruh seseorang dalam mengambil keputusan pembelian
sangat penting bagi konsumen sebelum melakukan pembelian suatu produk, baik di toko
online maupun di toko offline.

Dari keenam indikator pada variabel E-WOM ini, yang memiliki nilai tertinggi
adalah indicator pengumpulan informasi tentang review dari konsumen lain terhadap
suatu produk yang akan
4 dibeli konsumen yaitu sebesar 4.04 dengan pencapaian 81% yang
berada pada kriteria sangat baik. Artinya, konsumen sering sekali sebelum membeli
produk di toko online, konsumen akan sangat memperhatikan review ataupun komentar
dari konsumen lain guna untuk meyakinkan diri konsumen bahwa produk yang akan
dipilihnya itu tidak salah baik dari segi kualitas maupun harga. Sedangkan indikator yang
memiliki nilai terendah adalah indikator melakukan pembelian online atas rekomendasi
dari keluarga yaitu sebesar 3.50 dengan pencapaian 70% yang berada pada kriteria baik.
Artinya, konsumen sangat berhati-hati sekali dalam membeli suatu produk, tidak mudah
percaya hanya dengan komentar di toko online tapi ingin melihat langsung kualitas
barangnya seperti apa. Karena jika sudah rekomendasi dari keluarga, produk tersebut
sudah diyakini konsumen bahwa kualitas yang terdapat pada produk itu juga sangat
bagus.

6. Budaya
Variabel budaya terdiri dari 11 pernyataan untuk lebih mengetahuinya dapat
dilihat dari tabel 13 berikut ini:
Tabel 13. Deskriptif Frekuensi Variabel Budaya

No Indikator sub indikator Skor Rata- TCR Kriteria


Total rata
1 Gaya hidup modern mempengaruhi saya 915 3.81 76 Baik
dalam melakukan pembelian secara online
dibandingan secara offline
2 Perkembangan dan kemajuan budaya 966 4.03 81 Sangat
mempengaruhi saya dalam melakukan Baik
pembelian secara Online dibandingkan
secara offline
3 Pelayanan yang diberikan online 915 3.81 76 Baik
mempengaruhi saya dalam melakukan
pembelian secara online dibandingkan
secara offline
4 Saya terbiasa membeli barang online karena 920 3.83 77 Baik
tidak perlu melakukan antri dibandingkan
secara offline 4
5 Saya lebih suka berbelanja saat ada promo- 982 4.09 82 Sangat
promo hari besar saat belanja online Baik
dibandingkan secara offline
6 Saya lebih suka berbelanja saat awal bulan 869 3.62 72 Baik
secara online dibandingkan secara offline
7 Saya membandingkan dahulu produk di 944 3.93 79 Baik
toko offline dengan review produk di toko
online
8 Saya memiliki rasa bangga ketika 730 3.04 61 Baik
menggunakan produk mahal yang dibeli
secara online dibandingkan dengan offline
9 Saya memiliki rasa untuk memperhatikan 819 3.41 68 Baik
aspek gaya atau status sosial dalam
memutuskan pembelian sebuah produk
secara online
10 Saya memiliki rasa percaya diri saat 790 3.29 66 Baik
menggunakan barang yang bermerk mahal
yang ada di toko online
11 Saya mengikuti trend terbaru dalam 828 3.45 69 Baik
penampilan agar terlihat up to date,stylish
dan fashionable di toko online
dibandingkan secara offline
Jumlah 9,678 40.33 807
Rata-rata 879.82 3.67 73
Sumber: Data Primer Diolah (2019)

Berdasarkan tabel 13 dapat disimpulkan bahwa rata-rata skor untuk budaya


adalah sebesar 3.67 dengan pencapaian 75% yang berada dalam kriteria baik, hal ini
memperlihatkan bahwa budaya pembelian konsumen baik dari pribadi konsumen maupun
dari lingkungannya sangat mempengaruhi konsumen dalam mengambil keputusan
pembelian.

Dari kesebelas indikator pada variabel budaya ini, yang memiliki nilai tertinggi
5
adalah indicator konsumen lebih suka berbelanja saat ada promo-promo hari besar saat
belanja online dibandingkan secara offline yaitu sebesar 4.09 dengan pencapaian 82%
yang berada pada kriteria sangat baik. Artinya, ketika melakukan promo, toko online
lebih banyak dan bervariasi promo yang diberikan sedangkan jika melihat promo di toko
offline kurang menarik karena pengemasan konsep tidak semenarik di toko online.
Sedangkan indikator yang memiliki nilai terendah adalah indikator Saya memiliki rasa
bangga ketika menggunakan produk mahal yang dibeli secara online dibandingkan
dengan offline yaitu sebesar 3.04 dengan pencapaian 61% yang berada pada kriteria baik.
Artinya, budaya konsumen dalam membeli produk mahal tidak terlalu menjadi perhatian
kebanyakan konsumen, karena hanya dari kalangan kelas sosial ke atas yang sangat
memperhatikan harga tinggi untuk produk yang dibelinya.

7. Kepercayaan
Variabel Kepercayaan terdiri dari 11 pernyataan untuk lebih mengetahuinya
dapat dilihat dari tabel 14 berikut ini:

Tabel 14. Distribusi Frekuensi Variabel Kepercayaan

No Indikator sub indikator Skor Rata- TCR Kriteria


Total rata
1 Semua toko online dapat dipercaya 712 2.97 59 Netral
dibandingkan dengan toko offline
2 Saya hanya berbelanja online di website 479 2.00 40 Netral
yang sudah terkenal saja di Indonesia
3 Saya hanya percaya beberapa nama besar 475 1.98 40 Netral
website online yang memiliki reputasi baik
di Indonesia
4 Saya lebih percaya berbelanja secara offline 848 3.53 71 Baik
daripada belanja secara online
5 Saya ragu melakukan pembelian secara 538 2.24 45 Netral
online pada penjual online perorangan yang
ada di media sosial
6 5 penipuan online shop di
Banyaknya kasus 528 2.20 44 Netral
media sosial membuat saya kurang percaya
untuk belanja secara online
7 Semua penjual online perorangan di media 761 3.71 63 Baik
social memiliki reputasi terpercaya
8 Saya lebih suka belanja online pada penjual 805 3.35 67 Baik
online perorangan dari pada toko online
(website)
9 Saya memilih berbelanja online di situs 1009 4.20 84 Sangat
yang sudah saya percayai akan Baik
kejujurannya.
10 Informasi tentang biaya pengiriman produk 980 4.08 82 Sangat
yang disajikan sesuai dengan lokasi pembeli Baik
11 Saya berbelanja online karena terdapat 871 3.63 73 Baik
kompensasi apabila tidak sesuai harapan
Jumlah 8,006 33.36 667
Rata-rata 727.82 3.03 61
Sumber: Data Primer Diolah (2019)

Berdasarkan tabel 14 dapat disimpulkan bahwa rata-rata skor untuk kepercayaan


adalah sebesar 3.03 dengan pencapaian 61% yang berada dalam kriteria baik, hal ini
memperlihatkan bahwa kepercayaan konsumen terhadap pembelian produk online lebih
dipercaya dibandingkan dengan offline.

Dari kesebelas indikator pada variabel kepercayaan ini, yang memiliki nilai
tertinggi adalah indicator konsumen lebih memilih belanja online disitus yang sudah
dipercayai akan kejujurannya yaitu sebesar 4.20 dengan pencapaian 84% yang berada
pada kriteria sangat baik. Artinya, konsumen lebih melakukan belanja yang sudah
dipercayai kejujuran dari toko tersebut. Sedangkan indikator yang memiliki nilai terendah
adalah indikator Saya hanya percaya beberapa nama besar website online yang memiliki
reputasi baik di Indonesia dan Saya hanya percaya beberapa nama besar website online
yang memiliki reputasi baik di Indonesia yaitu sebesar 2.00 dan 1.98 dengan pencapaian
40% yang berada pada
5 kriteria netral.

8. Keputusan Pembelian
Variabel Keputusan Pembelian terdiri dari 10 pernyataan untuk lebih
mengetahuinya dapat dilihat dari tabel 15 berikut ini:
Tabel 15. Distribusi Frekuensi Variabel Keputusan Pembelian

No Indikator sub indikator Skor Rata- TCR Kriteria


Total rata
1 Saya membeli produk online shop sesuai 987 4.11 82 Sangat
kebutuhan, keinginan di berbagai toko Baik
online atas produk tertentu
2 Karena sesuai dengan kebutuhan maka saya 923 3.85 77 Baik
akan melakukan pembelian kembali secara
online dibandingan secara offline
3 Mencari informasi produk di situs toko 991 4.13 83 Sangat
online merupakan cara terbaik sebelum Baik
melakukan pembelian
4 Saya membeli produk di online shop setelah 971 4.05 81 Sangat
melakukan perbandingan harga dengan toko Baik
offline dan situs online shop lainnya
5 Pendapatan orang lain adalah penting bagi 920 3.83 77 Baik
saya untuk pengambilan keputusan untuk
membeli suatu produk dari online shop
6 Jika saya belum membaca review produk 966 4.03 81 Sangat
secara online dari konsumen lain ketika Baik
saya membeli produk atau merek, saya
khawatir tentang keputusan
7 Saya membeli produk online shop karena 916 3.82 76 Sangat
prosesnya mudah dibandingkan dengan Baik
produk offline
8 Saya yakin dengan
5 belanja online shop 911 3.80 76 Baik
membuat hidup lebih praktis dibandingkan
dengan belanja offline
9 Saya yakin membeli produk online shop 856 3.57 71 Baik
merupakan keputusan yang tepat
10 Setelah saya membeli produk online saya 895 3.73 75 Baik
akan membeli lagi
Jumlah 9,336 38.9 778
Rata-rata 933.60 3.89 78
Sumber: Data Primer Diolah (2019)
Berdasarkan tabel 15 dapat disimpulkan bahwa rata-rata skor untuk keputusan
pembelian adalah sebesar 3.89 dengan pencapaian 78% yang berada dalam kriteria baik,
hal ini memperlihatkan bahwa kepercayaan konsumen terhadap pembelian produk online
memiliki pemikiran dan pandangan positif terhadap belanja online.

Dari kesepuluh indikator pada variabel keputusan pembelian ini, yang memiliki
nilai tertinggi adalah indicator HASOkonsumen lebih memilih belanja online disitus yang
sudah dipercayai akan kejujurannya yaitu sebesar 4.13 dengan pencapaian 83% yang
berada pada kriteria sangat baik. Artinya, dari beberapa faktor-faktor yang diteliti untuk
menghasilkan keputusan pembelian konsumen terhadap belanja online atau belanja
offline adalah konsumen lebih tertarik untuk belanja online daripada belanja offline dan
dapat dilihat dari hasil TCR, bahwasannya konsumen yang memilih untuk belanja online
lebih baik daripada beanja offline yaitu sebesar 3.57 dengan pencapaian 71% yang berada
pada kriteria baik.

C. Hasil Asumsi Klasik


1) Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel
terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi yang normal atau tidak.
Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data yang normal atau mendekati
normal. Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data,
pada sumbu diagonal pada grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Uji
normalitas dilakukan dengan menggunakan teknik Kolmogrov-Smirnov yaitu, jika nilai
signifikansi > 0,05, berarti distribusi data dinyatakan normal, dan begitu sebaliknya
5

Tabel 16. Uji Normalitas One-Sample Kolmogrov-Smirnov Test

Variabel Kolmogorov- Asymp.Sig (2 Keterangan


Smirnov Z tailed)
Keputusan Pembelian 0.114 0.04 Normal
Harga 0.168 0.000 Normal
Produk 0.129 0.001 Normal
Keamanan Transaksi 0.116 0.003 Normal
Kemudahan Transaksi 0.101 0.16 Normal
E-Wom 0.160 0.000 Normal
Budaya 0.061 0.33 Normal
Kepercayaan 0.082 0.08 Normal
Sumber:Output SPSS ver. 16 Diolah 2019

Berdasarkan One-Sample Kolmogrov-Smirnov Test,didapat bahwa untuk masing-


masing variabel diperoleh probabilitas Asymp.Sig. (2-tailed) > 0.05 yaitu harga
signifikan 0.000, variabel produk memiliki signifikan 0.001, variabel keamanan
transaksi memiliki tingkat signifikan 0.003, variabel kemudahan transaksi memiliki
tingkat signifikan 0.16, variabel e-wom memiliki tingkat signifikan 0.000, variabel
budaya memiliki tingkat signifikan 0.33, variabel kepercayaan memiliki tingkat
signifikan 0.08. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa data berdistribusi nomal.

2) Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk menguji suatu model apakah terjadi
hubungan yang sempurna atau hampir sempurna antara variabel bebas, sehingga sulit
untuk memisahkan pengaruh antara variabel-variabel secara individu terhadap variabel
terikat. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahhui apakah antar variabel bebas dalam
persamaan regresi tidak saling berkorelasi.
Berdasarkan data yang diolah dengan program SPSS versi 16, diperoleh hasil
sebagai berikut :
Tabel 17. Uji Multikolinearitas
5

Colinearity Statistics
Variabel
Tolerance VIF
Harga 0.564 1.774
Produk 0.435 2.301
Kemudahan transaksi 0.483 2.07
Keamanan transaksi 0.837 1.195
E-WOM 0.443 2.26
Budaya 0.352 2.842
Kepercayaan 0.714 1.4
Keputusan Pembelian
Sumber: Output SPSS ver.16 Diolah 2019

Dari tabel 17 dapat diperoleh informasi bahwa variabel independent harga


memiliki angka VIF 1.774, variabel produk memiliki angka VIF 2.301, variabel
kemudahan transaksi memiliki angka VIF 2.70, variabel keamanan transaksi memiliki
angka VIF 1.195, variabel E-WOM memiliki angka VIF 2.26, variabel budaya
memiliki angka VIF 2.842, dan variabel kepercayaan memiliki angka VIF 1.4 yang
memenuhi kriteria VIF < 10. Maka tidak terdapat korelasi antara variabel bebas, atau
variabel independen bebas multikolinearitas.

3) Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas digunakan untuk melihat varians residual dari suatu
pengamatan ke pengamatan yang tidak sama, untuk melihat ada tidaknya gejala
heterokedastisitas pada suatu model, dapat dilihat pada gambar yang dituju dibawah
ini:
5
Ciri-ciri tidak terjadinya heteroskedasitas :

1) Titik-titik data penyebar diatas dan dibawah atau disekitas angka 0


2) Titik tidak mengumpul hanya diatas atau dibawah saja
3) Penyebaran titik tidak5berbentuk pola bergelombang
4) Penyebaran titik-titik data tidak berpola

Berdasarkan gambar yang dituju tentang terjadinya heteroskedastisitas karena hanya meyebar
pada satu titik.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap
keputusan pembelian online dan mengetahui yang mana paling dominan diantara variabel
bebas tersebut. Dari rumusan masalah, maka analisis data yang diajukan dalam
pembahasan bab sebelumnya, maka dari itu dapat ditarik beberapa kesimpulan:
- Berdasarkan One-Sample Kolmogrov-Smirnov Test,didapat bahwa untuk masing-
masing variabel diperoleh probabilitas Asymp.Sig. (2-tailed) > 0.05 yaitu harga
signifikan 0.000, variabel produk memiliki signifikan 0.001, variabel keamanan
transaksi memiliki tingkat signifikan 0.003, variabel kemudahan transaksi memiliki
tingkat signifikan 0.16, variabel e-wom memiliki tingkat signifikan 0.000, variabel
budaya memiliki tingkat signifikan 0.33, variabel kepercayaan memiliki tingkat
signifikan 0.08. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa data berdistribusi nomal.
- Dari tabel 17 dapat diperoleh informasi bahwa variabel independent harga memiliki
angka VIF 1.774, variabel produk memiliki angka VIF 2.301, variabel kemudahan
transaksi memiliki angka VIF 2.70, variabel keamanan transaksi memiliki angka VIF
1.195, variabel E-WOM memiliki angka VIF 2.26, variabel budaya memiliki angka
VIF 2.842, dan variabel kepercayaan memiliki angka VIF 1.4 yang memenuhi kriteria
VIF < 10. Maka tidak terdapat korelasi antara variabel bebas, atau variabel
independen bebas multikolinearitas.
5
- Berdasarkan tabel 8 dapat disimpulkan dengan pencapaian 83% yang berada dalam
kriteria sangat baik memperlihatkan bahwa harga pada toko online lebih baik
daripada harga toko offline.
- Berdasarkan tabel 9 dapat disimpulkan dengan pencapaian 77% yang berada dalam
kriteria baik memperlihatkan bahwa produk yang disediakan di toko online lebih
banyak pilihannya.
- Berdasarkan tabel 10 dapat disimpulkan dengan pencapaian 82% yang berada dalam
kriteria sangat baik memperlihatkan bahwa dalam proses transaksi, toko online
memberikan kemudahan untuk konsumen dalam melakukan transaksi tanpa harus
keluar rumah konsumen bisa mengirim uang melalui m-banking.
- Berdasarkan tabel 11 dapat disimpulkan dengan pencapaian 62% yang berada dalam
kriteria baik memperlihatkan bahwa keamanan dalam melakukan transaksi telah aman
karena dalam kriteria yang tidak terlalu buruk sehingga harus lebih ditingkatkan lagi
ke tahap kriteria yang sangat baik.
- Berdasarkan tabel 12 dapat disimpulkan dengan pencapaian 75% yang berada dalam
kriteria baik memperlihatkan bahwa pengaruh seseorang dalam mengambil keputusan
pembelian sangat penting bagi konsumen sebelum melakukan pembelian suatu
produk, baik di toko online maupun di toko offline.
- Berdasarkan tabel 13 dapat disimpulkan dengan pencapaian 75% yang berada dalam
kriteria baik memperlihatkan bahwa budaya pembelian konsumen baik dari pribadi
konsumen maupun dari lingkungannya sangat mempengaruhi konsumen dalam
mengambil keputusan pembelian.
- Berdasarkan tabel 14 dapat disimpulkan dengan pencapaian 61% yang berada dalam
kriteria baik memperlihatkan bahwa kepercayaan konsumen terhadap pembelian
produk online lebih dipercaya dibandingkan dengan offline.
- Berdasarkan tabel 15 dapat disimpulkan dengan pencapaian 78% yang berada dalam
kriteria baik memperlihatkan bahwa kepercayaan konsumen terhadap pembelian
produk online memiliki pemikiran dan pandangan positif terhadap belanja online.

B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka penulis mengemukakan saran
5
sebagai berikut :
1. Agar toko online lebih dapat lagi memperhatikan keamanan konsumen dalam
melakukan transaksi. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan lagi keamanan
transaksi pada toko online yang sebelumnya termasuk dalam kriteria tidak terlalu
buruk agar dapat meningkat ke kriteria yang sangat baik.
2. Agar para penjual produk online memiliki sistem keamanan terhadap data
konsumen. Karena dapat dilihat sekarang ini masih ada pihak-pihak tidak
bertanggung jawab yg mencuri data konsumen dan digunakan untuk hal yang
tidak baik.
3. Agar penjual produk online lebih meningkatkan pelayanan termasuk dalam
komunkasi dengan konsumen dikarenakan komunikasi merupakan cara terbaik
bagi konsumen untuk menghubungi penjual online.

6
DAFTAR PUSTAKA

Hennig-Thurau., et al (2004), ElectronicnWord-of-Mouth Via Consumer-Opinion

Platforms: What Motive Consumers to Articulate Themselves On the Intenet.

Journal of Interactive Marketing. Vol. 18. No 1. pp. 38-52

Goyette, I., Ricard, L., Bergeron, J., dan Marticotte, F. (2010). e-WOM Scale:

Word-of-Mouth Measurement Scale for e-Services Context, Canadian

Journal of Administrative Sciences, 27(1), 5-23.

Philip Kotler dan Gary Amstrong. Manajemen Pemasaran. Jilid 1, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), hlm.
430.

Fajar Laksana. Manajemen Pemasaran: Pendekatan Praktis, hlm 105.

D. Rozalinda, Ekonomi Islam: Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas Ekonomi. (Jakarta: Rajawali Pers,
2014), hlm. 160.

William J. Stanton. Prinsip Pemasaran Jilid 1 Edisi 7, (Jakarta: Erlangga, 1998), hlm. 308.

Philip Kotler dan Gary Amstrong. Prinsip-prinsip Pemasaran, hlm. 354.

Assauri, Sofjan. 2004. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Rajawali Press.

Lupiyoadi, Rambat. 2001. Manajemen Pemasaran Jasa Teori dan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta. 6

Swasta, Basu. 1996. Asas-asas marketing. Yogyakarta. : Liberty.

Swasta, Basu dan T Hani Handoko. 2000. Manajemen Pemasaran: Analisa dan Perilaku
Konsumen. Yogyakarta: BPFE.
LAMPIRAN

Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

KEAMANAN KEMUDAHAN
HARGA PRODUK TRANSAKSI TRANSAKSI E-WOM BUDAYA

N 240 240 240 240 240 24

Normal Parametersa Mean 4.1676 3.8250 4.1119 3.1290 3.7677 3.657

Std. Deviation .48014 .52025 .46222 .48296 .63247 .6284

Most Extreme Differences Absolute .168 .129 .116 .101 .160 .06

Positive .081 .068 .071 .068 .090 .03

Negative -.168 -.129 -.116 -.101 -.160 -.06

Kolmogorov-Smirnov Z 2.598 1.993 1.801 1.557 2.480 .94

Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .001 .003 .016 .000 .33

a. Test distribution is Normal.

Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Standardized

6 Unstandardized Coefficients Coefficients Collinearity

Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance

1 (Constant) .307 .309 .993 .322

HARGA .166 .066 .154 2.529 .012 .564

PRODUK .029 .069 .029 .423 .673 .435

KEMUDAHAN TRANSAKSI .228 .074 .203 3.096 .002 .483

KEAMANAN TRANSAKSI .011 .054 .010 .210 .834 .837

E-WOM .051 .056 .062 .898 .370 .443

BUDAYA .293 .063 .355 4.622 .000 .352


KEPERCAYAAN .189 .081 .126 2.327 .021 .714

a. Dependent Variable: KEPUTUSAN PEMBELIAN

Uji Heterokedastisitas

Charts

Anda mungkin juga menyukai