Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya dan karunianya
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tema dari makalah ini
adalah “Analisis Perilaku Konsumen Terhadap Brand Starbucks”

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen
saya selaku pembimbing yang telah memberikan tugas terhadap kami. Kami juga ingin
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam pembuatan
makalah ini

Kami jauh dari sempurna ini merupakan langkah yang baik dari studi yang sesungguhnya.
Olehh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kritik dan saran yang
membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi saya pada
khususaya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.

Kota, 28 April 2022

Penulis
DAFTAR ISI

Cover

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat

BAB 2 GAMBARAN UMUM TENTANG STARBUCK

BAB 3 PEMBAHASAN

A. Strategi Pemasaran Pada Brand Starbucks


B. Pendekatan yang Dilakukan Starbucks dalam Menarik Minat Pembeli
C. Analisis Cara Meningkatkan Awareness Konsumen Terhadap Brand Starbucks

BAB 4 PENUTUP

A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sikap yang dimiliki konsumen berbeda-beda dalam menanggapi produk dan
jasa tergantung segmen yang dimiliki oleh konsumen. Rizky & Yasin (2014) dalam
Arwin (2015:1) menyatakan perilaku konsumen merupakan sesuatu yang unik, karena
preferensi dan sikap terhadap obyek setiap orang berbeda-beda dan konsumen juga
berasal dari berbagai segmen, sehingga apa yang diinginkan dan dibutuhkan juga
berbeda. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen sebuah
fenomena yang unik untuk kita pelajari dan kita amati.
Dalam persaingan yang semakin ketat, perusahaan ingin sukses dalam dunia
bisnisnya sehingga perusahaan sangat perlu adanya strategi-strategi untuk dapat
memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen dan juga perusahaan dapat memahami
perilaku konsumen yang berbeda-beda. Magdalena (2005) dalam Arwin (2015)
menyatakan perusahaan saling berlomba dalam mengembangkan strategi untuk
mempengaruhi kesediaan konsumen untuk membeli dan mengonsumsi barang atau
jasa yang ditawarkan perusahaan.
Sutisna (2001:5) mengatakan mempelajari perilaku konsumen bertujuan untuk
mengetahui dan memahami berbagai aspek yang ada pada konsumen, yang akan
digunakan dalam menyusun strategi pemasaran yang berhasil. Sebelum perusahaan
menetapkan strategi yang tepat, sebaiknya perusahaan perlu mengetahui dan
memahami empat tipe perilaku konsumen.
Perilaku konsumen dalam pembeliannya dapat dikelompokkan ke dalam
empat tipe (Sutisna, 2001:48). Pertama, adalah konsumen yang melakukan
pembeliannya dengan pembuatan keputusan (timbul kebutuhan, mencari informasi
dan mengevaluasi merek serta memutuskan pembelian), dan dalam pembeliannya
memerlukan keterlibatan tinggi. Dua interaksi ini menghasilkan tipe perilaku
pembelian yang kompleks (complex decision making).
Kedua, perilaku konsumen yang melakukan pembelian terhadap satu merek
tertentu secara berulang-ulang dan konsumen mempunyai keterlibatan tinggi dalam
proses pembeliannya. Perilaku konsumen seperti itu menghasilkan tipe perilaku
konsumen yang loyal terhadap merek (brand loyalty). Ketiga, perilaku konsumen
yang melakukan pembeliannya dengan pembuatan keputusan , dan pada proses
pembeliannya konsumen merasa kurang terlibat. Perilaku pembelian seperti itu
menghasilkan tipe perilaku konsumen limited decision making.
Keempat, perilaku konsumen yang dalam pembelian atas suatu merek produk
berdasarkan kebiasaan, dan pada saat melakukan pembelian , konsumen merasa
kurang terlibat. Perilaku seperti itu menghasilkan perilaku konsumen tipe inertia.
Inertia merupakan perilaku konsumen yang berulang kali dilakukan, tetapi sebenarnya
konsumen itu tidak loyal karena mudah mengubah pilihan mereknya jika ada stimulus
yang menarik. Misalnya orang akan mengubah pilihan mereknya jika merek lain
melakukan potongan harga atau memberikan kupon belanja.
Makalah menekankan pada konsumen yang melakukan pembelian terhadap
satu merek secara berulang-ulang dan konsumen mempunyai keterlibatan yang tinggi
dalam proses pembeliannya, maka konsumen tersebut loyal terhadap suatu merek
(brand loyalty).
Konsumen mempunyai beragam tingkat loyalitas terhadap merek, toko, dan
perusahaan tertentu. Oliver dalam Kotler & Keller (2009:138) mendefinisikan
loyalitas sebagai komitmen yang dipegang secara mendalam untuk membeli atau
mendukung kembali produk atau jasa yang disukai di masa depan meski pengaruh
situasi dan usaha pemasaran berpotensi menyebabkan pelanggan beralih. Aaker
(1991:39) dalam Anselmsson et al., (2007:403) juga mendefinisikan loyalitas sebagai
keterikatan yang dimiliki pelanggan terhadap merek, dan menganggapnya sebagai
dimensi utama ekuitas merek.
Menurut Lovelock & Wirtz (2011) dalam Arwin (2015:8) ciri-ciri konsumen
loyal adalah konsumen loyal akan meningkatkan pembelian, konsumen loyal akan
mengurangi biaya operasional, konsumen loyal akan mereferensi kepada orang lain
(word of mouth), konsumen loyal akan bersedia membayar harga premium.
Sutisna (2001:83) berpendapat bahwa sebuah citra merek dapat
mepresentasikan keseluruhan persepsi dari terhadap merek dan dibentuk dari
informasi dan pengalaman masa lalu terhadap merek dan dibentuk informasi dan
pengalaman masa lalu terhadap merek itu, oleh karena itu konsumen dengan citra
yang positif terhadap suatu merek akan lebih memungkinkan untuk melakukan
pembelian.
Keller (2008:51) juga mendefinisikan bahwa persepsi konsumen tentang
sebuah merek, sebagaimana tercermin dari asosiasi merek yang dimiliki dalam
memori konsumen. Di pasar yang berkembang saat ini, konsumen harus memilih
antara berbagai produk atau merek yang ada di pasar yang berbeda harganya. Mereka
berpendapat bahwa dalam situasi seperti itu, keputusan akhir mereka bergantung pada
citra yang mereka hadapi dengan merek yang berbeda. Selain itu, penulis
mengungkapkan bahwa citra merek telah meningkatkan reputasi karena perasaan dan
citra yang terkait dengan merek dan citra merek yang terkenal dan diterima adalah
salah satu aset terpenting yang dimiliki perusahaan (Kahle dan Kim, 2006) dalam
(Tekin et al., 2016:3).
Perusahaan juga harus mengenali konsumen untuk memamahami apa yang
menjadi keinginan para konsumennya agar para konsumen dapat memandang produk
yang ditawarkan kepada mereka menjadi sesuatu yang baik sehingga perilaku yang
mereka berikan terhadap citra merek pun bernilai dan berdampak positif. Pada
umumnya, dari merek-merek yang ada , konsumen dapat memilih merek yang mereka
inginkan dan yang mereka percaya sehingga menimbulkan keloyalitasan merek.
Brand awareness merupakan salah satu atribut non-kualitas produk. Menurut
Keller (2008:51) brand awareness merupakan terkait dengan kekuatan simpul atau
jejak merek di memori, yang dapat kita ukur sebagai kemampuan konsumen untuk
mengidentifikasi merek dengan kondisi yang berbeda. Konsumen yang semakin sadar
akan suatu merek maka konsumen tersebut memiliki tingkat kemampuan mengingat
yang tinggi dari merek-merek yang berbeda. Konsumen akan menyebutkan nama
merek yang pertama dari kategori merek yang ada.
Menurut Durianto et al., (2004:57-59) dalam Yanti dan Sukotjo (2016:4)
menyatakan tingkat kesadaran yang seperti itu pada tingkat Top of Mind, yang
dimana merek yang pertama kali diingat oleh responden atau pertama kali disebut
ketika responden ditanya tentang suatu produk tertentu.
Kualitas dapat diartikan sebagai tingkat atau ukuran kesesuaian suatu produk
dengan pemakainya, dalam arti sempit kualitas diartikan sebagai tingkat kesesuaian
produk dengan standar yang telah ditetapkan (Alisjahbana, 2005) dalam (Gunawan,
2013:2). Jadi, kualitas yang baik akan dihasilkan dari proses yang baik dan sesuai
dengan standar kualitas yang telah ditentukan berdasarkan kebutuhan pasar. Dengan
adanya kualitas perusahaan dapat bertahan dari persaingan.
Keunikan suatu produk dapat membuat konsumen mudah dalam membedakan
merek yang satu dengan merek produk pesaing. Menurut Netemeyer et al., (2004:211)
dalam Anselmsson et al., (2014:93) mendefinisikan keunikan berarti apa yang
dirasakan konsumen dari perbedaan merek dengan merek kompetitor merupakan
salah satu pilar utama dalam pemasaran dan berkaitan erat dengan konsep diferensiasi
dan keunikan proposisi penjualan.
Menurut Smith (2002:42) dalam Abukari dan Abdul-Hamid (2018:2) CSR
adalah “integrasi operasi bisnis dan nilai dimana kepentingan semua stakeholders,
termasuk pelanggan, karyawan, investor, dan lingkungan tercermin dalam kebijakan
dan tindakan organisasi”. Dengan adanya CSR, perusahaan yang peduli akan
tanggung jawab sosialnya melalui kegiatan-kegiatan yang menguntungkan bagi
masyarakat maka citra perusahaan yang dimiliki oleh perusahaan akan meningkat.
CSR digunakan untuk mengangkat citra perusahaan untuk mendapatkan
pengakuan sosial dalam melaksanakan kegiatan perusahaan dan mengelola usaha
dengan cara melakukan kegiatan sosial, memperluas peluang usaha yang dilakukan
perusahaan dan dapat digunakan untuk memperbaiki hubungan antara stakeholders,
karyawan dan perusahaan (Untung, 2008:6) dalam (Vegawati et al., 2015:2).
Menurut Adona (2006:107) dalam Prasiska et al., (2017:44) mendefinisikan
citra perusahaan adalah suatu kesan atau gambaran dari sebuah perusahaan di mata
masyarakat luas yang terbentuk berdasarkan pada pengetahuan dan pengalaman
mereka pribadi. CSR akan meningkatkan reputasi yang merupakan aset yang paling
utama dan tak ternilai harganya, karena citra perusahaan yang akan mempengaruhi
konsumen untuk percaya dan loyal terhadap produk perusahaannya sehingga hal ini
dapat membuat konsumen bersedia untuk membayar dengan harga premium.
Menurut Martin dan Brown (1990); Biel (1992) dalam Anselmsson et al.,
(2014:93) social image, atau peran sosial dan makna simbol merek, sering ditekankan.
Anselmsson et al., menyatakan citra sosial yang memiliki dampak paling kuat
terhadap harga premium. Konsumen akan loyal dan bersedia membayar harga
premium jika mereknya memiliki social image yang positif. Lassar et al., (1995)
dalam Anselmsson et al., (2014:93) menyatakan bahwa citra sosial memang relevan
dan memengaruhi respons pelanggan dalam berbagai kategori, tidak hanya barang
modal dan belanja.
Dalam perkembangan era globalisasi sekarang ini banyak persaingan harga
yang ketat dalam dunia usaha, dilihat dengan semakin berkembang dan beragamnya
jenis usaha, baik itu usaha berskala kecil, menengah, maupun besar. Terutama dalam
usaha di bidang minuman seperti coffee shop, yang dimana banyak pilihan-pilihan
merek produk. Konsumen akan semakin selektif dalam memilih merek produk dari
berbagai merek maupun informasi yang di terima dari perusahaan dan konsumen
memilih merek tersebut berdasarkan pengalamannya.
Peneliti mengambil produk minuman merek Starbucks Coffee. Starbucks
Coffee merupakan merek yang ternama dan memiliki citra positif sehingga konsumen
memandang produk ini memiliki keunggulan (dari rasa, suasana yang nyaman,
tempat favorit, pelayanan, ukuran dan varian produk) dan dapat memotivasi
konsumen untuk membayar produk tersebut dengan harga yang premium. Meskipun
harganya premium konsumen akan tetap loyal terhadap produk Strabucks Coffee.
Starbucks telah memiliki 188 gerai di seluruh Indonesia. Sejak merambah
pasar Indonesia pada 2002, jumlah gerai Starbucks terus meningkat. Bahkan, di
sejumlah stasiun kereta api, gerai kopi yang terbilang mahal itu tetap eksis dan ramai
dikunjungi. “Banyak yang mengira tiga gerai yang kami buka di tiga stasiun kereta
akan sepi pembeli, ternyata banyak yang berkunjung sambil menunggu kereta penuh
dan menikmati makanan, minuman dan WiFi yang kami sediakan” (Jati, 2014).
Conaintatha (2017) juga berpendapat bahwa kehadiran Starbucks Coffee
mampu membius para penggemarnya di mana pun berapa. Kekuatan Starbucks di
industri kopi dianggap belum mampu digeser brand lain meski kedai kopi semacam
Starbucks semakin semarak di seluruh dunia. Begitu pun para pecinta Starbucks yang
semakin ke sini semakin bertambah jumlahnya. Tapi, beberapa orang menilai
Starbucks masih termasuk gerai kopi yang menjual minuman dengan harga ‘mahal’.
Menurut mereka sering ngopi di Starbucks adalah sebuah keborosan.
Namun hal ini tidak mempengaruhi konsumen untuk tidak membeli merek
produk tersebut karena merek produk ini mampu menarik perhatian para konsumen
baik di Indonesia maupun yang ada di luar negeri terbukti bahwa Starbucks Coffee
saat ini sudah mempunyai 501 lokasi dari 84 lokasi di Amerika Serikat serta gerai
starbucks kini bertambah hingga 13.500 (Putrisekar, 2013). Hal ini menandakan
bahwa merek Starbucks Coffee dapat di terima baik dan sangat diminati oleh
masyarakat.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti
adanya pengaruh citra merek yang mempengaruhi konsumen menjadi loyal dan
bersedia untuk membayar harga premium, maka judul makalah adalah “Analisis
Perilaku Konsumen Terhadap Brand Starbucks”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana Strategi Pemasaran Pada Starbuck?
2. Pendekatan Apa yang dilakukan Oleh Brand Starbucks untuk Menarik
Perhatian Konsumen?
3. Bagaimana cara Starbucks Meningkatkan Awareness Konsumen ?

C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan pokok permasalahan yang ada diatas maka penelitian ini bertujuan:
1. Mengetahui Strategi Pemasaran Starbuck
2. Mengetahu Pendekatan yang dilakukan Starbuck dalam Menarik
Minat Para Konsumen
3. Mengetahui Awareness Konsumen Terhadap Brand Starbucks
D. Manfaat Penelitian
a) Akademis
Makalah ini sebagai alat untuk praktek mahasiswa terhadap apa yang
telah dia pelajari selama kuliah sehingga dia bisa membuat sebuah analaisis.
Serta sebagai acuan kedepannya dalam hal menganalisis perilaku konsumen
b) Perusahaan
Sebagai masukan dari salah satu konsumen terhadap kemajuan
perusahaan dalam meningkatkan persaingan pasar dan kepuasan konsumen.
BAB 2
GAMBARAN UMUM TENTANG STARBUCKS

Starbucks Coffee merupakan perusahaan kopi dan jaringan kedai kopi yang berasal
dari Amerika Serikat dan berkantor pusat di Seattle. Starbucks Coffee berdiri di tahun 1971
oleh Jerry Baldwin, Zev Siegl, dan Gordon Bawker. Dulunya mereka hanya menjual kopi
panggang dan berbagai macam bumbu dan belum menjual kopi seduh seperti sekarang. Pada
tahun 1987 pemilik Starbucks Coffee menjual sahamnya kepada Howard Schultz hingga
sekarang.

Starbucks Coffee merupakan salah satu produsen terbaik di dunia yang menjual jenis
kopi arabika dengan pilihan kopi yang kaya akan rasa. Berbeda dengan jenis kopi robusta
yang tidak memiliki rasa kopi yang dominan dan biaya pengolahannya jauh lebih murah
daripada kopi jenis arabika.Starbucks menjual kopi, minuman dingin dan panas berbasis
espresso, minuman dingin dan panas yang tidak berbasis kopi,

Starbucks mulai hadir di Indonesia pada tahun 2002 dan membuka gerai pertamanya
di Semarang tepatnya di Paragon Mall pada tahun 2010, sedangkan Starbucks Ciputra mulai
hadir pada tahun 2014. Seiring berkembangnya waktu, Starbucks Coffee tidak hanya menjual
kopi namun juga teh, minuman blended minuman soda, berbagai macam makanan, hingga
pernak-pernik seperti tumbler, tas dan gantungan kunci. Starbucks bertumbuh sangat pesat di
Indonesia. Tersebar di beberapa wilayah Indonesia, seperti: Jakarta, Bogor, Surabaya, Depok,
Medan, Bali dan Yogyakarta yang hak waralabanya dipegang oleh PT. Mitra Adi Perkasa
(PT. MAP). Di Surabaya sendiri terdapat beberapa gerai Starbucks Coffee, antara lain:
Starbucks Coffee Galaxy Mall, Tunjungan Plaza 3, Tunjungan Plaza 4, Tunjungan Plaza 5,
Surabaya Town Square, Supermall Pakuwon Indah, Pakuwon City, Grand City, The Square,
Intiland Tower, National Hospital, Juanda Aiport Terminal 2, dan Ciputra World.

Seiring berkembangnya waktu, Starbucks terus berinovasi dan menjadikan


perusahaannya semakin ramah lingkungan. Dengan begitu, konsumennya menjadi semakin
loyal karena secara tidak langsung mereka pun turut membantu menjaga lingkungan ini tetap
baik dan terjaga.

Proses pemesanan makanan dan minuman di Starbucks Coffee pun sangat mudah,
konsumen dapat langsung memesan di kasir dan melakukan pembayaran. Kemudian,
konsumen menunggu pesanan di tempat pengambilan yang diinginkan, konsumen dapat
menikmati di tempatataupun take away.
BAB 3

PEMBAHASAN

A. Strategi Pemasaran Starbuck


Brand starbucks dengan teori marketing mix yang terdiri dari 7P (product,
price, place, promotion, people, pysical evidence, dan proces).pertama-tama kami
akan membahas tentang PRODUK dari Starbucks, Starbucks di kenal karena produk
kopinya yang mendunia dan memilikirasa kopi yangsamadi setiap gerai yang ada di
Indonesia, pada dasarnya Starbucks mementingkan rasa kopi yang mereka buat harus
sama bagi setiap pelanggan di setiap gerai yang dibukanya oleh karena itu mereka
memiliki standar yang sama dari setiap produk kopi yang mereka jual karena kopinya
harus sudah melewati proses Fair Trade dan seleksi organik.(nama kopi,rasa dan
tempat menggambil bahan bakunya sama).Selain menjual kopi Strabucks juga
menjual makanan sebagai teman saat minum kopi. Namun untuk makanan di setiap
store Starbuck mempunyai varian food yang berbeda bahan baku yang di gunakan di
setiap gerai pun berbeda juga, namun resep dan rasanya harus memenuhi standar di
setiap gerai yang ada di Indonesia untuk memastikan bahwa makanan tersebut
mempunyai cita rasa yang memuaskan di lidah penikmatnya.
Yang kedua kami akan membahas tentang PRICE dari produk yang di jual di
Starbucks (kopi dan makanan).Kita tau bahwa Starbucks selalu memberikan yang
terbaik untuk pelanggannya, untuk memuaskan pelanggannya Starbucks
menggunakan bahan-bahan baku yang memiliki standart tinggi yang harus melewati
beberapa proses (prosesFair Trade dan seleksi organik) agar mendapatkan kualitas
kopi yang bagus dan menghasilkan cita rasa kopi yang enak dan nikmat jika di olah.
Oleh karena itu Strabucks mematok harga kopi mereka diatas rata-rata kopi pada
umumnya (price skimming) dan untuk makanan memang Starbucks tidak begitu
menonjol karena mereka lebih memprioritaskan produk lini mereka yaitu kopi dan
untuk makanan starbucks mematok harga rata-rata padaumumnya ( price penetration).

Yang ketiga kami akan membahas Starbuck dari sudut PLACE , sudah
menjadi pengetahuan umum masyarakat bahwa produk kopi yang di jual Starbucks
merupakan kopi yang mempunyai kualitas premium dan harga yang relatif tinggi
dengan demikian penempatan gerai Starbuck mempunyai faktor – faktor tertentu yang
dipertimbangkan, contohnya di Jakarta, Indonesia Starbucks biasanya ada di daerah
pusat perkantoran, pusat perbelanjaan, pusat jajanan makanan, dan destinasi
pariwisata. Seperti survey yang kami lakukan terhadap gerai Starbuck yang berada di
9walk Bintaro, dimana daerah tersebut merupakan salah satu dari pusat jajanan
makanan untuk masyarakat Bintaro. Bila dilihat dari sepak terjang Starbuck pertama
kali masuk Indonesia, Starbuck sendiri menempatkan gerai pertamanya yang berada
di Ibukota Indonesia tepatnya berada di Plaza Indonesia, Jakarta Pusat dimana daerah
pusat tersebut merupakan pusat perkantoran. Dari penempatan gerai – gerai tersebut
terlihat target pasar dari Starbuck sendiri merupakan Penikmat Kopi, Pekerja
Kantoran, Orang Hang Out, Pariwisata.
Yang keempat kami akan membahas tentang PROMOTION di Starbucks,
Starbucks sering melakukan promo-promo untuk menarik perhatian pelanggannya.
Promo yang dilakukan sendiri terdiri dari promosi yang diterapkan untuk semua gerai
dan promosi yang dilakukan oleh kebijakan gerai itu sendiri. Contoh dari promosi
yang diterapkan untuk semua gerai yaitu promo kartu kredit, jika kita membeli
Starbucks dengan kartu kredit makan kita bisa mendapatkan cash back tidak hanya itu
saja ada juga promo kartu member yang berfungsi untuk menyimpaan point setelah
transaksi dan point tersebut bisa di tukarkan dengan kopi dan melalui social media
untuk di indonesia sendiri starbucks menggunakan facebook, twitter,dan
line.Facebook dan twitter hanya menyampaikan informasi-informasi promo terkini
dari starbucks,di aplikasi line starbucks juga memberikan informasi-informasi terkini
tentang promo yang sedang berjalan tapi di line lebih special karena setiap pengguna
yang menambah starbucks sebagai teman “official line Starbucks” biasanya
mendapatkan gift voucher potongan harga 50% setiap pembelian jenis kopi tertentu.
Contoh promo yang dilakukan oleh kebijakan gerai itu sendiri yaitu promosi dalam
bentuk membuat Coffe Corner yang merupakan bentuk untuk menarik pelanggan
dengan menata furniture yang berhubungan dengan kopi.
Yang kelima kami akan membahasa tentang PEOPLE yang bekerja di
Starbucks, di Strabucks memili 2 divisi dalam bagian pekerjaan yang pertama ada
barista dan manajemen toko,barista sendiri di bagi menjadi 2 bagian yaitu barista full
time dan barista part time. Untuk manajemen toko di bagi menjadi 2 bagian yaitu ada
district managers dan store managers, untuk tanggung jawab dan syarat-syarat
mengenai pekerjaan tersebut dapat melihat di situs resmi Starbucks di
www.starbucks.co.id/about-us/career-center . Di Strabucks pekerja tidak hanya
sekedar bekerja dan mendapatkan gaji tapi mereka berlombalomba untuk mencapai
achievement.Setiap gerai Starbucks memiliki standart jumlah karyawan contohnya
kami telah mewawancara salah satu gerai Starbucks di 9 Walk Bintaro dan disana
memiliki 14 karyawan.
Yang keenam kami akan membahas tentang PYSICAL EVIDENCE dari
suasana di gerai Starbucks, jika kalian pernah berkunjung ke Starbucks pasti sudah
tidak asing lagi dengan suasana di Starbucks seperti apa, Starbucks menggunakan
aliran ‘coffe house’ yang dimana desain di dalam gerai tersebut cenderung memiliki
warna gelap seperti warna kayu atau warna kopi, untuk kursi dan meja Starbucks
menggunakan kayu dan lampu-lampu yang di gantung dan adanya aroma kopi yang
sangat khas yang membuat pelanggan rileks dan nyaman saat duduk menikmati kopi
di gerai Starbucks.
Dan yang terakhir kita akan membahas sebuah PROCES ketika karyawan
melayani pelanggannya di Starbucks, pada umumnya prosedur yang di gunakan
melayani pelanggan di Starbucks ketika pelanggan memesan kopi di kasir, kasir
menulis pesanan di komputer lalu di total jumlah pesannya dan di bayar, setelah di
bayar lalu dibuat pesanannya dan ditulis nama pelanggan di gelas, setelah selesai
pelanggan akan di panggil namanya untuk mengambil pesanan yang telah ia pesan.

B. Pendekatan yang Dilakukan Starbucks dalam Menarik Minat Pembeli

Anda mungkin juga menyukai