Anda di halaman 1dari 12

PENINGKATAN MINAT BELI ULANG KONSUMEN TERHADAP

PRODUK KERAJINAN DAN KESENIAN PADA MASYARAKAT


KABUPATEN ENDE

Oleh :

AGUSTINA HELNI HARYATI

(2020410213)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS FLORES

2022/2023

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Minat beli merupakan bagian dari komponen perilaku sikap konsumen dalam
mengonsumsi suatu produk.Minwt beli merupakan bagian dari komponen prilaku konsumen
prilaku konsumen dalam sikap mengonsumsi,kecendrungan respon untuk bertindak sebelum
keputusan membeli benar benar dilaksanakan.Sedangkan minat beli ulang merupakanminat
pembelian yang didasarkan atas pengalaman pembelian yang pernah dilakukan
sebelumnya.Dengan adanya pengalaman dalam pembelian produk, konsumen dapat
mengetahui nilai produk yang dirasakannya. Selain itu, mempertahankan pelanggan yang
sudah ada jauh lebih penting bagi perusahaan dari pada mencari pelanggan baru, kemungkinan
diperlukan biaya yang lebih besar untukmendapatkan seseorang konsumen baru dari pada
mempertahankan seseorang yang yang sudah menjadi pelanggan.

Dalam mempertahankan konsumen yang sudah menjadi pelanggan ini tidak


mudah .perlu adanya upaya dan langkah langkah dalam menjalankan kegiatan usahanya,
perusahaan tentu mempunyai keinginan agar produknya dapat terjual seperti yang diharapkan,
disamping itu konsumen juga akan memiliki minat beli ulang atas produk tersebut.

Tingkat kepuasan yang tinggi mencerminkan minat beli ulang produk yang tinggi pula.
Ketika memutuskan untuk menggadopsi sebuah produk, sehingga keputusan untuk mengadopsi
produk tersebut timbul setelah konsumen mencobanya. Kemudian timbul ketertarikan terhadap
produk. Ketertarikan konsumen terhadap produk dapat diambil bila konsumen mempunyai
persepsi bahwa produk yang mereka pilih berkualitas baik dan dapat memenuhi atauh bahkan
melebihi keinginan dan harapan konsumen. Dengan kata lain, produk tersebut mempunyai nilai
dan mutu yang tinggi di mata konsumen. Dalam memanfaatkan fenomena ini, setiap
perusahaan harus mampu memahami prilaku konsumen pada pangsa pasar sasaranya, karna
pada dasarnya perusahaan dalam kegiatanyan memproduksi dan menciptakan produk itu
merupakan bagian dari cara untuk memenuhi kebutuhan konsumen itu.

Penelitian tentang faktor yang mempengaruhi minat beli ulang pernah dilakukan
sebelumnya oleh konsumen. Faktor faktor yang mempengaruhi minat pembelian ulang yaitu
kepuasan konsumen kualitas layanan, harga, prevensi merek, nilai yang dirasakan, kualitas
produk, dan lingkungan fisik.
Diantara faktor yang menjadi pertimbangan minat beli ulang konsumen adalah
kepuasan konsumen. Kepuasan konsumen adalah tingkat perasaan seseorang setelah
membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dengan harapanya. Tingkat kepuasan
merupakan kinerja dari fungsi perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. Selain
itu terciptanya kepuasan konsumen dapat memberikan beberapa manfaat salah satunya
hubungan antara perusahaan dan konsumen menjadi erat. Dengan demikian jika kinerja suatu
produk atau jasa berjalan baik dan mampu di terima dengan baik pula oleh konsumen, minat
beli ulang pada suatu produk tertentu akan terjadi.

Selain kepuasan konsumen, produk yang memiliki nilai tinggi dimata konsumen akan
mempunyai citra merek yang tinggi di benak konsumen. Citra merek merupakan suatu
anggapan atau keyakinan yang dilakukan konsumen. Bila perusahaan berhasil membangun
merek yang kuat, maka akan berdampak Panjang terhadap hasil yang didapatkan. Merek yang
baik akan memicu konsumen lebih memili dan percaya terhadap merek tersebut. Ketika merek
sudah terbangun pada benak konsumen kemungkinan konsumen akan membeli lagi pada
produk yang sama dan merek yang sama.

Harga pula menjadi prttimbangan konsumen dalam membeli ulang suatu produk. Karna
harga merupakan salah satu unsur untuk mempertahankan konsumen. Harga dapat dikatakan
sebagai usaha untuk mewujudkan citra suatu produk. Jika harga yang ditawarkan ke tangan
konsumen tersebut bisa dikatakan baik, mulai dari terjangkauh, mempunyai kualitas yang sama
dengan harga yang murah dan tidak membosankan, maka dampak yang akan terjadi besar
harapan konsumen akan membeli lagi produk tersebut.

Faktor selanjutnya yang bisa menyebabkan konsumen membeli ulang produk tersebut
adalah promosi. Promosi dilaksanakan untuk memancing pembeli dan menunjukan merek
kepada khalayak supaya produk atau jasa yang ditawarkan bisa diketahui dan menarik
perhatian konsumen. Bukan hanya menarik konsumen semata, melainkan ketertarikan
konsumen terhadap produk tersebut terjadi secara berulang ulang.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk mengambil judul


“PENINKATAN MINAT BELI ULANG KONSUMEN TERHADAP PRODUK
KERAJINAN DAN KESENIAN PADA MASYARAKAT LORONG
CAMELTA ,KABUPATEN ENDE”

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat diambil perumusan masalah sebagai
berikut:

1. Bagaimana kepuasan konsumen , citra merek, harga, dan minat beli ulang konsumen
pada produk rinso daya pada prusahaan?
2. Seberapa besar pengaruh kepuasan, merek, harga, dan promosi terhadap minat beli
ulang produk rinso daya ende tengah secara lansung?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan minat beli ulang konsumen terhadap
produk kerajinan dan kesenian pada masyarakat Lorong camelta kabupaten Ende.

D. Manfaat

Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi

 Bagi penulis
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman dalam
meneliti permasalahan yang sama yang terjadi di lapangan tentang faktor faktor
yang mempengaruhi minat beli ulang konsumen.

 Bagi perusahaan
Sebagai sarana informasi yang sifatnya membangun serta memberikan sumbangan
pemikiran dan pemasukan yang dapat membantu perusahaan dalam menghadapi
dan mengantisipasi masalah yang berkaitan dengan penelitian.
 Bagi pihak lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan menjadi refrensi
akademik, khususnya tentang minat beli ulang konsumen, serta dapat menjadi
pelengkap informasi yang berguna bagi penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
1. MINAT BELI ULANG
a. Definisi Minat Beli Ulang

Menurut Muzzaki (2013), Minat beli ulang adalah keinginan yang timbul
dalam diri pelanggan untuk membekli Kembali produk atau jasa dimasa yang
akan datang setelah sebelumnya pernah mengkonsumsi produk atau jasa yang
sama.

Prastyaningsih et al. (2014) menyatakan minat beli ulang terjadi setelah


konsumen melakukan pembelian, dapatdikarenakan pernah mengonsumsi
sehingga berminat lagi untuk membeli ulang produk atau jasa yang sama.

Penulis menarik kesimpulan dari pengertian yang telah diuraikan bahwa


pengertian minat beli ulang adalah keinginan yang timbul dari diri pelanggan
untuk membeli Kembali produk atau jasa dimasa yang akan datang dan minat
beli ulang terjadi setelah konsumen melakukan pembelian dikarenakan perna
mengonsumsi sehingga berniat untuk membeli produk atau jasa yang sama.

b. Klasifikasi Minat Beli Ulang


Minat beli ulang konsumen Ferdinand dalam Purba (2015), dapat dibagi
menjadi minat referensial, minat explorative, minat transaksional, dan minat
preferensial yang diuraikan ssebagai berikut :
a. Minat Referensial
Minat referensial merupakan minat seorang konsumen untuk
merefrensikan sebuah produk berdasarkan pengalaman yang dimilikinya
kepada konsumen lain agar konsumen tersebut ikut membeli.
b. Minat Explorative
Minat explorative merupakan minat seorang konsumen untuk mencari
segala informasi yang berhubungan dengan produkyang diinginkannya.
c. Minat Transaksional
Minat transaksional merupakan kecendrungan seseorang konsumen
untuk membeli Kembali produk yang perna dibeli konsumen tersebut
sebelumnya.
d. Minat Preferensial
Minat preferensial merupakan ganbaran prilaku seorang konsumen
yqng menjadikan produk tersebut sebagai preferensi utama dibandinkan
dengan produk produk lain dipasaran.
c. Pengukuran Minat Beli Ulang
Menurut Kuenzel dan Hallyday (2008) menyatakan ada tiga indikator
yang dapat dijadikan pengukuran terhadap Minat Beli Ulang, yaitu:
1. Keinginan untuk membeli Kembali suatu produk
2. Mempertimbangkan untuk membeli tipe lain dari suatu produk
3. Selalu mengutamakan suatu merek produk
2. KUALITAS PRODUK
a. Definisi produk

Menurut Kotlerdalam Manap (22016:255), produk adalah segalah


sesuatu yang dapat ditawarkan dipasar, untuk memuaskan kebutuhan dan
keinginan konsumen. Produk terdiri atas barang, jasa, pengalaman, events,
orang, tempat, kepemilikan, organisasi, informasi dan ide. Produk adalah suatu
kumpulan atribut, fisik, pesikis, jasa dan simbolik yang dibuat untuk
memuaskan kebutuhan dan keinginan pelanggan Setyaningrum et al (2015: 87),
Sedangkan menurut Ali Hasan, SE, MM (2014), Membesarkan produk adalah
deals bauran rancangan product, pricing, place, promotion, packaging, dan
positioning yang akan ditawarkan kepada prospek, dan pelanggan.

Secara umum, produk adalah segalah sesuatu yang dapat ditawarkan di


pasar dan suatu kumpulan atribut, fisik,pesikis, jasa, dn simbolik untuk
memuaskan dan memenuhi keinginan pelanggan.

b. Definisi Kualitas Produk

Kualitas dapat diartikan kemampuan dari produk untuk menjalankan


funsinya yang mencakup daya tahan, kehandalan atau kemajuan, kekuatan,
kemudahan dalam pengemasan dan reparasi produk dan ciri ciri lainya.

Menurut Ong dan Sugiono (2013), kualitas produk adalah bagaimana


produk itu memiliki nilai yang memuaskan konsumen baik secara fisik maupun
secara pesikologis yang menunjuk pada atribut atau sifa aifat yang terdapat
dalam suatu barang atau hasil.

Penulis menarik kesimpulan dari pengertian yang telah diuraikan bahwa


pengertian kualitas produk adalah merupakan kemampuan dari peroduk untuk
menjalankan fungsinya dan mencakup daya tahan, kehandalan atau kemajuan,
kekuatan, kemudahan dalam pengemasan dan merujuk pada atribut atau sifat
sifat yang terdapat dalam suatu barang atau hasil.

c. Dimensi Kualitas Produk

Menurut Durianto dalam Sangdaji dan Sophia (2013:329), kualitas


produk terdiri atas enam dimensi yaitu :

 Kinerja
Kinerja merupakan elemen kualitas produk yang berkaitan lansung
dengan bagaimana suatu produk dapat menjalankan fungsinya untuk
memenuhi kebutuhan konsumen.
 Reliabilitas
Reliabilitas merupakan daya tahan produk selama dikonsumsi
 Fitur
Fitur merupakan fungsi fungsi sekunder yang ditambahkan pada
suatu produk, seperti fitur kendali jauh (remote control) pada televisi.

 Keawetan (durability)

Keawetan merupakan dimensi kualitas produk yang menunjukan


suatu pengukuran terhadap siklus produk, baik secara teknis maupun
waktu. Produk dikatakan awet jika dapat bertahan dalam pemakaian
berulang ulang.

 Konsistensi
Konsistensi merupakan dimensi kualitas produk yang menunjukan
seberapa jauh suatu produk bisa memenuhi standar atau spesifikasi
tertentu. Produk yang mempunyai konsistensi tinggi berarti sesuai
dengan standar yang di tentukan.
 Desain
Desain merupakan aspek emosional yang memengaruhi kepuasan
konsumen sehingga desain kemasan ataupun bentuk produk akan turut
memengaruhi prestasi kualitas produk tersebut.
d. Pengukuran kualitas produk

Menurut Putro et al (2014), ada empat indikatir yang dapat di jadikan


pengukuran yaitu:

 Produk yang di jual bervariasi

 Produk memiliki fitur yang lebih baik dari pada smartphone lainya

 Produk memiliki kualitas yang bagus

 Kualitas produk sesuai dengan uang yang dikeluarkan.

3. CITRA MEREK
a. Definisi citra merek
Citra merek dapat didefinisikan debagai suatu persepsi yang muncul di
benak konsumen Ketika mengingat suatu merek dari produk tertentu. Novansyah
(2016), menyatakan citra merek adalah citra tentang suatu merek yang dianggap
sebagai kelompok asosiasi yang menghubungkan pemikiran konsumen terhadap
suatu nama merek. Sedangkan menurut Shimp et al, dalam Sangadji dan Sopiah
(2013:372), berpendapat bahwa citra merek dapat dianggap sebagai jenis asosiasi
yang muncul di benak konsumen Ketika mengingat sebuah merek tertentu, asosiasi
tersebut secara sederhana dapat muncul dalam bentuk pemikiran atau citra tertentu
yang di kaitkan pada suatu merek, sama halnya Ketika berfikir tentang orang lain.
Menurut Sitio (2017), citra merek adalah sekumpulan sikap yang di ambil
tentang gambaran yang tercermin dalam benak dan pikiran konsumen untuk
menilai suatu merek yang memiliki dimensi yakni:
 Pengenalan (recoginition)
 Reputasi (reputation)
 Daya tarik atau simpati (affinity)
 Kesetiaan (loyalty).

Penulis menarik kesimpulan dari pengertian yang diuraikan bahwa citra


merek adalah citra tentang suatu merek yang dianggap sebagai kelompok asosiasi
yang menghubungkan pemikiran konsumen terhadap suatu nama merek dan dapat
dianggap sebagai jenis asosiasi yang muncul di benak konsumen etika mengingat
suatu merek tertentu.

b. Faktor Pembentuk Citra Merek

Menurut Sugiharti (2012) terdapat pembentuk citra merek yaitu:

(1) Citra Pembuat

Citra produk merupakan sekumpulan asosiasi yang di persepsikan


konsumen terhadap perusahaan yang membuat suatu produk atau jasa tiga
faktor.

(2) Citra Produk

Citra produk merupakan sekumpulan asosiasi yang di presepsikan


konsumen terhadap suatu produk.
(3) Citra Pemakai

Citra pemakai merupakan sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan


konsumen terhadap pemakai yang mengunakan suatu barang atau jasa.

c. Komponen Citra Merek


Shimp et al, dalam Sangadji dan Sopiah (2013:327), menyatakan bahwa terdapat
empat komponen citra merek, yaitu
 Asosiasi merek ( brand association)
Asosiasi merupakan atribut yang ada dalam merek dan akan lebih
besar apabila pelanggan mempunyai banyak pengalaman berhubungan
dengan merek tersebut. Berbagai asosiasi yang diingat oleh konsumen dapat
dirangkai sehingga membentuk citra merek (brand image).

 Dukungan Asosiasi Merek

Dukungan asosiasi merek merupakan respons konsumen terhadap


atribut, manfaat serta keyakinan dari suatu produk berdasarkan penelitian
mereka atas produk. Arribut merek tidak berkaitan dengan fungsi produk,
tetapi berkaitan dengan citra merek.

 Kekuatan Asosiasi Merek


Kekuatan asosiasi merek ditunjukan dengan reputasi baik yang
dimiliki produk tersebut dimata konsumen, produk tersebut dirasa memiliki
manfaat dan expresi diri dan menambah rasa percaya diri konsumen.
 Keunikan Asosiasi Merek
Jika sebuah produk mempunyai ciri khas yang membedakanya dari
produk lain, produk tersebut akan diingat oleh konsumen. Ingatan konsumen
itu akan semakin kuat jika konsumen sudah merasakan manfaat dari sebuah
produk dan merasa bahwa merek lain tidak akan bisa memuaskan
keinginannya tersebut.

d. Pengukuran Citra Merek


Survei dan Ling (2013), menyatakan ada tiga indikator yang dapat dijadikan
pengukuran terhadap Citra Merek yaitu:
 Produk memiliki citra yang berbeda dengan smartphone lainya
 Produk memiliki citra yang jelas
 Produk memiliki citra yang kuat
4. BRAND TURST
a. Definisi Brand Turst

Menurut, Delgado Ballester, Munuera Aleman and Yagiie Yuillen dalam


Christiaan Rudolf Quintus Roets (2014). Mengkonseptualisasikan kepercayaan
merek sebagai konstruksi dua dimensi, terdiri dari atribut keandalan dan niat.

Sedangkan menurut Delgado dalam Hendrajati Aditya (2016), kepercayaan


merek adalah perasaaan aman yang dimiliki konsumen akibat dari interaksinya
dengan sebuah merek, yang berdasarkan persepsi bahwa merek tersebut dapat
diandalkan dan bertanggung jawab atas kepentingan dan keselamatan dari
konsumen.

Penulis menarik kesimpulan dari pengertian yang telah diuraikan bahwa


pengertian brand trust adalah perasaan aman yang dimiliki konsumen akibat dari
interaksinya dengan sebuah merek, jika konsumen sudah merasa aman dan nyaman
dengan suatu merek maka konsumen akan semakin menyukai dan mempercayai
merek tersebut sesuai dengan yang di inginkan dan juga kepercayaan merek
sebagai konstruksi dua dimensi, terdiri dari atribut keandalan dan niat.

b. Dimensi Brand Trust

Menurut Ali Hasan (2013:127), terdapat dimensi-dimensi kepercayaan merek yang


terdiri dari :

1. Reliability
Berkaitan dengan tingkat keandalan perusahaan dalam menyediakan layanan
produk.
2. Credibility
Berkaitan dengan tingkat keahlian yang dibutuhkan perusahan untuk
melakukan pekerjaan secara efektif dan andal.
3. Benefolence
Berkaitan dengan niat dan motivasi perusahan.
c. Pengukuran Brand Trust

Menurut kustini dalam Rijan (2012), brand trust dapat diukur melalui dua
dimensi viabilitas dan dimensi intensionalitas

a. Dimensi viabilitas
Dimensi ini mewakili sebuah persepsi bahwa suatu merek dapat
memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan nilai konsumen .
b. Dimensi intensional
Dimensi ini mencerminkan prasaan aman dari seorang indifidu terhadap
suatu merek.

Anda mungkin juga menyukai