Selain itu, mempertahankan pelanggan yang sudah ada jauh lebih penting bagi
perusahaan dari pada mencari pelanggan baru, kemungkinan diperlukan biaya yang
lebih besar untuk mendapatkan seorang konsumen baru dari pada mempertahankan
terjual seperti yang diharapkan, disamping itu konsumen akan memiliki minat beli
1
2
bahwa produk yang mereka pilih berkualitas baik dan dapat memenuhi atau bahkan
melebihi keinginan dan harapan konsumen. Dengan kata lain produk tersebut
dan keinginan para konsumen yang sangat tergantung pada perilaku konsumennya
itu sendiri.
dilakukan sebelumnya oleh laurensia hanjani putri dalam jurnal manajemen bisnis
vol. 1. Nomor 2. (2016) yang berjudul faktor-faktor yang mempengaruhi minat beli
harga, prefensi merk, nilai yang dirasakan, kualitas produk, dan lingkungan fisik.
produk, nilai yang dirasakan, dan harga sudah cukup baik, namun tidak cukup baik
pada tiga faktor lainnya, yaitu faktor kepuasan pelanggan, preferensi merek, dan
lingkungan fisik.
3
merk dan warna serta kemasan, harga, diskon dan hadiah. Dari keseluruhan faktor
ulang yang terjadi pada perilaku konsumen, tergantung bagaimana produk yang
ditawarkan, baik dari kualitas produk, merek, harga, promosi, tempat, kualitas
layanan. Sedangkan minat beli ulang dari konsumen bisa pula dipengaruhi pada
kinerja yang dirasakan dengan harapan. Selain itu, terciptanya kepuasan konsumen
dalam membeli ulang suatu produk. Karena kualitas produk diantaranya merupakan
sebagai usaha untuk mewujudkan citra suatu produk. Jika kualitas produknya
4
bagus, mulai dari rasa, kemasan, keawetan, dan tidak membosankan. maka dampak
yang akan terjadi besar harapan konsumen akan membeli lagi produk tersebut.
Produk yang mempunyai nilai tinggi dimata konsumen akan mempunyai citra
merk yang tinggi pada benak konsumen. Citra merk merupakan suatu anggapan
merk yang kuat, maka hasil yang dirasakan akan berdampak jangka panjang. Merk
yang baik akan memicu konsumen percaya terhadap merk tersebut. Ketika merk
PT. Poci Kreasi Mandiri Sukabumi adalah salah satu perusahaan distributor
yang bergerak dibidang minuman, dibawah naungan PT. Gunung Slamet yang
berpusat di bandung. PT. Poci kreasi mandiri ini bertempat di Sukabumi dan sudah
berdiri sejak tahun 2012. Produk yang ada pada distributor ini yaitu teh poci, teh
celup sosro, dan teh hijau. Pada tahun 2014, poci kreasi mandiri sukabumi berbeda
divisi dengan PT. gunung slamet yang artinya hanya menjual produk teh poci saja.
Selain itu, poci kreasi mandiri adalah franchise dengan merk teh poci.
yang melakukan pembelian ulang pada produk teh poci yaitu faktor harga, kualitas
produk, merk, jarak yang dekat, kepuasan konsumen, dan acuan konsumen dalam
membeli ulang produk. Akan tetapi, hal yang menjadi dasar konsumen dalam
membeli ulang produk teh poci tidak diketahui secara tepat. Dengan demikian, jika
5
perusahaan mengetahui faktor utama dalam pembelian ulang produk dengan tepat,
menjadi dasar konsumen dalam membeli ulang produk teh poci. oleh sebab itu, jika
faktor konsumen dalam membeli ulang produk teh poci diketahui secara tepat,
tentunya perusahaan teh poci dalam pemasaran produknya sesuai dengan kebutuhan
Maka dari itu peneliti akan mengetahui lebih lanjut faktor apa saja yang
3. 2 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti merumuskan
minat beli ulang konsumen produk teh poci pada PT. Poci kreasi mandiri.
faktor-faktor mengenai minat pembelian ulang konsumen pada produk teh poci
tersebut. Selain itu juga, sebagai pengaplikasian ilmu-ilmu yang telah dipelajari
diantaranya adalah:
referensi akademik, khususnya tentang minat beli ulang konsumen, serta dapat
yang relevan dengan permasalahan yang akan diteliti tentang analisis faktor-faktor
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu.
No Perbedaan
8
5. 2. Kerangka Pemikiran
Dalam jurnal penelitian yang dilakukan oleh sumitro (2011) yang berjudul
pembelian ulang studi kasus: pada industry kecil di Labuan batu. Hasilnya kualitas
produk, harga, kepuasan konsumen, berpengaruh positif terhadap minat beli ulang.
merk dan warna serta kemasan, harga, diskon dan hadiah. Dari keseluruhan faktor
dilakukan sebelumnya oleh laurensia hanjani putri (2016) dalam jurnal yang
pembelian ulang yaitu kepuasan konsumen, kualitas layanan, harga, prefensi merk,
Dalam jurnal penelitian yang dilakukan oleh yudha praja (2016) yang
berjudul studi tentang minat beli ulang konsumen kopi kapal api di bondowoso.
Hasil penelitian bahwa faktor promosi, citra merk, berpengaruh terhadap pembelian
terhadap pembelian ulang pada suatu produk yaitu kepuasan konsumen, kualitas
produk, citra merk, harga, promosi, kualitas layanan. Namun pada penelitian kali
ini peneliti hanya ingin mengetahui faktor-faktor apa saja yang nantinya
memepngaruhi minat beli ulang pada produk teh poci yang sesuai permasalahan
Minat beli ulang merupakan salah satu dari perilaku pembelian konsumen
yang mana terdapat kesesuaian antara nilai dari barang atau jasa yang dapat
besar didasarkan pada rasa percaya dan sudah terbiasa yang berkaitan dengan
konsumen pada suatu produk disebabkan oleh kepuasan konsumen. Hal ini
dikarenakan konsumen akan membeli ulang tergantung bagaimana puas atau tidak
puasnya konsumen.
menimbulkan persepsi ketertarikan terhadap suatu produk atau jasa. Maka dari itu
perusahaan haruslah berusaha membuat strategi supaya produk atau jasa tersebut
bisa bertahan dalam benak konsumen. Sehingga minat akan pembelian ulang akan
terjadi pada konsumen. Minat pembelian ulang yang terjadi karena konsumen
atau reaksi ini merupakan suatu keadaan konsumen dimana konsumen mampu
kualitas dari sebuah produk. Pendapat senada juga dikemukakan oleh Aeker (1997)
yang menyebutkan bahwa “merk adalah nama dan atau simbol yang bersifat
barang atau jasa dari seorang penjual atau penjual tertentu yang mampu
bahwa merk adalah nama, istilah, tanda, simbol, rancangan atau kombinasi dari hal
tersebut. Yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seseorang
merupakan suatu nama atau simbol yang mengidentifikasi suatu produk dan
penting bagi sebuah produk atau jasa, bahkan tidak mengherankan jika merk
konsumen tidak memilih merek yang lainnya. Dengan demikian pembelian ulang
akan terjadi bila merk yang ditawarkan mempunyai citra yang tinggi dibandingkan
Kualitas produk mutlak harus ada dalam pelaksanaan perusahaan pada target
sasaran konsumen. Faktor ini merupakan ciri pembentuk citra merk itu sendiri dan
kualitas produk. Pertama, produk harus mampu mencapai tingkat kualitas yang
sesuai dengan fungsi penggunaannya; tidak perlu melebihi. Istilah yang ada pada
mengevaluasi pascapembelian dan pasca konsumsi. Proses ini juga bisa disebut
dengan proses evaluasi alternative tahap dua. Hasil dari pascakonsumsi adalah
kepuasan atau ketidak puasan pada produk tersebut. Kepuasan pada kualitas produk
tersebut akan mendorongkonsumen untuk membeli ulang produk tersebut. Hal ini
dapat membentuk terjadinya minat beli ulang konsumen berdasarkan pada kualitas
produk tertentu.
kemampuan yang bisa dinilai dari suatu produk didalam menjalankan fungsinya,
yang merupakan suatu gabungan dari daya tahan, keandalan, ketepatan, kemudahan
pemeliharaan serta atribut-atribut lainnya dari suatu produk. Dari segi pemasar
kualitas harus diukur dari sudut penglihatan dan tanggapan pembeli terhadap
kualitas itu sendiri. Dalam hal ini selera pribadi sangat mempengaruhi. Oleh karena
14
itu secara umum dalam mengelola kualitas produk, harus sesuai dengan kegunaan
yang diharapkan.
mempunyai fungsi dan manfaat yang baik untuk di pergunakan dan dibutuhkan
sesuai dengan keinginan konsumen. Dalam menjalankan fungsi suatu produk tentu
harus adanya atribut-atribut dari suatu produk tersebut. Hal ini dikarenakan untuk
mengukur dari sudut konsumen dan tanggapan konsumen untuk membeli ulang
suatu produk.
sebagai alat pengumpulan data yang nantinya akan dijadikan sebagai data inti dalam
penelitian ini. Kemudian peneliti mencari variable konstruk dari Faktor apakah
yang mempengaruhi minat beli ulang konsumen pada produk teh poci.
Faktor 1
Faktor 3
sehari-hari konsumen membeli ulang produk minuman teh poci. Dengan adanya
6. 2. Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
analisis faktor adalah mendefinisikan struktur suatu data matrik dan menganalisis
struktur saling hubungan (korelasi) antar sejumlah besar variabel dengan cara
mendefinisikan satu set kesamaan variabel atau dimensi dan sering disebut dengan
Faktor analisis adalah metode yang dapat digunakan untuk pengukuran semacam
itu. Menurut Field (2009) analisis faktor memiliki tiga kegunaan, yaitu:
3) Untuk mengurangi satu set data sehingga ukurannya lebih kecil dan mudah
Dengan adanya pengurangan set data tersebut, menunjukkan bahwa hasil dari
16
memiliki korelasi yang cukup agar bisa dilakukan analisis faktor. Cara untuk
menentukan dapat atau tidaknya dilakukan analisis faktor adalah dengan melihat
Adequacy (MSA) dimana MSA ini bisa diuji dengan uji Kaiser Meyer Olkin
(KMO). Setelah keduanya memenuhi nilai yang ditentukan maka analisis faktor
sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu
kesimpulannya”.
dimensi –dimensi atau faktor-faktornya. Karena variabel satu dengan yang lainnya
variable.
17
6. 3. 2. Operasionalisasi Konsep
Dalam operasionalisasi konsep menjelaskan mengenai instrumen yang
2. keawetan produk
Kualitas produk
Minat beli 3. produk bekerja memuaskan
Ordinal 5-8
ulang 4. rasanya enak.
1. jangkauan promosi
1. keterjangkauan tempat.
faktor lokasi 2. lokasi penjualan cukup
strategis Ordinal 18-20
wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulan”. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen yang
memenuhi karakteristik yang pernah mencoba produk teh poci dengan jumlah yang
tidak diketahui besarannya dan dapat dikatakatan dalam kategori tidak terhingga.
Populasi tak terhingga merupakan suatu sumber data yang tidak dapat
ditentukan batas-batasnya secara kuantitatif. Oleh karena itu luas populasi berifat
tak terhingga dan hanya dapat dijelaskan secara kualitatif (Burhan bungin,
2009:99).
19
6. 4. 2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
adanya suatu kendala yang diakibatkan oleh beberapa hal, seperti keterbatasan
biaya, tenaga, waktu dan sebagainya maka dari itu sampel menjadi sebuah alternatif
bagi peneliti dalam proses penelitian. Hal tersebut diperkenankan dengan syarat
kebetulan, yaitu siapa saja secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat
digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kita temui itu cocok dengan
𝑍𝑎2 𝑥𝑃𝑥𝑄
𝑛=
𝐿2
Dimana :
n : Jumlah sampel yang diperlukan
Za : Nilai standar a=5%=1.96
P : Prevalensi outcome, karena data belum didapat, maka dipakai 50%
Q : 1-P
L : Tingkat ketelitian 10%
1.962 𝑥0.5𝑥0.5
𝑛=
0.12
n= 96.04
penelitian ini adalah 96 responden. Namun untuk tidak terjadi kekeliruan dalam
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. (Ghozali, 2013).
sejauh mana suatu instrumen secara positif berhubungan dengan instrument lainnya
yang digunakan untuk mengukur suatu konstruk yang sama. Uji validitas ini dapat
dari analisis faktor kemudian dilakukan uji beda (t-test) untuk mengetahui apakah
6. 5. 2. Realibitas
Reliabilitas merupakan konsistensi dari serangkaian pengukuran atau
serangkaian alat ukur keajegan data dalam interval waktu tertentu. Pengukuran
yang memiliki realibilitas tinggi, adalah pengukuran yang dapat memberikan hasil
yang telah dianggap valid untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap
ajeg atau konsisten bila dilakukan pengukuran ulang terhadap gejala yang sama.
21
Keterangan:
a = Reliabilitas instrument
tertentu. Pengukuran yang memiliki reabilitas yang tinggi adalah pengukuran yang
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data
yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Untuk penyebaran angket atau
6. 6. 1. Data Primer
Data Primer yaitu data yang diperoleh dari hasil penelitian langsung secara
empirik kepada pelaku langsung atau yang terlibat langsung dengan menggunakan
data primer, pengumpulan data yang dilakukan melalui kuesioner yang diantar dan
diambil sendiri oleh peneliti terhadap konsumen teh poci, kemudian menggunakan
6. 6. 2. Kuisioner
Menurut Sugiyono (2013) “Angket atau kuesioner merupakan tehnik
Likert. Model Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang kejadian atau gejala sosial (Riduwan dan
Sunarto, 2012). Dengan Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi
indikator variabel, kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk
Skala likert yang digunakan memiliki lima tingkat jawaban yang merupakan skala
penelitian, maka penulis melakukan uji validitas dan reliabilitas pada kuesioner.
6. 6. 3. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
diteliti.
dilakukan dengan melalui tatap muka (face to face) maupun dengan telepon
1. Wawancara Terstruktur
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila
peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi
apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara,
pengumpulan data telah menyiapkan instrument penelitian berupa pertanyaan-
pertanyaan tertulis.
2. Wawancara Tidak Terstruktur
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan
lengkap untuk pengumpulan datanya.
mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah di susun secara
perusahaan untuk mendapatkan data dan pada konsumen yang pernah membeli
6. 6. 5. Dokumentasi
mengumpulkan data sekunder sebagai pendukung dari data primer yaitu seperti
diperusahaan.
Analisis data adalah cara yang digunakan dalam mengolah data yang
diperoleh sehingga didapatkan suatu hasil analisis atau hasil uji. Adapun teknik-
teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
ketergantungan antara satu variabel dengan yang lain yang akan diuji untuk
variabel. Jika variabel X1, X2,…,Xp independent (bersifat saling bebas), maka
matriks korelasi antar variabel sama dengan matriks identitas. Sehingga untuk
menguji kebebasan antar variabel ini, uji Bartlett menyatakan hipotesis sebagai
berikut:
H0 : ρ = I
H1 : ρ ≠ I
Statistik Uji :
1 p
rk rik , k = 1, 2,...,p
p 1 i 1
2
r rik
p( p 1) i k
ˆ
( p 1) 2 1 (1 r ) 2
p ( p 2)(1 r ) 2
Dengan :
r k = rata-rata elemen diagonal pada kolom atau baris ke k dari matrik R
(matrik korelasi)
r = rata-rata keseluruhan dari elemen diagonal
Daerah penolakan : tolak H0
(n 1) p
2
T 2
( rik r ) ˆ (r k r ) 2 2 ( p 1) ( p 2) / 2;
(1 r ) i k k 1
analisis komponen utama dan analisis faktor. Nilai barlett test of sphericity yaitu
signifikan pada 0.05 jadi dapat disimpulkan analisis faktor dapat diteruskan
(Ghazali 2013:386).
Uji Kaiser Meyer Olkin (KMO) bertujuan untuk mengetahui apakah semua
data yang telah terambil telah cukup untuk difaktorkan. Nilai KMO bervariasi mulai
26
dari 0 sampai dengan 1. Nilai 0 menunjukkan bahwa jumlah korelasi partial relatif
lebih besar bila dibandingkan dengan jumlah korelasi itu sendiri sehingga analisis
faktor tidak bisa digunakan. Sedangkan nilai 1 menunjukkan bahwa pola korelasi
Statistik uji :
p p
r
i 1 j 1
2
ij
KMO = p p p p
r
i 1 j 1
2
ij a ij2
i 1 j 1
Analisis faktor hasil KMO dapat disebutkan atau memenuhi syarat yaitu
diatas 0.50 (Ghazali 2013:386). Dengan demikian analisis faktor bisa dilanjutkan.
7.1 Lokasi
Adapun jadwal penelitian yang dilakukan penulis selama kurang lebih 2 bulan
terhitung dari bulan November 2017 sampai dengan Desember 2017. Dimana
selama kurun waktu tersebut, penulis melakukan beberapa tahapan penelitian mulai
dari persiapan penelitian sampai dengan pengujian. Namun sampai saat ini masih