PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Era globalisasi seperti saat ini, perkembangan bisnis terjadi dengan pesat.
Pertumbuhan beragam bisnis terjadi di mana-mana. Ketatnya persaingan membuat setiap
pelaku bisnis dituntut untuk mengeluarkan segala kemampuan yang mereka miliki agar dapat
bersaing dipasar. Menurut Santri Zulaicha (2016), semakin ketatnya persaingan bisnis yang
ada dengan jenis usaha yang sama membuat setiap perusahaan semakin dituntut untuk
bergerak lebih cepat dalam menarik konsumen.
Adanya perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia yang semakin menyukai aktivitas
minum kopi di coffee shop. Hal ini juga diperkuat oleh pendapat Rhenald Kasali (2009) yang
mengatakan bahwa kini kopi bukan lagi sekedar penghilang rasa kantuk, tetapi sebagai bagian
dari gaya hidup dimana coffee shop menjadi tempat yang sangat diminati.
Menurut Yanti (2018) coffee shop biasanya dimanfaatkan sebagai tempat berkumpul
dan bersantai bersama teman-teman atau keluarga di akhir pekan maupun untuk sekedar
melepas kepenatan dari aktivitas sehari-hari. Banyak dari kalangan mahasiswapun
memanfaatkan kehadiran coffee shop ini sebagai alternatif tempat untuk menyelesaikan
pekerjaan atau tugas.
Salah satu coffee shop yang sedang tren saat ini adalah Kopi Kupont. Kopi Kupont
merupakan salah satu coffee shop yang berusaha meraih pelanggan yang mengutamakan
kualitas dan menyasar pelanggan yang menjadikan hangout in cafe sebagai gaya hidup. Kopi
Kupont juga memiliki misi untuk mengedukasi pengunjung khususnya yang belum mengenal
kopi dengan baik.
Persaingan yang ketat antar coffee shop membuat konsumen lebih teliti dan selektif
ketika dihadapkan pada berbagai macam pilihan tempat ngopi. Namun disisi lain, kondisi
pasar coffee shop yang heterogen dan selera konsumen yang terus berkembang membuat
perusahaan kesulitan untuk mengikuti selera konsumen. Maka dari itu, perusahaan perlu
memilih segmen pasar yang paling menarik sebagai pasar sasarannya (Yosini, 2018).
Sumarwan (2014:377) menyatakan keputusan pembelian sebagai pemilihan suatu
tindakan dari dua atau lebih pilihan alternatif. Pada pengambilan keputusan pembelian,
konsumen selalu mempertimbangkan faktor-faktor yang ada seperti rasa, harga, dan keunikan
produk yang didapatkan dari promosi. Namun, hal penting yang harus dipahami oleh
organisasi bisnis bahwa setiap konsumen memiliki perilaku yang berbeda sehingga belum
tentu semua faktor-faktor tersebut akan mempengaruhinya dalam membuat suatu keputusan
pembelian pada suatu bisnis.
Kotler dan Keller (2012) menyatakan penetapan harga oleh pelaku bisnis harus
disesuaikan dengan lingkungan dan perubahan yang terjadi. Hal tersebut akan mempengaruhi
konsumen sebelum memutuskan pembelian karena konsumen akan mencari tahu harga dan
akan memilih produk yang sesuai dengan kemampuan membelinya. Selain faktor cita
rasa dan harga, faktor lainnya yang memiliki peranan dalam pengambilan keputusan
pembelian terhadap konsumen yaitu promosi.
Promosi memiliki arti penting bagi perusahaan karena tanpa adanya promosi,
perusahaan tidak akan dapat mengenalkan produknya. Kotler dan Keller (2013) mengatakan
bahwa kegiatan promosi memiliki tujuan yang dapat meningkatkan preferensi brand pada
target pasar yang nantinya akan menimbulkan kesadaran pada konsumen akan suatu merek
dan produk, yang juga dapat mempengaruhi keputusan seseorang dalam melakukan
pembelian.
Kemudian dengan maraknya aplikasi sosial media sekarang ini, dapat dijadikan
pemasar nantinya sebagai media kegiatan promosi yang efektif. Schultz dan Martin (2014)
menyatakan bahwa penggunaan sosial media oleh pihak pemasar pada sebuah usaha,
memungkinkan keberhasilan kegiatan promosi yang memberi dampak bagi konsumen untuk
saling berbagi preferensi maupun mengumpulkan informasi sebagai bahan pertimbangan
memutuskan pembelian suatu produk.
Dampak yang ditimbulkan oleh sosial media sangat nyata terhadap peningkatan trafik
situs web dan peningkatan penjualan online (Solis, 2010:21). Kopi Kupont telah menerapkan
promosi melalui media sosial seperti Facebook dan Instagram (@kupont.id), yaitu dengan
memberikan banyak promo pada produk dan menawarkan hadiah pada transaksi tertentu.
Sosial media telah dijadikan sebagai salah satu sarana yang digunakan untuk melakukan
pemasaran produk atau yang biasa juga disebut dengan social media marketing. Weinberg
(2009:3-4) mengatakan Social media marketing mendorong individu untuk melakukan
promosi melalui situs web, produk, atau layanan mereka melalui saluran sosial online dan
untuk berkomunikasi dengan memanfaatkan komunitas yang jauh lebih besar yang memiliki
kemungkinan lebih besar untuk melakukan pemasaran daripada melalui saluran periklanan
tradisional.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang ”Pengaruh Rasa, Harga Dan Promosi Melalui Media Sosial Terhadap
Keputusan Pembelian Konsumen Kopi Kupont”.
Berkaitan dengan masalah yang disebutkan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
mengetahui pengaruh Rasa terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Kopi Kupont,
mengetahui pengaruh Harga terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Kopi Kupont,
mengetahui pengaruh Promosi Melalui Media Sosial terhadap Keputusan Pembelian
Konsumen Kopi Kupont dan mengetahui pengaruh Rasa, Harga dan Promosi Melalui Media
Sosial terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Kopi Kupont.
BAB I PENDAHULUAN
2.1.2 Rasa
2.1.3 Harga
2.3 Hipotesis
5.2 Pembahasan
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Keputusan Pembelian
2.1.1.1 Pengertian Keputusan Pembelian
Natalia dan Mulyana (2014) menyebutkan bahwa keputusan pembelian adalah
proses pengintegrasian yang mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua
atau lebih perilaku alternatif dan memilih salah satu diantaranya. Sri Widyastuti
mengatakan (dalam Lin, 2015), stated the purchase decision is “some steps done by
customers before making decision on a product”.
Keputusan pembelian menurut Assauri dalam Walukuw, Mananeke, Sepang
(2014) adalah suatu proses pengambilan keputusan akan pembelian yang mencakup
penentuan apa yang akan dibeli atau tidak melakukan pembelian dan keputusan itu
diperoleh dari kegiatan-kegiatan sebelumnya. Keputusan untuk membeli dapat mengarah
kepada bagaimana proses dalam pengambilan keputusan tersebut itu dilakukan.
Setiadi mengatakan (dalam Tri Widodo, 2015:14), pengambilan keputusan
konsumen (consumer dicision making) adalah suatu proses pengintegrasian yang
mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif
dan memilih salah satu diantaranya. Hasil dari proses pengintegrasian ini adalah suatu
pilihan yang disajikan secara kognitif sebagai keinginan berperilaku sedangkan menurut
Kotler dan Garry (dalam Annisa Ristu, 2016:22) keputusan pembelian merupakan tahap
dalam proses pengambilan keputusan, yaitu ketika konsumen benar-benar membeli
produk. Pengambilan keputusan merupakan suatu kegiatan individu yang secara langsung
terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang yang ditawarkan oleh produsen.
Sofjan Assauri mengatakan (dalam Dheany, 2012:18), keputusan pembelian
merupakan suatu proses pengambilan keputusan akan pembelian yang mencakup
penentuan apa yang akan dibeli atau tidak melakukan pembelian dan keputusan itu
diperoleh dari kegiatan-kegiatan sebelumnya, sedangkan menurut Hasan (dalam Eka
Dewi, 2016:48), keputusan pembelian adalah keputusan dalam memilih tindakan dari
beberapa alternatif dalam membeli produk dan jasa yang akan dikonsumsi.
Menurut Suryani (dalam Tengku Putri, 2016:432), keputusan pembelian
barang/jasa seringkali melibatkan dua pihak atau lebih. Umumnya ada lima peranan yang
terlibat. Kelima peran tersebut meliputi:
1. Pemrakarsa (initiator), yaitu orang yang pertama kali menyarankan ide untuk membeli
suatu barang/jasa. 2. Pembawa pengaruh (influencer) yaitu orang yang memiliki
pandangan atau nasihat yang mempengaruhi keputusan pembelian. 3. Pengambil
keputusan (decider), yaitu orang yang menentukan keputusan pembelian. 4. Pembeli
(buyer), yaitu orang yang melakukan pembelian secara nyata. 5. Pemakai (user), yaitu
orang yang mengkonsumsi dan menggunakan barang/jasa yang dibeli.
2.1.2 Rasa
2.1.2.1 Pengertian Rasa
Dalam hal produk minuman khususnya kopi, rasa dari sebuah produk ikut
mempengaruhi keputusan pembelian. Dalam persaingan bisnis internasional bidang
industri minuman siap saji, perusahaan dituntut untuk memberikan inovasi-inovasi dalam
berbagai varian rasa sesuai permintaan konsumen. Drummond KE & Brefere LM (2010)
mendefinisikan bahwa rasa adalah suatu cara pemilihan makanan/minuman yang harus
dibedakan dari rasa (taste) makanan/minuman tersebut. Rasa mempunyai indikator yaitu
bau, rasa, tekstur, dan suhu.
Menurut Shaharudin et al. (2011) rasa merupakan atribut yang menunjukkan
kualitas dari produk makanan/minuman. Rasa merupakan bentuk kerja sama dari kelima
macam indera manusia, yakni perasa, penciuman, perabaan, penglihatan, dan
pendengaran. Rasa sendiri merupakan hasil kerja pengecap rasa (taste buds) yang terletak
dilidah, pipi, kerongkongan, atap mulut, yang merupakan bagian dari rasa.
Lokasi penelitian ini dilaksanakannya pada Kedai Kopi Kupont yang terletak di jalan Bangka
Raya No. 100, Jakarta Selatan. Lokasi penilitian tersebut dipilih karena Kupont merupakan
kedai kopi yang baru berdiri di awal tahun 2021, dengan konsep penempatan gerai container
di area parkir Alfa Midi Super. Kupont menyediakan kopi dan makanan pendamping yang
mengusung kekhasan rasa Pontianak.
Adapun definisi Operasional variabel dalam penelitian ini akan dijelaskan pada tabel berikut:
Keterangan / Penjelasan Atas
Instrumen Variabel
Uraian Variabel Instrumen/Dimensi
Cita Rasa (X1) Bau Bau khas dengan kopi
(Drummond KE & Brefere Rasa Produk memiliki rasa yang
LM, 2010) berkualitas, Produk menawarkan
rasa yang beraneka ragam, Rasa
sesuai selera, Rasa berbeda
dengan kompetitornya
Tekstur Tekstur yang tidak terlalu cair,
tekstur yang tidak menggumpal
Suhu Coffe shop memberikan pilihan
dingin dan panas