Assalamualaikum wr.wb
Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua, yang terhormat bapak dr. Rio
sudirman se.,mm selaku dosen pembimbing utama, bapak agus riyanto SE., MM selaku
dosen pemimbing anggota.
Pada kesempatan kali ini saya akan mempresentasikan skripsi saya dengan judul
“pengaruh word of mouth, store atmosphere, dan cita rasa terhadap keputusan
pembelian pada konsumen cafe atap langit banyuwangi”
Perkenalkan nama saya ghorisatul hasanah (31196233), adapun pokok pembahasan
saya yaitu pendahuluan, tinjauan pustaka dan metodelogi peneitian, pembahasan, serta
kesimpulan.
Latar Belakang
Langsung saja penlitian ini diatar belakangi oleh banyaknya persaingan bisnis
kuliner. Persaingan bisnis kuliner ini membuka peluang dan tantangan bagi perusahaan
yang beroperasasi di bidang yang sama. Terlebih lagi di indonesia dikenal dengan dunia
kulinernya sehingga makanan dan minuman yang di perjual belikanpun tersedia
berbagai jenis varian sehingga bisnis kuliner banyak bermunculan yang menyebabkan
persaingan bisnis kuliner semakin tinggi dan pengusaha dituntut untuk senantiasa
berinovasi dan menentukan strategi pemasaran yang tepat agar perusahaan mampu
bersaing dan tujuan perusahaan dapat tercapai.
Salah satu kebutuhan konsumen yang sangat diperlukan yaitu kebutuhan pangan
yang merupakan suatu keharusan dalam mempertahankan kehidupan. Dalam melakukan
sebuah aktivitas maupun kegiatan manusia memerlukan energi dan sebuah energi
tersebut yang diperoleh dari makanan dan minuman yang dikonsumsinya. Oleh karena
itu, usaha di bidang pangan merupakan salah satu usaha yang dapat memberikan sebuah
peluang yang besar bagi pelakunya, Salah satu usaha di bidang pangan tepatnya di
banyuwangi yaitu cafe atap langit.
Keputusan konsumen untuk membeli atau tidak terhadap suatu produk merupakan
suatu tantangan dan masalah yang dihadapi oleh cafe atap langit banyuwangi. Hal
tersebut menyangkut keberlangsungan usaha yang dijalankan banyak faktor yang
menjadi pertimbangan konsumen sebelum memutuskan melakukan pembelian seperti
store atmosphere, social media promotion dan word of mouth mariana puspa (2021)..
Sehingga pengusaha harus jeli dalam melihat faktor-faktor apa saja yang harus
diperhatikan untuk menarik konsumen. Demikian juga degan cafe atap langit harus
melakukan upaya untuk mempertahankan konsumen, dimana konsumen bersedia untuk
menceritakan kepada pelanggan lainnya. Konsumen juga dapat melakukan pembelian
ulang serta merekomendasikan hal-hal positif baik dari segi tempat, suasana, cita rasa,
maupun harga yang dikeluarkan dan pengalaman baru terhadap teman, keluarga dan
lainnya.
Cafe atap langit banyuwangi memiliki banyak pesaing, untuk itu cafe tersebut
melakukan jenis strategi menggunakan media sosial agar dapat bersaing dengan cafe
jenis lainnya. Dalam media sosial, cafe atap langit banyuwangi melakukan pemasaran
melalui media instagram dengan menyasar kalangan generasi muda sebagai target
pasarnya. Pada media instagram pemasaran semakin berkembang menjadi komunikasi
word of mouth. Cafe atap langit banyuwangi mengandalkan word of mouth sebagai
media promosi mereka, karena word of mouth merupakan komunikasi yang
menghasikan percakapan yang baik, karena pastinya seseorang akan bertanya kepada
orang lain terkait kualitas produk sehingga dapat mempengaruhi keputusan pembelian.
Banyak cafe yang memiliki keunikan tersendiri, sehingga banyak cafe yang
berlomba-lomba untuk menciptakan suatu inovasi yang berbeda-beda. Salah satu cara
untuk memenangkan sebuah persaingan adalah dengan membuat sesuatu yang berbeda.
Store atmosphere bisa menjadi alternative untuk membedakan cafe satu dengan yang
lainnya. Perbedaan dalam sebuah bisnis diperlukan karena pasti didapati produk yang
serupa dengan harga berkisaran beda tipis bahkan sama. Store atmosphere bisa menjadi
alasana lebih bagi konsumen untuk tertarik dan memilih dimana ia akan berkunjung dan
membeli (kusumawati,2014:2) dalam jurnal (vita an’nisa: 2016). Meskipun store
atmosphere tidak secara langsung mengomunikasikan kualitas produk dengan
membandingkan dengan melalui iklan atau promosi namun, store atmosphere
merupakan komunikasi secara diam-diam yang dapat menunjukkan kelas sosial dari
produk-produk yang ada didalamnya. Sehingga hal ini dapat dijadikan alat pembujuk
konsumen untuk melakukan proses keputusan pembelian.
Berbicara tentang cita rasa suatu produk memang mempunyai peranan yang cukup
penting dan sangat menentukan dalam proses pemilihan produk yang akan di beli dan
dikonsumsi oleh konsumen. Cita rasa merupakan atribut makanan yang meliputi
penampakan bau, rasa, tekstur, dan suhu (wulandari, 2021). Pada dasarnya sebuah cafe
menjual produk makanan dan minuman sehingga menu yang disajikan harus benar-
benar berkualitas terutama dalam hal cita rasa, sehingga konsumen akan menentukan
keputusan pembeliannya. Jika konsumen merasa cita rasa makanan dari cafe tersebut
tidak sesuai dengan selera konsumen maka dapat dipastikan konsumen tidak akan
membeli atau tidak lagi mendatangi cafe tersebut. Namun, apabila jika sebaliknya cafe
tersebut memiliki cita rasa yang sesuai dengan selera konsumen maka dapat dipastikan
konsumen akan selalu melakukan keputusan pembelian.
Sehingga dengan adanya latar belakang tersebut saya meneliti “pengaruh word of
mouth, store atmosphere, dan cita rasa terhadap keputusan pembelian pada konsumen
cafe atap langit banyuwangi”.
PENELITIAN TERDAHULU
1. Penelitian yang dilakukan oleh Mariana Puspa Dewi (2021) dengan judul
“Pengaruh Store Atmosphere, Social Media Promotion, Word Of Mouth
Terhadap Keputusan Pembelian Di Habbit Eatery Coffee Malang” Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa Store Atmosphere, Promosi di Media Sosial
dan Word of Mouth secara Bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan
terhadap keputusan pembelian di Habbit Eatery Coffee.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Maudina Aisyah Putri (2018) “Pengaruh Harga,
Lokasi, Store Atmosphere, Dan Word Of Mouth Terhadap Keputusan
Pembelian (Studi Kasus Pada Restoran Warunk Upnormal Cinere)”. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa variabel word of mouth berpengaruh positif
signifikan terhadap keputusan pembelian. menujukkan bahwa word of mouth
paling memberi pengaruh positif terhadap keputusan pembelian.
3. Alvina Eka Kimilawati, dkk (2022) berjudul “Pengaruh Word Of Mouth,
Kualitas Makanan Dan Store Atmosphere Terhadap Keputusan Pembelian
Konsumen Angkringan Disiniaja Di Karanganyar”. Hasil penelitian ini
menunjukkan Store atmosphere berpengaruh signifikan terhadap keputusan
pembelian konsumen di Angkringan Disinaja Karanganyar.
4. Catur Prakoso, dkk (2020) “Pengaruh Promosi Media Sosial Instagram, Store
Atmosphere Dan Cita Rasa Produk Terhadap Keputusan Pembelian Pada
Restoran Ayam Geprek Juara Di Rawamangun. Hasil dari penelitian
menunjukkan bahwa cita rasa produk secara parsial memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap keputusan pembelian pada restoran Ayam Geprek Juara di
Rawamangun
LANDASAN TEORI
1. Menurut Kotler dan Keller (2012:568) word of mouth communication (WOM) atau
komunikasi dari mulut ke mulut merupakan proses komunikasi yang berupa
pemberian rekomendasi baik secara individu maupun kelompok terhadap suatu
produk atau jasa yang bertujuan untuk memberikan informasi secara personal.
Menurut Hasan (2010:32) dalam jurnal Maudina Aisyah (2018) mengukur word of
mouth dengan indikator sebagai berikut:
a. Keinginan konsumen dalam membicarakan hal-hal positif dan pengalaman kepada
orang lain.
b. Rekomendasi produk kepada orang lain.
c. Dorongan terhadap teman atau relasi terhadap produk.
d. Komunikasi dengan media promosi kepada orang lain.
2. Menurut Levy and Weitz (2012:490) store atmosphere mencangkup pada desain
lingkungan seperti komunikasi visual, pencahayaan, warna, music, dan aroma
untuk mensimulasikan respon persepsi dan emosi pelanggan dan pada akhirnya
mempengaruhi perilaku pembelian mereka”.
Adapun indikator dari variabel Store Atmosphere adalah sebagai berikut:
1) Exterior
2) General Interior
3) Store Layout
4) Interior Displays
3. Cita rasa merupakan suatu cara pemilihan ciri makanan atau minuman yang harus
dibedakan dari rasa (taste) makanan atau minuman tersebut. Cita rasa memberi
kontribusi besar pada keputusan pembelian konsumen untuk mengkonsumsi
produk kuliner.
Adapun indikator variabel cita rasa:
1) Penampakan
2) Bau, ciri khas wangi dan aroma
3) Rasa
4) Tekstur
5) Suhu, temperatur dan derajat panas makanan.
4. Keputusan pembelian menurut Kotler dan Armstrong (2004:227) adalah tahap
dalam proses pengambilan keputusan pembelian dimana konsumen benar-benar
membeli
Adapun indikator keputusan pembelian:
1) Kemantapan membeli setelah mengetahui informasi produk.
2) Memutuskan membeli karena merek yang paling disukai.
3) Membeli karena sesuai dengan keinginan dan kebutuhan.
4) Membeli karena mendapat rekomendasidari orang lain.
Metode penelitian
1. Metode kuantitatif merupakan metode peneitian yang berupa angka-angka dan
anaisis menggunakan statistik, serta menjelaskan hubungan antar variabel.
2. Metode cross sectional survei yaitu dengan mengumpulkan data satu persatu daam
satu waktu.
3. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan ditarik kesimpulannya (sugiyono, 2010:115). Popilasi pada
penelitian ini adalah konsumen cafe atap langit banyuwangi.
4. sampel
Menurut Sugiyono (2013:81) sampel adalah “Bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut.”
Jumlah sampel yang diambil yaitu menggunakan rumus Roscoe dalam sugiono
rumusnya yaitu indikator X 10.
Teknik sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Probability
Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi
setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Metode
pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Simple Random
Sampling.
TEKNIK ANALISIS DATA
1. Uji validitas digunakan untuk mengukur sah, atau tidaknya suatu kuisioner
2. Uji reliabilitas digunakan untuk menguji variabel yang digunakan handal (dapat
dipercaya) atau tidak
3. Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel
bebas yaitu Word of mouth, Store atmosphere, dan Cita rasaa terhadap variabel
terikat yaitu Keputusan pembelian
4. koefisien determinasi (R2 ) digunakan untuk mengetahui seberapa besar
kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen.
5. UJI HIPOTESIS
6. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas Data, untuk menguji apakah variabel dependen dan
independen keduanya memiliki distribusi normal atau tidak
b. Uji multikolineritas, untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya
korelasi atau tidak.
c. Uji Heteroskedastisitas, untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan varians.