pelanggan baru diperlukan biaya mulai dari Penelitian Zboja dan Voorhees (2006)
lima sampai lima belas kali, dibandingkan menguji pengalaman dalam pembelian dua
dengan menjaga hubungan dengan satu kategori produk yaitu komputer dan elektronik.
pelanggan lama (Zeithaml et al., 2009). Kedua kategori produk tersebut termasuk
Beberapa peneliti telah mengeluh dalam kategori keterlibatan tinggi (specialty
bahwa pentingnya merek telah menurun dalam product). Penelitian yang dilakukan oleh
lingkungan toko pengecer dan menjadi peneliti merubah pilihan kategori produk men-
meningkat didominasi oleh superstore yang jadi barang convenience sesuai dengan saran
sangat kuat (Farris dan Ailawadi, 1992). Prak- future research dari Zboja dan Voorhees
tisi perlu memahami perkembangan merek (2006). Selain itu, pemilihan kategori produk
pabrik karena dapat mempengaruhi evaluasi menjadi barang convenience dalam penelitian
konsumen terhadap pengecer untuk tujuan ini dilakukan untuk dapat mengetahui kekuatan
peningkatan kesuksesan dalam lingkungan generalisasi temuan penelitian Zboja dan
pengecer yang kompetitif (Zboja dan Voorhees, Voorhees (2006). Konsumen yang ingin mela-
2006). Pengukuran evaluasi konsumen dalam kukan pembelian produk speciality product
penelitian ini adalah kepercayaan dan kepuasan harus mempersiapkan dirinya, karena kepu-
konsumen dan niat membeli ulang. Penelitian tusan untuk pembelian produk speciality prod-
konseptual (Berry, 2000) dan penelitian empiris uct merupakan perilaku dengan keterlibatan
(Krishnan dan Hartline, 2001) menekankan tinggi yang akan melibatkan faktor internal
pentingnya penelitian peran merek untuk per- seperti motivasi, pembelajaran (sikap) dan
usahaan jasa. Meskipun demikian, kebanyakan faktor eksternal seperti norma subyektif yaitu
penelitian bersifat konseptual dan fokus pada keluarga, saudara dan teman. Sedangkan untuk
penetapan kebutuhan untuk pemahaman pembelian produk convenience, konsumen
hubungan saling mempengaruhi antara merek tidak melalui proses keputusan yang panjang
dengan perusahaan jasa (Zboja dan Voorhees, dan tidak banyak melibatkan orang lain dalam
2006). Meskipun banyak konseptualisasi ter- pengambilan keputusan. Selain itu, apabila
dahulu masih terdapat sedikit peneliti yang dilihat dari biaya yang dikeluarkan untuk pem-
mempertimbangkan dampak merek yang dijual belian produk convenience relatif kecil,
oleh pengecer dapat mempengaruhi evaluasi sehingga apabila konsumen salah dalam meng-
konsumen pada perusahaan. ambil keputusan, maka dapat segera berpindah
Usaha untuk memberikan wawasan ke produk lain yang dianggap cocok.
baru pada dampak merek perusahaan pada Terjadinya niat membeli ulang di-
persepsi konsumen atas pengecer, penelitian kemudian hari semua ini tidak lepas karena
Zboja dan Voorhees (2006) menguji peran adanya kepuasan yang terbentuk karena ke-
kepercayaan konsumen dan kepuasan terhadap puasan pada merek dan kepuasan pada peng-
merek dan hubungannya dengan kepercayaan ecer. Niat membeli ulang dapat muncul karena
terhadap pengecer dan kepuasan, dan akhirnya adanya kepuasan pada pengecer dan karena
pada niat untuk membeli kembali. Penelitian terciptanya kepuasan pada merek yang terben-
tentang pemindahan sikap positif konsumen tuk sebelumnya. Jika hasil evaluasi terhadap
dari toko pengecer ke manufaktur (misalnya suatu merek, produk, atau jasa yang dipilih
Beatty et al., 1996; Goff et al., 1997), belum memenuhi atau melampaui ekspektasinya,
terdapat pengujian empiris dari pengalihan maka pelanggan tersebut kemungkinan akan
potensial serupa dari manufaktur ke toko menunjukkan sikap positif, dan memiliki
pengecer. Oleh karena itu, penelitian ini keinginan untuk membeli/menggunakan kem-
berusaha untuk melakukan pengujian empiris bali merek, produk, atau jasa yang sama
dari tiga hubungan kompleks antara merek, (repurchase intentions), dan keinginannya
pengecer, dan konsumen seperti yang untuk bertindak sebagai referensi bagi orang
dilakukan oleh Zboja dan Voorhees (2006). Hal lain (advocacy intentions).
ini menunjukkan bahwa kepercayaan dan Penelitian ini menarik untuk dilakukan
kepuasan terhadap merek berpengaruh pada karena beberapa alasan. Pertama, dalam mem-
niat membeli ulang melalui kepercayaan dan pertahankan konsumennya perusahaan harus
kepuasan pada pengecer. mampu menciptakan kepuasan pelanggannya.
Karena terciptanya kepuasan pelanggan dapat
Pengaruh Kepercayaan dan Kepuasan … (Five Sulistyani Rosannah) 65
menguntungkan bagi perusahaan yaitu dapat akan memberikan kepercayaan terhadap merek
terjadinya pembelian ulang. Adanya pembelian tersebut. Artinya, kepercayaan merek itu muncul
yang berulang ini sangat menguntungkan bagi ketika konsumen telah mendapatkan kepuasan
perusahaan karena perusahaan dapat meng- melalui pengalaman menggunakan. Sehingga
hemat biaya promosi dan akan muncul kon- semakin tinggi kepuasan yang dirasakan
sumen baru karena adanya word of mouth dari konsumen maka akan memunculkan kepercayaan
konsumen ke konsumen. Kedua, karena peneli- yang tinggi pula pada merek tersebut. Untuk
tian sebelumnya tentang pengaruh kepercayaan penelitian ini, karena sifat kategori produk yang
dan kepuasan pada merek khususnya pada digunakan dalam survey adalah produk conven-
produk speciality product, sedangkan sekarang ience yaitu shampo, kepercayaan pada produsen
penelitian dilakukan tentang pengaruh keper- dan merek dapat saling menggantikan. Hal ini
cayaan dan kepuasan pada merek khususnya karena konsumen membeli shampoo tidak
pada produk convenience. langsung ke produsen. Oleh karena itu dapat
disusun hipotesis sebagai berikut:
KAJIAN PUSTAKA H1: Kepuasan terhadap merek berpengaruh
Menurut Berry (1995), relationship marketing positif pada kepercayaan terhadap merek.
diartikan sebagai menarik, memelihara dan Pengaruh kepuasan terhadap pengecer pada
meningkatkan hubungan dengan pelanggan. kepercayaan terhadap pengecer
Relationship marketing lebih merupakan
pendekatan bersifat jangka panjang, dimana hal Oliver et al., (1997) mendefinisikan kepuasan
ini berbeda dengan pendekatan pemasaran sebagai “Penilaian dari produk atau jasa yang
transaksional yang lebih berorientasi jangka menyajikan tingkat kesenangan atas kemam-
pendek. Tujuan dari pemasaran transaksional puan pemenuhan konsumsi, termasuk ke-
adalah untuk mendapatkan pelanggan semata, kurangan dan kelebihannya”.
sedangkan tujuan dari relationship marketing Dalam meta-analisis kepuasan dalam
adalah untuk mendapatkan dan mempertahan- marketing, Geyskens et al., (1999) menemukan
kan pelanggan. kepuasan merupakan anteseden dari keper-
cayaan. Hasil serupa ditemukan dalam setting
Pengaruh kepuasan terhadap merek pada pengecer (Bloemeer dan Oderkerken-
kepercayaan terhadap merek Schroe’der, 2002), dalam konteks kepercayaan
Ketika terdapat berbagai konseptualisasi keper- merek (Delgado-Ballester dan Munuera-
cayaan dalam literatur pemasaran, salah satu Alema’n, 2001), seperti yang diusulkan dalam
yang populer ditawarkan oleh Morgan dan jasa oleh Singh dan Sirdeshmukh (2000.
Hunt (1994) yaitu kepercayaan terjadi “ketika Kepercayaan akan terbangun dengan sendirinya
satu pihak telah percaya dengan reliabilitas dan ketika konsumen mendapatkan kepuasan. Pada
integritas partner dalam suatu kegiatan per- akhirnya kepuasan yang terbentuk akan
dagangan’’. Sama halnya dengan pendapat melahirkan kepercayaan pada pengecer sebagai
Moorman et al., (1993) yang mendefinisikan wakil dari perusahaan manufaktur. Kepuasan
kepercayaan sebagai “keinginan untuk bergan- yang selama ini terbangun lebih disebabkan
tung pada partner pertukaran yang telah terper- pada pengalaman berhubungan dengan peng-
caya”. Lou dan Lee (1999) membuat teori ecer. Artinya semakin baik pelayanan yang
bahwa merek merupakan indikator bagi per- diberikan oleh pengecer akan memberikan
usahaan manufaktur dalam menjalankan kontak kepuasan pada konsumen. Hal ini pada
dengan konsumen. Hal ini terjadi karena kon- akhirnya akan meningkatkan kepercayaan
sumen untuk produk tertentu membeli produk konsumen terhadap pengecer tersebut. Hara-
melalui perantara, sehingga tidak memiliki pannya adalah bahwa hubungan kepuasan-
kontak personal dengan produsen. Oleh karena kepercayaan ditemukan dalam penelitian
itu, perusahaan manufaktur mulai mengem- selanjutnya baik pada merek dan pengecer di
bangkan kepercayaan konsumen terhadap penelitian ini. Oleh karena itu, diusulkan
merek. hipotesis sebagai berikut:
Lau dan Lee (1999) menambahkan, H2: Kepuasan terhadap pengecer berpengaruh
terciptanya kepuasan terhadap merek tertentu positif pada kepercayaan terhadap pengecer.
66 Jurnal Siasat Bisnis Vol. 18 No. 1, Januari 2014 63-80
Pengaruh kepuasan terhadap merek pada H4: Kepercayaan terhadap merek berpengaruh
kepuasan terhadap pengecer positif pada kepercayaan terhadap pengecer.
Pertanyaan utama yang akan diuji secara Pengaruh kepuasan terhadap pengecer pada
empiris selanjutnya dikemukakan yaitu apakah niat membeli ulang
kepuasan pada merek dapat memiliki dampak
positip pada kepuasan pada pengecer dan Niat membeli ulang, sama dengan kesetiaan,
akhirnya niat untuk membeli kembali. Singh keinginan untuk membayar price premium,
(1991) mendiskusikan kemungkinan bahwa word-of-mouth, dan tuntutan yang merepre-
konsumen bisa membuat penilaian kepuasan sentasikan lima niat keperilakukan yang
terpisah dari pengalaman berbelanjanya. Kon- digambarkan oleh Zeithaml et al., (1996).
sumen juga mengatakan bahwa bentuk Kesetiaan dan aspek pembelian kembali dari
hubungan tidak hanya dengan petugas taksonomi yang pada dasarnya bersifat serupa.
penjualan (sales people) di toko pengecer, Oliver et al., (1997) sebagai contoh tindakan
tetapi juga pada pengecer dan merek (Dodds et operasional kesetiaan berupa pengulangan
al., 1991). Penelitian telah menemukan bahwa penggunaan. Delgado-Ballester dan Munuera-
perasaan positip terhadap sales people Alema’n (2001) dan Macintosh dan Lockshin
perusahaan “ditransfer” ke dalam perasaan (1997) menggunakan niat membeli kembali
yang sama terhadap pengecer dan/atau sebagai elemen kesetiaan dalam konteks merek
produsen (Beatty et al., 1996; Goff et al., dan toko. Terdapat beberapa perdebatan dalam
1997). Lebih spesifik lagi, Macintosh dan literatur berkaitan dengan dampak kepuasan
Lockshin (1997) mendemonstrasikan kesetiaan pada niat membeli kembali dan kepuasan.
orang penjualan merupakan anteseden terhadap Delgado-Ballester et al., (2003) menyarankan
kesetiaan toko. Terciptanya kepuasan pada bahwa kepuasan mempengaruhi kesetiaan
merek awalnya karena kenyataan yang diterima secara langsung. Oleh karena itu, diusulkan
konsumen melebihi harapannya terhadap merek hipotesis sebagai berikut:
tersebut. Lau dan Lee (1999) menjelaskan lebih H5: kepuasan terhadap pengecer berpengaruh
lanjut bahwa dengan terciptanya kepuasan pada positif pada niat membeli ulang.
merek akan memberikan kepuasan juga pada
pengecer. Karena pengecer dalam hal ini Pengaruh kepercayaan terhadap pengecer
berperan sebagai penyalur dari merek yang pada niat membeli ulang
diterima oleh konsumen. Semakin baik perilaku Kepercayaan pada pengecer dalam beberapa
pengecer dalam mendistribusikan merek maka literatur menjadi perdebatan tentang pengaruh-
akan mempengaruhi kepuasan konsumen. nya pada niat membeli ulang. Banyak yang
Sehingga diusulkan hipotesis sebagai berikut: menemukan hubungan langsung (misalnya
H3: Kepuasan terhadap merek berpengaruh Bearden dan Teel, 1983; Cronin dan Taylor,
positif pada kepuasan terhadap pengecer. 1992; Oliver et al., 1997; Selnes, 1998),
Pengaruh kepercayaan terhadap merek sedangkan yang lain menyarankan bahwa
pada kepercayaan terhadap pengecer kepercayaan adalah anteseden yang dominan
dari niat membeli ulang (misalnya Doney dan
Boulding (1956) mengkaitkan bahwa perilaku Cannon, 1997). Perdebatan belum selesai
manusia lebih dikendalikan oleh persepsi image karena Ranaweera dan Prabhu (2003) mene-
dibandingkan realita obyektif. Persepsi, sesung- mukan kepercayaan dan kepuasan memiliki
guhnya kadang merupakan realita dalam dampak positif pada ingatan konsumen.
pikiran konsumen. Jika pengecer dapat men- Garbarino dan Johnson (1999) menemukan
ciptakan koneksi (dalam pikiran konsumen) kepuasan menjadi kunci untuk ocasional con-
dengan merek populer yang dibawa, pengecer sumer, sedangkan kepercayaan lebih penting
dapat memperoleh manfaat dari powerfull untuk pelanggan yang konsisten. Delgado-
brand. Berdasarkan penemuan ini, hipotesis Ballester et al., (2003) menyarankan bahwa
berikut ini diusulkan bahwa kepercayaan pada kepercayaan mempengaruhi kesetiaan secara
merek dapat memiliki transfer yang serupa langsung. Hipotesis berikut mengusulkan
pada pengecer. Oleh karena itu, diusulkan hubungan langsung dari kepercayaan pada
hipotesis sebagai berikut:
Pengaruh Kepercayaan dan Kepuasan … (Five Sulistyani Rosannah) 67
pengecer dengan niat membeli ulang. Oleh H8: Kepuasan terhadap merek berpengaruh
karena itu, diusulkan hipotesis sebagai berikut: pada niat membeli ulang melalui kepuasan
H6: kepercayaan terhadap pengecer berpenga- pada pengecer sebagai variabel mediasi.
ruh positif pada niat membeli ulang.
Perbedaan antara penelitian terdahulu
Peran mediasi kepercayaan terhadap dengan saat ini, yang dilakukan oleh Zboja dan
pengecer Voorhees (2006), kategori produk yang
Pertanyaan selanjutnya dalam penelitian digunakan termasuk dalam kategori high
menempatkan sifat hubungan antara keper- involvement, seperti komputer dan mesin foto
cayaan dan kepuasan dengan merek dan niat kopi. Sedangkan Kuntjara (2007, kategori
membeli ulang dengan pengecer. Pengecer produk yang digunakan termasuk dalam
mendapatkan sejumlah manfaat dari mendapat- kategori high involvement, seperti beton dan
kan powerfull brand, termasuk peningkatan bahan kimia. Sedangkan pada Puspitasari
image untuk pengecer dengan konsumen, (2006), kategori produk yang digunakan
hubungan kepercayaan dan kredibilitas dengan termasuk dalam kategori high involvement,
konsumen, dan pre-established demand (Web- yaitu jasa penerbangan pada maskapai Garuda.
ster, 2000). Penemuan ini dan pendapat peneli- Sedangkan penelitian sekarang yang
tian ini mengarah kepada mediasi yang diusul- dilakukan menggunakan produk convenience.
kan: Berdasarkan survei yang dilakukan pada pro-
H7: Kepercayaan terhadap merek berpengaruh duk shampo, diperoleh hasil bahwa produk
pada niat membeli ulang melalui keper- shampo berada dalam kategori low involve-
cayaan pada pengecer sebagai variabel ment. Hasil ini dapat ditunjukan dari kecen-
mediasi derungan responden dalam menganggap
produk shampo sebagai produk yang tidak ter-
Peran mediasi kepuasan terhadap pengecer lalu penting, tidak harus dimiliki dan responden
tidak mempunyai ketertarikan yang kuat ter-
Kepuasan konsumen adalah penilaian evaluatif hadap produk tersebut. Alasan pengambilan
atas pilihan terakhir dari transaksi tertentu produk low involvement dalam penelitian ini
(Kotler, 2000). Kepuasan dapat dinilai secara adalah untuk melihat perbedaannya dengan
langsung sebagai perasaan konsumen secara penelitian sebelumnya yang menggunakan
keseluruhan. Kepuasan konsumen juga produk high involvement.
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu pengharapan
dan kinerja jasa yang dialami. Kepuasan terjadi Model Penelitian
ketika kinerja yang dialami sama atau lebih Model yang diadaptasikan dalam penelitian ini
besar dari pengharapan (Zeithaml, et al., 2009). terlihat dalam Gambar 1.
Penemuan penelitian ini mengarah kepada
mediasi yang diusulkan:
Tabel 6 menyajikan informasi sebagai karena semakin kecil p-value semakin besar
berikut: terdapat 11 observasi yang terindikasi peluang tidak samanya sampel yang diobser-
mempunyai outliers. Data-data tersebut berada vasi dengan matriks kovarians yang diestimasi
pada observasi 80, 128, 99, 76, 172, 104, 155, SEM. Padahal, nilai chi-square akan meningkat
24, 93, 146, dan 166. Data-data ini tetap diper- seiring dengan meningkatnya jumlah sampel
tahankan karena merupakan elemen dari popu- dan penilaian p-value juga menjadi kurang
lasi yang ada, sehingga patut untuk dipertahan- bermakna jika ukuran sampel besar (Hair et al.,
kan untuk alasan generabilitas. Jika outliers ini 2006).
dibuang, peneliti akan mendapatkan hasil ana- Nilai df menunjukkan lebih dari nol
lisis multivariat yang lebih baik tetapi tidak atau model penelitian ini overidentified, dengan
pada aspek generabilitas (Hair et al., 2006). demikian masih terbuka peluang modifikasi
model jika ingin meningkatkan goodness of fit
Hasil Uji Validitas Model Pengukuran model yang diajukan, yaitu sebanyak 244 kali.
(Goodness of Fit Model) Modifikasi model untuk mendapatkan good-
Penilaian validitas dalam model struktural ness of fit yang lebih baik dapat dilakukan
antara lain ditunjukkan dengan structural dengan cara menambahkan atau mengurangi
model fit (kecocokan model struktural) yang jalur pada model disertai dukungan teori yang
baik. Berdasarkan output AMOS 16.0, nilai kuat. Secara umum, dapat disimpulkan bahwa
masing-masing indeks goodness-of-fit dapat model yang diajukan relatif dapat diterima
dilihat pada Tabel 7. karena model tersebut dapat menjelaskan data
Hasil pengujian goodness of fit model yang sesungguhnya mengenai pola hubungan
pada Tabel 7 menunjukkan bahwa terdapat antar konstruk penelitian. Hal ini ditunjukkan
beberapa nilai goodness of fit yang tidak dengan terpenuhinya kriteria indeks-indeks
memenuhi kriteria kecocokan model yaitu nilai goodness of fit yang mempunyai nilai yang
AGFI (Adjusted Goodness of Fit). AGFI meru- relatif memenuhi persyaratan berdasarkan cut
pakan pengembangan dari goodness of fit yang off value yang direkomendasikan Hair et al.,
disesuaikan dengan ratio df untuk propose (2006). Jika dibandingkan dengan model
model dengan df untuk null model. Nilai AGFI penelitian Zboja dan Voorhees (2006), model
dalam penelitian ini dibawah cut off 0,90 ini memberikan hasil goodness of fit yang
yaitu sebesar 0,880. hampir setara. Model Zboja dan Voorhees
Untuk nilai chi-square yang memenuhi (2006) memberikan hasil goodness of fit
kriteria diharapkan kecil, artinya hanya sedikit dengan menghasilkan nili CFI sebesar 0,98,
perbedaan yang terjadi antara model yang sedangkan model penelitian ini menghasilkan
diajukan dalam penelitian dengan realitas yang nilai CFI sebesar 0.987. Untuk nilai TLI, Zboja
sesungguhnya. Sebaliknya, p-value yang meru- dan Voorhees (2006) menghasilkan nilai se-
pakan statistical significance of 2, diharapkan besar 0.97, sedangkan model penelitian ini
besar (diharapkan > 0,05), bukan kecil (< 0,05), menghasilkan nilai sebesar 0.985.
Pengujian Hipotesis
Pengaruh suatu konstruk pada konstruk yang lain diuji dengan menganalisis koefisien jalur pada
taraf signifikansi tertentu. Koefisien jalur dikatakan signifikan bila C.R > 1,96 untuk tingkat
signifikansi 0,05 atau C.R > 2,58 untuk tingkat signifikansi 0,01. Selanjutnya dianalisis kesesuaian
arah hubungan koefisien dengan arah hubungan yang telah dihipotesiskan. Hipotesis penelitian
dikatakan terdukung (Ho ditolak dan Ha diterima) jika arah hubungan sesuai dengan yang
dihipotesiskan serta ditunjang nilai C.R yang memenuhi syarat. Dalam penelitian ini digunakan
tingkat signifikansi 0,01 atau 1% yaitu C.R > 2,58. Tabel 12 dan gambar 2 memuat hasil pengujian
hipotesis dalam penelitian ini.
Tabel 8: Hasil Pengujian Hipotesis
Hipotesis Arah Estimate C.R Analisis
Hipotesis
H1 : TM KM + 0,260 6,364*** Terdukung
H2 : TP KP + 0,348 4,850*** Terdukung
H3 : KP KM + 0,215 3,334*** Terdukung
H4 : TP TM + 0,318 2,541 Terdukung
H5 : BU KP + 0,339 3,610*** Terdukung
H6 : BU TP + 0,258 2,646*** Terdukung
H7 : BU TP TM + Terdukung
H8 : BU KP KM + Terdukung
Keterangan ***: Signifikan pada p = 0,01
yang dialami konsumen terhadap suatu merek realita dalam pikiran konsumen. Jika pengecer
nantinya akan menimbulkan efek emosional dapat menciptakan koneksi (dalam pikiran
dan kepuasan di benak konsumen. Terciptanya konsumen) dengan merek populer yang
kepuasan pada merek awalnya karena dibawa, pengecer dapat memperoleh manfaat
kenyataan yang diterima konsumen melebihi dari powerfull brand. Merek yang baik dan
harapannya terhadap merek tersebut. Lau dan kuat dibenak konsumen akan melahirkan
Lee (1999) menjelaskan lebih lanjut bahwa manfaat bagi konsumen sehingga pada
dengan terciptanya kepuasan pada merek akan akhirnya dapat melahirkan kepercayaan juga
memberikan kepuasan juga pada pengecer. pada merek itu sendiri. Adanya kepercayaan
pada merek ini akan memunculkan kepecayaan
Hubungan kepercayaan terhadap merek kepada pengecer, karena pengecer dianggap
pada kepercayaan terhadap pengecer jalannya konsumen mendapatkan merek.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis ke empat Sehingga semakin meningkat kepercayaan
menunjukkan kepercayaan terhadap merek konsumen pada merek yang digunakannya
berpengaruh positif pada kepercayaan terhadap maka akan meningkatkan kepercaanya pada
pengecer. Temuan ini konsisten dengan pengecer.
penelitian Zboja dan Voorhees (2006) untuk Hubungan kepuasan terhadap pengecer
konteks speciality product berupa barang pada niat membeli ulang
elektronik. Kepercayaan pelanggan pada merek
didefinisikan sebagai keinginan pelanggan Berdasarkan hasil pengujian hipotesis ke lima
untuk bersandar pada sebuah merek dengan menunjukkan kepuasan terhadap pengecer
risiko-risiko yang dihadapi karena ekspektasi berpengaruh positif pada niat membeli ulang,
terhadap merek itu akan menyebabkan hasil Temuan ini konsisten dengan penelitian Zboja
yang positif (Lau dan Lee, 1999). Lou dan Lee dan Voorhees (2006) untuk konteks speciality
(1999) berpendapat bahwa merek merupakan product berupa barang elektronik. Kepuasan
indikator bagi perusahaan manufaktur dalam pelanggan dapat dikonseptualisasikan sebagai
menjalankan kontak dengan konsumen. Hal ini keseluruhan evaluasi pelanggan atas perform-
terjadi karena konsumen untuk produk tertentu ance dari suatu penawaran (Gustafsson et al.,
membeli produk melalui perantara (pengecer), 2005). Kepuasan pelanggan telah diakui
sehingga tidak memiliki kontak personal sebagai determinan penting loyalitas pelanggan
dengan produsen. (Bearden dan Teel, 1983).
Dalam pasar konsumen, ada begitu Niat membeli ulang, sama dengan
banyak konsumen yang tidak teridentifikasi, kesetiaan, keinginan untuk membayar price
sehingga sulit bagi perusahaan untuk mem- premium, word-of-mouth, dan tuntutan yang
bangun hubungan personal dengan setiap merepresentasikan lima niat keperilakukan
pelanggan (Lau dan Lee, 1999). Cara lain yang yang digambarkan oleh Zeithaml et al., (1996).
ditempuh oleh pemasar untuk membangun Kesetiaan dan aspek pembelian kembali dari
hubungan personal dengan pelanggan adalah taksonomi yang pada dasarnya bersifat serupa.
melalui sebuah simbol, yaitu merek. Dalam Oliver et al., (1997) sebagai contoh tindakan
situasi tersebut, merek berperan sebagai operasional kesetiaan berupa pengulangan
pengganti hubungan person-to-person antara penggunaan. Delgado-Ballester dan Munuera-
perusahaan dengan pelanggannya, selanjutnya Alema’n (2001) dan Macintosh dan Lockshin
kepercayaan dapat dibangun melalui merek. (1997) menggunakan niat membeli kembali
Dalam konteks saluran pemasaran, ketika sebagai elemen kesetiaan dalam konteks merek
perusahaan dinilai memiliki reputasi yang baik, dan toko. Terdapat beberapa perdebatan dalam
maka pelanggan kemungkinan besar akan literatur berkaitan dengan dampak kepuasan
percaya pada pengecer dan vendor (Anderson pada niat membeli kembali dan kepuasan.
dan Weitz, 1992). Delgado-Ballester et al., (2003) menyarankan
Boulding (1956) mengkaitkan bahwa bahwa kepuasan mempengaruhi kesetiaan
perilaku manusia lebih dikendalikan oleh secara langsung.
persepsi image dibandingkan realita obyektif. Salah satu faktor penentu kesuksesan
Persepsi, sesungguhnya kadang merupakan dalam menciptakan niat membeli ulang para
Pengaruh Kepercayaan dan Kepuasan … (Five Sulistyani Rosannah) 75
pelanggan adalah menciptakan kepuasan. of relationship quality (Dwyer, Schurr, dan Oh,
Konsumen akan membeli ulang terhadap suatu 1987), dan sebagai determinant of relationship
merek bila mendapatkan kepuasan dari merek quality (Anderson dan Weitz, 1992).
tersebut. Begitu juga konsumen akan membeli Kepercayaan memiliki dua dimensi,
ulang pada suatu pengecer apabila mendapat- yaitu kredibilitas dan benevolence. Kredibilitas
kan kepuasan dari pengecer tersebut. Hipotesis didasarkan pada keyakinan akan keahlian
berikut mengusulkan hubungan langsung dari partner untuk melakukan tugasnya secara
kepuasan pada pengecer dengan niat membeli efektif dan dapat diandalkan. Benevolence
ulang. adalah suatu keyakinan bahwa maksud dan
motivasi partner akan memberikan keuntungan
Hubungan kepercayaan terhadap pengecer bersama (Doney dan Canon, 1997). Hal ini
pada niat membeli ulang menjelaskan bahwa penciptaan awal hubungan
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis ke enam dengan partner didasarkan pada kepercayaan.
menunjukkan kepercayaan terhadap pengecer Kepercayaan pada pengecer dalam
berpengaruh positif pada niat membeli ulang. beberapa literatur menjadi perdebatan tentang
Temuan ini konsisten dengan penelitian Zboja pengaruhnya pada niat membeli ulang. Banyak
dan Voorhees (2006) untuk konteks speciality yang menemukan hubungan langsung (misal-
product berupa barang elektronik. Morgan dan nya Bearden dan Teel, 1983; Cronin dan
Hunt (1994) mengkonseptualisasikan keper- Taylor, 1992; Oliver et al., 1997; Selnes,
cayaan ketika satu kelompok memiliki keyaki- 1998), sedangkan yang lain menyarankan
nan bahwa partner pertukaran memiliki relia- bahwa kepercayaan adalah anteseden yang
bilitas dan integritas. Kepercayaan sebagai dominan dari niat membeli ulang (misalnya
suatu keadaan yang melibatkan ekspektasi Doney dan Cannon, 1997). Perdebatan belum
positif mengenai motif-motif dari pihak lain selesai karena Ranaweera dan Prabhu (2003)
yang berhubungan dengan diri seseorang dalam menemukan kepercayaan dan kepuasan
situasi yang berisiko (Lau dan Lee, 1999). memiliki dampak positif pada ingatan kon-
Kepercayaan cukup penting dalam relational sumen. Garbarino dan Johnson (1999) mene-
exchange. Kepercayaan merupakan batu pen- mukan kepuasan menjadi kunci untuk
jurunya hubungan partnership strategis karena ocasional consumer, sedangkan kepercayaan
karakteristik hubungan melalui kepercayaan lebih penting untuk pelanggan yang konsisten.
sangat bernilai yang mana suatu kelompok Delgado-Ballester et al., (2003) juga menya-
berkeinginan untuk menjalankan komitmen rankan bahwa kepercayaan mempengaruhi
terhadap dirinya atas hubungan tersebut kesetiaan secara langsung.
(Morgan dan Hunt, 1994). Lau dan Lee (1999) Kepercayaan pada pengecer dapat
menambahkan bahwa kepercayaan merupakan dibangun melalui hubungan yang baik antara
harapan dari pihak-pihak dalam sebuah tran- konsumen dengan pengecer. Hubungan yang
saksi, dan risiko yang terkait dengan perkiraan baik ini juga tidak lepas dari kepuasan yang
dan perilaku terhadap harapan tersebut. diterima oleh konsumen dari apa yang telah
Kepercayaan memiliki peran yang ditawarkan oleh pengecer. Ketika konsumen
penting dalam pemasaran industri. Dinamika mendapatkan kepuasan dari pelayanan yang
lingkungan bisnis yang cepat memaksa pema- telah diberikan akan menimbulkan kepercayaan
saran perusahaan untuk mencari cara yang dari konsumen terhadap pengecer tersebut.
lebih kreatif dan fleksibel untuk beradaptasi. Dalam jangka waktu tertentu apabila hubungan
Untuk tetap bertahan dalam situasi tersebut, ini terjalin dengan baik maka akan tercipta
perusahaan akan mencari cara yang kreatif keinginan untuk terus menjalin hubungan
melalui pembentukan hubungan yang kolabo- dengan pengecer tersebut. Sehingga dapat
ratif dengan pelanggan (Lau dan Lee, 1999). dikatakan bahwa terciptanya kepercayaan pada
Kepercayaan dianggap sebagai cara yang pengecer akan memunculkan niat membeli
paling penting dalam membangun dan memeli- ulang. Hipotesis berikut mengusulkan
hara hubungan dengan pelanggan dalam jangka hubungan langsung dari kepercayaan pada
panjang. Kepercayaan, dalam pemasaran pengecer dengan niat membeli ulang.
industri, dikonseptualisasikan sebagai feature
76 Jurnal Siasat Bisnis Vol. 18 No. 1, Januari 2014 63-80
ulang dengan dimediasi oleh kepercayaan ter- Assael, H. 1998. Consumer Behavior and Mar-
hadap pengecer serta pengaruh kepercayaan keting Action. 6th ed. Cincinatti, OH:
terhadap merek pada niat membeli ulang South Western College Publishing.
dengan dimediasi oleh kepuasan terhadap Baron, R.M. and Kenny, D.A. 1986. The
pengecer. Hal ini menyimpulkan bahwa model Moderator-mediator Variable Distinc-
penelitian sebelumnya (Zboja dan Verhoor, tion in Social Psychological Research:
2006) dengan menggunakan obyek speciality Conceptual, Strategic, and Statistical
good dapat berlaku juga untuk barang con- Considerations. Journal of Personality
venience. and Social Psychology. Vol. 51 No. 6.
Keterbatasan Penelitian dan Penelitian yang 1173-82.
Akan Datang Barnes, James, G. 2003. Establishing
Uji model penelitian tidak mempertimbangkan Meaningful Customer Relationships:
perbedaan merek shampo dan jenis pengecer Why some companies and brands mean
tempat pembelian oleh konsumen. Hal ini more to their customers. Managing
dilakukan karena banyaknya variasi jenis Service Quality. Vol.13 No. 3. 178-
shampo dan tempat pembelian. Sehingga hal ini 186.
dapat mengurangi kemampuan eksternal validi- Bearden, W. O. and Teel, J. E. 1983. Selected
tas hasil penelitian. Determinants of Customer Satisfaction
Penelitian ini mengunakan kuesioner and Complaint Reports. Journal of
yang bersifat self report. Sehingga masih Marketing Research. 20 (February).
dimungkinkan muncul bias dengan rendahnya 21-28.
validitas internal. Beatty, S.E; Mayer, M.L; Coleman, J.E.;
Saran untuk penelitian yang akan Reynolds, K.E; and Lee, J. 1996.
datang yaitu untuk melakukan penelitian Customer-sales associate retail rela-
dengan dua jenis barang yaitu barang high tionships. Journal of Retailing. Vol. 72.
involvement dan barang low involvement. Alat 223-47.
analisa penelitian perlu ditambah meliputi uji
beda serta pengujian kualitas model dengan alat Berry, L.L. 2000. Cultivating Service Brand
analisa SEM. Sehingga akan bisa dibandingkan Equity. Journal of the Academy of
penggunaan model untuk barang high involve- Marketing Science. Vol. 28 No. 1. 128-
ment dan barang low invovement. 37.
Bloemeer, J. and Odekerken-Schro¨der, G.
DAFTAR PUSTAKA 2002. Store satisfaction and store
Anderson, Erin, and Barton, Weitz. 1992. The loyalty explained by customer- and
Use of Pledges to Build and Sustain store-related factors. Journal of
Commitment in Distribution Channels. Customer Satisfaction, Dissatisfaction
Journal of Marketing Research, 29 and Complaining Behavior. Vol. 15.
(February). 18-34. 68-80.
Anderson, J.C., and Narus, A. 1990. A Model Bloemer, J.M. and Kasper, H. 1995. The com-
of Distribution Firm and Manufac- plex relationship between consumer
turing Firm Working Parthnership. satisfaction and brand loyalty. Journal
Journal of Marketing, Vol. 54, January. of Economic Psychology. Vol. 16. 11-
42-58. 29.
Andreassen, T.W. 1994. Satisfaction, Loyalty Boulding, K.E. 1956. The Image, The
and Reputation as Indicators of University of Michigan Press, Ann
Customer Orientation in the Public Arbor, MI.
Sector. International Journal of Public Boon, S.D., and Holmes, J.G. 1991. The
Sector Management, Vol. 7, No.2.16- dynamics of interpersonal trust:
34. Resolving uncertainty in face of risk. In
78 Jurnal Siasat Bisnis Vol. 18 No. 1, Januari 2014 63-80
Cooperation and prosaically behavior, Evan, Joel R. and Laskin, R. L. 1994. The
R.A. Hinde & J. Groebel (Eds.), Relationship Marketing Proses: A
Cambridge, UK: Cambridge University Conceptualization and Aplication.
Press. 190-211. Industrial Marketing Management.
Chan, Syafruddin. 2003. Relationship Vol. 23. 439-452.
Marketing: Inovasi Pemasaran yang Farris, P.W. and Ailawadi, K. 1992. Retail
Membuat Pelanggan Bertekuk Lutut, power: monster or mouse? Journal of
Jakarta: Gramedia. Retailing. Vol. 68. 351-69.
Cobb-Walgren, Cathy, Cynthia A.R., and Fornell, C. 1987. A second generation of
Naveen, D. 1995. Brand Equity, Brand multivariate analysis: Classification of
Preference and Purchase Intent. methods and implications for market-
Journal of Advertising. 24 (3). 25-40. ing research in Review of Marketing,
Cooper, D.R. and Schindler P.S., 2008. Houston, M.J. (Ed.). American Mar-
Business Research Methods. 10th ed. keting Association, Chicago. 407-450.
New York, NY: McGraw-Hill/Irwin. Fornell, C., Michael, D. Johnson., Eugene, W.
Cronin, J.J. and Taylor, S.A. 1992. Measuring Anderson., Jaesung, C. and Barbara, E.
service quality: a reexamination and B. 1996. The American Customer
extension. Journal of Marketing. Vol. Satisfaction Index: Nature, Purpose and
56 No. 3. 55-68. Findings. Journal of Marketing. Vol.
60. 7-17.
Delgado-Ballester, E. and Munuera-Alema´n, Ganesan, S. 1994. Determinants of Long-Term
J.L. 2001. Brand trust in the context of Orientation in Buyer-Seller Relation-
customer loyalty. European Journal of ship. Journal of Marketing. Vol. 58. 1-
Marketing. Vol. 35 No. 11. 1238-58. 19.
Delgado-Ballester, E., Munuera-Alema´n, J.L. Garbarino, E. and Johnson, M. S. 1999. The
and Yagu¨ e-Guille´n, M.J. 2003. Different Roles of Satisfaction, Trust
Development and validation of a brand and Commitment in Customer
trust scale. International Journal of Relationships. Journal of Marketing.
Market Research. Vol. 45 No. 1. 35-53. Vol. 63. 70-87.
Dodds, W.B., Monroe, K.B. and Grewal, D. Geyskens, I.J-B; Steenkamp, E.M; and Kumar,
1991. The effects of price, brand, and N. 1999. A meta-analysis of satisfac-
store information on buyers’ product tion in marketing channel relationships.
evaluations. Journal of Marketing Journal of Marketing Research. Vol.
Research. Vol. 28. 307-19.
36. 223-38.
Doney, P.M. and Cannon, J.P. 1997. An Goff, B.G; Boles, J.S; Bellenger, D.N; and
examination of the nature of trust in Stojack, C. 1997. The influence of
buyer-seller relationship. Journal of salesperson selling behaviors on
Marketing. Vol. 61. 35-51. customer satisfaction with products.
Donney, Patricia M. and Joseph P. Cannon. Journal of Retailing. Vol. 73. 171-84.
1997. An Examination of The Nature Gustafsson, A., Johnson, M. D. and Roos, I.
of Trust in Buyer-Seller Relationships. 2005. The Effects of Customer
Journal of Marketing. Vol. 61. No. 2.
35-51. Satisfaction, Relationship Commitment
Dimensions, and Triggers on Customer
Dwyer, F. Robert, Paul H. Schurr, and Sejo Oh. Retention. Journal of Marketing. 69
1987. Developing Buyers-Seller Rela- (October). 210-218.
tionships. Journal of Marketing. Vol.51 Hair, JosephF., JR; Rolph E. Anderson; Ronald
(April). 11-27. L. Tatham and William. C. Black.
Pengaruh Kepercayaan dan Kepuasan … (Five Sulistyani Rosannah) 79
2006. Multivariate Analisys. 5th Oliver, R.L. and W.S. DeSarbo. 1988.
edition. Prentice Hall International. Inc. Response Determinants in Satisfaction
Krishnan, B.C. and Hartline, M.D. 2001. Brand Judgments. Journal of Customer
equity: is it more important in services? Research. Vol. 14. 495-507.
Journal of Services Marketing. Vol. 15 Oliver, R.L; Rust, R.T. and Varki, S. 1997.
Nos 4/5. 328-31. Customer Delight: foundations,
Kuntjara. 2007. Analisis Faktor-faktor yang findings and managerial insight.
Mempengaruhi Minat Beli Ulang Journal of Retailing. Vol. 73 No. 3.
Konsumen (Studi kasus di PT Wijaya 311-36.
Karya Beton Wilayah IV; Jateng, DIY, Peppers, D. and Martha, Rogers. 2004.
Kalsel dan Kalteng), Tesis Program Managing Customer Relationships: A
Studi Magister Manajemen Program Strategic Framework. Canada, New
Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
Semarang, (Tidak Dipublikasikan). Puspitasari, Dian. 2006. Analisis Pengaruh
Lau, T. Geok and Lee, H.S. 1999. Consumer Persepsi Kualitas dan Kepuasan
Trust in a Brand and The Link to Pelanggan terhadap Minat Beli Ulang
Brand. Journal of Marketing Focused (Studi Kasus pada Maskapai
Management. Vol. 4. 341-70. Penerbangan Garuda Keberangkatan
Macintosh, G. and Lockshin, L.S. 1997. Retail Semarang). Tesis Program Studi
relationships and store loyalty: a multi- Magister Manajemen Program Pasca
level perspective. International Journal Sarjana Universitas Diponegoro
of Research in Marketing. Vol. 5. 487- Semarang, (Tidak Dipublikasikan).
97. Rajaobelina, L. and Bergeron, J. 2009.
Moorman, C., Zaltman, G. and Rohit, D. 1992. Antecedents and Consequences of
Relationship Between Providers and Buyer-Seller Relationship Quality in
Users of Market Research: The the Financial Service Industry,”
Dynamics of Trust Within and International Journal of Bank
Between Organizations. Journal of Marketing, Vol. 27, No. 5, pp. 359-
Marketing Research. Vol. 29 (August). 380.
314-328. Ranaweera, C. and Prabhu, J. 2003. The
Moorman, C; Deshpande, R. and Zaltman, G. influence of satisfaction, trust and
1993. Factors affecting trust in market switching barriers on customer
research relationships. Journal of retention in a continuous purchasing
Marketing. Vol. 57. 81-101. setting. International Journal of
Service Industry Management. Vol. 14
Morgan, R.M. and Hunt, S.D. 1994. The No. 4. 374-95.
Commitment-Trust Theory of Sambandam, Rajan, and Lord Kenneth R.
Relationship Marketing. Journal of 1995. Switching Behavior In
Marketing. Vol. 58. 20-38.
Automobile Markets: A Consideration
Oliver, R. L. 1993. A Conceptual Model of - Sets Model. Journal of The Academy
Service Quality and Service of Marketing Science. Vol. 23, No. 1.
Satisfaction : Compatible Goal, Selnes, F. 1993. An Examination of the Effect
Different Concept. In Advance in of Product Performance on Brand
Service Marketing and Management.
Vol. 2. 65-68. Reputation, Satisfaction and Loyalty.
Journal of Marketing. Vol. 27 No. 9.
Oliver, R. L. 1999. Whence Consumer Loyalty. 19-35.
Journal of Marketing. Vol. 63. No. 4.
33-44. Selnes, F. (1998), “Antecedents and conse-
quences of trust and satisfaction in
buyer-seller relationships,” European
80 Jurnal Siasat Bisnis Vol. 18 No. 1, Januari 2014 63-80