Jawaban
Jaminan secara yuridis terhadap eksistensi SP dalam UU No. 21 tahun 2000 tentang
Serikat Pekerja/Serikat Buruh (UU No. 21 Th, 2000) menjadi dasar untuk terbentuknya
Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh
mempunyai sifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab seperti yang
diiatur dalam Pasal 3 UU No. 21 Th, 2000 tersebut. Sebagai sebuah organisasi yang
diharapkan dapat berperan penting dalam sistem Hubungan Industrial Pancasila, maka secara
eksplisit Hak dan kewajiban dari SP tersebut telah diatur dalam rangka tercapainya hakikat
dari keberadaan serikat Pekerja tersebut. Dalam Pasal 27 telah diatur tentang kewajiban
Serikat Pekerja/Serikat Buruh Yaitu :
Pemerintahan era orde merupakan perubahan kekuasaan politik yang terjadi pada
pertengahan 1960-an dari masa pemerintahan sebelumnya yang disebut dengan orde lama.
Pemerintahan orde baru ini pada awal kekuasaanya dihadapkan pada masalah dalam bidang
ketenagakerjaan yang cukup berat yaitu rendahnya kesempatan kerja. Sebagai pemegang
kekuasaan, pemerintah orde baru melakukan perubahan penanganan permasalahan
ketenagakerjaan yang dilakukan dengan kebijakan yang berorientasi pada pembangunan
ekonomi sehingga permasalahan ketenagakerjaan dapat diatasi dengan fasilitasi peningkatan
kesempatan usaha.
Rangkaian peraturan dan kebijakan yang dikeluarkan pemerintah orde baru tersebut
yang membatasi kebebasan berserikat bagi pekerja walaupun telah mendapat reaksi negatif
dari para pekerja, tidak menjadikan pemerintah orde baru melakukan perubahan pendekatan
pada hak berserikat dari pekerja. Bahkan untuk menjinakkan serikat buruh, pemerintah
membuat instrumen hukum yaitu Permenaker No. 03 tahun 1993 Tentang Pendaftaran Serikat
Pekerja. Permenaker ini menutup peluang buruh untuk membentuk serikat buruh independen.
Pembentukan serikat buruh harus mendapatkan persetujuan Menteri Tenaga Kerja sehingga
hanya Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) dengan struktur unitaris yang diakui oleh
pemerintah sedangkan serikat buruh yang tidak terikat dengan peraturan ini dan diluar kontrol
pemerintah dianggap sebagai serikat buruh ilegal sehingga dianggap akan dilakukan tindakan
represif yang bertujuan untuk menghalang-halangi kegiatannya.
Paradigma kebebasan berserikat melalui serikat pekerja pada era setelah orde
baru yang dibangun untuk tercapainya hubungan industrial yang harmonis dalam kerangka
Hubungan Industrial Pancasila belum berjalan optimal untuk memberikan perlindungan
terhadap pekerja dalam hal perlindungan hukum, perlindungan ekonomi, perlindungan sosial
dan perlindungan teknis. Keberadaan serikat pekerja yang tumbuh sebagai implikasi dari
kebebasan berserikat pada kenyataannya membangun pola hubungan industrial dengan
pendekatan konflik sehingga menyebabkan belum optimalnya fungsi serikat pekerja dalam
menciptakan keadilan dan mencapai kesejahteran.
Referensi