Anda di halaman 1dari 4

Jawaban Tugas 1 ADBI 4337

1. Hubungan ketiga unsur dalam hubungan industrial yaitu pekerja, pengusaha


dan pemerintah dalam sistem Hubungan Industrial yang berazaskan Pancasila
yang dibangun pada setelah kemerdekaan hingga masa era Orde Baru dianggap
telah gagal dalam membangun sistem hubungan industrial yang harmonis.
Sebagai contoh kasus tidak ada kebebasan berpendapat atau berserikat bagi
buruh pada masa orde baru.
Uraikan analisis anda disertai dasar hukum apakah pasca berakhirnya masa
orde baru buruh dapat melakukan serikat!

Jawaban

Amandemen Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia merupakan


landasan konstitusional terhadap perubahan paradigma dalam penyelenggaraan negara secara
umum dan hubungan industrial pada khusunya. Pasal 28 E ayat (3) UUD 1945 sebagai salah
satu hasil amandemen UUD 1945 yang mengatur bahwa: Setiap orang berhak atas kebebasan
berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat, menjadi salah satu landasan bagi
perubahan pola hubungan industrial yang berimplikasi pada eksistensi Serikat Pekerja (SP)
sebagai salah satu bagian terpenting untuk mewujudkan perjuangan buruh di Indonesia
yang selama ini menginginkan agar buruh memiliki kekuatan tawar (Bargainning) yang
sejajar dengan pengusaha dan pemerintah dalam melaksanakan hubungan industrial.

Hubungan ketiga unsur dalam hubungan industrial yaitupekerja, pengusaha


dan pemerintah dalam sistem hubungan Industrial yang berazaskan Pancasila yang dibangun
pada era sebelumnya yaitu era Orde Baru dianggap telah gagal dalam membangun sistem
hubungan industrial yang harmonis. Oleh karena itu era reformasi yang secara konstitusional
telah menjamin kebebasan pekerja untuk berorganisasi dengan membentuk SP diharapkan
mampu mewujudkan hubungan yang dinamis, harmonis dan berkeadilan.

Jaminan secara yuridis terhadap eksistensi SP dalam UU No. 21 tahun 2000 tentang
Serikat Pekerja/Serikat Buruh (UU No. 21 Th, 2000) menjadi dasar untuk terbentuknya
Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh
mempunyai sifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab seperti yang
diiatur dalam Pasal 3 UU No. 21 Th, 2000 tersebut. Sebagai sebuah organisasi yang
diharapkan dapat berperan penting dalam sistem Hubungan Industrial Pancasila, maka secara
eksplisit Hak dan kewajiban dari SP tersebut telah diatur dalam rangka tercapainya hakikat
dari keberadaan serikat Pekerja tersebut. Dalam Pasal 27 telah diatur tentang kewajiban
Serikat Pekerja/Serikat Buruh Yaitu :

a. Melindungi dan membela anggota dari pelanggaran hak-hak dan memperjuangkan


kepentingannya;
b. Memperjuangkan peningkatan kesejahteraan anggota dan keluarganya;
c. Mempertanggungjawabkan kegiatan organisasi kepada anggotanya sesuai dengan
anggaran dasar dan anggaran rumah tangga.

Pemerintahan era orde merupakan perubahan kekuasaan politik yang terjadi pada
pertengahan 1960-an dari masa pemerintahan sebelumnya yang disebut dengan orde lama.
Pemerintahan orde baru ini pada awal kekuasaanya dihadapkan pada masalah dalam bidang
ketenagakerjaan yang cukup berat yaitu rendahnya kesempatan kerja. Sebagai pemegang
kekuasaan, pemerintah orde baru melakukan perubahan penanganan permasalahan
ketenagakerjaan yang dilakukan dengan kebijakan yang berorientasi pada pembangunan
ekonomi sehingga permasalahan ketenagakerjaan dapat diatasi dengan fasilitasi peningkatan
kesempatan usaha.

Dalam mendukung kebijakan tersebut, setiap instrumen dalam hubungan industrial


yang dianggap tidak mendukung tercapainya kebijakan tersebut direduksi dalam pola linier
dengan penciptaan stabilitas nasional. Ditetapkannya kebijakan Serikat Pekerja Tunggal
dalam Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI), walaupun Indonesia telah meratifikasi
Konvensi ILO No. 98 Tahun 1949 mengenai Pelaksanaan Prinsip-Prinsip dari Hak untuk
Berorganisasi dan Berunding Bersama dengan Undang-Undang No. 18 Tahun 1956.
Disamping itu, peraturan Perundang-undangan yang dianggap tidak sejalan dengan
kepentingan kebijakan industrialisasi seperti peraturan menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi
dan Koperasi No. 8/EDRN/1974 dan No. 1/MEN/1975 tentang Pembentukan Serikat
Pekerja/Buruh di perusahaan swasta dan pendaftaran organisasi buruh, kebebasan berserikat
tidak dijalankan sebagai mana mestinya.

Rangkaian peraturan dan kebijakan yang dikeluarkan pemerintah orde baru tersebut
yang membatasi kebebasan berserikat bagi pekerja walaupun telah mendapat reaksi negatif
dari para pekerja, tidak menjadikan pemerintah orde baru melakukan perubahan pendekatan
pada hak berserikat dari pekerja. Bahkan untuk menjinakkan serikat buruh, pemerintah
membuat instrumen hukum yaitu Permenaker No. 03 tahun 1993 Tentang Pendaftaran Serikat
Pekerja. Permenaker ini menutup peluang buruh untuk membentuk serikat buruh independen.
Pembentukan serikat buruh harus mendapatkan persetujuan Menteri Tenaga Kerja sehingga
hanya Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) dengan struktur unitaris yang diakui oleh
pemerintah sedangkan serikat buruh yang tidak terikat dengan peraturan ini dan diluar kontrol
pemerintah dianggap sebagai serikat buruh ilegal sehingga dianggap akan dilakukan tindakan
represif yang bertujuan untuk menghalang-halangi kegiatannya.

Paradigma kebebasan berserikat melalui serikat pekerja pada era setelah orde
baru yang dibangun untuk tercapainya hubungan industrial yang harmonis dalam kerangka
Hubungan Industrial Pancasila belum berjalan optimal untuk memberikan perlindungan
terhadap pekerja dalam hal perlindungan hukum, perlindungan ekonomi, perlindungan sosial
dan perlindungan teknis. Keberadaan serikat pekerja yang tumbuh sebagai implikasi dari
kebebasan berserikat pada kenyataannya membangun pola hubungan industrial dengan
pendekatan konflik sehingga menyebabkan belum optimalnya fungsi serikat pekerja dalam
menciptakan keadilan dan mencapai kesejahteran.

Referensi

Modul Universitas Terbuka ADBI 4336

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat


Buruh, Lembaran Negara Republik IIndonesia Tahun 2000 Nomor 131Dan Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3989

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,


Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39 dan Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4279

Anda mungkin juga menyukai