Anda di halaman 1dari 1

MENTERI Luar Negri (Menlu) Retno Marsudi menilai Tiongkok telah melanggar

kesepakatan tentang hukum laut yang sama-sama telah disepakati pada tahun 1982 melalui
United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) atau Konvensi Hukum Laut
Internasional. Kapal-kapal Tiongkok mengabaikan kesepakatan UNCLOS 1982 tersebut
sehingga dengan sengaja menerobos perbatasan laut zona ekonomi esklusif (ZEE) Indonesia
di daerah perairan Natuna. "Tiongkok merupakan salah satu partisipan dari UNCLOS 1982
oleh karena itu kami mendesak agar Tiongkok menghormati keputusan UNCLOS 1982," ujar
Retno di kantor Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) usai
melakukan rapat gabungan dengan beberapa menteri terkait membahas perkembangan
terkahir di Laut China Selatan, Jumat (3/1). Retno menuturkan Indonesia tidak akan
mengakui klaim sepihak Tiongkok terkait perairan Natuna. Indonesia menilai Tiongkok tidak
memiliki alasan hukum yang diakui di dunia internasional sehingga tidak berhak melakukan
klaim terhadap perairan Natuna. Terlebih berdasarkan UNCLOS 1982 perairan Natuna
merupakan wilayah ZEE dari Indonesia.

Sumber: https://mediaindonesia.com/read/detail/281114-indonesia-nilai-tiongkok-langgar-
kesepakatan-hukum-laut

Berdasarkan kasus di atas analisalah:

1. Apakah tindakan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) / Cina melanggar prinsip pacta
sunt servanda dalam United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS)?
Jelaskan!
2. Jelaskan dalam keadaan apa suatu negara tidak dapat dimintai pertanggung jawaban
karena melakukan perlanggaran perjanjian internasional!

JAWABAN

Penting untuk mengurainya dengan mulai melihat kembali sejarah invasi militer yang dilakukan oleh
AS dan NATO terhadap Afganistan di 2001. Penggulingan pemerintahan Taliban dengan invasi militer
oleh AS dan NATO, didasari dugaan bahwa Taliban dianggap melindungi pimpinan Al-Qaeda Osama
Bin Laden yang dituduh mendalangi serangan terhadap menara kembar WTC, New York pada 11
September 2001.

Sementara invasi militer yang dilakukan oleh AS-NATO tidak memenuhi dua pengecualian tersebut,
dan merupakan sikap unilateral yang mengesampingkan aturan hukum internasional dan juga peran
PBB secara eksplisit. Invasi tersebut juga hanya didasarkan pada joint resolution 18 September 2001
yang tidak menjadi dasar hukum (legal rationale) yang kuat. Sehingga bisa dikatakan bahwa invansi
militer tersebut tidak sah, tidak dapat dibenarkan, dan juga telah melampaui ketentuan hukum
internasional yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai