Anda di halaman 1dari 6

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2020/21.2 (2021.1)

Nama Mahasiswa : DHARUL AFANDI

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 041057475

Tanggal Lahir : 14 April 1989

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4409 / Arbitrase, Mediasi dan Negosiasi

Kode/Nama Program Studi : 311/ Ilmu Hukum

Kode/Nama UPBJJ : 13 (19038) / Batam (Pokja Siantan)

Hari/Tanggal UAS THE : Senin, 12 Juli 2021

Tanda Tangan Peserta Ujian

DHARUL AFANDI

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan Mahasiswa


Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : DHARUL AFANDI


NIM : 041057475
Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4409 / Arbitrase, Mediasi dan Negosiasi
Fakultas : Hukum
Program Studi : Ilmu Hukum
UPBJJ-UT : Batam (Pokja Siantan)

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman
https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian
UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan
saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan
akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta
tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran atas
pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh
Universitas Terbuka.
Tarempa, 12 Juli 2021

Yang Membuat Pernyataan

DHARUL AFANDI
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS

TERBUKA

1. Kasus 1: Penyelesaian sengketa dengan melakukan negosiasi. Negosiasi adalah sarana


bagi pihak-pihak yang bersengketa untuk mendiksusikan penyelesaiannya tanpa
keterlibatan pihak ketiga. Melalui negosiasi para pihak yang bersengketa dapat melakukan
suatu proses penjajakan kembali akan hak dan kewajiban para pihak yang bersengketa
dengan suatu situasi yang sama-sama menguntungkan, dengan melepaskan atau
memberikan kelonggaran atas hak-hak tertentu berdasarkan pada asas timbal
balik. Kesepakatan yang telah dicapai kemudian dituangkan secara tertulis untuk
ditandatangani dan dilaksanakan oleh para pihak.

Namun proses negosiasi dalam penyelesaian sengketa terdapat beberapa kelemahan.


Yang pertama ialah ketika kedudukan para pihak yang tidak seimbang. Pihak yang kuat
akan menekan pihak yang lemah. Yang kedua ialah proses berlangsungnya negosiasi acap
kali lambat dan bisa memakan waktu yang lama. Yang ketiga ialah ketika suatu pihak
terlalu keras dengan pendiriannya.

Kasus 2: Penyelesaian sengketa menggunakan bantuan pihak ketiga untuk menengahi


penyelesaian sengketa maka dari itu berarti kasus ini menganut penyelesaian sengketa
mediasi. Mediasi adalah intervensi terhadap suatu sengketa oleh pihak ketiga (mediator)
yang dapat diterima, tidak berpihak dan netral serta membantu para pihak yang berselisih
mencapai kesepakatan secara sukarela terhadap permasalahan yang disengketakan.
Menurut Rachmadi Usman, mediasi adalah cara penyelesaian sengketa diluar pengadilan
melalui perundingan yang melibatkan pihak ketiga (mediator) yang bersikap netral dan
tidak berpihak kepada pihak-pihak yang bersengketa serta diterima kehadirannya oleh
pihak-pihak yang bersengketa.

Mediator bertindak sebagai fasilitator. Hal ini menunjukkan bahwa tugas mediator hanya
membantu para pihak yang bersengketa dalam menyelesaikan masalah dan tidak
mempunyai kewenangan untuk mengambil keputusan. Mediator berkedudukan membantu
para pihak agar dapat mencapai kesepakatan yang hanya dapat diputuskan oleh para
pihak yang bersengketa. Mediator tidak memiliki kewenangan untuk memaksa, tetapi
berkewajiban untuk mempertemukan para pihak yang bersengketa. Mediator harus
mampu menciptakan kondisi yang kondusif yang dapat menjamin terciptanya kompromi
diantara pihak-pihak yang bersengketa untuk memperoleh hasil yang saling
menguntungkan.

2. Tahapan dalam negosiasi yang harus diketahui oleh seorang negosiator, dan pihak-pihak
yang saling bersengketa.

1. Tahap Persiapan
Tahapan pertama yang perlu dilakukan oleh negosiator, adanya persiapan yang
dilakukan dalam proses negosiasi. Sebelum melakukan negosiasi, para pihak perlu
melakukan penetapan lokasi dan waktu pertemuan serta siapa yang harus menghadiri
pertemuan negosiasinya. Pembatasan jangka waktu pelaksanaan negosiasi juga dapat
membantu untuk mencegah perselisihan yang berkelanjutan.
Pada tahap ini negosiator harus memiliki bekal dan pengalaman yang banyak sehingga
dapat memastikan semua fakta terkait dari situasi yang diketahui dan untuk memperjelas
posisi pihak yang akan bernegosiasi berdasarkan wawasan disertai pengalamannya.
Melakukan persiapan sebelum membahas suatu permasalahan ini akan membantu
menghindari konflik lebih lanjut dan sangat menentukan kesuksesan keberhasilan dalam
bernegosiasi.

2. Tahap Penyusunan
Dalam tahap ini, perlu adanya penyusunan atau langkah-langkah dari tahap awal dan
akhir yang dapat mempengaruhi kualitas negosiasi tersebut. Sehingga akan ada panduan
yang bisa digunakan masing-masing pihak ketika proses negosiasi akan berlangsung.
Penyusunan dilakukan agar negosiasi dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan
skema penyusunan yang telah direncanakan. Setiap individu atau anggota dari masing-
masing pihak akan melakukan diskusi dengan mengajukan kasus permasalahan mereka.
Keterampilan yang diperlukan dalam tahap ini adalah bertanya, mendengarkan dan
mengklarifikasikan. Membuat catatan juga sangat membantu selama tahap diskusi
terutama pada poin yang diajukan dan poin-poin yang perlu diklarifikasikan.

3. Tahap Pengumpulan data/Mengklarifikasikan tujuan


Pengumpulan data terkait dengan kepentingan dan sudut pandang dari kedua pihak yang
berselisih yang telah didiskusikan bersama perlu diklarifikasikan. Seorang negosiator
harus mampu membaca karakteristik seseorang dari masing-masing kedua belah pihak
sehingga dapat mengetahui gaya pembicaraan dan sudut pandangnya. Hal itu
dimaksudkan agar dimungkinkan untuk membangun landasan bersama.
Pengumpulan data dan klarifikasi merupakan bagian penting dalam proses negosiasi
sehingga tidak terjadi kesalahpahaman yang akan menyebabkan masalah baru.
Pengumpulan data tersebut mempunyai banyak peran untuk menentukan strategi apa
yang digunakan sehingga akan tercapai hasil yang menguntungkan kedua belah pihak.

4. Pilihan strategi untuk Win-win Outcome


Keempat adalah pilihan strategi. Tahap ini berfokus pada apa yang disebut sebagai hasil
“win-win solution” yang mana saran akan strategi alternatif dan kompromi perlu
dipertimbangkan pada poin ini. Kedua belah pihak merasa telah memperoleh sesuatu
yang positif melalui proses negosiasi dan kedua belah pihak juga merasa bahwa sudut
pandang mereka telah dipertimbangkan.
Hasil kompromi untuk mencapai win-win solution biasanya merupakan hasil terbaik yang
seringkali dapat mencapai manfaat yang lebih besar bagi semua pihak. Meskipun ini tidak
selalu terjadi atau tidak selalu memungkinkan, namun win-win solution harus menjadi
tujuan akhir dari proses negosiasi dibandingkan semua pihak berpegang pada posisi
semula. Yang penting dilakukan dalam strategi negosiasi adalah negosiator menjadi
penengah dan tidak memihak salah satu pihak, sehingga tidak akan ada rasa
keberpihakan dalam proses negosiasi tersebut.
5. Perjanjian
Perjanjian dapat dicapai setelah pemahaman tentang sudut pandang dan kepentingan
kedua belah pihak telah dipertimbangkan. Sangat penting bagi semua orang yang terlibat
untuk tetap berpikiran terbuka untuk mencapai solusi yang dapat diterima oleh pihak-
pihak yang memiliki perbedaan. Kesepakatan apa pun harus dibuat sangat jelas sehingga
kedua belah pihak tahu apa yang telah diputuskan.

6. Menerapkan Kesepakatan dari Hasil Perjanjian


Yang terakhir adalah menerapkan perjanjian yang telah disepakati bersama, sehingga
nantinya tidak akan ada masalah dibelakang karena telah ada kesepakatan baik tertulis
ataupun tidak tertulis dalam sebuah negosiasi.
Dalam menerapkan kesepakatan inilah yang menentukan negosiasi berhasil atau
tidaknya. Kesepakatan harus disetujui kedua belah pihak yang disaksikan oleh badan
hukum yaitu Notaris, sehingga akan aman dan adil ketika sudah disetujui dan disaksikan
bersama dalam kesepakatan tersebut.

3. Berdasarakan PERMA Nomor 1 tahun 2016, Semua sengketa perdata yang diajukan ke
Pengadilan termasuk perkara perlawanan (verzet) atas putusan verstek dan perlawanan
pihak berperkara (partij verzet) maupun pihak ketiga (derden verzet) terhadap pelaksanaan
putusan yang telah berkekuatan hukum tetap, wajib terlebih dahulu diupayakan
penyelesaian melalui Mediasi, kecuali ditentukan lain berdasarkan Peraturan Mahkamah
Agung ini.

Sengketa yang dikecualikan dari kewajiban penyelesaian melalui Mediasi sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) meliputi:

➢ Sengketa yang pemeriksaannya di persidangan ditentukan tenggang waktu


penyelesaiannya meliputi antara lain:

➢ Sengketa yang diselesaikan melalui prosedur Pengadilan Niaga;

➢ Sengketa yang diselesaikan melalui prosedur Pengadilan Hubungan Industrial;

➢ Keberatan atas putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha;

➢ Permohonan pembatalan putusan arbitrase;

➢ Keberatan atas putusan Komisi Informasi;

➢ Penyelesaian perselisihan partai politik;

➢ Keberatan atas putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen;

➢ Sengketa yang pemeriksaannya dilakukan tanpa hadirnya penggugat atau tergugat


yang telah dipanggil secara patut;

➢ Gugatan balik (rekonvensi) dan masuknya pihak ketiga dalam suatu perkara
(intervensi);

➢ Sengketa mengenai pencegahan, penolakan, pembatalan dan pengesahan perkawinan;

➢ Sengketa yang diajukan ke Pengadilan setelah diupayakan penyelesaian di luar


Pengadilan melalui Mediasi dengan bantuan Mediator bersertifikat yang terdaftar di
Pengadilan setempat tetapi dinyatakan tidak berhasil berdasarkan pernyataan yang
ditandatangani oleh Para Pihak dan Mediator bersertifikat.

4. [1] Sengketa arbitrase diawali dengan adanya sebuah kontrak kerjasama antara kedua belah
pihak, apabila diantara kedua belah pihak tidak dapat menyelesaikan tugasnya sesuai
dengan perjanjian / kontrak yang telah disepakati, pihak yang dirugikan dapat melakukan
arbitrase untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi.
[2] Proses awal arbitrase dilakukan dengan cara kedua belah pihak menentukan bersama
Arbiter yang akan menjadi eksekutor atau pengambil keputusan dalam permasalahan yang
terjadi. Arbiter adalah seorang atau lebih yang dipilih oleh para pihak yang bersengketa atau
yang ditunjuk oleh Pengadilan Negeri atau oleh lembaga arbitrase, untuk memberikan
putusan mengenai sengketa tertentu yang diserahkan penyelesaiannya melalui arbitrase.
[3] Pemilihan Arbiter berdasarkan kesepakatan dilakukan agar Arbiter yang dipilih
independen. Peran Arbiter selaku pihak ketiga dalam arbitrase tidak seperti Mediator yang
hanya memberi masukan atau solusi saja, akan tetapi Arbriter juga memiliki kebijaksanaan
dalam memberikan putusan mengenai permasalahan yang dihadapi oleh kedua belah pihak
yang bersengketa. Sehingga dapat dikatakan peran Arbiter dalam proses Arbitrase memiliki
kewenangan yang lebih dari Mediator dalam proses mediasi. Peran Arbriter di sini bertujuan
agar proses penyelesaian sengketa dapat segera diselesaikan dan tidak berlarut-larut

Anda mungkin juga menyukai