DHARUL AFANDI
Petunjuk
1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.
1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman
https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian
UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan
saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan
akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta
tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran atas
pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh
Universitas Terbuka.
Tarempa, 12 Juli 2021
DHARUL AFANDI
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS
TERBUKA
Mediator bertindak sebagai fasilitator. Hal ini menunjukkan bahwa tugas mediator hanya
membantu para pihak yang bersengketa dalam menyelesaikan masalah dan tidak
mempunyai kewenangan untuk mengambil keputusan. Mediator berkedudukan membantu
para pihak agar dapat mencapai kesepakatan yang hanya dapat diputuskan oleh para
pihak yang bersengketa. Mediator tidak memiliki kewenangan untuk memaksa, tetapi
berkewajiban untuk mempertemukan para pihak yang bersengketa. Mediator harus
mampu menciptakan kondisi yang kondusif yang dapat menjamin terciptanya kompromi
diantara pihak-pihak yang bersengketa untuk memperoleh hasil yang saling
menguntungkan.
2. Tahapan dalam negosiasi yang harus diketahui oleh seorang negosiator, dan pihak-pihak
yang saling bersengketa.
1. Tahap Persiapan
Tahapan pertama yang perlu dilakukan oleh negosiator, adanya persiapan yang
dilakukan dalam proses negosiasi. Sebelum melakukan negosiasi, para pihak perlu
melakukan penetapan lokasi dan waktu pertemuan serta siapa yang harus menghadiri
pertemuan negosiasinya. Pembatasan jangka waktu pelaksanaan negosiasi juga dapat
membantu untuk mencegah perselisihan yang berkelanjutan.
Pada tahap ini negosiator harus memiliki bekal dan pengalaman yang banyak sehingga
dapat memastikan semua fakta terkait dari situasi yang diketahui dan untuk memperjelas
posisi pihak yang akan bernegosiasi berdasarkan wawasan disertai pengalamannya.
Melakukan persiapan sebelum membahas suatu permasalahan ini akan membantu
menghindari konflik lebih lanjut dan sangat menentukan kesuksesan keberhasilan dalam
bernegosiasi.
2. Tahap Penyusunan
Dalam tahap ini, perlu adanya penyusunan atau langkah-langkah dari tahap awal dan
akhir yang dapat mempengaruhi kualitas negosiasi tersebut. Sehingga akan ada panduan
yang bisa digunakan masing-masing pihak ketika proses negosiasi akan berlangsung.
Penyusunan dilakukan agar negosiasi dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan
skema penyusunan yang telah direncanakan. Setiap individu atau anggota dari masing-
masing pihak akan melakukan diskusi dengan mengajukan kasus permasalahan mereka.
Keterampilan yang diperlukan dalam tahap ini adalah bertanya, mendengarkan dan
mengklarifikasikan. Membuat catatan juga sangat membantu selama tahap diskusi
terutama pada poin yang diajukan dan poin-poin yang perlu diklarifikasikan.
3. Berdasarakan PERMA Nomor 1 tahun 2016, Semua sengketa perdata yang diajukan ke
Pengadilan termasuk perkara perlawanan (verzet) atas putusan verstek dan perlawanan
pihak berperkara (partij verzet) maupun pihak ketiga (derden verzet) terhadap pelaksanaan
putusan yang telah berkekuatan hukum tetap, wajib terlebih dahulu diupayakan
penyelesaian melalui Mediasi, kecuali ditentukan lain berdasarkan Peraturan Mahkamah
Agung ini.
➢ Gugatan balik (rekonvensi) dan masuknya pihak ketiga dalam suatu perkara
(intervensi);
4. [1] Sengketa arbitrase diawali dengan adanya sebuah kontrak kerjasama antara kedua belah
pihak, apabila diantara kedua belah pihak tidak dapat menyelesaikan tugasnya sesuai
dengan perjanjian / kontrak yang telah disepakati, pihak yang dirugikan dapat melakukan
arbitrase untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi.
[2] Proses awal arbitrase dilakukan dengan cara kedua belah pihak menentukan bersama
Arbiter yang akan menjadi eksekutor atau pengambil keputusan dalam permasalahan yang
terjadi. Arbiter adalah seorang atau lebih yang dipilih oleh para pihak yang bersengketa atau
yang ditunjuk oleh Pengadilan Negeri atau oleh lembaga arbitrase, untuk memberikan
putusan mengenai sengketa tertentu yang diserahkan penyelesaiannya melalui arbitrase.
[3] Pemilihan Arbiter berdasarkan kesepakatan dilakukan agar Arbiter yang dipilih
independen. Peran Arbiter selaku pihak ketiga dalam arbitrase tidak seperti Mediator yang
hanya memberi masukan atau solusi saja, akan tetapi Arbriter juga memiliki kebijaksanaan
dalam memberikan putusan mengenai permasalahan yang dihadapi oleh kedua belah pihak
yang bersengketa. Sehingga dapat dikatakan peran Arbiter dalam proses Arbitrase memiliki
kewenangan yang lebih dari Mediator dalam proses mediasi. Peran Arbriter di sini bertujuan
agar proses penyelesaian sengketa dapat segera diselesaikan dan tidak berlarut-larut