Anda di halaman 1dari 12

HALAL AWARENESS AND PURCHASE INTENTION : ANALISIS

PERAN BRAND PREFERENCE DAN KUALITAS LAYANAN TERHADAP

MINAT BELI ULANG PRODUK

PROGRAM STUDI S2 MAGISTER MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

NAMA : RANGGA NAFIA

NIM : 20401700012

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki penduduk dengan

mayoritas beragama Islam terbesar di dunia. Mayoritas penduduk Indonesia

adalah Muslim, maka agama Islam sangat berpengaruh terhadap kultur yang

berkembang termasuk pola konsumerisasi dikalangan masyarakat Indonesia

sangat dipengaruhi oleh agama Islam. Pola konsumerisasi mencakup banyak hal.

Salah satunya adalah pola konsumsi masyarakat terhadap makanan. Fenomena

yang terjadi berkaitan dengan hal tersebut adalah masyarakat paham akan

pentingnya konsumsi makanan halal. Kebanyakan dari masyarakat mempercayai

makanan halal hanya dari ucapan penjual atau logo halal yang dibuat oleh

perusahaan produk makanan tersebut.

Persoalan halal dan haramnya suatu makanan merupakan persoalan yang

serius bagi masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam, karena

menyangkut persoalan iman dan kepercayaan masyarakat. Wajar bila di Indonesia

kasus ketidakhalalan makanan dapat menimbulkan reaksi keras dan sensitif bagi

negara yang mayoritasnya beragama Islam ini. Meningkatnya kesadaran

masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi dan menggunakan makanan halal

semakin membuat masyarakat selektif dalam memilih restoran yang akan

dikunjungi dan mengkonsumsi makanan tersebut.


Saat ini di kota Semarang banyak sekali restoran-restoran menjual

makanan yang ber label halal tetapi ini seharusnya konsumen harus sadar terhadap

makanan halal. Terutama restoran asing seperti MCD, KFC, Burger King, Pizza

Hut banyak sekali konsumen yang datang untuk mengkonsumsi makanan tesebut

terutama di kalangan muslim. Dari restoran tersebut tentunya penting tentang

kesadaran akan ke halalan suatu makanan, pengetahuan tentang halal dan haram,

oleh kalangan masyarakat muslim di kota Semarang. Dari segi penjualannya

sebuah restoran sudah sadar akan makanan yang dijual sesuai dengan peraturan

yang diterapkan oleh undang-undang.

Agar dapat memperoleh informasi yang lebih jelas dan disertai bukti

ilmiah mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat muslim dalam

mengkonsumsi makanan halal, maka perlu dilakukan suatu penelitian ilmiah.

Penulis memberikan batasan bahwa makanan yang dimaksud adalah semua

makanan yang dijual oleh restoran asing di kota Semarang.

Berdasarkan penelitian terdahulu menurut Yuhanis Abdul Aziz dan Nyen

Vui Chok (2013) bahwa kesadaran halal, sertifikasi halal, promosi pemasaran, dan

merek mempunyai hubungan positif dengan niat membeli, sedangkan kualitas

makanan berhubungan negatif dengan itu.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diketahui bahwa hubungan halal

marketing, halal awareness, product knowledge, inter-religiosity, dan purchase

intention terdapat rumusan masalah yaitu:


1. Pengaruh halal marketing terhadap niat membeli makanan di restoran

asing kota Semarang?

2. Pengaruh kesadaraan halal terhadap niat membeli makanan di restoran

asing kota Semarang?

3. Pengaruh tentang produk knowldege terhadap niat membeli makanan di

restoran kota Semarang?

4. Pengaruh inter-religiosity terhadap niat membeli makanan di restoran kota

Semarang?

1.3 Tujuan dan kegunaan penelitian

Ber dasarkan latar belakang masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan dari

penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis :

1. Pengaruh halal marketing terhadap niat membeli makanan di restoran

asing kota Semarang

2. Pengaruh kesadaraan halal terhadap niat membeli makanan di restoran

asing kota Semarang

3. Pengaruh tentang produk knowldege terhadap niat membeli makanan di

restoran kota Semarang

4. Pengaruh inter-religiosity terhadap niat membeli makanan di restoran kota

Semarang

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Manfaat yang diharapkan adalah bahwa seluruh tahapan penelitian serta

hasil penelitian yang diperoleh dapat digunakan sebagai acuan bagi peneliti
lain yang ingin melakukan penelitian yang sejenis dan memperluas wawasan

dan sekaligus memperoleh pengetahuan.

2. Bagi Pengembangan Ilmu pengetahuan

Hasil peneitian ini dapat menambah informasi bagi pihak yang

memerlukan sebagai tambahan pengetahuan.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Halal Marketing

Menurut Alom & Haque (2011) Pemasaran Islam atau pemasaran halal

mengasumsikan bahwa agama memengaruhi pilihan konsumen dan pemasaran

tersebut mengikuti hukum, prinsip dan pedoman Islam dalam merancang

keputusan pemasaran strategis, berkomunikasi, dan memberikan produk dan

layanan kepada konsumen. Pemasaran Islam memenuhi kebutuhan produk dan

layanan halal dengan persetujuan bersama antara kesejahteraan pembeli dan

penjual untuk mencapai kesejahteraan material dan spiritual di dunia dan akhirat.

Konsep Halal dan Haram

Menurut pendapat Al-Jallad (2008) Halal dan Haram mewakili hukum

Islam berdasarkan ajaran Al-Quran dan Suci Sunnah (cara hidup Nabi) dan

mengatur setiap aspek kehidupan seorang Muslim. Kata Halalis itu biasanya

dipahami untuk merujuk pada makanan yang diperbolehkan menurut Islam.

Namun dalam bahasa Arab, ini mengacu pada perilaku yang diizinkan, ucapan,

pakaian, perilaku, cara dan diet.

Sedangkan menurut pendapat Al- Qaradhawi (2002) Halal adalah apa

yang diizinkan, dengan tidak ada pembatasan ada, dan perbuatan yang telah

diizinkan oleh Allah SWT, dan Haram adalah apa yang diberikan oleh Pemberi
Hukum benar-benar dilarang dan yang melakukan itu bertanggung jawab untuk

dikenakan hukuman Allah di akhirat serta hukuman yang sah di dunia ini. Haram

adalah antonim dari Halal yang berarti dilarang. Selain Halal dan Haram, kategori

ketiga Makruh atau yang menjijikkan adalah bahwa yang tidak disetujui oleh

Allah meskipun tidak kuat orang yang melakukan itu tidak dihukum karena ia

dihukum karena tindakan Haram, kecuali ketika dia apakah itu berlebihan dan

dengan cara yang mengarahkan seseorang menuju apa itu Haram.

2.2 Inter-Religiosity

Religiusitas dapat dijalani pada tingkat pribadi dan intim, sebagai nilai inti

dari diri (religiusitas intrinsik), atau dapat menjadi sumber hubungan sosial dan

manfaat pribadi (religiusitas ekstrinsik).

Menurut Allport dan Ross (1967) dan Donahue (1985) Religiusitas terdiri dari dua

dimensi intrinsik dan ekstrinsik.

Orang yang termotivasi secara ekstrinsik menggunakan agamanya,

sedangkan motivasi hidup dasarnya adalah agamanya.” Artinya, untuk yang

pertama, agama adalah nilai instrumental, sedangkan untuk yang kedua, agama

adalah nilai terminal.

Orang dengan motivasi ekstrinsik menggunakan agama untuk tujuan

mereka sendiri, apakah tujuan tersebut bersifat hedonis contohnya (Kontak sosial,

gangguan) atau utilitarian (status pribadi, minat bisnis), untuk melayani

kepentingan mereka sendiri daripada mengakui nilai-nilai agama. Orang dengan

motivasi intrinsik malah menganggap ajaran agama sesuai dengan nilai batin
mereka, sehingga mereka tidak menyesuaikan keyakinan agama mereka dengan

kepentingan pribadi mereka. Sebaliknya, mereka menjalankan inti spiritualitas

agama dan percaya pada nilai intrinsik manusia.

Menurut Shaari (2007) agama dan religiusitas merupakan nilai spiritual,

religiusitas menetapkan standar perilaku seseorang secara langsung dan akhirnya

berdampak pilihan makanan. Nilai-nilai spiritual tersebut dapat mempengaruhi

perilaku dan tindakan seseorang atau konsumen karena sifat manusia tersebut, di

mana perilaku dan tindakan mereka didasarkan pada nilai-nilai mereka.

2.3 Kesadaran Halal

Kesadaran menurut Schmidt (2002) adalah pengetahuan atau persepsi dari

suatu situasi atau fakta yang merupakan atribut dari tindakan sementara menurut

Hearty (2007) kesadaran sebagai fitur praktis tindakan yang secara sistematis

dicapai dalam mengembangkan kegiatan sehari-hari. Kemudian menurut Abdul

dan Ahmad (2014) mengatakan kata kesadaran dalam konteks halal adalah

mendapat informasi yang baik tentang apa yang terjadi pada produk makanan

halal dan memiliki perilaku persepsi terhadap kondisi apa yang mereka makan dan

minum.

Menurut Golnaz (2010) Kesadaran adalah kemampuan untuk merasakan

dan menyadari peristiwa dan benda-benda. Ini adalah konsep tentang pemahaman

dan persepsi menuju subjek. Kesadaran telah dihipotesiskan sebagai peran penting

dalam menentukan niat untuk memilih, ditemukan dalam penelitian mereka


bahwa kesadaran akan prinsip halal dan makanan halal produk ditentukan oleh

sikap positif.

Menurut De Cannie`re, Pelmacker, & Geuens, (2009) kesadaran halal

adalah niat untuk membeli tentang makanan halal hal ini menambah pengetahuan

konsumen tentang makanan halal. Makanan halal yang bersertifikasi halal lebih

enak, higienis, dan lebih aman. Dari semua itu bahwa ada dampak signifikan dari

keputusan pembelian di antara kualitas produk. Kualitas produk yang lebih baik

akan menghasilkan niat pembelian yang lebih kuat bagi konsumen.

2.4 Pengetahuan Produk

Menurut Bettman & Park (1980) konsumen mengembangkan pengetahuan

produk melalui pencarian informasi dan pengalaman. Kemudian dapat dijelaskan

dalam bentuk objek atau merek yang dikenal oleh konsumen contohnya

pengetahuannya tentang atribut produk dan situasi penggunaan juga kemampuan

untuk membedakan antara alternatif produk dan produk evaluasi.

Menurut Kotler (2005) Produk adalah segala sesuatu yang dapat

ditawarkan ke pasar untuk memuaskan keinginan atau kebutuhan konsumen.

Produk-produk yang dapat dipasarkan meliputi barang, jasa, pengalaman, acara-

acara, orang, tempat, properti, organisasi, dan gagasan.

Sedangkan Menurut Sumarwan (2011) pengetahuan produk adalah

kumpulan informasi mengenai produk, hal ini meliputi kategori produk, merek,

atribut, harga,dan kepercayaan mengenai produk.


2.5 Niat Membeli

Menurut Rajagopal, Ramanan,Visvanathan, Satapathy (2011) ada

beberapa yang memengaruhi konsumen untuk niat membeli yaitu tentang

kesadaran dan merek halal meskipun itu bukan faktor penentu. Sedangkan

menurut pendapat Aziz and Chok (2013).Konsekuensi, kesadaran halal memiliki

pengaruh besar pada menjelaskan niat untuk membeli halal produk.

Menurut pendapat Azjen (1991) mengungkapkan bahwa sikap individu

mempengaruhi keyakinan terhadap produk dan makanan halal terhadap niat

membeli konsumen. Sedangkan menurut Sayuti (2011) bahwa sikap tersebut

mempunyai dampak terhadap konsumen dan jika sikap positif itu tinggi akan

mempengaruhi niat membeli makanan halal.


2.6 Model Empirik

Product
Knowledge
H5

H1 H2 Purchase
Halal Marketing Halal Awareness
Itention

H4
H3
H6

Inter-Religiosity
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini dilakukan untuk menguji hipotesis dengan maksud

membenarkan atau memperkuat hipotesis dengan harapan yang pada akhirnya

dapat memperkuat teori yang dijadikan pijakan.

Penelitian ini merupakan penjelasan (explanatory research) Masri

Singarimbun (1995) menyatakan bahwa penelitian yang bersifat explanatory atau

penjelasan adalah penelitian yang menyoroti pengaruh antar variabel-variabel

penentu serta menguji hipotesis yang diajukan, dimana uraiannya mengandung

deskripsi akan tetapi berfokus pada hubungan variabelnya.

Anda mungkin juga menyukai