1. Strengths
Memiliki banyak variasi bentuk dan rasa yang bisa menggugah selera
saat dinikmati dan dikonsumsi.
Lebih higienis, berkualitas serta harga terjangkau atau harga jauh
lebih murah.
Pemasaran bisnis kue kering bisa terjangkau pada seluruh lapisan
masyarakat.
Harga yang ditawarkan bersahabat pada kantong masyarakat.
2. Weakness
Hasil produk bisnis tidak bisa tahan lama, dengan estimasi dua bulan
untuk makanan kering yang tidak menggunakan bahan pengawet.
Mudah dicontoh dan diikuti, sehingga terdapat banyak kompetitor.
Hasil produk bisnis dapat berubah saat terpapar sinar matahari,
seperti warna produk lebih memudar.
Kreasi dan rasa hasil produk tidak terjamin karena prosedur
pembuatan serta karyawan yang membantu bisa mempengaruhi kreasi
dan rasa berbeda.
Harga yang ditawarkan cenderung lebih mudah naik, mengikuti harga
bahan baku produksi kue kering.
3. Opportunities
Tingkat pesanan akan melonjak tinggi pada hari-hari besar, seperti
hari raya Natal, Imlek, dan Idul Fitri.
Bisnis kue kering bisa dijual kapan saja, karena jualan kue kering
tidak bersifat musiman. Contohnya kue kering bisa digunakan untuk
menjamu tamu.
Pemasaran produk mudah dilakukan dan mudah mendapatkan
pesanan, umumnya pemasaran dilakukan pada kelompok-kelompok
arisan atau acara lain sehingga mendapatkan pesanan.
Bisa menggunakan Ginee Ads sebagai alat bantu promosi makanan
kue kering, yang dapat meningkatkan penjualan marketplace.
4. Threats
Kompetitor menjual hasil produk dengan harga lebih murah.
Munculnya kompetitor yang menjual hasil produk dengan
menggunakan bahan pengawet agar produk bisa bertahan lama.
Adanya kompetitor yang menggunakan cara berkeliling untuk
menjualkan hasil dagangnya.
Konsumen dapat merasa jenuh atas hasil produk kue kering yang
monoton, sehingga dibutuhkan inovasi dari setiap produsen kue
kering.
Menurut Imam Syatibi dalam jurnal “Implementasi Konsep Etika dalam Konsumsi
Perspektif Ekonomi Islam, Ikhawan Aulia Fatahillah (2013)” menyatakan bahwa tanggung
jawab syariah adalah dengan menjaga maqasyid syariah. Tanggung jawab yang dimaksud
berkaitan dengan perilaku konsumsi yang harus diperhatikan oleh seorang muslim dalam
kehidupannya. Tanggung jawab tersebut terdiri dari dari tiga tingkatan yaitu :
1. Dharuriyah (Primer) adalah sesuatu yang harus ada dalam menegakkan maslahat
agama dan dunia, jika tidak ada maka tidaklah tegak maslahat tersebut dengan benar,
bahkan akan rusak, hancur, dan hilang dari kehidupan. Maslahat yang dimaksudnya
adalah dengan menjaga agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Contoh perilaku
konsumsi yang termasuk dalam dharuriyah adalah makanan-minuman, pakaian,
kesehatan, dan pendidikan.
2. Hajiyyah (Sekunder) adalah segala sesuatu yang oleh hukum syara tidak dimaksudkan
untuk memelihara lima hal pokok keperluan manusia di atas, akan tetapi dimaksudkan
untuk menghilangkan kesempitan (musyaqat) atau berhati-hati (ihtiyah) terhadap lima
hal tersebut. Hajiyyah dalam kaitannya dengan konsumsi, seperti diharamkannya
kikir, mubazir dan boros, karena walaupun tidak menyebabkan lenyapnya harta, tetapi
maksudnya adalah menghilangkan kesempitan dalam penegakan hal lima di atas yaitu
agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta.
3. Tahsiniyyah (Tersier) adalah suatu tindakan dan sifat yang harus dijauhi oleh akal
yang sehat, dipegangi oleh adat kebiasaan yang bagus dan dihajati oleh kepribadian
yang kuat. Itu semua termasuk bagian akhlaq karimah, sopan santun dan adab untuk
menuju ke arah kesempurnaan. Artinya jika hal ini tidak dapat dipenuhi sepenuhnya,
maka kehidupan manusia tidaklah sekacau sekiranya urusan duniawiyah tidak
diwujudkan dan tidak membawa kesusahan dan kesulitan seperti tidak dipenuhinya
urusan hajiyah manusia. Kaitan thasiniyyah dalam konsumsi yaitu dengan
memberikan sedekah kepada orang yang sangat membutuhkan, sebagai bentuk
kepedulian, bersopan santun dalam melakukan makan dan minum, konsumsi segala
sesuatu yang bersih, dan tidak mengandung penyakit.