Anda di halaman 1dari 5

TEORI KETAHANAN PANGAN

DALAM STUDY ANALISIS MAQASID SYARIAH

1. Menurut Undang- Undang Nomer 18 Tahun 2012 Ketahanan Pangan adalah kondisi
terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari
tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi,
merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya
masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.
2. Food and Agriculture Organization (1997), Ketahanan pangan adalah sebagai suatu
kondisi dimana semua rumah tangga memiliki akses secara fisik maupun ekonomi untuk
mendapatkan pangan bagi seluruh anggota keluarganya, dimana rumah tangga
tidak beresiko mengalami kehilangan kedua akses tersebut
3. Thaha (2000) Ketahanan pangan ialah konsumsi pangan tanpa memperhatikan asupan zat gizi
yang cukup dan berimbang tidak efektif bagi pembentukan manusia yang sehat, daya tahan
tubuh yang baik, cerdas dan produktif. Apabila ketiga jikalau sub sistem diatas tidak tercapai,
maka ketahanan pangan tidak mungkin terbangun dan akibatnya menimbulkan kerawanan
pangan.
4. Suryana (2003) Ketahanan pangan adalah terwujudnya ketahanan pangan merupakan hasil
kerja dari suatu sistem yang terdiri dari berbagai sub sistem yang saling berinteraksi, yaitu sub
sistem ketersediaan mencakup pengaturan kestabilan dan kesinambungan penyediaan pangan.
5. United Nations’ Committee on World Foods Security Komite PBB tentang Ketahanan
Pangan Dunia, Ketahanan pangan adalah semua orang setiap saat memiliki akses fisik,
sosial, dan ekonomi ke pangan yang cukup, aman, dan bergizi yang memenuhi
preferensi pangan dan kebutuhan pangan mereka.
6. Menurut FAO (2016), ketahanan pangan adalah kondisi dimana individu atau rumah tangga
menerima akses secara fisik ataupun ekonomi untuk mendapatkan pangan bagi seluruh anggota
rumah tangga dan tidak berisiko kehilangan keduanya.
7. Menurut FIVIMS (2005), ketahanan pangan adalah kondisi ketika semua orang pada segala
waktu secara fisik, sosial dan ekonomi memiliki akses pada pangan yang cukup, aman dan
bergizi untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi dan sesuai dengan seleranya (food preferences)
demi kehidupan yang aktif dan sehat.
8. Menurut Oxfam (2001), ketahanan pangan adalah kondisi ketika setiap orang dalam segala
waktu memiliki akses dan kontrol atas jumlah pangan yang cukup dan kualitas yang baik demi
hidup yang aktif dan sehat. Dua kandungan makna tercantum di sini yakni: ketersediaan dalam
artian kualitas dan kuantitas dan akses (hak atas pangan melalui pembelian, pertukaran maupun
klaim).
9. Menurut DEPTAN (1996), ketahanan pangan adalah kemampuan untuk memenuhi kebutuhan
pangan anggota rumah tangga dalam jumlah, mutu dan ragam sesuai dengan budaya setempat
dari waktu ke waktu agar tetap hidup sehat.
MERIVIEW JURNAL YANG MIRIP DENGAN TOPIK PENELITIAN KAMI

1. MENUJU KETAHANAN PANGAN INDONESIA BERKELANJUTAN 2025:


TANTANGAN DAN PENANGANANNYA
Penelitian ini di tulis oleh Achmad Suryana, Pentingnya ketahanan pangan dalam
tatanan ekonomi global dan nasional telah dipahami oleh berbagai kalangan, baik itu para
kepala negara dan pemerintahan, pimpinan organi sasi internasional, pengelola sektor swasta,
maupun lembaga kemasyarakatan, dengan alasan dan kepentingan yang berbeda. Satu hal yang
menjadi kesadaran bersama adalah pemenuhan pangan bagi setiap individu merupakan hak
azasi dan pemenuhannya menjadi kewajiban bersama, termasuk individu itu sendiri.
Perwujudan ketahanan pangan pada tingkat makro (nasional dan global) ke depan akan
semakin sulit karena kecenderungan pergerakan penawaran dan permintaan pangan menuju ke
arah yang berlawanan. Produksi atau pasokan pangan pertumbuhan nya akan semakin sulit
karena menghadapi berbagai kendala fisik, ekonomi, dan lingkung an; sementara permintaan
pangan akan terus tumbuh sejalan dengan pertumbuhan penduduk, perkembangan ekonomi.
dan dinamika lingkungan strategis
2. TEORI MAQOSHID AL’SYARI’AH DAN PENERAPANNYA PADA EKONOMI
SYARIAH
Jurnal ini ditulis oleh M. Ziqhri Anhar dan Nurhayati. maqashid Al Sya ri’ah ialah
memperoleh faedah. Sesuai sistem ekonomi masa kini banyak lembaga keuangan yang
memegang prinsip syariah dan memiliki penerapan Maqashid AlSyariah, Penerapan Terhadap
Perbankan Syariah Dengan tidak adanya Maqashid Al-Syariah, maka dapt terjadi kehilangan
substansi syariah berdasarkan seluruh regulasi, perbankan, fatwa, keuangan, kebijakan
(moneter dan fiscal), dan produk. Dengan tidak adanya Maqashid Al-Syariah tersebut dapat
dipastikan pengembangan serta regulasi fiqh muamalah disesuaikan pada rumusan perbankan
dan keuangan, yang menjadi diam dan tetap. Dampaknya ialah kelembagaan keuangan dan
perbankan syariah menghasilkan kesulitan dan keterlambatan perkembangan.Searah dengan
peningkatan keuangan dan bank syariah yang semakin pesat memunculkan berbagai
permasalahan yang tentunya diharuskan untuk diubah secara bertingkat. Maka, kewajiban dari
pengawas perbankan syariah berdasarkan Bank Indonesia di banyak tempat harus mempunyai
kemampuan ilmu syariah sesuai standarisasi diantaranya ilmu ushul fiqh dan Maqashid Al-
Syari’ah yang hingga saat ini diabaikan oleh kelembagaan otoritas tersebut.
3. IMPLEMENTASI SISTEM MINA PADI DALAM MENINGKATKAN
KESEJAHTERAAN PETANI PERSPEKTIF MAQASHID SYARIAH (STUDI KASUS DI
DESA PUTIH KECAMATAN GAMPINGREJO KABUPATEN KEDIRI)
Jurnal ini ditulis oleh Nina AmaliyaEkonomiSyariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam, IAIN Kediri maqashid al-syariah bisa diterjemahkan sebagai nilai serta makna yang
dibuat tujuan serta hendak d iwujudkan oleh pembuat Syariah(AllahSWT)dibalik pembuatan
Syariat sertahukum.Pokok dari maqashid syariah ialah memanifestasikan kemaslahatan serta
menghindarkan kemudharatan.Aisyatibi menegaskan bahwasanya pembuatan syariah atau atu
ran Islam semata mata dimaksudkan buat kemaslahatan insan didunia maupun akhirat.Menur
ut AlSyatibi,kemaslahatan manusia mampu terealisasikan apabila unsur pokok kehidupan ma
nusia berhasil terwujud serta dapat dipelihara, yakni agama, harta, akal,jiwa,sertaketurunan.D
alamkerangkaini,beliaumembagimaqashidmenjaditigatingkat,yaknidharuriyat,hajjiyat,sertatah
siniyat.
4. PERSPEKTIF MAQASHID AL-SYARIAH DALAM PENYELENGGARAAN JAMINAN
PRODUK HALAL DI INDONESIA PASCA BERLAKUNYA UNDANG UNDANG
NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL
Jurnal ini di tulis oleh Muhammad Aziz penyelenggaran jaminan produk halal pasca
diterbitkannya Undang-Undang No. 33 tahun 2014 tentang jaminan produk halal menjadi
tanggung jawab lembaga yang disebut dengan Badan Pengelola Jaminan Produk Halal
(BPJPH), yang berada di bawah naungan Kementerian Agama. Dalam perspektif maqashid al-
syariah, pertama, UU JPH dapat memberikan kenyamanan, keamanan, keselamatan, dan
kepastian ketersediaan Produk Halal bagi masyarakat tujuan penyelenggaraan jaminan
meningkatkan produk halal. Kedua, UU JPH dapat memberi nilai tambah bagi pelaku usaha
untuk memproduksi dan menjual Produk Halal. Dua tujuan yang ada dalam UU No 33 tahun
2014 tentang jaminan produk halal tersebut, adalah komponen penting yang harus terwujud
dalam kehidupan manusia, sehingga kehidupan manusia akan dianggap sebagai kehidupan
yang optimal. Rasa nyaman, aman, keselamatan dan kepastian adanya produk halal yang
beredar disekitar wilayah Indonesia adalah yang penting (dharuri) 93 AL HIKMAH Jurnal
Studi Keislaman, Volume 7, Nomor 2, September 2017 dalam kehidupan umat Islam di
Indonesia, sehingga itu harus diwujudkan, salah satunya hanya melalui diundangkannya UU
No 33 tahun 2014 tentang jaminan produk halal.
5. TINJAUAN MAQSYID SYARIAH TERHADAP PENYAJIAN MAKANAN YANG DI
HIASI SERBUK EMAS
Jurnal ini di tulis oleh Umi Aulia yaitu hakikat dari wisata kuliner yaitu kemauan lidah
berbeda dengan Hasrat akan rasa lapar, jika rasa lapar dapat di penuhi dengan makanan yang
umum yaitu nasi, sayurserta lauk namun sensasi lidah sudah termasuk style atau gaya hidup
yang membutuhkan biaya dan harga mahal. Selain itu tampila makanan menjadi sangat
menentukan minat seseorang. Hukum mengkonsumsi makanan yang disajikan dengan serbuk
emas adalah mubah, karena emas yang di gunakan yaitu jenis emas yang sudah berstandar food
grade sehingga aman untuk di konsumsi.
6. PENERAPAN MAQĀṢID ASY-SYARĪAH DALAM KEGIATAN PRODUKSI
PERSPEKTIF AL-QARADHAWI
penelitian ini di tulis oleh Ainiah, Al-Qaradhawi merupakan salah satu tokoh yang
sangat mengandalkan maqāṣid asy syarīah sebagai indikator utama untuk menguatkan dalil-
dalil yang ada dalam menentukan sebuah hukum. Pemikiran maqāṣid asy-syarīah diperlihatkan
dalam setiap tulisan-tulisannya sehingga membuatnya menjadi tokoh modern yang sangat
diakui pemikirannya. Dalam kegiatan produksi, Al-Qaradhawi turut memberi sumbangsih
dengan mengeksplor beberapa penerapan maqāṣid asy-syarīah sebagai bentuk perlindungan
harta (hifẓul māl). Dari segi jalbul masālih (menggapai kemaslahatan), Al-Qaradhawi
merincikan penerapan maqāṣid asy-syarīah dalam kegiatan produksi diantaranya: 1)
Memastikan untuk memuliakan segala jenis profesi dan mata pencaharian yang halal, 2) Ke-
masyru’iyyah-an proses produksi dari awal hingga akhir harus terjaga, 3) Merencanakan
dengan baik kelanjutan produksi untuk masa yang akan datang, 4) Dua tujuan utama produksi
yaitu memenuhi kebutuhan pribadi dan menciptakan ketahanan kebutuhan negara harus
terpenuhi dan 5) Senantiasa mengadakan koordinasi antara negara dan produsen untuk
mewujudkan tujuan produksi. Dari segi dar`ul mafāsid (mencegah keburukan), Al-Qaradhawi
menegaskan dua poin penting untuk menegakkan maqāṣid asy-syarīah dalam perlindungan
harta (hifẓul māl) yaitu larangan memproduksi hal-hal yang haram dan larangan memproduksi
hal-hal yang berbahanya

7. KETAHANAN PANGAN: KONSEP, PENGUKURAN DAN STRATEGI


Jurnal ini ditulis oleh Handewi P.S. Rachman dan MewaAriani Hasil dari penelitian ini
yaitu ntuk mencapai ketahanan pangan, secara umum digunakan dua pende- katan yaitu:
(1) Pendekatan ketersediaan pangan; dan (2) Pendekatan kepemilikan (entitlement). Pende at
an atau paradigma baru yang digunakan mengacu pada konsep tentang ketahanan pangan
yang berkelanjutan yang mendasarkan pada tiga aspek (1) Pangan merupakan kebutuhan
mendasar bagi manusia; (2) Ketahanan pangan harus diper- lakukan sebagai suatu sistem
hierarki mulai tingkat global sampai tingkat rumah tangga/ individu; (3) Perlunya peranan
pemerintahan yang bersih dan bertanggung jawab dan adanya kebebasan pers serta presure
group untuk turut bertanggung jawab dalam menca- pai ketahanan pangan yang berkelanjutan;
dan (4) Ketahanan pangan mencakup aspek kuantitatif dan kualitatif pangan serta
pangan secara keseluruhan (tidak hanya pangan sumber karbohidrat). Selain itu dalam
upaya mencapai ketahanan pangan, pemberdayaan kelembagaan lokal (seperti lumbung
desa) dan peningkatan peran serta masyarakat dalam penyediaan pangan merupakan strategi
yang patut dipertimbangkan.

8. KETAHANAN PANGAN BERKELANJUTAN


Jurnal ini ditulis oleh Reni chaerani, Dedy Agustanto, Ronal Amriza Wahyu, dan
Fatmasari Nainggolan hasil penelitian yaitu untuk mewujudkan ketahanan pangan yang
berkelanjutan di Indonesia terdapat beberapa tantangan ataupun hambatan yang di hadapi
meliputi.1. Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi apabila di analisis pertumbuhan
pendudukan di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat artinya pertumbuhannya
sangat luar biasa yang berimplikasi pada tingkat konsumsi yang menuntut akan kebutuhan
pangan dan konsumsi yang meningkat sangat signifikan. 2. Luas lahan pertanian yang semakin
berkurang dari waktu ke waktu akibat konfersi lahan ataupun alih fungsi lahan atau perubahan
dari lahan pertanian ke non pertanian.3. pemenuhan kebutuhan beberapa komuditas pangan
strategis juga masih bergantung dari impor permasalahn adopsi teknologi dalam rangka
meningkatkan produktifitas juga masih terhambat karena rendahnya transfer teknologi dari
Lembaga penelitian formal kepada petani.
9. KETAHANAN PANGAN INDONESIA DALAM ANCAMAN: Strategi dan Kebijakan
Pemantapan dan Pengembangan
Penelitian ini di tulis oleh Achmad M. Fagi, Indonesia mempunyai keanekaragaman
ekosistem yang merupakan tantangan sekaligus potensi. Program-program umumnya dan
pembangunan pertanian khususnya harus diarahkan untuk mempertahankan potensi
sumberdaya pertanian tanah dan air, dan untuk mengubah tantangan menjadi peluang dengan
menetapkan kawasan pengembangan komoditas unggulan sesuai dengan kesesuaian
agroekosistem. Sebab itu, program-program pembangunan ekonomi dan pertanian yang
berorientasi ke suatu rezim pemerintahan harus tidak lagi diutamakan. Artinya, harus ada
kesinambungan antara rezim satu ke yang lainnya. Keterpaduan pengelolaan sumberdaya alam
umumnya dan sumberdaya pertanian khususnya adalah syarat mutlak agar seluruh kegiatan
pembangunan berlangsung secara harmonis dan sinergis
Penelitian terdahulu diatas menunjukkan bahwa tidak adanya kesamaan judul dengan topik
penelitian yang akan kami angkat sebagai judul tesis yaitu tentang “PENGELOLAAN
DANA BANTUAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL DAN URBAN FARMING
PADA GERAKAN KETAHANAN PANGAN MASYARAKAT GUNUNG SINDUR,
STUDI ANALISIS MAQASID AS-SYARIAH”

Anda mungkin juga menyukai