Anda di halaman 1dari 22

KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG PANGAN

Dosen Pengampu:

ZULHAKIM, S.KM., M.M

Disusun Oleh Kelompok 1 :

AULIYA NURHALIMAH (2109060016)

NINA HINDRIANI (2109060023)

REFANDI PRAMUDIA (2109060068)

ELSI ANGGRAINI REMINDAU (2109060017)

MARLINA (2109060006)

TITIN ANDRIANI (2109060020)

RIFKI WAHYU HENDARWAN(2109060004)


MUSTIKA ENDANG ARYA SAFITRI(2109060001)

YUSTITA AIDA FITRI (2109060030)

LAYLATUL QADARSIH(2109060008)

PROGRAM STUDI S1 ILMU GIZI

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA NUSA TENGGARA BARAT

MATARAM

2023

KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan puja & puji syukur atas rahmat dan ridho

allah swt. Yang telah meridhoi kami, memberikan kesehatan, dan kesejahteraan

pada kami dalam menyelesaiakan makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Dan

tidak lupa pula kita haturkan shalawat beserta salam kepada nabi besar kita

muhammad shalallahu 'alaihi wasalam yang telah membawa umatnya dari zaman

kegelapan menuju zaman yang terang benderang .

Makalah ini berisikan tentang materi seputaran kebijakan pemerintah

tentang pangan, bagaimana ketahanan pangan nasional peran pemerintah dalam

ketahanan pangan, permasalahan dalam ketahanan pangan, pengertian ketahanan

pangan, aspek, tujuan dan faktor yang mempengaruhi

2
Tidak lupa pula kami ucapkan terimakasih atas bimbingan dari

Zulhakim, .km., m.m pembimbing mata kuliah ekonomi pangan yang

membimbing kami dalam pembuatan makalah ini. Sehingga kami bisa

menyelesaikan makalah ini dengan baik. Kami menyadari sepenuhnya bahawa

dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan yang mesti kami perbaiki

kedepannya, maka dari itu kami selaku pemilik makalah meminta saran dan

perbaikan yang membangun demi kebaikan bersama.

Mataram 9 April 2023

Penulis

DAFTAR ISI

COVER............................................................................................................I

KATA PENGANTAR....................................................................................II

DAFTAR ISI...................................................................................................III

BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................1

A. Latar Belakang Masalah......................................................................1

B. Rumusan Masalah................................................................................2

C. Tujuan Penulisan.................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................4

A. Apa Pengertian Ketahanan Pangan, Aspek, Tujuan dan Faktor yang

3
mempengaruhi....................................................................................4

B. Bagaimana Ketahanan Pangan Nasional.............................................8

C. Apa peran pemerintah dalam ketahanan pangan.................................12

BAB III PENUTUP.........................................................................................17

A. Kesimpulan..........................................................................................17

B. Saran....................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pangan artinya kebutuhan seharihari manusia atau bisa disebut (basic

need) manusia. Sesuai UU pangan (1996) ketahanan pangan merupakan

kondisi terpenuhinya kebutuhan bagi rumah tangga tidak hanya jumlah yang

cukup tetapi juga harus aman, bermutu, bergizi dan beragam. Dengan harga

yang terjangkau oleh daya beli masyarakat. Secara lebih aktual kondisi

ketahanan pangan sangat berpacu pada komitmen pemerintah. Peningkatan

ketahanan pangan kearah yang lebih maju tentunya menjadi aspek prioritas

4
pembangunan agar mampu bersaing dalam perekonomian nasional. Dengan

demikian pemenuhan kebutuhan masyarakat menjadi terpenuhi. Selain itu

ketahanan pangan mencakup aspek rumah tangga dan tingkat nasional

(Anonimous,1999).

Kebijakan program Ketahanan Pangan Nasional pada tahun 2021

berfokus pada mendorong produksi komoditas pangan dengan membangun

sarana prasarana dan penggunaan teknologi. Kebijakan pangan terdiri dari

penetapan tujuan produksi, pemrosesan, pemasaran, ketersediaan, akses,

pemanfaatan, dan konsumsi bahan pangan, serta menjelaskan proses untuk

mencapai tujuan tersebut.

Dalam pengertian kebijakan operasional pembangunan departemen

pertanian menterjemahkan menyangkut ketersediaan, aksesibilitas. Selain itu

produksi ketahanan pangan harus mampu bagi masyarakat untuk menjangkau

bahan pangan, keamanan pangan, serta aspek distribusi. Dalam tingkat rumah

tangga berdasarkan kondisi tersebut adalah memberdayakan masyarakat agar

mampu mewujudkan ketahanan pangan yang berkelanjutan. Selain itu

ketersediaan pangan harus mengacu pada tingkat daerah yang selanjutnya

pada ketersediaan pangan nasional.Ketahanan pangan yang utama makanan

pokok juga tidak terlepas dari unsur-unsur seperti politik, ekonomi, sosial dan

budaya, karena rata-rata penduduk indonesia atau sebagian lain

mengkonsumsi dari beras, jagung dan terigu.

Dengan demikian ketahanan pangan menjadi penting bagi unsurunsur

5
politik, ekonomi, sosial dan budaya.Pemerintah indonesia juga sudah

seharusnya meningkatkan sektor pertanian. Hal ini karena indonesia memiliki

potensi SDA yang cukup melimpah jika bisa dimanfaatkan dengan baik

apalagi dalam sektor pertanian ini bisa mendongkrak dalam masalah

ketahanan pangan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat di uraikan rumusan masalah sebagai

berikut:

1. Apa Pengertian Ketahanan Pangan, Aspek, Tujuan dan Faktor yang

mempengaruhi?

2. Bagaimana Ketahanan Pangan Nasional?

3. Apa peran pemerintah dalam ketahanan pangan?

C. Tujuan

Berdasarakan latar belakang dan rumusan masalah di atas dapat disimpulkan

tujuan pembuatan makalah sebagai berikut:

1. Mengetahui Apa Pengertian Ketahanan Pangan, Aspek, Tujuan dan

Faktor yang mempengaruhi

2. Mengetahui Bagaimana Ketahanan Pangan Nasional

3. Mengetahui Apa peran pemerintah dalam ketahanan pangan

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ketahanan Pangan, Aspek, Tujuan dan Faktor yang

mempengaruhi

1. Ketahanan Pangan

Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi semua

orang dan negara setiap saat tercermin dari makanan bergizi, aman,

bermutu, beragam, bergizi, terjangkau dan tidak bertentangan dengan

agama, keyakinan dan budaya masyarakat. Arti Ketahanan Pangan

menurut para ahli sebagai berikut :

7
a. United Nations’ Committee on World Foods Security Komite PBB

tentang Ketahanan Pangan Dunia, Ketahanan pangan adalah semua

orang setiap saat memiliki akses fisik, sosial, dan ekonomi ke

pangan yang cukup, aman, dan bergizi yang memenuhi preferensi

pangan dan kebutuhan pangan mereka.

b. Food and Agriculture Organization (1997), Ketahanan pangan

adalah sebagai suatu kondisi dimana semua rumah tangga memiliki

akses secara fisik maupun ekonomi untuk mendapatkan pangan bagi

seluruh anggota keluarganya, dimana rumah tangga tidak beresiko

mengalami kehilangan kedua akses tersebut.

c. Menurut Undang- Undang Nomer 18 Tahun 2012 Ketahanan Pangan

adalah kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan

perseorangan, yang tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup,

baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan

terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan

budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif

secara berkelanjutan.

d. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 17 Tahun 2015, Ketahanan

Pangan dan Gizi adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan Pangan dan

Gizi bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari

tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya,

aman, beragam, memenuhi kecukupan gizi, merata dan terjangkau

serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya

8
masyarakat, untuk mewujudkan status gizi yang baik agar dapat

hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.

2. Aspek Ketahanan Pangan

Pemenuhan pangan dan gizi masyarakat dapat ditentukan dari sistem.

Sistem Ketahanan Pangan dibagi menjadi 3 aspek yang terdiri dari :

a. Produksi : banyaknya jumlah dan jenis makanan yang tersedia

untuk masyarakat

b. Distribusi : bagaimana makanan tersedia (dipindahkan secara fisik)

dalam bentuk apa, kapan dan kepada siapa

c. Pertukaran : berapa banyak makanan yang tersedia san diperoleh

melalui mekanisme pertukaran seperti barter, perdagangan,

perdagangan atau pinjaman.

3. Tujuan Ketahanan Pangan Undang-undang nomor 18 tahun 2012 pasal 4

Penyelenggaraan Pangan bertujuan untuk:

a. meningkatkan kemampuan memproduksi Pangan secara mandiri;

b. menyediakan Pangan yang beraneka ragam dan memenuhi

persyaratan keamanan, mutu, dan Gizi bagi konsumsi masyarakat;

c. mewujudkan tingkat kecukupan Pangan, terutama Pangan Pokok

dengan harga yang wajar dan terjangkau sesuai dengan kebutuhan

masyarakat;

d. mempermudah atau meningkatkan akses Pangan bagi masyarakat,

terutama masyarakat rawan Pangan dan Gizi;,

e. meningkatkan nilai tambah dan daya saing komoditas Pangan di

9
pasar dalam negeri dan luar negeri;

f. meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang

Pangan yang aman, bermutu, dan bergizi bagi konsumsi masyarakat;

g. meningkatkan kesejahteraan bagi Petani, Nelayan, Pembudi Daya

Ikan, dan Pelaku Usaha Pangan; dan

h. melindungi dan mengembangkan kekayaan sumber daya Pangan

nasional. (UU No 18 Tahun 2012)

4. Faktor yang Mempengaruhi Ketahanan Pangan

Faktor yang mempengaruhi ketahanan panga antara lain :

a. Iklim atau Cuaca Perubahan cuaca dan pemasanan global selama

beberapa tahun ini mempengaruhi penurunan produksi pertanian

terutama komoditi padi. Temperatur yang tinggi dan curah hujan

yang tidak diandalkan sehingga menjadi sulit bagi petani untuk

bertani di lahan yang sudah berjuang untuk bertahan hidup.

b. Teknologi

Peningkatan teknologi telah meningkatkan pengetahuan masyarakat

dalam budidaya pertanian atau proses pengolahan pangan yang lebih

sehat dan praktis. Penggunaan teknologi dapat digunakan pada saat

proses tanam, masa panen hingga pengolahan komoditas pangan.

Tidak sampai di situ saja teknologi pertanian juga digunakan dalam

hal sistem penyimpanan hasil produksi pangan yang tepat.

Tujuannya adalah agar tanaman dan komoditas pangan aman selama

proses pendistribusian dan digunakan oleh masyarakat. Teknologi

10
dalam rekayasa pangan juga diperlukan dalam hal ini untuk

mengembangkan varietas unggul dalam pengadaan komoditas

pangan.

c. Lahan Pertanian

Luas lahan pertanian salah satu faktor yang memadai dapat

memungkinkan produktivitas komoditas pangan tercukupi.

Sebaliknya, jika lahan ini semakin menurun maka stabilitas pangan

juga dapat terganggu.

d. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana adalah hal yang mempengaruhi ketahanan

pangan. Tanpa adanya sarana dan prasarana publik yang baik, proses

pendistirbusian komoditas pangan tentu akan mengalami hambatan.

Misalnya, di sebuah wilayah yang sulit diakses akan membuat

distribusi terganggu dan jika dibiarkan akan menyebabkan krisis

pangan. Di sini, akses transportasi memang menjadi hal penting agar

semua pendistribusian pangan merata ke semua wilayah. Selain

sarana untuk pendistribusian, sarana ini juga penting untuk

meningkatkan produktivitas komoditas pertanian. Contohnya saja,

mengenai pengadaan pupuk, benih unggul dan sebagainya (Anonim,

2019).

e. Kondisi Ekonomi, Politik, Sosial dan Keamanan

Ketahanan pangan dapat tercipta apabila aspek penting dalam suatu

negara terpenuhi. Aspek ini ada empat poin yakni kondisi ekonomi,

11
politik, sosial dan keamanan. Sebab, apabila dari keempat aspek

tersebut tidak dapat berjalan dengan baik maka dampaknya dapat

meluas ke segi lainnya yang merugikan masyarakat termasuk

ketahanan pangan (Anonim, 2019).

B. Ketahanan Pangan Nasional

Dalam Undang-undang No.7 Tahun 1996 tentang Pangan, ketahanan

pangan didefinisikan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap

masyarakat yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah

maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Pengertian mengenai

ketahanan pangan tersebut mencakup aspek makro yaitu tersedianya pangan

yang cukup, sekaligus aspek mikro yaitu terpenuhinya kebutuhan pangan

setiap rumah tangga untuk menjalani hidup yang sehat dan aktif.

Pada tingkat nasional, ketahanan pangan diartikan sebagai kemampuan

suatu bangsa untuk menjamin seluruh penduduknya memperoleh pangan

yang cukup, mutu yang layak, aman dan didasarkan pada optimalisasi

pemanfaatan yang berbasis pada keragaman sumber daya lokal. Ketahanan

pangan merupakan suatu sistem yang terdiri dari subsistem ketersediaan,

distribusi, dan konsumsi. Subsistem ketersediaan pangan berfungsi menjamin

pasokan pangan untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduk, baik dari segi

kuantitas, kualitas, keragaman dan keamanannya.

Subsistem distribusi berfungsi mewujudkan sistem distribusi yang

efektif dan efisien untuk menjamin agar seluruh rumah tangga dapat

12
memperoleh pangan dalam jumlah dan kualitas yang cukup sepanjang waktu

dengan harga yang terjangkau. Sedangkan subsistem konsumsi berfungsi

mengarahkan agar pola pemanfaatan pangan secara nasional memenuhi

kaidah mutu, keragaman, kandungan gizi, kemananan dan kehalalannya.

Berdasarkan definisi ketahanan pangan dari FAO (1996) dan UU RI No. 7

tahun 1996, ada 4 komponen yang harus dipenuhi untuk mencapai kondisi

ketahanan pangan yaitu: 1) Kecukupan ketersediaan pangan; 2) Stabilitas

ketersediaan pangan tanpa fluktuasi dari musim ke musim atau dari tahun ke

tahun; 3) Aksesibilitas dan keterjangkauan terhadap pangan; 4) kualitas

keamanan pangan.

Dalam perjalanan sejarah dapat dicatat berbagai peristiwa kelaparan

lokal yang kadang-kadang meluas menjadi kelaparan nasional yang sangat

parah di berbagai negara. Thomas Malthus telah memberikan peringatan

bahwa jumlah manusia meningkat secara eksponensial, sedangkan usaha

pertambahan persediaan pangan hanya dapat meningkat secara aritmatika. Di

Indonesia, sektor pangan merupakan sektor penentu tingkat kesejahteraan

karena sebagian besar penduduknya bekerja sebagai petani di daerah

pedesaan dan untuk di daerah perkotaan, masih banyak juga penduduk yang

menghabiskan pendapatannya untuk konsumsi. Memperhatikan hal tersebut,

kemandirian pangan merupakan syarat mutlak bagi ketahanan pangan

nasional. Salah satu langkah strategis untuk untuk memelihara ketahanan

pangan nasional adalah melalui upaya mewujudkan kemandirian pangan.

Secara konsepsional, kemandirian adalah suatu kondisi tidak terdapat

13
ketergantungan pada siapapun dan tidak ada satu pihakpun yang dapat

mendikte atau memerintah dalam hal yang berkaitan dengan pangan.

Kemandirian pangan tidak dapat diwujudkan tanpa adanya peranan dari

akademisi, swasta (bisnis) dan pemerintah (government) dan masyarakat

(petani). Petani yang merupakan ujung tombak dalam penyediaan pangan

secara lokal, harus mendapat perhatian dan dukungan dari pemerintah.

Jantung dari kemandirian pangan terletak pada kualitas dan produktivitas

pertanian jadi pemerintah harus berpihak dan mendukung petani secara

penuh. Peran akademisi juga tidak kalah pentingnya dalam pengembangan

teknologi pertanian dan pengolahan pangan tepat guna untuk didiseminasikan

keada para petani. Sektor swasta dan para pebisnis juga punya peranan yang

tidak kalah penting dalam menyediakan modal investasi untuk pembangunan

industri pertanian serta membuka lapangan kerja bagi masyarakat. Selain itu,

kebijakan harga dan kebijakan pro rakyat dari pemerintah juga dapat

mendukung dalam pemantapan dan terwujudnya kemandirian pangan.

Kebijakan yang lebih tepat dalam rangka mewujudkan kemandirian pangan

dapat ditempuh dengan pengembangan pangan fungsional.

Dalam UU No. 18/2012 tentang Pangan, Ketahanan Pangan

didefinisikan sebagai kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai

dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup,

baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan

terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan dan budaya

masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif dan produktif secara berkelanjutan.

14
Tiga pilar dalam ketahanan pangan yang terdapat dalam definisi tersebut

adalah ketersediaan (availability), keterjangkauan (accessibility) baik secara

fisik maupun ekonomi, dan stabilitas (stability) yang harus tersedia dan

terjangkau setiap saat dan setiap tempat. Apabila ketiga pilar ketahanan

pangan terpenuhi, maka masyarakat atau rumah tangga tersebut mampu

memenuhi ketahanan pangannya masing-masing.

Mengacu pada definisi di atas, maka masalah ketahanan pangan dapat

terjadi apabila salah satu unsur ketahanan pangan tersebut terganggu. Namun

dalam realitanya, pemahaman terhadap ketahanan sering direduksi hanya

ditekankan pada unsur penyediaan dan harga saja, atau bahkan ada yang

hanya menekankan pada aspek yang lebih sempit yang menyamakan

pengertian ketahanan pangan dengan pengertian swasembada.

Ketiga pilar ketahanan pangan tersebut harus dapat terwujud secara

bersama-sama dan seimbang. Pilar ketersediaan dapat dipenuhi baik dari hasil

produksi dalam negeri maupun dari luar negeri. Pilar keterjangkauan dapat

dilihat dari keberadaan pangan yang secara fisik berada di dekat konsumen

dengan kemampuan ekonomi konsumen untuk dapat membelinya

(memperolehnya). Sedangkan pilar stabilitas dapat dilihat dari kontinyuitas

pasokan dan stabilitas harga yang dapat diharapkan rumah tangga setiap saat

dan di setiap tempat.

C. Peran pemerintah dalam ketahanan pangan

Jumlah penduduk Indonesia pada Tahun 2045 diperkirakan mencapai

15
318,96 juta jiwa. Jumlah yang sangat besar ini tentu harus didukung oleh

kecukupan pangan pokok, yaitu pangan yang diperuntukkan sebagai makanan

utama sehari-hari sesuai dengan potensi sumber daya dan kearifan lokal. Oleh

karena itu, harus diupayakan ketersediaan pangan pokok pada tingkat

nasional maupun daerah hingga perseorangan secara merata di seluruh

wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sepanjang waktu, dengan

memanfaatkan sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal. Staf Khusus

Bidang Hukum dan Kerjasama Internasional Kemenko PMK Rohman

Budijanto mengatakan bahwa salah satu tujuan pembangunan berkelanjutan

yaitu menciptakan masyarakat tanpa kelaparan dan perbaikan nutrisi.

"Pada tahun puncak bonus demografi tersebut, Indonesia juga harus

menyampaikan laporan keberhasilan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

terkait pangan yaitu masyarakat tanpa kelaparan (zero hunger), meningkatkan

ketahanan pangan dan perbaikan nutrisi," ucapnya saat memberikan sambutan

pada Konferensi Nasional Pengurus Pusat Keluarga Besar Pelajar Islam

Indonesia di Hotel Mercure Jakarta pada Jumat (5/8).

Di Indonesia, pangan merupakan isu strategis di masa sekarang dan

masa yang akan datang. Sebab, pangan, baik dari sisi produksi, distribusi,

maupun konsumsi, sangat erat kaitannya dengan dimensi sosial, ekonomi dan

politik rakyat. Pendek kata, pangan merupakan urusan yang sangat strategis

dan kompleks, yang keberadaannya ikut menentukan masa depan bangsa dan

negara.Sistem pangan nasional melibatkan sistem pertanian, sistem industri,

sistem logistik dan pergudangan, sistem distribusi dan perdagangan, serta

16
sistem kelembagaan pangan. Tiap-tiap sistem tersebut ditopang oleh sub-sub

sistem dan komponen-komponen sistem yang beragam.

Sistem pangan nasional yang kompleks yang didukung berbagai

subsistem penopang dalam prosesnya juga melibatkan bermacam-macam

aktor dengan kepentingan-kepentingannya yang beragam, yang kadang kala

tak sejalan atau bahkan saling berkompetisi antara satu dengan yang lainnya.

Kebijakan dalam sistem pangan nasional sebagai sebuah kebijakan publik

juga lahir melalui hasil dari proses interaksi antaraktor. Kompetisi antaraktor

dengan ragam kepentingan ini tentu tidak gampang dikelola di tengah

kewajiban negara (pemerintah) menjamin adanya kontinuitas ketersediaan

pangan untuk rakyat. Ketahanan pangan tentu menjadi kunci untuk

menghadapi ancaman krisis pangan di masa depan. Berbagai upaya telah

dilakukan Indonesia untuk meningkatkan ketahanan pangan, seperti

penyediaan pupuk bersubsidi, pembangunan infrastruktur irigasi, penyediaan

bibit, benih, kredit dan berbagai input lainnya.

Upaya terbaru adalah mengembangkan kawasan food estate di sejumlah

daerah yang akan menjadi kawasan pertanian yang dikelola mulai hulu

hingga hilir, mulai tanam hingga penjualan, yang dilakukan secara sinergi dan

berkelanjutan. Food estate di Kalimantan Tengah akan dikembangkan untuk

padi dan singkong. Di Sumatera Utara dikembangkan untuk bawang merah,

bawang putih dan kentang. Food estate di Nusa Tenggara Timur (NTT) akan

dikembangkan untuk padi dan jagung. Ke depan, kawasan food estate perlu

diperluas seperti di Sulawesi untuk kedelai dan jagung serta pengembangan

17
padi di Maluku, termasuk Pulau Buru.

Pemerintah juga telah menerapkan manajemen kebijakan pangan

terhadap komoditas strategis seperti beras, jagung, kedelai, gula, daging sapi,

minyak goreng, bawang merah, bawang putih, daging dan telur ayam, serta

tepung terigu. Global Food Security Index secara komprehensif menetapkan

indeks ketahanan pangan lingkup internasional memiliki tiga dimensi. Yaitu,

keterjangkauan (affordability), ketersediaan (availability), serta kualitas dan

keamanan (quality and safety). ragam, mulai dataran rendah, dataran tinggi,

hingga pegunungan. Daerah dataran rendah cocok untuk pengembangan padi,

jagung, dan kedelai. Sementara dataran tinggi cocok untuk sayur-sayuran dan

hortikultura.Data BPS tahun 2018 menyebutkan jumlah petani Indonesia

sebanyak 33.487.806 orang. Untuk daerah dengan kepadatan penduduk tinggi

seperti Jawa, NTT, dan NTB, pengembangan food estate dengan

menggabungkan pendekatan manual dan teknologi menjadi pilihan terbaik.

Pemanfaatan teknologi mempercepat tumbuhnya agroindustri pangan

lokal dan berbagai inovasi secara simultan sesuai kebutuhan pasar. Untuk

daerah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua, pengembangan food

estate lebih tepat dilakukan dengan pendekatan teknologi dan korporasi.

Peta eksisting pangan juga sangat dibutuhkan mengingat keberadaan

lahan dan luasannya di Indonesia yang terus berubah. Peta eksisting pangan

ini penting menjadi pertimbangan pengembangan kawasan komoditas pangan

andalan. Karena itu, peta eksisting pangan untuk 34 provinsi menjadi

18
kebutuhan mendesak yang perlu disiapkan sedini mungkin. Rencana

perluasan on-farm yang dilakukan dalam lahan budi daya dan off-farm

melalui proses pengolahan, pemasaran dan distribusinya menjadi aspek

penting memperkuat ketahanan pangan. Perluasan on-farm dan off-farm bisa

ditempuh dengan membangun suatu pola kemitraan petani dengan institusi

pemasaran yang difasilitasi oleh pemerintah atau model korporasi pertanian.

Dalam rangka mewujudkan pangan bagi seluruh rakyat Indonesia,

Undang-undang RI Nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan mengamanatkan

bahwa masyarakat mempunyai hak dan kesempatan seluas-luasnya dalam

upaya mewujudkan cadangan pangan. Pemerintah terus menjaga ketersediaan

pangan melalui pilar ketahanan pangan, yang terdiri dari tersedianya pangan

yang cukup baik jumlah maupun mutunya, terjangkaunya pangan atau

memiliki sumber daya untuk mendapatkan pangan, serta penggunaan pangan

yang tepat berdasarkan pengetahuan gizinya. Menurut Rohman, Pemerintah

Pusat maupun Daerah dapat berkolaborasi untuk memfasilitasi

pengembangan cadangan pangan serta pentingnya peran keluarga dan

masyarakat dalam berkontribusi terhadap ketersediaan cadangan pangan.

"Disinilah pentingnya peran keluarga dan masyarakat untuk berkontribusi

terhadap ketersediaan pangan, khususnya bagi keluarganya sendiri, dan bagi

masyarakat," tuturnya. Pemerintah Daerah terus mendorong masyarakatnya

untuk mengembangkan potensi sumber pangan lokal di daerahnya masing-

masing, dan mengajak kepada masyarakat agar mengubah pola pikir, bahwa

beras bukan satu-satunya sumber karbohidrat sebagai makanan pokok, masih

19
banyak sumber pangan lokal lainnya yang memiliki nilai gizi yang setara

dengan beras seperti sagu, umbian, jagung dan lainnya. "Oleh sebab itu, saya

mohon kepada Pemerintah Daerah dan seluruh masyarakat, untuk terus

mengembangkan potensi sumber pangan lokal, khususnya peningkatan

produksi bahan pangan baik dari sumber protein hewani maupun nabati.

Jangan tergantung pada daerah lainnya, kembangkan potensi daerah yang

ada," jelas Rohman.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi

semua orang dan negara setiap saat tercermin dari makanan bergizi, aman,

bermutu, beragam, bergizi, terjangkau dan tidak bertentangan dengan agama,

keyakinan dan budaya masyarakat. Arti Ketahanan Pangan ketahanan pangan

merupakan kondisi terpenuhinya kebutuhan bagi rumah tangga tidak hanya

jumlah yang cukup tetapi juga harus aman, bermutu, bergizi dan beragam.

Dengan harga yang terjangkau oleh daya beli masyarakat. Secara lebih aktual

20
kondisi ketahanan pangan sangat berpacu pada komitmen pemerintah.

Peningkatan ketahanan pangan kearah yang lebih maju tentunya menjadi

aspek prioritas pembangunan agar mampu bersaing dalam perekonomian

nasional. Dengan demikian pemenuhan kebutuhan masyarakat menjadi

terpenuhi.

B. Saran

Kami menyadari sepenuhnya bahawa dalam makalah ini masih terdapat

banyak kekurangan yang mesti kami perbaiki kedepannya, maka dari itu kami

selaku pemilik makalah meminta saran dan perbaikan yang membangun demi

kebaikan bersama

DAFTAR PUSTAKA

Badan Ketahanan Pangan. 2014. Badan Ketahanan Pangan. (2014). Badan

Ketahanan Pangan. 1–74.

B., Pengembangan, D. A. N., & Pertanian, K. 2015. Kajian ketahanan pangan

nasional dalam perspektif perdagangan regional dan global. 1–19.

Dewan Ketahanan Pangan. 2009. Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2006-

21
2009. Gizi Dan Pangan, 1(1), 57–63.

Kustiari, R., Sosial, P., Dan, E., Pertanian, K., Penelitian, B., Pengembangan, D.

A. N., & Pertanian, K. 2015. Kajian ketahanan pangan nasional dalam

perspektif perdagangan regional dan global. 1–19.

Food and Agriculture Organization. 1997. World Food Summit, FAO, Rome.

1997. Assessment of The Household Food Security Situation, Based on

The Aggregate Household Security Index and The Sixth World Food

Survey. Committee on World Food Security, Twenty-third Session, Rome.

Anonim, 2012. Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012

tentang Pangan. Kantor Menteri Negara Pangan RI.

Anonim, 2015. Peraturan Pemerintah Negara Republik Indonesia Nomor 17

Tahun 2015 tentang Pangan. Kantor Menteri Negara Pangan RI.

Anonim, 2019. Faktor yang Mempengaruhi Ketahanan Pangan.

22

Anda mungkin juga menyukai