Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KELOMPOK

PENDAPATAN DAN KONSUMSI PANGAN DAN GIZI

DISUSUN
OLEH

Kelompok 5
Tingkat 2 Kelas B

NIM NAMA MAHASISWA

PO76304201055 WAFIQ AZIZAH ABDULLAH

PO76304201057 SRI ALIYAH SEPTIANI

PO76304201060 NURHIDAYANTI

PO76304201059 JERFAN BARANGAN

PROGRAM STUDI DIPLOMA III GIZI


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN MAMUJU
TAHUN 2021

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Tuhan Yang Maha Esa, pencipta
alam semesta dan segala isinya. Shalawat serta salam semoga selalu
tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW. Atas
berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah mengenai PENDAPATAN DAN KONSUMSI PANGAN DAN GIZI.
Kami harap makalah ini bisa diterima dan juga bermanfaat untuk orang
lain. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari dosen serta
teman-teman sekalian agar bisa membangun untuk penyempurnaan
makalah ini.Akhir kata, kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
dan semoga kita senantiasa dalam lindungan Allah SWT, Aamiin.

Mamuju, 25 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii

BAB I ............................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 3

C. Tujuan ................................................................................................................ 3

BAB II ............................................................................................................................ 4

LANDASAN TEORI ...................................................................................................... 4

A. Konsep Dasar Ekonomi dan Gizi..................................................................... 4

B. Pengertian Pendapatan dan Pola Konsumsi Pangan ................................... 5

BAB III ......................................................................................................................... 15

PENUTUP ................................................................................................................... 15

A. Kesimpulan ...................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan ekonomi merupakan usaha untuk
mengembangkan kegiatan ekonomi guna mempertinggi tingkat
pendapatan. Pembangunan ekonomi, dalam jangka panjang
bertujuan untuk mencapai kenaikan pendapatan nyata perkapita,
kesempatan kerja yang lebih luas, mengurangi perbedaan
perkembangan pembangunan dan kemakmuran antar daerah,
serta merubah struktur perekonomian supaya seimbang. Sebagai
ukuran kemajuan ekonomi tersebut sering dipergunakan Produk
Nasional Bruto (Gross National Product, GNP) atau pendapatan
perkapita. Tujuan pembangunan untuk menaikkan tingkat
kesejahteraan hidup masyarakat yang dapat digambarkan melalui
pendapatan nyata perkapita, sedangkan mutu kehidupan tercermin
dari tingkat dasar pola konsumsi yang meliputi unsur pangan,
sandang, pemukiman, kesehatan dengan tujuan mempertahankan
derajat hidup manusia secara wajar.
Pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap kebutuhan
pangan, sesuai dengan pertambahan jumah penduduk. Kebutuhan
pangan di Indonesia hampir dapat dipenuhi semua, dari potensi
domestik, kecuali untuk komoditas pangan asal daging impor dan
kedelai yang masih mengalami defisit, sedangkan untuk beras,
jagung, kacang maupun ubi, telor, daging ayam, dan susu
mengalami surplus yang tinggi. Tujuan tulisan ini untuk mengetahui
petumbuhan ekonomi dan kebutuhan pangan di Indonesia.
Pemerintah dapat mempertahankan dan berupaya terus memacu
pembangunan ketahanan pangan, melalui program yang benar-
benar mampu memperkokoh untuk ketahanan pangan, sekaligus
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tingkat
1
pendapatan rumah tangga dapat mencerminkan menjadi salah satu
ukuran kemampuan dalam mengakses konsumsi pangan yang
dibutuhkan beserta keragamannya. Pertumbuhan komoditi pangan
yang paling tinggi setiap tahun adalah komoditi beras, sedangkan
kontribusi daging sapi dalam memenuhi kebutuhan protein hewani
menduduki urutan yang kedua setelah daging unggas.
Pengaruh pendapatan terhadap konsumsi mempunyai hubungan
yang erat, hal ini sesuai dengan yang dikatakan Muana (2005)
penghasilan seseorang merupakan faktor utama yang menentukan
pola konsumsi. Kadariah (2002) mengatakan pendapatan dan
kekayaan merupakan faktor penentuan utama dalam berkonsumsi.
Menurut Sukirno (2001) dalam menyusun pola konsumsi, pada
umumnya seseorang akan mendahulukan kebutuhan pokok,
sedangkan kebutuhan tersier dipenuhi pada saat tingkat
penerimaan pendapatan meningkat.
Winardi (2002), mengemukakan: “ Pola konsumsi masyarakat
ditentukan oleh tingkat pendapatan, semakin tinggi pendapatan
masyarakat, maka semakin baik juga pola konsumsi, hal ini
dikarenakan masyarakat mempunyai kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi” . Sedangkan Darlina (1992) dari hasil
penelitiannya menjelaskan bahwa, makin besar pendapatan yang
diperoleh maka pengeluaran untuk konsumsi makin besar pula.
Setiap kenaikan pendapatan 1 persen maka akan diikuti
meningkatnya Pengeluaran konsumsi sebesar 0,54%.6
Pembahasan mengenai masalah perilaku erat hubungannya
dengan objek yang studinya diarahkan pada permasalahan
manusia. Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung
terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan
produk atau jasa, termasuk proses kebutuhan yang mendahului
dan menyusuli tindakan ini.

2
Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang
harus dipenuhi setiap saat. Hak untuk memperoleh pangan
merupakan salah satu hak asasi manusia, sebagaimana tersebut
dalam pasal 27 UUD 1945 maupun dalam Deklarasi Roma (1996).
Pertimbangan tersebut mendasari terbitnya UU No. 7/1996 tentang
Pangan. Sebagai kebutuhan dasar dan salah satu hak asasi
manusia, pangan mempunyai arti dan peran yang sangat penting
bagi kehidupan suatu bangsa. Ketersediaan pangan yang lebih
kecil dibandingkan kebutuhannya dapat menciptakan ketidak-
stabilan ekonomi. Berbagai gejolak sosial dan politik dapat juga
terjadi jika ketahanan pangan terganggu. Kondisi pangan yang
kritis ini bahkan dapat membahayakan stabilitas ekonomi dan
stabilitas Nasional.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan konsep dasar ekonomi pangan?
2. Jelaskan pengertian pendapatan dan pola konsumsi pangan?
3. Jelaskan hubungan antara pendapatan dengan pola konsumsi
pangan dan gizi?
4. Apakah ketersediaan pangan diIndonesia mencukupi kebutuhan
atau pola konsumsi masyarakat sesuai pendapatan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar ekonomi pangan
2. Untuk mengetahui pengertian pendapatan dan pola konsumsi
3. Untuk mengetahui hubungan antara pendapatan dengan pola
konsumsi pangan dan gizi
4. Untuk mengetahui ketersediaan pangan diindonesia mencukupi
kebutuhan atau pola konsumsi masyarakat sesuai pendapatan

3
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep Dasar Ekonomi dan Gizi


Ekonomi merupakan salah satu ilmu social yang mempelajari
aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi,
distribusi, pertukaran dan konsumsi barang dan jasa. Istilah
ekonomi sendiri berasal dari kata Yunani oikos yang berarti
keluarga, rumah tangga dan nomos artinya peraturan, aturan,
hokum dan secara garis besar diartikan sebagai aturan rumah
tangga atau manajemen rumah tangga (Adriani dan Wirjatmadi,
2012).
Ilmu gizi merupakan ilmu yang mempelajari segala sesuatu
tentang makanan dalam hubungannya dengan kesehatan
optimal. Gizi berasal dari bahasa arab yang artinya makanan.
Ilmu gizi sangat erat kaitannya dengan ilmu-ilmu ergonomi,
peternakan, ilmu pangan, microbiologi, biokimia, faal, biologi
molekuler, kedokteran. Karena konsumsi makanan dipengaruhi
oleh kebiasaan makan, perilku makan dan keadaan ekonomi
maka ilmu gizi juga berkaitan dengan ilmu antropologi, sosial,
psikologi dan ekonomi (Almatsier, 2009).
Ekonomi makanan adalah ilmu yang mempelajari upaya
manusia dalam masyarakat untuk memenuhi pangan dan gizi
dengan sumberdaya yang terbatas serta mempelajari peranan
pangan dan gizi dalam pembangunan ekonomi. Akibat dari
krisis moneter 1997, harga kebutuhan pokok terus melonjak
serta kemiskinan semakin merajalela dan berimbas pada
perubahan pola konsumsi masyarakat. Sehingga tidak
berlebihan jika dikatakan ketahanan pangan masyarakat anjlok.

4
Seseorang atau sekelompok masyarakat bila tidak makan
dalam jangka waktu tertentu akan menyebabkan kematian.
Fenomena gizi buruk sebagian besar terjadi akibat
kemiskinan, diperparah dengan perilaku para pemburu
keuntungan yang selama ini mengimpor besar-besaran aneka
bahan pangan, mulai dari beras, kedelai, gula, daging sampai
buah-buahan. Impor bahan pangan yang berlebihan dapat
menyengsarakan para petani, meningkatkan pengangguran,
menghamburkan devisa, dan membunuh sektor pertanian yang
mestinya menjadi keunggulan kompetitif bangsa (Adriani dan
Wirjatmadi, 2012).

B. Pengertian Pendapatan dan Pola Konsumsi Pangan


1. Teori Pendapatan
Pendapatan Samuelson (2002) dalam Muttaqin(2014:3)
mengatakan pendapatan adalah suatu penerimaan bagi
seseorang atau kelompok dari hasil sumbangan,baik tenaga
dan pikiran yang dicurahkan sehingga akan memperoleh balas
jasa. Pendapatan menunjukan seluruh uang atau hasil material
lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan atau jasa yang
diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka
waktu tertentu pada suatu kegiatan ekonomi.Disposable income
adalah pendapatan yang diterima oleh seseorang yang sudah
siap untuk dibelanjakan atau konsumsi penerimanya.
Pendapatan ini merupakan hak mutlak bagi penerimanya
(Prasetyo,2011:29)
Pendapatan pribadi dapat diartikan sebagai semua jenis
pendapatan, termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa
memberikan suatu kegiatan apa pun, yang diterima oleh
penduduk sesuatu negara. Dari istilah pendapatan pribadi ini

5
dapat disimpulkan bahwa dalam pendapatan pribadi telah
masuk juga pembayaran pindahan (Sukirno,2003:49).

2. Teori ekonomi
Teori ekonomi Menurut Murni (2006:54), konsumsi
merupakan pengeluaran masyarakat untuk membeli barang-
barang keperluan konsumsi. Banyak faktor yang mempengaruhi
konsumsi masyarakat antara lain kekayaan atau pendapatan
masyarakat, ekspektasi (ramalan masa depan), jumlah
penduduk, suku bunga, dan tingkat harga. Meskipun demikian,
pada fungsi konsumsi hanya memperlihatkan hubungan antara
variable konsumsi dan variabel pendapatan nasional atau
pendapatan disposabel.
Menurut Wiliam (2002:311), mengatakan bahwa konsumsi
secara umum adalah sebagai penggunaan barang-barang dan
jasa yang secara langsung akan memenuhi kebutuhan
manusia. Konsumsi sebagai pembelanjaan yang dilakukan oleh
seseoarang atas barang dan jasa dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan dari orang yang melakukan pekerjaan
tersebut. Teori konsumsi Keynes menjelaskan adanya
hubungan antara pendapatan yang diterima saat ini
(pendapatan disposable) dengan konsumsi yang dilakukan saat
ini juga. Dengan kata lain pendapatan yang dimiliki dalam suatu
waktu tertentu akan mempengaruhi konsumsi yang dilakukan
oleh manusia dalam waktu itu juga. Apabila pendapatan
meningkat maka konsumsi yang dilakukan juga akan
meningkat, begitu pula sebaliknya.
Menurut Mankiw (2013:11), konsumsi (consumption) adalah
pembelanjaan rumah tangga untuk barang, dan jasa.
“ Barang” meliputi pembelanjaan rumah tangga untuk barang
awet, seperti mobil dan alat-alat rumah tangga, dan barang
6
tidak awet, seperti makanan dan pakaian , “ jasa” meliputi
barang-barang tidak kasat mata , seperti potong rambut, dan
layanan kesehatan. Pembelanjaan rumah tangga untuk
pendidikan juga termasuk kedalam konsumsi jasa.

3. Teori Pola Konsumsi


Pola konsumsi Menurut Tobing (2015:5), menyatakan bahwa
pola konsumsi adalah gambaran alokasi dan komposisi atau
bentuk konsumsi yang berlaku secara umum. Konsumsi bisa di
artikan sebagai kegiatan untuk pemenuhan kebutuhan atau
keinginan saat ini guna meningkatkan kesejahteraannya.
Menurut Dumairy (2006) dalam Ruslan (2014:10), menyatakan
bahwa pola konsumsi dapat dikenali berdasarkan alokasi
penggunaannya. Untuk keperluan analisis, secara garis besar
alokasi pengeluaran konsumsi digolongkan dalam dua
kelompok penggunaan, yaitu pengeluaran makanan dan
pengeluaran non-makanan. Perbandingan besar pengeluaran
perkapita penduduk kota terhadap penduduk perdesaan
cenderung konstan tahun demi tahun. Pengeluaran rata-rata
orang kota hampir selalu dua kali lipat pengeluaran orang desa.
Perbandingan pola pengeluarannya juga demikian. Alokasi
pengeluaran untuk makanan dikalangan orang desa lebih besar
dibandingkan kalangan orang kota.
Menurut Putong dan Adjaswati (2008:32), ada beberapa
faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi yaitu:
a. Tingkat pendapatan dan kekayaan
b. Tingkat suku bunga dan spekulasi
c. Sikap berhemat
d. Budaya, gaya hidup (pamer, gengsi dan ikut arus) dan
demonstration effect

7
e. Keadaan perekonomian Menurut Sudarman dan Algifari
(2006:305) selain pendapatan,
sesungguhnya pengeluaran konsumsi juga dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain, yaitu :
a. Tingkat kekayaan
b. Kondisi sosial ekonomi
c. Tingkat harga
d. Selera
e. Tingkat bunga

Hubungan pendapatan dgn konsumsi Menurut Keynes


hubungan pendapatan disposabel dan konsumsi. Keynes
menjelaskan bahwa konsumsi saat ini ( current consumption)
sangat dipengaruhi oleh pendapatan disposabel saat ini
(current disposable income). Menurut Keynes, ada batasan
konsumsi minimal yang tidak tergantung tingkat pendapatan.
Artinya, tingkat konsumsi tersebut harus dipenuhi, walaupun
tingkat pendapatan sama dengan nol. Itulah yang disebut
konsumsi otonomus (autonomous consumtion). Jika
pendapatan disposabel meningkat, maka konsumsi juga akan
meningkat. Hanya saja peningkatan tersebut tidak sebesar
peningkatan pendapatan disposabel.(Rahardja dan Manurung,
2004:37)
Menurut Sukirno (2005:139) menyatakan hubungan antara
pendapatan dengan konsumsi adalah hubungan yang searah
(proposional) maksudnya pada pendapatan yang lebih tinggi
dapat menyebabkan pengeluaran konsumsi lebih besar dan
demikian juga sebaliknya yaitu bila tingkat pendapatan rendah
maka pengeluaran konsumsi juga rendah. Hubungan tersebut
dapat ditulis sebagai berikut:

8
Y↑→C↑
Y ↓→C↓
Berkaitan dengan kedua variabel tersebut maka individu
berusaha meningkatkan pendapatannya guna memenuhi
semua kebutuhannya, maka dari itu usaha tersebut dapat
dilakukan apabila pendapatan yang bersangkutan dapat
ditingkatkan. Dalam hal ini kenaikan dalam konsumsi, sehingga
individu yang bersangkutan memiliki tabungan
(Boediono,2003:231).

4. Hubungan Pendapatan dengan pola konsumsi pangan dan


gizi
Pendapatan dapat memengaruhi konsumsi makanan dan
gizi. Berdasarkan pendapatan akan menentukan akses pangan
secara ekonomi, data beli pangan serta jumlah dan kualitas
pangan. Distribusi pendapatan yang baik akan mengurangi
kesenjangan ekonomi antar keluarga sehingga aka mengurangi
kesenjangan gizi.
Pendapatan terdiri dari pendapatan pribadi, pendapatan
rumah tangga, dan pendapatan disposable. Pendapatan pribadi
merupakan semua jenis pendapatan, termasuk pendapatan
yang diperoleh tanpa melakukan sesuatu kegiatan apapun,
yang diterima oleh seseorang. Pendapatan rumah tangga
adalah semua jenis pendapatan yang diterima oleh seluruh
anggota rumah tangga.
Dan pendapatan disposable merupakan pendapatan yang
dapat digunakan oleh para penerima pendapatan untuk
membeli barang atau jasa yang diinginkan, apabila pendapatan
pribadi dikurangi dengan pajak yang harus dibayarkan oleh para
penerima pendapatan.

9
Tingkat pendapatan kerap digunakan sebagai indicator
tingkat keberhasilan pembanguan ekonomi suatu Negara.
Namun bila dilihat lebih jauh peningkatan pendapatan tersebut
belum menjamin perbaikan kesejahteraan anggota masyarakat
luas karena tingkat pendapatan yang bervariasi antar rumah
tangga sesuai dengan tingkat penguasaan sumber daya dan
kemampuan mengelolanya. Tingkat pendapatan pun dapat
memengaruhi pola konsumsi pangan dan gizi.
Teori konsumsi dengan pendapatan relatif yang
dikemukakan oleh James Dusenberry menyatakan bahwa
pengeluaran konsumsi suatu masyarakat ditentukan oleh
tingginya pendapatan yang pernah dicapainya. Jika pendapatan
tersebut berkurang, maka konsumen tidak akan banyak
mengurangi pengeluaran untuk konsumsi. Untuk
mempertahankan tingkat konsumsi yang tinggi, maka dilakukan
dengan mengurangi besarnya saving. Jika pendapatan mereka
bertambah maka konsumsi mereka akan bertambah juga
meskipun bertambahnya tidak terlalu besar.
Sedangkan saving akan bertambah dengan pesatnya,
kenyataan ini terus kita jumpai sampai tingkat pendapatan
tertinggi yang telah kita capai akan tercapai kembali. Sesudah
puncak dari pendapatan sebelumnya telah dilalui, maka
tambahan pendapatan akan banyak menyebabkan
bertambahnya pengeluaran untuk konsumsi, sedangkan di lain
pihak bertambahnya saving tidak begitu cepat. (Reksoprayitno,
2009).

Melalui teorinya, james dunberry menggunakan asumsi-


asumsi sebagai berikut :
a. Selera sebuah rumah tangga atas barang konsumsi
merupakan interindependen, yang artinya pengeluaran
10
konsumsi rumah tangga akan dipengaruhi dapat
dipengaruhi oleh pengeluaran yang dilakukan di
lingkungan sekitarnya.
b. Pengeluaran konsumsi merupakan irreversible yang
berarati pola pengeluaran konsumsi seseorang pada saat
penghasilan naikakan berbeda dengan pola pengeluaran
konsumsi pada saat penghasilan mengalami penurunan.
Teori konsumsi dengan hipotesis pendapatan permanen
yang dikemukakan oleh M Friedman (1975) menyatakan bahwa
pendapatan masyarakat dapat dibedakan menjadi dua yaitu
pendapatan permanen dan pendapatan sementara.Pendapatan
Permanen merupakan pendapatan yang diharapkan
seseorang untuk terus bertahan di masa depan. Sedangkan
pendapatan sementara merupakann bagian pendapatan yang
tidak diharapkan terus bertahan.Nilai pendapatan tersebut
kadang bernilai positif dan kadang bernilai negatif.
Jadi, hubungan antara pendapatan dan pola konsumsi
panga dan gizi ialah apabila Semakin besar pendapatan
seseorang maka akan semakin banyak tingkat konsumsinya
pula, dan tingkat tabungannya pun akan semakin bertambah.
dan sebaliknya apabila tingkat pendapatan seseorang semakin
kecil, maka seluruh pendapatannya digunakan untuk konsumsi
sehingga tingkat tabungannya nol.

5. Kesediaan Pangan terhadap Kecukupan Kebutuhan


Masyarakat
Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1996 tentang
pangan, ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya
kebutuhan pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari
tersedianya pangan secara cukup, baik dari jumlah maupun
mutunya, aman, merata dan terjangkau. Pendapatan menjadi
11
faktor penting dalam menentukan pengeluaran rumah tangga,
termasuk pola konsumsi pangan keluarga. Apabila pendapatan
meningkat, pola konsumsi akan lebih beragam sehingga
konsumsi pangan yang bernilai gizi tinggi juga akan meningkat
(Yudaningrum, 2011).
Pada rumah tangga miskin, pengeluaran pangan akan lebih
besar dari pada pengeluaran non pangan sehingga hal ini akan
berpengaruh pada pemenuhan gizi dalam penentuan ketahanan
pangan rumah tangga. Pemenuhan gizi yang diperoleh dari
Pangan yang dikonsumsi akan menentukan tingkat konsumsi.
Semakin tinggi nilai gizi pangan berupa energi yang dikonsumsi,
maka Tingkat konsumsi energi juga akan meningkat. Demikian
juga halnya pada konsumsi protein.
Rasio ketersediaan pangan dengan konsumsi pangan
merupakan hal yang penting diketahui untuk menyusun
kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah dalam
menjaga ketahanan pangan. Rasio ini terdiri dari 2 aspek
penting yaitu ketersediaan dan konsumsi. Dari angka rasio
pangan ini dapat diketahui bagaimana tingkat ketahanan
pangan Kota Medan di tahun 2010.
Adapun tingkat ketahanan pangan terdiri dari rawan pangan,
tahan pangan namun rentan, dan tahan pangan. Tingkat
ketahanan pangan yang pertama yaitu tahan pangan. Tahan
pangan merupakan kondisi dimana ketersediaan pangan lebih
tinggi 20% dari konsumsi pangan. Pada kondisi ini, ketahanan
pangan akan tetap aman bila terjadi gagal panen di Kota Medan
maupun daerah pemasok pangan. Kebutuhan konsumsi pangan
akan dipenuhi dari stok pangan tahun sebelumnya.
Tingkat kedua, tahan pangan namun rentan yaitu
ketersediaaan pangan antara 80-120% dari jumlah konsumsi
pangan. Kondisi ini merupakan kondisi. yang kurang aman
12
dalam pemenuhan konsumsi penduduk karena jumlah
ketersediaannya yang belum melewati batas aman. Bila terjadi
masalah dari ketersediaan seperti pasokan pangan yang kurang
dan produksi yang menurun akibat bencana alam, ketahanan
pangan akan langsung terguncang.
Tingkat ketahanan pangan yang ketiga yaitu rawan pangan.
Ketahanan pangan akan dikategorikan rawan pangan bila
ketersediaan pangan lebih kecil 80% dari jumlah konsumsi.
Ketahanan pangan dan kerawanan pangan sangat erat
kaitannya karena kerawanan pangan merupakan penyebab
penting instabilitas ketahanan pangan. Untuk melihat rasio
ketersediaan pangan dengan konsumsi pangan dan tingkat
ketahanan pangan Kota Medan Tahun 2010 dapat dilihat
sebagai berikut.

Dari Tabel 7, dapat diketahui bahwa kesembilan pangan


strategis yang meliputi beras, jagung, cabai merah, gula pasir,
bawang merah, daging ayam, daging sapi, telur ayam, dan
minyak goreng berada pada kondisi tahan pangan namun
rentan. Hal ini dikarenakan angka rasio ketersediaan dengan
13
konsumsi dari kesembilan pangan strategis tersebut berada
pada angka 0,8 sampai 1,2. Rasio tertinggi ada pada komoditas
jagung dengan rasio pangan 1,1236 dan disusul dengan cabai
merah dengan rasio pangan 1,0636. Rasio pangan terkecil ada
pada komoditas gula pasir yaitu sebesar 1,0099.
Rasio ketersediaan dengan konsumsi tertinggi pada jagung
dengan rasio 1,1236 dan di tingkat kedua pada cabai merah
dengan rasio 1,0636. Pada tingkat ketiga pada daging ayam
dengan rasio 1,0534, kemudian daging sapi dengan rasio
1,10526. Bawang merah memiliki rasio 1,0274. Rasio tiga
terbawah pada telur ayam senilai 1,025, minyak goreng senilai
1,0157, dan gula pasir dengan nilai 1,0099. Kondisi ketahanan
pangan Kota Medan tahun 2010 pada beras, jagung, cabai
merah, gula pasir, bawang merah, daging ayam, daging sapi,
dan telur ayam, dan minyak goreng berada pada kondisi tahan
pangan namun rentan, yaitu rasoi pangan antara 0,8 sampai
1,2.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penduduk yang memiliki tingkat pendapatan berbeda akan
memiliki pola konsumsi yang berbeda pula. Oleh karena itu penting
untuk mengetahui bagaimana pola konsumsi pangan dari berbagai
tipe daerah dan golongan pengeluaran yang berbeda. Selain
dipengaruhi oleh tingkat pendapatan, tingkat konsumsi pangan juga
dipengaruhi oleh letak strategis (kota dan desa) dan budaya daerah
setempat.

Pola konsumsi pangan di Indonesia berdasarkan studi


empiris menunjukkan bahwa pola konsumsi pangan keragamannya
berbeda menurut tipe daerah (perkotaan dan pedesaan), musim
dan karakteristik sosial ekonomi (Nurfarma, 2005). Umumnya
daerah pedesaan berperan sebagai konsumen sekaligus produsen
yang menghasilkan pangan, sedangkan daerah perkotaan
merupakan daerah konsumen. Di daerah perkotaan persentase
pengeluaran untuk konsumsi pangan lebih kecil dibandingkan dari
daerah pedesaan.

Akibat dari krisis moneter 1997, harga kebutuhan pokok


terus melonjak serta kemiskinan semakin merajalela dan berimbas
pada perubahan pola konsumsi masyarakat. Sehingga tidak
berlebihan jika dikatakan ketahanan pangan masyarakat anjlok.
Seseorang atau sekelompok masyarakat bila tidak makan dalam
jangka waktu tertentu akan menyebabkan kematian.

Hubungan antara pendapatan dan pola konsumsi panga dan


gizi ialah apabila Semakin besar pendapatan seseorang maka
akan semakin banyak tingkat konsumsinya pula, dan tingkat

15
tabungannya pun akan semakin bertambah. dan sebaliknya
apabila tingkat pendapatan seseorang semakin kecil, maka
seluruh pendapatannya digunakan untuk konsumsi sehingga
tingkat tabungannya nol.

16
DAFTAR PUSTAKA

Adriani M, Wirjatmadi B. 2012. Pengantar Gizi Masyarakat.


Jakarta: Kencana
Almatsier S. 2009. Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama
Almatsier S. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Penerbit Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama
Anonim. 2001. Ilmu Pengetahuan. (online);
(www.organisasi.org , diakses tanggal 04 Februari 2016).
Badan Ketahanan Pangan. 2014. Ketahanan Pangan dan Gizi.
Jakarta: Kementerian Pertanian.
Baliwati YF, dkk. 2004. Pengantar Pangan dan Gizi, Jakarta:
Penerbit Penebar Swadana
Dewan Ketahanan Pangan (DKP). 2009. “ Indonesia Tahan Pangan dan
Gizi 2015” . Jakarta: Kementerian Pertanian
Boediono. (2003). Ekonomi Makro. Yogyakarta: BPFE-UGM.
Mankiw. (2013). Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta: Salemba Empat.
Murni, Asfia. (2006). Ekonomika Makro. Bandung: PT. Refika aditama.
Muttaqin, Hakim. (2014). Analisis Pengaruh Pendapatan Kepala
Keluarga Terhadap Konsumsi Rumah Tangga di Kecamatan
Bandar Sakti. Jurnal, Universitas Almuslim, Lhokseumawe.
Nanga, Muana. (2001). Makro Ekonomi. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada. Prasetyo, P.Eko. (2001). Fundamental Makro Ekonomi.
Yogyakarta: Beta offset.
Putong, Adjaswati. (2008). Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta: Mitra
wacana media.

17

Anda mungkin juga menyukai