Dosen Pengampuh:
SURYA FAZRI, S.P., M.Agr
O
L
E
H
JURUSAN AGROTEKNOLOGI S1
UNIVERSITAS ASAHAN
2022
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kita berbagai macam nikmat di
antaranya nikmat iman, islam, dan sehat wal ‘afiat. Sholawat serta salam tak lupa kita
curahkan kehadirat nabi besar kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari
zaman kebodohan sampai zaman terang benderang ini. Penulis juga mengucapkan syukur
kepada Allah SWT yang telah memberikan beribu-ribu nikmat baik berupa fisik maupun akal
pikiran sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini berusaha kami susun selengkap-lengkapnya. Akan tetapi, kami menyadari
bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, karena keterbatasan dan kekurangan
pengetahuan serta minimnya pengalaman yang dimiliki. Oleh karena itu, kritik dan saran dari
pembaca sangat kami harapkan demi pembuatan makalah berikutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan pembaca pada
umumya. Amin
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .........................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................................2
1.3. Tujuan ......................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
1.
2.
2.1. Pengertian Iklim........................................................................................................3
2.2. Unsur – unsur Iklim Secara Umum..........................................................................4
2.3. Jenis iklim di dunia dan Klasifikasi iklim menurut para ahli...................................5
2.4. Macam-macam iklim di Indonesia...........................................................................10
2.5. Faktor Penentu Iklim................................................................................................11
1.
2.
3.
3.1. Kesimpulan...............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2. Rumusan Masalah
1. Pengertian Iklim
2. Unsur – unsur Iklim
3. Jenis dan Klasifikasi Iklim di dunia menurut para ahli
4. Macam – macam Iklim di Indonesia
5. Faktor penentu iklim
1.3. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami Pengertian Iklim
2. Mengetahui dan memahami Unsur – unsur Iklim
3. Mengetahui dan memahami Jenis dan Klasifikasi Iklim di dunia menurut para ahli
4. Mengetahui dan memahami Macam – macam Iklim di Indonesia
5. Mengetahui dan memahami Faktor penentu iklim
2
BAB II
PEMBAHASAN
1.
2.
3
Peranan klasik dari sektor pertanian dalam perekonomian nasional adalah penyediaan
bahan pangan bagi penduduk Indonesia yang saat ini sudah berjumlah 220 juta jiwa. Dengan
peranan pertanian sebagai penyedia bahan pangan yang relatf murah, telah memungkinkan
biaya hdup di Indonesia tergolong rendah di dunia. Dan rendahnya biaya hidup di Indonesia
menjadi salah satu daya saing nasional. Keberhasilan dalam penyediaan bahan pangan yang
cukup dan stabil meimilki peran yang besar dalam penciptaaan ketahanan pangan nasional
(food security) yang erat kaitannya dengan stabilitas sosial, ekonomi, dan politik.
Kekurangan pangan memanglah bukan masalah baru. Masalah baru yang muncul
adalah ketika lahan pertanian yang digunakan untuk menanam tanaman pangan untuk
pemenuhan kebutuhan masyarakat jumlahnya semakin menurun. Tidak hanya itu saja jumlah
petani akan semakin sedikit, sedangkan jumlah penduduk meningkat begitu cepat. Ditambah
lagi pertambahan penduduk yang sangat besar itu tidak disertai dengan peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Disamping itu, karena Indonesia adalah Negara kepulauan,
pendistribusian pangan yang baik sangat dibutuhkan, namun seringkali terjadi pendistribusian
pangan yang tidak merata sehingga jumlah angka kelaparan dan kurang gizi di Indonesia
semakin meningkat (Yuniastuti: 2008).
4
sistem yang berjenjang (hierarchial systems) mulai dari nasional, provinsi (regional), lokal
(kabupaten/ kota) dan rumah tangga.
Ketersediaan pangan meliputi jumlah yang cukup aman dan bergizi bagi semua orang
baik yang berasal dari produksi sendiri maupun produk lain. Ketersediaan pangan harus
mampu memenuhi kebutuhan kalori untuk hidup aktif dan sehat. Ketersediaan pangan
dipengaruhi oleh luas panen, produktivitas, diversifikasi produk irigasi, teknologi, sarana
produksi, gangguan iklim dan hama penyakit, dan Jumlah penduduk (Hanani, 2012).
Ketersediaan pangan bergantung pada:
5
tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi,
merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya
masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif dan produktif secara berkelanjutan.
Tiga pilar dalam ketahanan pangan yang terdapat dalam definisi tersebut adalah
ketersediaan (availabity), keterjangkauan (accessibility) baik secara fisik atau ekonomi, dan
stabilitas (stability) yang harus tersedia dan terjangkau setiap saat dan setiap tempat. Apabila
ketiga pilar ketahanan pangan terpenuhi, maka masyarakat atau rumah tangga tersebut
mampu memenuhi ketahanan pangannya masing-masing. Ketiga pilar ketahanan pangan
tersebut harus dapat terwujud secara bersama-sama dan seimbang. Pilar ketersediaan dapat
dipenuhi baik dari hasil produksi dalam negeri maupun luar negeri. Pilar keterjangkauan
dapat dilihat dari keberadaan pangan yang secara fisik berada didekat konsumen dengan
kemampuan ekonomi konsumen untuk dapat memberlinya. Sedangkan pilar stabilitas dapat
dilahat dari kontinuitas pasokan dan stabilitas harga yang dapat diharapkan rumah tangga
setiap saat dan setiap tempat.
Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin
dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman merata dan
terjangkau. Ketahanan1 pangan terwujud apabila secara umum telah terpenuhi dua aspek
sekaligus. Pertama adalah tersedianya pangan yang cukup dan merata untuk seluruh
penduduk. Kedua, setiap penduduk mempunyai akses fisik dan ekonomi terhadap pangan
untuk memenuhi kecukupan gizi guna menjalani kehidupan yang sehat dan produktif dari
hari ke hari.
Pada aspek distribusi, kebijakan ketahanan pangan diarahkan untuk: (a) meningkatkan
sarana dan prasarana distribusi pangan untuk meningkatkan efisiensi perdagangan, termasuk
di dalamnya mengurangi kerusakan bahan pangan dan kerugian akibat distribusi yang tidak
efeisien; (b) mengurangi dan/atau menghilangkan peraturan daerah yang menghambat
distribusi pangan antar daerah; dan (c) mengembangkan kelembagaan pengolahan dan
pemasaran di pedesaan dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas distri- busi
pangan serta mendorong peningkatan nilai tambah.
Dalam hal konsumsi, kebijakan ketahanan pangan diarahkan untuk: (a) menjamin
pemenuhan pangan bagi setiap rumah tangga dalam jumlah dan mutu yang memadai, aman
dikonsumsi dan bergizi seimbang; (b) mendorong, mengembangkan dan membangun serta
memfasilitasi peran serta masyarakat dalam pemenuhan pangan sebagai implementasi
pemenuhan hak atas pangan; (c) mengembangkan jaringan antar lembaga masyarakat untuk
6
pemenuhan hak atas pangan; dan (d) meningkatkan efisiensi dan efektivitas intervensi
bantuan pangan/pangan bersubsidi kepada golongan masyarakat tertentu (golongan miskin,
ibu hamil, balita gizi buruk, dsb).
7
pertanian seharusnya terus dilakukan sehingga tidak menjadi kendala penyaluran produk
pertanian dan tidak menggangu arus pendapatan petani.
Sistem dan jaringan irigasi (termasuk bendungan dan waduk) merupakan bagian penting
dari infrakstruktur pertanian. Ketersediaan jaringan irigasi yang baik, diharapkan dapat
meningkatkan volume produksi dan kualitas komoditas pertanian, terutama tanaman
pangan.
2.1
2.2
2.3
2.4
2.4.1
Ada beberapa Aspek yang meliputi Konsep Ketahanan Pangan dimana diantaranya
adalah :
9
produksi dalam negeri dan cadangan pangan nasional serta impor apabila kedua
sumber utama tidak dapat memenuhi kebutuhan. Ketersediaan pangan ditentukan oleh
produksi pangan di wilayah tersebut, perdagangan pangan melalui mekanisme pasar
di wilayah tersebut, stok yang dimiliki oleh pedagang dan cadangan pemerintah, dan
bantuan pangan dari pemerintah atau organisasi lainnya.
Mayoritas bahan pangan yang diproduksi maupun didatangkan dari luar wilayah harus
masuk terlebih dahulu ke pasar sebelum sampai ke rumah tangga. Oleh karena itu,
selain kapasitas produksi pangan, keberadaan sarana dan prasarana penyedia pangan
seperti pasar akan terkait erat dengan ketersediaan pangan di suatu wilayah. Untuk
menggambarkan situasi ketersediaan pangan dalam penyusunan FSVA Kabupaten,
maka indikator yang digunakan adalah: (1) Rasio luas lahan pertanian terhadap
jumlah penduduk; dan (2) Rasio jumlah sarana dan prasarana penyedia pangan
terhadap jumlah rumah tangga.
Keterjangkauan pangan atau akses terhadap pangan adalah kemampuan rumah tangga
untuk memperoleh cukup pangan, baik yang berasal dari produksi sendiri, stok,
pembelian, barter, hadiah, pinjaman dan bantuan pangan. Pangan mungkin tersedia di
suatu wilayah tetapi tidak dapat diakses oleh rumah tangga tertentu karena
terbatasnya: (1) Akses ekonomi: kemampuan keuangan untuk membeli pangan yang
cukup dan bergizi; (2) Akses fisik: keberadaan infrastruktur untuk mencapai sumber
pangan; dan/atau (3) Akses sosial: modal sosial yang dapat digunakan untuk
mendapatkan dukungan informal dalam mengakses pangan, seperti barter, pinjaman
atau program jaring pengaman sosial. Dalam penyusunan FSVA Kabupaten, indikator
yang digunakan dalam aspek keterjangkauan pangan hanya mewakili akses ekonomi
dan fisik saja, yaitu: (1) Rasio jumlah penduduk dengan tingkat kesejahteraan
terendah terhadap jumlah penduduk desa; dan (2) Desa yang tidak memiliki akses
penghubung memadai melalui darat, air atau udara.
Aspek ketiga dari konsep ketahanan pangan adalah pemanfaatan pangan. Pemanfaatan
pangan meliputi: (1) Pemanfaatan pangan yang bisa di akses oleh rumah tangga; dan
10
(2) Kemampuan individu untuk menyerap zat gizi secara efisien oleh tubuh.
Pemanfaatan pangan juga meliputi cara penyimpanan, pengolahan, dan penyajian
makanan termasuk penggunaan air selama proses pengolahannya serta kondisi budaya
atau kebiasaan dalam pemberian makanan terutama kepada individu yang
memerlukan jenis pangan khusus sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu
(saat masa pertumbuhan, kehamilan, menyusui, dll) atau status kesehatan masing-
masing individu. Dalam penyusunan FSVA Kabupaten/Kota, aspek pemanfaatan
pangan meliputi indikator sebagai berikut: (1) Rasio jumlah rumah tangga tanpa akses
air bersih terhadap jumlah rumah tangga; dan (2) Rasio jumlah penduduk desa per
tenaga kesehatan terhadap kepadatan penduduk.
11
1
2.1
2.2
2.3
2.4
2.4.1
2.4.2
2.1
2.2
2.3
2.4
2.4.1
2.4.2
12
2.4.3 Dampak Kebijakan/Program Pertanian Terhadap Ketahanan
Pangan
a. Dampak Kebijakan/Program Pertanian terhadap Ketahanan Pangan secara umum :
Dampak ketahanan pangan dari kebijakan pertanian yang mempengaruhi harga
produk tergantung dari apakah petani adalah net consumer atau net producer
Program pertanian yang menyediakan lapangan pekerjaan pada buruh tani atau
mereka yang tidak punya pekerjaan terbukti meningkatkan ketahanan pangan
rumah tangga
Dampak ketahanan pangan dari produksi cash crop tergantung dari stabilitas
harga produk dan apakah terdapat surplus tenaga kerja dan lahan
Dampak program pertanian terhadap ketahanan pangan rumah tangga lebih
nyata bila kegiatannya melibatkan wanita, pola tanam beragam (tumpangsari,
tumpang gilir), mendorong berkembangnya industri kecil/rumahtangga untuk
pengolahan produk, meningkatkan produksi dan pendapatan tanpa mengurangi
bagian yang bisa dikonsumsi anggota rumahtangga (Pengalaman dibeberapa
negara)
Dampak kebijakan pertanian yang mendorong mekanisasi secara masif/skala
besar yang menekan peggunaan tenaga kerja pertanian (buruh tani) secara
umum berdampak negarif terhadap ketahanan pangan rumahtangga buruh tani
(Saefudin, Y).
b. Dampak Kebijakan/Program Pertanian/ Ketahanan Pangan terhadap Perbaikan Gizi :
Pengalaman Rwanda (von Braun J, et al, 2001):
- Peningkatan konsumsi pangan hingga 2 kali lipat menurunkan prevalensi
stunting 25%
- Efek yang sama didapat melalui deworming; efek dua kali lipat bila ada
perbaikan MCK yang memenuhi syarat kesehatan.
Pengalaman Filipina (Bouis H, Haddad L. 1990):
Distribusi lahan pada rumahtangga miskin yang tidak memiliki lahan
berdampak posotif pada status gizi anak balita, namun tidak berdampak pada
rumahtangga yang sebelumnya telah memiliki lahan.
Pengalaman Bangladesh (Institute of Nutrition and Food Science, Dhaka
University & Tufts University, 2003):
13
Program Bangladesh Integrated project (polikultur sayurananeka ternak-ikan)
berdampak pada:
- peningkatan konsumsi protein hewani anak pra sekolah dan WUS
- Peningkatan asupan vitamin A
- Menurunkan prevalensi stunted dan wasted
- Meningkatkan BMI WUS
Pengalaman Filipina (Bouis H, Haddad L. 1990 ) Distribusi lahan pada
rumahtangga miskin yang tidak memiliki lahan berdampak positif pada status
gizi anak balita, namun tidak berdampak pada rumahtangga yang sebelumnya
telah memiliki lahan
Pengalaman Mesir (Galal et al, 1987):
Intervensi program peternakan berdampak pada penurunan prevalensi anemi
pada anak sekolah
Berti P, et al (2004) mereview berbagai intervensi program pertanian
menemukan bahwa hanya kegiatan home gardening yang memberikan dampak
pada intake zat gizi (khususnya vitamin A) dan status gizi. Efektifitas
meningkat bila program ini diikuti pendampingan/penyuluhan gizi.
Hagebunata V, et al (1999):
Intervensi program pertanian yang disertai penyuluhan gizi memberikan
dampak gizi jauh lebih baik dibaanding tanpa penyuluhan gizi.
Leroy and Frongilo (2004) mereview berbagai intervensi program pertanian
menemukan bahwa kegiatan yang melibatkan wanita secara aktif dan
pendampingan/penyuluhan gizi memberikan dampak gizi bagi keluarga
c. Kesimpulan Umum Dampak Gizi Program Pertanian/Ketahanan Pangan dari
Pengalaman di Berbagai Negara
Dampak gizi program pertanian/ketahanan pangan muncul apabila:
- Rumahtangga mengkonsumsi produk yang dihasilkan
- Intervensi pertanian integrasi penyuluhan gizi
- Intervensi terutama berupa peningkatan pemanfaatan pekarangan, komoditas
yang diusahakan beragam dan memiliki kualitas gizi yang tinggi (sumber
protein, vitamin, mineral)
- Melibatkan secara aktif wanita, namun tidak terlalu intensif agar tidak
mengurangi kualitas pola asuh makan dan kesehatan.
d. Dampak Negatif Program Pertanian terhadap Gizi dan Kesehatan
14
- Irigasi baru dapat meningkatkan insiden malaria
- Program peternakan memungkinkan menyebarnya zoonosis, penyakit infeksi
yang disebarkan oleh binatang ternak
- Pelibatan wanita yang terlalu intensif dalam kegiatan pertanian
meningkatkan beban kerja wanita (Kasus Kenya) dan dapat berakibat pada
menurunnya pola asuh (makan dan kesehatan)
- Keberhasilan pengenalan komoditas baru tidak secara otomatis
meningkatkan konsumsi pangan komoditas tersbut. Perhatian perlu diberikan
terhadap dampak alokasi waktu dan kebutuhan energi untuk mengolah
makanan (Pengalaman introduksi beras di Mali sebagai pendamping
Shorgum).
15
1
2.1
2.2
2.3
2.4
a. Tanaman Pangan
Tanaman pangan sering disebut subsektor pertanian rakyat yang mencakup komoditas
bahan makanan seperti : padi, jagung, ketela rambat, kacang tanah, kedelai, sayuran
dan buah-buahan.
b.Perkebuanan
Perkebunan dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
1) Perkebunan rakyat yaitu perkebunan yang diusahakan sendiri oleh rakyat dalam
16
skala kecil-kecilan dengan teknologi yang sederhana. Hasil tanamannya berupa :
karet, kopral, teh, kopi, tembakau, cengkeh, kapas, coklat dan rempah-rempah.
2) Perkebunan besar yaitu kegiatan perkebunan yang dijalankan oleh perusahaan yang
berbadan hukum. Hasil tanamannya berupa : karet, teh, kopi, kelapa sawit, coklat,
kina, tebu dan berbagai serat.
c. Kehutanan
Hasil hutan terdiri dari dua kegiatan yaitu :
1) Penebangan kayu menghasilkan kayu glondongan, kayu bakar, arang dan bamboo
2) Hasil hutan lain menghasilkan rotan, getah kayu, kulit kayu serta akar-akar dan
umbi-umbian.
d. Perternakan
Subsektor ini meliputi produksi ternak-ternak besar dan kecil seperti : telur, susu
segar, wool, dan hasil pemotongan hewan.
e. Perikanan
Subsektor ini meliputi semua hasil kegiatan perikanan laut, perairan umum, kolam,
tambak, sawah dan keramba.
Tenaga Kerja
Tenaga Kerja adalah setiap individu atau orang yang memiliki keterampilan guna
memproduksi suatu barang atau jasa agar perusahaan dapat memperoleh keuntungan.
Penyerapan Tenaga kerja
Penyerapan tenaga kerja adalah banyaknya lapangan pekerjaan yang sudah terisi oleh
banyaknya jumlah penduduk yang bekerja pada suatu sektor.
17
1
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
Data di atas menunjukkan bahwa pekerja Indonesia masih sangat terkonsentrasi pada
profesi petani. Profesi-profesi lain yang tergolong memiliki produktivitas tinggi termasuk
profesional/teknisi dan mangerial/administrasi masih sangat rendah proporsinya.
Walaupun demikian, terdapat adanya kecenderungan semakin meningkatnya persentase
penduduk yang bekerja pada sektor non pertanian dari waktu ke waktu. Selama kurun
18
waktu 1990-1997, tenaga kerja sektor bukan pertanian meningkat lebih dari 16,5 juta
orang, sebaliknya tenaga kerja di sektor pertanian turun lebih dari 6,7 juta orang. Sektor
perdagangan, jasa, industri dan konstruksi mengalami pertambahan tenaga kerja
mencolok. Selama kurun waktu itu, tenaga kerja bukan pertanian secara keseluruhan
tumbuh sekitar 6,0 persen per tahun.
Masih tingginya daya serap sektor pertanian tidak disertai dengan upaya yang
memadai dari pemerintah dalam bentuk kebijakan yang kondusif untuk berkembangnya
sektor tersebut. Petani dan sektor pertanian masih ditempatkan pada posisi marginal.
Kebijakan pemerintah cenderung bertentangan dengan keinginan para petani. Kebijakan
impor beras, gula, dan komoditi lainnya mencerminkan pertentangan antara keinginan
petani dan pemerintah. Kondisi ini membuat nasib petani tidak beranjak menjadi lebih
baik. Pernyataan Bank Dunia beberapa waktu lalu menyebutkan bahwa kenaikan harga
beras menyebabkan peningkatan angka kemiskinan di Indonesia sebesar 3,1 juta orang.
Sektor pertanian juga semakin tergeser oleh sektor lainnya dengan semakin tingginya
alih fungsi lahan pertanian dan semakin luasnya lahan kritis. Pembangunan permukiman
yang meluas sampai ke daerah pedesaan membuat lahan pertanian yang subur tidak lagi
menghasilkan pangan untuk memenuhi kebutuhan penduduk. Desakan kebutuhan akan
lahan kemudian muncul ketika petani sudah tidak memiliki lahan yang memadai untuk
diolah. Pada akhirnya mereka membuka lahan baru yang seharusnya menjadi lahan
konservasi, sehingga lahan kritis juga semakin luas.
1
2
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.5.1
19
1
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.5.1
Sementara itu, pada sektor lainnya (pertambangan, listrik, gas, dan air) angka
produktivitas mencapai Rp 54,94 juta per orang. Di sektor perdagangan besar,
perdagangan eceran, rumah makan dan hotel mencapai nilai Rp 4,21 juta per orang, dan
merupakan urutan kedua terendah setelah pertanian. Angka produktivitas tersebut
mengandung arti bahwa sektor pertanian saat ini dalam kondisi yang sudah jenuh
20
terhadap kesempatan kerja. Rendahnya produktivitas tenaga kerja pertanian tersebut
terkait dengan kondisi umur, tingkat pendidikan, curahan jam kerja, dan luas garapan
petani. Sebaran tenaga kerja pertanian (di luar perikanan dan kehutanan) berdasarkan
kelompok umur memperlihatkan bahwa, sebagian besar berada pada umur 25-44 tahun
(46%), kemudian kelompok umur diatas 45 tahun (38%), dan kelompok umur kurang
dari 25 tahun (16%).
Pada masa yang akan datang dikhawatirkan akan kekurangan tenaga kerja pertanian.
Tren aging agriculture sudah mulai terlihat pada sektor pertanian yaitu tenaga kerjanya
mulai menunjukkan komposisi penduduk usia lanjut yang semakin besar. Kondisi ini
sudah banyak terjadi seperti yang dikemukakan oleh Collier (1996) berdasarkan hasil
penelitiannya di daerah pedesaan di Jawa yaitu: Suatu perubahan utama dalam pertanian
di Jawa berupa kekurangan buruh tani yang lebih besar, bahkan di daerah berpenduduk
sangat padat. Kekurangan ini terjadi karena tarikan orang ke pekerjaan lebih menarik di
daerah urban dan perasaan orang-orang muda yang berpendidikan menengah yang tidak
tertarik bekerja sebagai petani.
Tenaga kerja pertanian sampai saat ini masih didominasi oleh tenaga kerja dengan
tingkat pendidikan SD ke bawah, yang jumlahnya mencapai 81% dari tenaga kerja
pertanian. Meskipun industri kecil di wilayah pedesaan mendapat perhatian untuk
dikembangkan, namun keterbatasan keterampilan dan pengetahuan mereka menjadi
kendala untuk ikut terlibat secara positif dalam industri kecil pedesaan.
21
1
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.5.1
2.5.2
22
yang berusia muda, lebih memilih bidang pekerjaan di luar sektor pertanian. Mereka
lebih baik mencari pekerjaan di kota yang upahnya lebih baik, sehingga desa
kekurangan tenaga kerja potensial yang masih muda untuk mengembangkan sektor
pertanian.
23
tempat mereka bekerja memberlakukan peraturan secara sepihak yang merugikan
mereka. Jasa-jasa penyalur TKI juga seringkali merugikan TKI, bahkan ada
diantaranya yang menjadikan TKI untuk dijadikan sebagai pekerja seks di luar negeri.
2.5
24
peningkatan kesejahteraan masyarakat tani di Indonesia. Secara empirik, keunggulan dan
peranan pertanian atau agribisnis tersebut cukup jelas, yang pertama dilihat adalah peranan
penting agribisnis (dalam bentuk sumbangan atau pangsa realtif terhadap nilai tambah
industri non-migas dan ekspor non-migas), yang cukup tinggi.
25
Hal ini termasuk dalam ancaman kedaulatan pertanian bangsa agraris, termasuk
Indonesia. Oleh karena itu, Negara Indonesia harus lebih siap dalam menghadapi
keadaan yang akan datang dalam era globalisasi.
Pendapatan merupakan salah satu unsur yang paling utama dari pembentukan laporan
laba rugi dalam suatu perusahaan. Banyak yang bingung mengenai istilah pendapatan. Hal ini
disebabkan pendapatan dapat diartikan sebagai revenue dan dapat juga diartikan sebagai
income, maka income dapat diartikan sebagai penghasilan dan kata revenue sebagai
pendapatan penghasilan maupun keuntungan. Pendapatan sangat berpengaruh bagi
keseluruhan hidup perusahaan, semakin besar pendapatan yang diperoleh maka semakin
besar kemampuan perusahaan untuk membiayai segala pengeluaran dan kegiatan-kegiatan
yang akan dilakukan oleh perusahaan. Selain itu pendapatan juga berpengaruh terhadap laba
rugi perusahaan yang tersaji dalam laporan laba rugi maka, pendapatan adalah darah
kehidupan dari suatu perusahaan
Secara garis besar pendapatan dapat digolongkan menjadi tiga golongan yaitu:
a) Gaji dan Upah Imbalan yang diperoleh setelah orang tersebut melakukan pekerjaan
untuk orang lain yang diberikan dalam waktu satu hari, satu minggu atau satu bulan.
b) Pendapatan dari Usaha Sendiri Merupakan nilai total dari hasil produksi yang dikurang
dengan biaya biaya yang dibayarkan dan usaha ini merupakan usaha milik sendiri atau
keluarga sendiri, nilai sewa capital milik sendiri dan semua biaya ini biasanya tidak
diperhitungkan.
c) Pendapatan dari Usaha Lain
Pendapatan dari sektor pariwisita merupakan sumber dana bagi suatu daerah
dimana pariwisata itu berada. Dengan semakin meningkatnya kunjungan wisata,
berarti semakin bertambah pengeluaran wisatawan yang berdampak naiknya
permintaan barang atau jasa-jasa yang diperlukan wisatawan. Dari proses tersebut
berakibat pada bertambahnya lapangan kerja yang berarti menaikkan pendapatan
masyarakat. Dengan meningkatnya pendapatan masyarakat setempat, berarti
26
kesejahteraan masyarakat meningkat pula dan terdapat banyak alternatif jenis usaha
sehingga meningkatkan motivasi masyarakat untuk bekerja yang diwujudkan dalam
keterlibatan mereka pada pemanfaatan potensi pariwisata yang ada. Dengan
berkembangnya kegiatan pariwisata tersebut akan terdapat banyak alternative jenis
usaha yang ada. Hardinot berpendapat bahwa pengembangan pariwisata bisa
mengentaskan kemiskinan daerah. Hal ini dapat terjadi karena pariwisata menyangkut
banyak bidang seperti pertanian, perikanan, peternakan, dan lain sebagainya yang
dapat dihasilkan masyarakat di daerah tujuan 30 wisata.
Perbaikan pendapatan dapat seiring dengan perbaikan kesehatan, pendidikan, dan
lain-lain. Pendapatan rumahtangga dapat diketahui dengan menjumlahkan pendapatan
keluarga dari semua sumber pendapatan. Pendapatan yang diperoleh oleh
rumahtangga dapat beragam, hal ini disebabkan disamping kegiatan utama sebagai
petani atau nelayan juga dari kegiatan-kegiatan lain seperti dagang, usaha jasa dan
lainnya untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga. Badan Pusat Statistik (1993)
berpendapat bahwa pendapatan dan penerimaan keluarga adalah seluruh pendapatan
dan penerimaan yang diterima oleh seluruh anggota keluarga.
Pendapatan itu sendiri terdiri atas:
1) Pendapatan dari upah/gaji yang mencakup upah/gaji yang diterima seluruh
anggota rumahtangga ekonomi yang bekerja sebagai buruh dan merupakan
imbalan bagi pekerjaan yang dilaku kan untuk suatu perusahaan/majikan/instansi
tersebut baik uang maupun barang dan jasa.
2) Pendapatan dari hasil usaha seluruh anggota rumahtangga yang berupa
pendapatan kotor yaitu selisih jual barang dan jasa yang diproduksi dengan biaya
produksinya
3) Pendapatan lainnya yaitu pendapatan di luar gaji/upah yang menyangkut usaha
yang lain dari: (1) perkiraan sewa rumah milik sendiri, (2) bunga, deviden,
royalty, paten, sewa, kontrak, lahan, rumah, gedung, bangunan, dan peralatan (3)
buah hasil usaha (hasil sampingan yang dijual), (4) pensiunan dan klaim asuransi
jiwa, (5) kiriman famili/pihak lain secara rutin, ikatan dinas dan beasiswa.
1
Boediono, Pengantar Ekonomi, Jakarta: Erlangga, (2012), hal. 150
2
Mahyu Danil, “Pengaruh Pendapatan Terhadap Tingkat Konsumsi pada Pegawai Negeri Sipil di Kantor Bupati
Kabupaten Bireuen”, Journal konomika Universitas Almuslim Bireuen Aceh, Vol. IV No. 7: 9
3
Ibid
28
Dengan bekal kecakapan dan keahlian yang tinggi akan dapat meningkatkan efisiensi
dan efektifitas yang pada akhirnya berpengaruh pula terhadap penghasilan.
3) Motivasi
Motivasi atau dorongan juga mempengaruhi jumlah penghasilan yang diperoleh, semakin
besar dorongan seseorang untuk melakukan pekerjaan, semakin besar pula penghasilan
yang diperoleh.
4) Keuletan bekerja
Pengertian keuletan dapat disamakan dengan ketekunan, keberanian untuk menghadapi
segala macam tantangan. Bila saat menghadapi kegagalan maka kegagalan tersebut
dujadikan sebagai bekal untuk meniti ke arah kesuksesan dan keberhasilan
5) Banyak sedikitnya modal yang digunakan
Besar kecilnya usaha yang dilakukan seseorang sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya
modal yang dipergunakan
Pendapatan seseorang harus dapat digunakan untuk menentukan tingkat kesejahteraan
sebab dengan pendapatan seseorang akan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-
hari baik secara langsung maupun tidak langsung. Sumber pendapatan masyarakat terdiri
dari:4
Di sektor formal berupa gaji dan upah yang diperoleh secara tetap dan jumlah yang
telah ditentukan.
Di sektor informal berupa pendapatan yang bersumber dari perolehan atau
penghasilan tambahan seperti: penghasilan dagang, tukang, buruh, dan lain-lain.
Di sektor subsisten merupakan pendapatan yang bersumber dari hasil usaha sendiri
berupa tanaman, ternak, kiriman dan pemberian orang lain.
4
Michell Rinda Nursandy, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pengusaha Tape di Desa Sumber
Tengah Kecamatan Binakal Kabupaten Bondowoso, skripsi tidak diterbitkan
29
BAB III
PENUTUP
2.
3.
3.1. Kesimpulan
3
3.1
3.2 Saran
Dengan sumber daya pertanian yang merupakan sektor penting di Indonesia ini
diharapkan kedepannya dapat dimanfaatkan lebih optimal lagi sehingga kesejahteraan bagi
seluruh rakyat Indonesia dapat tercapai. Dan untuk menjaga tercapainya pertumbuhan
pertanian dalam peranannya bagi perekonomian nasional, maka diharapkan pula adanya
peningkatan produktivitas tenaga kerja disamping memeperluas tenaga kerja di sektor
pertanian.
30
31
DAFTAR PUSTAKA
https://fh.unpatti.ac.id/pembangunan-sektor-pertanian-dapat-meningkatkan-ketahahan-
pangan-nasional/
https://lmhbnet.wordpress.com/2017/01/21/gizi-dan-pertanian/comment-page-1/
https://disketapang.bantenprov.go.id/Berita/topic/214
https://www.academia.edu/32312883/GIZI_DAN_PERTANIAN_MAKALAH_docx
https://www.academia.edu/39105692/
PERANAN_PERTANIAN_DALAM_PEREKONOMIAN_NASIONAL
https://www.kompasiana.com/kartikamaharani4316/6094178dd541df11d8071a82/peranan-sektor-
pertanian-dalam-penyerapan-tenaga-kerja-di-indonesia
http://repository.radenintan.ac.id/9432/1/SKRIPSI%20II.pdf
https://media.neliti.com/media/publications/53861-ID-dinamika-ekonomi-ketenagakerjaan-
pertani.pdf
32