Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

Peranan Pertanian Dalam


“Penyedia Pangan Dan Gizi, Penyedia Lapangan Kerja, Sebagai Devisa Negara,
Sumber Pendapatan Masyarakat”

Dosen Pengampuh:
SURYA FAZRI, S.P., M.Agr

O
L
E
H

 Wawan Tauhid 21021149

JURUSAN AGROTEKNOLOGI S1
UNIVERSITAS ASAHAN
2022
1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kita berbagai macam nikmat di
antaranya nikmat iman, islam, dan sehat wal ‘afiat. Sholawat serta salam tak lupa kita
curahkan kehadirat nabi besar kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari
zaman kebodohan sampai zaman terang benderang ini. Penulis juga mengucapkan syukur
kepada Allah SWT yang telah memberikan beribu-ribu nikmat baik berupa fisik maupun akal
pikiran sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini berusaha kami susun selengkap-lengkapnya. Akan tetapi, kami menyadari
bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, karena keterbatasan dan kekurangan
pengetahuan serta minimnya pengalaman yang dimiliki. Oleh karena itu, kritik dan saran dari
pembaca sangat kami harapkan demi pembuatan makalah berikutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan pembaca pada
umumya. Amin

Kisaran, 09November 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................... i

DAFTAR ISI .........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .........................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................................2
1.3. Tujuan ......................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
1.
2.
2.1. Pengertian Iklim........................................................................................................3
2.2. Unsur – unsur Iklim Secara Umum..........................................................................4
2.3. Jenis iklim di dunia dan Klasifikasi iklim menurut para ahli...................................5
2.4. Macam-macam iklim di Indonesia...........................................................................10
2.5. Faktor Penentu Iklim................................................................................................11

BAB III PENUTUP

1.
2.
3.
3.1. Kesimpulan...............................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca dalam waktu yang panjang. Iklim di bumi sangat
dipengaruhi oleh posisi matahari terhadap bumi. Terdapat beberapa klasifikasi iklim di bumi
ini yang ditentukan oleh letak geografis. Perpaduan antara proses-proses tersebut dengan
unsur-unsur iklim dan faktor pengendali iklim menghantarkan kita pada kenyataan bahwa
kondisi cuaca dan iklim bervariasi dalam hal jumlah, intensitas dan distribusinya.
Klimatologi adalah ilmu yang mencari gambaran dan penjelasan sifat iklim, mengapa iklim
di berbagai tempat di bumi berbeda , dan bagaimana kaitan antara iklim dan dengan aktivitas
manusia. Karena klimatologi memerlukan interpretasi dari data-data yang banyak sehingga
memerlukan statistik dalam pengerjaannya, orang-orang sering juga mengatakan klimatologi
sebagai meteorologi statistik (Tjasyono, 2004).

Eksploitasi lingkungan yang menyebabkan terjadinya perubahan lingkungan serta


pertambahan jumlah penduduk bumi yang berhubungan secara langsung dengan penambahan
gas rumah kaca secara global akan meningkatkan variasi tersebut. Keadaan seperti ini
mempercepat terjadinya perubahan iklim yang mengakibatkan penyimpangan iklim dari
kondisi normal. Di Indonesia secara umum kita dapat menyebutnya sebagai iklim tropis,
lintang menengah dan lintang tinggi. Seluruh kepulauan Indonesia yang letaknya sepanjang
khatulistiwa antara 6° LU dan 11° LS dan antara 95° dan 141° BT termasuk daerah beriklim
tropis. Sifat utamanya ialah suhu yang selalu tinggi, tanpa penyimpangan-penyimpangan
yang besar. Sehingga dalam hal ini dipelajarilah mengenai iklim di Indonesia salah satunya
yaitu mengenai macam – macam iklim di Indonesia serta faktor-faktor yang
memengaruhinya.

1
1.2. Rumusan Masalah
1. Pengertian Iklim
2. Unsur – unsur Iklim
3. Jenis dan Klasifikasi Iklim di dunia menurut para ahli
4. Macam – macam Iklim di Indonesia
5. Faktor penentu iklim

1.3. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami Pengertian Iklim
2. Mengetahui dan memahami Unsur – unsur Iklim
3. Mengetahui dan memahami Jenis dan Klasifikasi Iklim di dunia menurut para ahli
4. Mengetahui dan memahami Macam – macam Iklim di Indonesia
5. Mengetahui dan memahami Faktor penentu iklim

2
BAB II
PEMBAHASAN

1.
2.

2.1 Pengertian Pertanian, Pangan dan Gizi


 Pertanian dalam arti luas (Agriculture), dari sudut pandang bahasa (etimologi) terdiri
atas dua kata, yaitu agri atau ager yang berarti tanah dan culture atau colere yang
berarti pengelolaan.
 Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang
diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi
konsumen manusia, termasuk bahan tambahan pangan dan bahan lain yang digunakan
dalam proses penyiapan, pengolahan dan pembuatan makanan atau minuman. Pangan
olahan adalah makanan atau minuman hasil proses dengan cara atau metode tertentu
dengan atau tanpa bahan tambahan.
 Gizi adalah zat atau senyawa yang terdapat dalam Pangan yang terdiri atas
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, serat, air, dan komponen lain yang
bermanfaat bagi pertumbuhan dan kesehatan manusia.

2.2 Keterkaitan Pertanian, Pangan dan Gizi


Pertanian, pangan dan gizi adalah suatu kesatuan yang saling terkait dan tidak dapat
dipisahkan. Pertanian sangat berpengaruh terutama terhadap gizi melalui produksi pangan
untuk keperluan rumah tangga dan distribusi hasil perdagangan, ternak dan jenis lainnya yang
dijual di pasar lokal dan tempat-tempat lainnya. Berbicara tentang pertanian, kondisi dan
teknologi pertanian yang baik akan menjamin suatu kondisi ketersediaan pangan yang cukup
sehingga status gizi masyarakat pun dapat terpenuhi secara adekuat (dalam KBBI artinya
memenuhi syarat) yang kemudian akan membawa dampak terhadap peningkatan kemampuan
dan produktifitas kerja.

3
Peranan klasik dari sektor pertanian dalam perekonomian nasional adalah penyediaan
bahan pangan bagi penduduk Indonesia yang saat ini sudah berjumlah 220 juta jiwa. Dengan
peranan pertanian sebagai penyedia bahan pangan yang relatf murah, telah memungkinkan
biaya hdup di Indonesia tergolong rendah di dunia. Dan rendahnya biaya hidup di Indonesia
menjadi salah satu daya saing nasional. Keberhasilan dalam penyediaan bahan pangan yang
cukup dan stabil meimilki peran yang besar dalam penciptaaan ketahanan pangan nasional
(food security) yang erat kaitannya dengan stabilitas sosial, ekonomi, dan politik.

Produksi pangan akan mempengaruhi pangan yang tersedia di masyarakat. Jika


pangan diproduksi dalam jumlah dan ragam yang cukup kemudian bahan pangan tadi tersedia
ditingkat masyarakat dan di suatu rumah tangga dengan ketersediaan ekonomi yang baik
dapat memenuhi atau membeli kebutuhan keperluan pangan yang tidak di tanam di ladang
pertanian maka masyarakat tidak akan kekurangan gizi. Produksi pangan di Indonesia tiap
tahun selalu mengalami peningkatan walaupun demikian, masih sangat banyak masyarakat
Indonesia yang belum memperoleh pangan yang cukup untuk kehidupannya. Padahal
makanan adalah kebutuhan pokok bagi setiap manusia. Tanpa makanan manusia tidak
mempunyai cukup energi untuk sistem metabolisme dalam hidupnya. Jika sistem
metabolisme terhambat lama kelamaan manusia akan mati.

Kekurangan pangan memanglah bukan masalah baru. Masalah baru yang muncul
adalah ketika lahan pertanian yang digunakan untuk menanam tanaman pangan untuk
pemenuhan kebutuhan masyarakat jumlahnya semakin menurun. Tidak hanya itu saja jumlah
petani akan semakin sedikit, sedangkan jumlah penduduk meningkat begitu cepat. Ditambah
lagi pertambahan penduduk yang sangat besar itu tidak disertai dengan peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Disamping itu, karena Indonesia adalah Negara kepulauan,
pendistribusian pangan yang baik sangat dibutuhkan, namun seringkali terjadi pendistribusian
pangan yang tidak merata sehingga jumlah angka kelaparan dan kurang gizi di Indonesia
semakin meningkat (Yuniastuti: 2008).

2.3 Dampak Ketersediaan Pangan Dan Gizi


Ketersediaan pangan merupakan kondisi penyediaan pangan yang mencakup makanan
dan minuman yang berasal dari tanaman, ternak, dan ikan serta turunannya bagi penduduk
suatu wilayah dalam suatu kurun waktu tertentu. Ketersediaan pangan merupakan suatu

4
sistem yang berjenjang (hierarchial systems) mulai dari nasional, provinsi (regional), lokal
(kabupaten/ kota) dan rumah tangga.

Komponen ketersediaan pangan meliputi kemampuan produksi, cadangan, maupun impor


pangan setelah dikoreksi dengan ekspor dan berbagai penggunaan seperti untuk bibit, pakan
industri makanan/ nonpangan. Komponen produksi pangan dapat dipenuhi dari produksi
pertanian dan atau industri pangan.

Ketersediaan pangan meliputi jumlah yang cukup aman dan bergizi bagi semua orang
baik yang berasal dari produksi sendiri maupun produk lain. Ketersediaan pangan harus
mampu memenuhi kebutuhan kalori untuk hidup aktif dan sehat. Ketersediaan pangan
dipengaruhi oleh luas panen, produktivitas, diversifikasi produk irigasi, teknologi, sarana
produksi, gangguan iklim dan hama penyakit, dan Jumlah penduduk (Hanani, 2012).
Ketersediaan pangan bergantung pada:

1) cukupnya lahan untuk menanam tanaman pangan;


2) penduduk untuk menyediakan tenaga;
3) uang untuk menyediakan modal pertanian yang dibutuhkan;
4) tenaga ahli terampil untuk membantu meningkatkan baik produksi maupun pertanian
maupun distribusi pangan yang merata.
Dengan adanya ketersediaan pangan, tentunya membawa pengaruh terhadap gizi baik
perorangan maupun masyarakat karena hal ini dapat dilihat dari tingkat konsumsi pangan
masyarakat. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan secara umum, yaitu:
1) jenis dan banyaknya pangan yang diproduksi dan tersedia;
2) tingkat pendapatan;
3) pengetahuan gizi.

2.4 Ketahanan Pangan Di Indonesia


Bagi Indonesia, pangan sering diidentikan dengan beras karena jenis pangan ini
merupakan makanan pokok utama. Hal ini dibuktikan dengan kejadian gangguan ketahanan
pangan seperti meroketnya kenaikan harga beras pada waktu krisis ekonomi 1997-1998, yang
berkembang menjadi krisis multidimensi, telah memicu kerawanan sosial yang
membahayakan stabilitas ekonomi dan stabilitas Nasional.

Dalam UU No 18/2012 tentang Pangan, Ketahanan Pangan didefenisikan sebagai kondisi


terpenuhinya Pangan bagi Negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari

5
tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi,
merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya
masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif dan produktif secara berkelanjutan.

Tiga pilar dalam ketahanan pangan yang terdapat dalam definisi tersebut adalah
ketersediaan (availabity), keterjangkauan (accessibility) baik secara fisik atau ekonomi, dan
stabilitas (stability) yang harus tersedia dan terjangkau setiap saat dan setiap tempat. Apabila
ketiga pilar ketahanan pangan terpenuhi, maka masyarakat atau rumah tangga tersebut
mampu memenuhi ketahanan pangannya masing-masing. Ketiga pilar ketahanan pangan
tersebut harus dapat terwujud secara bersama-sama dan seimbang. Pilar ketersediaan dapat
dipenuhi baik dari hasil produksi dalam negeri maupun luar negeri. Pilar keterjangkauan
dapat dilihat dari keberadaan pangan yang secara fisik berada didekat konsumen dengan
kemampuan ekonomi konsumen untuk dapat memberlinya. Sedangkan pilar stabilitas dapat
dilahat dari kontinuitas pasokan dan stabilitas harga yang dapat diharapkan rumah tangga
setiap saat dan setiap tempat.

Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin
dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman merata dan
terjangkau. Ketahanan1 pangan terwujud apabila secara umum telah terpenuhi dua aspek
sekaligus. Pertama adalah tersedianya pangan yang cukup dan merata untuk seluruh
penduduk. Kedua, setiap penduduk mempunyai akses fisik dan ekonomi terhadap pangan
untuk memenuhi kecukupan gizi guna menjalani kehidupan yang sehat dan produktif dari
hari ke hari.

Pada aspek distribusi, kebijakan ketahanan pangan diarahkan untuk: (a) meningkatkan
sarana dan prasarana distribusi pangan untuk meningkatkan efisiensi perdagangan, termasuk
di dalamnya mengurangi kerusakan bahan pangan dan kerugian akibat distribusi yang tidak
efeisien; (b) mengurangi dan/atau menghilangkan peraturan daerah yang menghambat
distribusi pangan antar daerah; dan (c) mengembangkan kelembagaan pengolahan dan
pemasaran di pedesaan dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas distri- busi
pangan serta mendorong peningkatan nilai tambah.

Dalam hal konsumsi, kebijakan ketahanan pangan diarahkan untuk: (a) menjamin
pemenuhan pangan bagi setiap rumah tangga dalam jumlah dan mutu yang memadai, aman
dikonsumsi dan bergizi seimbang; (b) mendorong, mengembangkan dan membangun serta
memfasilitasi peran serta masyarakat dalam pemenuhan pangan sebagai implementasi
pemenuhan hak atas pangan; (c) mengembangkan jaringan antar lembaga masyarakat untuk

6
pemenuhan hak atas pangan; dan (d) meningkatkan efisiensi dan efektivitas intervensi
bantuan pangan/pangan bersubsidi kepada golongan masyarakat tertentu (golongan miskin,
ibu hamil, balita gizi buruk, dsb).

2.4.1 Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Pangan

Faktor yang mempengaruhi ketersediaan pangan di dunia adalah:

a. Beralihnya petani yang menanam tanaman pangan ke tanaman perdagangan


b. Laju pertumbuhan penduduk yang tidak seimbang dengan peningkatan produksi
pangan
c. Beralihya fungsi lahan pertanian menjadi tempat pemukiman
d. Faktor alam, seperti bencana dan serangan organisme pengganggu tanaman.
Permasalahan pangan dapat terjadi jika disuatu rumah tangga, masyarakat atau daerah
tertentu yang mengalami ketidak cukupan pangan untuk memenuhi standar kebutuhan
fisiologis bagi pertumbuhan kesehatan seluruh individu keluarganya. Ini dikarenakan
karena faktor kemampuan penyediaan pangan kepada individu/rumah, kemampuan
individu/ rumah tangga untuk mendapatkan pangan dan proses distribusi dan pertukaran
pangan yang tersedia dengan sumber daya yang dimiliki oleh individu/ rumah tangga.
Ada faktor permasalahan pangan yang berkaitan dengan pertanian yaitu:

1. Sumber Daya Lahan.


Menurut Badan Pertanahan Nasional (BPN), lahan sawah terancam semakin cepat
berkurang, walaupun sebenarnya lahan yang secara potensial dapat digunakan, belum
digunakan masih banyak. Alasannya, percetakan sawah baru menemui banyak kendala
termasuk biaya yang mahal sehingga tambahan lahan pertanian setiap tahun tidak
signifikan dibandingkan dengan luasnya areal yang terkonveksi untuk keperluan non-
pertanian. Ironisnya laju konveksi lahan pertanian tidak bisa dikurangi, bahkan terus
meningkat dari tahun ketahun, sejalan dengan pesatnya urbanisasi (yang didorong oleh
peningkaan pendapatan perkapita dan imigrasi dari pedesaan ke perkotaan) dan
industrialisasi.
2. Infrastrukur
Lambannya pembangunan infrastruktur ikut berperan menentukan pangsa sektor
pertanian dalam mendukung ketahanan pangan. Pembangunan infrakstruktur pertanian
sangat penting dalam mendukung produksi pangan yang baik. Perbaikan infraksturktur

7
pertanian seharusnya terus dilakukan sehingga tidak menjadi kendala penyaluran produk
pertanian dan tidak menggangu arus pendapatan petani.
Sistem dan jaringan irigasi (termasuk bendungan dan waduk) merupakan bagian penting
dari infrakstruktur pertanian. Ketersediaan jaringan irigasi yang baik, diharapkan dapat
meningkatkan volume produksi dan kualitas komoditas pertanian, terutama tanaman
pangan.

3. Teknologi dan Sumber Daya Manusia (SDM)


Teknologi dan SDM merupakan dua faktor produksi yang sifatnya komplementer, dan
ini berlaku di semua sektor, termasuk pertanian. Kualitas SDM di sektor pertanian sangat
rendah jika dibandingkan di sektor-sektor ekonomi lainnya seperti industri manufaktur,
keuangan dan jasa. Rendahnya pendidikan formal sangatlah berpengaruh terhadap
kemampuan petani Indonesia mengadopsi teknologi-teknologi baru, termasuk
menggunakan traktor dan mesin pertanian lainnya secara efisien.
4. Energi
Energi sangat penting untuk kegiatan pertanian lewat dua jalur, yakni langsung dan tidak
langsung. Jalur langsung adalah energi seperti listrik atau bahan bakar minyak (BBM)
yang digunakan oleh petani dalam kegiatan bertaninya, misalnya dalam menggunakan
traktor. Sedangkan lewat jalur tidak langsung adalah energi yang digunakan oleh pabrik
pupuk dan pabrik yang membuat input-input lainnya dan alat-alat transportasi dan
komunikasi.
5. Modal
Keterbatasan modal menjadi salah satu penyebab rapuhnya ketahanan pangan di
Indonesia. Diantara sektor-sektor ekonomi, pertanian yang selalu paling sedikit
mendapat kredit dari perbankan (dan juga dana investasi) di Indonesia. Kekurangan
modal juga menjadi penyebab banyak petani tidak mempunyai mesin giling sendiri.
Padahal jika petani mempunyai mesin sendiri, artinya rantai distribusi bertambah pendek
sehingga kesempatan lebih besar bagi petani untuk mendapatkan lebih banyak
penghasilan.
6. Lingkungan Fisik/Iklim
Dampak pemanasan global diduga juga berperan dalam menyebabkan krisis pangan
dunia, termasuk di Indonesia, karena pemanasan global menimbulkan periode musim
hujan dan musim kemarau yang semakin tidak menentu.
8
Pola tanam dan estimasi produksi pertanian serta persediaan stok pangan menjadi sulit
diprediksi dengan akurat. Pertanian pangan, merupakan sektor yang paling rentan
terhadap dampak perubahan iklim, khususnya yang mengakibatkan musim kering
berkepanjangan; hal ini karena pertanian pangan di Indonesia masih sangat
mengandalkan pada pertanian sawah yang memerlukan banyak air.
Dampak langsung dari pemanasan global terhadap pertanian di Indonesia adalah
penurunan produktivitas dan tingkat produksi sebagai akibat terganggunya siklus air
karena perubahan pola hujan dan meningkatnya frekuensi anomali cuaca ekstrim, dapat
mengakibatkan pergeseran waktu, musim, dan pola tanam.

2.1

2.2

2.3

2.4

2.4.1

2.4.2 Aspek Penting Pada Konsep Ketahanan Pangan

Ada beberapa Aspek yang meliputi Konsep Ketahanan Pangan dimana diantaranya
adalah :

 Aspek Ketersediaan Pangan


Berdasarkan Undang-Undang No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan dijelaskan bahwa
yang dimaksud dengan ketersediaan pangan adalah kondisi tersedianya pangan hasil

9
produksi dalam negeri dan cadangan pangan nasional serta impor apabila kedua
sumber utama tidak dapat memenuhi kebutuhan. Ketersediaan pangan ditentukan oleh
produksi pangan di wilayah tersebut, perdagangan pangan melalui mekanisme pasar
di wilayah tersebut, stok yang dimiliki oleh pedagang dan cadangan pemerintah, dan
bantuan pangan dari pemerintah atau organisasi lainnya.

Mayoritas bahan pangan yang diproduksi maupun didatangkan dari luar wilayah harus
masuk terlebih dahulu ke pasar sebelum sampai ke rumah tangga. Oleh karena itu,
selain kapasitas produksi pangan, keberadaan sarana dan prasarana penyedia pangan
seperti pasar akan terkait erat dengan ketersediaan pangan di suatu wilayah. Untuk
menggambarkan situasi ketersediaan pangan dalam penyusunan FSVA Kabupaten,
maka indikator yang digunakan adalah: (1) Rasio luas lahan pertanian terhadap
jumlah penduduk; dan (2) Rasio jumlah sarana dan prasarana penyedia pangan
terhadap jumlah rumah tangga.

 Aspek Akses Pangan

Keterjangkauan pangan atau akses terhadap pangan adalah kemampuan rumah tangga
untuk memperoleh cukup pangan, baik yang berasal dari produksi sendiri, stok,
pembelian, barter, hadiah, pinjaman dan bantuan pangan. Pangan mungkin tersedia di
suatu wilayah tetapi tidak dapat diakses oleh rumah tangga tertentu karena
terbatasnya: (1) Akses ekonomi: kemampuan keuangan untuk membeli pangan yang
cukup dan bergizi; (2) Akses fisik: keberadaan infrastruktur untuk mencapai sumber
pangan; dan/atau (3) Akses sosial: modal sosial yang dapat digunakan untuk
mendapatkan dukungan informal dalam mengakses pangan, seperti barter, pinjaman
atau program jaring pengaman sosial. Dalam penyusunan FSVA Kabupaten, indikator
yang digunakan dalam aspek keterjangkauan pangan hanya mewakili akses ekonomi
dan fisik saja, yaitu: (1) Rasio jumlah penduduk dengan tingkat kesejahteraan
terendah terhadap jumlah penduduk desa; dan (2) Desa yang tidak memiliki akses
penghubung memadai melalui darat, air atau udara.

 Aspek Pemanfaatan Pangan

Aspek ketiga dari konsep ketahanan pangan adalah pemanfaatan pangan. Pemanfaatan
pangan meliputi: (1) Pemanfaatan pangan yang bisa di akses oleh rumah tangga; dan

10
(2) Kemampuan individu untuk menyerap zat gizi secara efisien oleh tubuh.
Pemanfaatan pangan juga meliputi cara penyimpanan, pengolahan, dan penyajian
makanan termasuk penggunaan air selama proses pengolahannya serta kondisi budaya
atau kebiasaan dalam pemberian makanan terutama kepada individu yang
memerlukan jenis pangan khusus sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu
(saat masa pertumbuhan, kehamilan, menyusui, dll) atau status kesehatan masing-
masing individu. Dalam penyusunan FSVA Kabupaten/Kota, aspek pemanfaatan
pangan meliputi indikator sebagai berikut: (1) Rasio jumlah rumah tangga tanpa akses
air bersih terhadap jumlah rumah tangga; dan (2) Rasio jumlah penduduk desa per
tenaga kesehatan terhadap kepadatan penduduk.

11
1

2.1

2.2

2.3

2.4

2.4.1

2.4.2

2.1

2.2

2.3

2.4

2.4.1

2.4.2

12
2.4.3 Dampak Kebijakan/Program Pertanian Terhadap Ketahanan
Pangan
a. Dampak Kebijakan/Program Pertanian terhadap Ketahanan Pangan secara umum :
 Dampak ketahanan pangan dari kebijakan pertanian yang mempengaruhi harga
produk tergantung dari apakah petani adalah net consumer atau net producer
 Program pertanian yang menyediakan lapangan pekerjaan pada buruh tani atau
mereka yang tidak punya pekerjaan terbukti meningkatkan ketahanan pangan
rumah tangga
 Dampak ketahanan pangan dari produksi cash crop tergantung dari stabilitas
harga produk dan apakah terdapat surplus tenaga kerja dan lahan
 Dampak program pertanian terhadap ketahanan pangan rumah tangga lebih
nyata bila kegiatannya melibatkan wanita, pola tanam beragam (tumpangsari,
tumpang gilir), mendorong berkembangnya industri kecil/rumahtangga untuk
pengolahan produk, meningkatkan produksi dan pendapatan tanpa mengurangi
bagian yang bisa dikonsumsi anggota rumahtangga (Pengalaman dibeberapa
negara)
 Dampak kebijakan pertanian yang mendorong mekanisasi secara masif/skala
besar yang menekan peggunaan tenaga kerja pertanian (buruh tani) secara
umum berdampak negarif terhadap ketahanan pangan rumahtangga buruh tani
(Saefudin, Y).
b. Dampak Kebijakan/Program Pertanian/ Ketahanan Pangan terhadap Perbaikan Gizi :
 Pengalaman Rwanda (von Braun J, et al, 2001):
- Peningkatan konsumsi pangan hingga 2 kali lipat menurunkan prevalensi
stunting 25%
- Efek yang sama didapat melalui deworming; efek dua kali lipat bila ada
perbaikan MCK yang memenuhi syarat kesehatan.
 Pengalaman Filipina (Bouis H, Haddad L. 1990):
Distribusi lahan pada rumahtangga miskin yang tidak memiliki lahan
berdampak posotif pada status gizi anak balita, namun tidak berdampak pada
rumahtangga yang sebelumnya telah memiliki lahan.
 Pengalaman Bangladesh (Institute of Nutrition and Food Science, Dhaka
University & Tufts University, 2003):

13
Program Bangladesh Integrated project (polikultur sayurananeka ternak-ikan)
berdampak pada:
- peningkatan konsumsi protein hewani anak pra sekolah dan WUS
- Peningkatan asupan vitamin A
- Menurunkan prevalensi stunted dan wasted
- Meningkatkan BMI WUS
 Pengalaman Filipina (Bouis H, Haddad L. 1990 ) Distribusi lahan pada
rumahtangga miskin yang tidak memiliki lahan berdampak positif pada status
gizi anak balita, namun tidak berdampak pada rumahtangga yang sebelumnya
telah memiliki lahan
 Pengalaman Mesir (Galal et al, 1987):
Intervensi program peternakan berdampak pada penurunan prevalensi anemi
pada anak sekolah
 Berti P, et al (2004) mereview berbagai intervensi program pertanian
menemukan bahwa hanya kegiatan home gardening yang memberikan dampak
pada intake zat gizi (khususnya vitamin A) dan status gizi. Efektifitas
meningkat bila program ini diikuti pendampingan/penyuluhan gizi.
 Hagebunata V, et al (1999):
Intervensi program pertanian yang disertai penyuluhan gizi memberikan
dampak gizi jauh lebih baik dibaanding tanpa penyuluhan gizi.
 Leroy and Frongilo (2004) mereview berbagai intervensi program pertanian
menemukan bahwa kegiatan yang melibatkan wanita secara aktif dan
pendampingan/penyuluhan gizi memberikan dampak gizi bagi keluarga
c. Kesimpulan Umum Dampak Gizi Program Pertanian/Ketahanan Pangan dari
Pengalaman di Berbagai Negara
Dampak gizi program pertanian/ketahanan pangan muncul apabila:
- Rumahtangga mengkonsumsi produk yang dihasilkan
- Intervensi pertanian integrasi penyuluhan gizi
- Intervensi terutama berupa peningkatan pemanfaatan pekarangan, komoditas
yang diusahakan beragam dan memiliki kualitas gizi yang tinggi (sumber
protein, vitamin, mineral)
- Melibatkan secara aktif wanita, namun tidak terlalu intensif agar tidak
mengurangi kualitas pola asuh makan dan kesehatan.
d. Dampak Negatif Program Pertanian terhadap Gizi dan Kesehatan
14
- Irigasi baru dapat meningkatkan insiden malaria
- Program peternakan memungkinkan menyebarnya zoonosis, penyakit infeksi
yang disebarkan oleh binatang ternak
- Pelibatan wanita yang terlalu intensif dalam kegiatan pertanian
meningkatkan beban kerja wanita (Kasus Kenya) dan dapat berakibat pada
menurunnya pola asuh (makan dan kesehatan)
- Keberhasilan pengenalan komoditas baru tidak secara otomatis
meningkatkan konsumsi pangan komoditas tersbut. Perhatian perlu diberikan
terhadap dampak alokasi waktu dan kebutuhan energi untuk mengolah
makanan (Pengalaman introduksi beras di Mali sebagai pendamping
Shorgum).

15
1

2.1

2.2

2.3

2.4

2.5 Pengertian Sektor Pertanian, Tenaga Kerja dan Penyerapan Tenaga


Kerja
 Sektor Pertanian
Sektor pertanian merupakan suatu kegiatan usaha manusia dimana didalamnya
meliputi kegiatan bertanam, perikanan, peternakan, dan kehutanan. Sebagian besar
pekerjaan masyarakat di Indonesia adalah sebagai petani. Sektor pertanian yang
dimaksud dalam konsep pendapatan nasional menurut lapangan usaha atau sektor
produksi ialah pertanian dalam arti luas.
Di Indonesia, sektor pertanian dalam arti luas ini dipilah-pilah menjadi lima subsektor
yaitu: Tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, perternakan dan perikanan.

a. Tanaman Pangan
Tanaman pangan sering disebut subsektor pertanian rakyat yang mencakup komoditas
bahan makanan seperti : padi, jagung, ketela rambat, kacang tanah, kedelai, sayuran
dan buah-buahan.

b.Perkebuanan
Perkebunan dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
1) Perkebunan rakyat yaitu perkebunan yang diusahakan sendiri oleh rakyat dalam

16
skala kecil-kecilan dengan teknologi yang sederhana. Hasil tanamannya berupa :
karet, kopral, teh, kopi, tembakau, cengkeh, kapas, coklat dan rempah-rempah.
2) Perkebunan besar yaitu kegiatan perkebunan yang dijalankan oleh perusahaan yang
berbadan hukum. Hasil tanamannya berupa : karet, teh, kopi, kelapa sawit, coklat,
kina, tebu dan berbagai serat.

c. Kehutanan
Hasil hutan terdiri dari dua kegiatan yaitu :
1) Penebangan kayu menghasilkan kayu glondongan, kayu bakar, arang dan bamboo
2) Hasil hutan lain menghasilkan rotan, getah kayu, kulit kayu serta akar-akar dan
umbi-umbian.

d. Perternakan
Subsektor ini meliputi produksi ternak-ternak besar dan kecil seperti : telur, susu
segar, wool, dan hasil pemotongan hewan.

e. Perikanan
Subsektor ini meliputi semua hasil kegiatan perikanan laut, perairan umum, kolam,
tambak, sawah dan keramba.

 Tenaga Kerja
Tenaga Kerja adalah setiap individu atau orang yang memiliki keterampilan guna
memproduksi suatu barang atau jasa agar perusahaan dapat memperoleh keuntungan.
 Penyerapan Tenaga kerja
Penyerapan tenaga kerja adalah banyaknya lapangan pekerjaan yang sudah terisi oleh
banyaknya jumlah penduduk yang bekerja pada suatu sektor.

17
1

2.1

2.2

2.3

2.4

2.5

2.5.1 Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian


Di tengah berbagai permasalahan tersebut, sektor pertanian masih memegang peran
yang sangat strategis bagi ketenagakerjaan di Indonesia. Selama periode 1996-2002, rata-
rata untuk setiap 10 orang pekerja Indonesia, 4-5 diantaranya bekerja atau berusaha di
lapangan usaha itu. Sementara itu, berdasarkan data sakernas tahun 2006, penduduk
Indonesia yang bekerja dalam bidang pertanian mencapai 42.039.250 orang dari
95.177.102 orang (44,2 %) penduduk Indonesia yang bekerja. Memperhatikan hal
tersebut, maka kebijakan ketenagakerjaan di Indonesia sangat tidak realistis jika
mengabaikan sektor pertanian. Sektor inilah yang justru tidak mengalami pukulan yang
hebat di saat sektor lain mengalami keterpurukan oleh krisis ekonomi. Bahkan, beberapa
komoditi pertanian, terutama perikanan justru mengalami keuntungan luar biasa pada
saat krisis ekonomi terjadi.

Data di atas menunjukkan bahwa pekerja Indonesia masih sangat terkonsentrasi pada
profesi petani. Profesi-profesi lain yang tergolong memiliki produktivitas tinggi termasuk
profesional/teknisi dan mangerial/administrasi masih sangat rendah proporsinya.
Walaupun demikian, terdapat adanya kecenderungan semakin meningkatnya persentase
penduduk yang bekerja pada sektor non pertanian dari waktu ke waktu. Selama kurun

18
waktu 1990-1997, tenaga kerja sektor bukan pertanian meningkat lebih dari 16,5 juta
orang, sebaliknya tenaga kerja di sektor pertanian turun lebih dari 6,7 juta orang. Sektor
perdagangan, jasa, industri dan konstruksi mengalami pertambahan tenaga kerja
mencolok. Selama kurun waktu itu, tenaga kerja bukan pertanian secara keseluruhan
tumbuh sekitar 6,0 persen per tahun.

Masih tingginya daya serap sektor pertanian tidak disertai dengan upaya yang
memadai dari pemerintah dalam bentuk kebijakan yang kondusif untuk berkembangnya
sektor tersebut. Petani dan sektor pertanian masih ditempatkan pada posisi marginal.
Kebijakan pemerintah cenderung bertentangan dengan keinginan para petani. Kebijakan
impor beras, gula, dan komoditi lainnya mencerminkan pertentangan antara keinginan
petani dan pemerintah. Kondisi ini membuat nasib petani tidak beranjak menjadi lebih
baik. Pernyataan Bank Dunia beberapa waktu lalu menyebutkan bahwa kenaikan harga
beras menyebabkan peningkatan angka kemiskinan di Indonesia sebesar 3,1 juta orang.

Sektor pertanian juga semakin tergeser oleh sektor lainnya dengan semakin tingginya
alih fungsi lahan pertanian dan semakin luasnya lahan kritis. Pembangunan permukiman
yang meluas sampai ke daerah pedesaan membuat lahan pertanian yang subur tidak lagi
menghasilkan pangan untuk memenuhi kebutuhan penduduk. Desakan kebutuhan akan
lahan kemudian muncul ketika petani sudah tidak memiliki lahan yang memadai untuk
diolah. Pada akhirnya mereka membuka lahan baru yang seharusnya menjadi lahan
konservasi, sehingga lahan kritis juga semakin luas.

1
2
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.5.1

19
1

2.1

2.2

2.3

2.4

2.5

2.5.1

2.5.2 Sumberdaya Manusia Dalam Pertanian


Sumberdaya manusia (SDM) adalah tenaga kerja yang mampu bekerja dan melakukan
kegiatan untuk menghasilkan barang dan jasa yang mempunyai nilai ekonomis dalam
rangka memenuhi kebutuhan masyarakat, sedangkan tenaga kerja adalah penduduk
dalam usia kerja (UU Ketenaga kerjaan). Kondisi SDM dalam bidang pertanian atau
petani di Indonesia masih sangat rendah. Dilihat dari pendidikannya 59, 2 % petani tidak
menamatkan SD, sebanyak 32,1 %, tamatan SLTP dan SLTA masing-masing 5,7 dan 2,9
%. Rendahnya tingkat pendidikan petani juga diikuti oleh rendahnya produktivitas kerja.
Pada tahun 2002 produktivitas sektor pertanian bernilai Rp 1,69 juta rupiah per orang.
Pada tahun 2003 nilainya turun menjadi Rp 1,68 juta per orang.

Sementara itu, pada sektor lainnya (pertambangan, listrik, gas, dan air) angka
produktivitas mencapai Rp 54,94 juta per orang. Di sektor perdagangan besar,
perdagangan eceran, rumah makan dan hotel mencapai nilai Rp 4,21 juta per orang, dan
merupakan urutan kedua terendah setelah pertanian. Angka produktivitas tersebut
mengandung arti bahwa sektor pertanian saat ini dalam kondisi yang sudah jenuh

20
terhadap kesempatan kerja. Rendahnya produktivitas tenaga kerja pertanian tersebut
terkait dengan kondisi umur, tingkat pendidikan, curahan jam kerja, dan luas garapan
petani. Sebaran tenaga kerja pertanian (di luar perikanan dan kehutanan) berdasarkan
kelompok umur memperlihatkan bahwa, sebagian besar berada pada umur 25-44 tahun
(46%), kemudian kelompok umur diatas 45 tahun (38%), dan kelompok umur kurang
dari 25 tahun (16%).

Pada masa yang akan datang dikhawatirkan akan kekurangan tenaga kerja pertanian.
Tren aging agriculture sudah mulai terlihat pada sektor pertanian yaitu tenaga kerjanya
mulai menunjukkan komposisi penduduk usia lanjut yang semakin besar. Kondisi ini
sudah banyak terjadi seperti yang dikemukakan oleh Collier (1996) berdasarkan hasil
penelitiannya di daerah pedesaan di Jawa yaitu: Suatu perubahan utama dalam pertanian
di Jawa berupa kekurangan buruh tani yang lebih besar, bahkan di daerah berpenduduk
sangat padat. Kekurangan ini terjadi karena tarikan orang ke pekerjaan lebih menarik di
daerah urban dan perasaan orang-orang muda yang berpendidikan menengah yang tidak
tertarik bekerja sebagai petani.

Tenaga kerja pertanian sampai saat ini masih didominasi oleh tenaga kerja dengan
tingkat pendidikan SD ke bawah, yang jumlahnya mencapai 81% dari tenaga kerja
pertanian. Meskipun industri kecil di wilayah pedesaan mendapat perhatian untuk
dikembangkan, namun keterbatasan keterampilan dan pengetahuan mereka menjadi
kendala untuk ikut terlibat secara positif dalam industri kecil pedesaan.

21
1

2.1

2.2

2.3

2.4

2.5

2.5.1

2.5.2

2.5.3 Permasalahan Ketenagakerjaan di Indonesia


Sektor pertanian di Indonesia sampai saat ini masih memegang peranan
penting berdampingan dengan sektor lainnya, khususnya industri. Walaupun sektor
tersebut semakin berkurang kontribusinya terhadap pendapatan negara, tetapi
sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan hidupnya pada sektor
tersebut. Perkembangan kota dan permukiman yang terus terjadi mengakibatkan alih
fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian. Kondisi ini berdampak pada semakin
sempitnya luas lahan pertanian. Setidaknya terdapat dua alternatif yang ditempuh,
yaitu membuka lahan pertanian baru dan beralih pekerjaan dalam bidang non
pertanian. Kondisi tersebut mengakibatkan pendapatan dari pertanian sudah tidak lagi
mampu mengimbangi peningkatan harga berbagai kebutuhan hidup petani.
Pendapatan yang semakin rendah berakibat pada semakin tidak menariknya pekerjaan
sebagai petani. Kondisi ini pula yang mengakibatkan tenaga kerja produktif, terutama

22
yang berusia muda, lebih memilih bidang pekerjaan di luar sektor pertanian. Mereka
lebih baik mencari pekerjaan di kota yang upahnya lebih baik, sehingga desa
kekurangan tenaga kerja potensial yang masih muda untuk mengembangkan sektor
pertanian.

Permasalahan ketenagakerjaan di Indonesia meliputi berbagai aspek, baik


menyangkut masalah pengangguran, kualitas, upah, jaminan sosial, permasalahan
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri dan lain-lain. Masalah lainnya yang
dihadapi oleh Indonesia adalah kualitas tenaga kerja yang masih rendah. Walaupun
angka pengangguran pada lulusan perguruan tinggi terus meningkat, tetapi sebagian
besar tenaga kerja Indonesia merupakan lulusan pendidikan dasar (SD-SMP) yang
tentunya memiliki daya saing yang relatif rendah. Penduduk yang bekerja dan
berpendidikan perguruan tinggi masih sangat kecil. Kondisi ini sangat tidak
menguntungkan dan menunjukkan daya saing yang rendah dari penduduk Indonesia
yang bekerja.

Indonesia juga masih dihadapkan pada masalah upah dan kesejahteraan


pekerja yang relatif rendah. Pada satu sisi, upah merupakan daya saing yang
menguntungkan karena akan menarik investor luar negeri untuk menanamkan
modalnya di Indonesia. Namun, bagaimanapun upah yang rendah juga merupakan
kenyataan yang harus diubah karena menyangkut kesejahteraan tenaga kerja. Dilihat
dari sisi upah, sektor pertanian merupakan sektor yang tingkat upahnya paling rendah
dibanding sektor lainnya. Rata-rata upah pada sektor pertanian hanya mencapai Rp.
343.893,-/bulan. Kondisi ini makin diperparah oleh semakin tingginya kenaikan harga
kebutuhan pokok yang berakibat berkembangnya kemiskinan di kalangan petani.

Masalah lainnya yang dihadapi ketenagakerjaan di Indonesia adalah jaminan


sosial yang rendah. Belum semua buruh mendapatkan jaminan sosial berupa
kesehatan dan tunjangan lainnya. Semua ini membuat tenaga kerja Indonesia tidak
memiliki jaminan kesejahteraan dan masa depan yang jelas. Banyak perusahaan yang
melakukan pemutusan hubungan kerja secara sepihak, sehingga menimbulkan aksi
perlawanan dan merugikan perusahaan itu sendiri. Permasalahan pelik lainnya adalah
masalah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri. TKI seringkali mengalami
kesulitan untuk mendapatkan perlindungan hukum dari perlakuan majikannya yang
semena-mena. TKI juga seringkali mendapatkan masalah ketika kebijakan negara

23
tempat mereka bekerja memberlakukan peraturan secara sepihak yang merugikan
mereka. Jasa-jasa penyalur TKI juga seringkali merugikan TKI, bahkan ada
diantaranya yang menjadikan TKI untuk dijadikan sebagai pekerja seks di luar negeri.

2.5

2.6 Peran Pertanian Sebagai Devisa Negara


Pembangunan pertanian sangat penting dilakukan, hal ini ditujukan untuk meningkatkan
kesejahteraan petani dan mewujudkan kestabilan pangan nasional, serta dapat menghasilkan
devisauntuk Negara apabila dikembangkan dengan baik sehingga dapat diekspor.
Pembangunan pertanian juga menjadi agenda pokok reformasi ekonomi melalui pemberdayaan
masyarakat tani. Pembangunan pertanian tidak terlepas dari pengembangan kawasan pedesaan
yang menempatkan pertanian sebagai penggerak utama perekonomian. Lahan, potensi tenaga
kerja, dan basis ekonomi lokal pedesaan menjadi faktor utama pengembangan pertanian. Dari
kondisi tersebut perlu disusun sebuah kerangka dasar pembangunan pertanian yang kokoh
dan tangguh, artinya pembangunan yang dilakukan harus didukung oleh segenap komponen
secara dinamis, ulet, dan mampu mengoptimalkan sumberdaya, modal, tenaga, serta
teknologi sekaligus mampu menciptakan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan pertanian
harus berdasarkan asas ‘keberlanjutan’ yakni, mencakup aspek ekologis, sosial dan ekonomi
(Wibowo, 2004).
Sektor pertanian mempunyai peranan yang penting dan strategis dalam pembangunan
nasional. Peranan tersebut antara lain: meningkatkan penerimaan devisa negara, penyediaan
lapangan kerja, perolehan nilai tambah dan daya saing, pemenuhan kebutuhan konsumsi
dalam negeri, bahan baku industri dalam negeri serta optimalisasi pengelolaan sumber daya
alam secara berkelanjutan. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya kontribusi sektor pertanian
terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) terutama pada masa kirisis ekonomi yang dialami
Indonesia, satu-satunya sektor yang menjadi penyelamat perekonomian Indonesia pada tahun
1997-1998 hanyalah sektor agribisnis, dimana agribisnis memiliki pertumbuhan yang positif.
Pengembangan lapangan usaha pertanian jangka panjang difokuskan pada produk-produk
olahan hasil pertanian yang memberikan nilai tambah bagi perekonomian nasional, seperti
pengembangan agroindustri. Salah satu lapangan usaha pertanian yang berorientasi ekspor
dan mampu memberikan nilai tambah adalah sektor perekebunan. Nilai PDB sektor pertanian
mengalami pertumbuhan yang semakin membaik dari tahun ke tahun. Jika diperhatikan
dengan baik, peranan sektor pertanian masih dapat ditingkatkan sebagai upaya dalam

24
peningkatan kesejahteraan masyarakat tani di Indonesia. Secara empirik, keunggulan dan
peranan pertanian atau agribisnis tersebut cukup jelas, yang pertama dilihat adalah peranan
penting agribisnis (dalam bentuk sumbangan atau pangsa realtif terhadap nilai tambah
industri non-migas dan ekspor non-migas), yang cukup tinggi.

2.6.1 Kontribusi Pertanian terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia


Pada tahun 2015, indeks berantai produk domestik bruto (PDB) sektor pertanian
atas dasar harga konstan menunjukkan penurunan sebesar 0,47 poin dibanding tahun
2014. Demikian juga, pada tahun 2016, indeks berantai PDB sektor pertanian atas dasar
harga konstan menurun kembali sebesar 0,51 poin dari 103,77 pada tahun 2015 menjadi
103,25 pada tahun 2016, (BPS, 2016). Kemudian pada tahun 2015, persentase
kontribusi sektor pertanian terhadap produk domestik bruto mengalami peningkatan
sebesar 0,15 persen dibandingkan tahun 2014. Namun, pada tahun 2016, sumbangan
sektor pertanian terhadap total PDB indonesia mengalami penurunan 0,04 persen dari
13,49 persen pada tahun 2015 menjadi 13,45 persen ditahun 2016.

2.6.2 Pertanian Dalam Era Globalisasi


Kehidupan petani dan sektor pertaniannya saat ini sedang menghadapi tantangan
yang bukan hanya ditingkat lokal namun dari tingkat nasional bahkan tingkat global.
Adanya persaingan di bursa tenaga kerja akan semakin meningkat setelah diberlakukan
pasar bebas ASEAN pada akhir tahun 2015 lalu. Sektor pertanian dalam era globalisasi
berhubungan dengan liberalisasi. Menurut (Hakim, 2015), liberalisasi merupakan
kebijakan mengurangi atau bahkan menghilangkan hambatan perdagangan dalam
rangka meningkatkan kelancaran arus barang dan jasa. Tujuan liberalisasi untuk
meningkatkan volume dan nilai perdagangan yang pada akhirnya dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Akan tetapi, terdapat suatu sistem
yang sedang di gagas dunia bahwa liberalisasi pertanian itu berakibat negatif bagi
pertanian kita. Diantaranya:
a) Berkurangnya lahan pertanian
b) Semakin banyak produk pertanian import yg memonopoli produk local
c) Perkembangan pertanian akan terabaikan.

25
Hal ini termasuk dalam ancaman kedaulatan pertanian bangsa agraris, termasuk
Indonesia. Oleh karena itu, Negara Indonesia harus lebih siap dalam menghadapi
keadaan yang akan datang dalam era globalisasi.

2.7 Sumber Pendapatan Masyarakat

Pendapatan merupakan salah satu unsur yang paling utama dari pembentukan laporan
laba rugi dalam suatu perusahaan. Banyak yang bingung mengenai istilah pendapatan. Hal ini
disebabkan pendapatan dapat diartikan sebagai revenue dan dapat juga diartikan sebagai
income, maka income dapat diartikan sebagai penghasilan dan kata revenue sebagai
pendapatan penghasilan maupun keuntungan. Pendapatan sangat berpengaruh bagi
keseluruhan hidup perusahaan, semakin besar pendapatan yang diperoleh maka semakin
besar kemampuan perusahaan untuk membiayai segala pengeluaran dan kegiatan-kegiatan
yang akan dilakukan oleh perusahaan. Selain itu pendapatan juga berpengaruh terhadap laba
rugi perusahaan yang tersaji dalam laporan laba rugi maka, pendapatan adalah darah
kehidupan dari suatu perusahaan
Secara garis besar pendapatan dapat digolongkan menjadi tiga golongan yaitu:
a) Gaji dan Upah Imbalan yang diperoleh setelah orang tersebut melakukan pekerjaan
untuk orang lain yang diberikan dalam waktu satu hari, satu minggu atau satu bulan.
b) Pendapatan dari Usaha Sendiri Merupakan nilai total dari hasil produksi yang dikurang
dengan biaya biaya yang dibayarkan dan usaha ini merupakan usaha milik sendiri atau
keluarga sendiri, nilai sewa capital milik sendiri dan semua biaya ini biasanya tidak
diperhitungkan.
c) Pendapatan dari Usaha Lain

2.7.1 Pengertian Masyarakat

Pendapatan dari sektor pariwisita merupakan sumber dana bagi suatu daerah
dimana pariwisata itu berada. Dengan semakin meningkatnya kunjungan wisata,
berarti semakin bertambah pengeluaran wisatawan yang berdampak naiknya
permintaan barang atau jasa-jasa yang diperlukan wisatawan. Dari proses tersebut
berakibat pada bertambahnya lapangan kerja yang berarti menaikkan pendapatan
masyarakat. Dengan meningkatnya pendapatan masyarakat setempat, berarti

26
kesejahteraan masyarakat meningkat pula dan terdapat banyak alternatif jenis usaha
sehingga meningkatkan motivasi masyarakat untuk bekerja yang diwujudkan dalam
keterlibatan mereka pada pemanfaatan potensi pariwisata yang ada. Dengan
berkembangnya kegiatan pariwisata tersebut akan terdapat banyak alternative jenis
usaha yang ada. Hardinot berpendapat bahwa pengembangan pariwisata bisa
mengentaskan kemiskinan daerah. Hal ini dapat terjadi karena pariwisata menyangkut
banyak bidang seperti pertanian, perikanan, peternakan, dan lain sebagainya yang
dapat dihasilkan masyarakat di daerah tujuan 30 wisata.
Perbaikan pendapatan dapat seiring dengan perbaikan kesehatan, pendidikan, dan
lain-lain. Pendapatan rumahtangga dapat diketahui dengan menjumlahkan pendapatan
keluarga dari semua sumber pendapatan. Pendapatan yang diperoleh oleh
rumahtangga dapat beragam, hal ini disebabkan disamping kegiatan utama sebagai
petani atau nelayan juga dari kegiatan-kegiatan lain seperti dagang, usaha jasa dan
lainnya untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga. Badan Pusat Statistik (1993)
berpendapat bahwa pendapatan dan penerimaan keluarga adalah seluruh pendapatan
dan penerimaan yang diterima oleh seluruh anggota keluarga.
Pendapatan itu sendiri terdiri atas:
1) Pendapatan dari upah/gaji yang mencakup upah/gaji yang diterima seluruh
anggota rumahtangga ekonomi yang bekerja sebagai buruh dan merupakan
imbalan bagi pekerjaan yang dilaku kan untuk suatu perusahaan/majikan/instansi
tersebut baik uang maupun barang dan jasa.
2) Pendapatan dari hasil usaha seluruh anggota rumahtangga yang berupa
pendapatan kotor yaitu selisih jual barang dan jasa yang diproduksi dengan biaya
produksinya
3) Pendapatan lainnya yaitu pendapatan di luar gaji/upah yang menyangkut usaha
yang lain dari: (1) perkiraan sewa rumah milik sendiri, (2) bunga, deviden,
royalty, paten, sewa, kontrak, lahan, rumah, gedung, bangunan, dan peralatan (3)
buah hasil usaha (hasil sampingan yang dijual), (4) pensiunan dan klaim asuransi
jiwa, (5) kiriman famili/pihak lain secara rutin, ikatan dinas dan beasiswa.

Menurut Mangkuprawira (1984), ukuran pendapatan yang digunakan untuk


mengukur tingkat kesejahteraan rumahtangga adalah pendapatan keluarga yang
diperoleh dari bekerja. Dari beberapa studi menunjukkan bahwa penyumbang dalam
31 beberapa kegiatan baik dalam pekerjaan rumah tangga maupun dalam mencari
27
nafkah berasal dari anggota keluarga seperti istri dan anak-anak selain kepala
keluarga (bapak).

2.7.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan

Pendapatan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain


dipengaruhi:1
1) Jumlah faktor-faktor produksi yang dimiliki yang bersumber pada, hasil-hasil
tabungan tahun ini dan warisan atau pemberian.
2) Harga per unit dari masing-masing faktor produksi, harga ini ditentukan oleh
penawaran dan permintaan di pasar faktor produksi.
3) Hasil kegiatan anggota keluarga sebagai pekerjaan sampingan.
Tingkat pendapatan mempengaruhi tingkat konsumsi masyarakat. Hubungan
antara pendapatan dan konsumsi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam
berbagai permasalahan ekonomi. Kenyataan menunjukkan bahwa pengeluaran
konsumsi meningkat dengan naiknya pendapatan, dan sebaliknya jika pendapatan
turun, pengeluaran konsumsi juga turun. Tinggi rendahnya pengeluaran sangat
tergantung kepada kemampuan keluarga dalam mengelola penerimaan atau
pendapatannya.2
Distribusi pendapatan adalah penyaluran atau pembelanjaan masyarakat untuk
kebutuhan konsumsi. Kurangnya distribusi pendapatan dapat menimbulkan daya beli
rendah, terjadinya tingkat kemiskinan, ketidakadilan, kelaparan dan lain-lain yang
akhirnya akan menimbulkan anti pati golongan masyarakat yang berpendapatan
rendah terhadap yang berpendapatan tinggi, sehingga akan menimbulkan
kecemburuan sosial di dalam masyarakat.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan adalah sebagai berikut:3
1) Kesempatan kerja yang tersedia
Semakin banyak kesempataan kerja yang tersedia berarti semakin banyak penghasilan
yang bisa diperoleh dari hasil ketja tersebut.
2) Kecakapan dan keahlian

1
Boediono, Pengantar Ekonomi, Jakarta: Erlangga, (2012), hal. 150
2
Mahyu Danil, “Pengaruh Pendapatan Terhadap Tingkat Konsumsi pada Pegawai Negeri Sipil di Kantor Bupati
Kabupaten Bireuen”, Journal konomika Universitas Almuslim Bireuen Aceh, Vol. IV No. 7: 9
3
Ibid

28
Dengan bekal kecakapan dan keahlian yang tinggi akan dapat meningkatkan efisiensi
dan efektifitas yang pada akhirnya berpengaruh pula terhadap penghasilan.
3) Motivasi
Motivasi atau dorongan juga mempengaruhi jumlah penghasilan yang diperoleh, semakin
besar dorongan seseorang untuk melakukan pekerjaan, semakin besar pula penghasilan
yang diperoleh.
4) Keuletan bekerja
Pengertian keuletan dapat disamakan dengan ketekunan, keberanian untuk menghadapi
segala macam tantangan. Bila saat menghadapi kegagalan maka kegagalan tersebut
dujadikan sebagai bekal untuk meniti ke arah kesuksesan dan keberhasilan
5) Banyak sedikitnya modal yang digunakan
Besar kecilnya usaha yang dilakukan seseorang sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya
modal yang dipergunakan
Pendapatan seseorang harus dapat digunakan untuk menentukan tingkat kesejahteraan
sebab dengan pendapatan seseorang akan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-
hari baik secara langsung maupun tidak langsung. Sumber pendapatan masyarakat terdiri
dari:4
 Di sektor formal berupa gaji dan upah yang diperoleh secara tetap dan jumlah yang
telah ditentukan.
 Di sektor informal berupa pendapatan yang bersumber dari perolehan atau
penghasilan tambahan seperti: penghasilan dagang, tukang, buruh, dan lain-lain.
 Di sektor subsisten merupakan pendapatan yang bersumber dari hasil usaha sendiri
berupa tanaman, ternak, kiriman dan pemberian orang lain.

4
Michell Rinda Nursandy, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pengusaha Tape di Desa Sumber
Tengah Kecamatan Binakal Kabupaten Bondowoso, skripsi tidak diterbitkan

29
BAB III
PENUTUP

2.
3.
3.1. Kesimpulan

Pertanian memiliki beberapa peran dalam perekonomian nasional sebagai berikut:

1. Peranan dalam mensejahterakan petani

2. Peranan dalam menyediakan pangan

3. Peranan sebagai wahana pemerataan pembangunan untuk mengatasi kesenjangan


pendapatan antar masyarakat maupun kesenjangan antar wilayah

4. Peranan sebagai pasar input bagi pengembangan agroindustry

5. Peranan sebagai penghasil devisa

6. Peranan dalam menyediakn lapangan pekerjaan

7. Perananan dalam pembentukan produk domestik bruto

8. Perananan dalam pelestarian lingkungan hidup

Namun dalam perjalanannya kebijakan-kebijakan pemerintah yang diambil dalam


sektor pertanian tak lepas dari kendala dan kelemahan. Misalnya dalam pemanfaatan sumber
daya yang kurang optimal sehingga sektor ini belum mampu mensejahterakan masyarakat
Indonesia secara keseluruhan terutama para petani.

3
3.1
3.2 Saran
Dengan sumber daya pertanian yang merupakan sektor penting di Indonesia ini
diharapkan kedepannya dapat dimanfaatkan lebih optimal lagi sehingga kesejahteraan bagi
seluruh rakyat Indonesia dapat tercapai. Dan untuk menjaga tercapainya pertumbuhan
pertanian dalam peranannya bagi perekonomian nasional, maka diharapkan pula adanya
peningkatan produktivitas tenaga kerja disamping memeperluas tenaga kerja di sektor
pertanian.

30
31
DAFTAR PUSTAKA

https://fh.unpatti.ac.id/pembangunan-sektor-pertanian-dapat-meningkatkan-ketahahan-
pangan-nasional/

https://lmhbnet.wordpress.com/2017/01/21/gizi-dan-pertanian/comment-page-1/

https://disketapang.bantenprov.go.id/Berita/topic/214

https://www.academia.edu/32312883/GIZI_DAN_PERTANIAN_MAKALAH_docx

https://www.academia.edu/39105692/
PERANAN_PERTANIAN_DALAM_PEREKONOMIAN_NASIONAL

https://www.kompasiana.com/kartikamaharani4316/6094178dd541df11d8071a82/peranan-sektor-
pertanian-dalam-penyerapan-tenaga-kerja-di-indonesia

http://repository.radenintan.ac.id/9432/1/SKRIPSI%20II.pdf

https://media.neliti.com/media/publications/53861-ID-dinamika-ekonomi-ketenagakerjaan-
pertani.pdf

32

Anda mungkin juga menyukai