Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Ekologi Pangan dan Gizi
Dosen pengampu : Mardiana S.KM., M. Si
Disusun oleh :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan
rahmat dan hidayahnya, tugas kelompok Ekologi Pangan dan Gizi yang berjudul
“Gizi dan Pertanian” ini dapat disusun dengan sebaik mungkin.
Dalam makalah ini menjelaskan mengenai ilmu gizi, gizi dan pertanian.
Adapun tujuan utama dalam penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
kelompok dari dosen pengampu mata kuliah Ekologi Pangan dan Gizi, Fakultas
Ilmu Keolahragaan (FIK), Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Kami menyadari tugas ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu,
penyusun mengharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan tugas ini
untuk ke depannya. Mudah-mudahan tugas ini bermanfaat bagi kita semua
terutama bagi mahasiswa-mahasiswi yang mengikuti mata kuliah Ekologi Pangan
dan Gizi.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.3 TUJUAN.........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 GIZI................................................................................................................3
3.1 KESIMPULAN............................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Kondisi Geografis Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau baik besar dan
kecil dengan wilayah daratan dan lautan yang sangat luas serta posisi silang
Indonesia yang sangat strategis membawa implikasi adanya kandungan sumber
kekayaan alam yang berlimpah dan beraneka ragam yang tersebar di seluruh
wilayah nusantara. Dengan melihat kondisi lingkungan geografis Indonesia serta
sebagian besar mata pencaharian utama masyarakat Indonesia yang sebagai
petani, sudah barang tentu hal tersebut menjadikan sektor pertanian sebagai sektor
penting dalam struktur perekonomian Indonesia. Seiring dengan berkembangnya
perekonomian bangsa yang mencanangkan masa depan Indonesia menuju era
industrialisasi tentunya tetap dipertimbangkan pula untuk memperkuat sektor
pertanian.
1
Sektor pertanian merupakan pilar utama pembangunan perekonomian
Indonesia dikarenakan hampir seluruh kegiatan perekonomian Indonesia berpusat
pada sektor tersebut. Untuk mencapai keberhasilan peningkatan pembangunan
sektor pertanian diperlukan adanya kerjasama antara berbagai kalangan yang
berkecimpung langsung dibidang pertanian baik itu dari pelaku pertanian dalam
hal ini petani, pemerintah, lembaga peneliti, ilmuwan, innovator, kalangan
akademik maupun pihak swasta sebagai kalangan industry, dengan demikian
diharapkan dengan hal tersebut dapat memecahkan masalah kebuntuan terhadap
masalah pertanian yang dihadapi sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan
ketahanan pangan nasional. Berdasarkan har tersebut, maka dalam makalah ini
akan dijelaskan keterkaitan antara gizi dan pertanian.
1.3 TUJUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 GIZI
Gizi adalah zat atau senyawa yang terdapat dalam Pangan yang terdiri
atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, serat, air, dan
komponen lain yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan kesehatan
manusia.
3
2.1.2 FUNGSI ZAT GIZI DALAM TUBUH
a. Memberi energi
Zat gizi yang tergolong ini adalah karbohidrat, lemak dan protein. Ketiga
zat gizi itu terdapat dalam jumlah paling banyak dalam bahan pangan.
Dalam fungsi sebagai zat pemberi energi, ketiga zat gizi tersebut
dinamakan zat pembakar.
b. Pertumbuhan dan pemelihara jaringan tubuh
Protein, mineral, dan air adalah bagian dari jaringan tubuh. Oleh karena
itu, diperlukan untuk membentuk sel-sel baru, memelihara, dan
mengganti sel-sel yang rusak. Dalam fungsi ini ketiga zat gizi tersebut
dinamakan zat pembangun.
c. Mengatur metabolisme tubuh
Protein, mineral, air dan vitamin diperlukan untuk mengatur metabolisme
tubuh. Protein mengatur keseimbangan air dalam sel, bertindak sebagai
buffer dalam upaya memelihara netralitas tubuh dan membentuk antibodi
sebagai penangkal organisme yang bersifat infektif dan bahan asing yang
masuk ke dalam tubuh. Mineral dan vitamin diperlukan sebagai pengatur
dalam proses-proses oksidasi, fungsi normal syaraf dan otot serta banyak
proses lainnya termasuk proses menua. Air diperlukan untuk melarutkan
bahan-bahan dalam tubuh, seperti di dalam darah, cairan pencernaan,
jaringan, dan mengatur suhu tubuh, peredaran darah, pembuangan sisa-
sisa dll. Dalam hal ini protein, mineral, air, dan vitamin dinamakan zat
pengatur.
4
Pertanian berpengaruh terutama terhadap gizi melalui produksi pangan
untuk keperluan rumah tangga. Kinerja produksi pangan akan
mempengaruhi pangan yang tersedia di masyarakat. Jika pangan
diproduksi dalam jumlah dan ragam yang cukup kemudian bahan pangan
tadi tersedia di tingkat masyarakat dan kalau keluarga memiliki cukup
uang untuk membeli keperluan pangan yang tidak ditanam ditempatnya,
maka masyarakat tidak akan banyak terjadi kurang gizi. Bila pangan cukup
tersedia maka orang akan cenderung mengkonsumsi makanan yang sehat.
Pangan yang dimaksud meliputi pangan nabati (berasal dari tanaman) dan
pangan hewani (berasal dari hewan). Dengan kata lain komoditas
pertanian merupakan sumber pangan bagi manusia yang akan memberikan
zat gizi yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan kesehatan manusia.
5
pangan seperti beras, ubi jalar lebih banyak dijual daripada dikonsumsi
untuk keluarga sendiri. Banyak petani yag tidak memiliki cukup lahan
untuk mengusahakan pangan dalam jumlah yang cukup untuk kebutuhan
konsumsi rumah tangga. Selain itu juga tidak punya banyak uang untuk
membeli bahan makanan. Pertambahan penduduk tidak sebanding
dengan pertambahan produksi bahan pangan.
b. Laju pertumbuhan penduduk yang tidak seimbang dengan laju
peningkatan produksi pangan
Pertambahan penduduk akan berakibat pada ketersediaan sumber daya
dan kelestarian lingkungan, ketersediaan pangan, kesehatan masyarakat,
kesempatan memperoleh pendidikan dan kesempatan mendapat kerja.
Pertumbuhan penduduk yang tinggi meningkatkan kompetisi
pemanfaatan lahan pertanian yang subur.
c. Beralihnya fungsi lahan pertanian menjadi tempat pemukiman
Perkembangan perkotaan yang demikian pesat menyebabkan lahan-lahan
pertanian yang ada disekitarnya digunakan untuk pembangunan pusat-
pusat perkantoran, pemukiman dan pusat perbelanjaan. Akibatnya lahan
pertanian akan semakin sempit sedangkan pembukaan lahan pertanian
yang baru banyak mendapat kendala.
6
a. Bakteri, ragi, kapang
Mikroba jenis ini merupakan penyebab terjadinya kebusukan pangan
yang biasanya ditemukan di tanah, air, udara, kulit/bulu dan bisa juga
pada usus ternak. Mikroba ini juga bisa menyebabkan terjadinya
ketengikan.
b. Enzim
Adanya enzim memungkinkan terjadinya reaksi biokimia serta dapat
merubah komposisi pangan.
c. Serangga
Pangan yang permukaannya sudah dilukai oleh serangga akan mengalami
kontaminasi oleh bakteri, ragi dan kapang sehingga memperparah
kerusakan.
d. Suhu
Beberapa jenis pangan akan rusak pada suhu terlalu tinggi/ rendah.
e. Kadar air
Kadar air permukaan pangan dipengaruhi oleh kelembaban nisbi udara
sekitarnya. Jika kadar air rendah, sedang kelembaban nisbi tinggi, maka
terjadi penyerapan air dari udara sehingga pangan menjadi lembab.
f. Oksigen
Oksigen dapat merusak vitamin A dan vitamin C, merusak warna
pangan, cita rasa dan sarana pertumbuhan kapang. Pada pangan yang
mengandung lemak, oksigen akan menyebabkan ketengikan.
g. Sinar
Sinar/cahaya dapat merusak vitamin A, vitamin C, Riboflavin dan
merusak warna pangan.
h. Waktu penyimpanan
Waktu penyimpanan yang terlalu lama dapat menyebabkan kerusakan
pangan yang lebih besar.
7
Ada beberapa upaya penanganan pasca panen di antaranya adalah :
pengeringan, pengangkutan (transportasi), penyimpanan, serta seleksi dan
conditioning
a. Pengeringan
Pada waktu dipanen, biasanya kadar air hasil panen masih cukup tinggi,
yang memungkinkan berlangsungnya berbagai proses kerusakan. Hasil
panen tersebut merupakan bagian tanaman yang masih hidup sel-selnya,
jadi masih melangsungkan berbagai reaksi metabolik. Pada kadar air
yang rendah, proses-proses metabolik ini menurun, bahkan dapat
berhenti atau diabaikan. Pada keadaan cukup kering, tidak terjadi proses
autodestruksi (autolysis).
b. Pengangkutan
Berbagai jenis bahan makanan memerlukan cara transpor tertentu, ada
bahan makanan yang ditranspor secara curah, ada yang dikemas (dalam
dos, karung, kaleng, dsb). Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
pengemasan yaitu pengemasan itu harus memenuhi syarat sesuai dengan
sifat makanan serta tidak terlalu mahal sehingga barang tersebut dapat
terjangkau oleh masyarakat.
c. Penyimpanan
Cara penyimpanan makanan harus memenuhi syarat-syarat tertentu
terutama bahan makanan yang mudah rusak (perishable food) seperti
bahan makanan hewani. Biji-bijian harus disimpan dalam kondisi cukup
kering. Gudang harus memiliki konstruksi bebas hama, letak barang
harus teratur, tidak bercampur antara bahan makanan yang satu dengan
lainnya.
d. Seleksi dan conditioning, bagi keperluan perdagangan pangan
Penanganan bahan makanan dalam bentuk seleksi dimaksudkan untuk
mengumpulkan dan menggabungkan bahan makanan yang sama
8
kualitasnya dalam rangka memenuhi permintaan pembeli. Hal ini
biasanya dilakukan untuk barang-barang dengan tujuan ekspor.
Selain itu sebelum diseleksi biasanya, bahan makanan kadang-kadang
harus di “conditioning” dahulu agar mempunyai tingkat kondisi yang
memenuhi persyaratan ekspor.
e. Pencucian
Pencucian terhadap suatu jenis bahan pangan dimaksudkan untuk
menghilangkan kotoran, residu pestisida/insektisida serta untuk
memperoleh penampakan yang baik.
9
(buruh tani) secara umum berdampak negarif terhadap ketahanan
pangan rumahtangga buruh tani (Saefudin, Y).
b. Dampak Kebijakan/Program Pertanian/ Ketahanan Pangan
terhadap Perbaikan Gizi :
Pengalaman Rwanda (von Braun J, et al, 2001):
- Peningkatan konsumsi pangan hingga 2 kali lipat menurunkan
prevalensi stunting 25%
- Efek yang sama didapat melalui deworming; efek dua kali lipat
bila ada perbaikan MCK yang memenuhi syarat kesehatan.
Pengalaman Filipina (Bouis H, Haddad L. 1990):
Distribusi lahan pada rumahtangga miskin yang tidak memiliki lahan
berdampak posotif pada status gizi anak balita, namun tidak
berdampak pada rumahtangga yang sebelumnya telah memiliki
lahan.
Pengalaman Bangladesh (Institute of Nutrition and Food Science,
Dhaka University & Tufts University, 2003):
Program Bangladesh Integrated project (polikultur sayurananeka
ternak-ikan) berdampak pada:
- peningkatan konsumsi protein hewani anak pra sekolah dan
WUS
- Peningkatan asupan vitamin A
- Menurunkan prevalensi stunted dan wasted
- Meningkatkan BMI WUS
Pengalaman Filipina (Bouis H, Haddad L. 1990 ) Distribusi lahan
pada rumahtangga miskin yang tidak memiliki lahan berdampak
positif pada status gizi anak balita, namun tidak berdampak pada
rumahtangga yang sebelumnya telah memiliki lahan
Pengalaman Mesir (Galal et al, 1987):
Intervensi program peternakan berdampak pada penurunan
prevalensi anemi pada anak sekolah
10
Berti P, et al (2004) mereview berbagai intervensi program pertanian
menemukan bahwa hanya kegiatan home gardening yang
memberikan dampak pada intake zat gizi (khususnya vitamin A) dan
status gizi. Efektifitas meningkat bila program ini diikuti
pendampingan/penyuluhan gizi.
Hagebunata V, et al (1999):
Intervensi program pertanian yang disertai penyuluhan gizi
memberikan dampak gizi jauh lebih baik dibaanding tanpa
penyuluhan gizi.
Leroy and Frongilo (2004) mereview berbagai intervensi program
pertanian menemukan bahwa kegiatan yang melibatkan wanita
secara aktif dan pendampingan/penyuluhan gizi memberikan
dampak gizi bagi keluarga
c. Kesimpulan Umum Dampak Gizi Program Pertanian/Ketahanan
Pangan dari Pengalaman di Berbagai Negara
Dampak gizi program pertanian/ketahanan pangan muncul apabila:
- Rumahtangga mengkonsumsi produk yang dihasilkan
- Intervensi pertanian integrasi penyuluhan gizi
- Intervensi terutama berupa peningkatan pemanfaatan pekarangan,
komoditas yang diusahakan beragam dan memiliki kualitas gizi
yang tinggi (sumber protein, vitamin, mineral)
- Melibatkan secara aktif wanita, namun tidak terlalu intensif agar
tidak mengurangi kualitas pola asuh makan dan kesehatan.
d. Dampak Negatif Program Pertanian terhadap Gizi dan Kesehatan
- Irigasi baru dapat meningkatkan insiden malaria
- Program peternakan memungkinkan menyebarnya zoonosis,
penyakit infeksi yang disebarkan oleh binatang ternak
- Pelibatan wanita yang terlalu intensif dalam kegiatan pertanian
meningkatkan beban kerja wanita (Kasus Kenya) dan dapat
berakibat pada menurunnya pola asuh (makan dan kesehatan)
11
- Keberhasilan pengenalan komoditas baru tidak secara otomatis
meningkatkan konsumsi pangan komoditas tersbut. Perhatian
perlu diberikan terhadap dampak alokasi waktu dan kebutuhan
energi untuk mengolah makanan (Pengalaman introduksi beras di
Mali sebagai pendamping Shorgum).
12
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
13
DAFTAR PUSTAKA
Hariadi, Purwiyatno. 2011. Pertanian dan Pangan. Bogor: Yayasan Omar Taraki.
Irianto, dkk. 2007. Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan. Jakarta:
Andi Publisher.
Martianto, Drajat. 2015. Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perbaikan Gizi Ibu
dan Anak. Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia,
Institut Pertanian Bogor.
14