Disusun oleh:
Kelompok 2
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sistem Pangan dan Gizi” ini tepat
pada waktunya.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas yang diberikan dosen Ekologi
Pangan dan Gizi. Membuat makalah tidaklah semudah membalikkan telapak
tangan.
Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Penulis tak
luput dari kesalahan, mengingat penulis masih dalam tahap pembelajaran. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.
Kelompok
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Pemenuhan pangan merupakan hak asasi manusia yang harus dicapai karena
memiliki peranan sangat penting dalam pembangunan bangsa (Suryana 2014).
Informasi ketahanan pangan yang akurat, komprehensif, dan tertata dengan baik
diperlukan untuk evaluasi ketahanan pangan dan gizi guna memberikan informasi
kepada para pembuat keputusan dalam pembuatan program dan kebijakan untuk
lebih memprioritaskan intervensi dan program ketahanan pangan dan gizi.
(Lestari, dkk. 2018)
Pangan tidak hanya sesuatu untuk dimakan, tetapi merupakan bagian
integral dari budaya suatu masyarakat, daerah, atau suatu bangsa. Makanan adalah
sebuah konsep yang relatif. Pada tingkat global, manusia memakan segala sesuatu
asalkan tidak beracun. Namun, ketika kita dihadapkan pada budaya yang berbeda,
apa yang dianggap dapat dimakan dalam satu budaya mungkin tidak terjadi dalam
budaya yang lain. (Khomsan, dkk. 2013)
Di Indonesia, upaya memantapkan ketahanan pangan merupakan prioritas
utama pembangunan. Sebagai salah satu negara yang memiliki komitmen untuk
menurunkan kemiskinan, Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk
mendukung tercapainya kesepakatan tersebut. Di sisi lain, kerawanan pangan dan
gizi sangat terkait dengan kualitas sumber daya manusia. Dengan demikian,
mengabaikan masalah kerawanan pangan dan gizi berarti mengabaikan kualitas
sumber daya manusia Indonesia. Trend perkembangan Human Development
Index (HDI) dari tahun 1980-2012 meningkat sebesar 49 persen atau rata-rata 1,5
persen per tahun dari 0,422 naik menjadi 0,629. Meningkatnya kualitas
sumberdaya manusia (SDM) akan meningkatkan produktivitas dan sekaligus
meningkatkan daya saing SDM yang pada akhirnya diharapkan dapat
memperbaiki status sosial ekonomi masyarakat. (Purwantini. 2014)
1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sistem Pangan dan Gizi
System pangan dan gizi adalah suatu rangkaian masukan, proses, dan keluar sejak
pangan masih dalam tahap produksi berupa bahan produk primer maupun olahan
sampai dengan tahap akhir, yaitu pemanfaatanya dalam tubuh manusia yang
diwujudkan oleh status gizi. Hal ini berarti dalam system tersebut terdapat
serangkaian komponen atau subsistem, yaitu produksi, ketersediaan pangan,
distribusi, konsumsi dan gizi. System pangan dan gizi mempunyai tujuan
meningkatkan & mempertahankan status gizi masyarakat dalam keadaan optimal.
(scribd. Wina)
Pangan tidak hanya sesuatu untuk dimakan, tetapi merupakan bagian
integral dari budaya suatu masyarakat, daerah, atau suatu bangsa. Makanan adalah
sebuah konsep yang relatif. Pada tingkat global, manusia memakan segala sesuatu
asalkan tidak beracun. Namun, ketika kita dihadapkan pada budaya yang berbeda,
apa yang dianggap dapat dimakan dalam satu budaya mungkin tidak terjadi dalam
budaya yang lain. (Khomsan, dkk. 2013)
Pangan merupakan hal pokok dalam hidup dan menjadi salah satu indicator
kesejahteraan masyarakat masyarakat. Masyarakat miskin adalah mereka yang
tidak dapat memenuhi kebutuhan pokokmya, di antaranya makan tiga kali sehari
dan mengonsumsi buah-buahan.
1. Vitamin
2. Protein
3. Mineral
4. Karbohidrat
5. Lipid/lemak
6. Air
3
Pada saat dikonsumsi nilai gizi makanan tergantung :
Pemenuhan pangan merupakan hak asasi manusia yang harus dicapai karena
memiliki peranan sangat penting dalam pembangunan bangsa (Suryana 2014).
Informasi ketahanan pangan yang akurat, komprehensif, dan tertata dengan baik
diperlukan untuk evaluasi ketahanan pangan dan gizi guna memberikan informasi
kepada para pembuat keputusan dalam pembuatan program dan kebijakan untuk
lebih memprioritaskan intervensi dan program ketahanan pangan dan gizi.
(Lestari, dkk. 2018)
Konsumsi pangan merupakan gambaran dari aspek ketersediaan dan
kemampuan rumah tangga untuk membeli dan memperoleh pangan. Besar
kecilnya pendapatan sangat menentukan jenis pangan yang akan dikonsumsi oleh
suatu rumah tangga. Jenis pangan yang dikonsumdi rumah tangga akan
menentukan pola konsumsi rumah tangga tersebut. Pola konsumsi rumah tangga
didekati dengan jenis dan frekuensi makan yang dapat mencerminkan kebiasaan
makan dalam rumah tangga tersebut. Dengan demikian jenis pangan yang
dikonsumsi dalam rumah tangga akan berpengaruh pada tingkay konsumsi
gizinya. Pola konsumsi pangan di satu daerah dengan daerah lainnya tentunya
berbeda.
Pola konsumsi masyarakat di desa dan di kota berbeda, karena masyarakat
di kota lebih mementingkan kandngan zat gizi makanan dari bahan makanan yang
dikonsumsi. Dilihat dari keadaan social ekonomi, penduduk kota lebih mampu
dalam hal finansial, tersedianya fasilitas kesehatan yang memadfai, fasilitas
pendidikan lebioh baik, tersedianya tenagakesehatan, serta lapangan usaha
mayoiritas penduduk pegawai dan wiraswasta. Sedangkan di desa, pola konsumsi
masyarakat kurang memenuhi syarat dilihat dari keadaan social ekonomi yang
tidak mampu, fasilitas kesehatan yang terbatas, faasilitas pendidikan kurang,
4
tersedianya tenaga kesehatan sertalapangan kerja penduduk mayoritas petani dan
buruh. (Banita. 2013)
Factor penyebab masalah gizi tidak langsung adalah ketahanan pangan di
keluarga, pola pengasuhan anak serta pelayanankesehatan dan kesehatan
lingkungan. Ketahanan pangan dikeluarga house hold food security adalah
kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota
keluarganya dalam jumlah yang cukup, baik jumlah maupun gizinya. (Adisasmito,
2012)
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari oragan-organ,
serta menghasilkan energy. (Susilowati, dkk. 2016)
Konsumsi pangan merupakan salah satu komponen dalam sistem pangan
dan gizi. Oleh karena itu, konsumsi pangan baik kuantitas maupun kualitas sangat
ditentukan oleh produksi dan distribusi pangan serta faktor lainnya. Konsumsi
pangan sangat penting diperhatikan karena secara langsung akan dapat
menentukan status gizi. Peningkatan pendapatam akan mengakibatkan individu
cenderung meningkatkan kualitas konsumsi pangan. Pada tingkat pendapatan
yang lebih rendah, permintaan pangan lebih diutamakan pada padi-padian.
Apabila pendapatan meningkat, maka pola konsumsi pangan akan lebih beragam
serta umumnya akan terjadi peningkatan konsumsi pangan yang lebih bernilai gizi
tinggi.
Secara umum, diketahui bahwa tingkat pendapatan mempengaruhi pola dan
tingkat pengeluaran rumah tangga. Suatu rumah tangga akan mengalokasikan
pendapatannya untuk pangan, setelah itu kebutuhan yang lain. Jika pendapatan
yang diperoleh tidak mencukupi untuk membeli bahan pangan, maka risiko untuk
menjadi rawan pangan menjadi semakin tinggi.
Kenaikan tingkat pendapatan per orang, akan menyebabkan perubahan
dalam susunan pangan yang dikonsumsi. Akan tetapi, pengeluaran untuk pangan
yang lebih banyak tidak menjamin lebih beragamnya konsumsi pangan.
5
Kadangkadang perubahan utama yang terjadi dalam kebiasaan makanan adalah
pangan yang dikonsumsi lebih mahal harganya.
Hal ini sejalan dengan penelitian bahwa pola konsumsi diduga menjadi
salah satu pemicu kurangnya ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga yang
menyebabkan rumah tangga menjadi rawan pangan. (Saputri, dkk. 2016)
6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
7
DAFTAR PUSTAKA