Anda di halaman 1dari 27

DIVERSIFIKASI PANGAN

Disusun Oleh:

Mega Ayu Puspitasari (162110101251)


Septian Yessie W (162110101252)
Rizki Anggraeni (162110101255)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS JEMBER
2017
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, dengan ini kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
tentang Diversifikasi Pangan ini.
Dalam penulisan makalah ini, telah banyak mendapat bantuan dan
dorongan dari berbagai pihak dalam menyelesaikan makalah ini. Untuk itu dalam
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Ibu Irma Prasetyowati S.K.M.,M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Jember
2. Dr. Farida Wahyu Ningtyas, M.Kes sebagai dosen pengampu Mata Kuliah
Ekologi Pangan dan Gizi
3. Semua pihak yang ikut berpartisipasi dalam menyusun makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik
dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan
pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan.

Jember, 23 Maret 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
DAFTAR TABEL...................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iv
BAB 1. PENDAHULUAN......................................................................................5
1.1 Latar Belakang...............................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................6
1.3 Tujuan.............................................................................................................7
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................8
2.1 Diversifikasi Pangan.......................................................................................8
2.2 Tujuan Diversifikasi.......................................................................................8
2.3 Kelemahan Diversifikasi..............................................................................10
2.4 Masalah Diversifikasi...................................................................................10
2.5 Konsep Pelaksanaan Diversifikasi Pangan...................................................11
2.6 Sasaran Diversifikasi Pangan.......................................................................13
2.7 Pertimbangan Memilih Jenis Tanaman Pangan............................................16
2.8 Pengukuran Diversifikasi Konsumsi Pangan...............................................17
2.9 Kendala Disversifikasi Konsumsi Pangan...................................................19
2.10 Ketahanan Pangan Nasional.......................................................................20
2.11 Pengaruh Diversifikasi Pangan di Indonesia..............................................21
2.12 Hal yang Diperhatikan Dalam Tercapainya Diversifikasi..........................22
2.13 Kebijakan Pemerintah Dalam Diversifikasi Konsumsi Pangan.................22
2.14 Upaya Mengembangkan Diversifikasi Pangan..........................................23
BAB 3. PENUTUP................................................................................................24
3.1 Kesimpulan...................................................................................................24
3.2 Saran.............................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA

ii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Kandungan Gizi Makanan Pokok dan Alternatif..............................17
Tabel 2.2 Komposisi Energi Menurut Pola Pangan Harapan...........................19

iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Daun dan biji singkong.................................................................14
Gambar 2.2 Jagung...........................................................................................15

iv
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber daya hayati dan air,
baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau
minuman bagi konsumsi manusia. Menurut Food and Agricultural Organization
(FAO), pangan adalah bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan-
bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau
pembuatan makanan dan minuman.
Pada tahun 1984 Indonesia berhasil mencapai swasembada beras. Namun
sejak swasembada beras diraih 1984-1985 tersebut laju pertumbuhan produksi
beras cenderung menurun dan semakin tidak stabil sehingga sejak tahun 1994
Indonesia tidak lagi berswasembada (Sapuan, 1999). Kondisi ini mengharuskan
konsep swasembada beras kembali diubah menjadi swasembada pangan. Upaya
alternatif yang ditempuh agar ketergantungan kepada beras bisa dikurangi serta
pencapaian pola pangan yang memenuhi persyaratan nutrisi adalah
dikembangkannya diversifikasi pangan.
Diversifikasi pangan telah lama dicanangkan sejak tahun 1970 jauh
sebelum swasembada beras diraih. Pada waktu Pelita IV pemerintah memberikan
perhatian yang lebih besar terhadap diversifikasi pertanian dan produk dengan
menempatkan diversifikasi di tangga atas diikuti oleh intensifikasi, ekstensifikasi
dan rehabilitasi (Manwan, 1994).
Upaya untuk menekan konsumsi beras melalui diversifikasi pangan
tampaknya belum memberikan hasil yang signifikan sehingga kebutuhan beras
per kapita per tahun tidak banyak berubah, bahkan pada akhir-akhir ini cenderung
meningkat (Puslitbangtan, 2001).
Menurut Fagi, et al., 2002 bahwa permintaan beras terus naik dari hanya
89,5 kg per kapita per tahun pada tahun 1967-1969 menjadi 151,0 kg per kapita
per tahun pada tahun 1997-1999, bahkan telah mencapai sekitar 156,0 kg per
kapita per tahun pada tahun 2000-2001. Konsumsi dalam negeri cenderung
6

meningkat terutama didorong oleh pertumbuhan penduduk. Pada tahun 2001


konsumsi beras diperkirakan telah mencapai 27,9 juta ton, sedangkan yang
tersedia untuk konsumsi hanyalah sekitar 25,9 juta ton sehingga terjadi
kekurangan sebesar 2 juta ton (Surono, 2001).
Dengan jalan diversifikasi pangan ini diharapkan laju peningkatan
konsumsi beras dapat ditekan sampai mencapai angka yang serendah mungkin,
dan untuk jangka panjang konsumsi beras per kapita per tahun akan dapat
diturunkan. Dengan diversifikasi pangan ini tidak dimaksudkan untuk
menggantikan beras, tetapi mengubah pola konsumsi masyarakat sehingga
masyarakat akan mengkonsumsi lebih banyak jenis pangan dan lebih baik gizinya.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa pengertian diversifikasi pangan?
b. Apa tujuan diversifikasi konsumsi pangan?
c. Apa kelemahan dari diversifikasi pangan?
d. Apa saja masalah diversifikasi?
e. Bagaimana konsep pelaksanaan diversifikasi konsumsi pangan?
f. Apa saja sasaran diversifikasi pangan?
g. Bagaimana pertimbangan memilih jenis tanaman pangan?
h. Bagaimana pengukuran diversifikasi konsumsi pangan?
i. Apa saja kendala yang terjadi pada diversifikasi konsumsi pangan?
j. Apa yang pengertian ketahanan pangan?
k. Bagaimana pengaruh diversifikasi pangan terhadap kebutuhan pangan di
Indonesia?
l. Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan untuk mendukung tercapainya
diversifikasi pangan?
m. Bagaimana kebijakan pemerintah dalam diversifikasi konsumsi pangan?
n. Bagaimana upaya mengembangkan diversifikasi pangan?

1.3 Tujuan
a. Mengetahui pengertian diversifikasi pangan
b. Mengetahui tujuan diversifikasi konsumsi pangan
c. Mengetahui kelemahan diversifikasi pangan
d. Mengetahui masalah diversifikasi
e. Mengetahui konsep pelaksanaan diversifikasi konsumsi pangan
7

f. Mengetahui sasaran diversifikasi pangan


g. Mengetahui jenis tanaman pangan yang akan ditanam
h. Mengetahui pengukuran diversifikasi konsumsi pangan
i. Mengetahui kendala yang terjadi pada diversifikasi konsumsi pangan
j. Mengetahui pengertian ketahanan pangan
k. Mengetahui pengaruh diversifikasi pangan terhadap kebutuhan pangan di
Indonesia
l. Mengatahui hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tercapainya
diversifikasi pangan
m. Mengetahui kebijakan pemerintah dalam diversifikasi konsumsi pangan
n. Mengetahui upaya mengembangkan diversifikasi pangan
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diversifikasi Pangan


a. Nataadmadja dalam Kasryno dalam Supadi (2004) menganggap
diversifikasi sebagai perluasan cakrawala dan pendalaman dimensi
pembangunan pertanian. Diversifikasi dapat menyangkut teknologi,
sumberdaya, wilayah, komoditas, energi, kelembagaan, agroindustri dan
kesempatan kerja.
b. Dalam Keppres No. 68 tentang Ketahanan Pangan pasal 9 disebutkan
bahwa diversifikasi pangan diselenggarakan untuk meningkatkan
ketahanan pangan dengan memperhatikan sumberdaya, kelembagaan dan
budaya lokal (Hanafie 2010).
c. Menurut Riyadi (2003), diversifikasi pangan merupakan suatu proses
pemilihan pangan yang tidak hanya tergantung pada satu jenis pangan,
akan tetapi memiliki beragam pilihan atau alternatif terhadap berbagai
bahan pangan.
d. Kasryno, et al (1993) memandang diversifikasi pangan sebagai upaya yang
sangat erat kaitannya dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia,
pembangunan pertanian di bidang pangan dan perbaikan gizi masyarakat
yang mencakup aspek produksi, konsumsi, pemasaran, dan distribusi.
e. Pakpahan dan Suhartini (1989) menyebutkan bahwa diversifikasi
konsumsi pangan diartikan sebagai pengurangan konsumsi beras yang
dikompensasi oleh penambahan konsumsi bahan pangan non-beras.

2.2 Tujuan Diversifikasi


Penganekaragaman tanaman pangan ataupun konsumsi pangan memiliki
dua bentuk tujuan dari aspek pelaksanaan, yaitu tujuan berdasarkan konsep
pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dan tujuan berdasarkan
aspek kesejahteraan masyarakat (Suyastiri, 2008). Fakta yang dihadapi sekarang
ini, bahwa pola konsumsi pangan nasional masih bertumpu atau tergantung pada
satu jenis tanaman pokok, yaitu beras/padi.
Berdasarkan fakta tersebut, tujuan diversifikasi konsumsi pangan adalah:
9

a. Mengurangi ketergantungan impor beras


Impor beras dilakukan karena adanya ketergantungan permintaan
pangan terhadap bahan pangan berupa beras. Melalui diversifikasi
konsumsi pangan diharapakan akan membuat pilihan akan bahan pangan
menjadi semakin beragam, sehingga dapat menekan ketergantungan
terhadap impor beras.
b. Mencapai pola konsumsi pangan yang tepat
Ketahanan pangan menitikberatkan pada aspek alokasi sumberdaya
pada penggunaan yang efisien, fleksibel, dan stabil dengan memanfaatkan
potensi lokal yang tersedia. Salah satu prinsip pokok dalam pelaksanaan
diversifikasi konsumsi pangan adalah pemanfaatan atau pengoptimalan
potensi lokal baik berupa potensi tanaman lokal maupun sumberdaya
manusia.
c. Mewujudkan pola pangan harapan
Diversifikasi konsumsi pangan memiliki sasaran untuk
memberikan nutrisi atau gizi yang memadai bagi pola konsumsi rumah
tangga, sehingga akan mampu untuk memenuhi pola konsumsi sehat dan
bergizi di masyarakat.
d. Gizi yang terjangkau oleh semua tingkat pendapatan
Pola konsumsi pangan nasional yang selama ini banyak bergantung
pada jenis beras menyebabkan harga beras semakin cepat meningkat.
Akibatnya, harga beras semakin lama menjadi semakin sulit untuk
dijangkau oleh semua kelompok rumah tangga. Melalui diversifikasi
konsumsi pangan diharapkan akan mampu untuk mengalokasikan
pendapatan memilih jenis komoditi pangan yang relatif lebih terjangkau.

2.3 Kelemahan Diversifikasi


Program diversifikasi konsumsi pangan telah ada sejak dahulu. Namun
dalam perjalanannya menghadapi berbagai kendala baik dalam konsep maupun
pelaksanaannya. Beberapa kelemahan diversifikasi konsumsi pangan masa lalu
adalah:
10

a. Distorsi konsep ke aplikasi diversifikasi konsumsi pangan bisa pada aspek


produksi/penyediaan
b. Penyempitan arti diversifikasi konsumsi pangan bisa pada pangan pokok
dan energi politik untuk komoditas beras sangat dominan
c. Koordinasi kurang optimum, tidak ada lembaga yang menangani secara
khusus dan berkelanjutan
d. Kebijakan antara satu departemen dengan departemen lainnya kontra
produktif terhadap perwujudan diversifikasi konsumsi pangan
e. Kebijakan yang sentralistik dan penyeragaman, mengabaikan aspek
budaya dan potensi pangan lokal
f. Riset diversifikasi konsumsi pangan masih lemah pada beras, terpusat di
Jawa-Bali dan dana hanya dari pemerintah pusat
g. Ketiadaan alat ukur keberhasilan program sehingga bersifat partial, tidak
berkelanjutan dan tidak memiliki target kuantitatif yang disepakati
bersama
h. Kurangnya kemitraan dengan swasta/industri dan LSM
i. Ketidakseimbangan perbandingan antara biaya pengembangan dan harga
produk alternatif dengan beras,
( Ariani dan Ashari, 2003).

2.4 Masalah Diversifikasi


Kendala pengembangan diversifikasi pangan (Amang dan Sawit, 2001)
yaitu:
a. Pangan non beras (jagung, sorghum dan umbi-umbian) adalah pangan
inferior,berkurang tingkat konsumsinya seiring dengan peningkatan
pendapatan masyarakat. Banyak orang memandang bahwa beras sebagai
bahan pangan mempunyai status yang lebih tinggi daripada jagung,
sorghum dan umbi-umbian. Kondisi ini menimbulkan anggapan bahwa
apabila beralih kepada bahan pangan jagung, sorghum dan umbi-umbian
sebagai pengganti dari beras yang dimakan merupakan suatu kemunduran.
b. Kebanyakan komoditas pangan non beras tidak siap untuk dikonsumsi
secara langsung. Misalnya ubikayu perlu diolah menjadi gaplek dan
selanjutnya dijadikan tiwul atau tepung dahulu sebelum dikonsumsi. Hal
11

tersebut berbeda dengan beras yang dapat langsung dikonsumsi setelah


dimasak.
c. Untuk mendorong kembali ke menu makanan tradisional harus
disesuaikan dengan perkembangan zaman yaitu pada umumnya penduduk
di Indonesia Timur mengkonsumsi sagu dan umbi-umbian yang relatif
lebih rendah kandungan karbohidrat dan proteinnya. Akan tetapi mereka
mengkonsumsi bersama dengan ikan atau hewani yang tersedia di alam
bebas.
d. Upaya diversifikasi pangan sampai kini belum memberikan hasil yang
memuaskan. Produksi tanaman pangan masih sangat didominasi oleh
beras.
e. Upaya diversifikasi konsumsi pangan melalui kebijakan harga dan
subsidi nampaknya mengalami kesulitan. Hal ini dapat dilihat dari
kecilnya konsumen untuk melakukan substitusi pangan dari beras ke non
beras (jagung atau ubi kayu).

2.5 Konsep Pelaksanaan Diversifikasi Pangan


Pelaksanaan diversifikasi konsumsi pangan berkaitan dengan perwujudan
ketahanan pangan (Suyastiri, 2008). Dengan berpedoman pada Undang-Undang
No 7 Tahun 1996 tentang Pangan maka konsep pelaksanaan diversifikasi pangan
selaras dengan konsep ketahanan pangan (food security) yang diadopsi dari
definisi ketahanan pangan dari Food and Agricultural Organization (FAO).

Ada 4 pilar utama yang dibutuhkan untuk mewujudkan ketahanan pangan


yaitu:
a. Aspek ketersediaan (food availability)
Aspek ketersediaan yang dimaksudkan oleh FAO merujuk pada
pengertian pangan yang diperjual belikan atau prinsip pasar (market).
Ketersediaan dapat dipenuhi melalui cara menanam sendiri dan membeli
dengan cara impor. Cara impor hanya menjadi cara alternatif yang
dilakukan untuk kebutuhan jangka pendek. Di negara-negara seperti
12

Indonesia yang masih memiliki potensi lahan pertanian, maka impor


pangan akan menyebabkan semakin berkurangnya potensi tanaman-
tanaman lokal. Oleh karena itu, aspek ketersediaan lebih memfokuskan
pada upaya penganekaragaman atau diversifikasi pangan.
b. Aspek stabilitas ketersediaan (stability of supplies)
Ketahanan pangan diartikan pula sebagai kemampuan untuk
memenuhi kecukupan pangan masyarakat dari waktu ke waktu.
Kecukupan diartikan sebagai kecukupan kuantitas maupun kualitas, baik
dengan menggunakan prinsip memproduksi sendiri ataupun membeli
dengan cara impor. Stabilitas ketersediaan pangan memfokuskan pada
aspek kepengelolaan tanaman pangan, baik dari segi produksi tanaman
pangan maupun pengaturan konsumsi pangan.
c. Aspek keterjangkauan (access to supplies)
Ketahanan pangan salah satunya diwujudkan pula berdasarkan
prinsip bahwa ketersediaan pangan harus dapat dijangkau oleh seluruh
lapisan masyarakat. Aspek keterjangkauan memfokuskan pada segala
sesuatu yang mempengaruhi keseimbangan permintaan dan penawaran
komoditi pangan. Ini berarti bahwa keterjangkauan memperhatikan aspek
kuantitas dan keberagaman pilihan komoditas pangan.
d. Aspek konsumsi pangan (food utilization)
Aspek konsumsi pangan memfokuskan pada penyediaan pangan
yang bermutu dan bergizi yang dikonsumsi oleh keluarga/masyarakat. Di
negara-negara tertentu seperti Indonesia, selain masalah mutu dan gizi
juga penting diperhatikan pula aspek halal konsumsi. Mengenai mutu dan
gizi pangan yang dikonsumsi akan berdampak pada pembentukan kualitas
sumber daya manusia di suatu negara.
.

2.6 Sasaran Diversifikasi Pangan


Berikut ini adalah jenis tanaman pangan untuk keperluan konsumsi yang
menjadi sasaran pelaksanaan diversifikasi konsumsi tanaman pangan:
a. Jenis umbi-umbian
Jenis umbi-umbian adalah jenis tanaman pangan pokok yang dapat
mudah tumbuh di seluruh daerah di Indonesia. Tanaman jenis umbi-
13

umbian terdiri atas ubi jalar, ubi kayu, talas, kimpul, uwi, garut, dan
ganyong. Hingga saat ini, jenis tanaman umbi-umbian belum dikelola
sebagai tanaman pokok, kecuali hanya dimanfaatkan sebagai tanaman
pangan alternatif.
Umbi singkong dikenal luas sebagai makanan pokok penghasil
karbohidrat dan daunnya sebagai sayuran. Singkong mengandung kalori,
protein, lemak, hidrat arang, kalsium, fosfor, zat besi, serta vitamin B dan
vitamin C. (Djuwardi 2010)
Ada dua jalur alternatif untuk pengembangan produk singkong
guna mendukung diversifikasi pangan yaitu:
1) Pertama pengembangan singkong menjadi tepung komposit (terigu dan
tepung yang berasal dari umbi-umbian) sehingga produk akhirnya
berupa mie, roti ataupun pasta.
2) Kedua adalah mengubah bentuk dari tepung singkong menjadi butiran
atau dapat disebut beras singkong (rasi). Rasi itu sendiri merupakan
ampas hasil sampingan pembuatan tapioka.

Gambar 2.1 Daun dan biji singkong


b. Jenis serealia
Jenis serealia merupakan tanaman pangan yang sebenarnya sudah
cukup banyak ditanam di sebagian besar wilayah di Indonesia. Jenis
tanaman serealia meliputi jagung, cantel, dan sorgum. Seperti halnya jenis
umbi-umbian, tanaman jenis serealia belum dimanfaatkan optimal sebagai
konsumsi pangan pokok (utama). Masyarakat menanam tanaman jenis ini
untuk keperluan selain konsumsi pangan pokok juga sebagai bahan baku
14

makanan lain ataupun bahan setengah jadi yang tidak dikonsumsi sebagai
konsumsi pokok. Di beberapa negara, tanaman talas dimanfaatkan untuk
membuat bahan baku tepung ataupun terigu.
Jagung merupakan salah satu serelia yang strategis dan bernilai
ekonomis serta mempunyai peluang untuk dikembangkan karena
kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat dan protein setelah
beras. Selain sebagai sumber utama karbohidrat, jagung juga mengandung
zat gizi lain seperti, energi, protein, lemak, kalsium, fosfor, serat, besi,
vitamin A, vitamin B1 dan air (Djuwardi 2010).
Jagung memiliki potensi besar sebagai alternatif makanan pokok
selain beras. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan sumberdaya terutama
pada lahan irigasi yang menjadi permasalahan pada produksi beras. Jagung
merupakan tanaman yang relatif lebih tahan terhadap kekurangan air
daripada padi. Dalam bentuk biji utuh, jagung dapat diolah misalnya
menjadi tepung jagung, nasi jagung, dan makanan ringan (pop corn dan
jagung marning). Didukung dengan keunggulan kandungan nutrisi serta
keinginan masyarakat untuk mencoba mengkonsumsi makanan yang baru,
beras jagung juga memiliki potensi yang baik sebagai alternatif makanan
pokok selain beras. Dengan demikian diharapkan beras jagung dapat
menyukseskan program diversifikasi pangan pemerintah dan mengurangi
ketergantungan Indonesia terhadap beras sehingga menciptakan
swasembada pangan dan mewujudkan ketahanan pangan.
15

Gambar 2.2 Jagung


c. Jenis padi-padian
Jenis padi-padian adalah jenis tanaman pangan pokok yang
sekaligus menjadi satu-satunya konsumsi pangan masyarakat di Indonesia.
Konsumsi atau kebutuhan masyarakat akan jenis padi-padian sebagai
sumber pemenuhan pangan rumah tangga mencapai di atas 70% setiap
tahunnya. Selain didukung oleh karakteristik lahan yang sebagian besar
dapat ditanamai oleh padi-padian, program makanan pokok oleh
pemerintah masih difokuskan pada distribusi jenis tanaman padi-padian.

d. Jenis rimpang
Ada dua tanaman pangan jenis rimpang yang dikenal di Indonesia,
yaitu ganyong dan garut. Tanaman gayong belum populer dimanfaatkan
sebagai alternatif pangan atau makanan pokok. Tanaman ganyong
sebenarnya cukup mudah ditanam di hampir semua jenis lahan di
Indonesia. Pemanfaatannya dilakukan dengan mengambil patinya untuk
pembuatan bubur ataupun bihun, termasuk pula campuran untuk
pembuatan nasi jagung. Jenis tanaman garut belum banyak dikenal sebagai
16

jenis tanaman pangan. Meskipun demikian, tanaman garut merupakan


komoditi bahan baku untuk pembuatan biskuit ataupun puding.
Di antara keempat jenis kelompok tanaman di atas, tidak semuanya
dijadikan sasaran pelaksanaan diversifikasi konsumsi pangan melalui program
Percepatan Program Diversifikasi Pangan (PPDP). Pihak Departemen Pertanian
(Deptan) RI memfokuskan pada prioritas tanaman jagung, ubi jalar, dan ubi kaya
sebagai komoditas utama. Hal ini disebabkan karena selain sudah banyak dikenal
oleh masyarakat dan metode bercocok tanam dianggap lebih mudah sehingga
lebih mampu untuk disosialisasikan ke dalam program diversifikasi konsumsi
pangan.

2.7 Pertimbangan Memilih Jenis Tanaman Pangan


a. Kandungan gizi
Kandungan gizi merupakan pertimbangan utama dalam
pelaksanaan program diversifikasi tanaman pangan. Hal ini dimaksudkan
untuk tercapainya salah satu tujuan dari perwujudan ketahanan pangan
nasional, yaitu terpenuhinya gizi masyarakat yang seimbang. Adapun
kandungan gizi makanan pokok dan makan alternatifnya diperlihatkan
pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.1 Kandungan Gizi Makanan Pokok dan Alternatif


No Komoditi Karbohidrat Protein Lemak
1 Padi 77,4 6,70 0,40
2 Jagung 70,0 3,22 1,18
3 Ubi kayu 36,8 1,00 0,30
4 Ubi jalar 27,9 1,43 0,17
Keterangan: *) Kandungan gizi dari 100 gram berat basah (gram).
b. Harga komoditas
Jika dilihat dari sisi konsumen, harga komoditas jenis padi
termasuk paling mahal dibandingkan tiga tanaman alternatif seperti
jagung, ubi kayu, dan ubi jalar (Cahyani, 2008). Kenaikan untuk harga
17

komoditas padi lebih tinggi dibandingkan kenaikan harga komoditas


pangan alternatif.
c. Kemudahan dalam bercocok tanam
Di antara 4 tanaman untuk memenuhi kebutuhan pokok, jenis
tanaman ubi kayu dan ubi jalar relatif lebih mudah ditanam dibandingkan
jenis tanaman padi dan jagung. Hal ini disebabkan karena pada tanaman
padi memiliki varietas yang rentan terhadap perubahan cuaca maupun
serangan hama pengganggu. Hanya jenis tanaman ubi kayu dan ubi jalar
yang dianggap paling mudah ditanam dan paling sederhana cara
pengelolaannya.

2.8 Pengukuran Diversifikasi Konsumsi Pangan


Beberapa metode telah dikembangkan untuk mengukur diversifikasi
konsumsi pangan yaitu:
a. Indeks Herfindahl
Sebuah ukuran yang digunakan untuk mengukur tingkat
konsentrasi pasar (UNCTAD dalam Meija, 2011 : 80). Alasan pemilihan
Indeks Herfindahl sebagai proxy dari diverfisikasi dikarenakan indeks
tersebut merupakan bentuk yang paling komprehensif sebagai ukuran
diversifikasi yang dapat dihitung berdasarkan bermacam-macam indikator
finansial seperti penjualan, aset, dan nilai masing-masing segmen (Klier,
2009 : 123).
b. Indeks Simpson
Untuk mengukur keanekaragaman jenis dalam suatu komunitas
digunakan indeks Simpson. Indeks Simpson menunjukkan tingkat
dominansi dalam suatu komunitas.
c. Indeks Entropy
Untuk mengetahui tingkat diversifikasi pola konsumsi pangan
dengan mengukur nilai asupan gizi dari setiap menu pangan yang
dikonsumsi oleh suatu rumah tangga dalam suatu desa.
Indeks-indeks tersebut umumnya menghasilkan performa diversifikasi
konsumsi yang tidak banyak berbeda (Lee dan Brown, 1989) sehingga banyak
18

peneliti yang hanya menggunakan salah satu saja yaitu Indeks Entropy (Pakpahan
dan Suhartini 1990; Simatupang dan Ariani, 1997; Erwidodo et al., 1999).
Pendekatan yang lebih representatif dan banyak digunakan oleh pakar
pertanian dan gizi yaitu dengan pendekatan konsumsi energi penduduk melalui
rumusan Pola Pangan Harapan (PPH) yang diperkenalkan oleh FAO-RAPA
(1989). Semakin tinggi skor PPH berarti semakin beranekaragam dan nilai skor
tertinggi adalah 100 yang berarti diversifikasi konsumsi pangan sangat sempurna.

Tabel 2.2 Komposisi Energi Menurut Pola Pangan Harapan


No Kelompok PPH PPH Kisaran Konsumsi Konsumsi Bobot Skor
Pangan FAO Nasional (%) Energi Bahan
2020 (%) (Kkal) Pangan
(gram/kap/
hr)
1 Padi- 40.0 50.0 40-60 1100 300 0,5 25,0
padian
2 Umbi- 5.0 6.0 0-8 132 100 0,5 2,5
umbian
3 Pangan 20.0 12.0 5-20 264 150 2,0 24,0
Hewani
4 Kacang- 6.0 5.0 2-10 110 35 2,0 10,0
kacangan
5 Sayur & 5.0 6.0 3-8 132 250 5,0 30,0
buah
6 Biji 3.0 3.0 0-3 66 10 0,5 1,0
berminyak
7 Lemak & 10.0 10.0 5-15 220 25 0,5 5,0
minyak
8 Gula 8.0 5.0 2-8 110 30 0,5 2,5
9 Lainnya 3.0 3.0 0-5 66 - 0,0 0,0
jumlah 100 100 100 2200 100
19

Sumber: Deptan, 2001.

2.9 Kendala Disversifikasi Konsumsi Pangan


Banyak faktor yang menyebabkan terhambatnya diversifikasi konsumsi
pangan. Ariani (2006) menunjukkan kendala tersebut adalah:
a. Beras memang lebih enak dan mudah diolah
b. Adanya konsep makan yang keliru yaitu belum dikatakan makan kalau
belum makan nasi
c. Beras sebagai komoditas superior
d. Ketersediaan beras melimpah dan harganya murah
e. Pendapatan rumah tangga
f. Terbatasnya teknologi pengolahan dan promosi pangan non beras (pangan
lokal)
g. Kebijakan pangan yang tumpang tindih
h. Adanya kebijakan impor gandum, jenis product development cukup
banyak dan promosi yang gencar.

2.10 Ketahanan Pangan Nasional


Pembangunan ketahanan pangan di Indonesia ditegaskan dalam Undang-
undang Pangan Nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan dan Peraturan Pemerintah
Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan. Ketahanan pangan adalah
kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya
pangan yang cukup, baik jumlah dan mutunya, aman, merata dan terjangkau.
Pengertian mengenai ketahanan pangan tersebut mencakup aspek makro, yaitu
tersedianya pangan yang cukup dan sekaligus aspek mikro, yaitu terpenuhinya
kebutuhan pangan setiap rumah tangga untuk menjalani hidup yang sehat dan
aktif (Nainggolan, 2008).
Ketahanan pangan pada tingkat nasional diartikan sebagai kemampuan
suatu bangsa untuk menjamin seluruh penduduknya memperoleh pangan yang
cukup, mutu yang layak dan aman berdasarkan pada optimalisasi pemanfaatan dan
berbasis pada keragaman sumberdaya lokal (Pasal 3 ayat (4), PP. No. 68/2002).
Untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional, dapat ditempuh melalui beberapa
cara. Penganekaragaman (diversifikasi) pangan merupakan salah satu pilar utama
20

dalam upaya mengatasi msalah pangan dan gizi yang pada akhirnya dapat
mewujudkan ketahanan pangan nasional.
Ada dua carayang harus ditempuh untuk mengatasi masalah ketahanan
pangan ini, yaitu
a. Meningkatkan produksi beras
1) Meningkatkan kemampuan produksi beras nasional dengan cara
a) Pemeliharaan kapasitas sumberdaya lahan dan perairan
b) Perluasan lahan baku produksi
c) Peningkatan intensitas tanam
d) Peningkatan produktifitas dan
e) Penekanan kehilangan hasil

2) Memelihara kapasitas sumberdaya produksi dengan cara


a) Rehabilitasi sistem irigasi
b) Menekan alih fungsi lahan ke non-pertanian
c) Membuka lokasi pertanian baru
3) Meningkatkan produktifitas usaha pangan mencakup
a) Penciptaan varietas unggul baru dan teknologi berproduksi yang
lebih efisien
b) Teknologi pasca panen untuk menekan kehilangan hasil
c) Teknologi yang menunjang peningkatan intensitas tanam
b. Mengurangi konsumsi beras rumah tangga maupun industri.

2.11 Pengaruh Diversifikasi Pangan di Indonesia


Kebijakan swasemabada beras pada masa lalu telah menyebabkan
terjadinya perubahan dan pergeseran kebiasaan pangan sehingga sebagian besar
penduduk Indonesia cenderung bergantung pada beras. Kondisi ketergantungan
pada beras ini telah menyebabkan memudarnya atau bahkan hilangnya kondisi
pluralisme dalam food habit dan pluralisme dalam diversifikasi pangan pokok.
Indonesia dirasa mulai perlu menggeser bahan baku makanan sehari-hari
demi ketahanan jangka panjang. Saat ini lahan pertanian di Indonesia semakin
21

sempit akibat dari ledakan jumlah penduduk. Dengan demikian, bertambahnya


jumlah penduduk mengakibatkan konsumsi beras akan bertambah pula. Untuk
menghadapi situasi ini, pemerintah mengambil kebijakan untuk mengimpor beras.
Impor beras dalam jumlah besar saat ini mengakibatkan inflasi pada
perekonomian Indonesia dan nilai kurs mata uang rupiah akan dolar semakin
melemah. Sehingga yang diperlukan Indonesia saat ini adalah mengurangi atau
bahkan menghapus kebijakan impor beras demi peningkatan perekonomian
Indonesia yakni salah satunya dengan mengambil kebijakan diversifikasi pangan
untuk meminimalisasi konsumsi beras.

2.12 Hal yang Diperhatikan Dalam Tercapainya Diversifikasi


Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mendukung tercapainya
diversifikasi konsumsi pangan yaitu:
a. Peningkatan dan pencatatan produksi pangan pokok selain beras
b. Pengembangan diversifikasi produk olahan dengan melibatkan
industri/swasta
c. Peningkatan pendapatan masyarakat melalui penciptaan lapangan kerja
yang produktif dan berkelanjutan serta peningkatan kesadaran masyarakat
akan pentingnya pangan yang bergizi, beranekaragam dan berimbang
melalui Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE).

2.13 Kebijakan Pemerintah Dalam Diversifikasi Konsumsi Pangan


Program diversifikasi pangan dapat diusahakan secara simultan di tingkat
nasional, regional (daerah) maupun keluarga. Upaya tersebut sebetulnya sudah
dirintis sejak awal dasawarsa 60-an, dimana pemerintah telah menyadari
pentingnya dilakukan diversifikasi tersebut (Rahardjo, 1993). Saat itu pemerintah
mulai menganjurkan konsumsi bahan-bahan pangan pokok selain beras.
Pemerintah melalui Departemen Pertanian melakukan diversifikasi
konsumsi melalui Program Diversifikasi Pangan dan Gizi (DPG). Program DPG
bertujuan untuk:
22

a. Mendorong meningkatnya ketahanan pangan di tingkat rumah tangga, dan


b. Mendorong meningkatnya kesadaran masyarakat terutama di pedesaan
untuk mengkonsumsi pangan yang beranekaragam dan bermutu gizi
seimbang.
Fokus program DPG lebih diarahkan pada upaya pemberdayaan kelompok
rawan pangan di wilayah miskin dengan memanfaatkan pekarangan pada
jangkauan sasaran wilayah program yang terbatas sehingga upaya yang dilakukan
adalah meningkatkan ketersediaan keanekaragaman pangan di tingkat rumah
tangga (Irawan, et al . 1999).
Departemen Kesehatan juga melaksanakan program diversifikasi
konsumsi pangan secara tidak langsung melalui program perbaikan gizi yang
tujuan utamanya untuk menurunkan angka prevalensi Kurang Energi Protein
(KEP), Kurang Vitamin A (KVA), Gangguan Yodium (GAKI), dan anemia
(Kodyat et al. 1993).

2.14 Upaya Mengembangkan Diversifikasi Pangan


Menurut Amang dan Sawit (2001), untuk mengembangkan diversifikasi
pangan perlu dilakukan upaya melalui:
a. Pengembangan dan pembangunan agroindustri bahan pangan non beras
agar konsumen dapat mengkonsumsi secara langsung. Agroindustri
komoditas pangan non beras tersebut sebaiknya dibangun di daerah-daerah
pedesaan dengan harapan dapat menciptakan kesempatan kerja bagi
masyarakat desa yang ingin meningkatkan kualitas hidup dan mutu gizi
masyarakat. Makin meningkatnya daya beli masyarakat akan berpengaruh
terhadap:
1) Makin beragamnya jenis pangan yang dikonsumsi
2) Makin banyak pangan yang mengandung nilai gizi tinggi yang
dikonsumsi
3) Cenderung makin berkurangnya proporsi pendapatan yang
dipergunakan untuk pangan
b. Kampanye intensif tentang diversifikasi pangan disertai dengan
penyediaan dan kemudahan untuk mendapatkan bahan pangan non beras
23

yang siap dikonsumsi di pasaran, harganya terjangkau dan dapat bersaing


dengan harga beras serta adanya kesinambungan dalam penyediaannya.
c. Untuk berhasilnya diversifikasi pangan peningkatan produksi pangan non-
beras perlu lebih ditingkatkan lagi tetapi dengan tidak mengganggu
kualitas produksi beras. Upaya ini dapat dilakukan dengan cara
peningkatan produksi pangan non beras tersebut pada areal lain.
BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Diversifikasi konsumsi pangan diartikan sebagai pengurangan konsumsi
beras yang dikompensasi oleh penambahan konsumsi bahan pangan non-beras.
Akan tetapi tidak dimaksudkan untuk menggantikan beras, tetapi mengubah pola
konsumsi masyarakat sehingga masyarakat akan mengkonsumsi lebih banyak
jenis pangan dan lebih baik gizinya.
Penganekaragaman tanaman pangan ataupun konsumsi pangan memiliki
dua bentuk tujuan dari aspek pelaksanaan, yaitu tujuan berdasarkan konsep
pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dan tujuan berdasarkan
aspek kesejahteraan masyarakat
Sasaran dalam diversifikasi konsumsi pangan yaitu umbi-umbian, jenis
serealia, padi-padian dan jenis rimpang. Akan tetapi pihak Departemen Pertanian
(Deptan) RI memfokuskan pada prioritas tanaman jagung, ubi jalar, dan ubi kaya
sebagai komoditas utama. Hal ini disebabkan karena selain sudah banyak dikenal
oleh masyarakat dan metode bercocok tanam dianggap lebih mudah sehingga
lebih mampu untuk disosialisasikan ke dalam program diversifikasi konsumsi
pangan.

3.2 Saran
a. Sebaiknya masyarakat perlu mendapatkan informasi yang lebih tentang
makanan yang mengandung nilai gizi yang hampir sama dengan beras
b. Untuk mempercepat pengembangan diversifikasi perlu didukung oleh
penyediaan teknologi

DAFTAR PUSTAKA
Amang, B dan M. Husein Sawit. 2001. Kebijakan Beras dan Pangan Nasional
Pelajaran dari Orde Baru dan Orde Reformasi. Bogor: IPB Press.
Ariani, M., 2003. Diversifikasi Konsumsi Pangan di Indonesia: Antara Harapan
dan Kenyataan. http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/Mono27-7.pdf.
[Di akses pada 22 Maret 2017].
Hanani, Nuhfil. 2009. Diversifikasi Konsumsi Pangan.
http://nuhfil.lecture.ub.ac.id/files/2009/03/8diversifikasi-konsumsi-pangan-
8.pdf. [Di akses pada 22 Maret 2017].
Hanani, Nuhfil. 2008. Analisis Diversifikasi Konsumsi Pangan Dalam
Memantapkan Ketahanan Pangan Masyarakat Pedesaan. Agrise. 8(1): 46-
54.
Ismiasih. 2013. Diversifikasi Konsumsi Pangan Pada Tingkat Rumah Tangga Di
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Indeks Entropi Didekati Dengan
Pangsa Pangan. Jurnal Budidaya Pertanian. 9(2): 72-78.
Lastinawati, Endang. 2010. Diversifikasi Pangan dalam Mencapai Ketahanan
Pangan. Agronobis. 2(4): 11-18.
Marsigit, Wuri. 2010. Pengembangan Diversifikasi Produk Olahan Lokal
Bengkulu Untuk Menunjang Ketahanan Pangan Berkelanjutan. Agritech.
30(4): 256-264.
Pringgoseputro, S., 1998. Ekologi Umum. Yogyakarta: UGM Press.
Purwono dan Heni Purnamawati. 2009. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan
Unggul. Depok: Penebar Swadaya.
Rachman, Handewi. 2006. Prospek Diversifikasi Usaha Rumah Tangga Dalam
Mendukung Ketahanan Pangan dan Penanggulangan Kemiskinan. Forum
Penelitian Agro Ekonomi. 24(1): 1-13.
Resosoedarmo, S. 1990. Pengantar Ekologi. Jakarta: PT Remaja Rosdakarya.
Satmalawati, Endah Mulat. 2016. Diversifikasi Konsumsi Pangan Pokok Berbasis
Potensi Lokal Dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan Di Kecamatan
Insana Barat Kabupaten Timor Tengah Utara NTT. Bali: LPPM.
Setiawan, Budi. 2006. Optimalisasi Diversifikasi Pangan. Jurnal Keteknikan
Pertanian. 20(3): 197-204.
Suyastiri, Ni Made. 2008. Diversifikasi Konsumsi Pangan Pokok Berbasis Potensi
Lokal Dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Pedesaan Di
Kecamatan Semin Kabupaten Gunung Kidul. Jurnal Ekonomi
Pembangunan. 13(1): 51-60.
Vidyanata, Deandra. 2014. Pengaruh Diversifikasi dan Financial Levearge
Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan. Administrasi Bisnis. 32(1): 90-97.

Anda mungkin juga menyukai