i
dalam program peningkatan ketersediaan pangan di era normal
baru. Program akan difokuskan pada peningkatan penyediaan
dan konsumsi jagung, ubi kayu, sagu, kentang, pisang dan talas
untuk memenuhi kecukupan gizi masyarakat agar dapat hidup
sehat, aktif, dan produktif.
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
perubahan iklim yang mempengaruhi perubahan suhu dan
curah hujan berdampak pada ketersediaan air baik dari sisi
kuantitas maupun kualitas untuk pertumbuhan dan
produktivitas tanaman. Secara khusus, pertanaman padi yang
membutuhkan ketersediaan air permukaan yang tinggi akan
sangat rentan terhadap perubahan iklim sehingga produksi
beras akan sangat dipengaruhi oleh anomali iklim.
2
ganyong, sukun, pisang, sagu, dan sorghum/hotong. Pangan
lokal tersebut memiliki keunggulan dari sisi kandungan gizi
antara lain : ubi kayu memiliki kandungan serat tinggi dan angka
indeks glikemik rendah, ubi jalar kaya akan vitamin dan
antioksidan, pisang kaya akan vitamin dan mineral, serta sagu
dan talas memiliki kandungan kalsium yang tinggi. Fakta
tersebut menunjukkan bahwa konsumsi pangan yang beragam
merupakan aspek penting untuk mewujudkan sumber daya
manusia Indonesia yang berkualitas.
B. TUJUAN
3
C. SASARAN
Sasaran kegiatan diversifikasi pangan lokal sumber karbohidrat
non beras adalah 34 provinsi dengan perincian sebagai berikut:
1. Ubi kayu: peningkatan produksi dan konsumsi di 17
provinsi;
2. Jagung: peningkatan produksi dan konsumsi di 7 provinsi;
3. Sagu: peningkatan produksi dan konsumsi di 7 provinsi;
4. Kentang: peningkatan produksi di 4 provinsi dan
peningkatan konsumsi di 5 provinsi;
5. Pisang: peningkatan produksi dan konsumsi di 4 provinsi;
6. Talas: peningkatan produksi dan konsumsi di 14 provinsi.
D. MANFAAT
4
II. KONDISI SAAT INI
5
termanfaatkan 24,7 juta ha atau sekitar 17,09%. Masih besarnya
potensi lahan yang dapat dikembangkan untuk komoditas pangan
lokal sumber karbohidrat tersebut menjadi salah satu modal utama
untuk menjamin ketersediaan bagi masyarakat.
6
mengalami peningkatan walaupun tidak signifikan. Sedangkan
konsumsi komoditas sagu, pisang dan jagung justru menurun.
Penurunan yang cukup tajam terjadi pada konsumsi sagu dari
0,47 kg/kap/tahun pada tahun 2013 menjadi 0,34 kg/kap/tahun
pada tahun 2019.
7
Gambar 2.1 Grafik Sebaran Konsumsi dan Produksi Ubi Kayu
8
Gambar 2.3 Grafik Sebaran Konsumsi dan Produksi Sagu
9 9
Gambar 2.5 Grafik Sebaran Konsumsi dan Produksi Pisang
10
Apabila angka produksi dan penggunaan disandingkan seperti
pada gambar 2.7-2.11, maka terlihat bahwa produksi komoditas
pangan lokal saat ini hanya cukup untuk memenuhi total
penggunaan yang terdiri dari konsumsi pangan langsung
rumah tangga dan konsumsi di luar rumah tangga, bahkan ada
komoditas yang produksinya justru lebih rendah dibandingkan
kebutuhan seperti jagung. Hal ini menunjukkan bahwa apabila
terjadi peningkatan konsumsi pangan untuk enam komoditas
sebagai dampak dari penurunan konsumsi beras dalam upaya
diversifikasi pangan pokok sumber karbohidrat, maka produksi
yang ada saat ini tidak mampu memenuhi kebutuhan konsumsi
pangan masyarakat. Oleh karena itu, upaya peningkatan
konsumsi seharusnya diikuti dengan peningkatan produksi
pangan enam komoditas tersebut.
11
Gambar 2.8. Data Produksi dan Penggunaan Jagung
12
Gambar 2.10. Data Produksi dan Penggunaan Kentang
13
B. PELUANG DAN TANTANGAN
B.1. PELUANG
1. Pangan lokal tersedia dan biasa dikonsumsi oleh
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan kalori
Meskipun pangan pokok penduduk Indonesia
umumnya adalah beras, namun banyak jenis pangan
sumber karbohidrat lainnya yang dibudidayakan untuk
dikonsumsi oleh masyarakat meskipun dalam skala
terbatas dan tidak lagi sebagai pangan pokok. Bahan
pangan tersebut antara lain adalah ubi kayu, ubi jalar,
talas/keladi, kentang, garut, ganyong, sukun, pisang,
sagu, sorgum/hotong, hanjeli, iles-iles dan sebagainya.
14
kelompok pangan sebagai sumber energi, protein serta
vitamin dan mineral. Kelompok pangan yang
dikonsumsi tersebut seyogyanya tidak hanya beragam
antar kelompok pangan sebagai sumber zat gizi, tetapi
juga beragam jenisnya dalam kelompok penghasil zat
gizi yang sama. Sebagai contoh, apabila dalam
kelompok pangan sumber karbohidrat yang dikonsumsi
beragam (tidak hanya nasi, tetapi juga ubi kayu, jagung,
sagu, kentang, pisang, atau talas), maka asupan zat
gizi juga semakin beragam.
15
3. Meningkatnya jumlah UMKM pengolah pangan
lokal
Produksi olahan pangan lokal oleh UMKM terus
meningkat dari tahun ke tahun baik dari sisi jumlah dan
jenisnya. Bahan baku diolah menjadi tepung agar
konsumen lebih mudah untuk mengolah menjadi
beragam makanan. Banyak UMKM juga telah
memproduksi makanan siap saji yang telah dibekukan,
sehingga konsumen milenial yang sibuk dan penyuka
kepraktisan hanya perlu beberapa menit untuk
memanaskan saja sebelum mengkonsumsi pangan
lokal. Usaha pengolahan pangan lokal seperti ini
sangat memudahkan masyarakat untuk memperoleh
kemudian mengkonsumsi pangan lokal. Di sisi lain,
meningkatnya permintaan konsumen terhadap pangan
lokal juga akan mendorong berkembangnya UMKM
olahan pangan.
B.2. TANTANGAN
1. Ketersediaan bahan baku pangan lokal masih
terbatas
Ketersediaan bahan baku pangan lokal untuk industri
olahan dan konsumsi dari sisi kuantitas, kualitas dan
kontinuitas masih perlu ditingkatkan. Hal tersebut
disebabkan karena sebagian besar pangan lokal
dibudidayakan dengan benih/bibit dan teknologi yang
belum sesuai dengan standar. Jika dibandingkan
dengan beras, ketersediaan pangan lokal belum
16
mencukupi kebutuhan dalam negeri yang terdiri dari
konsumsi langsung, industri dan pakan. Oleh karena
itu harus dillakukan upaya-upaya untuk meningkatkan
produksi dan produktivitas dengan pendekatan
teknologi dan menjadikan pangan lokal sebagai salah
satu prioritas program dan anggaran.
17
3. Preferensi terhadap pangan lokal masih rendah
Selain harga dan kemudahan akses, konsumsi juga
dipengaruhi oleh selera dan preferensi masyarakat
terhadap makanan. Preferensi masyarakat terhadap
pangan lokal sebagai pangan pokok ternyata tidak
setara dengan beras atau terigu. Perkembangan pola
konsumsi periode 2014 – 2019 menunjukkan bahwa
asupan sumber karbohidrat masih didominasi oleh
kelompok padi-padian terutama beras dan terigu,
sedangkan kontribusi dari umbi-umbian masih rendah.
Konsumsi beras per kapita berkurang dari tahun ke
tahun. Pada tahun 2019 konsumsi beras nasional
sebesar 94,9 kg/kap/tahun turun dibandingkan tahun
sebelumnya sebesar 97,1 kg/kap/tahun. Namun
sayangnya penurunan konsumsi beras tersebut justru
diikuti dengan peningkatan konsumsi terigu dan bukan
oleh pangan lokal. Data tahun 2014 menunjukkan
angka konsumsi terigu sebesar 10,3 kg/kap/th
meningkat dari tahun ke tahun hingga mencapai 17,8
kg/kap/th pada tahun 2019. Konsumsi kelompok
serealia lainnya yaitu jagung cenderung stabil di angka
yang relatif rendah. Konsumsi jagung untuk pangan
pada tahun 2019 sebesar 1,7 kg/kap/tahun meningkat
0,1 kg dari tahun 2018 yang sebesar 1,6 kg/kap/tahun.
18
menjadi aneka jenis makanan. Rendahnya preferensi
masyarakat terhadap pangan lokal disebabkan karena
adanya anggapan bahwa pangan lokal seperti jagung,
ubi kayu, talas, sagu lebih inferior dibandingkan beras
dan terigu. Selain itu bantuan-bantuan pangan natura
biasanya diberikan dalam bentuk beras maupun mie
instan, juga turut mempengaruhi preferensi
masyarakat.
19
Kemasan lain seperti pouch aluminium dengan stiker
juga telah digunakan untuk produk-produk pangan
lokal tertentu. Kemasan yang kurang menarik ini
sedikit banyak berpengaruh terhadap penerimaan
produk pangan lokal oleh konsumen.
20
III. TARGET
90 92,9
90,9
85 89,0
87,0
85,0
80
21
mempercepat tambahan penurunan konsumsi beras hingga 6,5%
dibandingkan apabila penurunan dilakukan tanpa program
intervensi. Penurunan tersebut setara dengan 1,8 juta ton beras
senilai 17,8 triliun rupiah.
22
ditargetkan meningkat menjadi masing-masing 1,2, 7,7, 3,7, 0,7,
10,5, dan 2,2 kg/kapita/tahun (Gambar 3.2). Untuk peningkatan
target konsumsi tahun-tahun selanjutnya dihitung dengan
menggunakan target tahun berjalan ditambah dengan angka
kenaikan konsumsi per komoditas bahan pangan pada tabel 3.1.
23
sagu diperkirakan
Target peningkatanturun
konsumsi
menjadipangan
0,2 kg/kapita/tahun
sumber karbohidrat
pada tahun
non
2024, akan
beras sehingga diperlukan
difokuskan padaintervensi dengan yang
provinsi-provinsi menetapkan target
telah memiliki
peningkatan
angka konsumsi
konsumsi cukup sagu
tinggisebesar 0,40dasar
pada tahun kg/kapita/tahun (Gambar
2019 (Gambar 3.4).
3.3.C). Target
Langkah peningkatan
ini didasarkan padatersebut diharapkan
pertimbangan dapat
bahwa menaikkan
masyarakat di
konsumsi sagu menjadi
provinsi tersebut sebesar 2,3
telah terbiasa kg/kapita/tahun
mengkonsumsi padapangan
bahan tahun
2024. Konsumsi
tersebut, sehinggakentang diperkirakankonsumsi
upaya peningkatan akan tetap
akansebesar 2,9
relatif lebih
kg/kapita/tahun
mudah dilakukan.pada tahunpeningkatan
Upaya 2024 (Gambar 3.3.D).Oleh
konsumsi karena
pangan itu,
sumber
target peningkatan
karbohidrat konsumsi
di suatu kentang
wilayah sebesar
akan 0,83 kg/kapita/tahun
memerlukan tambahan
diharapkan
penyediaan dapat mendongkrak
(produksi), konsumsi
yang dapat dipenuhikentang
melalui menjadi 7,0
peningkatan
kg/kapita/tahun pada perluasan
produktivitas maupun tahun 2024.
arealSetelah sempat
dalam jumlah mengalami
terbatas.
penurunan pada tahun 2019, konsumsi pisang diperkirakan
Peningkatan konsumsi jagung akan difokuskan pada 7 (tujuh)
mengalami sedikit kenaikan dengan trend fluktuatif menjadi
provinsi yaitu NTT, Gorontalo, Jawa Timur, NTB, Sulawesi Tengah,
sebesar 7,5 kg/kapita/tahun pada tahun 2024 Gambar 3.3.E).
Bali dan Lampung (Tabel 3.2). Ketujuh provinsi ini tidak hanya
Dengan target konsumsi yang ditetapkan sebesar 0,62
memiliki konsumsi jagung yang tinggi, namun juga produksi dan
kg/kapita/tahun, maka konsumsi pisang diperkirakan dapat
luas panen jagung yang tinggi, sehingga peningkatan produksi
mencapai 9,5 kg/kapita/tahun pada tahun 2024. Seperti halnya
dapat dilakukan melalui intensifikasi dengan target produktivitas
konsumsi pisang, tanpa adanya intervensi maka konsumsi talas
sebesar 10 ton/ha. Peningkatan produksi jagung difokuskan pada
hanya mengalami sedikit kenaikan menjadi 0,9 kg/kapita/tahun
varietas jagung yang digunakan untuk konsumsi pangan.
pada tahun 2024 (Gambar 3.3.F). Intervensi yang dilakukan dengan
Peningkatan produksi untuk memenuhi target konsumsi ubi kayu di
meningkatkan konsumsi talas sebesar 0,46 kg/kapita/tahun
17 provinsi dapat dilakukan melalui intensifikasi dengan target
diharapkan dapat menaikkan konsumsi talas menjadi sebesar 3,7
produktivitas 40 ton/ha dan ekstensifikasi dalam luasan yang
kg/kapita/tahun pada tahun 2024.
terbatas. Ekstensifikasi diperlukan terutama untuk provinsi-provinsi
yang telah melampui target produktivitas yaitu Sumatera Utara dan
Sumatera Barat. Target penyediaan lahan dan produksi untuk
program diversifikasi ubi kayu disampaikan pada Tabel 3.3.
Peningkatan produksi ubi kayu difokuskan pada varietas ubi kayu
24
26
30 A. UBI KAYU 6 B. JAGUNG 3 C. SAGU
2,3
1,9
18,1 4
20 16,2 2
1,5
14,3 2,7
12,4 12,4 2,5
2,3 1,1
10,5 2,1
9,5 1,8 1,8 1,9
8,6 1,5 1,6 1,7 0,7
10 7,4 13,4 2 1
6,5 12,1 12,8
10,8 11,5 0,5 0,5 0,4 0,4 0,3 0,3
1,7 0,2 0,2 0,2
1,5 1,5 1,4 1,4 1,4 0,3
0 0
0
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
Gambar 3.3. Trend dan Target Konsumsi Pangan Sumber Karbohidrat Selain Beras: A. Ubi Kayu, B. Jagung, C. Sagu, D. Kentang,
E, Pisang, dan F. Talas trend normal trend intervensi.
25 25
Target peningkatan konsumsi pangan sumber karbohidrat non
beras akan difokuskan pada provinsi-provinsi yang telah memiliki
angka konsumsi cukup tinggi pada tahun dasar 2019 (Gambar 3.4).
Langkah ini didasarkan pada pertimbangan bahwa masyarakat di
provinsi tersebut telah terbiasa mengkonsumsi bahan pangan
tersebut, sehingga upaya peningkatan konsumsi akan relatif lebih
mudah dilakukan. Upaya peningkatan konsumsi pangan sumber
karbohidrat di suatu wilayah akan memerlukan tambahan
penyediaan (produksi), yang dapat dipenuhi melalui peningkatan
produktivitas maupun perluasan areal dalam jumlah terbatas.
26
yang digunakan sebagai bahan pangan segar dan bukan ubi kayu
sebagai bahan baku tapioka.
27
kebutuhan lahan untuk meningkatkan produksi talas masih
didasarkan pada asumsi ekstensifikasi lahan.
28
Gambar 3.4. Peta Sasaran Lokasi Diversifikasi Pangan Lokal Sumber Karbohidrat Non Beras
29 29
Tabel 3.2 Target Penyediaan Lahan dan Produksi untuk Peningkatan Konsumsi Ubi Kayu
2020 2021 2022 2023 2024
No. Provinsi Lahan Produksi Lahan Produksi Lahan Produksi Lahan Produksi Lahan Produksi
Ha Ton Ha Ton Ha Ton Ha Ton Ha Ton
1 Aceh 816 931 253 943 24 957 24 969 25 982
2 Sumatera Utara 101 4.078 102 4.109 103 4.146 104 4.180 105 4.212
3 Sumatera Barat 26 1.218 26 1.230 27 1.245 27 1.258 27 1.272
4 Jambi 430 1.277 433 1.285 437 1.296 439 1.304 109 1.312
5 Sumatera Selatan 354 3.309 357 3.341 361 3.378 365 3.412 368 3.444
6 Bengkulu 46 535 46 540 47 544 47 549 47 552
7 Lampung 239 3.059 240 3.074 194 2.482 290 3.715 243 3.118
8 Bangka Belitung 62 487 62 492 63 499 64 504 65 509
9 Jawa Barat 1.806 17.139 1.828 17.351 1.853 17.582 1.875 17.797 1.898 18.009
10 DI Yogyakarta 52 1.219 53 1.243 55 1.268 56 1.294 57 1.318
11 Banten 262 4.559 266 4.617 269 4.680 273 4.740 276 4.795
12 Kalimantan Barat 136 1.455 137 1.467 139 1.482 140 1.497 141 1.509
13 Kalimantan Tengah 104 1.097 106 1.109 107 1.122 108 1.136 109 1.149
14 Kalimantan Selatan 186 1.372 187 1.383 190 1.399 192 1.415 194 1.430
15 Kalimantan Timur 119 1.296 120 1.308 121 1.323 122 1.335 123 1.347
16 Kalimantan Utara 30 331 31 338 32 346 32 354 33 362
17 Jawa Tengah 793 9.324 794 9.336 796 9.359 797 9.376 799 9.389
Total 5.563 52.683 5.043 53.165 4.816 53.108 4.956 54.835 4.619 54.708
30
Tabel 3.3 Target Penyediaan Lahan dan Produksi untuk Peningkatan Konsumsi Jagung
2020 2021 2022 2023 2024
No. Provinsi Lahan Produksi Lahan Produksi Lahan Produksi Lahan Produksi Lahan Produksi
Ha Ton Ha Ton Ha Ton Ha Ton Ha Ton
1 Nusa Tenggara Timur 1.071 3.383 1.192 3.768 1.206 3.812 1.220 3.854 1.231 3.889
2 Gorontalo 21 98 66 302 66 304 67 306 67 307
3 Jawa Timur 935 5.113 900 4.920 900 4.921 899 4.918 898 4.909
4 Nusa Tenggara Barat 266 859 192 618 194 626 197 634 199 642
5 Sulawesi Tengah 37 275 42 311 43 315 44 320 44 324
6 Bali 51 309 45 271 46 275 47 279 47 283
7 Lampung 54 273 52 265 43 216 63 319 53 269
Total 2.436 10.310 2.489 10.455 2.497 10.469 2.535 10.630 2.539 10.624
Tabel 3.4 Target Penyediaan Lahan dan Produksi untuk Peningkatan Konsumsi Sagu
2020 2021 2022 2023 2024
No. Provinsi Lahan Produksi Lahan Produksi Lahan Produksi Lahan Produksi Lahan Produksi
Ha Ton Ha Ton Ha Ton Ha Ton Ha Ton
1 Riau 43 313 44 322 45 331 47 341 48 350
2 Kepulauan Riau 19 82 20 87 21 91 22 96 23 101
3 Sulawesi Tenggara 604 2.435 621 2.501 637 2.567 653 2.634 670 2.700
4 Maluku 322 1.449 328 1.476 334 1.503 340 1.530 346 1.556
5 Papua 1.321 4.380 1.352 4.483 1.384 4.588 1.414 4.688 1.443 4.784
6 Papua Barat 242 974 252 1.015 262 1.058 273 1.101 284 1.143
7 Sulawesi Selatan 530 2.013 537 2.040 544 2.067 551 2.093 557 2.118
Total 3.081 11.647 3.154 11.925 3.228 12.206 3.300 12.483 3.371 12.753
31 31
Tabel 3.5 Target Penyediaan Lahan dan Produksi untuk Peningkatan Konsumsi Kentang
2020 2021 2022 2023 2024
No. Provinsi Lahan Produksi Lahan Produksi Lahan Produksi Lahan Produksi Lahan Produksi
Ha Ton Ha Ton Ha Ton Ha Ton Ha Ton
1 Sumatera Utara 578 10.548 588 10.725 598 10.904 607 11.077 616 11.243
2 Sumatera Barat 341 5.009 347 5.106 354 5.203 360 5.298 367 5.393
3 Jambi 187 3.056 190 3.105 193 3.155 196 3.202 199 3.247
4 DKI Jakarta - - - - - - - - - -
5 Jawa Barat 1.999 27.453 2.032 27.910 2.066 28.370 2.098 28.815 2.130 29.248
Total 3.105 46.066 3.157 46.846 3.210 47.633 3.261 48.392 3.311 49.131
Tabel 3.6 Target Penyediaan Lahan dana Produksi untuk Peningkatan Konsumsi Pisang
2020 2021 2022 2023 2024
No. Provinsi Lahan Produksi Lahan Produksi Lahan Produksi Lahan Produksi Lahan Produksi
Ha Ton Ha Ton Ha Ton Ha Ton Ha Ton
1 Sulawesi Utara 142 6.161 143 6.238 145 6.308 147 6.377 87 6.439
2 Sulawesi Selatan 508 25.529 515 25.874 522 26.217 529 26.547 328 26.865
3 Sulawesi Barat 253 4.042 259 4.139 85 4.237 43 4.330 44 4.423
4 Maluku Utara 99 5.375 55 5.509 56 5.639 58 5.768 59 5.899
Total 1.002 41.107 972 41.760 808 42.401 776 43.021 518 43.627
32
Tabel 3.7 Target Penyediaan Lahan dan Produksi untuk Peningkatan Konsumsi Talas
2020 2021 2022 2023 2024
No. Provinsi Lahan Produksi Lahan Produksi Lahan Produksi Lahan Produksi Lahan Produksi
Ha Ton Ha Ton Ha Ton Ha Ton Ha Ton
1 Papua Barat 78 780 76 755 78 780 81 805 83 830
2 Papua 86 859 107 1.074 109 1.092 111 1.108 112 1.122
3 Maluku 13 130 22 223 23 226 23 229 23 232
4 Sulawesi Tengah 33 335 37 369 37 375 38 381 39 387
5 Sulawesi Utara 20 204 23 232 23 233 23 234 23 235
6 Nusa Tenggara Timur 46 459 50 501 51 508 52 516 52 522
7 Bali 34 341 31 311 32 316 32 321 33 327
8 Kalimantan Barat 21 213 24 238 24 241 24 245 25 247
9 Nusa Tenggara Barat 29 289 22 224 23 228 23 232 24 235
10 Maluku Utara 3 34 5 51 5 52 5 53 5 54
11 Kalimantan Tengah 5 54 11 106 11 108 11 109 11 111
12 Jawa Barat 71 714 83 828 84 841 85 853 87 865
13 Jawa Timur 58 585 57 571 57 572 57 573 57 574
14 Jawa Tengah 32 324 37 367 37 369 37 371 37 372
Total 532 5.320 585 5.848 594 5.939 603 6.028 611 6.111
33 33
IV. STRATEGI
34
Sumber : BPS dan Kementan
35
3. Mendorong Pemanfaatan Pangan Lokal
Kecenderungan masyarakat dalam mengonsumsi pangan lokal
secara rata-rata nasional mengalami penurunan. Bahkan, di
beberapa daerah yang masyarakatnya mengonsumsi pangan
pokok lokal secara beragam telah bergeser. Pola konsumsi
pangan pokok mereka didominasi oleh beras dan mie berbasis
terigu (Gambar 4.2).
36
V. RENCANA AKSI
A. Meningkatkan Produktivitas
37
2. Bantuan fasilitas penyimpanan
3. Pendampingan/pelatihan petani/UMKM mengenai
teknologi pasca panen dan pengolahan
4. Riset inovasi pengolahan
B. Promosi
1. Kampanye melalui media sosial, televisi, ruang public,
demo masak, kerjasama konten dengan program master
chef Indonesia
2. Menyediakan produk pangan lokal kepada masyarakat
38
Berdasarkan tabel tersebut masing-masing direktorat jenderal
teknis menentukan rencana aksi untuk penyediaan pangan lokal
non beras sebagaimana disampaikan dalam matriks rencana aksi
2020-2024 Kementerian Pertanian pada tabel 5.2.
39
Tabel 5.1. Target penyediaan Lahan dan Produksi Untuk Peningkatan Konsumsi Pangan Lokal Non Beras
Target
No. Komoditas Lokasi
2020 2021 2022 2023 2024
Ubi Kayu 17 provinsi: Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan,
- Luas Lahan (Ha) 5.563 5.043 4.816 4.956 4.619 Bengkulu, Lampung, Bangka Belitung, Jawa Barat, DIY, Banten, Kalimantan
1 Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan
- Produksi (Ton) 52.683 53.165 53.108 54.835 54.708 Utara, Jawa Tengah
Jagung
2 - Luas Lahan (Ha) 2.436 2.489 2.497 2.535 2.539 7 provinsi: NTT, Gorontalo, Jawa Timur, NTB, Sulawesi Tengah, Bali, Lampung
- Produksi (Ton) 10.310 10.455 10.469 10.630 10.624
Sagu
7 provinsi: Kepulauan Riau, Riau, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan,
3 - Luas Lahan (Ha) 3.081 3.154 3.228 3.300 3.371 Maluku, Papua, Papua Barat
- Produksi (Ton) 11.647 11.925 12.206 12.483 12.753
Kentang 4 provinsi: Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Jawa Barat
4 - Luas Lahan (Ha) 3.105 3.157 3.210 3.261 3.311 Catatan: penyediaan lahan dan produksi untuk DKI Jakarta menjadi
- Produksi (Ton) 46.066 46.846 47.633 48.392 49.131 tanggungan Provinsi Jawa Barat
Pisang
5 - Luas Lahan (Ha) 1.002 973 808 776 518 4 provinsi: Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Maluku Utara
- Produksi (Ton) 41.107 41.760 42.401 43.021 43.627
Talas 14 provinsi: Papua Barat, Papua, Maluku, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara,
6 - Luas Lahan (Ha) 532 585 594 603 611 NTT, Bali, Kalimantan Barat, NTB, Maluku Utara, Kalimantan Tengah, Jawa
- Produksi (Ton) 5.320 5.848 5.939 6.028 6.111 Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah
40
Tabel 5.2. Matriks Rencana Aksi 2020-2024 Kementerian Pertanian
Target
No. Komoditas Lokasi
2020 2021 2022 2023 2024
Ubi Kayu 17 provinsi: Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Sumatera
- Luas Lahan (Ha) - 5.100 4.850 5.000 4.650 Selatan, Bengkulu, Lampung, Bangka Belitung, Jawa Barat, DIY,
1 Banten, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan,
- Produksi (Ton) - 48.297 45.930 47.350 44.036 Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Jawa Tengah
Jagung
7 provinsi: NTT, Gorontalo, Jawa Timur, NTB, Sulawesi Tengah, Bali,
2 - Luas Lahan (Ha) 4.000 4.087 4.176 4.267 4.360 Lampung
- Produksi (Ton) 16.920 17.289 17.666 18.051 18.444
Sagu
7 provinsi: Kepulauan Riau, Riau, Sulawesi Tenggara, Sulawesi
3 - Luas Lahan (Ha) 400 1.000 1.500 2.000 2.500 Selatan, Maluku, Papua, Papua Barat
- Produksi (Ton) 1.440 3.600 5.400 7.200 9.000
Kentang
4 - Luas Lahan (Ha) 25.535 26.038 26.395 26.833 27.356 4 provinsi: Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Jawa Barat
- Produksi (Ton) 530.599 540.691 548.040 557.081 567.882
Pisang
4 provinsi: Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Maluku
5 - Luas Lahan (Ha) 1.830 1.960 2.100 2.240 2.390
Utara
- Produksi (Ton) 128.010 136.970 146.650 156.810 167.780
Talas 14 provinsi: Papua Barat, Papua, Maluku, Sulawesi Tengah, Sulawesi
6 - Luas Lahan (Ha) 100 500 515 520 530 Utara, NTT, Bali, Kalimantan Barat, NTB, Maluku Utara, Kalimantan
- Produksi (Ton) 1.000 5.000 5.150 5.200 5.300 Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah
Keterangan: Produksi kentang dan pisang merupakan produksi di lokasi target
41 41
Tabel 5.3. Matriks Dukungan Kegiatan Eselon I Lingkup Kementerian Pertanian
A. Ditjen Tanaman Pangan
Program/Kegiatan
No ESELON 1
2020 2021 2022 2023 2024
1 Ditjen A. Penyediaan Penyediaan tambahan Penyediaan Penyediaantambahan Penyediaan saprodi
Tanaman tambahan saprodi saprodi dan tambahan saprodi saprodi dan dan pendampingan
Pangan dan pendampingan pendampingan untuk dan pendampingan pendampingan untuk untuk meningkatan
untuk meningkatan meningkatan produksi untuk meningkatan meningkatan produksi produksi dari tahun
produksi dari dari tahun produksi dari tahun dari tahun sebelumnya
tahun sebelumnya sebelumnya sebelumnya sebelumnya 1. Ubi kayu :
1. Ubi kayu : 1. Ubi kayu : 1. Ubi kayu : 1. Ubi kayu : intensifikasi dan
intensifikasi di intensifikasi di intensifikasi dan intensifikasi dan ekstensifikasi di
lahan 5.436 Ha, lahan 5.043 Ha, ekstensifikasi di ekstensifikasi di lahan 4.619 Ha,
hasil 52.683 ton. hasil 53.165 ton lahan 4.816 Ha, lahan 4.956 Ha, hasil 54.708 ton
2. Jagung : 2. Jagung : hasil 53.108 ton hasil 54.835 ton 2. Jagung :
intensifikasi di intensifikasi di 2. Jagung : 2. Jagung : intensifikasi di
lahan 2.436 Ha, lahan 2.489 Ha, intensifikasi di intensifikasi di lahan 2.539 Ha,
hasil 10.310 ton hasil 10.455 ton lahan 2.497 Ha, lahan 2.535 Ha, hasil 10.624 ton
3. Talas : ektensifikasi 3. Talas : hasil 10.469 ton hasil 10.630 ton 3. Talas :
di lahan 532 Ha, ektensifikasi di 3. Talas : 3. Talas : ektensifikasi di
hasil 5.320 ton lahan 585 Ha, ektensifikasi di ektensifikasi di lahan 532 Ha,
hasil 5.848 ton lahan 594 Ha, lahan 603 Ha, hasil 5.320 ton
B. Penyediaan alat hasil 5.939 ton hasil 6.029 ton
pasca panen, B. Penyediaan alat B. Penyediaan alat B. Penyediaan alat
pengolahan dan pasca panen, B. Penyediaan alat pasca panen, pasca panen,
penyimpanan/cold pengolahan dan pasca panen, pengolahan dan pengolahan dan
storage untuk Ubi penyimpanan/cold pengolahan dan penyimpanan/cold penyimpanan/cold
kayu, jagung dan storage untuk Ubi penyimpanan/cold storage untuk Ubi storage untuk Ubi
talas. kayu, jagung dan storage untuk Ubi kayu, jagung dan kayu, jagung dan
talas. kayu, jagung dan talas. talas.
talas.
42
B. Ditjen Hortikultura
Program/Kegiatan
No ESELON 1
2020 2021 2022 2023 2024
2 Ditjen A. Penyediaan A. Penyediaan A. Penyediaan A. Penyediaan A. Penyediaan
Hotikultura tambahan saprodi tambahan saprodi tambahan saprodi tambahan saprodi tambahan saprodi
dan pendampingan dan dan dan dan
untuk meningkatan pendampingan pendampingan pendampingan pendampingan
produksi dari untuk untuk untuk untuk
tahun sebelumnya meningkatan meningkatan meningkatan meningkatan
1. Kentang : produksi dari produksi dari produksi dari produksi dari
intensifikasi di tahun tahun tahun tahun
lahan 3.105 Ha, sebelumnya sebelumnya sebelumnya sebelumnya
hasil 46.066 ton 1. Kentang : 1. Kentang : 1. Kentang : 1. Kentang :
2. Pisang : intensifikasi di intensifikasi di intensifikasi di intensifikasi di
intensifikasi di lahan 3.157 Ha, lahan 3.210 Ha, lahan 3.261 Ha, lahan 3.311 Ha,
lahan 1.002 Ha, hasil 46.847 ton hasil 47.633 ton hasil 48.320 ton hasil 49.311 ton
hasil 41.107 ton 2. Pisang : 2. Pisang : 2. Pisang : 2. Pisang :
intensifikasi dan intensifikasi di intensifikasi di intensifikasi di
ekstensifikasi di lahan 809 Ha, lahan 776 Ha, lahan 518 Ha,
lahan 972 Ha, hasil 42.401 ton hasil 43.021 ton hasil 43.627 ton
hasil 41.760 ton B. Penyediaan alat
B. Penyediaan alat B. Penyediaan alat pasca panen,
B. Penyediaan alat pasca panen, B. Penyediaan alat pasca panen, pengolahan dan
pasca panen, pengolahan dan pasca panen, pengolahan dan penyimpanan/col
pengolahan dan penyimpanan/col pengolahan dan penyimpanan/col d storage
penyimpanan/cold d storage penyimpanan/col d storage untukkentang dan
storage untuk untukkentang dan d storage untukkentang dan pisang
kentang dan pisang untukkentang dan pisang
pisang pisang
43 43
C. Ditjen Perkebunan
Program/Kegiatan
No ESELON 1
2020 2021 2022 2023 2024
3 Ditjen A. Penyediaan A. Penyediaan A. Penyediaan A. Penyediaan A. Penyediaan
Perkebunan tambahan saprodi tambahan saprodi tambahan saprodi tambahan saprodi tambahan saprodi
dan pendampingan dan dan dan dan
untuk meningkatan pendampingan pendampingan pendampingan pendampingan
produksi dari untuk untuk untuk untuk
tahun sebelumnya meningkatan meningkatan meningkatan meningkatan
1. Sagu : intensifikasi produksi dari produksi dari produksi dari produksi dari
di lahan 3.928 Ha, tahun tahun tahun tahun
hasil 14.830 ton sebelumnya sebelumnya sebelumnya sebelumnya
1. Sagu : intensifikasi 1. Sagu : intensifikasi 1. Sagu : 1. Sagu :
B. Penyediaan alat dan ekstensifikasi dan ekstensifikasi intensifikasi di intensifikasi di
pasca panen, di lahan 4.033 Ha, di lahan 4.139 Ha, lahan 4.243 Ha, lahan 428 Ha,
pengolahan dan hasil 15.230 ton hasil 15.632 ton hasil 16.031 ton hasil 16.422 ton
penyimpanan
untuk sagu B. Penyediaan alat B. Penyediaan alat B. Penyediaan alat B. Penyediaan alat
pasca panen, pasca panen, pasca panen, pasca panen,
pengolahan dan pengolahan dan pengolahan dan pengolahan dan
penyimpanan penyimpanan penyimpanan penyimpanan
untuk sagu untuk sagu untuk sagu untuk sagu
44
D. Ditjen PSP
Program/Kegiatan
No ESELON 1
2020 2021 2022 2023 2024
4 Ditjen PSP 1. Penyediaan alsintan 1. Penyediaan 1. Penyediaan 1. Penyediaan 1. Penyediaan
2. Penyediaan pupuk alsintan alsintan alsintan alsintan
3. Kemudahan akses 2. Penyediaan pupuk 2. Penyediaan pupuk 2. Penyediaan 2. Penyediaan pupuk
pada KUR 3. Kemudahan akses 3. Kemudahan akses pupuk 3. Kemudahan akses
pada KUR pada KUR 3. Kemudahan pada KUR
akses pada KUR
45 45
F. Badan PMPSDMP
Program/Kegiatan
No ESELON 1
2020 2021 2022 2023 2024
6 BPPSDMP 1. Pendampingan 1. Pendampingan 1. Pendampingan 1. Pendampingan 1. Pendampingan
dan pelatihan dan pelatihan dan pelatihan dan pelatihan dan pelatihan
budidaya, pasca budidaya, pasca budidaya, pasca budidaya, pasca budidaya, pasca
panen dan panen dan panen dan panen dan panen dan
pengolahan pengolahan pengolahan pengolahan pengolahan
2. Edukasi dan 2. Edukasi dan 2. Edukasi dan 2. Edukasi dan 2. Edukasi dan
promosi promosi promosi promosi promosi
pemanfaatan pemanfaatan pemanfaatan pemanfaatan pemanfaatan
pangan lokal pangan lokal pangan lokal pangan lokal pangan lokal
46
Tabel 5.4. Matriks Dukungan Kegiatan Dari Kementerian/Lembaga Lain
No Kementerian/Lembaga Program/Kegiatan
1 Kementerian Kesehatan - Edukasi kesehatan konsumsi pangan lokal melalui posyandu oleh kader
desa
- Promosi konsumsi pangan lokal
2 Kementerian UKM dan Koperasi - Pendampingan Pengembangan UMKM
- Fasilitasi Pengembangan Olahan Pangan Lokal dan Perijinan
- Dukungan dan Fasilitasi Pemasaran
- Pelatihan-Pelatihan
47 47
Tabel 5.5. Matriks Dukungan Kegiatan Dari BUMN, Swasta dan NGO
No Kementerian/Lembaga Program/Kegiatan
BUMN dan Swasta
48
VI. PEMBIAYAAN
49