KEMENTERIAN PERTANIAN
REPUBLIK INDONESIA
2017
MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA
KATA PENGANTAR
PENGANTAR.......................................................................................... i
DAFTAR IS I............................................................................................. ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang........................................................................................ 1
Maksud dan T ujuan................................................................................. 1
Landasan Strategis................................................................................. 2
PENUTUP 16
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Saat ini jumlah penduduk dunia tercatat sudah lebih dari 7 miliar
orang. Jumlah tersebut diperkirakan menjadi dua kali lipat pada tahun 2050.
Hal ini merefleksikan bahwa tantangan pangan global semakin berat dan
kompleks. Kondisi seperti ini telah menimbulkan kekuatiran dari banyak pihak
akan terjadinya ketidakseimbangan pangan global jika persoalan pangan
tidak ditangani dengan baik dari sekarang. Bahkan diperkirakan dari 12,3
milyar penduduk dunia pada tahun 2043, sekitar 9,8 milyar yang tinggal di luar
wilayah equator berpotensi akan menghadapi kekurangan pangan dan
energi.
Landasan Strategis
2
TANTANGAN DAN PELUANG
Pada tataran global saat ini, isu-isu pertanian tidak lagi terbatas pada
lingkup nasional, tetapi sangat terkait dengan isu-isu global, seperti krisis
pangan, energi, air, ancaman pandemik global, tantangan perubahan iklim.
Hal ini merefleksikan bahwa kondisi pangan dan pertanian global di masa
depan penuh dengan ketidakpastian. Paling tidak terdapat tiga tren tantangan
dalam pembangunan pertanian yang perlu diantisipasi diantaranya;
pertumbuhan dan pergeseran permintaan pangan (growing and shifting food
demand), keterbatasan sumberdaya alam (constraints upon natural
resources), dan ketidakpastian produktivitas pertanian akibat perubahan
iklim. Berikut secara ringkas tantangan pertanian global yang dihadapi baik
saat ini maupun ke depan.
Keterbatasan Sumberdaya
Secara global perluasan lahan pertanian melambat dan cenderung
sebagian terbatas. Penggunaan lahan (land use) pertanian global pada 2008-
2012 hanya meningkat sekitar 10% atau 440 juta ha dibandingkan dengan
penggunaan lahan pertanian selama periode 1961-1965. Peningkatan luas
lahan ini umumnya terjadi sebelum pertengahan 1990-an. Lambatnya
perluasan areal pertanian karena adanya sejumlah tantangan ekonomi dan
lingkungan seperti degradasi lahan, salinisasi, erosi dan faktor-faktor lain
yang sering dikaitkan dengan produksi pertanian. Selain itu, terjadinya
3
perubahan penggunaan lahan dan konversi lahan untuk penggunaan lainnya
juga menjadi pendorong hilangnya keanekaragaman hayati, meningkatnya
polusi, dan eksploitasi sumberdaya alam secara berlebihan. Demikian halnya
dengan kebutuhan air secara global juga telah meningkat sekitar dua kali lebih
cepat dari total populasi. Air mungkin melimpah dalam skala global, namun di
sebagian besar negara menghadapi kekurangan air yang semakin parah
selama musim kemarau.
4
hayati yang didukung dengan sebaran kondisi geografis, berupa dataran
rendah dan tinggi serta limpahan sinar matahari, intensitas curah hujan yang
hampir merata sepanjang tahun di sebagian wilayah Indonesia, serta
keanekaragaman jenis tanah memungkinkan dibudidayakannya aneka jenis
tanaman dan ternak asli daerah tropis maupun komoditas introduksi dari
daerah subtropis secara merata sepanjang tahun di Indonesia.
Lahan Pertanian
Indonesia memiliki potensi ketersediaan lahan yang cukup besar dan
belum dimanfaatkan secara optimal. Sebagian lahan tersebut merupakan
lahan sub optimal seperti lahan kering, rawa pasang surut, dan rawa lebak
yang produktivitasnya relatif rendah. Berbagai kendala di lahan sub optimal
seperti kekurangan dan/atau kelebihan air, tingginya kemasaman tanah dan
salinitas, keracunan dan kahat unsur hara. Namun apabila keberadaan lahan
sub optimal dapat direkayasa dengan penerapan inovasi teknologi budidaya
dan dukungan infrastruktur yang memadai, maka lahan tersebut dapat
dirubah menjadi lahan-lahan produktif.
Inovasi Teknologi
Saat ini sudah cukup banyak tersedia paket teknologi tepat guna yang
dapat dimanfaatkan oleh petani untuk meningkatkan produktifitas, kualitas
dan kapasitas produksi aneka produk pertanian. Berbagai varietas, klon dan
bangsa ternak berdaya produksi tinggi; berbagai teknologi produksi pupuk
dan produk bio; alat dan mesin pertanian; bioteknologi; nanoteknologi; serta
aneka teknologi budidaya, pasca panen dan pengolahan hasil pertanian
5
sudah cukup banyak dihasilkan Badan Litbang Pertanian, Perguruan Tinggi,
dan lembaga penelitian lainnya maupun yang dihasilkan oleh masyarakat
petani. Namun demikian aneka paket teknologi ini masih belum sepenuhnya
dapat diadopsi oleh masyarakat petani, karena berbagai keterbatasan yang
dihadapi dan dimiliki petani seperti: proses diseminasi, permodalan,
kelembagaan, skala usaha, serta keterampilan yang terbatas untuk
menerapkan teknologi.
6
ARAHAN PETA JALAN PENGEMBANGAN
KOMODITAS PERTANIAN STRATEGIS
7
Gambar 3.1. Target waktu swasembada komoditas pangan strategis
8
Skenario Lumbung Pangan Dunia
Program Lumbung Pangan Dunia tidak hanya ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri (swasembada pangan), tetapi
ditujukan juga untuk memperkuat daya saing dan ekspor pangan nasional
sehingga mampu memanfaatkan peluang ekspor pangan global secara
berkelanjutan. Skenario menuju lumbung pangan dunia terlihat pada Gambar
3.3. Tiap tahapan membutuhkan ''political w iir dan ''political action'' yang
serius termasuk dukungan infrastruktur dan inovasi teknologi yang terus
dikembangkan.
7
Gambar 3.3. Skenario pengembangan komoditas pangan strategis menuju
Lumbung Pangan Dunia
NETWORKING
INTERNATIONAL-
STANDAR
RANTAI PASOK MARKET
INFORMASI INTELEJEN
BUFFER STOCK DIPLOMASI
INOVASI LOGISTIK
TEKNOLOGI
MEKANISASI
HILIRISASI SISTEM
SDM PENDUKUNG
KELEMBAGAAN (Infrastruktur.
Kebijakan.
investasi)
1. Padi
Strategi pencapaian swasembada dan ekspor untuk komoditi
padi/beras menuju lumbung pangan dunia dibagi menjadi 6 (enam) tahapan
yaitu : (1) pembenahan sistem produksi; (2) penguatan sistem produksi; (3)
penguatan daya saing; (4) pemantapan pasar luar negeri; (5) perluasan
pasar luar negeri; dan (6) perluasan sistem produksi. Strategi untuk masing-
masing tahapan terlihat pada Gambar 3.5.
10
Pembenahan Sistem
Produksi
1. Regulasi
Penguasaan Pasar
2. Infrastruktur
Luar Negeri
3. Alsintan
4. Budidaya Penguatan Daya Saing 1. Promosi LN
5. Pasca panen 2. Mempertahankan
6. Tata Niaga 1. Efisiensi Daya Saing
7. Ekspor
1. Regulasi Harga
2. Ekstensifikasi
3. Inovasi IPTEK
1. Rantai Pasok 1. Daya saing
4. Integrasi Ekspansi
2. Kapasitas SDM produk
5. Kemitraan Produksi
3. Kelembagaan 2. Promosi LN
G PM T
11
3. Kedelai
Dengan memperhatikan kondisi existing, keunggulan dan
kekurangan serta potensi lahan yang ada, maka pengembangan kedelai ke
depan diarahkan untuk meningkatkan produksi secara bertahap sehingga
mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri dan pasar ekspor. Strategi
dalam pencapaian swasembada dan ekspor komoditi kedelai dilakukan
dengan tahapan, yaitu : (1) pengendalian impor; (2) pencapaian
swasembada; (3) stabilisasi produksi dan mutu pengamanan stock; (3)
pengembangan industri olahan; dan (4) ekspor produk olahan. Strategi dari
masing-masing tahapan terlihat pada Gambar 3.7.
Pengendalian
Impor
4. Bawang Merah
12
Pasokan dan Harga Swasembada dan Swasembada dan Eksportir Utama
Stabil Daya Saing Ekspor ASEAN
1. Penerapan 1. Fasilitasi
Manajemen Pola Gudang Logistik
Tanam 2. Pengembangan Pelaksanaan
2. Intensifikasi dan Varietas Kebijakan dan
Ekstensifikasi Preferensi Program Aksi
3. Inovasi Teknolog» Ekspor
4. Kelembagaan 3. Penguatan
5. Rantai Pasok dan Sistem Logistik
Distribusi
6. Regulasi
r— —i r- -i
2 016-2019 wm 2020 2024 i k j 202& 2034 2035-2045 wm
1 Pola Tanam
2. Intensifikasi &
Ekstensifikasi E kspansi produksi
3. inovasi
Teknologi &
Alsin
4. Rantai Pasok
dan Distribusi
5. Kebijakan Harga
6. Kelembagaan
7. Kapasita SDM
2035-2045
13
6. Bawang Putih
Potensi pengembangan komoditi bawang putih perlu terus dilakukan
terkait dengan kebutuhan konsumsi bawang putih yang terus meningkat
seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Namun, peningkatan ini belum
mampu diimbangi dengan peningkatan produksi. Karena itu, strategi
pencapaian swasembada dan ekspor komoditi bawang putih dilakukan
dengan tahapan, yaitu : (1) pengembangan sentra dan pengaturan impor; (2)
pengembangan kawasan; (3) pemantapan kawasan; dan (4) swasembada.
Strategi dari masing-masing tahapan terlihat pada Gambar 3.10.
2020-2024 2025-2034
7. Tebu
14
itu, strategi yang akan dilakukan untuk mencapai swasembada dan ekspor
komoditas gula seperti terlihat pada Gambar 3.11.
8. Daging Sapi
15
Gambar 3.12. Strategi pencapaian swasembada dan ekspor komoditas
daging sapi
16
TAHUN 2016-2017
LAHAN YANG TEREALISASI UNTUK
REVISI KEBIJAKAN :
PETERNAKAN SAPI : 3,5 juta ha.
- Permen LHK P50/2016,
1. Lahan Sawit: 1,5 juta Ha.
- PP 33/2014 Tentang Jenis dan Tarif Atas
- Tem ak: 1,5 juta ekor
Jenis PN BP sewa lahan
2. Padang Penggembalaan : 0,5 juta ha
- Permen Keuangan 176/PMK.011/2009
- Tem ak: 500 ribu Ekor
Tentang Pembebasan Bea Masuk
3. Silvo-Pastura : 0,7 juta ha
- Pergub yang mewajibkan perkebunan
- Temak: 700 ribu Ekor
sawit diintegrasikan dengan sapi.
4. Lahan eks tambang : 0,8 juta ha
- Ternak : 500 ribu ekor
17
(aktor-aktor pertanian, pelaku industri pengolahan pangan, dan
konsumen), serta meningkatkan koneksi ke pasar internasional.
Peta jalan ini, bukan suatu peta jalan yang beranjak dari titik awal,
tetapi lanjutan dari state o f the art atau status pembangunan pertanian yang
telah dicapai sampai dengan tahun 2016. Hasil pembangunan pertanian
tahun 2016 digunakan sebagai awal (baseline) peta jalan pengembangan
komoditas pertanian strategis menuju lumbung pangan dunia 2045. Selain itu,
setiap tahapan (phase/milestone) peta jalan mempunyai keterkaitan yang
progresif antara satu tahap dengan tahap sebelumnya, atau merupakan
prasyarat bagi tahapan berikutnya.
Mengingat peta jalan ini bersifat makro, detail program dan kegiatan
akan dijabarkan lebih lanjut untuk tiap komoditas lingkup Kementerian
Pertanian. Penjabaran program dan kegiatan tersebut memerlukan
terobosan, yang tidak seluruhnya berada dalam kendali Kementerian
Pertanian. Untuk itu, diperlukan adanya komitmen dan dukungan
perundangan/peraturan pemerintah yang memayungi peta jalan ini sehingga
dapat dijadikan dasar pijakan dan arahan bagi para pihak untuk
melaksanakan berbagai program dan kegiatan guna mendukung upaya
mewujudkan Indonesia sebagai Lumbung Pangan Dunia 2045.
19
KEMENTERIAN PERTANIAN
REPUBLIK INDONESIA
2017