Anda di halaman 1dari 23

Ringkasan Eksekutif

PETA JALAN (ROADMAP) PENGEMBANGAN


KOMODITAS PERTANIAN STRATEGIS
MENUJU INDONESIA SEBAGAI
LUMBUNG PANGAN DUNIA 2045

KEMENTERIAN PERTANIAN
REPUBLIK INDONESIA
2017
MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA
KATA PENGANTAR

H E js Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih


atas segala berkah dan karunia-Nya, sehingga kita dapat
melaksanakan penyusunan “Peta Jalan (Roadmap)
^ Pengembangan Komoditas Pertanian Strategis Menuju
■ Indonesia sebagai Lumbung Pangan Dunia 2045”. Peta jalan
ini disusun sebagai bahan dasar dalam penyusunan kebijakan strategis untuk
pelaksanaan program pertanian jangka panjang menuju Lumbung Pangan
Dunia. Peta jalan ini hendaknya dapat dijadikan acuan bagi Unit Kerja lingkup
Kementerian Pertanian dalam merencanakan dan melaksanakan
pembangunan pertanian secara menyeluruh, terintegrasi, dan sinergis, baik
di dalam maupun antar sektor terkait.

Sebagai suatu rencana yang bersifat makro, diperlukan penjabaran


ke dalam kegiatan pengembangan pertanian yang lebih operasional tetapi
tetap mengarah kepada tujuan akhir seperti yang ditetapkan pada peta jalan
ini. Buku ini diharapkan memiliki makna strategis, bukan saja untuk internal
Kementerian Pertanian, melainkan bagi Kementerian dan lembaga/institusi
terkit lainnya yang menyelenggarakan pembangunan guna mendukung
pembangunan pertanian nasional.

Kami sampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya


kepada para pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan peta jalan ini.
Semoga dokumen ini bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi para
pihak yang menangani pembangunan pertanian.

Jakarta, November 2016


MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

ANDI AMRAN SULAIMAN


DAFTAR ISI

PENGANTAR.......................................................................................... i
DAFTAR IS I............................................................................................. ii

PENDAHULUAN
Latar Belakang........................................................................................ 1
Maksud dan T ujuan................................................................................. 1
Landasan Strategis................................................................................. 2

TANTANGAN DAN PELUANG SEKTOR PERTANIAN


Tren Tantangan Pertanian G lobal......................................................... 3
Peluang Menuju Lumbung Pangan D unia............................................ 4

ARAHAN PETA JALAN PENGEMBANGAN KOMODITAS


PERTANIAN STRATEGIS
Konsep Dasar Lumbung Pangan D unia............................................... 6
Target Swasembada dan Ekspor........................................................... 6
Skenario Lumbung Pangan D unia........................................................ 7
Strategi Pencapaian Swasembada dan E kspor................................... 8
Dukungan Sarana dan Kebijakan......................................................... 14

PENUTUP 16
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Saat ini jumlah penduduk dunia tercatat sudah lebih dari 7 miliar
orang. Jumlah tersebut diperkirakan menjadi dua kali lipat pada tahun 2050.
Hal ini merefleksikan bahwa tantangan pangan global semakin berat dan
kompleks. Kondisi seperti ini telah menimbulkan kekuatiran dari banyak pihak
akan terjadinya ketidakseimbangan pangan global jika persoalan pangan
tidak ditangani dengan baik dari sekarang. Bahkan diperkirakan dari 12,3
milyar penduduk dunia pada tahun 2043, sekitar 9,8 milyar yang tinggal di luar
wilayah equator berpotensi akan menghadapi kekurangan pangan dan
energi.

Persoalan pangan ke depan akan menjadi isu strategis dan perhatian


setiap negara di dunia. Menyikapi tantangan pangan global, Pemerintahan
Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kala telah menyiapkan
langkah-langkah strategis yang diterjemahkan dalam bentuk “Peta Jalan
(Roadmap) Pengembangan Komoditas Pertanian Strategis Menuju
Indonesia sebagai Lumbung Pangan Dunia 2045". Peta Jalan yang
disusun merupakan salah satu dokumen perencanaan jangka panjang yang
dapat dijadikan sebagai acuan dalam merencanakan dan melaksanakan
pembangunan pertanian secara menyeluruh, terintegrasi, dan sinergis guna
mendukung percepatan pencapaian pertanian Indonesia menuju Lumbung
Pangan Dunia.

Peta Jalan ini juga disusun berdasarkan analisis atas potensi,


peluang, tantangan dan permasalahan, termasuk isu strategis yang akan
dihadapi pembangunan pertanian kurun waktu 25-30 tahun ke depan. Peta
jalan yang disajikan berikut ini merupakan ringkasan dari Peta jalan
pengembangan 8 (delapan) komoditas pertanian strategis (padi, jagung,
kedelai, bawang merah, bawang putih, cabai, tebu, dan daging sapi) yang
telah disusun secara terstruktur dan komprehensif.

Maksud dan Tujuan


"Peta Jalan (Roadmap) Pengembangan Komoditas Pertanian
Strategis Menuju Indonesia sebagai Lumbung Pangan Dunia 2045”
disusun dengan maksud memberi strategi, pedoman dan arah program
percepatan pencapaian pembangunan pertanian Indonesia menuju Lumbung
Pangan Dunia bagi Kementerian Pertanian serta para pihak terkait yang
menangani pembangunan pertanian dalam rangka mencapai tujuan bersama
(common goal); sedangkan tujuannya adalah menyusun tahapan
pelaksanaan untuk mewujudkan pembangunan pertanian jangka panjang
yang efektif, efisien, dan menghasilkan manfaat yang optimal.

Landasan Strategis

Peta Jalan Komoditas Pertanian Strategis Menuju Indonesia


sebagai Lumbung Pangan Dunia 2045 merupakan rencana program
pengembangan komoditas pertanian strategis secara makro, berjangka-
panjang, dan menyeluruh yang memuat tujuan akhir (ultimate goal), tujuan
antara (intermediate goals/milestones) serta garis besar aktivitas pertanian
yang akan dilakukan beserta tahapannya, yang pelaksanaannya akan
melibatkan berbagai pihak terkait, baik di Kementerian Pertanian maupun di
luar Kementerian Pertanian.
Penyusunan peta jalan ini mengacu kepada: (1) Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;
(2) Rencana Pembangunan Pertanian Jangka Panjang Nasional (RPJPN)
2005-2025; (3) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) Tahun 2015-2019; (4) Strategi Induk Pembangunan Pertanian
(SIPP) 2015-2045; dan (5) Renstra Kementerian Pertanian Tahun 2015-2019.

2
TANTANGAN DAN PELUANG

Tren Tantangan Pertanian Global

Pada tataran global saat ini, isu-isu pertanian tidak lagi terbatas pada
lingkup nasional, tetapi sangat terkait dengan isu-isu global, seperti krisis
pangan, energi, air, ancaman pandemik global, tantangan perubahan iklim.
Hal ini merefleksikan bahwa kondisi pangan dan pertanian global di masa
depan penuh dengan ketidakpastian. Paling tidak terdapat tiga tren tantangan
dalam pembangunan pertanian yang perlu diantisipasi diantaranya;
pertumbuhan dan pergeseran permintaan pangan (growing and shifting food
demand), keterbatasan sumberdaya alam (constraints upon natural
resources), dan ketidakpastian produktivitas pertanian akibat perubahan
iklim. Berikut secara ringkas tantangan pertanian global yang dihadapi baik
saat ini maupun ke depan.

Pertumbuhan dan Pergeseran Permintaan Pangan


Permintaan untuk hasil pertanian akan terus meningkat karena
didorong oleh pertumbuhan penduduk dan meningkatnya pendapatan.
Mayoritas pertumbuhan penduduk terjadi di negara-negara berkembang,
yaitu sekitar 2,5% atau 25 juta orang per tahun. Selain itu, pendapatan per
kapita global diperkirakan akan terus meningkat. Hal ini akan berimplikasi
pada pergeseran pola konsumsi global, yaitu tidak hanya mengonsumsi
protein hewani dan gula, tetapi juga buah-buahan dan sayuran. Hal ini
selanjutnya akan meningkatkan permintaan untuk lahan dan sumberdaya
lainnya yang diperlukan untuk produksi pertanian.

Keterbatasan Sumberdaya
Secara global perluasan lahan pertanian melambat dan cenderung
sebagian terbatas. Penggunaan lahan (land use) pertanian global pada 2008-
2012 hanya meningkat sekitar 10% atau 440 juta ha dibandingkan dengan
penggunaan lahan pertanian selama periode 1961-1965. Peningkatan luas
lahan ini umumnya terjadi sebelum pertengahan 1990-an. Lambatnya
perluasan areal pertanian karena adanya sejumlah tantangan ekonomi dan
lingkungan seperti degradasi lahan, salinisasi, erosi dan faktor-faktor lain
yang sering dikaitkan dengan produksi pertanian. Selain itu, terjadinya

3
perubahan penggunaan lahan dan konversi lahan untuk penggunaan lainnya
juga menjadi pendorong hilangnya keanekaragaman hayati, meningkatnya
polusi, dan eksploitasi sumberdaya alam secara berlebihan. Demikian halnya
dengan kebutuhan air secara global juga telah meningkat sekitar dua kali lebih
cepat dari total populasi. Air mungkin melimpah dalam skala global, namun di
sebagian besar negara menghadapi kekurangan air yang semakin parah
selama musim kemarau.

Ketidakpastian Produktivitas Pertanian

Konsentrasi gas rumah kaca (GRK) secara global di atmosfer telah


meningkat secara substansial selama 200 tahun terakhir, dengan akselerasi
yang signifikan sejak 1950-an. Sebagai hasil dari peningkatan konsentrasi
gas rumah kaca, suhu permukaan bumi terus meningkat. Pemanasan global
yang diiringi oleh perubahan iklim telah menjadi isu internasional karena
dampak yang ditimbulkannya dapat mengancam berbagai aspek kehidupan.
Perubahan pola hujan, misalnya, telah meningkatkan frekuensi dan intensitas
banjir dan kekeringan, sementara naiknya permukaan laut telah
menyebabkan semakin luasnya lahan yang terpengaruh oleh salinitas atau
kegaraman di wilayah pesisir. Hal ini akan berimplikasi pada ketidakpastian
terhadap produktivitas pertanian.

Perubahan-perubahan daya dukung sumberdaya tersebut menuntut


adanya tindakan-tindakan alternatif. Hal ini dapat dilakukan melalui
pemanfaatan sumberdaya yang berkesesuaian dan berkelanjutan, termasuk
perhatian terhadap transformasi ekonomi sumberdaya energi fosil ke
bioenergi. Selain itu, tindakan efisiensi dan konservasi pemanfaatan
sumberdaya lahan dan air, peningkatan kapasitas adaptasi dan mitigasi
terhadap perubahan iklim global, serta penerapan pertanian ekologis juga
diperlukan.

Peluang Menuju Indonesia sebagai Lumbung Pangan Dunia 2045

Keanekaragaman Hayati dan Agroekosistem


Indonesia memiliki potensi sumberdaya alam yang melimpah (mega
biodiversity), termasuk plasma nutfah. Biodiversity darat Indonesia
merupakan terbesar nomor dua di dunia setelah Brazil, sedangkan bila
termasuk kelautan maka Indonesia nomor satu dunia. Keanekaragaman

4
hayati yang didukung dengan sebaran kondisi geografis, berupa dataran
rendah dan tinggi serta limpahan sinar matahari, intensitas curah hujan yang
hampir merata sepanjang tahun di sebagian wilayah Indonesia, serta
keanekaragaman jenis tanah memungkinkan dibudidayakannya aneka jenis
tanaman dan ternak asli daerah tropis maupun komoditas introduksi dari
daerah subtropis secara merata sepanjang tahun di Indonesia.

Lahan Pertanian
Indonesia memiliki potensi ketersediaan lahan yang cukup besar dan
belum dimanfaatkan secara optimal. Sebagian lahan tersebut merupakan
lahan sub optimal seperti lahan kering, rawa pasang surut, dan rawa lebak
yang produktivitasnya relatif rendah. Berbagai kendala di lahan sub optimal
seperti kekurangan dan/atau kelebihan air, tingginya kemasaman tanah dan
salinitas, keracunan dan kahat unsur hara. Namun apabila keberadaan lahan
sub optimal dapat direkayasa dengan penerapan inovasi teknologi budidaya
dan dukungan infrastruktur yang memadai, maka lahan tersebut dapat
dirubah menjadi lahan-lahan produktif.

Tenaga Kerja Pertanian


Tingginya jumlah penduduk yang sebagian besar berada di pedesaan
dan memiliki kultur budaya kerja keras, sesungguhnya merupakan potensi
tenaga kerja untuk mendukung pengembangan pertanian. Hingga saat ini
lebih dari 43 juta tenaga kerja masih menggantungkan hidupnya dari sektor
pertanian. Apabila keberadaan penduduk yang besar di suatu wilayah dapat
ditingkatkan pengetahuan dan keterampilannya untuk dapat berkerja dan
berusaha di sektor produksi, pengolahan dan pemasaran hasil pertanian,
maka penduduk Indonesia yang ada dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan
kapasitas produksi aneka komoditas bagi pemenuhan kebutuhan pasar
nasional dan dunia.

Inovasi Teknologi
Saat ini sudah cukup banyak tersedia paket teknologi tepat guna yang
dapat dimanfaatkan oleh petani untuk meningkatkan produktifitas, kualitas
dan kapasitas produksi aneka produk pertanian. Berbagai varietas, klon dan
bangsa ternak berdaya produksi tinggi; berbagai teknologi produksi pupuk
dan produk bio; alat dan mesin pertanian; bioteknologi; nanoteknologi; serta
aneka teknologi budidaya, pasca panen dan pengolahan hasil pertanian

5
sudah cukup banyak dihasilkan Badan Litbang Pertanian, Perguruan Tinggi,
dan lembaga penelitian lainnya maupun yang dihasilkan oleh masyarakat
petani. Namun demikian aneka paket teknologi ini masih belum sepenuhnya
dapat diadopsi oleh masyarakat petani, karena berbagai keterbatasan yang
dihadapi dan dimiliki petani seperti: proses diseminasi, permodalan,
kelembagaan, skala usaha, serta keterampilan yang terbatas untuk
menerapkan teknologi.

Pasar domestik dan Internasional


Permintaan untuk hasil pertanian akan terus meningkat karena
didorong oleh pertumbuhan penduduk dan meningkatnya pendapatan.
Disamping itu, sejalan dengan era globalisasi dan pemberlakuan
perdagangan bebas, produk pertanian Indonesia juga berpeluang untuk
dipasarkan ke pasar internasional, baik produk segar maupun olahan. Apabila
peluang pasar dalam dan luar negeri dapat dimanfaatkan dengan berbasis
pada keunggulan komparatif dan kompetitif, maka hal ini akan menjadi pasar
yang sangat besar bagi produk pertanian Indonesia.

6
ARAHAN PETA JALAN PENGEMBANGAN
KOMODITAS PERTANIAN STRATEGIS

Konsep Dasar Lumbung Pangan Dunia


Pada mulanya lumbung pangan lebih dipahami sebagai penyimpan
厂 stoc/c) hasil panen padi saja. Namun saat ini keberadaan konsep
lumbung pangan semakin berkembang seiring dengan dinamika
permasalahan pangan serta berbagai kebijakan yang diimplementasikan.
Dalam konteks penyusunan peta jalan pengembangan komoditas pertanian
strategis, konsep Lumbung Pangan Dunia yang dimaksudkan merupakan
pengembangan dari konsep swasembada dan daya saing pertanian.

Konsep Lumbung Pangan Dunia merefleksikan sebagai upaya


penyediaan pangan melalui peningkatan kapasitas produksi di dalam negeri
untuk memperkuat ketahanan pangan dan daya saing pangan dalam rangka
mencapai kedaulatan pangan. Selain berupaya memenuhi kebutuhan pangan
dalam negeri (swasembada pangan), konsep lumbung pangan dunia juga
ditujukan untuk memperkuat daya saing pangan nasional sehingga mampu
memanfaatkan peluang ekspor pangan ke pasar global.

Pendekatan lumbung pangan dunia tidak hanya berfokus pada self


sufficiency, tetapi juga membangun fondasi penguatan daya saing dan inisiasi
ekspor komoditas pangan utama. Untuk itu, dalam konsep Lumbung Pangan
Dunia akan mengeksplorasi dan menetapkan berbagai pangan unggulan
ekspor dengan mengembangkan paket teknologi inovatifnya. Peningkatan
daya saing juga dilakukan melalui pengembangan hilirisasi sistem komoditas
pertanian strategis yang dilandasi prinsip-prinsip efisiensi dan keberlanjutan
untuk menghasilkan produk pertanian bernilai tinggi (high-value revolution).
Target Swasembada dan Ekspor

Dalam rangka melaksanakan percepatan pencapaian pertanian


Indonesia menuju lumbung pangan dunia seperti yang telah dijelaskan di
atas, maka telah disusun target swasembada dan ekspor hingga tahun 2045.
Dengan seluruh upaya dan sumberdaya, Pemerintah Indonesia berkomitmen
untuk mewujudkan swasembada pangan berkelanjutan untuk memperkuat
ketahanan pangan serta meningkatkan kesejahteraan petani (Gambar 3.1).
Pencapaian swasembada pangan juga disertakan dengan membangun
fondasi penguatan daya saing untuk memanfaatkan pasar ekspor komoditas
pangan strategis di negara-negara ASEAN dan dunia (Gambar 3.2).

7
Gambar 3.1. Target waktu swasembada komoditas pangan strategis

Gambar 3.2. Target waktu ekspor komoditas pangan strategis

8
Skenario Lumbung Pangan Dunia
Program Lumbung Pangan Dunia tidak hanya ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri (swasembada pangan), tetapi
ditujukan juga untuk memperkuat daya saing dan ekspor pangan nasional
sehingga mampu memanfaatkan peluang ekspor pangan global secara
berkelanjutan. Skenario menuju lumbung pangan dunia terlihat pada Gambar
3.3. Tiap tahapan membutuhkan ''political w iir dan ''political action'' yang
serius termasuk dukungan infrastruktur dan inovasi teknologi yang terus
dikembangkan.

7
Gambar 3.3. Skenario pengembangan komoditas pangan strategis menuju
Lumbung Pangan Dunia

Strategi Pencapaian Swasembada dan Ekspor

Indonesia diketahui memiliki beragam jenis komoditas dengan


berbagai keunggulan komparatifnya. Namun, dalam konteks penyusunan
peta jalan ini akan diprioritaskan terlebih dahulu pada 8 (delapan) komoditas
pangan strategis (padi, jagung, kedelai, bawang merah, bawang putih, cabai,
gula, dan daging sapi). Komoditas-komoditas tersebut secara nasional akan
memberikan dampak nyata dan dirasakan hasilnya oleh petani, maupun
masyarakat konsumen. Karena itu, telah dirumuskan 8 (delapan) komoditas
pangan strategis dalam pencapaian swasembada dan ekspor (Gambar 3.4).

NETWORKING
INTERNATIONAL-
STANDAR
RANTAI PASOK MARKET
INFORMASI INTELEJEN
BUFFER STOCK DIPLOMASI
INOVASI LOGISTIK
TEKNOLOGI
MEKANISASI
HILIRISASI SISTEM
SDM PENDUKUNG
KELEMBAGAAN (Infrastruktur.
Kebijakan.
investasi)

Gambar 3.4. Strategi pencapaian swasembada dan ekspor komoditas


pangan strategis menuju Indonesia sebagai Lumbung Pangan
Dunia

1. Padi
Strategi pencapaian swasembada dan ekspor untuk komoditi
padi/beras menuju lumbung pangan dunia dibagi menjadi 6 (enam) tahapan
yaitu : (1) pembenahan sistem produksi; (2) penguatan sistem produksi; (3)
penguatan daya saing; (4) pemantapan pasar luar negeri; (5) perluasan
pasar luar negeri; dan (6) perluasan sistem produksi. Strategi untuk masing-
masing tahapan terlihat pada Gambar 3.5.

10
Pembenahan Sistem
Produksi

1. Regulasi
Penguasaan Pasar
2. Infrastruktur
Luar Negeri
3. Alsintan
4. Budidaya Penguatan Daya Saing 1. Promosi LN
5. Pasca panen 2. Mempertahankan
6. Tata Niaga 1. Efisiensi Daya Saing
7. Ekspor

Penguatan Sistem Pemantapan Pasar Perluasan Sistem


Produksi Luar Negeri Produksi
1. Kelembagaan 1. Promosi LN Ekspansi Produksi
2. Inovasi Teknologi 2. Mempertahankan
3. Rantai Pasok Daya Saing
4. Logistik

Gambar 3.5. Strategi pencapaian swasembada dan ekspor komoditas


Padi/Beras
2. Jagung

Indonesia mempunyai peluang menjadi salah satu negara eksportir


jagung terbesar di dunia, minimal nomor satu di Asia Tenggara karena
Indonesia mempunyai potensi lahan yang luas, iklim mendukung, pilihan
teknologi sesuai spesifik lokasi, tenaga kerja banyak dan mekanisasi yang
sudah berkembang. Dalam upaya mencapai tujuan tersebut, skenario
tahapan pengembangan jagung terbagi menjadi 4 (empat) tahapan periode
dimana setiap periode memiliki strategi yang berbeda (Gambar 3.6).

1. Regulasi Harga
2. Ekstensifikasi
3. Inovasi IPTEK
1. Rantai Pasok 1. Daya saing
4. Integrasi Ekspansi
2. Kapasitas SDM produk
5. Kemitraan Produksi
3. Kelembagaan 2. Promosi LN
G PM T

Gambar 3.6. Strategi pencapaian swasembada dan ekspor komoditas


Jagung

11
3. Kedelai
Dengan memperhatikan kondisi existing, keunggulan dan
kekurangan serta potensi lahan yang ada, maka pengembangan kedelai ke
depan diarahkan untuk meningkatkan produksi secara bertahap sehingga
mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri dan pasar ekspor. Strategi
dalam pencapaian swasembada dan ekspor komoditi kedelai dilakukan
dengan tahapan, yaitu : (1) pengendalian impor; (2) pencapaian
swasembada; (3) stabilisasi produksi dan mutu pengamanan stock; (3)
pengembangan industri olahan; dan (4) ekspor produk olahan. Strategi dari
masing-masing tahapan terlihat pada Gambar 3.7.

Pengendalian
Impor

1. Kelembagaan 1. Ekspansi Produksi


2. inovasi Teknologi 1• Promosi LN
3. Rantai Pasok 2. Mempertahankan
4. Logistik Daya Saing

Gambar 3.7. Strategi pencapaian swasembada dan ekspor komoditas


Kedelai

4. Bawang Merah

Secara bertahap persoalan kontinuitas produksi, distribusi dan daya


saing bawang merah masih perlu ditingkatkan sehingga komoditas tersebut
mampu bersaing baik di pasar domestik maupun pasar internasional. Dalam
upaya mencapai tujuan tersebut, strategi yang akan dilakukan seperti terlihat
pada Gambar 3.8.

12
Pasokan dan Harga Swasembada dan Swasembada dan Eksportir Utama
Stabil Daya Saing Ekspor ASEAN

1. Penerapan 1. Fasilitasi
Manajemen Pola Gudang Logistik
Tanam 2. Pengembangan Pelaksanaan
2. Intensifikasi dan Varietas Kebijakan dan
Ekstensifikasi Preferensi Program Aksi
3. Inovasi Teknolog» Ekspor
4. Kelembagaan 3. Penguatan
5. Rantai Pasok dan Sistem Logistik
Distribusi
6. Regulasi

r— —i r- -i
2 016-2019 wm 2020 2024 i k j 202& 2034 2035-2045 wm

Gambar 3.8. Strategi pencapaian swasembada dan ekspor komoditas


bawang merah

5. Cabai Merah dan Rawit


Pengembangan komoditas cabai merah dan rawit diarahkan untuk :
(1) mencukupi kebutuhan konsumsi dalam negeri, (2) memenuhi kebutuhan
bahan baku industri; (3) substitusi impor; dan (4) mengisi peluang pasar
ekspor. Tahapan pencapaiannya dilakukan melalui strategi seperti terlihat
pada Gambar 3.9.
Stabilisasi, Pasokan Swasembada dan Swasembada dan Eksportir Utama
& Harga Daya Saing Ekspor ASEAN

1 Pola Tanam
2. Intensifikasi &
Ekstensifikasi E kspansi produksi
3. inovasi
Teknologi &
Alsin
4. Rantai Pasok
dan Distribusi
5. Kebijakan Harga
6. Kelembagaan
7. Kapasita SDM

2035-2045

Gambar 3.9. Strategi pencapaian swasembada dan ekspor komoditas cabai


merah dan rawit

13
6. Bawang Putih
Potensi pengembangan komoditi bawang putih perlu terus dilakukan
terkait dengan kebutuhan konsumsi bawang putih yang terus meningkat
seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Namun, peningkatan ini belum
mampu diimbangi dengan peningkatan produksi. Karena itu, strategi
pencapaian swasembada dan ekspor komoditi bawang putih dilakukan
dengan tahapan, yaitu : (1) pengembangan sentra dan pengaturan impor; (2)
pengembangan kawasan; (3) pemantapan kawasan; dan (4) swasembada.
Strategi dari masing-masing tahapan terlihat pada Gambar 3.10.

2020-2024 2025-2034

Pengembangan Sentra Pengembangan Pemantapan Kawasan Swasembada


dan Pengaturan Impor Kawasan

1 Eksisting dan 1. Teknologi 1. Daya saing


Sentra Produksi Perbenihan 2. Rantai pasok
Baru 2. Sistem Jaminan 3. Ekspor
2. Pola Tanam 4. Sub Terminal Mutu
3 Penyediaan Agribisnis 3. Efisiensi produksi
Benih 5. Gudang Benih
4. ALSINTAN 6. Resi Gudang
5. Regulasi Impor 7. Asuransi
6. Kelembagaan Pertanian
7. Second Market 8. Kemitraan
8. Inovasi Teknologi Industri
9. Diplomasi
10. Permodalan
i
Gambar 3.10. swasembada dan ekspor komoditas
bawang putih

7. Tebu

Program peningkatan produksi tebu menjadi suatu kewajiban yang


tak terelakkan untuk menopang pemenuhan kebutuhan yang terus tereskalasi
sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan makin beragamnya
makanan dan minuman masyarakat yang menggunakan gula sebagai unsur
pemanis berkalori. Meskipun sejumlah permasalahan masih menghadang
perkembangan industri gula nasional, namun tidak menyurutkan komitmen
bangsa untuk terus melakukan perbaikan internal sehingga mampu
menjadikan Indonesia sebagai industri gula berbasis tebu terkemuka. Untuk

14
itu, strategi yang akan dilakukan untuk mencapai swasembada dan ekspor
komoditas gula seperti terlihat pada Gambar 3.11.

m 2016-2019 2020-2024 2025-2034 2035-2045

1 Onfarm Onfarm Onfarm 1. Teknologi (riset)


1 Deregulasi lahan . 1 - Lahan Perhutani 1 Pemanfaatan Lahan i 2. PemantapanSDM
2 Lahan Perhutani/ 2 produksi dan 2. Perhutani/lnhutani dan Kelembagaan
Off Farm produkttvitas Area! 3 Peningkaan produksi ( : 3. Pemanfaatan energi
1. Revitalisasi dan PG Existing dan produktivitas ^ listrik dan ethanol
Amalgamasi PG Off Farm . Areal PG Existing i 4. Peningkatan Pasar
BUMN 47PG 27 PG 1. O ptimalisasi 18 PG Off Farm Exspor Industri Hilir
2 Infrastruktur Swasta Existing 1 Infrastruktur i' Berbasis Tebu
(Pelabuhan,Jalan 2. Pembangunan PG ' 2 . Penetrasi ekspor
dan Jembatan) Baru 3. Optimalisasi
3 Pengembangan ' Pemanfaatan Co
Industri Hilir ( Co Generation dan Bio
Generation dan Bio Etanol i
Etanol

Gambar 3.11. Strategi pencapaian swasembada dan ekspor komoditas gula

8. Daging Sapi

Dengan memperhatikan potensi sumberdaya alam, budaya, dan


pengalaman sejarah pengembangan sapi di Indonesia, mengandung
optimisme Indonesia mampu untuk mewujudkan swasembada daging sapi
berkelanjutan, bahkan sangat berpeluang sebagai eksportir sapi di kawasan
Asia Tenggara dan negara lainnya. Untuk itu, strategi yang akan dilakukan
untuk mencapai swasembada dan ekspor daging sapi terlihat seperti pada
Gambar 3.12.

15
Gambar 3.12. Strategi pencapaian swasembada dan ekspor komoditas
daging sapi

Dukungan Sarana dan Kebijakan


Upaya mewujudkan Komoditas Pertanian Strategis Menuju Lumbung
Pangan Dunia 2045 diperlukan adanya dukungan sarana dan kebijakan.
Dibawah ini merupakan dukungan sarana dan kebijakan pemerintah dalam
perspektif mewujudkan pertanian Indonesia sebagai Lumbung Pangan Dunia.

16
TAHUN 2016-2017
LAHAN YANG TEREALISASI UNTUK
REVISI KEBIJAKAN :
PETERNAKAN SAPI : 3,5 juta ha.
- Permen LHK P50/2016,
1. Lahan Sawit: 1,5 juta Ha.
- PP 33/2014 Tentang Jenis dan Tarif Atas
- Tem ak: 1,5 juta ekor
Jenis PN BP sewa lahan
2. Padang Penggembalaan : 0,5 juta ha
- Permen Keuangan 176/PMK.011/2009
- Tem ak: 500 ribu Ekor
Tentang Pembebasan Bea Masuk
3. Silvo-Pastura : 0,7 juta ha
- Pergub yang mewajibkan perkebunan
- Temak: 700 ribu Ekor
sawit diintegrasikan dengan sapi.
4. Lahan eks tambang : 0,8 juta ha
- Ternak : 500 ribu ekor

Pemanfaatan Lahan Perhutani/


Inhutani: 705.000 ha (inti 564.000ha;
plasma 141.000 h a ): HPK, HP, HPT,
APL, HGU, Terlantar

Pengembangan Kawasan Baru


Pengembangan Kawasan Baru
Jagung, Kedelai
Bawang Merah, Cabai, dan Bawang
Tambahan 2 jt ha lahan sawah tutupi
Putih
alih fungsi lahan

Gambar 3.13. Dukungan sarana dan kebijakan pencapaian komoditas


pertanian strategis menuju lumbung pangan dunia

Dukungan kebijakan lainnya yang diperlukan untuk mewujudkan


Indonesia sebagai Lumbung Pangan Dunia antara lain :

1. Meningkatkan investasi fisik maupun nonfisik dalam inovasi melalui


penelitian dan pengembangan pertanian untuk membangun sustainable
practices berbasis agroekologi yang sesuai dengan realitas di masing-
masing wilayah sentra produksi. Investasi inovasi tersebut antara lain;
knowledge building, dari perbaikan konstruksi genetik tanaman dan
ternak sampai teknologi pascapanen untuk menghasilkan produk
pertanian bernilai tinggi (high-value revolution).

2. Meningkatkan koherensi kebijakan pasar pangan (food market


regulations), sehingga tidak hanya berpotensi meningkatkan pendapatan
dan produktivitas tetapi juga mampu mengantisipasi terjadinya
guncangan sisi penawaran {supply-side shocks) serta mengurangi
dampak negatif terhadap ketahanan pangan.

3. Membangun infrastruktur untuk meningkatkan efisiensi sistem produksi,


efisiensi value chain, efisiensi sistem transportasi domestik, aksesibilitas

17
(aktor-aktor pertanian, pelaku industri pengolahan pangan, dan
konsumen), serta meningkatkan koneksi ke pasar internasional.

Memperluas rantai pasokan (expansion o f supply chains) dan jaringan


perdagangan (trading networks) serta membangun kerja sama secara
regional dan internasional terkait dengan masalah global seperti
perubahan iklim, sustainability, perdagangan, dan koherensi regulasi
sehingga pasar global dapat berfungsi dengan baik.

Mengembangkan risk management systems termasuk sistem asuransi


pertanian, sistem perbankan pertanian, dan pengelolaan gejolak harga
pangan (management o f volatile markets).

Penguatan kelembagaan yang diarahkan untuk menumbuh­


kembangkan kelembagaan politik, ekonomi, dan sosial guna
meningkatkan kapabilitas dan daya saing usaha pertanian
PENUTUP

Peta Jalan (Roadmap) Pengembangan Komoditas Pertanian


Strategis Menuju Indonesia sebagai Lumbung Pangan Dunia 2045
dimaksudkan sebagai arahan dan instrumen untuk mensinergikan program
dan kegiatan sektor pertanian di Indonesia. Dengan demikian, pelaksana peta
jalan bukan hanya Kementerian Pertanian tetapi diharapkan secara sinergis
dapat dilakukan oleh semua instansi yang terkait atau menangani
pembangunan pertanian di Indonesia.

Peta jalan ini, bukan suatu peta jalan yang beranjak dari titik awal,
tetapi lanjutan dari state o f the art atau status pembangunan pertanian yang
telah dicapai sampai dengan tahun 2016. Hasil pembangunan pertanian
tahun 2016 digunakan sebagai awal (baseline) peta jalan pengembangan
komoditas pertanian strategis menuju lumbung pangan dunia 2045. Selain itu,
setiap tahapan (phase/milestone) peta jalan mempunyai keterkaitan yang
progresif antara satu tahap dengan tahap sebelumnya, atau merupakan
prasyarat bagi tahapan berikutnya.

Mengingat peta jalan ini bersifat makro, detail program dan kegiatan
akan dijabarkan lebih lanjut untuk tiap komoditas lingkup Kementerian
Pertanian. Penjabaran program dan kegiatan tersebut memerlukan
terobosan, yang tidak seluruhnya berada dalam kendali Kementerian
Pertanian. Untuk itu, diperlukan adanya komitmen dan dukungan
perundangan/peraturan pemerintah yang memayungi peta jalan ini sehingga
dapat dijadikan dasar pijakan dan arahan bagi para pihak untuk
melaksanakan berbagai program dan kegiatan guna mendukung upaya
mewujudkan Indonesia sebagai Lumbung Pangan Dunia 2045.

19
KEMENTERIAN PERTANIAN
REPUBLIK INDONESIA
2017

Anda mungkin juga menyukai