Anda di halaman 1dari 29

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

RTR KAWASAN STRATEGIS NASIONAL


SEBAGAI INSTRUMEN PERCEPATAN DAN
PERLUASAN EKONOMI
Medan, 18 November 2014

Oleh:
Asisten Deputi Bidang Penataan Ruang
Dan Pembangunan Daerah Tertinggal

KAWASAN STRATEGIS NASIONAL


(UU 26 Tahun 2007)
1

Penjelasan Pasal 14 Ayat (3)


RTR KSN merupakan rencana rinci untuk RTRWN

Pasal 14 ayat (4)

Rencana tata ruang KSN disusun sebagai perangkat operasional RTRWN


3

Pasal 14 Ayat (5 )
Rencana Rinci Tata Ruang KSN disusun apabila::
1. RTRWN belum dapat dijadikan dasar pelaksanaan pemanfaatan &
pengendalian pemanfaatan ruang
2. RTRWN mencakup wilayah perencanaan yg luas & skala peta (1 : 1.000.000)
memerlukan perincian 1 : 50.000

Pasal 20 Ayat (1) huruf d


RTRWN memuat penetapan Kawasan Strategis Nasional

DEFINISI KSN:
Wilayah (yang memiliki fungsi utama) yang penataan ruangnya diprioritaskan
karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap
kedaulatan negara, pertahanan & keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya,
dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang ditetapkan sebagai warisan dunia

PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS


NASIONAL (KSN)

1. Sudut kepentingan PERTAHANAN DAN


KEAMANAN
2. Sudut kepentingan EKONOMI
3. Sudut kepentingan SOSIAL DAN BUDAYA
4. Sudut kepentingan PENDAYAGUNAAN
SUMBER DAYA ALAM DAN/ATAU
TEKNOLOGI TINGGI
5. Sudut kepentingan FUNGSI DAN DAYA
DUKUNG LINGKUNGAN HIDUP
PP No.26 Tahun 2008 tentang RTRWN

Rencana Tata Ruang


Wilayah Nasional
(RTRWN)
1 : 1.000.000

PP No. 26/2008
Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional (RTRWN)
Ditetapkan Dengan Peraturan Pemerintah

RTR Kawasan
Strategis Nasional
1 : 50.000

RTR Pulau
1 : 500.000
Perpres No. 13/2012
RTR Pulau Sumatera

Ditetapkan Dengan Peraturan Presiden

Perpres No. 81 Tahun 2014


tentang RTR KSN Danau
Toba

Perda No. 1 Tahun 2010


RTR Provinsi Lampung

RTRW Provinsi
1 : 100.000

Perda No. 2 Tahun 2012


RTR Provinsi Bengkulu

Ditetapkan Dengan Perda Provinsi

RTRW Kabupaten
1 : 50.000
Ditetapkan Dengan Perda Kabupaten/Kota

RTRW Kota
1 : 50.000
Perda No. 13 Tahun 2011
RTR Kota Medan
Perda No. 12 Tahun 2011
RTR Kota Binjai

KEDUDUKAN RTR KAWASAN STRATEGIS


NASIONAL

RTRWN
Rencana Rinci

Rencana
Umum
Tata
Ruang

RTRW
PROVINSI

RTRW
KABUPATEN/KOTA
UU 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

RTR KSN

HIRARKHI RENCANA TATA RUANG DAN PERIZINAN


Proses Perijinan (PP 15/2010)

Hierarki Rencana Tata Ruang

Skala

Arahan Pemanfaatan Ruang


Sektoral

RTRW Nasional
(PP N0. 26 Tahun 2008)

1 : 1.000.000

Dasar Pelaksanaan RTRWN dalam


Penyusunan RTRW Prov

RTR Pulau/Kepulauan
(Perpres)

1 : 500.000

Acuan Pemberian Izin


Pemanfaatan Ruang

RTR Kawasan Strategis


Nasional (Perpres)

1 : 250.000
1 : 50.000

Pedoman Penetapan Lokasi dan


Fungsi Ruang untuk Investasi

RTRW Provinsi (Perda Prov)

1 : 250.000

Pengaturan Zonasi Pemanfaatan


Ruang Kawasan

RTR Kawasan Strategis


Provinsi (Perda Prov)

1 : 100.000
1 : 50.000

Dasar untuk Penerbitan Perizinan


Lokasi Pembangunan dan Administrasi
Pertanahan

RTRW Kab/Kota
(Perda Kab/Kota)

1 : 100.000
1 : 50.000

Dasar Pemberian Izin


Pemanfaatan Ruang / Lokasi

Rencana Rinci
Tata Ruang Kecamatan
(SK Gub/Bupati/Walikota)

1 : 25.000
1 : 10.000

Dasar Pemberian Izin Bangunan,


KDB, KLB

Lembar Kerja / Urban Design


Guideline
(SK Kepala Dinas Tata Kota)

1 : 5.000
1 : 1.000

KSN METROPOLITAN
(Perpres 62 Tahun 2011 tentang RTR KSN Mebidangro)
KETENTUAN PERIJINAN
Pasal 128
Berfungsi sebagai acuan dalam pemberian izin
pemanfaatan ruang.
Setiap pemanfaatan ruang harus mendapatkan izin
pemanfaatan ruang dari Pemerintah, perintah
provinsi, dan/atau pemerintah kabupaten/kota
sesuai peraturan daerah tentang rencana tata ruang
wilayah kabupaten/kota beserta rencana rinci dan
peraturan zonasinya yang didasarkan pada rencana
tata ruang Kawasan Perkotaan Mebidangro dalam
Peraturan Presiden ini.
Setiap pemanfaatan ruang harus mendapatkan izin
sesuai
dengan
ketentuan
masing-masing
sektor/bidang yang mengatur
jenis kegiatan
pemanfaatan ruang yang bersangkutan sesuai dengan
ketentuan
peraturan
perundang-undangan
sektor/bidang terkait

KETENTUAN KELEMBAGAAN
Pasal 137
Dalam rangka pengelolaan Kawasan Perkotaan
Mebidangro sebagaimana dimaksud dalam Pasal
136, Gubernur dapat membentuk suatu badan
dan/atau lembaga pengelola, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan.

Pembentukan, tugas, susunan organisasi, dan


tata kerja, serta pembiayaan badan pengelola
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur oleh
Gubernur.
Pembentukan badan dan/atau lembaga pengelola
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dilakukan setelah mendapat persetujuan dari
Menteri.

KSN KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI


TERPADU (KAPET)
KEPRES 150 TAHUN 2000 TENTANG KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU

BP KAPET BANDA ACEH DARUSSALAM (BAD)


KAPET BAD atau KAPET Sabang ditetapkan melalui Keppres No.171 Tahun 1998
DASAR PENETAPAN KAPET BANDAR ACEH
DARUSSALAM
a. Surat Menteri Koordinator Perekonomian
Republik Indonesia Nomor :
S-271/M.EKON/10/2002 tanggal 21
Okober 2002
b. Surat Keputusan Gubernur Aceh Nomor :
193/388/2002 tanggal 25 Oktober 2002,
tentang Penetapan Wilayah KAPET Bandar
Aceh Darussalam
c. Keputusan Gubernur Aceh Nomor :
193/297/2010 tanggal
d. 29 Juni 2010, tentang Penyesuaian
Wilayah Kerja BP KAPET Bandar Aceh
Darussalam

KETENTUAN PERIJINAN

RTR KAWASAN BOROBUDUR DAN SEKITARNYA


(Perpres 58 Tahun 2014 tentang RTR Kawasan Borobudur dan Sekitarnya)
Pasal 39
Arahan perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (2) huruf b merupakan acuan dalam pemberian izin
pemanfaatan ruang.
Setiap pemanfaatan ruang harus mendapatkan izin pemanfaatan ruang dari Pemerintah, pemerintah provinsi,
dan/atau pemerintah kabupaten sesuai dengan peraturan daerah tentang rencana tata ruang wilayah kabupaten
beserta rencana rinci dan peraturan zonasinya yang didasarkan pada Rencana Tata Ruang Kawasan Borobudur
sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden ini.
Setiap pemanfaatan ruang harus mendapatkan izin sesuai dengan ketentuan masing-masing sektor atau bidang
yang mengatur jenis kegiatan pemanfaatan ruang yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan sektor atau bidang terkait.

RTR KAWASAN DANAU TOBA DAN SEKITARNYA


(Perpres 81 Tahun 2014 tentang RTR Kawasan Danau Toba dan Sekitarnya)
Pasal 118
Arahan perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (2) huruf bmerupakan acuan dalam pemberian izin
pemanfaatan ruang
Setiap pemanfaatan ruang harus mendapatkan izin pemanfaatan ruangdari Pemerintah, pemerintah provinsi,
dan/atau pemerintah kabupatensesuai peraturan daerah tentang rencana tata ruang wilayah kabupatenbeserta
rencana rincinya yang didasarkan pada Rencana Tata RuangKawasan Danau Toba sebagaimana diatur dalam
Peraturan Presiden ini.
Setiap pemanfaatan ruang harus mendapatkan izin sesuai dengan ketentuan masing-masing sektor atau bidang yang
mengatur jeniskegiatan pemanfaatan ruang yang bersangkutan sesuai denganketentuan peraturan perundangundangan sektor atau bidang terkait.

KETENTUAN KELEMBAGAAN

RTR KAWASAN BOROBUDUR DAN SEKITARNYA


(Perpres 58 Tahun 2014 tentang RTR Kawasan Borobudur dan Sekitarnya)
Pasal 42
Dalam rangka mewujudkan Rencana Tata Ruang Kawasan Borobudur dilakukan pengelolaan Kawasan Borobudur.
Pengelolaan Kawasan Borobudur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Menteri, menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kebudayaan, menteri/pimpinan lembaga terkait, Gubernur,
Bupati, dan badan/lembaga sesuai dengan kewenangannya berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan.

RTR KAWASAN DANAU TOBA DAN SEKITARNYA


(Perpres 81 Tahun 2014 tentang RTR Kawasan Danau Toba dan Sekitarnya)
Pasal 126
Dalam rangka mewujudkan Rencana Tata Ruang Kawasan Danau Toba dilakukan pengelolaan Kawasan Danau
Toba.
Pengelolaan Kawasan Danau Toba sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Menteri,
menteri/pimpinan lembaga terkait, Gubernur, dan Bupati di Kawasan Danau Toba sesuai dengan kewenangannya
berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan.
Pengelolaan Kawasan Danau Toba oleh Menteri dan menteri/pimpinan lembaga terkait sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dapat dilaksanakan oleh Gubernur melalui dekonsentrasi dan/atau tugas pembantuan.

KAWASAN STRATEGIS NASIONAL DAN BEBERAPA


PENDEKATAN PENGEMBANGAN KAWASAN EKONOMI

PERKEMBANGAN PENGEMBANGAN WILAYAH


BERBASIS KAWASAN

1972
KAWASAN
BERIKAT
Kawasan dengan
batas tertentu
untuk
pengolahan
barang asal
impor dan DPIL
yang hasilnya
untuk tujuan
ekspor

1996
KAPET
Kawasan yang
memiliki potensi
cepat tumbuh, sektor
unggulan dan potensi
pengembalian
investasi yang besar

1989
KAWASAN INDUSTRI
Kawasan yang
bertujuan untuk
pengaturan zonasi
kegiatan industri
(pemusatan industri)
dikelola oleh
perusahaan KI

2000
FTZ/KPBPB
Kawasan dengan
batas tertentu
yang terpisah dari
daerah pabean
sehingga terbebas
dari bea masuk,
PPN, PPnBM dan
cukai

2009
KEK
Kawasan dengan batas
tertentu dalam wilayah
NKRI untuk
menyelenggarakan fungsi
perekonmian yang bersifat
khusus dan memperoleh
fasilitas tertentu

2011
MP3EI
Wilayah-wilayah perhatian
investasi yang mendapat
upaya akselerasi atau
percepatan pembangunan
agar menjadi daya dorong
pertumbuhan ekonomi

Perkembangan Beberapa Konsep Kawasan Ekonomi


di Indonesia
Bentuk Kawasan

Landasan Hukum

Definisi/Tujuan

Kawasan Berikat (7
lokasi)

PP No. 33 Tahun 1996

Kawasan dengan batas tertentu untuk


pengolahan barang asal impor dan DPIL yang
hasilnya untuk tujuan ekspor

Kawasan Industri (86


Lokasi)

Keppres No. 41 Tahun 1996


PP No. 24 Tahun 2009

Kawasan yang bertujuan untuk pengaturan


zonasi kegiatan industri (pemusatan industri)
dikelola oleh perusahaan KI

Kawasan Andalan (156


Lokasi)

PP No. 26 Tahun 2008


(RTRWN)

Kawasan yang pengembangan untuk


mendorong pertumbuhan ekonomi bagi
kawasan tsb dan sekitarnya

Kawasan Strategis
Nasional (76 Lokasi)

PP No. 26 Tahun 2008


(RTRWN)

Kawasan budidaya dan non-budidaya yang perlu


mendata prioritas penanganan tata ruang

Kawasan Pengembangan
Ekonomi Terpadu
(KAPET)
(13 Lokasi)

PP No. 26 Tahun 2008


(RTRWN)
Perpres setiap Kapet

Kawasan yang memiliki potensi cepat tumbuh,


sektor unggulan dan potensi pengembalian
investasi skala besar

FTZ atau KPBPB (4


lokasi)

UU No.36 Tahun 2000


UU No.37 Tahun 2000
UU No.44 Tahun 2007
PP No. 46, 47, 48 Tahun 2007

Kawasan dengan batas tertentu yang terpisah


dari daerah pabean sehingga terbebas dari bea
masuk, PPN, PPnBM dan cukai

Kawasan Ekonomi Khusus


(KEK) (22 pengusul)

UU No. 39 Tahun 2009 KEK


PP 26 Tahun 2012 KEK Tanjung Lesung
PP 29 Tahun 2012 KEK Sei Mangke

Kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah


NKRI untuk menyelenggarakan fungsi
perekonmian yang bersifat khusus dan
memperoleh fasilitas tertentu

Kawasan-kawasan Menurut RTRWN

Realisasi Kawasan di Indonesia

KEK

Sebaran Lokasi KEK


(yang telah ditetapkan dan usulan tahun 2014)

PENDEKATAN

Kawasan Perhatian Investasi (KPI)

KPI Goals: mempermudah proses integrasi kegiatan investasi dengan enablers


(infrastruktur, SDM-IPTEK, regulasi)
1.
2.

Sentra produksi adalah 1 (satu) kegiatan investasi dalam satu lokasi tertentu
KPI adalah 1 (satu) atau kumpulan beberapa sentra produksi/kegiatan investasi yang
beraglomerasi di area yang berdekatan

Ilustrasi
Hipotetis

Sentra Produksi

SDM & IPTEK


KPI

KPI

KONEKTIVITAS

REGULASI
(PUSAT & DAERAH)

Lokasi-lokasi KPI pada masing-masing KE perlu diidentifikasi untuk acuan penetapan proyek-proyek
infrastruktur (Tim Kerja Konektivitas), pengembangan sarana dan prasarana pendidikan dan
peningkatan kemampuan teknologi/inovasi (Tim Kerja SDM & IPTEK), serta fasilitasi penyempurnaan
16
regulasi (Tim Kerja Regulasi).

KE SUMATERA

KPI DUMAI Rp. 4,34 T


Kelapa Sawit : Rp. 4,17 T

KPI SEI MANGKEI - Rp. 4,37 T

SEKTOR

Kelapa Sawit : Rp. 4,37 T

SEKTOR

Total

Migas

: Rp. 169 M

Total

: Rp. 4,34 T

: Rp. 4,37 T

Infrastruktur Nilai Investasi


Rp. 5.644 M
Pelabuhan
Rp. 669 M
Rel KA
Rp. 4.148 M
Jalan
Rp. 91,4 M
Energi
Rp. 39,82 M
Utilitas Air
Rp. 10.590 M
TOTAL

Infrastruktur Nilai Investasi


Rp. 2.930 M
Pelabuhan
Rp. 23.580 M
Jalan
Rp. Rp. 3.610 M
Energi
Rp. 60 M
Utilitas Air
Rp. 10.590 M
TOTAL

1
4
19

KPI KAMPAR Rp. 105 M


Kelapa Sawit : Rp. 105 M

KPI TAPANULI SELATAN Rp. 7 T


SEKTOR

SEKTOR

Total

: Rp. 105 M

Emas: Rp. 7,00 T

Infrastruktur Nilai Investasi


Rp. 0 M
TOTAL

Total : Rp. 7,00 T

Infrastruktur Nilai Investasi


Rp. 120 M
Energi
Rp. 120 M
TOTAL
3

SEKTOR

19

KPI BATAM Rp. 225 M


Migas: Rp. 225 M

KPI DAIRI Rp. 4,5 T

SEKTOR
Total : Rp. 225 M

Lainnya: Rp. 4,50 T


Total

: Rp. 4,50 T

Infrastruktur Nilai Investasi


Rp. 0 T
TOTAL

Infrastruktur Nilai Investasi


Rp. 0 M
TOTAL
*Data per April 2012

17

USULAN KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan (MBTK)


Pengusul

PT MBTK (Joint Venture dari Perusda MBS, PT TKEZ, dan PT BCIP)

Lokasi

Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur

Luas Usulan

8.443 Ha

Rencana Nilai investasi

1. Pengembangan Industri Hilirisasi Kelapa


Sawit
Rp 39,4 T (KIPI Maloy: Rp 3,4 T, TKEZ: Rp 30 T,
dan BCIP: Rp 1,5 T)

Kelengkapan Dokumen

Rencana Bisnis Usulan KEK MBTK

Belum Lengkap

Berdekatan dengan ALKI II


Berdekatan dengan
Pelabuhan Laut
Internasional di Teluk Golok
(Maloy), yang memiliki
kedalaman 25 meter yang
dapat disandari Kapal >
70.000 DWT

2. Pengembangan Industri Hilirisasi Batubara


3. Pengembangan Industri Hilirisasi Mineral:
Bauksit, Minyak & Gas, Besi Baja
Kawasan

Luas
(ha)

Nama Anggota

KIPI Maloy (1)

1.000

Perusda Melati Bhakti


Satya (MBS)

TKEZ (2)

6.500

PT Trans Kalimantan
Economic Zone (TKEZ)

BCIP (3)

943

PT Batuta Chemical
Industrial Park (BCIP)

Plotting Lokasi KEK MBTK Pada Peta Struktur


dan Pola Ruang Pulau Kalimantan
Perpres No.3 Tahun 2012 Tentang RTR Pulau Kalimantan
PETA RENCANA STRUKTUR RUANG
PULAU KALIMANTAN

PETA RENCANA POLA RUANG


PULAU KALIMANTAN

Adendum Andal RKL-RPL


Rencana Pembangunan Lapangan Migas di Provinsi Riau

Surat Kementerian Lingkungan Hidup No. B.10065/Dep.I/LH/PDAL/09/2014


dengan perihal permohonan fatwa, sehubungan dengan penilaian beberapa
dokumen AMDAL di Provinsi Riau
NO.

RENCANA PEMANFAATAN

PEMOHON/
PENGEMBANG

Kerangka Acuan ANDAL


Rencana Pembangunan Jalan
TOL Pekanbaru-Jambi

Ditjen Bina
Marga

Rencana pembangunan
infrastruktur jaringan pipa
minyak, listrik,
Telekomunikasi, dan Jalan
Inspeksi

PT Chevron
Pasific
Indonesia

ISU TERKAIT
Belum ada Perda
Kabupaten/Kota (Kota
Pekanbaru, Dumai, Rokan Hulu,
Rokan Hilir, Siak, Kampar,
Pelalawan, Inhul, Inhil, dan
Bengkalis) yang mengatur
Perda RTRWP Riau No.10 tahun
1994 sudah tidak berlaku
Penerapan Perpres No.13 tahun
2012 tentang RTR Pulau
Sumatera

Lokasi berdasarkan perda no.10 tahun 1994


Arahan Pola Ruang
1.
2.
3.
4.
5.

APK Perkebunan (30%)


APK Pertambangan (10%)
APK Kehutanan (25%)
Kawasan Lindung (20%)
Lainnya (15%)

TIDAK BERLAKU !
SOLUSI?

Lokasi berdasarkan PERPRES RTR Pulau Sumatera

SOLUSI?

Pasal 30
c) pengembangan jaringan transmisi minyak dan gas bumi DuriDumai-Medan dengan jaringan distribusi Medan,
Tebing Tinggi, Pematang Siantar, dan Asahan untuk melayani PKN Kawasan Perkotaan Medan-Binjai-Deli
Serdang-Karo (Mebidangro), PKW Tebing Tinggi, PKW Kisaran, PKW Rantau Prapat, PKN Dumai, dan PKN
Pekanbaru;
d). pemantapan jaringan transmisi minyak dan gas bumi GrissikSakernan-Duri dengan jaringan distribusi Pekanbaru
untuk melayani PKN Dumai, PKN Pekanbaru, PKW Pangkalan Kerinci, PKW Rengat, dan PKW Siak Sri Indrapura;

BNPT

SBF
BNPB

DAERAH LATIHAN PKC TNI

AREA RUMDIS
PKC TNI

UNHAN
PUSAT
BAHASA

PENTAHAPAN PEMB. PKC TNI


TA. 2010 s.d. 2013 :

AREA
PERKANTORAN
PKC TNI

PEMB. TA. 2010


PEMB. TA. 2011
PEMB. TA. 2012
PEMB. TA. 2013

23

KE JAKARTA

JEMBATAN EXISTING

KOREM
061/SK

BNPT
SBF

GAPURA
IPSC

SIRKUIT
GOKART

1. PENINGKATAN JALAN KAWASAN SIRKUIT SENTUL 1,40


KM
2. PENINGKATAN JALAN KAWASAN SALISBURY 0,75 KM
3. OVERLAY JALAN KAWASAN PERMATA SENTUL 0,50 KM
4. PEMBANGUNAN JALAN BARU 2 X 6 M SEPANJANG. 0,30
KM
5. PEMBANGUNAN JEMBATAN (2 UNIT) BENTANG 35 M DAN
67 M
6. PELEBARAN JALAN MASUK IPSC (P. 2,5 KM)
LEBAR EXISTING 4,5 M MENJADI 2 X 6 M

BNPB

JLN BOULERVARD
IPSC

PKC TNI
JALAN AKSES
MASUK IPSC

UNHAN
PUSAT BAHASA

KAWASAN
SENTUL PERMAI

GAPURA PKC

EXIT TOL
SIRKUIT SENTUL

SIRKUIT
SENTUL

RUTE JL MASUK (L. 2x6 M)

MASTER PLAN IPSC

JALAN TOL JAGORAWI

SKALA NS

JALAN PAHLAWAN ( PELEBARAN 8


M)
JALAN BOULEVARD IPSC (L. 2x6
M)

24

KAWASAN STRATEGIS NASIONAL DAN


PENGEMBANGAN KAWASAN EKONOMI (KE DEPAN)

Prioritas Pembangunan Kawasan Industri

Dalam rangka percepatan dan penyebaran industri ke luar Pulau Jawa, Pemerintah
membangun kawasan industri sebagai infrastruktur industri di Wilayah Pusat
Pertumbuhan Industri (WPPI).
Pembangunan kawasan industri diprioritaskan pada daerah-daerah yang berada dalam
WPPI di luar Pulau Jawa.
Daerah-daerah di luar WPPI yang mempunyai potensi, juga dapat dibangun kawasan
industri yang diharapkan menjalin sinergi dengan WPPI yang sesuai.
Pembangunan kawasan industri sebagai perusahaan kawasan industri yang lebih bersifat
komersial didorong untuk dilakukan oleh pihak swasta.

Catatan: WPPI disebutkan dalam Rencana Induk Pengembangan Industri Nasional (RIPIN)

Terdapat Rencana Pembangunan 15 Kawasan Industri


(2 di Pulau Jawa, 13 di Luar Pulau Jawa)
1

Kawasan Industri Teluk Bintuni


(Papua Barat)

Kawasan Industri Bitung


(Sulawesi Utara)

10

Kawasan Industri Landak


(Kalimantan Barat)

Kawasan Industri Palu


(Sulawesi Tengah)

11

Kawasan Industri Kuala Tanjung


(Sumatera Utara)

Kawasan Industri Morowali


(Sulawesi Tengah)

12

Kawasan Industri Sei Mangkei


(Sumatera Utara)

Kawasan Industri Konawe


(Sulawesi Tenggara)

13

Kawasan Industri Tanggamus


(Lampung)

Kawasan Industri Halmahera


Timur
(Maluku Utara)
Kawasan Industri Bantaeng
(Sulawesi Selatan)

14

7
8

Kawasan Industri Batulicin


(Kalimantan Selatan)

15

Kawasan Industri Ketapang


(Kalimantan Tengah)

Java Integrated Industrial and


Port Estate (JIIPE), Gresik (Jawa
Timur

Kawasan Industri Sayung


(Jatengland),
Demak (Jawa Tengah)
28

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai