Anda di halaman 1dari 4

UU NO.

18/2015
TENTANG PENCEGAHAN DAN
PEMBERANTASAN PERUSAKAN HUTAN

halaman 3
PEMANFAATAN TATA RUANG
WILAYAH NASIONAL DALAM
POROS MARITIM DUNIA
halaman 2

RAPAT KERJA KEDEPUTIAN PENGEMBANGAN REGIONAL DAN OTONOMI


DAERAH BAPPENAS 2015... HAL 2

RESENSI BUKU:
TATA GUNA LAHAN
halaman 4

NEWSLETTER

TATA RUANG PERTANAHAN


MEDIA INFORMASI BIDANG TATA RUANG DAN PERTANAHAN

EDISI 7/ JULI 2015

KILAS BALIK: DINAMIKA ISU TATA RUANG DAN PERTANAHAN

Wewenang Baru Bappenas


anggaran program kerap kali memunculkan
program dan sasaran prioritas baru yang
sebelumnya tidak direncanakan.
Sedangkan,
untuk
wewenang
dalam
menentukan kesiapan proyek, Bappenas akan
bertanggung jawab dalam pengerjaan studi
perencanaan, terutama untuk proyek-proyek
infrastruktur.
Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla, berpidato dalam acara dialog perencanaan pembangunan di Bappenas pada Rabu (29/7).
Didampingi oleh Kepala Bappenas saat itu, Andrinof Chaniago. Sumber: Dokumentasi Bappenas

Kementerian PPN/Bappenas menggelar acara Arahan dan Dialog dengan


Wakil Presiden RI Jusuf Kalla yang
bertemakan Sinkronisasi Perencanaan
dan
Penganggaran
dalam
rangka
Pengendalian Pembangunan, Rabu (29/7).

menunggu Peraturan Presiden mengenai


penambahan sejumlah wewenang baru, di
antaranya wewenang dalam memeriksa
program dan proyek serta alokasi
anggarannya yang dicantumkan dalam
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA).

Jusuf Kalla (JK) menganggap Bappenas


sebagai tempat yang bersejarah. Bukan
hanya dari sisi bangunan, akan tetapi juga
dari isi bangunannya.

Satu wewenang baru lagi yang akan dimilki


Bappenas adalah memastikan persiapan
program dan proyek-proyek pemerintah.

Tempat ini bagi bangsa ini tempat


bersejarah, selain bangunan juga isinya.
Memasuki era pembangunan disinilah
semua pikiran-pikiran, tindakan dan
perencanaan dibuat, ucap JK saat
memberikan pidato.
Menurutnya, ekonom-ekonom
hebat
lahir dari Bappenas. Sehingga, Bappenas
ini sangat pantas disebut tempat yang
istimewa.
Oleh sebab itu, peran Bappenas, lanjut JK,
harus dapat memajukan bangsa, yang adil
dan makmur. Sebab, semua implementasi
yang baik didasari dengan perencanaan
yang juga baik.
Saat ini Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas sedang

Untuk wewenang soal DIPA, Menteri PPN/


Kepala Bappenas, Andrinof Chaniago,
mengatakan ke depannya Bappenas akan
mendampingi
Kementerian
Keuangan
dalam memberikan pengesahan untuk
program dan proyek yang diajukan oleh
Kementerian/Lembaga.
Andrinof mengatakan, dengan wewenang
baru itu Bappenas akan berperan dalam
penyusunan program prioritas termasuk
alokasi anggarannya. Hal ini dimaksudkan
agar program-program pembangunan yang
dilakukan K/L dan pemerintah daerah
konsisten dan sesuai dengan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional.
Selama ini, proses alokasi anggaran untuk
program di K/L kerap mengubah program
dan sasaran prioritas yang sudah ditetapkan
sebelumnya. Bahkan proses penyusunan

Andrinof memaparkan, Bappenas akan


mendapat alokasi anggaran tambahan
sebesar Rp1 triliun untuk melaksanakan studi
perencanaan seperti studi kelayakan, desain
rekayasa teknis, dan persiapan kelengkapan
dokumen-dokumen proyek pemerintah.
Bappenas
akan
mengerjakan
studi
perencanaan pada satu tahun sebelum tahun
anggaran proyek tersebut. Dengan demikian,
proses lelang dan pengerjaan fisik proyek
tersebut dapat dilakukan sejak awal tahun
anggaran.
Wakil Presiden RI Jusuf Kalla memaparkan
tiga filosofi yang harus dipegang teguh agar
sinkronisasi penganggaran dan perencanaan
pembangunan tercapai, yakni pertumbuhan
ekonomi,
pemerataan
pembangunan,
dan keberlanjutan pertumbuhan dan
pembangunan tersebut.
Apabila perencanaan dan pelaksanaan
dalam anggaran tidak mencerminkan tiga itu,
negara akan pincang, tegas JK.
Lebih lanjut, Jusuf Kalla menyebutkan
Indonesia butuh rancang bangun yang
lebih baik dengan perombakan besar terkait
cara merencanakan dan mengaplikasikan
pembangunan, salah satunya dengan percaya
kemampuan bangsa sendiri ketimbang
mengandalkan asing. [RA]

REDAKSI:
| Penanggung Jawab : Direktur Tata Ruang dan Pertanahan |
| Tim Redaksi : Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan | Editor : Rini Aditya Dewi, Santi Yulianti, Indra Ade | Desain Tata Letak : Rini Aditya dan Indra Ade |

POTRET KEGIATAN:

Pemanfaatan Tata Ruang Wilayah Nasional Dalam Poros


Maritim Dunia

menambahkan lokasi prioritas (lokpri) di


Kawasan Perbatasan serta Kawasan Industri
Proritas (KIP).
c) Mendorong Kementerian ATR/BPN dan KKP
untuk penyelesaian Rencana Tata Ruang Laut
Nasional (RTRLN)
Direktorat Kelautan dan Perikanan Bappenas
akan mengoordinasikan pertemuan dengan
KKP dan Kementerian ATR/BPN untuk
membahas dan menyepakati mekanisme
penyusunan RTRLN (Pendanaan RTRLN
terdapat di 2 (dua) Kementerian tersebut)

Perwakilan Kementerian Pertahanan berfoto bersama Direktur TRP dan staf Subdit Tata Ruang
di Ruang Direktur TRP, Rabu (8/7). Sumber: Dokumentasi TRP

Penyediaan tanah menjadi faktor penting


dalamJakarta,
pembangunan
infrastruktur
di
(8/7). Kementerian
Pertahanan
berkunjung
ke Direktorat
Tata konflik
Ruang
Indonesia.
Dengan
kemunculan
Pertanahan
Bappenas
guna
lahandanyang
menghambat
penyediaan
mendiskusikan strategi pemanfaatan tata
tanah,ruang
membuat
pembentukan
Bank
wilayahide
nasional
dalam rangka
maritim dunia.
Tanahmenyiapkan
mencuat poros
ke permukaan.
Hal itulah
yang Wilayah
kemudian
dibahaslaut
dalam
Focus Group
perairan
Indonesia
yang
membentang
dari
Sabang
sampai
Discussion
Urban Land
Policy,
yang diadakan
yang amat
oleh Merauke
Direktoratmempunyai
Perumahanpotensi
dan Permukiman
besar ditinjau dari sisi kesejahteraan
Kementerian
PPN/Bappenas,
diterhadap
Hotel
tetapi mengandung
kerawanan
adanya gangguan, ancaman yang
mungkin timbul baik dari dalam negeri
maupun luar negeri.
Letak
geografis
Indonesia
yang
strategis belum dimanfaatkan dengan
baik. Padahal, Konvensi Hukum Laut
Internasional (UNCLOS) 1982, telah
menetapkan tiga Alur Laut Kepulauan
Indonesia (ALKI) sebagai alur pelayaran
dan penerbangan oleh kapal atau
pesawat udara internasional.
Ketiga ALKI tersebut dilalui 45% dari
total nilai perdagangan dunia atau
mencapai sekitar 1.500 dolar AS
(Bakosurtanal 2014). RI belum punya
pelabuhan-pelabuhan transit bagi kapal
niaga internasional yang berlalu-lalang

di wilayah tiga ALKI tersebut.


Adapun strategi bidang tata ruang terkait
persiapan poros maritim dunia sebagai
berikut:
a) Telah ditetapkan 5 Perpres RTR di Kawasan
Perbatasan Indonesia:
RTR KSN Perbatasan Negara di Provinsi
Nusa Tenggara Timur (Perpres No. 179 Tahun
2014)

d) Mendorong Kementerian KKP untuk


penyelesaian penyusunan Rencana Zonasi
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
(RZWP3K)
Dengan ditetapkannya UU No. 23 Tahun 2014
(Pasal 27), kewenangan pengelolaan sumber
daya di wilayah laut termasuk melakukan
pengaturan tata ruangnya hanya diberikan
kepada Daerah Provinsi, sehingga amanat
penyusunan RZWP-3-K bagi Kabupaten/Kota
berdasarkan UU 27/2007 jo UU 1/2014 perlu
disesuaikan.
e) Mengoordinasikan BIG, Kementerian ATR/
BPN, dan LAPAN dalam rangka penyediaan
peta dasar skala 1: 5000

RTR Perbatasan Negara di Provinsi Papua


(Perpres No. 32 Tahun 2015)

Pengembangan tol laut merupakan kegiatan


dalam rangka mendukung Indonesia sebagai
poros maritim dunia di tahun 2045. Tol Laut
adalah konektivitas laut yang efektif berupa
adanya kapal yang melayari secara rutin dan
terjadwal dari barat sampai ke timur Indonesia.

RTR Perbatasan Negara di Provinsi Maluku


(Perpres No. 33 Tahun 2015)

Hasil dari 24 identifikasi pelabuhan pendukung


tol laut:

RTR Perbatasan Negara di Provinsi Maluku


Utara dan Provinsi Papua Barat (Perpres No.
34 Tahun 2015)

5 Pelabuhan Hub Internasional yang akan


dikembangkan: Pelabuhan Belawan/Kuala
Tanjung, Tanjung Priok/Kali Baru, Tanjung
Perak, Makassar, dan Bitung.

RTR Perbatasan Negara di Kalimantan


(Perpres No. 31 Tahun 2015)

b) Mendorong Kementerian ATR/BPN dan


BNPP untuk penyelesaian penyusunan RDTR
di Kawasan Perbatasan
BIG sudah memetakan sebaran lokasi
yang akan disusun RDTR (berdasarkan
data dari Kementerian ATR/BPN) dan akan

19 Pelabuhan Feeder: Malahayati, Batu Ampar


Batam, Teluk Bayur, Jambi, Palembang, Panjang,
Tanjung Emas Semarang, Pontianak, Sampit,
Banjarmasin, Kariangau Balikpapan, Palaran
Samarinda, Pantoloan, Kendari, Tenau Kupang,
Ternate, Ambon, Sorong, Jayapura. [RI, RA]

Rapat Kerja Kedeputian Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah


Bappenas 2015
Wilayah, Dit. Perkotaan dan Perdesaan, serta
Dit. Otonomi Daerah). Bertempat di Hotel
Aston Bogor raker dilangsungkan selama tiga
hari (29-31 Juli 2015).
Peserta raker terdiri dari seluruh Direktur,
Kasubdit, fungsional perencana, dan staf
Kedeputian Pengembangan Regional dan
Otonomi Daerah.

Direktur TRP, Oswar Mungkasa, menjelaskan


manfaat Knowledge Management kepada peserta
raker di Hotel Aston Bogor, Kamis (30/7).
Sumber: Dokumentasi TRP

Bogor (29/7). Rapat Kerja (raker) Kedeputian


Pengembangan Regional dan Otonomi
Daerah BAPPENAS 2015 dihadiri oleh
seluruh direktorat yang berada di dalamnya
(Kedeputian
Pengembangan
Regional
dan Otonomi Daerah, Dit. Tata Ruang dan
2 Pertanahan, Dit. Kawasan Khusus dan
Daerah Tertinggal, Dit. Pengembangan

Hari pertama diawali dengan penjelasan


hasil kunjungan Wakil Presiden ke Bappenas
oleh Direktur Tata Ruang dan Pertanahan,
Oswar Mungkasa. Materi yang disampaikan
oleh Wakil Presiden adalah Peran Strategis
Bappenas ke depan khususnya terkait proses
Perencanaan dan Penganggaran.
Pada hari kedua, setiap direktur menjelaskan
Evaluasi Kegiatan Semester I Tahun 2015,
Status Serapan Anggaran hingga Juli
2015, dan Rencana Kegiatan Semester II
Tahun 2015. Direktur TRP Bappenas turut
memaparkan Pengembangan Manajemen
Pengetahuan (Knowledge Management)
di lingkup Direktorat TRP dan Kedeputian
Pengembangan Regional dan Otonomi
Daerah.

Respon peserta rapat cukup antusias


dan mendukung pengembangan sistem
Manajemen Pengetahuan Kedeputian ini, dan
diharapkan akan tercipta sistem yang bisa
digunakan bersama di lingkup kedeputian.
Kegiatan Manajemen Pengetahuan merupakan
suatu proses yang menyatu dengan keseharian
unit eselon II, sehingga pada intinya tidak
dibutuhkan suatu unit baru untuk mengelola
kegiatan ini. Tentu saja dibutuhkan suatu
kesepakatan terkait mekanisme (SOP)
pelaksanaan Manajemen Pengetahuan di
lingkup kedeputian Pengembangan Regional.
Pada dasarnya seluruh Direktorat di Kedeputian
Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah
bersepakat perlunya Manajemen Pengetahuan
untuk mendukung dan meningkatkan kinerja
pegawai. Direncanakan pada 2016 Manajemen
Pengetahuan akan mulai diperkenalkan pada
lingkup Bappenas. [OM, RA]

Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan

WAWASAN

Undang-Undang No. 18 Tahun 2013

Ilustrasi hutan yang rusak karena pembalakan liar. Sumber: sinarharapan.co

Hutan Indonesia merupakan salah satu


hutan tropis terluas di dunia sehingga
keberadaannya
menjadi
tumpuan
keberlangsungan kehidupan bangsabangsa di dunia, khususnya dalam
mengurangi dampak perubahan iklim
global. Oleh karena itu, pemanfaatan
dan penggunaannya harus dilakukan
secara terencana, rasional, optimal,
dan bertanggungjawab sesuai dengan
kemampuan daya dukung masyarakat.
Perlu diperhatikan pula kelestarian
fungsi dan keseimbangan lingkungan
hidup guna mendukung pengelolaan
hutan dan pembangunan kehutanan yang
berkelanjutan bagi kemakmuran rakyat.
Hal itu sesuai dengan ketentuan Pasal 33
ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang
menyatakan bahwa bumi, air, dan kekayaan
alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan
sebesar-besarnya untuk kemakmuran
rakyat. Dengan demikian, hutan sebagai
salah satu sumber kekayaan alam bangsa
Indonesia dikuasai oleh negara.

RUSAKNYA HUTAN INDONESIA

Akhir-akhir ini perusakan hutan semakin


meluas dan kompleks. Perusakan itu terjadi
tidak hanya di hutan produksi, tetapi juga
telah merambah ke hutan lindung ataupun
hutan konservasi. Perusakan hutan telah
berkembang menjadi suatu tindak pidana
kejahatan yang berdampak luar biasa
dan terorganisir serta melibatkan banyak
pihak, baik nasional maupun internasional.
Kerusakan terhadap hutan Indonesia
yang ditimbulkan telah mencapai tingkat
yang sangat mengkhawatirkan bagi
kelangsungan hidup bangsa dan negara.
Oleh karena itu, penanganan perusakan
hutan harus dilakukan secara luar biasa.
Upaya menangani perusakan hutan
sesungguhnya telah lama dilakukan,
tetapi belum berjalan secara efektif
dan belum menunjukkan hasil yang
optimal. Hal itu antara lain disebabkan
oleh peraturan perundang-undangan
yang ada belum secara tegas mengatur

tindak pidana perusakan hutan yang


dilakukan secara terorganisasi. Maka dari
itu, diperlukan payung hukum dalam
bentuk undang-undang agar perusakan
hutan terorganisasi dapat ditangani secara
efektif dan efisien serta pemberian efek
jera kepada pelakunya.

PENEGAKAN PERATURAN

Dewasa
ini, peraturan
perundangundangan yang menangani pemberantasan
perusakan
hutan
dianggap
belum
memadai dan belum mampu memberikan
efek jera terhadap pelaku. Dilatar
belakangi bahwa telah terjadi perusakan
hutan yang disebabkan oleh pemanfaatan
hutan dan penggunaan kawasan hutan
yang tidak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan, maka
dikeluarkanlah Undang-undang No. 18
Tahun 2013 ini pada 6 Agustus 2013.
Dalam pasal 5 UU No.18 Tahun 2013
disebutkan bahwa Pemerintah dan
Pemerintah Daerah wajib melakukan
pencegahan perusakan hutan. Langkah
nyata yang disusun guna memberantas
perusakan ini antara lain koordinasi
lintas sektor dalam pencegahan dan
pemberantasan
perusakan
hutan;
pemenuhan kebutuhan sumber daya
aparatur pengamanan hutan; memberikan
insentif bagi para pihak yang berjasa
dalam menjaga kelestarian hutan;
menyusun peta penunjuk kawasan
hutan dan koordinat geografis sebagai
dasar yuridis batas kawasan hutan;
serta pemenuhan kebutuhan sarana dan
prasarana pencegahan dan pemberantasan
perusakan hutan.
Cakupan perusakan hutan yang diatur
dalam undang-undang ini meliputi proses,
cara atau perbuatan merusak hutan melalui
kegiatan pembalakan liar dan penggunaan
kawasan hutan secara tidak sah.
Adapun pembalakan liar didefinisikan
sebagai semua kegiatan pemanfaatan
hasil hutan kayu secara tidak sah yang
terorganisir,
sedangkan
penggunaan
kawasan hutan secara tidak sah meliputi
kegiatan terorganisasi yang dilakukan di
LINK TERKAIT
Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan,
Bappenas
Portal Tata Ruang dan Pertanahan
Sekretariat BKPRN

dalam kawasan hutan untuk perkebunan


atau pertambangan tanpa izin Menteri.
Kelompok masyarakat yang bertempat
tinggal di dalam atau di sekitar kawasan
hutan yang melakukan perladangan
tradisional atau melakukan penebangan
kayu di luar kawasan hutan konservasi
dan hutan lindung untuk keperluan sendiri
dan tidak untuk tujuan komersial, tidak
termasuk ke dalam kategori kelompok
pengrusak hutan.
Masyarakat yang bertempat tinggal di
dalam atau di sekitar kawasan hutan
yang melakukan penebangan kayu di
luar kawasan hutan konservasi dan hutan
lindung untuk keperluan sendiri dan tidak
untuk tujuan komersial harus mendapat
izin dari pejabat yang berwenang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Dalam rangka pelaksanaan pencegahan
dan
pemberantasan
perusakan
hutan, Presiden membentuk lembaga
yang menangani pencegahan dan
pemberantasan
perusakan
hutan.
Lembaga-lembaga ini berkedudukan di
bawah dan bertanggung jawab langsung
kepada Presiden. Lembaga yang dimaksud
adalah
Kementerian
Kehutanan;
Kepolisian Republik Indonesia; Kejaksaan
Republik Indonesia; dan unsur lain yang
terkait.
Penegakan hukum terhadap perusakan
hutan selain dilakukan oleh aparat
negara, juga dibantu oleh masyarakat
setempat.
Masyarakat
diwajibkan
memberikan informasi, baik lisan maupun
tulisan kepada pihak berwenang apabila
mengetahui adanya indikasi perusakan
hutan. [RA]
Sumber: Undang-Undang No.18 Tahun
2013

Potret Kegiatan TRP

- Pemanfaatan Tata Ruang Wilayah Nasional


Dalam Poros Maritim Dunia
- Raker Kedeputian Pengembangan Regional
3
dan Otonomi Daerah 2015
- Kajian Pembangunan Kota Maritim

Kajian Pembangunan Kota Maritim dengan Pola Public Private


The
Awesome
and Advanced Indonesia
People
Partnership
(P4)
mewujudkan beberapa agenda Nawacita
dan Trisakti, khususnya terkait kemandirian
ekonomi melalui pengembangan kawasan
berbasis maritim.

Ilustrasi KRI Dewaruci, kapal layar terbesar yang dimiliki TNI Angkatan Laut RI yang berbasis di Surabaya.
Sumber: nationalgeographic.co.id

Jakarta (28/7). Rapat Kajian dipimpin oleh


Sahli Bidang Maritim dan Tata Ruang,
Bappenas dan dihadiri oleh perwakilan
beberapa instansi meliputi Kemendagri,
Kemen KKP, Kemen ESDM, LIPI, dan
IPB, serta direktorat teknis Bappenas,
yaitu Dit. Kelautan dan Perikanan, Dit.
Tata Ruang dan Pertanahan, dan Dit.
Perkotaan dan Perdesaan.
Kajian Penyusunan Skenario Kota
Maritim dengan Pola Public Private
People Partnership (P4), merupakan upaya

Konsep Kota Maritim yang akan dibangun


adalah kota Pelabuhan Internasional yang
dapat menampung kapal laut generasi
keenam (terakhir) lengkap dengan kawasan
industri dan perkantoran modern serta
permukiman yang menunjang kegiatan
ekonomi dunia. Kota ini menargetkan volume
lalu lintas perdagangan dunia yang 40%
diantaranya melalui wilayah Indonesia.
Dipilih enam kota yang akan dikaji dengan
diantaranya adalah Lombok Utara, Sorong,
Belitung, dan Kota Baru.
Pada rapat sebelumnya (06 Juli 2015),
narasumber Sondiamar telah memaparkan
konsep pembangunan melalui konsep
P4, berupa masyarakat adat setempat
tidak dipinggirkan, melainkan mendapat
bagian keuntungan melalui pembagian
saham perusahaan yang dibentuk bagi
pengembangan kawasan penunjang (industri,
perkantoran, dan permukiman).
Dengan konsep P4, pemerintah tidak perlu
mengeluarkan biaya pembangunan dan
hanya political will yang diterapkan dalam
bentuk ijin yang diberikan kepada investor

swasta untuk melakukan pembangunan fisik


yang diperlukan.
Peserta rapat kemudian mendiskusikan
dasar paparan konsep Pembangunan Kota
Baru. Lokasi Kota Baru di Kalimantan Timur
dijadikan salah satu lokasi yang dikaji.
Sementara ini lokasi uji yang memiliki
kedalaman pantai ideal adalah Lombok
Utara, namun demikian perlu dikaji
beberapa hal lain.
Kesimpulan dari diskusi ini yaitu:
1. Perlu segera menyusun kriteria detail
untuk menilai lokasi-lokasi uji coba di enam
wilayah kota yang telah ditetapkan;
2. Setelah kriteria tersusun, perlu dilakukan
kunjungan lapangan oleh tim sekaligus
penjajagan koordinasi dengan Pemerintah
Provinsi dan Kabupaten terkait;
Ada beberapa catatan penting dari diskusi
ini yaitu (i) lokasi rinci ideal dari Pemda
Kabupaten Kota Baru berbeda dengan
arahan Menteri PPN/Kepala Bappenas, yaitu
lokasi arahan Menteri berada di Kawasan
Lindung; (ii) lokasi arahan Menteri juga
memiliki pantai dengan kedalaman rendah
dan bersedimentasi tinggi. [UK, RA]

RESENSI BUKU:

Sustainable Development Blueprint

TATA GUNA LAHAN

uku ini dikeluarkan oleh Bappeda Provinsi Papua sebagai kajian awal yang ditujukan
sebagai bahan dialog-dialog publik tentang perwujudan masa depan Papua dan gagasan
tentang konsep dasar rancangan sistem pembangunan yang mendukung terwujudnya Visi
Papua 2100. Salah satu sektor strategis yang dirumuskan dalam Visi Papua 2100 yaitu
mengenai Tata Guna Lahan.
Pembangunan berkelanjutan dimulai
dengan mengamankan aset alam terlebih
dahulu. Dalam hal ini, tata guna lahan
berperan dalam menjabarkan konsep
penataan peruntukan lahan dan aset alam,
yang sesuai dengan prinsip pembangunan
berkelanjutan dan budaya asli Papua.
Prinsip tata guna lahan terbagi dalam
tiga arah kebijakan yaitu:
1. Integrasi fungsi lindung dan sosial
budaya;
2. Pembangunan tersebar-setara;
3. Distribusi pembangunan maksimal
dengan mobilitas fisik minimal.
Diharapkan sistem tata guna lahan
menjamin distribusi pembangunan secara
merata, sehingga semua kampung tumbuh
bersama. Dengan demikian, tidak ada

wilayah yang lebih dominan terhadap


wilayah yang lain, juga tidak ada
pembedaan antara pusat dan hinterland.
Pada tahun 2100 minimal 90%
wilayah Papua adalah kawasan alami,
baik lindung maupun nonlindung.
Kawasan nonalami seluas maksimal
10% dialokasikan terutama untuk:
1. Kawasan kampung;
2. Pertanian nonintensif bagi produksi
kebutuhan hidup lokal;
3. Berbagai kegiatan penelitian dan
ujicoba
pengelolaan
kawasan
nonalami dengan kualitas ekologis
yang tinggi, agar ilmu pengetahuan
tentang
peningkatan
kualitas
ekologis kawasan nonalami terus
berkembang. [RA]

Untuk informasi lebih lanjut silakan hubungi kami:

DIREKTORAT TATA RUANG DAN


PERTANAHAN,
BAPPENAS
Jalan Taman Suropati No. 2A
Gedung Madiun Lt. 3

T : 021 392 7412


F : 021 392 6601
E : trp@bappenas.go.id
W: www.trp.or.id
Portal : www.tataruangpertanahan.com

Judul Buku : Sustainable Development Blueprint Tata Guna Lahan


Penyusun : Tim Pembangunan Berkelanjutan Papua
Penerbit : Bappeda Provinsi Papua
Jumlah halaman: 58

Anda mungkin juga menyukai