18/2015
TENTANG PENCEGAHAN DAN
PEMBERANTASAN PERUSAKAN HUTAN
halaman 3
PEMANFAATAN TATA RUANG
WILAYAH NASIONAL DALAM
POROS MARITIM DUNIA
halaman 2
RESENSI BUKU:
TATA GUNA LAHAN
halaman 4
NEWSLETTER
REDAKSI:
| Penanggung Jawab : Direktur Tata Ruang dan Pertanahan |
| Tim Redaksi : Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan | Editor : Rini Aditya Dewi, Santi Yulianti, Indra Ade | Desain Tata Letak : Rini Aditya dan Indra Ade |
POTRET KEGIATAN:
Perwakilan Kementerian Pertahanan berfoto bersama Direktur TRP dan staf Subdit Tata Ruang
di Ruang Direktur TRP, Rabu (8/7). Sumber: Dokumentasi TRP
WAWASAN
PENEGAKAN PERATURAN
Dewasa
ini, peraturan
perundangundangan yang menangani pemberantasan
perusakan
hutan
dianggap
belum
memadai dan belum mampu memberikan
efek jera terhadap pelaku. Dilatar
belakangi bahwa telah terjadi perusakan
hutan yang disebabkan oleh pemanfaatan
hutan dan penggunaan kawasan hutan
yang tidak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan, maka
dikeluarkanlah Undang-undang No. 18
Tahun 2013 ini pada 6 Agustus 2013.
Dalam pasal 5 UU No.18 Tahun 2013
disebutkan bahwa Pemerintah dan
Pemerintah Daerah wajib melakukan
pencegahan perusakan hutan. Langkah
nyata yang disusun guna memberantas
perusakan ini antara lain koordinasi
lintas sektor dalam pencegahan dan
pemberantasan
perusakan
hutan;
pemenuhan kebutuhan sumber daya
aparatur pengamanan hutan; memberikan
insentif bagi para pihak yang berjasa
dalam menjaga kelestarian hutan;
menyusun peta penunjuk kawasan
hutan dan koordinat geografis sebagai
dasar yuridis batas kawasan hutan;
serta pemenuhan kebutuhan sarana dan
prasarana pencegahan dan pemberantasan
perusakan hutan.
Cakupan perusakan hutan yang diatur
dalam undang-undang ini meliputi proses,
cara atau perbuatan merusak hutan melalui
kegiatan pembalakan liar dan penggunaan
kawasan hutan secara tidak sah.
Adapun pembalakan liar didefinisikan
sebagai semua kegiatan pemanfaatan
hasil hutan kayu secara tidak sah yang
terorganisir,
sedangkan
penggunaan
kawasan hutan secara tidak sah meliputi
kegiatan terorganisasi yang dilakukan di
LINK TERKAIT
Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan,
Bappenas
Portal Tata Ruang dan Pertanahan
Sekretariat BKPRN
Ilustrasi KRI Dewaruci, kapal layar terbesar yang dimiliki TNI Angkatan Laut RI yang berbasis di Surabaya.
Sumber: nationalgeographic.co.id
RESENSI BUKU:
uku ini dikeluarkan oleh Bappeda Provinsi Papua sebagai kajian awal yang ditujukan
sebagai bahan dialog-dialog publik tentang perwujudan masa depan Papua dan gagasan
tentang konsep dasar rancangan sistem pembangunan yang mendukung terwujudnya Visi
Papua 2100. Salah satu sektor strategis yang dirumuskan dalam Visi Papua 2100 yaitu
mengenai Tata Guna Lahan.
Pembangunan berkelanjutan dimulai
dengan mengamankan aset alam terlebih
dahulu. Dalam hal ini, tata guna lahan
berperan dalam menjabarkan konsep
penataan peruntukan lahan dan aset alam,
yang sesuai dengan prinsip pembangunan
berkelanjutan dan budaya asli Papua.
Prinsip tata guna lahan terbagi dalam
tiga arah kebijakan yaitu:
1. Integrasi fungsi lindung dan sosial
budaya;
2. Pembangunan tersebar-setara;
3. Distribusi pembangunan maksimal
dengan mobilitas fisik minimal.
Diharapkan sistem tata guna lahan
menjamin distribusi pembangunan secara
merata, sehingga semua kampung tumbuh
bersama. Dengan demikian, tidak ada