Anda di halaman 1dari 56

ht

tp
s://
w
w
w
.b
ps
.g
o.id

a
ht
tp
s:
//w
w
w
.b
ps
.g
o.
id

c
Indikator Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Sektor Pertanian 2020
di Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat
(Hasil Survei Pertanian Terintegrasi)
Agricultural SDGs Indicator 2020 in West Java, East Java and West Nusa Tenggara
(the Integrated Agricultural Survey Results)

ISBN: 978-602-438-406-7
No. Publikasi/Publication Number: 05210.2101
No. Katalog/BPS Catalogue: 5102003
Ukuran Buku/Book Size: 18,2 cm x 25,7 cm
Jumlah Halaman/Number of Pages: vi + 48 halaman/ pages

Pengarah/Director:
M. Habibullah

id
Penanggung Jawab/Person in Charge:

o.
Kadarmanto

.g
Simon Sapary
ps
Penyunting/Editor:
Rustam
.b

Muhammad Adnan
w
w

Naskah/Manuscript:
Eunike Widya Parameswari
//w

Aulia Dini Rafsanjani, Eta Dian Ayu A.Sita


Eka Rudiana, Aniisa Rizqi
s:
tp

Pengolahan Data/Data Processing:


Aulia Dini Rafsanjani, Fitria Hasanah, Wartiningsih, Achmad Dahlan
ht

Miftahul Jannah, Herzainul Nur Hakim, Aniisa Rizqi, Zukha Latifah


Kadir, Octavia Rizki Prasetyo

Desain Kover/Cover Design:


Fitriana Nur Rachmah

Tata Letak/Layout:
Fitriana Nur Rachmah

Penerbit/Published by: ©BPS RI/BPS - Statistics Indonesia


Pencetak/Printed by: Badan Pusat Statistik

Sumber Ilustrasi /Graphics by: freepik.com, flaticon.com


Sumber Foto /Photos by: Humas BPS, unsplash.com

Dilarang mengumumkan, mendistribusikan, mengkomunikasikan, dan/


atau menggandakan sebagian atau seluruh isi buku ini untuk tujuan
komersial tanpa izin tertulis dari Badan Pusat Statistik
Prohibited to announce, distribute, communicate, and/or copy part of all
this book for commercial purpose without permission from BPS-Statistics
Indonesia
Kata
Pengantar

Pada tahun 2015, negara-negara yang tergabung dalam Perserikatan Bangsa-


Bangsa menyepakati seruan universal untuk mengambil tindakan dalam mengakhiri
kemiskinan, melindungi planet ini dan memastikan bahwa semua orang menikmati
perdamaian dan kemakmuran pada tahun 2030. Kesepakatan ini selanjutnya disebut
sebagai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals
(TPB/SDGs).

id
Untuk dapat mewujudkan TPB/SDGs, setiap negara memerlukan indikator yang dapat
diandalkan untuk mendukung pemantauan dan evaluasi kemajuan dan pencapaian

o.
secara nasional, regional dan global. Namun demikian, terdapat sejumlah tantangan

.g
dalam menghasilkan indikator terkait TPB/SDGs, mulai dari kapasitas statistik dan
sumber data yang terbatas serta kebutuhan untuk memperkuat kerjasama dan
ps
koordinasi antar Kementerian/Lembaga.
.b

Menyadari urgensi untuk menghasilkan indikator yang handal dalam memenuhi


w

TPB/SDGs, Badan Pusat Statistik (BPS) melaksanakan Survei Pertanian Terintegrasi


w

(SITASI). SITASI pada tahun 2020 dilaksanakan dengan cakupan 3 Provinsi yakni
//w

Jawa Barat, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat.


s:

Melalui SITASI 2020 ini, Badan Pusat Statistik (BPS) dapat menghasilkan 4 (empat)
Indikator TPB/SDGs terkait Sektor pertanian, yakni Indikator 2.3.1; Indikator 2.3.2;
tp

Indikator 5.a.1; dan Indikator 2.4.1 yang dirangkum dalam booklet ini.
ht

Besar harapan kami booklet ini dapat bermanfaat tidak hanya bagi pengguna data
tetapi juga untuk memberikan wawasan bagi penguatan kerja sama dan koordinasi
antar Kementrian/Lembaga terkait. Hasil SITASI 2020 ini juga diharapkan akan
bermanfaat bagi perencana, pembuat kebijakan, dan peneliti.

Akhirnya, kami menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
berkontribusi terhadap penyusunan booklet ini. Kami juga terbuka terhadap saran
dan kritik yang membangun untuk penyempurnaan di masa yang akan datang.

Jakarta, Desember 2020

Kepala Badan Pusat Statistik


Republik Indonesia

Suhariyanto

iii
Foreward

In 2015, the United Nations agreed to a universal call to take action to end poverty,
protect the planet and ensure that all people enjoy peace and prosperity by 2030.
This agreement is hereinafter referred to as the Sustainable Development Goals
(SDGs).

In order to realize SDGs, every country needs reliable indicators to support

id
monitoring and evaluation of progress and achievements nationally, regionally and
globally. However, there are a number of challenges in producing indicators related

o.
to SDGs, ranging from limited statistical capacity and data sources and the need to

.g
strengthen cooperation and coordination between Ministries / Agencies.
ps
Recognizing the urgency to produce reliable indicators in meeting SDGs, BPS -
.b

Statistics Indonesia conducted an Integrated Agricultural Survey (SITASI). SITASI


in 2020 was carried out with a coverage of 3 provinces, namely West Java, East
w

Java, and West Nusa Tenggara.


w
//w

Through SITASI 2020, the Central Statistics Agency (BPS) can produce 4 (four)
SDGs indicators related to the agricultural sector, namely indicator 2.3.1; indicator
s:

2.3.2; indicator 5.a.1; and indicator 2.4.1 which is summarized in this booklet.
tp

We really hope that this booklet can provide benefits for data users and provide
ht

insights for strengthening cooperation and coordination between related Ministries


/ Agencies. It is hoped that the results of SITASI 2020 will be of use to planners,
policy makers and researchers.

Finally, we appreciate all those who have contributed to the completion of this
booklet. We are also open to suggestions and criticism for improvements in the
future.

Jakarta, December 2020

BPS - Statistics Indonesia

Suhariyanto
Chief Statistician

iv
Daftar Isi
Contents

i-ii Kata Pengantar


Foreward

iii Daftar Isi

id
Contents

o.
1 Pendahuluan
.g
ps
Preface
.b

7 Perkembangan Terkini TPB Nasional


w

Current Development of National SDGs


w

13
//w

Indikator TPB Sektor Pertanian Terkini


SDGs Indicator Agricultural Sector
s:

Indikator TPB 2.3.1


19
tp

SDGs Indicator 2.3.1


Indikator TPB 2.3.2
20
ht

SDGs Indicator 2.3.2


Indikator TPB 2.4.1
21 SDGs Indicator 2.4.1
Indikator TPB 5.a.1
38 SDGs Indicator 5.a.1

45 Penutup
Closing

48 Daftar Pustaka
References

v
Indikator Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Sektor Pertanian 2020
di Prov. Jawa Barat, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat

id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

iv
Agricultural SDGs Indicator 2020
in West Java, East Java, and West Nusa Tenggara

01
Pendahuluan

id
Preface

o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

1
Indikator Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Sektor Pertanian 2020
di Prov. Jawa Barat, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat

id
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB)

o.
Sustainable Development Goals (SDGs)
.g
ps
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) The Sustainable Development Goals (SDG) are
.b

merupakan suatu rencana aksi global yang a global action plan agreed upon by world
w

disepakati oleh para pemimpin dunia, termasuk leaders, including Indonesia, to end poverty,
Indonesia, guna mengakhiri kemiskinan, reduce inequality and protect the environment.
w

mengurangi kesenjangan dan melindungi The TPB or SDGs as we know them today are
//w

lingkungan. TPB atau SDGs yang kita kenal the result of decades of cooperation between
sekarang ini merupakan hasil karya kerja sama countries, the United Nations, experts and other
s:

puluhan tahun negara-negara, PBB, pakar- stakeholders to formulate agreements and


tp

pakar, dan pemangku kepentingan lainnya untuk common goals. The SDGs contain 17 Goals and
menyusun kesepakatan dan tujuan bersama. 169 Targets that are expected to be achieved
ht

TPB berisi 17 Tujuan dan 169 Target yang by 2030.


diharapkan dapat dicapai pada tahun 2030.

Sejalan dengan hal tersebut, tujuan yang ingin In line with this, the goals to be achieved
dicapai pada TPB, khususnya pada sektor in the SDGs, particularly in the agricultural
pertanian, antara lain Tujuan 2 (Tanpa Kelaparan, sector, include Goal 2 (No Hunger, namely
yaitu ”Menghilangkan kelaparan, mencapai “Eliminating hunger, achieving good food and
ketahanan pangan dan gizi yang baik, serta nutrition security, and promoting sustainable
meningkatkan pertanian berkelanjutan.”) dan agriculture.”) And Goal 5 (Gender Equality,
Tujuan 5 (Kesetaraan Gender, yaitu “Mencapai namely “Achieving Gender Equality and
Kesetaraan Gender dan Memberdayakan Kaum Empowering Women”).
Perempuan”).

Kelaparan didefinisikan sebagai kondisi hasil Hunger is defined as a condition resulting from
dari kurangnya konsumsi pangan kronik. Dalam chronic lack of food consumption. In the long
jangka panjang, kelaparan kronis berakibat term, chronic hunger will adversely affect the
buruk pada derajat kesehatan masyarakat health status of the people and cause high
dan menyebabkan tingginya pengeluaran public expenditure on health. Not everyone has
masyarakat untuk kesehatan. Tidak semua orang access to the food they need, and this leads to
mempunyai kemudahan untuk memperoleh hunger and malnutrition on a large scale in the
pangan yang dibutuhkan, dan hal ini mengarah world.
pada kelaparan dan kekurangan gizi dalam skala
besar di dunia.

2
Agricultural SDGs Indicator 2020
in West Java, East Java, and West Nusa Tenggara

id
o.
.g
ps
.b
w
w

Sebagian penduduk dunia saat ini kekurangan Most of the world’s population is currently
//w

pangan secara kronis dan tidak mampu chronically undernourished and unable to
mendapatkan pangan yang cukup untuk find enough food to meet their minimum
s:

memenuhi kebutuhan energi minimum mereka. needs. Millions of children under five years of
Jutaan anak–anak berusia di bawah lima tahun age (toddlers) suffer from chronic or acute
tp

(balita) menderita kekurangan gizi kronis atau malnutrition during seasons of food shortages,
ht

akut pada saat musim kekurangan pangan, famine seasons and social unrest, this figure
musim kelaparan dan kerusuhan sosial, angka continues to increase.
ini terus meningkat.

Sektor pertanian dapat menyediakan The agricultural sector can provide nutritious
pangan yang bergizi bagi semua orang dan food for all people and generate a decent
menghasilkan pendapatan yang layak sehingga income which in turn can alleviate poverty
pada gilirannya dapat mengentaskan kemiskinan and end hunger. Goal 2 of the SDGs is used to
dan mengakhiri kelaparan. Tujuan 2 dari TPB track the extent to which this target has been
digunakan untuk melacak sejauh mana target achieved.
ini tercapai.

3
Indikator Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Sektor Pertanian 2020
di Prov. Jawa Barat, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat

Kesetaraan gender didefinisikan sebagai suatu Gender equality defined as a condition when
keadaan ketika setiap orang, baik laki-laki everyone, both men and women, has equal
maupun perempuan memiliki hak, tanggung rights, responsibilities and opportunities. Gender
jawab, dan kesempatan yang setara. Kesetaraan equality is not only a fundamental human right,
gender bukan sekedar hak asasi manusia but also a necessary foundation for a world
yang fundamental, namun juga landasan yang that is peaceful, prosperous and sustainable.
diperlukan untuk kehidupan dunia yang damai,
sejahtera, dan berkelanjutan.

Mengatasi ketidaksetaraan gender sangat Addressing gender inequality is essential to


penting dalam meraih keberlanjutan pada achieving sustainability in the agricultural sector.
sektor pertanian. Tingkat ketimpangan yang Still high levels of inequality can make it difficult
masih tinggi dapat mempersulit peningkatan to increase productivity and reduce poverty and
produktivitas serta pengurangan kemiskinan dan hunger. Countries with very unequal incomes
kelaparan. Negara-negara dengan pendapatan tend to have lower levels of land productivity
yang sangat timpang cenderung memiliki tingkat and are more vulnerable to food insecurity.
produktivitas lahan yang lebih rendah dan lebih
rentan terhadap kerawanan pangan.

id
Proporsi perempuan dan anak perempuan The proportion of women and girls comprises
mencapai hampir setengah dari tenaga kerja nearly half of the agricultural workforce in

o.
pertanian di negara berkembang. Namun developing countries. However, women who
demikian, perempuan yang bekerja di bidang
.g
work in agriculture experience many obstacles,
ps
pertanian mengalami banyak kendala seperti such as lack of access to agricultural training,
kurangnya akses ke pelatihan pertanian, difficulties in accessing land ownership,
.b

kesulitan dalam mengakses kepemilikan lahan, extension services and finance.


layanan penyuluhan, dan keuangan.
w
w

Salah satu alat untuk memantau pemberdayaan One of the tools to monitor women’s
//w

perempuan dalam sektor pertanian adalah empowerment in the agricultural sector is


melalui Indikator TPB 5.a.1 yakni proporsi through the SDG indicator 5.a.1, namely the
s:

penduduk pertanian yang memiliki hak atas proportion of agricultural residents who have
tp

tanah pertanian dan proporsi penduduk rights to agricultural land and the proportion of
pertanian perempuan sebagai pemilik atau yang female agricultural residents who own or have
ht

memiliki hak atas tanah pertanian. rights to agricultural land.

4
Agricultural SDGs Indicator 2020
in West Java, East Java, and West Nusa Tenggara

id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

5
Indikator Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Sektor Pertanian 2020
di Prov. Jawa Barat, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat

id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

6
Agricultural SDGs Indicator 2020
in West Java, East Java, and West Nusa Tenggara

02
Perkembangan Terkini
TPB Nasional
Current Development of
National SDGs

id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

7
Indikator Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Sektor Pertanian 2020
di Prov. Jawa Barat, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat

Perkembangan Terkini
TPB Nasional
Current Development of
National SDGs

Di Indonesia, pelaksanaan TPB telah In Indonesia, the implementation of the SDGs


memberikan perubahan yang positif dan has provided positive changes and quite a
cukup banyak kinerja yang telah dicapai baik lot of performance has been achieved both
di tingkat global maupun nasional. Indonesia at the global and national levels. Indonesia
sudah membuat banyak pencapaian, seperti has made many achievements, such as the
tingkat kemiskinan yang terus berkurang, poverty rate which continues to decrease,

id
dimana tercatat terdapat 17,75 persen where there were 17.75 percent of poor

o.
penduduk miskin di Indonesia pada bulan people in Indonesia in March 2006 and
Maret 2006 dan terus mengalami penurunan
hingga tersisa 9,78 persen penduduk miskin .g
continues to decline until the remaining 9.78
percent of the poor in Indonesia in March
ps
di Indonesia pada bulan Maret 2020. 2020.
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

Sumber/Source:
Profil Kemiskinan di Indonesia Maret 2020, BPS
Poverty Profile in Indonesia March 2020, BPS

Demikian halnya dengan tingkat literasi Likewise, the national literacy rate continues
nasional yang terus mengalami peningkatan, to increase, marked by the number of people
ditandai dengan banyaknya penduduk usia aged 15-24 years who can read and write as
15-24 tahun yang dapat membaca dan much as 99.78 percent in 2020.
menulis sebanyak 99,78 persen pada tahun
2020.

8
Agricultural SDGs Indicator 2020
in West Java, East Java, and West Nusa Tenggara

Sumber/Source: BPS

Pencapaian dalam sektor pertanian terkait Achievements in the agricultural sector related
tujuan ke-2 TPB ditunjukkan dengan nilai to the 2nd goal of the SDGs are shown by
tambah pertanian per tenaga kerja secara the added value of agriculture per workforce
nasional mengalami peningkatan selama kurun nationally that has increased during the 2015-

id
waktu 2015-2019 dari 41.197 ribu rupiah per 2019 period from 41,197 thousand rupiah per

o.
tenaga kerja pada tahun 2015 menjadi 58.235 workforce in 2015 to 58,235 thousand rupiah
ribu rupiah per tenaga kerja pada tahun 2019. per workforce in 2019. The greater the income
Semakin besar pendapatan atau penghasilan
.g
or labor / farmer income shows the welfare of
ps
tenaga kerja/petani menunjukkan kesejahteraan agricultural sector workers.
tenaga kerja sektor pertanian.
.b
w
w

Nilai Tambah Pertanian Dibagi Jumlah Tenaga Kerja di Sektor Pertanian (Ribu Rupiah per Tenaga Kerja)
//w

Agricultural Value Added by Number of Workers in the Agricultural Sector (Thousands of Rupiah per
Labor)
s:

2015-2019
tp
ht

Catatan/Notes: * Angka Sementara/ Temporary Figures


** Angka Sangat Sementara/ Very Provisional Figures
Sumber/Source: BPS

Sejak tahun 2016, Indonesia juga telah Since 2016, Indonesia has also implemented the
mengimplementasikan agenda pembangunan SDGs global development agenda into national
global TPB ke dalam pembangunan nasional. development. Therefore, a measurement is
Oleh karena itu, suatu pengukuran sangat needed to monitor and evaluate the progress
dibutuhkan untuk memantau dan mengevaluasi of the SDGs and to track the country’s
kemajuan TPB serta dapat melacak kinerja performance in achieving the 17 SDGs Goals.
negara dalam pencapaian 17 Tujuan TPB. Salah One of the most popular attempts to measure
satu upaya paling popular dalam mengukur SDGs achievement is by using the SDGs Index.
capaian TPB yang dilakukan adalah dengan
menggunakan Indeks TPB.

9
Indikator Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Sektor Pertanian 2020
di Prov. Jawa Barat, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat

Indeks TPB merupakan indeks komposit yang The SDGs index is a composite index that ideally
secara ideal mengukur konsep multidimensi measures the multidimensional concept of SDGs
TPB yang tidak dapat dijelaskan hanya dengan that cannot be explained by just one indicator.
satu indikator. Indeks TPB Indonesia secara The Indonesian SDGs Index can simply be
sederhana dapat diartikan sebagai nilai capaian interpreted as the optimal performance value.
optimal. Pada tahun 2019, Badan Pusat Statistik In 2019, the Central Statistics Agency (BPS) has
(BPS) telah merilis kajian awal indeks TPB di released an initial study of the SDGs index in
Indonesia menurut provinsi. Indonesia by province.

id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

Indonesia tidak boleh lengah,


karena masih banyak tantangan yang menghadang di depan mata. Ketimpangan sosial yang
masih sangat terasa, dimana hanya 50,8% perempuan di angkatan kerja dibanding laki-laki
82%, dan masih 8,84% masyarakat Indonesia belum menikmati listrik, serta 37% atau 9 juta
anak mengalami stunting. Selain itu juga tantangan yang dihadapi lainnya adalah kebakaran
dan kerusakan hutan, kekerasan terhadap perempuan yaitu 1 dari 3 orang perempuan pernah
mengalami kekerasan fisik dan/atau seksual, sampah plastik yang dapat merusak lingkungan
dengan jumlah setiap tahunnya mencapai 8 juta ton sampah plastik yang beredar di lautan dunia,
sehingga jika hal ini dibiarkan maka sampah plastik di lautan akan lebih banyak dari jumlah ikan,
pengangguran anak muda yang masih sangat tinggi yaitu sekitar 7 juta pengangguran terdapat
4 juta diantaranya adalah kaum muda berusia 15-24 tahun.

Indonesia must not be careless,


because there are still many challenges that lie ahead. Social inequality is still very pronounced,
where only 50.8% of women in the labor force compared to 82% of men, and 8.84% of
Indonesians still do not enjoy electricity, and 37% or 9 million children are stunted. In addition,
other challenges faced are fires and forest destruction, violence against women, namely 1 in 3
women who have experienced physical and / or sexual violence, plastic waste that can damage
the environment with an annual amount of up to 8 million tons of plastic waste circulating in
oceans of the world, so that if this is allowed, plastic waste in the oceans will be more than
the number of fish, unemployment of young people is still very high, namely around 7 million
unemployed, 4 million of whom are young people aged 15-24 years.

10
Agricultural SDGs Indicator 2020
in West Java, East Java, and West Nusa Tenggara

Pekerjaan-pekerjaan yang belum selesai


ini harus segera kita tuntaskan bersama.
Semua tantangan ini bisa kita taklukkan
hanya bila kita bergerak bersama. Mari kita
bangun Indonesia bersama-sama agar tujuan
TPB/SDGs di Indonesia dapat tercapai dan
meyakinkan bahwa tidak ada satupun yang
tertinggal.

We must finish the unfinished work together.


All of these challenges we can overcome only
if we move together. Let’s build Indonesia
together so that the goals of the TPB / SDGs
in Indonesia can be achieved and ensure that

id
no one is left behind.

o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

11
Indikator Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Sektor Pertanian 2020
di Prov. Jawa Barat, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat

id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

12
Agricultural SDGs Indicator 2020
in West Java, East Java, and West Nusa Tenggara

03
Indikator TPB
Sektor Pertanian

id
SDGs Indicator Agricultural

o.
Sector
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

13
Indikator Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Sektor Pertanian 2020
di Prov. Jawa Barat, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat

Target 2.3
Target 2.3

Pada tahun 2030 terdapat penggandaan produktivitas pertanian dan
pendapatan produsen pangan skala kecil, termasuk mendapatkan
akses yang aman dan setara terhadap lahan, sumber daya dan input
produktif lainnya seperti pengetahuan, layanan keuangan, pasar,
peluang untuk penambahan nilai dan pekerjaan non-pertanian.

By 2030 there will be a doubling of agricultural productivity and the


income of small-scale food producers, including having safe and
equal access to land, resources and other productive inputs such as
knowledge, financial services, markets, opportunities for value addition
and non-agricultural employment.

id

o.
Produsen Pangan Skala Kecil .g
ps
Small Scale Food Producer
.b
w

Produsen pangan (petani) skala kecil adalah Small-scale food producers (farmers) are
w

produsen yang secara struktural tidak producers who are structurally not dependent
//w

tergantung pada tenaga kerja upahan tetap dan on fixed wage labor and who manage their
yang mengelola kegiatan produksinya terutama production activities, especially with family
s:

dengan pekerja keluarga. Sebagian besar waktu workers. Most of the working time is spent on
kerja dihabiskan untuk kegiatan pertanian di agricultural activities on their own farms or in
tp

lahan pertanian sendiri atau di rumah mereka their own homes. This agricultural income is a
ht

sendiri. Pendapatan pertanian ini merupakan major part of their total income.
bagian utama dari total pendapatan mereka.

Petani skala kecil diyakini dapat berkontribusi Small-scale farmers are believed to be able to
secara signifikan terhadap pangan dunia. Di sisi contribute significantly to world food. On the
lain, mereka juga diperkirakan sebagai yang other hand, they are also estimated to be the
paling miskin dan rawan pangan. Namun, diakui poorest and most food insecure. However, it
secara luas bahwa petani skala kecil adalah salah is widely recognized that small-scale farmers
satu tenaga kerja utama yang memproduksi are one of the main workforce producing food,
pangan, dan karena mereka berada dalam and because they are in a relatively vulnerable
posisi yang relatif rentan, maka penting untuk position, it is important to promote development
mendorong kebijakan pembangunan yang policies on their side.
berpihak pada mereka.

14
Agricultural SDGs Indicator 2020
in West Java, East Java, and West Nusa Tenggara

Mengapa penting untuk fokus kepada Petani Skala Kecil


Why is it important to focus on Small-Scale Farmers

Ketahanan pangan dan gizi


1 Food and nutrition security

Seseorang dianggap aman pangan A person is considered food safe


jika memiliki ketersediaan dan akses if he has adequate availability and
yang memadai setiap saat terhadap access at all times to sufficient, safe
pangan yang cukup, aman, dan and nutritious food to maintain a
bergizi untuk mempertahankan healthy and active life.
hidup yang sehat dan aktif.

Kehidupan pedesaan yang berkelanjutan


2 Sustainable rural life

Kehidupan dapat diartikan sebagai Life can be defined as abilities,

id
kemampuan, aset dan aktivitas, assets and activities, which consist

o.
yang terdiri dari modal manusia, of human capital, social capital,
modal sosial, modal alam, modal
fisik, dan modal finansial. Dalam .g natural capital, physical capital
and financial capital. Within the
ps
lingkup indikator 2.3.1. dan 2.3.2, scope of indicators 2.3.1. and
fokus utamanya adalah pada 2.3.2, the main focus is on the
.b

keberlanjutan dan ketahanan sustainability and survival of those


w

kehidupan yang terletak di daerah located in rural areas.


w

pedesaan.
//w
s:

Produksi pangan global


3 Global food production
tp

Karena unit produksi yang lebih Because smaller production units


ht

kecil terdistribusi dengan lebih are better distributed in certain


baik di wilayah tertentu dan regions and provide a more
menyediakan pangan yang lebih diverse diet, the stability of small-
beraneka ragam, stabilitas petani scale farmers directly contributes
skala kecil secara langsung to global food production and
berkontribusi pada produksi increases local and healthy food
pangan global dan meningkatkan supplies.
pasokan pangan lokal dan sehat.

Sejumlah literatur ilmiah dan dokumen kebijakan mengkategorikan penentuan Petani


skala kecil pada empat kriteria: luas lahan yang dikelola, jumlah tenaga kerja yang
dipekerjakan untuk produksi pertanian (terutama anggota keluarga), orientasi pasar
dan ukuran ekonomi dari unit usaha.

A number of scientific literature and policy documents categorize the determination


of small-scale farmers on four criteria: the area of land managed, the number of
workers employed for agricultural production (especially family members), market
orientation and the economic size of the business unit.

15
Indikator Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Sektor Pertanian 2020
di Prov. Jawa Barat, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat

Pada Survei Pertanian Terintegrasi (SITASI) 2020, kriteria yang digunakan untuk
menentukan Petani Skala Kecil dirangkum menjadi 2 kriteria, yakni ukuran fisik dan
ukuran ekonomi dari usaha pertanian.

In the 2020 Integrated Agriculture Survey (SITASI), the criteria used to determine
Small-Scale Farmers are summarized into 2 criteria, namely the physical size and
economic size of the agricultural business.

Ukuran fisik usaha pertanian


1 The physical size of the agricultural business

Luas lahan yang dikelola


a.
The area of
land managed

id
o.
Termasuk:
.g
Including:
ps
- Lahan bera (sedang tidak ditanami - Fallow land (not being planted for a
selama waktu tertentu) certain time)
.b

- Lahan dikelola untuk tanaman - The land is managed for seasonal /


w

musiman/ tahunan annual crops


- Lahan disewa - Land for rent
w
//w

Tidak Termasuk: Not included:


- Lahan hutan - Forest land
s:

- Lahan telantar - Abandoned land


tp

- Lahan disewakan - Land for lease


ht

Jumlah ternak yang dipelihara


b.
Number of livestock kept

Ukuran peternakan diukur dalam Farm size is measured in the Tropical


Tropical Livestock Unit (TLU)/ Unit Livestock Unit (TLU) / Tropical Livestock
Ternak Tropikal. Unit.

TLU adalah unit perbandingan ternak TLU is a unit of ratio of livestock used
yang digunakan untuk membandingkan to compare the relative sizes of a herd.
ukuran relatif dari suatu kawanan. TLU TLU is basically an ‘exchange ratio’
pada dasarnya merupakan ‘exchange among livestock species, obtained by
ratio’ di antara spesies ternak, diperoleh converting body weight to metabolic
dengan mengubah berat badan menjadi weight.
berat metabolik.

16
Agricultural SDGs Indicator 2020
in West Java, East Java, and West Nusa Tenggara

Ukuran ekonomi usaha pertanian


2 The size of the agricultural business economy

Ukuran ekonomi diukur berdasarkan The size of the economy is measured by


pendapatan total produksi pertanian. the total income of agricultural production.
Namun, untuk mendapatkan hasil yang However, to obtain comparable results
sebanding di berbagai negara, pendapatan across countries, revenues are expressed in
dinyatakan dalam Purchasing Power Parity Purchasing Power Parity (PPP) Dollars.
(PPP) Dollar atau Paritas Daya Beli (nilai
mata uang US$).

Paritas Daya Beli adalah indikator yang PPP is an indicator that allows a comparison
memungkinkan perbandingan daya of the purchasing power of individual

id
beli masing-masing negara dengan countries using not only the exchange rate,

o.
menggunakan tidak hanya nilai tukar, tetapi but also the market price of a basket of

.g
juga harga pasar dari sekeranjang barang, goods, if paid in dollars.
jika dibayar dalam dollar. Penurunan daya A decrease in the purchasing power of one
ps
beli salah satu mata uang akan menyebabkan of the currencies will cause a proportional
penurunan proporsional dalam penilaian decrease in the valuation of that currency
.b

mata uang tersebut di pasar valuta asing. on the foreign exchange market.
w
w

Dari 2 kriteria yang digunakan tersebut, ditentukan ambang batas 40% distribusi terbawah atau
//w

2 (dua) kuintil distribusi berdasarkan rekomendasi para ahli dan juga digunakan oleh Bank Dunia
untuk pengukuran kesejahteraan. Ambang batas ini digunakan secara khusus untuk memantau
s:

indikator 2.3.1 dan indikator 2.3.2.


tp

From the 2 criteria used, the threshold for the lowest 40% distribution or 2 (two) distribution
quintiles is determined based on the recommendations of experts and is also used by the
ht

World Bank to measure welfare. This threshold is used specifically to monitor indicator 2.3.1 and
indicator 2.3.2.

40%
1. Ukuran Lahan 2. Jumlah ternak 3. Pendapatan
Land Size Number of livestock Income

Ambang batas untuk ukuran Ambang batas untuk jumlah Ambang batas untuk
luas lahan yang dikelola pada ternak yang dipelihara pada pendapatan pada provinsi
Provinsi Jawa Barat, Jawa Provinsi Jawa Barat, Jawa Jawa Barat, Jawa Timur, dan
Timur, dan Nusa Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara Nusa Tenggara Barat sebesar
Barat sebesar 0,16 hektar. Barat sebesar 0,61 unit ternak US$ 1044,169 PPP.
tropikal (TLU).
The threshold for the size of The threshold for the number of The threshold for income in
land area under management livestock kept in the Provinces the provinces of West Java,
in the Provinces of West Java, of West Java, East Java and East Java, and West Nusa
East Java and West Nusa West Nusa Tenggara is 0,61 Tenggara is US $ 1044,169
Tenggara is 0,16 hectares. tropical livestock units (TLU). PPP.

17
Indikator Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Sektor Pertanian 2020
di Prov. Jawa Barat, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat

Petani berada pada


Petani berada pada 40% 40% distribusi ukuran
distribusi ukuran fisik ekonomi usaha
usaha pertanian pertanian
Farmers are in 40% of Farmers are in 40% of
Petani Skala Kecil
Small Scale Food
the distribution of the the distribution of the Producer
physical size of the economy size of the
agricultural business agricultural business

Dari ketiga ambang batas yang telah ditentukan, seseorang hanya dapat disebut sebagai
petani skala kecil jika dalam kurun waktu setahun mengelola lahan seluas kurang dari
0,16 hektar, memelihara ternak kurang dari 0,61 unit ternak tropikal, dan memperoleh
pendapatan kurang dari US$ 1 044, 169 PPP, atau dengan kata lain memenuhi ketiganya.

Of the three predetermined thresholds, a person can only be called a small-scale farmer
if within a year they manage less than 0,16 hectares of land, raise less than 0,61 units
of tropical livestock, and earn less than US $ 1044, 169 PPP, or in other words fulfilled

id
all three.

o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

Berdasarkan penentuan ambang batas tersebut, Based on the determination of the threshold,
diperkirakan jumlah petani skala kecil di provinsi it is estimated that the number of small-scale
Jawa Barat, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara farmers in the provinces of West Java, East Java
Barat hanya sebanyak 28,77 persen dari total and West Nusa Tenggara is only 28.77 percent
usaha pertanian yang ada. Jika dikelompokkan of the total existing agricultural businesses. If
menurut provinsi, ditemukan sebanyak 35,82 grouped by province, it was found that 35.82
persen petani skala kecil di provinsi Jawa percent of small-scale farmers in West Java
Barat, 21,15 persen petani skala kecil di provinsi province, 21.15 percent of small-scale farmers
Jawa Timur, dan 23 persen petani skala kecil di in East Java province, and 23 percent of small-
provinsi Nusa Tenggara Barat. scale farmers in West Nusa Tenggara province.

18
Agricultural SDGs Indicator 2020
in West Java, East Java, and West Nusa Tenggara

Indikator TPB 2.3.1


SDGs Indicator 2.3.1
Indikator 2.3.1 digunakan untuk mengukur Indicator 2.3.1 is used to measure how much
berapa banyak volume yang dapat diproduksi volume can be produced per unit of labor,
per unit tenaga kerja yaitu rata-rata produktivitas namely the average productivity of labor.
tenaga kerja.

Metodologi
Methodology

SDG
Output Pendapatan
Output Revenue
2.3.1 = =
Input Tenaga Kerja Hari Kerja dalam Setahun
Labor Input Days Work in a year

id
Hasil

o.
Result
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

Berdasarkan hasil Survei Pertanian Terintegrasi Based on the results of the 2020 Integrated
(SITASI) 2020, petani skala kecil di Provinsi Agriculture Survey (SITASI), small-scale farmers
Jawa Barat, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara in the Provinces of West Java, East Java and
Barat dapat menghasilkan US$ 36,3 PPP per West Nusa Tenggara can earn US $ 36.3 PPP
hari kerja. Jika dikategorikan menurut provinsi, per working day. If categorized by province, it
maka petani skala kecil di provinsi Jawa Barat is estimated that small-scale farmers in West
diperkirakan dapat menghasilkan US$ 43,58 Java can earn US $ 43.58 PPP per work day.
PPP per hari kerja. Selanjutnya, petani skala Furthermore, small-scale farmers in East Java
kecil di provinsi Jawa Timur diperkirakan dapat province are estimated to be able to generate
menghasilkan US$ 28,52 PPP per hari kerja. Dan US $ 28.52 PPP per work day. And small-scale
petani skala kecil di provinsi Nusa Tenggara farmers in West Nusa Tenggara province are
Barat diperkirakan dapat menghasilkan US$ estimated to generate US $ 20.15 PPP per work
20,15 PPP per hari kerja. day.

19
Indikator Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Sektor Pertanian 2020
di Prov. Jawa Barat, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat

Indikator TPB 2.3.2


SDGs Indicator 2.3.2

Indikator 2.3.2 mengacu pada pendapatan Indicator 2.3.2 refers to the actual net income
bersih aktual yang diperoleh produsen makanan that small-scale food producers (farmers)
(petani) skala kecil dari kegiatan pertanian receive from their agricultural activities. In other
mereka. Dengan kata lain, indikator ini digunakan words, this indicator is used to measure the
untuk mengukur pendapatan rata-rata dari average income of small-scale farmers.
petani skala kecil.

Metodologi
Methodology

SDG Pendapatan Biaya Variasi Stok ( jika tersedia)


2.3.2 = Revenue Cost Stock Variation (if available)

id
o.
.g Hasil
ps
Result
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

Hasil Survei Pertanian Terintegrasi (SITASI) 2020 The results of the 2020 Integrated Agriculture
menunjukkan bahwa pada kurun waktu setahun, Survey (SITASI) show that over the course of
petani skala kecil di provinsi Jawa Barat, a year, small-scale farmers in the provinces of
Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat dapat West Java, East Java and West Nusa Tenggara
menghasilkan US$ 641,97 PPP. can generate US $ 641.97 PPP.

Menurut provinsi, petani skala kecil di Jawa Barat By province, small-scale farmers in West Java
dapat menghasilkan US$ 683,37 PPP dalam can generate US $ 683.37 PPP over the course
kurun waktu setahun. Di provinsi Jawa Timur, of a year. In East Java province, small-scale
petani skala kecil hanya menghasilkan US$ farmers only generate US $ 573.83 PPP in a
573,83 PPP dalam periode setahun. Sedangkan year. Meanwhile, small-scale farmers in West
petani skala kecil di provinsi Nusa Tenggara Nusa Tenggara province only generated US $
Barat hanya menghasilkan US$ 466,73 PPP 466.73 PPP in a year.
dalam kurun waktu setahun.

20
Agricultural SDGs Indicator 2020
in West Java, East Java, and West Nusa Tenggara

Target 2.4
Target 2.4

Pada tahun 2030, memastikan sistem produksi pangan berkelanjutan
dan menerapkan praktik pertanian tangguh yang meningkatkan
produktivitas dan produksi, yang membantu memelihara ekosistem,
yang memperkuat kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim,
cuaca ekstrem, kekeringan, banjir, dan bencana lainnya, serta yang
secara progresif memperbaiki lahan dan kualitas tanah

By 2030, ensure sustainable food production systems and implement


resilient agricultural practices that increase productivity and production,
that help maintain ecosystems, that strengthen capacity for adaptation
to climate change, extreme weather, drought, flooding and other

id
disasters and that progressively improve land and soil quality

o.
“ .g
ps
Indikator TPB 2.4.1
.b

SDGs Indicator 2.4.1


w
w

Indikator 2.4.1 dirancang untuk mengukur SDGs 2.4.1 was designed to measure the extent
//w

sejauh mana sistem produksi pangan yang to which a more productive and sustainable
lebih produktif dan berkelanjutan itu diterapkan. food production system is implemented. This
s:

Indikator ini juga menyajikan informasi strategis indicator also provides strategic information for
bagi para pembuat keputusan untuk kebijakan policy decision makers in agriculture.
tp

di bidang pertanian.
ht

Metodologi
Methodology

Indikator 2.4.1 diformulasikan sebagai berikut:


The Indicator 2.4.1 is expressed by the following formula:

Lahan pertanian yang pengelolaannya di bawah batas kriteria produktif


dan petanian berkelanjutan
SDG Area under productive and sustainable agriculture
2.4.1 =
Luas Lahan Pertanian
Agricultural land area

21
Indikator Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Sektor Pertanian 2020
di Prov. Jawa Barat, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat

Indikator 2.4.1 mencerminkan berbagai dimensi keberlanjutan: ekonomi, lingkungan dan


sosial dengan 11 (sebelas) tema dan 11 (sebelas) sub-indikator
Indicator 2.4.1 reflects various dimensions of sustainability: economic, environmental and
social with 11 (eleven) themes and 11 (eleven) sub-indicators
Dimensi Tema Sub Indikator
Dimensions Themes Sub Indicators
1. Produktivitas Lahan Nilai produksi per hektar
Land Productivity Land Productivity
2. Profitabilitas Pendapatan bersih petani
Profitability Net farm income
EKONOMI 3. Ketahanan Mekanisme mitigasi risiko
Land Productivity Resilience Risk mitigation mechanism

4. Kesuburan tanah Prevalensi degradasi tanah


Soil health Prevalence of soil degradation
5. Penggunaan air Kondisi ketersediaan air
Water use Variation in water availability
6. Risiko penggunaan pupuk Manajemen penggunaan pupuk
Fertilizer pollution risk Management of fertilizers

id
7. Risiko penggunaan pestisida Manajemen penggunaan pestisida

o.
LINGKUNGAN Pesticide risk Management of pesticides
Environmental
8. Keanekaragaman hayati
Biodiversity .g
Praktik dukungan penggunaan
keanekara-gaman hayati berbasis agro
ps
Use of biodiversity-supportive practices
.b

9. Pekerjaan yang layak Besaran upah di pertanian


w

Decent employment Wage rate in agriculture


w

10. Kemananan pangan Food Insecurity Experience Index (FIES)


//w

Food security
SOSIAL 11. Kepemilikan lahan Hak kepemilikan lahan
Social
s:

Land tenure Secure tenure rights to land


tp
ht

Menggunakan kriteria dan ambang batas keberlanjutan, hasil untuk


setiap sub-indikator disajikan dalam 3 (tiga) spektrum
Using sustainability criteria and thresholds, the results for each sub-
indicator are presented in 3 (three) spectrums

HIJAU / Green KUNING / Yellow MERAH / Red


Diharapkan Dapat Diterima Tidak Berkelanjutan
Desirable Acceptable Unsustainable

Diharapkan Dapat Diterima Tidak Berkelanjutan


Desirable Acceptable Unsustainable

SUB- Produktivitas pertanian adalah ≥ 2/3 Produktivitas pertanian adalah ≥ Produktivitas pertanian adalah < 1/3
INDIKATOR 1: dari persentil ke-90 distribusi data 1/3 dan < 2/3 dari persentil ke-90 dari persentil ke-90 distribusi data
Nilai produksi nilai produksi per hektar. distribusi data nilai produksi per nilai produksi per hektar
per hektar hektar

Farm Output The farm FOVH is equal to or greater the farm FOVH is equal to or greater the farm FOVH is less than the value
Value Per than the value corresponding to 2/3 than the value corresponding to 1/3 corresponding to 1/3 of the 90th
Hectare of the 90th percentile but less than 2/3 of the 90th percentile
percentile

22
Agricultural SDGs Indicator 2020
in West Java, East Java, and West Nusa Tenggara

Diharapkan Dapat Diterima Tidak Berkelanjutan


Desirable Acceptable Unsustainable

SUB- Ada keuntungan yang diperoleh Ada keuntungan yang diperoleh Tidak pernah ada keuntungan sama
INDIKATOR 2: setiap tahun selama tiga tahun paling tidak dalam satu tahun sekali yang diperoleh selama 3
Pendapatan terakhir selama tiga tahun terakhir tahun terakhir
Bersih Petani
Net Farm NFI/profitability is above zero for all NFI/profitability is above zero for NFI/profitability is below zero for all
Income past 3 consecutive years at least 1 of the past 3 consecutive of the past 3 consecutive years
years
SUB- Mempunyai atau tersedia akses Mempunyai atau tersedia akses Tidak mempunyai atau tidak
INDIKATOR 3: terhadap paling tidak 2 dari 3 paling tidak 1 dari 3 mekanisme tersedia satu pun dari 3 mekanisme
Mekanisme mekanisme mitigasi risiko mitigasi risiko mitigasi risiko
Mitigasi Risiko
Risk Mitigation Access to or availed at least two of Access to or availed at least one of No access to the three mitigation
Mechanisms three mitigation mechanisms the three mitigation mechanisms mechanisms
SUB- Luas lahan yang dipengaruhi oleh Luas lahan yang dipengaruhi oleh Luas lahan yang dipengaruhi oleh
INDIKATOR 4: salah satu dari empat ancaman salah satu dari empat ancaman salah satu dari empat ancaman
Prevalensi yang dipilih terhadap kesuburan yang dipilih terhadap kesuburan yang dipilih terhadap kesuburan
Degradasi tanah kurang dari 10 persen dari tanah antara 10 s.d. 50 persen dari tanah lebih dari 50 persen dari total
Tanah total luas lahan pertanian total luas lahan pertanian luas lahan pertanian

id
Prevalance The combined area affected by any The combined area affected by The combined area affected by any
of Soil of the four selected threats to soil any of the four selected threats to of the four selected threats to soil

o.
Degradation health is less than 10% of the total soil health is between 10% and 50% health is above 50% of the total
agriculture area of the farm of the total agriculture area of the agriculture area of the farm
farm
.g
ps
SUB- Ketersediaan air tetap stabil selama Ketersediaan air untuk mengairi Ketersediaan air kurang dari 10%
INDIKATOR 5: bertahun-tahun untuk pertanian tanaman setidaknya 10% dari area pertanian mereka
.b

Kondisi yang mengairi lebih dari 10% area area pertanian, tetapi petani tidak
Ketersediaan pertanian. Hasil default untuk mengetahui apakah ketersediaan
w

Air pertanian yang mengairi kurang air tetap stabil selama bertahun-
dari 10% area pertanian mereka tahun, atau pernah mengalami
w

pengurangan ketersediaan air


//w

tetapi ada organisasi yang secara


efektif mengalokasikan air di antara
pengguna
s:

Variation Water availability remains stable uses water to irrigate crops on at in all other cases
tp

in Water over the years for farms irrigating least 10% of the agriculture area of
ht

Availability crops on more than 10% of its the farm, does not know whether
agriculture area. Default result for water availability remains stable
farms irrigating less than 10% of over the years, or experiences
their agricultural area reduction on water availability
over the years, but there is an
organisation that effectively
allocates water among users
SUB- Petani menggunakan pupuk tetapi Petani menggunakan pupuk tetapi Petani menggunakan pupuk tetapi
INDIKATOR 6: paling tidak terdapat 4 ukuran paling tidak terdapat 2 ukuran tidak ada satu pun ukuran spesifik
Manajemen spesifik mitigasi risiko penggunaan spesifik mitigasi risiko penggunaan mitigasi risiko penggunaan pupuk
Penggunaan pupuk yang diperhatikan. pupuk yang diperhatikan yang diperhatikan
Pupuk Termasuk dalam hal ini petani yang
tidak menggunakan pupuk

Management The farm uses fertilizers but take The farm uses fertilizers and takes The farm uses fertilizer and does not
of fertilizers at least 4 specific measures to at least two measures to mitigate take any of the specific measures
mitigate environmental risks. environmental risks to mitigate environmental risks
Default result for farms not using
fertilizers

23
Indikator Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Sektor Pertanian 2020
di Prov. Jawa Barat, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat

Diharapkan Dapat Diterima Tidak Berkelanjutan


Desirable Acceptable Unsustainable

SUB- Petani hanya menggunakan Petani hanya menggunakan Petani menggunakan pestisida
INDIKATOR 7: pestisida dengan risiko kecil (WHO pestisida dengan risiko kecil (WHO yang berbahaya atau sangat
Manajemen Kelas II atau III). Dalam hal ini, petani Kelas II atau III) dan mematuhi berbahaya (WHO Kelas Ia atau Ib),
Penggunaan mematuhi ketiga langkah yang setidaknya dua langkah masing- pestisida ilegal, atau menggunakan
Pestisida berhubungan dengan kesehatan masing dari tindakan yang terkait pestisida yang cukup atau sedikit
dan setidaknya empat dari tujuh dengan kesehatan dan lingkungan berbahaya tanpa mengambil
langkah yang terkait dengan langkah-langkah khusus untuk
lingkungan. Termasuk dalam hal mengurangi risiko lingkungan atau
ini petani yang tidak menggunakan kesehatan yang terkait dengan
pestisida penggunaannya (kurang dari dua
dari setiap kategori)

Management The farm uses only moderately The farm uses only moderately The farm uses highly or extremely
of Pesticides or slightly hazardous pesticides or slightly hazardous pesticides hazardous pesticides (WHO Class
(WHO Class II or III). In this case, it (WHO Class II or III) and takes at Ia or Ib), illegal pesticides, or uses
adheres to all three health-related least two measures each from moderately or slightly hazardous
measures and at least four out of health and environment related pesticides without taking
seven of the environment-related measures specific measures to mitigate
measures. Default result for farms environmental or health risks
not using pesticides associated with their use (fewer

id
than two from each category)
SUB- Petani menerapkan paling Petani menerapkan paling tidak Petani tidak menerapkan satu pun

o.
INDIKATOR 8: tidak tiga dari kriteria satu dari kriteria keberlanjutan kriteria keberlanjutan pertanian

.g
Praktik keberlanjutan pertanian pertanian organik yang ditentukan organik yang ditentukan
ORGANIK

dukungan organik yang ditentukan


ps
penggunaan
keanekara- The agricultural holding The agricultural holding meets at The agricultural holding meets
gaman hayati meets at least three of the least one of the above criteria none of the above criteria
.b

berbasis agro above criteria


w

Use Of Agro- Petani menerapkan paling Petani menerapkan paling tidak Petani tidak menerapkan satu pun
w

tidak dua dari kriteria satu dari kriteria keberlanjutan kriteria keberlanjutan pertanian
NON-ORGANIK

Biodiversity-
keberlanjutan pertanian pertanian organik yang ditentukan organik yang ditentukan
//w

Supportive
Practices organik yang ditentukan

The agricultural holding The agricultural holding meets at The agricultural holding meets
s:

meets at least two of the least one of the above criteria none of the above criteria
tp

above criteria
SUB- Jika rata-rata upah yang Jika rata-rata upah yang Jika rata-rata upah yang
ht

INDIKATOR 9: dibayarkan kepada pekerja tidak dibayarkan kepada pekerja tidak dibayarkan kepada pekerja tidak
Besaran upah terlatih (pekerja lepas) lebih dari terlatih (pekerja lepas) sama terlatih (pekerja lepas) lebih kecil
di pertanian upah minimum nasional atau dengan upah minimum nasional dari upah minimum nasional atau
upah minimum pekerja sektor atau upah minimum pekerja sektor upah minimum pekerja sektor
pertanian (jika tersedia). Termasuk pertanian (jika tersedia) pertanian (jika tersedia)
dalam hal ini unit usaha yang
tidak menggunakan tenaga kerja
dibayar

Wage Rate in If the wage rate paid to unskilled if the wage rate paid to unskilled if the wage rate paid to unskilled
Agriculture labour is above the minimum labour is equals to the minimum labour is below the minimum
national wage rate or minimum national wage rate or minimum national wage rate or minimum
agricultural sector wage rate (if agricultural sector wage rate (if agricultural sector wage rate (if
available). Default result for farms available) available)
not hiring labour
SUB- Kerawanan pangan ringan: jika Kerawanan pangan sedang: jika Kerawanan pangan parah: jika
INDIKATOR 10: peluang rumah tangga petani peluang rumah tangga petani peluang rumah tangga petani
Food menjadi rawan pangan sedang menjadi rawan pangan sedang menjadi rawan pangan parah lebih
Insecurity hingga berat kurang dari 0,5 dan hingga parah lebih besar dari 0,5 besar dari 0,5
peluang rawan pangan parah dan peluang rawan pangan parah
Experience
adalah kurang dari 0,5 kurang dari 0,5
Index (FIES)
Mild food insecurity: if the Moderate food insecurity: if Severe food insecurity: if the
probability of a household of the probability of a household probability of a household of the
the holder of the holding to be of the holder of the holding to holder of the holding to be severe
moderate to severe food insecure be moderate to severe food food insecure is greater than 0.5
is less than 0.5 and the probability insecure is greater than 0.5 and
to be severe food insecure is less the probability to be severe food
than 0.5 insecure is less than 0.5

24
Agricultural SDGs Indicator 2020
in West Java, East Java, and West Nusa Tenggara

Diharapkan Dapat Diterima Tidak Berkelanjutan


Desirable Acceptable Unsustainable

SUB- Mempunyai dokumen resmi Mempunyai dokumen resmi Tidak mempunyai dokumen
INDIKATOR 11: kepemilikan lahan dengan nama walaupun bukan nama petani kepemilikan lahan serta tidak
Hak petani tercatat dalam dokumen yang tercatat dalam dokumen mempunyai hak untuk menjual dan
kepemilikan kepemilikan, atau petani kepemilikan lahan tersebut mewariskan
lahan mempunya hak untuk menjual dan
mewariskan

Secure Tenure has a formal document with the has a formal document even if the no positive responses to any of the
Rights to Land name of the holder/holding on it, name of the holder/holding is not criteria listed
or has the right to sell or bequeath on it
any of the parcel of the holding

id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

Hasil
Results

25
Indikator Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Sektor Pertanian 2020
di Prov. Jawa Barat, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat

SUB- Nilai Produksi per Hektar


INDIKATOR 1: Farm Output Value Per Hectare

Sub-indikator ini mengukur dan This sub-indicator measures and classifies


mengklasifikasikan lahan pertanian berdasarkan agricultural land based on the distance of its
jarak produktivitasnya dari persentil ke- productivity from the 90th percentile of the
90 distribusi nilai produksi per hektar. Dari distribution of production values per hectare.
penghitungan yang telah dilakukan terhadap From the calculations that have been carried
tiga Provinsi di Indonesia yaitu Jawa Barat, Jawa out on three provinces in Indonesia: West
Timur, dan Nusa Tenggara Barat, didapatkan Java, East Java and West Nusa Tenggara, the
hasil sebagai berikut. following results are obtained.

8,12% Diharapkan
Desirable

Dapat Diterima
2,16%

id
Acceptable

o.
89,72% Tidak Berkelanjutan

.g Unsustainable
ps
.b
w
w
//w

Berdasarkan Nilai produksi per hektar, masih Based on the production value per hectare,
terdapat 89,72 persen lahan pertanian di there are still 89.72 percent of agricultural
s:

Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, dan Nusa land in West Java, East Java and West
Tenggara Barat yang dikategorikan sebagai Nusa Tenggara which are categorized as
tp

lahan pertanian Tidak Berkelanjutan sedangkan unsustainable agricultural land while 10.28
ht

10,28 persen lahan pertanian sudah dapat percent of agricultural land can be considered
Sub Indikator
disebut 1: lahan pertanian Berkelanjutan.
sebagai as sustainable agricultural land.

Jawa Barat
West Java 86,48 4,04 9,48
0,57
Jawa Timur
East Java 91,68 7,76

Nusa Tenggara Barat


West Nusa Tenggara 98,43 1,57

Total 89,72 8,12


2,16

Jika dikategorikan menurut provinsi, Jawa Barat If categorized by province, West Java achieved
meraih capaian tertinggi untuk lahan pertanian the highest achievement for sustainable
Sub Indikator 2:berdasarkan nilai produksi per
berkelanjutan agricultural land based on the production
hektar yakni sebesar 13,52 persen. Sedangkan value per hectare, which was 13.52 percent.
di Nusa Tenggara Barat hanya terdapat 1,57 Meanwhile, in West Nusa Tenggara, only 1.57
2,67
persen Jawa
lahanBaratpertanian yang dianggap sebagai percent of agricultural land is considered
West Java 71,88 25,45
lahan berkelanjutan. sustainable.
2,72
Jawa Timur
East Java 55,8 41,48
26 5,33
Nusa Tenggara Barat
West Nusa Tenggara 67,53 27,14
Agricultural SDGs Indicator 2020
in West Java, East Java, and West Nusa Tenggara

SUB- Pendapatan Bersih Petani


INDIKATOR 2: Net Farm Income

Sub-indikator ini ingin mengetahui apakah unit This sub-indicator wants to know whether the
usaha pertanian mendapatkan keuntungan agricultural business unit has benefited during
selama tiga tahun terakhir. Dari penghitungan the last three years. From the calculations that
yang telah dilakukan terhadap tiga Provinsi di have been carried out on three provinces in
Indonesia yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, dan Indonesia, namely West Java, East Java and
Nusa Tenggara Barat, didapatkan hasil sebagai West Nusa Tenggara, the following results are
berikut. obtained.

32,05% Diharapkan
Desirable

Dapat Diterima
65,08% Acceptable

Sub Indikator 1:

id
2,87% Tidak Berkelanjutan
Unsustainable

o.
Jawa Barat
West Java 86,48
.g4,04 9,48
ps
0,57
Jawa Timur
91,68 7,76
.b

East Java
w

Berdasarkan
Nusa Tenggara Barat
gambar diatas, apabila diamati Based on figure, when observed in the sub-
98,43 1,57
w

pada sub-indikator
West Nusa Tenggara Pendapatan bersih petani indicator of farmer net income, 97.13 percent
maka terdapat sebanyak 97,13 persen lahan of agricultural land in West Java, East Java
//w

pertanian di Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, and West Nusa Tenggara is categorized as
Total 89,72 8,12
dan Nusa Tenggara Barat dikategorikan Sustainable land with 32.05 percent desirable
s:

2,16
sebagai lahan Berkelanjutan dengan 32,05 and 65.08 percent it is categorized as
tp

persen berkategori Diharapkan dan 65,08 Acceptable, while the rest of 2.87 percent of
persen berkategori Dapat Diterima, sedangkan agricultural land is categorized as Unsustainable
ht

selebihnya yaitu sebesar 2,87 persen lahan agricultural land.


pertanian
Sub Indikatordikategorikan
2: sebagai lahan pertanian
Tidak Berkelanjutan.

2,67
Jawa Barat
West Java 71,88 25,45

2,72
Jawa Timur
East Java 55,8 41,48

5,33
Nusa Tenggara Barat
West Nusa Tenggara 67,53 27,14

2,87
Total 65,08 32,05

Dari ketiga provinsi, Jawa Barat memiliki Of the three provinces, West Java has the
proporsi lahan berkelanjutan tertinggi menurut highest proportion of sustainable land according
pendapatan bersih petani yakni sebanyak to farmers’ net income, which is 97.33 percent
Sub Indikator
97,33 persen 3: dari keseluruhan lahan pertanian. of the total agricultural land. Meanwhile, East
Sementara Jawa Timur dan Nusa Tenggara Java and West Nusa Tenggara have 97.28 and
Barat masing-masing memiliki sebanyak 97,28 94.67 percent of sustainable agricultural land,
dan 94,67 3,23
Jawapersen
Barat lahan pertanian berkelanjutan. respectively.
West Java 96,35
0,42
13,46 0,76
Jawa Timur
East Java 85,79 27
15,06
Nusa Tenggara Barat
Indikator Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Sektor Pertanian 2020
di Prov. Jawa Barat, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat

Sub Indikator 1: Mekanisme Mitigasi Risiko


SUB-
INDIKATOR 3: Risk Mitigation Mechanisms

Jawa Barat
Sub-indikator
West Java 3 mengukur 86,48
pelaksanaan 4,04
Sub-indicator 3 measures the9,48
implementation of
mekanisme mitigasi terhadap risiko yang timbul mitigation mechanisms
0,57 against risks that arise
dalam Jawa Timur
pelaksanaan kegiatan pertanian. 91,68
Suatu in the implementation of agricultural
7,76 activities.
East Java
usaha pertanian dianggap tangguh jika telah A farm holding is considered resilient if it has
tersedia atau memiliki sarana untuk mengakses availed or has the means to access the risk
Nusa Tenggara Barat
mekanisme mitigasi risiko.
West Nusa Tenggara 98,43
mitigation mechanisms. 1,57

Total 89,72 8,12


2,16
90,33% Diharapkan
Desirable

Dapat Diterima
Sub Indikator 2: 1,52% Acceptable

8,16% Tidak Berkelanjutan

id
2,67 Unsustainable
Jawa Barat

o.
West Java 71,88 25,45

Jawa Timur
2,72
55,8 .g 41,48
ps
East Java

5,33
.b

Nusa Tenggara Barat


West Nusa Tenggara 67,53 27,14
w

Menurut sub-indikator
2,87 Mekanisme Mitigasi According to the Risk Mitigation Mechanism
w

Risiko maka terdapat hanya 8,16 persen lahan


Total 65,08 sub-indicator, only 8.16 percent of agricultural
32,05
//w

pertanian di Jawa Barat, Jawa Timur, dan Nusa land in West Java, East Java, and West Nusa
Tenggara Barat yang Tidak Berkelanjutan Tenggara is unsustainable while 91.85 percent
s:

sedangkan sebanyak 91,85 persen dikategorikan is categorized as Sustainable (each category


sebagai Berkelanjutan (masing-masing kategori Desirable 90.33 percent and acceptable 1.52
tp

Diharapkan 90,33 persen dan dapat diterima percent).


ht

Sub
1,52Indikator
persen). 3:

3,23
Jawa Barat
West Java 96,35
0,42
13,46 0,76
Jawa Timur
East Java 85,79
15,06
Nusa Tenggara Barat
West Nusa Tenggara 14,9 70,04
8,16
Total 90,33
1,52

Jika diamati menurut provinsi, di Nusa Tenggara If observed by province, in West Nusa Tenggara
Barat masih terdapat sebanyak 15,06 persen there is still as much as 15.06 percent of
lahan pertanian yang tidak berkelanjutan. Tidak unsustainable agricultural land. Not much
berbeda jauh dengan Jawa Timur dimana masih different from East Java where there are still
terdapat 13,46 persen lahan pertanian yang tidak 13.46 percent of unsustainable agricultural
berkelanjutan. Sedangkan 96,77 persen lahan land. Meanwhile, 96.77 percent of agricultural
pertanian di Jawa Barat sudah dikategorikan land in West Java is categorized as sustainable
sebagai lahan pertanian berkelanjutan. agricultural land.

28
Agricultural SDGs Indicator 2020
in West Java, East Java, and West Nusa Tenggara

SUB- Prevalensi Degradasi Tanah


INDIKATOR 4: Prevalance of Soil Degradation

Sub-indikator ini mengukur sejauh mana kegiatan This sub-indicator measures the extent to which
pertanian mempengaruhi kesehatan tanah dan agricultural activities affect soil health and this
hal tersebut merupakan masalah keberlanjutan. is a matter of sustainability.

91,37% Diharapkan
Desirable

Dapat Diterima
3,98% Acceptable

4,65% Tidak Berkelanjutan


Unsustainable

id
o.
Dilihat dari sub-indikator Prevalensi degradasi .g
According to the Prevalence of land
ps
tanah, sebanyak 95,35 persen lahan pertanian degradation, 95.35 percent of agricultural
di Jawa Barat, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara land in West Java, East Java, and West Nusa
.b

Barat dikategorikan sebagai lahan Berkelanjutan Tenggara is categorized as Sustainable land,


w

yang terdiri dari 91,37 persen berkategori consisting of 91.37 percent for the Desirable
w

Diharapkan dan 3,98 persen berkategori Dapat category and 3.98 percent for the Acceptable
Diterima, sedangkan sisanya yaitu sebesar 4,65 category, while the remaining 4.65 percent
//w

persen lahan pertanian dikategorikan sebagai of agricultural land is categorized as land


lahan pertanian Tidak Berkelanjutan akibat that is managed with practices that result in
s:

praktik pengelolaan lahan yang kurang tepat. unsustainable agriculture due to inappropriate
tp

land management practices.


Sub Indikator 4:
ht

2,04
Jawa Barat
West Java 93,72
4,25
7,82
Jawa Timur
East Java 88,14
4,03
6,06
Nusa Tenggara Barat
West Nusa Tenggara 92,34
1,6
4,65
Total 91,37
3,98

Pada level provinsi, capaian tertinggi untuk At the provincial level, the highest achievement
lahan pertanian berkelanjutan menurut for sustainable agricultural land according to the
Sub Indikator
prevalensi 5:
degradasi tanah adalah Jawa Barat prevalence of land degradation is West Java,
yakni sebanyak 97,96 persen dari total lahan which is 97.96 percent of the total agricultural
pertanian. Sedangkan 2 provinsi lainnya yakni land. Meanwhile, the other 2 provinces: East
Jawa Timur dan 8,79
Jawa Barat Nusa Tenggara Barat masih Java and West Nusa Tenggara, still have more
86,7
memilikiWest Java dari 5 persen lahan pertanian
lebih 4,51 than 5 percent of unsustainable agricultural
yang tidak berkelanjutan.
8,57 land.
Jawa Timur
East Java 88,95
2,48
7,25
Nusa Tenggara Barat
West Nusa Tenggara
11,63
81,12 29
8,6
Total
Indikator Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Sektor Pertanian 2020
di Prov. Jawa Barat, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat

SUB- Kondisi Ketersediaan Air


INDIKATOR 5: Variation in Water Availability

Sub-indikator ini ingin menangkap sejauh mana This sub-indicator captures the extent to which
kontribusi pertanian terhadap pola penggunaan agriculture contributes to unsustainable patterns
air yang tidak berkelanjutan. Idealnya, tingkat of water use. Ideally the level of unsustainability
ketidakberlanjutan dalam penggunaan air diukur in water use is measured at the scale of the
pada skala wilayah sungai atau akuifer air tanah, river basin or groundwater aquifer, as it is the
karena ini adalah efek gabungan dari semua combined effect of all users sharing the same
pengguna yang berbagi sumber daya yang resource that impacts water sustainability.
sama yang berdampak pada kelestarian air.

87,24% Diharapkan
Desirable

Dapat Diterima
Sub Indikator 4: 4,16% Acceptable

id
8,60% Tidak Berkelanjutan

o.
2,04 Unsustainable
Jawa Barat

.g
West Java 93,72
4,25
ps
7,82
Jawa Timur
East Java 88,14
.b

4,03
6,06
w

Nusa Tenggara Barat


West Nusa Tenggara 92,34
w

Untuk sub-indikator1,6 Kondisi ketersediaan air, For the sub-indicator of water availability
4,65 lahan pertanian di 3 Provinsi
//w

sebesar 91,40 persen conditions, 91.40 percent of agricultural land in


dikategorikanTotalsebagai lahan Berkelanjutan yang 91,37 East Java, and West Nusa Tenggara
West Java,
3,98 berkategori Diharapkan
terdiri dari 87,24 persen is categorized as Sustainable land, consisting
s:

dan 4,16 persen berkategori Dapat Diterima, of 87.24 percent for the Desirable category and
tp

sedangkan sisanya yaitu sebesar 8,60 persen 4.16 percent for the Acceptable category, while
ht

lahan pertanian dikategorikan sebagai lahan the rest that is, 8.60 percent of agricultural land
pertanian Tidak Berkelanjutan. is categorized as unsustainable agricultural
Sub Indikator 5: land.

8,79
Jawa Barat
West Java 86,7
4,51
8,57
Jawa Timur
East Java 88,95
2,48
7,25
Nusa Tenggara Barat
West Nusa Tenggara 81,12
11,63
8,6
Total 87,24
4,16

Dibandingkan Jawa Barat dan Nusa Tenggara Compared to West Java and West Nusa
Barat, Jawa Timur merupakan provinsi dimana Tenggara, East Java is a province where
terdapat ketersediaan air yang stabil selama there is stable water availability for years and
Sub Indikator 6:
bertahun-tahun dan mampu mengairi lebih is able to irrigate more than 10 percent of the
dari 10 persen lahan pertanian yang ada. Hal existing agricultural land. This is indicated by
ini ditunjukkan dengan capaian lahan54,65pertanian the achievement of desirable agricultural land
Jawa Baratdiharapkan sebesar 88,95 persen.
pada kategori of 88.95 percent.
West Java 38,64
6,71
67,58
Jawa Timur
18,27
30 East Java
14,15
58,98
Nusa Tenggara Barat
38,23
Agricultural SDGs Indicator 2020
in West Java, East Java, and West Nusa Tenggara
Sub Indikator 4:
SUB- Manajemen Penggunaan Pupuk
INDIKATOR 6: Management of fertilizers
2,04
Jawa Barat
West Java 93,72
Sub-indikator 4,25 mengukur
ini manajemen This sub-indicator measures the management
penggunaan 7,82
pupuk dengan pendekatan of fertilizer use with an information approach to
Jawa Timur
informasi penggunaan pupuk oleh petani,
East Java the use 88,14
of fertilizers by farmers, their awareness
kesadaran mereka terhadap 4,03 risiko lingkungan of environmental risks arising from fertilizer use,
6,06
yang ditimbulkan
Nusa Tenggara Barat dari penggunaan pupuk, serta and their behavior in managing fertilizers and
West Nusa Tenggara 92,34
perilaku mereka dalam mengelola pupuk dan manure.
1,6
kotoran. 4,65
Total 91,37
3,98

30,37% Diharapkan
Desirable

Dapat Diterima
Sub Indikator 5: 9,46% Acceptable

id
Jawa Barat
8,79 60,17%
86,7
Tidak Berkelanjutan
Unsustainable

o.
West Java
4,51

.g
8,57
Jawa Timur
88,95
ps
East Java
2,48
7,25
.b

Nusa Tenggara Barat


West Nusa Tenggara 81,12
11,63
w

Menurut Sub-indikator Manajemen penggunaan According to the Management Sub-indicator of


pupuk maka sebesar 8,6 60,17 persen lahan fertilizer use, 60.17 percent of agricultural land in
w

Total 87,24
pertanian di Jawa Barat, Jawa Timur, dan Nusa West Java, East Java and West Nusa Tenggara
//w

4,16
Tenggara Barat dikategorikan sebagai lahan is categorized as unsustainable agricultural
pertanian Tidak Berkelanjutan, sedangkan land, while the remaining 39.83 percent is
s:

sisanya yaitu sebesar 39,83 persen dikategorikan categorized as Sustainable agricultural land
tp

sebagai lahan pertanian yang Berkelanjutan (consisting of 30.37 percent for the Desirable
(terdiri dari 30,37 persen kategori Diharapkan category and 9.46 percent for the Acceptable
Sub Indikator 6:
ht

dan 9,46 persen kategori Dapat diterima). category).

54,65
Jawa Barat
West Java 38,64
6,71
67,58
Jawa Timur
East Java 18,27
14,15
58,98
Nusa Tenggara Barat
West Nusa Tenggara 38,23
2,8
60,17
Total 30,37
9,46

Di Jawa Timur terdapat 67,58 persen lahan In East Java, there are 67.58 percent of
pertanian dimana petani menggunakan pupuk agricultural land where farmers use fertilizers
tetapi tidak ada satupun ukuran spesifik mitigasi but none of the specific measures to mitigate
risiko penggunaan pupuk yang diperhatikan, the risk of using fertilizer are considered, so it
sehingga dikategorikan sebagai lahan pertanian is categorized as unsustainable agricultural
tidak berkelanjutan. Hal yang serupa juga land. Similar things are also found in West Java
ditemukan di Jawa Barat dan Nusa Tenggara and West Nusa Tenggara where 54.65 percent
Barat dimana masing-masing terdapat 54,65 and 58.98 percent of agricultural land are not
persen dan 58,98 persen lahan pertanian tidak sustainable, respectively.
berkelanjutan.

31
Indikator Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Sektor Pertanian 2020
di Prov. Jawa Barat, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat

SUB- Manajemen Penggunaan Pestisida


INDIKATOR 7: Management of Pesticides

Penghitungan sub-indikator didasarkan dari The sub-indicator calculation is based on


informasi tentang penggunaan pestisida di information about the use of pesticides in
pertanian, jenis pestisida yang digunakan, dan agriculture, the types of pesticides used, and
jenis tindakan yang diambil untuk memitigasi the types of actions taken to mitigate the
risiko terkait. associated risks.

36,21% Diharapkan
Desirable

Dapat Diterima
62,28% Acceptable

1,51% Tidak Berkelanjutan


Unsustainable

id
o.
.g
ps
Berdasarkan Manajemen penggunaan pestisida, Based on the management of pesticide use, there
terdapat sebanyak 98,49 persen lahan are as many as 98.49 percent of agricultural
.b

pertanian di Jawa Barat, Jawa Timur, dan Nusa land in West Java, East Java, and East Nusa
w

Tenggara Timur dikategorikan sebagai lahan Tenggara that are categorized as Sustainable
w

Berkelanjutan, terdiri dari kategori Diharapkan land, consisting of the Desirable category of
sebesar 36,21 persen dan Dapat diterima sebesar 36.21 percent and Acceptable of 62.28 percent,
//w

62,28 persen, dan hanya terdapat sebanyak and only as much as 1.51 percent of agricultural
1,51Indikator
Sub persen lahan
7: pertanian merupakan lahan land is Unsustainable agricultural land.
s:

pertanian Tidak Berkelanjutan.


tp

1,64
ht

Jawa Barat
West Java 66,47 31,89

0,04
Jawa Timur
East Java 52,94 47,02

9,53
Nusa Tenggara Barat
West Nusa Tenggara 85,82 4,65
1,51
Total 62,28 36,21

Pada tingkat provinsi, di Nusa Tenggara Barat At the provincial level, in West Nusa Tenggara
Sub Indikator
masih 8:hampir 10 persen lahan pertanian
terdapat there is still nearly 10 percent of agricultural
tidak berkelanjutan menurut manajemen land unsustainable according to pesticide use
penggunaan pestisida. Hal ini menggambarkan management. This illustrates that in these areas
bahwa Jawa di Barat 0,34 tersebut masih ditemukan
wilayah there are still farmers who use pesticides that
petani yang menggunakan
West Java
32,1pestisida yang are dangerous 67,56
or very dangerous and / or
berbahaya atau 0,81sangat berbahaya dan atau illegal without taking special steps related to
Jawa Timur
ilegal tanpa mengambil langkah-langkah khusus environmental
East Java 87,96 health. Meanwhile, the 2 other
terkait kesehatan 11,22 lingkungan. Sementara itu, provinces: West Java and East Java, only
2Nusa
provinsi 0,67 yakni Jawa Barat dan Jawa
lainnya contain less than 2 percent of unsustainable
Tenggara Barat
Timur
West Nusahanya
Tenggara terdapat kurang dari 2 persen 91,81 land in terms of pesticide use
agricultural
lahan pertanian yang 7,52 tidak berkelanjutan dalam management.
0,55
hal manajemen Total penggunaan pestisida. 77,43
22,02
32
Agricultural SDGs Indicator 2020
in West Java, East Java, and West Nusa Tenggara

SUB- Praktik dukungan penggunaan keanekara-gaman hayati berbasis agro


INDIKATOR 8: Use Of Agro-Biodiversity-Supportive Practices

Sub-indikator ini mengukur adopsi praktik This sub-indicator measures the adoption of
bantuan keanekaragaman hayati oleh petani biodiversity assisted practices by farmers at the
pada tingkat ekosistem, spesies, dan genetik. ecosystem, species and genetic levels.

77,43% Diharapkan
Desirable

Dapat Diterima
22,02% Acceptable

0,55% Tidak Berkelanjutan


Unsustainable
Sub Indikator 7:

id
1,64

o.
Jawa Barat
West Java 66,47 31,89

0,04 .g
ps
Jawa Timur
MenurutEast Java Praktik penggunaan 52,94 bantuan 47,02 of using agro-
According to the practice
keanekaragaman hayati berbasis agro, based biodiversity assistance, 99.45 percent
.b

99,45 9,53
sebesar
Nusa Tenggara Barat persen lahan pertanian di Jawa of agricultural land in West Java, East Java
85,82 4,65
w

Barat,
West NusaJawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat
Tenggara and West Nusa Tenggara is categorized
w

dikategorikan 1,51 sebagai lahan pertanian yang as Sustainable agricultural land, consisting
Berkelanjutan,
//w

Total terdiri dari kategori Diharapkan


62,28 of the Desirable category 36,21
of 77.43 percent
sebesar 77,43 persen dan Dapat diterima and Acceptable of 22.02. percent, while the
sebesar 22,02 persen, sedangkan sisanya yaitu remaining 0.55 percent is categorized as
s:

sebesar 0,55 persen dikategorikan sebagai unsustainable agricultural land.


tp

Sub Indikator
lahan pertanian 8: Tidak Berkelanjutan.
ht

0,34
Jawa Barat
West Java 67,56
32,1
0,81
Jawa Timur
East Java 87,96
11,22
0,67
Nusa Tenggara Barat
West Nusa Tenggara 91,81
7,52
0,55
Total 77,43
22,02

Jawa Barat, Jawa Timur, maupun Nusa Tenggara West Java, East Java, and West Nusa Tenggara
Barat hanya memiliki kurang dari 1 persen lahan only have less than 1 percent of unsustainable
Sub Indikator
pertanian 9: berkelanjutan menurut Praktik
tidak agricultural land according to agro-biodiversity-
dukungan penggunaan keanekaragaman hayati supportive practices. In other words, there is
berbasis agro. Dengan kata lain, terdapat kurang less than 1 percent of agricultural land where
dari 1 persen 27,96
Jawa Barat lahan pertanian dimana petani farmers do not apply any of the sustainability
tidak menerapkan
West Java satupun kriteria keberlanjutan 72,04 or non-organic agriculture
criteria for organic
0,00
pertanian organik maupun non-organik
38,90 yang that have been determined.
Jawa Timur
telah ditetapkan.
East Java 61,10
0,00
60,71
Nusa Tenggara Barat
39,29
West Nusa Tenggara
0,00 33
34,56
Total 65,44
Indikator Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Sektor Pertanian 2020
di Prov. Jawa Barat, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat
Sub Indikator 7:
SUB- Besaran Upah di Pertanian
INDIKATOR 9: 1,64 Wage Rate in Agriculture
Jawa Barat
West Java 66,47 31,89
Sub-indikator 0,04ini mengukur tingkat upah harian This sub-indicator measures the daily wage rate
Jawa Timur
dari pekerja tidak
East Java 52,94 mata
terampil dalam satuan 47,02
of unskilled workers in local currency.
uang lokal.
9,53
Nusa Tenggara Barat
West Nusa Tenggara 85,82 4,65

1,51
Total 62,28 36,21
65,44% Diharapkan
Desirable

Sub Indikator 8: Dapat Diterima


0,00% Acceptable

0,34
Jawa Barat
West Java
34,56%
67,56
Tidak Berkelanjutan
Unsustainable
32,1

id
0,81

o.
Jawa Timur
East Java 87,96
11,22
0,67
Nusa Tenggara Barat .g
ps
West Nusa Tenggara 91,81
7,52
0,55 upah di pertanian maka
.b

Menurut Besaran According to the wages in agriculture, 65.44


Total
sebesar 65,44 persen lahan pertanian di Jawa 77,43
percent of agricultural land in West Java, East
w

Barat, Jawa Timur, dan 22,02


Nusa Tenggara Barat Java and West Nusa Tenggara is categorized
w

dikategorikan sebagai lahan pertanian yang as Sustainable agricultural land, while the
//w

Berkelanjutan, sedangkan sisanya yaitu sebesar remaining 34.56 percent is categorized as


34,56 persen dikategorikan sebagai lahan unsustainable agricultural land.
s:

pertanian yang Tidak Berkelanjutan.


Sub Indikator 9:
tp
ht

27,96
Jawa Barat
West Java 72,04
0,00
38,90
Jawa Timur
East Java 61,10
0,00
60,71
Nusa Tenggara Barat
West Nusa Tenggara 39,29
0,00
34,56
Total 65,44
0,00

Di Nusa Tenggara Barat, terdapat lebih dari In West Nusa Tenggara, there is more than 60
60 persen lahan pertanian tidak berkelanjutan percent of unsustainable agricultural land where
dimana rata-rata upah yang dibayarkan kepada the average wage paid to unskilled workers is
pekerja tidak terlatih (pekerja lepas) lebih kecil less than the national minimum wage or the
dari upah minimum nasional atau upah minimum minimum wage for agricultural sector workers.
pekerja sektor pertanian. Sementara itu di Jawa Meanwhile in West Java, there is only less than
Barat, hanya terdapat kurang dari 30 persen 30 percent of agricultural land unsustainable
lahan pertanian tidak berkelanjutan menurut according to the wages of workers.
besaran upah pekerja.

34
Agricultural SDGs Indicator 2020
in West Java, East Java, and West Nusa Tenggara

SUB- Food Insecurity Experience Index


INDIKATOR 10: (FIES)

Sub-indikator 10 merupakan ukuran keparahan Sub-indicator 10 is a measure of the severity of


dari kerawanan pangan yang dialami oleh food insecurity experienced by individuals and
individu maupun rumah tangga. households.

99,66% Diharapkan
Desirable

Dapat Diterima
0,13% Acceptable

0,21% Tidak Berkelanjutan


Unsustainable

id
o.
.g
ps
.b

Menurut FIES maka sebesar 99,79 persen According to FIES, 99.79 percent of agricultural
w

lahan pertanian di Jawa Barat, Jawa Timur, dan land in West Java, East Java, and West Nusa
w

Nusa Tenggara Barat dikategorikan sebagai Tenggara is categorized as Sustainable


lahan pertanian yang Berkelanjutan, terdiri dari agricultural land, consisting of 99.66 percent
//w

kategori Diharapkan sebanyak 99,66 persen dan desirable and 0.13 percent acceptable, while
Dapat diterima sebesar 0,13 persen, sedangkan the rest is 0,21 percent are categorized as
s:

sisanya yaitu sebesar 0,21 persen dikategorikan Unsustainable agricultural land.


tp

sebagai
Sub pertanian Tidak Berkelanjutan.
lahan10:
Indikator
ht

0,08
Jawa Barat
West Java 99,88
0,04
0,42
Jawa Timur
East Java 99,58
0,00
0,00
Nusa Tenggara Barat
West Nusa Tenggara 98,45
1,55
0,21
Total 99,66
0,13

Pada tingkat provinsi, di Nusa Tenggara Barat At the provincial level, West Nusa Tenggara
tidak terdapat unit usaha pertanian yang does not have an agricultural holding with the
berpeluang
Sub Indikator 11: untuk mengalami kerawanan potential for severe food insecurity. Even in West
pangan pada level parah. Di Jawa Barat dan and East Java, there is less than 1 percent of
Jawa Timur pun hanya terdapat kurang dari unsustainable agricultural land where farmers
1 persen lahan2,30 pertanian tidak berkelanjutan are experiencing severe food insecurity.
dimanaJawa Barat
petani
West Java
berpeluang untuk mengalami 80,81
kerawanan pangan pada 16,89
level parah.
1,63
Jawa Timur
East Java 83,90
14,46
0,97
Nusa Tenggara Barat
West Nusa Tenggara
11,42
87,61
35
1,94
Total
Indikator Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Sektor Pertanian 2020
di Prov. Jawa Barat, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat

SUB- Hak Kepemilikan Lahan


INDIKATOR 11: Secure Tenure Rights to Land

Sub-indikator 11 mengukur kepemilikan atau hak Sub-indicator 11 measures ownership or rights to


atas penggunaan lahan pertanian. use agricultural land.

82,52% Diharapkan
Desirable

Dapat Diterima
15,55% Acceptable
Sub Indikator 10:
1,94% Tidak Berkelanjutan
Unsustainable
0,08
Jawa Barat
West Java 99,88
0,04

id
0,42
Jawa Timur
99,58

o.
East Java
0,00
0,00
Nusa Tenggara Barat
.g
98,45
ps
West Nusa Tenggara
Menurut Hak kepemilikan
1,55 lahan, sebesar 98,07 According to land ownership rights, 98.07
persen lahan 0,21
pertanian di Jawa Barat, Jawa percent of agricultural land in West Java, East
.b

Timur, danTotal
Nusa Tenggara Barat merupakan 99,66
Java and West Nusa Tenggara is Sustainable
0,13
w

lahan pertanian Berkelanjutan, terdiri dari 82,52 agricultural land, consisting of 82.52 percent
w

persen Diharapkan dan 15,55 persen Dapat Desirable and 15.55 percent Acceptable,
diterima, sedangkan sisanya yaitu sebesar 1,94 while the rest is 1.94 percent is unsustainable
//w

persen merupakan lahan pertanian yang Tidak agricultural land.


Berkelanjutan.
s:

Sub Indikator 11:


tp
ht

2,30
Jawa Barat
West Java 80,81
16,89
1,63
Jawa Timur
East Java 83,90
14,46
0,97
Nusa Tenggara Barat
West Nusa Tenggara 87,61
11,42
1,94
Total 82,52
15,55

Di antara ketiga provinsi, Nusa Tenggara Among the three provinces, West Nusa Tenggara
Barat merupakan wilayah dengan persentase is the region with the highest percentage of
lahan pertanian dengan kategori diharapkan desirable agricultural land according to land
tertinggi menurut hak kepemilikan lahan, yakni ownership rights, at 87.61 percent. This implies
sebesar 87,61 persen. Artinya, terdapat 87,61 that there are 87.61 percent of agricultural land
persen lahan pertanian dimana petani telah where farmers already have formal documents
memiliki dokumen resmi kepemilikan lahan, atau of land ownership, or have the right to sell and
mempunyai hak untuk menjual dan mewariskan. bequeath.

36
Agricultural SDGs Indicator 2020
in West Java, East Java, and West Nusa Tenggara

Kesimpulan
Conclusion
2,16
Produktivitas Lahan
Land Productivity 89,72
8,12
2,87
Profitabilitas
Profitability 65,08 32,05

1,52
Ketahanan
Resilience 8,16 90,33

3,98
Kesuburan tanah
Soil health 4,65 91,37

4,16
Penggunaan air
Water use 8,6 87,24

Risiko penggunaan pupuk


Fertilizer pollution risk 60,17 9,46
30,37
1,51 62,28

id
Risiko penggunaan pestisida
Pesticide risk 36,21

o.
0,55 22,02

.g
Keanekaragaman hayati 77,43
Biodiversity
ps
34,56
Pekerjaan yang layak 0 65,44
.b

Decent employment
w

0,13
Kemananan pangan 99,66
w

Food security 0,21


//w

Kepemilikan lahan 15,55 82,52


Land tenure
1,94
s:
tp

Berdasarkan grafik diatas, persentase tertinggi Based on the graph above, the highest
lahan pertanian Tidak Berkelanjutan adalah percentage of unsustainable agricultural land
ht

sebesar 89,72 persen pada Grafik Sub-indikator


2.4.1 is 89.72 percent in the Land Productivity Sub-
Produktivitas Lahan. Dengan demikian, dapat indicator. Thus, it can be concluded that:
disimpulkan bahwa:

sebesar 89,72% as much as 89,72%


penggunaan lahan pertanian di Jawa of agricultural land use in West Java,
Barat, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara East Java, and West Nusa Tenggara
Barat dikategorikan sebagai dibawah is categorized as under productive
standar pengelolaan produktif yang management standards that ensure
menjamin pertanian berkelanjutan sustainable agriculture

Sedangkan, hanya sekitar Meanwhile, only about

10,28% 10,28%
lahan pertanian di of agricultural land
ketiga provinsi tersebut in the three provinces
yang telah memenuhi standar has met the standards
pengelolaan produktif sebagai lahan for productive management as
pertanian yang berkelanjutan sustainable agricultural land

37
Indikator Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Sektor Pertanian 2020
di Prov. Jawa Barat, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat

Target 5.a
Target 5.a

Melakukan reformasi untuk memberi hak yang sama kepada
perempuan terhadap sumber daya ekonomi, serta akses terhadap
kepemilikan dan kontrol atas tanah dan bentuk kepemilikan lain, jasa
keuangan, warisan dan sumber daya alam, sesuai dengan hukum
nasional

Undertake reforms to give women equal rights to economic resources,


as well as access to ownership and control over land and other forms
of property, financial services, inheritance and natural resources, in
accordance with national laws

id

o.
Indikator TPB 5.a.1
SDGs Indicator 5.a.1 .g
ps
.b

Indikator 5.a.1 secara umum bertujuan untuk Indicator 5.a.1 aims to measure prevalence
mengukur prevalensi kepemilikan atau hak of ownership or tenure right over agricultural
w

atas lahan pertanian pada rumah tangga land in the reference of population (agricultural
w

pertanian. Sumber data yang digunakan dalam households). Indonesian first integrated
//w

penghitungan ini merupakan hasil Survei agricultural pilot survey, known as SITASI2020,
Pertanian Terintegrasi 2020 (SITASI2020) yang used as data source of measuring Indicator
s:

dilaksanakan pada bulan Oktober-November di 5.a.1. This survey was conducted in three
tp

tiga provinsi yaitu: Jawa Barat, Jawa Timur dan provinces West Java, East Java, and West Nusa
Nusa Tenggara Barat. Tenggara in October-November 2020.
ht

Penghitungan indikator 5.a.1 diambil dari Items from Core Module and Machinery,
rincian pada Kuesioner KOR dan Modul Mesin, Equipment and Asset Module were taken to
Peralatan, dan Aset SITASI2020. Disagregasi measure SDGs 5.a.1. The figure disaggregated
pada level wilayah, yaitu provinsi dan rata-rata at provincial level and the average of three
dari tiga provinsi terpilih akan tersedia pada selected provincies. Then, disaggregation by
laporan ini. Selain itu, disagregasi berdasarkan sex is provided as it is being mandatory figure
jenis kelamin juga disusun untuk menyediakan for international level.
keterbandingan pada level internasional.

38
Agricultural SDGs Indicator 2020
in West Java, East Java, and West Nusa Tenggara

Metodologi
Methodology

Indikator 5.a.1 dihitung melalui konsep “Hak yang terjamin atas lahan pertanian”.
Dalam hal ini, hak yang terjamin diukur menggunakan tiga variabel proksi yaitu:

Indicator 5.a.1 used a concept of “Secure ownership or secure tenure right over
agricultural land”. For measuring this indicator, three proxy variables are used:

Kepemilikan atas Adanya hak untuk menjual Adanya hak untuk

id
dokumen yang sah lahan pertanian mewariskan lahan pertanian

o.
The possession of legal The right to sell The right to bequeath
documents
.g
ps
Apabila satu dari ketiga kriteria sudah terpenuhi, maka pemilik atau pengelola
.b

dikategorikan memiliki hak yang aman atas lahan.


w

If an agricultural household fulfilled one of three criteria, the household could be


w

categorized as having secure tenure rights.


//w
s:

Indikator 5.a.1 dibagi menjadi tiga indikator yaitu 5.a.1.(a) perempuan, 5.a.1.(a) laki-laki dan 5.a.1 (b).
tp

Penyusunan indikator mengacu pada rumus berikut :


ht

SDGs 5.a.1 divided into three sub-indicators: 5.a.1.(a) woman, 5.a.1.(a) man and 5.a.1 (b).
Indicator 5.a.1 calculated using formula below:

SDG Total penduduk perempuan yang memiliki hak yang aman atas lahan pertanian
women with secure agricultural land rights
5.a.1.a(p) =
Total penduduk perempuan pada sektor pertanian
women in agricultural population (in ag HHs)

SDG Total penduduk laki-laki yang memiliki hak yang aman atas lahan pertanian
men with secure agricultural land rights
5.a.1.a(l) =
Total penduduk laki-laki pada sektor pertanian
men in agricultural population (in agr HHs)

SDG Total penduduk perempuan yang memiliki hak yang aman atas lahan pertanian
women with secure agriculture land rights
5.a.1.(b) =
Total penduduk yang memiliki hak yang aman atas lahan pertanian
adults with secure agriculture land rights by type of tenure

39
Indikator Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Sektor Pertanian 2020
di Prov. Jawa Barat, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat

Hasil
Result
Berdasarkan hasil SITASI2020 dapat dilihat Based on the result of SITASI2020, there is a gap
bahwa masih terdapat kesenjangan yang cukup of land ownership between men and women.
besar atas kepemilikan lahan yang terjamin It is estimated 32,77 percent of men and 5,07
pada laki-laki dan perempuan. Grafik di bawah percent of women have secure ownership of
menunjukkan bahwa terdapat 32,77 persen agricultural land. This figure is an average value
laki-laki dan 5,07 persen perempuan yang of data from three provinces. Otherwise, 21,67
memiliki hak yang terjamin atas lahan pertanian percent of men don’t have a secure ownership
di Indonesia. Selanjutnya, terdapat 21,67 persen of agricultural land, and women 40,50 percent.
laki-laki yang tidak memiliki hak yang terjamin
atas lahan pertanian di Indonesia.

id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

Berdasarkan hasil uji coba di tiga provinsi Based on the results of trials in three provinces,
data dilihat bahwa secara rata-rata dari the data shows that on average, out of a
seratus penduduk perempuan dewasa di hundred adult women in the agricultural sector,
sektor pertanian, terdapat 10-11 perempuan there are 10-11 adult women who have secure
dewasa yang memiliki hak yang terjamin atas rights to agricultural land (SDGs indicator
lahan pertanian (Indikator TPB 5.a.1.a untuk 5.a.1.a for women) . Meanwhile, on average,
perempuan). Sedangkan secara rata-rata dari out of a hundred adult male population in the
seratus penduduk dewasa laki-laki di sektor agricultural sector, there are 39-40 adult men
pertanian, terdapat 39-40 laki-laki dewasa yang who have secure rights to agricultural land
memiliki hak yang terjamin atas lahan pertanian (SDGs indicator 5.a.1.a for men). Furthermore,
(Indikator TPB 5.a.1.a untuk laki-laki). Selanjutnya, on average, out of a hundred adult population
secara rata-rata dari seratus penduduk dewasa in the agricultural sector, there are 18-19 adult
di sektor pertanian, terdapat 18-19 perempuan women who have secure rights to agricultural
dewasa yang memiliki hak yang terjamin atas land (SDGs indicator 5.a.1.b).
lahan pertanian (Indikator TPB 5.a.1.b).

40
Agricultural SDGs Indicator 2020
in West Java, East Java, and West Nusa Tenggara

id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

41
Indikator Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Sektor Pertanian 2020
di Prov. Jawa Barat, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat

Indikator 5.a.1 memungkinkan adanya Indicator 5.a.1 allows for comparisons between
keterbandingan antar wilayah. Penghitungan regions. The calculation of female indicator
indikator 5.a.1.a perempuan menunjukkan bahwa 5.a.1.a shows that out of a hundred adult
dari seratus penduduk perempuan dewasa di female population in the agricultural sector,
sektor pertanian, terdapat 14-15 perempuan there are 14-15 adult women who have secure
dewasa yang memiliki hak yang terjamin rights to agricultural land in East Java Province.
atas lahan pertanian di Provinsi Jawa Timur. Meanwhile in West Nusa Tenggara Province
Sedangkan di Provinsi Nusa Tenggara Barat there are 11-12 women and 7-8 women in West
terdapat 11-12 perempuan dan 7-8 perempuan di Java Province.
Provinsi Jawa Barat.

Penghitungan Indikator 5.a.1.a laki-laki The calculation of male indicators 5.a.1.a shows
menunjukkan bahwa dari seratus penduduk laki- that out of a hundred adult male population in
laki dewasa di sektor pertanian, terdapat 40-41 the agricultural sector, there are 40-41 adult
laki-laki dewasa yang memiliki hak yang terjamin males who have secure rights to agricultural
atas lahan pertanian di Provinsi Nusa Tenggara land in West Nusa Tenggara and West Java
Barat dan Provinsi Jawa Barat. Sedangkan di Province. Meanwhile, in East Java Province
Provinsi Jawa Timur terdapat 39-40 orang. there are 39-40 people.

id
o.
Penghitungan Indikator 5.a.1.b menunjukkan The calculation of indicator 5.a.1.b shows that

.g
bahwa dari seluruh penduduk dewasa di sektor of the entire adult population in the agricultural
pertanian, terdapat terdapat 24-25 perempuan sector, there are 24-25 adult women who have
ps
dewasa yang memiliki hak yang terjamin secure rights to agricultural land in East Java
atas lahan pertanian di Provinsi Jawa Timur Province, followed by West Nusa Tenggara with
.b

disusul Nusa Tenggara Barat sebesar 21-22 21-22 women, and Province West Java with 13-
w

perempuan, dan Provinsi Jawa Barat sebesar 14 women.


w

13-14 perempuan.
//w

Ketiga provinsi menunjukan pola ketimpangan The three provinces show a similar pattern
gender yang sama dimana proporsi perempuan of gender inequality where the proportion of
s:

yang memiliki lahan masih perlu ditingkatkan women owning land still needs to be increased
tp

untuk mencapai adanya kesetaraan gender. to achieve gender equality. The province of East
ht

Provinsi Jawa Timur memiliki ketimpangan Java has gender inequality that is relatively
gender yang relatif lebih kecil dibanding smaller than that of West Java and West
provinsi Jawa Barat dan Nusa Tenggara Barat. Nusa Tenggara. Meanwhile, the highest level
Sedangkan adanya pemberdayaan perempuan of women’s empowerment was in the province
tertinggi terdapat di Provinsi Jawa Timur disusul of East Java, followed by West Nusa Tenggara
kemudian oleh Provinsi Nusa Tenggara Barat and then West Java.
lalu Jawa Barat.

42
Agricultural SDGs Indicator 2020
in West Java, East Java, and West Nusa Tenggara

id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

43
Indikator Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Sektor Pertanian 2020
di Prov. Jawa Barat, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat

id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

44
Agricultural SDGs Indicator 2020
in West Java, East Java, and West Nusa Tenggara

04
Penutup

id
o.
.g Closing
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

45
Indikator Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Sektor Pertanian 2020
di Prov. Jawa Barat, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat

Penutup
Closing

Tingkat kelaparan yang tinggi dan kekurangan The persistent high levels of hunger and
gizi yang terus-menerus terjadi serta aktivitas malnutrition and unsustainable human activities
manusia yang tidak menerapkan praktik present a major challenge to agriculture. To
berkelanjutan menghadirkan tantangan besar meet the growing demand for food, farm needs
bagi pertanian. Untuk memenuhi permintaan to produce more food globally in the same
pangan yang terus meningkat, pertanian perlu period. Sustainable agriculture can increase
memproduksi lebih banyak pangan secara the resilience of people, communities and
global pada periode yang sama. Pertanian yang ecosystems, and in turn, eradicate poverty and
berkelanjutan dapat meningkatkan ketahanan hunger.
masyarakat, komunitas dan ekosistem, dan
pada gilirannya, memberantas kemiskinan dan
kelaparan.

id
Untuk mencapai pertanian yang berkelanjutan Achieving sustainable agriculture requires

o.
dibutuhkan perencanaan dan pengelolaan planning and management of the agricultural
sektor pertanian berdasarkan statistik yang sector based on appropriate statistics,
sesuai, informasi dan peta geospasial, serta
.g
geospatial information and maps, and
ps
pengetahuan kualitatif. Indikator Tujuan qualitative knowledge. This indicator of the
Pembangunan Berkelanjutan (TPB) sektor Sustainable Development Goals (SDGs) for the
.b

pertanian ini merupakan statistik yang dapat agricultural sector is a statistic that can portray
w

memotret sejauh mana rangkaian rencana aksi the extent to which a series of global action
global diterapkan pada sektor pertanian. plans are applied to the agricultural sector.
w
//w
s:
tp
ht

46
Agricultural SDGs Indicator 2020
in West Java, East Java, and West Nusa Tenggara

Ketersediaan empat indikator TPB sektor The four SDGs indicators for the agricultural
pertanian baru dapat menggambarkan sector can only present the conditions in the
keadaan pada Provinsi Jawa Barat, Jawa Provinces of West Java, East Java and West
Timur, dan Nusa Tenggara Barat dari hasil Nusa Tenggara from the results of the Integrated
Survei Pertanian Terintegrasi (SITASI) tahun Agricultural Survey (SITASI) in 2020. The efforts
2020. Hal ini merupakan upaya BPS dalam carried out by BPS are gradually enriching
rangka memperkaya capaian indikator TPB the achievement of the SDGs indicators for
Indonesia berstandar global secara bertahap. Indonesia with global standards. It is hoped
Pengembangan dan penyempurnaan that the development and improvement of
penghitungan indikator TPB sektor pertanian the calculation of the SDGs indicator for the
yang sama di tingkat nasional dan regional agricultural sector at national and regional
diharapkan dapat dilakukan pada tahun levels can be carried out in the following year
berikutnya melalui hasil SITASI 2021. through the results of SITASI 2021.

id
o.
Disadari bahwa untuk mewujudkan pertanian berkelanjutan
.g
dibutuhkan kolaborasi dari seluruh pemangku kepentingan, baik
ps
nasional maupun regional. Namun demikian, keberlanjutan harus
dilihat sebagai proses, bukan sebagai titik akhir yang didefinisikan
.b

secara tunggal untuk dicapai. Pada akhirnya, pencapaian tujuan-


w

tujuan pada pertanian berkelanjutan ini akan berdampak positif


dalam menunjang tercapainya indikator TPB lainnya.
w
//w

It is realized that to achieve sustainable agriculture requires


s:

collaboration from all stakeholders, both national and regional.


Nevertheless, sustainability should be considered as a process,
tp

not a single defined end point to achieve. In the end, the


ht

achievement of these goals on sustainable agriculture will have


a positive impact in supporting the achievement of other SDGs
indicators.

47
Indikator Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Sektor Pertanian 2020
di Prov. Jawa Barat, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat

Daftar Pustaka
References
Badan Pusat Statistik. 2020. Indikator Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan Indonesia 2020.
Jakarta: BPS

Badan Pusat Statistik. 2020. Profil Kemiskinan di


Indonesia Maret 2020. Jakarta: BPS

Food and Agriculture Organization of the United


Nations, 2017. “Defining Small Scale Food
Producers to Monitor Target 2.3 of The 2030
Agenda for Sustainable Development,” FAO
Statistics Working Paper Series/ 17-12.

Food and Agriculture Organization of the United

id
Nations, 2019. “Methodology for Computing

o.
and Monitoring the Sustainable Development

.g
Goal Indicators 2.3.1 and 2.3.2,” FAO Statistics
Working Paper Series/ 18-14.
ps
FAO; The World Bank; UN-Habitat. 2019.
.b

Measuring Individuals’ Rights to Land: An


w

Integrated Approach to Data Collection for


w

SDG Indicators 1.4.2 and 5.a.1. Washington,


DC: World Bank.© FAO, The World Bank, and
//w

UN-Habitat. License: CC BY-NC-SA 3.0 IGO


s:

UN Women. Module 3 : Calculating Gender


tp

Statistics for SDGs Monitoring. Accessed by


29 December 2020 from
ht

https://data.unwomen.org/sites/default/files/
documents/Asia-Pacific-Training-Curriculum/
Module3/Module3_Training%20syllabus_
Final.pdf

Kementerian Perencanaan Pembangunan


Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional. 2020. Metadata Indikator Pilar
Pembangunan Sosial Pelaksanaan Pencapaian
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/
Sustainable Development Goals (TPB/SDGs).
Jakarta: Bappenas

48
Agricultural SDGs Indicator 2020
in West Java, East Java, and West Nusa Tenggara

id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

49

Anda mungkin juga menyukai