Anda di halaman 1dari 14

DAFTAR ISI

Bab I Pendahuluan
1.1 Rencana Detail Tata Ruang
1.2 Pengertian Umum
1.3 Materi Pokok Rencana Detail Tata Ruang

Bab II Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang


2.1 Perumusan Tujuan dan Konsep Ruang
2.2 Penyusunan Rencana Pola Ruang
2.3 Penyusunan Rencana Intensitas Pemanfaatan Ruang
2.4 Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis
2.5 Penyusunan Rencana Jaringan Prasarana
2.6 Penetapan Sub Kawasan Prioritas
2.7 Penyusunan Rencana Pemanfaatan Ruang

Bab III Perumusan Peraturan Zonasi


3.1 Perumusan Tipologi Kegiatan Kota
3.2 Perumusan Ketentuan Kegiatan dan Penggunaan Lahan
3.3 Perumusan Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang
3.4 Perumusan Ketentuan Tata Bangunan
3.5 Perumusan Ketentuan Prasarana dan Sarana Minimum
3.6 Perumusan Ketentuan Tambahan
3.7 Perumusan Ketentuan Khusus
3.8 Perumusan Standar Teknis
3.9 Perumusan Ketentuan Pelaksanaan

Bab IV Daftar Isi


4.1 Buku Rencana RDTR
4.2 Rancangan Perda RDTR
4.3 Album Peta RDTR

Bab V Peta-peta RDTR


5.1 Peta Dasar Skala 1:5.000
5.2 Peta Konsep Ruang
5.3 Peta Rencana Pola Ruang
5.4 Peta Rencana Intensitas Ruang
5.5 Peta Rencana Jaringan Prasarana
5.6 Peta Sub-Kawasan Prioritas
5.7 Peta Pendamping Peraturan Zonasi
5.8 Konsep Basis Data Spasial RDTR

Bab VI Penutup

Naskah Petunjuk Teknis Penyusunan RDTR i Dading Huisan Sabulubulu


BAB IV
DAFTAR ISI
BUKU RENCANA, RANCANGAN PERATURAN DAERAH
DAN ALBUM PETA

Secara keseluruhan penyusunan RDTR akan menghasilkan tiga produk ahir, yaitu Buku Rencana
atau materi teknis RDTR, Buku Rancangan Perda RDTR dan Album Peta RDTR. Materi muatan
masing-masing produk tersebut adalah sebagai berikut.

4.1 Buku Rencana


Buku Rencana Detail Tata Ruang (RDTR), yang selanjutnya disebut sebagai Buku Rencana,
adalah dokumen teknis yang berisi semua unsur rencana yang ada di dalam RDTR beserta
dengan garis besar analisis yang melatarbelakanginya. Secara keseluruhan materi muatan
Buku Rencana meliputi 10 (sepuluh) bab sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan
Secara garis besar bab Pendahuluan harus berisikan tiga materi pokok sebagai berikut.
Pertama, gambaran umum kawasan perencanaan/BWP dari segi fisik, sosial-ekonomi dan
sosial-budaya. Kedua, penjelasan mengenai kedudukan dan fungsi kawasan
perencanaan/BWP di dalam wilayah kabupaten/Kota induknya.1 Ketiga, arahan penguasa
daerah dan/atau aspirasi pemangku kepentingan terhadap masa depan kawasan
perencanaan/BWP.

Bab Pendahuluan dapat disajikan ke dalam beberapa sub bab sesuai dengan materi pokok
di atas. Uraian dalam bab ini dimaksudkan untuk memberikan latar belakang bagi
terumuskannya tema ruang yang menjadi Tujuan Penataan Ruang dan Konsep Ruang yang
menjadi dasar penyusunan semua tahap rencana dan peraturan zonasi.

Bab II Tujuan Penataan Ruang dan Konsep Ruang


2.1 Tujuan Penataan Ruang
Berisikan tiga hal pokok. Pertama, penjelasan tentang latar belakang dipilih nya
tema ruang yang dijadikan sebagai tujuan penataan ruang. Kedua, tema ruang itu
sendiri, dan ketiga, konsekwensi-konsekwensi terkait dengan tema ruang yang dipilih.

2.2 Konsep Ruang


Berisikan lima hal pokok. Pertama, penjelasan tentang dasar pemikiran2 pembagian
kawasan perencanaan ke dalam sub kawasan berdasarkan homogenitasnya. Kedua,
penjelasan tentang karakteristik setiap sub kawasan, yang meliputi fungsi sub
kawasan, arahan intensitas ruang secara umum, arahan penanganan ke depan dan
tema ruang setempat. Ketiga, Indikasi sub kawasan atau sub-sub kawasan yang perlu

1
Kedudukan dan fungsi kawasan perencanaan/BWP terutama dilihat dari kedudukannya di dalam
rencana struktur ruang dan rencana pola ruang RTRW induknya. Tidak perlu menyalin ulang
berbagai hal yang ada di dalam RTRW induknya, cukup mengutip hal-hal yang relevan saja.
2
Dasar pemikiran yang spesifik terhadap kasus kawasan perencanaan bukan dasar pemikiran umum
atau normatif.

Naskah Petunjuk Teknis Penyusunan RDTR IV-1 Dading Huisan Sabulubulu


mendapat perhatian khusus atau perlu ditindaklanjuti penataan ruangnya, beserta
dengan penjelasannya. Sub kawasan atau sub-sub kawasan ini selanjutnya akan
menjadi sub kawasan prioritas. Keempat, Peta pembagian sub kawasan yang
disajikan pada kertas laporan dengan skala mengikuti ukuran kertas. Kelima, skema
ruang yang merupakan gambaran Konsep Ruang secara diagramatis.

Bab III Rencana Pola Ruang


Introduksi: rencana pola ruang menurut RTRW induknya pada kawasan perencanaan/BWP.
Akan lebih baik bila juga disertakan potongan peta rencana pola ruang RTRW induknya,
hanya untuk bagian yang berada pada kawasan perencanaan/BWP

3.1 Penggunaan Lahan Eksisting


Berisi penjelasan tentang pola penggunaan lahan yang ada pada kawasan
perencanaan/BWP dan kegiatan apa saja yang ada. Akan lebih baik bila juga
dijelaskan tentang skala pelayanan kegiatan yang ada di dalam kawasan
perencanaan. Sertakan Peta Penggunaan Lahan Eksisiting seukuran kertas laporan
dengan skala mengikuti ukuran kertas.

Rencana pola ruang dan rencana intensitas pemanfaatan ruang pada dasarnya
merupakan inti dari RDTR. Dalam kaitan itu uraian ini dimaksudkan untuk
menunjukan secara jelas mana unsur eksisting dan mana unsur rencana.

3.2 Klasifikasi Peruntukan Ruang


Berisi penjelasan mengenai tiga hal. Pertama, klasifikasi peruntukan ruang yang
digunakan di dalam RTRW kabupaten/kota induknya. Kedua, klasifikasi peruntukan
ruang RDTR di kabupaten/kota bersangkutan secara keseluruhan. Ketiga, klasifikasi
peruntukan ruang yang ada di dalam kawasan perencanaan/ BWP. Sertakan tabel
masing-masing klasifikasi peruntukan ruang.

3.3 Rencana Pola Ruang


Rencana pola ruang pada dasarnya merupakan zonasi. Uraian rencana pola ruang
harus berisikan penjelasan mengenai tiga hal. Pertama, bagaimana setiap
peruntukan ruang (zona atau sub zona) didelineasi. Kedua, apakah delineasi zona
tersebut bisa berubah oleh karena adanya penggabungan (lot merging) atau
pemecahan perpetakan (lot splitting) Ketiga, kegiatan apa saja, yang tidak sesuai
dengan peruntukannya, yang ada di dalam setiap zona. Apakah kegiatan ini
dibebaskan atau dibatasi perkembangannya. Sertakan Peta Rencana Pola Ruang
seukuran kertas laporan dengan skala mengikuti ukuran kertas. Peta rencana pola
ruang skala 1:5.000 disajikan pada Album Peta ukuran A1 yang disajikan secara
terpisah.

Penjelasan dalam uraian rencana pola ruang akan menjadi dasar bagi perumusan
Ketentuan Kegiatan dan Penggunaan Lahan dan Aturan Perubahan Zonasi di dalam
Peraturan Zonasi selanjutnya.

Bab IV Rencana Intensitas Ruang


Berisi penjelasan tentang ukuran intensitas ruang apa saja yang digunakan dan apa dasar
pertimbangan penerapannya.

Naskah Petunjuk Teknis Penyusunan RDTR IV-2 Dading Huisan Sabulubulu


4.1 Rencana Intensitas Ruang
Berisi penjelasan tentang dasar pemikiran penyusunan rencana intensitas ruang,
sumber peraturan atau standar tekn is yang menjadi rujukan, dan bagaimana rencana
pengaturan intensitas ruang yang diterapkan pada kawasan perencanaan/BWP.
Lengkapi dengan tabel intensitas ruang dan peta yang menunjukan blok dan/atau sub
blok. Tabel intensitas ruang yang sekurangnya memiliki enam kolom, untuk :
Kode blok dan/atau sub blok;
Koefisien Dasar Bangunan (KDB);
Ketinggian Bangunan (lantai);
Koefisien Lantai Bangunan (KLB);
Koefisien Dasar Hijau (KDH);
Koefisien Tapak Besmen (KTB);
Akan lebih baik bila juga dilengkapi dengan ilustrasi dalam bentuk sket terkait
dengan intensitas ruang tertentu

4.2 Rencana Tata Bangunan


Berisi penjelasan tentang dasar pemikiranpenyusunan rencana tata bangunan, sumber
peraturan atau standar tekn is yang menjadi rujukan, dan bagaimana rencana
pengaturan tata bangunanitu sendiri diterapkan pada kawasan perencanaan/BWP.
Lengkapi dengan tabel tata bangunan dan peta yang menunjukan blok dan/atau sub
blok. Bila rencana tata bangunan dan rencana intensitas ruang menunjuk pada blok
dan/atau sub blok yang sama maka dapat digunakan satu peta bersama. Tabel tata
bangunan sekurangnya harus memiliki enam kolom, untuk :
Kode blok dan/atau sub blok;
Ketinggian Bangunan (m);
Sempadan jalan (m);
Sempadan bangunan (m);
Jarak bebas samping (m); dan
Jarak bebas belakang (m)

Bab V Kajian Lingkungan Hidup Strategis


5.1 Perkiraan Daya Tampung Kawasan
Berisi penjelasan tentang dasar pemikiran yang digunakan dalam memperkirakan
daya tampung ruang, satuan yang digunakan apakah jumlah orang, luas lantai, atau
luas tanah, dan hasil perkiraan daya tampung itu sendiri untuk setiap sub kawasan

5.2 Perkiraan Bangkitan Lalu Lintas (per sub kawasan)


Berisi penjelasan tentang dasar pemikiran yang digunakan dalam memperkirakan
besarnya bangkitan lalu lintas pada setiap sub kawasan sesuai dengan peruntukan
ruang dan intensitas ruangnya, dan hasil perkiraan bangkitan lalu lintas itu sendiri.
Perkiraan bangkitan lalu lintas ini akan lebih baik bila dilakukan per blok atau sub
blok peruntukan dan hasilnya diplotkan pada peta jaringan jalan sehingga
menggambarkan perkiraan beban lalu-lintas jalan.

5.3 Perkiraan Kebutuhan Prasarana


Sesuai dengan penjelasan di muka, selain lalu-lintas, ada lima jenis prasarana
pendukung permukiman yang potensial untuk membebani lingkungan hidup, yaitu :
Perkiraan Kebutuhan Air Bersih
Perkiraan Produksi Sampah
Perkiraan Produksi Air Limbah
Perkiraan Produksi Tinja

Naskah Petunjuk Teknis Penyusunan RDTR IV-3 Dading Huisan Sabulubulu


Perkiraan Produksi Air Limpasan

Kelimanya harus diperkirakan kebutuhan atau produksinya, dan disini hatus


disampaikan standar apa yang digunakan untuk memperkirakannya dan bagaimana
hasil perkiraannya. Hasil perkiraan ini akan lebih baik bila dilakukan per sub
kawasan dan disajikan dalam bentuk tabel perkiraan.

5.4 Penilaian Daya Dukung Lingkungan


Berisikan penjelasan tentang dasar penilaian daya dukung lingkungan terhadap
kebutuhan parasarana pendukung permukiman, termasuk daya dukung jaringan jalan
yang ada.
Daya dukung jalan terhadap beban lalu-lintas
Daya dukung sumber air bersih
Daya dukung drainase alam
Daya dukung pengolahan tinja
Daya dukung pengolahan sampah
Daya dukung lingkungan keseluruhan

5.5 Rekomendasi
Berisikan rekomendasi tindakan yang harus dilakukan untuk menjaga kelestarian
lingkungan hidup sehubungan dengan rencana pola ruang dan rencana intensitas
ruang. Sebagian dari rekomendasi ini akan menjadi masukan bagi peraturan zonasi.

Bab VI Rencana Jaringan Prasarana


Rencana jaringan prasarana disajikan dalam bentuk uraian dan peta. Secara umum
penyajian uraian rencana jaringan prasarana adalah sebagaimana tersaji di bawah ini.
Uraian rencana jaringan prasarana harus dilengkapi dengan peta rencana jaringan
prasarana dalam ukuran kertas laporan dengan skala mengikuti ukuran kertas. Peta
Rencana Jaringan Prasarana skala 1:5.000 disajikan pada album peta tersendiri. Pada peta
skala 1:5.000 penyajian beberapa peta rencana jaringan prasarana dapat digabung menjadi
satu peta sepanjang masih tetap informatif.

6.1 Rencana Jaringan Jalan


Perkiraan bangkitan lalu-lintas per sub kawasan
Perkiraan kebutuhan kapasitas jalan
Rencana jaringan jalan baru
Rencana peningkatan kapasitas jalan dan pengelolaan lalu-lintas (traffic
management)
Peta Rencana Jaringan Jalan skala kertas dan skala 1:5.000 yang menunjukan
jaringan jalan eksisting, rencana peningkatan kapasitas/kualitas jalan dan
rencana jaringan jalan baru.

6.2 Rencana Jaringan Air Bersih


Perkiraan kebutuhan air bersih per sub kawasan
Rencana pemenuhan kebutuhan air bersih
Rencana peningkatan kapasitas pelayanan air bersih
Rencana jaringan air baru bersih
Peta Rencana Jaringan Air bersih skala kertas dan skala 1:5.000 yang
menunjukan jaringan air bersih eksisting, jaringan air baku (bila ada),
rencana peningkatan kapasitas/kualitas pipa air bersih dan rencana jaringan
baru air bersih.

Naskah Petunjuk Teknis Penyusunan RDTR IV-4 Dading Huisan Sabulubulu


6.3 Rencana Jaringan Listrik
Perkiraan kebutuhan listrik per sub kawasan
Rencana pemenuhan kebutuhan listrik
Rencana peningkatan kapasitas pelayanan listrik
Rencana jaringan baru listrik
Peta Rencana Jaringan Listrik skala kertas dan skala 1:5.000 yang
menunjukan jaringan listrik eksisting, rencana peningkatan kapasitas listrik
dan rencana jaringan baru listrik.

6.4 Rencana Jaringan Telpon


Perkiraan kebutuhan sambungan telpon (sambungan tetap dan selular)
Rencana pemenuhan kebutuhan sambungan telpon
Rencana peningkatan kapasitas sambungan telpon
Rencana jaringan baru telpon (termasuk rencana BTS)
Peta Rencana Jaringan Telpon skala kertas dan skala 1:5.000 yang
menunjukan jaringan telpon eksisting, rencana peningkatan jaringan dan
rencana jaringan baru telpon

6.5 Rencana Jaringan Gas (Gas untuk masak, bila ada)


Perkiraan kebutuhan sambungan gas masak
Rencana pemenuhan kebutuhan gas masak
Rencana jaringan baru gas masak
Peta Rencana Jaringan Gas Masak skala kertas dan skala 1:5.000 yang
menunjukan jaringan gas eksisting, rencana peningkatan jaringan dan
rencana jaringan baru gas masak

6.6 Rencana Jaringan Drainase


Perkiraan produksi air limpasan
Rencana penyaluran air limpasan
Rencana peningkatan kapasitas jaringan drainase
Rencana jaringan baru drainase
Peta Rencana Jaringan Drainase skala kertas dan skala 1:5.000 yang
menunjukan jaringan drainase eksisting, rencana peningkatan jaringan dan
rencana jaringan baru drainase

6.7 Rencana Jaringan Limbah (Sewer)


Perkiraan produksi air limbah
Rencana pengolahan air limbah
Rencana peningkatan kapasitas jaringan air limbah dan/atau IPAL
Rencana jaringan baru air limbah dan/atau IPAL
Peta Rencana Jaringan Limbah dan/atau IPAL skala kertas dan skala 1:5.000
yang menunjukan jaringan limbah eksisting, rencana peningkatan jaringan
dan rencana jaringan baru limbah

6.8 Rencana Pengolahan Limbah Tinja


Perkiraan produksi limbah tinja
Rencana pengolahan limbah tinja
Rencana peningkatan kapasitas IPLT
Rencana pembangunan baru IPLT
Peta Rencana Pengolahan Limbah Tinja skala kertas dan skala 1:5.000 yang
menunjukan IPLT eksisting, rencana peningkatan IPLT dan IPLT baru

Naskah Petunjuk Teknis Penyusunan RDTR IV-5 Dading Huisan Sabulubulu


6.9 Rencana Persampahan
Perkiraan produksi sampah
Rencana pengolahan sampah
Rencana peningkatan layanan persampahan dan TPA
Peta Rencana Persampahan skala kertas dan skala 1:5.000 yang menunjukan
sarana persampahan eksisting, rencana peningkatan sarana dan rencana
jaringan baru sarana persampahan

6.10 Rencana Jaringan Prasarana Lainnya

Bab VII Penetapan Sub Kawasan Prioritas


Berisikan penjelasan dasar penetapan sub kawasan prioritas, nama sub kawasan prioritas
(bisa lebih dari satu), luas sub kawasan prioritas dan karakter ruang sub kawasan prioritas
yang harus diujudkan. Karakter ruang ini selanjutnya akan menjadi tujuan perencanaan tata
bangunan dan lingkungan untuk sub kawasan bersangkutan. Penetapan sub kawasan
prioritas harus disertai dengan peta orientasi yang menunjukan lokasi sub kawasan prioritas
di dalam kawasan perencanaan/BWP secara keseluruhan. Peta orientasi sub kawasan
prioritas cukup seukuran kertas laporan dengan skala mengikuti ukuran kertas.

Bab VIII Rencana Pemanfaatan Ruang


Berisikan penjelasan tentang rencana pemanfaatan ruang yang di dalam Permen PU no 20
Tahun 2011 disebut sebagai Ketentuan Pemanfaatan Ruang. Bersama uraian ini juga
diserftakan tabel indikasi program pemanfaatan ruang.

Bab IX Peraturan Zonasi


Uraian tentang peraturan zonasi diawali dengan penjelasan mengenai ketentuan dan aturan
apa saja yang akan mengisi peraturan zonasi secara keseluruhan. Introduksi ini diperlukan
menimbang tidak semua daerah akan memiliki susunan ketentuan dan aturan yang sama.

9.1 Ketentuan Kegiatan dan Penggunaan Lahan


Uraian tentang ketentuan Kegiatan dan Penggunaan Lahan harus diawali dengan
inventarisasi kegiatan yang ada dan yang diperkirakan akan ada di dalam kawasan
perencanaan/BWP. Bila kegiatan2 ini akan dikelompokan ke dalam beberapa tipologi
kegiatan, maka harus ada sub bab khusus yang menguraikan tipologi tersebut.

9.1.1 Daftar Kegiatan


Diisi dengan uraian tentang semua jenis dan skala kegiatan yang ada dan
yang diperkirakan akan ada di dalam kawasan perencanaan/ BWP

9.1.2 Tipologi Kegiatan


Diisi dengan penjelasan kenapa harus dibuat tipologi kegiatan, dasar
pemikiran apa yang digunakan dalam menyusun tipologi kegiatan, dan
bagaimana kriteria setiap tipe atau kelompok kegiatan. Sertakan tabel
Tipologi Kegiatan yang berisi tipe/kelompok kegiatan, kriteria
pengelompokannya dan daftar kegiatan yang termasuk ke dalam setiap
tipe/kelompok kegiatan.

9.1.3 Aturan Penggunaan Lahan


Diisi dengan tabel Aturan Penggunaan Lahan atau tabel ITBX yang
menabulasi-silangkan antara zonasi dengan kegiatan atau tipologi kegiatan.

Naskah Petunjuk Teknis Penyusunan RDTR IV-6 Dading Huisan Sabulubulu


Untuk setiap sel yang berisi nilai T atau B harus ada penjelasan teknis yang
lengkap.

9.2 Ketentuan Perpetakan


Diisi dengan penjelasan kenapa harus dibuat ketentuan perpetakan, dasar pemikiran
apa yang digunakan dalam penyusunan ketentuan perpetakan, dan bagaimana
menerapkannya. Oleh karena ketentuan perpetakan adalah aturan yang berbasis blok
peruntukan, maka harus disajikan berdampingan dengan peta zonasi untuk
menunjukan pada blok peruntukan mana saja ketentuan ini berlaku dan apa
aturannya. Peta zonasi disini tidak harus berskala 1:5.000 tapi dapat mengikuti
ukuran kertas laporan sepanjang bersifat masih dapat terbaca dengan dan informatif.

9.3 Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang


Diisi dengan dasar pemikiran yang melandasi ketentuan intensitas pemanfaatan
ruang, bagaimana isi ketentuan intensitas pemanfaatan ruang itu sendiri dan
bagaimana menerapkannya. Melengkapi uraian ini juga harus disajikan peta zonasi
yang menunjukan pada blok peruntukan mana saja ketentuan ini berlaku dan apa
aturannya. Peta zonasi disini tidak harus berskala 1:5.000 tapi dapat mengikuti
ukuran kertas laporan sepanjang bersifat masih dapat terbaca dengan dan informatif.

9.4 Ketentuan Tata Bangunan


Diisi dengan dasar pemikiran yang melandasi ketentuan tata bangunan, bagaimana
isi ketentuan tata bangunan itu sendiri dan bagaimana menerapkannya. Melengkapi
uraian ini juga harus disajikan peta zonasi yang menunjukan pada blok peruntukan
mana saja ketentuan ini berlaku dan apa aturannya. Peta zonasi disini tidak harus
berskala 1:5.000 tapi dapat mengikuti ukuran kertas laporan sepanjang bersifat masih
dapat terbaca dengan dan informatif.

9.5 Ketentuan Prasarana dan Sarana Minimum


Diisi dengan dasar pemikiran yang melandasi ketentuan prasarana dan sarana
minimum, bagaimana isi ketentuannya sertakan tabel daftar prasarana dan sarana
minimum yang harus ada pada setiap zona, dan bagaimana menerapkannya.

9.6 Ketentuan Tambahan


Diisi dengan penjelasan kenapa harus ada ketentuan tambahan, dasar pemikiran apa
yang digunakan dalam menyusun ketentuan tambahan, apa isi ketentuan tambahan
tersebut, dimana saja diterapkannya. Melengkapi uraian ini juga harus disajikan peta
zonasi yang menunjukan pada blok mana saja ketentuan ini berlaku dan apa
aturannya. Peta zonasi disini tidak harus berskala 1:5.000 tapi dapat mengikuti
ukuran kertas laporan sepanjang bersifat masih dapat terbaca dengan dan informatif.

9.7 Ketentuan Khusus


Diisi dengan penjelasan kenapa harus ada ketentuan khusus, dasar pemikiran apa
yang digunakan dalam menyusun ketentuan khusus, apa isi ketentuan khusus tersebut,
dimana saja diterapkannya. Melengkapi uraian ini juga harus disajikan peta zonasi
yang menunjukan pada blok mana saja ketentuan ini berlaku dan apa aturannya. Peta
zonasi disini tidak harus berskala 1:5.000 tapi dapat mengikuti ukuran kertas laporan
sepanjang bersifat masih dapat terbaca dengan dan informatif.

9.8 Standar Teknis Pemanfaatan Ruang


Berisi penjelasan kenapa standar teknis ini diperlukan, dari sumber mana saja

Naskah Petunjuk Teknis Penyusunan RDTR IV-7 Dading Huisan Sabulubulu


sstandar teknis ini diperoleh, apakah sudah dilakukan kalibrasi untuk penerapannya
di kawasan perencraanaan/BWP, dan bagaimana isi standar teknis pemanfaatan
ruang itu sendiri. Standar teknis pemanfaatan ruang ini sebaiknya disajikan dalam
bentuk tabel yang memuat sekurangnya 5 kolom untuk jenis kegiatan, jumlah
penduduk pendukung minimum, luas lahan minimum, persyaratan lokasi dan
prasarana dan sarana pendukung.

9.9 Ketentuan Pelaksanaan


Sekurangnya ada tiga aturan dalam ketentuan pelaksanaan yang disarankan untuk
disampaikan seperti dalam sub bab di bawah ini. Isi ketentuan pelaksanaan dapat
berbeda dari satu daerah ke daerah lain bergantung pada kebijakan masing-masing.

9.9.1 Aturan Insentif-Disinsentif


Diisi dengan penjelasan mengapa harus ada aturan ini, apa dasar
pemikirannya, bagaimana aturannya dan bagaimana penerapannya.

9.9.2 Aturan Diskreasi


Diisi dengan penjelasan mengapa harus ada aturan ini, jenis diskresi apa
dan pada kasus apa saja dapat diterapkannya, apa kriterianya, siapa yang
berwenang menerbitkan diskresi dan siapa yang memberikan pertimbangan
teknis untuk penerbitan diskresi, apa prosedur dan persyaratannya.

9.9.3 Aturan Perubahan Zonasi


Berisi penjelasan mengapa harus ada aturan ini, pada zona mana saja
aturan ini dapat berlaku, kapan dan pada kondisi apa aturan ini dapat
berlaku, siapa yang berwenang memberikan persetujuan terhadap
perubahan zonasi, siapa yang memberikan pertimbangan teknis untuk
perubahan zonasi, serta apa prosedur dan persyaratannya.

Bab X Penutup
10.1 Ketentuan Peralihan
Berisikan penjelasan kapan peraturan zonasi ini diterapkan, bagaimana dengan
pemanfaatan ruang yang sudah terlanjur ada dan bertentangan dengan peraturan
zonasi ini. Apakah diberi tenggat waktu atau diberikan diskresi dan apa prosedur
serta persyaratannya.

10.2 Dewan Pertimbangan Teknis


Berisikan penjelasan siapa yang menjadi dewan pertimbangan teknis yang melakukan
kajian dan memberikan saran dan pertimbangan terhadap pengambil keputusan
dalam penerapan aturan diskresi dan aturan perubahan zonasi. Pada umumnya
adalah BKPRD. Apa tugas dan wewenang dewan tersebut, siapa saja anggotanya,
kapan harus bersidang, prosedur dan kajian teknis apa yang harus dilakukan dalam
memutuskan suatu kasus, serta bagaimana pembiayaannya.

10.3 Pelanggaran dan Sanksi


Berisikan penjelasan tentang siapa yang berwenang untuk menyidik pelanggaran
terhadap peraturan zonasi dan sanksi administrasi apa yang akan dikenakan untuk
setiap pelanggaran yang dilakukan.

Naskah Petunjuk Teknis Penyusunan RDTR IV-8 Dading Huisan Sabulubulu


Lampiran
Lampiran I Tabel Aturan Penggunaan Lahan (ITBX)
Lampiran II Tabel Intensitas Ruang dan Tata Bangunan

4.2 Rancangan Perda RDTR


Materi muatan rancangan peraturan daerah tentang RDTR pada dasarnya sama dengan
materi muatan Buku Rencana, namun tidak semua materi yang ada di dalam buku rencana
akan dimuat rancangan peraturan daerah.

Secara garis besar muatan rancangan peraturan daerah tentang RDTR adalah sebagai berikut.

1. Judul
2. Konsideran
3. BAB I KETENTUAN UMUM
tentang pengertian/definisi

4. BAB II RUANG LINGKUP


ruang lingkup fisik/administrasi kawasan perencanaan/BWP
ruang lingkup serta manfaat RDTR
lampiran 1 - Peta Orientasi Kawasan Perencanaan/BWP

5. BAB III TUJUAN DAN KONSEP RUANG


tujuan penataan ruang
konsep ruang
lampiran 2 - Peta Pembagian Sub Kawasan/Sub BWP
lampiran 3 - Skema Ruang

6. BAB IV RENCANA POLA RUANG


pengertian rencana pola ruang
klasifikasi peruntukan ruang/zona dan/atau sub zona
distribusi blok peruntukan
lampiran 4 - Peta Rencana Pola Ruang

7. BAB V RENCANA INTENSITAS RUANG


pengertian intensitas ruang
klasifikasi intensitas ruang
distribusi blok peruntukan menurut intensitas ruangnya
lampiran 5 - Peta Rencana Intensitas Ruang

8. BAB VI RENCANA JARINGAN PRASARANA


cakupan jenis prasarana
rencana peningkatan dan/atau pembangunan jaringan baru setiap jenis
prasarana beserta keterangan lokasi dan kapasitasnya
lampiran 6.1 s/d 6.n - Peta Rencana Jaringan Prasarana 1 s/d n

9. BAB VII SUB KAWASAN PRIORITAS


pengertian sub kawasan prioritas
lokasi sub kawasan prioritas

Naskah Petunjuk Teknis Penyusunan RDTR IV-9 Dading Huisan Sabulubulu


amanah penataan ruang sub kawasan prioritas lebih lanjut
lampiran 7 - Peta Sub Kawasan Prioritas

10. BAB VIII RENCANA PEMANFAATAN RUANG


pengertian rencana pemanfaatan ruang
rencana pemanfaatan ruang
lampiran 8 - Tabel Indikasi Program

11. BAB IX PERATURAN ZONASI


Bagian 1 Ketentuan Kegiatan dan Penggunaan Lahan
pengertian ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan
daftar kegiatan atau tipologi kegiatan beserta dengan kriteria nya
kegiatan atau tipe kegiatan yang diperbolehkan terbatas pada
setiap zona
kegiatan atau tipe kegiatan yang diperbolehkan bersyarat pada
setiap zona
kegiatan atau tipe kegiatan yang tidak diperbolehkan berada pada
setiap zona
lampiran 9 - Tabel Aturan Penggunaan Lahan beserta dengan
penjelasan terbatas dan bersyarat

Bagian 2 Ketentuan Perpetakan


pengertian ketentuan perpetakan
kapan dan dimana ketentuan perpetakan diterapkan
ketentuan perpetakan untuk setiap blok peruntukan
lampiran 10 - Tabel Ketentuan Perpetakan

Bagian 3 Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang


pengertian ketentuan intensitas pemanfaatan ruang
ketentuan intensitas pemanfaatan ruang untuk setiap blok
peruntukan
lampiran 11 - Tabel Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang
lampiran 12 - Peta Zonasi Ketentuan Intensitas Pemanfaatan
Ruang

Bagian 4 Ketentuan Tata Bangunan


pengertian ketentuan tata bangunan
ketentuan tata bangunan untuk setiap blok peruntukan
lampiran 13 - Tabel Ketentuan Tata Bangunan
lampiran 14 - Peta Zonasi Ketentuan Tata Bangunan

Bagian 5 Prasarana dan Sarana Minimum


pengertian ketentuan prasarana dan sarana minimum
ketentuan prasarana dan sarana minimum untuk setiap zona

Bagian 6 Ketentuan Tambahan


pengertian ketentuan tambahan
ketentuan tambahan untuk blok peruntukan terkait
lampiran 15 - Peta Zonasi Ketentuan Tambahan

Naskah Petunjuk Teknis Penyusunan RDTR IV-10 Dading Huisan Sabulubulu


Bagian 7 Ketentuan Khusus
pengertian ketentuan khusus
ketentuan khusus untuk blok peruntukan terkait
lampiran 16 - Peta Zonasi Ketentuan Khusus

Bagian 8 Standar Teknis Pemanfaatan Ruang


pengertian standar teknis pemanfaatan ruang
kapan dan dimana standar teknis diterapkan
lampiran 17 - Standar Teknis Pemanfaatan Ruang

Bagian 9 Ketentuan Pelaksanaan


Cakupan ketentuan pelaksanaan
pengertian aturan insentif-disinsentif
aturan insentif-disinsentif apa saja yang diberlakukan
kapan, dimana dan bagaimana prosedur penerapan aturan insentif
disinsentif
pengertian aturan diskresi
aturan diskresi apa saja yang dapat diberlakukan
apa kriteria aturan diskresi dapat diberlakukan
bagaimana prosedur dan persyaratan untuk mendapatkan diskresi
siapa yang memutuskan dan siapa yang memberikan pertimbangan
teknis bagi pemberian diskreasi
pengertian aturan perubahan zonasi
perubahan zonasi seperti apa saja yang diperkanankan
bagaimana prosedur dan persyaratan bagi pengubahan zonasi
siapa yang memutuskan dan siapa yang memberikan pertimbangan
teknis bagi pemberian persetujuan perubahan zonasi

12. BAB X PENUTUP


ketentuan peralihan
pelanggaran dan sanksi

4.3 Album Peta RDTR


Album Peta RDTR disajikan dalam kertas ukuran A1 dengan orientasi lanskap. Format standar
penyajian album peta adalah sebagaimana terlampir. Muatan album peta RDTR adalah
sebagai berikut :

1. Peta Orientasi, yang menunjukan lokasi kawasan perencanaan/BWP di dalam wilayah


kabupaten/kota induknya. Skala peta mengikuti ukuran kertas.
2. Peta Penggunaan Lahan Eksisting, skala peta mengikuti ukuran kertas.
3. Peta Konsep Ruang, skala peta mengikuti ukuran kertas
4. Peta Rencana Pola Ruang, skala 1:5.000.
5. Peta Rencana Intensitas Ruang, skala 1:5.000.
6. Peta Rencana Jaringan Prasarana, skala 1:5.000
7. Peta Sub Kawasan Prioritas, skala mengikuti ukuran kertas

Untuk peta skala 1:5.000 yang tidak cukup disajikan dalam satu lembar kertas, harus disajikan
dalam beberapa lembar kertas secara berindeks dengan mengikuti ketentuan geografis.

Naskah Petunjuk Teknis Penyusunan RDTR IV-11 Dading Huisan Sabulubulu


Setiap lembar peta yang disajikan secara analog harus memiliki muatan sebagai berikut :3

1. Instansi yang bertanggungjawab;


2. Judul Peta;
3. Tahun berlakunya Perda RDTR;
4. Penunjuk arah utara;
5. Skala garis dan/atau grafis;
6. Legenda unsur eksisting dan rencana;
7. Keterangan yang berisi datum dan sistem proyeksi;
8. Sumber dan riwayat peta;
9. Orientasi wilayah;
10. Grid dan gratikul pada muka peta; dan
11. Indeks peta (jika peta lebih dari satu lembar)

3
Titiek Suparwati, Kapus Atlas dan Pemetaan Tata Ruang - BIG

Naskah Petunjuk Teknis Penyusunan RDTR IV-12 Dading Huisan Sabulubulu


116250
116250 N
N
PEMERINTAH DAERAH
KABUPATEN KARIMUN
LAMPIRAN III
PERATURAN BUPATI KARIMUN
NOMOR TAHUN 2013
TENTANG
PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
KAWASAN PESISIR (COASTAL AREA)
TANJUNGBALAI - KARIMUN
116000
116000 N
N

PETA RENCANA POLA RUANG


*
1 : 5.000

115750
115750 N
N
SURAU MIPTAKUL KHOR

SLTPN 3
321250

321500

321750

322000

322250

322500
321250 E

321500 E

321750 E

322000 E

322250 E

322500 E
E

E
115500
115500 N
N

PQMAK SELATAN

BUPATI KARIMUN

SURAU AT TAKWA
115250
115250 N
N
RUMAH SAKIT PT TIMAH

(H. NURDIN BASIRUN)

Sumber :
1. Peta Dasar : Foto Udara Digital H8 I8 J8
P. Karimun 1:2.000
Tahun 2009 H9 I9 J9 K9 L9
2. Tematik : Hasil Analisis Tim
Bappeda Kabupaten H10 I10 J10 K10 L10
Karimun, 2013
H11 I11 J11 K11 L11 M11

Proyeksi UTM Zona 48 North H12 I12 J12 K12 L12 M12

115000
115000 N
N
I13 J13 K13 L13 M13 N13

I14 J14 K14 L14 M14 N14


Lembar J09

Anda mungkin juga menyukai