Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala hidayah serta rahmat yang telah
diberikan-Nya sehingga kami dapat menulis Laporan Pendahuluan mengenai
“Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo
Kabupaten Banyuwangi ” dengan baik. Dokumen ini disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah Studio 2 RDTRK. Tujuan dari pembuatan laporan pendahuluan ini adalah
untuk membuat dokumen Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Bangorejo
Kabupaten Banyuwangi.
Dalam penulisan laporan pendahuluan ini tentunya kami mengalami berbagai
hambatan serta rintangan. Namun karena adanya tekad serta dukungan dari
berbagai pihak-pihak terkait menjadikan laporan pendahuluan ini dapat
terselesaikan.
Kami menyadari terdapat beberapa kelemahan dan kekurangan dalam
Laporan Pendahuluan dikarenakan kelalaian serta kekurangan ilmu yang kami miliki.
Oleh karena itu, kami memohon himbauan, kritikan serta saran yang membangun
guna menjadikan laporan pendahuluan ini lebih baik dan lebih berguna bagi para
pembaca. Semoga laporan pendahuluan ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun
pembacanya guna mendapatkan informasi mengenai Kawasan Agropolitan
Kecamatan Bangorejo Kabupaten Banyuwangi.
Tim Penyusun
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019
RTR KEPULAUAN
RPJP NASIONAL RTRW NASIONAL
RTR KAWASAN
STRATEGIS
NASIONAL
RPJM NASIONAL
RTR KAWASAN
STRATEGIS
RPJP PROVINSI RTRW PROVINSI PROVINSI
RDTR KABUPATEN
RPJM PROVINSI
RTR KAWASAN
STATEGIS
RTRW KABUPATEN KABUPATEN
RPJP KABUPATEN
RDTR KOTA
RTRW KOTA
RPJM KABUPATEN RTR KAWASAN
STRATEGIS KOTA
Gambar 1.1
Kedudukan RDTR Dalam Sistem Penataan Ruang
Sumber: Pedoman Penyusunan RDTR
14. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2011 tentang Penetapan dan Alih
Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan;
15. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai;
16. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2013 tentang Tingkat Ketelitian Peta
untuk Penataan Ruang Wilayah;
17. Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan
Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern;
18. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 33 tahun 1989 tentang
Pengelolaan Kawasan Budidaya;
19. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1990 tentang
Pengelolaan Kawasan Lindung;
20. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20 Tahun 2007 tentang Pedoman
Teknis Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya
dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang;
21. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 27 Tahun 2009 tentang
Pedoman Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis;
22. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16 Tahun 2018 Tentang
Pedoman Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Peraturan Zonasi;
23. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang Nomor 1 Tahun 2018 Tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi,
Kabupaten dan Kota;
24. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 08 Tahun 2012 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2012-2032;
25. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 2 Tahun 2013 Tentang Izin
Penggunaan Pemanfaatan Tanah;
26. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 7 Tahun 2016 Tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Banyuwangi.
1.4.2 Tujuan
Tujuan dari Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan
Agropolitan Kecamatan Bangorejo adalah :
1. Mewujudkan pengembangan pembangunan Kawasan Agropolitan secara
maksimal dalam proses produksinya;
2. RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo dirumuskan sebagai
kesatuan tata ruang, sehingga terpadu dan saling mengisi dengan arahan
RTRW Kabupaten serta rencana tata ruang lainnya yang terkait;
3. Terumuskan penetapan fungsi wilayah, penyebaran fasilitas, dan utilitas
yang diperlukan, serta meningkatkan kualitas kehidupan bagi
masyarakatnya;
4. Tersusunnya zonasi dan pemberian periijinan kesesuaian pemanfaatan
bangunan dengan peruntukan lahan.
5. Terwujudnya kepastian hukum, sehingga akan dapat meningkatkan peran
masyarakat dan swasta dalam bidang pembangunan;
6. Tersusunnya arahan atau pedoman bagi pemerintah daerah dalam
pelaksanaan pembangunan, khususnya di wilayah perencanaan.
1.4.3 Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kegiatan Penyusunan Rencana
Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo Kabupaten
Banyuwangi, adalah tersedianya Dokumen RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan
Bangorejo yang memenuhi ketentuan teknis dalam Permen ATR No. 16 Tahun 2018,
serta disusun dengan konsep mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya kawasan,
menjamin keserasian tata lingkungan, dan mempertimbangkan aspirasi masyarakat.
1.4.4 Manfaat
Manfaat RDTR sesuai dengan Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata
Ruang Kabupaten/Kota, yang ditetapkan melalui Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum, adalah sebagai:
1. Penentu intensitas pemanfaatan ruang untuk setiap bagian wilayah sesuai
dengan fungsinya di dalam struktur ruang Kawasan secara keseluruhan;
2. Arahan lokasi dari berbagai kegiatan yang mempunyai kesamaan fungsi
maupun lingkungan permukiman dengan karakteristik tertentu;
3. Penentu bagi penetapan kawasan yang diprioritaskan untuk disusun
program pengembangan kawasan dan pengendalian pemanfatan ruangnya
pada tingkat BWP atau sub BWP.
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019
Gambar 1.1
Peta Orientasi Deliniasi Terhadap Kabupaten Banyuwanngi
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019
Gambar 1.2
Peta Deliniasi RDTR Kawasan Agropolitan Kec. Bangorejo
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019
Bab ini berisikan uraian mengenai kondisi wilayah perencanaan yang meliputi
kondisi eksisting atas aspek kependudukan, guna lahan, dan beberapa aspek
pengenal yang menjadi orientasi atas wilayah perencanaan serta potensi dan
masalah Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo Kabupaten Banyuwangi.
BAB V KERANGKA KERJA DAN SISTEM PELAPORAN
Bab ini berisikan tentang kerja penyusunan RDTR Kawasan Agropolitan
Kecamatan Bangorejo Kabupaten Banyuwangi mengenai struktur dan organisasi
pelaksanaan pekerjaan, komposisi personil, penugasan tenaga ahli, serta
rencana kegiatan.
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019
2.3 PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG NO. 16 TAHUN 2018
TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
DAN PERATURAN ZONASI KABUPATEN/KOTA
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang No. 16 Tahun 2018 tentang
“Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Peraturan Zonasi
Kabupaten/Kota“, definisi RDTR adalah rencana secara rinci tentang tata ruang
wilayah kabupaten/kota sebagai penjabaran RTRW kabupaten/kota yang menjadi
rujukan bagi penyusunan rencana teknis sektor dan pelaksanaan pengendalian
pemanfaatan ruang.
Pada Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang No. 16 Tahun 2018 Pedoman
RDTR menyebutkan bahwa:
1. Isi dari muatan dokumen RDTR yaitu:
a) tujuan penataan bagian wilayah perencanaan
b) rencana struktur ruang
c) rencana pola ruang
d) penetapan sub bagian wilayah perencanaan yang diprioritaskan
penanganannya
e) ketentuan pemanfaatan ruang
Berdasarkan peraturan menteri dan tata ruang no. 16 tahun 2018 tentang
Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota, bahasan dalam
RDTR mencakup sebagai berikut :
c. karakteristik BWP.
Rencana pola ruang merupakan rencana distribusi zona pada BWP yang akan
diatur sesuai dengan fungsi dan peruntukannya. Rencana pola ruang berfungsi
sebagai:
a. Alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial budaya, ekonomi, serta kegiatan
pelestarian fungsi lingkungan dalam BWP
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019
b. Alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial budaya, ekonomi, serta kegiatan
pelestarian fungsi lingkungan dalam BWP
c. Dasar penyusunan RTBL dan rencana teknis lainnya
d. Dasar penyusunan rencana jaringan prasarana
a. Zona lindung
b. Zona budi daya
a. Lokasi Lokasi Sub BWP yang diprioritaskan harus digambarkan dalam peta.
Lokasi tersebut dapat meliputi seluruh wilayah Sub BWP yang ditentukan,
atau dapat juga meliputi sebagian saja dari wilayah Sub BWP tersebut serta
Batas delineasi lokasi Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya harus
ditetapkan dan mempertimbangkan jenis kawasan, kesesuaian karakteristik
tematik, batas fisik, fungsi fisik kawasan dan penentuan wilayah administratif
secara kultural adat.
b. Tema penanganan adalah program utama untuk setiap lokasi yang akan
diprioritaskan sub BWPnya.
Tabel 2.1 Kajian Kebijakan RTRW Provinsi Jawa Timur Tahun 2011-2031
No KEBIJAKAN TERKAIT KETERANGAN
A. RENCANA STRUKTUR RUANG
1 RENCANA SISTEM Rencana system perkotaan di wilayah
PERKOTAAN kabupaten banyuwangi sebagai berikut:
PKW adalah kawasan perkotaan yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala
provinsi atau kegiatan beberapa
kabupaten/kota. Rencana system perkotaan
di Provinsi Jawa Timur adalah Probolinggo,
Tuban, Kediri, Madiun, Banyuwangi,
Jember, Blitar, Pamekasan, Bojonegoro,
dan Pacitan
2 RENCANA SISTEM Rencana system perwilayahan di wilayah
PERWILAYAHAN kabupaten banyuwangi sebagai berikut:
WP Banyuwangi dengan Pusat : Kabupaten Banyuwangi
pusat di Perkotaan Fungsi WP Banyuwangi: pertanian
Banyuwangi meliputi: tanaman pangan, hortikultura, perkebunan,
Kabupaten Banyuwangi peternakan, kehutanan, perikanan,
dengan pusat perkotaan pertambangan, industri, pendidikan,
kesehatan, dan pariwisata.
Banyuwangi
Rencana Kawasan
Budidaya
1 Kawasan Peruntukan Kawasan hutan produksi tetap yang
Hutan Produksi Tetap direncanakan di Kabupaten Banyuwangi
terletak di Kecamatan Wongsorejo,
Kalipuro, Licin, Glagah, Songgon, Sempu,
Glenmore, Kalibaru, Tegaldlimo,
Purwoharjo, Siliragung, Pesanggaran dan
Bangorejo.
1. Pengembangan kawasan
pertambakan perlu diatur secara
serasi dengan kawasan hutan bakau
maupun industri hasil pertanian.
2. Kawasan pertambakan dapat
dialihfungsikan atas pertimbangan
tertentu.
3. Pengembangan perikanan darat
diarahkan pada kawasan tegalan,
pertanian lahan basah atau bercampur
dengan permukiman.
4. Pengembangan kawasan perikanan
darat diserasikan dengan
pemanfaatan ruang permukiman
maupun pemanfaatan ruang kawasan
pertanian, maupun industri hasil
pertanian.
3 Kawasan Peruntukan Kecamatan Bangorejo mempunyai potensi
Pertambangan bahan galian tanah urug dan tanah pasir.
Rencana Penetapan
Kawasan Strategis
Wilayah Kabupaten
Banyuwangi
1 Kawasan Strategis Kawasan agropolitan di Kecamatan
Kepentingan Pertumbuhan Bangorejo masuk dalam Pusat Kegiatan
Ekonomi (Kawasan Lokal proosi (PKLp) berupa pengembangan
agropolitan) pertanian tanaman pangan, hortikultura dan
perkebunan dengan wilayah penunjangnya
meliputi:
1. Kecamatan Purwoharjo
2. Kecamatan Tegaldlimo
3. Kecamatan Siliragung
4. Kecamtan Pesanggaran.
Isu-isu trategis
1. Misi I.1:
2. Misi I.2:
3. Misi II.1:
4. Misi II.2:
5. Misi II.3
6. Misi III.1
7. Misi III.2:
Misi Pembangunan
2. Mewujudkan aksessibilitas dan kualitas pelayanan bidang Pendidikan,
kesehatan dan kebutuhan dasar lainnya
1. Mewujudkan daya saing ekonomi daerah melalui pertumbuhan ekonomi
yang berkualitas dan berkelanjutan berbasis potensi sumberdaya alam dan
kearifan lokal
2. Meningkatkan kuantitas da kualitas infrastruktur fisik, ekonomi, dan sosial
3. Optimalisasi sumberdaya daerah berbasis pemberdayaan masyaraklat,
pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan
4. Mewujudkan tata pemerintah yang baik dan bersih serta layanan public yang
berkualitas berbasis teknologi informasi
Tabel 2.
Sasaran Pokok RPJP Kabupaten Banyuwangi
MISI DAERAH SASARAN POKOK ARAH KEBIJAKAN
PEMBANGUNAN
3. Pemberdayaan perempuan
berupa peningkatan wawasan,
ketrampilan, pembinaan dan
pendampingan kelompok usaha
ibu-ibu rumah tangga di perdesaan
harus menjadi program
kerja lintas sektor dan instansi
pemerintah.
Gambar 3.1.
Kerangka Pemikiran Penyusunan RDTR BWP Agropolitan Kecamatan Bangorejo
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019
Tujuan penataan BWP merupakan nilai dan /atau kualitas terukur yang akan
dicapai sesuai dengan arahan pencapaian sebagaimana ditetapkan dalam RTRW
kabupaten/kota dan merupakan alasan disusunnya RDTR yang apabila diperlukan
dapat dilengkapi konsep pencapaian (PERMEN ATR No. 16 Tahun 2018). Secara
umum analisis ini digunakan untuk identifikasi struktur kawasan perencanaan, yang
berarti untuk mengetahui tingkatan-tingkatan dalam sistem pada wilayah
perencanaan. Analisis ini juga bertujuan untuk memetakan peranan 5 desa yang
menjadi kawasan perencanaan.
A. Metode Analisis
A. Metode Analisis
Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis data dengan cara
menduiskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku
untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2008: 147). Analisis ini digunakan
untuk mendeskripsikan antara tata guna lahan yang ada di Kecamatan
Bangorejo dengan kesesuaian lahan dan bahaya yang timbul akibat dari
ketidaksesuaian penggunaan lahan
3. Analisis Kedudukan dan Peran BWP dalam Wilayah Yang Lebih Luas
Analisis regional ini dilakukan analisis pada aspek berikut:
b. Analisis kedudukan dan keterkaitan ekonomi BWP pada wilayah yang lebih
luas;
penetapan fungsi dan peran BWP dalam wilayah yang lebih luas yang
akan mempengaruhi pada pembentukan jaringan prasarana terutama
lintassub wilayah/lintas kawasan atau yang mengemban fungsi layanan
dengan skala yang lebih luas dari wilayah BWP
pembentukan pola ruang BWP yang serasi dengan kawasan berdekatan
terutama pada wilayah perbatasan agar terjadi sinkronisasi dan
harmonisasi dalam pemanfaatan ruang antar BWP dalam rangka
perwujudan tujuan penataan ruang.
A. Metode Analisis
Metode dalam analisis kedudukan BWP terhadap wilayah yang lebih luas
adalah deskriptif. Dalam melakukan analisis ini dilakukan proses identifikasi
terhadap data terkait. Keseluruhan data tersebut lalu dianalisis dalam bentuk
identifikasi peranan Kecamatan Bangorejo terhadap Kabupaten
Banyuwangi.
PDRB Sekunder
Secara umum analisis fisik/lingkungan dan SDA ini, memiliki keluaran sebagai
berikut:
e. Analisis klimatologi
Digunakan dalam mengidentifikasi potensi dan permasalahan pengembangan
BWP berdasarkan kesesuaian iklim setempat. Analisis ini menjadi bahan
rekomendasi bagi kesesuaian peruntukan pengembangan kegiatan budi daya.
g. Analisis sumber daya alam dan fisik wilayah lainnya (zona budi daya)
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019
Selain analisis tersebut diatas, perlu juga dilakukan analisis terhadap sumber daya
alam lainnya sesuai dengan karakteristik BWP yang akan direncanakan, untuk
mengetahui pola kewenangan, pola pemanfaatan, maupun pola kerjasama
pemanfaatan sumber daya tersebut.
a. Metode Analisa
Metode yang digunakan dalam analisa ini adalah metode analisa weighted
overlay. Metode analisis ini merupakan analisis spasial dengan menggunakan
teknik overlay beberapa peta yang berkaitan dengan faktorfaktor yang
berpengaruh terhadap penilaian kerentanan. Alat analisis yang digunakan
adalah dengan menggunakan Geographic Information System (GIS). Metode
dalam analisis ini adalah metode survei. Weighted overlay merupakan sebuah
teknik untuk menerapkan sebuah skala penilaian untuk membedakan dan
menidaksamakan input menjadi sebuah analisa yang terintegrasi. Weighted
overlay memberikan pertimbangan terhadap faktor atau kriteria yang ditentukan
dalam sebuah proses pemilihan kesesuaian (Sofyan, dkk, 2010).
Klimatologi Sekunder
Jenis Tanah Sekunder
Analisis ini akan digunakan sebagai bahan masukan dalam penentuan bagian dari
wilayah kota yang diprioritaskan penangannya di dalam penyusunan RDTR
6. Analisis Kependudukan
Dilakukan untuk mengidentifikasi dan mendapatkan proyeksi perubahan
demografi seperti pertumbuhan dan komposisi jumlah penduduk serta kondisi
sosial kependudukan dalam memberikan gambaran struktur dan karakteristik
penduduk. Hal ini berhubungan erat dengan potensi dan kualitas penduduk,
mobilisasi, tingkat pelayanan dan penyediaan kebutuhan sektoral (sarana,
prasarana maupun utilitas minimum).
A. Metode Analisis
1. Analisa Hierarkhi jalan
Tingkat fungsi jalan dalam melayani pergerakan lalu lintas yang ada pada
suatu kawasan dengan pusat kawasan atau dengan daerah lainnya yang ada
disekitar kawasan.
2. Analisa Pola Jaringan Jalan
Analisa yang digunakan adalah deskriptif. Sistem sirkulasi tidak begitu saja
terjadi secara kebetulan, sistem sirkulasi dapat diklasifikasikan dalam
beberapa kategori; sistem grid, radial, linier, kurva linier,
Tabel 3.1
Standart Hirarki Jalan
Arteri Primer Jalan yang menghubungkan antar pusat kegiatan
nasional atau antara pusat kegiatan nasional dengan
pusat kegiatan wilayah. Kecepatan paling rendah
60km/jam dengan lebar badan jalan minimal 11m,
mmepunyai kapasitas lebih besar dari kapasitas rata –
rata dan lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu.
5. Analisa Parkir
Dipergunakan untuk mengetahui daya tampung parkir kendaraan pada
suatu ruang tertentu, jalan, parkir khusus, dengan rumus:
N = L-1
Dimana:
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019
100 m2
A. Metode Analisa
1. Metode Pengukuran Langsung
Dilakukan dengan menanyakan secara langsung baik kepada
masyarakat, maupun instansi/dinas yang terkait sektor yang menjadi
sektor basis di Kecamatan atau melakukan pengamatan dilapangan.
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019
Si / Ni Si / S
LQ = =
S / N Ni / N
dimana :
Si : Besaran dari suatu kegiatan tertentu yang akan diukur di
daerah yang diteliti
Ni : Besaran total untuk kegiatan tertentu dalam daerah yang
lebih luas
S : Besaran total untuk seluruh kegiatan di daerah yang diteliti
N : Besaran total seluruh kegiatan di daerah yang lebih luas
Apabila LQ suatu sektor >= 1, maka sektor tersebut merupakan sektor
basis. Dan apabila LQ suatu sektor < 1, maka sektor tersebut
merupakan sektor non basis.
B. Data yang dibutuhkan, jenis survei, dan output
Data Jenis Survei Output
PDRB Sekunder Mengetahui perekonomian
dan sector unggulan di
Kecamatan Bangorejo
Analisis didasarkan pada luas wilayah dan perhitungan penduduk per unit
kegiatan dari sebuah BWP atau perhitungan rasio penduduk terhadap kapasitas
atau skala pelayanan prasarana dan sarana wilayah perencanaan atau intensitas
pemanfaatan ruang terhadap daya dukung prasarana/utilitas serta analisis daya
dukung wilayah.
Dalam analisis sumber daya buatan perlu dianalisis cost benefit ratio terhadap
program pembangunan sarana dan prasarana tersebut dan sangat terkait erat
dengan perkembangan dan pemanfaatan teknologi. Analisis ini digunakan
sebagai pertimbangan dalam penyusunan RDTR dan peraturan zonasi.
A. Metode Analisis
Skoring
Metode skoring adalah pemberian skor/harkat terhadap masing-
masing value parameter untuk menentukan kondisi, potensi,
permasalahan maupun kendala terhadap kawasan tersebut
Model Tingkat Kemampuan Pelayanan Fasilitas
Kemampuan pelayanan fasilitas umum diukur dengan cara mengkaji
kemampuan suatu jenis fasilitas dalam melayani penduduknya. Dalam
penghitungan ini, apabila fasilitas umum mempunyai tingkat pelayanan
umum 100% berarti faislitas tersebut memiliki kemampuan pelayanan
yang sama dengan jumlah penduduknya.. Model ini dapat dihitung
dengan rumus:
𝑑𝑖𝑗 /𝑏𝑗
TP = x 100%
𝐶𝑖𝑠
Keterangan:
TP = Tingkat pelayanan fasilitas I di kawasan j
Dij = jumlah fasilitas I di kawasan j
Bij = jumlah penduduk di kawasan j
Cis = jumlah failitas i persatuan penduduk menurut
standar penentuan fasilitas untuk sebuah kawasan.
A. Metode Analisis
Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan suatu metode
analisis perbandingan antara metode pengukuran di lapangan dengan
metode penggunaan data penginderaan jauh.
A. Metode Analisa
Model Tingkat Kemampuan Pelayanan Fasilitas
Kemampuan pelayanan fasilitas umum diukur dengan cara mengkaji
kemampuan suatu jenis fasilitas dalam melayani penduduknya. Dalam
penghitungan ini, apabila fasilitas umum mempunyai tingkat pelayanan
umum 100% berarti faislitas tersebut memiliki kemampuan pelayanan
yang sama dengan jumlah penduduknya.. Model ini dapat dihitung
dengan rumus:
𝑑𝑖𝑗 /𝑏𝑗
TP = x 100%
𝐶𝑖𝑠
Keterangan :
TP = Tingkat pelayanan fasilitas I di kawasan j
Dij = jumlah fasilitas I di kawasan j
Bij = jumlah penduduk di kawasan j
Cis = jumlah failitas i persatuan penduduk menurut
standar penentuan fasilitas untuk sebuah kawasan.
1. Sarana Pendidikan
Dalam merencanakan sarana pendidikan, harus bertitik tolak dari
tujuan-tujuan pendidikan yang akan dicapai. Sarana pendidikan yang
berupa ruang belajar harus memungkinkan siswa untuk dapat
mengembangkan pengetahuan, ketrampilan serta sikap secara
optimal. Dengan demikian pengadaan ruang belajar tidak akan lepas
hubungannya dengan strategi belajar mengajar berdasarkan
kurikulum yang berlaku. Ruang belajar yang diutarakan di bawah ini
hanyalah menyangkut bidang formal saja.
2. Sarana Kesehatan
Balai dalam
Pengobat lokasi
an kantor
kecamatan
(Keluraha
n)
Mesjid 120.000 3.600 5.400 0,03 Berdekatan
Kecamata dengan pusat
n lingkungan/kelura
han.
Sebagian sarana
berlantai 2, KDB
40%
Sarana Tergantun Tergantu Tergantu - - -
ibadah g sistem ng ng
agama kekerabat kebiasaa kebiasaa
lain an / n n
hirarki setempat setempat
lembaga
Sumber: SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan
Perumahan di Perkotaan
4. Sarana Perdagangan dan Jasa
berbentuk
P&D
Pusat 30.000 13.500 10.000 0,33 Dapat
Pertokoan + dijangkau
Pasar dengan
Lingkungan kendaraan
umum
Pusat 120.000 36.000 36.000 0,3 Terletak di
Perbelanjaan jalan
dan Niaga utama.
(toko + pasar Termasuk
+ bank + sarana
kantor) parkir sesuai
ketentuan
setempat
Sumber: SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan
Perumahan di Perkotaan
5. RTH (Ruang Terbuka Hijau)
berkelompok
dengan sarana
pendidikan
Jalur Hijau - - 15 m Terletak menyebar.
Kuburan / 120.000 Mempertimbangka
Pemakama n radius pencapaian
n Umum dan area yang
dilayani.
Sumber: SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan
Perumahan di Perkotaan
6. Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum
kenyamanan
sekitar.
Telepon 2.500 - 30 0,012 500 m’ Lokasinya
umum, bis disebar pada
surat titiktitik
strategis atau di
sekitar pusat
lingkungan
parkir 2.500 - 100 0,04 Dilokasikan
umum dapat melayani
kebutuhan
bangunan
sarana
kebudayaan dan
rekreasi lain
berupa balai
pertemuan
warga.
Kantor 30.00 500 1.00 0,033 Dapat dijangkau
kelurahan 0 0 dengan
pos 30.00 72 200 0,006 kendaraan
kamtib 0 umum.
pos 30.00 72 200 0,006 Beberapa sarana
pemadam 0 dapat digabung
kebakaran dalam satu atau
Agen 30.00 36 72 0,0024 kelompok
pelayanan 0 bangunan pada
pos Keluraha tapak yang
Loket n 30.00 21 60 0,002 sama.
pembayar 0 Agen layanan
an air pos dapat
bersih bekerja sama
Loket 30.00 21 60 0,002 dengan pihak
pembayar 0 yang mau
an listrik berinvestasi dan
bergabung
dengan sarana
lain
dalam bentuk
wartel, warnet,
atau warpostel.
Loket
pembayaran air
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019
pengunjung di
luar kawasan.
Telepon 120.0 - 80 0,003 Lokasinya
umum, bis 00 disebar pada
surat, bak titiktitik strategis
sampah atau di sekitar
besar pusat
lingkungan.
parkir 120.0 - 2000 0,017 Dilokasikan
umum 00 dapat melayani
kebutuhan
bangunan
sarana
kebudayaan dan
rekreasi lain
berupa balai
pertemuan
warga.
Sumber: SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan
Perumahan di Perkotaan
A. Metode Analisis
Untuk menganalisa masalah sumber-sumber dana pembangunan
prasarana di Kecamatan Bangorejo dilakukan dengan metode deskriptif
analisis dan kuantitatif. Pembahasan secara deskriptif berkaitan dengan
berapa variable potensi dan sumber- sumber penerimaan riil dalam APBD.
Hasil dari analisis ini adalah peta klasifikasi kemampuan lahan untuk
dikembangkan sesuai dengan fungsi kawasan, potensi dan kendala fisik
pengembangan lahan
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019
Peta penggunaan lahan dari tahu Analisis histori Tata guna lahan dari
ke tahun, data jumlah lahan kawasan tahun ke tahun
terbangun dari tahun ke tahun
SHP peta rawan bencana, data Analisis potensi Peta dan deskripsi
wilayah rawan bencana rawan bencana mengenai kawasan
perencanaan
L : ringan
M : sedang
H : berat
V : sangat berat
1 : rendah/tidak peka
2 : agak peka
3 : kurang peka
4 : peka
5 ; sangat peka
2. Analisis jenis dan karakteristik kegiatan yang saat ini berkembang dan
mungkin akan berkembang di masa mendatang Analisa yang digunakan
dalam
3. Analisis kesesuaian kegiatan terhadap peruntukan/zona/sub zona
(karakteristik kegiatan, fasilitas penunjang dll);
4. Analisis dampak kegiatan terhadap jenis peruntukan/zona/sub zona;
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019
Jumlah Kepala
Keluarga
Persebaran
Penduduk
Kepadatan
Penduduk
Tingkat Harapan
Hidup
Tingkat Melek dan
Buta Huruf
2 BAPPEDA/PU Fisik Dasar Peta, Analisis system Data 5
RTRW Kabupaten Tabel dan penggunaan (lima)
Banyuwangi Deskriptif lahan, analisis Tahun
Administrasi dan fisik, analisis Terakhir
geografis wilayah kondisi
Topografi lingkungan
Hidrologi binaan
Klimatologi
Geologi
Jenis tanah
Luas wilayah
Penggunaan lahan
Luas wilayah
Pembagian
penggunaan
lahan
Luas wilayah
terbagun dan
tidak
terbangun
Jumlah
Bangunan
Kelembagaan dan Deskriptif Analisis
Kebijakan kelembagaan
Visi dan Misi
Kabupaten
Banyuwangi
Struktur Organisasi
Arah Kebijakan
Kabupaten
Banyuwangi
RPJP
RPIJM
RPJMD
RTRW
Kebijakan
Pembangunan
Sektoral
Kebijakan
Pembangunan
Regional
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019
Prioritas
Pengembangan
Strategi dan
Rencana
Jaringan Jalan
(Kapasitas
Jalan, Kondisi,
Status Kelas,
Perkerasan,
Fungsi dan
Lain-lain)
Trayek jumlah
dan jenis
angkutan
umum
Sistem
Pengelolaan
angkutan
umum
Traffic
Counting
Sirkulasi lalu
lintas
Jumlah Tenaga
Kerja
Potensi Jenis
Produksi
(pertanian,
perkebunan,
kehutanan,
peternakan,
perikanan,
kelautan,
perindustrian,
perdagangan dan
pertambangan)
Harga atau nilai
produksi
(pertanian,
perkebunan,
kehutanan,
peternakan,
perikanan,
kelautan,
perindustrian,
perdagangan dan
pertambangan)
Luas Lahan
Rencana Strategis
8 Dinas Prasarana Tabel dan Analisis Data 5
Lingkungan Jaringan Sampah Deskriptif sumber saya (lima)
Hidup Jumlah dan buatan Tahun
lokasi TPA dan Terakhir
TPS
Sistem
Pengolahan
Sampah
Jaringan Air Limbah
Kapasitas
Tampungan
Jangkauan
Pelayanan
Sistim
Pengelolaan
Vegetasi
9 Dinas Kebudayaan Tabel dan Analisis sosial Data 5
Pariwisata Tatanan Sosial dan Deskriptif dan (lima)
dan Adat- istiadat yang kependudukan Tahun
Kebudayaan berlaku Terakhir
Kawasan-kawasan
Budaya
Klasifikasi Budaya
Potensi Penunjang
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019
Pengelolaan
Budaya
Lokasi Penyebaran
Budaya
Sejarah dan
Kategori Unik
Aksesibilitas
Kapasitas
Pelayanan
13 Dinas PU dan Prasarana Peta, Analisis
Penataan RIS ( Rencana Tabel dan sumber saya
Ruang, Bina Induk Sektor ) Deskriptif buatan
Marga Jaringan Jalan
(Kapasitas Jalan,
Kondisi, Lebar
Jalan, Jenis
Kontruksi, Jumlah
Jembatan Status
Kelas, Perkerasan,
Fungsi dan Lain-
lain)
Garis Sempadan
Sungai
Garis Sempadan
Bangunan
Jaringan irigasi
(Sistem Jaringan,
Jenis Kontruksi)
Jaringan Drainase
(Sistem Jaringan,
Jenis Kontruksi)
Kelembagaan dan Deskriptif
Kebijakan
RDTRK BANGOREJO
14 Dinas Ekonomi Tabel dan Analisis Data 5
Pertanian Jumlah Tenaga Deskriptif ekonomi dan (lima)
Kerja sector Tahun
Potensi Jenis unggulan Terakhir
Produksi
(pertanian,
perkebunan dan
kehutanan)
Harga atau nilai
produksi
(pertanian,
perkebunan dan
kehutanan)
Luas Lahan
Jenis dan
produksi
Pertanian
Rencana Strategis
Rencana Kerja
15 Dinas Ekonomi Tabel dan Analisis Data 5
Perindustrian Kegiatan Ekonomi Deskriptif ekonomi dan (lima)
dan PDA dan PDRB sector Tahun
Perdagangan Jumlah Tenaga unggulan Terakhir
Kerja
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019
Potensi Jenis
Produksi
(pertanian,
perkebunan,
kehutanan,
peternakan,
perikanan,
kelautan,
perindustrian,
perdagangan dan
pertambangan)
Harga atau nilai
produksi
(pertanian,
perkebunan,
kehutanan,
peternakan,
perikanan,
kelautan,
perindustrian,
perdagangan dan
pertambangan)
Luas Lahan
Rencana Strategis
16 BAPPEDA/PU LAMPIRAN DAN SHP PETA Analisis Data 5
RTRW pengaturan (lima)
Kabupaten zonasi, analisis Tahun
RDTR Kec. struktur dan Terakhir
Bangorejo pola ruang
Peruntukkan
dan Pola
Ruang
Kecamatan
Bangorejo
Luas wilayah Kabupaten Banyuwangi sekitar 5.782,50 km², yang didominasi oleh
kawasan hutan.
pegunungan yang ada di bagian barat dan utara dengan tingkat kemiringan
40° dan dataran rendah di bagian selatan dengan tingkat kemiringan kurang
dari 15°. Dataran rendah yang terbentang dari selatan hingga utara juga
terdapat banyak sungai yang selalu mengalir sepanjang tahun sehingga
sangat berpengaruh pada tingkat kesuburan tanah dan hasil pertanian.
4.2.2 Geologi
Kondisi geologi yang ada di Kabupaten Banyuwangi berbeda untuk
setiap wilayah, dan berperan bagi terbentuknya bentukan lahan pada wilayah
tersebut. Berdasarkan struktur geologi, jenis tanah yang ada di Kabupaten
Banyuwangi adalah sebagai berikut:
Struktur Geologi Luas
Ha %
4.2.3 Hidrologi
Kabupaten Banyuwangi dilintasi oleh sungai-sungai, baik sungai
besar maupun kecil. Terdapat 105 sungai kecil dan besar sehingga
Kabupaten Banyuwangi sangat cocok untuk pertanian lahan basah.
Dataran rendah memiliki tingkat kemiringan kurang dari 15°, dengan
rata-rata curah hujan yang memadai sehingga tingkat kesuburan tanah
semakin tinggi. Dataran rendah terbentang dari selatan hingga utara memiliki
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019
4.2.4 Klimatologi
Klimatologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang iklim yang
dilihat dari kondisi rata-rata curah hujan di suatu wilayah dalam periode waktu
yang lama. Iklim dipengaruhi oleh letak geografis dan topografi di suatu
wilayah yang berkaitan dengan posisi matahari terhadap daerah di bumi.
Bulan Curah Hujan (mm) Curah Hujan (hari)
Januari 244,0 27
Februari 224,8 11
Maret 121,1 15
April 83,7 17
Mei 150,9 12
Juni 173,2 13
Juli 118,4 16
Agustus 48,2 8
September 9,3 7
Oktober 113,2 13
November 192,5 19
Desember 276,6 26
Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi
Suhu udara di Kabupaten Banyuwangi berkisar antara 21,0°C-33,8°C
dengan suhu rata-rata 27,4°C, hal ini disebabkan oleh kawasan Banyuwangi
yang dikelilingi oleh dataran tinggi dan pesisir sehingga suhu udara yang ada
tidak begitu stabil. Curah hujan yang ada di Kabupaten Banyuwangi rata-rata
mencapai 1.463 mm/tahun serta hari hujan sebanyak 12 hari/bulan.
Ha %
Struktur Geologi
Regosol Lithosol Lathosol Podsolik Gambul
7%
24%
7%
60%
2%
Kuburan
Perkebunan
Lahan pertanian
Kawasan perairan/ sungai
Ruang Terbuka Hijau
4.4 Fasilitas
4.4.1 Fasilitas Pendidikan
Berikut tabel banyaknya fasilitas pendidikan yang ada di Kabupaten
Banyuwangi:
Kecamatan TK RA SD MI SMP MTS SMA SMK MA
Pesanggaran 27 2 35 3 7 2 1 2 1
Siliragung 26 1 29 8 7 3 1 4 2
Bangorejo 27 4 30 13 6 4 2 4 1
Purwoharjo 30 3 32 12 11 4 3 2 2
Tegaldlimo 44 5 36 15 6 2 3 4 1
Muncar 48 11 48 14 14 8 2 6 3
Curing 41 11 44 16 8 5 2 7 3
Gambiran 39 6 33 9 6 3 2 2 0
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019
Tegalsari 31 2 25 9 5 5 1 5 3
Glanemore 48 2 46 8 10 6 4 3 3
Kalibaru 18 1 34 7 9 2 1 1 2
Genteng 56 4 42 8 17 4 7 6 2
Srono 46 6 45 18 15 6 5 5 2
Rogojampi 23 3 28 4 7 3 3 3 2
Blimbingsari 26 3 24 8 4 4 0 1 1
Kabat 23 5 34 15 3 7 1 2 1
Singojuruh 12 1 29 3 3 1 1 3 1
Sempu 43 5 32 12 8 2 1 2 1
Songgon 20 4 28 8 4 4 1 1 2
Glagah 12 0 19 2 2 3 1 2 0
Licin 8 2 23 5 2 3 0 0 1
Banyuwangi 43 5 41 5 11 4 4 3 3
Giri 14 2 17 4 3 2 2 4 2
Kalipuro 30 10 28 16 6 10 1 1 6
Wongsorejo 24 11 38 17 11 7 2 2 4
Jumlah 759 109 820 239 185 104 51 75 49
Sumber: BPS Banyuwangi dalam Angka Tahun 2018
Purwoharjo 0 1 2 4 91
Tegaldlimo 0 0 2 4 88
Muncar 1 0 4 8 179
Curing 0 0 2 5 84
Gambiran 4 0 2 4 75
Tegalsari 0 0 1 3 55
Glanemore 1 0 2 6 133
Kalibaru 0 0 1 2 81
Genteng 1 0 2 4 114
Srono 0 0 3 5 115
Rogojampi 2 0 2 5 117
Kabat 1 0 2 5 97
Singojuruh 0 0 1 5 70
Sempu 0 0 3 6 117
Songgon 0 0 1 4 92
Glagah 0 0 1 2 49
Licin 0 0 1 35 44
Banyuwangi 3 0 3 4 173
Giri 0 0 1 2 50
Kalipuro 0 0 2 6 111
Wongsorejo 0 0 2 6 118
Jumlah 14 1 45 105 2.265
Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi dalam Angka Tahun 2018
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa di Kabupaten Banyuwangi
mengenai fasilitas kesehatan sudah lengkap seperti Rumah sakit, Rumah Bersalin,
Puskesmas, Puskesmas Pembantu, dan Posyandu. Fasilitas kesehatan paling
banyak yaitu posyandu sebanyak 2.265 unit posyandu dan sudah tersebar pada
setiap kecamatan.
Siliragung 56 248 7 - - 11
Bangorejo 96 343 19 - 13 -
Purwoharjo 82 45 18 9 17 1
Tegaldlimo 74 74 12 - 23 2
Muncar 113 415 8 7 - 9
Curing 93 428 7 - 3 1
Gambiran 64 262 6 3 6 1
Tegalsari 65 223 4 - 12 -
Kalibaru 82 362 1 1 - -
Genteng 90 271 2 1 - -
Srono 62 131 - 1 1 1
Rogojampi 50 163 3 1 - -
Blimbingsari 43 198 - - - 3
Kabat 70 348 - - - -
Singojuruh 44 217 3 - - -
Sempu 104 249 6 3 - -
Songgon 86 239 3 - 5 -
Glagah 29 165 1 - - -
Licin 43 169 0 - - -
Banyuwangi 73 275 9 1 1 -
Giri 31 188 - - - -
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019
Kalipuro 52 94 1 - - -
Wongsorejo 71 203 - - - 1
Jumlah 1.607 4.727 201 15 138 24
Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi dalam Angka Tahun 2018
Berdasarkan data diatas dapat diketahui mayoritas penduduk banyuwangi
beragama Islam hal tersebut didukung oleh banyaknya fasilitas peribadatan berupa
masjid dan langgar sebanyak 6.334 unit. Selain itu fasilitas peribadatan yang lain pun
sudah ada di Kabupaten banyuwangi seperti gereja, wihara dan pura. Masing-masing
sebanyak 216 unit gereja, 138 unit vihara, dan 24 unit pura.
FASILITAS PARIWISATA
300
250
200
Hotel Berbintang
150 Hotel non Berbintang
100 Restaurant
50
0
2012 2013 2014 2015 2016 2017
4.5 Utilitas
4.5.1 Jaringan listrik
Tabel berikut menunjukan daya Terpasang, Produksi, dan Distribusi
Listrik PT. PLN (Persero) pada Cabang/Ranting PLN Kabupaten
Banyuwangi, 2008-2017.
4.6 Perekonomian
4.6.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Lapangan usaha 2015 2016 2017
Pertanian, Kehutanan, 21.944.164,58 23.475.737,82 24.347.820,50
dan Perikanan
Pertambangan dan 4.650.842,95 5.033.739,61 5.504.252,04
Penggalian
Industri Pengolahan 6.549.448,36 7.264.441,92 7.760.903,26
Pengadaan Listrik dan 25.576,80 28.832,33 31.557,58
Gas
Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah, 36.944,20 40.484,51
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019
Sukorejo Dataran 65
Ringintelu Dataran 75
Sambirejo Dataran 61
Sambimulyo Dataran 62
Temurejo Dataran 65
Bangorejo Dataran 75
Kebondalem Dataran 90
Sumber: BPS Kecamatan Bangorejo dalam Angka 2018
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019
Gambar 4.4
Peta Topografi Wilayah Perencanaan Bangorjeo
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019
4.8.2 Hidrologi
Secara hidrologi Kecamatan Bangorejo termasuk daerah dengan
curah hujan rendah dengan rata-rata curah hujan 6,5 mm per hari karena
intensitas hujan dikatakan lebat (tinggi) bila mencapai 50-100 mm per hari,
dan dikatakan sangat lebat (tinggi) jika curah hujan lebih dari 100 mm per hari.
Bulan Curah Hujan (mm) Curah Hujan (hari)
Januari 268 10
Februari 380 14
Maret 67 3
April 37 2
Mei 167 5
Juni 170 5
Juli 206 7
Agustus 104 4
September 221 7
Oktober 267 4
November 190 6
Desember 295 11
Sumber: BPS Kecamatan Bangorejo dalam Angka 2018
Data hidrologi yang ada di kecamatan Bangorejo, masyarakat disana
banyak menggunakan sumur bor pribadi dan juga ada beberapa masyarakat
desa yang menggunakan PDAM, keadaan air yang terdapat pada kecamatan
Bangorejo cukup baik dan cukup bersih.
4.8.3 Vegetasi
Vegetasi merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang komunitas
tumbuhan yang terjadi pada suatu tempat, mencangkup perpaduan komunal
dari jenis-jenis flora dan penyusunannya maupun tutupan lahan yang
dibentuknya (Wikipedia). Di kecamatan Bangorejo terdapat komunitas
beberapa tanaman, namun komoditas utama pada kawasan tersebut pada
buah naga dan buah jeruk.
4.10 Kependudukan
4.10.1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk
Berdasarkan data dari BPS Kecamatan Bangorejo tahun 2017 diketahui
bahwa umlah penduduk yang ada di Kecamatan Bangorejo adalah 60.247
Berikut ini adalah dokumen dari salah satu fasilitas pendidikan yang terdapat
di Kecamatan Bangorejo.
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019
Bangorejo 0 2 1 1 54
Kebondalem 1 0 1 1 112
Jumlah 2 8 3 4 550
Sumber: BPS Kecamatan Bangorejo dalam Angka 2018
Fasilitas perdagangan dan jasa yang ada di Kecamatan Bangorejo
berupa pasar permanen yang berada di desa Sambimulyo dan desa
Kebondalem, pasar semi permanen yang berada di Sukorejo, Sambirejo,
Sambimulyo, Temurejo dan Bagorejo, pasar tanpa bangunan, beberapa
minimarket, dan toko atau warung yang tersebar di setiap desa yang ada di
Kecamatan Bangorejo. Berikut ini dokumen dari salah satu fasilitas perdagangan
dan jasa yang terdapat di Kecamatan Bangorejo
4.12 Utilitas
4.12.1 Jaringan Listrik
Berdasarkan hasil survey primer yang telah dilakukan, pada kawasan
perencanaan penggunaan jaringan listrik yang ada di Desa Sukorejo
menggunakan saluran SUTT.
DRAINASE TERBUKA
dibakar. Berdasarkan hasil survey primer yang telah dilakukan, tempat sampah
yang ada di Kecamatan Bangorejo tidak ada, kebanyakan sampah di bakar.
TEMPAT SAMPAH
naga dan jeruk hasil pertanian masyarakat juga berupa padi, jagung, kedelai,
dan singkong.
Untuk meningkatkan hasil pertanian agar buah naga dapat panen meskipun
bukan waktunya, masyarakat menggunakan sistem lampu pada buah naga
agar panen dapat dilakukan setiap 4 bulan sehingga buah naga dapat di
produksi tidak hanya pada panen raya, hal ini dapat membantu meningkatkan
perekonomian masyarakat.
2. Sistem Pengairan
Pada daerah sepanjang aliran sungai tidak ada plengsengan, yang dapat
mengakibatkan permukaan tanah didaerah sekitar sungai amblas dikarekan
aliran sungai yang deras. hal ini terdapat di desa Ringintelu, Kebondalem, dan
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019
Saluran drainase dan sungai yang berada di Desa Sambimulyo dan Desa
Bangorejo tercemar karena tercampur dengan limbah domestik dan menjadi
tempt pembuangan sampah oleh masyarakat.
2. Infrastruktur jalan
Furniture jalan yang ada di Desa Sambimulyo masih kurang lengkap terutama
pada lampu jalan, hal ini dapat mengganggu aktivitas masyarakat dalam
melakukan pergerakan di malam hari. Bahu jalan yang terdapat di Desa
Bangorejo digunakan untuk berdagang, sehingga dapat menyebabkan
kemacetan
3. Pertanian
Pada saat musim panen saat ini masyarakat tidak mendapatkan hasil yang
menguntungkan dikarenakan menurunnya nilai jual hasil panen yang tidak
sesuai dengan modal yang digunakan untuk perawatan atau pemeliharan
produk tersebut, dan dapat dikatakan saat ini para petani di kecamatan
Bangorejo mengalami kerugian yang sangat besar.
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019
Gambar 4.1
Peta Potensi Kawasan Agropolitan Kec. Bangorejo
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019
Gambar 4.1
Peta Potensi Kawasan Agropolitan Kec. Bangorejo
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019
Tabel 5.1
Komposisi personil beserta penjabaran tugas dan tanggung jawab
1. Tim Leader a. Bertanggung jawab terhadap kelompok
Tabel 5.2
Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
Bulan
Kegiatan
No. Kegiatan I II III IV
Utama
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Kajian Teori
Deliniasi Wilayah
Pengumpulan Laporan
Pendahuluan
Pengolahan Data
Tahap Analisis Data
Pengolahan
3. Penyusunan Laporan Fakta Analisa
Data dan
Analisis
Pengumpulan Laporan Fakta
Analisa
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019
Finalisasi Rencana
Tabel 5.3
Jadwal Penyusunan Kegiatan
BULAN
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
I Persiapan
Pembangunan
Perundangan
Strategis
8. Pematangan metode
pelaksanaan kerja
pendahuluan
II Penentuan Lingkup
Wilayah RDTR
pada :
● Tujuan penetapan
wilayah Perkotaan
● Kondisi sosial,
ekonomi, budaya,
dan lingkungan
● Daya dukung dan
daya tampung
wilayah
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019
● Ketentuan
perundangan yang
terkait
1. Survey sekunder ke
instansi terkait
● Identifikasi fisik
dasar
● Identifikasi
penggunaan lahan
eksisting
● Identifikasi
bangunan
● Identifikasi sistem
transportasi/jaringa
n jalan
● Identifikasi jaringan
utilitas
● Identifikasi fasilitas
umum
● Identifikasi
kependudukan dan
sosial budaya
3. Penjaringan aspirasi
masyarakat
5.4 PELAPORAN
Setiap tahapan kegiatan dalam proses penyusunan Rencana Detail Tata
Ruang Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo dengan menyelesaikan
kewajiban menyusun laporan sebagai berikut :
1. Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan memuat:
Rencana Kerja Penyedia Jasa secara menyeluruh
Mobilisasi tenaga ahli dan tenaga pendukung lainnya dan
Jadwal kegiatan Penyedia Jasa
Metodologi kerja dan rencana survey
Laporan harus diselesaikan selambat-lambatnya: 21 (dua puluh satu) hari
sejak masa perkuliahan dimulai.
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019
f) peraturan zonasi.