Anda di halaman 1dari 145

Laporan Pendahuluan

RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala hidayah serta rahmat yang telah
diberikan-Nya sehingga kami dapat menulis Laporan Pendahuluan mengenai
“Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo
Kabupaten Banyuwangi ” dengan baik. Dokumen ini disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah Studio 2 RDTRK. Tujuan dari pembuatan laporan pendahuluan ini adalah
untuk membuat dokumen Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Bangorejo
Kabupaten Banyuwangi.
Dalam penulisan laporan pendahuluan ini tentunya kami mengalami berbagai
hambatan serta rintangan. Namun karena adanya tekad serta dukungan dari
berbagai pihak-pihak terkait menjadikan laporan pendahuluan ini dapat
terselesaikan.
Kami menyadari terdapat beberapa kelemahan dan kekurangan dalam
Laporan Pendahuluan dikarenakan kelalaian serta kekurangan ilmu yang kami miliki.
Oleh karena itu, kami memohon himbauan, kritikan serta saran yang membangun
guna menjadikan laporan pendahuluan ini lebih baik dan lebih berguna bagi para
pembaca. Semoga laporan pendahuluan ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun
pembacanya guna mendapatkan informasi mengenai Kawasan Agropolitan
Kecamatan Bangorejo Kabupaten Banyuwangi.

Jember, 17 Maret 2019

Tim Penyusun
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

1.1 LATAR BELAKANG ----------------------------------------------------------------------- 8


1.2 KEDUDUKAN RDTR ---------------------------------------------------------------------- 9
1.3 DASAR HUKUM --------------------------------------------------------------------------- 11
1.4 MAKSUD, TUJUAN, SASARAN, DAN MANFAAT ------------------------------- 12
1.4.1 Maksud -------------------------------------------------------------------------------------- 12
1.4.2 Tujuan --------------------------------------------------------------------------------------- 13
1.4.3 Sasaran -------------------------------------------------------------------------------------- 13
1.4.4 Manfaat -------------------------------------------------------------------------------------- 13
1.5 RUANG LINGKUP ------------------------------------------------------------------------ 14
1.5.1 Ruang Lingkup Wilayah ---------------------------------------------------------------- 15
1.5.2 Ruang Lingkup Waktu ------------------------------------------------------------------ 19
1.6 SITEMATIKA PEMBAHASAN --------------------------------------------------------- 19
2.1 ARAHAN UNDANG-UNDANG NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG
PENATAAN RUANG ------------------------------------------------------------------------------ 21
2.2 PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NO. 1 TAHUN 2008 TENTANG
PEDOMAN PERENCANAAN KAWASAN PERKOTAAN ------------------------------- 23
2.3 PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG NO. 16 TAHUN
2018 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
DAN PERATURAN ZONASI KABUPATEN/KOTA ---------------------------------------- 24
2.4 KEDUDUKAN PERATURAN ARAHAN KAWASAN PERENCANAAN DALAM
KEBIJAKAN PENATAAN RUANG WILAYAH --------------------------------------------- 27
2.4.1 Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Jawa Timur Tahun 2011-2031. ---------------------------------------- 27
2.4.2 Revisi RTRW Kabupaten Banyuwangi Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2012-2032. ----------------------------------- 38
2.4.3 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2016-2021 ---------------------------------------------------------------- 48
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

2.4.4 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Banyuwangi


Tahun 2016-2021 ---------------------------------------------------------------------------------- 50
2.4.5 Rencana Strategis (Renstra) Tahun 2016 – 2021 -------------------------------- 59
3.1 Metode Perencanaan-------------------------------------------------------------------- 60
3.1.1 Metode Perencanaan Wilayah -------------------------------------------------------- 60
3.1.2 Metode Pendataan/Survey ------------------------- Error! Bookmark not defined.
3.1.3 Metode Analisis ---------------------------------------- Error! Bookmark not defined.
3.1.4 Metode Perencanaan--------------------------------- Error! Bookmark not defined.
3.1.5 Metode Pelaksanaan Kegiatan Perencanaan- Error! Bookmark not defined.
3.2 Kerangka Pemikiran --------------------------------------------------------------------- 61
3.3 Pengolahan dan Analisa Data ------------------------------------------------------- 63
3.3.1 Pengolahan dan Analisis Data Untik Penyusunan RDTR ------------------- 63
3.4 Analisis dan Perumusan Ketentuan Teknis PZ --------------------------------- 89
4.1 Letak Geografis dan Administratif Kabupaten Banyuwangi ------------- 102
4.2 Kondisi Fisik Dasar -------------------------------------------------------------------- 102
4.2.1 Topografi---------------------------------------------------------------------------------- 102
4.2.2 Geologi ------------------------------------------------------------------------------------ 103
4.2.3 Hidrologi ---------------------------------------------------------------------------------- 103
4.2.4 Klimatologi ------------------------------------------------------------------------------- 104
4.2.5 Jenis Tanah ------------------------------------------------------------------------------ 104
4.3 Guna Lahan ------------------------------------------------------------------------------ 106
4.4 Fasilitas ----------------------------------------------------------------------------------- 106
4.4.1 Fasilitas Pendidikan ------------------------------------------------------------------- 106
4.4.2 Fasilitas Kesehatan-------------------------------------------------------------------- 107
4.4.3 Fasilitas Peribadatan------------------------------------------------------------------ 109
4.4.4 Fasilitas Perdagangan dan Jasa -------------------------------------------------- 110
4.4.5 Fasilitas Kebudayaan dan Rekreasi ---------------------------------------------- 111
4.4.6 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin - 111
4.5 Utilitas ------------------------------------------------------------------------------------- 113
4.5.1 Jaringan listrik -------------------------------------------------------------------------- 113
4.5.2 Jaringan telepon ----------------------------------------------------------------------- 113
4.5.3 Jaringan air bersih --------------------------------------------------------------------- 113
4.5.4 Sistem persampahan ----------------------------------------------------------------- 115
4.5.5 Pengelolahan Air Limbah ------------------------------------------------------------ 116
4.5.6 Jaringan drainase ---------------------------------------------------------------------- 116
4.6 Perekonomian --------------------------------------------------------------------------- 116
4.6.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) -------------------------------------- 116
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

4.7 Letak Geografis dan Administratif Kecamatan Bangorejo --------------- 117


4.8 Kondisi Fisik Dasar Kecamatan Bangorejo ------------------------------------ 118
4.8.1 Topografi---------------------------------------------------------------------------------- 118
4.8.2 Hidrologi ---------------------------------------------------------------------------------- 120
4.8.3 Vegetasi ----------------------------------------------------------------------------------- 120
4.9 Guna Lahan ------------------------------------------------------------------------------ 120
4.10 Kependudukan -------------------------------------------------------------------------- 121
4.10.1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk------------------------------------------------ 121
4.10.2 Jumlah Penduduk Menurut Agama----------------------------------------------- 121
4.10.3 Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan ------------------------------------------ 122
4.11 Fasilitas ----------------------------------------------------------------------------------- 123
4.11.1 Fasilitas Pendidikan ------------------------------------------------------------------- 123
4.11.2 Fasilitas Kesehatan-------------------------------------------------------------------- 124
4.11.3 Fasilitas Peribadatan------------------------------------------------------------------ 125
4.11.4 Fasilitas Perdagangan dan Jasa -------------------------------------------------- 125
4.11.5 Fasilitas Pemerintahan --------------------------------------------------------------- 126
4.12 Utilitas ------------------------------------------------------------------------------------- 127
4.12.1 Jaringan Listrik ------------------------------------------------------------------------- 127
4.12.2 Jaringan Air Bersih -------------------------------------------------------------------- 127
4.12.3 Jaringan Telepon ----------------------------------------------------------------------- 128
4.12.4 Jaringan Drainase---------------------------------------------------------------------- 128
4.12.5 Sistem Persampahan ----------------------------------------------------------------- 128
4.12.6 Pengelolaan air limbah --------------------------------------------------------------- 129
4.13 Potensi dan Masalah ------------------------------------------------------------------ 129
4.13.1 Potensi di Kecamatan Bangorejo ------------------------------------------------- 129
4.13.2 Masalah di Kecamatan Bangorejo ------------------------------------------------ 129
5.1 STRUKTUR DAN ORGANISASI PELAKSANAAN PEKERJAAN ---------- 134
5.2 KOMPOSISI PERSONIL -------------------------------------------------------------- 136
5.3 JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN ------------------------------------------- 139
5.4 PELAPORAN ----------------------------------------------------------------------------- 143
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

1.1 LATAR BELAKANG


Penataan ruang merupakan suatu proses yang meliputi proses perencanaan,
pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang dilakukan secara terus-
menerus dan berkesinambungan sebagai suatu sistem. Berdasarkan Undang-
undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang, maka renacana tata ruang
di Indonesia dirumuskan secara berjenjang mulai tingkat yang sangat umum sampai
tingkat paling rinci. Pemerintah daerah mempunyai kewenangan untuk menyusun
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRW) berikut instrument-instrumen
lainnya seperti Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Peraturan Zonasi yang
diperlukan agar pemanfaatan ruang dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana tata
ruang yang telah di susun.
Penyusunan RDTR dan Peraturan Zonasi merupakan salah satu perangkat
pengendalian pemanfaatan ruang yang berisi ketentuan-ketentuan teknis dan
administrative pemanfaatan ruang dan pengembangan tapak. Penyusunan RDTR
dan PZ menjadi rujukan kegiatan perijinan, pengawasan dan penertiban dalam
pengendalian pemanfaatan ruang, yang merujuk pada Rencana Detail Tata Ruang
yang umumnya telah menetapkan fungsi, intensitas, ketentuan tata massa
bangunan, sarana dan prasarana. Sesuai amanat UU No. 26 Tahun 2007 dan PP.
No. 15 Tahun 2010, RTRW Kabupaten yang merupakan arahan umum perlu
didukung dengan penyusunan RDTR pada bagian wilayah kabupaten yang
diprioritaskan. Dalam Perda Kabupaten Banyuwangi No. 8 Tahun 2012 tentang
RTRW Kabupaten Banyuwangi 2012-2032, diarahkan penyusunan rencana rinci
pada kawasan perkotaan dan kawasan strategis kabupaten. Salah satu kawasan
strategis Kabupaten Banyuwangi adalah kawasan pengembangan Kecamatan
Bangorejo.
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Kecamatan Bangorejo merupakan salah satu Kecamatan bagian selatan yang


ada di wilayah Kabupaten Banyuwangi yang memiliki dominasi guna lahan utama
sebagai kawasan pertanian. Sebagaimana telah di tetapkan dalam Peraturan Daerah
Kabupaten Banyuwangi Nomor 08 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2012-2032, bahwa Kecamatan Bangorejo di
tetapkan sebagai Kawasan Agropolitan. Agropolitan itu sendiri merupakan sistem
fungsional desa-desa yang ditunjukkan dari adanya hirarki keruangan desa yang
ditandai dengan keberadaan pusat agropolitan dan desa-desa di sekitarnya.
Pengembangan Kawasan Agropolitan dirasakan begitu penting, mengingat
pengembangannya yang memanfaatkan dan mengusung konsep sesuai dengan
keunikan, keunggulan, dan kearifan lokal. Pengembangan dilaksanakan melalui
penyediaan infrastruktur desa yang memadai. Pengadaan infrastruktur juga ditujukan
bagi peningkatan produktivitas, pengolahan, serta pemasaran hasil pertanian.
Permasalahan pada Kawasan Agropolitan tidak hanya pada penyediaan
infrastruktur, melainkan pada alih fungsi lahan dari lahan pertanian menjadi lahan
terbangun seperti permukiman akibat pertambahan penduduk yang setiap tahunnya
meningkat. Dengan demikian, perlu adanya penyusunan Rencana Detail Tata Ruang
dan Peraturan Zonasi pada Kawasan Agropolitan yang merupakan kebutuhan
perencanaan daerah sebagai wujud kesiapan Kabupaten Banyuwangi dalam
mendorong pembangunan khususnya dalam fasilitasi pengembangan Kawasan
Agropolitan dan mengatasi terjadinya alih fungsi lahan serta mempertahankan
Kecamatan Bangorejo sebagai Kawasan Agropolitan yang dapat mendukung
percepatan pertumbuhan ekonomi dan pengembangan wilayah.

1.2 KEDUDUKAN RDTR


Sesuai ketentuan Pasal 59 Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010
tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang, setiap RTRW kabupaten/kota harus
menetapkan bagian dari wilayah kabupaten/kota yang perlu disusun RDTR-nya.
Bagian dari wilayah yang akan disusun RDTR tersebut merupakan kawasan
perkotaan atau kawasan strategis kabupaten/kota. RDTR merupakan rencana yang
menetapkan blok pada kawasan fungsional sebagai penjabaran kegiatan ke dalam
wujud ruang yang memperhatikan keterkaitan antar kegiatan dalam kawasan
fungsional agar tercipta lingkungan yang harmonis antara kegiatan utama dan
kegiatan penunjang dalam kawasan fungsional tersebut.
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

RDTR yang disusun lengkap dengan peraturan zonasi merupakan satu


kesatuan yang tidak terpisahkan untuk suatu BWP tertentu. Dalam hal RDTR tidak
disusun atau RDTR telah ditetapkan sebagai perda namun belum ada peraturan
zonasinya sebelum keluarnya pedoman ini, maka peraturan zonasi dapat disusun
terpisah dan berisikan zoning map dan zoning text untuk seluruh kawasan perkotaan
baik yang sudah ada maupun yang direncanakan pada wilayah kabupaten/kota.
Rencana, aturan, ketentuan dan mekanisme penyusunan RDTR Kota harus merujuk
pada pranata rencana lebih tinggi, baik pada lingkup kawasan maupun daerah.
Secara umum kedudukan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan dalam
Penataan Ruang sebagaimana terlihat pada diagram 1.1.

RENCANA RENCANA UMUM RENCANA RINCI TATA


PEMBANGUNAN TATA RUANG RUANG

RTR KEPULAUAN
RPJP NASIONAL RTRW NASIONAL
RTR KAWASAN
STRATEGIS
NASIONAL
RPJM NASIONAL

RTR KAWASAN
STRATEGIS
RPJP PROVINSI RTRW PROVINSI PROVINSI

RDTR KABUPATEN
RPJM PROVINSI
RTR KAWASAN
STATEGIS
RTRW KABUPATEN KABUPATEN
RPJP KABUPATEN

RDTR KOTA
RTRW KOTA
RPJM KABUPATEN RTR KAWASAN
STRATEGIS KOTA

Gambar 1.1
Kedudukan RDTR Dalam Sistem Penataan Ruang
Sumber: Pedoman Penyusunan RDTR

Kedudukan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Agropolitan


Kecamatan Bangorejo Kabupaten Banyuwangi :
1. RDTR adalah sebagai rencana rinci dari RTRW Kabupaten Banyuwangi
sebagai salah satu perangkat pengendalian ruang;
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

2. Rencana Pengembangan dan peruntukan kawasan.

Fungsi Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Agropolitan Kecamatan


Bangorejo Kabupaten Banyuwangi :
1. Kendali mutu pemanfaatan ruang Kawasan Agropolitan Kecamatan
Bangorejo berdasarkan RTRW Kabupaten Banyuwangi;
2. Acuan bagi kegiatan pemenfaatan ruang yang lebih rinci dari kegiatan
pemanfaatan ruang yang diatur dalam RTRW;
3. Acuan bagi kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang;
4. Acuan bagi penerbitan izin pemanfaatan ruang;
5. Acuan dalam penyusunan RTBL.

1.3 DASAR HUKUM


Penyusunan Dokumen Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Agropolitan
Kecamatan Bangorejo Kabupaten Banyuwangi mengacu pada:
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria;
2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan;
2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana;
3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
4. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah;
5. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan;
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup;
7. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan;
8. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman;
9. Undang-undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan;
12. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2010 tentang Penertiban dan
Pendayagunaan Tanah Terlantar;
13. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang;
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

14. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2011 tentang Penetapan dan Alih
Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan;
15. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai;
16. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2013 tentang Tingkat Ketelitian Peta
untuk Penataan Ruang Wilayah;
17. Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan
Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern;
18. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 33 tahun 1989 tentang
Pengelolaan Kawasan Budidaya;
19. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1990 tentang
Pengelolaan Kawasan Lindung;
20. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20 Tahun 2007 tentang Pedoman
Teknis Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya
dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang;
21. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 27 Tahun 2009 tentang
Pedoman Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis;
22. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16 Tahun 2018 Tentang
Pedoman Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Peraturan Zonasi;
23. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang Nomor 1 Tahun 2018 Tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi,
Kabupaten dan Kota;
24. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 08 Tahun 2012 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2012-2032;
25. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 2 Tahun 2013 Tentang Izin
Penggunaan Pemanfaatan Tanah;
26. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 7 Tahun 2016 Tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Banyuwangi.

1.4 MAKSUD, TUJUAN, SASARAN, DAN MANFAAT


1.4.1 Maksud
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Agropolitan
Kecamatan Bangorejo secara umum mempunyai maksud agar tersusunnya
Kebijakan Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo
yang akan menjadi pedoman dalam pengelolaan pembangunan dan pengembangan
Kawasan Agropolitan serta mendukung pencapaian tujuan penataan ruang wilayah
Kabupaten Banyuwangi.
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

1.4.2 Tujuan
Tujuan dari Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan
Agropolitan Kecamatan Bangorejo adalah :
1. Mewujudkan pengembangan pembangunan Kawasan Agropolitan secara
maksimal dalam proses produksinya;
2. RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo dirumuskan sebagai
kesatuan tata ruang, sehingga terpadu dan saling mengisi dengan arahan
RTRW Kabupaten serta rencana tata ruang lainnya yang terkait;
3. Terumuskan penetapan fungsi wilayah, penyebaran fasilitas, dan utilitas
yang diperlukan, serta meningkatkan kualitas kehidupan bagi
masyarakatnya;
4. Tersusunnya zonasi dan pemberian periijinan kesesuaian pemanfaatan
bangunan dengan peruntukan lahan.
5. Terwujudnya kepastian hukum, sehingga akan dapat meningkatkan peran
masyarakat dan swasta dalam bidang pembangunan;
6. Tersusunnya arahan atau pedoman bagi pemerintah daerah dalam
pelaksanaan pembangunan, khususnya di wilayah perencanaan.
1.4.3 Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kegiatan Penyusunan Rencana
Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo Kabupaten
Banyuwangi, adalah tersedianya Dokumen RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan
Bangorejo yang memenuhi ketentuan teknis dalam Permen ATR No. 16 Tahun 2018,
serta disusun dengan konsep mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya kawasan,
menjamin keserasian tata lingkungan, dan mempertimbangkan aspirasi masyarakat.
1.4.4 Manfaat
Manfaat RDTR sesuai dengan Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata
Ruang Kabupaten/Kota, yang ditetapkan melalui Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum, adalah sebagai:
1. Penentu intensitas pemanfaatan ruang untuk setiap bagian wilayah sesuai
dengan fungsinya di dalam struktur ruang Kawasan secara keseluruhan;
2. Arahan lokasi dari berbagai kegiatan yang mempunyai kesamaan fungsi
maupun lingkungan permukiman dengan karakteristik tertentu;
3. Penentu bagi penetapan kawasan yang diprioritaskan untuk disusun
program pengembangan kawasan dan pengendalian pemanfatan ruangnya
pada tingkat BWP atau sub BWP.
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

1.5 RUANG LINGKUP


Berdasarkan UU No.26 Tahun 2007, Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang
Kawasan didasarkan pada azas-azas seperti asas keterpaduan; keserasian,
keseimbangan dan keselarasan; azas berkelanjutan; azaz keberdayagunaan dan
keberhasilan; azas keterbukaan; kebersamaan dan kemitraan; azas perlindungan
dan kepentingan umum; azas kepastian hukum dan keadilan; serta azas akuntabilitas
yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan karakteristik Kawasan
Agropolitan Kecamatan Banyuwangi itu sendiri maupun hubungan dengan daerah
sekitarnya dengan ruang lingkup meliputi :
a. Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Agropolitan Kecamatan
Banyuwangi memuat rumusan kebijaksanaan pemanfaatan ruang untuk
menyiapkan perwujudan ruang pada pusat kegiatan, dalam rangka
pelaksanaan program dan pengendalian pembangunan yang dilaksanakan
pemerintah, swasta dan masyarakat dalam jangka pendek, menengah dan
panjang;
b. Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Agropolitan Kecamatan
Banyuwangi harus memuat arahan rencana pada pemanfaatan ruang
mengenai rencana pengelolaan kawasan budidaya dan rencana pengelolaan
kawasan lindung, serta bukan lagi sekedar arahan tetapi secara teknis sudah
menjadi kebijaksanaan lebih konkrit tentang :
1. Fisik Dasar kawasan meliputi topografi, hidrologi, geologi, klimatologi;
2. Kependudukan meliputi jumlah dan persebaran penduduk menurut jenis
kelamin, umur,agama, pendidikan dan mata pencaharian;
3. Pemanfaatan ruang ditinjau dari segi besaran pada setiap blok
peruntukan yang materinya sekurang-kurangnya mengatur arahan lokasi
perdagangan dan jasa, industri menurut jenisnya, pendidikan mulai dari
TK s/d Perguruan Tinggi, fasilitas kesehatan, sarana peribadatan, taman
rekreasi, sarana olah raga, perkantoran dan perumahan, terminal, jalur
hijau, makam, pertanian dan kawasan khusus lainnya ;
4. Penggunaan lahan meliputi luasan dan persebaran kegiatan seperti
permukiman, perdagangan dan jasa, kesehatan, industri, pariwisata,
pertambangan, pertanian, kehutanan, dsb;
5. Struktur tingkat pelayanan kegiatan kota dalam hal hubungan tata
jenjang, kapasitas dan intensitas antara fungsi-fungsi pelayanan tiap-tiap
lingkungan yang materinya sekurang-kurangnya mengatur perdagangan,
pendidikan, kesehatan, olah raga dan rekreasi, selain itu juga membahas
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

mengenai arah pergerakan penduduk untuk motivasi bekerja, belanja dan


bersekolah;
6. Sistem prasarana lainnya, meliputi sistem jaringan listrik/energi, jaringan
telekomunikasi, infrastruktur perkotaan (air minum, pengolahan air
limbah, sistem persampahan, sistem drainase kota, dan jalur evakuasi
bencana;
7. Fasilitas pelayanan umum mencakup penentuan kebutuhan fasilitas yang
didasarkan pada fungsi dan daya tampung dari wilayah perencanaan
dengan memperhitungkan skala pelayanan masing-masing jenis fasilitas
tersebut terdiri dari perdagangan dan jasa, kesehatan, pendidikan,
peribadatan, fasilitas umum (olahraga dan rekresasi), RTH dan
transportasi;
8. Peruntukan blok meliputi penentuan luasan dan delinasi blok bangunan
tiap fungsi pemanfaatan, baik untuk kawasan lindung dan budidaya.
9. Intensitas bangunan, mencakup perbandingan antara luas bangunan
dengan luas lahan keseluruhan pada setiap blok peruntukan yang
materinya sekurang-kurangnya mengatur koefisien dasar bangunan
(KDB), Koefisien Lantai Bangungan (KLB), Tinggi lantai bangunan (TL),
Garis Sempadan Bangunan (GSB).
10. Perekonomian meliputi investasi, kegiatan industri, kegiatan
perdagangan dan jasa, pariwisata, pertambangan, pertanian, kehutanan,
perikanan, dsb.
11. Pengendalian pemanfaatan ruang meliputi pengawasan pemanfaatan
ruang, pelaporan, evaluasi, tindakan, perijinan, pemberian intensif dan
disintensif, pemberian kompensasi dan pengenaan sanksi.
12. Indikasi program berupa tahapan pelaksanaan pembangunan dalam hal
pengendalian peruntukan, pelaksanaan / program / kegiatan prasarana
dan sarana kota dalam kurun waktu 20 (dua puluh) Tahun yang dibagi
dalam program 5 (lima) Tahunan.
1.5.1 Ruang Lingkup Wilayah

Lingkup wilayah penyusunan RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo


Kabupaten Banyuwangi adalah Kawasan Agropolitan di Kecamatan Bangorejo yang
berada di enam Desa yaitu Desa Bangorejo, Desa Sambirejo, Desa Sukorejo, Desa
Ringintelu, Desa Sambimulyo dan Desa Kebondalem.
Tabel 1.1
Lingkup Wilayah Agropolitan Bangorejo
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

NO DESA Luas (Km2)


1 Desa Bangorejo 10,34
2 Desa Sambirejo 9,35
3 Desa Sukorejo 9,79
4 Desa Ringintelu 6,80
5 Desa Kebondalem 19,88
6 Desa Sambimulyo 9,79
JML 65,95
Sumber: Kecamatan Bangorejo dalam angka, 2018

Berikur merupakan ruang lingkup wilayah penyusunan Rencana Detail Tata


Ruang (RDTR) Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo, beserta deliniasinya
yang dituangkan dalam peta di bawah ini.
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Gambar 1.1
Peta Orientasi Deliniasi Terhadap Kabupaten Banyuwanngi
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Gambar 1.2
Peta Deliniasi RDTR Kawasan Agropolitan Kec. Bangorejo
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

1.5.2 Ruang Lingkup Waktu


a. Jangka Waktu Penyusunan
Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan Penyusunan RDTR Kawasan
Agropolitan Kecamatan Bangorejo Kabupaten Banyuwangi akan
diselesaikan seluruhnya dalam waktu 4 bulan (120 hari kalender).
b. Jangka Waktu Perencanaan
RDTR berlaku dalam jangka waktu 20 (dua puluh) tahun atau sebagaimana
masa berlakunya RTRW Kabupaten Banyuwangi (2012-2032) dan ditinjau
kembali setiap 5 (lima) tahun. Peninjauan kembali RDTR dapat dilakukan
lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun jika:
1. Terjadi perubahan RTRW Kabupaten yang mempengaruhi Kawasan
Agropolitan Kecamatan Bangorejo;
2. Terjadi bencana alam skala besar yang ditetapkan dengan perundangan
yang mengakibatkan perubahan batas administrasi Kecamatan
Bangorejo.

1.6 SITEMATIKA PEMBAHASAN


Dalam Laporan Pendahuluan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan
Agropolitan Kecamatan Bangorejo Kabupaten Banyuwangi ini, sistematika
pembahasan diatur sesuai dengan tatanan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan uraian tentang latar belakang penyusunan RDTR; dasar hukum
penyusunan RDTR; Maksud dan tujuan; Ruang lingkup serta sistematika
penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Agropolitan
Kecamatan Bangorejo Kabupaten Banyuwangi.
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN
Bab ini berisikan uraian mengenai Kebijakan wilayah perencanaan yang meliputi
kebijakan RTRW Provinsi Jawa Timur, RTRW Kabupaten Banyuwangi, RPJP dan
RPJM Kabupaten Banyuwangi.
BAB III PENDEKATAN DAN METODOLOGI
Bab ini berisikan uraian tentang pendekatan perencanaan yang dilakukan dalam
pekerjaan, metode tahapan yang digunakan dalam penyusunan, dan juga metode
analisa yang dipakai dalam penyusunan RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan
Bangorejo Kabupaten Banyuwangi.
BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Bab ini berisikan uraian mengenai kondisi wilayah perencanaan yang meliputi
kondisi eksisting atas aspek kependudukan, guna lahan, dan beberapa aspek
pengenal yang menjadi orientasi atas wilayah perencanaan serta potensi dan
masalah Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo Kabupaten Banyuwangi.
BAB V KERANGKA KERJA DAN SISTEM PELAPORAN
Bab ini berisikan tentang kerja penyusunan RDTR Kawasan Agropolitan
Kecamatan Bangorejo Kabupaten Banyuwangi mengenai struktur dan organisasi
pelaksanaan pekerjaan, komposisi personil, penugasan tenaga ahli, serta
rencana kegiatan.
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

2.1 ARAHAN UNDANG-UNDANG NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN


RUANG
Perencanaan tata ruang dilakukan agar pengendalian dan program dilaksanakan
sesuai dengan Arahan dalam UU No 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang pada
pasal 14 disebutkan bahwa:
(1) Perencanaan tata ruang dilakukan untuk menghasilkan:
a. rencana umum tata ruang
b. rencana rinci tata ruang.
(2) Rencana umum tata ruang sebagaimana dimaksud secara berhierarki terdiri
atas:
a. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
b. rencana tata ruang wilayah provinsi
c. rencana tata ruang wilayah kabupaten dan rencana tata ruang wilayah
kota.
Perencanaan Tata Ruang Wilayah Kabupaten dalam UU No 26 Tahun 2007
pada pasal 25 dan 26 menyebutkan tentang penataan ruang bahwa:
1. Penyusunan rencana tata ruang wilayah kabupaten mengacu pada:
a. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan rencana tata ruang
wilayah provinsi
b. Pedoman dan petunjuk pelaksanaan bidang penataan ruang
c. Rencana pembangunan jangka panjang daerah
2. Penyusunan rencana tata ruang wilayah kabupaten harus memperhatikan
a. Perkembangan permasalahan provinsi dan hasil pengkajian
implikasi penataan ruang kabupaten
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

b. Upaya pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi


kabupaten
c. Keselarasan aspirasi pembangunan kabupaten
d. daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
e. rencana pembangunan jangka panjang daerah
f. rencana tata ruang wilayah kabupaten yang berbatasan
g. rencana tata ruang kawasan strategis kabupaten.
Penataaan ruang yang sesuai dengan strategi besar pembangunan masyarakat
di suatu kabupaten juga harus memiliki rencana tata ruang yang detail, dalam
undang-undang No. 26 tahun 2007 tentang penataan ruang dijelaskan rencana tata
ruang wilayah kabupaten memuat:
a. tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten
b. rencana struktur ruang wilayah kabupaten yang meliputi sistem perkotaan
di wilayahnya yang terkait dengan kawasan perdesaan dan sistem jaringan
prasarana wilayah kabupaten dimana dalam ayat penjelasan disebutkan
struktur ruang wilayah kabupaten merupakan gambaran sistem perkotaan
wilayah kabupaten dan jaringan prasarana wilayah kabupaten yang
dikembangkan untuk mengintegrasikan wilayah kabupaten selain untuk
melayani kegiatan skala kabupaten yang meliputi sistem jaringan
transportasi, sistem jaringan energi dan kelistrikan, sistem jaringan
telekomunikasi, dan sistem jaringan sumber daya air, termasuk seluruh
daerah hulu bendungan atau waduk dari daerah aliran sungai. Rencana
tata ruang digambarkan kabupaten adalah pusat wilayah yang diletakkan
jaringan prasarana dan sarana penurut UU dalam pengelolaannya harus
kewebabgab pemerintah daerah kabupaten.
c. rencana pola ruang wilayah kabupaten yang meliputi kawasan lindung
kabupaten dan kawasan budidaya kabupaten dalam ayat penjelasan
bahwa pola ruang wilayah kabupaten merupakan gambaran pemanfaatan
ruang wilayah kabupaten, baik untuk pemanfaatan yang berfungsi lindung
maupun budi daya yang belum ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional dan rencana tata ruang wilayah provinsi.
d. penetapan kawasan strategis kabupaten adalah wilayah yang penataan
ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting
dalam lingkup kabupaten/kota terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau
lingkungan
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

e. arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten yang berisi indikasi program


utama jangka menengah lima tahunan
f. ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten yang berisi
ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan insentif
dan disinsentif, serta arahan sanksi.

2.2 PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NO. 1 TAHUN 2008 TENTANG


PEDOMAN PERENCANAAN KAWASAN PERKOTAAN
Perencanaan tata ruang adalah suatu administrasi dan kebijakan dikembangkan
sebagai pendekatan menyeluruh lintas disiplin terhadap pembangunan daerah yang
seimbang dan penataaan ruang yang sesuai dengan strategi besar pada
pembangunan masyarakat.
Arah pembangunan kawasan perkotaan yang berada di dua atau lebih
kabupaten dituangkan dalam masing-masing RPJPD kabupaten yang bersangkutan.
Rencana arah pembangunan kawasan perkotaan yang tertuang dalam RPJPD (pasal
8) memuat:
a. peningkatan kesejahteraan masyarakat perkotaan
b. pemenuhan standar pelayanan perkotaan
c. keterkaitan fungsi antar kawasan perkotaan.
Arah pembangunan kawasan perkotaan yang tertuang dalam RPJPD menjadi
acuan penyusunan rencana tata ruang dan pedoman penyusunan RPJMD. Rencana
Tata Ruang Kawasan Perkotaan tertuang dalam peraturan menteri dalam negeri no.
1 tahun 2008 (pasal 11) sebagai berikut:
1. Rencana Detail Tata Ruang sebagaimana dimaksud. dalam Pasal 10,
dijadikan pedoman untuk:
a. pengaturan tata guna tanah (Land Regulation)
b. penerbitan surat keterangan pemanfaatan ruang
c. penerbitan Advise Planning
d. penerbitan izin prinsip pembangunan
e. penerbitan izin lokasi
f. pengaturan teknis bangunan
g. penyusunan rencana teknik ruang kawasan perkotaan
h. penyusunan rencana tata bangunan dan lingkungan.
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

2.3 PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG NO. 16 TAHUN 2018
TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
DAN PERATURAN ZONASI KABUPATEN/KOTA
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang No. 16 Tahun 2018 tentang
“Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Peraturan Zonasi
Kabupaten/Kota“, definisi RDTR adalah rencana secara rinci tentang tata ruang
wilayah kabupaten/kota sebagai penjabaran RTRW kabupaten/kota yang menjadi
rujukan bagi penyusunan rencana teknis sektor dan pelaksanaan pengendalian
pemanfaatan ruang.
Pada Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang No. 16 Tahun 2018 Pedoman
RDTR menyebutkan bahwa:
1. Isi dari muatan dokumen RDTR yaitu:
a) tujuan penataan bagian wilayah perencanaan
b) rencana struktur ruang
c) rencana pola ruang
d) penetapan sub bagian wilayah perencanaan yang diprioritaskan
penanganannya
e) ketentuan pemanfaatan ruang
Berdasarkan peraturan menteri dan tata ruang no. 16 tahun 2018 tentang
Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota, bahasan dalam
RDTR mencakup sebagai berikut :

1. Tujuan penataan BWP dalam tujuan RDTR berfungsi sebagai berikut:

a. sebagai acuan untuk penyusunan rencana pola ruang, penyusunan rencana


jaringan prasarana, penetapan Sub BWP yang diprioritaskan
penanganannya, penyusunan ketentuan pemanfaatan ruang, penyusunan
peraturan zonasi.

b. menjaga konsistensi dan keserasian pengembangan kawasan perkotaan


dengan RTRW kabupaten/kota.

Perumusan tujuan penataan BWP dalam muatan RDTR didasarkan pada:

a. arahan pencapaian sebagaimana ditetapkan dalam RTRW


kabupaten/kota
b. isu strategis BWP, yang antara lain dapat berupa potensi, masalah, dan
urgensi penanganan
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

c. karakteristik BWP.

Tujuan penataan BWP dijelaskan dengan pertimbangan sebagai berikut:

a. keseimbangan dan keserasian antar bagian dari wilayah


kabupaten/kota
b. fungsi dan peran BWP
c. potensi investasi
d. Keunggulan dan daya saing BWP
e. kondisi sosial dan lingkungan BWP
f. peran aspirasi masyarakat dalam pembangunan
g. prinsip-prinsip yang merupakan penjabaran dari tujuan tersebut.

2. Rencana Struktur Ruang

Rencana struktur ruang merupakan susunan pusat-pusat pelayanan dan sistem


jaringan prasarana di BWP yang akan dikembangkan untuk mencapai tujuan dalam
melayani kegiatan skala BWP. Untuk mengembangkan pusat-pusat pelayanan dan
sistem jaringan prasarana di BWP Rencana struktur ruang berfungsi sebagai:

a. Pembentuk sistem pusat pelayanan di dalam BWP


b. Dasar perletakan jaringan serta rencana pembangunan prasarana dan utilitas
dalam BWP sesuai dengan fungsi pelayanannya
c. Dasar rencana sistem pergerakan dan aksesibilitas lingkungan dalam RTBL
dan rencana teknis sektoral.

Materi Untuk mengembangkan pusat-pusat pelayanan dan sistem jaringan


prasarana di BWP rencana struktur ruang meliputi:

a. Rencana Pengembangan Pusat Pelayanan


b. Rencana Jaringan Transportasi
c. Rencana Jaringan Prasarana

3. Rencana Pola Ruang

Rencana pola ruang merupakan rencana distribusi zona pada BWP yang akan
diatur sesuai dengan fungsi dan peruntukannya. Rencana pola ruang berfungsi
sebagai:

a. Alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial budaya, ekonomi, serta kegiatan
pelestarian fungsi lingkungan dalam BWP
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

b. Alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial budaya, ekonomi, serta kegiatan
pelestarian fungsi lingkungan dalam BWP
c. Dasar penyusunan RTBL dan rencana teknis lainnya
d. Dasar penyusunan rencana jaringan prasarana

Rencana pola ruang RDTR terdiri atas:

a. Zona lindung
b. Zona budi daya

4. Penetapan Sub BWP yang Diprioritaskan

Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya merupakan upaya dalam


rangka operasionalisasi rencana tata ruang yang diwujudkan ke dalam rencana
penanganan Sub BWP yang diprioritaskan.

Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya berfungsi sebagai:

a. dasar penyusunan RTBL dan rencana teknis pembangunan sectoral


b. dasar pertimbangan dalam penyusunan indikasi program prioritas RDTR.

Penetapan sub BWP yang diprorioritaskan dalam penanganannya harus memuat:

a. Lokasi Lokasi Sub BWP yang diprioritaskan harus digambarkan dalam peta.
Lokasi tersebut dapat meliputi seluruh wilayah Sub BWP yang ditentukan,
atau dapat juga meliputi sebagian saja dari wilayah Sub BWP tersebut serta
Batas delineasi lokasi Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya harus
ditetapkan dan mempertimbangkan jenis kawasan, kesesuaian karakteristik
tematik, batas fisik, fungsi fisik kawasan dan penentuan wilayah administratif
secara kultural adat.
b. Tema penanganan adalah program utama untuk setiap lokasi yang akan
diprioritaskan sub BWPnya.

5. Ketentuan Pemanfaatan Ruang

Dalam RDTR merupakan upaya mewujudkan RDTR dalam bentuk program


pengembangan BWP dalam jangka waktu perencanaan 5 (lima) tahun.

Program dalam ketentuan pemanfaatan ruang meliputi:

a. Program Pemanfaatan Ruang Prioritas merupakan program-program


pengembangan BWP yang diindikasikan memiliki bobot tinggi berdasarkan
tingkat kepentingan atau diprioritaskan dan memiliki nilai strategis untuk
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

mewujudkan rencana pola ruang dan rencana jaringan prasarana di BWP


sesuai tujuan penataan BWP.
b. Lokasi Lokasi merupakan tempat dimana usulan program akan dilaksanakan.
c. Besaran Besaran merupakan perkiraan jumlah satuan masing-masing usulan
program prioritas pengembangan wilayah yang akan dilaksanakan.
d. Sumber Pendanaan Sumber pendanaan dapat berasal dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) kabupaten/kota, APBD provinsi,
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), swasta, dan/atau
masyarakat.
e. Instansi Pelaksana Instansi pelaksana merupakan pihak-pihak pelaksana
program prioritas yang meliputi pemerintah seperti satuan kerja perangkat
daerah (SKPD), dinas teknis terkait, dan/atau kementerian/lembaga, swasta,
dan/atau masyarakat.

Waktu dan Tahapan Pelaksanaan Program direncanakan dalam kurun waktu


perencanaan 20 (dua puluh) tahun yang dirinci setiap 5 (lima) tahunan dan masing-
masing program mempunyai durasi pelaksanaan yang bervariasi sesuai kebutuhan.

2.4 KEDUDUKAN PERATURAN ARAHAN KAWASAN PERENCANAAN DALAM


KEBIJAKAN PENATAAN RUANG WILAYAH
2.4.1 Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Jawa Timur Tahun 2011-2031.
Peraturan daerah nomor 5 tahun 2012 RTRW Provinsi Jawa Timur yaitu
menjelaskan bahwa perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan
struktur ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata
ruang.

1. Penataan RTRW provinsi memiliki visi penataan yaitu:

Visi penataan Ruang Provinsi adalah “terwujudnya ruang wilayah Provinsi


berbasis agribisnis dan jasa komersial yang berdaya saing global dalam
pembangunan berkelanjutan.”

2. Misi penataan ruang adalah mewujudkan:


a. keseimbangan pemerataan pembangunan antarwilayah dan
pertumbuhan ekonomi;
b. pengembangan pusat pertumbuhan wilayah;
c. penyediaan sarana dan prasarana wilayah secara berkeadilan dan
berhierarki serta bernilai tambah tinggi;
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

d. pemantapan fungsi lindung dan kelestarian sumber daya alam dan


buatan;
e. optimasi fungsi budi daya kawasan dalam meningkatkan kemandirian
masyarakat dalam persaingan global;
f. keterpaduan program pembangunan berbasis agribisnis dan jasa
komersial yang didukung seluruh pemangku kepentingan;
g. kemudahan bagi pengembangan investasi daerah serta peningkatan
kerja sama regional.

Arahan pengembangan kebijakan RTRW Provinsi bagian wilayah


perkotaan Banyuwangi berfungsi sebagai Kawasan Agropolitan,
Kawasan agropolitan menurut Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2012 adalah
kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah
perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumber daya
alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan
hierarki keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agribisnis. dapat
dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 2.1 Kajian Kebijakan RTRW Provinsi Jawa Timur Tahun 2011-2031
No KEBIJAKAN TERKAIT KETERANGAN
A. RENCANA STRUKTUR RUANG
1 RENCANA SISTEM Rencana system perkotaan di wilayah
PERKOTAAN kabupaten banyuwangi sebagai berikut:
PKW adalah kawasan perkotaan yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala
provinsi atau kegiatan beberapa
kabupaten/kota. Rencana system perkotaan
di Provinsi Jawa Timur adalah Probolinggo,
Tuban, Kediri, Madiun, Banyuwangi,
Jember, Blitar, Pamekasan, Bojonegoro,
dan Pacitan
2 RENCANA SISTEM Rencana system perwilayahan di wilayah
PERWILAYAHAN kabupaten banyuwangi sebagai berikut:
WP Banyuwangi dengan  Pusat : Kabupaten Banyuwangi
pusat di Perkotaan Fungsi WP Banyuwangi: pertanian
Banyuwangi meliputi: tanaman pangan, hortikultura, perkebunan,
Kabupaten Banyuwangi peternakan, kehutanan, perikanan,
dengan pusat perkotaan pertambangan, industri, pendidikan,
kesehatan, dan pariwisata.
Banyuwangi

3 RENCANA FUNGSI Pengembangan sistem agropolitan dan


WILAYAH/PERKOTAAN sistem agroindustry sebagaimana yang
dimaksud dalam fungsi WP Banyuwangi
memfokuskan pada: pertanian tanaman
pangan, hortikultura, perkebunan,
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

peternakan, kehutanan, perikanan,


pertambangan, industri, pendidikan,
kesehatan, dan pariwisata
4 RENCANA  Rencana jaringan jalan bebas hambatan
PENGEMBANGAN antar kota dari Probolinggo–
INFRASTRUKTUR Banyuwangi, Rencana jaringan jalan
nasional arteri primer dari Surabaya–
Sidoarjo–Gempol–Pasuruan–
Probolinggo– Situbondo–
Banyuwangi,Rencana jaringan jalan
nasional kolektor primer Glonggong–
Pacitan–Panggul–Durenan–
Tulungagung– Blitar–Kepanjen–Turen–
Lumajang–Wonorejo–Jember–
Gentengkulon–Jajag–Benculuk–
Rogojampi– Banyuwangi
 Rencana jalan strategis nasional.
Paltuding–Banyuwangi
 Pengembangan jalur Terminal A Sri
Tanjung di Kabupaten Banyuwangi,
Terminal B Wiroguno dan Terminal
Brawijaya di Kabupaten Banyuwangi,
 Pengembangan Jalur perkeretaapian
umum Jalur Timur : Surabaya (Semut)–
Surabaya (Gubeng)–Surabaya
(Wonokromo)– Sidoarjo–Bangil–
Pasuruan– Probolinggo–Jember–
Banyuwangi, jalur kereta api ganda
Jalur Timur : Surabaya (Semut)–
Surabaya (Gubeng)–Surabaya
(Wonokromo)– Sidoarjo–Bangil–
Pasuruan– Probolinggo–Jember–
Banyuwangi
 Rencana jaringan sungai, danau, dan
Rencana pengembangan pelabuhan
penyeberangan
B. RENCANA POLA RUANG
1 Arahan Pengelolaan a. pengawasan dan pemantauan untuk
Kawasan Hutan Lindung pelestarian kawasan konservasi dan
kawasan hutan lindung
b. mempertahankan luasan kawasan hutan
lindung
c. pelestarian keanekaragaman hayati dan
ekosistemnya
d. pengembangan kerja sama antarwilayah
dalam pengelolaan kawasan lindung
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

e. percepatan rehabilitasi hutan dan lahan


yang termasuk kriteria kawasan lindung
dengan melakukan penanaman pohon
lindung yang dapat digunakan sebagai
perlindungan kawasan bawahannya
yang dapat dimanfaatkan hasil hutan
nonkayunya
f. pemanfaatan jalur wisata alam
jelajah/pendakian untuk menanamkan
rasa memiliki terhadap alam
g. pemanfaatan kawasan lindung untuk
sarana pendidikan penelitian dan
pengembangan kecintaan terhadap
alam.
2 Kawasan Perlindungan Peraturan pemerintah no. 26 tahun 2008
Setempat (sempadan menjelaskan kriteria kawasan lindung
pantai) nasional (pasal 56) sebagai berikut:
a. daratan sepanjang tepian laut dengan
jarak paling sedikit 100 (seratus) meter
dari titik pasang air laut tertinggi ke arah
darat
b. daratan sepanjang tepian laut yang
bentuk dan kondisi fisik pantainya curam
atau terjal dengan jarak proporsional
terhadap bentuk dan kondisi fisik pantai.
3 Kawasan Perlindungan a. daratan sepanjang tepian sungai
Setempat (sempadan bertanggul dengan lebar paling sedikit 5
sungai) (lima) meter dari kaki tanggul sebelah
luar
b. daratan sepanjang tepian sungai besar
tidak bertanggul di luar kawasan
permukiman dengan lebar paling sedikit
100 (seratus) meter dari tepi sungai
c. daratan sepanjang tepian anak sungai
tidak bertanggul di luar kawasan
permukiman dengan lebar paling sedikit
50 (lima puluh) meter dari tepi sungai.
4 Kawasan Perlindungan a. daratan dengan jarak 50 (lima puluh)
Setempat (kawasan meter sampai dengan 100 (seratus)
sekitar danau atau waduk) meter dari titik pasang air danau atau
waduk tertinggi
b. daratan sepanjang tepian danau atau
waduk yang lebarnya proporsional
terhadap bentuk dan kondisi fisik danau
atau waduk.
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

5 Kawasan Perlindungan Peraturan daerah provinsi jawa timur no. 5


Setempat (kawasan tahun 2012 arahan pengelolaan kawasan
sekitar mata air) perlindungan setempat sebagai berikut:
a. penetapan perlindungan pada sekitar
mata air minimum berjari-jari 200 meter
dari sumber mata air jika di luar
kawasan permukiman dan 100 meter
jika di dalam kawasan permukiman
b. perlindungan sekitar mata air untuk
kegiatan yang menyebabkan alih fungsi
lindung dan menyebabkan kerusakan
kualitas sumber air
c. pembuatan sistem saluran bila sumber
dimanfaatkan untuk air minum atau
irigasi
d. pengembangan tanaman perdu,
tanaman tegakan tinggi, dan penutup
tanah untuk melindungi pencemaran
dan erosi terhadap air
e. pembatasan penggunaan lahan secara
langsung untuk bangunan yang tidak
berhubungan dengan konservasi mata
air
f. perlindungan sekitar mata air yang
terletak pada kawasan lindung tidak
dilakukan secara khusus sebab
kawasan lindung tersebut sekaligus
berfungsi sebagai pelindung terhadap
lingkungan dan air.
6 Kawasan Perlindungan Kawasan lindung spiritual dan kearifanlokal
Setempat (kawasan terdapat di permukiman budaya suku Osing
lindung spiritual dan di Kabupaten Banyuwangi. Arahan
kearifan lokal)
pengelolaan kawasan lindung spiritual dan
kearifan lokal meliputi:
a. pelestarian kawasan lindung spiritual
dan kearifan lokal yang masih terdapat
di berbagai wilayah kabupaten/kota
b. pembatasan dan pelarangan perubahan
keaslian kawasan dengan pemodernan
ke bentuk lain
c. perlindungan terhadap kawasan lindung
spiritual dan kearifan lokal ditetapkan
dalam peraturan yang terdapat pada
rencana tata ruang kabupaten/kota.
7 Cagar Alam Cagar alam yang terdapat di kabupaten
banyuwangi yaitu terletak di Janggangan
Rogojampi I/II di Kabupaten Banyuwangi
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

dengan luas sekurang-kurangnya lebih 7,50


ha. Untuk Arahan pengelolaan kawasan
cagar alam meliputi:
a. rehabilitasi tanah rusak/kawasan kritis
terutama pada kelerengan 40%
b. pengelolaan cagar alam
c. peningkatan fungsi lindung cagar alam
d. pengembangan kegiatan secara lebih
spesifik berdasarkan karakteristik kawasan
dengan mengedepankan fungsi lindung
kawasan.
8 Taman Wisata Alam Taman Wisata Alam terdapat di Ijen Merapi
Unggup-Unggup di Kabupaten Bondowoso
dan Kabupaten Banyuwangi dengan luas
sekurang-kurangnya 92 ha.
9 Rawan Bencana Alam a. Kawasan rawan tanah longsor
b. Kawasan rawan banjir
10 Kawasan Lindung Geologi  Kawasan keunikan batuan dan fosil
terdapat di Teluk Grajagan di Kabupaten
Banyuwangi Arahan pengelolaan
kawasan keunikan batuan dan fosil
meliputi:
a. penetapan kawasan sebagai
kawasan konservasi dan tidak
diizinkan untuk melakukan
kegiatan pertambangan dan
membangun bendungan di
atasnya
b. pembuatan papan nama yang
menunjukkan pentingnya
kawasan tersebut
c. c. pembuatan papan narasi
geologi di kawasan-kawasan
tersebut dan brosur sebagai
media sosialisasi ke masyarakat
dan pelajar/mahasiswa
 Kawasan rawan gempa bumi, Arahan
pengelolaan kawasan rawan gempa
bumi meliputi:
a. penataan ruang
b. b. rekayasa teknologi.
 Kawasan rawan tsunami, Arahan
pengelolaan kawasan rawan tsunami
meliputi:
a. melalui penataan ruang
b. melalui rekayasa teknologi.
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

 Kawasan CAT(cekungan air tanah)


imbuhan air tanah terdapat di Kabupaten
Sumberbening, Banyuwangi, CAT
Blambangan, CAT Bangkalan, dan CAT
Toranggo.
RENCANA KAWASAN BUDIDAYA
1 Rencana Kawasan Hutan a. pengusahaan hutan produksi dengan
produksi menerapkan sistem silvikultur tebang
habis permudaan buatan (THPB)
b. reboisasi dan rehabilitasi lahan pada
bekas tebangan dan tidak diizinkan
pengalihfungsian ke budi daya
nonkehutanan
c. pemantauan dan pengendalian
kegiatan pengusahaan hutan serta
gangguan keamanan hutan lainnya
d. pengembalian fungsi hutan semula
dengan reboisasi pada kawasan yang
mengalami perambahan atau bibrikan
e. percepatan reboisasi dan pengayaan
tanaman di kawasan hutan produksi
yang mempunyai tingkat kerapatan
tegakan rendah
f. pengembangan zona penyangga di
kawasan hutan produksi yang
berbatasan dengan hutan lindung
g. pengembalian kondisi hutan bekas
tebangan melalui reboisasi dan
rehabilitasi lahan kritis.
2 Rencana Kawasan Hutan Rencana hutan rakyat di Jawa Timur
Rakyat ditetapkan dengan luas sekurang-
kurangnya 425.570,43 ha. Hutan rakyat
3 Kawasan Peruntukan Arahan pengelolaan kawasan peruntukkan
Pertanian pertanian meliputi:
Komoditas unggulan: a. area lahan sawah beririgasi harus
Pengembangan dipertahankan agar tidak berubah
hortikultura di wilayah fungsi menjadi peruntukan yang lain
Kabupaten Banyuwangi b. pengalihan fungsi areal sebagaimana
penghasil buah pisang,
dimaksud pada huruf a wajib
jeruk dan manggis
disediakan lahan pengganti
c. pengembangan sawah beririgasi teknis
dilakukan dengan memprioritaskan
perubahan sawah nonirigasi menjadi
sawah irigasi melalui dukungan
pengembangan dan perluasan jaringan
irigasi, pembukaan areal baru
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

pembangunan irigasi, dan


pengembangan waduk/embung
d. peningkatan produksi dan produktivitas
tanaman pangan dengan
mengembangkan kawasan pertanian
terpadu (cooperative farming), dan
hortikultura dengan mengembangkan
kawasan budi daya pertanian ramah
lingkungan (good agriculture practices)
e. pengembangan kelembagaan
kelompok tani ke arah kelembagaan
ekonomi/koperasi.
4 Kawasan Percenguntukan Pengelolaan kawasan peruntukan
Perkebunan perkebunan ter system pewilayahan
Komoditas Unggulan: komoditi sesuai dengan potensinya, luas
kopi, karet, kakao, kelapa, wilayah dan daya saing produkperkebunan,
untuk pengembangan wilayah perkebunan
diarahkan untuk meningkatkan
produktivitas, kualitas, efisiensi dan
keberlanjutan kedepannya. pengembangan
perkebunan dapat dibagi dalam 2 (dua)
kelompok yaitu:
1. tanaman semusim terdiri dari
tembakau dan tebu
2. tanaman tahunan terdiri dari kapas,
jambu, cengkeh,the, karet, kakao,
panili, kelapa dan nilam.
5 Kawasan Peruntukan Sentra peternakan ternak besar, Arahan
Peternakan pengelolaan kawasan peruntukan
peternakan terdiri darii:
a. pengembangan kawasan
peternakan yang mempunyai
keterkaitan dengan pusat distribusi
pakan ternak dan sektor industri
pendukung lainnya
b. pemertahanan ternak plasma nuftah
sebagai potensi daerah
c. pengembangan kawasan
peternakan diarahkan pada
pengembangan komoditas ternak
unggulan
d. kawasan budi daya ternak yang
berpotensi menularkan penyakit dari
hewan ke manusia atau sebaliknya
pada permukiman padat penduduk
ditempatkan terpisah sesuai dengan
standar teknis kawasan usaha
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

peternakan dengan memperhatikan


kesempatan berusaha dan
melindungi daerah permukiman
penduduk dari penularan penyakit
hewan menular
e. pengaturan pemeliharaan hewan
yang diternakkan serta tata niaga
hewan dan produk bahan asal
hewan di kawasan perkotaan
f. peningkatan nilai ekonomi ternak
dengan mengelola dan mengolah
hasil ternak;
g. pengembangan kelembagaan
kelompok tani ke arah kelembagaan
ekonomi/koperasi.
6 Kawasan Peruntukan Kabupaten banyuwangi trmasuk dalam
Perikanan pengembangan kawasan peruntukan
perikanan tangkap, Muncar di Kabupaten
Banyuwangi pengembangan Pelabuhan
Perikanan Pantai (PPP), Pancer di
Kabupaten Banyuwangi pengembangan
Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI). Berikut
arahab pengelolaan kawasan peruntukan
perikanan:
a. pemertahanan, perehabilitasian, dan
perevitalisasian tanaman
bakau/mangrove dan terumbu karang
b. pengembangan perikanan tangkap dan
perikanan budi daya
c. penjagaan kelestarian sumber daya air
terhadap pencemaran limbah industry
d. pengendalian pemanfaatan sumber
daya di wilayah pesisir melalui
penetapan rencana pengelolaan
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
e. pengembangan sarana dan prasarana
pendukung perikanan
f. peningkatan nilai ekonomi perikanan
dengan meningkatkan pengolahan dan
pemasaran hasil perikanan
g. pengembangan kelembagaan
kelompok nelayan ke arah
kelembagaan ekonomi/koperasi. h.
pemertahanan luasan dan sebaran
kawasan tambak garam agar tidak
berubah fungsi
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

h. pembukaan peluang pengembangan


tambak garam baru dalam rangka
meningkatkan produksi garam dan
membuka peluang investasi
i. pengembangan teknologi dalam rangka
meningkatkan kuantitas dan kualitas
produksi garam
j. pengembangan kawasan tambak
garam dengan mempertimbangkan
aspek lingkungan hidup yang
keberlanjutan.
7 Kawasan Peruntukan Kawasan peruntukan pertambangan di
Pertambangan meliputi: wilayah Provinsi Jawa Timur termasuk
mineral logam, panas dalam wilayah yang memiliki potensi
bumi (Belawan-Ijen),
sumber daya bahan tambang yang
berwujud padat, cair, atau gas. Kawasan ini
dibagi menjadi kawasan pertambangan
mineral, pertambangan minyak dan gas
bumi dan kawasan potensi daerah panas
bumi.
8 Kawasan peruntukan Kawasan peruntukan industri dalam Pasal
industri 72 huruf h direncanakan dengan luas
sekurang-kurangnya 69.288,52 Ha meliputi:
a. kawasan industry
b. kawasan peruntukan industri di luar
kawasan industry
c. sentra industri.
9 Kawasan Peruntukan 1. Grajagan masuk dalam daya tarik
Pariwisata wisata alam, berlokasi di Pantai
Plengkung, Pantai Sukamade, dan
Kawah Ijen di Kabupaten
Banyuwangi
2. Taman Suruh di Kabupaten
Banyuwangi masuk dalam daya
tarik wisata hasil buatan manusia
Kawasan peruntukan pariwisata meliputi:
a. daya tarik wisata alam
b. daya tarik wisata budaya
c. daya tarik wisata hasil buatan
manusia
10 Kawasan Peruntukan Arahan pengelolaan kawasan permukiman
Permukiman perdesaan meliputi:
a. pengelompokan lokasi permukiman
perdesaan yang sudah ada
b. pengembangan permukiman
perdesaan sedapat mungkin
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

menghindari terjadinya alih fungsi


lahan produktif
c. Penanganan kawasan permukiman
kumuh di perdesaan melalui
perbaikan rumah tidak layak huni
d. d. penataan kawasan permukiman
perdesaan melalui konsolidasi
tanah.
Arahan pengelolaan kawasan permukiman
perkotaan meliputi:
a. pengaturan perkembangan
pembangunan permukiman
perkotaan baru
b. pengembangan permukiman
perkotaan dengan memperhitungkan
daya tampung perkembangan
penduduk, sarana, dan prasarana
yang dibutuhkan
c. penanganan kawasan permukiman
kumuh perkotaan dapat dilakukan
melalui pembangunan rumah susun
d. penataan kawasan permukiman
perkotaan melalui konsolidasi tanah.
11 Peruntukan Kawasan Budi Peruntukan kawasan budi daya lainnya
Daya Lainnya banyuwangi termasuk dalam kawasan
pertahanan dan keamanan
12 Kawasan Andalan Kawasan Banyuwangi dan sekitarnya
meiliki sektor unggulan yaitu perikanan dan
pertanian.
13 Rencana Kawasan Pesisir Arahan pengelolaan kawasan pesisir dan
dan Pulau-Pulau Kecil pulau-pulau kecil dilakukan dengan:
a. membatasi pengembangan kawasan
terbangun pada kawasan
perlindungan ekosistem
b. mengembangkan kegiatan budi daya
yang bersinergi dengan potensi
kawasan pesisir dan pulau-pulau
kecil.
C. Penetapan Kawasan Strategis Provinsi Jawa Timur
1. Rencana Rencana kawasan strategis yang berada
pengembangan dalam lingkup pengelolaan Pemerintah
kawasan strategis dari Daerah Provinsi sebagai KSP, Kabupaten
sudut kepentingan Banyuwangi masuk kawasan agropolitan
ekonomi regional yang terdiri atas Sistem Agropolitan
Wilis yaitu:
Sistem Agropolitan Ijen (meliputi
Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten
Bondowoso, Kabupaten Jember, dan
Kabupaten Situbondo)
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

2. Rencana Rencana kawasan strategis yang berada


pengembangan dalam lingkup pengelolaan Pemerintah
kawasan strategis dari Daerah Provinsi sebagai KSP, Kabupaten
sudut kepentingan Banyuwangi masuk kedalam kawasan
pendayagunaan pengembangan potensial panas bumi
Sumber Daya Alam
dan/atau kepentingan
teknologi tinggi
D. Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Provinsi
Pengendalian pemanfaatan ruang
diselenggarakan melalui penetapan
indikasi:
a. arahan peraturan zonasi
b. arahan perizinan
c. arahan insentif dan disinsentif
arahan pengenaan sanksi.
Sumber: Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Jawa Timur Tahun 2011-2031.

2.4.2 Revisi RTRW Kabupaten Banyuwangi Tentang Rencana Tata Ruang


Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2012-2032.
Rencana pembangunan perkotaan baik nasional maupun daerah memiliki
tahapan-tahapan dalam perencanaan dalam jangka waktu tertentu.
Visi dalam penataan ruang Kabupaten adalah sebagai berikut:
Terwujudnya pengembangan wilayah dan pertumbuhan ekonomi kabupaten
berbasis pada potensi sumber daya alam daerah yang didukung oleh pembangunan
sarana dan prasarana yang memadai dengan memperhatikan harmonisasi antara
pengelolaan kawasan budidaya, kawasan lindung, dan pengendalian kawasan rawan
bencana.
Misi Penataan Ruang Kabupaten Banyuwangi adalah :
a. Mewujudkan pengelolaan kawasan lindung, kawasan budidaya, dan
pengendalian kawasan rawan bencana secara harmonis dan berkelanjutan;
b. Mengembangkan sarana dan prasarana wilayah perkotaan dan perdesaan
untuk mendukung pengembangan wilayah dan untuk mengurangi disparitas
antar wilayah;
c. Mewujudkan pengembangan kawasan ekonomi unggulan yang berbasis
sumber daya lokal berupa pertanian tanaman pangan, perkebunan,
kehutanan, peternakan, perikanan, dan pariwisata untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat;
d. Mewujudkan pengembangan kawasan perdagangan dan jasa, industri kecil
dan menengah serta industri besar untuk memacu pertumbuhan ekonomi;
e. Mewujudkan pengembangan pendidikan yang berbasis sumber daya lokal
dalam rangka mendukung peningkatan sumber daya manusia;
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

f. Meningkatkan kerjasama investasi antara pemerintah, pelaku usaha dan


masyarakat untuk mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat;
g. Mewujudkan pengelolaan sumber daya alam secara optimal untuk
mendorong kemandirian ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Pemerintah Kabupaten Banyuwangi telah memiliki dokumen Rencana Tata


Ruang Wilayah Wilayah yang disusun pada Tahun 1999 dengan masa berlaku
sampai Tahun 2010. Selama periode tersebut, telah banyak kebijakan baik yang
berskala lokal, regional sampai nasional yang berubah, termasuk gambaran
perkembangan pemanfaatan sumber daya baik alam maupun buatan. Perubahan-
perubahan tersebut perlu dikaji ulang serta perlu dilakukan updating data-data yang
telah ada guna penyusunan revisi RTRW yang telah ada sebelumnya.

Didalam revis RDTR Kab. Banyuwangi terdapat kebijakan di Kecamatan


Bangorejo, beberapa kebijakan yang terkait dengan arah pengembangan kawasan
perkotaan Bangorejo secara rinci dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 2.2 Kajian Kebijakan RTRW Kabupaten Banyuwangi Tahun 2012-2032


NO KEBIJAKAN TERKAIT KETERANGAN
KRITERIA DAN
PENETAPAN KAWASAN
PERDESAAN DAN
PERKOTAAN
1 Deliniasi Batas Wilayah Pada kecamatan Bangorejo dalam Revisi
Kota Kabupaten RTRW Kabupaten Banyuwangi wilayah
Banyuwangi perkotaannya meliputi: Bangorejo,
Sukorejo, Sambirejo, Kebundalem,
Ringintelu

Wilayah Pedesaan meliputi: Temurejo,


Sambimulyo, Ringintelu
RENCANA STRUKTUR
RUANG
RENCANA
PENGEMBANGAN
SISTEM KAWASAN
PERKOTAAN
1 Orde dan Hierarki Pusat Dengan mengacu pada sistem perkotaan
Kegiatan Perkotaan dokumen Revisi RTRW Banyuwangi, maka
kota Bangorejo masuk dalam kategori Kota
Kecil B meliputi: Kota Bangorejo,
Tegaldlimo, Cluring, Gambiran, Glenmore,
dan Singojuruh
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

2 Rencana Sistem Pusat Kelengkapan fasilitas suatu kota secara


kegiatan tidak langsung akan mencerminkan tingkat
kekotaan suatu wilayah. Berdasarkan
kondisi tersebut, sistem pusat kegiatan
perkotaan pada kecamatan Bangorejo
dalam RTRW kabupaten Banyuwangi
adalah sebagai PKLp. Pusat Kegiatan Lokal
promosi yang selanjutnya disingkat PKLp
adalah pusat kegiatan yang dipromosikan
untuk kemudian hari dapat ditetapkan
sebagai PKL.
3 Pusat pengembangan Adapun fungsi utama Kota Bangorejo
untuk Wilayah adalah :
Pengembangan 1. Pusat pemerintahan skala kecamatan
Banyuwangi Selatan 2. Pusat perdagangan dan jasa skala
beberapa kecamatan
3. Pusat fasilitas umum skala beberapa
kecamatan
4 Rencana Sistem Kota Bangorejo, struktur kotanya akan
Perkotaan dan Fungsi dipengaruhi oleh kegiatan pariwisata di
Perwilayahan bagian selatan maupun potensi sebagai
penghasil jeruk terbesar di Kabupaten
Banyuwangi.
5 Rencana Pengembangan Rencana pengembangan sistem jaringan
Sistem Prasarana Wilayah prasarana transportasi darat Kecamatan
Kabupaten Banyuwangi Bangorejo masuk dalam jaringan jalan
kolektor primer meliputi: ruas Jalan Jajag –
Bangorejo – Pesanggaran

Kecamatan Bangorejo mengembangkan


rencana pengembangan jalur dan ruang
evakuasi rencana bencana gempa
RENCANA POLA
RUANG
KAWASAN LINDUNG
KAWASAN
PERLINDUNGAN
SETEMPAT
1 Kawasan Sempadan Sempadan pantai pada kawasan yang
Pantai memiliki fungsi lindung atau konservasi
ditetapkan batas minimal 100 (seratus)
meter dari titik pasang air laut tertinggi.

Sempadan pantai ini terdapat diseluruh


wilayah pesisir Kabupaten Banyuwangi
termasuk Kecamatan Bangorejo itu sendiri.
2 Kawasan Ruang Terbuka Di masing-masing perkotaan, dari luas RTH
Hijau yang direncanakan dengan kategori RTH
publik paling sedikit 30 % (tiga puluh
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

persen) dari luas kawasan perkotaan


sebesar kurang lebih 4.597 hektar, rencana
kawasan RTH Kecamatan Bangorejo
termasuk dalam luasan tersebut

3 Kawasan Rawan Bencana Kabupaten Banyuwangi merupakan salah


Alam satu wilayah di Jawa Timur dan Indonesia
yang sering dilanda gempa, khususnya
wilayah-wilayah yang berada di bagian
wilayah-wilayah selatan. Kecamatan
Bangorejo termasuk didalamnya.

Strategi mitigasi bencana gempa bumi


antara lain:

a. Manajemen resiko gempa bumi


(earthquake risk management)
melalui penataan ruang
b. Mitigasi bencana gempa bumi melalui
rekayasa teknologi
4 Kawasan Rawan Kawasan rawan gelombang pasang dan
Gelombang Pasang Dan tsunami berada di Kecamatan Bangorejo
Tsunami
Berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk
memperkecil kemungkinan terjadinya
bahaya tsunami sebagai berikut:

1. Mempertahankan bentukan alami


sebagai pelindung alam, seperti
hutan produksi, hutan mangrove, dll.
Penanaman hutan mangrove dimulai
dari garis tepi pantai hingga ke pusat
kota, yang harus dikembangkan
sebagai elemen lansekap kota.
Kecerdasan pemilihan jenis-jenis
pohon yang sesuai dengan
penempatannya akan
mengoptimalkan fungsi hutan
mangrove. Hutan mangrove
merupakan habitat ideal terumbu
karang yang sangat penting bagi
pelestarian tepi pantai, mencegah
instrusi air laut, penahan abrasi
pantai, penahan angin dan
gelombang besar dari lautan lepas,
menyerap limpahan air dari daratan
termasuk di saat banjir, dan
menetralisasi pencemaran air laut.
Penelitian Pusat Studi Tsunami juga
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

menunjukkan bahwa hutan mangrove


yang rapat, lebar jalur mangrove 200
meter hingga 5 kilometer lebih dari
garis pantai dengan ketinggian 10-15
meter (pohon bakau atau nipah
berusia dari 15 tahun) dapat
meredam 50% energi gelombang.
2. Pembagian zona peruntukkan
kawasan budidaya di pesisir pantai
bahaya tsunami,yaitu :
a. zona perikanan tangkap
b. zona hutan bakau/mangrove
c. zona perikanan darat/tambak
d. zona perkebunan
e. zona permukiman/wisata
bahari.
Kecamatan Bangorejo akan direncanakan
Jalur evakuasi

5 Kawasan Lindung Geologi Pada daerah yang menjadi wilayah


Kawasan abrasi berada di Kecamatan
Wongsorejo, Kalipuro, Banyuwangi, Kabat,
Rogojampi, Muncar, Tegaldlimo,
Purwoharjo, Bangorejo, Siliragung dan
Pesanggaran.

Rencana Kawasan
Budidaya
1 Kawasan Peruntukan Kawasan hutan produksi tetap yang
Hutan Produksi Tetap direncanakan di Kabupaten Banyuwangi
terletak di Kecamatan Wongsorejo,
Kalipuro, Licin, Glagah, Songgon, Sempu,
Glenmore, Kalibaru, Tegaldlimo,
Purwoharjo, Siliragung, Pesanggaran dan
Bangorejo.

Rencana penanganan kawasan produksi


tetap adalah:

1. Reboisasi dan rehabilitasi lahan pada


bekas tebang, dan tidak dapat
dialihfungsikan ke budidaya lainnya
kecuali untuk tanaman dengan tegakan
yang dapat memberikan fungsi
perlindungan.
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

2. Pengembangan kawasan penyangga


pada kawasan hutan produksi yang
berbatasan dengan hutan lindung.

3. Melakukan pemantauan dan


pengendalian kegiatan pengusahaan
hutan serta gangguan keamanan hutan
lainnya.

2 Kawasan Peruntukan Kawasan pengembangan perikanan di


Perikanan Kabupaten Banyuwangi dialokasikan
disepanjang kawasan pesisir yang
membentang dari arah utara sampai selatan
(Selat Bali dan Samudera Indonesia).

Kecamatan Bangorejo termasuk dalam


kawasan peruntukan perikanan tangkap.

Adapun arahan pengembangan kawasan


perikanan adalah:

1. Pengembangan kawasan
pertambakan perlu diatur secara
serasi dengan kawasan hutan bakau
maupun industri hasil pertanian.
2. Kawasan pertambakan dapat
dialihfungsikan atas pertimbangan
tertentu.
3. Pengembangan perikanan darat
diarahkan pada kawasan tegalan,
pertanian lahan basah atau bercampur
dengan permukiman.
4. Pengembangan kawasan perikanan
darat diserasikan dengan
pemanfaatan ruang permukiman
maupun pemanfaatan ruang kawasan
pertanian, maupun industri hasil
pertanian.
3 Kawasan Peruntukan Kecamatan Bangorejo mempunyai potensi
Pertambangan bahan galian tanah urug dan tanah pasir.

Arahan pengembangan pertambangan di


Kabupaten Banyuwangi adalah :

a. Lokasi pertambangan yang berada di


lokasi hutan lindung seperti
G.Tumpang Pitu, Pantai Pulau Merah,
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

perlu diatur secara khusus


berdasarkan Perda bagi pemegang
eksploitasi dan harus mengacu pada
undang-undang tentang kawasan
lindung. Selain itu perlu dilakukan
sanksi yang tegas jika melanggar
aturan yang telah disepakati, dan
diwajibkan untuk melakukan reboisasi
kembali terhadap lahan yang sudah
dieksploitasi.
b. Mewajibkan bagi seluruh pemegang
eksploitasi untuk melakukan reboisasi
terhadap kawasan yang telah
dieksploitasi, jika melanggar diberikan
sanksi.
c. Memberikan batasan lahan yang
dapat dieksploitasi dan harus menjaga
keseimbangan lingkungan yang ada.
4 Kawasan Peruntukan Pengembangan kawasan peruntukan
Industri industri di Kabupaten Banyuwangi
didasarkan pada potensi sumberdaya alam
yang ada. Kecamatan Bangorejo termasuk
kedalam Kawasan industri menengah
yaitu Pengembangan agroindustri berada
disentra produksi pertanian terintegrasi
dengan kawasan agropolitan. dan Sentra
industri kecil atau industri rumah tangga
yaitu Industri aneka olahan makanan dan
minuman berupa sale pisang, bagiak, kripik
pisang, kripik singkong, kripik nangka,
jenang, rengginang, kue kering, roti, tahu,
tempe, kopi bubuk, dan aneka sirup

5 Kawasan Peruntukan Kawasan permukiman yang diperkirakan


Permukiman akan tumbuh sebagai akibat adanya
perkembangan wilayah, sentra ekonomi,
industri dan infrastruktur.

Salah satu diantaranya adalah Kawasan


permukiman yang timbul karena
pembangunan jalur lintas selatan yang
melewati Kecamatan Rogojampi, Srono,
Muncar, Tegaldlimo, Purwoharjo,
Bangorejo, Siliragung, Pesanggaran,
Glenmore dan Kalibaru.

6 Kawasan Peruntukan Zona kawasan lindung yang diarahkan


Lainnya untuk perindungan ekosistem terumbu
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Zona Konservasi Atau karang dan fishing ground ada di sekitar P.


Lindung (Zona Perubahan Tabuhan
Ekosistem Pesisir)
Kecamatan Bangorejo termasuk dalam
Zona konservasi atau lindung ini.
7 Kawasan Pertahanan dan Kecamatan Bangorejo termasuk dalam
Keamanan Rencana pengembangan Koramil

Rencana Penetapan
Kawasan Strategis
Wilayah Kabupaten
Banyuwangi
1 Kawasan Strategis Kawasan agropolitan di Kecamatan
Kepentingan Pertumbuhan Bangorejo masuk dalam Pusat Kegiatan
Ekonomi (Kawasan Lokal proosi (PKLp) berupa pengembangan
agropolitan) pertanian tanaman pangan, hortikultura dan
perkebunan dengan wilayah penunjangnya
meliputi:
1. Kecamatan Purwoharjo
2. Kecamatan Tegaldlimo
3. Kecamatan Siliragung
4. Kecamtan Pesanggaran.

Komoditasnya meliputi: Jagung, Jeruk


Siam, Nanas, Kelapa, Kapuk Randu, Jati,
Sapi Potong, Ayam Petelur.
2 Kawasan Strategis Kecamatan Bangorejo masuk kawasan
Kepentingan perikanan
Pendayagunaan Sumber
Daya Alam
(Kawasan perikanan)
3 Kawasan Strategis Kawasan strategis dari sudut kepentingan
Kepentingan Fungsi dan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup,
Daya Dukung Lingkungan dalam Rencananya Kabupaten Bangorejo
Hidup meliputi:
a. Kawasan hutan lindung,
b. Kawasan hutan produksi,
Arahan Pengendalian
Pemanfaatan Ruang
Wilayah Kabupaten
Arahan pengendalian pemanfaatan ruang
diselenggarakan melalui :
a. ketentuan umum peraturan zonasi
b. ketentuan perizinan
c. ketentuan pemberian insentif dan
disinsentif
d. arahan pengenaan sanksi.
Peraturan zonasi dibagi berdasarkan tiga
bagian utama, yaitu :
a. Struktur ruang dan sistem perkotaan
b. Sistem jaringan prasarana wilayah
c. Kawasan lindung dan budidaya
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Penetapan peraturan zonasi disusun


sebagai pedoman pengendalian
pemanfaatan ruang. Peraturan zonasi
disusun berdasarkan rencana rinci tata
ruang untuk setiap zona pemanfaatan
ruang. Peraturan zonasi ditetapkan dengan:
a. Peraturan pemerintah untuk arahan
peraturan zonasi sistem nasional
b. Peraturan daerah provinsi untuk
arahan peraturan zonasi sistem
provinsi
Peraturan peraturan daerah kabupaten/kota
untuk peraturan zonasi.
Hak Kewajiban dan
Peran Serta Masyarakat
Dalam Penataan Ruang
Dalam kegiatan mewujudkan pemanfaatan
ruang wilayah, masyarakat berhak :
a. mengetahui rencana tata ruang artinya
masyarakat dapat mengetahui
rencana tata ruang melalui Lembaran
Daerah, pengumuman atau
penyebarluasan oleh pemerintah.
b. menikmati pertambahan nilai ruang
sebagai akibat penataan ruang artinya
pertambahan nilai ruang dapat dilihat
dari sudut pandang ekonomi, sosial,
budaya dan kualitas lingkungan yang
dapat berupa dampak langsung
terhadap peningkatan ekonomi
masyarakat, sosial, budaya dan
kualitas lingkungan.
c. memperoleh penggantian yang layak
atas kerugian yang timbul akibat
pelaksanaan kegiatan pembangunan
yang sesuai dengan rencana tata
ruang maksudnya dengan
penggantian yang layak adalah nilai
atau besarnya penggantian tidak
menurunkan tingkat kesejahteraan
orang yang diberi penggantian sesuai
dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
d. mengajukan keberatan kepada pejabat
berwenang terhadap pembangunan
yang tidak sesuai dengan rencana tata
ruang.
e. mengajukan tuntutan pembatalan izin
dan penghentian pembangunan yang
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

tidak sesuai dengan rencana tata


ruang kepada pejabat berwenang.
f. mengajukan gugatan ganti rugi
kerugian kepada pemerintah atau
pemegang izin apabila kegiatan
pembangunan yang tidak sesuai
dengan rencana tata ruang
menimbulkan kerugian.
Dalam kegiatan penataan ruang wilayah
Kabupaten Banyuwangi, seluruh
stakeholder baik pemerintah ataupun
masyarakat kewenangannya wajib untuk :
a. mentaati rencana tata ruang yang telah
ditetapkan, dimaksudkan sebagai
kewajiban setiap orang untuk memiliki
izin pemanfaatan ruang dari pejabat
yang berwenang sebelum pelaksanaan
permanfaatan ruang.
b. memanfaatkan ruang sesuai dengan
izin pemanfaatan ruang dari pejabat
yang berwenang, dimaksudkan sebagai
kewajiban setiap orang untuk
melaksanakan pemanfaatan ruang
sesuai denghan fungsi ruang yang
dicantumkan dalam izin pemanfaatan
ruang.
c. mematuhi ketentuan yang ditetapkan
dalam persyaratan izin pemanfaatan
ruang, dimaksudkan sebagai kewajiban
setiap orang untuk memenuhi
ketentuan amplop ruang dan kualitas
ruang.
d. memberikan akses terhadap kawasan
yang oleh ketentuan peraturan
perundang-udangan dinyatakan
sebagai milik umum dimaksudkan
untuk menjamin agar masyarakat dapat
mencapai kawasan yang dinyatakan
dalam peraturan perundang-undangan
sebagai milik umum, antara lain
kawasan sumber air dan pesisir pantai.
Kewajiban memberikan akses
dilakukan apabila memenuhi syarat
berikut :
1. untuk kepentingan masyarakat
umum
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

2. tidak ada akses lain menuju


kawasan sebagai milik umum.
2.4.3 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2016-2021
RPJMDes merupakan dokumen perencanaan lima tahunan sebagai pedoman
dalam pelaksanaan kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan social
kemasyarakatan bagi Pemerintah Desa. RPJMDes disusun berdasarkan visi dan misi
Kepala Desa terpilih, yang kemudian disesuaikan dengan visi dan misi Pemerintah
Daerah agar dapat terintegrasi antara Pemerintah Desa dan Pemerintah Kabupaten.

 Hubungan RPJMDes dengan Dokumen Perencanaan Lainnya

Hubungan RPJMDes dengan RPJMD Kabupaten Dokumen RPJMDes


memperhatikan dokumen RPJMD Kabupaten Banyuwangi untuk mewujudkan
keselarasan, keserasian dan kesesuaian dengan tujuan pembangunan Daerah.

Isu-isu trategis

1. Rendahnya akses masyarakat terhadap kebutuhan dasar yang berkualitas


2. Belum optimalnya penguatan modal sosial dan penanganan PMKS
3. Belum kuatnya bargaining position UMKM dan sumber daya wirausaha
4. Pertumbuhan ekonomi yang belum focus pada sektor unggulan
5. Disparitas pendapatan dan infrastruktur yang masih harus diselesaikan
6. Belum optimalnya kontribusi pariwisata pariwisata terhadap PDRB
7. Belum optimalnya penyediaan fasilitas publik dan infrastruktur pendukung
perekonomian
8. Rendahnya akses masyarakat terhadap air bersih dan lingkungan yang
sehat serta berkualitas
9. Belum terbangunnya system penanggulangan bencana
10. Baiknya kualitas penataan ruang namun belum diiringi dengan luasan RTH
public yang proposional
11. Rendanya kapasitas sumber daya manusia dipedesaan
12. Meningkatnya afirmasi terhadap perlindungan perempuan dan anak serta
kesetaraan gender
13. Belum optimalnya upaya pencegahan pencemaran lingkungan dan sumber
daya alam
14. Belum optimalnya penyelenggaraan pemerintah
15. Belum berjalannya pelayanan public yang efektif, efisien dan berbasis
teknologi informasi
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

RPJPD kabupaten Banyuwangi Tahun 2005-2025 menjadi bagian yang tidak


terpisahkan dalam penyusunan RPJMD, karena RPJMD Tahun 2016-2021
merupakan tahapan ketiga pelaksanaan pembangunan dari RPJPD kebupaten
Banyuwangi. Mewujudkan sasaran pokok pembangunan dalam jangka panjang ang
telah disusun Visi RPJPD Kabupaten Banyuwangi tahun 2005-2025 adalah
“KABUPATEN BANYUWANGI YANG RELIGIUS, SEJAHTERA DAN MANDIRI
BERBASIS AGROBISNIS DAN EKOWISATA TERPADU” adapun uraian dari misi
tersebut:

1. Misi I.1:

Mewujudkan masyarakat Kabupaten Banyuwangi yang religious dan


menjunjung tinggi nilai-nilai kearifan lokal.

2. Misi I.2:

Mewujudkan ketentraman dan ketertiban masyarakat

3. Misi II.1:

Mewujudkan kualitas hidup masyarakat melalui peningkatan SDM berasas


pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

4. Misi II.2:

Mewujudkan peningkatan pembangunan infrastruktur sosial dan ekonomi yang


berkelanjutan

5. Misi II.3

Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih professional dan


tanggung jawab

6. Misi III.1

Mewujudkan Kabupaten Banyuwangi yang mandiri berbasis agrobisnis terpadu

7. Misi III.2:

Mewujudkan Kabupaten Banyuwangi yang mandiri berbasis Ekowisata terpadu

 Visi pembangunan daerah Kabupaten Banyuwangi untuk periode RPJMD 2016-


2021 sesuai dengan visi kepala daerah terpilih adalah sebagai berikut:
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

“Terwujudnya masyarakat Banyuwangi yang semakin sejahtera, mandiri dan


berakhlak mulia melalui peningkatan perekonomian dan kualitas sumber
daya manusia”

 Misi Pembangunan
2. Mewujudkan aksessibilitas dan kualitas pelayanan bidang Pendidikan,
kesehatan dan kebutuhan dasar lainnya
1. Mewujudkan daya saing ekonomi daerah melalui pertumbuhan ekonomi
yang berkualitas dan berkelanjutan berbasis potensi sumberdaya alam dan
kearifan lokal
2. Meningkatkan kuantitas da kualitas infrastruktur fisik, ekonomi, dan sosial
3. Optimalisasi sumberdaya daerah berbasis pemberdayaan masyaraklat,
pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan
4. Mewujudkan tata pemerintah yang baik dan bersih serta layanan public yang
berkualitas berbasis teknologi informasi

 Strategi, Kebijakan dan Program

Penentuan alternative untuk menentukan strategi, Kabupaten banyuwangi


menggunakan analisis SWOT untuk mencapai strategi, sasaran, kebijakan serta
programnya berikut uraiannya;

1. Mengembangkan system pemerintahan yang interaktif;


2. Melakukan akselerasi pembangunan melalui optimalisasi Teknologi
informasi;
3. Membangun generasi yang handal melalui jaminan akses layanan dasar
dan pengembangan Pendidikan;
4. Pengarustamaan Budaya;
5. Percepatan pembangunan infrastruktur dasar;
6. Penciptaan inklusivitas pertumbuhan ekonomi;
7. Mengurangi kesenjangan yang berorientasi pada pro-equity, pro-job, pro-
growth, pro-environmen melaui penguatan interkonektivitas.

2.4.4 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Banyuwangi


Tahun 2016-2021
Dalam RPJP Kabupaten Banyuwangi menimbang bahwa dokumen RPJP
memuat hal visi, misi dan arah pembangunan nasional yang mempunyai karakteristik
tersendiri.
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

 Tujuan dari RPJP Kabupaten Banyuwangi adalah :


1. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi antar daerah,
dengan pemerintah Provinsi Jawa Timur maupun pemerintah pusat, antar
ruang, antar waktu dan antar fungsi pemerintahan
2. Mendorong terciptanya keterkaitan dan konsistensi sistem perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan
pembangunan daerah Kabupaten Banyuwangi;
3. Merumuskan arah kebijakan dan strategi pembangunan daerah
Kabupaten Banyuwangi sesuai dengan kondisi, potensi dan prospek
pengembangan yang berazaskan kebersamaan, berkeadilan dan
berkelanjutan;
4. Menjaga kesinambungan pembangunan Kabupaten Banyuwangi dalam
periode lima tahunan yang dituangkan dalam RPJM Daerah Kabupaten
Banyuwangi dan
5. Menjamin kepastian arah pembangunan baik oleh pemerintah, swasta
maupun masyarakat.

Berdasarkan data PDRB Kabupaten Banyuwangi sektor yang memberikan


pengaruh besar terhadap perekonomian Kabupaten Banyuwangi sehingga
pembangunan di bidang infrastruktur perlu dan terus ditingkatkan yang ditunjang
dengan layanan penyuluhan pertanian yang efektif, masyarakat yang tinggal di
pedesaan sebagian besar penghasilannya berasal dari sektor pertanian, sehingga
infrastruktur yang ada di kawasan pedesaan terus ditingkatkan, terutama dalam
infrastruktur jalan. Tidak hanya untuk meningkatkan produksi pertanian, namun jalan
beraspal juga dapat membantu keterhubungan dengan wilayah yang lain.

Selain itu, langkah-langkah lain yang dilakukan oleh pemerintah dalam


mendukung berbagai jalan keluar guna meningkatkan perekonomian masyarakat,
yaitu:

1. upaya memacu produktivitas masyarakat khususnya yang berpenghasilan


rendah yang bekerja di sektor pertanian di daerah pedesaan melalui
peningkatan akses mereka terhadap pengetahuan dan teknologi pertanian
serta upaya peningkatan layanan penyuluhan pertanian. Intervensi yang
telah dilakukan antara lain melalui perbaikan jalan pedesaan, serta
perbaikan akses terhadap listrik dan irigasi di sebagian kecamatan di
Kabupaten Banyuwangi;
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

2. Kedua, upaya memacu produktivitas masyarakat khususnya yang


berpenghasilan rendah yang bekerja di sektor nonpertanian. Yang perlu
ditekankan di sini adalah upaya melalui peningkatan pendidikan yang lebih
baik agar mereka dapat memperoleh pekerjaan yang lebih baik, serta
peningkatan pelatihan kerja;
3. Jaringan irigasi menjadi infrastruktur utama dalam peningkatan
pembangunan pertanian.

Potensi pertanian yang sangat besar di Kabupten Banyuwangi rata-rata masih


sekitar 50% setiap tahunnya, hal ini memiliki potensi besar untuk dikembangkan,
hanya saja potensi ini belum dimanfaatkan dengan baik karena produk-produk
pertanian belum dimanfaatkan menjadi produk olahan, apabila produk pertanian itu
diolah akan memiliki nilai tambah tersendiri

Kawasan permukiman di Kabupaten Banyuwangi dibagi menjadi:

a. Kawasan permukiman yang dibangun oleh pengembang (developer);


b. Kawasan permukiman yang dibangun secara mandiri oleh masyarakat.
Kawasan ini umumnya berupa kampung, serta permukiman formal yang
cenderung memiliki kapling lebih luas serta kawasan permukiman pedesaan;
c. Kawasan permukiman yang diperkirakan akan tumbuh sebagai akibat adanya
perkembangan wilayah, sentra ekonomi, industri dan infrastruktur, di
antaranya:

Kawasan permukiman yang timbul karena pembangunan jalur lintas selatan


yang melewati Kecamatan Rogojampi, Srono, Muncar, Tegaldlimo, Purwoharjo,
Bangorejo, Siliragung, Pesanggaran, Glenmore dan Kalibaru.

Kawasan pengembangan di wilayah Kabupaten Banyuwangi dibagi menjadi


4 pengembangan yang salah satunya adalah:

1. Wilayah Pengembangan (WP) Banyuwangi Selatan. Dari empat wilayah


pengembangan tersebut, ditetapkan 1 (satu) pusat wilayah pengembangan
yang akan menjadi pusat orientasi dari wilayah-wilayah yang ada di
belakangnya. Pusat-pusat pengembangan tersebut ditetapkan berdasarkan
hasil analisa orde kota. Pusat kota yang dimaksud adalah :

a. Bangorejo ditetapkan sebagai pusat pengembangan untuk wilayah


Banyuwangi Selatan. Berdasarkan RTRW Kabupaten Banyuwangi tahun
2009 ditetapkan bahwa Kecamatan Gangorejo termasuk dalam PKLp
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

(Pusat Kegiatan Lokal Promosi) yang merupakan kawasan perkotaan yang


nantinya akan dikembangkan sebagai pusat pelayanan untuk beberapa
kecamatan
2. Pengembangan cluster wilayah di Kabupaten Banyuwangi didasarkan pada
potensi dan arahan pengembangan, Kecamatan Bangorejo termasuk dalam
Cluster Banyuwangi Selatan. Cluster Banyuwangi Selatan yang meliputi
Kecamatan Pesanggaran, Siliragung, dan Tegaldlimo, dengan Kecamatan
Bangorejo sebagai pusat pelayanan dan pertumbuhan. Fungsi Kegiatan :
a. Pertanian tanaman pangan
b. Perikanan
c. Perkebunan
d. Pariwisata
e. Industri Kecil
f. Kawasan Lindung
3. Strategi untuk pengendalian perkembangan kawasan perkotaan agar
tidak cenderung memusat di kawasan perkotaan Banyuwangi, Ketapang,
dan Ronggojampi, meliputi:
 Mengembangkan dan mempromosikan kawasan perkotaan kecamatan
khususnya di wilayah bagian selatan menjadi PKLp.
 Mengembangkan kegiatan agropolitan untuk meningkatkan kualitas
hasil pertanian (perkebunan dan perikanan) di wilayah bagian selatan
dan barat.
4. Analisa Issue strategis Kabupaten Banyuwangi
- Pengembangan Wilayah dan Penataan Ruang Tantangan
pengembangan wilayah dan penataan ruang di Kabupaten Banyuwangi
adalah menjaga konsistensi antara perencanaan, pemanfaatan dan
pengendalian ruang, pengembangan pusat-pusat pertumbuhan,
mengurangi kesenjangan pembangunan antara di perkotaan dan
perdesaan, penetapan kawasan-kawasan strategis, mengupayakan
keberlanjutan areal pertanian serta perencanaan alih fungsi lahan.
- Isu strategis pembangunan daerah Kabupaten Banyuwangi adalah
potensi pertanian yang belum teroptimalkan, berdasarkan data statistik
Kabupaten Banyuwangi memiliki lahan pertanian yang luasnya berada di
peringkat ketiga setelah Kabupaten Malang dan Jember.
 Visi dan misi daerah
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Visi dari RPJP Kabupaten Banyuwangi adalah “Kabupaten Banyuwangi


yang religius, sejahtera dan mandiri berbasis agrobisnis dan ekowisata
terpadu”

Visi misi RPJP di jelaskan pada tabel berikut :


Tabel 2.
Visi misi RPJP Kabupaten Banyuwangi
Visi Misi

Kabupaten Banyuwangi Misi II.2: Mewujudkan peningkatan


yang sejahtera pembangunan infrastruktur sosial dan ekonomi
yang berkelanjutan
Kabupaten Banyuwangi Misi III.1: Mewujudkan Kabupaten Banyuwangi
yang mandiri berbasis yang Mandiri berbasis agrobisnis terpadu
agrobisnis dan ekowisata
terpadu Misi III.2: Mewujudkan Kabupaten Banyuwangi
yang Mandiri berbasis Ekowisata terpadu

Sasaran pokok dan arah kebijakan pembangunan jangka panjang daerah


Kabupaten Banyuwangi merupakan sasaran pokok yang akan digunakan untuk
mencapai visi misi RPJP Banyuwangi. Sasaran pokok yang ada dalam RPJP
Kabupaten Banyuwangi adalah sebagai berikut;

Tabel 2.
Sasaran Pokok RPJP Kabupaten Banyuwangi
MISI DAERAH SASARAN POKOK ARAH KEBIJAKAN
PEMBANGUNAN

Misi II. 1: Meningkatnya 1. Pembangunan pendidikan


Mewujudkan aksesibilitas dan diarahkan pada peningkatan
Kualitas partisipasi aksesibilitas pemerataan dan
Hidup terhadap perluasan kesempatan
Masyarakat pendidikan yang memperoleh pendidikan yang
Berasas berkualitas berkualitas dan terjangkau di
Pembangunan yang merata bagi semua jenis jalur dan jenjang
Berkelanjutan seluruh pendidikan untuk mewujudkan
dan masyarakat. SDM yang secara aktif mampu
Berwawasan mengembangkan potensi dirinya
Lingkungan dengan memiliki kekuatan
spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan
untuk dirinya, masyarakat,
bangsa dan Negara;
2. Pembangunan pendidikan, baik
pada jalur formal, nonformal, dan
informal pada setiap jenjang dan
jenis pendidikan, diarahkan pada
peningkatan kompetensi dasar
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

masyarakat dalam upaya


meningkatkan daya saing
sumberdaya manusia Kabupaten
Banyuwangi; dan
3. Pembangunan Iptek mencakup
upaya penguasaan ilmu
pengetahuan dasar dan terapan,
pengembangan ilmu sosial dan
humaniora bagi kemajuan dan
kesejahteraan masyarakat.
Disamping itu pengembangan
teknologi dan pemanfaatan hasil
penelitian untuk peningkatan
kemandirian dan daya saing
penduduk dengan
memperhatikan nilai-nilai budaya,
agama, etika, kearifan lokal serta
daya dukung dan kelestarian
lingkungan.
Meningkatnya Pembangunan kesehatan diarahkan
aksesibilitas yang pada peningkatan derajat
merata kesehataan masyarakat melalui
bagi seluruh peningkatan akses terhadap
masyarakat pelayanan kesehatan, pencegahan
terhadap dan penanggulangan
pelayanan berbagai penyakit menular
kesehatan yang khususnya HIV/AIDS, peningkatan
berkualitas. kualitas layanan kesehatan,
peningkatan gizi masyarakat,
pemberdayaan masyarakat dan
perbaikan manajemen
kesehatan;
2. Peningkatan kesadaran, kemauan
dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar
peningkatan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya
dapat terwujud;
3. Peningkatan upaya kesehatan,
pembiayaan kesehatan melalui
kemitraan, sumberdaya manusia
kesehatan, obat dan
perbekalan kesehatan yang disertai
oleh peningkatan
pengawasan, pemberdayaan
masyarakat; dan manajemen
kesehatan; dan
4. Peningkatan upaya kesehatan
pada komunitas khusus (ibu,
bayi, balita, lansia, dan kelompok
miskin).
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Meningkatnya Pembangunan ketenagakerjaan


perluasan diarahkan pada perluasan
kesempatan kerja lapangan kerja, peningkatan kualitas
di berbagai sektor tenaga kerja,
strategis. kesejahteraan dan perlindungan
serta kemandirian tenaga
kerja yang berwawasan wirausaha
sehingga mampu bersaing
di era global;
2. Pengembangan keterampilan
tenaga kerja untuk
meningkatkan produktivitas dan
daya saing lokal dilakukan
melalui pendidikan dan keterampilan
teknis sesuai dengan
tuntutan pasar kerja, serta
pengembangan dan pemerataan
balai latihan kerja daerah; dan
3. Pengurangan tingkat
pengangguran terbuka dilakukan
melalui
peningkatan ketrampilan teknis
usaha perekonomian skala
lokal, pembukaan lapangan kerja
baru, pengadaan tenaga
kerja di sektor industri maupun
pendidikan dan pelatihan
khusus bagi tenaga satuan
pengamanan dan polisi
pamongpraja. Upaya untuk
mewujudkan Balai Latihan Kerja
(BLK) sebagai sarana pendidikan
dan pelatihan keterampilan
bagi pemuda putus sekolah menjadi
salah satu alternatif
terbaik dalam memecahkan tingkat
pengangguran terbuka.

Meningkatnya Pembangunan pemberdayaan


kualitas perempuan dan anak, diarahkan
sumberdaya dengan memperkuat kelembagaan,
manusia, termasuk pengarusutamaan gender
peran perempuan dan anak dalam pembangunan,
dalam sehingga terjaminnya keadilan
pembangunan gender dalam berbagai
yang diupayakan perundangan;
dengan 2. Peningkatan proporsionalitas,
peningkatan partisipasi dan peran serta kaum
pendidikan, perempuan di dalam politik dan
kesehatan dan pemerintahan yang
lain-lain. dilaksanakan dengan prinsip-prinsip
rekruitmen dan kaderisasi
politik maupun prinsip-prinsip
kepatutan yang ada; dan
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

3. Pemberdayaan perempuan
berupa peningkatan wawasan,
ketrampilan, pembinaan dan
pendampingan kelompok usaha
ibu-ibu rumah tangga di perdesaan
harus menjadi program
kerja lintas sektor dan instansi
pemerintah.

Meningkatnya Pengelolaan sumberdaya alam


pengelolaan senantiasa harus dikelola
sumber daya alam secara seimbang untuk menjamin
yang berwawasan keberlanjutan
lingkungan yang pembangunan. Penerapan prinsip-
berupaya untuk prinsip pembangunan yang
melestarikan dan ) di seluruh sektor dan
menjaga fungsi wilayah menjadi prasyarat utama
lingkungan dalam untuk diinternalisasikan ke
mendukung berkelanjutan (
keserasian dan sustainable development
keseimbangan dalam kebijakan dan peraturan
kehidupan sosial perundangan.
dan ekonomi
masyarakat
melalui
peningkatan
pemberdayaan
kearifan lokal yang
baik.
Misi II. 2: Meningkatnya Pembangunan infrastruktur
Mewujudkan aksesibiltas diarahkan pada pemerataan
Peningkatan masyarakat aksesibilitas antar wilayah dalam
Pembangunan secara merata upaya mendukung
Infrastruktur terhadap sarana pembangunan yang berkelanjutan;
Sosial dan dan 2. Pembangunan sarana dan
Ekonomi Yang prasarana prasarana secara kuantitas maupun
Berkelanjutan kebutuhan dasar kualitas ditujukan kepada
(listrik, air pengembangan sistem jaringan
bersih, transportasi darat, udara, laut dan
pemukiman, penyeberangan ke Provinsi
transportasi dan Bali serta pengembangan sistem
lain jaringan prasarana dasar
sebagainya) di (jalan utama, jaringan air minum,
seluruh wilayah. jaringan drainase, jaringan
air limbah, persampahan, jaringan
pos dan telekomunikasi);
) secara
efektif terhadap pengelolaan dan
pengendalian pemanfaatan
ent
3. Peningkatan penegakan hukum
(law enforcem
ruang sesuai dengan fungsi ruang
secara efektif dalam
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

kerangka keserasian dan


keberlanjutan, sosialisasi kebijakan
penataan ruang dan rencana tata
ruang, partisipasi
dan yang terpenting adalah
koordinasi antar level
pemerintahan berkaitan dengan
kebijakan penataan ruang;
s
eholder
stak
dan
4. Pemerataan pendapatan yang
ditandai menurunnya indeks gini
dan tingkat pembangunan yang
semakin merata keseluruh
wilayah akan mengakibatkan
kualitas hidup dan kesejahteraan
masyarakat di perdesaan/kampung,
sehingga kesenjangan
antar wilayah dapat berkurang.
5. Infrastruktur strategis antara lain
Bandara Blimbingsari,
Pelabuhan (penyeberangan dan
pelabuhan laut), dan jalan intas
selatan dengan segala potensinya
dengan dukungan
jaringan perkeretaapian terus
dikembangkan untuk
mewujudkan sistem transportasi
terpadu antar moda dan intra
moda Kabupaten Banyuwangi yang
efisien dan efektif,
terjangkau, ramah lingkungan dan
berkelanjutan yang meliputi
transportasi darat-laut-udara.

Tersedianya Keterkaitan oleh tersedianya sarana


prasarana dan dan prasarana ekonomi
sarana (produksi, distribusi dan pasar) yang
ekonomi yang terintegrasi akan
handal dalam melahirkan kemajuan ekonomi
mempercepat daerah secara berkelanjutan.
proses produksi, Peningkatan produktivitas
promosi, distribusi masyarakat juga harus didukung
dan pemasaran oleh penelitian dan pengembangan
hasil-hasil serta penguasaan ilmu
komoditas pengetahuan dan teknologi maupun
unggulan ketersediaan infrstruktur
daerah. ekonomi yang handal dalam
mempercepat proses produksi,
distribusi dan pemasaran hasil-hasil
komoditas unggulan
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

daerah. Ke depan, penyediaan


infrastruktur ekonomi dilakukan
oleh pihak swasta sementara
pemerintah daerah hanya
sebagai perumus kebijakan
pembangunan infrastruktur
ekonomi di daerah;
2. Perda
gangan diarahkan untuk
memperkokoh sistem distribusi
yang efisien dan efektif untuk
menjamin kepastian berusaha
untuk mewujudkan: (a)
perkembangan kelembagaan
perdagangan yang efektif dalam
perlindungan konsumen dan
persaingan usaha secara sehat; (b)
terintergrasinya aktivitas
perekonomian daerah dan
terbangunnya kesadaran
penggunaan produksi lokal; (c)
meningkatkan perdagangan
antar wilayah/daerah; dan (d)
terjaminnya ketersediaan bahan
pokok dan barang strategis lainnya
dalam harga yang dapat
terjangkau oleh masyarakat;
3. Peningkatan aksesibilitas dari
kawasan andalan dan kawasan
budidaya lainnya ke tujuan-tujuan
pemasaran

2.4.5 Rencana Strategis (Renstra) Tahun 2016 – 2021


Analisis isu-isu strategis dalam RENSTRA menyebutkan bahwa Kecamatan
Bangorejo masuk ke dalam strategi pembangunan yang dilakukan oleh Kabupaten
Banyuwangi. Berikut Strategi pengembangan kawasan strategis untuk Kecamatan
Bangorejo:

“Pengembangan agropolitan yang berpusat di Bangorejo yang terintegrasi


dengan sistem agropolitan Ijen, pengembangan kawasan pariwisata yang
ditetapkan pada 3 (tiga) obyek wisata unggulan yaitu Kawah Ijen, Pantai
Plengkung dan Sukamade.”

Program kegiatan pembangunan pertanian secara berkelanjutan dengan


memperhatikan aspek kelestarian lingkungan lebih terjaga karena sudah ada rambu-
rambu tentang penetapan kawasan pembangunan pertanian tanaman pangan,
perkebunan, hortikultura dan peternakan.
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

3.1 Pendekatan Perencanaan


Metode perencanaan digunakan untuk menyusun dan menentukan pola pikir
dalam melaksanakan proses perencanaan penyusunan Rencana Detail Tata Ruang
(RDTR) Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo Kabupaten Banyuwangi. Pola
pikir ini akan menentukan arah dan strategi dalam arah perencanaan dan penetapan
wilayah untuk di kembangkan di wilayah perencanaan.

3.1.1 Pendekatan Perencanaan Wilayah


Metode perencanaan wilayah yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo
antara lain:

1. Top Down dan Bottom Up Planning


Pendekatan perencanaan ini merupakan perpaduan dari arahan dan
kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah dengan aspirasi dari
masyarakat. Pendekatan ini menggunakan 2 (dua) istilah perencanaan yaitu
top down planning berupa perencanaan program-program serta merupakan
penjabaran dari kebijakan tata ruang oleh Pemerintah Provinsi maupun
daerah, serta yang kedua adalah bottom up planning. Perencanaan ini
memberikan penekanan bahwa Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)
Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo mengakomodasi aspirasi
masyarakat sebagai pelaku pembangunan, dan dengan melibatkan
masyarakat dalam proses perencanaannya. Perencanaan ini merupakan
upaya untuk memberdayakan masyarakat dalam perencanaan kerakyatan
dan untuk mengembangkan segala potensi, mengurangi dan seoptimal
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

mungkin menyelesaikan permasalahan serta menanggulangi segala


ancaman atau tantangan yang muncul dari pengendalian pemanfaatan ruang
di wilayah perencanaan.

2. Pendekatan Perencanaan Berkelanjutan dan Berwawasan Lingkungan


Pendekatan ini akan mendorong perencanaan yang tidak hanya berorientasi
pada kebutuhan dan pemanfaatan ruang yang semaksimal mungkin untuk
kebutuhan saat ini, namun juga berorientasi pada masa yang akan datang
dengan tetap memanfaatkan ruang seoptimal mungkin dengan tidak merusak
lingkungan. Prinsip pendekatan perencanaan berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan antara lain:
3. Pendekatan Komunitas/Masyarakat (Community Approach)
Pendekatan ini digunakan dengan pemahaman bahwa masyarakat setempat
adalah masyarakat yang paling tahu kondisi di wilayahnya dan setiap
kegiatan pembangunan harus memperhitungkan nilai-nilai sosial budaya
pembangunan. Oleh karena itu langkah perencanaan tata ruang kawasan
harus mencerminkan masyarakat lokal yang ikut terlibat dalam proses
perencanaan dan pengambilan keputusan.

3.2 Kerangka Pemikiran


Kerangka pemikiran yang telah disusun merupakan pedoman langkah dalam
menganalisa dan menyusun konsep rencana. Secara garis besar proses prencanaan
yang telah disebut meliputi:
1. Input
Tahap memasukkan data yang dibutuhkan untuk kegiatan proses analisa.
2. Proses
Tahap pengkajian dan analisa terhadap data-data yang telah didapat.
Dalam tahap ini, perlu diidentifikasi potensi dan masalah sebagai
pertimbangan dalam perumusan rencana dan selanjutnya dilakukan
proses analisa.
3. Output
Tahap akhir pekerjaan yang menghasilkan sebuah rencana yang sesuai
dengan tujuan kawasan.
Berikut adalah kerangka pikir dari penyusunan RDTR Kecamatan Bangorejo
Kabupaten Banyuwangi.
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Gambar 3.1.
Kerangka Pemikiran Penyusunan RDTR BWP Agropolitan Kecamatan Bangorejo
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

3.3 Pengolahan dan Analisa Data


Pengolahan dan analisa data dibagi menjadi analisa data untuk penyusunan RDTR
serta analisis dan perumusan ketentuan teknis PZ. Berikut adalah beberapa teknik
analisa yang digunakan dalam penyusunan dokumen Rencana Detail Tata Ruang
(RDTR) Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo Kabupaten Banyuwangi.

3.3.1 Pengolahan dan Analisis Data Untik Penyusunan RDTR


Pengolahan dan analisis data untuk penyusunan RDTR meliputi:

1. Analisis Struktur Internal BWP

Tujuan penataan BWP merupakan nilai dan /atau kualitas terukur yang akan
dicapai sesuai dengan arahan pencapaian sebagaimana ditetapkan dalam RTRW
kabupaten/kota dan merupakan alasan disusunnya RDTR yang apabila diperlukan
dapat dilengkapi konsep pencapaian (PERMEN ATR No. 16 Tahun 2018). Secara
umum analisis ini digunakan untuk identifikasi struktur kawasan perencanaan, yang
berarti untuk mengetahui tingkatan-tingkatan dalam sistem pada wilayah
perencanaan. Analisis ini juga bertujuan untuk memetakan peranan 5 desa yang
menjadi kawasan perencanaan.

A. Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan merupakan metode matrik indeks


sentralitas. Matrik indeks sentralitas dimaksudkan untuk mengetahui
struktur/hierarki pusat-pusat pelayanan yang ada dalam suatu wilayah
perencanaan pembangunan, seberapa banyak fungsi yang ada, berapa
jenis fungsi dan berapa jumlah penduduk yang dilayani serta seberapa
besar frekuensi keberadaan suatu fungsi dalam satu satuan wilayah
permukiman (Riyadi, 2003:118).

B. Kebutuhan Data, Jenis Survei, dan Output

Data Jenis Survei Output


Persebaran pusat-pusat Sekunder, Primer Struktur Internal
pelayanan dan kegiatan BWP Kecamatan
kawasan deliniasi Bangorejo

RTRW Kabupaten Sekunder


Banyuwangi

Fungsi dan Jenis Sekunder, Primer


Jaringan Jalan
Kecamatan Bangorejo
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

2. Analisis Sistem Penggunaan Lahan


Analisis sistem penggunaan lahan dilakukan untuk mendetailkan pola ruang dari
RTRW Kabupaten ke RDTRK. Analisis sistem penggunana lahan didasarkan pada
kondisi fisik kawasan perencanaan, kondisi eksisting, status lahan, dan kerentanan
terhadap resiko bencana.

A. Metode Analisis
Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis data dengan cara
menduiskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku
untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2008: 147). Analisis ini digunakan
untuk mendeskripsikan antara tata guna lahan yang ada di Kecamatan
Bangorejo dengan kesesuaian lahan dan bahaya yang timbul akibat dari
ketidaksesuaian penggunaan lahan

B. Kebutuhan Data, Jenis, Jenis Survei, dan Output


Data Jenis Survei Output

RTRW Kabupaten Sekunder Peta guna lahan


Banyuwangi eksisting BWP

Penggunaan Lahan Sekunder, Primer Simpangan pola ruang


BWP RTRW dengan kondisi
guna lahan eksisting
BWP

Status Kepemilikan Sekunder, Primer


Tanah

3. Analisis Kedudukan dan Peran BWP dalam Wilayah Yang Lebih Luas
Analisis regional ini dilakukan analisis pada aspek berikut:

a. Analisis kedudukan dan keterkaitan sosial-budaya dan demografi BWP pada


wilayah yang lebih luas;

b. Analisis kedudukan dan keterkaitan ekonomi BWP pada wilayah yang lebih
luas;

c. Analisis kedudukan dan keterkaitan sistem prasarana wilayah perencanaan


dengan wilayah yang lebih luas. Sistem prasarana yang diperhatikan dalam
analisis ini adalah sistem prasarana kabupaten/kota dan wilayah;
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

d. Analisis kedudukan dan keterkaitan aspek lingkungan (pengelolaan fisik dan


SDA) BWP pada wilayah yang lebih luas;

e. Analisis kedudukan dan keterkaitan aspek pertahanan dan keamanan BWP;

f. Analisis kedudukan dan keterkaitan aspek pendanaan BWP.

Dilakukan untuk memahami kedudukan dan keterkaitan BWP dalam sistem


regional yang lebih luas dalam aspek sosial, ekonomi, lingkungan, sumber daya
buatan atau sistem prasarana, budaya, pertahanan, dan keamanan. Sistem regional
tersebut dapat berupa sistem kota, wilayah lainnya, kabupaten atau kota yang
berbatasan, pulau, dimana BWP tersebut dapat berperan dalam perkembangan
regional.

Keluaran analisis regional digunakan sebagai pertimbangan dalam penyusunan


RDTR yang meliputi:

 penetapan fungsi dan peran BWP dalam wilayah yang lebih luas yang
akan mempengaruhi pada pembentukan jaringan prasarana terutama
lintassub wilayah/lintas kawasan atau yang mengemban fungsi layanan
dengan skala yang lebih luas dari wilayah BWP
 pembentukan pola ruang BWP yang serasi dengan kawasan berdekatan
terutama pada wilayah perbatasan agar terjadi sinkronisasi dan
harmonisasi dalam pemanfaatan ruang antar BWP dalam rangka
perwujudan tujuan penataan ruang.
A. Metode Analisis
Metode dalam analisis kedudukan BWP terhadap wilayah yang lebih luas
adalah deskriptif. Dalam melakukan analisis ini dilakukan proses identifikasi
terhadap data terkait. Keseluruhan data tersebut lalu dianalisis dalam bentuk
identifikasi peranan Kecamatan Bangorejo terhadap Kabupaten
Banyuwangi.

B. Kebutuhan Data, Jenis Survei, dan Output


Data Jenis Survei Output

RTRW Sekunder Gambaran fungsi dan peran BWP


Kabupaten pada wilayah yang lebih luas
Banyuwangi

Kecamatan Sekunder Gambaran pola ruang dan sistem


Bangorejo jaringan prasarana BWP yang
Dalam Angka berhubungan dengan BWP lain
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

RPJM Sekunder Gambaran potensi dan permasalahan


pembangunanakan penataan ruang
pada wilayah yang lebih luas
RPJP Sekunder

Sistem Sarana Sekunder.


Prasarana Primer
(Fasilitas,
Utilitas)

PDRB Sekunder

4. Analisis Sumber Daya Alam Dan Fisik Lingkungan BWP


Dilakukan untuk memberikan gambaran kerangka fisik pengembangan wilayah
serta batasan dan potensi alam BWP dengan mengenali karakteristik sumber
daya alam, menelaah kemampuan dan kesesuaian lahan agar pemanfaatan lahan
dalam pengembangan wilayah dapat dilakukan secara optimal dengan tetap
memperhatikan keseimbangan ekosistem dan meminimalkan kerugian akibat
bencana.

Secara umum analisis fisik/lingkungan dan SDA ini, memiliki keluaran sebagai
berikut:

a. gambaran daya dukung lingkungan fisik dalam menampung kegiatan yang


ada maupun yang akan dikembangkan sampai akhir masa berlakunya RDTR;
b. gambaran daya dukung maksimum (daya tampung) ruang/lingkungan hidup
dalam menampung kegiatan sampai waktu yang melebihi masa berlakunya
RDTR
c. gambaran kesesuaian lahan untuk pemanfaatan ruang di masa datang
berdasarkan kondisi fisik/lingkungannya
d. gambaran potensi dan hambatan pembangunan keruangan dari aspek fisik
e. gambaran alternatif-alternatif upaya mengatasi hambatan fisik/lingkungan
yang ada di BWP.
Keluaran analisis fisik atau lingkungan BWP ini digunakan sebagai bahan dalam
sintesa analisis holistik dalam melihat potensi, masalah, peluang penataan ruang
BWP dalam penyusunan RDTR dan peraturan zonasi. Analisis sumber daya alam
dan fisik/lingkungan wilayah yang perlu dilakukan mencakup beberapa analisis
berikut:

a. Analisis sumber daya air


Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Dilakukan untuk memahami bentuk dan pola kewenangan, pola pemanfaatan,


dan pola kerjasama pemanfaatan sumber daya air yang ada dan yang sebaiknya
dikembangkan di dalam BWP. Khususnya terhadap sumber air baku serta air
permukaan (sungai dan/atau danau) yang mengalir dalam BWP yang memiliki
potensi untuk mendukung pengembangan dan/atau memiliki kesesuaian untuk
dikembangkan bagi kegiatan tertentu yang sangat membutuhkan sumber daya
air. Analisis ini menjadi dasar dalam menetapkan kebijakan yang mengatur
sumber-sumber air tersebut.

b. Analisis sumber daya tanah


Digunakan dalam mengidentifikasi potensi dan permasalahan pengembangan
BWP berdasarkan kesesuaian tanah serta kawasan rawan bencana. Analisis ini
menghasilkan rekomendasi bagi peruntukan zona budi daya dan zona lindung.

c. Analisis topografi dan kelerengan


Analisis topografi dan kelerengan dilakukan untuk potensi dan permasalahan
pengembangan wilayah perencanaan berdasarkan ketinggian dan kemiringan
lahan. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui daya dukung serta kesesuaian
lahan bagi peruntukan kawasan budi daya dan lindung

d. Analisis geologi lingkungan


Analisis ini dilakukan untuk mengidentifikasi potensi dan pengembangan BWP
berdasarkan potensi dan kendala dari aspek geologi lingkungan. Analisis ini
menjadi rekomendasi bagi peruntukan kawasan rawan bencana, kawasan
lindung geologi, dan kawasan pertambangan.

e. Analisis klimatologi
Digunakan dalam mengidentifikasi potensi dan permasalahan pengembangan
BWP berdasarkan kesesuaian iklim setempat. Analisis ini menjadi bahan
rekomendasi bagi kesesuaian peruntukan pengembangan kegiatan budi daya.

f. Analisis sumber daya alam (zona lindung)


Dilakukan untuk mengetahui daya dukung/kemampuan wilayah perencanaan
dalam menunjang fungsi hutan/sumber daya alam hayati lainnya, baik untuk
perlindungan maupun kegiatan produksi. Selain itu, analisis ini dimaksudkan untuk
menilai kesesuaian lahan bagi penggunaan hutan produksi tetap dan terbatas,
hutan yang dapat dikonversi, hutan lindung, dan kesesuaian fungsi hutan lainnya.

g. Analisis sumber daya alam dan fisik wilayah lainnya (zona budi daya)
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Selain analisis tersebut diatas, perlu juga dilakukan analisis terhadap sumber daya
alam lainnya sesuai dengan karakteristik BWP yang akan direncanakan, untuk
mengetahui pola kewenangan, pola pemanfaatan, maupun pola kerjasama
pemanfaatan sumber daya tersebut.

a. Metode Analisa
Metode yang digunakan dalam analisa ini adalah metode analisa weighted
overlay. Metode analisis ini merupakan analisis spasial dengan menggunakan
teknik overlay beberapa peta yang berkaitan dengan faktorfaktor yang
berpengaruh terhadap penilaian kerentanan. Alat analisis yang digunakan
adalah dengan menggunakan Geographic Information System (GIS). Metode
dalam analisis ini adalah metode survei. Weighted overlay merupakan sebuah
teknik untuk menerapkan sebuah skala penilaian untuk membedakan dan
menidaksamakan input menjadi sebuah analisa yang terintegrasi. Weighted
overlay memberikan pertimbangan terhadap faktor atau kriteria yang ditentukan
dalam sebuah proses pemilihan kesesuaian (Sofyan, dkk, 2010).

b. Kebutuhan Data, Jenis Survei, dan Output


Data Jenis Survei Output
Kondisi Geologi Sekunder Peta Topografi

Topografi, Sekunder Peta Daya Tampung dan


Kelerengan Daya Dukung Lahan

Sumber Air Sekunder, Primer Peta Sumber Mata Air

Klimatologi Sekunder
Jenis Tanah Sekunder

Tata Guna Sekunder, Primer


Lahan

5. Analisis Sosial Budaya


Dilakukan untuk mengkaji kondisi sosial budaya masyarakat yang
mempengaruhi pengembangan wilayah perencanaan seperti elemen-elemen kota
yang memiliki nilai historis dan budaya yang tinggi (urban heritage, langgam
arsitektur, landmark kota) serta modal sosial dan budaya yang melekat pada
masyarakat (adat istiadat) yang mungkin menghambat ataupun mendukung
pembangunan, tingkat partisipasi/peran serta masyarakat dalam pembangunan,
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

kepedulian masyarakat terhadap lingkungan, dan pergeseran nilai dan norma


yang berlaku dalam masyarakat setempat

Analisis ini akan digunakan sebagai bahan masukan dalam penentuan bagian dari
wilayah kota yang diprioritaskan penangannya di dalam penyusunan RDTR

A. Metode Analisis Sosial Budaya


Metode yang digunakan dalam analisis ini yaitu kualitatif. Menurut Lexy J.
Moleong, proses analisis data kualitatif dimulai dengan menelaah seluruh data
yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan yang sudah
dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar
foto dan sebagainya. Analisis ini bersifat memberikan gamabaran secara jelas
seuai fakta dilapangan.

B. Kebutuhan Data dan Jenis Survei


Data Jenis Survei Output
Karakter, suku, Sekunder dan  Potensi Permasalahan
budaya, bahasa Primer terkait sosial budaya
masyarakat kawasan perencanaan
kawasan  Kondisi sosial budaya
perencanaan pada BWP Kecamatan
Bangorejo

6. Analisis Kependudukan
Dilakukan untuk mengidentifikasi dan mendapatkan proyeksi perubahan
demografi seperti pertumbuhan dan komposisi jumlah penduduk serta kondisi
sosial kependudukan dalam memberikan gambaran struktur dan karakteristik
penduduk. Hal ini berhubungan erat dengan potensi dan kualitas penduduk,
mobilisasi, tingkat pelayanan dan penyediaan kebutuhan sektoral (sarana,
prasarana maupun utilitas minimum).

Analisis dilakukan dengan mempertimbangkan proyeksi demografi terhadap


batasan daya dukung dan daya tampung BWP dalam jangka waktu rencana dan
analisis ini digunakan sebagai pertimbangan dalam penyusunan RDTR dan
peraturan zonasi.

Keluaran analisis terhadap penyebaran dan perpindahan penduduk dari daerah


perdesaan ke daerah perkotaan memberikan gambaran dan arahan kendala serta
potensi sumber daya manusia untuk keberlanjutan pengembangan, interaksi, dan
integrasi dengan daerah di luar BWP.
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

a. Metode Analisis Kependudukan


 Analisa bunga berganda. Metode analisa ini menggunakan patokan
pertumbuhan rata-rata pada kurun 5 - 10 tahun lalu, selanjutnya
pertumbuhan penduduk diproyeksikan dengan menggunakan dasar bunga
berganda/bunga majemuk dengan angka pertumbuhan yang sama setiap
tahun.
 Analisa kecenderungan (trend analysis) dengan regresi. Metode analisa ini
didasarkan pada data pola pertumbuhan penduduk pada 5 - 10 tahun lalu
yang didekati dengan salah satu pola regresi (linier, logaritma, eksponensial,
atau regresi berpangkat);
b. Data yang Dibutuhkan dan Metode yang Digunakan
Data Metode Output

Jumlah dan Survei sekunder (data Identifikasi perkembangan


perkembangan BPS Kecamatan penduduk Kecamatan
penduduk Desa, KK pada Bangorejo dalam Bangorejo
kawasan perencanaan angka 2018.)

7. Analisis Transportasi/ Pergerakan


Analisis transportasi dilakukan untuk menciptakan kemudahan dalam
pergerakan, mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan, dan mendukung fungsi
masing-masing zona. Analisis ini didasarkan pada pusat kegiatan, proyeksi
kebutuhan lalu lintas.

A. Metode Analisis
1. Analisa Hierarkhi jalan
Tingkat fungsi jalan dalam melayani pergerakan lalu lintas yang ada pada
suatu kawasan dengan pusat kawasan atau dengan daerah lainnya yang ada
disekitar kawasan.
2. Analisa Pola Jaringan Jalan
Analisa yang digunakan adalah deskriptif. Sistem sirkulasi tidak begitu saja
terjadi secara kebetulan, sistem sirkulasi dapat diklasifikasikan dalam
beberapa kategori; sistem grid, radial, linier, kurva linier,

3. Analisa Sistem Jaringan jalan


Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif observasi. Yaitu
suatu metode observasi lapangan dengan mengklasifikasikan hirarki jalan
berdasrkan standart hirarki jalan.
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Tabel 3.1
Standart Hirarki Jalan
Arteri Primer Jalan yang menghubungkan antar pusat kegiatan
nasional atau antara pusat kegiatan nasional dengan
pusat kegiatan wilayah. Kecepatan paling rendah
60km/jam dengan lebar badan jalan minimal 11m,
mmepunyai kapasitas lebih besar dari kapasitas rata –
rata dan lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu.

Arteri Sekunder Jalan yang menghubungkan kawasan primer dengan


kawasan sekunder kesatu, kawasan sekunder kesatu
dengan kawasan sekunder kesatu lainnya, kawasan
sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua.
Kecapatan minimal 30km/jam dengan lebar badan jalan
minimal 11m dan lalu lintas cepat tidak boleh terganggu
oleh lalu lintas lambat.

Kolektor Primer Jalan yang menghubungkan antara pusat kegiatan


ansional dengan pusat kegiatan lokal antar pusat
kegiatan wilayah atau antar pusatkegiatan wilayah
dengan pusat kegiatan lokal. Kecepatan paling rendah
40km/jam dengan lebar badan jalan minimal 9m.

Kolektor Sekunder Jalan yang menghubungkan antar pusat kegiatan


nasional dengan pusat kegiatan lokal, antar pusat
kegiatan wilayah atau antar pusat kegiatan wilayah
dengan pusat kegiatan lokal. Kecepatan minimal
540km/jam dengan lebar badan jalan miniml 9m

Sumber: Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006

4. Analisis Karakteristik Rumija,Rumaja dan Ruwasja


Metode yang digunakan untuk analisis ini adalah metode analisis deskriptif.
Analisis dimensi jalan disesuaikan dengan peraturan dan standar yang ada.
Pola penampang melintang jalan terdiri dari tiga variabel, yaitu:

1. Ruang Milik Jalan (Rumija)

Merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar,


kedalaman dan tinggi tertentu. Ketentuan lebar ruang milik jalan
sebagai berikut:

Jalan bebas hambatan/tol : 30 meter

Jalan raya : 25 meter

Jalan sedang : 15 meter


Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Jalan kecil : 11 meter

2. Ruang Manfaat Jalan

Segmen ruang manfaat jalan berdasarkan:

- Konstruksi : Badan jalan, drainase, perkerasan jalan, jalur


pemisah, gorong – gorong, trotoar dan bangunan pelengkap jalan.
- Fungsi : Jalan arteri, jalan kolektor, jalan local dan jalan
lingkungan.

3. Ruang Pengawasan Jalan

Merupkan ruang tertentu di luar ruang milik jalan yang


pemanfaatannya ada di bawah Pengawasan Pembinan Jalan.
Kettentuan lebar ruwasja dari batas badan jalan paling luar sebagai
berikut:

Jalan arteri primer : 15 meter

Jalan kolektor primer : 10 meter

Jalan lokal primer : 7 meter

Jalan lingkungan primer : 5 meter

Jalan arteri sekunder : 15 meter

Jalan kolektor sekunder : 5 meter

Jalan lokal sekunder : 3 meter

Daerah untuk jembatan : 10 meter

5. Analisa Parkir
Dipergunakan untuk mengetahui daya tampung parkir kendaraan pada
suatu ruang tertentu, jalan, parkir khusus, dengan rumus:

N = L-1

Dimana:
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

N = Jumlah kendaraan yang bisa ditampung

L = Panjang ruang parkir (pada sisi jalan)

P = Rata-rata jarak antar mobil persatuan sistem parkir

(parelel, sudut 90°, 60°, 45°, 30°)

Sedang kebutuhan parkir, dihitung dengan rumus:

∑ Parkir = Luas Lantai Bangunan

100 m2

Kebutuhan akan lokasi parkir bagi pengguna kendaraan pribadi adalah


cenderung sedekat mungkin dengan tujuannya, sehingga suatu
kawasan sangat perlu menyediakan tempat parkir. Dalam mengatur
perparkiran bukan kepentingan teknis semata yang menjadi perhatian,
melainkan juga menyangkut masalah keindahan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaan suatu tempat parkir
adalah:
 Luas tempat parkir serta ukuran-ukurannya.
 Sudut parkir, 90, 60 dan 45.
 Arah arus lalu lintas ke tapak.
 Tipe parkir untuk sendirian atau bersama-sama dengan
kendaraan
 Lebar tempat parkir: 2,6 meter, 2,85 meter dan 3 meter.
 Lebar jalan masuk.
 Pengaturan sirkulasi dalam daerah parkir baik untuk kendaraan
maupun untuk pedestrian.
 Faktor-faktor estetika.
 Drainase daerah parkir.
 Jarak capai jalan kaki maksimum dari tempat parkir.
 Pemisahan antara tempat parkir khusus dan parkir umum.

Untuk kebutuhan tempat parkir pada kawasan permukiman, pada


umumnya tidak menggunakan lahan parkir khusus atau lahan parkir
yang digunakan untuk bersama, namun hanya diperlukan lahan parkir
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

untuk perorangan yaitu di depan rumah masing-masing. Sedangkan


jenis parkir yang dipergunakan adalah jenis paralel.

Gambar: jenis-jenis parkir

Untuk kebutuhan tempat parkir pada kawasan permukiman, pada


umumnya tidak menggunakan lahan parkir khusus atau lahan parkir
yang digunakan untuk bersama, namun hanya diperlukan lahan parkir
untuk perorangan yaitu di depan rumah masing-masing. Sedangkan
jenis parkir yang dipergunakan adalah jenis paralel.

6. Analisa Pejalan Kaki


Salah satu unsur lagi yang sangat penting dalam merancang pola
pergerakan pada kawasan adalah perancangan untuk pejalan kaki,
pentingnya perancangan ini bukan hanya terkait pada penyediaan dan
keindahan saja tetapi terkait dengan semua sistem secara keseluruhan.
Karakter dari pejalan kaki adalah:
 Pejalan kaki biasanya berjalan pada sisi kanan.
 Proporsi terbesar pejalan kaki adalah masyarakat berjalan secara
berkelompok 3 orang atau lebih.
 Kesulitan terbesar untuk mengikuti pejalan kaki yang berkelompok
ini adalah mereka yang berjalan secara tidak tertentu dengan
berjalan secara bersebelahan.
 Laki-laki umumnya berjalan lebih cepat dari perempuan.
 Kelompok usia muda biasanya berjalan lebih cepat dari kelompok
usia tua.
 Pejalan kaki yang berkelompok akan berjalan lebih pelan
dibandingkan bila berjalan sendirian.
 Pejalan kaki yang membawa tas akan berjalan secepat pejalan kaki
yang lainnya.
 Pejalan kaki yang berjalan tanjakan landai akan berjalan secepat
jalan datar.
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

 Pejalan kaki biasanya mengambil jalan pintas terdekat.


 Pejalan kaki membentuk kelompok besar akan bergerak dalam
kelompoknya untuk satu blok atau lebih.
 Pejalan kaki akan bergerak lebih efisien pada jam puncak.

B. Data yang Dibutuhkan, Jenis Survei, Output


Data Jenis Survei Output
RTRW Sekunder Mengetahui pusat
Rumija, Ruwasja, Sekunder kegiatan, dan proyeksi
Rumaja kebutuhan lalu lintas
Jenis dan Jaringan Sekunder,
Jalan Primer

8. Analisis Ekonomi Dan Sektor Unggulan


Analisis ekonomi dilakukan dengan menemukenali struktur ekonomi, pola
persebaran pertumbuhan ekonomi, potensi, peluang dan permasalahan
perekonomian wilayah Kota untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang baik,
terjadinya investasi dan mobilisasi dana yang optimal dalam mewujudkan ekonomi
BWP yang berkelanjutan melalui keterkaitan ekonomi lokal dalam sistem ekonomi
kota, regional, nasional, maupun internasional.

Analisis diarahkan untuk menciptakan keterkaitan intra-regional (antar


kawasan/ kawasan perkotaan/perdesaan/kabupaten/kota) maupun inter-regional
sehingga teridentifikasi sektor-sektor riil unggulan, dan solusi-solusi secara
ekonomi yang mampu memicu peningkatan ekonomi wilayah kota. Analisis
diharapkan dapat membaca potensi ekonomi lokal terhadap pasar regional,
nasional maupun global.

Keluaran analisis ekonomi dan sektor unggulan diharapkan akan memperoleh


karakteristik perekonomian wilayah perencanaan dan ciri-ciri ekonomi kawasan
dengan mengidentifikasi basis ekonomi, sektor-sektor unggulan, besaran
kesempatan kerja, pertumbuhan dan disparitas pertumbuhan ekonomi di BWP.
Analisis ini dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam penyusunan RDTR.

A. Metode Analisa
1. Metode Pengukuran Langsung
Dilakukan dengan menanyakan secara langsung baik kepada
masyarakat, maupun instansi/dinas yang terkait sektor yang menjadi
sektor basis di Kecamatan atau melakukan pengamatan dilapangan.
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

2. Metode Pengukuran Tidak langsung


Metode yang dilakukan dengan menggabungkan antara metode
pendekatan asumsi dengan metode Location Question (LQ).
a. Metode Pendekatan melalui Asumsi
Yaitu bahwa semua sektor industri primer dan manufaktur adalah
sektor basis. Sedangkan sektor jasa adalah sektor non basis.
b. Metode Location Quotient (LQ)
Merupakan perbandingan antara pangsa relatif pendapatan
sektor I pada tingkat wilayah terhadap pendapatan total wilayah
dengan pangsa relatif pendapatan sektor I pada tingkat nasional
terhadap pendapatan nasional. Hal tersebut secara matematis dapat
dinyatakan sebagai berikut:

Si / Ni Si / S
LQ = =

S / N Ni / N

dimana :
Si : Besaran dari suatu kegiatan tertentu yang akan diukur di
daerah yang diteliti
Ni : Besaran total untuk kegiatan tertentu dalam daerah yang
lebih luas
S : Besaran total untuk seluruh kegiatan di daerah yang diteliti
N : Besaran total seluruh kegiatan di daerah yang lebih luas
Apabila LQ suatu sektor >= 1, maka sektor tersebut merupakan sektor
basis. Dan apabila LQ suatu sektor < 1, maka sektor tersebut
merupakan sektor non basis.
B. Data yang dibutuhkan, jenis survei, dan output
Data Jenis Survei Output
PDRB Sekunder Mengetahui perekonomian
dan sector unggulan di
Kecamatan Bangorejo

9. Analisis Sumber Daya Buatan


Dilakukan untuk memahami kondisi, potensi, permasalahan, dan kendala
yang dimiliki dalam peningkatan pelayanan sarana dan prasarana pada BWP.
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Melalui analisis ini diharapkan teridentifikasi kebutuhan sarana dan prasarana


yang diperlukan untuk memaksimalkan fungsi BWP.

Analisis didasarkan pada luas wilayah dan perhitungan penduduk per unit
kegiatan dari sebuah BWP atau perhitungan rasio penduduk terhadap kapasitas
atau skala pelayanan prasarana dan sarana wilayah perencanaan atau intensitas
pemanfaatan ruang terhadap daya dukung prasarana/utilitas serta analisis daya
dukung wilayah.

Dalam analisis sumber daya buatan perlu dianalisis cost benefit ratio terhadap
program pembangunan sarana dan prasarana tersebut dan sangat terkait erat
dengan perkembangan dan pemanfaatan teknologi. Analisis ini digunakan
sebagai pertimbangan dalam penyusunan RDTR dan peraturan zonasi.

A. Metode Analisis
Skoring
Metode skoring adalah pemberian skor/harkat terhadap masing-
masing value parameter untuk menentukan kondisi, potensi,
permasalahan maupun kendala terhadap kawasan tersebut
Model Tingkat Kemampuan Pelayanan Fasilitas
Kemampuan pelayanan fasilitas umum diukur dengan cara mengkaji
kemampuan suatu jenis fasilitas dalam melayani penduduknya. Dalam
penghitungan ini, apabila fasilitas umum mempunyai tingkat pelayanan
umum 100% berarti faislitas tersebut memiliki kemampuan pelayanan
yang sama dengan jumlah penduduknya.. Model ini dapat dihitung
dengan rumus:
𝑑𝑖𝑗 /𝑏𝑗
TP = x 100%
𝐶𝑖𝑠

Keterangan:
TP = Tingkat pelayanan fasilitas I di kawasan j
Dij = jumlah fasilitas I di kawasan j
Bij = jumlah penduduk di kawasan j
Cis = jumlah failitas i persatuan penduduk menurut
standar penentuan fasilitas untuk sebuah kawasan.

B. Data yang Dibutuhkan, Jenis Survei, dan Output


Data Jenis Survei Output
Fasilitas dan Sekunder, Peningkatan pelayanan sarana
utilitas Primer prasaran sesuai dengan kondisi,
permasalahan, potensi, dan
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Jumlah Sekunder kendala yang berada di wilayah


penduduk perencanaan

10. Analisis Penataan Kawasan Dan Bangunan


Dilakuan untuk melihat kondisi dan tingkat pelayanan kawasan serta
bangunan untuk menunjang fungsi dan peran kawasan di BWP, dilakukan analisis
terhadap jenis dan kapasitas fungsi/kegiatan kawasan serta kinerjanya. Demikian
pula dengan kualitas bangunan dan aspek keselamatan.

Keluaran analisis penataan kawasan dan bangunan dapat diformulasikan


kondisi kawasan terutama menyangkut pengaturan intensitas pemanfaatan ruang,
tata massa bangunan, tindakan penanganan kawasan (diremajakan/revitalisasi),
dan penanganan bangunan. Analisis ini digunakan sebagai pertimbangan dalam
penyusunan RDTR dan peraturan zonasi.

A. Metode Analisis
Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan suatu metode
analisis perbandingan antara metode pengukuran di lapangan dengan
metode penggunaan data penginderaan jauh.

B. Data yang Dibutuhkan, Jenis Survei, dan Output


Data Jenis Survei Output
RTRW Sekunder Untuk mengetahui tingkat
pelayanan dan kondisi
kawasan serta bangunan

11. Analisis Kelembagaan


Dilakukan untuk memahami kapasitas pemerintah kota dalam
menyelenggarakan pembangunan yang mencakup struktur organisasi dan tata
laksana pemerintahan, sumberdaya manusia, sarana dan prasarana kerja,
produk-produk pengaturan serta organisasi nonpemerintah, perguruan tinggi dan
masyarakat.

Keluaran analisis kelembagaan menghasilkan beberapa bentuk dan


operasional kelembagaan di BWP sehingga semua pihak yang terlibat dapat
berpartisipasi dalam perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian
pemanfaatan ruang. Analisis ini digunakan sebagai pertimbangan dalam
penyusunan RDTR dan peraturan.
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

A. Metode Analisa
Model Tingkat Kemampuan Pelayanan Fasilitas
Kemampuan pelayanan fasilitas umum diukur dengan cara mengkaji
kemampuan suatu jenis fasilitas dalam melayani penduduknya. Dalam
penghitungan ini, apabila fasilitas umum mempunyai tingkat pelayanan
umum 100% berarti faislitas tersebut memiliki kemampuan pelayanan
yang sama dengan jumlah penduduknya.. Model ini dapat dihitung
dengan rumus:
𝑑𝑖𝑗 /𝑏𝑗
TP = x 100%
𝐶𝑖𝑠

Keterangan :
TP = Tingkat pelayanan fasilitas I di kawasan j
Dij = jumlah fasilitas I di kawasan j
Bij = jumlah penduduk di kawasan j
Cis = jumlah failitas i persatuan penduduk menurut
standar penentuan fasilitas untuk sebuah kawasan.

1. Sarana Pendidikan
Dalam merencanakan sarana pendidikan, harus bertitik tolak dari
tujuan-tujuan pendidikan yang akan dicapai. Sarana pendidikan yang
berupa ruang belajar harus memungkinkan siswa untuk dapat
mengembangkan pengetahuan, ketrampilan serta sikap secara
optimal. Dengan demikian pengadaan ruang belajar tidak akan lepas
hubungannya dengan strategi belajar mengajar berdasarkan
kurikulum yang berlaku. Ruang belajar yang diutarakan di bawah ini
hanyalah menyangkut bidang formal saja.

Untuk kebutuhan ruang belajar ditentukan berdasarkan kebutuhan


untuk memberi kesempatan belajar kepada semua anak usia
sekolah. Oleh karena itu dalam tahap perencanaan perlu diketahui
beberapa anak yang memerlukan penampungan dan berapa daya
tampung yang tersedia.

Tabel 3.2 Kebutuhan Sarana Pendidikan dan Pembelajaran


Jenis Jumlah Kubutuhan Standar Kriteria Keteranga
Sarana Pendud Luas Luas d Radis Lokasi dan n
uk Lantai Lahan (m2/jw us Penyelesaian
a)
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Penduk Min(m2 Min(m2


ung ). ).
Taman 1.250 216 500 0,28 500 Di tengah 2
Kanak- Termas m2/j m’ kelompok rombonga
Kanak uk warga. Tidak n
rumah menyeberan prabelajar
penjaga g @ 60
36 m2 jalan raya. murid
Bergabung dapat
dengan bersatu
taman dengan
sehingga sarana
terjadi lain
Sekolah 1.600 633 2.000 1,25 1.000 pengelompok Kebutuha
Dasar m’ an n harus
kegiatan. Berdasark
SLTP 4.800 2.282 9.000 1,88 1.000 Dapat an
m’ dijangkau perhitung
SMU 4.800 3.835 12.500 2,6 3.000 Dengan an
m’ kendaraan dengan
umum. rumus 2,
Disatukan 3 dan 4.
dengan Dapat
lapangan digabung
olah raga. dengan
Tidak selalu sarana
harus di pendidika
pusat n lain,
lingkungan. mis. SD,
Taman 2.500 72 150 0,09 1.000 Di tengah SMP,
Bacaan m’ kelompok SMA
warga dalam
tidak satu
menyeberan komplek
g jalan
lingkungan.
Sumber: SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan
Perumahan di Perkotaan
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

2. Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan merupakan tempat yang digunakan untuk


menyelenggarakan upaya kesehatan yang meliputi balai
pengobatan, puskesmas, rumah sakit, praktek dokter, bidan praktek,
apotek, laboratorium dan sarana kesehatan lainnya.

Tabel 3.3 Kebuthan Sarana Kesehatan

Jenis Jumlah Kubutuhan Standa Kriteria Keterangan


Sarana Pendudu Luas Luas rd Radis Lokasi dan
k Lantai Lahan (m2/jw us Penyelesai
Penduku Min(m Min(m a) an
ng 2). 2).
Posyand 1.250 36 60 0,048 500 Di tengah Dapat
u kelompok bergabung
tetangga dengan
tidak balai warga
Menyeber atau sarana
ang jalan hunian/rum
raya. ah
Balai 2.500 150 300 0,12 1.000 Di tengah Dapat
Pengobat m’ kelompok bergabung
an tetangga dalam
Warga tidak lokasi balai
Menyeber warga
ang jalan
raya.
BKIA / 30.000 1.500 3.000 0,1 4.000 Dapat
Klinik m’ dijangkau
Bersalin dengan
kendaraan
umum
Puskesm 30.000 150 300 0,006 1.500 -idem- Dapat
as m’ bergbung
Pembant dalam
u dan lokasi
Balai kantor
Pengobat kelurahan
an
Lingkung
an
Puskesm 120.000 420 1.000 0,008 3.000 -idem- Dapat
as dan m’ bergabung
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Balai dalam
Pengobat lokasi
an kantor
kecamatan

Tempat 5.000 18 - - 1.500


Dapat -idem-
Praktek m’
bersatu
Dokter dengan
Apotik / 30.000 120 250 0,025 1.500 -idem- rumah
Rumah m’ tinggal/tem
Obat pat
usaha/apoti
k
Sumber: SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan
Perumahan di Perkotaan
3. Sarana Peribadatan

Fasilitas peribadatan merupakan tempat untuk menjalankan ibadah umat


beragama secara berjamaah untuk memenuhi kebutuhan rohani.
Pendekatan perencanaan yang dianut adalah dengan memperkirakan
komunitas dan jenis agama serta kepercayaan dan kemudian
merencanakan lokasi bengunan peribadatan secara planologis dan
religius.

Tabel table 3.3 Kebutuhan Sarana Peribadatan

Jenis Jumlah Kubutuhan Standar Kriteria


Sarana Penduduk Luas Luas d Radis Lokasi dan
Pendukun Lantai Lahan (m2/jw us Penyelesaian
g Min(m2). Min(m2). a)
Musholla 250 45 100 bila 0,36 100 Di tengah
/ banguna m’ kelompok
Langgar n tetangga. Dapat
Tersendir merupakan bagian
i dari bangunan
sarana lain
Mesjid 2.500 300 600 0,24 1.000 Di tengah
Warga m’ kelompok
tetangga tidak
menyeberang jalan
raya. Dapat
bergabung dalam
lokasi balai warga.
Mesjid 30.000 1.800 3.600 0,12 Dapat dijangkau
Lingkung dengan kendaraan
an umum
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

(Keluraha
n)
Mesjid 120.000 3.600 5.400 0,03 Berdekatan
Kecamata dengan pusat
n lingkungan/kelura
han.
Sebagian sarana
berlantai 2, KDB
40%
Sarana Tergantun Tergantu Tergantu - - -
ibadah g sistem ng ng
agama kekerabat kebiasaa kebiasaa
lain an / n n
hirarki setempat setempat
lembaga
Sumber: SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan
Perumahan di Perkotaan
4. Sarana Perdagangan dan Jasa

Sarana perdagangan dan jasa berfungsi melayani dan menyediakan


kebutuhan sehari-hari penduduk yang dilengkapi dengan fasilitas-fasiltas
pendukung yang dibutuhkan. Sarana perdagangan dan jasa akan selalu
dibutuhkan penduduk karena menyangkut pemenuhan kebutuhan
sehari-hari.

Tabel 3.4 Kebutuhan Sarana Perdagangan dan Niaga

Jenis Sarana Jumlah Kubutuhan Standard Kriteria


Penduduk Luas Luas (m2/jwa) Radius Lokasi dan
Pendukung Lantai Lahan Penyelesaian
Min(m2). Min(m2).
Toko / 250 50 100 (bila 0,4 300 Di tengah
Warung (termasuk berdiri m’ kelompok
gudang) sendiri) tetangga.
Dapat
merupakan
bagian dari
sarana lain
Pertokoan 6.000 1.200 3.000 0,5 2.000 Di pusat
m’ kegiatan sub
lingkungan.
KDB 40%
Dapat
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

berbentuk
P&D
Pusat 30.000 13.500 10.000 0,33 Dapat
Pertokoan + dijangkau
Pasar dengan
Lingkungan kendaraan
umum
Pusat 120.000 36.000 36.000 0,3 Terletak di
Perbelanjaan jalan
dan Niaga utama.
(toko + pasar Termasuk
+ bank + sarana
kantor) parkir sesuai
ketentuan
setempat
Sumber: SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan
Perumahan di Perkotaan
5. RTH (Ruang Terbuka Hijau)

Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau


mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat
tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang
sengaja ditanam.

Tabel 3.5 Kebutuhan Sarana Ruang Terbuka Hijau

Jenis Sarana Jumlah Kebutuha Standard Radius KriteriaLokasi dan


Penduduk n (m2/jiwa pencapaia Penyelesaian
pendukun Luas ) n
g Lahan (m)
(jiwa) Min.
(m2)
Taman 250 250 1 100 Di tengah kelompok
/Tempat tetangga.
Main
Taman/ 2.500 1.250 0,5 1.000 Di pusat kegiatan
Tempat lingkungan
Main
Taman dan 30.000 9.000 0,3 Sedapat mungkin
Lapangan berkelompk dengan
Olah Raga sarana pendidikan.
Taman dan 120.000 24.000 0,2 Terletak di jalan
Lapangan utama. Sedapat
Olah Raga mungkin
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

berkelompok
dengan sarana
pendidikan
Jalur Hijau - - 15 m Terletak menyebar.
Kuburan / 120.000 Mempertimbangka
Pemakama n radius pencapaian
n Umum dan area yang
dilayani.
Sumber: SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan
Perumahan di Perkotaan
6. Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum

Sarana pemerintahan dan pelayanan umum merupakan hak yang harus


didapatkan untuk masyarakat oleh pemerintah.

Tabel 3.6 Kebutuhan Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum

Jenis Jumlah Penduduk Kebutuhan Standar Kriteria


Sarana Pendukung (jiwa) Per Satuan d
Sarana (m2/jiw
Luas Luas a) Radius Lokasi dan
Lant Laha pencapai Penyelesaian
ai n an
Min. Min.
(m2 (m2)
Balai 2.500 150 300 0,12 Di tengah
pertemua kelompok
n bangunan
pos 2.500 6 12 0,06 500 m’ hunian warga,
hansip ataupun di akses
keluar/masuk
dari kelompok
bangunan.
RW Dapat
berintegrasi
dengan
bangunan
sarana yang lain.
gardu 2.500 20 30 0,012 500 m’ Lokasi dan
listrik bangunannya
harus
mempertimbang
kan keamanan
dan
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

kenyamanan
sekitar.
Telepon 2.500 - 30 0,012 500 m’ Lokasinya
umum, bis disebar pada
surat titiktitik
strategis atau di
sekitar pusat
lingkungan
parkir 2.500 - 100 0,04 Dilokasikan
umum dapat melayani
kebutuhan
bangunan
sarana
kebudayaan dan
rekreasi lain
berupa balai
pertemuan
warga.
Kantor 30.00 500 1.00 0,033 Dapat dijangkau
kelurahan 0 0 dengan
pos 30.00 72 200 0,006 kendaraan
kamtib 0 umum.
pos 30.00 72 200 0,006 Beberapa sarana
pemadam 0 dapat digabung
kebakaran dalam satu atau
Agen 30.00 36 72 0,0024 kelompok
pelayanan 0 bangunan pada
pos Keluraha tapak yang
Loket n 30.00 21 60 0,002 sama.
pembayar 0 Agen layanan
an air pos dapat
bersih bekerja sama
Loket 30.00 21 60 0,002 dengan pihak
pembayar 0 yang mau
an listrik berinvestasi dan
bergabung
dengan sarana
lain
dalam bentuk
wartel, warnet,
atau warpostel.
Loket
pembayaran air
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

bersih dan listrik


lebih baik saling
bersebelahan.
telepon 30.00 - 80 0,003 Lokasinya
umum, bis 0 disebar pada
surat, bak titiktitik strategis
sampah atau di sekitar
kecil pusat
lingkungan.
parkir 30.00 - 500 0,017 Dilokasikan
umum 0 dapat melayani
kebutuhan
bangunan
sarana
kebudayaan dan
rekreasi lain
berupa geduang
serba guna /
balai karang
taruna.
Kantor 120.0 1.00 2.50 0,02 Dapat dijangkau
kecamata 00 0 0 dengan
n kendaraan
kantor 120.0 500 1.00 0,001 umum.
polisi 00 0 Beberapa sarana
pos 120.0 500 1.00 0,001 dapat digabung
pemadam 00 0 dalam satu atau
kebakaran kelompok
kantor Kecamat 120.0 250 500 0,004 bangunan pada
pos an 00 tapak yang
pembantu sama. Lokasinya
Stasiun 120.0 500 1.00 0,008 3 - 5 km mempertimbang
telepon 00 0 kan kemudahan
otomat dijangkau dari
dan agen lingkungan luar.
pelayan-
an
gangguan
telepon
balai 120.0 250 750 0,006 Lokasinya harus
nikah / 00 strategis untuk
KUA / BP4 memudahkan
dicari dan
dijangkau oleh
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

pengunjung di
luar kawasan.
Telepon 120.0 - 80 0,003 Lokasinya
umum, bis 00 disebar pada
surat, bak titiktitik strategis
sampah atau di sekitar
besar pusat
lingkungan.
parkir 120.0 - 2000 0,017 Dilokasikan
umum 00 dapat melayani
kebutuhan
bangunan
sarana
kebudayaan dan
rekreasi lain
berupa balai
pertemuan
warga.
Sumber: SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan
Perumahan di Perkotaan

B. Data yang Dibutuhkan Jenis Survei, dan Output


Data Jenis Survei Output
Persebaran dan Sekunder, Primer  Bentuk dan operasional
Jumlah Fasilitas kelembagaan di BWP
Umum  Persebaran dan Jumlah
Fasilitas Umum Sesuai
Ketentuan

12. Analisis Pembiayaan Bangunan


Dilakukan untuk mengidentifikasi besar pembelanjaan pembangunan, alokasi
dana terpakai, dan sumber-sumber pembiayaan pembangunan yang terdiri
dari

a. pendapatan asli daerah;


b. pendanaan oleh pemerintah;
c. pendanaan dari pemerintah provinsi;
d. investasi swasta dan masyarakat;
e. bantuan dan pinjaman luar negeri; dan
f. sumber-sumber pembiayaan lainnya.
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Keluaran analisis pembiayaan bangunan menghasilkan perkiraan besaran


kebutuhan pendanaan untuk melaksanakan rencana pembangunan wilayah
kota yang diterjemahkan dalam usulan program utama jangka menengah dan
jangka panjang. Analisis ini digunakan sebagai pertimbangan dalam
penyusunan RDTR terkait rencana pemanfaatan ruang (program utama).

A. Metode Analisis
Untuk menganalisa masalah sumber-sumber dana pembangunan
prasarana di Kecamatan Bangorejo dilakukan dengan metode deskriptif
analisis dan kuantitatif. Pembahasan secara deskriptif berkaitan dengan
berapa variable potensi dan sumber- sumber penerimaan riil dalam APBD.

Sedangkan analisa kuantitatif digunakan untuk mengetahui kapasitas fiscal


PEMDA dan besaran jumlah dana pihak ketiga yang dapat digunakan
sebagai modal investor.

B. Data yang Dibutuhkan, Jenis Survei, dan Output


Data Jenis Survei Output
Data dari APBN, APBD, APBDesa Sekunder,  Rencana
dan instansi lain yang terkait Primer pemanfaatan
ruang
dengan ekonomi pembangunan
 Perkiraan besaran
(investasi). kebutuhan
pendanaan untuk
dasar usulan
RPJM dan RPJP

3.4 Analisis dan Perumusan Ketentuan Teknis PZ


Analisis untuk penyusunan PZ meliputi:

1. analisis karakteristik peruntukan, zona dan zona berdasarkan kondisi


yang diharapkan (berdasarkan nilai sejarah, lokasi, kerentanan dan
risiko bencana, persepsi maupun preferensi pemangku kepentingan)

Analisis yang digunakan adalah analisis kemampuan lahan, analisis


kesesuaian lahan, analisis potensi bencana, dan analisa histori kawasan.

 Analisis kemampuan lahan dilakukan untuk memperoleh data gambaran


tingkat kemampuan lahan untuk dikembangkan

 Hasil dari analisis ini adalah peta klasifikasi kemampuan lahan untuk
dikembangkan sesuai dengan fungsi kawasan, potensi dan kendala fisik
pengembangan lahan
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

 Analisis kesesuaian lahan adalah analisis mengenai tingkat kesesuaian


sebidang lahan untuk suatu penggunaan tertentu dengan memperhatikan
pengelolaan khas yang diperlukan agar diperoleh hubungan yang lebih
baik atau menguntungkan antara manfaat (hasil) dan masukan (investasi)
yang diperlukan, baik atas dasar pengalaman maupun antisipasi

 Analisis kesesuaian lahan dilakukan untuk mengetahui arahan-arahan


kesesuaian lahan, sehingga diperoleh arahan kesesuaian peruntukan
lahan untuk pengembangan kawasan berdasarkan karakteristik fisiknya.

 Hasil dari analisis kesesuaian lahan adalah Peta Arahan Kesesuaian


Peruntukan Lahan & Deskripsi pada tiap arahan peruntukan.

 Analisis history kawasan dilakukan untuk mengetahui perkembangan


guna lahan pada kawasan perencanaan

 Analisis potensi bencana dilakukan untuk mengetahui lokasi kerentanan


suatu kawasan terhadap bencana, agar kegiatan pembangunan yang
akan dilakukan dapat berjalan dengan baik.

Tabel 3.7 Kebutuhan Data

Data Analisis Output

Peta satuan kemampuan lahan Analisis Peta Klasifikasi


(SKL) SKL Morfologi, SKL kemampuan lahan kemampuan lahan

Kemudahan Dikerjakan , SKL


Kestabilan Lereng, SKL
Kestabilan Pondasi, SKL
Ketersediaan Air, SKL Untuk
Drainase, SKL Terhadap Erosi,
SKL Pembuangan Limbah, SKL
Terhadap Bencana Alam

SHP peta kelerengan, peta tekstur Analisis kesesuaian Peta Arahan


tanah, peta potensi erosi lahan Kesesuaian
Peruntukan Lahan &
Deskripsi pada tiap
arahan peruntukan
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Peta penggunaan lahan dari tahu Analisis histori Tata guna lahan dari
ke tahun, data jumlah lahan kawasan tahun ke tahun
terbangun dari tahun ke tahun

SHP peta rawan bencana, data Analisis potensi Peta dan deskripsi
wilayah rawan bencana rawan bencana mengenai kawasan
perencanaan

Tabel 3.8 Klasifikasi Kemampuan Lahan


Kela Kesesuaian Penggunaan/ Parameter
s Kesesuaian tanaman
A. LAHAN GARAPAN
I Sangat sesuai/lahan terbaik untuk  Kedalaman efektif tanah
pertanian  Tekstur
II Sangat sesuai/banjir merupakan  permeabilitas/pengatusa
bahaya n internal
III Produksi sedang  Kelerengan
IV Rendah/kesesuaian kecil  Erosi
B. BUKAN LAHAN GARAPAN
V Tanaman keras/semusim
VI Tidak sesuai untuk tanaman pertanian
VII Tidak sesuai untuk pertanian dan
pengembalaan
VIII Perlindungan DAS/hutan alam tidak
terganggu
Sumber : Proses Penataan ruang

Tabel 3.9 Parameter untuk Klasifikasi Kemampuan Lahan


Kelas Parameter dan Kriteria
Lereng Tekstur Kedalaman Pengatusan Erosi
Efektif Tanah
I 0 – 4% HV 90 V 0-1-2
II 0 – 4% L 50 V 1-2
0 – 4% M 50 – 37 V 1-2
0 – 4% HV 50 V 1-2
4 – 15% M 50 V 1-2
4 – 15% HV 50 V 1-2
III 0 – 4% L 37 III 1-2-3
0 – 4% L 50 VI 1-2-3
0 – 4% L 37 V 1-2-3
0 – 4% M 50 III 1-2-3
0 – 4% M 37 V 1-2-3
0 – 4% HV 90 – 50 III 1-2-3
0 – 4% HV 37 - 1-2-3
4 – 15% L 50 - 1-2-3
4 – 15% L 37 III 1-2-3
4 – 15% L 37 V 1-2-3
4 – 15% M 50 – 37 III 1-2-3
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Kelas Parameter dan Kriteria


Lereng Tekstur Kedalaman Pengatusan Erosi
Efektif Tanah
4 – 15% M 37 V 1-2-3
4 – 15% HV 50 III 1-2-3
4 – 15% HV 37 - 1-2-3
15 – 30% M 50 - 1-2-3
15 – 30% HV 37 - 1-2-3
IV 0 – 4% L 37 VI 1-2-3
0 – 4% L 25 - 1-2-3
0 – 4% M 25 - 1-2-3
0 – 4% HV 25 - 1-2-3
4 – 15% L 37 VI 1-2-3
4 – 15% L 25 - 1-2-3
4 – 15% M 25 - 1-2-3
4 – 15% HV 25 - 1-2-3
15 – 30% L - - 1-2-3
15 – 30% M 25 - 1-2-3
15 – 30% HV 25 - 1-2-3
30 – 50% HMV 25 - 1-2-3
Keterangan:
Kelas V : berbukit/bergunung, lereng 50-80%, kelas erosi 4
Kelas VI : lereng sangat curam 80 – 110%
Kelas VII : lereng sangat curam 110 – 150%, kelas erosi 4-5, tanah sangat
dangkal dan berbatu-batu
Kelas VIII : daerah pegunungan, lereng > 15)%

L : ringan
M : sedang
H : berat
V : sangat berat

I : buruk sampai sangat buruk


II : tidak sempurna sampai sedang
III : sedang sampai cukup baik
IV : sedang sampai baik
V : berlebihan

1 : rendah/tidak peka
2 : agak peka
3 : kurang peka
4 : peka
5 ; sangat peka

2. Analisis jenis dan karakteristik kegiatan yang saat ini berkembang dan
mungkin akan berkembang di masa mendatang Analisa yang digunakan
dalam
3. Analisis kesesuaian kegiatan terhadap peruntukan/zona/sub zona
(karakteristik kegiatan, fasilitas penunjang dll);
4. Analisis dampak kegiatan terhadap jenis peruntukan/zona/sub zona;
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

5. Analisis pertumbuhan dan pertambahan penduduk pada suatu zona


6. Analisis gap antara kualitas peruntukan/zona/sub zona yang diharapkan
dengan kondisi yang terjadi di lapangan (peruntukan saat ini, perizinan
yang sudah dikeluarkan; status guna lahan, konflik pemanfaatan ruang);
7. Analisis karakteristik spesifik lokasi (obyek strategis nasional/provinsi,
ruang dalam bumi);
8. Analisis ketentuan, standar setiap sektor terkait
9. Analisis kewenangan dalam perencanaan, pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang.
10. Analisis kewenangan dalam perencanaan, pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan beberapa analisa mengenai
data berikut:

Tabel 3.10 Desain Survey


No Instansi Jenis Data Bentuk Teknik Analisa Keterangan
Terkait Data
1 Kecamatan Fisik Dasar Peta, Analisis system Data 5
Bangorejo  Administrasi dan Tabel dan penggunaan (lima)
geografis wilayah Deskriptif lahan, analisis Tahun
 Topografi fisik, analisis Terakhir
 Hidrologi kondisi Data pada
 Klimatologi lingkungan setiap Desa
 Geologi binaan
 Jenis tanah
 Luas wilayah
 Penggunaan lahan
Sosial dan Tabel dan Analisis Data 5
Kependudukan Deskriptif kependudukan (lima)
 Jumlah Penduduk dan sosial Tahun
 berdasarkan budaya Terakhir
jenis kelamin Data pada
 berdasarkan setiap Desa
mata
pencaharian
 berdasarkan
usia
 berdasarkan
kelahiran,
kematian dan
migrasi
 berdasarkan
agama
 berdasarkan
pendidikan
 berdasarkan
pendapatan
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

 Jumlah Kepala
Keluarga
 Persebaran
Penduduk
 Kepadatan
Penduduk
 Tingkat Harapan
Hidup
 Tingkat Melek dan
Buta Huruf
2 BAPPEDA/PU Fisik Dasar Peta, Analisis system Data 5
 RTRW Kabupaten Tabel dan penggunaan (lima)
Banyuwangi Deskriptif lahan, analisis Tahun
 Administrasi dan fisik, analisis Terakhir
geografis wilayah kondisi
 Topografi lingkungan
 Hidrologi binaan
 Klimatologi
 Geologi
 Jenis tanah
 Luas wilayah
 Penggunaan lahan
 Luas wilayah
 Pembagian
penggunaan
lahan
 Luas wilayah
terbagun dan
 tidak
terbangun
 Jumlah
Bangunan
Kelembagaan dan Deskriptif Analisis
Kebijakan kelembagaan
 Visi dan Misi
Kabupaten
Banyuwangi
 Struktur Organisasi
 Arah Kebijakan
Kabupaten
Banyuwangi
 RPJP
 RPIJM
 RPJMD
 RTRW
 Kebijakan
Pembangunan
Sektoral
 Kebijakan
Pembangunan
Regional
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

 Prioritas
Pengembangan
 Strategi dan
Rencana

3 BPS Sosial dan Tabel dan Analisis sosial Data 5


Kependudukan Deskriptif dan (lima)
 Jumlah Penduduk kependudukan Tahun
 berdasarkan Terakhir
jenis kelamin Data pada
 berdasarkan setiap Desa
mata
pencaharian
 berdasarkan
usia
 berdasarkan
kelahiran,
kematian dan
migrasi
 berdasarkan
agama
 berdasarkan
pendidikan
 berdasarkan
pendapatan
 Jumlah Kepala
Keluarga
 Persebaran
Penduduk
 Kepadatan
Penduduk
 Tingkat Harapan
Hidup
 Tingkat Melek dan
Buta Huruf
Ekonomi Tabel dan Analisis Data 5
 Kegiatan Ekonomi Deskriptif ekonomi dan (lima)
 PDA dan PDRB sector Tahun
 Jumlah Tenaga unggulan Terakhir
Kerja Data pada
 Potensi Jenis setiap Desa
Produksi
(pertanian,
perkebunan,
kehutanan,
peternakan,
perikanan,
kelautan,
perindustrian,
perdagangan dan
pertambangan)
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

 Harga atau nilai


produksi
(pertanian,
perkebunan,
kehutanan,
peternakan,
perikanan,
kelautan,
perindustrian,
perdagangan dan
pertambangan)
 Luas Lahan
 Rencana Strategis
Sarana Tabel dan Analisis Data 5
(Sarana Pendidikan, Deskriptif sumber daya (lima)
Sarana Kesehatan, buatan Tahun
Sarana Peribadatan, Terakhir
Sarana Perdagangan, Data pada
Sarana Olahraga dan setiap Desa
Rekreasi)
 Kondisi
 Jumlah Sarana
dan Prasarana
Prasarana Peta, Analisis Data 5
 Jaringan Listrik Tabel dan sumber daya (lima)
 Jumlah Deskriptif buatan Tahun
Penduduk yang Terakhir
dilayani Data pada
 Gardu Listrik setiap Desa
 Sumber Listrik
 Jaringan Sampah
 Jumlah dan
lokasi TPA dan
TPS
 Sistem
Pengolahan
Sampah
 Jaringan Air Bersih
 Jangkauan
pelayanan air
bersih
 Jaringan Telpon
 Jumlah STO
dan BTS
 Jumlah
penduduk yang
dilayani
4 Dinas Transportasi Peta, Analisis Data 5
Perhubungan  Transportasi Tabel dan transportasi (lima)
(DISHUB) Darat Deskriptif Tahun
Terakhir
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

 Jaringan Jalan
(Kapasitas
Jalan, Kondisi,
Status Kelas,
Perkerasan,
Fungsi dan
Lain-lain)
 Trayek jumlah
dan jenis
angkutan
umum
 Sistem
Pengelolaan
angkutan
umum
 Traffic
Counting
 Sirkulasi lalu
lintas

5 Sekretaris Kelembagaan dan Deskriptif Analisis


Daerah Kebijakan kelembagaan
(Sekda)  Visi dan Misi
Kabupaten
Banyuwangi
 Struktur Organisasi
 Arah Kebijakan
Kabupaten
Banyuwangi
 RPJP
 RPJMD
 RTRW
 Kebijakan
Pembangunan
Sektoral
 Kebijakan
Pembangunan
Regional
 Prioritas
Pengembangan
 Strategi dan
Rencana
6 BPBD Bencana Kecamatan Peta dan Analisis Data 5
Bangorejo Deskriptif regional, (lima)
 Daerah Rawan analisis Tahun
Bencana kebencanaan Terakhir
 Jalur evakuasi
7 Badan Ekonomi Tabel dan Analisis Data 5
Pengelolaan  Kegiatan Ekonomi Deskriptif ekonomi dan (lima)
Pendapatan  PDA dan PDRB sector Tahun
Daerah unggulan Terakhir
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

 Jumlah Tenaga
Kerja
 Potensi Jenis
Produksi
(pertanian,
perkebunan,
kehutanan,
peternakan,
perikanan,
kelautan,
perindustrian,
perdagangan dan
pertambangan)
 Harga atau nilai
produksi
(pertanian,
perkebunan,
kehutanan,
peternakan,
perikanan,
kelautan,
perindustrian,
perdagangan dan
pertambangan)
 Luas Lahan
 Rencana Strategis
8 Dinas Prasarana Tabel dan Analisis Data 5
Lingkungan Jaringan Sampah Deskriptif sumber saya (lima)
Hidup  Jumlah dan buatan Tahun
lokasi TPA dan Terakhir
TPS
 Sistem
Pengolahan
Sampah
Jaringan Air Limbah
 Kapasitas
Tampungan
 Jangkauan
Pelayanan
 Sistim
Pengelolaan
Vegetasi
9 Dinas Kebudayaan Tabel dan Analisis sosial Data 5
Pariwisata  Tatanan Sosial dan Deskriptif dan (lima)
dan Adat- istiadat yang kependudukan Tahun
Kebudayaan berlaku Terakhir
 Kawasan-kawasan
Budaya
 Klasifikasi Budaya
 Potensi Penunjang
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

 Pengelolaan
Budaya
 Lokasi Penyebaran
Budaya
 Sejarah dan
Kategori Unik
 Aksesibilitas

10 PLN Prasarana Peta, Analisis Data 5


 Jaringan Listrik Tabel dan sumber saya (lima)
 Jumlah Deskriptif buatan Tahun
Penduduk yang Terakhir
dilayani
 Jumlah dan
Kapasitas
Gardu Listrik
 Jumlah Tiang
Listrik
 Wilayah dan
Kapasitas
Pelayanan
 Jaringan
Distribusi
 Sumber dan
Kapasitas
Pembangkit
Listrik
11 TELKOM Prasarana Peta, Analisis Data 5
 Jaringan Telpon Tabel dan sumber saya (lima)
 Jumlah STO Deskriptif buatan Tahun
dan BTS Terakhir
 Lokasi
persebaran
 Jumlah
penduduk yang
dilayani
 Wilayah dan
Kapasitas
Pelayanan
12 PDAM Prasarana Peta, Analisis Data 5
 Jaringan Air Bersih Tabel dan sumber saya (lima)
 Jangkauan Deskriptif buatan Tahun
pelayanan air Terakhir
bersih
 Jumlah
Pelanggan
 Pipa Distribusi
Air Bersih
 Sumber air
 Debit air
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

 Kapasitas
Pelayanan
13 Dinas PU dan Prasarana Peta, Analisis
Penataan  RIS ( Rencana Tabel dan sumber saya
Ruang, Bina Induk Sektor ) Deskriptif buatan
Marga  Jaringan Jalan
(Kapasitas Jalan,
Kondisi, Lebar
Jalan, Jenis
Kontruksi, Jumlah
Jembatan Status
Kelas, Perkerasan,
Fungsi dan Lain-
lain)
 Garis Sempadan
Sungai
 Garis Sempadan
Bangunan
 Jaringan irigasi
(Sistem Jaringan,
Jenis Kontruksi)
 Jaringan Drainase
(Sistem Jaringan,
Jenis Kontruksi)
Kelembagaan dan Deskriptif
Kebijakan
RDTRK BANGOREJO
14 Dinas Ekonomi Tabel dan Analisis Data 5
Pertanian  Jumlah Tenaga Deskriptif ekonomi dan (lima)
Kerja sector Tahun
 Potensi Jenis unggulan Terakhir
Produksi
(pertanian,
perkebunan dan
kehutanan)
 Harga atau nilai
produksi
(pertanian,
perkebunan dan
kehutanan)
 Luas Lahan
 Jenis dan
produksi
Pertanian
 Rencana Strategis
 Rencana Kerja
15 Dinas Ekonomi Tabel dan Analisis Data 5
Perindustrian  Kegiatan Ekonomi Deskriptif ekonomi dan (lima)
dan  PDA dan PDRB sector Tahun
Perdagangan  Jumlah Tenaga unggulan Terakhir
Kerja
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

 Potensi Jenis
Produksi
(pertanian,
perkebunan,
kehutanan,
peternakan,
perikanan,
kelautan,
perindustrian,
perdagangan dan
pertambangan)
 Harga atau nilai
produksi
(pertanian,
perkebunan,
kehutanan,
peternakan,
perikanan,
kelautan,
perindustrian,
perdagangan dan
pertambangan)
 Luas Lahan
 Rencana Strategis
16 BAPPEDA/PU LAMPIRAN DAN SHP PETA Analisis Data 5
 RTRW pengaturan (lima)
Kabupaten zonasi, analisis Tahun
 RDTR Kec. struktur dan Terakhir
Bangorejo pola ruang
 Peruntukkan
dan Pola
Ruang
Kecamatan
Bangorejo

17 BPN PERTANAHAN Analisis


 Status Tanah karakteristik
 Kepemilikan peruntukan
Tanah
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

4.1 Letak Geografis dan Administratif Kabupaten Banyuwangi


Secara astronomis, Kabupaten Banyuwangi terletak pada koordinat 7°43’-
8°46’ Lintang Selatan dan 113°53’-114°38’ Bujur Timur. Berdasarkan letak Geografis
Kabupaten Banyuwangi terletak di ujung timur pulau Jawa dan merupakan
Kabupaten terluas di pulau Jawa, pesisir Kabupaten Banyuwangi menjadi
penghubung antara pualau Jawa dengan Pulau Bali. Pada umumnya, Kabupaten
Banyuwangi wilayah barat dan utara berupa pegunungan dan bangian selatan
berupa dataran rendah. Wilayah daratan Kabupaten Banyuwangi terdiri atas dataran
tinggi dan dataran rendah. Kawasan dataran tinggi merupakan kawasan penghasil
produk perkebunan dan dataran rendah memiliki potensi hasil pertanian yang sangat
tinggi. Sedangkan untuk daerah pantai yang membujur dari utara hingga ke selatan
merupakan kawasan penghasil berbagai biota laut. Batas-batas administratif
Kabupaten Banyuwangi adalah sebagai berikut:

 Batas bagian timur : Selat Bali


 Batas bagian selatan : Samudera Indonesia
 Batas bagian barat : Kabupaten Jember dan Kabupaten Bondowoso
 Batas bagian utara : Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Bondowoso

Luas wilayah Kabupaten Banyuwangi sekitar 5.782,50 km², yang didominasi oleh
kawasan hutan.

4.2 Kondisi Fisik Dasar


4.2.1 Topografi
Topografi merupakan unsur yang sangat penting untuk diketahui,
karena digunakan untuk mempertimbangkan kesesuaian lahan. Keadaan
topografi yang ada di Kabupaten Banyuwangi terbagi menjadi kawasan
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

pegunungan yang ada di bagian barat dan utara dengan tingkat kemiringan
40° dan dataran rendah di bagian selatan dengan tingkat kemiringan kurang
dari 15°. Dataran rendah yang terbentang dari selatan hingga utara juga
terdapat banyak sungai yang selalu mengalir sepanjang tahun sehingga
sangat berpengaruh pada tingkat kesuburan tanah dan hasil pertanian.

4.2.2 Geologi
Kondisi geologi yang ada di Kabupaten Banyuwangi berbeda untuk
setiap wilayah, dan berperan bagi terbentuknya bentukan lahan pada wilayah
tersebut. Berdasarkan struktur geologi, jenis tanah yang ada di Kabupaten
Banyuwangi adalah sebagai berikut:
Struktur Geologi Luas

Ha %

Aluvium 134.525,00 23,27

Hasil gunung api kwarter 170.310,50 29,43


muda
Hasil gunung api kwarter 59.283,00 10,26
tua
Andesit 47.417,75 8,20

Milosen falses semen 89.177,25 15,43

Miosen falsen batu gamping 77.536,50 13,41

Sumber: RTRW Kabupaten Banyuwangi 2012-2032


Berdasarkan struktur geologinya, luastanah di Kabupaten
Banyuwangi sebagian besar merupakan hasil Gunung Api Kwarter Muda
dengan persentase luassebesar 29.43%, hasil Gunung Api Kwarter tua
luasnya 10,26%, Aluvium sebesar 23,27%, Miosenfalses semen 15,43%,
Miosenfalsen batu gamping 13,41%, dan struktur geologi Andesit merupakan
struktur geologi terendah di Kabupaten Banyuwangi dengan luas sebesar
8.20%.

4.2.3 Hidrologi
Kabupaten Banyuwangi dilintasi oleh sungai-sungai, baik sungai
besar maupun kecil. Terdapat 105 sungai kecil dan besar sehingga
Kabupaten Banyuwangi sangat cocok untuk pertanian lahan basah.
Dataran rendah memiliki tingkat kemiringan kurang dari 15°, dengan
rata-rata curah hujan yang memadai sehingga tingkat kesuburan tanah
semakin tinggi. Dataran rendah terbentang dari selatan hingga utara memiliki
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

banyak sungai, tercatat ada 35 DAS, sehingga sangat berpengaruh terhadap


tingkat kesuburan tanah.

4.2.4 Klimatologi
Klimatologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang iklim yang
dilihat dari kondisi rata-rata curah hujan di suatu wilayah dalam periode waktu
yang lama. Iklim dipengaruhi oleh letak geografis dan topografi di suatu
wilayah yang berkaitan dengan posisi matahari terhadap daerah di bumi.
Bulan Curah Hujan (mm) Curah Hujan (hari)
Januari 244,0 27
Februari 224,8 11
Maret 121,1 15
April 83,7 17
Mei 150,9 12
Juni 173,2 13
Juli 118,4 16
Agustus 48,2 8
September 9,3 7
Oktober 113,2 13
November 192,5 19
Desember 276,6 26
Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi
Suhu udara di Kabupaten Banyuwangi berkisar antara 21,0°C-33,8°C
dengan suhu rata-rata 27,4°C, hal ini disebabkan oleh kawasan Banyuwangi
yang dikelilingi oleh dataran tinggi dan pesisir sehingga suhu udara yang ada
tidak begitu stabil. Curah hujan yang ada di Kabupaten Banyuwangi rata-rata
mencapai 1.463 mm/tahun serta hari hujan sebanyak 12 hari/bulan.

4.2.5 Jenis Tanah


Jenis tanah yang ada di Kabupaten Banyuwangi berbeda-beda untuk
setiap wilayah, jenis tanah yang ada di Kabupaten Banyuwangi terdiri dari 5
jenis tanah, sedangkan yang banyak ditemui di Kabupaten Banyuwangi
adalah jenis tanah podsolik dengan luas 348.684,75 Ha atau 60,30% dari luas
keseluruhan wilayah Kabupaten Banyuwangi, untuk jenis tanah yang lain
adalah tanah regosol dengan luas 23,96% dari luas wilayah Kabupaten
Banyuwangi, Lithosol 6,75%, Gambut 6,55%, dan yang terkecil adalah jenis
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

tanah Lathosol dengan 2,44% dari luas seluruh wilayah Kabupaten


Banyuwangi. Berikut tebel dan grafik jenis tanah dan luas tanah di Kabupaten
Banyuwangi:
Struktur geologi Luas

Ha %

Regosol 138.490,87 23,96

Lithosol 39.031,88 6,75

Lathosol 14.109,30 2,44

Podsolik 348.684,75 60,30

Gambut 37.433,70 6,55

Sumber: BPS Banyuwangi dalam Angka Tahun 2018

Struktur Geologi
Regosol Lithosol Lathosol Podsolik Gambul

7%
24%

7%

60%
2%

Sumber: Banyuwangi dalam angka

Persebaran jenis tanah yang ada di Kabupaten Banyuwangi adalah


sebagai berikut:
1. Jenis tanah Regosol terdapat di Kecamatan Wongsorejo, Kalipuro,
Glagah, Songgon, Glanemore, Gambiran, Bangorejo, Cluring, Muncar,
Purwoharjo dan Tegaldelimo
2. Tanah litosol yang terdapat pada wilayah Kecamatan Kalibaru,
Glenmore dan Pesanggaran
3. Tanah lathosol yang terdapat pada wilayah Kecamatan Purwoharjo
dan Tegaldelimo
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

4. Tanah podsolik yang hampir terdapat pada seluruh wilayah kecamatan


di Kabupaten Banyuwangi kecuali wilayah Kecamatan Cluring,
Purwoharjo dan Muncar hanya sebagian kecil terdapat tanah podsolik.

4.3 Guna Lahan


Penggunaan lahan yang ada di Kabupaten Banyuwangi dapat dikategorikan
menjadi dua, yaitu pemanfaatan lahan terbangun dan pemanfaatan lahan non
terbangun. Pemanfaatan lahan terbangun meliputi:
 Kawasan perdagangan dan jasa
 Kawasan perumahan
 Fasilitas pendidikan
 Fasilitas kesehatan
 Bangunan umum dan kantor pemerintahan
 Bangunan industri

Lahan tidak terbangun yang berada di Kabupaten Banyuwangi berupa:

 Kuburan
 Perkebunan
 Lahan pertanian
 Kawasan perairan/ sungai
 Ruang Terbuka Hijau

4.4 Fasilitas
4.4.1 Fasilitas Pendidikan
Berikut tabel banyaknya fasilitas pendidikan yang ada di Kabupaten
Banyuwangi:
Kecamatan TK RA SD MI SMP MTS SMA SMK MA

Pesanggaran 27 2 35 3 7 2 1 2 1

Siliragung 26 1 29 8 7 3 1 4 2
Bangorejo 27 4 30 13 6 4 2 4 1
Purwoharjo 30 3 32 12 11 4 3 2 2
Tegaldlimo 44 5 36 15 6 2 3 4 1
Muncar 48 11 48 14 14 8 2 6 3
Curing 41 11 44 16 8 5 2 7 3
Gambiran 39 6 33 9 6 3 2 2 0
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Tegalsari 31 2 25 9 5 5 1 5 3

Glanemore 48 2 46 8 10 6 4 3 3

Kalibaru 18 1 34 7 9 2 1 1 2

Genteng 56 4 42 8 17 4 7 6 2

Srono 46 6 45 18 15 6 5 5 2

Rogojampi 23 3 28 4 7 3 3 3 2
Blimbingsari 26 3 24 8 4 4 0 1 1
Kabat 23 5 34 15 3 7 1 2 1
Singojuruh 12 1 29 3 3 1 1 3 1
Sempu 43 5 32 12 8 2 1 2 1
Songgon 20 4 28 8 4 4 1 1 2
Glagah 12 0 19 2 2 3 1 2 0
Licin 8 2 23 5 2 3 0 0 1
Banyuwangi 43 5 41 5 11 4 4 3 3
Giri 14 2 17 4 3 2 2 4 2
Kalipuro 30 10 28 16 6 10 1 1 6
Wongsorejo 24 11 38 17 11 7 2 2 4
Jumlah 759 109 820 239 185 104 51 75 49
Sumber: BPS Banyuwangi dalam Angka Tahun 2018

Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa di kabupaten banyuwangi


mengenai fasilitas pendidikan sudah tersebar pada setiap kecamatan mulai dari
pendidikan informal dan formal, seperti TK dan RA , SD dan MI, SMP dan MTs, dan
SMA, SMK dan MA. Kecuali pada Kecamatan Gambiran tidak terdapat fasilitas
pendidikan tingkat MA, Kecamatan Blimbingsari tidak terdapat fasilitas pendidikan
tingkat SMA, Kecamatan Glagah tidak terdapat fasilitas pendidikan tingkat RA dan
Ma dan Kecamatan Licin tidak terdapat fasilitas pendidikan tingkat SMA dan SMK.

4.4.2 Fasilitas Kesehatan

Kecamatan Rumah Rumah Puskesmas Puskesmas Posyandu


sakit bersalin pembantu
Pesanggara 0 0 2 3 57
n
Siliragung 0 0 1 4 65
Bangorejo 0 0 2 5 90
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Purwoharjo 0 1 2 4 91
Tegaldlimo 0 0 2 4 88
Muncar 1 0 4 8 179
Curing 0 0 2 5 84
Gambiran 4 0 2 4 75

Tegalsari 0 0 1 3 55

Glanemore 1 0 2 6 133

Kalibaru 0 0 1 2 81

Genteng 1 0 2 4 114

Srono 0 0 3 5 115

Rogojampi 2 0 2 5 117
Kabat 1 0 2 5 97
Singojuruh 0 0 1 5 70
Sempu 0 0 3 6 117
Songgon 0 0 1 4 92
Glagah 0 0 1 2 49
Licin 0 0 1 35 44
Banyuwangi 3 0 3 4 173
Giri 0 0 1 2 50
Kalipuro 0 0 2 6 111
Wongsorejo 0 0 2 6 118
Jumlah 14 1 45 105 2.265
Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi dalam Angka Tahun 2018
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa di Kabupaten Banyuwangi
mengenai fasilitas kesehatan sudah lengkap seperti Rumah sakit, Rumah Bersalin,
Puskesmas, Puskesmas Pembantu, dan Posyandu. Fasilitas kesehatan paling
banyak yaitu posyandu sebanyak 2.265 unit posyandu dan sudah tersebar pada
setiap kecamatan.

Unit Kerja Dokter Spesialis Dokter Doktr Gigi


Umum
Puskesmas 0 61 45
Rumah sakit 159 99 18
Institusi diknakes 0 0 0
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Sarana kesehatan lain 24 59 4


Dinkes kabupaten 0 4 0
Jumlah 183 223 67
Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi dalam Angka Tahun 2018
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa tenaga kerja pada bidang kesehatan
sudah mencukupui di Kabupaten Banyuwangi dengan Dokter Spesialis sebanyak
183 orang, Dokter Umum sebanyak 223 orang, dan Dokter Gigi sebanyak 67 orang.

4.4.3 Fasilitas Peribadatan

Kecamatan Masjid Musholla Gereja Gereja Vihara Pura


protestan katholik
Pesanggaran 56 127 23 1 6 12

Siliragung 56 248 7 - - 11
Bangorejo 96 343 19 - 13 -
Purwoharjo 82 45 18 9 17 1
Tegaldlimo 74 74 12 - 23 2
Muncar 113 415 8 7 - 9
Curing 93 428 7 - 3 1
Gambiran 64 262 6 3 6 1

Tegalsari 65 223 4 - 12 -

Glanemore 115 174 8 2 - 4

Kalibaru 82 362 1 1 - -

Genteng 90 271 2 1 - -

Srono 62 131 - 1 1 1

Rogojampi 50 163 3 1 - -
Blimbingsari 43 198 - - - 3
Kabat 70 348 - - - -
Singojuruh 44 217 3 - - -
Sempu 104 249 6 3 - -
Songgon 86 239 3 - 5 -
Glagah 29 165 1 - - -
Licin 43 169 0 - - -
Banyuwangi 73 275 9 1 1 -
Giri 31 188 - - - -
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Kalipuro 52 94 1 - - -
Wongsorejo 71 203 - - - 1
Jumlah 1.607 4.727 201 15 138 24
Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi dalam Angka Tahun 2018
Berdasarkan data diatas dapat diketahui mayoritas penduduk banyuwangi
beragama Islam hal tersebut didukung oleh banyaknya fasilitas peribadatan berupa
masjid dan langgar sebanyak 6.334 unit. Selain itu fasilitas peribadatan yang lain pun
sudah ada di Kabupaten banyuwangi seperti gereja, wihara dan pura. Masing-masing
sebanyak 216 unit gereja, 138 unit vihara, dan 24 unit pura.

4.4.4 Fasilitas Perdagangan dan Jasa

Kecamatan Pasar umum Toko Rumah makan

Pesanggaran 3 694 167

Siliragung 4 633 154


Bangorejo 5 587 112
Purwoharjo 4 753 210
Tegaldlimo 12 668 175
Muncar 4 726 200
Curing 8 708 123
Gambiran 4 746 221

Tegalsari 6 621 172

Glanemore 4 648 189

Kalibaru 3 627 172

Genteng 4 852 186

Srono 3 702 168

Rogojampi 8 680 240


Kabat 6 749 223
Singojuruh 3 600 176
Sempu 6 672 120
Songgon 2 584 112
Glagah 3 699 213
Licin 2 646 197
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Banyuwangi 4 892 240


Giri 4 722 218
Kalipuro 4 730 204
Wongsorejo 3 674 218
Jumlah 111 16.616 4.414
Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi dalam Angka Tahun 2018
Dilihat dari data diatas dapat diketahui bahwa fasilitas perdagangan dan jasa
pada kabupaten Banyuwangi terdapat rumah makan, pasar umum dan toko. Pasar
umum sebanyak 111 unit, toko 16.616 unit dan rumah makan sebanyak 4.414 unit.

4.4.5 Fasilitas Kebudayaan dan Rekreasi

FASILITAS PARIWISATA
300

250

200
Hotel Berbintang
150 Hotel non Berbintang

100 Restaurant

50

0
2012 2013 2014 2015 2016 2017

Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi dalam Angka Tahun 2018


Berdasarkan grafik diatas bahwa fasilitas pariwisata dari tahun 2012-2017
selalu mengalami peningkatan di Kabupaten Banyuwangi, baik dari fasilitas hotel
berbintang, hotel non berbintang, hingga restoran atau rumah makan. Pada tahun
2017 hotel berbintang sebanyak 6 unit, hotel non berbintang sebanyak 76 unit, dan
251 unit restoran.

4.4.6 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Rasio Jenis


Kelamin
Penduduk berumur 15 tahun keatas yang bekerja menurut pendidikan tertinggi
yang ditamatkan dan jenis kelamin Kabupaten banywangi 2015.

Kecamatan Laki-Laki Perempuan Rasio Jenis Kelamin

Pesanggaran 24.970 24.138 103


Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Siliragung 23.277 22.163 105


Bangorejo 30.483 29.764 102
Purwoharjo 33.440 33.122 101
Tegaldlimo 32.072 31.163 103
Muncar 66.237 64.412 103
Curing 35.960 36.161 99
Gambiran 29.455 29.949 98

Tegalsari 23.813 24.059 99

Glanemore 34.898 37.117 94

Kalibaru 30.866 31.709 97

Genteng 42.207 42.216 100

Srono 44.830 45.162 99

Rogojampi 26.799 27.755 97


Kabat 29.893 30.210 101
Singojuruh 23.362 24.426 99
Sempu 36.223 36.285 96
Songgon 25.900 27.027 100
Glagah 18.359 19.096 96
Licin 14.695 14.907 99
Banyuwangi 53.932 56.110 96
Giri 14.943 14.749 101
Kalipuro 38.377 39.049 98
Wongsorejo 37.599 39.066 96
Jumlah 798.926 1.604.897 99
Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi dalam Angka Tahun 2018
Berdasarkan pada tabel diatas dapat diketahui di Kabupaten Banyuwangi
jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan rasio jenis kelamin bahwa penduduk
lebih banyak perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Pada data diatas jumlah
penduduk berdasarkan jenis kelamin, perempuan sebanyak 1.604.897 jiwa dan laki-
laki sebanyak 798.926 jiwa penduduk.
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

4.5 Utilitas
4.5.1 Jaringan listrik
Tabel berikut menunjukan daya Terpasang, Produksi, dan Distribusi
Listrik PT. PLN (Persero) pada Cabang/Ranting PLN Kabupaten
Banyuwangi, 2008-2017.

Tahun Daya Produksi Listrik Dipakai Hilang


terpasang listrik terjual sendiri
2008 276 272 950 492 870 327 456 943 224 851 042 35 076 061
2009 301 386 400 537 672 666 487 712 934 557 987 49 401 745
2010 327 958 000 563 965 215 509 056 599 571 868 54 336 748
2011 357 544 450 587 666 675 533 085 291 530 745 4 050 639
2012 397 379 950 649 457 378 594 729 682 555 833 54 171 864
2013 439 862 100 714 435 809 652 976 725 480 942 61 459 084
2014 504 693 570 800 633 819 726 255 621 504 989 74 378 198
2015 551 424 340 907 919 925 830 541 379 253 115 77 378 546
2016 605 197 390 941 499 467 862 210 220 395 130 79 289 241
2017 633 176 050 950 350 740 882 307 091 343 440 68 043 641
Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa penggunaan listrik di
Kabupaten Banyuwangi bertambah dari tahun ke tahun.

4.5.2 Jaringan telepon


Penggunaan telepon di Kabupaten Banyuwangi yang semakin pesat
menyebabkan jaringan telepon yang ada di Kabupaten Banyuwangi sudah
terpenuhi, tidak hanya telepon kabel penggunaan sarana telekomunikasi juga
menggunakan telepon seluler, dalam hal ini penyediaan tower Base
Transceiver Station (BTS) di Kabupaten Banyuwangi sudah sampai pelosok
desa.

4.5.3 Jaringan air bersih


Menurut data RPIJM kebutuhan air minum penduduk Kabupaten
Banyuwangi sudah terpenuhi dari segi akses untuk mendapatkan air, Akan
tetapi dalam pemahaman terhadap akses air minum yang layak ternyata
belum sepenuhnya dirasakan oleh penduduk Kabupaten Banyuwangi. Berikut
tabel sumber air minum yang ada di Kabupaten Banyuwangi

No. Sumber Air Minum Prosentase


1 Air Botol Kemasan 1,6%
2. Air isi ulang 4,7%
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

3. Air PDAM 21,2%


4. Hidrant Umum PDAM 2,9%
5. Kran Umum PDAM/Proyek 7,0%
6. Sumur PompaTangan 8,2%
7. Sumur Gali Terlindungi 44,1%
8. Sumur Gali Tak Terlindungi 2,5%
9. Mata air terlindungi 5,5%
10. Mata air tak terlindungi 0,5%
11. Air hujan 0,1%
12. Air sungai 1,1%
13. Waduk/danau 0,1%
14. Lainnya 0,5%
Sumber Data: Studi EHRA
KabupatenBanyuwangiTahun 2016
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

4.5.4 Sistem persampahan


Pengelolaan sampah merupakan hal yang perlu ditangani, di Kabupaten Banyuwangi sendiri penanganan sampah dilakukan
dengan dibakar, dibuang ke TPA, dikumpulkan kolektor, dan ada yang dibuang ke tanah. Berikut tabel sistem pengolahan sampah
yang ada di Kabupaten Banyuwangi.

Input User Pengumpul Penampungan Pengangkutan Pengolahan Pembuang Kode/


Interface an Setempat/ Antara/Akhir an/Pemros Nama
Setempat Penampungan esan Akhir/ Aliran
Awal Daur Ulang
Sampah Tempat Dasawisma/ - Motor sampah Bank - PS-1
an organik sampah sekolah Sampah
Sampah Tempat Motor - - TPS 3R TPA PS-2
tercampur sampah sampah
Gerobak TPS Dump truck - TPA PS-3
sampah
- - - - Ditimbun/di PS-4
bakar
- - - - Saluran/sun PS-5
gai
Jalan/taman Gerobak Container Arm roll - TPA/Kompo PS-6
Sampah sting
Pasar - Container Arm roll - TPA/Kompo PS-7
sting
Sumber: lapkhir RPIJM kabupaten Banyuwangi
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

4.5.5 Pengelolahan Air Limbah


Sistem pengelolaan air limbah domestik yang perlu ditangani di
Kabupaten Banyuwangi diantaranya adalah tempat yang dituju untuk
membuang kotoran. Penanganan dilakukan agar pembuangan air limbah
domestik tidak menyebabkan pencemaran air. Berikut diagram penyaluran
akhir tinja di Kabupaten Banyuwangi.

Penyaluran Akhir Tinja


Tangki septik
Pipa sewer
1% Cubluk/lobang tanah
18%
5% Langsung ke drainase
1% Sungai/danau/pantai
11%
62%
Kolam/sawah
2% Kebun/tanah lapang
Tidak tahu

Sumber: lapkhir RPIJM Kabupaten Banyuwangi


Berdasarkan diagram diatas, dapat diketahui bahwa sebanyak 62%
masyarakat sudah membuang air limbah domestik ke tang ki septik, dan
masih ada 5% masyarakat yang membuang ke suangai.

4.5.6 Jaringan drainase


Secara umum kondisi drainase di Kabupaten Banyuwangi terutama pada
saluran drainase terbuka. Kondisinya banyak mengalami penurunan kualitas
seperti terjadinya penumpukan sedimen lumpur atau sampah. Sehingga
menyebabka genangan pada saat musim hujan.

4.6 Perekonomian
4.6.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Lapangan usaha 2015 2016 2017
Pertanian, Kehutanan, 21.944.164,58 23.475.737,82 24.347.820,50
dan Perikanan
Pertambangan dan 4.650.842,95 5.033.739,61 5.504.252,04
Penggalian
Industri Pengolahan 6.549.448,36 7.264.441,92 7.760.903,26
Pengadaan Listrik dan 25.576,80 28.832,33 31.557,58
Gas
Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah, 36.944,20 40.484,51
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Limbah dan Daur Ulang 42.022,00


Konstr uksi 6.820.370,11 7.775.548,32 8.994.178,93
Perdagangan Besar dan
Eceran; Repar- 8.454.492,78 9.618.546,48 10.988.013,05
asi Mobil dan Sepeda
Motor
Transportasi dan 1.814.180,69 2.064.862,08 2.294.321,43
Pergudangan
Penyediaan Akomodasi 1.392.292,50 1.638.066,96 1.915.462,28
dan Makan
Minum
Infor masi dan 2.413.780,53 2.676.775,28 2.955.664,90
Komunikasi
Jasa Keuangan dan 1.055.224,07 1.180.434,18 1.278.070,21
Asuransi
Real Estate 895.733,60 970.945,89 1.063.755,97
Jasa perusahaan 134.595,10 149.553,41 161.184,94
Administrasi 1.637.263,69
Pemerintahan,Pertahanan 1.340.237,30 1.494.432,61
Dan Jaminan Sosial
Wajib
Jasa Pendidikan 1.813.156,30 1.978.775,44 2.160.730,68
Jasa Kesehatan dan 189.245,30 217.677,62 247.157,68
Kegiatan Sosial
Jasa lainnya 649.011,00 739.613,68 863.386,81
Produk Domestik Regional 60.179.292,92 66.348.468,12 72.245.718,94
Bruto
Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi dalam Angka Tahun 2018
Berdasarkan data BPS Kabupaten Banyuwangi dalam angka tahun 2018
bahwa pendapatan domestik regional bruto kabupaten Banyuwangi selalu
mengalami peningkatan setiap tahunnya berdasarkan harga laku. Pendapatan
terbesar pada kabupaten banyuwangi pada lapangan usaha pertanian, kehutan, dan
perikanan, perdagangan besar dan eceran, serta industri pengolahan.

4.7 Letak Geografis dan Administratif Kecamatan Bangorejo


Secara geografis Kecamatan Bangorejo memiliki luas wilayah 100.62 Km2
yang dibagi menjadi 7 desa, diantaranya:

Desa/kelurahan Luas (km²) Prosentase luas desa


(%)
Sukorejo 9,79 9.73
Ringintelu 6,80 6.76
Sambirejo 9,35 9.29
Sambimulyo 9,79 9.73
Temurejo 34,67 34.46
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Bangorejo 10,34 10.28


Kebondalem 19,88 19.76
Jumlah 100,62 100.00
Sumber: BPS Kecamatan Bangorejo dalam angka 2018.
Batas wilayah Kecamatan Bangorejo:
1. Sebelah Utara adalah Kecamatan Tegal Sari dan Gambiran.
2. Sebelah Timur adalah Kecamatan Purwoharjo
3. Sebelah Selatan adalah Samudera Hindia dan,
4. Sebelah Barat adalah Kecamatan Siliragung.

4.8 Kondisi Fisik Dasar Kecamatan Bangorejo


4.8.1 Topografi
Secara topografi Kecamatan Bangorejo termasuk daerah dataran
rendah, dengan dataran rendah rata-rata di kecamatan Bangorejo 70.43
m.dpl.
Desa/kelurahan Letak Tinggi Tanah (m.dpl)

Sukorejo Dataran 65
Ringintelu Dataran 75
Sambirejo Dataran 61
Sambimulyo Dataran 62
Temurejo Dataran 65
Bangorejo Dataran 75
Kebondalem Dataran 90
Sumber: BPS Kecamatan Bangorejo dalam Angka 2018
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Gambar 4.4
Peta Topografi Wilayah Perencanaan Bangorjeo
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

4.8.2 Hidrologi
Secara hidrologi Kecamatan Bangorejo termasuk daerah dengan
curah hujan rendah dengan rata-rata curah hujan 6,5 mm per hari karena
intensitas hujan dikatakan lebat (tinggi) bila mencapai 50-100 mm per hari,
dan dikatakan sangat lebat (tinggi) jika curah hujan lebih dari 100 mm per hari.
Bulan Curah Hujan (mm) Curah Hujan (hari)
Januari 268 10
Februari 380 14
Maret 67 3
April 37 2
Mei 167 5
Juni 170 5
Juli 206 7
Agustus 104 4
September 221 7
Oktober 267 4
November 190 6
Desember 295 11
Sumber: BPS Kecamatan Bangorejo dalam Angka 2018
Data hidrologi yang ada di kecamatan Bangorejo, masyarakat disana
banyak menggunakan sumur bor pribadi dan juga ada beberapa masyarakat
desa yang menggunakan PDAM, keadaan air yang terdapat pada kecamatan
Bangorejo cukup baik dan cukup bersih.

4.8.3 Vegetasi
Vegetasi merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang komunitas
tumbuhan yang terjadi pada suatu tempat, mencangkup perpaduan komunal
dari jenis-jenis flora dan penyusunannya maupun tutupan lahan yang
dibentuknya (Wikipedia). Di kecamatan Bangorejo terdapat komunitas
beberapa tanaman, namun komoditas utama pada kawasan tersebut pada
buah naga dan buah jeruk.

4.9 Guna Lahan


Kecamatan Bangorejo merupakan daerah atau kawasan agropolitan.
Agropolitan adalah Kota yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem
dan usaha agribisnis serta mampu melayani, mendorong, menarik, menghela
kegiatan pembangunan pertanian di wilayah sekitarnya. Kegiatan di kecamatan
Bangorejo mengacu usaha tanaman tertentu pada tanah atau tumbuh lainnya dalam
ekosistem yang sesuai. Diantaranya yaitu buah jeruk dan buah naga yang menjadi
tanaman utama atau penting di kawasan tersebut.
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

4.10 Kependudukan
4.10.1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk
Berdasarkan data dari BPS Kecamatan Bangorejo tahun 2017 diketahui
bahwa umlah penduduk yang ada di Kecamatan Bangorejo adalah 60.247

Desa/kelurahan Penduduk Jumlah


Laki-laki Perempuan
Sukorejo 3753 3497 7.250
Ringintelu 3267 3201 6468
Sambirejo 4137 4005 8142
Sambimulyo 4198 4025 8223
Temurejo 6473 6374 12847
Bangorejo 4417 4426 8843
Kebondalem 4238 4236 8474
Jumlah 30.483 29.764 60.247
Sumber: BPS Kecamatan Bangorejo tahun 2018
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk
tertinggi berada di desa Temurejo dengan jumlah penduduk 12.847 jiwa, dan
untuk jumlah penduduk terendah berada di desa Ringintelu dengan jumlah
penduduk sebesar 6.468 jiwa.

Desa/kelurahan Luas Penduduk Kepadatan


km² % Jumlah % penduduk
(orang / km²)
Sukorejo 9,79 10 7.250 12,03 742
Ringintelu 6,80 7 6468 10,74 953
Sambirejo 9,35 9 8142 13,51 872
Sambimulyo 9,79 10 8223 13,65 841
Temurejo 34,67 34 12847 21,32 371
Bangorejo 10,34 10 8843 14,68 857
Kebondalem 19,88 20 8474 14,07 427
Jumlah 100,62 100 60.247 100,00 600
Sumber: BPS Kecamatan Bangorejo tahun 2018
Dengan luas wilayah 100,62 km², Kecamatan Bangorejo memiliki tingkat
kepadatan penduduk 600 orang / km² dengan kepadatan penduduk tertinggi
berada di wilayah Desa Ringintelu dan kepadatan penduduk terendah berada di
wilayah Desa Temurejo.

4.10.2 Jumlah Penduduk Menurut Agama


Desa Islam Protestan Katolik Hindu Budha Lain
nya
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Sukorejo 5639 51 3 432 1 1


Ringintelu 5382 116 12 297 2 0
Sambirejo 6773 63 2 486 1 0
Sambimulyo 6650 41 4 466 0 0
Temurejo 9891 227 177 606 0 1
Bangorejo 7786 51 10 4 2 4
Kebondalem 7982 99 9 97 4 1
Jumlah 50.103 648 217 2.388 10 7
Sumber: BPS Kecamatan Bangorejo dalam Angka 2018

Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan


Bangunan
1400

3902 Perdangan Besar, Eceran, Rumah


Makan dan Hotel

Angkutan, Pergudangan, Informasi


dan Komunikasi

284 Keuangan dan Asuransi, Usaha


404 Persewaan Bangunan, Tanah, dan
Jasa Persewaan Bangunan
7200 Jasa Kemasyarakatan, Sosial, dan
Perorangan

Sumber: BPS Kecamatan Bangorejo dalam Angka Tahun 2018


Berdasarkan data sekunder kecamatan Bangorejo dapat diketahui
bahwa sebagian besar masyarakat atau penduduk di kecamatan Bangorejo
beragama Islam. Persentase agama pada penduduk di Kecamatan Bangorejo,
penduduk yang beragama islam sebesar 93,87%, beragama protestan sebesar
1,21%, beragama katolik 0,4%, beragama hindu 4,47%, beragama budha
0,018%, dan lainnya 0,013%.

4.10.3 Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan


Desa/kelurah Sektor
an Pertanian, Pertambangan Industri Listrik,
Kehutanan, dan Penggalian Pengolahan Gas dan
Perburuan Air
dan
Perikanan
Sukorejo 1531 30 526 6
Ringintelu 1211 11 450 6
Sambirejo 2049 13 154 2
Sambimulyo 2028 17 180 7
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Temurejo 3799 7 116 5


Bangorejo 2017 7 215 5
Kebondale 1728 6 273 5
m
Jumlah 14363 91 1914 36
Sumber: BPS Kecamatan Bangorejo dalam Angka 2018
Berdasarkan data BPS Kecamatan Bangorejo bahwa penduduk atau
masyarakat kecamatan Bangorejo sebagian besar bekerja pada bagian
perdagangan besar, eceran, rumah makan dan hotal sebanyak 7200 jiwa
penduduk. Sebagian kecilnya bekerja pada bidang keuangan dan asuransi,
usaha persewaan bangunan, tanah dan jasa persewaan bangunan sebanyak
284 jiwa penduduk.
4.11 Fasilitas
4.11.1 Fasilitas Pendidikan
Jumlah fasilitas di kecamatan Bangorejo dari setiap jenjang pendidikan, baik
dari TK & RA, SD, MI, SMP, MTS, SMA, SMK dan MA.
Desa (TK & SD MI SMP MTS SMA SMK MA
RA)
Sukorejo 3 3 2 1 1 0 0 0
Ringintelu 3 2 1 1 0 0 0 0
Sambirejo 3 5 1 1 1 0 1 1
Sambimulyo 5 4 5 0 1 0 1 0
Temurejo 7 6 2 1 0 0 0 0
Bangorejo 5 3 1 2 0 1 1 0
Kebondalem 5 7 1 0 1 1 1 0
Jumlah 31 30 13 6 4 2 4 1
Sumber: BPS Kecamatan Bangorejo dalam Angka 2018
Berdasarkan data diatas maka dapat diketahui bahwa perseberan fasilitas
pendidikan belum merata pada setiap desa di kecamatan Bangorejo kecuali TK
& RA, SD, dan MI yang sudah tersebar di setiap desa. Persebaran yang tidak
merata ini dapat mengganggu generasi bangsa untuk menuntut ilmu di daerah
Bangorejo.

Berikut ini adalah dokumen dari salah satu fasilitas pendidikan yang terdapat
di Kecamatan Bangorejo.
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

SMP NEGERI 1 BANGOREJO SD NEGERI 3 BANGOREJO

4.11.2 Fasilitas Kesehatan


Jumlah fasilitas kesehatan yang ada di Kecamatan Bangorejo, sebagai
berikut:

Desa RS Puskesm Pustu Polikli Polind posyand


as nik es u
Sukorejo 0 0 1 0 0 9
Ringintelu 0 0 0 0 0 9
Sambirejo 0 1 1 0 1 14
Sambimulyo 0 0 0 0 0 14
Temurejo 0 0 1 0 0 20
Bangorejo 0 0 1 1 0 12
Kebondalem 0 1 1 0 1 12
Jumlah 0 2 5 1 2 90
Sumber: BPS Kecamatan Bangorejo dalam Angka 2018
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa fasilitas kesehatan yang
terdapat di Kecamatan Bangorejo berupa Puskesmas, Pustu, Poliklinik,
Polindes, dan Posyandu, namun di Kecamatan Bangorejo masih belum
memiliki Rumah Sakit (RS) yang dapat mempermudah masyarakat atau
penduduk untuk menjalani segala macam perobatan. Berikut ini adalah
dokumen dari salah satu fasilitas kesehatan yang terdapat di Kecamatan
Bangorejo.

RS. GLADICAL MEDIKA PUSKESMAS SAMBIMULYO


Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

4.11.3 Fasilitas Peribadatan


Jumlah fasilitias peribadatan di Kecamatan Bangorejo, sebagai berikut:
Desa Masjid Langgar Gereja Gereja Pura
Kristen Katolik
Sukorejo 8 30 0 0 0
Ringintelu 7 42 0 2 1
Sambirejo 17 25 0 1 3
Sambimulyo 14 88 0 0 2
Temurejo 18 88 0 6 4
Bangorejo 12 58 0 1 0
Kebondalem 12 59 0 2 2
Jumlah 88 390 0 12 12
Sumber: BPS Kecamatan Bangorejo dalam Angka 2018
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa fasilitas peribadatan
terbanyak di Kecamatan Bangorejo adalah Langgar sebanyak 390 unit,
sedangkan fasilitas peribadatan yang sedikit adalah gereja kristen. Langgar dan
masjid menjadi tempat peribadatan yang paling banyak dan tersebar pada setiap
desa dikarenakan sebagian besar masyarakat di kecamatan Bangorejo
beragama Islam.

LANGGAR SAMBIMULYO MASJID MIFTAHUL FALAH

4.11.4 Fasilitas Perdagangan dan Jasa


Jumlah fasilitas perdagangan dan jasa pada kecamatan Bangorejo, sebagai
berikut:
Desa Pasar Pasar Semi Pasar Mini Toko/
Perma Permanen Tanpa mark Warung
nen Bangunan et Kelontong
Sukorejo 0 2 1 0 42
Ringintelu 0 0 0 0 58
Sambirejo 0 1 0 0 49
Sambimulyo 1 1 0 2 115
Temurejo 0 2 0 0 120
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Bangorejo 0 2 1 1 54
Kebondalem 1 0 1 1 112
Jumlah 2 8 3 4 550
Sumber: BPS Kecamatan Bangorejo dalam Angka 2018
Fasilitas perdagangan dan jasa yang ada di Kecamatan Bangorejo
berupa pasar permanen yang berada di desa Sambimulyo dan desa
Kebondalem, pasar semi permanen yang berada di Sukorejo, Sambirejo,
Sambimulyo, Temurejo dan Bagorejo, pasar tanpa bangunan, beberapa
minimarket, dan toko atau warung yang tersebar di setiap desa yang ada di
Kecamatan Bangorejo. Berikut ini dokumen dari salah satu fasilitas perdagangan
dan jasa yang terdapat di Kecamatan Bangorejo

TOKO SETIA ABADI TOKO GRAHAMAS ALKARIM

4.11.5 Fasilitas Pemerintahan


Kecamatan Bangorejo memiliki sebuah Kantor Pemerintahan Kecamatan
Bangorejo yang terletak pada Jalan Pesanggaran No. 548, dan Kantor kepala
desa bangorejo yang terletak di jalan Sultan Agung No. 93 bahkan setiap desa
memiliki Kantor pemerintahan yang berfungsi untuk menerima segala bentuk
informasi, merekam informasi, mengatur informasi, memberi informasi serta
melindungi aset atau harta pada Kecamatan atau wilayah tersebut.

KANTOR KECAMATAN BANGOREJO


Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

4.12 Utilitas
4.12.1 Jaringan Listrik
Berdasarkan hasil survey primer yang telah dilakukan, pada kawasan
perencanaan penggunaan jaringan listrik yang ada di Desa Sukorejo
menggunakan saluran SUTT.

JARINGAN LISTRIK SUTT

4.12.2 Jaringan Air Bersih


Berdasarkan data RPIJM Kabupaten Banyuwangi dijelaskan bahwa
Kecamatan Bangorejo masih belum terlayani oleh PDAM Kabupaten
Banyuwnagi. Pada desa Bangorejo dan desa Temurejo merupakan desa yang
rawan akan air bersih, direncanakan pembangunan sebuah unit SPAM IKK
Kecamatan Bangorejo yang direncakan dibangun pada tahun 2020 dan tahun
2027 dengan produk masing-masing tahun sebesar 20L/dt.
Jumlah ini direncakan akan mampu memenuhi kebutuhan pelanggan
hingga akhir tahun pelayan sebesar 32% dari total jumlah penduduk di
kecamatan Bangorejo. Jaringan air bersih pada kawasan perencanaan
berdasarkan hasil survei primer.
Jaringan air bersih pada kawasan perencanaan berdasarkan hasil survey
primer bahwa setiap desa sudah menggunakan jaringan air bersih berupa PDAM
namun ada pula desa yang masih menggunakan sumber air bersih sendiri
berupa sumur bor seperti yang terdapat pada desa Sambirejo semua penduduk
di desa tersebut menggunakan jaringan air bersih berupa sumur bor, mengenai
kualitas air pada kecamatan Bangorejo sudah baik dan tidak mengalami
kesulitan dalam mencari sumber air untuk berlangsungnya kehidupan penduduk
di Kecamatan Bangorejo.
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

4.12.3 Jaringan Telepon


Jaringan telepon pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua bagian,
yaiut jaringan tetap dan jaringan bergerak. Jaringan tetap dapat dinikmati melalui
telepon rumah atau Kantor yang biasanya menggunakan kabel, sedangkan
jaringan telepon bergerak yang dapat dinikmati dimana saja tanpa melalui
perentara kabel hanya melalui perantara sinyal atau jaringan internet, jaringan
bergerak ini lebih mudah pengguna dalam berkomunikasi. Di Kecamatan
Bangorejo sudah mengimplementasikan kedua jenis jaringan tersebut yang
sebagian terdapat pada Kantor pemerintahan mengenai jaringan tetap,
sedangkan jaringan bergerak hampir setiap warga sudah menggunakan
handphone atau smartphone.
Mengenai jaringan telepon dan jaringan internet pada Kecamatan
Bangorejo tidak terdapat masalah didalamnya, semua warga dapat mengakses
internet dengan cepat dan mudah.

4.12.4 Jaringan Drainase


Berdasarkan hasil survey primer Kecamatan Bangorejo merupakan
kawasan pertanian, jaringan drainase di sepanjang jalan tidak ada dan
digantikan dengan saluran irigasi. Hampir setiap desa yang terdapat di
Kecamatan Bangorejo jaringan drainase yang digunakan adalah jenis drainase
terbuka dan tertutup di sepanjang jalan yang dilalui.

DRAINASE TERBUKA

4.12.5 Sistem Persampahan


Pada Kecamatan Bangorejo sistem pengolahan sampah masih belum ada,
berdasarkan RPIJM Kabupaten Banyuwangi diketahui bahwa tidak sampah
yang di angkut ke TPA dan tidak ada sampah yang di proses. Sampah-sampah
yang ada di Kecamatan Bangorejo tidak di proses, dan hanya ditumpuk atau
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

dibakar. Berdasarkan hasil survey primer yang telah dilakukan, tempat sampah
yang ada di Kecamatan Bangorejo tidak ada, kebanyakan sampah di bakar.

TEMPAT SAMPAH

4.12.6 Pengelolaan air limbah


Berdasarkan data dari RPIJM Desa yang beresiko sanitasi air limbah
domestik adalah desa Sambirejo dan desa Kebondalem. Limbah domestik
yang ada di Kecamatan Bangorejo masih dibuang ke saluran drainase
sehingga berpotensi mencemari air.

LIMBAH DOMESTIK PADA SALURAN DRAINASE

4.13 Potensi dan Masalah


4.13.1 Potensi di Kecamatan Bangorejo
Kecamatan Bangorejo memiliki beberapa potensi yang dapat
dikembangkan untuk meningkatkan perekonomian wilayah. Potensi yang ada di
Kecamatan Bangorejo adalah sebagai berikut:
1. Sektor Pertanian

Kecamatan Bangorejo merupakan kecamatan yang sangat berpotensi pada


sektor pertanian, produksi pertanian yang ada di setiap desa adalah buah naga
dan buah jeruk, Kecamatan Bangorejo dikenal sebagai Kecamatan dengan
hasil produksi pertanian buah naga dan jeruk yang sangat tinggi. Selain buah
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

naga dan jeruk hasil pertanian masyarakat juga berupa padi, jagung, kedelai,
dan singkong.
Untuk meningkatkan hasil pertanian agar buah naga dapat panen meskipun
bukan waktunya, masyarakat menggunakan sistem lampu pada buah naga
agar panen dapat dilakukan setiap 4 bulan sehingga buah naga dapat di
produksi tidak hanya pada panen raya, hal ini dapat membantu meningkatkan
perekonomian masyarakat.
2. Sistem Pengairan

Sistem pengairan di Kecamatan Bangorejo menggunakan irigasi teknis di


setiap desa (berdasarkan Kecamatan Bangorejo dalam angka 2018 dan hasil
survey primer). Dengan sistem pengairan yang baik, petani dapat bercocok
tanam dengan baik dan sangat berpotensi terhadap hasil pertanian. Debit air
yang ada di Kecamatan ini cukup tinggi karena dialiri oleh dua sungai dan tidak
kering walaupun pada musim kemarau.
3. Budaya dan Adat Istiadat

Kecamatan Bangorejo memiliki potensi dalam kebudayaannya, kegiatan ini


terletak di Desa Kebondalem, pada setiap tahun genap terdapat tradisi arung
kanal yang di ikuti oleh seluruh masyarakat yang ada di setiap desa di
Kecamatan Bangorejo. Kegiatan ini dilakukan di sungai di desa Kebondalem,
kegiatan yang dilakukan adalah kegiatan pameran kapal yang dibuat oleh
masyarakat setempat dan di pamerkan di sungai. Kegiatan ini berlangsung
selama tiga hri berturut-turut dan menjadi antusiasme masyarakat yang ada di
Kecamatan Bangorejo.
Kegiatan rutin yang dilakukan di Desa Kebondalem yang lain adalah lomba
lintas srawet. Kegiatan lintas gunung ini dijadikan ajang untuk melestarikan
alam yang ada di gunung Srawet karena gunung Srawet merupakan hutan
lindung dan sudah tertera pada peraturan desa Kebondalem, kegiatan ini tidak
hanya diikutioleh masyarakat Kecamatan Bangorejo sendiri tapi banyak dari
masyarakat luar yang mengikuti kegiatan ini dan berpartisipasi dalam kegiatan
ini.
4. Lahan Subur

Kecamatan Bangorejo memiliki lahan pertanian yang subur, berdsarkan


Kecamatan Bangorejo dalam angka jenis tanah yang ada di Kecamatan
Bangorejo diperuntukkan sebagai lahan pertanian, sehingga hasil produksi
pertanian masyarakat sangat tinggi.
4.13.2 Masalah di Kecamatan Bangorejo
Masalah yang ada di Kecamatan Bangorejo adalah sebagai berikut:

1. Daerah Aliran Sungai

Pada daerah sepanjang aliran sungai tidak ada plengsengan, yang dapat
mengakibatkan permukaan tanah didaerah sekitar sungai amblas dikarekan
aliran sungai yang deras. hal ini terdapat di desa Ringintelu, Kebondalem, dan
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

beberapa bagian di desa Sukorejo. Untuk desa Bangorejo plengsengan masih


ada yang rusak.

Masih ada bangunan permanen yang ada di sekitar sempadan sungai,


bangunan permanen yang ada di sempadan sungai berada di desa Ringintelu,
Kebondalem, dan sebagian wilayah di desa Sukorejo. Pada sekitar sungai di
Desa Ringintelu terdapat jamban bersama disekitar sungai, sehingga sungai
dapat berpotensi tercemar.

Saluran drainase dan sungai yang berada di Desa Sambimulyo dan Desa
Bangorejo tercemar karena tercampur dengan limbah domestik dan menjadi
tempt pembuangan sampah oleh masyarakat.

2. Infrastruktur jalan

Aksesbilitas pada kecamatan Bangorejo masih dapat dikatakan kurang baik


dikarenakan hampir di setiap desa permukaan jalan banyak yang berlubang,
tergenang air, dan tidak beraspal sehingga hal tersebut dapat mengganggu
masyarakat dalam menjalankan aktivitas.

Furniture jalan yang ada di Desa Sambimulyo masih kurang lengkap terutama
pada lampu jalan, hal ini dapat mengganggu aktivitas masyarakat dalam
melakukan pergerakan di malam hari. Bahu jalan yang terdapat di Desa
Bangorejo digunakan untuk berdagang, sehingga dapat menyebabkan
kemacetan

3. Pertanian

Pada saat musim panen saat ini masyarakat tidak mendapatkan hasil yang
menguntungkan dikarenakan menurunnya nilai jual hasil panen yang tidak
sesuai dengan modal yang digunakan untuk perawatan atau pemeliharan
produk tersebut, dan dapat dikatakan saat ini para petani di kecamatan
Bangorejo mengalami kerugian yang sangat besar.
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Gambar 4.1
Peta Potensi Kawasan Agropolitan Kec. Bangorejo
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Gambar 4.1
Peta Potensi Kawasan Agropolitan Kec. Bangorejo
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

5.1 STRUKTUR DAN ORGANISASI PELAKSANAAN PEKERJAAN


Pembagian struktur organisasi sangat diperlukan untuk mencapai
keefesienan dan efektifitas penggunaan sumber daya dalam suatu survey dalam
suatu rencana. Sesuai dengan aturan yang tercantum dalam Kerangka Acuan Kerja,
maka dalam pelaksaan pekerjaan ini dibutuhkan struktur organisasi yang mendetail
namun kompak. Keberadaan organisasi pelaksana dalam kegiatan Penyusunan
Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo antara lain
dengan tujuan :

● Terjadi Kesinambungan pekerjaan antara tenaga, ahli dengan koordinator tim


(team leader)
● Terjadi suatu kegiatan yang sistematis dan teratur sehingga hasil yang di
dapat efektif, efesien dan tepat waktu sesuai dengan tenggat waktu yang
diberikan
● Biaya finansial pelaksanaan kegiatan dapat terkoordini dengan baik dan
efektif penggunaannya

Struktur organisasi ini sangat dibutuhkan karena dapat membantu dan


mempermudah dalam penyusunan suatu rencana, yang dalam hal ini Rencana Detail
Tata Ruang Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo.

Dibawah ini merupakan struktur Organisasi pelaksanaan pekerjaan untuk


penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Agropolitan Kecamatan
Bangorejo yang dapat dilihat pada Gambar 5.1
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Gambar 5.1 Struktur Organisasi


Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

5.2 KOMPOSISI PERSONIL


Komposisi personil ini merupakan kelompok yang terdiri dari beberapa
mahasiswa peserta mata kuliah Studio Perencanaan ( Perencanaan RDTRK ) di
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Jurusan Teknik Sipil Universitas
Jember yang terdiri dari beberapa bagian yaitu:

1. Tim Leader di Koordinator Kelompok


2. Tim Ahli Perencanaan yang terdiri dari:
a. Ahli tata guna lahan dan fisik dasar
b. Ahli sosio demografi
c. Ahli sarana
d. Ahli prasarana
e. Ahli transportasi
f. Ahli Pertanian

Berikut merupakan penjabaran tugas, tanggung jawab, dan wewenang dari


masing – masing unsur – unsur di atas dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 5.1
Komposisi personil beserta penjabaran tugas dan tanggung jawab
1. Tim Leader a. Bertanggung jawab terhadap kelompok

b. Memberikan teknis survey penyusunan Rencana


Detail Tata Ruang Kawasan Agropolitan Kecamatan
Bangorejo Kabupaten Banyuwangi dengan
melakukan koordinasi, arahan, dan bimbingan baik
dalam hal substantif maupun non substantif dalam
pelaksanaan pekerjaan

c. Membangun teamwork building dengan seluruh


tenaga ahli untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan

d. Memimpin dan mempersiapkan tim diskusi dengan


pihak pemberi tugas

e. Mengarahkan dan mempersiapkan program kerja

2. Ahli Tata a. Mengidentifikasi potensi dan permasalahan


Guna kawasan yang berkaitan dengan pemanfaatan
Lahan dan ruang di dalam kawasan perencanaan
Fisik Dasar
b. Menyusun scenario perencanaan yang akan
dilakukan di dalam kawasan perencanaan
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

c. Menyusun konsep perencanaan yang akan


dilakukan di dalam kawasan perencanaan

d. Menyusun strategi penataan ruang yang akan


dilakukan di dalam kawasan perencanaan

e. Menyusun rencana pemanfaatan ruang di dalam


kawasan perencanaan

f. Menyusun rencana implementasi penataan ruang di


dalam kawasan perencanaan

3. Ahli Sosio a. Melakukan kajian dan memberikan masukan


Demografi terhadap potensi dan permasalahan sosial
demografi yang berkaitan dengan sosial dan
kependudukan dalam kawasan perencanaan

b. Melakukan kajian dan memberikan masukan untuk


pengembangan aspek sosial demografi yang
berkaitan dengan sosial dan kependudukan dalam
kawasan perencanaan

c. Melakukan kajian terhadap pemecahan masalah


sosial demografi yang berkaitan dengan sosial dan
kependudukan dalam kawasan perencanaan

d. Menyusun rencana kependudukan di dalam


kawasan perencanaan

4. Ahli Sarana a. Melakukan kajian dan memberikan masukan


terhadap potensi dan permasalahan sarana
(fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas
peribadatan, fasilitas perniagaan, fasilitas
pemerintahan, fasilitas kebudayaan dan rekreasi
dan lain sebagainya) di dalam kawasan
perencanaan

b. Melakukan kajian dan memberikan masukan untuk


pengembangan aspek sarana (fasilitas pendidikan,
fasilitas kesehatan, fasilitas peribadatan, fasilitas
perniagaan, fasilitas pemerintahan, fasilitas
kebudayaan dan rekreasi dan lain sebagainya) di
dalam kawasan perencanaan

c. Melakukan kajian terhadap pemecahan masalah


sarana (fasilitats pendidikan, fasilitas kesehatan,
fasilitas peribadatan, fasilitas perniagaan, fasilitas
pemerintahan, fasilitas kebudayan dan rekreasi dan
lain sebagainya) di dalam kawasan perencanaan
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

d. Menyusun rencana sistem penyediaan sarana di


dalam kawasan perencanaan

5. Ahli a. Melakukan kajian dan memberikan masukan


Prasarana tentang potensi dan permasalahan Prasarana (air
bersih, sanitasi, drainase dan persampahan) di
kawasan perencanaan

b. Melakukan kajian dan memberikan masukan


pengembangan aspek Prasarana (air bersih,
sanitasi, drainase dan persampahan) di kawasan
perencanaan

c. Melakukan kajian terhadap pemecahan masalah


Prasarana

d. Menyusun rencana sistem penyediaan Prasarana di


dalam kawasan perencanaan

6. Ahli a. Melakukan kajian dan memberikan masukan


Transporta terhadap potensi dan permasalahan transportasi
si
b. Melakukan kajian dan memberikan masukan untuk
pengembangan aspek transportasi

c. Melakukan kajian terhadap pemecahan masalah


transportasi

d. Menyusun rencana sistem transportasi di dalam


kawasan perencanaan

7. Ahli a. Mengumpulkan data dan informasi, khususnya


Pertanian potensi pertanian dikawasan pengembangan

b. Menganalisis potensi dan kendala pengembangan


pertanian di kawasan perencana, terutama di
kawasan tertinggal

c. Mengkaji kemampuan masyarakat dalam


pengelolaan kegiatan pertanian

d. Mengkaji keterkaitan antara kegiatan pertanian


dengan kegiatan industridalam rangka mencari
peluang pengembangan agro-industri di dalam
kawasan perencana
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Bersarkan unsur – unsur organisasi di atas, maka komposisi tenaga ahli


dalam pekerjaan ini adalah:

Dosen Pembimbing : Dr. RR Dewi Junita Koesoemawati


S.T.,M.T
Rindang Alfiah S.T., M.T
Tim Leader : Indah Ludiana Putri
Ahli Tata Guna Lahan : a. Danny Setiawan
b. Emelia Zain
Ahli Sosio Demografi : Sapphiretita Oktarissa Farakh Heydina
Ahli Sarana : Dewi Rizqi Arrochimi
Ahli Prasarana : a. Nugroho Chandra Wijaya
b. Indy Farha Elya Hardiyanti
Ahli Transportasi : Nanta Andra Yoga
Ahli Pertanian : Corry’ Aina

5.3 JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN


Pelaksanaan Pekerjaan Penyusunan RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan
Bangorejo adalah 120 Hari Kalender. Dalam kurun waktu tersebut, akan
dimanfaatkan oleh Tim Perencana seefektif mungkin dengan mengoptimalkan
kegiatan-kegiatannya. Secara tabulatif, perincian jadwal kerja untuk Pekerjaan
Penyusunan RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo, termuat pada Tabel
5.2 dan 5.3.
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Tabel 5.2
Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

Bulan
Kegiatan
No. Kegiatan I II III IV
Utama
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Kajian Teori

Deliniasi Wilayah

Tahap Persiapan Survei


1.
Persiapan
Penyusun Laporan Pendahuluan

Pengumpulan Laporan
Pendahuluan

Tahap Survey Instansional


2. Pengumpulan
Data Survey Pengamatan Lapangan

Pengolahan Data
Tahap Analisis Data
Pengolahan
3. Penyusunan Laporan Fakta Analisa
Data dan
Analisis
Pengumpulan Laporan Fakta
Analisa
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Finalisasi Rencana

Pembuatan Draft Peta


Tahap
4. Perumusan Penyusunan Laporan Rencana
Rencana
Presentasi Laporan Rencana

Pengumpulan Laporan Rencana


Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Tabel 5.3
Jadwal Penyusunan Kegiatan

BULAN

NO LANGKAH KEGIATAN I II III IV

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

I Persiapan

1. Studi Literatur dan metode


pelaksanaan

2. Penyiapan langkah kerja

3. Penyiapan Peta Dasar

4. Penyiapan Peralatan dan


Perlengkapan

5. Review rencana dan


kebijakan

Pembangunan

6. Kajian awal kebijakan dan


peraturan

Perundangan

7. Observasi awal dan


penggalian issuessue

Strategis

8. Pematangan metode
pelaksanaan kerja

9. Diskusi dan penyelesaian


laporan

pendahuluan

II Penentuan Lingkup
Wilayah RDTR

Penentuan lingkup wilayah


didasarkan

pada :

● Tujuan penetapan
wilayah Perkotaan
● Kondisi sosial,
ekonomi, budaya,
dan lingkungan
● Daya dukung dan
daya tampung
wilayah
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

● Ketentuan
perundangan yang
terkait

III Pengumpulan Data

1. Survey sekunder ke
instansi terkait

2. Pengukuran dan survei


primer yang terdiri dari :

● Identifikasi fisik
dasar
● Identifikasi
penggunaan lahan
eksisting
● Identifikasi
bangunan
● Identifikasi sistem
transportasi/jaringa
n jalan
● Identifikasi jaringan
utilitas
● Identifikasi fasilitas
umum
● Identifikasi
kependudukan dan
sosial budaya

3. Penjaringan aspirasi
masyarakat

4. Penyusunan dan kompilasi


data

5.4 PELAPORAN
Setiap tahapan kegiatan dalam proses penyusunan Rencana Detail Tata
Ruang Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo dengan menyelesaikan
kewajiban menyusun laporan sebagai berikut :
1. Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan memuat:
 Rencana Kerja Penyedia Jasa secara menyeluruh
 Mobilisasi tenaga ahli dan tenaga pendukung lainnya dan
 Jadwal kegiatan Penyedia Jasa
 Metodologi kerja dan rencana survey
Laporan harus diselesaikan selambat-lambatnya: 21 (dua puluh satu) hari
sejak masa perkuliahan dimulai.
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

2. Laporan Fakta dan Analisa


Laporan Fakta Analisa memuat hasil pengumpulan data dan
pengolahan/analisis data RDTR meliputi:
1) analisis karakteristik kawasan, meliputi:
 kedudukan dan peran kawasan dalam wilayah yang lebih luas
(kabupaten);
 keterkaitan antar wilayah kabupaten dan antara bagian dari wilayah
kabupaten yang mempengaruhi perkembangan kawasan;
 karakteristik fisik kawasan;
 karakteristik kawasan agropolitan;
 kerentanan terhadap potensi bencana, termasuk perubahan iklim;
 karakteristik sosial kependudukan;
 karakteristik perekonomian; dan
 kemampuan keuangan daerah.
2) analisis potensi dan masalah pengembangan Kawasan Agropolitan :
 analisis kebutuhan ruang; dan
 analisis perubahan pemanfaatan ruang.
3) analisis kualitas kinerja kawasan dan lingkungan, dengan hasil analisis
antara lain :
 potensi dan masalah pengembangan di Kawasan Agropolitan;
 peluang dan tantangan pengembangan;
 kecenderungan perkembangan;
 perkiraan kebutuhan pengembangan di Kawasan Agropolitan;
 intensitas pemanfaatan ruang sesuai dengan daya dukung dan daya
tampung (termasuk prasarana/ infrastruktur dan utilitas); dan
 teridentifikasinya indikasi arahan penanganan kawasan dan
lingkungan.
Laporan harus diselesaikan selambat-lambatnya 70 (tujuh puluh) hari sejak
dimulainya masa perkuliahan/terselesaikannya laporan pendahuluan.
3. Laporan Rencana
Laporan Rencana memuat:
a) tujuan penataan BWP;
b) rencana pola ruang;
c) rencana jaringan prasarana;
d) penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya;
e) ketentuan pemanfaatan ruang; dan
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

f) peraturan zonasi.

Anda mungkin juga menyukai