Anda di halaman 1dari 159

Laporan Pendahuluan

RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala hidayah serta rahmat yang telah
diberikan-Nya sehingga kami dapat menulis Laporan Pendahuluan mengenai
“Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo
Kabupaten Banyuwangi ” dengan baik. Dokumen ini disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah Studio 2 RDTRK. Tujuan dari pembuatan laporan pendahuluan ini adalah
untuk membuat dokumen Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Bangorejo
Kabupaten Banyuwangi.
Dalam penulisan laporan pendahuluan ini tentunya kami mengalami berbagai
hambatan serta rintangan. Namun karena adanya tekad serta dukungan dari
berbagai pihak-pihak terkait menjadikan laporan pendahuluan ini dapat
terselesaikan.
Kami menyadari terdapat beberapa kelemahan dan kekurangan dalam
Laporan Pendahuluan dikarenakan kelalaian serta kekurangan ilmu yang kami miliki.
Oleh karena itu, kami memohon himbauan, kritikan serta saran yang membangun
guna menjadikan laporan pendahuluan ini lebih baik dan lebih berguna bagi para
pembaca. Semoga laporan pendahuluan ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun
pembacanya guna mendapatkan informasi mengenai Kawasan Agropolitan
Kecamatan Bangorejo Kabupaten Banyuwangi.

Jember, 17 Maret 2019

Tim Penyusun

i
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ----------------------------------------------------------------------------------- i

DAFTAR ISI ---------------------------------------------------------------------------------------------- ii

DAFTAR GAMBAR ----------------------------------------------------------------------------------- vi

DAFTAR TABEL ------------------------------------------------------------------------------------- vii

1 PENDAHULUAN ------------------------------------------------------------------------------ 1

1.1 LATAR BELAKANG ------------------------------------------------------------------------ 1

1.2 KEDUDUKAN RDTR ---------------------------------------------------------------------- 2

1.3 DASAR HUKUM ---------------------------------------------------------------------------- 4

1.4 MAKSUD, TUJUAN, SASARAN, DAN MANFAAT -------------------------------- 5

1.4.1 Maksud ---------------------------------------------------------------------------------- 5

1.4.2 Tujuan ----------------------------------------------------------------------------------- 5

1.4.3 Sasaran --------------------------------------------------------------------------------- 6

1.4.4 Manfaat ---------------------------------------------------------------------------------- 6

1.5 RUANG LINGKUP-------------------------------------------------------------------------- 6

1.5.1 Ruang Lingkup Wilayah ------------------------------------------------------------ 8

1.5.2 Ruang Lingkup Waktu ------------------------------------------------------------- 11

1.6 SISTEMATIKA PEMBAHASAN------------------------------------------------------- 11

2 TINJAUAN KEBIJAKAN ------------------------------------------------------------------ 13

2.1 ARAHAN UNDANG-UNDANG NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG


PENATAAN RUANG ----------------------------------------------------------------------------- 13

ii
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

2.2 PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NO. 1 TAHUN 2008 TENTANG


PEDOMAN PERENCANAAN KAWASAN PERKOTAAN ------------------------------ 15

2.3 PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG NO. 16 TAHUN


2018 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
DAN PERATURAN ZONASI KABUPATEN/KOTA -------------------------------------- 16

2.4 KEDUDUKAN PERATURAN ARAHAN KAWASAN PERENCANAAN DALAM


KEBIJAKAN PENATAAN RUANG WILAYAH -------------------------------------------- 19

2.4.1 Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Jawa Timur Tahun 2011-2031. -------------------------------------- 19

2.4.2 Revisi RTRW Kabupaten Banyuwangi Tentang Rencana Tata Ruang


Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2012-2032. --------------------------------- 31

2.4.3 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten


Banyuwangi Tahun 2016-2021 ------------------------------------------------------------- 40

2.4.4 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Banyuwangi


Tahun 2016-2021 ------------------------------------------------------------------------------- 43

2.4.5 Rencana Strategis (Renstra) Tahun 2016 – 2021 ----------------------------- 54

3 GAMBARAN UMUM ----------------------------------------------------------------------- 56

3.1 LETAK GEOGRAFIS DAN ADMINISTRATIF KABUPATEN BANYUWANGI


56

3.2 KONDISI FISIK DASAR ---------------------------------------------------------------- 57

3.2.1 Topografi ------------------------------------------------------------------------------ 57

3.2.2 Geologi -------------------------------------------------------------------------------- 57

3.2.3 Hidrologi ------------------------------------------------------------------------------- 58

3.2.4 Klimatologi ---------------------------------------------------------------------------- 58

3.2.5 Jenis Tanah -------------------------------------------------------------------------- 59

3.3 GUNA LAHAN ----------------------------------------------------------------------------- 60

3.4 FASILITAS---------------------------------------------------------------------------------- 61

3.4.1 Fasilitas Pendidikan---------------------------------------------------------------- 61

3.4.2 Fasilitas Kesehatan ---------------------------------------------------------------- 62

3.4.3 Fasilitas Peribadatan -------------------------------------------------------------- 64

3.4.4 Fasilitas Perdagangan dan Jasa ----------------------------------------------- 65

iii
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

3.4.5 Fasilitas Kebudayaan dan Rekreasi ------------------------------------------- 67

3.4.6 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin 67

3.5 UTILITAS ----------------------------------------------------------------------------------- 69

3.5.1 Jaringan listrik ----------------------------------------------------------------------- 69

3.5.2 Jaringan telepon -------------------------------------------------------------------- 69

3.5.3 Jaringan air bersih ------------------------------------------------------------------ 69

3.5.4 Sistem persampahan -------------------------------------------------------------- 71

3.5.5 Pengelolahan Air Limbah--------------------------------------------------------- 73

3.5.6 Jaringan drainase ------------------------------------------------------------------ 73

3.6 PEREKONOMIAN ------------------------------------------------------------------------ 73

3.6.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ----------------------------------- 73

3.7 LETAK GEOGRAFIS DAN ADMINISTRATIF KECAMATAN BANGOREJO


75

3.8 KONDISI FISIK DASAR KECAMATAN BANGOREJO ------------------------ 75

3.8.1 Topografi ------------------------------------------------------------------------------ 75

3.8.2 Hidrologi ------------------------------------------------------------------------------- 78

3.8.3 Vegetasi ------------------------------------------------------------------------------- 78

3.9 GUNA LAHAN ----------------------------------------------------------------------------- 78

3.10 KEPENDUDUKAN ----------------------------------------------------------------------- 79

3.10.1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk------------------------------------------------ 79

3.10.2 Jumlah Penduduk Menurut Agama -------------------------------------------- 80

3.10.3 Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan ------------------------------------------ 81

3.11 FASILITAS---------------------------------------------------------------------------------- 81

3.11.1 Fasilitas Pendidikan---------------------------------------------------------------- 81

3.11.2 Fasilitas Kesehatan ---------------------------------------------------------------- 82

3.11.3 Fasilitas Peribadatan -------------------------------------------------------------- 83

3.11.4 Fasilitas Perdagangan dan Jasa ----------------------------------------------- 84

3.11.5 Fasilitas Pemerintahan ------------------------------------------------------------ 85

3.12 UTILITAS ----------------------------------------------------------------------------------- 86

iv
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

3.12.1 Jaringan Listrik ---------------------------------------------------------------------- 86

3.12.2 Jaringan Air Bersih ----------------------------------------------------------------- 86

3.12.3 Jaringan Telepon ------------------------------------------------------------------- 87

3.12.4 Jaringan Drainase ------------------------------------------------------------------ 87

3.12.5 Sistem Persampahan ------------------------------------------------------------- 88

3.12.6 Pengelolaan air limbah------------------------------------------------------------ 88

3.13 Potensi dan Masalah -------------------------------------------------------------------- 89

3.13.1 Potensi di Kecamatan Bangorejo ---------------------------------------------- 89

3.13.2 Masalah di Kecamatan Bangorejo --------------------------------------------- 90

4 METODOLOGI ------------------------------------------------------------------------------- 94

4.1 Metode Pendekatan Perencanaan ----------- Error! Bookmark not defined.

4.2 Kerangka Pemikiran ------------------------------ Error! Bookmark not defined.

4.3 Teknik dan Analisis Data --------------------------------------------------------------- 98

5. KERANGKA KERJA ---------------------------------------------------------------------- 139

5.1 STRUKTUR DAN ORGANISASI PELAKSANAAN PEKERJAAN ---------- 139

5.2 KOMPOSISI PERSONIL -------------------------------------------------------------- 141

5.3 JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN -------------------------------------------- 144

5.4 PELAPORAN ----------------------------------------------------------------------------- 149

v
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Peta Orientasi Deliniasi Terhadap Kabupaten Banyuwangi ................ 10
Gambar 1.2 Peta Deliniasi RDTR Kawasan Agropolitan Kec. Bangorejo ............... 10
Gambar 3.1 Diagram Jenis tanah dan luas tanah Kab. Banyuwangi ...................... 60
Gambar 3.2 Grafik Jumlah Fasilitas Kebudayaan dan Rekreasi Kab. Banyuwangi 67
Gambar 3.3 Diagram penyaluran akhir tinja Kab. Banyuwangi ............................... 73
Gambar 3.4 Peta Topografi Wilayah Perencanaan Bangorejo ................................ 77
Gambar 3.5 Grafik Jumlah penduduk menurut Pekerjaan Kec. Bangorejo ............. 80
Gambar 3.6 Fasilitas pendidikan Kec. Bangorejo .................................................... 82
Gambar 3.7 Fasilitas kesehatan Kec. Bangorejo ..................................................... 83
Gambar 3.8 Fasilitas peribadatan Kec. Bangorejo ................................................... 84
Gambar 3.9 Fasilitas perjas Kec. Bangorejo ............................................................ 85
Gambar 3.10 Kantor kecamatan Bangorejo ............................................................. 85
Gambar 3.11 Jaringan listrik SUTT Kec. Bangorejo ................................................. 86
Gambar 3.12 Jaringan drainase terbuka kec. Bangorejo ......................................... 87
Gambar 3.13 Tempat sampah Kec. Bangorejo ........................................................ 88
Gambar 3.14 Limbah domsestik pada saluran drainase di Kec. Bangorejo ............ 88
Gambar 3.15 Peta Potensi Kawasan Agropolitan Kec. Bangorejo .......................... 92
Gambar 3.16 Peta Potensi Kawasan Agropolitan Kec. Bangorejo .......................... 93
Gambar 5.1 Struktur Organisasi ............................................................................. 140

vi
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kedudukan RDTR Dalam Sistem Penataan Ruang ................................... 3


Tabel 1.2 Lingkup Wilayah Agropolitan Bangorejo ..................................................... 8
Tabel 2.1 Kajian Kebijakan RTRW Provinsi Jawa Timur Tahun 2011-2031............ 20
Tabel 2.2 Kajian Kebijakan RTRW Kabupaten Banyuwangi Tahun 2012-2032 ...... 32
Tabel 2.3 Visi misi RPJP Kabupaten Banyuwangi ................................................... 46
Tabel 2.4 Sasaran Pokok RPJP Kabupaten Banyuwangi ........................................ 47
Tabel 3.1 Jenis tanah Kab. Banyuwangi ................................................................... 57
Tabel 3.2 Curah Hujan Kab. Banyuwangi ................................................................. 58
Tabel 3.3 Jenis tanah dan luas tanah Kab. Banyuwangi .......................................... 59
Tabel 3.4 Jumlah Fasilitas pendidikan Kab. Banyuwangi ........................................ 61
Tabel 3.5 Jumlah Fasilitas Kesehatan Kab. Banyuwangi......................................... 62
Tabel 3.6 Jumlah tenaga kesehatan Kab. Banyuwangi ........................................... 64
Tabel 3.7 Jumlah Fasilitas Peribadatan Kab. Banyuwangi ...................................... 64
Tabel 3.8 Jumlah Failitas Perdagangan dan jasa Kab. Banyuwangi ....................... 65
Tabel 3.9 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin & Rasio Jenis Kelamin Kab.
Banyuwangi ................................................................................................................ 67
Tabel 3.10 Jumlah Jaringan listrik Kab. Banyuwangi tahun 2008-2017 .................. 69
Tabel 3.11 Jumlah Jaringan air bersih Kab. Banyuwangi ....................................... 69
Tabel 3.12 Sistem Pengelolahan sampah Kab. Banyuwangi ................................... 71
Tabel 3.13 Jumlah PDRB Kab. Banyuwangi tahun 2015-2017................................ 73
Tabel 3.14 Jumlah luas Desa di Kec. Bangorejo ...................................................... 75
Tabel 3.15 Topografi Desa di Kec. Bangorejo ......................................................... 75
Tabel 3.16 Jumlah curah hujan Kec. Bangorejo ....................................................... 78
Tabel 3.17 Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin Kec. Bangorejo .............. 79
Tabel 3.18 Jumlah luas, penduduk, dan kepadatan penduduk Kec. Bangorejo ...... 79

vii
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Tabel 3.19 Jumlah penduduk berdasarkan Agama Kec. Bangorejo ........................ 80


Tabel 3.20 Jumlah penduduk berdasarkan pekerjaan Kec. Bangorejo ................... 81
Tabel 3.21 Jumlah pendidikan Kec. Bangorejo ........................................................ 81
Tabel 3.22 Jumlah fasilitas kesehatan Kec. Bangorejo ............................................ 82
Tabel 3.23 Jumlah fasilitas peribadatan Kec. Bangorejo ......................................... 83
Tabel 3.24 Jumlah fasilitas perdagangan dan jasa Kec. Bangorejo ........................ 84
Tabel 5.1 Komposisi Personil Beserta Penjabaran Tugas dan Tanggung Jawab . 141
Tabel 5.2 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan ................................................................ 145
Tabel 5.3 Jadwal Penyusunan Kegiatan ................................................................. 147

viii
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Penataan ruang merupakan suatu proses yang meliputi proses perencanaan,
pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang dilakukan secara terus-
menerus dan berkesinambungan sebagai suatu sistem. Berdasarkan Undang-
undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang, maka renacana tata ruang
di Indonesia dirumuskan secara berjenjang mulai tingkat yang sangat umum sampai
tingkat paling rinci. Pemerintah daerah mempunyai kewenangan untuk menyusun
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRW) berikut instrument-instrumen
lainnya seperti Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Peraturan Zonasi yang
diperlukan agar pemanfaatan ruang dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana tata
ruang yang telah di susun.
Penyusunan RDTR dan Peraturan Zonasi merupakan salah satu perangkat
pengendalian pemanfaatan ruang yang berisi ketentuan-ketentuan teknis dan
administrative pemanfaatan ruang dan pengembangan tapak. Penyusunan RDTR
dan PZ menjadi rujukan kegiatan perijinan, pengawasan dan penertiban dalam
pengendalian pemanfaatan ruang, yang merujuk pada Rencana Detail Tata Ruang
yang umumnya telah menetapkan fungsi, intensitas, ketentuan tata massa
bangunan, sarana dan prasarana. Sesuai amanat UU No. 26 Tahun 2007 dan PP.
No. 15 Tahun 2010, RTRW Kabupaten yang merupakan arahan umum perlu
didukung dengan penyusunan RDTR pada bagian wilayah kabupaten yang
diprioritaskan. Dalam Perda Kabupaten Banyuwangi No. 8 Tahun 2012 tentang
RTRW Kabupaten Banyuwangi 2012-2032, diarahkan penyusunan rencana rinci
pada kawasan perkotaan dan kawasan strategis kabupaten. Salah satu kawasan
strategis Kabupaten Banyuwangi adalah kawasan pengembangan Kecamatan
Bangorejo.

1
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Kecamatan Bangorejo merupakan salah satu Kecamatan bagian selatan yang


ada di wilayah Kabupaten Banyuwangi yang memiliki dominasi guna lahan utama
sebagai kawasan pertanian. Sebagaimana telah di tetapkan dalam Peraturan Daerah
Kabupaten Banyuwangi Nomor 08 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2012-2032, bahwa Kecamatan Bangorejo di
tetapkan sebagai Kawasan Agropolitan. Agropolitan itu sendiri merupakan sistem
fungsional desa-desa yang ditunjukkan dari adanya hirarki keruangan desa yang
ditandai dengan keberadaan pusat agropolitan dan desa-desa di sekitarnya.
Pengembangan Kawasan Agropolitan dirasakan begitu penting, mengingat
pengembangannya yang memanfaatkan dan mengusung konsep sesuai dengan
keunikan, keunggulan, dan kearifan lokal. Pengembangan dilaksanakan melalui
penyediaan infrastruktur desa yang memadai. Pengadaan infrastruktur juga ditujukan
bagi peningkatan produktivitas, pengolahan, serta pemasaran hasil pertanian.
Permasalahan pada Kawasan Agropolitan tidak hanya pada penyediaan
infrastruktur, melainkan pada alih fungsi lahan dari lahan pertanian menjadi lahan
terbangun seperti permukiman akibat pertambahan penduduk yang setiap tahunnya
meningkat. Dengan demikian, perlu adanya penyusunan Rencana Detail Tata Ruang
dan Peraturan Zonasi pada Kawasan Agropolitan yang merupakan kebutuhan
perencanaan daerah sebagai wujud kesiapan Kabupaten Banyuwangi dalam
mendorong pembangunan khususnya dalam fasilitasi pengembangan Kawasan
Agropolitan dan mengatasi terjadinya alih fungsi lahan serta mempertahankan
Kecamatan Bangorejo sebagai Kawasan Agropolitan yang dapat mendukung
percepatan pertumbuhan ekonomi dan pengembangan wilayah.
1.2 KEDUDUKAN RDTR
Sesuai ketentuan Pasal 59 Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010
tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang, setiap RTRW kabupaten/kota harus
menetapkan bagian dari wilayah kabupaten/kota yang perlu disusun RDTR-nya.
Bagian dari wilayah yang akan disusun RDTR tersebut merupakan kawasan
perkotaan atau kawasan strategis kabupaten/kota. RDTR merupakan rencana yang
menetapkan blok pada kawasan fungsional sebagai penjabaran kegiatan ke dalam
wujud ruang yang memperhatikan keterkaitan antar kegiatan dalam kawasan
fungsional agar tercipta lingkungan yang harmonis antara kegiatan utama dan
kegiatan penunjang dalam kawasan fungsional tersebut.
RDTR yang disusun lengkap dengan peraturan zonasi merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan untuk suatu BWP tertentu. Dalam hal RDTR tidak
disusun atau RDTR telah ditetapkan sebagai perda namun belum ada peraturan

2
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

zonasinya sebelum keluarnya pedoman ini, maka peraturan zonasi dapat disusun
terpisah dan berisikan zoning map dan zoning text untuk seluruh kawasan perkotaan
baik yang sudah ada maupun yang direncanakan pada wilayah kabupaten/kota.
Rencana, aturan, ketentuan dan mekanisme penyusunan RDTR Kota harus merujuk
pada pranata rencana lebih tinggi, baik pada lingkup kawasan maupun daerah.
Secara umum kedudukan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan dalam
Penataan Ruang sebagaimana terlihat pada diagram 1.1.
Tabel 1.1 Kedudukan RDTR Dalam Sistem Penataan Ruang

RENCANA RENCANA UMUM RENCANA RINCI TATA


PEMBANGUNAN TATA RUANG RUANG

RTR KEPULAUAN
RPJP NASIONAL RTRW NASIONAL
RTR KAWASAN
STRATEGIS
RPJM NASIONAL NASIONAL

RTR KAWASAN

RPJP PROVINSI STRATEGIS


RTRW PROVINSI
PROVINSI

RDTR KABUPATEN
RPJM PROVINSI
RTR KAWASAN
RTRW KABUPATEN STATEGIS
RPJP KABUPATEN KABUPATEN
RDTR KOTA
RTRW KOTA
RPJM KABUPATEN RTR KAWASAN
STRATEGIS KOTA

Sumber: Pedoman Penyusunan RDTR

Kedudukan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Agropolitan


Kecamatan Bangorejo Kabupaten Banyuwangi :
1. RDTR adalah sebagai rencana rinci dari RTRW Kabupaten Banyuwangi
sebagai salah satu perangkat pengendalian ruang;
2. Rencana Pengembangan dan peruntukan kawasan.

3
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Fungsi Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Agropolitan Kecamatan


Bangorejo Kabupaten Banyuwangi :
1. Kendali mutu pemanfaatan ruang Kawasan Agropolitan Kecamatan
Bangorejo berdasarkan RTRW Kabupaten Banyuwangi;
2. Acuan bagi kegiatan pemenfaatan ruang yang lebih rinci dari kegiatan
pemanfaatan ruang yang diatur dalam RTRW;
3. Acuan bagi kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang;
4. Acuan bagi penerbitan izin pemanfaatan ruang;
5. Acuan dalam penyusunan RTBL.

1.3 DASAR HUKUM


Penyusunan Dokumen Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Agropolitan
Kecamatan Bangorejo Kabupaten Banyuwangi mengacu pada:
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria;
2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan;
2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana;
3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
4. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah;
5. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan;
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup;
7. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan;
8. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman;
9. Undang-undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan;
12. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2010 tentang Penertiban dan
Pendayagunaan Tanah Terlantar;
13. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang;
14. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2011 tentang Penetapan dan Alih
Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan;

4
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

15. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai;


16. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2013 tentang Tingkat Ketelitian Peta
untuk Penataan Ruang Wilayah;
17. Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan
Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern;
18. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 33 tahun 1989 tentang
Pengelolaan Kawasan Budidaya;
19. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1990 tentang
Pengelolaan Kawasan Lindung;
20. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20 Tahun 2007 tentang Pedoman
Teknis Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya
dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang;
21. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 27 Tahun 2009 tentang
Pedoman Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis;
22. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16 Tahun 2018 Tentang
Pedoman Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Peraturan Zonasi;
23. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang Nomor 1 Tahun 2018 Tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi,
Kabupaten dan Kota;
24. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 08 Tahun 2012 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2012-2032;
25. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 2 Tahun 2013 Tentang Izin
Penggunaan Pemanfaatan Tanah;
26. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 7 Tahun 2016 Tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Banyuwangi.
1.4 MAKSUD, TUJUAN, SASARAN, DAN MANFAAT
1.4.1 Maksud
Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Agropolitan
Kecamatan Bangorejo secara umum mempunyai maksud agar tersusunnya
Kebijakan Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo
yang akan menjadi pedoman dalam pengelolaan pembangunan dan pengembangan
Kawasan Agropolitan serta mendukung pencapaian tujuan penataan ruang wilayah
Kabupaten Banyuwangi.
1.4.2 Tujuan
Tujuan dari Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan
Agropolitan Kecamatan Bangorejo adalah :

5
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

1. Mewujudkan pengembangan pembangunan Kawasan Agropolitan secara


maksimal dalam proses produksinya;
2. RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo dirumuskan sebagai
kesatuan tata ruang, sehingga terpadu dan saling mengisi dengan arahan
RTRW Kabupaten serta rencana tata ruang lainnya yang terkait;
3. Terumuskan penetapan fungsi wilayah, penyebaran fasilitas, dan utilitas
yang diperlukan, serta meningkatkan kualitas kehidupan bagi
masyarakatnya;
4. Tersusunnya zonasi dan pemberian periijinan kesesuaian pemanfaatan
bangunan dengan peruntukan lahan.
5. Terwujudnya kepastian hukum, sehingga akan dapat meningkatkan peran
masyarakat dan swasta dalam bidang pembangunan;
6. Tersusunnya arahan atau pedoman bagi pemerintah daerah dalam
pelaksanaan pembangunan, khususnya di wilayah perencanaan.
1.4.3 Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kegiatan Penyusunan Rencana
Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo Kabupaten
Banyuwangi, adalah tersedianya Dokumen RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan
Bangorejo yang memenuhi ketentuan teknis dalam Permen ATR No. 16 Tahun 2018,
serta disusun dengan konsep mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya kawasan,
menjamin keserasian tata lingkungan, dan mempertimbangkan aspirasi masyarakat.
1.4.4 Manfaat
Manfaat RDTR sesuai dengan Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata
Ruang Kabupaten/Kota, yang ditetapkan melalui Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum, adalah sebagai:
1. Penentu intensitas pemanfaatan ruang untuk setiap bagian wilayah sesuai
dengan fungsinya di dalam struktur ruang Kawasan secara keseluruhan;
2. Arahan lokasi dari berbagai kegiatan yang mempunyai kesamaan fungsi
maupun lingkungan permukiman dengan karakteristik tertentu;
3. Penentu bagi penetapan kawasan yang diprioritaskan untuk disusun
program pengembangan kawasan dan pengendalian pemanfatan ruangnya
pada tingkat BWP atau sub BWP.

1.5 RUANG LINGKUP


Berdasarkan UU No.26 Tahun 2007, Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang
Kawasan didasarkan pada azas-azas seperti asas keterpaduan; keserasian,

6
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

keseimbangan dan keselarasan; azas berkelanjutan; azaz keberdayagunaan dan


keberhasilan; azas keterbukaan; kebersamaan dan kemitraan; azas perlindungan
dan kepentingan umum; azas kepastian hukum dan keadilan; serta azas akuntabilitas
yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan karakteristik Kawasan
Agropolitan Kecamatan Banyuwangi itu sendiri maupun hubungan dengan daerah
sekitarnya dengan ruang lingkup meliputi :
a. Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Agropolitan Kecamatan
Banyuwangi memuat rumusan kebijaksanaan pemanfaatan ruang untuk
menyiapkan perwujudan ruang pada pusat kegiatan, dalam rangka
pelaksanaan program dan pengendalian pembangunan yang dilaksanakan
pemerintah, swasta dan masyarakat dalam jangka pendek, menengah dan
panjang;
b. Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Agropolitan Kecamatan
Banyuwangi harus memuat arahan rencana pada pemanfaatan ruang
mengenai rencana pengelolaan kawasan budidaya dan rencana pengelolaan
kawasan lindung, serta bukan lagi sekedar arahan tetapi secara teknis sudah
menjadi kebijaksanaan lebih konkrit tentang :
1. Fisik Dasar kawasan meliputi topografi, hidrologi, geologi, klimatologi;
2. Kependudukan meliputi jumlah dan persebaran penduduk menurut jenis
kelamin, umur,agama, pendidikan dan mata pencaharian;
3. Pemanfaatan ruang ditinjau dari segi besaran pada setiap blok
peruntukan yang materinya sekurang-kurangnya mengatur arahan lokasi
perdagangan dan jasa, industri menurut jenisnya, pendidikan mulai dari
TK s/d Perguruan Tinggi, fasilitas kesehatan, sarana peribadatan, taman
rekreasi, sarana olah raga, perkantoran dan perumahan, terminal, jalur
hijau, makam, pertanian dan kawasan khusus lainnya ;
4. Penggunaan lahan meliputi luasan dan persebaran kegiatan seperti
permukiman, perdagangan dan jasa, kesehatan, industri, pariwisata,
pertambangan, pertanian, kehutanan, dsb;
5. Struktur tingkat pelayanan kegiatan kota dalam hal hubungan tata
jenjang, kapasitas dan intensitas antara fungsi-fungsi pelayanan tiap-tiap
lingkungan yang materinya sekurang-kurangnya mengatur perdagangan,
pendidikan, kesehatan, olah raga dan rekreasi, selain itu juga membahas
mengenai arah pergerakan penduduk untuk motivasi bekerja, belanja dan
bersekolah;

7
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

6. Sistem prasarana lainnya, meliputi sistem jaringan listrik/energi, jaringan


telekomunikasi, infrastruktur perkotaan (air minum, pengolahan air
limbah, sistem persampahan, sistem drainase kota, dan jalur evakuasi
bencana;
7. Fasilitas pelayanan umum mencakup penentuan kebutuhan fasilitas yang
didasarkan pada fungsi dan daya tampung dari wilayah perencanaan
dengan memperhitungkan skala pelayanan masing-masing jenis fasilitas
tersebut terdiri dari perdagangan dan jasa, kesehatan, pendidikan,
peribadatan, fasilitas umum (olahraga dan rekresasi), RTH dan
transportasi;
8. Peruntukan blok meliputi penentuan luasan dan delinasi blok bangunan
tiap fungsi pemanfaatan, baik untuk kawasan lindung dan budidaya.
9. Intensitas bangunan, mencakup perbandingan antara luas bangunan
dengan luas lahan keseluruhan pada setiap blok peruntukan yang
materinya sekurang-kurangnya mengatur koefisien dasar bangunan
(KDB), Koefisien Lantai Bangungan (KLB), Tinggi lantai bangunan (TL),
Garis Sempadan Bangunan (GSB).
10. Perekonomian meliputi investasi, kegiatan industri, kegiatan
perdagangan dan jasa, pariwisata, pertambangan, pertanian, kehutanan,
perikanan, dsb.
11. Pengendalian pemanfaatan ruang meliputi pengawasan pemanfaatan
ruang, pelaporan, evaluasi, tindakan, perijinan, pemberian intensif dan
disintensif, pemberian kompensasi dan pengenaan sanksi.
12. Indikasi program berupa tahapan pelaksanaan pembangunan dalam hal
pengendalian peruntukan, pelaksanaan / program / kegiatan prasarana
dan sarana kota dalam kurun waktu 20 (dua puluh) Tahun yang dibagi
dalam program 5 (lima) Tahunan.
1.5.1 Ruang Lingkup Wilayah
Lingkup wilayah penyusunan RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo
Kabupaten Banyuwangi adalah Kawasan Agropolitan di Kecamatan Bangorejo yang
berada di enam Desa yaitu Desa Bangorejo, Desa Sambirejo, Desa Sukorejo, Desa
Ringintelu, Desa Sambimulyo dan Desa Kebondalem.

Tabel 1.2 Lingkup Wilayah Agropolitan Bangorejo

NO DESA Luas (Km2)

8
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

1 Desa Bangorejo 10,34


2 Desa Sambirejo 9,35
3 Desa Sukorejo 9,79
4 Desa Ringintelu 6,80
5 Desa Kebondalem 19,88
6 Desa Sambimulyo 9,79
JUMLAH 65,95
Sumber: Kecamatan Bangorejo dalam angka, 2018

Berikut merupakan ruang lingkup wilayah penyusunan Rencana Detail Tata


Ruang (RDTR) Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo, beserta deliniasinya
yang dituangkan dalam peta di bawah ini

9
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Gambar
Gambar1.2
1.1Peta
PetaDeliniasi RDTR Kawasan Agropolitan Kec.Banyuwangi
Bangorejo
Orientasi Deliniasi Terhadap Kabupaten

10
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

1.5.2 Ruang Lingkup Waktu


a. Jangka Waktu Penyusunan
Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan Penyusunan RDTR Kawasan
Agropolitan Kecamatan Bangorejo Kabupaten Banyuwangi akan
diselesaikan seluruhnya dalam waktu 4 bulan (120 hari kalender).
b. Jangka Waktu Perencanaan
RDTR berlaku dalam jangka waktu 20 (dua puluh) tahun atau sebagaimana
masa berlakunya RTRW Kabupaten Banyuwangi (2012-2032) dan ditinjau
kembali setiap 5 (lima) tahun. Peninjauan kembali RDTR dapat dilakukan
lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun jika:
1. Terjadi perubahan RTRW Kabupaten yang mempengaruhi Kawasan
Agropolitan Kecamatan Bangorejo;
2. Terjadi bencana alam skala besar yang ditetapkan dengan perundangan
yang mengakibatkan perubahan batas administrasi Kecamatan
Bangorejo.

1.6 SISTEMATIKA PEMBAHASAN


Dalam Laporan Pendahuluan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan
Agropolitan Kecamatan Bangorejo Kabupaten Banyuwangi ini, sistematika
pembahasan diatur sesuai dengan tatanan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan uraian tentang latar belakang penyusunan RDTR; dasar hukum
penyusunan RDTR; Maksud dan tujuan; Ruang lingkup serta sistematika
penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan Agropolitan
Kecamatan Bangorejo Kabupaten Banyuwangi.
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN
Bab ini berisikan uraian mengenai Kebijakan wilayah perencanaan yang meliputi
kebijakan RTRW Provinsi Jawa Timur, RTRW Kabupaten Banyuwangi, RPJP dan
RPJM Kabupaten Banyuwangi.
BAB III PENDEKATAN DAN METODOLOGI
Bab ini berisikan uraian tentang pendekatan perencanaan yang dilakukan dalam
pekerjaan, metode tahapan yang digunakan dalam penyusunan, dan juga metode
analisa yang dipakai dalam penyusunan RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan
Bangorejo Kabupaten Banyuwangi.
BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

11
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Bab ini berisikan uraian mengenai kondisi wilayah perencanaan yang meliputi
kondisi eksisting atas aspek kependudukan, guna lahan, dan beberapa aspek
pengenal yang menjadi orientasi atas wilayah perencanaan serta potensi dan
masalah Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo Kabupaten Banyuwangi.
BAB V KERANGKA KERJA DAN SISTEM PELAPORAN
Bab ini berisikan tentang kerja penyusunan RDTR Kawasan Agropolitan
Kecamatan Bangorejo Kabupaten Banyuwangi mengenai struktur dan organisasi
pelaksanaan pekerjaan, komposisi personil, penugasan tenaga ahli, serta
rencana kegiatan.

12
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

2 TINJAUAN KEBIJAKAN
2.1 ARAHAN UNDANG-UNDANG NO. 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN
RUANG
Perencanaan tata ruang dilakukan agar pengendalian dan program
dilaksanakan sesuai dengan Arahan dalam UU No 26 Tahun 2007 tentang penataan
ruang pada pasal 14 disebutkan bahwa:

(1) Perencanaan tata ruang dilakukan untuk menghasilkan:


a. Rencana umum tata ruang
b. Rencana rinci tata ruang.
(2) Rencana umum tata ruang sebagaimana dimaksud secara berhierarki terdiri
atas:
a. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
b. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
c. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten dan Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota.

Perencanaan Tata Ruang Wilayah Kabupaten dalam UU No 26 Tahun 2007


pada pasal 25 dan 26 menyebutkan tentang penataan ruang bahwa:

1. Penyusunan rencana tata ruang wilayah kabupaten mengacu pada:


a. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi
b. Pedoman dan petunjuk pelaksanaan bidang penataan ruang
c. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
2. Penyusunan rencana tata ruang wilayah kabupaten harus memperhatikan

13
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

a. Perkembangan permasalahan provinsi dan hasil pengkajian implikasi


penataan ruang kabupaten
b. Upaya pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi kabupaten
c. Keselarasan aspirasi pembangunan kabupaten
d. Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
e. Rencana pembangunan jangka panjang daerah
f. Rencana tata ruang wilayah kabupaten yang berbatasan
g. Rencana tata ruang kawasan strategis kabupaten.

Penataaan ruang yang sesuai dengan strategi besar pembangunan


masyarakat di suatu kabupaten juga harus memiliki rencana tata ruang yang detail,
dalam undang-undang No. 26 tahun 2007 tentang penataan ruang dijelaskan
rencana tata ruang wilayah kabupaten memuat:

a. Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten


b. Rencana struktur ruang wilayah kabupaten yang meliputi sistem perkotaan di
wilayahnya yang terkait dengan kawasan perdesaan dan sistem jaringan
prasarana wilayah kabupaten dimana dalam ayat penjelasan disebutkan
struktur ruang wilayah kabupaten merupakan gambaran sistem perkotaan
wilayah kabupaten dan jaringan prasarana wilayah kabupaten yang
dikembangkan untuk mengintegrasikan wilayah kabupaten selain untuk
melayani kegiatan skala kabupaten yang meliputi sistem jaringan
transportasi, sistem jaringan energi dan kelistrikan, sistem jaringan
telekomunikasi, dan sistem jaringan sumber daya air, termasuk seluruh
daerah hulu bendungan atau waduk dari daerah aliran sungai. Rencana tata
ruang digambarkan kabupaten adalah pusat wilayah yang diletakkan jaringan
prasarana dan sarana penurut uu dalam pengelolaannya harus kewenangan
pemerintah daerah kabupaten.
c. Rencana pola ruang wilayah kabupaten yang meliputi kawasan lindung
kabupaten dan kawasan budidaya kabupaten dalam ayat penjelasan bahwa
pola ruang wilayah kabupaten merupakan gambaran pemanfaatan ruang
wilayah kabupaten, baik untuk pemanfaatan yang berfungsi lindung maupun
budi daya yang belum ditetapkan dalam rencana tata ruang wilayah nasional
dan rencana tata ruang wilayah provinsi.
d. Penetapan kawasan strategis kabupaten adalah wilayah yang penataan
ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam

14
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

lingkup kabupaten/kota terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau


lingkungan
e. Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten yang berisi indikasi program
utama jangka menengah lima tahunan
f. Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten yang berisi
ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan insentif
dan disinsentif, serta arahan sanksi.

2.2 PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NO. 1 TAHUN 2008 TENTANG


PEDOMAN PERENCANAAN KAWASAN PERKOTAAN
Perencanaan tata ruang adalah suatu administrasi dan kebijakan
dikembangkan sebagai pendekatan menyeluruh lintas disiplin terhadap
pembangunan daerah yang seimbang dan penataaan ruang yang sesuai dengan
strategi besar pada pembangunan masyarakat.

Arah pembangunan kawasan perkotaan yang berada di dua atau lebih


kabupaten dituangkan dalam masing-masing RPJPD kabupaten yang bersangkutan.
Rencana arah pembangunan kawasan perkotaan yang tertuang dalam RPJPD (pasal
8) memuat:

a. Peningkatan kesejahteraan masyarakat perkotaan


b. Pemenuhan standar pelayanan perkotaan
c. Keterkaitan fungsi antar kawasan perkotaan.

Arah pembangunan kawasan perkotaan yang tertuang dalam RPJPD menjadi


acuan penyusunan rencana tata ruang dan pedoman penyusunan RPJMD. Rencana
Tata Ruang Kawasan Perkotaan tertuang dalam peraturan menteri dalam negeri no.
1 tahun 2008 (pasal 11) sebagai berikut:

Rencana Detail Tata Ruang sebagaimana dimaksud. dalam Pasal 10,


dijadikan pedoman untuk:

a. Pengaturan tata guna tanah (Land Regulation)


b. Penerbitan surat keterangan pemanfaatan ruang
c. Penerbitan Advise Planning
d. Penerbitan izin prinsip pembangunan
e. Penerbitan izin lokasi
f. Pengaturan teknis bangunan
g. Penyusunan rencana teknik ruang kawasan perkotaan
h. Penyusunan rencana tata bangunan dan lingkungan.

15
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

2.3 PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG NO. 16 TAHUN 2018
TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA RUANG
DAN PERATURAN ZONASI KABUPATEN/KOTA
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang No. 16 Tahun 2018 tentang
“Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Peraturan Zonasi
Kabupaten/Kota“, definisi RDTR adalah rencana secara rinci tentang tata ruang
wilayah kabupaten/kota sebagai penjabaran RTRW kabupaten/kota yang menjadi
rujukan bagi penyusunan rencana teknis sektor dan pelaksanaan pengendalian
pemanfaatan ruang.

Pada Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang No. 16 Tahun 2018 Pedoman
RDTR menyebutkan bahwa isi dari muatan dokumen RDTR yaitu:

a. Tujuan penataan bagian wilayah perencanaan


b. Rencana struktur ruang
c. Rencana pola ruang
d. Penetapan sub bagian wilayah perencanaan yang diprioritaskan
penanganannya
e. Ketentuan pemanfaatan ruang

Berdasarkan peraturan menteri dan tata ruang no. 16 tahun 2018 tentang
Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi Kabupaten/Kota, bahasan dalam
RDTR mencakup sebagai berikut :

1. Tujuan penataan BWP dalam tujuan RDTR berfungsi sebagai berikut:


a. Sebagai acuan untuk penyusunan rencana pola ruang, penyusunan rencana
jaringan prasarana, penetapan Sub BWP yang diprioritaskan
penanganannya, penyusunan ketentuan pemanfaatan ruang, penyusunan
peraturan zonasi.
b. Menjaga konsistensi dan keserasian pengembangan kawasan perkotaan
dengan RTRW kabupaten/kota.

Perumusan tujuan penataan BWP dalam muatan RDTR didasarkan pada:

a. Arahan pencapaian sebagaimana ditetapkan dalam RTRW kabupaten/kota


b. Isu strategis BWP, yang antara lain dapat berupa potensi, masalah, dan
urgensi penanganan
c. Karakteristik BWP.

Tujuan penataan BWP dijelaskan dengan pertimbangan sebagai berikut:

16
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

a. Keseimbangan dan keserasian antar bagian dari wilayah kabupaten/kota


b. Fungsi dan peran bwp
c. Potensi investasi
d. Keunggulan dan daya saing bwp
e. Kondisi sosial dan lingkungan bwp
f. Peran aspirasi masyarakat dalam pembangunan
g. Prinsip-prinsip yang merupakan penjabaran dari tujuan tersebut.
2. Rencana Struktur Ruang

Rencana struktur ruang merupakan susunan pusat-pusat pelayanan dan


sistem jaringan prasarana di BWP yang akan dikembangkan untuk mencapai tujuan
dalam melayani kegiatan skala BWP. Untuk mengembangkan pusat-pusat pelayanan
dan sistem jaringan prasarana di BWP Rencana struktur ruang berfungsi sebagai:

a. Pembentuk sistem pusat pelayanan di dalam BWP


b. Dasar perletakan jaringan serta rencana pembangunan prasarana dan utilitas
dalam BWP sesuai dengan fungsi pelayanannya
c. Dasar rencana sistem pergerakan dan aksesibilitas lingkungan dalam RTBL
dan rencana teknis sektoral.

Materi Untuk mengembangkan pusat-pusat pelayanan dan sistem jaringan


prasarana di BWP rencana struktur ruang meliputi:

a. Rencana Pengembangan Pusat Pelayanan


b. Rencana Jaringan Transportasi
c. Rencana Jaringan Prasarana
3. Rencana Pola Ruang

Rencana pola ruang merupakan rencana distribusi zona pada BWP yang
akan diatur sesuai dengan fungsi dan peruntukannya. Rencana pola ruang berfungsi
sebagai:

a. Alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial budaya, ekonomi, serta kegiatan
pelestarian fungsi lingkungan dalam BWP
b. Alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial budaya, ekonomi, serta kegiatan
pelestarian fungsi lingkungan dalam BWP
c. Dasar penyusunan RTBL dan rencana teknis lainnya
d. Dasar penyusunan rencana jaringan prasarana

Rencana pola ruang RDTR terdiri atas:

17
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

a. Zona lindung
b. Zona budi daya
4. Penetapan Sub BWP yang Diprioritaskan

Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya merupakan upaya


dalam rangka operasionalisasi rencana tata ruang yang diwujudkan ke dalam
rencana penanganan Sub BWP yang diprioritaskan.

Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya berfungsi sebagai:

a. Dasar penyusunan RTBL dan rencana teknis pembangunan sectoral


b. Dasar pertimbangan dalam penyusunan indikasi program prioritas RDTR.

Penetapan sub BWP yang diprorioritaskan dalam penanganannya harus


memuat:

a. Lokasi Lokasi Sub BWP yang diprioritaskan harus digambarkan dalam peta.
Lokasi tersebut dapat meliputi seluruh wilayah Sub BWP yang ditentukan,
atau dapat juga meliputi sebagian saja dari wilayah Sub BWP tersebut serta
Batas delineasi lokasi Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya harus
ditetapkan dan mempertimbangkan jenis kawasan, kesesuaian karakteristik
tematik, batas fisik, fungsi fisik kawasan dan penentuan wilayah administratif
secara kultural adat.
b. Tema penanganan adalah program utama untuk setiap lokasi yang akan
diprioritaskan sub BWPnya.
5. Ketentuan Pemanfaatan Ruang

Dalam RDTR merupakan upaya mewujudkan RDTR dalam bentuk program


pengembangan BWP dalam jangka waktu perencanaan 5 (lima) tahun.

Program dalam ketentuan pemanfaatan ruang meliputi:

a. Program Pemanfaatan Ruang Prioritas merupakan program-program


pengembangan BWP yang diindikasikan memiliki bobot tinggi berdasarkan
tingkat kepentingan atau diprioritaskan dan memiliki nilai strategis untuk
mewujudkan rencana pola ruang dan rencana jaringan prasarana di BWP
sesuai tujuan penataan BWP.
b. Lokasi Lokasi merupakan tempat dimana usulan program akan dilaksanakan.
c. Besaran Besaran merupakan perkiraan jumlah satuan masing-masing usulan
program prioritas pengembangan wilayah yang akan dilaksanakan.

18
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

d. Sumber Pendanaan Sumber pendanaan dapat berasal dari Anggaran


Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) kabupaten/kota, APBD provinsi,
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), swasta, dan/atau
masyarakat.
e. Instansi Pelaksana Instansi pelaksana merupakan pihak-pihak pelaksana
program prioritas yang meliputi pemerintah seperti satuan kerja perangkat
daerah (SKPD), dinas teknis terkait, dan/atau kementerian/lembaga, swasta,
dan/atau masyarakat.

Waktu dan Tahapan Pelaksanaan Program direncanakan dalam kurun waktu


perencanaan 20 (dua puluh) tahun yang dirinci setiap 5 (lima) tahunan dan masing-
masing program mempunyai durasi pelaksanaan yang bervariasi sesuai kebutuhan.

2.4 KEDUDUKAN PERATURAN ARAHAN KAWASAN PERENCANAAN DALAM


KEBIJAKAN PENATAAN RUANG WILAYAH
2.4.1 Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Jawa Timur Tahun 2011-2031.
Peraturan daerah nomor 5 tahun 2012 RTRW Provinsi Jawa Timur yaitu
menjelaskan bahwa perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk
menentukan struktur ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan
penetapan rencana tata ruang.

1. Penataan RTRW provinsi memiliki visi penataan yaitu:

Visi penataan Ruang Provinsi adalah “terwujudnya ruang wilayah Provinsi


berbasis agribisnis dan jasa komersial yang berdaya saing global dalam
pembangunan berkelanjutan.”

2. Misi penataan ruang adalah mewujudkan:


a. Keseimbangan pemerataan pembangunan antarwilayah dan
pertumbuhan ekonomi;
b. Pengembangan pusat pertumbuhan wilayah;
c. Penyediaan sarana dan prasarana wilayah secara berkeadilan dan
berhierarki serta bernilai tambah tinggi;
d. Pemantapan fungsi lindung dan kelestarian sumber daya alam dan
buatan;
e. Optimasi fungsi budi daya kawasan dalam meningkatkan kemandirian
masyarakat dalam persaingan global;

19
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

f. Keterpaduan program pembangunan berbasis agribisnis dan jasa


komersial yang didukung seluruh pemangku kepentingan;
g. Kemudahan bagi pengembangan investasi daerah serta peningkatan
kerja sama regional.

Arahan pengembangan kebijakan RTRW Provinsi bagian wilayah


perkotaan Banyuwangi berfungsi sebagai Kawasan Agropolitan, Kawasan
agropolitan menurut Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2012 adalah kawasan
yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai
sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumber daya alam tertentu yang
ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan satuan
sistem permukiman dan sistem agribisnis. dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut:

Tabel 2.1 Kajian Kebijakan RTRW Provinsi Jawa Timur Tahun 2011-2031

No KEBIJAKAN TERKAIT KETERANGAN


A. RENCANA STRUKTUR RUANG
1 RENCANA SISTEM Rencana sistem perkotaan di wilayah
PERKOTAAN kabupaten banyuwangi sebagai berikut:
PKW adalah kawasan perkotaan yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala
provinsi atau kegiatan beberapa
kabupaten/kota. Rencana sistem
perkotaan di Provinsi Jawa Timur adalah
Probolinggo, Tuban, Kediri, Madiun,
Banyuwangi, Jember, Blitar, Pamekasan,
Bojonegoro, dan Pacitan
2 RENCANA SISTEM Rencana system perwilayahan di wilayah
PERWILAYAHAN kabupaten banyuwangi sebagai berikut:
WP Banyuwangi dengan pusat  Pusat : Kabupaten Banyuwangi
di Perkotaan Banyuwangi Fungsi WP Banyuwangi: pertanian
meliputi: Kabupaten tanaman pangan, hortikultura,
Banyuwangi dengan pusat
perkotaan Banyuwangi perkebunan, peternakan, kehutanan,
perikanan, pertambangan, industri,
pendidikan, kesehatan, dan pariwisata.
3 RENCANA FUNGSI Pengembangan sistem agropolitan dan
WILAYAH/PERKOTAAN sistem agroindustri sebagaimana yang
dimaksud dalam fungsi WP Banyuwangi

20
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

memfokuskan pada: pertanian tanaman


pangan, hortikultura, perkebunan,
peternakan, kehutanan, perikanan,
pertambangan, industri, pendidikan,
kesehatan, dan pariwisata
4 RENCANA PENGEMBANGAN  Rencana jaringan jalan bebas
INFRASTRUKTUR hambatan antar kota dari
Probolinggo–Banyuwangi, Rencana
jaringan jalan nasional arteri primer dari
Surabaya–Sidoarjo–Gempol–
Pasuruan–Probolinggo– Situbondo–
Banyuwangi, Rencana jaringan jalan
nasional kolektor primer Glonggong–
Pacitan–Panggul–Durenan–
Tulungagung– Blitar–Kepanjen–Turen–
Lumajang–Wonorejo–Jember–
Gentengkulon–Jajag–Benculuk–
Rogojampi– Banyuwangi
 Rencana jalan strategis nasional.
Paltuding–Banyuwangi
 Pengembangan jalur Terminal A Sri
Tanjung di Kabupaten Banyuwangi,
Terminal B Wiroguno dan Terminal
Brawijaya di Kabupaten Banyuwangi,
 Pengembangan Jalur perkeretaapian
umum Jalur Timur : Surabaya (Semut)–
Surabaya (Gubeng)–Surabaya
(Wonokromo)– Sidoarjo–Bangil–
Pasuruan– Probolinggo–Jember–
Banyuwangi, jalur kereta api ganda
Jalur Timur : Surabaya (Semut)–
Surabaya (Gubeng)–Surabaya
(Wonokromo)– Sidoarjo–Bangil–
Pasuruan– Probolinggo–Jember–
Banyuwangi
 Rencana jaringan sungai, danau, dan
Rencana pengembangan pelabuhan
penyeberangan
B. RENCANA POLA RUANG
 RENCANA KAWASAN LINDUNG
1 Arahan Pengelolaan Kawasan a. pengawasan dan pemantauan untuk
Hutan Lindung pelestarian kawasan konservasi dan
kawasan hutan lindung
b. mempertahankan luasan kawasan
hutan lindung

21
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

c. pelestarian keanekaragaman hayati


dan ekosistemnya
d. pengembangan kerja sama
antarwilayah dalam pengelolaan
kawasan lindung
e. percepatan rehabilitasi hutan dan
lahan yang termasuk kriteria kawasan
lindung dengan melakukan
penanaman pohon lindung yang dapat
digunakan sebagai perlindungan
kawasan bawahannya yang dapat
dimanfaatkan hasil hutan nonkayunya
f. pemanfaatan jalur wisata alam
jelajah/pendakian untuk menanamkan
rasa memiliki terhadap alam
g. pemanfaatan kawasan lindung untuk
sarana pendidikan penelitian dan
pengembangan kecintaan terhadap
alam.
2 Kawasan Perlindungan Peraturan pemerintah no. 26 tahun 2008
Setempat (sempadan pantai) menjelaskan kriteria kawasan lindung
nasional (pasal 56) sebagai berikut:
a. daratan sepanjang tepian laut dengan
jarak paling sedikit 100 (seratus) meter
dari titik pasang air laut tertinggi ke
arah darat
b. daratan sepanjang tepian laut yang
bentuk dan kondisi fisik pantainya
curam atau terjal dengan jarak
proporsional terhadap bentuk dan
kondisi fisik pantai.
3 Kawasan Perlindungan a. daratan sepanjang tepian sungai
Setempat (sempadan sungai) bertanggul dengan lebar paling sedikit
5 (lima) meter dari kaki tanggul sebelah
luar
b. daratan sepanjang tepian sungai besar
tidak bertanggul di luar kawasan
permukiman dengan lebar paling
sedikit 100 (seratus) meter dari tepi
sungai
c. daratan sepanjang tepian anak sungai
tidak bertanggul di luar kawasan
permukiman dengan lebar paling
sedikit 50 (lima puluh) meter dari tepi
sungai.

22
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

4 Kawasan Perlindungan a. daratan dengan jarak 50 (lima puluh)


Setempat (kawasan sekitar meter sampai dengan 100 (seratus)
meter dari titik pasang air danau atau
danau atau waduk)
waduk tertinggi
b. daratan sepanjang tepian danau atau
waduk yang lebarnya proporsional
terhadap bentuk dan kondisi fisik
danau atau waduk.
5 Kawasan Perlindungan Peraturan daerah provinsi jawa timur no. 5
Setempat (kawasan sekitar tahun 2012 arahan pengelolaan kawasan
perlindungan setempat sebagai berikut:
mata air)
a. penetapan perlindungan pada sekitar
mata air minimum berjari-jari 200 meter
dari sumber mata air jika di luar
kawasan permukiman dan 100 meter
jika di dalam kawasan permukiman
b. perlindungan sekitar mata air untuk
kegiatan yang menyebabkan alih
fungsi lindung dan menyebabkan
kerusakan kualitas sumber air
c. pembuatan sistem saluran bila sumber
dimanfaatkan untuk air minum atau
irigasi
d. pengembangan tanaman perdu,
tanaman tegakan tinggi, dan penutup
tanah untuk melindungi pencemaran
dan erosi terhadap air
e. pembatasan penggunaan lahan secara
langsung untuk bangunan yang tidak
berhubungan dengan konservasi mata
air
f. perlindungan sekitar mata air yang
terletak pada kawasan lindung tidak
dilakukan secara khusus sebab
kawasan lindung tersebut sekaligus
berfungsi sebagai pelindung terhadap
lingkungan dan air.
6 Kawasan Perlindungan Kawasan lindung spiritual dan
Setempat (kawasan lindung kearifanlokal terdapat di permukiman
budaya suku Osing di Kabupaten
spiritual dan kearifan lokal)
Banyuwangi. Arahan pengelolaan
kawasan lindung spiritual dan kearifan
lokal meliputi:
a. pelestarian kawasan lindung spiritual
dan kearifan lokal yang masih terdapat
di berbagai wilayah kabupaten/kota

23
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

b. pembatasan dan pelarangan


perubahan keaslian kawasan dengan
pemodernan ke bentuk lain
c. perlindungan terhadap kawasan
lindung spiritual dan kearifan lokal
ditetapkan dalam peraturan yang
terdapat pada rencana tata ruang
kabupaten/kota.
7 Cagar Alam Cagar alam yang terdapat di kabupaten
banyuwangi yaitu terletak di Janggangan
Rogojampi I/II di Kabupaten Banyuwangi
dengan luas sekurang-kurangnya lebih
7,50 ha. Untuk Arahan pengelolaan
kawasan cagar alam meliputi:
a. rehabilitasi tanah rusak/kawasan kritis
terutama pada kelerengan 40%
b. pengelolaan cagar alam
c. peningkatan fungsi lindung cagar alam
d. pengembangan kegiatan secara lebih
spesifik berdasarkan karakteristik
kawasan dengan mengedepankan fungsi
lindung kawasan.
8 Taman Wisata Alam Taman Wisata Alam terdapat di Ijen
Merapi Unggup-Unggup di Kabupaten
Bondowoso dan Kabupaten Banyuwangi
dengan luas sekurang-kurangnya 92 ha.
9 Rawan Bencana Alam a. Kawasan rawan tanah longsor
b. Kawasan rawan banjir
10 Kawasan Lindung Geologi  Kawasan keunikan batuan dan fosil
terdapat di Teluk Grajagan di
Kabupaten Banyuwangi Arahan
pengelolaan kawasan keunikan batuan
dan fosil meliputi:
a. penetapan kawasan sebagai
kawasan konservasi dan tidak
diizinkan untuk melakukan
kegiatan pertambangan dan
membangun bendungan di
atasnya
b. pembuatan papan nama yang
menunjukkan pentingnya kawasan
tersebut
c. pembuatan papan narasi geologi di
kawasan-kawasan tersebut dan
brosur sebagai media sosialisasi

24
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

ke masyarakat dan
pelajar/mahasiswa
 Kawasan rawan gempa bumi, Arahan
pengelolaan kawasan rawan gempa
bumi meliputi:
a. penataan ruang
b. rekayasa teknologi.
 Kawasan rawan tsunami, Arahan
pengelolaan kawasan rawan tsunami
meliputi:
a. melalui penataan ruang
b. melalui rekayasa teknologi.
 Kawasan CAT (cekungan air tanah)
imbuhan air tanah terdapat di
Kabupaten Sumberbening,
Banyuwangi, CAT Blambangan, CAT
Bangkalan, dan CAT Toranggo.
 RENCANA KAWASAN BUDIDAYA
1 Rencana Kawasan Hutan a. pengusahaan hutan produksi dengan
produksi menerapkan sistem silvikultur tebang
habis permudaan buatan (THPB)
b. reboisasi dan rehabilitasi lahan pada
bekas tebangan dan tidak diizinkan
pengalihfungsian ke budi daya
nonkehutanan
c. pemantauan dan pengendalian
kegiatan pengusahaan hutan serta
gangguan keamanan hutan lainnya
d. pengembalian fungsi hutan semula
dengan reboisasi pada kawasan yang
mengalami perambahan atau bibrikan
e. percepatan reboisasi dan pengayaan
tanaman di kawasan hutan produksi
yang mempunyai tingkat kerapatan
tegakan rendah
f. pengembangan zona penyangga di
kawasan hutan produksi yang
berbatasan dengan hutan lindung
g. pengembalian kondisi hutan bekas
tebangan melalui reboisasi dan
rehabilitasi lahan kritis.
2 Rencana Kawasan Hutan Rencana hutan rakyat di Jawa Timur
Rakyat ditetapkan dengan luas sekurang-
kurangnya 425.570,43 ha. Hutan rakyat

25
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

3 Kawasan Peruntukan Pertanian Arahan pengelolaan kawasan peruntukkan


Komoditas unggulan: pertanian meliputi:
Pengembangan hortikultura di a. area lahan sawah beririgasi harus
wilayah Kabupaten Banyuwangi dipertahankan agar tidak berubah
fungsi menjadi peruntukan yang lain
penghasil buah pisang, jeruk
b. pengalihan fungsi areal sebagaimana
dan manggis dimaksud pada huruf a wajib
disediakan lahan pengganti
c. pengembangan sawah beririgasi
teknis dilakukan dengan
memprioritaskan perubahan sawah
nonirigasi menjadi sawah irigasi
melalui dukungan pengembangan
dan perluasan jaringan irigasi,
pembukaan areal baru pembangunan
irigasi, dan pengembangan
waduk/embung
d. peningkatan produksi dan
produktivitas tanaman pangan
dengan mengembangkan kawasan
pertanian terpadu (cooperative
farming), dan hortikultura dengan
mengembangkan kawasan budi daya
pertanian ramah lingkungan (good
agriculture practices)
e. pengembangan kelembagaan
kelompok tani ke arah kelembagaan
ekonomi/koperasi.
4 Kawasan Percenguntukan Pengelolaan kawasan peruntukan
Perkebunan perkebunan tersistem pewilayahan
Komoditas Unggulan: kopi, komoditi sesuai dengan potensinya, luas
karet, kakao, kelapa, wilayah dan daya saing
produkperkebunan, untuk pengembangan
wilayah perkebunan diarahkan untuk
meningkatkan produktivitas, kualitas,
efisiensi dan keberlanjutan kedepannya.
pengembangan perkebunan dapat dibagi
dalam 2 (dua) kelompok yaitu:
1. tanaman semusim terdiri dari
tembakau dan tebu
2. tanaman tahunan terdiri dari kapas,
jambu, cengkeh,the, karet, kakao,
panili, kelapa dan nilam.
5 Kawasan Peruntukan Sentra peternakan ternak besar, Arahan
Peternakan pengelolaan kawasan peruntukan
peternakan terdiri darii:

26
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

a. pengembangan kawasan peternakan


yang mempunyai keterkaitan dengan
pusat distribusi pakan ternak dan
sektor industri pendukung lainnya
b. pemertahanan ternak plasma nuftah
sebagai potensi daerah
c. pengembangan kawasan peternakan
diarahkan pada pengembangan
komoditas ternak unggulan
d. kawasan budi daya ternak yang
berpotensi menularkan penyakit dari
hewan ke manusia atau sebaliknya
pada permukiman padat penduduk
ditempatkan terpisah sesuai dengan
standar teknis kawasan usaha
peternakan dengan memperhatikan
kesempatan berusaha dan
melindungi daerah permukiman
penduduk dari penularan penyakit
hewan menular
e. pengaturan pemeliharaan hewan
yang diternakkan serta tata niaga
hewan dan produk bahan asal hewan
di kawasan perkotaan
f. peningkatan nilai ekonomi ternak
dengan mengelola dan mengolah
hasil ternak;
g. pengembangan kelembagaan
kelompok tani ke arah kelembagaan
ekonomi/koperasi.
6 Kawasan Peruntukan Perikanan Kabupaten banyuwangi trmasuk dalam
pengembangan kawasan peruntukan
perikanan tangkap, Muncar di Kabupaten
Banyuwangi pengembangan Pelabuhan
Perikanan Pantai (PPP), Pancer di
Kabupaten Banyuwangi pengembangan
Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI). Berikut
arahab pengelolaan kawasan peruntukan
perikanan:
a. pemertahanan, perehabilitasian, dan
perevitalisasian tanaman
bakau/mangrove dan terumbu karang
b. pengembangan perikanan tangkap
dan perikanan budi daya
c. penjagaan kelestarian sumber daya
air terhadap pencemaran limbah
industry

27
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

d. pengendalian pemanfaatan sumber


daya di wilayah pesisir melalui
penetapan rencana pengelolaan
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
e. pengembangan sarana dan
prasarana pendukung perikanan
f. peningkatan nilai ekonomi perikanan
dengan meningkatkan pengolahan
dan pemasaran hasil perikanan
g. pengembangan kelembagaan
kelompok nelayan ke arah
kelembagaan ekonomi/koperasi. h.
pemertahanan luasan dan sebaran
kawasan tambak garam agar tidak
berubah fungsi
h. pembukaan peluang pengembangan
tambak garam baru dalam rangka
meningkatkan produksi garam dan
membuka peluang investasi
i. pengembangan teknologi dalam
rangka meningkatkan kuantitas dan
kualitas produksi garam
j. pengembangan kawasan tambak
garam dengan mempertimbangkan
aspek lingkungan hidup yang
keberlanjutan.
7 Kawasan Peruntukan Kawasan peruntukan pertambangan di
Pertambangan meliputi: mineral wilayah Provinsi Jawa Timur termasuk
dalam wilayah yang memiliki potensi
logam, panas bumi (Belawan-
sumber daya bahan tambang yang
Ijen), berwujud padat, cair, atau gas. Kawasan
ini dibagi menjadi kawasan pertambangan
mineral, pertambangan minyak dan gas
bumi dan kawasan potensi daerah panas
bumi.
8 Kawasan peruntukan industri Kawasan peruntukan industri dalam Pasal
72 huruf h direncanakan dengan luas
sekurang-kurangnya 69.288,52 Ha
meliputi:
a. kawasan industry
b. kawasan peruntukan industri di luar
kawasan industry
c. sentra industri.
9 Kawasan Peruntukan 1. Grajagan masuk dalam daya tarik
Pariwisata wisata alam, berlokasi di Pantai
Plengkung, Pantai Sukamade, dan

28
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Kawah Ijen di Kabupaten


Banyuwangi
2. Taman Suruh di Kabupaten
Banyuwangi masuk dalam daya
tarik wisata hasil buatan manusia
Kawasan peruntukan pariwisata meliputi:
a. daya tarik wisata alam
b. daya tarik wisata budaya
c. daya tarik wisata hasil buatan
manusia
10 Kawasan Peruntukan Arahan pengelolaan kawasan permukiman
Permukiman perdesaan meliputi:
a. pengelompokan lokasi
permukiman perdesaan yang
sudah ada
b. pengembangan permukiman
perdesaan sedapat mungkin
menghindari terjadinya alih fungsi
lahan produktif
c. Penanganan kawasan
permukiman kumuh di perdesaan
melalui perbaikan rumah tidak
layak huni
d. d. penataan kawasan permukiman
perdesaan melalui konsolidasi
tanah.
Arahan pengelolaan kawasan permukiman
perkotaan meliputi:
a. pengaturan perkembangan
pembangunan permukiman
perkotaan baru
b. pengembangan permukiman
perkotaan dengan
memperhitungkan daya tampung
perkembangan penduduk, sarana,
dan prasarana yang dibutuhkan
c. penanganan kawasan permukiman
kumuh perkotaan dapat dilakukan
melalui pembangunan rumah
susun
d. penataan kawasan permukiman
perkotaan melalui konsolidasi
tanah.
11 Peruntukan Kawasan Budi Daya Peruntukan kawasan budi daya lainnya
Lainnya banyuwangi termasuk dalam kawasan
pertahanan dan keamanan

29
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

12 Kawasan Andalan Kawasan Banyuwangi dan sekitarnya


meiliki sektor unggulan yaitu perikanan
dan pertanian.
13 Rencana Kawasan Pesisir dan Arahan pengelolaan kawasan pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil pulau-pulau kecil dilakukan dengan:
a. membatasi pengembangan
kawasan terbangun pada kawasan
perlindungan ekosistem
b. mengembangkan kegiatan budi
daya yang bersinergi dengan
potensi kawasan pesisir dan pulau-
pulau kecil.
C. PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS PROVINSI JAWA TIMUR
1. Rencana pengembangan Rencana kawasan strategis yang berada
kawasan strategis dari dalam lingkup pengelolaan Pemerintah
sudut kepentingan ekonomi Daerah Provinsi sebagai KSP, Kabupaten
Banyuwangi masuk kawasan agropolitan
regional yang terdiri atas Sistem
Agropolitan Wilis yaitu:
Sistem Agropolitan Ijen (meliputi
Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten
Bondowoso, Kabupaten Jember, dan
Kabupaten Situbondo)
2. Rencana pengembangan Rencana kawasan strategis yang berada
kawasan strategis dari dalam lingkup pengelolaan Pemerintah
sudut kepentingan Daerah Provinsi sebagai KSP, Kabupaten
pendayagunaan Sumber Banyuwangi masuk kedalam kawasan
Daya Alam dan/atau pengembangan potensial panas bumi
kepentingan teknologi tinggi
D. ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH
PROVINSI
Pengendalian pemanfaatan ruang
diselenggarakan melalui penetapan
indikasi:
a. arahan peraturan zonasi
b. arahan perizinan

30
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

c. arahan insentif dan disinsentif


d. arahan pengenaan sanksi.
Sumber: Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Jawa Timur Tahun 2011-2031.

2.4.2 Revisi RTRW Kabupaten Banyuwangi Tentang Rencana Tata Ruang


Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2012-2032.
Rencana pembangunan perkotaan baik nasional maupun daerah memiliki
tahapan-tahapan dalam perencanaan dalam jangka waktu tertentu.

Visi dalam penataan ruang Kabupaten adalah sebagai berikut:

“Terwujudnya pengembangan wilayah dan pertumbuhan ekonomi kabupaten


berbasis pada potensi sumber daya alam daerah yang didukung oleh
pembangunan sarana dan prasarana yang memadai dengan memperhatikan
harmonisasi antara pengelolaan kawasan budidaya, kawasan lindung, dan
pengendalian kawasan rawan bencana.”

Misi Penataan Ruang Kabupaten Banyuwangi adalah :

a. Mewujudkan pengelolaan kawasan lindung, kawasan budidaya, dan


pengendalian kawasan rawan bencana secara harmonis dan berkelanjutan;
b. Mengembangkan sarana dan prasarana wilayah perkotaan dan perdesaan
untuk mendukung pengembangan wilayah dan untuk mengurangi disparitas
antar wilayah;
c. Mewujudkan pengembangan kawasan ekonomi unggulan yang berbasis
sumber daya lokal berupa pertanian tanaman pangan, perkebunan,
kehutanan, peternakan, perikanan, dan pariwisata untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat;
d. Mewujudkan pengembangan kawasan perdagangan dan jasa, industri kecil
dan menengah serta industri besar untuk memacu pertumbuhan ekonomi;
e. Mewujudkan pengembangan pendidikan yang berbasis sumber daya lokal
dalam rangka mendukung peningkatan sumber daya manusia;
f. Meningkatkan kerjasama investasi antara pemerintah, pelaku usaha dan
masyarakat untuk mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat;
g. Mewujudkan pengelolaan sumber daya alam secara optimal untuk
mendorong kemandirian ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Pemerintah Kabupaten Banyuwangi telah memiliki dokumen Rencana Tata


Ruang Wilayah Wilayah yang disusun pada Tahun 1999 dengan masa berlaku

31
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

sampai Tahun 2010. Selama periode tersebut, telah banyak kebijakan baik yang
berskala lokal, regional sampai nasional yang berubah, termasuk gambaran
perkembangan pemanfaatan sumber daya baik alam maupun buatan. Perubahan-
perubahan tersebut perlu dikaji ulang serta perlu dilakukan updating data-data yang
telah ada guna penyusunan revisi RTRW yang telah ada sebelumnya.

Didalam revis RDTR Kab. Banyuwangi terdapat kebijakan di Kecamatan


Bangorejo, beberapa kebijakan yang terkait dengan arah pengembangan kawasan
perkotaan Bangorejo secara rinci dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 2.2 Kajian Kebijakan RTRW Kabupaten Banyuwangi Tahun 2012-2032

NO KEBIJAKAN TERKAIT KETERANGAN


KRITERIA DAN
PENETAPAN
KAWASAN
PERDESAAN DAN
PERKOTAAN
1 Deliniasi Batas Wilayah Pada kecamatan Bangorejo dalam Revisi RTRW
Kota Kabupaten Kabupaten Banyuwangi wilayah perkotaannya
Banyuwangi meliputi: Bangorejo, Sukorejo, Sambirejo,
Kebundalem, Ringintelu

Wilayah Pedesaan meliputi: Temurejo,


Sambimulyo, Ringintelu
RENCANA
STRUKTUR RUANG
RENCANA
PENGEMBANGAN
SISTEM KAWASAN
PERKOTAAN
1 Orde dan Hierarki Dengan mengacu pada sistem perkotaan
Pusat Kegiatan dokumen Revisi RTRW Banyuwangi, maka kota
Perkotaan Bangorejo masuk dalam kategori Kota Kecil B
meliputi: Kota Bangorejo, Tegaldlimo, Cluring,
Gambiran, Glenmore, dan Singojuruh
2 Rencana Sistem Pusat Kelengkapan fasilitas suatu kota secara tidak
kegiatan langsung akan mencerminkan tingkat kekotaan
suatu wilayah. Berdasarkan kondisi tersebut,
sistem pusat kegiatan perkotaan pada kecamatan
Bangorejo dalam RTRW kabupaten Banyuwangi

32
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

adalah sebagai PKLp. Pusat Kegiatan Lokal


promosi yang selanjutnya disingkat PKLp adalah
pusat kegiatan yang dipromosikan untuk kemudian
hari dapat ditetapkan sebagai PKL.
3 Pusat pengembangan Adapun fungsi utama Kota Bangorejo adalah :
untuk Wilayah 1. Pusat pemerintahan skala kecamatan
Pengembangan 2. Pusat perdagangan dan jasa skala beberapa
Banyuwangi Selatan kecamatan
3. Pusat fasilitas umum skala beberapa
kecamatan
4 Rencana Sistem Kota Bangorejo, struktur kotanya akan
Perkotaan dan Fungsi dipengaruhi oleh kegiatan pariwisata di bagian
Perwilayahan selatan maupun potensi sebagai penghasil jeruk
terbesar di Kabupaten Banyuwangi.
5 Rencana Rencana pengembangan sistem jaringan
Pengembangan Sistem prasarana transportasi darat Kecamatan
Prasarana Wilayah Bangorejo masuk dalam jaringan jalan kolektor
Kabupaten primer meliputi: ruas Jalan Jajag – Bangorejo –
Banyuwangi Pesanggaran

Kecamatan Bangorejo mengembangkan rencana


pengembangan jalur dan ruang evakuasi rencana
bencana gempa
RENCANA POLA
RUANG
KAWASAN LINDUNG
KAWASAN
PERLINDUNGAN
SETEMPAT
1 Kawasan Sempadan Sempadan pantai pada kawasan yang memiliki
Pantai fungsi lindung atau konservasi ditetapkan batas
minimal 100 (seratus) meter dari titik pasang air
laut tertinggi.

Sempadan pantai ini terdapat diseluruh wilayah


pesisir Kabupaten Banyuwangi termasuk
Kecamatan Bangorejo itu sendiri.
2 Kawasan Ruang Di masing-masing perkotaan, dari luas RTH yang
Terbuka Hijau direncanakan dengan kategori RTH publik paling
sedikit 30 % (tiga puluh persen) dari luas kawasan
perkotaan sebesar kurang lebih 4.597 hektar,
rencana kawasan RTH Kecamatan Bangorejo
termasuk dalam luasan tersebut

33
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

3 Kawasan Rawan Kabupaten Banyuwangi merupakan salah satu


Bencana Alam wilayah di Jawa Timur dan Indonesia yang sering
dilanda gempa, khususnya wilayah-wilayah yang
berada di bagian wilayah-wilayah selatan.
Kecamatan Bangorejo termasuk didalamnya.

Strategi mitigasi bencana gempa bumi antara lain:

a. Manajemen resiko gempa bumi (earthquake


risk management) melalui penataan ruang
b. Mitigasi bencana gempa bumi melalui
rekayasa teknologi
4 Kawasan Rawan Kawasan rawan gelombang pasang dan tsunami
Gelombang Pasang berada di Kecamatan Bangorejo
Dan Tsunami
Berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk
memperkecil kemungkinan terjadinya bahaya
tsunami sebagai berikut:

1. Mempertahankan bentukan alami sebagai


pelindung alam, seperti hutan produksi,
hutan mangrove, dll. Penanaman hutan
mangrove dimulai dari garis tepi pantai
hingga ke pusat kota, yang harus
dikembangkan sebagai elemen lansekap
kota. Kecerdasan pemilihan jenis-jenis
pohon yang sesuai dengan penempatannya
akan mengoptimalkan fungsi hutan
mangrove. Hutan mangrove merupakan
habitat ideal terumbu karang yang sangat
penting bagi pelestarian tepi pantai,
mencegah instrusi air laut, penahan abrasi
pantai, penahan angin dan gelombang
besar dari lautan lepas, menyerap limpahan
air dari daratan termasuk di saat banjir, dan
menetralisasi pencemaran air laut.
Penelitian Pusat Studi Tsunami juga
menunjukkan bahwa hutan mangrove yang
rapat, lebar jalur mangrove 200 meter
hingga 5 kilometer lebih dari garis pantai
dengan ketinggian 10-15 meter (pohon
bakau atau nipah berusia dari 15 tahun)
dapat meredam 50% energi gelombang.
2. Pembagian zona peruntukkan kawasan
budidaya di pesisir pantai bahaya
tsunami,yaitu :
a. zona perikanan tangkap
b. zona hutan bakau/mangrove
c. zona perikanan darat/tambak

34
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

d. zona perkebunan
e. zona permukiman/wisata bahari.
Kecamatan Bangorejo akan direncanakan Jalur
evakuasi

5 Kawasan Lindung Pada daerah yang menjadi wilayah Kawasan


Geologi abrasi berada di Kecamatan Wongsorejo, Kalipuro,
Banyuwangi, Kabat, Rogojampi, Muncar,
Tegaldlimo, Purwoharjo, Bangorejo, Siliragung
dan Pesanggaran.

Rencana Kawasan
Budidaya
1 Kawasan Peruntukan Kawasan hutan produksi tetap yang direncanakan
Hutan Produksi Tetap di Kabupaten Banyuwangi terletak di Kecamatan
Wongsorejo, Kalipuro, Licin, Glagah, Songgon,
Sempu, Glenmore, Kalibaru, Tegaldlimo,
Purwoharjo, Siliragung, Pesanggaran dan
Bangorejo.

Rencana penanganan kawasan produksi tetap


adalah:

1. Reboisasi dan rehabilitasi lahan pada bekas


tebang, dan tidak dapat dialihfungsikan ke
budidaya lainnya kecuali untuk tanaman
dengan tegakan yang dapat memberikan
fungsi perlindungan.

2. Pengembangan kawasan penyangga pada


kawasan hutan produksi yang berbatasan
dengan hutan lindung.

3. Melakukan pemantauan dan pengendalian


kegiatan pengusahaan hutan serta gangguan
keamanan hutan lainnya.

2 Kawasan Peruntukan Kawasan pengembangan perikanan di Kabupaten


Perikanan Banyuwangi dialokasikan disepanjang kawasan
pesisir yang membentang dari arah utara sampai
selatan (Selat Bali dan Samudera Indonesia).

Kecamatan Bangorejo termasuk dalam kawasan


peruntukan perikanan tangkap.

35
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Adapun arahan pengembangan kawasan


perikanan adalah:

1. Pengembangan kawasan pertambakan perlu


diatur secara serasi dengan kawasan hutan
bakau maupun industri hasil pertanian.
2. Kawasan pertambakan dapat dialihfungsikan
atas pertimbangan tertentu.
3. Pengembangan perikanan darat diarahkan
pada kawasan tegalan, pertanian lahan
basah atau bercampur dengan permukiman.
4. Pengembangan kawasan perikanan darat
diserasikan dengan pemanfaatan ruang
permukiman maupun pemanfaatan ruang
kawasan pertanian, maupun industri hasil
pertanian.
3 Kawasan Peruntukan Kecamatan Bangorejo mempunyai potensi bahan
Pertambangan galian tanah urug dan tanah pasir.

Arahan pengembangan pertambangan di


Kabupaten Banyuwangi adalah :

a. Lokasi pertambangan yang berada di lokasi


hutan lindung seperti G.Tumpang Pitu, Pantai
Pulau Merah, perlu diatur secara khusus
berdasarkan Perda bagi pemegang
eksploitasi dan harus mengacu pada undang-
undang tentang kawasan lindung. Selain itu
perlu dilakukan sanksi yang tegas jika
melanggar aturan yang telah disepakati, dan
diwajibkan untuk melakukan reboisasi
kembali terhadap lahan yang sudah
dieksploitasi.
b. Mewajibkan bagi seluruh pemegang
eksploitasi untuk melakukan reboisasi
terhadap kawasan yang telah dieksploitasi,
jika melanggar diberikan sanksi.
c. Memberikan batasan lahan yang dapat
dieksploitasi dan harus menjaga
keseimbangan lingkungan yang ada.
4 Kawasan Peruntukan Pengembangan kawasan peruntukan industri di
Industri Kabupaten Banyuwangi didasarkan pada potensi
sumberdaya alam yang ada. Kecamatan
Bangorejo termasuk kedalam Kawasan industri
menengah yaitu Pengembangan agroindustri
berada disentra produksi pertanian terintegrasi
dengan kawasan agropolitan. dan Sentra industri
kecil atau industri rumah tangga yaitu Industri

36
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

aneka olahan makanan dan minuman berupa sale


pisang, bagiak, kripik pisang, kripik singkong, kripik
nangka, jenang, rengginang, kue kering, roti, tahu,
tempe, kopi bubuk, dan aneka sirup

5 Kawasan Peruntukan Kawasan permukiman yang diperkirakan akan


Permukiman tumbuh sebagai akibat adanya perkembangan
wilayah, sentra ekonomi, industri dan infrastruktur.

Salah satu diantaranya adalah Kawasan


permukiman yang timbul karena pembangunan
jalur lintas selatan yang melewati Kecamatan
Rogojampi, Srono, Muncar, Tegaldlimo,
Purwoharjo, Bangorejo, Siliragung, Pesanggaran,
Glenmore dan Kalibaru.

6 Kawasan Peruntukan Zona kawasan lindung yang diarahkan untuk


Lainnya perindungan ekosistem terumbu karang dan
fishing ground ada di sekitar P. Tabuhan
Zona Konservasi Atau
Lindung (Zona Kecamatan Bangorejo termasuk dalam Zona
Perubahan Ekosistem konservasi atau lindung ini.
Pesisir)

7 Kawasan Pertahanan Kecamatan Bangorejo termasuk dalam Rencana


dan Keamanan pengembangan Koramil

Rencana Penetapan
Kawasan Strategis
Wilayah Kabupaten
Banyuwangi
1 Kawasan Strategis Kawasan agropolitan di Kecamatan Bangorejo
Kepentingan masuk dalam Pusat Kegiatan Lokal proosi (PKLp)
Pertumbuhan Ekonomi berupa pengembangan pertanian tanaman
(Kawasan pangan, hortikultura dan perkebunan dengan
agropolitan) wilayah penunjangnya meliputi:
1. Kecamatan Purwoharjo
2. Kecamatan Tegaldlimo
3. Kecamatan Siliragung
4. Kecamtan Pesanggaran.

Komoditasnya meliputi: Jagung, Jeruk Siam,


Nanas, Kelapa, Kapuk Randu, Jati, Sapi Potong,
Ayam Petelur.

37
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

2 Kawasan Strategis Kecamatan Bangorejo masuk kawasan perikanan


Kepentingan
Pendayagunaan
Sumber Daya Alam
(Kawasan perikanan)
3 Kawasan Strategis Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi
Kepentingan Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup, dalam
dan Daya Dukung Rencananya Kabupaten Bangorejo meliputi:
Lingkungan Hidup a. Kawasan hutan lindung,
b. Kawasan hutan produksi,
Arahan Pengendalian
Pemanfaatan Ruang
Wilayah Kabupaten
Arahan pengendalian pemanfaatan ruang
diselenggarakan melalui :
a. ketentuan umum peraturan zonasi
b. ketentuan perizinan
c. ketentuan pemberian insentif dan
disinsentif
d. arahan pengenaan sanksi.
Peraturan zonasi dibagi berdasarkan tiga bagian
utama, yaitu :
a. Struktur ruang dan sistem perkotaan
b. Sistem jaringan prasarana wilayah
c. Kawasan lindung dan budidaya
Penetapan peraturan zonasi disusun sebagai
pedoman pengendalian pemanfaatan ruang.
Peraturan zonasi disusun berdasarkan rencana
rinci tata ruang untuk setiap zona pemanfaatan
ruang. Peraturan zonasi ditetapkan dengan:
a. Peraturan pemerintah untuk arahan
peraturan zonasi sistem nasional
b. Peraturan daerah provinsi untuk arahan
peraturan zonasi sistem provinsi
Peraturan peraturan daerah kabupaten/kota untuk
peraturan zonasi.

38
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Hak Kewajiban dan


Peran Serta
Masyarakat Dalam
Penataan Ruang
Dalam kegiatan mewujudkan pemanfaatan ruang
wilayah, masyarakat berhak :
a. mengetahui rencana tata ruang artinya
masyarakat dapat mengetahui rencana tata
ruang melalui Lembaran Daerah,
pengumuman atau penyebarluasan oleh
pemerintah.
b. menikmati pertambahan nilai ruang sebagai
akibat penataan ruang artinya pertambahan
nilai ruang dapat dilihat dari sudut pandang
ekonomi, sosial, budaya dan kualitas
lingkungan yang dapat berupa dampak
langsung terhadap peningkatan ekonomi
masyarakat, sosial, budaya dan kualitas
lingkungan.
c. memperoleh penggantian yang layak atas
kerugian yang timbul akibat pelaksanaan
kegiatan pembangunan yang sesuai dengan
rencana tata ruang maksudnya dengan
penggantian yang layak adalah nilai atau
besarnya penggantian tidak menurunkan
tingkat kesejahteraan orang yang diberi
penggantian sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
d. mengajukan keberatan kepada pejabat
berwenang terhadap pembangunan yang
tidak sesuai dengan rencana tata ruang.
e. mengajukan tuntutan pembatalan izin dan
penghentian pembangunan yang tidak
sesuai dengan rencana tata ruang kepada
pejabat berwenang.
f. mengajukan gugatan ganti rugi kerugian
kepada pemerintah atau pemegang izin
apabila kegiatan pembangunan yang tidak
sesuai dengan rencana tata ruang
menimbulkan kerugian.
Dalam kegiatan penataan ruang wilayah
Kabupaten Banyuwangi, seluruh stakeholder baik
pemerintah ataupun masyarakat kewenangannya
wajib untuk :
a. mentaati rencana tata ruang yang telah
ditetapkan, dimaksudkan sebagai kewajiban

39
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

setiap orang untuk memiliki izin pemanfaatan


ruang dari pejabat yang berwenang sebelum
pelaksanaan permanfaatan ruang.
b. memanfaatkan ruang sesuai dengan izin
pemanfaatan ruang dari pejabat yang
berwenang, dimaksudkan sebagai kewajiban
setiap orang untuk melaksanakan
pemanfaatan ruang sesuai denghan fungsi
ruang yang dicantumkan dalam izin
pemanfaatan ruang.
c. mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam
persyaratan izin pemanfaatan ruang,
dimaksudkan sebagai kewajiban setiap orang
untuk memenuhi ketentuan amplop ruang dan
kualitas ruang.
d. memberikan akses terhadap kawasan yang
oleh ketentuan peraturan perundang-
udangan dinyatakan sebagai milik umum
dimaksudkan untuk menjamin agar
masyarakat dapat mencapai kawasan yang
dinyatakan dalam peraturan perundang-
undangan sebagai milik umum, antara lain
kawasan sumber air dan pesisir pantai.
Kewajiban memberikan akses dilakukan
apabila memenuhi syarat berikut :
1. untuk kepentingan masyarakat umum
2. tidak ada akses lain menuju kawasan
sebagai milik umum.
Sumber: Revisi RTRW Kab. Banyuangi Tahun 2012-2032

2.4.3 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten


Banyuwangi Tahun 2016-2021

RPJMDes merupakan dokumen perencanaan lima tahunan sebagai


pedoman dalam pelaksanaan kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan
social kemasyarakatan bagi Pemerintah Desa. RPJMDes disusun berdasarkan visi
dan misi Kepala Desa terpilih, yang kemudian disesuaikan dengan visi dan misi
Pemerintah Daerah agar dapat terintegrasi antara Pemerintah Desa dan Pemerintah
Kabupaten.

 Hubungan RPJMDes dengan Dokumen Perencanaan Lainnya

Hubungan RPJMDes dengan RPJMD Kabupaten Dokumen RPJMDes


memperhatikan dokumen RPJMD Kabupaten Banyuwangi untuk mewujudkan
keselarasan, keserasian dan kesesuaian dengan tujuan pembangunan Daerah.

40
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Isu-isu strategis :

1. Rendahnya akses masyarakat terhadap kebutuhan dasar yang berkualitas


2. Belum optimalnya penguatan modal sosial dan penanganan PMKS
3. Belum kuatnya bargaining position UMKM dan sumber daya wirausaha
4. Pertumbuhan ekonomi yang belum focus pada sektor unggulan
5. Disparitas pendapatan dan infrastruktur yang masih harus diselesaikan
6. Belum optimalnya kontribusi pariwisata pariwisata terhadap PDRB
7. Belum optimalnya penyediaan fasilitas publik dan infrastruktur pendukung
perekonomian
8. Rendahnya akses masyarakat terhadap air bersih dan lingkungan yang
sehat serta berkualitas
9. Belum terbangunnya system penanggulangan bencana
10. Baiknya kualitas penataan ruang namun belum diiringi dengan luasan RTH
public yang proposional
11. Rendanya kapasitas sumber daya manusia dipedesaan
12. Meningkatnya afirmasi terhadap perlindungan perempuan dan anak serta
kesetaraan gender
13. Belum optimalnya upaya pencegahan pencemaran lingkungan dan sumber
daya alam
14. Belum optimalnya penyelenggaraan pemerintah
15. Belum berjalannya pelayanan public yang efektif, efisien dan berbasis
teknologi informasi

RPJPD kabupaten Banyuwangi Tahun 2005-2025 menjadi bagian yang tidak


terpisahkan dalam penyusunan RPJMD, karena RPJMD Tahun 2016-2021
merupakan tahapan ketiga pelaksanaan pembangunan dari RPJPD kebupaten
Banyuwangi. Mewujudkan sasaran pokok pembangunan dalam jangka panjang ang
telah disusun Visi RPJPD Kabupaten Banyuwangi tahun 2005-2025 adalah
“KABUPATEN BANYUWANGI YANG RELIGIUS, SEJAHTERA DAN MANDIRI
BERBASIS AGROBISNIS DAN EKOWISATA TERPADU” adapun uraian dari misi
tersebut:

1. Misi I.1:

Mewujudkan masyarakat Kabupaten Banyuwangi yang religious dan


menjunjung tinggi nilai-nilai kearifan lokal.

2. Misi I.2:

41
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Mewujudkan ketentraman dan ketertiban masyarakat

3. Misi II.1:

Mewujudkan kualitas hidup masyarakat melalui peningkatan SDM berasas


pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

4. Misi II.2:

Mewujudkan peningkatan pembangunan infrastruktur sosial dan ekonomi


yang berkelanjutan

5. Misi II.3

Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih professional dan


tanggung jawab

6. Misi III.1

Mewujudkan Kabupaten Banyuwangi yang mandiri berbasis agrobisnis


terpadu

7. Misi III.2:

Mewujudkan Kabupaten Banyuwangi yang mandiri berbasis Ekowisata


terpadu

 Visi pembangunan daerah Kabupaten Banyuwangi untuk periode RPJMD 2016-


2021 sesuai dengan visi kepala daerah terpilih adalah sebagai berikut:

“Terwujudnya masyarakat Banyuwangi yang semakin sejahtera, mandiri dan


berakhlak mulia melalui peningkatan perekonomian dan kualitas sumber
daya manusia”

 Misi Pembangunan
1. Mewujudkan aksessibilitas dan kualitas pelayanan bidang Pendidikan,
kesehatan dan kebutuhan dasar lainnya
2. Mewujudkan daya saing ekonomi daerah melalui pertumbuhan ekonomi yang
berkualitas dan berkelanjutan berbasis potensi sumberdaya alam dan
kearifan lokal
3. Meningkatkan kuantitas da kualitas infrastruktur fisik, ekonomi, dan sosial
4. Optimalisasi sumberdaya daerah berbasis pemberdayaan masyaraklat,
pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan

42
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

5. Mewujudkan tata pemerintah yang baik dan bersih serta layanan public yang
berkualitas berbasis teknologi informasi

 Strategi, Kebijakan dan Program

Penentuan alternative untuk menentukan strategi, Kabupaten banyuwangi


menggunakan analisis SWOT untuk mencapai strategi, sasaran, kebijakan serta
programnya berikut uraiannya;

1. Mengembangkan system pemerintahan yang interaktif;


2. Melakukan akselerasi pembangunan melalui optimalisasi Teknologi
informasi;
3. Membangun generasi yang handal melalui jaminan akses layanan dasar
dan pengembangan Pendidikan;
4. Pengarustamaan Budaya;
5. Percepatan pembangunan infrastruktur dasar;
6. Penciptaan inklusivitas pertumbuhan ekonomi;
7. Mengurangi kesenjangan yang berorientasi pada pro-equity, pro-job, pro-
growth, pro-environment melaui penguatan interkonektivitas.

2.4.4 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten


Banyuwangi Tahun 2016-2021
Dalam RPJP Kabupaten Banyuwangi menimbang bahwa dokumen RPJP
memuat hal visi, misi dan arah pembangunan nasional yang mempunyai karakteristik
tersendiri.

 Tujuan dari RPJP Kabupaten Banyuwangi adalah :


1. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi antar daerah,
dengan pemerintah Provinsi Jawa Timur maupun pemerintah pusat, antar
ruang, antar waktu dan antar fungsi pemerintahan
2. Mendorong terciptanya keterkaitan dan konsistensi sistem perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan
pembangunan daerah Kabupaten Banyuwangi;
3. Merumuskan arah kebijakan dan strategi pembangunan daerah
Kabupaten Banyuwangi sesuai dengan kondisi, potensi dan prospek
pengembangan yang berazaskan kebersamaan, berkeadilan dan
berkelanjutan;

43
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

4. Menjaga kesinambungan pembangunan Kabupaten Banyuwangi dalam


periode lima tahunan yang dituangkan dalam RPJM Daerah Kabupaten
Banyuwangi dan
5. Menjamin kepastian arah pembangunan baik oleh pemerintah, swasta
maupun masyarakat.

Berdasarkan data PDRB Kabupaten Banyuwangi sektor yang memberikan


pengaruh besar terhadap perekonomian Kabupaten Banyuwangi sehingga
pembangunan di bidang infrastruktur perlu dan terus ditingkatkan yang ditunjang
dengan layanan penyuluhan pertanian yang efektif, masyarakat yang tinggal di
pedesaan sebagian besar penghasilannya berasal dari sektor pertanian, sehingga
infrastruktur yang ada di kawasan pedesaan terus ditingkatkan, terutama dalam
infrastruktur jalan. Tidak hanya untuk meningkatkan produksi pertanian, namun jalan
beraspal juga dapat membantu keterhubungan dengan wilayah yang lain.

Selain itu, langkah-langkah lain yang dilakukan oleh pemerintah dalam


mendukung berbagai jalan keluar guna meningkatkan perekonomian masyarakat,
yaitu:

1. Upaya memacu produktivitas masyarakat khususnya yang berpenghasilan


rendah yang bekerja di sektor pertanian di daerah pedesaan melalui
peningkatan akses mereka terhadap pengetahuan dan teknologi pertanian
serta upaya peningkatan layanan penyuluhan pertanian. Intervensi yang
telah dilakukan antara lain melalui perbaikan jalan pedesaan, serta
perbaikan akses terhadap listrik dan irigasi di sebagian kecamatan di
Kabupaten Banyuwangi;
2. Kedua, upaya memacu produktivitas masyarakat khususnya yang
berpenghasilan rendah yang bekerja di sektor nonpertanian. Yang perlu
ditekankan di sini adalah upaya melalui peningkatan pendidikan yang lebih
baik agar mereka dapat memperoleh pekerjaan yang lebih baik, serta
peningkatan pelatihan kerja;
3. Jaringan irigasi menjadi infrastruktur utama dalam peningkatan
pembangunan pertanian.

Potensi pertanian yang sangat besar di Kabupaten Banyuwangi rata-rata


masih sekitar 50% setiap tahunnya, hal ini memiliki potensi besar untuk
dikembangkan, hanya saja potensi ini belum dimanfaatkan dengan baik karena
produk-produk pertanian belum dimanfaatkan menjadi produk olahan, apabila produk
pertanian itu diolah akan memiliki nilai tambah tersendiri.

44
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Kawasan permukiman di Kabupaten Banyuwangi dibagi menjadi:

a. Kawasan permukiman yang dibangun oleh pengembang (developer);


b. Kawasan permukiman yang dibangun secara mandiri oleh masyarakat.
Kawasan ini umumnya berupa kampung, serta permukiman formal yang
cenderung memiliki kapling lebih luas serta kawasan permukiman pedesaan;
c. Kawasan permukiman yang diperkirakan akan tumbuh sebagai akibat adanya
perkembangan wilayah, sentra ekonomi, industri dan infrastruktur, di
antaranya:

Kawasan permukiman yang timbul karena pembangunan jalur lintas selatan


yang melewati Kecamatan Rogojampi, Srono, Muncar, Tegaldlimo, Purwoharjo,
Bangorejo, Siliragung, Pesanggaran, Glenmore dan Kalibaru.

Kawasan pengembangan di wilayah Kabupaten Banyuwangi dibagi menjadi


4 pengembangan yang salah satunya adalah:

1. Wilayah Pengembangan (WP) Banyuwangi Selatan. Dari empat wilayah


pengembangan tersebut, ditetapkan 1 (satu) pusat wilayah pengembangan
yang akan menjadi pusat orientasi dari wilayah-wilayah yang ada di
belakangnya. Pusat-pusat pengembangan tersebut ditetapkan berdasarkan
hasil analisa orde kota. Pusat kota yang dimaksud adalah :
a. Bangorejo ditetapkan sebagai pusat pengembangan untuk wilayah
Banyuwangi Selatan. Berdasarkan RTRW Kabupaten Banyuwangi tahun
2009 ditetapkan bahwa Kecamatan Gangorejo termasuk dalam PKLp
(Pusat Kegiatan Lokal Promosi) yang merupakan kawasan perkotaan
yang nantinya akan dikembangkan sebagai pusat pelayanan untuk
beberapa kecamatan
2. Pengembangan cluster wilayah di Kabupaten Banyuwangi didasarkan pada
potensi dan arahan pengembangan, Kecamatan Bangorejo termasuk dalam
Cluster Banyuwangi Selatan. Cluster Banyuwangi Selatan yang meliputi
Kecamatan Pesanggaran, Siliragung, dan Tegaldlimo, dengan Kecamatan
Bangorejo sebagai pusat pelayanan dan pertumbuhan. Fungsi Kegiatan :
a. Pertanian tanaman pangan
b. Perikanan
c. Perkebunan
d. Pariwisata
e. Industri Kecil
f. Kawasan Lindung

45
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

3. Strategi untuk pengendalian perkembangan kawasan perkotaan agar tidak


cenderung memusat di kawasan perkotaan Banyuwangi, Ketapang, dan
Ronggojampi, meliputi:
 Mengembangkan dan mempromosikan kawasan perkotaan kecamatan
khususnya di wilayah bagian selatan menjadi PKLp.
 Mengembangkan kegiatan agropolitan untuk meningkatkan kualitas hasil
pertanian (perkebunan dan perikanan) di wilayah bagian selatan dan
barat.
4. Analisa Issue strategis Kabupaten Banyuwangi
- Pengembangan Wilayah dan Penataan Ruang. Tantangan
pengembangan wilayah dan penataan ruang di Kabupaten Banyuwangi
adalah menjaga konsistensi antara perencanaan, pemanfaatan dan
pengendalian ruang, pengembangan pusat-pusat pertumbuhan,
mengurangi kesenjangan pembangunan antara di perkotaan dan
perdesaan, penetapan kawasan-kawasan strategis, mengupayakan
keberlanjutan areal pertanian serta perencanaan alih fungsi lahan.
- Isu strategis pembangunan daerah Kabupaten Banyuwangi adalah
potensi pertanian yang belum teroptimalkan, berdasarkan data statistik
Kabupaten Banyuwangi memiliki lahan pertanian yang luasnya berada di
peringkat ketiga setelah Kabupaten Malang dan Jember.

 Visi dan misi daerah

Visi dari RPJP Kabupaten Banyuwangi adalah “Kabupaten Banyuwangi


yang religius, sejahtera dan mandiri berbasis agrobisnis dan ekowisata
terpadu”

Visi misi RPJP di jelaskan pada tabel berikut :

Tabel 2.3 Visi misi RPJP Kabupaten Banyuwangi

Visi Misi

Kabupaten Banyuwangi yang Misi II.2: Mewujudkan peningkatan


sejahtera pembangunan infrastruktur sosial dan
ekonomi yang berkelanjutan
Kabupaten Banyuwangi yang Misi III.1: Mewujudkan Kabupaten
mandiri berbasis agrobisnis dan Banyuwangi yang Mandiri berbasis
ekowisata terpadu
agrobisnis terpadu

46
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Misi III.2: Mewujudkan Kabupaten


Banyuwangi yang Mandiri berbasis
Ekowisata terpadu
Sumber: RPJP Kab. Banyuwangi

Sasaran pokok dan arah kebijakan pembangunan jangka panjang daerah


Kabupaten Banyuwangi merupakan sasaran pokok yang akan digunakan untuk
mencapai visi misi RPJP Banyuwangi. Sasaran pokok yang ada dalam RPJP
Kabupaten Banyuwangi adalah sebagai berikut;

Tabel 2.4 Sasaran Pokok RPJP Kabupaten Banyuwangi

MISI DAERAH SASARAN POKOK ARAH KEBIJAKAN


PEMBANGUNAN

Misi II. 1: Meningkatnya 1.1. Pembangunan pendidikan


Mewujudkan aksesibilitas dan diarahkan pada peningkatan
Kualitas partisipasi aksesibilitas pemerataan dan
Hidup terhadap pendidikan perluasan kesempatan
Masyarakat yang berkualitas memperoleh pendidikan yang
Berasas yang merata bagi berkualitas dan terjangkau di
Pembangunan seluruh masyarakat. semua jenis jalur dan jenjang
Berkelanjutan pendidikan untuk mewujudkan
dan SDM yang secara aktif mampu
Berwawasan mengembangkan potensi
Lingkungan dirinya dengan memiliki
kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan
untuk dirinya, masyarakat,
bangsa dan Negara;
2. Pembangunan pendidikan, baik
pada jalur formal, nonformal,
dan informal pada setiap jenjang
dan jenis pendidikan, diarahkan
pada peningkatan kompetensi
dasar masyarakat dalam upaya
meningkatkan daya saing

47
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

sumberdaya manusia
Kabupaten Banyuwangi; dan
3. Pembangunan Iptek mencakup
upaya penguasaan ilmu
pengetahuan dasar dan
terapan, pengembangan ilmu
sosial dan humaniora bagi
kemajuan dan kesejahteraan
masyarakat. Disamping itu
pengembangan teknologi dan
pemanfaatan hasil penelitian
untuk peningkatan kemandirian
dan daya saing penduduk
dengan memperhatikan nilai-
nilai budaya, agama, etika,
kearifan lokal serta daya dukung
dan kelestarian lingkungan.
Meningkatnya 1. Pembangunan kesehatan
aksesibilitas yang diarahkan pada peningkatan
merata derajat kesehataan masyarakat
bagi seluruh melalui peningkatan akses
masyarakat terhadap terhadap pelayanan kesehatan,
pelayanan kesehatan pencegahan dan
yang berkualitas. penanggulangan berbagai
penyakit menular khususnya
HIV/AIDS, peningkatan kualitas
layanan kesehatan,
peningkatan gizi masyarakat,
pemberdayaan masyarakat dan
perbaikan manajemen
kesehatan;
2. Peningkatan kesadaran,
kemauan dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang
agar peningkatan derajat
kesehatan masyarakat yang

48
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

setinggi-tingginya dapat
terwujud;
3. Peningkatan upaya kesehatan,
pembiayaan kesehatan melalui
kemitraan, sumberdaya
manusia kesehatan, obat dan
perbekalan kesehatan yang
disertai oleh peningkatan
pengawasan, pemberdayaan
masyarakat; dan manajemen
kesehatan; dan
4. Peningkatan upaya kesehatan
pada komunitas khusus (ibu,
bayi, balita, lansia, dan
kelompok miskin).
Meningkatnya 1. Pembangunan ketenagakerjaan
perluasan diarahkan pada perluasan
kesempatan kerja lapangan kerja, peningkatan
di berbagai sektor kualitas tenaga kerja,
strategis. kesejahteraan dan perlindungan
serta kemandirian tenaga kerja
yang berwawasan wirausaha
sehingga mampu bersaing di
era global;
2. Pengembangan keterampilan
tenaga kerja untuk
meningkatkan produktivitas dan
daya saing lokal dilakukan
melalui pendidikan dan
keterampilan teknis sesuai
dengan tuntutan pasar kerja,
serta pengembangan dan
pemerataan balai latihan kerja
daerah; dan
3. Pengurangan tingkat
pengangguran terbuka

49
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

dilakukan melalui peningkatan


ketrampilan teknis usaha
perekonomian skala lokal,
pembukaan lapangan kerja
baru, pengadaan tenaga kerja di
sektor industri maupun
pendidikan dan pelatihan
khusus bagi tenaga satuan
pengamanan dan polisi
pamongpraja. Upaya untuk
mewujudkan Balai Latihan Kerja
(BLK) sebagai sarana
pendidikan dan pelatihan
keterampilan bagi pemuda
putus sekolah menjadi salah
satu alternatif terbaik dalam
memecahkan tingkat
pengangguran terbuka.
Meningkatnya 1. Pembangunan pemberdayaan
kualitas sumberdaya perempuan dan anak, diarahkan
manusia, termasuk dengan memperkuat
peran perempuan kelembagaan,
dalam pembangunan pengarusutamaan gender dan
yang diupayakan anak dalam pembangunan,
dengan peningkatan sehingga terjaminnya keadilan
pendidikan, gender dalam berbagai
kesehatan dan lain- perundangan;
lain. 2. Peningkatan proporsionalitas,
partisipasi dan peran serta
kaum perempuan di dalam
politik dan pemerintahan yang
dilaksanakan dengan prinsip-
prinsip rekruitmen dan
kaderisasi politik maupun
prinsip-prinsip kepatutan yang
ada; dan

50
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

3. Pemberdayaan perempuan
berupa peningkatan wawasan,
ketrampilan, pembinaan dan
pendampingan kelompok usaha
ibu-ibu rumah tangga di
perdesaan harus menjadi
program kerja lintas sektor dan
instansi pemerintah.
Meningkatnya 1. Pengelolaan sumberdaya alam
pengelolaan sumber senantiasa harus dikelola
daya alam yang secara seimbang untuk
berwawasan menjamin keberlanjutan
lingkungan yang pembangunan.
berupaya untuk 2. Penerapan prinsip-prinsip
melestarikan dan pembangunan di seluruh sektor
menjaga fungsi dan wilayah menjadi prasyarat
lingkungan dalam utama untuk diinternalisasikan
mendukung ke berkelanjutan (sustainable
keserasian dan development) dalam kebijakan
keseimbangan dan peraturan perundangan.
kehidupan sosial dan
ekonomi masyarakat
melalui peningkatan
pemberdayaan
kearifan lokal yang
baik.
Misi II. 2: Meningkatnya 1. Pembangunan infrastruktur
Mewujudkan aksesibiltas diarahkan pada pemerataan
Peningkatan masyarakat aksesibilitas antar wilayah
Pembangunan secara merata dalam upaya mendukung
Infrastruktur terhadap sarana dan pembangunan yang
Sosial dan prasarana kebutuhan berkelanjutan;
Ekonomi Yang dasar (listrik, air 1. Pembangunan sarana dan
Berkelanjutan bersih, pemukiman, prasarana secara kuantitas
transportasi dan lain maupun kualitas ditujukan
kepada pengembangan

51
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

sebagainya) di sistem jaringan transportasi


seluruh wilayah. darat, udara, laut dan
penyeberangan ke Provinsi
Bali serta pengembangan
sistem jaringan prasarana
dasar (jalan utama, jaringan
air minum, jaringan
drainase, jaringan air
limbah, persampahan,
jaringan pos dan
telekomunikasi); secara
efektif terhadap pengelolaan
dan pengendalian
pemanfaatan
3. Peningkatan penegakan hukum
(law enforcement)
ruang sesuai dengan fungsi ruang
secara efektif dalam
kerangka keserasian dan
keberlanjutan, sosialisasi kebijakan
penataan ruang dan rencana tata
ruang, partisipasi
dan yang terpenting adalah
koordinasi antar level
pemerintahan berkaitan dengan
kebijakan penataan ruang;
s
eholder
stak
dan
4. Pemerataan pendapatan yang
ditandai menurunnya indeks gini
dan tingkat pembangunan yang
semakin merata keseluruh
wilayah akan mengakibatkan
kualitas hidup dan kesejahteraan

52
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

masyarakat di perdesaan/kampung,
sehingga kesenjangan
antar wilayah dapat berkurang.
5. Infrastruktur strategis antara lain
Bandara Blimbingsari,
Pelabuhan (penyeberangan dan
pelabuhan laut), dan jalan intas
selatan dengan segala potensinya
dengan dukungan
jaringan perkeretaapian terus
dikembangkan untuk
mewujudkan sistem transportasi
terpadu antar moda dan intra
moda Kabupaten Banyuwangi yang
efisien dan efektif,
terjangkau, ramah lingkungan dan
berkelanjutan yang meliputi
transportasi darat-laut-udara.

Tersedianya Keterkaitan oleh tersedianya


prasarana dan sarana dan prasarana ekonomi
sarana (produksi, distribusi dan pasar)
ekonomi yang handal yang terintegrasi akan
dalam mempercepat melahirkan kemajuan ekonomi
proses produksi, daerah secara berkelanjutan.
promosi, distribusi Peningkatan produktivitas
dan pemasaran hasil- masyarakat juga harus didukung
hasil komoditas oleh penelitian dan pengembangan
unggulan serta penguasaan ilmu
daerah. pengetahuan dan teknologi maupun
ketersediaan infrstruktur
ekonomi yang handal dalam
mempercepat proses produksi,
distribusi dan pemasaran hasil-hasil
komoditas unggulan

53
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

daerah. Ke depan, penyediaan


infrastruktur ekonomi dilakukan
oleh pihak swasta sementara
pemerintah daerah hanya
sebagai perumus kebijakan
pembangunan infrastruktur
ekonomi di daerah;
2. Perda
gangan diarahkan untuk
memperkokoh sistem distribusi
yang efisien dan efektif untuk
menjamin kepastian berusaha
untuk mewujudkan: (a)
perkembangan kelembagaan
perdagangan yang efektif dalam
perlindungan konsumen dan
persaingan usaha secara sehat; (b)
terintergrasinya aktivitas
perekonomian daerah dan
terbangunnya kesadaran
penggunaan produksi lokal; (c)
meningkatkan perdagangan
antar wilayah/daerah; dan (d)
terjaminnya ketersediaan bahan
pokok dan barang strategis lainnya
dalam harga yang dapat
terjangkau oleh masyarakat;
3. Peningkatan aksesibilitas dari
kawasan andalan dan kawasan
budidaya lainnya ke tujuan-tujuan
pemasaran
Sumber: RPJP Kab. Banyuwangi

2.4.5 Rencana Strategis (Renstra) Tahun 2016 – 2021

Analisis isu-isu strategis dalam RENSTRA menyebutkan bahwa Kecamatan


Bangorejo masuk ke dalam strategi pembangunan yang dilakukan oleh Kabupaten

54
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Banyuwangi. Berikut Strategi pengembangan kawasan strategis untuk Kecamatan


Bangorejo:

“Pengembangan agropolitan yang berpusat di Bangorejo yang terintegrasi


dengan sistem agropolitan Ijen, pengembangan kawasan pariwisata yang
ditetapkan pada 3 (tiga) obyek wisata unggulan yaitu Kawah Ijen, Pantai
Plengkung dan Sukamade.”

Program kegiatan pembangunan pertanian secara berkelanjutan dengan


memperhatikan aspek kelestarian lingkungan lebih terjaga karena sudah ada rambu-
rambu tentang penetapan kawasan pembangunan pertanian tanaman pangan,
perkebunan, hortikultura dan peternakan.

55
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

3 GAMBARAN UMUM
3.1 LETAK GEOGRAFIS DAN ADMINISTRATIF KABUPATEN BANYUWANGI

Secara astronomis, Kabupaten Banyuwangi terletak pada koordinat 7°43’-8°46’


Lintang Selatan dan 113°53’-114°38’ Bujur Timur. Berdasarkan letak Geografis
Kabupaten Banyuwangi terletak di ujung timur pulau Jawa dan merupakan
Kabupaten terluas di pulau Jawa, pesisir Kabupaten Banyuwangi menjadi
penghubung antara pualau Jawa dengan Pulau Bali. Pada umumnya, Kabupaten
Banyuwangi wilayah barat dan utara berupa pegunungan dan bangian selatan
berupa dataran rendah. Wilayah daratan Kabupaten Banyuwangi terdiri atas dataran
tinggi dan dataran rendah. Kawasan dataran tinggi merupakan kawasan penghasil
produk perkebunan dan dataran rendah memiliki potensi hasil pertanian yang sangat
tinggi. Sedangkan untuk daerah pantai yang membujur dari utara hingga ke selatan
merupakan kawasan penghasil berbagai biota laut. Batas-batas administratif
Kabupaten Banyuwangi adalah sebagai berikut:

 Batas bagian timur : Selat Bali


 Batas bagian selatan : Samudera Indonesia
 Batas bagian barat : Kabupaten Jember dan Kabupaten Bondowoso
 Batas bagian utara : Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Bondowoso

Luas wilayah Kabupaten Banyuwangi sekitar 5.782,50 km², yang didominasi oleh
kawasan hutan.

56
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

3.2 KONDISI FISIK DASAR


3.2.1 Topografi

Topografi merupakan unsur yang sangat penting untuk diketahui,


karena digunakan untuk mempertimbangkan kesesuaian lahan. Keadaan
topografi yang ada di Kabupaten Banyuwangi terbagi menjadi kawasan
pegunungan yang ada di bagian barat dan utara dengan tingkat kemiringan
40° dan dataran rendah di bagian selatan dengan tingkat kemiringan kurang
dari 15°. Dataran rendah yang terbentang dari selatan hingga utara juga
terdapat banyak sungai yang selalu mengalir sepanjang tahun sehingga
sangat berpengaruh pada tingkat kesuburan tanah dan hasil pertanian.

3.2.2 Geologi
Kondisi geologi yang ada di Kabupaten Banyuwangi berbeda untuk
setiap wilayah, dan berperan bagi terbentuknya bentukan lahan pada wilayah
tersebut. Berdasarkan struktur geologi, jenis tanah yang ada di Kabupaten
Banyuwangi adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Jenis tanah Kab. Banyuwangi

Struktur Geologi Luas

Ha %

Aluvium 134.525,00 23,27

Hasil gunung api kwarter 170.310,50 29,43


muda
Hasil gunung api kwarter tua 59.283,00 10,26

Andesit 47.417,75 8,20

Milosen falses semen 89.177,25 15,43

Miosen falsen batu gamping 77.536,50 13,41

Sumber: RTRW Kabupaten Banyuwangi 2012-2032

Berdasarkan struktur geologinya, luastanah di Kabupaten


Banyuwangi sebagian besar merupakan hasil Gunung Api Kwarter Muda
dengan persentase luassebesar 29.43%, hasil Gunung Api Kwarter tua
luasnya 10,26%, Aluvium sebesar 23,27%, Miosenfalses semen 15,43%,
Miosenfalsen batu gamping 13,41%, dan struktur geologi Andesit merupakan
struktur geologi terendah di Kabupaten Banyuwangi dengan luas sebesar
8.20%.

57
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

3.2.3 Hidrologi
Kabupaten Banyuwangi dilintasi oleh sungai-sungai, baik sungai
besar maupun kecil. Terdapat 105 sungai kecil dan besar sehingga
Kabupaten Banyuwangi sangat cocok untuk pertanian lahan basah.
Dataran rendah memiliki tingkat kemiringan kurang dari 15°, dengan
rata-rata curah hujan yang memadai sehingga tingkat kesuburan tanah
semakin tinggi. Dataran rendah terbentang dari selatan hingga utara memiliki
banyak sungai, tercatat ada 35 DAS, sehingga sangat berpengaruh terhadap
tingkat kesuburan tanah.

3.2.4 Klimatologi
Klimatologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang iklim yang
dilihat dari kondisi rata-rata curah hujan di suatu wilayah dalam periode waktu
yang lama. Iklim dipengaruhi oleh letak geografis dan topografi di suatu
wilayah yang berkaitan dengan posisi matahari terhadap daerah di bumi.

Tabel 3.2 Curah Hujan Kab. Banyuwangi

Bulan Curah Hujan (mm) Curah Hujan (hari)


Januari 244,0 27
Februari 224,8 11
Maret 121,1 15
April 83,7 17
Mei 150,9 12
Juni 173,2 13
Juli 118,4 16
Agustus 48,2 8
September 9,3 7
Oktober 113,2 13
November 192,5 19
Desember 276,6 26
Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi

Suhu udara di Kabupaten Banyuwangi berkisar antara 21,0°C-33,8°C


dengan suhu rata-rata 27,4°C, hal ini disebabkan oleh kawasan Banyuwangi
yang dikelilingi oleh dataran tinggi dan pesisir sehingga suhu udara yang ada

58
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

tidak begitu stabil. Curah hujan yang ada di Kabupaten Banyuwangi rata-rata
mencapai 1.463 mm/tahun serta hari hujan sebanyak 12 hari/bulan.

3.2.5 Jenis Tanah


Jenis tanah yang ada di Kabupaten Banyuwangi berbeda-beda untuk
setiap wilayah, jenis tanah yang ada di Kabupaten Banyuwangi terdiri dari 5
jenis tanah, sedangkan yang banyak ditemui di Kabupaten Banyuwangi
adalah jenis tanah podsolik dengan luas 348.684,75 Ha atau 60,30% dari luas
keseluruhan wilayah Kabupaten Banyuwangi, untuk jenis tanah yang lain
adalah tanah regosol dengan luas 23,96% dari luas wilayah Kabupaten
Banyuwangi, Lithosol 6,75%, Gambut 6,55%, dan yang terkecil adalah jenis
tanah Lathosol dengan 2,44% dari luas seluruh wilayah Kabupaten
Banyuwangi. Berikut tebel dan grafik jenis tanah dan luas tanah di Kabupaten
Banyuwangi:

Tabel 3.3 Jenis tanah dan luas tanah Kab. Banyuwangi

Struktur geologi Luas

Ha %

Regosol 138.490,87 23,96

Lithosol 39.031,88 6,75

Lathosol 14.109,30 2,44

Podsolik 348.684,75 60,30

Gambut 37.433,70 6,55

Sumber: BPS Banyuwangi dalam Angka Tahun 2018

59
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Struktur Geologi
Regosol Lithosol Lathosol Podsolik Gambul

7%
24%

7%

60%
2%

Gambar 3.1 Diagram Jenis tanah dan luas tanah Kab. Banyuwangi

Sumber: Banyuwangi dalam angka

Persebaran jenis tanah yang ada di Kabupaten Banyuwangi adalah


sebagai berikut:
1. Jenis tanah Regosol terdapat di Kecamatan Wongsorejo, Kalipuro,
Glagah, Songgon, Glanemore, Gambiran, Bangorejo, Cluring, Muncar,
Purwoharjo dan Tegaldelimo
2. Tanah litosol yang terdapat pada wilayah Kecamatan Kalibaru,
Glenmore dan Pesanggaran
3. Tanah lathosol yang terdapat pada wilayah Kecamatan Purwoharjo
dan Tegaldelimo
4. Tanah podsolik yang hampir terdapat pada seluruh wilayah kecamatan
di Kabupaten Banyuwangi kecuali wilayah Kecamatan Cluring,
Purwoharjo dan Muncar hanya sebagian kecil terdapat tanah podsolik.

3.3 GUNA LAHAN


Penggunaan lahan yang ada di Kabupaten Banyuwangi dapat dikategorikan
menjadi dua, yaitu pemanfaatan lahan terbangun dan pemanfaatan lahan non
terbangun. Pemanfaatan lahan terbangun meliputi:
 Kawasan perdagangan dan jasa
 Kawasan perumahan
 Fasilitas pendidikan
 Fasilitas kesehatan
 Bangunan umum dan kantor pemerintahan

60
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

 Bangunan industri

Lahan tidak terbangun yang berada di Kabupaten Banyuwangi berupa:

 Kuburan
 Perkebunan
 Lahan pertanian
 Kawasan perairan/ sungai
 Ruang Terbuka Hijau

3.4 FASILITAS
3.4.1 Fasilitas Pendidikan

Berikut tabel banyaknya fasilitas pendidikan yang ada di Kabupaten


Banyuwangi:

Tabel 3.4 Jumlah Fasilitas pendidikan Kab. Banyuwangi

Kecamatan TK RA SD MI SMP MTS SMA SMK MA

Pesanggaran 27 2 35 3 7 2 1 2 1

Siliragung 26 1 29 8 7 3 1 4 2

Bangorejo 27 4 30 13 6 4 2 4 1

Purwoharjo 30 3 32 12 11 4 3 2 2

Tegaldlimo 44 5 36 15 6 2 3 4 1

Muncar 48 11 48 14 14 8 2 6 3

Curing 41 11 44 16 8 5 2 7 3

Gambiran 39 6 33 9 6 3 2 2 0

Tegalsari 31 2 25 9 5 5 1 5 3

Glanemore 48 2 46 8 10 6 4 3 3

Kalibaru 18 1 34 7 9 2 1 1 2

Genteng 56 4 42 8 17 4 7 6 2

Srono 46 6 45 18 15 6 5 5 2

Rogojampi 23 3 28 4 7 3 3 3 2

61
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Blimbingsari 26 3 24 8 4 4 0 1 1

Kabat 23 5 34 15 3 7 1 2 1

Singojuruh 12 1 29 3 3 1 1 3 1

Sempu 43 5 32 12 8 2 1 2 1

Songgon 20 4 28 8 4 4 1 1 2

Glagah 12 0 19 2 2 3 1 2 0

Licin 8 2 23 5 2 3 0 0 1

Banyuwangi 43 5 41 5 11 4 4 3 3

Giri 14 2 17 4 3 2 2 4 2

Kalipuro 30 10 28 16 6 10 1 1 6

Wongsorejo 24 11 38 17 11 7 2 2 4

Jumlah 759 109 820 239 185 104 51 75 49

Sumber: BPS Banyuwangi dalam Angka Tahun 2018

Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa di kabupaten banyuwangi


mengenai fasilitas pendidikan sudah tersebar pada setiap kecamatan mulai dari
pendidikan informal dan formal, seperti TK dan RA , SD dan MI, SMP dan MTs, dan
SMA, SMK dan MA. Kecuali pada Kecamatan Gambiran tidak terdapat fasilitas
pendidikan tingkat MA, Kecamatan Blimbingsari tidak terdapat fasilitas pendidikan
tingkat SMA, Kecamatan Glagah tidak terdapat fasilitas pendidikan tingkat RA dan
Ma dan Kecamatan Licin tidak terdapat fasilitas pendidikan tingkat SMA dan SMK.

3.4.2 Fasilitas Kesehatan


Tabel 3.5 Jumlah Fasilitas Kesehatan Kab. Banyuwangi

Kecamatan Rumah Rumah Puskesmas Puskesmas Posyandu


sakit bersalin pembantu
Pesanggara 0 0 2 3 57
n
Siliragung 0 0 1 4 65

Bangorejo 0 0 2 5 90

Purwoharjo 0 1 2 4 91

62
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Tegaldlimo 0 0 2 4 88

Muncar 1 0 4 8 179

Curing 0 0 2 5 84

Gambiran 4 0 2 4 75

Tegalsari 0 0 1 3 55

Glanemore 1 0 2 6 133

Kalibaru 0 0 1 2 81

Genteng 1 0 2 4 114

Srono 0 0 3 5 115

Rogojampi 2 0 2 5 117

Kabat 1 0 2 5 97

Singojuruh 0 0 1 5 70

Sempu 0 0 3 6 117

Songgon 0 0 1 4 92

Glagah 0 0 1 2 49

Licin 0 0 1 35 44

Banyuwangi 3 0 3 4 173

Giri 0 0 1 2 50

Kalipuro 0 0 2 6 111

Wongsorejo 0 0 2 6 118

Jumlah 14 1 45 105 2.265

Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi dalam Angka Tahun 2018

Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa di Kabupaten Banyuwangi


mengenai fasilitas kesehatan sudah lengkap seperti Rumah sakit, Rumah Bersalin,
Puskesmas, Puskesmas Pembantu, dan Posyandu. Fasilitas kesehatan paling
banyak yaitu posyandu sebanyak 2.265 unit posyandu dan sudah tersebar pada
setiap kecamatan.

63
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Tabel 3.6 Jumlah tenaga kesehatan Kab. Banyuwangi

Unit Kerja Dokter Spesialis Dokter Doktr Gigi


Umum
Puskesmas 0 61 45
Rumah sakit 159 99 18
Institusi diknakes 0 0 0
Sarana kesehatan lain 24 59 4
Dinkes kabupaten 0 4 0
Jumlah 183 223 67
Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi dalam Angka Tahun 2018

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa tenaga kerja pada bidang kesehatan
sudah mencukupui di Kabupaten Banyuwangi dengan Dokter Spesialis sebanyak
183 orang, Dokter Umum sebanyak 223 orang, dan Dokter Gigi sebanyak 67 orang.

3.4.3 Fasilitas Peribadatan


Tabel 3.7 Jumlah Fasilitas Peribadatan Kab. Banyuwangi

Kecamatan Masjid Musholla Gereja Gereja Vihara Pura


protestan katholik
Pesanggaran 56 127 23 1 6 12

Siliragung 56 248 7 - - 11

Bangorejo 96 343 19 - 13 -

Purwoharjo 82 45 18 9 17 1

Tegaldlimo 74 74 12 - 23 2

Muncar 113 415 8 7 - 9

Curing 93 428 7 - 3 1

Gambiran 64 262 6 3 6 1

Tegalsari 65 223 4 - 12 -

Glanemore 115 174 8 2 - 4

Kalibaru 82 362 1 1 - -

Genteng 90 271 2 1 - -

Srono 62 131 - 1 1 1

Rogojampi 50 163 3 1 - -

64
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Blimbingsari 43 198 - - - 3

Kabat 70 348 - - - -

Singojuruh 44 217 3 - - -

Sempu 104 249 6 3 - -

Songgon 86 239 3 - 5 -

Glagah 29 165 1 - - -

Licin 43 169 0 - - -

Banyuwangi 73 275 9 1 1 -

Giri 31 188 - - - -

Kalipuro 52 94 1 - - -

Wongsorejo 71 203 - - - 1

Jumlah 1.607 4.727 201 15 138 24

Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi dalam Angka Tahun 2018

Berdasarkan data diatas dapat diketahui mayoritas penduduk banyuwangi


beragama Islam hal tersebut didukung oleh banyaknya fasilitas peribadatan berupa
masjid dan langgar sebanyak 6.334 unit. Selain itu fasilitas peribadatan yang lain pun
sudah ada di Kabupaten banyuwangi seperti gereja, wihara dan pura. Masing-masing
sebanyak 216 unit gereja, 138 unit vihara, dan 24 unit pura.

3.4.4 Fasilitas Perdagangan dan Jasa


Tabel 3.8 Jumlah Failitas Perdagangan dan jasa Kab. Banyuwangi

Kecamatan Pasar umum Toko Rumah makan

Pesanggaran 3 694 167

Siliragung 4 633 154

Bangorejo 5 587 112

Purwoharjo 4 753 210

Tegaldlimo 12 668 175

Muncar 4 726 200

65
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Curing 8 708 123

Gambiran 4 746 221

Tegalsari 6 621 172

Glanemore 4 648 189

Kalibaru 3 627 172

Genteng 4 852 186

Srono 3 702 168

Rogojampi 8 680 240

Kabat 6 749 223

Singojuruh 3 600 176

Sempu 6 672 120

Songgon 2 584 112

Glagah 3 699 213

Licin 2 646 197

Banyuwangi 4 892 240

Giri 4 722 218

Kalipuro 4 730 204

Wongsorejo 3 674 218

Jumlah 111 16.616 4.414

Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi dalam Angka Tahun 2018

Dilihat dari data diatas dapat diketahui bahwa fasilitas perdagangan dan jasa
pada kabupaten Banyuwangi terdapat rumah makan, pasar umum dan toko. Pasar
umum sebanyak 111 unit, toko 16.616 unit dan rumah makan sebanyak 4.414 unit.

66
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

3.4.5 Fasilitas Kebudayaan dan Rekreasi

FASILITAS PARIWISATA
300

250

200
Hotel Berbintang
150 Hotel non Berbintang
100 Restaurant
50

0
2012 2013 2014 2015 2016 2017

Gambar 3.2 Grafik Jumlah Fasilitas Kebudayaan dan Rekreasi Kab. Banyuwangi

Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi dalam Angka Tahun 2018

Berdasarkan grafik diatas bahwa fasilitas pariwisata dari tahun 2012-2017


selalu mengalami peningkatan di Kabupaten Banyuwangi, baik dari fasilitas hotel
berbintang, hotel non berbintang, hingga restoran atau rumah makan. Pada tahun
2017 hotel berbintang sebanyak 6 unit, hotel non berbintang sebanyak 76 unit, dan
251 unit restoran.

3.4.6 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Rasio Jenis


Kelamin
Penduduk berumur 15 tahun keatas yang bekerja menurut pendidikan
tertinggi yang ditamatkan dan jenis kelamin Kabupaten banywangi 2015.

Tabel 3.9 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin & Rasio Jenis Kelamin Kab.
Banyuwangi

Kecamatan Laki-Laki Perempuan Rasio Jenis Kelamin

Pesanggaran 24.970 24.138 103

Siliragung 23.277 22.163 105

Bangorejo 30.483 29.764 102

Purwoharjo 33.440 33.122 101

Tegaldlimo 32.072 31.163 103

Muncar 66.237 64.412 103

67
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Curing 35.960 36.161 99

Gambiran 29.455 29.949 98

Tegalsari 23.813 24.059 99

Glanemore 34.898 37.117 94

Kalibaru 30.866 31.709 97

Genteng 42.207 42.216 100

Srono 44.830 45.162 99

Rogojampi 26.799 27.755 97

Kabat 29.893 30.210 101

Singojuruh 23.362 24.426 99

Sempu 36.223 36.285 96

Songgon 25.900 27.027 100

Glagah 18.359 19.096 96

Licin 14.695 14.907 99

Banyuwangi 53.932 56.110 96

Giri 14.943 14.749 101

Kalipuro 38.377 39.049 98

Wongsorejo 37.599 39.066 96

Jumlah 798.926 1.604.897 99

Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi dalam Angka Tahun 2018

Berdasarkan pada tabel diatas dapat diketahui di Kabupaten Banyuwangi


jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan rasio jenis kelamin bahwa penduduk
lebih banyak perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Pada data diatas jumlah
penduduk berdasarkan jenis kelamin, perempuan sebanyak 1.604.897 jiwa dan laki-
laki sebanyak 798.926 jiwa penduduk.

68
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

3.5 UTILITAS
3.5.1 Jaringan listrik
Tabel berikut menunjukan daya Terpasang, Produksi, dan Distribusi
Listrik PT. PLN (Persero) pada Cabang/Ranting PLN Kabupaten Banyuwangi,
2008-2017.

Tabel 3.10 Jumlah Jaringan listrik Kab. Banyuwangi tahun 2008-2017

Tahun Daya Produksi Listrik Dipakai Hilang


terpasang listrik terjual sendiri
2008 276 272 950 492 870 327 456 943 224 851 042 35 076 061
2009 301 386 400 537 672 666 487 712 934 557 987 49 401 745
2010 327 958 000 563 965 215 509 056 599 571 868 54 336 748
2011 357 544 450 587 666 675 533 085 291 530 745 4 050 639
2012 397 379 950 649 457 378 594 729 682 555 833 54 171 864
2013 439 862 100 714 435 809 652 976 725 480 942 61 459 084
2014 504 693 570 800 633 819 726 255 621 504 989 74 378 198
2015 551 424 340 907 919 925 830 541 379 253 115 77 378 546
2016 605 197 390 941 499 467 862 210 220 395 130 79 289 241
2017 633 176 050 950 350 740 882 307 091 343 440 68 043 641
Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi

Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa penggunaan listrik di


Kabupaten Banyuwangi bertambah dari tahun ke tahun.

3.5.2 Jaringan telepon


Penggunaan telepon di Kabupaten Banyuwangi yang semakin pesat
menyebabkan jaringan telepon yang ada di Kabupaten Banyuwangi sudah
terpenuhi, tidak hanya telepon kabel penggunaan sarana telekomunikasi juga
menggunakan telepon seluler, dalam hal ini penyediaan tower Base
Transceiver Station (BTS) di Kabupaten Banyuwangi sudah sampai pelosok
desa.

3.5.3 Jaringan air bersih


Menurut data RPIJM kebutuhan air minum penduduk Kabupaten
Banyuwangi sudah terpenuhi dari segi akses untuk mendapatkan air, Akan
tetapi dalam pemahaman terhadap akses air minum yang layak ternyata
belum sepenuhnya dirasakan oleh penduduk Kabupaten Banyuwangi. Berikut
tabel sumber air minum yang ada di Kabupaten Banyuwangi

Tabel 3.11 Jumlah Jaringan air bersih Kab. Banyuwangi

No. Sumber Air Minum Prosentase

69
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

1 Air Botol Kemasan 1,6%


2. Air isi ulang 4,7%
3. Air PDAM 21,2%
4. Hidrant Umum PDAM 2,9%
5. Kran Umum PDAM/Proyek 7,0%
6. Sumur PompaTangan 8,2%
7. Sumur Gali Terlindungi 44,1%
8. Sumur Gali Tak Terlindungi 2,5%
9. Mata air terlindungi 5,5%
10. Mata air tak terlindungi 0,5%
11. Air hujan 0,1%
12. Air sungai 1,1%
13. Waduk/danau 0,1%
14. Lainnya 0,5%
Sumber Data: Studi EHRA Kabupaten Banyuwangi
Tahun 2016

70
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

3.5.4 Sistem persampahan


Pengelolaan sampah merupakan hal yang perlu ditangani, di Kabupaten Banyuwangi sendiri penanganan sampah
dilakukan dengan dibakar, dibuang ke TPA, dikumpulkan kolektor, dan ada yang dibuang ke tanah. Berikut tabel sistem
pengolahan sampah yang ada di Kabupaten Banyuwangi.

Tabel 3.12 Sistem Pengelolahan sampah Kab. Banyuwangi

Input User Pengumpul Penampungan Pengangkutan Pengolahan Pembuang Kode/


Interface an Setempat/ Antara/Akhir an/Pemros Nama
Setempat Penampungan esan Akhir/ Aliran
Awal Daur Ulang
Sampah Tempat Dasawisma/ - Motor sampah Bank - PS-1
an organik sampah sekolah Sampah
Sampah Tempat Motor - - TPS 3R TPA PS-2
tercampur sampah sampah
Gerobak TPS Dump truck - TPA PS-3
sampah
- - - - Ditimbun/di PS-4
bakar
- - - - Saluran/sun PS-5
gai
Sumber: Lapkhir RPIJM kabupaten Banyuwangi

71
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Jalan/taman Gerobak Container Arm roll - TPA/Kompo PS-6


Sampah sting
Pasar - Container Arm roll - TPA/Kompo PS-7
sting

72
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

3.5.5 Pengelolahan Air Limbah


Sistem pengelolaan air limbah domestik yang perlu ditangani di
Kabupaten Banyuwangi diantaranya adalah tempat yang dituju untuk
membuang kotoran. Penanganan dilakukan agar pembuangan air limbah
domestik tidak menyebabkan pencemaran air. Berikut diagram penyaluran
akhir tinja di Kabupaten Banyuwangi.

Penyaluran Akhir Tinja


Tangki septik
Pipa sewer
1% Cubluk/lobang tanah
18%
5% Langsung ke drainase
1% Sungai/danau/pantai
11%
62%
Kolam/sawah
2% Kebun/tanah lapang
Tidak tahu

Gambar 3.3 Diagram penyaluran akhir tinja Kab. Banyuwangi

Sumber: Lapkhir RPIJM Kabupaten Banyuwangi

Berdasarkan diagram diatas, dapat diketahui bahwa sebanyak 62%


masyarakat sudah membuang air limbah domestik ke tangki septik, dan masih
ada 5% masyarakat yang membuang ke suangai.

3.5.6 Jaringan drainase


Secara umum kondisi drainase di Kabupaten Banyuwangi terutama pada
saluran drainase terbuka. Kondisinya banyak mengalami penurunan kualitas
seperti terjadinya penumpukan sedimen lumpur atau sampah. Sehingga
menyebabka genangan pada saat musim hujan.

3.6 PEREKONOMIAN
3.6.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Tabel 3.13 Jumlah PDRB Kab. Banyuwangi tahun 2015-2017

Lapangan usaha 2015 2016 2017


Pertanian, Kehutanan, 21.944.164,58 23.475.737,82 24.347.820,50
dan Perikanan

73
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Pertambangan dan 4.650.842,95 5.033.739,61 5.504.252,04


Penggalian
Industri Pengolahan 6.549.448,36 7.264.441,92 7.760.903,26
Pengadaan Listrik dan 25.576,80 28.832,33 31.557,58
Gas
Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah, 36.944,20 40.484,51 42.022,00

Limbah dan Daur Ulang


Konstr uksi 6.820.370,11 7.775.548,32 8.994.178,93
Perdagangan Besar dan
Eceran; Repar- 8.454.492,78 9.618.546,48 10.988.013,05

asi Mobil dan Sepeda


Motor
Transportasi dan 1.814.180,69 2.064.862,08 2.294.321,43
Pergudangan
Penyediaan Akomodasi 1.392.292,50 1.638.066,96 1.915.462,28
dan Makan
Minum
Infor masi dan 2.413.780,53 2.676.775,28 2.955.664,90
Komunikasi
Jasa Keuangan dan 1.055.224,07 1.180.434,18 1.278.070,21
Asuransi
Real Estate 895.733,60 970.945,89 1.063.755,97

Jasa perusahaan 134.595,10 149.553,41 161.184,94

Administrasi 1.637.263,69
Pemerintahan,Pertahanan 1.340.237,30 1.494.432,61
Dan Jaminan Sosial Wajib
Jasa Pendidikan 1.813.156,30 1.978.775,44 2.160.730,68

Jasa Kesehatan dan 189.245,30 217.677,62 247.157,68


Kegiatan Sosial
Jasa lainnya 649.011,00 739.613,68 863.386,81

Produk Domestik Regional 60.179.292,92 66.348.468,12 72.245.718,94


Bruto
Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi dalam Angka Tahun 2018

Berdasarkan data BPS Kabupaten Banyuwangi dalam angka tahun 2018


bahwa pendapatan domestik regional bruto kabupaten Banyuwangi selalu

74
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

mengalami peningkatan setiap tahunnya berdasarkan harga laku. Pendapatan


terbesar pada kabupaten banyuwangi pada lapangan usaha pertanian, kehutan, dan
perikanan, perdagangan besar dan eceran, serta industri pengolahan.

3.7 LETAK GEOGRAFIS DAN ADMINISTRATIF KECAMATAN BANGOREJO


Secara geografis Kecamatan Bangorejo memiliki luas wilayah 100.62 Km2
yang dibagi menjadi 7 desa, diantaranya:

Tabel 3.14 Jumlah luas Desa di Kec. Bangorejo

Desa/kelurahan Luas (km²) Prosentase luas desa


(%)
Sukorejo 9,79 9.73
Ringintelu 6,80 6.76
Sambirejo 9,35 9.29
Sambimulyo 9,79 9.73
Temurejo 34,67 34.46
Bangorejo 10,34 10.28
Kebondalem 19,88 19.76
Jumlah 100,62 100.00
Sumber: BPS Kecamatan Bangorejo dalam angka 2018.

Batas wilayah Kecamatan Bangorejo:

1. Sebelah Utara adalah Kecamatan Tegal Sari dan Gambiran.


2. Sebelah Timur adalah Kecamatan Purwoharjo
3. Sebelah Selatan adalah Samudera Hindia dan,
4. Sebelah Barat adalah Kecamatan Siliragung.

3.8 KONDISI FISIK DASAR KECAMATAN BANGOREJO


3.8.1 Topografi
Secara topografi Kecamatan Bangorejo termasuk daerah dataran
rendah, dengan dataran rendah rata-rata di kecamatan Bangorejo 70.43
m.dpl.

Tabel 3.15 Topografi Desa di Kec. Bangorejo

Desa/kelurahan Letak Tinggi Tanah (m.dpl)

Sukorejo Dataran 65
Ringintelu Dataran 75
Sambirejo Dataran 61

75
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Sambimulyo Dataran 62
Temurejo Dataran 65
Bangorejo Dataran 75
Kebondalem Dataran 90
Sumber: BPS Kecamatan Bangorejo dalam Angka 2018

76
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Gambar 3.4 Peta Topografi Wilayah Perencanaan Bangorejo

77
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

3.8.2 Hidrologi
Secara hidrologi Kecamatan Bangorejo termasuk daerah dengan
curah hujan rendah dengan rata-rata curah hujan 6,5 mm per hari karena
intensitas hujan dikatakan lebat (tinggi) bila mencapai 50-100 mm per hari,
dan dikatakan sangat lebat (tinggi) jika curah hujan lebih dari 100 mm per hari.

Tabel 3.16 Jumlah curah hujan Kec. Bangorejo

Bulan Curah Hujan (mm) Curah Hujan (hari)


Januari 268 10
Februari 380 14
Maret 67 3
April 37 2
Mei 167 5
Juni 170 5
Juli 206 7
Agustus 104 4
September 221 7
Oktober 267 4
November 190 6
Desember 295 11
Sumber: BPS Kecamatan Bangorejo dalam Angka 2018

Data hidrologi yang ada di kecamatan Bangorejo, masyarakat disana


banyak menggunakan sumur bor pribadi dan juga ada beberapa masyarakat
desa yang menggunakan PDAM, keadaan air yang terdapat pada kecamatan
Bangorejo cukup baik dan cukup bersih.

3.8.3 Vegetasi
Vegetasi merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang komunitas
tumbuhan yang terjadi pada suatu tempat, mencangkup perpaduan komunal
dari jenis-jenis flora dan penyusunannya maupun tutupan lahan yang
dibentuknya (Wikipedia). Di kecamatan Bangorejo terdapat komunitas
beberapa tanaman, namun komoditas utama pada kawasan tersebut pada
buah naga dan buah jeruk.

3.9 GUNA LAHAN


Kecamatan Bangorejo merupakan daerah atau kawasan agropolitan.
Agropolitan adalah Kota yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem
dan usaha agribisnis serta mampu melayani, mendorong, menarik, menghela
kegiatan pembangunan pertanian di wilayah sekitarnya. Kegiatan di kecamatan

78
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Bangorejo mengacu usaha tanaman tertentu pada tanah atau tumbuh lainnya dalam
ekosistem yang sesuai. Diantaranya yaitu buah jeruk dan buah naga yang menjadi
tanaman utama atau penting di kawasan tersebut.

3.10 KEPENDUDUKAN
3.10.1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk
Berdasarkan data dari BPS Kecamatan Bangorejo tahun 2017 diketahui
bahwa umlah penduduk yang ada di Kecamatan Bangorejo adalah 60.247.

Tabel 3.17 Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin Kec. Bangorejo

Desa/kelurahan Penduduk Jumlah


Laki-laki Perempuan
Sukorejo 3753 3497 7.250
Ringintelu 3267 3201 6468
Sambirejo 4137 4005 8142
Sambimulyo 4198 4025 8223
Temurejo 6473 6374 12847
Bangorejo 4417 4426 8843
Kebondalem 4238 4236 8474
Jumlah 30.483 29.764 60.247
Sumber: BPS Kecamatan Bangorejo tahun 2018

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk


tertinggi berada di desa Temurejo dengan jumlah penduduk 12.847 jiwa, dan
untuk jumlah penduduk terendah berada di desa Ringintelu dengan jumlah
penduduk sebesar 6.468 jiwa.

Tabel 3.18 Jumlah luas, penduduk, dan kepadatan penduduk Kec. Bangorejo

Desa/kelurahan Luas Penduduk Kepadatan


km² % Jumlah % penduduk
(orang / km²)
Sukorejo 9,79 10 7.250 12,03 742
Ringintelu 6,80 7 6468 10,74 953
Sambirejo 9,35 9 8142 13,51 872
Sambimulyo 9,79 10 8223 13,65 841
Temurejo 34,67 34 12847 21,32 371
Bangorejo 10,34 10 8843 14,68 857
Kebondalem 19,88 20 8474 14,07 427
Jumlah 100,62 100 60.247 100,00 600
Sumber: BPS Kecamatan Bangorejo tahun 2018

79
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Dengan luas wilayah 100,62 km², Kecamatan Bangorejo memiliki tingkat


kepadatan penduduk 600 orang / km² dengan kepadatan penduduk tertinggi
berada di wilayah Desa Ringintelu dan kepadatan penduduk terendah berada di
wilayah Desa Temurejo.

3.10.2 Jumlah Penduduk Menurut Agama


Tabel 3.19 Jumlah penduduk berdasarkan Agama Kec. Bangorejo

Desa Islam Protestan Katolik Hindu Budha Lain


nya
Sukorejo 5639 51 3 432 1 1
Ringintelu 5382 116 12 297 2 0
Sambirejo 6773 63 2 486 1 0
Sambimulyo 6650 41 4 466 0 0
Temurejo 9891 227 177 606 0 1
Bangorejo 7786 51 10 4 2 4
Kebondalem 7982 99 9 97 4 1
Jumlah 50.103 648 217 2.388 10 7
Sumber: BPS Kecamatan Bangorejo dalam Angka 2018

Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan


Bangunan
1400

3902 Perdangan Besar, Eceran, Rumah


Makan dan Hotel

Angkutan, Pergudangan, Informasi


dan Komunikasi

284 Keuangan dan Asuransi, Usaha


404 Persewaan Bangunan, Tanah, dan
Jasa Persewaan Bangunan
7200 Jasa Kemasyarakatan, Sosial, dan
Perorangan

Gambar 3.5 Grafik Jumlah penduduk menurut Pekerjaan Kec. Bangorejo

Sumber: BPS Kecamatan Bangorejo dalam Angka Tahun 2018

Berdasarkan data sekunder kecamatan Bangorejo dapat diketahui


bahwa sebagian besar masyarakat atau penduduk di kecamatan Bangorejo
beragama Islam. Persentase agama pada penduduk di Kecamatan Bangorejo,

80
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

penduduk yang beragama islam sebesar 93,87%, beragama protestan sebesar


1,21%, beragama katolik 0,4%, beragama hindu 4,47%, beragama budha
0,018%, dan lainnya 0,013%.

3.10.3 Jumlah Penduduk Menurut Pekerjaan


Tabel 3.20 Jumlah penduduk berdasarkan pekerjaan Kec. Bangorejo

Desa/kelurahan Sektor
Pertanian, Pertambangan Industri Listrik,
Kehutanan, dan Penggalian Pengolahan Gas dan
Perburuan dan
Air
Perikanan
Sukorejo 1531 30 526 6
Ringintelu 1211 11 450 6
Sambirejo 2049 13 154 2
Sambimulyo 2028 17 180 7
Temurejo 3799 7 116 5
Bangorejo 2017 7 215 5
Kebondalem 1728 6 273 5
Jumlah 14363 91 1914 36
Sumber: BPS Kecamatan Bangorejo dalam Angka 2018

Berdasarkan data BPS Kecamatan Bangorejo bahwa penduduk atau


masyarakat kecamatan Bangorejo sebagian besar bekerja pada bagian
perdagangan besar, eceran, rumah makan dan hotal sebanyak 7200 jiwa
penduduk. Sebagian kecilnya bekerja pada bidang keuangan dan asuransi,
usaha persewaan bangunan, tanah dan jasa persewaan bangunan sebanyak
284 jiwa penduduk.
3.11 FASILITAS
3.11.1 Fasilitas Pendidikan
Jumlah fasilitas di kecamatan Bangorejo dari setiap jenjang pendidikan, baik
dari TK & RA, SD, MI, SMP, MTS, SMA, SMK dan MA.

Tabel 3.21 Jumlah pendidikan Kec. Bangorejo

Desa (TK & SD MI SMP MTS SMA SMK MA


RA)
Sukorejo 3 3 2 1 1 0 0 0
Ringintelu 3 2 1 1 0 0 0 0
Sambirejo 3 5 1 1 1 0 1 1

81
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Sambimulyo 5 4 5 0 1 0 1 0
Temurejo 7 6 2 1 0 0 0 0
Bangorejo 5 3 1 2 0 1 1 0
Kebondalem 5 7 1 0 1 1 1 0
Jumlah 31 30 13 6 4 2 4 1
Sumber: BPS Kecamatan Bangorejo dalam Angka 2018

Berdasarkan data diatas maka dapat diketahui bahwa perseberan fasilitas


pendidikan belum merata pada setiap desa di kecamatan Bangorejo kecuali TK
& RA, SD, dan MI yang sudah tersebar di setiap desa. Persebaran yang tidak
merata ini dapat mengganggu generasi bangsa untuk menuntut ilmu di daerah
Bangorejo.

Berikut ini adalah dokumen dari salah satu fasilitas pendidikan yang terdapat
di Kecamatan Bangorejo.

SMP NEGERI 1 SD NEGERI 3

Gambar 3.6 Fasilitas pendidikan Kec. Bangorejo

Sumber: Survey primer

3.11.2 Fasilitas Kesehatan


Jumlah fasilitas kesehatan yang ada di Kecamatan Bangorejo, sebagai
berikut:

Tabel 3.22 Jumlah fasilitas kesehatan Kec. Bangorejo

Desa RS Puskesmas Pustu Poliklinik Polindes Posyandu


Sukorejo 0 0 1 0 0 9
Ringintelu 0 0 0 0 0 9
Sambirejo 0 1 1 0 1 14
Sambimulyo 0 0 0 0 0 14
Temurejo 0 0 1 0 0 20

82
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Bangorejo 0 0 1 1 0 12
Kebondalem 0 1 1 0 1 12
Jumlah 0 2 5 1 2 90
Sumber: BPS Kecamatan Bangorejo dalam Angka 2018

Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa fasilitas kesehatan yang


terdapat di Kecamatan Bangorejo berupa Puskesmas, Pustu, Poliklinik,
Polindes, dan Posyandu, namun di Kecamatan Bangorejo masih belum
memiliki Rumah Sakit (RS) yang dapat mempermudah masyarakat atau
penduduk untuk menjalani segala macam perobatan. Berikut ini adalah
dokumen dari salah satu fasilitas kesehatan yang terdapat di Kecamatan
Bangorejo.

RS. GLADICAL PUSKESMAS


MEDIKA SAMBIMULYO
Gambar 3.7 Fasilitas kesehatan Kec. Bangorejo

Sumber: Survey Primer

3.11.3 Fasilitas Peribadatan


Jumlah fasilitias peribadatan di Kecamatan Bangorejo, sebagai berikut:
Tabel 3.23 Jumlah fasilitas peribadatan Kec. Bangorejo

Desa Masjid Langgar Gereja Gereja Pura


Kristen Katolik
Sukorejo 8 30 0 0 0
Ringintelu 7 42 0 2 1
Sambirejo 17 25 0 1 3
Sambimulyo 14 88 0 0 2
Temurejo 18 88 0 6 4
Bangorejo 12 58 0 1 0
Kebondalem 12 59 0 2 2
Jumlah 88 390 0 12 12
Sumber: BPS Kecamatan Bangorejo dalam Angka 2018

83
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa fasilitas peribadatan


terbanyak di Kecamatan Bangorejo adalah Langgar sebanyak 390 unit,
sedangkan fasilitas peribadatan yang sedikit adalah gereja kristen. Langgar dan
masjid menjadi tempat peribadatan yang paling banyak dan tersebar pada setiap
desa dikarenakan sebagian besar masyarakat di kecamatan Bangorejo
beragama Islam.

LANGGAR MASJID MIFTAHUL


SAMBIMULYO FALAH
Gambar 3.8 Fasilitas peribadatan Kec. Bangorejo

Sumber: survey primer


3.11.4 Fasilitas Perdagangan dan Jasa
Jumlah fasilitas perdagangan dan jasa pada kecamatan Bangorejo, sebagai
berikut:

Tabel 3.24 Jumlah fasilitas perdagangan dan jasa Kec. Bangorejo

Desa Pasar Pasar Semi Pasar Minimarket Toko/


Permanen Permanen Tanpa Warung
Bangunan Kelontong
Sukorejo 0 2 1 0 42
Ringintelu 0 0 0 0 58
Sambirejo 0 1 0 0 49
Sambimulyo 1 1 0 2 115
Temurejo 0 2 0 0 120
Bangorejo 0 2 1 1 54
Kebondalem 1 0 1 1 112
Jumlah 2 8 3 4 550
Sumber: BPS Kecamatan Bangorejo dalam Angka 2018

Fasilitas perdagangan dan jasa yang ada di Kecamatan Bangorejo


berupa pasar permanen yang berada di desa Sambimulyo dan desa
Kebondalem, pasar semi permanen yang berada di Sukorejo, Sambirejo,

84
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Sambimulyo, Temurejo dan Bagorejo, pasar tanpa bangunan, beberapa


minimarket, dan toko atau warung yang tersebar di setiap desa yang ada di
Kecamatan Bangorejo. Berikut ini dokumen dari salah satu fasilitas perdagangan
dan jasa yang terdapat di Kecamatan Bangorejo

TOKO SETIA TOKO GRAHAMAS

Gambar 3.9 Fasilitas perjas Kec. Bangorejo

Sumber: survey primer


3.11.5 Fasilitas Pemerintahan
Kecamatan Bangorejo memiliki sebuah Kantor Pemerintahan Kecamatan
Bangorejo yang terletak pada Jalan Pesanggaran No. 548, dan Kantor kepala
desa bangorejo yang terletak di jalan Sultan Agung No. 93 bahkan setiap desa
memiliki Kantor pemerintahan yang berfungsi untuk menerima segala bentuk
informasi, merekam informasi, mengatur informasi, memberi informasi serta
melindungi aset atau harta pada Kecamatan atau wilayah tersebut.

KANTOR KECAMATAN
BANGOREJO
Gambar 3.10 Kantor kecamatan Bangorejo

Sumber: survey primer

85
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

3.12 UTILITAS
3.12.1 Jaringan Listrik
Berdasarkan hasil survey primer yang telah dilakukan, pada kawasan
perencanaan penggunaan jaringan listrik yang ada di Desa Sukorejo
menggunakan saluran SUTT.

JARINGAN LISTRIK
SUTT
Gambar 3.11 Jaringan listrik SUTT Kec. Bangorejo

Sumber: survey primer


3.12.2 Jaringan Air Bersih
Berdasarkan data RPIJM Kabupaten Banyuwangi dijelaskan bahwa
Kecamatan Bangorejo masih belum terlayani oleh PDAM Kabupaten
Banyuwnagi. Pada desa Bangorejo dan desa Temurejo merupakan desa yang
rawan akan air bersih, direncanakan pembangunan sebuah unit SPAM IKK
Kecamatan Bangorejo yang direncakan dibangun pada tahun 2020 dan tahun
2027 dengan produk masing-masing tahun sebesar 20L/dt.
Jumlah ini direncakan akan mampu memenuhi kebutuhan pelanggan
hingga akhir tahun pelayan sebesar 32% dari total jumlah penduduk di
kecamatan Bangorejo. Jaringan air bersih pada kawasan perencanaan
berdasarkan hasil survei primer.
Jaringan air bersih pada kawasan perencanaan berdasarkan hasil survey
primer bahwa setiap desa sudah menggunakan jaringan air bersih berupa PDAM
namun ada pula desa yang masih menggunakan sumber air bersih sendiri
berupa sumur bor seperti yang terdapat pada desa Sambirejo semua penduduk
di desa tersebut menggunakan jaringan air bersih berupa sumur bor, mengenai
kualitas air pada kecamatan Bangorejo sudah baik dan tidak mengalami
kesulitan dalam mencari sumber air untuk berlangsungnya kehidupan penduduk
di Kecamatan Bangorejo.

86
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

3.12.3 Jaringan Telepon

Jaringan telepon pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua bagian,


yaiut jaringan tetap dan jaringan bergerak. Jaringan tetap dapat dinikmati melalui
telepon rumah atau Kantor yang biasanya menggunakan kabel, sedangkan
jaringan telepon bergerak yang dapat dinikmati dimana saja tanpa melalui
perentara kabel hanya melalui perantara sinyal atau jaringan internet, jaringan
bergerak ini lebih mudah pengguna dalam berkomunikasi. Di Kecamatan
Bangorejo sudah mengimplementasikan kedua jenis jaringan tersebut yang
sebagian terdapat pada Kantor pemerintahan mengenai jaringan tetap,
sedangkan jaringan bergerak hampir setiap warga sudah menggunakan
handphone atau smartphone.
Mengenai jaringan telepon dan jaringan internet pada Kecamatan
Bangorejo tidak terdapat masalah didalamnya, semua warga dapat mengakses
internet dengan cepat dan mudah.

3.12.4 Jaringan Drainase

Berdasarkan hasil survey primer Kecamatan Bangorejo merupakan


kawasan pertanian, jaringan drainase di sepanjang jalan tidak ada dan
digantikan dengan saluran irigasi. Hampir setiap desa yang terdapat di
Kecamatan Bangorejo jaringan drainase yang digunakan adalah jenis drainase
terbuka dan tertutup di sepanjang jalan yang dilalui.

DRAINASE

Gambar 3.12 Jaringan drainase terbuka kec. Bangorejo

Sumber: survey primer

87
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

3.12.5 Sistem Persampahan

Pada Kecamatan Bangorejo sistem pengolahan sampah masih belum ada,


berdasarkan RPIJM Kabupaten Banyuwangi diketahui bahwa tidak sampah
yang di angkut ke TPA dan tidak ada sampah yang di proses. Sampah-sampah
yang ada di Kecamatan Bangorejo tidak di proses, dan hanya ditumpuk atau
dibakar. Berdasarkan hasil survey primer yang telah dilakukan, tempat sampah
yang ada di Kecamatan Bangorejo tidak ada, kebanyakan sampah di bakar.

TEMPAT SAMPAH

Gambar 3.13 Tempat sampah Kec. Bangorejo

Sumber: survey primer


3.12.6 Pengelolaan air limbah

Berdasarkan data dari RPIJM Desa yang beresiko sanitasi air limbah
domestik adalah desa Sambirejo dan desa Kebondalem. Limbah domestik
yang ada di Kecamatan Bangorejo masih dibuang ke saluran drainase
sehingga berpotensi mencemari air.

LIMBAH DOMESTIK PADA SALURAN


DRAINASE
Gambar 3.14 Limbah domsestik pada saluran drainase di Kec.
Bangorejo

Sumber: survey primer

88
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

3.13 Potensi dan Masalah


3.13.1 Potensi di Kecamatan Bangorejo

Kecamatan Bangorejo memiliki beberapa potensi yang dapat


dikembangkan untuk meningkatkan perekonomian wilayah. Potensi yang ada di
Kecamatan Bangorejo adalah sebagai berikut:
1. Sektor Pertanian

Kecamatan Bangorejo merupakan kecamatan yang sangat berpotensi pada


sektor pertanian, produksi pertanian yang ada di setiap desa adalah buah naga
dan buah jeruk, Kecamatan Bangorejo dikenal sebagai Kecamatan dengan
hasil produksi pertanian buah naga dan jeruk yang sangat tinggi. Selain buah
naga dan jeruk hasil pertanian masyarakat juga berupa padi, jagung, kedelai,
dan singkong.

Untuk meningkatkan hasil pertanian agar buah naga dapat panen meskipun
bukan waktunya, masyarakat menggunakan sistem lampu pada buah naga
agar panen dapat dilakukan setiap 4 bulan sehingga buah naga dapat di
produksi tidak hanya pada panen raya, hal ini dapat membantu meningkatkan
perekonomian masyarakat.

2. Sistem Pengairan

Sistem pengairan di Kecamatan Bangorejo menggunakan irigasi teknis di


setiap desa (berdasarkan Kecamatan Bangorejo dalam angka 2018 dan hasil
survey primer). Dengan sistem pengairan yang baik, petani dapat bercocok
tanam dengan baik dan sangat berpotensi terhadap hasil pertanian. Debit air
yang ada di Kecamatan ini cukup tinggi karena dialiri oleh dua sungai dan tidak
kering walaupun pada musim kemarau.

3. Budaya dan Adat Istiadat

Kecamatan Bangorejo memiliki potensi dalam kebudayaannya, kegiatan ini


terletak di Desa Kebondalem, pada setiap tahun genap terdapat tradisi arung
kanal yang di ikuti oleh seluruh masyarakat yang ada di setiap desa di
Kecamatan Bangorejo. Kegiatan ini dilakukan di sungai di desa Kebondalem,
kegiatan yang dilakukan adalah kegiatan pameran kapal yang dibuat oleh
masyarakat setempat dan di pamerkan di sungai. Kegiatan ini berlangsung

89
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

selama tiga hri berturut-turut dan menjadi antusiasme masyarakat yang ada di
Kecamatan Bangorejo.

Kegiatan rutin yang dilakukan di Desa Kebondalem yang lain adalah lomba
lintas srawet. Kegiatan lintas gunung ini dijadikan ajang untuk melestarikan
alam yang ada di gunung Srawet karena gunung Srawet merupakan hutan
lindung dan sudah tertera pada peraturan desa Kebondalem, kegiatan ini tidak
hanya diikutioleh masyarakat Kecamatan Bangorejo sendiri tapi banyak dari
masyarakat luar yang mengikuti kegiatan ini dan berpartisipasi dalam kegiatan
ini.

4. Lahan Subur

Kecamatan Bangorejo memiliki lahan pertanian yang subur, berdsarkan


Kecamatan Bangorejo dalam angka jenis tanah yang ada di Kecamatan
Bangorejo diperuntukkan sebagai lahan pertanian, sehingga hasil produksi
pertanian masyarakat sangat tinggi.

3.13.2 Masalah di Kecamatan Bangorejo


Masalah yang ada di Kecamatan Bangorejo adalah sebagai berikut:

1. Daerah Aliran Sungai

Pada daerah sepanjang aliran sungai tidak ada plengsengan, yang dapat
mengakibatkan permukaan tanah didaerah sekitar sungai amblas dikarekan
aliran sungai yang deras. hal ini terdapat di desa Ringintelu, Kebondalem, dan
beberapa bagian di desa Sukorejo. Untuk desa Bangorejo plengsengan masih
ada yang rusak.

Masih ada bangunan permanen yang ada di sekitar sempadan sungai,


bangunan permanen yang ada di sempadan sungai berada di desa Ringintelu,
Kebondalem, dan sebagian wilayah di desa Sukorejo. Pada sekitar sungai di
Desa Ringintelu terdapat jamban bersama disekitar sungai, sehingga sungai
dapat berpotensi tercemar.

Saluran drainase dan sungai yang berada di Desa Sambimulyo dan Desa
Bangorejo tercemar karena tercampur dengan limbah domestik dan menjadi
tempt pembuangan sampah oleh masyarakat.

90
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

2. Infrastruktur jalan

Aksesbilitas pada kecamatan Bangorejo masih dapat dikatakan kurang baik


dikarenakan hampir di setiap desa permukaan jalan banyak yang berlubang,
tergenang air, dan tidak beraspal sehingga hal tersebut dapat mengganggu
masyarakat dalam menjalankan aktivitas.

Furniture jalan yang ada di Desa Sambimulyo masih kurang lengkap terutama
pada lampu jalan, hal ini dapat mengganggu aktivitas masyarakat dalam
melakukan pergerakan di malam hari. Bahu jalan yang terdapat di Desa
Bangorejo digunakan untuk berdagang, sehingga dapat menyebabkan
kemacetan

3. Pertanian

Pada saat musim panen saat ini masyarakat tidak mendapatkan hasil yang
menguntungkan dikarenakan menurunnya nilai jual hasil panen yang tidak
sesuai dengan modal yang digunakan untuk perawatan atau pemeliharan
produk tersebut, dan dapat dikatakan saat ini para petani di kecamatan
Bangorejo mengalami kerugian yang sangat besar.

91
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Gambar 3.15 Peta Potensi Kawasan Agropolitan Kec. Bangorejo

Sumber : Survey Primer

92
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Gambar 3.16 Peta Potensi Kawasan Agropolitan Kec. Bangorejo

Sumber : Survey Primer

93
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

4 METODOLOGI

4.1 Metode Pendekatan Perencanaan


Metode perencanaan digunakan untuk menyusun dan menentukan pola pikir dalam
melaksanakan proses perencanaan penyusunan RDTRK Bangorejo. Pola pikir ini
akan menentukan arah dan strategi dalam arah perencanaan dan penetapan wilayah
untuk di kembangkan di wilayah perencanaan. Metode pendekatan perencanaan
yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan Rencana Detail Tata Ruang
Kecamatan Bangorejo antara lain:

1. Top Down dan Bottom Up Planning


Pendekatan perencanaan ini merupakan perpaduan dari arahan dan
kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah dengan aspirasi dari
masyarakat. Pendekatan ini menggunakan 2 (dua) istilah perencanaan yaitu
top down planning berupa perencanaan program-program serta merupakan
penjabaran dari kebijakan tata ruang oleh Pemerintah Provinsi maupun
daerah, serta yang kedua adalah bottom up planning. Perencanaan ini
memberikan penekanan bahwa RDTR Kecamatan Bangorejo
mengakomodasi aspirasi masyarakat sebagai pelaku pembangunan, dan
dengan melibatkan masyarakat dalam proses perencanaannya.
Perencanaan ini merupakan upaya untuk memberdayakan masyarakat dalam
perencanaan kerakyatan dan untuk mengembangkan segala potensi,
mengurangi dan seoptimal mungkin menyelesaikan permasalahan serta
menanggulangi segala ancaman atau tantangan yang muncul dari
pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah perencanaan.
2. Pendekatan Perencanaan Berkelanjutan dan Berwawasan Lingkungan
Pendekatan ini akan mendorong perencanaan yang tidak hanya berorientasi
pada kebutuhan dan pemanfaatan ruang yang semaksimal mungkin untuk

94
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

kebutuhan saat ini, namun juga berorientasi pada masa yang akan datang
dengan tetap memanfaatkan ruang seoptimal mungkin dengan tidak merusak
lingkungan. Prinsip pendekatan perencanaan berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan antara lain:
● Prinsip perencanaan tata ruang yang berpijak pada pelestarian dan
berorientasi ke depan (jangka panjang).
● Penekanan pada nilai manfaat yang besar bagi masyarakat.
● Prinsip pengelolaan aset sumber daya yang tidak merusak dan lestari.
● Kesesuaian antara kegiatan pengembangan dengan daya dukung
ruang.
● Keselarasan yang sinergis antara kegiatan eksplorasi dan eksploitasi
SDA dengan keseimbangan dan daya dukung lingkungannya.
● Antisipasi yang tepat dan monitoring perubahan lingkungan yang
terjadi akibat pembangunan dan pemanfatan lahan untuk kawasan
budidaya.
3. Pendekatan Komunitas/Masyarakat (Community Approach)
Pendekatan ini digunakan dengan pemahaman bahwa masyarakat setempat
adalah masyarakat yang paling tahu kondisi di wilayahnya dan setiap
kegiatan pembangunan harus memperhitungkan nilai-nilai sosial budaya
pembangunan. Oleh karena itu langkah perencanaan tata ruang kawasan
harus mencerminkan masyarakat lokal yang ikut terlibat dalam proses
perencanaan dan pengambilan keputusan.

4.2 Kerangka Pikir


Kerangka pemikiran yang telah disusun merupakan pedoman langkah dalam
menganalisa dan menyusun konsep rencana. Secara garis besar proses
prencanaan yang telah disebut meliputi:
1. Input
Tahap memasukkan data yang dibutuhkan untuk kegiatan proses analisa.
2. Proses
Tahap pengkajian dan analisa terhadap data-data yang telah didapat.
Dalam tahap ini, perlu diidentifikasi potensi dan masalah sebagai
pertimbangan dalam perumusan rencana dan selanjutnya dilakukan
proses analisa.
3. Output
Tahap akhir pekerjaan yang menghasilkan sebuah rencana yang sesuai
dengan tujuan kawasan.

95
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Berikut adalah kerangka pikir dari penyusunan RDTR Kecamatan Bangorejo


Kabupaten Banyuwangi.

96
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Berikut adalah kerangka pikir dari penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo Kabupaten
Banyuwangi.

97
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

4.3 Teknik dan Analisis Data


Kegiatan pengumpulan data dalam mendukung kegiatan penyusunan
Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo Kabupaten
Banyuwangi meliputi kegiatan pengumpulan data dan informasi dengan
menggunakan teknik survei primer (Lapangan) maupun survei sekunder (Instansi
terkait) yang mencangkup data-data dan peta dengan skala 1:5000.

Pengumpulan data tersebut akan disesuaikan dengan alat analisis yang


digunakan sehingga hasil yang didapatkan lebih terfokus pada tujuan perencanaan.
Hasil dari analisis data disajikan dalam bentuk uraian, gambar, bagan, grafik, tabel
ataupun peta. Alat analisis dan data yang diperlukan meliputi :

1. Analisis Struktur Internal BWP

Tujuan penataan BWP merupakan nilai dan /atau kualitas terukur yang akan
dicapai sesuai dengan arahan pencapaian sebagaimana ditetapkan dalam RTRW
kabupaten/kota dan merupakan alasan disusunnya RDTR yang apabila diperlukan
dapat dilengkapi konsep pencapaian (PERMEN ATR No. 16 Tahun 2018). Secara
umum analisis ini digunakan untuk merumuskan kegiatan fungsional sebagai pusat
dan jaringan yang menghubungkan antarpusat di dalam BWP ruang dari RTRW
Kabupaten ke RDTR. Analisis struktur internal kawasan perkotaan didasarkan pada
kegiatan fungsional di dalam kawasan perkotaan tersebut, pusat-pusat kegiatan,dan
sistem jaringan yang melayaninya. Analisis struktur internal kawasan perkotaan
membagi kawasan perkotaan berdasarkan:

a. Homogenitas kondisi fisik


b. Ekonomi
c. Sosial budaya
d. Menggambarkan arahan intensitas ruang
e. Arahan pengembangan intensitas ruang di masa datang.

Analisis struktur internal BWP tersebut meliputi:

1. Analisis sistem pusat pelayanan


2. Analisis sistem jaringan jalan
3. Analisis intensitas pengembangan ruang pada seluruh BWP.
Analisis ini digunakan sebagai bahan pertimbangan merumuskan rencana pola ruang
dan masukan perumusan konsep struktur internal BWP. Diagram Ilutrasi Pusat
Pelayanan di dalam BWP

98
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

A. Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan merupakan metode matrik indeks


sentralitas. Matrik indeks sentralitas merupakan bagian dari matriks
fungsi wilayah atau yang sering disebut dengan analisis fungsi yang
merupakan analisis terhadap fungsi-fungsi pelayanan yang tersebar di
kawasan perencanaan yang berkaitan dengan berbagai aktivitas
penduduk atau masyarakat untuk memperoleh dan memanfaatkan
fasilitas tersebut.
Metode analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui struktur/hierarki
pusat-pusat pelayanan yang ada dalam suatu wilayah perencanaan
pembangunan, seberapa banyak fungsi yang ada, berapa jenis fungsi
dan berapa jumlah penduduk yang dilayani serta seberapa besar
frekuensi keberadaan suatu fungsi dalam satu satuan wilayah
permukiman (Riyadi, 2003:118). Nilai keterpusatan dapat diperoleh
dengan menjumlah total bobot masing-masing jenis fasilitas dikalikan
dengan jumlah fasilitas tersebut, prinsip pembobotan dilakukan dengan
cara membagi nilai sentralitas gabungan (100) dengan jumlah fasilitas
yang terdapat diseluruh pusat pelayanan, jadi semakin besar jumlah

99
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

suatu fasilitas maka, bobotnya akan semakin kecil dan demikian pula
sebaliknya (Rondinelli, 1985: 125).

B. Kebutuhan Data, Jenis Survei, dan Output

Analisis Data Jenis Survei out


put

Analisis sistem  Sarana dan prasarana Sekunder,


pusat pelayanan  Penggunaan lahan Primer
 Karakter kawasan
 Fungsi kegiatan
Analisis sistem  Jenis jaringan jalan Primer,
jaringan jalan  Pola jaringan jalan sekunder Struktur
 Pola pergerakan
 Hierarki jalan Internal BWP
Kecamatan
Analisis  Sarana dan prasarana Sekunder,
intensitas  Tata guna lahan Primer Bangorejo
pengembangan
ruang pada
seluruh BWP

2. Analisis Sistem Penggunaan Lahan

Analisis karakteristik sistem penggunaan lahan dilakukan untuk mendetailkan


pola ruang dari RTRW Kabupaten ke RDTRK. Analisis sistem penggunana lahan
didasarkan pada kondisi fisik kawasan perencanaan, kondisi eksisting, status lahan,
dan kerentanan terhadap resiko bencana. Analisis ini digunakan sebagai bahan

100
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

pertimbangan dalam menentukan rencana pola ruang. Analisis sistem penggunaan


lahan tersebut meliputi:

a. Analisis simpangan antara pola ruang RTRW dan kondisi eksisting


b. Analisis tutupan lahan dan run-off yang ditimbulkan
c. Analisis kepemilikan tanah

Penggunaan lahan di wilayah dan/atau kawasan perencanaan perlu diketahui secara


terinci, terutama sebaran bangunan yang bersifat tidak meluluskan air/ kedap air. Hal
ini berkaitan erat dengan rasio tutupan lahan yang ada saat ini yang nantinya
digunakan dalam penghitungan ketersediaan air tanah bebas. Selain untuk
mengetahui rasio tutupan lahan, data penggunaan lahan juga diperlukan untuk
mengetahui pengelompokan peruntukan lahan, termasuk aglomerasi fasilitas yang
akan membentuk pusat kota serta bangunan-bangunan yang memerlukan
persyaratan kemampuan lahan tinggi, yang akan digunakan dalam penentuan
rekomendasi kesesuaian lahan. Di samping itu dengan mengetahui sebaran
penggunaan lahan di wilayah ini, maka akan terlihat pada daerah-daerah mana
penggunaan lahan yang ternyata menyimpang dari kesesuaiannya atau melampaui
kemampuannya, sehingga dapat dijadikan masukan juga dalam memberikan
rekomendasi kesesuaian lahan ini.

A. Metode Analisis
Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis data dengan cara
mendiskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku
untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2008: 147). Analisis ini
digunakan untuk mendeskripsikan antara tata guna lahan yang ada di
Kecamatan Bangorejo dengan kesesuaian lahan dan bahaya yang timbul
akibat dari ketidaksesuaian penggunaan lahan

B. Kebutuhan Data, Jenis, Jenis Survei, dan Output

Analisis Data Jenis Survei Output

Analisis  Penggunaan Sekunder,


simpangan lahan primer
antara pola
ruang RTRW
dan kondisi
eksisting

101
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Analisis tutupan  Alih fungsi Sekunder,  Simpangan pola


lahan dan run- lahan Primer ruang RTRW
off yang  Peruntukan dengan kondisi
ditimbulkan lahan guna lahan
eksisting BWP
 Peta guna lahan
eksisting BWP
Analisis  Status Sekunder,
kepemilikan Kepemilikan Primer
tanah Tanah

3. Analisis Kedudukan dan Peran BWP dalam Wilayah Yang Lebih Luas
Analisis regional ini dilakukan analisis pada aspek berikut:

a. Analisis kedudukan dan keterkaitan sosial-budaya dan demografi BWP pada


wilayah yang lebih luas

b. Analisis kedudukan dan keterkaitan ekonomi BWP pada wilayah yang lebih
luas

c. Analisis kedudukan dan keterkaitan sistem prasarana wilayah perencanaan


dengan wilayah yang lebih luas. Sistem prasarana yang diperhatikan dalam
analisis ini adalah sistem prasarana kabupaten/kota dan wilayah

102
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

d. Analisis kedudukan dan keterkaitan aspek lingkungan (pengelolaan fisik dan


SDA) BWP pada wilayah yang lebih luas

e. Analisis kedudukan dan keterkaitan aspek pertahanan dan keamanan BWP

f. Analisis kedudukan dan keterkaitan aspek pendanaan BWP

Dilakukan untuk memahami kedudukan dan keterkaitan BWP dalam sistem


regional yang lebih luas dalam aspek sosial, ekonomi, lingkungan, sumber daya
buatan atau sistem prasarana, budaya, pertahanan, dan keamanan. Sistem regional
tersebut dapat berupa sistem kota, wilayah lainnya, kabupaten atau kota yang
berbatasan, pulau, dimana BWP tersebut dapat berperan dalam perkembangan
regional.

Keluaran analisis regional digunakan sebagai pertimbangan dalam penyusunan


RDTR yang meliputi:

 penetapan fungsi dan peran BWP dalam wilayah yang lebih luas yang
akan mempengaruhi pada pembentukan jaringan prasarana terutama
lintassub wilayah/lintas kawasan atau yang mengemban fungsi layanan
dengan skala yang lebih luas dari wilayah BWP
 pembentukan pola ruang BWP yang serasi dengan kawasan berdekatan
terutama pada wilayah perbatasan agar terjadi sinkronisasi dan
harmonisasi dalam pemanfaatan ruang antar BWP dalam rangka
perwujudan tujuan penataan ruang.
A. Metode Analisis
Metode dalam analisis kedudukan BWP terhadap wilayah yang lebih luas
adalah deskriptif. Dalam melakukan analisis ini dilakukan proses
identifikasi terhadap data terkait. Keseluruhan data tersebut lalu dianalisis
dalam bentuk identifikasi peranan Kecamatan Bangorejo terhadap
Kabupaten Banyuwangi.

B. Kebutuhan Data, Jenis Survei, dan Output


Analisis Data Jenis Output
Survei

Analisis Kecamatan Sekunder


kedudukan Bangorejo
dan
Dalam Angka
keterkaitan
sosial-

103
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

budaya dan
demografi
BWP

Analisis PDRB Sekunder


kedudukan
dan
keterkaitan
ekonomi
BWP

Analisis Sistem Sekunder  Gambaran fungsi dan


kedudukan Sarana peran BWP pada
wilayah yang lebih luas
dan Prasarana
 Gambaran pola ruang
keterkaitan (Fasilitas, dan sistem jaringan
sistem Utilitas) prasarana BWP yang
berhubungan dengan
prasarana
BWP lain
Kawasan  Gambaran potensi dan
Bangorejo permasalahan
pembangunanakan
penataan ruang pada
wilayah yang lebih luas

Analisis RTRW, Sekunder


aspek RPIJMD
lingkungan
BWP yang
lebih luas

Analisis Persebaran Sekunder.


kedudukan KORAMIL & Primer
dan
POLSEK
keterkaitan
aspek
pertahanan
dan
keamanan
BWP

Analisis RPJP, RPJM Sekunder


kedudukan

104
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

dan
keterkaitan
aspek
pendanaan
BWP

4. Analisis Sumber Daya Alam Dan Fisik Lingkungan BWP

Dilakukan untuk memberikan gambaran kerangka fisik pengembangan wilayah


serta batasan dan potensi alam BWP dengan mengenali karakteristik sumber daya
alam, menelaah kemampuan dan kesesuaian lahan agar pemanfaatan lahan dalam
pengembangan wilayah dapat dilakukan secara optimal dengan tetap

105
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

memperhatikan keseimbangan ekosistem dan meminimalkan kerugian akibat


bencana.

Secara umum analisis fisik/lingkungan dan SDA ini, memiliki keluaran sebagai
berikut:

a. gambaran daya dukung lingkungan fisik dalam menampung kegiatan yang


ada maupun yang akan dikembangkan sampai akhir masa berlakunya
RDTR;
b. gambaran daya dukung maksimum (daya tampung) ruang/lingkungan hidup
dalam menampung kegiatan sampai waktu yang melebihi masa berlakunya
RDTR
c. gambaran kesesuaian lahan untuk pemanfaatan ruang di masa datang
berdasarkan kondisi fisik/lingkungannya
d. gambaran potensi dan hambatan pembangunan keruangan dari aspek fisik
e. gambaran alternatif-alternatif upaya mengatasi hambatan fisik/lingkungan
yang ada di BWP.
Keluaran analisis fisik atau lingkungan BWP ini digunakan sebagai bahan
dalam sintesa analisis holistik dalam melihat potensi, masalah, peluang penataan
ruang BWP dalam penyusunan RDTR dan peraturan zonasi. Analisis sumber daya
alam dan fisik/lingkungan wilayah yang perlu dilakukan mencakup beberapa analisis
berikut:

a. Analisis sumber daya air


Dilakukan untuk memahami bentuk dan pola kewenangan, pola pemanfaatan,
dan pola kerjasama pemanfaatan sumber daya air yang ada dan yang sebaiknya
dikembangkan di dalam BWP. Khususnya terhadap sumber air baku serta air
permukaan (sungai dan/atau danau) yang mengalir dalam BWP yang memiliki
potensi untuk mendukung pengembangan dan/atau memiliki kesesuaian untuk
dikembangkan bagi kegiatan tertentu yang sangat membutuhkan sumber daya air.
Analisis ini menjadi dasar dalam menetapkan kebijakan yang mengatur sumber-
sumber air tersebut.

Sumber daya air yang dimaksud dalam analisa ini dibedakan atas air
permukaan dan air tanah.

 Air permukaan adalah air yang muncul atau mengalir di permukaan


seperti: mata air, danau, sungai, dan rawa. Pada data air permukaan
ini masing-masing jenis sumber air tersebut hendaknya diikuti besaran

106
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

atau debitnya, sehingga dapat terlihat potensi air permukaan secara


umum. Data air permukaan dapat diperoleh pada instansi pengairan
setempat ataupun pusat, dilengkapi dengan pengamatan lapangan
yang menunjukkan kondisi keairan sesaat pada waktu pengamatan
yang akan menunjukkan potensi air pada musim tertentu (penghujan
atau kemarau, tergantung waktu pengamatan). Sedangkan untuk data
mata air dapat diperoleh dari peta hidrologi yang dikeluarkan oleh
Badan Pertanahan Nasional.
 Data air tanah dapat dipisahkan atas air tanah dangkal dan air tanah
dalam, yang masing-masing diupayakan diperoleh besaran
potensinya. Air tanah dangkal adalah air tanah yang umum digunakan
oleh masyarakat sebagai sumber air bersih berupa sumur-sumur,
sehingga untuk mengetahui potensi air tanah bebas ini perlu diketahui
kedalaman sumur-sumur penduduk, dan kemudian dikaitkan dengan
sifat fisik tanah/batunya dalam kaitannya sebagai pembawa air. Selain
besarannya air tanah ini perlu diketahui mutunya secara umum, dan
kalau memungkinkan hasil pengujian mutu air dari laboratorium.
Sedangkan air tanah dalam yakni air tanah yang memerlukan
teknologi tambahan untuk pengadaannya, secara umum dapat
diketahui dari kondisi geologinya, yang tentunya memerlukan
pengamatan struktur geologi yang cermat. Data kondisi air tanah
dapat diperoleh dari Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya
Mineral Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, maupun
instansi lainnya yang berkaitan dengan keairan seperti Direktorat
Jenderal Sumber Daya Air Departemen Pekerjaan Umum

b. Analisis sumber daya tanah


Digunakan dalam mengidentifikasi potensi dan permasalahan pengembangan
BWP berdasarkan kesesuaian tanah serta kawasan rawan bencana. Analisis ini
menghasilkan rekomendasi bagi peruntukan zona budi daya dan zona lindung.

c. Analisis topografi dan kelerengan


Analisis topografi dan kelerengan dilakukan untuk potensi dan permasalahan
pengembangan wilayah perencanaan berdasarkan ketinggian dan kemiringan
lahan. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui daya dukung serta kesesuaian
lahan bagi peruntukan kawasan budi daya dan lindung.

107
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Peta topografi dapat diperoleh dari beberapa instansi seperti Badan Koordinasi
Survei dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL), Badan Pertanahan Nasional
(BPN), Direktorat Topografi - TNI Angkatan Darat, Direktorat Jenderal Geologi dan
Sumber Daya Mineral Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, dan
instansi terkait lainnya. Peta yang digunakan dalam analisis ini selain peta
topografi ada juga peta morfologi dan peta kemiringan lahan.

 Peta morfologi
Peta morfologi adalah pengelompokan bentuk bentang alam berdasarkan rona,
kemiringan lereng secara umum, dan ketinggiannya, pada beberapa satuan
morfologi.

Satuan morfologi Satuan morfologi Satuan morfologi


dataran perbukitan tubuh gunung berapi

bentuk bentang alam bentuk bentang umumnya


yang didominasi oleh alam yang merupakan
daerah yang relatif memperlihatkan subsatuan
datar atau sedikit relief baik halus perbukitan sedang
bergelombang maupun kasar hingga terjal, namun
membentuk kerucut
tubuh gunung
berapi.
Kemiringan lereng membentuk bukit-
berkisar 0% - 5%. bukit dengan
kemiringan lereng
yang bervariasi.
kemiringan
lereng antara 5% -
15% dan
memperlihatkan
relief halus
kemiringan lereng
berkisar antara 15%
- 40% dan

108
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

memperlihatkan
relief sedang
subsatuan morfologi
perbukitan terjal
dengan
kemiringan lebih dari
40% dan
memperlihatkan
relief kasar.

 Peta kemiringan lereng


Peta kemiringan lereng diturunkan dari peta topografi, karena
penataan ruang dan peruntukannya banyak sekali ditentukan oleh kondisi
kemiringan suatu wilayah, demikian juga pengembangan jaringan utilitas
sangat dipengaruhi oleh besarnya kemiringan lereng ini. Peta ini memuat
pembagian atau klasifikasi kemiringan lereng di wilayah dan/atau kawasan
perencanaan atas beberapa kelas sebagai berikut:

1) Kemiringan lereng 0 % - 2%

2) Kemiringan lereng > 2% - 5%

3) Kemiringan lereng > 5% - 15%

4) Kemiringan lereng > 15% - 40%

5) Kemiringan lereng > 40%

Pada peta topografi dengan skala dan kelengkapan yang memungkinkan,


selang kemiringan > 5% - 15%, dibagi lagi atas: > 5% - 8%, dan > 8% -
15%

d. Analisis geologi lingkungan


Analisis ini dilakukan untuk mengidentifikasi potensi dan pengembangan BWP
berdasarkan potensi dan kendala dari aspek geologi lingkungan. Analisis ini
menjadi rekomendasi bagi peruntukan kawasan rawan bencana, kawasan lindung
geologi, dan kawasan pertambangan.

Untuk mengetahui kondisi geologi regional wilayah dan/atau kawasan


perencanaan dan daerah sekitarnya, maka diperlukan data fisiografi daerah yang
lebih luas. Fisiografi ini akan memperlihatkan gambaran umum kondisi fisik secara

109
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

regional baik menyangkut morfologi, pola pembentuknya, pola aliran sungai, serta
kondisi litologi dan struktur geologi secara umum. Gambaran umum kondisi
geologi atau fisiografi ini dapat dilihat pada Peta Geologi Indonesia. Data geologi
yang diperlukan dalam analisis aspek fisik dan lingkungan terdiri dari tiga bagian,
yakni data geologi umum, geologi wilayah, dan data geologi permukaan

 Geologi umum
Data geologi umum ini diperlukan untuk mengetahui kondisi fisik
secara umum, terutama pada batuan dasar yang akan menjadi tumpuan dan
sumber daya alam wilayah ini, serta beberapa kemungkinan bencana yang
bisa timbul akibat kondisi geologinya atau lebih dikenal dengan bencana
alam beraspek geologi. Data geologi umum wilayah perencanaan dan
sekitarnya yang diperlukan pada analisis kelayakan fisik kawasan ini adalah
peta dan data geologi, dalam skala terbesar yang tersedia. Data geologi ini
mencakup stratigrafi dan uraian

litologinya, struktur geologi, serta penampang-penampang geologi.


Data geologi umum ini dapat diperoleh pada Departemen Energi dan
Sumber Daya Mineral, atau pada instansi lain yang pernah melakukan
penelitian geologi terinci di wilayah yang diperlukan

 Geologi wilayah
Khusus untuk wilayah dan/atau kawasan perencanaan perlu dilakukan
telaahan geologi lebih terinci, disesuaikan dengan skala penelitian yang
dilakukan, yang diperoleh berdasarkan peta geologi umum dan dilakukan
pengecekan di lapangan. Peta geologi wilayah ini memuat semua unsur
geologi seperti yang dikehendaki pada geologi umum, hanya lebih terinci
yang kemungkinan akan berbeda dari peta geologi umum, karena dilakukan
penelitian pada skala lebih besar.

 Geologi permukaan
Geologi permukaan adalah kondisi geologi tanah/batu yang ada di
permukaan dan sebarannya baik lateral maupun vertikal hingga kedalaman
batuan dasar serta sifat-sifat keteknikan tanah/batu tersebut, dalam
kaitannya untuk menunjang pengembangan kawasan. Data geologi
permukaan hanya dapat diperoleh dari penelitian lapangan (data primer),
dengan penyebaran vertikal diperoleh berdasarkan hasil pemboran
dangkal. Sifat keteknikan dengan keterbatasan biaya dan waktu penelitian

110
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

hanya dapat disajikan berupa pengamatan megaskopis, kecuali daya


dukung tanah/batu yang dapat dipertajam dari hasil pengujian sondir.

e. Analisis klimatologi
Digunakan dalam mengidentifikasi potensi dan permasalahan pengembangan
BWP berdasarkan kesesuaian iklim setempat. Analisis ini menjadi bahan
rekomendasi bagi kesesuaian peruntukan pengembangan kegiatan budi daya.

Data klimatologi adalah data iklim berdasarkan hasil pengamatan pada stasiun
pengamat di wilayah yang bersangkutan dan/atau daerah sekitarnya, meliputi:

1) Curah hujan,

2) Hari hujan,

3) Intensitas hujan,

4) Temperatur rata-rata,

5) Kelembaban relatif,

6) Kecepatan dan arah angin,

7) Lama penyinaran (durasi) matahari.

f. Analisis sumber daya alam (zona lindung)


Dilakukan untuk mengetahui daya dukung/kemampuan wilayah perencanaan
dalam menunjang fungsi hutan/sumber daya alam hayati lainnya, baik untuk
perlindungan maupun kegiatan produksi. Selain itu, analisis ini dimaksudkan untuk
menilai kesesuaian lahan bagi penggunaan hutan produksi tetap dan terbatas,
hutan yang dapat dikonversi, hutan lindung, dan kesesuaian fungsi hutan lainnya.

g. Analisis sumber daya alam dan fisik wilayah lainnya (zona budi daya)
Selain analisis tersebut diatas, perlu juga dilakukan analisis terhadap sumber daya
alam lainnya sesuai dengan karakteristik BWP yang akan direncanakan, untuk
mengetahui pola kewenangan, pola pemanfaatan, maupun pola kerjasama
pemanfaatan sumber daya tersebut.

A. Metode Analisa
Metode yang digunakan dalam analisa ini adalah metode analisa weighted
overlay. Metode analisis ini merupakan analisis spasial dengan menggunakan
teknik overlay beberapa peta yang berkaitan dengan faktorfaktor yang
berpengaruh terhadap penilaian kerentanan. Alat analisis yang digunakan

111
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

adalah dengan menggunakan Geographic Information System (GIS). Metode


dalam analisis ini adalah metode survei. Weighted overlay merupakan sebuah
teknik untuk menerapkan sebuah skala penilaian untuk membedakan dan
menidaksamakan input menjadi sebuah analisa yang terintegrasi. Weighted
overlay memberikan pertimbangan terhadap faktor atau kriteria yang
ditentukan dalam sebuah proses pemilihan kesesuaian (Sofyan, dkk., 2010).

B. Kebutuhan Data, Jenis Survei, dan Output


Analisis Data Jenis Survei Output

Analisis sumber Kondisi Geologi Sekunder Peta Topografi


daya air

Analisis sumber Topografi, Sekunder Peta Daya


daya tanah Kelerengan Tampung dan
Daya Dukung
Lahan

Analisis topografi Sumber Air Sekunder, Peta Sumber


dan kelerengan Primer Mata Air

Analisis geologi Klimatologi Sekunder


lingkungan

Analisis klimatologi Jenis Tanah Sekunder

Analisis sumber Tata Guna Sekunder,


daya alam (zona Lahan Primer
lindung)

Analisis sumber
daya alam dan fisik
wilayah lainnya
(zona budi daya)

112
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

5. Analisis Sosial Budaya


Penilaian / analisis aspek sosial budaya perlu dilakukan untuk mencapai
pemanfaatan sumberdaya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Analisis sosial budaya dilakukan untuk mengkaji kondisi
sosial budaya masyarakat yang mempengaruhi pengembangan wilayah
perencanaan seperti elemen-elemen kota yang memiliki nilai historis dan budaya
yang tinggi (urban heritage, langgam arsitektur, landmark kota) serta modal sosial
dan budaya yang melekat pada masyarakat (adat istiadat) yang mungkin
menghambat ataupun mendukung pembangunan, tingkat partisipasi/peran serta
masyarakat dalam pembangunan, kepedulian masyarakat terhadap lingkungan, dan
pergeseran nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat setempat. Analisis ini
akan digunakan sebagai bahan masukan dalam penentuan bagian dari wilayah kota
yang diprioritaskan penanganannya di dalam penyusunan RDTR.

Penilaian/analisis aspek sosial budaya dapat diperoleh melalui hasil pengukuran


beberapa indikator sosial (urban social indicator) misalnya struktur sosial budaya,
pelayanan sarana dan prasarana budaya, potensi sosial budaya masyarakat, atau
kesiapan masyarakat terhadap suatu pengembangan. Tujuan analisis aspek sosial
budaya adalah mengkaji kondisi sosial budaya masyarakat yang mendukung atau
menghambat pengembangan wilayah dan/atau kawasan, serta memiliki fungsi antara
lain:

113
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

1) Sebagai dasar penyusunan rencana tata ruang wilayah dan/atau kawasan


serta pembangunan sosial budaya masyarakat.
2) Mengidentifikasi struktur sosial budaya masyarakat .
3) Menilai pelayanan sarana dan prasarana sosial budaya yang mendukung
pengembangan wilayah dan/atau kawasan.
4) Menentukan prioritas-prioritas utama dalam formulasi kebijakan
pembangunan sosial budaya masyarakat.
5) Memberikan gambaran situasi dan kondisi objektif dalam proses
perencanaan.
6) Sebagai acuan pelaksanaan pemantauan, pelaporan, dan penilaian program-
program pembangunan sosial budaya secara integratif.
Adapun sasaran yang hendak dicapai dalam pelaksanaan analisis
aspek sosial budaya antara lain:

1) Teridentifikasinya struktur sosial dan budaya yang terbentuk di wilayah


dan/atau kawasan.
2) Terumuskannya potensi dan kondisi sosial budaya, meliputi pasar tenaga
kerja, keragaman sosial budaya penduduk, serta jumlah dan pertumbuhan
penduduk.
3) Penilaian pelayanan sarana dan prasarana sosial budaya yang mendukung
pengembangan wilayah dan/atau kawasan.
A. Metode Analisis Sosial Budaya
Metode yang digunakan dalam analisis ini yaitu kualitatif. Menurut Lexy J.
Moleong, proses analisis data kualitatif dimulai dengan menelaah seluruh data
yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan yang sudah
dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar
foto dan sebagainya. Analisis ini bersifat memberikan gamabaran secara jelas
seuai fakta dilapangan.

B. Kebutuhan Data dan Jenis Survei


Analisa Data Jenis Survei Output

 Kondisi sosial  Adat istiadat Sekunder ● Potensi


 Elemen kota  Urban heritage dan Primer Permasalahan
terkait dengan  Langgam (Kuesioner, terkait sosial
sosial budaya arsitektur Wawancara, budaya kawasan
 Adat istiadat  Landmark BPS) perencanaan
masyarakat  Kegiatan ● Kondisi sosial
 Tingkat musyawarah budaya pada BWP
partisipasi antara

114
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

masyarakat dan Kecamatan


pemerintah Bangorejo
 Tingkat ● Tingkat partisipasi
kriminalitas masyarakat dalam
 Karakter, suku, pembangunan
budaya, bahasa desa
masyarakat dan ● Struktur sosial
sarana budaya yang
prasarana yang terbentuk
mewadahi ● Pelayanan sarana
kegiatan sosial dan prasaranan
budaya di sosial budaya yang
kawasan mendukung
perencanaan pengembangan
wilayah/kawasan

6. Analisis Kependudukan
Dalam analisis kependudukan, banyak faktor yang perlu diperhatikan dan
dianalisis sehingga dapat memberikan informasi akurat dalam rangka menentukan
berbagai keputusan yang akan diambil selama proses perumusan Perencanaan
Pembangunan Daerah. Penduduk pada dasarnya merupakan target utama yang
ingin dituju oleh setiap proses pembangunan, yaitu berupa peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Hal yang bisa dianalisis dalam hal kependudukan pada
umumnya menyangkut masalah yang berkaitan dengan perubahan keadaan

115
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

penduduk seperti kelahiran, kematian, jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin,


proyeksi jumlah penduduk, dan perkembangan penduduk. Hal ini berhubungan erat
dengan potensi dan kualitas penduduk, mobilisasi, tingkat pelayanan dan penyediaan
kebutuhan sektoral (sarana, prasarana maupun utilitas minimum). Faktor – faktor
tersebut memiliki peranan penting sebagai bahan yang perlu diketahui dalam rangka
menentukan berbagai keputusan yang berkaitan dengan proses pembangunan.

Bila dilihat dari kajian teoritisnya, para ahli kependudukan membedakan


pengertian antara analisis demografi dan studi kependudukan. Oleh Hauser,
misalnya dikemukakan bahwa :

1. Analisis demografi merupakan analisis statistik terhadap jumlah, distribusi,


dan komposisi penduduk, serta komponen – komponen variasinya dan
perubahannya, sedangkan,
2. Studi kependudukan mempersoalkan hubungan – hubungan antara
demografi dan variabel dari sistem lain (Rusli,1988).
Dalam kaitannya dengan proses Perencanaan Pembangunan Daerah, data
dan informasi yang diperoleh melalui kedua konsep diatas sangat diperlukan. Dalam
satu sisi, data – data statistik kependudukan perlu diketahui oleh setiap perencanaan
pembanguan, kemudian pada sisi lainnya perencanaan pembangunan harus mampu
melakukan analisis dari kondisi penduduk yang ada, dikaitkan dengan fungsi,
peranan dan kontribusi serta pengaruhnya terhadap aspek – aspek lain dalam proses
pembangunan yang menyeluruh. Harus diketahui, bagaimana pengaruhnya
terhadap perkembangan ekonomi , sosial, budaya, pembangunan fisik dan
sebagainya.

Sehubungan dengan hal diatas, tujuan analisis kependudukan dalam


penyususnan perencanaan pembangunan daerah (PPD) sebenarnya sangat luas
namun secara umum tujuan tersebut meliputi :

1. Mengetahui kuantitas dan kondisi penduduk, baik berdasarkan kelompok


umur, jenis kelamin, bahkan kondisi sosio-ekonomi
2. Mengetahui pertumbuhan masa lampau,masa sekarang, serta penurunannya
dan penyebaran nya dalam suatu wilayah pembangunan
3. Mengembangkan hubungan sebab-akibat antara perkembangan penduduk
dengan bermacam macam aspek pembangunan
4. Mencoba memproyeksikan pertumbuhan penduduk dan kemungkinan-
kemungkinan konsenkuensinya serta pengaruh terhadap pelaksaanaan
pembangunan

116
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

5. Sebagai bahan pemantauan untuk melakukan pengendalian penduduk agar


tidak terjadi ledakan jumlah penduduk yang dapat mempengaruhi kondisi
masyarakat secara keseluruhan.
Riyadi dan Bratakusuma, Deddy Supriady. 2003. Perencanaan Pembangunan
Daerah ; Strategi Menggali Potensi Dalam Mewujudkan Otonomi Daerah. Jakarta :
PT Gramedia Pustaka Utama

A. Metode Analisis Kependudukan


 Analisa bunga berganda. Metode analisa ini menggunakan patokan
pertumbuhan rata-rata pada kurun 5 - 10 tahun lalu, selanjutnya pertumbuhan
penduduk diproyeksikan dengan menggunakan dasar bunga
berganda/bunga majemuk dengan angka pertumbuhan yang sama setiap
tahun.
Dalam metode ini diperkirakan jumlah didasarkan atas adanya tingkat
pertambahan penduduk pada menurut metode bunga berganda dengan
rumus sebagai berikut :

Pt+U= pt (1+R)u

Keterangan:

Pt :Jumlah penduduk di daerah yang diselidiki pada tahun t.

Pt + U :Jumlah penduduk di daerah yang diselidiki pada tahun t+U

R :Tingkat (persentase) pertambahan penduduk rata- rata setiap tahun


(diperoleh dari data masa lalu)

 Metode Regresi Linier

Metode ini merupakan penghalusan metode polynomial, karena akan


memberikan penyimpangan minimum.

Pt = a + bX

Keterangan:

Pt : Jumlah penduduk daerah yang diselidiki pada tahun nt

117
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

X : Nilai yang diambil dari variabel bebas

A,b : Konstanta

Nilai a dan b dapat dicari dengan metode selisih kuadrat minimum yaitu

Keterangan :

N : Jumlah tahun data pengamatan

Sehingga untuk kepentingan proyeksi rumus matematis regresi linier


atau ektrapolasi, menjadi :

 Metode Kurva Polinomial


Asumsi dalam metode ini adalah kecenderungan dalam laju pertumbuhan
penduduk dianggap tetap atau dengan kata lain hubungan masa lampau
digunakan untuk memperkirakan perkembangan yang akan dating. Rumus
kurva polinomial adalah sebagai berikut :

Pt - Q= Pt - b (Q)

Keterangan:

Pt :Jumlah penduduk pada tahun dasar

Pt – Q :Jumlah penduduk pada tahun (t-Q)

Q :Selang waktu pada tahun dasar ke tahun (t-Q)

Dimana :b nq-1=b/Q-1

118
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

b :Rata- rata pertambahan jumlah penduduk tiap tahun

bn :Tambahan penduduk n tahun

 Kepadatan dan penyebaran penduduk


Kepadatan penduduk dapat diartikan dengan jumlah penduduk dibagi
luas daerahnya, sedangkan kepadatan bruto (gross density)
merupakan jumlah penduduk didalam suatu daerah dibagi luas daerah
tersebut lepas dari pada peruntukan tanah tersebut.

 Kepadatan penduduk : Jumlah penduduk (jiwa)/luas wilayah


(Ha)
 Kepadatan penduduk tinggi : >1000 jiwa/Ha
 Kepadatan penduduk menengah : 500 jiwa/Ha - 1000 jiwa Ha
 Kepadatan penduduk rendah : <100 Jiwa / Ha

B. Data yang Dibutuhkan dan Metode yang Digunakan


Analisis Metode
Data Output
Pengumpulan
Data

1) Proyeksi 1) Data Jumlah Survey 1) Komposisi


Perubahan Penduduk, sekunder (BPS penduduk
Demografi 2) Data Jumlah Kecamatan menurut umur
2) Kondisi Sosial Penduduk Usia Bangorejo dan jenis
Kependudukan Produktif dan dalam angka kelamin saat
3) Penyebaran & Tidak Produktif, 2018 dan hasil- ini dan yang
Perpindahan 3) Data Penduduk hasil penelitian) akan datang.
Penduduk Menurut Daerah 2) Proyeksi
Tempat Tinggal, jumlah
4) Data Penduduk penduduk
Menurut Daerah yang
Asal, digunakan
5) Data Banyak untuk
dan Laju merencanakan
pertumbuhan penyediaan
penduduk, fasilitas bagi
6) Data Luas masyarakat
Daerah dan seperti fasilitas
Kepadatan pendidikan,
Penduduk, penyediaan
7) Data Proyeksi lapangan
Penduduk kerja,
Menurut kesehatan,
Kelompok Umur, penyediaan

119
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

8) Data Estimasi kebutuhan


Proporsi pangan, dan
Penduduk sebagainya.
Menurut
Kelompok Umur
Produktif dan
Tidak Produktif.

7. Analisis Ekonomi Dan Sektor Unggulan


Analisis ekonomi dilakukan dengan menemukenali struktur ekonomi, pola
persebaran pertumbuhan ekonomi, potensi, peluang dan permasalahan
perekonomian wilayah kota untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang baik,
terjadinya investasi dan mobilisasi dana yang optimal dalam mewujudkan ekonomi

120
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

BWP yang berkelanjutan melalui keterkaitan ekonomi lokal dalam sistem ekonomi
kota, regional, nasional, maupun internasional

Analisis diarahkan untuk menciptakan keterkaitan intra-regional (antar


kawasan/ kawasan perkotaan/perdesaan/kabupaten/kota) maupun inter-regional
sehingga teridentifikasi sektor-sektor riil unggulan, dan solusi-solusi secara ekonomi
yang mampu memicu peningkatan ekonomi wilayah kota. Analisis diharapkan dapat
membaca potensi ekonomi lokal terhadap pasar regional, nasional maupun global.

Keluaran analisis ekonomi dan sektor unggulan diharapkan akan memperoleh


karakteristik perekonomian wilayah perencanaan dan ciri-ciri ekonomi kawasan
dengan mengidentifikasi basis ekonomi, sektor-sektor unggulan, besaran
kesempatan kerja, pertumbuhan dan disparitas pertumbuhan ekonomi di BWP.
Analisis ini dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam penyusunan RDTR.

i. Metode Analisa
1. Metode Pengukuran Langsung
Dilakukan dengan menanyakan secara langsung baik kepada masyarakat,
maupun instansi/dinas yang terkait sektor yang menjadi sektor basis di
Kecamatan atau melakukan pengamatan dilapangan.
2. Metode Pengukuran Tidak langsung
Metode yang dilakukan dengan menggabungkan antara metode pendekatan
asumsi dengan metode Location Question (LQ).
a. Metode Pendekatan melalui Asumsi
Yaitu bahwa semua sektor industri primer dan manufaktur adalah
sektor basis. Sedangkan sektor jasa adalah sektor non basis.
b. Metode Location Quotient (LQ)
Merupakan perbandingan antara pangsa relatif pendapatan sektor I
pada tingkat wilayah terhadap pendapatan total wilayah dengan pangsa
relatif pendapatan sektor I pada tingkat nasional terhadap pendapatan
nasional. Hal tersebut secara matematis dapat dinyatakan sebagai
berikut :

Si / Ni Si / S
LQ = =
S / N Ni / N

dimana :

121
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Si :Besaran dari suatu kegiatan tertentu yang akan diukur di daerah yang
diteliti
Ni :Besaran total untuk kegiatan tertentu dalam daerah yang lebih luas
S :Besaran total untuk seluruh kegiatan di daerah yang diteliti
N :Besaran total seluruh kegiatan di daerah yang lebih luas
Apabila LQ suatu sektor >= 1, maka sektor tersebut merupakan sektor basis.
Dan apabila LQ suatu sektor < 1, maka sektor tersebut merupakan sektor non
basis.

ii. Data yang dibutuhkan, jenis survei, dan output


analisis Data Jenis Output
Survei
 Pola  PDRB Sekunder  Karakteristik
persebaran  Permasalahan perekonomian
ekonomi perekonomian wilayah pada
 Potensi dan  Pertumbuhan kawasan
masalah dan disparitas perencanaan
perekonomian pertumbuhan  Ciri-ciri
 Analisis ekonomi ekonomi
sektor kawasan
unggulan

8. Analisis Transportasi/ Pergerakan

122
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Analisis transportasi dilakukan untuk menciptakan kemudahan dalam


pergerakan, mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan, dan mendukung fungsi
masing-masing zona. Analisis ini didasarkan pada pusat kegiatan, proyeksi
kebutuhan lalu lintas.

Analisis yang dilakukan meliputi:


 Analisis sistem kegiatan
 Analisis sistem jaringan
 Analisis sistem pergerakan
Analisis diatas digunkan sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun rencana
struktur ruang

i. Metode Analisis
1. Analisa Hierarkhi jalan
Tingkat fungsi jalan dalam melayani pergerakan lalu lintas yang ada pada
suatu kawasan dengan pusat kawasan atau dengan daerah lainnya yang
ada disekitar kawasan.
2. Analisa Pola Jaringan Jalan
Analisa yang digunakan adalah deskriptif. Sistem sirkulasi tidak begitu
saja terjadi secara kebetulan, sistem sirkulasi dapat diklasifikasikan dalam
beberapa kategori; sistem grid, radial, linier, kurva linier,

3. Analisa Sistem Jaringan jalan

Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif observasi.


Yaitu suatu metode observasi lapangan dengan mengklasifikasikan hirarki
jalan berdasrkan standart hirarki jalan.

Tabel Standart Hirarki Jalan

Arteri Primer Jalan yang menghubungkan antar pusat kegiatan


nasional atau antara pusat kegiatan nasional dengan
pusat kegiatan wilayah. Kecepatan paling rendah
60km/jam dengan lebar badan jalan minimal 11m,
mmepunyai kapasitas lebih besar dari kapasitas rata
– rata dan lalu lintas jarak jauh tidak boleh
terganggu.

Arteri Sekunder Jalan yang menghubungkan kawasan primer dengan


kawasan sekunder kesatu, kawasan sekunder kesatu

123
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

dengan kawasan sekunder kesatu lainnya, kawasan


sekunder kesatu dengan kawasan sekunder kedua.
Kecapatan minimal 30km/jam dengan lebar badan jalan
minimal 11m dan lalu lintas cepat tidak boleh terganggu
oleh lalu lintas lambat.

Kolektor Primer Jalan yang menghubungkan antara pusat kegiatan


ansional dengan pusat kegiatan lokal antar pusat
kegiatan wilayah atau antar pusatkegiatan wilayah
dengan pusat kegiatan lokal. Kecepatan paling rendah
40km/jam dengan lebar badan jalan minimal 9m.

Kolektor Sekunder Jalan yang menghubungkan antar pusat kegiatan


nasional dengan pusat kegiatan lokal, antar pusat
kegiatan wilayah atau antar pusat kegiatan wilayah
dengan pusat kegiatan lokal. Kecepatan minimal
540km/jam dengan lebar badan jalan miniml 9m

Sumber : Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006

4. Analisis Karakteristik Rumija,Rumaja dan Ruwasja

Metode yang digunakan untuk analisis ini adalah metode analisis


deskriptif. Analisis dimensi jalan disesuaikan dengan peraturan dan
standar yang ada. Pola penampang melintang jalan terdiri dari tiga
variabel, yaitu :

1. Ruang Milik Jalan (Rumija)


Merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar,
kedalaman dan tinggi tertentu. Ketentuan lebar ruang milik
jalan sebagai berikut :
Jalan bebas hambatan/tol : 30 meter
Jalan raya : 25 meter
Jalan sedang : 15 meter
Jalan kecil : 11 meter

2. Ruang Manfaat Jalan


Segmen ruang manfaat jalan berdasarkan :

124
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

- Konstruksi : Badan jalan, drainase, perkerasan


jalan, jalur pemisah, gorong – gorong, trotoar dan
bangunan pelengkap jalan.
- Fungsi : Jalan arteri, jalan kolektor, jalan local
dan jalan lingkungan.

3. Ruang Pengawasan Jalan


Merupkan ruang tertentu di luar ruang milik jalan yang
pemanfaatannya ada di bawah Pengawasan Pembinan Jalan.
Kettentuan lebar ruwasja dari batas badan jalan paling luar
sebagai berikut :
Jalan arteri primer : 15 meter
Jalan kolektor primer : 10 meter
Jalan lokal primer : 7 meter
Jalan lingkungan primer : 5 meter
Jalan arteri sekunder : 15 meter
Jalan kolektor sekunder : 5 meter
Jalan lokal sekunder : 3 meter
Daerah untuk jembatan : 10 meter

5. Analisa Parkir
Dipergunakan untuk mengetahui daya tampung parkir kendaraan
pada suatu ruang tertentu, jalan, parkir khusus, dengan rumus:

N = L-1

Dimana:

N= Jumlah kendaraan yang bisa ditampung

L= Panjang ruang parkir (pada sisi jalan)

P= Rata-rata jarak antar mobil persatuan sistem parkir

(parelel, sudut 90°, 60°, 45°, 30°)

Sedang kebutuhan parkir, dihitung dengan rumus:

125
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

∑ Parkir = Luas Lantai Bangunan

100 m2

Kebutuhan akan lokasi parkir bagi pengguna kendaraan pribadi adalah


cenderung sedekat mungkin dengan tujuannya, sehingga suatu kawasan
sangat perlu menyediakan tempat parkir. Dalam mengatur perparkiran
bukan kepentingan teknis semata yang menjadi perhatian, melainkan juga
menyangkut masalah keindahan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaan suatu tempat parkir adalah :
 Luas tempat parkir serta ukuran-ukurannya.
 Sudut parkir, 90, 60 dan 45.
 Arah arus lalu lintas ke tapak.
 Tipe parkir untuk sendirian atau bersama-sama dengan
kendaraan
 Lebar tempat parkir : 2,6 meter, 2,85 meter dan 3 meter.
 Lebar jalan masuk.
 Pengaturan sirkulasi dalam daerah parkir baik untuk kendaraan
maupun untuk pedestrian.
 Faktor-faktor estetika.
 Drainase daerah parkir.
 Jarak capai jalan kaki maksimum dari tempat parkir.
 Pemisahan antara tempat parkir khusus dan parkir umum.

Untuk kebutuhan tempat parkir pada kawasan permukiman, pada


umumnya tidak menggunakan lahan parkir khusus atau lahan parkir yang
digunakan untuk bersama, namun hanya diperlukan lahan parkir untuk
perorangan yaitu di depan rumah masing-masing. Sedangkan jenis parkir
yang dipergunakan adalah jenis paralel.

Gambar: jenis-jenis parkir

Untuk kebutuhan tempat parkir pada kawasan permukiman, pada


umumnya tidak menggunakan lahan parkir khusus atau lahan parkir yang

126
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

digunakan untuk bersama, namun hanya diperlukan lahan parkir untuk


perorangan yaitu di depan rumah masing-masing. Sedangkan jenis parkir
yang dipergunakan adalah jenis paralel.
6. Analisa Pejalan Kaki
Salah satu unsur lagi yang sangat penting dalam merancang pola
pergerakan pada kawasan adalah perancangan untuk pejalan kaki,
pentingnya perancangan ini bukan hanya terkait pada penyediaan dan
keindahan saja tetapi terkait dengan semua sistem secara keseluruhan.
Karakter dari pejalan kaki adalah :
 Pejalan kaki biasanya berjalan pada sisi kanan.
 Proporsi terbesar pejalan kaki adalah masyarakat berjalan secara
berkelompok 3 orang atau lebih.
 Kesulitan terbesar untuk mengikuti pejalan kaki yang berkelompok
ini adalah mereka yang berjalan secara tidak tertentu dengan
berjalan secara bersebelahan.
 Laki-laki umumnya berjalan lebih cepat dari perempuan.
 Kelompok usia muda biasanya berjalan lebih cepat dari kelompok
usia tua.
 Pejalan kaki yang berkelompok akan berjalan lebih pelan
dibandingkan bila berjalan sendirian.
 Pejalan kaki yang membawa tas akan berjalan secepat pejalan
kaki yang lainnya.
 Pejalan kaki yang berjalan tanjakan landai akan berjalan secepat
jalan datar.
 Pejalan kaki biasanya mengambil jalan pintas terdekat.
 Pejalan kaki membentuk kelompok besar akan bergerak dalam
kelompoknya untuk satu blok atau lebih.
 Pejalan kaki akan bergerak lebih efisien pada jam puncak.

ii. Data yang Dibutuhkan, Jenis Survei, Output


analisis Data Jenis Survei Output
 Analisis  Karakteristik Sekunder Mengetahui
sistem lalu lintas, Sekunder pusat kegiatan,
kegiatan kapasitas, dan proyeksi
 Analisa kecepatan, Sekunder, kebutuhan lalu
Pola dan volume
Primer lintas
Jaringan kendaraan
Jalan  Jenis dan
 Analisis jaringan

127
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

sistem jalan
pergerakan  Mobilitas
masyarakat

9. Analisis Sumber Daya Buatan


Sumber daya buatan merupakan sumber daya alam yang telah/akan
ditingkatkan dayagunanya untuk memenuhi kebutuhan manusia. Pemanfaatan
sumber daya buatan akan mengurangi eksploitasi sumber daya alam sehingga tetap
dapat menjaga keseimbangan ekosistem suatu wilayah. Analisis ini dilakukan untuk
memahami kondisi, potensi, permasalahan, dan kendala yang dimiliki dalam
peningkatan pelayanan sarana dan prasarana pada BWP. Melalui analisis ini
diharapkan teridentifikasi kebutuhan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk
memaksimalkan fungsi BWP.

Analisis didasarkan pada luas wilayah dan perhitungan penduduk per unit
kegiatan dari sebuah BWP atau perhitungan rasio penduduk terhadap kapasitas atau
skala pelayanan prasarana dan sarana wilayah perencanaan atau intensitas
pemanfaatan ruang terhadap daya dukung prasarana/utilitas serta analisis daya
dukung wilayah.

128
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Dalam analisis sumber daya buatan perlu dianalisis cost benefit ratio terhadap
program pembangunan sarana dan prasarana tersebut dan sangat terkait erat
dengan perkembangan dan pemanfaatan teknologi. Analisis ini digunakan sebagai
pertimbangan dalam penyusunan RDTR dan peraturan zonasi.

A. Metode Analisis
Skoring

Metode skoring adalah pemberian skor/harkat terhadap masing-masing value


parameter untuk menentukan kondisi, potensi, permasalahan maupun kendala
terhadap kawasan tersebut

Model Tingkat Kemampuan Pelayanan Fasilitas

Kemampuan pelayanan fasilitas umum diukur dengan cara mengkaji kemampuan


suatu jenis fasilitas dalam melayani penduduknya. Dalam penghitungan ini,
apabila fasilitas umum mempunyai tingkat pelayanan umum 100% berarti faislitas
tersebut memiliki kemampuan pelayanan yang sama dengan jumlah
penduduknya.. Model ini dapat dihitung dengan rumus:

𝑑𝑖𝑗 /𝑏𝑗
TP = x 100%
𝐶𝑖𝑠

Keterangan :
TP = Tingkat pelayanan fasilitas I di kawasan j
Dij = jumlah fasilitas I di kawasan j
Bij = jumlah penduduk di kawasan j
Cis = jumlah failitas i persatuan penduduk menurut
standar penentuan fasilitas untuk sebuah kawasan.

B. Data yang Dibutuhkan, Jenis Survei, dan Output


analisis Data Jenis Survei Output
Analisis kondisi Kondisi dan Sekunder, Peningkatan
potensi dan persebaran Primer pelayanan sarana
Fasilitas dan prasaran sesuai
masalh terhadap
utilitas dengan kondisi,
fasilitas dan permasalahan,
utilitas potensi, dan
kendala yang

129
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Analisis potensi RTRW, SDA Sekunder berada di wilayah


sumber daya eksisting perencanaan

alam

Analisis Cost Data proyek sekunder


Benefit ratio pembanguanan
yang sudah
dibanguan atau
tahap rencana

10. Analisis Kelembagaan


Analisis kelembagaan dilakukan untuk memahami kapasitas pemerintah kota
dalam menyelenggarakan pembangunan yang mencakup struktur organisasi dan
tata laksana pemerintahan, sumber daya manusia, sarana dan prasarana kerja,
produk-produk pengaturan serta organisasi nonpemerintah, perguruan tinggi dan
masyarakat. Analisis diharapkan menghasilkan beberapa bentuk dan operasional
kelembagaan di BWP sehingga semua pihak yang terlibat dapat berpartisipasi dalam
perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

A. Metode Analisis
Untuk membahas eksistensi dan kinerja kelembagaan formal dan non formal,
digunakan analisis sebagai berikut:

130
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

1. Pendekatan SCP (Structure, Conduct, Performance) diadaptasi


dari Erlinda Muslim, dkk., (2008); Schraven (2008), dan Harris, B
(1979). Metode ini digunakan pertama kali oleh pakar ekonomi dalam
menganalisis pasar. Structure, mengacu pada pola hubungan
fungsional antara satu fenoma dengan fenomena lain dalam
satu satuan kegiatan. Pengungkapan struktur dalam
kelembagaan didasarkan pada peubah-peubah sebagai berikut:
 Motivasi munculnya kelembagaan: Apa yang mendorong
munculnya
 kelebagaan?
 Landasan legalisasi eksistensi kelembagaan.
 Penetapan posisi personal dalam struktur organisasi
kelembagaan,
 pergantian pengurus, siklus kepengurusan, dll
Conduct, menunjukkan perilaku personal dalam menjalankan
organisasi kelembagaan. Hal ini ditunjukkan oleh berbagai pilihan
kegiatan yang diaplikasikan dalam kelembagaan, akses individu terhadap
kebijakan, dll. Penampilan conduct ini disajikan dalam tabel frequensi.
Performance, menunjukkan wujud kegiatan yang sudah dikerjakan
kelembagaan dan melibatkan partisipasi kelompok dan kualitas hasil.
Tampilan performance menunjukkan identifikasi kegiatan, aktor (pelaku),
waktu penyelesaian, capaian output yang sudah dihasilkan dalam periode
waktu tertentu (misalnya satu tahun), manfaat yang diperoleh dan prediksi
dampaknya.
Analisis keefektifan kelembagaan dilakukan dengan membandingkan
implementasi kegaitan dengan perencanaan yang dibuat.
Secara kuantitatif efektifitas dinyatakan dalam persentasi yang
mencerminkan rasio output terhadap input.
Contoh paling sederhana:
Jika lembaga itu pada awal kegiatan merencanakan akan melakukan 10
kegitan dalam kurun waktu satu tahun, maka jika dalam evaluasi hanya
berhasil 6 kegiatan. Efektifitas kelembagaan adalah 60 %. Dan seterusnya
2. Analisis lingkungan internal (ALI) dan analisis lingkungan eksternal
(ALE) mengikuti cara Fardiaz (2000) dan Rangkuti (1998).
Analisis Lingkungan Internal (ALI)

131
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Analisis ditujukan untuk mengungkap faktor-faktor yang menjadi


kekuatan dan kelemahan dari poses pendampingan eksisting. Setiap
variabel yang terungkap akan dinilai menurut skala dan bobot
sehingga menghasilkan nilai skor tertentu. Penentuan skala dan
bobot dilakukan berdasarkan professional judgment
Analisis Lingkungan Eksternal (ALE)
Analisis ditujukan untuk mengungkap faktor-faktor yang menjadi
tantangan dan kendala dalam melakukan pendampingan, mulai
dari aspek kebijakan, hingga implementasi di lapangan. Terhadap
variabel yang diungkap diberikan nilai menurut skala dan bobot yang
diberikan. Seperti halnya pada ALI, penentuan skala dan bobot
dilakukan berdasarkan professional judgment.
Dari ALI dan ALE tersebut disusun strategi pengembangan efektivitas
kelembagaan formal dan informai menggunakan analisis
kepentingan dan kepuasan dengan pendekatan Kuadran Importan
Performance Analisys
3. Pendekatan Kuadran Importan Performance Analisys
Analisis ini ditujukan untuk mengungkap sejauhmana kelembagaan
formal dan atau kelembagaan non formal tersebut memberikan
manfaat kepada audiens. Pendekatan ini pada intinya didasarkan
pada analisis kepuasan audiens terhadap kinerja kelembagaan,
mengacu pada Baehaqi, 2009; Jauch & Glueck, 1998; dan John
A.Martilla & John C James, 1977.
Pendekatan kuadran ini didasarkan pada hasil ALI dan ALE, yang
ditampilkan sbb:

132
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Gambar 1. Kuadran Importance Performance Analysis (KIPA)


Ada empat kuadran dalam KIPA, meliputi:
 Kuadran I = Prioritas Utama.
Kuadran ini memuat kegiatan yang dianggap penting oleh audiens tetapi
pada kenyataannya kegiatan itu belum sesuai dengan harapan audiens.
Tingkat kinerja kelembagaan lebih rendah dari tingkat harapan audiens.
Pelaksanaan kegiatan ini harus lebih ditingkatkan lagi performansnya
agar memenuhi harapan audiens.
 Kuadran II = Pertahankan prestasi.
Kegiatan yang dilakukan kelembagaan (formal dan atau non formal) yang
masuk dalam kuadran ini menunjukkan bahwa kegiatan tersebut penting dan
memiliki kinerja yang tinggi. Kegaitan kelembagaan ini perlu
dipertahankan untuk waktu selanjutnya.
 Kuadran III = Prioritas Rendah.
Kegiatan lembaga yang termasuk dalam kuadran ini dianggap kurang
penting oleh audiens dan pada kenyataannya kinerjanya juga tidak terlalu
istimewa. Peningkatan kegiatan lembaga yang masuk dalam kuadran
ini dapat dipertimbangkan kembali karena pengaruhnya terhadap manfaat
yang dirasakan audiens sangat kecil.
 Kuadran IV = Berlebihan.
Kuadran ini memuat kegiatan lembaga yang dianggap kurang penting
oleh audiens dan dirasakan terlalu berlebihan. Peningkatan kinerja kegiatan
lembaga pada kuadran ini hanya memboroskan sumberdaya.
B. Kebutuhan Data dan Jenis Survey

Data Jenis Survei Output


 Data Organisasi/ Struktur Sekunder dan ● bentuk dan operasional
Pemerintahan Primer kelembagaan di BWP
(Kecamatan, Desa) sehingga semua pihak yang
(Kuesioner,
terlibat dapat berpartisipasi
Wawancara, dalam perencanaan,
BPS) pemanfaatan, dan
pengendalian pemanfaatan
ruang

133
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

11. Analisis Pembiayaan Bangunan


Dilakukan untuk mengidentifikasi besar pembelanjaan pembangunan, alokasi
dana terpakai, dan sumber-sumber pembiayaan pembangunan yang terdiri dari

a. pendapatan asli daerah;


b. pendanaan oleh pemerintah;
c. pendanaan dari pemerintah provinsi;
d. investasi swasta dan masyarakat;
e. bantuan dan pinjaman luar negeri; dan
f. sumber-sumber pembiayaan lainnya.
Keluaran analisis pembiayaan bangunan menghasilkan perkiraan besaran
kebutuhan pendanaan untuk melaksanakan rencana pembangunan wilayah kota
yang diterjemahkan dalam usulan program utama jangka menengah dan jangka
panjang. Analisis ini digunakan sebagai pertimbangan dalam penyusunan RDTR
terkait rencana pemanfaatan ruang (program utama).

i. Metode Analisis
Untuk menganalisa masalah sumber-sumber dana pembangunan prasarana
di Kecamatan Bangorejo dilakukan dengan metode deskriptif analisis dan
kuantitatif. Pembahasan secara deskriptif berkaitan dengan berapa variable
potensi dan sumber- sumber penerimaan riil dalam APBD.

Sedangkan analisa kuantitatif digunakan untuk mengetahui kapasitas fiscal


PEMDA dan besaran jumlah dana pihak ketiga yang dapat digunakan sebagai
modal investor.

134
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

ii. Data yang Dibutuhkan, Jenis Survei, dan Output


analisis Data Jenis Survei Output
 pendapatan asli Data dari APBN, Sekunder,  Rencana
daerah; APBD, APBDesa Primer pemanfaatan
 pendanaan oleh dan instansi lain ruang
pemerintah;  Perkiraan
yang terkait
 pendanaan dari besaran
dengan ekonomi kebutuhan
pemerintah
provinsi; pembangunan pendanaan
 investasi swasta (investasi). untuk dasar
dan usulan RPJM
masyarakat; dan RPJP
 bantuan dan
pinjaman luar
negeri; dan
 sumber-sumber
pembiayaan
lainnya.

12. Analisis Kondisi Lingkungan Binaan (Built Environment)

Lingkungan binaan atau lingkungan terbangun adalah suatu lingkungan yang


ditandai dominasi struktur buatan manusia. Sistem lingkungan binaan bergantung
pada asupan energi, sumberdaya, dan rekayasa manusia untuk dapat bertahan.
Dalam perencanaan kota, instilah ini memberikan kesimpulan bahwa sebagian besa

135
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

lingkungan yang dipakai manusia adalah lingkungan buatan, dan lingkungan buatan
ini harus diatur agar dapat mempertahankan hidup manusia dengan baik.

Analisis kondisi lingkungan binaan dilakukan untuk menciptakan ruang yang


berkarakter, layak huni dan berkelanjutan secara ekonomi, lingkungan, dan nsosial.
Analisis kondisi lingkungan binaan didasarkan pada kondisi fisik kawasan
perencanaan dan kriteria lokal minimum.

Analisis kondisi lingkungan binaan tersebut meliputi:

a) Analisis figure and ground

Teori-teori figure/ground dalam tata ruang kota di artikan sebagai hubungan


tekstural antara bentuk yang di bangun (building mass) dan ruang terbuka
(open space). Merupakan analisis yang digunakan untuk mengidentifikasikan
sebuah tekstur dan pola-pola sebuah tata ruang perkotaan, serta
mengidentifikasikan masalah keteraturan perkotaan
b) Analisis aksesibilitas pejalan kaki dan pesepeda
c) Analisis ketersediaan dan dimensi jalur khusus pedestrian
d) Analisis karakteristik kawasan (langgam bangunan)
e) Analisis land use
f) Analisis ketersediaan ruang terbuka hijau dan non hijau
g) Analisis vista kawasan (pelataran pandang)
h) Analisis tata massa bangunan
i) Analisis intensitas bangunan
j) Analisis land value capture (pertambahan nilai lahan)
k) Analisis kebutuhan prasarana dan sarana sesuai standar (jalan, jalur pejalan
kaki, jalur sepeda, saluran drainase, dan lainnya)
l) Analisis cagar budaya

Analisis ini digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan konsep


ruang.

A. Metode analisis
Mengguanakan metode analisis overlay dan describtif kualitatif.
B. Data, jenis survey, dan output
Analisis Data Jenis survey Output
analisis figure  Lahan Primer dan Peta bentuk solid,
and ground terbangun sekunder void, linkage
kawasan
perencanaan

136
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

 Massa
bangunan
 Elemen
rancang kota
 Hierarki
kawasan
 RTH
 Infrastruktur
 keterkaitan
kegiatan
 bentuk
jaringan jalan
analisis  utilitas Primer dan
aksesibilitas pejalan kaki sekunder

pejalan kaki dan


pesepeda
analisis  aksesbilitas Primer dan
ketersediaan pejalan kaki sekunder menciptakan

dan dimensi ruang yang

jalur khusus berkarakter, layak

pedestrian huni dan


berkelanjutan
secara ekonomi,
lingkungan, dan
nsosial
analisis  bangunan Primer dan
karakteristik konservasi sekunder

kawasan
(langgam
bangunan)
analisis land Data tata guna Primer dan
use lahan sekunder
analisis  Masterplan Primer dan
ketersediaan RTH sekunder
 Ruang
ruang terbuka terbuka non
hijau dan non hijau

hijau
analisis vista  Elemen Primer dan
kawasan rancang kota sekunder

137
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

(pelataran  Public area


pandang)
analisis tata Bentuk arsitektur Primer dan
massa bangunan sekunder
bangunan
analisis  GSB, KDB, Primer dan
intensitas KDH, dan sekunder
KLB
bangunan
analisis land  Lokasi Primer dan
value capture  Fungsi guna sekunder
lahan
(pertambahan  Ketersediaan
nilai lahan) fasilitas
utilitas
analisis  Jumlah Primer dan
kebutuhan penduduk sekunder
prasarana  Fungsi
dan sarana kawasan
sesuai 
standar
(jalan, jalur
pejalan kaki,
jalur sepeda,
saluran
drainase,
dan lainnya)

analisis cagar  Bangunan Primer,  Mengetahui


budaya bersejarah sekunder kondisi fisik
bangunan
cagar budaya
 Arahan
pengembangan
kawasan cagar
budaya

138
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

4. KERANGKA KERJA
5.1 STRUKTUR DAN ORGANISASI PELAKSANAAN PEKERJAAN
Pembagian struktur organisasi sangat diperlukan untuk mencapai keefesienan
dan efektifitas penggunaan sumber daya dalam suatu survey dalam suatu rencana.
Sesuai dengan aturan yang tercantum dalam Kerangka Acuan Kerja, maka dalam
pelaksaan pekerjaan ini dibutuhkan struktur organisasi yang mendetail namun
kompak. Keberadaan organisasi pelaksana dalam kegiatan Penyusunan Rencana
Detail Tata Ruang Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo antara lain dengan
tujuan :

● Terjadi Kesinambungan pekerjaan antara tenaga, ahli dengan koordinator tim


(team leader)
● Terjadi suatu kegiatan yang sistematis dan teratur sehingga hasil yang di
dapat efektif, efesien dan tepat waktu sesuai dengan tenggat waktu yang
diberikan
● Biaya finansial pelaksanaan kegiatan dapat terkoordini dengan baik dan
efektif penggunaannya

Struktur organisasi ini sangat dibutuhkan karena dapat membantu dan


mempermudah dalam penyusunan suatu rencana, yang dalam hal ini Rencana Detail
Tata Ruang Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo.

Dibawah ini merupakan struktur Organisasi pelaksanaan pekerjaan untuk


penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Agropolitan Kecamatan
Bangorejo yang dapat dilihat pada Gambar 5.1

139
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Gambar 4.1 Struktur Organisasi

140
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

5.2 KOMPOSISI PERSONIL


Komposisi personil ini merupakan kelompok yang terdiri dari beberapa
mahasiswa peserta mata kuliah Studio Perencanaan ( Perencanaan RDTRK ) di
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Jurusan Teknik Sipil Universitas
Jember yang terdiri dari beberapa bagian yaitu:

1. Tim Leader di Koordinator Kelompok


2. Tim Ahli Perencanaan yang terdiri dari:
a. Ahli tata guna lahan dan fisik dasar
b. Ahli sosio demografi
c. Ahli sarana
d. Ahli prasarana
e. Ahli transportasi
f. Ahli Pertanian

Berikut merupakan penjabaran tugas, tanggung jawab, dan wewenang dari


masing – masing unsur – unsur di atas dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 4.1 Komposisi Personil Beserta Penjabaran Tugas dan Tanggung Jawab

1. Tim Leader a. Bertanggung jawab terhadap kelompok

b. Memberikan teknis survey penyusunan Rencana


Detail Tata Ruang Kawasan Agropolitan Kecamatan
Bangorejo Kabupaten Banyuwangi dengan
melakukan koordinasi, arahan, dan bimbingan baik
dalam hal substantif maupun non substantif dalam
pelaksanaan pekerjaan

c. Membangun teamwork building dengan seluruh


tenaga ahli untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan

d. Memimpin dan mempersiapkan tim diskusi dengan


pihak pemberi tugas

e. Mengarahkan dan mempersiapkan program kerja

2. Ahli Tata a. Mengidentifikasi potensi dan permasalahan


Guna kawasan yang berkaitan dengan pemanfaatan
ruang di dalam kawasan perencanaan
Lahan dan
Fisik Dasar b. Menyusun scenario perencanaan yang akan
dilakukan di dalam kawasan perencanaan

141
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

c. Menyusun konsep perencanaan yang akan


dilakukan di dalam kawasan perencanaan

d. Menyusun strategi penataan ruang yang akan


dilakukan di dalam kawasan perencanaan

e. Menyusun rencana pemanfaatan ruang di dalam


kawasan perencanaan

f. Menyusun rencana implementasi penataan ruang di


dalam kawasan perencanaan

3. Ahli Sosio a. Melakukan kajian dan memberikan masukan


Demografi terhadap potensi dan permasalahan sosial
demografi yang berkaitan dengan sosial dan
kependudukan dalam kawasan perencanaan

b. Melakukan kajian dan memberikan masukan untuk


pengembangan aspek sosial demografi yang
berkaitan dengan sosial dan kependudukan dalam
kawasan perencanaan

c. Melakukan kajian terhadap pemecahan masalah


sosial demografi yang berkaitan dengan sosial dan
kependudukan dalam kawasan perencanaan

d. Menyusun rencana kependudukan di dalam


kawasan perencanaan

4. Ahli Sarana a. Melakukan kajian dan memberikan masukan


terhadap potensi dan permasalahan sarana
(fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas
peribadatan, fasilitas perniagaan, fasilitas
pemerintahan, fasilitas kebudayaan dan rekreasi
dan lain sebagainya) di dalam kawasan
perencanaan

b. Melakukan kajian dan memberikan masukan untuk


pengembangan aspek sarana (fasilitas pendidikan,
fasilitas kesehatan, fasilitas peribadatan, fasilitas
perniagaan, fasilitas pemerintahan, fasilitas
kebudayaan dan rekreasi dan lain sebagainya) di
dalam kawasan perencanaan

c. Melakukan kajian terhadap pemecahan masalah


sarana (fasilitats pendidikan, fasilitas kesehatan,
fasilitas peribadatan, fasilitas perniagaan, fasilitas
pemerintahan, fasilitas kebudayan dan rekreasi dan
lain sebagainya) di dalam kawasan perencanaan

142
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

d. Menyusun rencana sistem penyediaan sarana di


dalam kawasan perencanaan

5. Ahli a. Melakukan kajian dan memberikan masukan


Prasarana tentang potensi dan permasalahan Prasarana (air
bersih, sanitasi, drainase dan persampahan) di
kawasan perencanaan

b. Melakukan kajian dan memberikan masukan


pengembangan aspek Prasarana (air bersih,
sanitasi, drainase dan persampahan) di kawasan
perencanaan

c. Melakukan kajian terhadap pemecahan masalah


Prasarana

d. Menyusun rencana sistem penyediaan Prasarana di


dalam kawasan perencanaan

6. Ahli a. Melakukan kajian dan memberikan masukan


Transporta terhadap potensi dan permasalahan transportasi

si b. Melakukan kajian dan memberikan masukan untuk


pengembangan aspek transportasi

c. Melakukan kajian terhadap pemecahan masalah


transportasi

d. Menyusun rencana sistem transportasi di dalam


kawasan perencanaan

7. Ahli a. Mengumpulkan data dan informasi, khususnya


Pertanian potensi pertanian dikawasan pengembangan

b. Menganalisis potensi dan kendala pengembangan


pertanian di kawasan perencana, terutama di
kawasan tertinggal

c. Mengkaji kemampuan masyarakat dalam


pengelolaan kegiatan pertanian

d. Mengkaji keterkaitan antara kegiatan pertanian


dengan kegiatan industridalam rangka mencari
peluang pengembangan agro-industri di dalam
kawasan perencana

143
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Bersarkan unsur – unsur organisasi di atas, maka komposisi tenaga ahli


dalam pekerjaan ini adalah:

Dosen Pembimbing : Dr. RR Dewi Junita Koesoemawati S.T.,M.T

Rindang Alfiah S.T., M.T

Tim Leader : Indah Ludiana Putri

Ahli Tata Guna Lahan : a. Danny Setiawan

b. Emelia Zain

Ahli Sosio Demografi : Sapphiretita Oktarissa Farakh Heydina

Ahli Sarana : Dewi Rizqi Arrochimi

Ahli Prasarana : a. Nugroho Chandra Wijaya

b. Indy Farha Elya Hardiyanti

Ahli Transportasi : Nanta Andra Yoga

Ahli Pertanian : Corry’ Aina

5.3 JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN


Pelaksanaan Pekerjaan Penyusunan RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan
Bangorejo adalah 120 Hari Kalender. Dalam kurun waktu tersebut, akan
dimanfaatkan oleh Tim Perencana seefektif mungkin dengan mengoptimalkan
kegiatan-kegiatannya. Secara tabulatif, perincian jadwal kerja untuk Pekerjaan
Penyusunan RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo, termuat pada Tabel
5.2 dan 5.3.

144
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Tabel 4.2 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

Bulan
Kegiatan
No. Kegiatan I II III IV
Utama
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Kajian Teori

Deliniasi Wilayah

Tahap Persiapan Survei


1.
Persiapan
Penyusun Laporan Pendahuluan

Pengumpulan Laporan
Pendahuluan

Tahap Survey Instansional


2. Pengumpulan
Data Survey Pengamatan Lapangan

Pengolahan Data
Tahap
3.
Pengolahan Analisis Data

145
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Data dan Penyusunan Laporan Fakta Analisa


Analisis
Pengumpulan Laporan Fakta
Analisa

Finalisasi Rencana

Pembuatan Draft Peta


Tahap
4. Perumusan Penyusunan Laporan Rencana
Rencana
Presentasi Laporan Rencana

Pengumpulan Laporan Rencana

146
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Tabel 4.3 Jadwal Penyusunan Kegiatan

BULAN

NO LANGKAH KEGIATAN I II III IV

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

I Persiapan

1. Studi Literatur dan


metode pelaksanaan

2. Penyiapan langkah kerja

3. Penyiapan Peta Dasar

4. Penyiapan Peralatan dan


Perlengkapan

5. Review rencana dan


kebijakan

Pembangunan

6. Kajian awal kebijakan


dan peraturan

Perundangan

7. Observasi awal dan


penggalian issuessue

Strategis

8. Pematangan metode
pelaksanaan kerja

9. Diskusi dan penyelesaian


laporan

pendahuluan

II Penentuan Lingkup
Wilayah RDTR

147
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

Penentuan lingkup
wilayah didasarkan

pada :

● Tujuan
penetapan
wilayah
Perkotaan
● Kondisi sosial,
ekonomi, budaya,
dan lingkungan
● Daya dukung dan
daya tampung
wilayah
● Ketentuan
perundangan
yang terkait

III Pengumpulan Data

1. Survey sekunder ke
instansi terkait

2. Pengukuran dan survei


primer yang terdiri dari :

● Identifikasi fisik
dasar
● Identifikasi
penggunaan
lahan eksisting
● Identifikasi
bangunan
● Identifikasi sistem
transportasi/jaring
an jalan
● Identifikasi
jaringan utilitas
● Identifikasi
fasilitas umum
● Identifikasi
kependudukan
dan sosial budaya

148
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

3. Penjaringan aspirasi
masyarakat

4. Penyusunan dan
kompilasi data

5.4 PELAPORAN
Setiap tahapan kegiatan dalam proses penyusunan Rencana Detail Tata
Ruang Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo dengan menyelesaikan
kewajiban menyusun laporan sebagai berikut :
1. Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan memuat:
 Rencana Kerja Penyedia Jasa secara menyeluruh
 Mobilisasi tenaga ahli dan tenaga pendukung lainnya dan
 Jadwal kegiatan Penyedia Jasa
 Metodologi kerja dan rencana survey
Laporan harus diselesaikan selambat-lambatnya: 21 (dua puluh satu) hari
sejak masa perkuliahan dimulai.
2. Laporan Fakta dan Analisa
Laporan Fakta Analisa memuat hasil pengumpulan data dan
pengolahan/analisis data RDTR meliputi:
1) analisis karakteristik kawasan, meliputi:
 Kedudukan dan peran kawasan dalam wilayah yang lebih luas
(kabupaten);
 Keterkaitan antar wilayah kabupaten dan antara bagian dari wilayah
kabupaten yang mempengaruhi perkembangan kawasan;
 Karakteristik fisik kawasan;
 Karakteristik kawasan agropolitan;
 Kerentanan terhadap potensi bencana, termasuk perubahan iklim;
 Karakteristik sosial kependudukan;
 Karakteristik perekonomian; dan
 Kemampuan keuangan daerah.
2) Analisis potensi dan masalah pengembangan kawasan agropolitan :
 Analisis kebutuhan ruang; dan
 Analisis perubahan pemanfaatan ruang.
3) Analisis kualitas kinerja kawasan dan lingkungan, dengan hasil analisis
antara lain :

149
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

 Potensi dan masalah pengembangan di kawasan agropolitan;


 Peluang dan tantangan pengembangan;
 Kecenderungan perkembangan;
 Perkiraan kebutuhan pengembangan di kawasan agropolitan;
 Intensitas pemanfaatan ruang sesuai dengan daya dukung dan daya
tampung (termasuk prasarana/ infrastruktur dan utilitas); dan
 Teridentifikasinya indikasi arahan penanganan kawasan dan
lingkungan.
Laporan harus diselesaikan selambat-lambatnya 70 (tujuh puluh) hari sejak
dimulainya masa perkuliahan/terselesaikannya laporan pendahuluan.
3. Laporan Rencana
Laporan Rencana memuat:
a. Tujuan penataan BWP;
b. Rencana pola ruang;
c. Rencana jaringan prasarana;
d. Penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya;
e. Ketentuan pemanfaatan ruang; dan
f. Peraturan zonasi.

150
Laporan Pendahuluan
RDTR Kawasan Agropolitan Kecamatan Bangorejo – Kab. Banyuwangi 2019

DAFTAR PUSTAKA

Baehaqi, W.A. 2009 Analisis Kualitas Pelayanan Jasa Terhadap Kepuasan


Nasabah Dengan Metode Importance Performance Analysis.
http://eprints.undip.ac.id/2868/

Erlinda Muslim, Vivi Evertina, Rahmat Nurcahyo . 2008. Structure, Conduct,


And Performance Analysis In Palm Cooking Oil Industry In Indonesia Using
Structure Conduct Performance Paradigm (SCP). Proceeding, International
Seminar on Industrial Engineering and Management Santika Hotel, Jakarta,
October 25th, 2008

Fardiaz, D. 2000. Panduan Analisis SWOT. Lokakarya Manajemen. PAATP.


Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian

Harris, B. 1979. A Model of Rice Marketing Margin in Indonesia. Foor Research


Institute Studio. Vol. XIII, No.2.

Rangkuti, 1998. Analisis SWOT untuk Membedah Kegiatan Bisnis. Gramedia.

Schraven,J. 2008. Structure Conduct Performance Analysis og Internet.


http://www.Prnejoutnal.com/article/pdf, diunduh tgl 18 Maret 2019

Jauch and Glueck. 1998. Bussiness Policy and Strategic Management. Dalam
B.T Cahyono (ed). Analisis Bisnis Retail. Program Pasca Sarjana Magister
Manajemen, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi IPWI. Jakarta. Hal 22 – 26.

John A. Martilla and John C. James. 1977. Importance-Performance Analysis.


The Journal of Marketing Vol. 41, No. 1 (Jan., 1977), pp. 77-79 . Published
by: American Marketing Association. Stable URL:
http://www.jstor.org/stable/1250495

Riyadi dan Bratakusuma, Deddy Supriady. 2003. Perencanaan Pembangunan


Daerah ; Strategi Menggali Potensi Dalam Mewujudkan Otonomi Daerah. Jakarta :
PT Gramedia Pustaka Utama

151

Anda mungkin juga menyukai