Anda di halaman 1dari 114

Kata log/Catalog:

5102004

20
21
o .id
.g
ps

lndikator
.b
w
w

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan


//w

dan Karakteristik Utama Sektor Pertanian


s:
tp

(Hasil Survei Pertanian Terintegrasi 2021)


ht

Agricultural SDGs Indicators and


Main Characteristics of the Agricultural Sector 2021
(the Integrated Agricultural Survey Results)

u:im
ls:�=· I
BADAN PUSAT STATIST/K 2
BPS-Statistics Indonesia si�asr: "'
•••••
•••••••
SUAYII •nTANIAN TUINHGOUI ..

,.,�.
ht
tp
s:
//w
w
w
.b
ps
.g
o.
id
id
o.
Indikator Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
dan Karakteristik Utama Sektor Pertanian
.g
ps
2021
(Hasil Survei Pertanian Terintegrasi)
.b

Agricultural SDGs Indicators and Main Characteristics of


w

the Agricultural Sector 2021


w

(the Integrated Agricultural Survey Results)


//w
s:

No. Publikasi/Publication Number: 05200.2218


tp

No. Katalog/BPS Catalogue: 5102004


Ukuran Buku/Book Size: 18,2 cm x 25,7 cm
ht

Jumlah Halaman/Number of Pages: xii + 100 halaman/ pages

Penerbit/Published by: ©BPS RI/BPS - Statistics Indonesia


Pencetak/Printed by: Badan Pusat Statistik

Sumber Ilustrasi /Graphics by: freepik.com, flaticon.com


Sumber Foto /Photos by: unsplash.com, Humas BPS

Dilarang mengumumkan, mendistribusikan, mengkomunikasikan,


dan/atau menggandakan sebagian atau seluruh isi buku ini untuk
tujuan komersial tanpa izin tertulis dari Badan Pusat Statistik
Prohibited to announce, distribute, communicate, and/or copy part
of all this book for commercial purpose without permission from BPS-
Statistics Indonesia
Pengarah/Director:
M. Habibullah

Penanggung Jawab/Person in Charge:


Ihsanurijal

Penyunting/Editor:
Rustam

id
o.
Naskah/Manuscript:

.g
Eunike Widya Parameswari, Wartiningsih, Fitriana Nur Rachmah,
Eka Rudiana, Aniisa Rizqi, Fitriani Aditya Putri,
ps
Lodewik Zet, Ludiyanti, Hanif Palupi,
.b

Evita Choiriyah, Wisnu Hirmawan, Mona Widya Anggraini, Fajri


Iramaya Purwanti, Ike Mahlida, Eta Dian Ayu A.Sita, Gunawan,
w

Muh. Faishal Nur Kamal, Erni Mulyani,


w

Ester Yohana Abisay, Novantia


//w

Penyusun Tabel/Tables Compiler:


s:

Rustam, Eko Haryono Subagya, Widyo Pura Buana,


tp

Ludiyanti, Ahmad Yani, Rr Nila Indrasari, Eta Dian Ayu A.Sita


ht

Desain Kover/Cover Design:


Fitriana Nur Rachmah

Tata Letak/Layout:
Fitriana Nur Rachmah
ht
tp
s:
//w
w
w
.b
ps
.g
o.
id
INDIKATOR TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SEKTOR PERTANIAN 2021
Agricultural SDGs Indicator 2021

KATA
PENGANTAR

Pada tahun 2015, negara-negara yang tergabung dalam Perserikatan Bangsa-


Bangsa menyepakati seruan universal untuk mengambil tindakan dalam mengakhiri
kemiskinan, melindungi planet ini dan memastikan bahwa semua orang menikmati
perdamaian dan kemakmuran pada tahun 2030. Kesepakatan ini selanjutnya disebut
sebagai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals
(TPB/SDGs).

Untuk dapat mewujudkan TPB/SDGs, setiap negara memerlukan indikator yang dapat
diandalkan untuk mendukung pemantauan dan evaluasi kemajuan dan pencapaian
secara nasional, regional dan global. Namun demikian, terdapat sejumlah tantangan
dalam menghasilkan indikator terkait TPB/SDGs, mulai dari kapasitas statistik dan

id
sumber data yang terbatas serta kebutuhan untuk memperkuat kerjasama dan
koordinasi antar Kementerian/Lembaga.

o.
.g
Menyadari urgensi untuk menghasilkan indikator yang handal dalam memenuhi
ps
TPB/SDGs, Badan Pusat Statistik (BPS) melaksanakan Survei Pertanian Terintegrasi
(SITASI). SITASI pada tahun 2021 dilaksanakan dengan cakupan seluruh Provinsi di
.b

Indonesia.
w

Melalui SITASI 2021 ini, Badan Pusat Statistik (BPS) dapat menghasilkan 4 (empat)
w

Indikator TPB/SDGs terkait Sektor pertanian, yakni Indikator 2.3.1; Indikator 2.3.2;
//w

Indikator 5.a.1; dan Indikator 2.4.1 yang dirangkum dalam publikasi ini beserta 17
tabel utama.
s:

Besar harapan kami publikasi ini dapat bermanfaat tidak hanya bagi pengguna data
tp

tetapi juga untuk memberikan wawasan bagi penguatan kerja sama dan koordinasi
ht

antar Kementrian/Lembaga terkait. Hasil SITASI 2021 ini juga diharapkan akan
bermanfaat bagi perencana, pembuat kebijakan, dan peneliti.

Akhirnya, kami menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
berkontribusi terhadap penyusunan publikasi ini. Kami juga terbuka terhadap saran
dan kritik yang membangun untuk penyempurnaan di masa yang akan datang.

Jakarta, Desember 2022

Kepala Badan Pusat Statistik


Republik Indonesia

Margo Yuwono

v
FOREWORD

In 2015, the United Nations agreed to a universal call to take action to end poverty,
protect the planet and ensure that all people enjoy peace and prosperity by 2030.
This agreement is hereinafter referred to as the Sustainable Development Goals
(SDGs).

In order to realize SDGs, every country needs reliable indicators to support


monitoring and evaluation of progress and achievements nationally, regionally and
globally. However, there are a number of challenges in producing indicators related
to SDGs, ranging from limited statistical capacity and data sources and the need to
strengthen cooperation and coordination between Ministries / Agencies.

id
Recognizing the urgency to produce reliable indicators in meeting SDGs, BPS -
Statistics Indonesia conducted an Integrated Agricultural Survey (SITASI). SITASI in

o.
2021 was carried out with a coverage of all Provinces in Indonesia.

.g
ps
Through SITASI 2021, the Statistics Indonesia (BPS) can produce 4 (four) SDGs
indicators related to the agricultural sector, namely indicator 2.3.1; indicator 2.3.2;
.b

indicator 5.a.1; and indicator 2.4.1 which is summarized in this publication along with
17 main tables.
w
w

We really hope that this publication can provide benefits for data users and provide
//w

insights for strengthening cooperation and coordination between related Ministries


/ Agencies. It is hoped that the results of SITASI 2021 will be of use to planners,
s:

policy makers and researchers.


tp

Finally, we appreciate all those who have contributed to the completion of this
ht

publication. We are also open to suggestions and criticism for improvements in the
future.

Jakarta, December 2022


BPS - Statistics Indonesia

Margo Yuwono
Chief Statistician

vI
INDIKATOR TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SEKTOR PERTANIAN 2021
Agricultural SDGs Indicator 2021

DAFTAR ISI
CONTENTS

Kata Pengantar
Foreward v-vI

Daftar Isi
vIi Contents

Daftar Tabel
List of Tables iX

id
o.
Daftar Gambar
X
.g List of Figures
ps
.b

1
01
w
w

Pendahuluan
//w

Preface
s:

12 02
tp
ht

Indikator TPB
Sektor Pertanian 2021
SDGs Indicators of the
Agricultural Sector 2021

03 56

Karakteristik Utama
Sektor Pertanian
Main Characteristics of
the Agricultural Sector
78
04
Penutup
Closing

Tabel-Tabel
Tables 82

Daftar Pustaka
100 References

vIi
ht
tp
s:
//w
w
w
.b
ps
.g
o.
id
DAFTAR TABEL
LIST OF TABLES

Tabel / Table Halaman / Page

2A. Kepemilikan Hak yang Aman atas Lahan Pertanian menurut Provinsi di Indonesia, 2021 / Secure tenure
rights by urban and rural location in Indonesia, 2021................................................................................................. 49
1. Jumlah dan Persentase Unit Usaha Pertanian menurut Provinsi dan Kategori Unit Usaha, 2021 / Number
and Percentage of Holdings by Province and Holding Categories, 2021................................................................ 83
2. Persentase Unit usaha Pertanian Menurut Provinsi dan Status Kepemilikan Lahan Pertanian yang
Digunakan, 2021 / Percentage of Agricultural Holdings by Province and Utilized Agricultural Land
Ownership Status, 2021...................................................................................................................................................... 84
3. Persentase Pengelola Unit Usaha Pertanian Perorangan menurut Provinsi, Subsektor, dan Jenis Kelamin,

id
2021 / Percentage of Household Agricultural Holders by Province, Subsectors, and Sex, 2021...................... 85

o.
4. Persentase Unit Usaha Pertanian menurut Provinsi dan Jenis Pekerja Eksternal, 2021 / Percentage of

.g
Agricultural Holdings by Province and External Worker Types, 2021....................................................................... 86
ps
5. Persentase Unit Usaha Pertanian menurut Provinsi dan Jenis Tempat Tinggal, 2021 / Percentage of
Agricultural Holdings by Province and Dwelling Types, 2021.................................................................................... 87
.b

6. Persentase Luas Lahan Pertanian menurut Provinsi dan Status Penguasaan, 2021 / Percentage of
w

Agricultural Land Areas by Province and Ownership Status, 2021.......................................................................... 88


w

7. Persentase Pendapatan Produksi Pertanian (yang Dijual) menurut Provinsi dan Subsektor yang
//w

Diusahakan, 2021 / Percentage of Agricultural Production Income (Sold) by Province and Subsectors,
2021.......................................................................................................................................................................................... 89
s:

8. Rata-rata Pendapatan Lain dari Unit Usaha Pertanian menurut Provinsi dan Jenis Pendapatan, 2021 /
Average of Other Income from Agricultural Holdings by Province and Income Types, 2021............................. 90
tp

9. Rata-rata Pengeluaran Unit Usaha Pertanian menurut Provinsi dan Jenis Pengeluaran, 2021 / Average of
ht

Agricultural Holding Expenses by Provinse and Expences Types, 2021................................................................. 91


10. Rata-rata Biaya Investasi, Keuangan, dan Asuransi yang Dibayarkan oleh Unit Usaha Pertanian menurut
Provinsi dan Jenis Biaya, 2021 / Average of Investation, Finance, and Insurance Cost Paid by Agricultural
Holdings by Province and Cost Types, 2021................................................................................................................... 92
11. Rata-rata Persentase Penggunaan Produksi Unit Usaha Pertanian menurut Provinsi dan Jenis
Penggunaan, 2021 / Average Percentage of Agricultural Holdings Production Used by Province and Used
Types, 2021............................................................................................................................................................................. 93
12. Persentase Unit Usaha Pertanian menurut Provinsi dan Kategori Peralatan yang Digunakan, 2021 /
Percentage of Agricultural Holdings by Province and Equipments Used Types, 2021........................................ 94
13. Persentase Unit Usaha Pertanian menurut Provinsi dan Kategori Peralatan Bertenaga Mesin yang
Digunakan, 2021 / Average Percentage of Agricultural Holdings Production Used by Province and Used
Types, 2021............................................................................................................................................................................. 95
14. Persentase Unit Usaha Pertanian menurut Provinsi dan Kategori Bangunan Bukan Tempat Tinggal yang
Digunakan, 2021 / Percentage of Agricultural Holdings by Province and Non-residential Building Types,
2021.......................................................................................................................................................................................... 96
15. Persentase Unit Usaha Pertanian menurut Provinsi dan Status Kepemilikan Tempat Tinggal, 2021 /
Percentage of Agricultural Holdings by Province and Dwelling Ownership Status, 2021.................................. 97
16. Persentase Unit Usaha Pertanian menurut Provinsi dan Sumber Air Minum untuk Rumah Tangga, 2021 /
Percentage of Agricultural Holdings by Province and Drinking Water Source for Households, 2021.............. 98
17. Persentase Unit Usaha Pertanian menurut Provinsi dan Jenis Aset yang Dimiliki, 2021 /Percentage of
Agricultural Holdings by Province and Assets Owned Types, 2021.......................................................................... 99

iX
INDIKATOR TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SEKTOR PERTANIAN 2021
Agricultural SDGs Indicator 2021

DAFTAR GAMBAR
LIST OF FIGURES

Gambar / Figure Halaman / Page

1.1 Rasio dari rata-rata produktivitas tenaga kerja petani skala kecil terhadap non petani skala kecil (tahun
paling terbaru yang dilaporkan) / Ratio of the average labour productivity of small-scale food producers
over that of non-small-scale food producers (most recent year reported)...................................................... 8
1.2 Progres dunia menuju pertanian yang berkelanjutan dan produktif, menurut area tematik (2019) / World
progress toward sustainable and productive agriculture, by thematic area (2019)...................................... 9
1.3 Bagian dari perempuan dan laki-laki dengan kepemilikan atau hak milik yang aman atas lahan pertanian
terhadap populasi pertanian dewasa (tahun paling terbaru yang tersedia) / Women and men with
ownership or secure tenure rights over agricultural land, as a share of the adult agricultural population
(most recent year available)......................................................................................................................................... 11

id
2.1 Rata-rata Luas Lahan Pertanian yang Digunakan Menurut Kategori Unit Usaha / Average Area of

o.
Agricultural Land Used by Holding Category........................................................................................................... 15
2.2 Persentase Unit Usaha Pertanian Menurut Kategori / Percentage of Agriculture Holding by Category..
.g 16
ps
2.3 Persentase Unit Usaha Pertanian Menurut Subsektor / Percentage of Agriculture Holding by
.b

Subsector.......................................................................................................................................................................... 17
w

2.4 Persentase Unit Usaha Peternakan Menurut Kategori dan Rata-rata Ternak yang Dipelihara / Percentage
of Livestock Holding by Category and Average of Livestock Kept...................................................................... 18
w
//w

2.5 Rata-rata Pendapatan Usaha Pertanian Menurut Kategori Unit Usaha / Average Agricultural Holding
Revenue by Holding Category...................................................................................................................................... 19
s:

2.6 Ilustrasi Irisan Ambang Batas dari Petani Skala Kecil / Illustration of Intersection of Small Scale Food
tp

Producers Threshold....................................................................................................................................................... 20
2.7 Persentase Petani Skala Kecil Menurut Provinsi di Indonesia / Percentage of Small Scale Food Producers
ht

by Province in Indonesia................................................................................................................................................ 21
2.8 Persentase Petani Skala Kecil Menurut Pulau di Indonesia / Percentage of Small Scale Food Producers
by Island in Indonesia..................................................................................................................................................... 21
2.9 Persentase Petani Skala Kecil Menurut Jenis Kelamin / Percentage of Small Scale Food Producers by
Gender................................................................................................................................................................................ 22
2.10 Persentase Petani Skala Kecil Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin / Percentage of Small Scale Food
Producers by Province and Gender............................................................................................................................ 22
2.11 Indikator TPB 2.3.1 Petani Skala Kecil dan Bukan Petani Skala Kecil / SDG Indicator 2.3.1 for Small Scale
Food Producers and Non Small Scale Food Producers.......................................................................................... 25
2.12 Indikator TPB 2.3.1 Menurut Provinsi di Indonesia / SDG Indicator 2.3.1 by Province in Indonesia............. 26
2.13 Indikator TPB 2.3.2 Petani Skala Kecil dan Bukan Petani Skala Kecil / SDG Indicator 2.3.2 for Small Scale
Food Producers and Non Small Scale Food Producers.......................................................................................... 27
2.14 Indikator TPB 2.3.2 menurut Provinsi di Indonesia / SDG Indicator 2.3.2 by Province in Indonesia........... 29

x
ht
tp
s:
//w
w
w
.b
ps
.g
o.
id
INDIKATOR TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SEKTOR PERTANIAN 2021 01 02 03 04
Agricultural SDGs Indicator 2021

01
id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp

PENDAHULUAN
ht

Preface

x Photo by Duong Trí on Unsplash


01 PENDAHULUAN
Preface

id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

01 1
INDIKATOR TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SEKTOR PERTANIAN 2021 01 02 03 04
Agricultural SDGs Indicator 2021

Penjelasan Umum SITASI 2021


01 General Explanation of SITASI 2021

A. Pentingnya SITASI
Rationale of AGRIS

Sejalan dengan perkembangan sistem informasi In line with the development of agricultural
pertanian yang sudah mendekati real time information systems that are close to real-time
berdasarkan remote sensing dan sensor lainnya, based on remote sensing and other sensors,
ketersediaan data pertanian yang lebih lengkap, the availability of agricultural data that is
lebih baik, dan lebih cepat serta terstandarisasi more complete, better, and faster as well as

id
dan tervalidasi secara internasional sangat internationally standardized and validated is

o.
dibutuhkan. Statistik Pertanian yang berorientasi urgently needed. User-oriented agricultural
pada pengguna bertujuan untuk menyediakan tiga
.g
statistics aim to serve the three broad need
ps
kategori kebutuhan yang meluas yaitu pembuatan categories which are policy-making, market
kebijakan, manajemen pasar, dan dukungan management, and research support. This prompts
.b

penelitian. Hal ini yang membuat Strategi Global the Global Strategy to improvise Agricultural
w

melakukan improvisasi terkait Statistik Pertanian and Rural Statistics (hereafter, GSARS or Global
w

dan Pedesaan (GSARS) untuk mengidentifikasi Strategy) to identify core variables dealing with
//w

variabel inti terkait produksi tanaman dan ternak, crop and livestock productions, associated socio-
data sosio-ekonomi terkait, dan lingkungan economic data, and the territorial land cover
s:

tutupan lahan seperti yang diusulkan dalam environment for inclusion in its proposed Minimum
tp

Minimum Set Core Data (MSCD). Set of Core Data (MSCD).


ht

Singkatnya, empat pilar utama dalam Statistik In summary, four main pillars of agricultural
Pertanian berhasil teridentifikasi, yaitu: produksi statistics have been identified: crops and livestock
tanaman dan ternak, sosio-ekonomi pertanian, production, farms’ socioeconomics, cost of
biaya produksi, dan neraca pertanian nasional. production, and national agricultural accounts.
Data-data ini perlu dihasilkan dengan kualitas These data need to be produced with good quality
yang baik dengan memenuhi dimensi dimensi in terms of accuracy, timeliness, accessibility,
akurasi, aktualitas, aksesibilitas, koherensi, coherence, comparability, interpretability, and
keterbandingan, interpretabilitas, dan relevansi. relevance.

2
01 PENDAHULUAN
Preface

Survei Pertanian Terintegrasi (SITASI) mengadopsi Survei Pertanian Terintegrasi (SITASI) adopted the
Agricultural Integrated Survey (AGRIS) - FAO FAO Agricultural Integrated Survey (AGRIS), but
yang disesuaikan dengan kondisi di Indonesia. further adjusted to Indonesia’s condition. AGRIS is
AGRIS merupakan program survei terpadu yang a ten-year cycle integrated sample survey program
dilaksanakan selama sepuluh tahun bersinkronisasi that is synchronized with Census of Agriculture,
dengan Sensus Pertanian, digunakan sebagai which lays the foundations for the creation of an
dasar terciptanya sistem statistik pertanian yang efficient agricultural statistical system. SITASI is
efisien. SITASI pada utamanya digunakan dalam primarily used in designing and monitoring national
mendesain dan memantau kebijakan nasional. policies. SITASI uses international references to
SITASI menggunakan referensi internasional improve the quality of the indicators produced.
sehingga kualitas indikator yang dihasilkan menjadi
lebih baik.

id
SITASI dirancang untuk
mempercepat perbaikan

o.
Modul Inti diharapkan dapat menyediakan setiap tahunnya
kualitas data pertanian pada
dimensi teknis, ekonomi,
.g
data inti dari pertanian, terutama tentang produksi tanaman
ps
dan ternak. Selain itu, serangkaian Modul Rotasi akan
lingkungan, dan sosial melalui
diselenggarakan pada periode yang beragam. Modul Rotasi
.b

pendekatan modular (Modul Inti


ini memberi informasi tambahan secara tematik: Ekonomi,
dan Modul Rotasi).
w

Tenaga Kerja, Metode Produksi dan Lingkungan, serta Mesin,


w

Peralatan dan Aset.


//w

SITASI is designed to accelerate


the improvement of agricultural The Core Module is expected to provide annual core data
s:

data quality on technical, from agriculture, especially crop and livestock production. In
tp

economic, environmental, and addition, a series of Rotating Modules will take place at various
ht

social dimensions through a periods. These Rotating Modules provide additional knowledge
modular approach (the Core thematically: Economy, Labour, Production Methods and
Module and the Rotating Environment, and Machinery, Equipment, and Assets.
Modules).

Tabel berikut merangkum kemungkinan alur pelaksanaan keempat Modul Rotasi yang direkomendasikan:
The following table summarizes a possible module flow for the four recommended Rotating Modules:

Tahun/Years 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Modul Inti • • • • • • • • • •
Core Module
Modul Rotasi 1: Ekonomi • • • • •
Rot. Module 1: Economy
Modul Rotasi 2: Tenaga Kerja • •
Rot. Module 2: Labour
Modul Rotasi 3: Metode Produksi dan Lingkungan • •
Rot. Module 3: Production Methods and the Environment
Modul Rotasi 4: Mesin, Peralatan , dan Asset • •
Rot. Module 4: Machinery, Equipment, and Assets

3
INDIKATOR TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SEKTOR PERTANIAN 2021 01 02 03 04
Agricultural SDGs Indicator 2021

Kuesioner SITASI mencakup persyaratan Minimum SITASI questionnaires cover the Minimum Set
Set Core Data (MSCD) di bidang pertanian. SITASI Core Data (MSCD) requirements in the agricultural
juga menyediakan data dasar untuk memantau sector. SITASI also provides basic data to monitor
indikator-indikator dalam Tujuan Pembangunan the relevant indicators for the Sustainable
Berkelanjutan (TPB). Indikator tersebut yaitu: Development Goals (SDG’s). These indicators are:

2.3.1 Volume produksi per unit tenaga kerja menurut klasifikasi usaha pertanian/
peternakan/kehutanan untuk petani skala kecil
Volume of production per labour unit by classes of farming/pastoral/forestry
enterprise size for small-scale food producers

2.3.2
Pendapatan Rata-rata Petani Skala Kecil

id
o.
Average income of small-scale food producers

.g
ps
2.4.1
.b

Proporsi lahan pertanian di bawah kriteria lahan produktif dan berkelanjutan.


w

Proportion of agricultural area under productive and sustainable agriculture


w
//w

(a) Proporsi penduduk pertanian dengan kepemilikan atau hak yang aman
5.a.1 atas lahan pertanian, menurut jenis kelamin; dan
s:

(b) Persentase perempuan di antara pemilik atau pemegang hak atas lahan
tp

pertanian, menurut klasifikasi desa-kota dan kelompok umur


ht

(a) Proportion of total agricultural population with ownership or secure rights


over agricultural land, by sex; and
(b) Share of women among owners or rights-bearers of agricultural land, by
rural-urban classification and age group

Selain 4 indikator di atas, SITASI juga berkontribusi In addition to the 4 indicators above, SITASI also
pada 15 indikator SDG’s lainnya khusus untuk contributes to the 15 additional SDG indicators,
sub populasi yang berhubungan dengan unit especially on the subpopulation associated with
usaha pertanian. Perlu dicatat bahwa SITASI tidak agricultural holdings only. SITASI is not meant
dimaksudkan untuk menggantikan survei lain to replace existing surveys, whether in terms of
yang sudah ada. Tanpa SITASI, kesenjangan data commodities or of geography. Without AGRIS,
yang ada hanya dapat tertutup dengan berbagai existing data gaps can only be filled by ad hoc
macam survei ad-hoc dengan biaya tinggi. Hal ini suboptimal mechanisms with high transaction
akan meningkatkan beban individu, unit usaha costs. This would further increase the burden
pertanian dan sistem data, serta tidak menjamin on individuals, agricultural holdings and data
dapat memenuhi tingkat kualitas data yang systems, and would not guarantee the data quality
dibutuhkan oleh pengguna. required by users.

4
01 PENDAHULUAN
Preface

B. Pengumpulan Data
Data Collection

Badan Pusat Statistik menyelenggarakan Survei Statistics Indonesia-BPS conducted an Integrated


Pertanian Terintegrasi untuk pertama kalinya yang Agricultural Survey for the first time covering
mencakup seluruh provinsi di Indonesia di tahun all Indonesian provinces in 2021. Previously, the
2021. Sebelumnya, telah dilakukan uji coba di tiga trials were carried out in three provinces, namely
provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, dan Nusa Jawa Barat, Jawa Timur, and Nusa Tenggara
Tenggara Barat pada tahun 2020. Survei Pertanian Barat in 2020. The 2021 Integrated Agricultural
Terintegrasi 2021 (SITASI 2021) diselenggarakan Survey (SITASI 2021) was conducted through
melalui tiga kuesioner: satu Modul Inti (KOR) dan three questionnaires: one Core Module (KOR)
dua Modul Rotasi (Modul Ekonomi dan Modul Mesin, and two Rotation Modules (Economy Module and
Peralatan, dan Aset). Machinery, Equipment, and Assets Module).

id
Tujuan dari setiap kuesioner yang diangkat dalam SITASI2021 sebagai berikut:
The objectives of each questionnaire raised in SITASI2021 are as follows:

o.
.g
ps
memiliki tujuan untuk has the objective of obtaining 1
mendapatkan informasi mengenai: information regarding:
.b

a. jumlah unit usaha pertanian a. The number of agricultural


w

menurut kegiatannya, holdings according to their


activities,
w

b. karakteristik pemilik unit usaha


//w

pertanian, b. Characteristics of the


agricultural holders,
c. produksi pertanian dan ternak,
s:

c. Crop and livestock production,


d. kegiatan ekonomi lainnya,
tp

d. Other economic activities, Modul KOR


e. keadaan sosio-demografi Core Module
ht

pemilik unit usaha, e. Socio-demographic conditions


of the holders,
f. tenaga kerja,
f. Labour used by the holding
g. tempat tinggal dan aset yang
dimiliki rumah tangga usaha g. Household dwelling and assets
pertanian.

memiliki tujuan untuk has the objective of obtaining 2


mendapatkan informasi mengenai: information regarding:
a. karakteristik utama unit usaha a. Main characteristics of the
pertanian, agricultural holding
b. pendapatan dari kegiatan b. Income for the agricultural
pertanian selama setahun yang holding during a year ago
lalu,
c. Expenses of the agricultural
c. pengeluaran unit usaha holding during a year ago
pertanian selama setahun yang
d. Investments, financial and Modul Ekonomi
lalu, Economy Module
insurance costs
d. biaya investasi, keuangan, dan
e. Marketing and storage
asuransi
e. pemasaran dan penyimpanan.

5
INDIKATOR TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SEKTOR PERTANIAN 2021 01 02 03 04
Agricultural SDGs Indicator 2021

3
memiliki tujuan untuk has the objective of obtaining
mendapatkan informasi mengenai: information regarding:
a. mesin dan peralatan yang a. Machinery and equipment used
digunakan oleh unit usaha by the holding,
pertanian,
b. Non-residential buildings used
b. bangunan bukan tempat by the holding,
tinggal yang digunakan oleh
c. Selected assets owned by the
unit usaha pertanian,
household. Modul Mesin, Peralatan,
c. aset yang dimiliki oleh rumah dan Aset
tangga usaha pertanian. Machinery, Equipment,
and Assets Module

Survei Pertanian Terintegrasi (SITASI) 2021 The 2021 Integrated Agricultural Survey (2021
dilaksanakan di seluruh provinsi, mencakup 513 SITASI) was conducted in all provinces and covered
kabupaten/kota (selain Kota Jakarta Pusat, DKI 513 regencies/cities (except the city of Central

id
Jakarta). Kemudian, unit statistik dalam SITASI Jakarta, DKI Jakarta). Then, the statistical unit in

o.
adalah unit usaha pertanian, dimana populasi unit the SITASI is the agricultural holding, where the
usaha pertanian terbagi dalam dua sub populasi
.g
population of the agricultural holding is divided into
ps
yaitu unit usaha pertanian di sektor rumah tangga two sub-populations, namely agricultural holding
dan unit usaha pertanian di sektor non rumah in the household sector and the non-household
.b

tangga. Pada kegiatan SITASI 2021, unit statistik sector. In the 2021 SITASI, the statistical units
w

yang dicakup meliputi: covered include:


w
//w
s:
tp
ht

1 2 3

Rumah Tangga Non Rumah Tangga Perusahaan Pertanian


Usaha Pertanian (NRT) Pertanian Agricultural Holding in
Agricultural Holding Agricultural Holding in the Establishments
in Households the Non-Households

Pencacahan unit usaha pertanian SITASI 2021 The 2021 SITASI enumeration was carried out
dilakukan dengan cara wawancara langsung through direct interviews by using the CAPI
melalui moda CAPI (Computer-Assisted Personal (Computer-Assisted Personal Interviewing) or
Interviewing) atau PAPI (Paper-and-Pen cil PAPI (Paper-and-Pencil Interviewing) modes for
Interviewing) untuk unit usaha pertanian di rumah agricultural holdings in households and non-
tangga dan non rumah tangga. Sementara untuk households. Meanwhile, establishments use the
perusahaan menggunakan moda CAWI (Computer- CAWI (Computer-Assisted Web Interviewing) or
Assisted Web Interviewing) atau PAPI (Paper-and- PAPI (Paper-and-Pencil Interviewing) modes.
Pencil Interviewing).

6
01 PENDAHULUAN
Preface

Penjelasan Umum TPB


02 General Explanation of SDGs

Dunia sedang menghadapi krisis yang mengancam The world is facing a confluence of crises threatening
kelangsungan hidup umat manusia. Krisis ini dan cara humanity’s very survival. These crises and ways to
untuk mencegah dan mengatasinya ditangani secara prevent and navigate them are addressed holistically
holistik dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan in the Sustainable Development Goals (SDGs). The 17
(TPB). 17 TPB adalah seruan penting untuk SDGs are an urgent call for action by all developed
dilakukan oleh semua negara maju dan berkembang. and developing countries. They recognize that ending
Mereka menyadari bahwa mengakhiri kemiskinan poverty and other deprivations must go hand-in-hand
dan kekurangan lainnya harus berjalan seiring with strategies that improve health and education,
dengan strategi yang meningkatkan kesehatan reduce inequality, and spur economic growth –

id
dan pendidikan, mengurangi ketidaksetaraan, dan all while tackling climate change and working to

o.
memacu pertumbuhan ekonomi sembari mengatasi preserve our oceans and forests.

.g
perubahan iklim dan melestarikan lautan dan hutan
ps
kita.
.b

TPB membuat negara-negara dapat memahami SDGs make countries understand where they
w

dimana saat ini mereka berada dan kemana akan are and where they are headed. By periodically
w

dituju. Dengan dilakukan monitoring berkala, monitoring, countries could make policies, programs,
//w

negara dapat membuat kebijakan, program, dan and resources to protect people during this
mengarahkan sumber daya untuk melindungi rakyat most challenging time. Timely, high-quality, and
s:

di masa-masa yang sangat menantang ini. Data yang disaggregated data can help trigger more targeted
tp

tepat waktu, berkualitas tinggi, dan terpilah dapat responses, anticipate future needs, and hone the
ht

membantu memicu respons yang lebih terarah, design of urgently needed actions.
mengantisipasi kebutuhan di masa mendatang, dan
menyempurnakan rancangan tindakan yang sangat
dibutuhkan.

Untuk mengevaluasi status pencapaian TPB Dunia dari To evaluate the progress of SDGs World achievement
waktu ke waktu, FAO membuat pedoman, metodologi, time by time, FAO developed guidance notes,
dan desain dari grafik progres TPB untuk Indikator TPB methodology, and design of the SDG Progress Chart
yang menjadi tanggung jawab FAO. Beberapa tujuan for the SDG Indicators under FAO’s custodianship.
tersebut, yaitu: Tujuan 2 (Menghilangkan Kelaparan, Some of those goals are: Goal 2 (End hunger, achieve
Mencapai Ketahanan Pangan dan Gizi yang Baik, serta food security and improved nutrition and promote
Meningkatkan Pertanian Berkelanjutan), dan Tujuan sustainable agriculture), dan Goal 5 (Achieve gender
5 (Mencapai Kesetaraan Gender dan Memberdayakan equality and empower all women and girls), are the
Kaum Perempuan), turut menjadi output dari SITASI SITASI2021 outputs that will be explained in the next
2021 yang akan disajikan pada bab selanjutnya. chapter.

7
INDIKATOR TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SEKTOR PERTANIAN 2021 01 02 03 04
Agricultural SDGs Indicator 2021

Secara global, produktivitas tenaga kerja Globally, small-scale food producers’ labour
petani skala kecil kurang dari USD 15 (PPP productivity is less than USD 15 (constant PPP
konstan 2011) per hari kerja di semua negara 2011) per day worked in all l ow- and middle-
berpenghasilan rendah dan menengah dimana income countries where data are available. In
data tersedia. Selain itu, produktivitas tenaga kerja addition, the labour productivity of small-scale
petani skala kecil tertinggal dari petani skala besar, food producers continues to lag behind that of
dengan perbedaan yang semakin besar dengan larger-scale producers, with more pronounced
negara berpendapatan tinggi. Di tiga perempat differences in higher-income countries. In three-
negara yang datanya tersedia, petani skala kecil quarters of the countries for which the data are
memperoleh rata-rata pendapatan kurang dari available, small-scale food producers earn an
setengah pendapatan petani
Figure skala of
11, Ratio besar. average income
the average labour productivity of less than
of small-scale half that of large-
food
producers over that of non-small-scale food producers
scale (mostdo.
food producers recent year
reported)

Senegal 2019 1,27


Niger 2014 0,90
Guinea-Bissau 2019 0,90

id
Malawi 2020 0,88

o.
Uganda 2016 0,78
Burkina Faso 2019 0,68

.g
India 2012 0,68
United Republic of Tanzania 2015 0,66
ps
Ethiopia 2019 0,62
Mali 2017 0,62
.b

Benin 2019 0,60


Nigeria 2019 0,58
w

Togo 2019 0,57


w

Georgia 2020 0,32


Greece 2016 0,30
//w

Finland 2016 0,27


Lithuania 2016 0,25
Romania 2016 0,19
s:

Slovenia 2016 0,19


tp

Austria 2016 0,19


Slovakia 2016 0,19
ht

Cambodia 2019 0,17


Latvia 2016 0,13
Luxembourg 2016 0,12
Germany 2016 0,12
Estonia 2016 0,12
Czechia 2016 0,11
Poland 2016 0,10
Croatia 2016 0,10
Portugal 2016 0,10
Sweden 2016 0,09
Hungary 2016 0,09
Ireland 2016 0,08
Spain 2016 0,08
Bulgaria 2016 0,08
France 2016 0,08
Malta 2016 0,08
Belgium 2016 0,07
Cyprus 2016 0,06
Italy 2016 0,06
Denmark 2016 0,05
Canada 2016 0,05
Netherlands 2016 0,04

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0


1 1,2 1,4
ǣ ǡʹͲʹʹǡ †‹…ƒ–‘”•ǡ ǣSustainable Development Goals, ‘‡ǡ‹–‡†ʹͶ —‡ʹͲʹʹǡ™™™ǡˆƒ‘ǡ‘”‰Ȁ•—•–ƒ‹ƒ„Ž‡Ǧ
†‡˜‡Ž‘’‡–Ǧ‰‘ƒŽ•Ȁ‹†‹…ƒ–‘”•Ȁ‡
Gambar 1.1 Rasio dari rata-rata produktivitas tenaga kerja petani skala kecil terhadap non petani skala kecil


(tahun paling terbaru yang dilaporkan)
Figure 1.1 Ratio of the average labour productivity of small-scale food producers over that of non-small-
27
scale food producers (most recent year reported)
Sumber/Source: FAO, 2022

8
01 PENDAHULUAN
Preface

Gambar 1.2 menggambarkan progress menuju Figure 1.2 illustrates progress toward productive
pertanian produktif dan berkelanjutan di tingkat and sustainable agriculture at the global level.
global. Hasilnya menunjukkan bahwa nilai produksi The results indicate that gross production value
bruto per luas lahan pertanian menjadi hambatan per agricultural area is the main bottleneck to
utama untuk keseluruhan sub-indikator pertanian overall sustainability of farms sub-indicators
berkelanjutan secara global dengan skor “Jauh globally with a “far from the target” score,
dari Target”, meskipun ada peningkatan signifikan although with an important improvement in recent
dalam beberapa tahun terakhir. Analisis kombinasi years. A combined analysis of status and trends
dari status dan tren menunjukkan bahwa diperlukan indicates that more attention should be afforded
lebih banyak perhatian pada penggunaan pestisida to pesticides application and the diversity of crop
dan keragaman produk tanaman dan ternak. and livestock products.

id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

Gambar 1.2 Progres dunia menuju pertanian yang berkelanjutan dan produktif, menurut area tematik (2019)
Figure 1.2 World progress toward sustainable and productive agriculture, by thematic area (2019)
Sumber/Source: FAO, 2022

Kepemilikan lahan penting untuk memberdayakan Land ownership is important to empower women
perempuan dan membangun kemandirian ekonomi and establish their economic autonomy. Owning
mereka. Memiliki lahan atau memiliki hak atas or bearing rights to land reduces women’s reliance
lahan mengurangi ketergantungan perempuan on male partners and relatives, thus increasing
pada pasangan dan kerabat laki-laki, sehingga their bargaining power in the economy and within
meningkatkan daya tawar mereka dalam ekonomi households. In addition, ownership or secure rights
dan rumah tangga. Selain itu, kepemilikan atau to land improve women’s chances of accessing
kepastian hak atas lahan meningkatkan peluang extension services and credit, and it encourages
perempuan untuk mengakses layanan penyuluhan them to invest and join producer organizations.

9
INDIKATOR TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SEKTOR PERTANIAN 2021 01 02 03 04
Agricultural SDGs Indicator 2021

dan kredit, dan mendorong mereka untuk


berinvestasi dan bergabung dengan organisasi
produsen.

Meskipun data tentang akses lahan masih terbatas Although data on access to land remain scarce
di tingkat global, informasi yang ada menunjukkan at the global level, the existing information shows
bahwa banyak laki-laki dan perempuan yang that many men and women involved in agricultural
terlibat dalam produksi pertanian terbatas dalam production lack ownership and/or secure tenure
kepemilikan dan/atau hak milik yang aman atas rights over agricultural land. In addition, significant
lahan pertanian. Selain itu, disparitas gender gender disparities persist among the agricultural
yang signifikan di antara petani, dengan petani population, with women being less likely than men
perempuan lebih kecil dibandingkan petani laki-laki to hold secure tenure rights in most countries with
untuk memegang hak milik yang aman di sebagian available data.
besar negara yang datanya tersedia.

Di 30 dari 36 negara, kurang dari 50 persen In 30 out of 36 countries, less than 50 percent

id
perempuan memiliki kepemilikan dan/atau hak of women have ownership and/or secure tenure

o.
milik yang aman atas lahan pertanian. Sebaliknya, rights over agricultural land. In contrast, in 16

.g
di 16 negara, kurang dari 30 persen perempuan countries, less than 30 percent of women have
memiliki kepemilikan dan/atau hak milik yang ownership and/or secure rights (see Figure 34).
ps
aman. Sementara itu, proporsi laki-laki yang Meanwhile, the proportion of men with ownership
.b

memiliki kepemilikan dan/atau hak milik yang aman and/or secure rights over agricultural land exceeds
w

atas lahan pertanian melebihi 50 persen di 18 dari 50 percent in 18 out of 36 countries assessed.
w

36 negara yang dinilai.


//w
s:
tp
ht

Photo by Delighten Dee on Unsplash

10
01 PENDAHULUAN
Preface

id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

Gambar 1.3 Bagian dari perempuan dan laki-laki dengan kepemilikan atau hak milik yang aman atas lahan
pertanian terhadap populasi pertanian dewasa (tahun paling terbaru yang tersedia)
Figure 1.3 Women and men with ownership or secure tenure rights over agricultural land, as a share of the
adult agricultural population (most recent year available)
Sumber/Source: FAO, 2022

11
INDIKATOR TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SEKTOR PERTANIAN 2021 02
01 03 04
Agricultural SDGs Indicator 2021

02
id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w

INDIKATOR
s:

TPB SEKTOR
tp
ht

PERTANIAN
2021
SDGs Indicators
of the Agricultural
Sector 2021

12 Photo by Nuril Fikriyah on Unsplash


02 INDIKATOR TPB SEKTOR PERTANIAN 2021
SDGs Indicators of the Agricultural Sector 2021

id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

02 13
INDIKATOR TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SEKTOR PERTANIAN 2021 02
01 03 04
Agricultural SDGs Indicator 2021

Produsen Pangan Skala Kecil


01 Small Scale Food Producer

Pangan yang berkualitas baik dimulai dari Good quality food starts from farmers or food
petani atau produsen pangan khususnya producers, especially in rural areas. They are key
di wilayah pedesaan. Mereka adalah kunci to improving nutrition and health and building
untuk meningkatkan gizi dan kesehatan serta food security. However, farmers are often one
membangun ketahanan pangan. Namun demikian, of the most marginalized groups in society, the
petani seringkali merupakan salah satu kelompok poorest, and often landless. One of the causes of
yang paling terpinggirkan dalam masyarakat, food insecurity that leads to hunger is the reducing
yang paling miskin dan seringkali tidak memiliki output of each agricultural holding around the

id
tanah/lahan. Salah satu penyebab kerawanan world and the declining average income of these

o.
pangan yang bermuara pada kelaparan adalah food producers. This is related to the shocking fact
berkurangnya output pada setiap unit usaha
.g
that farmers’ income is relatively minimal (which
ps
pertanian di seluruh dunia dan berkurangnya can be used to buy food) and low agricultural
pendapatan rata-rata para produsen pangan ini. production (which can be used to support the
.b

Hal ini terkait dengan fakta minimnya pendapatan household).


w

petani (yang dapat digunakan untuk membeli


w

makanan) dan rendahnya produksi pertanian


//w

(yang dapat digunakan untuk menghidupi rumah


tangga).
s:
tp
ht

Unit usaha pertanian adalah unit ekonomi produksi pertanian dalam suatu
manajemen tunggal yang terdiri dari semua ternak yang dipelihara dan semua lahan
yang digunakan dimana sebagian atau seluruhnya digunakan untuk tujuan produksi
pertanian, tanpa memperhatikan kepemilikan, bentuk hukum atau ukuran (WCA, 2020).
Unit usaha pertanian ini dapat dikelola oleh rumah tangga/perorangan, dan juga non
rumah tangga seperti perusahaan dan kelompok.

An agricultural holding is an economic unit of agricultural production under a single


management consisting of all livestock kept and all land used which is partly or wholly
used for agricultural production purposes, regardless of ownership, legal form or size
(WCA, 2020). This agricultural holding can be managed by households/individuals, as
well as non-households such as companies and groups.

Photo by Pat Whelen on Unsplash


14
02 INDIKATOR TPB SEKTOR PERTANIAN 2021
SDGs Indicators of the Agricultural Sector 2021

Menurut FAO, setidaknya terdapat 2 (dua) ukuran According to FAO, there are at least 2 (two)
yang digunakan untuk menentukan apakah suatu measurements used to determine whether an
unit usaha pertanian termasuk dalam kategori agricultural holding is included in the small scale or
skala kecil atau bukan skala kecil. Ukuran pertama not small scale category. The first size is the physical
adalah ukuran fisik. Ukuran fisik dari unit usaha size. The physical size of the agricultural holding
pertanian meliputi lahan pertanian yang dikelola includes the agricultural land that is managed
serta ternak yang dipelihara. Lahan pertanian and the livestock that are kept. Agricultural land
memberikan kontribusi, baik langsung maupun tak contributes, either directly or indirectly, to the food
langsung, terhadap penyediaan makanan. Ukuran supply. The next measure is the economic size of the
berikutnya adalah ukuran ekonomi dari unit usaha agricultural holding. The economic size used is the
pertanian. Ukuran ekonomi yang digunakan adalah income or production value of the agricultural holding
pendapatan atau nilai produksi dari unit usaha for a year. From these two measurements, both
pertanian selama setahun. Dari kedua ukuran physically and economically, the lowest 40 percent
tersebut, baik fisik maupun ekonomi, ditentukan threshold is determined from each distribution of
ambang batas 40 persen terbawah dari masing- land area, the number of livestock, and the income
masing distribusi luas lahan, jumlah ternak, serta of the agricultural holdings for a year.

id
pendapatan usaha pertanian selama setahun.

o.
A. Lahan Pertanian
.g
ps
Agricultural Land
.b
w

Ukuran lahan merupakan dimensi yang cukup penting dalam analisa sistem pertanian. Lahan
w

pertanian adalah lahan yang digunakan untuk budidaya tanaman, baik tanaman musiman
//w

maupun tanaman tahunan, dan juga mencakup lahan yang dibiarkan bera secara berkala atau
digunakan sebagai padang rumput sementara.
s:
tp

Land size is an important dimension in the analysis of agricultural systems. Agricultural land
ht

is land used for the cultivation of crops, both seasonal and annual crops, and also includes
land that is left fallow periodically or is used as temporary pasture.

Gambar 2.1 Rata-rata Luas Lahan Pertanian yang Digunakan Menurut Kategori Unit Usaha
Figure 2.1 Average Area of Agricultural Land Used by Holding Category

15
INDIKATOR TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SEKTOR PERTANIAN 2021 02
01 03 04
Agricultural SDGs Indicator 2021

Gambar 2.1 menunjukkan hasil SITASI 2021 Figure 2.1 shows the results of the 2021 SITASI
mengenai rata-rata luas lahan pertanian yang regarding the average area of agricultural land
digunakan oleh masing-masing kategori unit used by each category of agricultural holding. As
usaha pertanian. Sebanyak 99,94 persen unit many as 99,94 percent of individual agricultural
usaha pertanian perorangan di Indonesia holding in Indonesia managed/used agricultural
mengelola/ menggunakan lahan pertanian dengan land with an average area of 0,95 hectares.
rata-rata seluas 0,95 hektar. Unit usaha pertanian Group agricultural holding in Indonesia such
kelompok di Indonesia seperti kelompok tani, as farmer groups, educational institutions,
lembaga pendidikan, lembaga keagamaan, dan religious institutions, and so on, which accounted
sebagainya, yang jumlahnya hanya sebanyak 0,05 for only 0,05 percent of the total agricultural
persen dari total unit usaha pertanian, rata-rata holdings, managed an average of 2,81 hectares
mengelola lahan pertanian seluas 2,81 hektar. of agricultural land. Meanwhile, agricultural
Sedangkan perusahaan pertanian, yang jumlahnya companies, which accounted for only 0,01 percent
hanya sebanyak 0,01 persen di Indonesia, rata-rata of Indonesia, managed an average of 4 535,37
mengelola lahan pertanian dengan luas 4 535,37 hectares of agricultural land.

id
hektar.

o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

Gambar 2.2 Persentase Unit Usaha Pertanian Menurut Kategori


Figure 2.2 Percentage of Agriculture Holding by Category

Dari distribusi kumulatif luas lahan pertanian From the cumulative distribution of agricultural
yang digunakan baik oleh unit usaha pertanian land area used by individual agricultural holdings,
perorangan, kelompok, maupun perusahaan, groups, and companies, a threshold of 40 percent
ditentukan ambang batas 40 persen distribusi of the lowest distribution is determined and the
terbawah dan diperoleh ambang batas tersebut threshold is 20 000 m2 or an area of 2 hectares.
sebesar 20 000 m atau seluas 2 hektar.
2
Hal This means that if an agricultural holding uses
ini berarti jika suatu unit usaha pertanian 2 hectares of agricultural land or less, then the
menggunakan lahan pertanian seluas 2 hektar agricultural holding fulfills one of the categories of
atau kurang, maka unit usaha pertanian tersebut small-scale food producers.
memenuhi salah satu kategori petani skala kecil.

16
02 INDIKATOR TPB SEKTOR PERTANIAN 2021
SDGs Indicators of the Agricultural Sector 2021

B. Jumlah Ternak yang Dipelihara


Number of Livestock Kept/Raised

Tingkat kesejahteraan seorang peternak seringkali The welfare level of a farmer is often measured by
diukur dengan banyaknya ternak yang dipelihara the number of livestock kept and what livestock
dan komoditas ternak apa yang dipelihara. Misalnya, commodities are kept. For example, the more
semakin banyak ternak sapi yang dipelihara, cattle that are kept, it can almost be interpreted
hampir dapat diartikan semakin sejahtera pula that the more prosperous the breeder is. Livestock
peternak tersebut. Usaha peternakan mencakup holding includes breeding, fattening, nursery,
usaha pengembangbiakan, penggemukan, rearing of female livestock, as well as production of
pembibitan, pembesaran ternak betina (rearing), meat, eggs, milk, honey/cocoon/saliva. Figure 2.3
serta produksi daging, telur, susu, madu/ kokon/ shows the percentage of agricultural holdings that
liur. Gambar 2.3 memperlihatkan persentase unit raised livestock were as much as 39,37 percent of
usaha pertanian yang memelihara ternak sebanyak the total agricultural holdings, while 90,15 percent
39,37 persen dari total unit usaha pertanian, of agricultural holdings cultivated food crops,

id
sedangkan 90,15 persen unit usaha pertanian horticulture, and plantations. The total percentage

o.
mengusahakan tanaman pangan, hortikultura, dan of livestock holdings and plant holdings with a total
perkebunan. Total persentase usaha peternakan of more than 100 percent illustrates that there
dan usaha tanaman dengan jumlah lebih dari 100 .g
were the holdings that operate, both livestock and
ps
persen menggambarkan terdapatnya unit usaha plants.
.b

yang mengusahakan keduanya, baik peternakan


w

maupun tanaman.
w
//w
s:
tp
ht

Gambar 2.3 Persentase Unit Usaha Pertanian Menurut Subsektor


Figure 2.3 Percentage of Agriculture Holding by Subsector

Pada SITASI2021 terdapat 11 jenis komoditas ternak In SITASI 2021, 11 types of livestock commodities
yang dicakup yakni sapi, kerbau, kuda, kambing, are covered, namely cows, buffaloes, horses,
domba, babi, kelinci, unggas, serangga, ruminansia goats, sheep, pigs, rabbits, poultry, insects, other
lain (rusa), dan ternak lain seperti lebah, walet, dan ruminants (deer), and other livestock such as bees,
sebagainya. Oleh karena banyaknya variasi jenis swallows, and so on. Due to the large variety of
ternak, diperlukan suatu ukuran dengan satuan types of livestock, we need a measure with units
yang dapat digunakan untuk membandingkan that can be used to compare one type of livestock
jenis ternak yang satu dengan lainnya. Satuan with another. The unit is called the Tropical
tersebut dinamakan Unit Ternak Tropikal/ Tropical Livestock Unit (TLU). TLU is calculated by dividing
Livestock Unit (TLU). TLU dihitung dengan the live weight of each type of livestock by the live
membagi berat hidup setiap jenis ternak dengan weight of the largest livestock in Indonesia, in this
berat hidup ternak terbesar di Indonesia, dalam hal case, cattle with an average live weight of 398.18
ini adalah sapi dengan rata-rata berat hidup 398,18 kg. Thus 1 TLU unit is considered equivalent to 1
kg. Dengan demikian 1 satuan TLU dianggap setara cow.
dengan 1 ekor sapi.
17
INDIKATOR TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SEKTOR PERTANIAN 2021 02
01 03 04
Agricultural SDGs Indicator 2021

Gambar 2.4 Persentase Unit Usaha Peternakan Menurut Kategori dan Rata-rata Ternak yang Dipelihara
Figure 2.4 Percentage of Livestock Holding by Category and Average of Livestock Kept

Dari seluruh unit usaha peternakan di Indonesia Of all livestock holdings in Indonesia in 2021,
pada tahun 2021, sebanyak 99,95 persen 99,95 percent of them were individual holdings,

id
diantaranya merupakan unit usaha perorangan, while group and company livestock holdings were

o.
sedangkan unit usaha peternakan kelompok dan only 0,04 percent and 0,01 percent, respectively.
perusahaan masing-masing hanya sebanyak However, Figure 2.4 shows that the highest
0,04 persen dan 0,01 persen. Namun demikian, .g
average number of livestock kept took place in the
ps
gambar 2.4 menunjukkan bahwa rata-rata jumlah livestock company category of 161,47 TLU, or the
.b

ternak yang dipelihara tertinggi ada pada kategori equivalent of 161 cows.
w

perusahaan peternakan sebesar 161,47 TLU atau


w

setara dengan 161 ekor sapi.


//w

Dari distribusi kumulatif jumlah ternak yang From the cumulative distribution of the number of
s:

dipelihara oleh unit usaha peternakan di Indonesia livestock kept by livestock holdings in Indonesia,
tp

diperoleh ambang batas 40 persen distribusi the lowest 40 percent distribution threshold is 3
terbawah sebesar 3 TLU atau setara dengan 3 ekor TLU or the equivalent of 3 cows. In other words,
ht

sapi. Dengan kata lain, suatu unit usaha pertanian an agricultural holding that raises livestock with a
yang memelihara ternak dengan jumlah 3 TLU atau total of 3 TLU or less is considered a small-scale
kurang dianggap sebagai petani skala kecil pada food producer in the category of livestock.
kategori jumlah ternak.

C. Pendapatan Usaha Pertanian


Agricultural Holding Revenue

Pendapatan usaha pertanian digunakan untuk Agricultural holding revenue is used to determine
menentukan ukuran ekonomi dari suatu unit usaha the economic size of an agricultural holding. For
pertanian. Untuk unit usaha pertanian perorangan individual holding units within a household, it is
dalam rumah tangga, perlu dibedakan antara necessary to distinguish between agricultural
pendapatan usaha pertanian dan pendapatan holding revenue and household revenue (non-
rumah tangga (pendapatan diluar pertanian seperti agricultural income such as salaries, transfers,
gaji, transfer, sewa, dll.). Hal ini dapat digunakan rent, etc.). This can be used to determine the profile
untuk menentukan profil pertanian di tingkat of agriculture at the national level, in particular, to
nasional, khususnya untuk mengidentifikasi rumah identify households that are highly dependent on

18
02 INDIKATOR TPB SEKTOR PERTANIAN 2021
SDGs Indicators of the Agricultural Sector 2021

tangga yang sangat bergantung pada pendapatan their agricultural revenue (subsistence agriculture)
pertanian mereka (pertanian subsisten) dan and households that have more significant off-
rumah tangga yang memiliki pendapatan diluar farm revenue. Agricultural holding revenue
pertanian yang lebih signifikan. Pendapatan includes all production values from the food crop,
usaha pertanian mencakup seluruh nilai produksi horticultural, plantation, livestock, fishery (fishery
dari usaha tanaman pangan, usaha tanaman cultivation and capture fisheries), and forestry,
hortikultura, usaha tanaman perkebunan, usaha both for sale and self-consumption, as well as the
peternakan, usaha perikanan (budidaya perikanan production of the value of the by-products.
dan perikanan tangkap) serta usaha kehutanan,
baik yang dijual maupun dikonsumsi sendiri, serta
nilai produksi ikutannya.

id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

Gambar 2.5 Rata-rata Pendapatan Usaha Pertanian Menurut Kategori Unit Usaha
Figure 2.5 Average Agricultural Holding Revenue by Holding Category

Menurut kategori unit usaha, rata-rata unit usaha According to the holding category, the average
pertanian perorangan memperoleh pendapatan individual holding earned a revenue of 15.41
sebesar 15,41 juta rupiah dalam setahun. Unit million rupiahs a year. Agricultural holdings
usaha pertanian pada kategori kelompok mampu in the group category were able to generate
menghasilkan pendapatan sebesar 199,14 juta revenue of 199,14 million rupiahs in a year, and
rupiah dalam setahun, dan perusahaan pertanian agricultural companies on average were able to
rata-rata mampu menghasilkan pendapatan generate revenues of 19.110,15 million rupiahs in
sebesar 19.110,15 juta rupiah dalam setahun. Melalui a year. Through the cumulative distribution of the
distribusi kumulatif dari pendapatan seluruh usaha revenue of all agricultural holdings, the bottom 40
pertanian diperoleh ambang batas 40 persen percent threshold is 18,80 million rupiahs. This
terbawah sebesar 18,80 juta rupiah. Hal ini berarti means that if an agricultural holding is only able
jika suatu unit usaha pertanian hanya mampu to generate an agricultural income of IDR 18,80
menghasilkan pendapatan pertanian sebesar million or less, it is considered a small-scale food
18,80 juta rupiah atau kurang dianggap sebagai producer in the revenue category.
petani skala kecil pada kategori pendapatan.

19
INDIKATOR TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SEKTOR PERTANIAN 2021 02
01 03 04
Agricultural SDGs Indicator 2021

Gambar 2.6 Ilustrasi Irisan Ambang Batas dari Petani Skala Kecil
Figure 2.6 Illustration of Intersection of Small Scale Food Producers Threshold

id
Gambar 2.6 memperlihatkan ilustrasi irisan dari Figure 2.6 shows an illustrative intersection of

o.
ambang batas 40 persen terbawah dari kategori the bottom 40 percent threshold of the physical
ukuran fisik dan ukuran ekonomi. Dengan demikian,
.g
size and economic size categories. Thus, it can
ps
dapat disimpulkan bahwa suatu unit usaha be concluded that an agricultural holding is
pertanian dikategorikan menjadi petani skala kecil categorized as a small-scale food producer if it
.b

jika mengelola lahan pertanian seluas 2 hektar manages agricultural land of 2 hectares or less or
w

atau kurang atau memelihara ternak sebanyak 3 raises livestock of 3 TLU or less and in a year is only
w

TLU atau kurang dan dalam setahun hanya mampu able to generate a maximum revenue of IDR 18,80
//w

menghasilkan pendapatan maksimal sebesar million. Based on the threshold of the physical size
18,80 juta rupiah. Berdasarkan ambang batas dari and economic size of the agricultural holding, of
s:

ukuran fisik dan ukuran ekonomi dari unit usaha all agricultural holdings in Indonesia in 2021, 72,19
tp

pertanian tersebut, dari seluruh usaha pertanian percent will fall into the category of small-scale
ht

di Indonesia pada tahun 2021, sebanyak 72,19 food producers.


persen diantaranya masuk kategori petani skala
kecil.

Di antara 34 provinsi di Indonesia, persentase Among the 34 provinces in Indonesia, the highest
petani skala kecil tertinggi justru berada pada 3 percentage of small-scale food producers was
(tiga) provinsi di pulau Jawa yakni DKI Jakarta found in 3 (three) provinces on the island of Java,
sebanyak 90,06 persen, Banten sebanyak 87,07 DKI Jakarta at 90,06 percent, Banten at 87,07
persen, dan DI Yogyakarta sebanyak 85,02 persen. percent, and DI Yogyakarta at 85,02 percent. If we
Jika diperhatikan lebih lanjut, terdapat 4 (empat) pay more attention, there were 4 (four) provinces
provinsi dengan persentase petani skala kecil di with a percentage of small-scale farmers below 50
bawah 50 persen yakni Maluku Utara, Kalimantan percent, namely Maluku Utara, Kalimantan Tengah,
Tengah, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Barat. Kalimantan Timur, and Kalimantan Barat.

Gambar 2.8 memperlihatkan bahwa persentase Figure 2.8 shows that the highest percentage of
petani skala kecil tertinggi berada di pulau Jawa small-scale food producers are in Java at 58,18
sebanyak 58,18 persen dan Sumatera sebanyak percent and Sumatra at 20,29 percent. Meanwhile,
20,29 persen. Sedangkan pulau Kalimantan, the islands of Kalimantan, Sulawesi, Bali - Nusa
Sulawesi, Bali – Nusa Tenggara, serta Maluku – Tenggara, and Maluku - Papua each have less
Papua masing-masing kurang dari 10 persen. than 10 percent.

20
Gambar 7. Persentase Petani Skala Kecil Menurut Provinsi di Indonesia
Percentage
INDIKATOR TPB SEKTOR of2021
PERTANIAN Small Scale Food Producers by Province in Indonesia
02
SDGs Indicators of the Agricultural Sector 2021

Kalimantan Barat 47,57%


Kalimantan Timur 47,79%
Kalimantan Tengah 49,10%
Maluku Utara 49,93%
Jambi 52,71%
Kalimantan Utara 56,32%
Riau 56,41%
Gorontalo 56,43%
Sulawesi Tengah 56,80%
Sulawesi Tenggara 59,38%
Bengkulu 59,85%
Sumatera Selatan 60,32%
Sulawesi Selatan 60,97%
Kep. Bangka Belitung 63,40%
Nusa Tenggara Barat 64,90%
Kalimantan Selatan 65,04%
Sumatera Barat 67,26%
Lampung 68,05%
Sumatera Utara 68,21%
Sulawesi Barat 69,24%

id
Papua 70,84%

o.
Aceh 70,92% Indonesia: 72,19%

.g
Maluku 72,60%
Sulawesi Utara 73,23%
ps
Bali 73,41%
Jawa Timur 74,69%
.b

Nusa Tenggara Timur 76,73%


w

Kep. Riau 78,16%


w

Papua Barat 80,53%


Jawa Tengah 80,75%
//w

Jawa Barat 82,37%


DI Yogyakarta 85,02%
s:

Banten 87,07%
tp

DKI Jakarta 90,06%


ht

Gambar 2.7 Persentase Petani Skala Kecil Menurut Provinsi di Indonesia


Figure 2.7 Percentage of Small Scale Food Producers by Province in Indonesia

Gambar 2.8 Persentase Petani Skala Kecil Menurut Pulau di Indonesia


Figure 2.8 Percentage of Small Scale Food Producers by Island in Indonesia

21
INDIKATOR TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SEKTOR PERTANIAN 2021 02
01 03 04
Agricultural SDGs Indicator 2021

Gambar 10. Persentase Petani Skala Kecil Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin
Percentage of Small Scale Food Producers by Province and Gender

Gambar 2.9 Persentase Petani Skala Kecil Menurut Jenis Kelamin


Figure 2.9 Percentage of Small Scale Food Producers by Gender

Aceh 99,99
Sumatera Utara 100,00
Sumatera Barat 100,00

id
Riau 96,30 3,70
Jambi

o.
89,70 10,30
Sumatera Selatan 93,03 6,97
Bengkulu 91,51
.g 8,49
ps
Lampung 94,85 5,15
Kepulauan Bangka Belitung
.b

91,90 8,10
Kepulauan Riau 83,53 16,47
w

DKI Jakarta 94,33 5,67


w

Jawa Barat 93,15 6,85


//w

Jawa Tengah 92,08 7,92


DI Yogyakarta
s:

87,67 12,33
Jawa Timur 89,93 10,07
tp

Banten 90,83 9,17


ht

Bali 95,34 4,66


Nusa Tenggara Barat 90,65 9,35
Nusa Tenggara Timur 87,10 12,90
Kalimantan Barat 85,16 14,84
Kalimantan Tengah 85,20 14,80
Kalimantan Selatan 80,13 19,87
Kalimantan Timur 89,00 11,00
Kalimantan Utara 90,55 9,45
Sulawesi Utara 92,84 7,16
Sulawesi Tengah 89,16 10,84
Sulawesi Selatan 90,91 9,09
Sulawesi Tenggara 84,32 15,68
Gorontalo 95,36 4,64
Sulawesi Barat 91,16 8,84
Maluku 87,22 12,78
Maluku Utara 86,01 13,99
Papua Barat 88,16 11,84
Papua 90,07 9,93

Pria Wanita
Gambar 2.10 Persentase Petani Skala Kecil Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin
Figure 2.10 Percentage of Small Scale Food Producers by Province and Gender
22
02 INDIKATOR TPB SEKTOR PERTANIAN 2021
SDGs Indicators of the Agricultural Sector 2021

Perbandingan proporsi jenis kelamin laki-laki dan Comparison of the proportion of male and female
perempuan menunjukkan heterogenitas dalam sex shows heterogeneity in a population. In
suatu populasi penduduk. Dalam sistem pertanian traditional farming systems, there are more male
tradisional, ditemukan lebih banyak petani dengan farmers than female farmers. A number of factors
jenis kelamin laki-laki dibandingkan perempuan. are suspected to be the cause of this happening,
Sejumlah faktor ditenggarai menjadi penyebab including the patriarchal system that prevails in
hal ini dapat terjadi, diantaranya sistem patriarki society. The same thing is found in Indonesia in
yang berlaku dalam masyarakat. Hal serupa 2021. According to the sex of small-scale farmers,
ditemukan di Indonesia pada tahun 2021. Menurut it can be seen that 91,81 percent of them were
jenis kelamin dari petani skala kecil, terlihat bahwa male and the remaining 8,19 percent were female
sebanyak 91,81 persen diantaranya adalah laki- (figure 2.9). This indicates that the role of women
laki dan sisanya adalah perempuan sebanyak 8,19 in Indonesian agriculture is still very limited,
persen (Gambar 2.9). Hal ini mengindikasikan masih especially among small-scale food producers.
sangat terbatasnya peran kaum perempuan dalam Meanwhile, when compared between provinces,
pertanian Indonesia khususnya di kalangan petani the highest percentage of female small-scale food

id
skala kecil. Sementara jika dibandingkan antar producers was found in Kalimantan Selatan, at
provinsi, terlihat persentase petani skala kecil 19,87 percent (figure 2.10). Women in rural areas

o.
perempuan tertinggi berada di Kalimantan Selatan often play a role in managing complex households
sebanyak 19,87 persen (Gambar 2.10). Wanita di
.g
and also help men or their partners in farming
ps
pedesaan seringkali berperan dalam mengelola activities. However, even though the contribution
.b

rumah tangga yang kompleks dan juga membantu made is quite significant, men are still the decision
para pria atau pasangannya dalam melakukan makers for the agricultural holding they manage.
w

aktivitas pertanian. Namun demikian, sekalipun


w

kontribusi yang diberikan cukup signifikan, para


//w

pria tetaplah menjadi pengambil keputusan


s:

terhadap usaha pertanian yang dikelola.


tp
ht

Photo by Laura Cros on Unsplash

23
INDIKATOR TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SEKTOR PERTANIAN 2021 02
01 03 04
Agricultural SDGs Indicator 2021

Indikator TPB 2.3.1


02 SDGs Indicator 2.3.1

Indikator TPB 2.3.1 mengukur produktivitas petani SDG Indicator 2.3.1 measures the productivity of
skala kecil per hari kerja selama setahun. Agar small-scale farmers per working day for a year. In
dapat dibandingkan secara internasional, indikator order to be internationally comparable, the SDG
TPB 2.3.1 ini dinyatakan dalam US $ PPP ( 1 US $ 2.3.1 indicator is expressed in US$ PPP (1 US$ PPP
PPP = 4.758.70 rupiah). = 4.758,70 rupiah).

A. Metodologi

id
Methodology

o.
Output .g Pendapatan
ps
SDG Output Revenue
2.3.1 = =
.b

Input Tenaga Kerja Hari Kerja dalam Setahun


w

Labor Input Days Work in a year


w
//w
s:
tp
ht

B. Hasil
Result

Secara nasional, pada tahun 2021 petani skala kecil Nationally, in 2021 small-scale food producers in
di Indonesia mampu menghasilkan pendapatan Indonesia will be able to generate revenue of US$
sebanyak 45,32 US $ PPP atau setara dengan 45,32 PPP or the equivalent of 215.650 rupiah
215.650 rupiah per hari kerja. Sementara itu petani per working day. Meanwhile, farmers who are not
yang tidak termasuk kategori petani skala kecil included in the small-scale food producer category
mampu menghasilkan pendapatan sebesar 106,54 are able to generate revenue of US$ 106,54 PPP
US$ PPP atau setara dengan 506.983 rupiah per or the equivalent of 506.983 rupiah per working
hari kerja (Gambar 2.11). Adapun hari kerja yang day (Figure 2.11). The working days referred to are
dimaksud adalah hari kerja setiap unit usaha the working days of each agricultural holding in
pertanian dalam melakukan aktivitas produksi carrying out agricultural production activities.
pertanian.

24
02 INDIKATOR TPB SEKTOR PERTANIAN 2021
SDGs Indicators of the Agricultural Sector 2021

Gambar 2.11 Indikator TPB 2.3.1 Petani Skala Kecil dan Bukan Petani Skala Kecil
Figure 2.11 SDG Indicator 2.3.1 for Small Scale Food Producers and Non Small Scale Food Producers

Pada disagregasi provinsi, terlihat 3 (tiga) provinsi In the provincial disaggregation, it can be seen

id
dengan angka indikator TPB 2.3.1 tertinggi adalah that the 3 (three) provinces with the highest SDG

o.
Riau (65,30 US$ PPP atau setara dengan 310 747 2.3.1 indicator numbers are Riau (65,30 US$ PPP or

.g
rupiah per hari kerja), Jawa Tengah (62,81 US$ PPP the equivalent of 310.747 rupiahs per working day),
atau setara dengan 298.893 rupiah per hari kerja), Jawa Tengah (62,81 US$ PPP or the equivalent of
ps
dan Lampung (62,47 US$ PPP atau setara dengan 298.893 rupiahs per working day), and Lampung
.b

297.295 rupiah per hari kerja). Sedangkan provinsi (62,47 US$ PPP or equivalent to 297.295 rupiahs per
w

dengan angka indikator TPB 2.3.1 terendah secara working day). While the provinces with the lowest
w

nasional adalah Papua (12,73 US$ PPP atau setara SDG 2.3.1 indicator figure nationally are Papua
//w

dengan 60.584 rupiah per hari kerja), Kalimantan (12,73 US$ PPP or the equivalent of 60.584 rupiahs
Selatan (18,45 US$ PPP atau setara dengan per working day), Kalimantan Selatan (18,45 US$
s:

87.797 rupiah per hari kerja), dan DKI Jakarta PPP or the equivalent of 87.797 rupiahs per working
tp

(22,15 US$ PPP atau setara dengan 105.385 day), and DKI Jakarta (22,15 US$ PPP or equivalent
ht

rupiah per hari kerja) (Gambar 2.12). Beberapa to 105.385 rupiahs per working day) (Figure 2.12).
hal yang mempengaruhi rendah atau tingginya Some of the things that affect the low or high
angka indikator TPB 2.3.1 antara lain nilai produksi number of SDG 2.3.1 indicators include the value of
selama setahun, hari kerja selama setahun, serta production for a year, working days for a year, and
jenis komoditas pertanian yang diusahakan. Jika the types of agricultural commodities cultivated.
diasumsikan jumlah hari kerja selama setahun dan If it is assumed that the number of working days
jenis komoditas pertanian yang diusahakan adalah per year and the types of agricultural commodities
sama, maka semakin tinggi nilai produksi pertanian cultivated are the same, then the higher value of
selama setahun akan menghasilkan angka indikator agricultural production during the year will result
TPB 2.3.1 yang semakin tinggi pula. Sebaliknya, in a higher SDG 2.3.1 indicator number. On the
dengan asumsi nilai produksi selama setahun other hand, assuming the production value for a
dan jenis komoditas pertaniannya sama, semakin year and the type of agricultural commodities are
banyak jumlah hari kerja produksi dalam setahun the same, more production working days in a year
akan menurunkan angka indikator TPB 2.3.1. Di sisi will reduce the SDG 2.3.1 indicator number. On the
lain, jenis komoditas pertanian yang diusahakan other hand, the types of agricultural commodities
sangat erat kaitannya dengan harga jual komoditas cultivated are closely related to the selling prices
tersebut dan pada gilirannya berpengaruh positif of these commodities and in turn, have a positive
terhadap nilai produksi pertanian selama setahun. effect on the value of agricultural production
throughout the year.

25
INDIKATOR TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SEKTOR PERTANIAN 2021 02
01 03 04
Agricultural SDGs Indicator 2021

65,30
62,81
62,47
60,12
56,93
54,28
53,37
50,69
49,28
48,18
47,90
47,31
46,47
45,12
44,03
43,68
43,45
41,62
40,82
38,79
37,94
37,54
37,33
35,72
29,31
27,48
27,44
26,97
26,18
24,49
23,16
22,15
18,45
12,73
id
LAMPUNG

KALIMANTAN TENGAH

BANTEN
GORONTALO

SULAWESI TENGGARA

SUMATERA SELATAN
KALIMANTAN UTARA

MALUKU
KALIMANTAN TIMUR

KEP. BANGKA BELITUNG

SULAWESI TENGAH

KALIMANTAN SELATAN
PAPUA
BENGKULU
DI YOGYAKARTA

SULAWESI BARAT
BALI

ACEH
SULAWESI SELATAN

SUMATERA UTARA

DKI JAKARTA
JAWA TENGAH

SULAWESI UTARA

JAMBI

KALIMANTAN BARAT
JAWA BARAT

MALUKU UTARA
PAPUA BARAT
RIAU

JAWA TIMUR
SUMATERA BARAT

KEP. RIAU
NUSA TENGGARA BARAT

NUSA TENGGARA TIMUR


o.
.g
ps
.b

Gambar 2.12 Indikator TPB 2.3.1 Menurut Provinsi di Indonesia


w

Figure 2.12 SDG Indicator 2.3.1 by Province in Indonesia


w
//w
s:
tp
ht

Indikator TPB 2.3.2


03 SDGs Indicator 2.3.2

Indikator TPB 2.3.2 mengukur pendapatan The SDG 2.3.2 indicator measures the net income of
bersih dari unit usaha pertanian selama setahun, the agricultural holding for a year, especially small-
khususnya petani skala kecil. Pendapatan bersih scale food producers. Net income is calculated by
dihitung dengan mengurangi seluruh nilai produksi deducting the entire agricultural production value
pertanian dengan biaya-biaya yang dikeluarkan from the costs incurred in running the farm. In
dalam menjalankan usaha pertanian. Agar dapat order to be internationally comparable, the SDG
dibandingkan secara internasional, indikator TPB 2.3.2 indicator is also expressed in US$ PPP (1 US$
2.3.2 ini juga dinyatakan dalam US $ PPP ( 1 US $ PPP = 4.758,70 rupiahs).
PPP = 4.758,70 rupiah).

26
02 INDIKATOR TPB SEKTOR PERTANIAN 2021
SDGs Indicators of the Agricultural Sector 2021

A. Metodologi
Methodology

SDG Pendapatan Biaya Variasi Stok (jika tersedia)


2.3.2 = Revenue Cost Stock Variation (if available)

B. Hasil
Result

Berdasarkan hasil SITASI2021, rata-rata petani Based on the results of the 2021 SITASI, the

id
skala kecil di Indonesia hanya mampu meraup average small-scale food producer in Indonesia
pendapatan bersih/ penghasilan sebesar 1.099,88 is only able to earn a net income of US$ 1.099,88

o.
US$ PPP atau setara dengan 5.234.019,99 rupiah PPP or the equivalent of 5.234.019,99 rupiahs in
dalam setahun. Sebaliknya, selain petani skala .g
a year. On the other hand, apart from small-scale
ps
kecil (termasuk perusahaan pertanian) rata-rata farmers (including agricultural companies), they
.b

dapat meraup penghasilan sebesar 4.829,18 can earn an average income of 4.829,18 US$ PPP
US$ PPP atau setara dengan 22.980.638,19 or the equivalent of 22.980.638,19 rupiahs in a
w

rupiah dalam setahun (Gambar 2.13). Gambaran year (Figure 2.13). This picture shows that there is
w

ini memperlihatkan adanya ketimpangan yang a wide gap between small-scale food producers
//w

cukup lebar antara petani skala kecil dan bukan and non-small-scale food producers in Indonesia.
s:

petani skala kecil di Indonesia. Salah satu faktor One of the factors suspected to be the cause is the
tp

yang ditenggarai menjadi penyebabnya adalah composition of small-scale food producers, most
komposisi dari petani skala kecil yang sebagian of whom consist of individual holdings and a few
ht

besar terdiri dari unit usaha perorangan dan sedikit group holdings. On the other hand, a few individual
unit usaha kelompok. Di sisi lain, sedikit petani holdings, groups, and all agricultural companies
perorangan, kelompok, dan seluruh perusahaan fall into the category of non-small-scale food
pertanian masuk kategori bukan petani skala kecil. producers.

Gambar 2.13 Indikator TPB 2.3.2 Petani Skala Kecil dan Bukan Petani Skala Kecil
Figure 2.13 SDG Indicator 2.3.2 for Small Scale Food Producers and Non Small Scale Food Producers

27
INDIKATOR TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SEKTOR PERTANIAN 2021 02
01 03 04
Agricultural SDGs Indicator 2021

Berdasarkan disagregasi provinsi di Indonesia Based on the disaggregation of provinces in


(Gambar 2.14), terlihat bahwa 3 dari 5 provinsi Indonesia (figure 2.14), it can be seen that 4 out of 5
dengan capaian TBP 2.3.2 tertinggi pada tahun provinces with the highest SDG 2.3.2 achievements
2021 berasal dari pulau Sumatera. Provinsi-provinsi in 2021 come from the island of Sumatra. These
tersebut adalah Lampung (sebesar 1.675,62 provinces are Lampung (1.675,62 US$ PPP or
US$ PPP atau setara dengan 7.973.787 rupiah), equivalent to 7.973.787 rupiah), Bengkulu (1.663,56
Bengkulu (sebesar 1.663,56 US$ PPP atau setara US$ PPP or equivalent to 7.916.390 rupiah), and
dengan 7.916.390 rupiah), dan Sumatera Barat Sumatera Barat (1.438,72 US$ PPP or equivalent
(sebesar 1.438,72 US$ PPP atau setara dengan to 6.846.448 rupiah). Meanwhile, Kalimantan
6.846.448 rupiah). Sedangkan Kalimantan Barat Barat (1.581,92 US$ PPP or equivalent to 7.527.884
(sebesar 1.581,92 US$ PPP atau setara dengan rupiah) and Kalimantan Tengah (1.570,19 US$
7.527.884 rupiah) dan Kalimantan Tengah (sebesar PPP or equivalent to 7.427.092 rupiah) are
1.570,19 US$ PPP atau setara dengan 7.427.092 province originating from the island of Kalimantan
rupiah) merupakan provinsi yang berasal dari pulau which is included in the top 5 highest SDG 2.3.2
Kalimantan yang masuk dalam 5 besar capaian achievements. As for the island of Java, Jawa
TPB 2.3.2 tertinggi. Sedangkan untuk pulau Tengah is the province with the highest SDG 2.3.2

id
Jawa, Jawa Tengah merupakan provinsi dengan achievement in 16th place (1.189,35 US$ PPP or

o.
capaian TPB 2.3.2 tertinggi pada urutan ke-16 equivalent to 5.659.772 rupiah). In contrast, Nusa
(sebesar 1.189,35 US$ PPP atau setara dengan
.g
Tenggara Barat is at the bottom of the SDG 2.3.2
ps
5.659.772 rupiah). Sebaliknya, Nusa Tenggara achievement where the average small-scale food
Barat berada pada urutan terbawah capaian TPB producer earns a net income of US$ 344,36 PPP
.b

2.3.2 dimana rata-rata petani skala kecil meraup or the equivalent of 1.638.708 rupiahs a year. The
w

pendapatan bersih sebesar 344,36 US$ PPP atau large costs incurred by small-scale food producers
w

setara dengan 1.638.708 rupiah dalam setahun. in running their agricultural holding greatly affect
//w

Besarnya biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani their net income in a year. The higher the nominal
skala kecil dalam menjalankan usaha pertaniannya costs incurred, the lower the net income earned.
s:

sangat mempengaruhi perolehan pendapatan Farm net income also describes how much cash is
tp

bersih mereka dalam setahun. Semakin tinggi available to purchase capital assets, reduce debt,
ht

nominal biaya yang dikeluarkan, semakin rendah and support a family.


pendapatan bersih yang diperoleh. Pendapatan
bersih pertanian juga menggambarkan berapa
banyak uang tunai yang tersedia untuk membeli
aset modal, pengurangan hutang, dan membiayai
kehidupan keluarga.

Photo by Anggit Rizkianto on Unsplash

28
02 INDIKATOR TPB SEKTOR PERTANIAN 2021
SDGs Indicators of the Agricultural Sector 2021

Gambar 14. Indikator TPB 2.3.2 menurut Provinsi di Indonesia


SDG Indicator 2.3.2 by Province in Indonesia

Lampung 1 675,62
Bengkulu 1 663,56
Kalimantan Barat 1 581,92
Kalimantan Tengah 1 570,19
Sumatera Barat 1 438,72
Kepulauan Riau 1 412,70
Sumatera Selatan 1 409,90
Aceh 1 316,10
Jambi 1 297,90
Kalimantan Selatan 1 297,69
Papua Barat

id
1 279,99
Kalimantan Timur

o.
1 265,22
Sulawesi Tenggara
.g
1 253,42
Sulawesi Barat 1 245,65
ps
Riau 1 230,98
.b

Jawa Tengah 1 189,35


w

Maluku Utara 1 188,16


w

Sulawesi Selatan 1 175,55


//w

Banten 1 147,51
s:

Sulawesi Utara 1 131,65


tp

Bali 1 121,34
ht

Kepulauan Bangka Belitung 1 117,22


Papua 1 072,93
Sumatera Utara 1 027,14
Sulawesi Tengah 1 012,90
Kalimantan Utara 1 011,96
Jawa Barat 946,10
Nusa Tenggara Timur 938,91
Jawa Timur 935,62
Maluku 890,74
DI Yogyakarta 786,88
Gorontalo 575,43
DKI Jakarta 498,77
Nusa Tenggara Barat 344,36

Gambar 2.14 Indikator TPB 2.3.2 menurut Provinsi di Indonesia


Figure 2.14 SDG Indicator 2.3.2 by Province in Indonesia

29
INDIKATOR TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SEKTOR PERTANIAN 2021 02
01 03 04
Agricultural SDGs Indicator 2021

Indikator TPB 2.4.1


04 SDGs Indicator 2.4.1

Indikator 2.4.1 dirancang untuk mengukur sejauh SDGs 2.4.1 was designed to measure the extent
mana sistem produksi pangan yang lebih produktif to which a more productive and sustainable food
dan berkelanjutan itu diterapkan. Indikator ini juga production system is implemented. This indicator
menyajikan informasi strategis bagi para pembuat also provides strategic information for policy
keputusan untuk kebijakan di bidang pertanian. decision makers in agriculture.

A. Metodologi
Methodology

id
Lahan pertanian yang pengelolaannya di bawah batas kriteria

o.
produktif dan petanian berkelanjutan
SDG
2.4.1 = .g
Area under productive and sustainable agriculture
ps
Luas Lahan Pertanian
Agricultural land area
.b
w

Indikator 2.4.1 mencerminkan berbagai dimensi keberlanjutan: ekonomi, lingkungan dan sosial dengan
11 (sebelas) tema dan 11 (sebelas) sub-indikator
w

Indicator 2.4.1 reflects various dimensions of sustainability: economic, environmental and social
//w

with 11 (eleven) themes and 11 (eleven) sub-indicators


s:

Dimensi Tema Sub Indikator


Dimensions Themes Sub Indicators
tp
ht

1. Produktivitas Lahan Nilai produksi per hektar


Land Productivity Land Productivity

2. Profitabilitas Pendapatan bersih petani


Profitability Net farm income

EKONOMI 3. Ketahanan Mekanisme mitigasi risiko


Land Productivity Resilience Risk mitigation mechanism

4. Kesuburan tanah Prevalensi degradasi tanah


Soil health Prevalence of soil degradation

5. Penggunaan air Kondisi ketersediaan air


Water use Variation in water availability

6. Risiko penggunaan pupuk Manajemen penggunaan pupuk


Fertilizer pollution risk Management of fertilizers

7. Risiko penggunaan pestisida Manajemen penggunaan pestisida


LINGKUNGAN Pesticide risk Management of pesticides
Environmental
8. Keanekaragaman hayati Praktik dukungan penggunaan
Biodiversity keanekara-gaman hayati berbasis agro
Use of biodiversity-supportive practices

9. Pekerjaan yang layak Besaran upah di pertanian


Decent employment Wage rate in agriculture

10. Kemananan pangan Food Insecurity Experience Index (FIES)


Food security
SOSIAL
Social 11. Kepemilikan lahan Hak kepemilikan lahan
Land tenure Secure tenure rights to land
30
02 INDIKATOR TPB SEKTOR PERTANIAN 2021
SDGs Indicators of the Agricultural Sector 2021

Menggunakan kriteria dan ambang batas keberlanjutan, hasil untuk setiap


sub-indikator disajikan dalam 3 (tiga) spektrum
Using sustainability criteria and thresholds, the results for each sub-
indicator are presented in 3 (three) spectrums

HIJAU / Green KUNING / Yellow MERAH / Red


Diharapkan Dapat Diterima Tidak Berkelanjutan
Desirable Acceptable Unsustainable

Diharapkan Dapat Diterima Tidak Berkelanjutan


Desirable Acceptable Unsustainable

SUB- Produktivitas pertanian adalah ≥ Produktivitas pertanian adalah ≥ Produktivitas pertanian adalah <
INDIKATOR 1: 2/3 dari persentil ke-90 distribusi 1/3 dan < 2/3 dari persentil ke-90 1/3 dari persentil ke-90 distribusi
Nilai produksi data nilai produksi per hektar. distribusi data nilai produksi per data nilai produksi per hektar
per hektar hektar

Farm Output The farm FOVH is equal to or greater the farm FOVH is equal to or greater the farm FOVH is less than the

id
Value Per than the value corresponding to than the value corresponding to 1/3 value corresponding to 1/3 of the
Hectare 2/3 of the 90th percentile but less than 2/3 of the 90th 90th

o.
percentile percentile

.g
SUB- Ada keuntungan yang diperoleh Ada keuntungan yang diperoleh Tidak pernah ada keuntungan sama
INDIKATOR 2: setiap tahun selama tiga tahun paling tidak dalam satu tahun sekali yang diperoleh selama 3
ps
Pendapatan terakhir selama tiga tahun terakhir tahun terakhir
Bersih Petani
.b

Net Farm NFI/profitability is above zero for all NFI/profitability is above zero for NFI/profitability is below zero for all
Income past 3 consecutive years at least 1 of the past 3 consecutive of the past 3 consecutive years
w

years
w

SUB- Mempunyai atau tersedia akses Mempunyai atau tersedia akses Tidak mempunyai atau tidak
//w

INDIKATOR 3: terhadap paling tidak 2 dari 3 paling tidak 1 dari 3 mekanisme tersedia satu pun dari 3 mekanisme
Mekanisme mekanisme mitigasi risiko mitigasi risiko mitigasi risiko
Mitigasi Risiko
s:

Risk Mitigation Access to or availed at least two of Access to or availed at least one of No access to the three mitigation
Mechanisms three mitigation mechanisms the three mitigation mechanisms mechanisms
tp

SUB- Luas lahan yang dipengaruhi oleh Luas lahan yang dipengaruhi oleh Luas lahan yang dipengaruhi oleh
ht

INDIKATOR 4: salah satu dari empat ancaman salah satu dari empat ancaman salah satu dari empat ancaman
Prevalensi yang dipilih terhadap kesuburan yang dipilih terhadap kesuburan yang dipilih terhadap kesuburan
Degradasi Tanah tanah kurang dari 10 persen dari tanah antara 10 s.d. 50 persen dari tanah lebih dari 50 persen dari total
total luas lahan pertanian total luas lahan pertanian luas lahan pertanian
Prevalance of
Soil Degradation The combined area affected by any The combined area affected by any The combined area affected by any
of the four selected threats to soil of the four selected threats to soil of the four selected threats to soil
health is less than 10% of the total health is between 10% and 50% health is above 50% of the total
agriculture area of the farm of the total agriculture area of the agriculture area of the farm
farm

SUB- Ketersediaan air tetap stabil selama Ketersediaan air untuk mengairi Kondisi lain selain kondisi Dapat
INDIKATOR 5: bertahun-tahun untuk pertanian tanaman setidaknya 10% dari Diterima dan Diharapkan.
Kondisi yang mengairi lebih dari 10% area area pertanian, tetapi petani tidak
Ketersediaan Air pertanian. Hasil default untuk mengetahui apakah ketersediaan
pertanian yang mengairi kurang air tetap stabil selama bertahun-
dari 10% area pertanian mereka tahun, atau pernah mengalami
pengurangan ketersediaan air
tetapi ada organisasi yang secara
efektif mengalokasikan air di antara
pengguna
Variation
in Water Water availability remains stable uses water to irrigate crops on at in all other cases
Availability over the years for farms irrigating least 10% of the agriculture area of
crops on more than 10% of its the farm, does not know whether
agriculture area. Default result for water availability remains stable
farms irrigating less than 10% of over the years, or experiences
their agricultural area reduction on water availability
over the years, but there is an
organisation that effectively
allocates water among users

31
INDIKATOR TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SEKTOR PERTANIAN 2021 02
01 03 04
Agricultural SDGs Indicator 2021

Diharapkan Dapat Diterima Tidak Berkelanjutan


Desirable Acceptable Unsustainable

SUB- Petani menggunakan pupuk Petani menggunakan pupuk tetapi Petani menggunakan pupuk tetapi
INDIKATOR 6: tetapi paling tidak terdapat 4 paling tidak terdapat 2 ukuran tidak ada satu pun ukuran spesifik
Manajemen ukuran spesifik mitigasi risiko spesifik mitigasi risiko penggunaan mitigasi risiko penggunaan pupuk
Penggunaan penggunaan pupuk yang pupuk yang diperhatikan yang diperhatikan
Pupuk diperhatikan. Termasuk dalam hal
ini petani yang tidak menggunakan
pupuk

Management of The farm uses fertilizers but take The farm uses fertilizers and takes The farm uses fertilizer and
fertilizers at least 4 specific measures to at least two measures to mitigate does not take any of the
mitigate environmental risks. environmental risks specific measures to mitigate
Default result for farms not using environmental risks
fertilizers

SUB- Petani hanya menggunakan Petani hanya menggunakan Petani menggunakan pestisida
INDIKATOR 7: pestisida dengan risiko kecil (WHO pestisida dengan risiko kecil (WHO yang berbahaya atau sangat
Manajemen Kelas II atau III). Dalam hal ini, Kelas II atau III) dan mematuhi berbahaya (WHO Kelas Ia
Penggunaan petani mematuhi ketiga langkah setidaknya dua langkah masing- atau Ib), pestisida ilegal, atau
Pestisida yang berhubungan dengan masing dari tindakan yang terkait menggunakan pestisida yang
kesehatan dan setidaknya empat dengan kesehatan dan lingkungan cukup atau sedikit berbahaya
dari tujuh langkah yang terkait tanpa mengambil langkah-

id
dengan lingkungan. Termasuk langkah khusus untuk mengurangi
dalam hal ini petani yang tidak risiko lingkungan atau

o.
menggunakan pestisida kesehatan yang terkait dengan
penggunaannya (kurang dari dua

.g dari setiap kategori)


ps
Management of The farm uses only moderately The farm uses only moderately The farm uses highly or extremely
Pesticides or slightly hazardous pesticides or slightly hazardous pesticides hazardous pesticides (WHO Class
.b

(WHO Class II or III). In this case, it (WHO Class II or III) and takes at Ia or Ib), illegal pesticides, or uses
adheres to all three health-related least two measures each from moderately or slightly hazardous
w

measures and at least four out of health and environment related pesticides without taking
w

seven of the environment-related measures specific measures to mitigate


measures. Default result for farms environmental or health risks
//w

not using pesticides associated with their use (fewer


than two from each category)
s:

SUB- Petani menerapkan paling Petani menerapkan paling tidak Petani tidak menerapkan satu pun
INDIKATOR 8: tidak tiga dari kriteria satu dari kriteria keberlanjutan kriteria keberlanjutan pertanian
tp

Praktik keberlanjutan pertanian pertanian organik yang ditentukan organik yang ditentukan
ORGANIK

dukungan organik yang ditentukan


ht

penggunaan
keanekara- The agricultural holding The agricultural holding meets at The agricultural holding meets
gaman hayati meets at least three of the least one of the above criteria none of the above criteria
berbasis agro above criteria

Use Of Agro- Petani menerapkan paling Petani menerapkan paling tidak Petani tidak menerapkan satu pun
Biodiversity- tidak dua dari kriteria satu dari kriteria keberlanjutan kriteria keberlanjutan pertanian
NON-ORGANIK

Supportive keberlanjutan pertanian pertanian organik yang ditentukan organik yang ditentukan
Practices organik yang ditentukan

The agricultural holding The agricultural holding meets at The agricultural holding meets
meets at least two of the least one of the above criteria none of the above criteria
above criteria

SUB- Jika rata-rata upah yang Jika rata-rata upah yang Jika rata-rata upah yang
INDIKATOR 9: dibayarkan kepada pekerja tidak dibayarkan kepada pekerja tidak dibayarkan kepada pekerja tidak
Besaran upah di terlatih (pekerja lepas) lebih dari terlatih (pekerja lepas) sama terlatih (pekerja lepas) lebih kecil
pertanian upah minimum nasional atau upah dengan upah minimum nasional dari upah minimum nasional atau
minimum pekerja sektor pertanian atau upah minimum pekerja sektor upah minimum pekerja sektor
(jika tersedia). Termasuk dalam pertanian (jika tersedia) pertanian (jika tersedia)
hal ini unit usaha yang tidak
menggunakan tenaga kerja
dibayar

Wage Rate in If the wage rate paid to unskilled if the wage rate paid to unskilled if the wage rate paid to unskilled
Agriculture labour is above the minimum labour is equals to the minimum labour is below the minimum
national wage rate or minimum national wage rate or minimum national wage rate or minimum
agricultural sector wage rate (if agricultural sector wage rate (if agricultural sector wage rate (if
available). Default result for farms available) available)
not hiring labour

32
02 INDIKATOR TPB SEKTOR PERTANIAN 2021
SDGs Indicators of the Agricultural Sector 2021

Diharapkan Dapat Diterima Tidak Berkelanjutan


Desirable Acceptable Unsustainable

SUB- Kerawanan pangan ringan: jika Kerawanan pangan sedang: jika Kerawanan pangan parah: jika
INDIKATOR 10: peluang rumah tangga petani peluang rumah tangga petani peluang rumah tangga petani
Food menjadi rawan pangan sedang menjadi rawan pangan sedang menjadi rawan pangan parah lebih
Insecurity hingga berat kurang dari 0,5 dan hingga parah lebih besar dari 0,5 besar dari 0,5
peluang rawan pangan parah dan peluang rawan pangan parah
Experience
adalah kurang dari 0,5 kurang dari 0,5
Index (FIES)
Mild food insecurity: if the Moderate food insecurity: if Severe food insecurity: if the
probability of a household of the probability of a household probability of a household of the
the holder of the holding to be of the holder of the holding to holder of the holding to be severe
moderate to severe food insecure be moderate to severe food food insecure is greater than 0.5
is less than 0.5 and the probability insecure is greater than 0.5 and
to be severe food insecure is less the probability to be severe food
than 0.5 insecure is less than 0.5

SUB- Mempunyai dokumen resmi Mempunyai dokumen resmi Tidak mempunyai dokumen
INDIKATOR 11: kepemilikan lahan dengan nama walaupun bukan nama petani kepemilikan lahan serta tidak
Hak kepemilikan petani tercatat dalam dokumen yang tercatat dalam dokumen mempunyai hak untuk menjual
lahan kepemilikan, atau petani kepemilikan lahan tersebut dan mewariskan
mempunya hak untuk menjual dan
mewariskan

id
Secure Tenure
Rights to Land has a formal document with the has a formal document even if the no positive responses to any of the

o.
name of the holder/holding on it, name of the holder/holding is not criteria listed
or has the right to sell or bequeath on it
any of the parcel of the holding
.g
ps
.b

B. Hasil
Result
w
w
//w
s:
tp
ht

Photo by Maksym on Unsplash

33
INDIKATOR TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SEKTOR PERTANIAN 2021 02
01 03 04
Agricultural SDGs Indicator 2021

SUB- Nilai Produksi per Hektar


INDIKATOR 1: Farm Output Value Per Hectare

Sub-indikator ini mengukur dan mengklasifikasikan This sub-indicator measures and classifies agricultural
lahan pertanian berdasarkan jarak produktivitasnya dari land based on the distance of its productivity from the
persentil ke-90 distribusi nilai produksi per hektar. Dari 90th percentile of the distribution of production values
penghitungan yang telah dilakukan terhadap seluruh per hectare. From the calculations that have been
Provinsi di Indonesia, didapatkan hasil sebagai berikut. carried out on all of provinces in Indonesia, the following
results are obtained.

4,56% Diharapkan
Desirable

5,90% Dapat Diterima


Acceptable

Tidak Berkelanjutan
89,54% Unsustainable

id
o.
.g
ps
Berdasarkan Nilai produksi per hektar, masih Based on the production value per hectare, there are
terdapat 89,54 persen lahan pertanian di Indonesia still 89,54 percent of agricultural land in Indonesia
.b

yang dikategorikan sebagai lahan pertanian Tidak which are categorized as unsustainable agricultural
w

Berkelanjutan sedangkan 10,46 persen lahan land while 10,46 percent of agricultural land can be
Sub Indikator 1: disebut sebagai lahan pertanian
w

pertanian sudah dapat considered as sustainable agricultural land.


Berkelanjutan.
//w
s:
tp
ht
73,33%

81,71%
89,06%

89,61%

86,16%

86,28%

93,43%

93,58%

84,05%

86,14%

89,54%

85,93%

84,99%

74,96%

67,79%

91,22%

86,39%

65,16%

70,57%

78,85%

97,43%

88,21%

98,47%

97,44%

96,95%

88,25%

97,08%

76,21%

89,74%

85,66%

93,75%

98,73%

71,16%

81,71%
Riau

NTT
Aceh

NTB

Papua Barat

Papua
Jawa Barat
Sumatera Utara

Bengkulu

Sulawesi Tengah

Sulawesi Selatan
Sumatera Barat

Lampung

Banten
Bangka Belitung

Kalimantan Timur

Sulawesi Utara
DI Yogyakarta

Jawa Timur

Bali

Kalimantan Tengah

Kalimantan Selatan

Maluku Utara
Jambi

Kep. Riau

Kalimantan Utara

Gorontalo

Sulawesi Barat
DKI Jakarta

Jawa Tengah

Maluku
Kalimantan Barat
Sumatera Selatan

Sulawesi Tenggara

Jika dikategorikan menurut provinsi, mayoritas provinsi If categorized by province, the most of provinces
di Indonesia memiliki proporsi lahan pertanian tidak in Indonesia have a relatively high proportion
berkelanjutan yang relatif tinggi pada subindikator ini. of unsustainable agricultural land in this sub-
Sub Indikator
Terdapat 2: terbesar yang memiliki lahan
tiga provinsi indicator. There are three largest provinces that have
pertanian Tidak berkelanjutan, yaitu Maluku Utara, unsustainable agricultural land, namely Maluku Utara,
Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur. Maluku Utara Kalimantan Selatan, and Kalimantan Timur. Maluku
memiliki persentase tertinggi untuk lahan pertanian Utara has the highest percentage of unsustainable
75,23% 13,72%

Tidak berkelanjutan berdasarkan nilai produksi per agricultural land based on production value per hectare,
49,92%

60,93%
43,88%

63,95%

47,31%

28,22%

32,95%

62,50%

55,17%

76,37%

40,99%

51,11%

27,58%

35,07%

45,35%

24,38%

41,40%

42,33%

29,77%

39,80%

66,43%

75,01%

60,94%

80,51%

31,42%

39,94%

53,75%

25,71%

36,61%

28,99%

28,01%

33,51%

77,12%

hektar yakni sebesar 98,73 persen. Sementara itu, di which is 98,73 percent. Meanwhile, in Kalimantan
Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur terdapat Selatan and Kalimantan Timur there are 98,47 percent
64,32%

56,25%
62,25%

61,93%
65,54%

58,85%
56,54%

98,47 persen dan 97,44 persen lahan pertanian yang and 97,44 percent of agricultural land that is considered
61,64%
33,77%

59,69%
56,77%

58,25%
44,48%

55,65%

dianggap sebagai lahan pertanian Tidak berkelanjutan. as unsustainable agricultural land.


53,18%

54,50%

54,64%
50,68%

48,03%
47,68%

45,12%

36,32%

42,99%
38,15%

34
35,37%
33,37%
34,13%
32,43%

25,25%

22,61%
17,86%

22,01%
8,64%
02 INDIKATOR TPB SEKTOR PERTANIAN 2021
SDGs Indicators of the Agricultural Sector 2021

SUB- Pendapatan Bersih Petani


INDIKATOR 2: Net Farm Income

Sub-indikator ini ingin mengetahui apakah unit usaha This sub-indicator wants to know whether the
pertanian mendapatkan keuntungan selama tiga agricultural holding has benefited during the last three
tahun terakhir. Dari penghitungan yang telah dilakukan years. From the calculations that have been carried out
terhadap seluruh Provinsi di Indonesia, didapatkan hasil on all of provinces in Indonesia, the following results are
sebagai berikut. obtained.
Sub Indikator 1:

42,48% Diharapkan
Desirable

48,85% Dapat Diterima


Acceptable

Tidak Berkelanjutan
8,67% Unsustainable

id
o.
73,33%

81,71%
89,06%

89,61%

86,16%

86,28%

93,43%

93,58%

84,05%

86,14%

89,54%

85,93%

84,99%

74,96%

67,79%

91,22%

86,39%

65,16%

70,57%

78,85%

97,43%

88,21%

98,47%

97,44%

96,95%

88,25%

97,08%

76,21%

89,74%

85,66%

93,75%

98,73%

71,16%

81,71%
.g
ps
Riau

NTT
Aceh

NTB

Papua Barat

Papua
Jawa Barat
Sumatera Utara

Bengkulu

Sulawesi Tengah

Sulawesi Selatan
Sumatera Barat

Lampung

Bangka Belitung

Banten

Kalimantan Selatan

Kalimantan Timur

Sulawesi Utara
DI Yogyakarta

Jawa Timur

Bali

Kalimantan Tengah

Maluku Utara
Jambi

Kalimantan Utara

Gorontalo

Sulawesi Barat
Kep. Riau

Maluku
DKI Jakarta

Jawa Tengah

Kalimantan Barat

Sulawesi Tenggara
Sumatera Selatan

Berdasarkan gambar diatas, apabila diamati pada sub- Based on figure, when observed in the sub- indicator
.b

indikator Pendapatan bersih petani maka terdapat of farmer net income, 91,33 percent of agricultural
sebanyak 91,33 persen lahan pertanian di Indonesia land in Indonesia is categorized as Sustainable
w

dikategorikan sebagai lahan Berkelanjutan dengan land with 42,48 percent desirable and 48,85 percent
w

42,48 persen berkategori Diharapkan dan 48,85 persen it is categorized as Acceptable, while the rest of
//w

berkategori Dapat Diterima, sedangkan selebihnya yaitu 8,67 percent of agricultural land is categorized as
sebesar 8,67 persen lahan pertanian dikategorikan Unsustainable agricultural land.
s:

Sub Indikator
sebagai 2: Tidak Berkelanjutan.
lahan pertanian
tp
ht

75,23% 13,72%
49,92%

60,93%
43,88%

63,95%

47,31%

28,22%

32,95%

62,50%

55,17%

76,37%

40,99%

51,11%

27,58%

35,07%

45,35%

24,38%

41,40%

42,33%

29,77%

39,80%

66,43%

75,01%

60,94%

80,51%

31,42%

39,94%

53,75%

25,71%

36,61%

28,99%

28,01%

33,51%

77,12%
64,32%

56,25%
62,25%

61,93%
65,54%

58,85%
56,54%

61,64%
33,77%

59,69%
56,77%

58,25%
44,48%

55,65%
53,18%

54,50%

54,64%
50,68%

48,03%
47,68%

45,12%

36,32%

42,99%
38,15%

35,37%
33,37%
34,13%
32,43%

25,25%

22,61%
Bangka Belitung 17,86%

Papua 22,01%
Kalimantan Utara 18,64%
Riau

NTT
Aceh

NTB
Jawa Barat

Papua Barat
Sumatera Utara

Sulawesi Tengah
Sumatera Barat

Kalimantan Selatan

Kalimantan Timur

Sulawesi Selatan
Bengkulu

Bali

Kalimantan Tengah

Gorontalo

Sulawesi Barat

Maluku Utara
Jambi

Lampung

Kep. Riau

DI Yogyakarta

Jawa Timur

Banten

Sulawesi Utara

Maluku
DKI Jakarta

Jawa Tengah

Kalimantan Barat

Sulawesi Tenggara
Sumatera Selatan

Berdasarkan kategori provinsi, Jambi memiliki Based on the province category, Jambi has the highest
proporsi lahan tidak berkelanjutan tertinggi menurut proportion of unsustainable land according to farmers’
pendapatan bersih petani yakni sebanyak 33,28 persen net income, namely 33,28 percent of all agricultural
Sub Indikator 3:
dari keseluruhan lahan pertanian di provinsi tersebut. land in that province. Furthermore, Sulawesi Tenggara
Selanjutnya, Sulawesi Tenggara dan Kalimantan Barat and Kalimantan Barat have 18,04 and 15,72 percent of
masing-masing memiliki sebanyak 18,04 dan 15,72 unsustainable agricultural land, respectively.
persen lahan pertanian tidak berkelanjutan.
80,92%

88,21%
81,23%

85,83%

95,17%

96,91%

96,65%

53,98%

95,32%

83,13%

78,38%

25,35%

90,86%

87,63%

94,98%

87,87%

88,20%

95,58%

87,84%

62,54%

65,29%

81,70%

89,93%

91,53%

96,38%

89,13%

87,58%

88,74%

91,91%

66,27%

77,02%

85,42%

80,53%

96,16%

35
INDIKATOR TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SEKTOR PERTANIAN 2021 02
01 03 04
Agricultural SDGs Indicator 2021

73,33%

81,71%
89,06%

89,61%

86,16%

86,28%

93,43%

93,58%

84,05%

86,14%

89,54%

85,93%

84,99%

74,96%

67,79%

91,22%

86,39%

65,16%

70,57%

78,85%

97,43%

88,21%

98,47%

97,44%

96,95%

88,25%

97,08%

76,21%

89,74%

85,66%

93,75%

98,73%

71,16%

81,71%
SUB- Mekanisme Mitigasi Risiko
INDIKATOR 3: Risk Mitigation Mechanisms

Riau

NTT
Aceh

NTB

Papua Barat

Papua
Jawa Barat
Sumatera Utara

Bengkulu

Sulawesi Tengah

Sulawesi Selatan
Sumatera Barat

Lampung

Bangka Belitung

Banten

Kalimantan Timur

Sulawesi Utara
DI Yogyakarta

Jawa Timur

Bali

Kalimantan Tengah

Kalimantan Selatan

Maluku Utara
Jambi

Kalimantan Utara

Gorontalo

Sulawesi Barat
Kep. Riau

Maluku
DKI Jakarta

Jawa Tengah

Kalimantan Barat

Sulawesi Tenggara
Sumatera Selatan
Sub-indikator 3 mengukur pelaksanaan mekanisme Sub-indicator 3 measures the implementation of
mitigasi terhadap risiko yang timbul dalam mitigation mechanisms against risks that arise in
pelaksanaan kegiatan pertanian. Suatu usaha the implementation of agricultural activities. A farm
pertanian dianggap tangguh jika telah tersedia holding is considered resilient if it has availed or has
atau memiliki sarana untuk mengakses mekanisme the means to access the risk mitigation mechanisms.
mitigasi risiko.
Sub Indikator 2:

82,53% Diharapkan

75,23% 13,72%
49,92%

60,93%
43,88%

63,95%

47,31%

28,22%

32,95%

62,50%

55,17%

76,37%

40,99%

51,11%

27,58%

35,07%

45,35%

24,38%

41,40%

42,33%

29,77%

39,80%

66,43%

75,01%

60,94%

80,51%

31,42%

39,94%

53,75%

25,71%

36,61%

28,99%

28,01%

33,51%

77,12%
Desirable

64,32% 1,65% Dapat Diterima

56,25%
62,25%

61,93%
65,54%

58,85%
Acceptable

56,54%

61,64%
33,77%

59,69%
56,77%

58,25%
44,48%

55,65%
53,18%

54,50%

54,64%
50,68%

48,03%
47,68%

Tidak Berkelanjutan
15,82%
45,12%

36,32%

id
42,99%
38,15%

Unsustainable

35,37%
33,37%
34,13%
32,43%

25,25%

o.
22,61%
Bangka Belitung 17,86%

Papua 22,01%
Kalimantan Utara 18,64%
.g
ps
Riau

NTT
Aceh

NTB
Jawa Barat

Papua Barat
Sumatera Utara

Sulawesi Tengah
Sumatera Barat

Kalimantan Timur

Sulawesi Selatan
Bengkulu

Bali

Kalimantan Tengah

Kalimantan Selatan
Jambi

Lampung

Sulawesi Utara

Gorontalo

Sulawesi Barat

Maluku Utara
Kep. Riau

DI Yogyakarta

Jawa Timur

Banten

Maluku
DKI Jakarta

Jawa Tengah

Kalimantan Barat

Sulawesi Tenggara
Sumatera Selatan

.b
w

Menurut sub-indikator Mekanisme Mitigasi Risiko, According to the Risk Mitigation Mechanism sub-
hanya sekitar 15,82 persen lahan pertanian di indicator, only 15,82 percent of agricultural land
w

Indonesia yang Tidak Berkelanjutan, sedangkan in Indonesia is Unsustainable while 84,18 percent
//w

sebanyak 84,18 persen dikategorikan sebagai is categorized as Sustainable (each category


Berkelanjutan (masing-masing kategori Diharapkan Desirable at 82,53 percent and Acceptable at 1,65
s:

Sub Indikator 3:
sebesar 82,53 persen dan Dapat Diterima sebesar percent).
tp

1,65 persen).
ht
80,92%

88,21%
81,23%

85,83%

95,17%

96,91%

96,65%

53,98%

95,32%

83,13%

78,38%

25,35%

90,86%

87,63%

94,98%

87,87%

88,20%

95,58%

87,84%

62,54%

65,29%

81,70%

89,93%

91,53%

96,38%

89,13%

87,58%

88,74%

91,91%

66,27%

77,02%

85,42%

80,53%

96,16%
Riau

NTT
Aceh

NTB
Jawa Barat

Papua Barat
Sumatera Utara

Sulawesi Tengah

Papua
Sulawesi Selatan
Sumatera Barat

Bangka Belitung
Bengkulu

Bali

Kalimantan Tengah

Kalimantan Selatan

Kalimantan Timur
Jambi

Lampung

Banten

Sulawesi Utara

Gorontalo

Sulawesi Barat

Maluku Utara
Kep. Riau

DI Yogyakarta

Jawa Timur

Kalimantan Utara

Maluku
DKI Jakarta

Kalimantan Barat

Sulawesi Tenggara
Sumatera Selatan

Jawa Tengah

Jika diamati menurut provinsi, DKI Jakarta memiliki If observed by province, DKI Jakarta has the largest
lahan pertanian tidak berkelanjutan yang terbesar unsustainable agricultural land (74,19 percent of
(74,19 persen lahan) pada sub- indikator ini. Luas land) on this sub-indicator. The second and third
lahan pertanian tidak berkelanjutan terbesar kedua largest unsustainable agricultural land areas are
dan ketiga dimiliki oleh Sumatera Selatan dan Nusa owned by Sumatera Selatan, and Nusa Tenggara
Tenggara Timur masing-masing sebesar 45,85 Timur, respectively, with 45,85 percent and 35,93
persen dan 35,93 persen lahan. percent of the land.

36
02 INDIKATOR TPB SEKTOR PERTANIAN 2021
SDGs Indicators of the Agricultural Sector 2021

SUB- Prevalensi Degradasi Tanah


INDIKATOR 4: Prevalance of Soil Degradation

Sub-indikator ini mengukur sejauh mana kegiatan This sub-indicator measures the extent to which
pertanian mempengaruhi kesehatan tanah dan hal agricultural activities affect soil health and this is a
tersebut merupakan masalah keberlanjutan. matter of sustainability.

92,48% Diharapkan
Desirable

4,56% Dapat Diterima


Acceptable

Tidak Berkelanjutan
2,95% Unsustainable

id
o.
Dilihat dari sub-indikator Prevalensi degradasi tanah, According to the Prevalence of land degradation,
sebanyak 97,05 persen lahan pertanian di Indonesia
.g
97,05 percent of agricultural land in Indonesia is
ps
dikategorikan sebagai lahan Berkelanjutan yang categorized as Sustainable land, consisting of 92,48
terdiri dari 92,48 persen berkategori Diharapkan dan percent for the Desirable category and 4,56 percent
.b

4,56 persen berkategori Dapat Diterima, sedangkan for the Acceptable category, while the remaining
w

sisanya yaitu sebesar 2,95 persen lahan pertanian 2,95 percent of agricultural land is categorized
w

dikategorikan sebagai lahan pertanian Tidak as land that is managed with practices that result
//w

Berkelanjutan akibat praktik pengelolaan lahan in unsustainable agriculture due to inappropriate


Sub Indikator 4:
yang kurang tepat. land management practices.
s:
tp
92,39%

89,34%
98,02%

93,69%

99,52%

95,08%

95,94%

96,56%

94,99%

98,38%

99,40%

47,84%

92,08%

90,89%

93,75%

88,41%

88,77%

97,05%

94,65%

89,55%

91,72%

77,42%

93,36%

95,73%

99,01%

97,15%

96,38%

89,06%

88,86%

94,56%

96,73%

98,00%

95,20%

96,52%
ht
Riau

NTT
Aceh

NTB

Papua Barat

Papua
Jawa Barat
Sumatera Utara

Bengkulu
Sumatera Barat

Lampung

Banten

Sulawesi Tengah

Sulawesi Selatan
Bangka Belitung

Kalimantan Timur

Sulawesi Utara
DI Yogyakarta

Jawa Timur

Bali

Kalimantan Tengah

Kalimantan Selatan

Maluku Utara
Jambi

Kep. Riau

Kalimantan Utara

Gorontalo

Sulawesi Barat
DKI Jakarta

Jawa Tengah

Maluku
Kalimantan Barat
Sumatera Selatan

Sulawesi Tenggara

Sub Indikator
Pada 5: provinsi tertinggi untuk lahan
level provinsi, At the provincial level, the province with the highest
pertanian tidak berkelanjutan menurut prevalensi for unsustainable agricultural land according to the
degradasi tanah adalah DKI Jakarta (51,57 persen prevalence of land degradation is DKI Jakarta (51,57
dari total lahan pertanian). Selanjutnya, provinsi percent of the total agricultural land). Furthermore,
94,15%

88,35%
93,31%

93,88%

95,91%

99,00%

98,81%

98,77%

98,39%

99,48%

93,24%

80,84%

80,23%

82,75%

92,79%

85,75%

80,29%

87,23%

75,01%

93,40%

95,18%

97,54%

95,20%

95,50%

99,28%

95,00%

91,38%

92,49%

94,30%

95,88%

73,11%

91,34%

94,31%

98,77%

dengan luas lahan pertanian tidak berkelanjutan the provinces with the second and third highest
tertinggi kedua dan ketiga pada sub-indikator ini unsustainable agricultural land area in this sub-
adalah Banten (6,76 persen) dan Sulawesi Selatan indicator are Banten (6,76 percent) and Sulawesi
(6,62 persen). Selatan (6,62 percent).

37
INDIKATOR TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SEKTOR PERTANIAN 2021 02
01 03 04
Agricultural SDGs Indicator 2021

SUB- Kondisi Ketersediaan Air


INDIKATOR 5: Variation in Water Availability

Sub-indikator ini ingin menangkap sejauh mana This sub-indicator captures the extent to which
kontribusi pertanian terhadap pola penggunaan air yang agriculture contributes to unsustainable patterns
tidak berkelanjutan. Idealnya, tingkat ketidakberlanjutan of water use. Ideally the level of unsustainability in
dalam penggunaan air diukur pada skala wilayah sungai water use is measured at the scale of the river basin
atau akuifer air tanah, karena ini adalah efek gabungan or groundwater aquifer, as it is the combined effect of
dari semua pengguna yang berbagi sumber daya yang all users sharing the same resource that impacts water
sama yang berdampak pada kelestarian air. sustainability.
Sub Indikator 4:

92,17% Diharapkan
Desirable
92,39%

89,34%
98,02%

93,69%

99,52%

95,08%

95,94%

96,56%

94,99%

98,38%

99,40%

47,84%

92,08%

90,89%

93,75%

88,41%

88,77%

97,05%

94,65%

89,55%

91,72%

77,42%

93,36%

95,73%

99,01%

97,15%

96,38%

89,06%

88,86%

94,56%

96,73%

98,00%

95,20%

96,52%
1,73% Dapat Diterima
Acceptable

id
Tidak Berkelanjutan
6,09% Unsustainable

o.
.g
ps
.b
Riau

NTT

Papua Barat
Aceh

NTB

Papua
Jawa Barat
Sumatera Utara

Bengkulu

Sulawesi Tengah

Sulawesi Selatan
Sumatera Barat

Lampung

Bangka Belitung

Banten

Kalimantan Timur

Sulawesi Utara
DI Yogyakarta

Jawa Timur

Bali

Kalimantan Tengah

Kalimantan Selatan

Maluku Utara
Jambi

Kalimantan Utara

Gorontalo

Sulawesi Barat
Kep. Riau

DKI Jakarta

Jawa Tengah

Maluku
Kalimantan Barat

Sulawesi Tenggara
Sumatera Selatan

Untuk sub-indikator kondisi ketersediaan air, sebesar For the sub-indicator of water availability conditions,
w

93,91 persen lahan pertanian di Indonesia dikategorikan 93,91 percent of agricultural land in Indonesia is
w

sebagai lahan Berkelanjutan yang terdiri dari 92,17 categorized as Sustainable land, consisting of 92,17
//w

persen berkategori Diharapkan dan 1,73 persen percent for the Desirable category and 1,73 percent
berkategori Dapat Diterima, sedangkan sisanya yaitu for the Acceptable category, while the rest that is,
s:

Sub Indikator
sebesar 5: lahan pertanian dikategorikan
6,09 persen 6,09 percent of agricultural land is categorized as
tp

sebagai lahan pertanian Tidak Berkelanjutan. Unsustainable agricultural land.


ht
94,15%

88,35%
93,31%

93,88%

95,91%

99,00%

98,81%

98,77%

98,39%

99,48%

93,24%

80,84%

80,23%

82,75%

92,79%

85,75%

80,29%

87,23%

75,01%

93,40%

95,18%

97,54%

95,20%

95,50%

99,28%

95,00%

91,38%

92,49%

94,30%

95,88%

73,11%

91,34%

94,31%

98,77%
NTB
Riau

NTT
Aceh

Papua Barat

Papua
Jawa Barat
Sumatera Utara

Kalimantan Timur

Sulawesi Tengah

Sulawesi Selatan
Bengkulu

Sulawesi Utara
Sumatera Barat

Lampung

Bangka Belitung

Banten

Bali

Kalimantan Tengah

Kalimantan Selatan

Gorontalo

Sulawesi Barat

Maluku Utara
Jambi

Kep. Riau

DI Yogyakarta

Jawa Timur
Jawa Tengah

Kalimantan Utara

Sulawesi Tenggara

Maluku
DKI Jakarta

Kalimantan Barat
Sumatera Selatan

Provinsi dengan persentase tiga terbesar pada Provinces with the three largest percentages in the
Sub Indikator
kategori 6:
lahan pertanian tidak berkelanjutan untuk category of unsustainable agricultural land for sub-
sub-indikator ketersediaan air adalah Maluku, Jawa indicators of water availability are Maluku, Jawa Barat
Barat, dan Nusa Tenggara Barat. Terdapat 26,87 persen and Nusa Tenggara Barat. There are 26.87 percent of
lahan pertanian di Maluku dikategorikan sebagai lahan agricultural land in Maluku categorized as unsustainable
36,92%

35,39%
39,82%

54,99%

42,66%

36,57%

40,72%

32,51%

40,24%

61,83%

70,26%

89,83%

53,42%

31,37%

35,10%

38,73%

45,62%

39,11%

47,77%

65,23%

51,34%

59,98%

73,64%

28,47%

47,64%

64,85%

53,31%

51,76%

66,07%

58,91%

91,10%

94,44%

76,19%

92,90%

tidak berkelanjutan. Selain itu, Jawa Barat dan Nusa land. In addition, Jawa Barat and Nusa Tenggara Barat
Tenggara Barat memiliki 13,72 persen dan 12,89 persen have 13.72 percent and 12.89 percent of unsustainable
lahan pertanian tidak berkelanjutan. agricultural land.
38
36,26%

29,24%
25,48%

52,99%
37,23%

37,11%
28,18%

38,15%
51,70%

47,15%
26,97%

23,30%
41,33%

43,25%

47,83%

22,71%
29,53%
25,51%
25,25%

16,85%

20,95%

34,48%

23,40%
50,90%

15,55%
9,96%
2,02%

6%
5%

%
02 INDIKATOR TPB SEKTOR PERTANIAN 2021
SDGs Indicators of the Agricultural Sector 2021

SUB- Manajemen Penggunaan Pupuk


INDIKATOR 6: Management of fertilizers

Riau

NTT

Papua Barat
Aceh

NTB

Papua
Jawa Barat
Sumatera Utara

Bengkulu

Sulawesi Tengah

Sulawesi Selatan
Sumatera Barat

Lampung

Bangka Belitung

Banten

Kalimantan Timur

Sulawesi Utara
DI Yogyakarta

Jawa Timur

Bali

Kalimantan Tengah

Kalimantan Selatan

Maluku Utara
Jambi

Kalimantan Utara

Gorontalo

Sulawesi Barat
Kep. Riau

Maluku
DKI Jakarta

Jawa Tengah

Kalimantan Barat

Sulawesi Tenggara
Sumatera Selatan
Sub-indikator ini mengukur manajemen penggunaan This sub-indicator measures the management of
pupuk dengan pendekatan informasi penggunaan fertilizer use with an information approach to the use of
pupuk oleh petani, kesadaran mereka terhadap risiko fertilizers by farmers, their awareness of environmental
lingkungan yang ditimbulkan dari penggunaan pupuk, risks arising from fertilizer use, and their behavior in
serta perilaku mereka dalam mengelola pupuk dan managing fertilizers and manure.
Sub Indikator 5:
kotoran.

45,86% Diharapkan
94,15%

88,35%
93,31%

93,88%

95,91%

99,00%

98,81%

98,77%

98,39%

99,48%

93,24%

80,84%

80,23%

82,75%

92,79%

85,75%

80,29%

87,23%

75,01%

93,40%

95,18%

97,54%

95,20%

95,50%

99,28%

95,00%

91,38%

92,49%

94,30%

95,88%

73,11%

91,34%

94,31%

98,77%
Desirable

35,09% Dapat Diterima


Acceptable

Tidak Berkelanjutan
19,05% Unsustainable

id
o.
.g
NTB
Riau

NTT
Aceh

Papua Barat

Papua
Jawa Barat
Sumatera Utara

Kalimantan Timur

Sulawesi Tengah

Sulawesi Selatan
Bengkulu

Sulawesi Utara
Sumatera Barat

Lampung

Bangka Belitung

Banten

Bali

Kalimantan Tengah

Kalimantan Selatan

Gorontalo

Sulawesi Barat

Maluku Utara
Jambi

Kep. Riau

DI Yogyakarta

Jawa Timur
Jawa Tengah

Kalimantan Utara

Sulawesi Tenggara
DKI Jakarta

Kalimantan Barat

Maluku
Sumatera Selatan

ps
Menurut Sub-indikator Manajemen penggunaan According to the Management Sub-indicator on
pupuk maka sebesar 19,05 persen lahan pertanian fertilizer use, 19,05 percent of agricultural land in
.b

di Indonesia dikategorikan sebagai lahan pertanian Indonesia is categorized as Unsustainable agricultural


w

Tidak Berkelanjutan, sedangkan sisanya yaitu sebesar land, while the remaining 80,95 percent is categorized
w

Sub Indikator
80,95 6:
persen dikategorikan sebagai lahan pertanian as Sustainable agricultural land (consisting of 45,86
//w

yang Berkelanjutan (terdiri dari 45,86 persen kategori percent of the Expected category and 35,09 percent
Diharapkan dan 35,09 persen kategori Dapat diterima). Acceptable category).
s:
tp
36,92%

35,39%
39,82%

54,99%

42,66%

36,57%

40,72%

32,51%

40,24%

61,83%

70,26%

89,83%

53,42%

31,37%

35,10%

38,73%

45,62%

39,11%

47,77%

65,23%

51,34%

59,98%

73,64%

28,47%

47,64%

64,85%

53,31%

51,76%

66,07%

58,91%

91,10%

94,44%

76,19%

92,90%
ht
36,26%

29,24%
25,48%

52,99%
37,23%

37,11%
28,18%

38,15%
51,70%

47,15%
26,97%

23,30%
41,33%

43,25%

47,83%

22,71%
29,53%
25,51%
25,25%

16,85%

20,95%

34,48%

23,40%
50,90%

15,55%
19,96%
22,02%

13,96%
21,15%

14,16%
3,37%
6,75%

3,45%
3,25%
NTB
Riau

NTT
Aceh

Papua Barat

Papua
Sumatera Utara

Jawa Barat

Kalimantan Timur
Sumatera Barat

Bengkulu

Bali

Kalimantan Tengah

Sulawesi Tengah

Sulawesi Selatan
Jambi

Lampung

Banten
Bangka Belitung

Kalimantan Selatan

Sulawesi Utara
DI Yogyakarta

Jawa Timur

Kalimantan Barat

Maluku

Maluku Utara
Kep. Riau

Kalimantan Utara

Sulawesi Tenggara

Gorontalo

Sulawesi Barat
DKI Jakarta

Jawa Tengah
Sumatera Selatan

Berdasarkan sub-indikator manajemen penggunaan Based on the fertilizer use management sub-indicator,
pupuk, Yogyakarta, Bengkulu, dan Jawa Tengah Yogyakarta, Bengkulu and Jawa Tengah rank as the
menempati urutan tiga terbesar kategori lahan pertanian top three categories of unsustainable agricultural
tidak berkelanjutan. Di D.I. Yogyakarta, terdapat 35,66 land. At D.I. Yogyakarta, there are 35,66 percent of
persen lahan pertanian dimana petani menggunakan agricultural land where farmers use fertilizer but there
pupuk tetapi tidak ada satupun ukuran spesifik is no specific measure of risk mitigation of fertilizer use
mitigasi risiko penggunaan pupuk yang diperhatikan, that is considered, so it is categorized as unsustainable
sehingga dikategorikan sebagai lahan pertanian tidak agricultural land. The same thing was also found in
berkelanjutan. Hal yang serupa juga ditemukan di Bengkulu and Jawa Tengah where there were 34,28
Bengkulu dan Jawa Tengah dimana masing-masing percent and 32,37 percent respectively of unsustainable
terdapat 34,28 persen dan 32,37 persen lahan pertanian agricultural land.
tidak berkelanjutan.
39
INDIKATOR TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SEKTOR PERTANIAN 2021 02
01 03 04
Agricultural SDGs Indicator 2021

SUB- Manajemen Penggunaan Pestisida


INDIKATOR 7: Management of Pesticides

Penghitungan sub-indikator didasarkan dari informasi The sub-indicator calculation is based on information
tentang penggunaan pestisida di pertanian, jenis about the use of pesticides in agriculture, the types
pestisida yang digunakan, dan jenis tindakan yang of pesticides used, and the types of actions taken to
diambil untuk memitigasi risiko terkait. mitigate the associated risks.

40,54% Diharapkan
Desirable

29,02% Dapat Diterima


Acceptable

Tidak Berkelanjutan
30,44% Unsustainable

id
o.
Berdasarkan Manajemen penggunaan pestisida, Based on the management of pesticide use, there

.g
terdapat sebanyak 69,56 persen lahan pertanian di are as many as 69,56 percent of agricultural land in
Indonesia dikategorikan sebagai lahan Berkelanjutan, Indonesia that are categorized as Sustainable land,
ps
terdiri dari kategori Diharapkan sebesar 40,54 persen consisting of the Desirable category of 40,54 percent
.b

dan Dapat diterima sebesar 29,02 persen, dan hanya and Acceptable of 29,02 percent, and only as much as
Sub Indikator
terdapat sebanyak7: 30,44 persen lahan pertanian 30,44 percent of agricultural land is Unsustainable
w

merupakan lahan pertanian Tidak Berkelanjutan. agricultural land.


w
//w
36,69%

34,72%
24,26%

31,01%

28,31%

31,50%

33,41%

67,86%

22,97%

53,91%

79,59%

12,14%

40,46%

34,07%

62,26%

46,38%

29,94%

49,35%

25,03%

54,41%

31,60%

36,49%

60,73%

18,56%

11,20%

57,12%

37,09%

16,59%

25,28%

20,28%

85,19%

92,51%

77,92%

29,44%
s:
tp
ht
35,80%

25,92%

32,82%
44,95%

45,86%

51,16%

30,24%

28,28%

13,73%

47,60%

19,62%

21,58%

28,13%

30,55%

18,60%

14,09%

35,62%

16,12%

46,73%

26,43%

50,90%

38,82%

38,40%

45,50%

25,71%

48,34%

41,45%

36,39%

51,96%

14,36%
13,19%

12,72%

7,49%

7,89%
Riau

NTT
Aceh

NTB

Papua Barat

Papua
Jawa Barat
Sumatera Utara

Bengkulu

Sulawesi Tengah

Sulawesi Selatan
Sumatera Barat

Lampung

Banten
Bangka Belitung

Sulawesi Utara
DI Yogyakarta

Jawa Timur

Bali

Kalimantan Tengah

Kalimantan Selatan

Kalimantan Timur

Maluku Utara
Jambi

Kep. Riau

Kalimantan Utara

Gorontalo

Sulawesi Barat
DKI Jakarta

Jawa Tengah

Maluku
Kalimantan Barat
Sumatera Selatan

Sulawesi Tenggara

Pada tingkat provinsi, Gorontalo memiliki 51,96 persen At the provincial level, Gorontalo has 51,96 percent of
lahan pertanian tidak berkelanjutan yang tertinggi di unsustainable agricultural land which is the highest in
Indonesia menurut manajemen penggunaan pestisida. Indonesia according to pesticide use management. This
SubiniIndikator
Hal 8:
menggambarkan bahwa mayoritas di wilayah illustrates that the majority in the area are still found by
tersebut masih ditemukan petani yang menggunakan farmers who use pesticides that are dangerous or very
pestisida yang berbahaya atau sangat berbahaya dangerous and or illegal without taking special steps
dan atau ilegal tanpa mengambil langkah-langkah related to environmental health. Meanwhile, the other
khusus terkait kesehatan lingkungan. Sementara two provinces after Gorontalo are Sumatera Barat and
itu, dua provinsi lainnya setelah Gorontalo adalah Kalimantan Barat which have 51,16 percent and 50,90
25,41%

Sumatera Barat dan Kalimantan Barat yang memiliki percent of unsustainable agricultural land in terms of
43,32%
68,63%

70,75%

51,16 persen dan 50,90 persen lahan pertanian yang pesticide use management.
66,07%
53,52%
57,39%

50,19%
47,51%

70,02%
77,09%
86,48%

81,90%
72,52%
83,78%
71,51%

70,43%

84,21%
66,92%
73,05%

68,01%

tidak berkelanjutan dalam hal manajemen penggunaan


59,25%

76,46%

67,28%
61,59%

71,09%

54,31%

51,61%

53,22%
50,79%
41,45%

pestisida.
48,47%

36,38%

40
25,44%
Riau

NTT
Aceh

NTB
Barat

Barat

apua
Utara

ngah

latan
Barat

litung
gkulu

Bali

ngah

latan

Timur
ambi

pung

Utara

ntalo

Barat

Utara
Riau

karta

Timur

anten

Utara

aluku
karta

ngah

Barat

ggara
latan
02 INDIKATOR TPB SEKTOR PERTANIAN 2021
SDGs Indicators of the Agricultural Sector 2021

SUB- Praktik Dukungan Penggunaan Keanekaragaman Hayati Berbasis Agro


INDIKATOR 8: Use Of Agro-Biodiversity-Supportive Practices

Sub-indikator ini mengukur adopsi praktik bantuan This sub-indicator measures the adoption of biodiversity
Sub Indikator 7:hayati oleh petani pada tingkat
keanekaragaman assisted practices by farmers at the ecosystem, species
ekosistem, spesies, dan genetik. and genetic levels.

36,69%

34,72%
24,26%

31,01%

28,31%

31,50%

33,41%

67,86%

22,97%

53,91%

79,59%

12,14%

40,46%

34,07%

62,26%

46,38%

29,94%

49,35%

25,03%

54,41%

31,60%

36,49%

60,73%

18,56%

11,20%

57,12%

37,09%

16,59%

25,28%

20,28%

85,19%

92,51%

77,92%

29,44%
20,61% Diharapkan
Desirable

58,93% Dapat Diterima


Acceptable

Tidak Berkelanjutan
20,46% Unsustainable
35,80%

25,92%

32,82%
44,95%

45,86%

51,16%

30,24%

28,28%

13,73%

47,60%

19,62%

21,58%

28,13%

30,55%

18,60%

14,09%

35,62%

16,12%

46,73%

26,43%

50,90%

38,82%

38,40%

45,50%

25,71%

48,34%

41,45%

36,39%

51,96%

14,36%
13,19%

12,72%

7,49%

7,89%
Riau

NTT
Aceh

NTB

Papua Barat

Papua
Jawa Barat
Sumatera Utara

Bengkulu

Sulawesi Tengah

Sulawesi Selatan
Sulawesi Utara
Sumatera Barat

Lampung

Bangka Belitung

Banten
DI Yogyakarta

Jawa Timur

Bali

Kalimantan Tengah

Kalimantan Selatan

Kalimantan Timur

Maluku Utara
Jambi

Kalimantan Utara

Gorontalo

Sulawesi Barat
Kep. Riau

Maluku
DKI Jakarta

Jawa Tengah

Kalimantan Barat

Sulawesi Tenggara
Sumatera Selatan

id
o.
Menurut Praktik penggunaan bantuan keanekaragaman According to the practice of using agro-based

.g
hayati berbasis agro, sebesar 79,54 persen lahan biodiversity assistance, 79,54 percent of agricultural
pertanian di Indonesia dikategorikan sebagai lahan land in Indonesia is categorized as Sustainable
ps
pertanian yang Berkelanjutan, terdiri dari kategori agricultural land, consisting of the Desirable category
.b

Diharapkan sebesar 20,61 persen dan dapat diterima of 20,61 percent and Acceptable of 58,93 percent,
sebesar 58,93 persen, sedangkan sisanya yaitu sebesar while the remaining 20,46 percent is categorized as
Sub Indikator 8:
w

20,46 persen dikategorikan sebagai lahan pertanian unsustainable agricultural land.


w

Tidak Berkelanjutan.
//w
s:
25,41%
tp

43,32%
68,63%

ht
70,75%

66,07%
53,52%
57,39%

50,19%
47,51%

70,02%
77,09%
86,48%

81,90%
72,52%
83,78%
71,51%

70,43%

84,21%
66,92%
73,05%

68,01%
59,25%

76,46%

67,28%
61,59%

71,09%

54,31%

51,61%

53,22%
50,79%
41,45%

48,47%

36,38%
25,44%
Riau

NTT
Aceh

NTB
Jawa Barat

Papua Barat

Papua
Sumatera Utara

Sulawesi Tengah

Sulawesi Selatan
Sumatera Barat

Bangka Belitung

Bali
Bengkulu

Kalimantan Tengah

Kalimantan Selatan

Kalimantan Timur

Sulawesi Utara

Gorontalo

Sulawesi Barat

Maluku Utara
Jambi

Lampung

DI Yogyakarta

Jawa Timur

Banten

Maluku
Kep. Riau

DKI Jakarta

Jawa Tengah

Kalimantan Utara
Kalimantan Barat

Sulawesi Tenggara
Sumatera Selatan

Jawa Timur, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Tenggara Jawa Timur, Kalimantan Timur, and Sulawesi Tenggara
merupakan tiga provinsi terbesar yang memiliki are the three largest provinces with unsustainable
lahan pertanian tidak berkelanjutan menurut praktik agricultural land according to the practice of using
Sub Indikator
penggunaan 9: keanekaragaman hayati berbasis
bantuan agro-based biodiversity assistance, which amounted
agro, yang sebesar 58,80 persen, 38,53 persen, to 58,80 percent, 38,53 percent and 26,30 percent
dan 26,30 persen lahan pertanian. Mayoritas lahan of agricultural land. The majority of agricultural land
pertanian di Jawa Timur adalah lahan pertanian tidak in Jawa Timur is unsustainable agricultural land
berkelanjutan menurut Praktik dukungan penggunaan according to the practice of supporting the use of agro-
70,14%

88,58%
67,03%

89,72%

89,43%

97,29%

94,76%

89,04%

88,21%

76,35%

91,20%

94,10%

79,90%

80,90%

80,71%

61,50%

64,06%

87,09%

58,12%

77,23%

88,60%

95,17%

91,31%

95,50%

73,39%

81,09%

91,68%

77,73%

93,19%

65,51%

94,69%

90,99%

94,93%

86,66%

keanekaragaman hayati berbasis agro (58,80 persen). based biodiversity (58,80 percent). In other words, the
Dengan kata lain, mayoritas lahan pertanian yang majority of agricultural land managed by farmers does
dikelola petani tidak menerapkan satupun kriteria not apply any of the established organic or non-organic
keberlanjutan pertanian organik maupun non-organik farming sustainability criteria.
yang telah ditetapkan.
41
u

T
h

B
at

at
ra

a
ur

n
at

g
lu

ali

n
bi

ra

lo

at

ra
u

ta

ur

ra
ta

at

u
ra
n

h
Riau

NTT

Papua Barat
Aceh

NTB

Papua
Jawa Barat
Sumatera Utara

Bengkulu

Sulawesi Tengah

Sulawesi Selatan
Sulawesi Utara
Sumatera Barat

Lampung

Banten
Bangka Belitung

Maluku Utara
DI Yogyakarta

Jawa Timur

Bali

Kalimantan Tengah

Kalimantan Selatan

Kalimantan Timur
Jambi

Kalimantan Utara

Gorontalo

Sulawesi Barat
Kep. Riau

Maluku
DKI Jakarta

Jawa Tengah

Kalimantan Barat

Sulawesi Tenggara
Sumatera Selatan
INDIKATOR TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SEKTOR PERTANIAN 2021 02
01 03 04
Agricultural SDGs Indicator 2021

SUB- Besaran Upah di Pertanian


INDIKATOR 9: Wage Rate in Agriculture

Sub Indikator
Sub-indikator ini 8:
mengukur tingkat upah harian dari This sub-indicator measures the daily wage rate of
pekerja tidak terampil dalam satuan mata uang lokal. unskilled workers in local currency.

Diharapkan
81,24%

25,41%
Desirable

43,32%
68,63%

70,75%

66,07%
53,52%
57,39%

50,19%
47,51%

70,02%
77,09%
86,48%

81,90%
72,52%
83,78%

0,02% Dapat Diterima


71,51%

70,43%

84,21%
66,92%
73,05%

68,01%
59,25%

76,46%

67,28%
61,59%

71,09%

Acceptable
54,31%

51,61%

53,22%
50,79%
41,45%

48,47%

36,38%
18,74% Tidak Berkelanjutan
25,44%

Unsustainable
Riau

NTT
Aceh

NTB
Jawa Barat

Papua Barat

Papua
Sumatera Utara

Sulawesi Tengah
Sumatera Barat

Bangka Belitung

Kalimantan Timur

Sulawesi Selatan
Bengkulu

Bali

Kalimantan Tengah

Kalimantan Selatan
Jambi

Lampung

Sulawesi Utara

Gorontalo

Sulawesi Barat

Maluku Utara
Kep. Riau

DI Yogyakarta

Jawa Timur

Banten

Kalimantan Utara

Maluku
DKI Jakarta

Jawa Tengah

Kalimantan Barat

Sulawesi Tenggara
Sumatera Selatan

id
o.
.g
Menurut Besaran upah di pertanian maka sebesar According to the wages in agriculture, 81,26 percent
81,26 persen lahan pertanian di Indonesia of agricultural land in Indonesia is categorized as
ps
dikategorikan sebagai lahan pertanian yang Sustainable agricultural land, while the remaining
.b

Berkelanjutan, sedangkan sisanya yaitu sebesar 18,74 percent is categorized as unsustainable


Sub Indikator
18,74 9:
persen dikategorikan sebagai lahan pertanian agricultural land.
w

yang Tidak Berkelanjutan.


w
//w
70,14%

88,58%
67,03%

89,72%

89,43%

97,29%

94,76%

89,04%

88,21%

76,35%

91,20%

94,10%

79,90%

80,90%

80,71%

61,50%

64,06%

87,09%

58,12%

77,23%

88,60%

95,17%

91,31%

95,50%

73,39%

81,09%

91,68%

77,73%

93,19%

65,51%

94,69%

90,99%

94,93%

86,66%
s:
tp
ht
Riau

NTT
Aceh

NTB
Jawa Barat

Papua Barat
Sumatera Utara

Sulawesi Tengah

Papua
Sumatera Barat

Bangka Belitung

Kalimantan Timur

Sulawesi Selatan
Bengkulu

Bali

Kalimantan Tengah

Kalimantan Selatan

Maluku Utara
Jambi

Lampung

Sulawesi Utara

Gorontalo

Sulawesi Barat
Kep. Riau

DI Yogyakarta

Jawa Timur

Banten

Kalimantan Utara

Maluku
DKI Jakarta

Kalimantan Barat

Sulawesi Tenggara
Sumatera Selatan

Jawa Tengah

Terdapat tiga provinsi terbesar yang memiliki lahan There are three largest provinces that have
pertanian tidak berkelanjutan menurut besaran unsustainable agricultural land according to the
upah di pertanian, yaitu Nusa Tenggara Barat, Jawa amount of wages in agriculture, namely Nusa
Timur, dan Banten. Nusa Tenggara Barat memiliki Tenggara Barat, Jawa Timur, and Banten. Nusa
41,88 persen lahan pertanian tidak berkelanjutan Tenggara Barat has 41,88 percent of unsustainable
dimana rata-rata upah yang dibayarkan kepada agricultural land where the average wage paid
pekerja tidak terlatih (pekerja lepas) lebih kecil to unskilled workers (casual workers) is less than
dari upah minimum nasional atau upah minimum the national minimum wage or minimum wage for
pekerja sektor pertanian. Sementara itu, Jawa agricultural sector workers. Meanwhile, Jawa Timur
Timur dan Banten memiliki 38,50 persen dan 35,94 and Banten have 38,50 percent and 35,94 percent
persen lahan pertanian tidak berkelanjutan menurut of unsustainable agricultural land according to the
besaran upah pekerja. wages of workers.

42
02 INDIKATOR TPB SEKTOR PERTANIAN 2021
SDGs Indicators of the Agricultural Sector 2021

SUB- Food Insecurity Experience Index


INDIKATOR 10: (FIES)

Sub-indikator 10 merupakan ukuran keparahan Sub-indicator 10 is a measure of the severity of


dari kerawanan pangan yang dialami oleh individu food insecurity experienced by individuals and
maupun rumah tangga. households.

98,19% Diharapkan
Desirable

1,51% Dapat Diterima


Acceptable

Tidak Berkelanjutan
0,30% Unsustainable

id
o.
.g
ps
Menurut FIES, 99,70 persen lahan pertanian di According to FIES, 99,70 percent of agricultural
Indonesia dikategorikan sebagai lahan pertanian land in Indonesia is categorized as Sustainable
.b

yang Berkelanjutan, terdiri dari kategori Diharapkan agricultural land, consisting of 98,19 percent
w

sebanyak 98,19 persen dan Dapat diterima sebesar desirable and 1,51 percent acceptable, while the rest
w

1,51 persen, sedangkan sisanya yaitu sebesar 0,30 is 0,30 percent are categorized as Unsustainable
//w

Sub Indikator
persen 10: sebagai lahan pertanian Tidak
dikategorikan agricultural land.
Berkelanjutan.
s:
tp
99,13%

98,60%
97,26%

97,66%

97,90%

99,61%

98,75%

98,60%

99,44%

99,83%

97,84%

96,94%

99,22%

99,40%

99,38%

99,46%

99,05%

99,75%

95,42%

88,87%

97,50%

99,09%

99,07%

99,67%

99,05%

97,75%

97,10%

98,84%

98,11%

94,69%

87,33%

91,36%

93,04%

97,76%
ht
Riau

NTT
Aceh

NTB

Papua Barat

Papua
Jawa Barat
Sumatera Utara

Bengkulu

Sulawesi Selatan
Sumatera Barat

Lampung

Banten

Sulawesi Tengah
Bangka Belitung

Kalimantan Timur

Sulawesi Utara
DI Yogyakarta

Jawa Timur

Bali

Kalimantan Tengah

Kalimantan Selatan

Maluku Utara
Jambi

Kep. Riau

Kalimantan Utara

Gorontalo

Sulawesi Barat
DKI Jakarta

Jawa Tengah

Maluku
Kalimantan Barat
Sumatera Selatan

Sulawesi Tenggara

Terdapat tiga provinsi dengan persentase tertinggi There are three provinces with the highest
untuk luas lahan pertanian yang tidak berkelanjutan percentage of unsustainable agricultural land
menurut indikator FIES, yaitu Papua Barat (1,60 according to the FIES indicator, namely Papua
Sub Indikator
persen 11: Tenggara Timur (1,50 persen
lahan), Nusa Barat (1.60 percent of land), East Nusa Tenggara
lahan), dan Maluku Utara (1,25 persen lahan). Dengan (1.50 percent of land), and North Maluku Utara
3,21%

kata lain, ketiga provinsi tersebut memiliki proporsi (1.25 percent of land). In other words, in Indonesia
unit usaha pertanian yang berpeluang untuk there are still agricultural business units that have
84,97%

93,37%
67,13%

79,14%

69,44%

82,55%

67,09%

43,43%

78,16%

49,31%

89,56%

66,25%

77,91%

76,02%

66,92%

75,53%

72,73%

78,00%

85,03%

78,07%

70,62%

70,36%

57,13%

66,13%

80,95%

77,09%

81,32%

67,27%

66,10%

72,31%

78,04%

58,87%

90,56%

mengalami kerawanan pangan pada level parah the opportunity to experience food insecurity at a
tertinggi di Indonesia. severe level.

43
INDIKATOR TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SEKTOR PERTANIAN 2021 02
01 03 04
Agricultural SDGs Indicator 2021

SUB- Hak Kepemilikan Lahan


INDIKATOR 11: Secure Tenure Rights to Land

Sub-indikator 11 mengukur kepemilikan atau hak Sub-indicator 11 measures ownership or rights to


atas penggunaan lahan pertanian. use agricultural land.
Sub Indikator 10:

69,81% Diharapkan
Desirable
99,13%

98,60%
97,26%

97,66%

97,90%

99,61%

98,75%

98,60%

99,44%

99,83%

97,84%

96,94%

99,22%

99,40%

99,38%

99,46%

99,05%

99,75%

95,42%

88,87%

97,50%

99,09%

99,07%

99,67%

99,05%

97,75%

97,10%

98,84%

98,11%

94,69%

87,33%

91,36%

93,04%

97,76%
1,01% Dapat Diterima
Acceptable

Tidak Berkelanjutan
29,19% Unsustainable

id
Riau

NTT
Aceh

NTB

Papua Barat

Papua
Jawa Barat
Sumatera Utara

Bengkulu

Sulawesi Tengah

Sulawesi Selatan
Sumatera Barat

Lampung

Banten
Bangka Belitung

Kalimantan Timur

Sulawesi Utara
DI Yogyakarta

Jawa Timur

Bali

Kalimantan Tengah

Kalimantan Selatan

Maluku Utara
Jambi

Kalimantan Utara

Gorontalo

Sulawesi Barat
Kep. Riau

Maluku
DKI Jakarta

Jawa Tengah

Kalimantan Barat

Sulawesi Tenggara
Sumatera Selatan

o.
Menurut Hak kepemilikan lahan, sebesar 70,81
.g
According to land ownership rights, 70,81 percent
ps
persen lahan pertanian di Indonesia merupakan of agricultural land in Indonesia is Sustainable
lahan pertanian Berkelanjutan, terdiri dari 69,81 agricultural land, consisting of 69,81 percent
.b

persen Diharapkan dan 1,01 persen Dapat diterima, Expected and 1,01 percent Acceptable, while
w

sedangkan sisanya sebesar 29,19 persen merupakan the remaining 29,19 percent is Unsustainable
Sub Indikator 11: Tidak Berkelanjutan.
w

lahan pertanian yang agricultural land.


//w
3,21%

s:
84,97%

93,37%
67,13%

79,14%

69,44%

82,55%

67,09%

43,43%

78,16%

49,31%

89,56%

66,25%

77,91%

76,02%

66,92%

75,53%

72,73%

78,00%

85,03%

78,07%

70,62%

70,36%

57,13%

66,13%

80,95%

77,09%

81,32%

67,27%

66,10%

72,31%

78,04%

58,87%

90,56%
tp
ht
Riau

NTT
Aceh

NTB
Jawa Barat

Papua Barat

Papua
Sumatera Utara

Sulawesi Tengah
Sumatera Barat

Bangka Belitung

Kalimantan Timur

Sulawesi Selatan
Bengkulu

Bali

Kalimantan Tengah

Kalimantan Selatan
Jambi

Lampung

Sulawesi Utara

Gorontalo

Sulawesi Barat

Maluku Utara
Kep. Riau

DI Yogyakarta

Jawa Timur

Banten
DKI Jakarta

Jawa Tengah

Kalimantan Utara

Maluku
Kalimantan Barat

Sulawesi Tenggara
Sumatera Selatan

DKI Jakarta, Sumatera Selatan, dan Kalimantan DKI Jakarta, Sumatera Selatan and Kalimantan
Timur merupakan tiga provinsi dengan persentase Timur are the three provinces with the highest
tertinggi berdasarkan kategori lahan pertanian percentage based on the category of unsustainable
tidak berkelanjutan menurut hak kepimilikan lahan. agricultural land according to land ownership rights.
DKI Jakarta merupakan wilayah dengan persentase DKI Jakarta is the area with the highest percentage
lahan pertanian dengan kategori tidak berkelanjutan of unsustainable agricultural land according to land
tertinggi menurut hak kepemilikan lahan, yakni ownership rights, namely 96,71 percent. This means
sebesar 96,71 persen. Artinya, terdapat 96,71 persen that there are 96,71 percent of agricultural land
lahan pertanian dimana petani tidak memiliki where farmers do not have official land ownership
dokumen resmi kepemilikan lahan, atau tidak documents, or do not have the right to sell and
mempunyai hak untuk menjual dan mewariskan. inherit.

44
02 INDIKATOR TPB SEKTOR PERTANIAN 2021
SDGs Indicators of the Agricultural Sector 2021

C. Kesimpulan
Conclusion

Produktivitas Lahan
Subindikator 1
Land Productivity 89,54% 5,90%4,56%

Profitabilitas
Subindikator 2
Profitability 8,67% 48,85% 42,48%

1,65%
Ketahanan
Subindikator 3
Resilience 15,82% 82,53%
4,56%
Kesuburan tanah
SoilSubindikator
health 4 92,48%
2,95%
Penggunaan air 1,73%
Subindikator
Water use 5 6,09% 92,17%

Risiko penggunaan pupuk


Subindikator
Fertilizer pollution risk 6 19,05% 35,09% 45,86%

id
Risiko penggunaan pestisida
Subindikator 7 30,44% 29,02% 40,54%

o.
Pesticide risk

Keanekaragaman hayati
Subindikator 8
Biodiversity 20,46%
.g 58,93% 20,61%
ps
Pekerjaan yang layak 0,02%
.b

Subindikator
Decent employment 9 18,74% 81,24%
w

Kemananan pangan 1,51%


FoodSubindikator 10
w

security 98,19%
0,30%
//w

1,01%
Kepemilikan lahan
LandSubindikator
tenure 11 29,19% 69,81%
s:
tp

Berdasarkan grafik diatas, persentase tertinggi lahan Based on the graph above, the highest percentage
ht

pertanian Tidak Berkelanjutan adalah sebesar 89,54 of unsustainable agricultural land is 89,54 percent
persen pada Sub-indikator Nilai produksi per hektar. in the sub-indicator Production value per hectare.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa: Thus, it can be concluded that:

sebesar 89,54% as much as 89,54%


penggunaan lahan pertanian di of agricultural land use in Indonesia
Indonesia dikategorikan sebagai is categorized as under agricultural
di bawah standar produktivitas productivity standards that ensure
pertanian yang menjamin pertanian sustainable agriculture
berkelanjutan

Sedangkan, hanya sekitar Meanwhile, only about


10,46% 10,46%
lahan pertanian di of agricultural land
Indonesia yang telah memenuhi in the three provinces
standar produktivitas pertanian has met the standards for
sebagai lahan pertanian yang agricultural productivity as
berkelanjutan sustainable agricultural land

45
INDIKATOR TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SEKTOR PERTANIAN 2021 02
01 03 04
Agricultural SDGs Indicator 2021

Indikator TPB 5.a.1


05 SDGs Indicator 5.a.1

Indikator 5.a.1 secara umum bertujuan untuk Indicator 5.a.1 in general aims to measure the
mengukur prevalensi kepemilikan atau hak atas prevalence of ownership or rights to agricultural
lahan pertanian pada rumah tangga pertanian. land in agricultural households. The data source
Sumber data yang digunakan dalam penghitungan used in calculating this indicator is data from
indikator ini merupakan data hasil Survei Pertanian the results of the 2021 Integrated Agricultural
Terintegrasi 2021 (SITASI2021) yang dilaksanakan Survey (SITASI2021) which was carried out in all
di seluruh provinsi di Indonesia. Adapun sumber provinces in Indonesia. The source of the Sitasi
kuesioner Sitasi 2021 yang digunakan adalah 2021 questionnaire used is the KOR Questionnaire
Kuesioner KOR atau Daftar Pokok. Indikator 5.a.1 or Principal List. Indicator 5.a.1 in this book will

id
pada buku ini akan disajikan pada level nasional, be presented at the national level, disaggregated

o.
serta disagregasi menurut provinsi, wilayah by province, urban and rural location, and

.g
perkotaan dan pedesaan, serta disagregasi disaggregated by age group.
menurut kelompok umur.
ps
.b
w

A. Metodologi
w

Methodology
//w
s:

Indikator 5.a.1 dihitung melalui konsep “Hak yang Indicator 5.a.1 is calculated through the concept
aman atas lahan pertanian”. Dalam hal ini, hak yang of “Secure rights to agricultural land”. In this case,
tp

diukur menggunakan tiga variabel proksi yaitu: secure rights are measured using three proxy
ht

variables, namely:

Kepemilikan atas dokumen yang sah


1 The possession of legal documents

Adanya hak untuk menjual lahan pertanian


2 The right to sell

Adanya hak untuk mewariskan lahan pertanian


3 The right to bequeath

Ketiga variabel diatas adalah variabel proksi untuk The three variables above are proxy variables
mengukur hak yang aman atas lahan pertanian. for measuring secure rights to agricultural land.
Minimal satu dari ketiga kriteria sudah ada, sudah At least one of the three criteria already exists,
dianggap cukup untuk mendefinisikan seseorang is considered sufficient to define a person as an
sebagai pemilik atau pengelola dan memiliki hak owner or holder and has ownership rights over
kepemilikan atas lahan pertanian. agricultural land.

46
02 INDIKATOR TPB SEKTOR PERTANIAN 2021
SDGs Indicators of the Agricultural Sector 2021

Konsep yang digunakan dalam penghitungan adalah The concept used in the calculation is the
penduduk yang tinggal pada sektor pertanian yaitu population living in the agricultural sector,
rumah tangga yang mengoperasikan lahan untuk namely households operating land for agricultural
tujuan pertanian atau memelihara ternak selama purposes or raising livestock during the past year.
setahun yang lalu. Kemudian, mengacu pada UN Then, referring to UN women, individuals who are
woman, individu yang masuk dalam penghitungan included in the calculation of indicator 5.a.1 are
indikator 5.a.1 adalah individu dewasa (berusia adult individuals (aged over 18 years) who live in
lebih dari 18 tahun) yang tinggal di rumah tangga agricultural households, both men and women.
pertanian, baik laki-laki maupun perempuan.

Indikator 5.a.1 dibagi menjadi / Indicator 5.a.1 is divided into:

Total penduduk yang memiliki hak yang aman atas lahan pertanian
SDG adults with secure agricultural land rights
5.a.1.(a) =

id
Total penduduk pada sektor pertanian

o.
adults in agricultural population (in ag HHs)

.g
ps
Total penduduk perempuan yang memiliki hak yang
SDG aman atas lahan pertanian
.b

women with secure agricultural land rights


5.a.1.(a) =
w

perempuan/ Total penduduk perempuan pada sektor pertanian


w

female women in agricultural population (in ag HHs)


//w

Total penduduk laki-laki yang memiliki hak yang


s:

SDG aman atas lahan pertanian


tp

men with secure agricultural land rights


5.a.1.(a) =
ht

laki-laki / Total penduduk laki-laki pada sektor pertanian


male men in agricultural population (in ag HHs)

Total penduduk perempuan yang memiliki hak yang aman


atas lahan pertanian
SDG women with secure agriculture land rights
5.a.1.(b) =
Total penduduk yang memiliki hak yang aman atas lahan pertanian
adults with secure agriculture land rights by type of tenure

47
INDIKATOR TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SEKTOR PERTANIAN 2021 02
01 03 04
Agricultural SDGs Indicator 2021

B. Hasil
Kepemilikan Hak yang Aman atas
Result
Lahan Pertanian di Indonesia, 2021
Secure tenure rights in Indonesia, 2021

id
Hasil SITASI 2021 mengindikasikan masih adanya The results of SITASI 2021 indicate that there is

o.
kesenjangan kepemilikan lahan pertanian yang still a gap in secure agricultural land ownership
aman antara laki-laki dan perempuan. Indikator
.g
between men and women. Indicator 5.a.1.(a) male
ps
5.a.1..(a) laki-laki menunjukkan bahwa dari seluruh shows that of the entire adult male population in
.b

penduduk laki-laki dewasa di sektor pertanian, the agricultural sector, there are around 52,09
terdapat sekitar 52,09 persen laki-laki yang percent of men who have secure tenure rights. More
w

memiliki hak yang aman atas lahan. Lebih dari than half of adult males living in the agricultural
w

separuh laki-laki usia dewasa yang tinggal di sektor sector have secure tenure rights. As for women,
//w

pertanian memiliki hak yang aman atas lahan. indicator 5.a.1.(a) female shows that out of all adult
s:

Sedangkan bagi perempuan, indikator 5.a.1.(a) women in the agricultural sector, only around 13,61
tp

perempuan menunjukkan bahwa dari seluruh percent of adult women have secure tenure rights.
perempuan usia dewasa di sektor pertanian hanya This means that out of a hundred women of adult
ht

sekitar 13,61 persen perempuan usia dewasa yang age, only around 13-14 adult women have secure
memiliki hak yang aman atas lahan. Artinya, dari tenure rights.
seratus perempuan usia dewasa hanya sekitar
13-14 perempuan dewasa yang memiliki hak yang
aman atas lahan.

Kesenjangan gender dalam kepemilikan hak yang The gender gap in secure land ownership is also
aman atas lahan juga tercermin dari indikator reflected in indicator 5.a.1.b. This figure shows that
5.a.1.b. Angka tersebut menunjukkan bahwa dari of the entire adult population who have secure
seluruh penduduk dewasa yang memiliki lahan agricultural land in Indonesia, there are around
pertanian yang aman di Indonesia, terdapat 19,65 percent of women who have secure rights
sekitar 19,65 persen perempuan yang memiliki to land. Therefore, it can also be said that of the
hak yang aman atas lahan. Oleh karena itu, dapat entire adult population who have secure tenure
pula dikatakan bahwa dari seluruh penduduk rights in Indonesia, around 80,35 percent are men.
dewasa yang memiliki lahan pertanian yang aman From these figures it can be seen that on average
di Indonesia, sekitar 80,35 persennya adalah laki- in Indonesia there is still quite a large gap in secure
laki. Dari angka tersebut terlihat bahwa secara tenure rights between men and women.
rata-rata di Indonesia terdapat ketimpangan yang
masih cukup besar dalam kepemilikan lahan yang
aman antara laki-laki dan perempuan.
48
02 INDIKATOR TPB SEKTOR PERTANIAN 2021
SDGs Indicators of the Agricultural Sector 2021

Tabel 2.A Kepemilikan Hak yang Aman atas Lahan Pertanian menurut Provinsi di Indonesia, 2021
Tabel 2.A Secure tenure rights by urban and rural location in Indonesia, 2021

Indikator 5.a.1.(a) Indikator 5.a.1.(a)


Provinsi Perempuan Laki-laki Indikator 5.a.1.(b)
Province Indicator 5.a.1.(a) Indicator 5.a.1.(a) Indicator 5.a.1.(b)
Female Male
(1) (2) (3) (4)
Aceh 12,59 44,97 21,45
Sumatera Utara 12,21 49,53 19,86
Sumatera Barat 22,38 26,29 46,18
Riau 12,01 56,31 16,41
Jambi 12,04 61,77 15,26
Sumatra Selatan 7,84 59,08 10,90
Bengkulu 10,14 59,01 13,69

id
Lampung 8,22 58,86 10,73

o.
Kep Bangka Belitung 10,66 63,01 12,68
Kepulauan Riau 12,66 .g 54,95 17,97
ps
DKI Jakarta 3,54 21,88 11,47
.b

Jawa Barat 12,30 52,74 16,95


w

Jawa Tengah 16,75 52,00 23,17


w

D I Yogyakarta 19,09 48,22 28,14


//w

Jawa Timur 17,72 53,83 24,03


Banten 11,59 45,90 18,27
s:

Bali 3,08 45,38 5,94


tp

Nusa Tenggara Barat 9,65 54,76 14,70


ht

Nusa Tenggara Timur 12,29 52,31 19,27


Kalimantan Barat 10,45 54,85 14,78
Kalimantan Tengah 10,74 62,95 13,50
Kalimantan Selatan 13,55 55,40 18,72
Kalimantan Timur 9,26 55,04 12,99
Kalimantan Utara 7,02 38,26 13,68
Sulawesi Utara 9,10 52,07 13,23
Sulawesi Tengah 9,25 59,47 12,42
Sulawesi Selatan 13,12 48,94 20,72
Sulawesi Tenggara 13,00 57,90 17,70
Gorontalo 6,82 45,59 11,92
Sulawesi Barat 10,46 52,15 15,86
Maluku 6,72 38,05 14,13
Maluku Utara 7,18 47,74 12,41
Papua Barat 9,54 44,35 16,05
Papua 9,17 44,68 14,74
INDONESIA 13,61 52,09 19,65

49
INDIKATOR TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SEKTOR PERTANIAN 2021 02
01 03 04
Agricultural SDGs Indicator 2021

Ketimpangan dalam kepemilikan hak yang Inequality in the ownership of secure tenure
aman atas lahan pertanian antara laki-laki dan rights between men and women is also evident
perempuan juga terlihat pada provinsi-provinsi in the provinces in Indonesia. One aspect that
di Indonesia. salah satu aspek yang turut contributes to this inequality is the socio-cultural
menyumbang ketimpangan tersebut adalah aspek aspect in society. The province that has the
sosial budaya yang ada di dalam masyarakat. smallest indicators 5.a.1.(a) and 5.a.1.(b) is Bali.
Provinsi yang mempunyai indikator 5.a.1.(a) dan
5.a.1.(b) terkecil adalah Provinsi Bali.

Di Provinsi Bali, dari seluruh penduduk perempuan In Bali Province, of the entire adult female
dewasa, hanya sekitar 3,08 persen perempuan population, only around 3,08 percent of women
yang memiliki hak yang aman atas lahan pertanian. have secure rights to agricultural land. Meanwhile,
Sedangkan laki-laki yang memiliki hak yang men who have secure rights to agricultural land
aman atas lahan pertanian ada sekitar 45,38 are around 45,38 percent of the entire adult male
persen dari seluruh penduduk laki-laki dewasa. population. The small amount of land ownership
Kecilnya kepemilikan lahan oleh perempuan di Bali by women in Bali can also be seen from indicator

id
juga terlihat dari indikator 5.a.1.(b) dari seluruh 5.a.1.(b) of the entire adult population who have

o.
penduduk dewasa yang memliki hak yang aman secure rights to land, only 5,94 percent of women
atas lahan, hanya 5,94 persen perempuan yang
.g
have secure rights to land. This is influenced by the
ps
memiliki hak yang aman atas lahan. Hal ini di culture that prevails in Bali that Balinese people
pengaruhi oleh budaya yang berlaku di Bali bahwa adhere to a patriarchal system where women lack
.b

masyarakat Bali menganut sistem patriaki dimana freedom both in work, distribution of rights, and
w

kaum perempuan kurang memiliki kebebasan decision making.


w

baik dalam pekerjaan, pembagian hak, dan juga


//w

pengambilan keputusan.
s:
tp
ht

Bali
5.a.1.(a)
perempuan/female 3,08
laki-laki/male 45,38

5.a.1.(b) 5,94

Sumatera Barat
5.a.1.(a)
perempuan/female 22,38
laki-laki/male 26,29

5.a.1.(b) 46,18

50
02 INDIKATOR TPB SEKTOR PERTANIAN 2021
SDGs Indicators of the Agricultural Sector 2021

Berbeda dengan Bali, masyarakat suku Minangkabau In contrast to Bali, the Minangkabau people in
di Sumatera Barat menganut sistem matrilineal Sumatera Barat adhere to a matrilineal system in
dimana garis keturunan ditarik berdasarkan garis which the lineage is drawn based on the mother’s
ibu. Struktur adat dan sosial masyarakat matrilineal line. The customary and social structure of a
menempatkan pihak perempuan sebagai pewaris matrilineal society places women as heirs to family
harta keluarga dan kekerabatan. Namun demikian, and kinship assets. However, even though control
meskipun penguasaan terhadap aset ekonomi over economic assets is heavily influenced by
sangat dipengaruhi oleh kaum perempuan, women, men from the woman’s family still hold
tetapi kaum lelaki dari keluarga pihak perempuan authority or have legitimacy of power in their
tersebut masih tetap memegang otoritas atau communities. This condition is also illustrated in
memiliki legitimasi kekuasaan pada komunitasnya. indicator 5.a.1 of the SITASI 2021 results where
Kondisi tersebut juga tergambar pada indikator women in Sumatera Barat have the highest secure
5.a.1 hasil SITASI 2021 dimana kepemilikan hak rights to land ownership in Indonesia.
yang aman atas lahan oleh kaum perempuan di
Provinsi Sumatera Barat merupakan yang tertinggi

id
di Indonesia.

o.
Di Sumatera Barat, indikator 5.a.1.(a) menunjukkan In Sumatera Barat, indicator 5.a.1.(a) shows that
bahwa dari seluruh penduduk perempuan usia .g
of the entire adult female population who live in the
ps
dewasa yang tinggal di sektor pertanian, terdapat agricultural sector, there are around 22,38 percent
.b

sekitar 22,38 persen perempuan yang memiliki of women who have secure rights to agricultural
w

hak yang aman atas lahan pertanian. Jumlah land. This number is almost equivalent to men who
tersebut hampir setara dengan laki-laki yang
w

have secure rights to land, namely 26,29 percent


memiliki hak yang aman atas lahan yaitu sebesar of the entire adult male population who live in
//w

26,29 persen dari seluruh penduduk laki-laki the agricultural sector. From these values it can
s:

dewasa yang tinggal di sektor pertanian. Dari be said that in Sumatera Barat, the gap between
tp

nilai tersebut dapat dikatakan bahwa di Sumatera men and women in terms of secure ownership of
Barat, kesenjangan antara laki-laki dan perempuan agricultural land is relatively very small compared
ht

dalam hal kepemilikan hak yang aman atas lahan to other provinces in Indonesia.
pertanian relatif sangat kecil dibandingkan dengan
provinsi lain di Indonesia.

Sistem matrilineal yang dianut oleh sebagian Matrilineal system adopted by most of the people
besar masyarakat Sumatera Barat juga tergambar of Sumatera Barat is also illustrated in indicator
dalam indikator 5.a.1.(b) Dari seluruh penduduk 5.a.1.(b) Of the entire adult population in the
usia dewasa di sektor pertanian yang memiliki hak agricultural sector who have secure rights to
yang aman atas lahan pertanian, terdapat 46,18 agricultural land, there are 46,18 percent of women
persen perempuan yang memiliki hak yang aman who have secure rights to land. Nearly half of the
atas lahan. Hampir separuh dari seluruh penduduk adult population who have secure rights to land
usia dewasa yang mempunyai hak yang aman atas are women.
lahan adalah perempuan.

51
INDIKATOR TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SEKTOR PERTANIAN 2021 02
01 03 04
Agricultural SDGs Indicator 2021

id
o.
.g
ps
.b

Kepemilikan Hak yang Aman atas Lahan Pertanian menurut Lokasi


w

Perkotaan dan Pedesaan di Indonesia, 2021


w

Secure Tenure Rights by Urban and Rural Location in Indonesia, 2021


//w

Sebagian besar unit usaha pertanian berada pada Most agricultural hodings are located in rural areas
wilayah pedesaan karena pedesaan cenderung because rural areas tend to have more available
s:

lebih banyak tersedia sumber daya terutama resources, especially land. around 62,72 percent
tp

lahan. sekitar 62,72 persen unit usaha pertanian of agricultural holdings are in rural areas, while
ht

berada di wilayah pedesaan, sedangkan unit usaha agricultural holdings in urban areas are around
pertanian yang berada di perkotaan sekitar 37,28 37,28 percent. Indicator 5.a.1.(a) female shows that
persen. Indikator 5.a.1.(a) perempuan menunjukkan of the entire adult female population living in the
bahwa dari seluruh penduduk perempuan usia agricultural sector in rural areas, there are 13,74
dewasa yang tinggal di sektor pertanian wilayah percent of adult women who have secure rights to
pedesaan, terdapat 13,74 persen perempuan agricultural land. This percentage is only slightly
usia dewasa yang memiliki hak atas lahan higher than in urban areas.
pertanian. Persentase ini hanya sedikit lebih tinggi
dibandingkan di wilayah perkotaan.
In urban areas, of the entire adult female
Di wilayah perkotaan, dari seluruh penduduk population who live in the agricultural sector, there
perempuan usia dewasa yang tinggal di sektor are 13,40 percent of women who have secure
pertanian, terdapat 13,40 persen perempuan rights to agricultural land. The same is true for
yang memiliki hak atas lahan pertanian. Demikian secure ownership of land by men. Of the entire
pula untuk kepemilikan hak atas lahan oleh laki- adult male population who live in the agricultural
laki. Seluruh penduduk laki-laki usia dewasa yang sector in rural areas, there are 54,63 percent of
tinggal di sektor pertanian wilayah pesedaan, men who have secure rights to land. This figure is
terdapat 54,63 persen laki-laki yang memiliki hak higher than in urban areas which is 48,34 percent.
atas lahan. Angka ini lebih tinggi dibandingkan
wilayah perkotaan yang sebesar 48,34 persen.

52
02 INDIKATOR TPB SEKTOR PERTANIAN 2021
SDGs Indicators of the Agricultural Sector 2021

Namun, jika dilihat dari seluruh penduduk yang However, when viewed from the entire population
memiliki hak atas lahan, perempuan dikota who have secure rights to land, women in urban
mempunyai persentase kepemilikan hak yang lebih areas have a higher percentage of ownership
tinggi dibandingkan di pedesaan. Dari seluruh rights than those in rural areas. Of the entire
penduduk usia dewasa di perkotaan yang memiliki adult population in urban areas who have secure
hak atas lahan pertanian, terdapat sekitar 20,40 rights to agricultural land, there are around
persen perempuan yang memiliki hak atas lahan. 20,40 percent of women who have secure rights
Sedangkan di wilayah pedesaan, dari seluruh to land. Meanwhile in rural areas, of the entire
penduduk usia dewasa yang memiliki hak atas adult population who have secure rights to land,
lahan, sekitar 19,19 persennya adalah perempuan around 19,19 percent are women, slightly lower
sedikit lebih rendah dibandingkan perempuan di than women in urban areas. Women living in urban
perkotaan. Perempuan yang tinggal di perkotaan areas have a slightly higher role in managing
memiliki peran dalam pengelolaan sumber daya natural resources than rural women.
alam yang sedikit lebih tinggi dibandingkan
perempuan pedesaan.

id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

53
INDIKATOR TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SEKTOR PERTANIAN 2021 02
01 03 04
Agricultural SDGs Indicator 2021

Berdasarkan hasil SITASI 2021, kepemilikan hak Based on the results of SITASI 2021, the ownership
atas lahan lebih banyak dimiliki oleh kelompok umur of secure rights to land is mostly owned by the
yang lebih tua. Dari seluruh penduduk perempuan older age group. Of the entire female population
usia 65 tahun ke atas, terdapat 32,60 persen aged 65 years and over, there are 32,60 percent of
perempuan yang memiliki hak atas lahan. Angka women who have secure rights to land. This figure
tersebut lebih tinggi dibanding kelompok usia di is higher than the age group below. Meanwhile,
bawahnya. Sedangkan pada kelompok usia muda, in the young age group, out of a hundred female
dari seratus penduduk perempuan berusia 18- residents aged 18-24 who live in the agricultural
24 tahun yang tinggal di sektor pertanian, hanya sector, only around 1-2 women have secure rights
sekitar 1-2 orang perempuan saja yang memiliki to agricultural land.
hak atas lahan pertanian.

Meskipun penduduk yang memiliki hak atas lahan Although there are fewer people with land rights
pada usia muda cenderung lebih sedikit, tetapi at a young age, when viewed from indicator
jika dilihat dari indikator 5.a.1.(b), perempuan usia 5.a.1.(b), young women have a higher percentage
muda memiliki persentase kepemilikan yang lebih of ownership than other age groups. Of the entire

id
tinggi daripada kelompok usia lainnya. Dari seluruh young population who have secure rights to land,

o.
penduduk usia muda yang memiliki hak atas lahan, there are around 29,17 percent of women who
terdapat sekitar 29,17 persen perempuan yang
.g
have secure rights to land. Whereas in the elderly
ps
memiliki hak atas lahan. Sedangkan pada kelompok group, of the entire population aged over 65 years
usia lanjut, dari seluruh penduduk berusia lebih who have secure rights to land who live in the
.b

dari 65 tahun yang memiliki hak atas lahan yang agricultural sector, there are around 25,02 percent
w

tinggal di sektor pertanian, terdapat sekitar 25,02 of women who have secure rights to agricultural
w

persen perempuan yang memiliki hak atas lahan land.


//w

pertanian.
s:
tp
ht

Photo by Humas BPS

54
02 INDIKATOR TPB SEKTOR PERTANIAN 2021
SDGs Indicators of the Agricultural Sector 2021

Target 5.A.
Melakukan reformasi untuk memberi hak yang sama kepada
perempuan terhadap sumber daya ekonomi, serta akses
terhadap kepemilikan dan kontrol atas tanah dan bentuk
kepemilikan lain, jasa keuangan, warisan dan sumber daya
alam, sesuai dengan hukum nasional

Undertake reforms to give women equal rights to economic


resources, as well as access to ownership and control
over land and other forms of property, financial services,
inheritance and natural resources, in accordance with
national laws

id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

Photo by Delighten Dee on Unsplash

55
INDIKATOR TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SEKTOR PERTANIAN 2021 03
01 02 04
Agricultural SDGs Indicator 2021

03
id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:

KARAKTERISTIK
tp
ht

UTAMA SEKTOR
PERTANIAN
Main Characteristics
of the Agricultural
Sector

56 Photo by Phoenix Han on Unsplash


03 KARAKTERISTIK UTAMA SEKTOR PERTANIAN
Main Characteristics of the Agricultural Sector

id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

03 57
INDIKATOR TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SEKTOR PERTANIAN 2021 03
01 02 04
Agricultural SDGs Indicator 2021

Hampir Semua Unit Usaha Pertanian Dikelola


Perorangan (99,92 persen)
Almost All Agricultural Holdings are Managed by
Individuals (99,92 percent)

Berdasarkan hasil SITASI2021, jumlah unit usaha Based on the results of the SITASI2021, the number
pertanian perorangan mendominasi dibandingkan of individual agricultural holdings dominates
dengan unit usaha pertanian kelompok dan compared to group and establishment agricultural
perusahaan. Jumlah unit usaha perorangan holdings. The number of individual holdings
mencapai 25.964.633 atau sekitar 99,92 persen reached 25,964,633, or around 99.92 percent of
dari total unit usaha pertanian di Indonesia Indonesia’s total agricultural holdings (individual,
(perorangan, kelompok, dan perusahaan). Tiga group, and company). The provinces with the
provinsi dengan jumlah unit usaha pertanian highest number of individual agricultural holdings
perorangan terbanyak yaitu Jawa Timur, Jawa are Jawa Timur, Jawa Tengah, and Jawa Barat.
Tengah, dan Jawa Barat. Sedangkan tiga provinsi Meanwhile, he provinces with the highest number
dengan jumlah unit usaha pertanian kelompok of group agricultural holdings are Papua, Riau, and

id
terbanyak, yaitu Papua, Riau, dan Sumatera Utara. Sumatera Utara. The above phenomenon shows

o.
Melalui fenomena di atas dapat diketahui bahwa that Pulau Jawa primarily supports agriculture in
pertanian di Indonesia sebagian besar ditopang
.g
Indonesia, and individual holdings still dominate
ps
oleh Pulau Jawa, dan unit usaha perorangan masih agricultural holding management in Indonesia.
mendominasi dalam pengelolaan usaha pertanian
.b

di Indonesia.
w
w
//w

Tiga Provinsi dengan Persentase Unit


Usaha Pertanian Perorangan Terbesar, 2021
Three Provinces with the Highest Percentage of
Agricultural Holding - Individual, 2021
s:

Jawa Timur
tp

18,67 %
ht

Jawa Tengah
15,80 %

Jawa Barat
12,79 %

Tiga Provinsi dengan Persentase Unit


Usaha Pertanian Kelompok Terbesar, 2021
Three Provinces with the Highest Percentage of
Agricultural Holding - Group, 2021

Papua
14,84 %

Riau
13,39 %

Sumatera Utara
11,32 %

Tiga Provinsi dengan Persentase Unit


Usaha Pertanian Perusahaan Terbesar, 2021
Three Provinces with the Highest Percentage of
Agricultural Holding - Establishment, 2021

Jawa Timur
12,76 %

Kalimantan Barat
9,60 %

Jawa Barat
9,52 %

58
03 KARAKTERISTIK UTAMA SEKTOR PERTANIAN
Main Characteristics of the Agricultural Sector

Mayoritas Lahan Unit Usaha Pertanian Berstatus Milik


Sendiri dengan Dokumen Resmi (67,29 persen)
The majority of Agricultural Holdings Land is Self-Owned
with Official Documents (67.29 percent)

Berdasarkan hasil SITASI 2021 persentase unit Based on the results of the 2021 SITASI, the
usaha pertanian menurut status kepemilikan lahan percentage of agricultural holdings according to
pertanian yang digunakan mayoritas adalah milik the status of ownership of the agricultural land
sendiri dengan dokumen resmi. Provinsi dengan used is the majority owned by themselves with
persentase tertinggi adalah Yogyakarta sebesar official documents. The province with the highest
78,64 persen. Sebaliknya, lahan yang digunakan percentage was Yogyakarta at 78.64 percent. In
oleh unit usaha pertanian di provinsi Papua dengan contrast, only 16.05 percent of the land used by
status milik sendiri dengan dokumen resmi hanya agricultural holdings in Papua with its own status
16,05 persen. with official documents.

Persentase tertinggi unit usaha pertanian dengan The highest percentage of agricultural holdings

id
status kepemilikan lahan pertanian berupa milik with ownership status of agricultural land in the

o.
sendiri tanpa dokumen resmi berada pada provinsi form of self-owned land without official documents
Papua sebesar 69,77 persen, Maluku sebesar 62,76
.g
was in Papua at 69.77 percent, Maluku at 62.76
ps
persen dan Kep. Bangka Belitung sebesar 58,18 percent, and Kep. Bangka Belitung at 58.18 percent.
persen. Dari seluruh unit usaha pertanian yang Of all agricultural holdings that use leased land, the
.b

menggunakan lahan sewa, proporsi sewa tanpa proportion of leases without written agreements is
w

perjanijian tertulis lebih tinggi dibandingkan sewa higher than leases with written agreements, such
w

dengan perjanjian tertulis, seperti di provinsi Aceh. as in Aceh. Holdings that use leased land without a
//w

Unit usaha yang menggunakan lahan sewa tanpa written agreement amount to 16.25 percent while
perjanjian tertulis sebesar 16,25 persen sedangkan with a written agreement only 2.77 percent and
s:

dengan perjanjian tertulis hanya sebesar 2,77 the same situation applies to other provinces in
tp

persen, dan keadaan yang sama juga berlaku pada Indonesia.


ht

provinsi lainya di Indonesia.

Tiga Provinsi dengan Persentase Unit Usaha Pertanian yang


Memiliki Lahan Pertanian dengan Dokumen Resmi Terbesar, 2021
Three Provinces with the Highest Percentage of Agricultural
Holdings Agricultural Land Documents, 2021
D. I. Yogyakarta
78,64 %

Jawa Tengah
77,36 %

Lampung
76,90 %

Tiga Provinsi dengan Persentase Unit Usaha Pertanian yang


Memiliki Lahan Pertanian Tanpa Dokumen Resmi Terbesar, 2021
Three Provinces with the Highest Percentage of Agricultural
Holdings Agricultural Land Documents, 2021
Papua
69,77 %

Maluku
62,76 %

Kepulauan Bangka Belitung


58,18 %

59
INDIKATOR TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SEKTOR PERTANIAN 2021 03
01 02 04
Agricultural SDGs Indicator 2021

Persentase unit usaha pertanian yang The percentage of agricultural holdings that use
menggunakan lahan milik negara/ tanah adat state-owned/customary land jointly with written
secara bersama-sama dengan perjanjian tertulis agreements (certified use rights) is generally
(hak pakai bersertifikat) secara umum lebih kecil smaller than those without written agreements,
dibandingkan dengan yang tanpa perjanjian such as in DKI Jakarta. The percentage of holdings
tertulis, seperti di provinsi DKI Jakarta. Persentase using joint state-owned/customary land without
unit usaha yang menggunakan lahan bersama a written agreement is 18.54 percent, while with a
milik negara/tanah adat tanpa perjanjian tertulis written agreement it is only 1.26 percent. The same
sebesar 18,54 persen sedangkan dengan perjanjian is also seen in other provinces in Indonesia.
tertulis hanya sebesar 1,26 persen. Hal yang sama
juga terlihat pada provinsi lainya di Indonesia.

Keterlibatan Kaum Perempuan Sebagai Pengelola Unit


Pertanian Masih Rendah (Tertinggi 37,43 persen)

id
The Involvement of Women as Holders of Agricultural

o.
Holdings is Still Low (Highest 37.43 percent)
.g
ps
Reformasi untuk memberi hak Reform to give women equal
.b

yang sama kepada perempuan rights to economic resources


Persentase
w

terhadap sumber daya ekonomi is one of the targets of the


pengelola unit usaha
w

merupakan salah satu target Sustainable Development Goals


pertanian menurut
//w

dalam Tujuan Pembangunan related to achieving gender


jenis kelamin, 2021
Berkelanjutan terkait equality and empowering
Percentage of
s:

mencapai kesetaraan gender women. The involvement of


agricultural holders
tp

dan memberdayakan kaum women in the management of


by gender, 2021
ht

perempuan. Keterlibatan kaum individual agricultural holdings


perempuan dalam pengelolaan reflects one way of providing
unit usaha pertanian access to participate, contribute
Perempuan perorangan mencerminkan and benefit from economic
Female salah satu pemberian resources in the agricultural
12,32 % Laki-laki akses untuk berpartisipasi, sector which includes food
Male
87,68 % berkontribusi, dan mendapatkan crops, horticulture, plantation,
manfaat terhadap sumber daya livestock, fishery, and forestry
ekonomi di sektor pertanian sub-sectors.
yang mencakup subsektor
tanaman pangan, hortikultura,
perkebunan, peternakan,
perikanan, dan kehutanan.

Dari hasil SITASI 2021, From the results of the


secara nasional keterlibatan 2021 SITASI, nationally
kaum perempuan sebagai the involvement of women
pengelola unit usaha pertanian as holders of individual
perorangan di empat subsektor agricultural holdings in the four
pertanian yang mencakup agricultural sub-sectors which

60
03 KARAKTERISTIK UTAMA SEKTOR PERTANIAN
Main Characteristics of the Agricultural Sector

tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan include food crops, horticulture, plantations, and
peternakan berkisar antara 11,98 persen dan 13,21 livestock ranges between 11.98 percent and 13.21
persen. Sedangkan untuk subsektor perikanan dan percent. Meanwhile, the fishery and forestry sub-
kehutanan berturut-turut tercatat 19,81 persen sectors recorded 19.81 percent and 37.43 percent
dan 37,43 persen. respectively.

Keterlibatan kaum perempuan diatas angka The involvement of women above the national
nasional untuk subsektor tanaman pangan tercatat figure for the food crops sub-sector was recorded
di 12 provinsi yang berkisar antara 13,57 persen in 12 provinces ranging between 13.57 percent
(Papua Barat) dan 21,12 persen (Aceh), tercatat (Papua Barat) and 21.12 percent (Aceh), recorded
di 15 provinsi untuk subsektor hortikultura yang in 15 provinces for the horticulture sub-sector
berkisar antara 12,61 persen (DI Yogyakarta) dan ranging from 12.61 percent (DI Yogyakarta) and
18,56 persen (Riau), tercatat di 14 provinsi untuk 18.56 percent (Riau), recorded in 14 provinces
subsektor perkebunan yang berkisar antara 12,90 for the plantation sub-sector ranging between
persen (Jawa Tengah) dan 20,61 persen (Sumatera 12.90 percent (Jawa Tengah) and 20.61 percent
Barat), tercatat di 14 provinsi untuk subsektor (Sumatera Barat), recorded in 14 provinces for the

id
peternakan yang berkisar antara 12,12 persen livestock sub-sector ranging from 12 .12 percent

o.
(Kalimantan Selatan) dan 65,51 persen (Papua), (Kalimantan Selatan) and 65.51 percent (Papua),

.g
dan tercatat hanya di 1 provinsi untuk subsektor and recorded only in 1 province for the fisheries
perikanan dan kehutanan masing-masing sebesar and forestry sub-sectors of 61.60 percent and
ps
61,60 persen dan 61,81 persen (Papua). 61.81 percent respectively (Papua).
.b
w
w

Pekerja Eksternal Unit Usaha Pertanian Didominasi


//w

Pekerja Lepas yang Dibayar (76,37 persen)


s:

Agricultural Holding External Workers Are Dominated by


tp

Paid Casual Workers (76.37 percent)


ht

Pekerja eksternal yang bekerja di unit usaha External workers who work in the holding are paid/
merupakan pekerja dibayar/tidak dibayar yang unpaid workers who are not household members
bukan merupakan anggota rumah tangga dari unit of the holding. Types of external workers who
usaha. Jenis pekerja eksternal yang bekerja di unit worked in the holding during the past year, namely
usaha selama setahun yang lalu yaitu manajer/ holders/holders, paid permanent (long-term)
pengelola, karyawan tetap (jangka panjang) employees, paid temporary employees, paid casual
yang dibayar, karyawan sementara yang dibayar, workers, unpaid workers. Based on the results
pekerja lepas yang dibayar, pekerja yang tidak of SITASI 2021, agricultural holdings by type of
dibayar. Berdasarkan hasil SITASI 2021, unit usaha external worker are generally paid casual workers.
pertanian menurut jenis pekerja eksternal secara
umum merupakan pekerja lepas yang dibayar.

Provinsi Sumatera Barat merupakan provinsi Sumatera Barat Province is the province with the
dengan persentase unit usaha pertanian menurut highest percentage of agricultural holdings by
jenis pekerja eksternal sebagai pekerja lepas yang type of external worker as casual workers with
dibayar tertinggi dengan persentase sebesar a percentage of 85.89 percent. Meanwhile, the
85,89 persen. Sedangkan, provinsi dengan province with the lowest percentage of agricultural
persentase unit usaha pertanian menurut jenis holdings by type of external worker as casual
pekerja eksternal sebagai pekerja lepas yang workers is Maluku Province with a percentage
dibayar terendah adalah Provinsi Maluku dengan of 45.95 percent. Types of external workers as
61
INDIKATOR TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SEKTOR PERTANIAN 2021 03
01 02 04
Agricultural SDGs Indicator 2021

persentase sebesar 45,95 persen. Jenis pekerja holders/holders, paid permanent employees, and
eksternal sebagai manajer/pengelola, karyawan paid temporary employees in each province are
tetap yang dibayar, dan karyawan sementara generally below 10 percent.
yang dibayar pada masing-masing provinsi pada
umumnya adalah rendah di bawah 10 persen.

Provinsi dengan persentase unit usaha pertanian The province with the smallest percentage of
menurut jenis pekerja eksternal sebagai manajer/ agricultural holdings by type of external worker as
pengelola terkecil yaitu Provinsi Aceh dengan holder/holder is Aceh Province with a percentage
persentase sebesar 0,69 persen. Provinsi dengan of 0.69 percent. The province with the smallest
persentase unit usaha pertanian menurut jenis percentage of agricultural holdings by type of
pekerja eksternal sebagai karyawan tetap yang external worker as permanent employees is
dibayar terkecil yaitu Provinsi Sulawesi Tenggara Sulawesi Tenggara Province with a percentage
dengan persentase sebesar 0,66 persen. Provinsi of 0.66 percent. The province with the lowest
dengan persentase unit usaha pertanian menurut percentage of agricultural holdings by type of
jenis pekerja eksternal sebagai karyawan external worker as temporary employees is Nusa

id
sementara yang dibayar terkecil yaitu Provinsi Tenggara Barat with a percentage of 0.98 percent.

o.
Nusa Tenggara Barat dengan persentase sebesar
0,98 persen.
.g
ps
.b
w
w
//w

Persentase Pekerja Eksternal Unit Usaha Pertanian menurut


Provinsi dengan Proporsi Terbesar dan Terkecil, 2021
s:

The Percentage of External Workers in the Agricultural Holdings


by the Largest and Smallest Proportions Province, 2021
tp
ht

Karyawan Tetap yang Karyawan Sementara


Manajer/Pengelola Dibayar yang Dibayar
Manager/Administrator Permanently Paid Temporarily Paid
Employees Employees

Terbesar DKI Jakarta Terbesar Kep. Riau Terbesar Maluku


Highest 7,55 % Highest 20,19 % Highest 22,43 %

Terkecil Aceh Terkecil Sulawesi


Tenggara Terkecil Nusa Tenggara
Barat
Lowest 0,69 % Lowest 0,66 % Lowest 0,98 %

Pekerja Lepas Pekerja yang


yang Dibayar Tidak Dibayar
Paid Freelancer Unpaid Workers

Terbesar Sumatera
Barat Terbesar Nusa Tenggara
Timur
Highest 85,89 % Highest 39,53 %

Terkecil Maluku Terkecil Kepulauan


Bangka Belitung
Lowest 45,95 % Lowest 7,22 %

62
03 KARAKTERISTIK UTAMA SEKTOR PERTANIAN
Main Characteristics of the Agricultural Sector

Persentase
Unit Usaha Pertanian
menurut Jenis
Tempat Tinggal, 2021
Percentage of
Agricultural Holdings by
Dwelling Types, 2021

Jenis Tempat Tinggal Unit Rumah Tunggal


Usaha Pertanian Single House
98,73 % Lainnya
Others
Agricultural Holdings Dwelling Types 1,27 %

Persentase unit usaha pertanian dengan jenis The percentage of agricultural holdings with
tempat tinggal rumah tunggal menduduki single-home dwelling types ranked first, which
peringkat pertama yaitu antara 97 hingga 99 was between 97 and 99 percent. The rest are
persen. Sisanya unit usaha pertanian dengan jenis agricultural holdings with semi-single house
tempat tinggal rumah semi tunggal dan lainnya. dwelling types and others. The type of residence
Jenis tempat tinggal unit usaha pertanian hampir of agricultural holdings is almost homogeneous

id
homogen di semua provinsi di Indonesia, yaitu in all provinces in Indonesia, namely single-home
rumah tunggal. Hanya sebagian kecil unit usaha dwelling. Only a small part of agricultural holdings

o.
pertanian yang jenis tempat tinggalnya rumah whose types of residences are semi-single
semi tunggal dan lainnya.
.g
houses and others.
ps
.b

Status Penguasaan Lahan Pertanian


w

Ownership Status of Agricultural Land


w
//w

Lahan pertanian yang dikuasai adalah lahan Agricultural land owned is agricultural land owned
pertanian milik sendiri ditambah lahan yang berasal
s:

by itself plus land originating from other parties


dari pihak lain dan dikurangi lahan yang berada di and deducting land from other parties. According
tp

pihak lain. Menurut status penguasannya, luas to the status of authority, the area of agricultural
​​
ht

lahan pertanian dibagi menjadi milik sendiri dengan land is divided into private property with official
dokumen resmi, milik sendiri tanpa dokumen documents, private property without official
resmi, sewa dengan perjanjian tertulis, sewa tanpa documents, lease with written agreements, lease
perjanjian tertulis, milik negara atau milik bersama without written agreements, state property or joint
dengan perjanjian tertulis, milik negara atau milik property with written agreements, state property
bersama tanpa perjanjian tertulis, dan menempati/ or common property without written agreements,
mengelola tanpa izin. and occupy/manage without permission.

Menurut data SITASI2021, mayoritas lahan According to SITASI2021 data, the majority of
pertanian yang dikuasi adalah berstatus milik agricultural land that is controlled is self-owned
sendiri dengan dokumen resmi. Dari total lahan with official documents. Of the total agricultural
pertanian di Indonesia, sebesar 86,44% berstatus land in Indonesia, 86.44% is privately owned
milik sendiri dengan dokumen resmi, 7,89% with official documents, 7.89% is leased without
berstatus sewa tanpa perjanjian tertulis, 4,91% a written agreement, 4.91% is privately owned
berstatus milik sendiri tanpa dokumen resmi, without official documents, while the remaining
sementara 0,76% sisanya masuk dalam kategori 0.76% is included in other categories. Almost all
lainnya. Hampir seluruh provinsi di Indonesia lahan provinces in Indonesia have the status of their
pertanian terbesarnya berstatus milik sendiri, baik own agricultural land, either with or without official
dengan ataupun tanpa dokumen resmi. Sementara documents. Meanwhile, agricultural land with the
itu lahan pertanian dengan status sewa tanpa most widespread lease status without a written
perjanjian tertulis paling luas berada di Provinsi agreement is in Aceh Province.
Aceh.
63
INDIKATOR TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SEKTOR PERTANIAN 2021 03
01 02 04
Agricultural SDGs Indicator 2021

Pendapatan Produksi Pertanian


Agricultural Production Income

Pendapatan dari produksi pertanian meliputi Income from agricultural production includes
pendapatan yang diterima untuk semua penjualan, income received for all sales, including profit
termasuk bagi hasil. Produksi pertanian yang sharing. The agricultural production in question
dimaksud meliputi produksi dari 6 subsektor includes production from 6 agricultural subsectors,
pertanian yaitu subsektor tanaman pangan, namely the subsectors of food crops, horticulture,
hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, plantations, livestock, fisheries, and forestry.
dan kehutanan.

Pada SITASI 2021 secara nasional, rata-rata In the 2021 SITASI nationally, the average income
pendapatan dari penjualan produksi pertanian from the sale of agricultural production for the
untuk subsektor perikanan menghasilkan 36,45 fisheries subsector produced 36.45 percent of the
persen dari total rata-rata penjualan seluruh total average sales of all agricultural production.
produksi pertanian. Kemudian diikuti subsektor Then followed by the forestry subsector at 31.21

id
kehutanan sebesar 31,21 persen, subsektor percent, the livestock subsector at 12.71 percent,

o.
peternakan sebesar 12,71 persen, subsektor the plantation subsector at 9.99 percent, the
perkebunan sebesar 9,99 persen, subsektor
.g
horticulture subsector at 5.33 percent, and the
ps
hortikultura sebesar 5,33 persen, dan subsektor food crops subsector at 4.31 percent.
tanaman pangan sebesar 4,31 persen.
.b
w
w
//w

Pendapatan Lainnya dari Unit Usaha Pertanian


Other Incomes from Agricultural Holding
s:
tp

Pendapatan lain dari unit usaha pertanian meliputi Other income from agricultural holdings includes
ht

pendapatan lain dari pelaku usaha pertanian, other income from agricultural holding actors,
pengolahan hasil pertanian, kegiatan diversifikasi processing of agricultural products, other
lain, produksi listrik, subsidi dan transfer yang diversification activities, electricity production,
diterima, serta pendapatan ART yang tidak subsidies and transfers received, and household
terkait dengan pelaku usaha pertanian. Rata-rata income that is not related to agricultural holding
pendapatan lain dari unit usaha pertanian selama actors. The average other income from the
setahun sebesar 41,87 juta rupiah. agricultural holding for a year is 41.87 million
rupiahs.

Pengolahan Hasil
Rata-Rata Pendapatan Lain Pertanian
dari Unit Usaha Pertanian
163.992,19 Agricultural Products
menurut Jenis Pendapatan Processing
(Rp. 000), 2021
Pendapatan ART yang
Average of Other Incomes Tidak Terkait Pelaku
from Agricultural Holding Usaha Pertanian
by Types of Income Income of household members 28.928,86
that are not related to
(Rp.000), 2021 agricultural holding actors

Produksi Listrik
496.62 Electricity Production

64
03 KARAKTERISTIK UTAMA SEKTOR PERTANIAN
Main Characteristics of the Agricultural Sector

Pendapatan lain dari unit usaha pertanian yang Other income from the largest agricultural
terbesar berasal dari pengolahan hasil pertanian holding comes from the processing of agricultural
yang mencapai rata-rata nasional sebesar 163,99 products, which reaches an average of 163.99
juta rupiah. Hal ini menunjukkan bahwa banyak unit million rupiahs. This shows that many agricultural
usaha pertanian yang menjual produknya dalam holdings sell their products in processed form, so
bentuk olahan, sehingga nilai produknya semakin that the value of their products increases and it
bertambah dan meningkatkan pendapatannya. increases their income. In addition, agricultural
Selain itu, unit usaha pertanian pada SITASI holdings in the SITASI 2021 also include companies,
2021 juga mencakup perusahaan yang beberapa some of which sell their agricultural products in
diantaranya menjual produk pertaniannya dalam processed form.
bentuk olahan.

Pendapatan lainnya dari pendapatan ART yang Other income from household members’ income
tidak terkait usaha menempati peringkat kedua that is not related to holding ranks second after
setelah pengolahan hasil pertanian dengan rata- the processing of agricultural products with
rata nasional sebesar 28,93 juta rupiah. Pada SITASI a national average of 28.93 million rupiahs. In

id
2021, pendapatan ART yang tidak terkait usaha SITASI 2021, income of household members that

o.
meliputi pendapatan dari kegiatan usaha pertanian is not related to holding includes income from
yang dilakukan ART lainnya, pendapatan dari usaha
.g
agricultural holding activities carried out by other
ps
yang tidak terkait usaha pertanian, pendapatan household members, income from holding that are
dari upah atau gaji pekerja yang tidak terkait usaha not related to agricultural holding, income from
.b

pertanian, pendapatan hasil investasi, hasil sewa wages or salaries of workers that are not related
w

properti non pertanian, pensiun, hibah, transfer, to agricultural holding, income from investments,
w

bantuan sosial, dan lainnya. non-agricultural property rental results, pensions,


//w

grants, transfers, social assistance, etc.


s:
tp

Pendapatan lain dari unit usaha pertanian yang Other income from the lowest agricultural holding
ht

terendah berasal dari produksi listrik dengan rata- comes from electricity production with a national
rata nasional hanya sebesar 496,62 ribu rupiah. average only 496.62 thousand rupiahs. This shows
Hal ini menunjukkan bahwa tidak banyak unit that there are not many agricultural holdings
usaha pertanian yang melakukan produksi listrik. that produce electricity. Other income from
Pendapatan lainnya dari produksi listrik hanya electricity production is only found in 10 provinces
ditemukan di 10 provinsi di Indonesia, yaitu Aceh, in Indonesia, namely Aceh, Sumatera Utara,
Sumatera Utara, Jawa Barat, Nusa Tenggara Timur, Jawa Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan
Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan,
Selatan, Kalimantan Timur, Maluku, dan Maluku Kalimantan Timur, Maluku, and Maluku Utara.
Utara.

65
INDIKATOR TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SEKTOR PERTANIAN 2021 03
01 02 04
Agricultural SDGs Indicator 2021

Pengeluaran Unit Usaha Pertanian


Expenses of The Agricultural Holding

Pengeluaran usaha pertanian didefinisikan sebagai Expenses of the agricultural holding is defined as
nilai seluruh input dan jasa yang habis digunakan the value of all inputs and services used or spent
atau dikeluarkan dalam proses produksi. Input dan in the production process. The inputs and services
jasa yang dimaksud adalah seluruh input yang dibeli, in question are all inputs purchased, received in
diterima berupa bantuan, pertukaran dalam bentuk the form of assistance, exchange in the form of
barang, perdagangan untuk jasa, atau bentuk goods, trade for services, or other forms (machines
lainnya (mesin untuk tenaga kerja, penyimpanan, for labor, storage, waste treatment, etc.). The
pengolahan limbah, dll). Keberhasilan usaha tani success of farming can be measured in various
dapat diukur melalui berbagai cara/indikator, ways/indicators, one of which is by looking at the
salah satunya adalah dengan melihat efisiensi dari efficiency of the holding. The costs associated
usaha tersebut. Biaya yang dikeluarkan terkait with agricultural production are one of the
dengan produksi pertanian ini menjadi salah important elements that provide comprehensive
satu elemen penting yang memberikan informasi information on agricultural productivity through

id
komprehensif mengenai produktivitas pertanian the combination of inputs and the ratio of input

o.
melalui kombinasi input dan rasio biaya input yang costs used by farmers to see how much income is
digunakan petani untuk melihat seberapa besar
.g
compared to the inputs and services spent in the
ps
pendapatan dibandingkan dengan input dan jasa production process.
yang dikeluarkan dalam proses produksi.
.b
w

SITASI 2021 mengukur pengeluaran untuk usaha SITASI 2021 measures the expenses of the
w

pertanian melalu pendekatan sumber daya input agriculture holding through the approach of
//w

yang digunakan oleh pelaku usaha pertanian, input resources inputs used by agricultural holding,
dan jasa yang digunakan untuk produksi tanaman, inputs and services used for crop production,
s:

input dan jasa yang digunakan untuk produksi inputs and services used for livestock and poultry
tp

ternak dan unggas, input dan jasa yang digunakan production, inputs and services used for fishery
ht

untuk produksi perikanan, input dan jasa yang production, inputs and services used for forestry
digunakan untuk produksi kehutanan, input tenaga production, labor inputs used by agricultural/
kerja yang digunakan oleh pelaku usaha pertanian/ fishery/forestry holding, other costs incurred, as
perikanan/kehutanan, biaya lain yang dikeluarkan, well as taxes and licenses used.
serta pajak dan lisensi yang digunakan.

Secara nasional, input tenaga kerja yang digunakan Nationally, labor inputs used by agricultural
oleh pelaku usaha pertanian memberikan holding provide the most significant contribution
sumbangsih yang paling signifikan terhadap to agricultural holding expenses compared to
pengeluaran usaha tani dibandingkan input dan other inputs and services with an average annual
jasa lainnya dengan rata-rata pengeluaran selama expenses of 64,47 million rupiah. This is very
setahun sebesar 64,47 juta rupiah. Hal ini sangat possible considering that the holdings covered
memungkinkan mengingat unit usaha yang are not only individuals holding, but also group
dicakup tidak hanya perorangan, tetapi termasuk holdings and companies where the holdings has
juga usaha kelompok dan perusahaan yang mana a number of paid workers. Jawa Barat Province
unit usaha tersebut memiliki sejumlah pekerja yang is the province with the highest worker expenses,
dibayar dalam unit usahanya. Provinsi Jawa Barat with an average of 347.37 million rupiah. This
merupakan provinsi dengan pengeluaran pekerja fairly high average value is contributed by the
tertinggi, yakni dengan rata-rata sebesar 347,37 large number of agricultural holdings, especially
juta rupiah. Nilai rata-rata yang cukup tinggi ini companies spread across this region. It is recorded

66
03 KARAKTERISTIK UTAMA SEKTOR PERTANIAN
Main Characteristics of the Agricultural Sector

disumbang oleh banyaknya unit usaha pertanian that there are 389 agricultural companies spread
terutama perusahaan yang tersebar di wilayah ini. throughout Jawa Barat Province.
Tercatat terdapat 389 perusahaan pertanian yang
tersebar di seluruh Provinsi Jawa Barat.

Selain pengeluaran untuk pekerja, faktor input In addition to expenses for workers, input factors
dan jasa produksi peternakan juga menyumbang and livestock production services also account
sebesar 12 persen dari keseluruhan faktor yang ada for 12,27 percent of all existing factors with
dengan rata-rata pengeluaran sebesar 12,53 juta an average expenses of 12,53 million rupiah.
rupiah. Pengeluaran untuk input dan jasa produksi Expenses for livestock production inputs and
peternakan, meliputi pengeluaran untuk produksi services, including expenses for livestock and
ternak dan unggas, yaitu untuk pakan, suplemen, poultry production, namely for feed, supplements,
pemeliharaan kesehatan hewan dan obat-obatan, maintenance of veterinary health and medicines,
jasa pemacekan, dan lainnya selama tahun 2021. breeding services, and others during 2021.

id
Provinsi Maluku merupakan provinsi dengan nilai Maluku Province is a province with an average
rata-rata pengeluaran input dan jasa produksi value of input expenses and the lowest livestock

o.
peternakan terendah (1,62 juta rupiah), sementara production service (1.62 million rupiah), while DKI
Provinsi DKI Jakarta merupakan provinsi dengan
.g
Jakarta Province is the province with the highest
ps
nilai rata-rata pengeluaran input dan jasa produksi average value of livestock production input and
.b

peternakan tertinggi pada tahun 2021 yaitu service expenses in 2021, which is 175.84 million
sebesar 175,84 juta rupiah. rupiah.
w
w

Faktor selanjutnya yang memberikan sumbangsih The next factor that contributes 11 percent of
//w

sebesar 11 persen dari keseluruhan faktor input the total input factors and services available is
s:

dan jasa yang ada adalah input dan jasa untuk input and services for fishery production. The
tp
ht

Rata-Rata Pengeluaran Unit Usaha Pertanian


menurut Jenis Pengeluaran (Rp. 000), 2021
Average Expenditure of Agricultural Holdings by
Types of Expenditure (Rp. 000), 2021
64.475,09

12.528,53 11.387,60
7.250,10
2.867,49 2.008,33 1.306,26 322,67

Tenaga Kerja Input dan Jasa Input dan Jasa Input dan Jasa Sumber Input dan Jasa Biaya Lain Pajak dan Lisensi
Labor untuk Produksi untuk Produksi untuk Produksi Daya Input untuk Produksi Other Expenses Taxes and Licenses
Peternakan Perikanan Tanaman Input Kehutanan
Inputs and Services Inputs and Services Inputs and Services Resources Inputs and Services
for Livestock for Fisheries for Crop Production for Forestry Production
Production Production

67
INDIKATOR TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SEKTOR PERTANIAN 2021 03
01 02 04
Agricultural SDGs Indicator 2021

produksi perikanan. Rata-rata pengeluaran input average expenses for inputs and services for
dan jasa untuk produksi perikanan mencapai fishery production reaches 11.39 million rupiah.
11,39 juta rupiah. Pengeluaran ini dihitung dari The expenses is calculated from the expenses
pendekatan pengeluaran untuk produksi budidaya approach for the production of fish farming and
ikan dan penangkapan ikan selama tahun 2021. fishing in 2021. Expenses for fish farming include
Pengeluaran untuk budidaya ikan meliputi expenses for seeds, broodstock, factory fertilizers,
pengeluaran untuk benih, indukan, pupuk pabrik, manure, drugs/pesticides, feed, fishery services,
pupuk kendang, obat-obatan/pestisida, pakan, and other fishery inputs. Meanwhile, spending
jasa perikanan, dan input perikanan lainnya. on fishing includes expenses for bait, salt, ice,
Sementara pengeluaran untuk penangkapan ikan packaging, crew supplies and medicines, and
meliputi pengeluaran untuk umpan, garam, es, fishery services. DKI Jakarta Province is the
kemasan pembungkus, perbekalan dan obat awak province with the highest average expenses,
kapal, dan jasa perikanan. Provinsi DKI Jakarta which is 30.65 million rupiah.
menjadi provinsi dengan rata-rata pengeluaran
tertinggi yaitu sebesar 30,65 juta rupiah.

id
Beberapa faktor lain yang juga berkontribusi Several other factors that also contribute to

o.
terhadap pengeluaran usaha tani adalah input dan expenses of the agricultural holding are inputs and
jasa untuk produksi tanaman sebesar 7,1 persen,
.g
services for crop production by 7,1 percent, input
ps
sumber daya input sebesar 2,8 persen, input dan resources by 2,8 percent, inputs and services for
jasa untuk produksi kehutanan sebesar 1,9 persen, forestry production by 1,9 percent, inputs, other
.b

biaya lainnya 1,2 persen, serta pajak dan lisensi inputs by 1,2 percent, and taxes and licenses by
w

sebesar 0,3 persen 0,3 percent.


w
//w
s:
tp

Biaya Investasi, Keuangan, dan Asuransi


ht

Investment, Financial and Insurance Costs

Investasi adalah perubahan input tetap yang Investment is a change in the fixed inputs
digunakan dalam proses produksi. Dalam definisi used in the production process. In a narrower
yang lebih sempit, investasi merupakan perubahan definition, investment is a change in the stock of
stok modal fisik, yaitu input fisik yang memiliki masa physical capital, i.e. physical inputs that have a
manfaat satu tahun atau lebih (tanah, peralatan, useful life of one year or more (land, equipment,
mesin, fasilitas penyimpanan, ternak). Investasi machinery, storage facilities, livestock). Capital
modal dalam bangunan dan struktur pertanian investment in farm buildings and structures
menghasilkan renovasi atau peningkatan besar, results in major renovations or upgrades, or new
atau konstruksi baru. Hal ini harus dibedakan construction. This should be distinguished from
dari perbaikan dan pemeliharaan, yang repair and maintenance, which maintains the
mempertahankan pemeliharaan dan fungsionalitas existing maintenance and functionality of existing
yang ada dari bangunan dan struktur yang ada di buildings and structures in the farm holding.
unit usaha pertanian. Demikian pula, perbaikan Likewise, land improvement in the form of fence
tanah berupa pembuatan pagar dianggap sebagai construction is considered as an investment while
penanaman modal sedangkan pemeliharaannya, its maintenance, once installed, is considered
setelah dipasang, dianggap sebagai pemeliharaan. maintenance.

68
03 KARAKTERISTIK UTAMA SEKTOR PERTANIAN
Main Characteristics of the Agricultural Sector

Pada SITASI 2021, investasi modal yang dicatat In SITASI 2021, the recorded capital investment
mencakup pembelian lahan dan bangunan includes the purchase of agricultural land and
pertanian, pembangunan atau renovasi buildings, construction or renovation of stables,
kandang, pembangunan atau renovasi gudang, construction or renovation of warehouses,
pembangunan atau renovasi fasilitas penyimpanan construction or renovation of storage facilities
pestisida, pupuk buatan, atau bahan bakar, for pesticides, artificial fertilizers, or fuels,
pembangunan atau renovasi lainnya (lumbung, construction or other renovations (barns, storage
gudang penyimpanan, gudang mesin, rumah sheds, warehouses, etc.) machinery, greenhouses,
kaca, dll), perbaikan perlindungan lingkungan etc.), environmental protection improvements
(penahan air, pagar untuk melindungi saluran air, (water retainers, fences to protect waterways,
dll), perbaikan lahan lainnya (irigasi, penanaman etc.), other land improvements (irrigation, planting
tumbuhan penutup tanah, pengeringan atau cover crops, draining or clearing land, etc.),
pembukaan lahan, dll), peremajaan barang modal rejuvenation of capital goods through crossing
melalui persilangan atau penggantian ternak, or replacement livestock, agricultural machinery
mesin dan peralatan pertanian, mesin dan and equipment, fishing machinery and equipment,
peralatan penangkapan ikan, mesin dan peralatan fish farming machinery and equipment, forestry

id
budidaya ikan, mesin dan peralatan budidaya cultivation machinery and equipment, and other

o.
kehutanan, serta mesin dan peralatan kehutanan forestry machinery and equipment.
lainnya.
.g
ps
.b
w
w
//w

Rata-rata nilai investasi terendah


ada di provinsi Papua
s:

The lowest average investment


value is in Papua province
tp
ht

Rata-rata nilai investasi tertinggi


ada di provinsi Jambi
The highest average investment
value is in Jambi province

11.159,02
15 Provinsi Memiliki Investasi
Di atas Rata-rata Nasional
15 Provinces Have Investments
Above the National Average
Rata-rata nasional nilai yang 19 Provinsi Memiliki Investasi
dilakukan unit usaha pertanian (Rp. 000), 2021 Di bawah Rata-rata Nasional
National average value of investment made by 19 Provinces Have Investments
agricultural holdings (Rp . 000), 2021 Below the National Average

Secara nasional, rata-rata biaya bagi pelaku usaha Nationally, the average cost for agricultural
pertanian di Indonesia yang menginvestasikan holding in Indonesia to invest their money in
uangnya untuk barang modal atau perbaikan capital goods or major repairs is 11.2 million rupiah.
besar sebesar 11,2 juta rupiah. Dari 34 provinsi di Of the 34 provinces in Indonesia, there are 15
Indonesia, terdapat 15 provinsi yang pelaku usaha provinces whose agricultural holding invest their

69
INDIKATOR TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SEKTOR PERTANIAN 2021 03
01 02 04
Agricultural SDGs Indicator 2021

pertaniannya menginvestasikan uangnya untuk money for capital goods or major repairs that are
barang modal atau perbaikan besar lebih besar greater than the national average investment. To
dari rata-rata investasi nasional. Untuk melakukan make this capital investment, agricultural holding
investasi modal ini, pelaku usaha pertanian juga were also interviewed whether they got a loan
diwawancarai apakah mereka mendapatkan or not. From all samples that were enumerated,
pinjaman atau tidak. Dari seluruh sampel yang on average, agricultural holding received cash
dicacah, secara rata-rata pelaku usaha pertanian loans, either from banks, financial institutions and
mendapatkan pinjaman tunai, baik dari bank, NGOs, cooperatives, friends or family, and others,
lembaga keuangan dan LSM, koperasi, teman atau amounting to 16,6 million rupiah. Nationally, more
keluarga, dan lainnya sebesar 16,6 juta rupiah. than half the number of provinces in Indonesia
Secara nasional, lebih dari setengah jumlah provinsi where the agricultural holding have cash loans
di Indonesia yang pelaku usaha pertaniannya more than the average cost of cash loans paid over
memliki pinjaman tunai lebih dari rata-rata biaya the past year.
pinjaman tunai yang dibayarkan selama setahun
yang lalu

id
Asuransi merupakan sarana perlindungan Insurance is a means of protection from financial

o.
dari kerugian finansial. Asuransi merupakan loss. Insurance is a form of risk management,

.g
bentuk manajemen risiko, terutama digunakan primarily used to hedge against the risk of
untuk melindungi nilai terhadap risiko kerugian contingent or uncertain loss. Agricultural holdings
ps
kontinjensi atau tidak pasti. Usaha di sektor are faced with a fairly high risk of uncertainty,
.b

pertanian dihadapkan pada resiko ketidakpastian including crop failure caused by climate change
w

yang cukup tinggi, antara lain kegagalan panen such as floods, droughts, attacks by pests and
w

yang disebabkan perubahan iklim seperti banjir, diseases/Plant Destruction Organisms or OPTs
//w

kekeringan, serangan hama dan penyakit/ that cause losses to the holdings. When farmers’
Organisme Penggangu Tumbuhan atau OPT yang efforts fail, it’s not only the farmers who lose, the
s:

menjadi penyebab kerugian usaha petani. Ketika community can also be affected. The number
tp

usaha petani gagal, bukan hanya para petani yang of agricultural lands with crop failure triggers
ht

merugi, masyarakat juga dapat terkena imbasnya. price increases to the scarcity of goods. For this
Banyaknya lahan pertanian gagal panen memicu reason, many agricultural holdings choose to use
kenaikan harga hingga kelangkaan barang. Untuk insurance as the best protection against the risk
itu, banyak pelaku usaha pertanian yang memilih of uncertainty by ensuring that farmers get capital
menggunakan asuransi sebagai perlindungan for holding and insurance claims. Nationally, the
terbaik terhadap resiko ketidakpastian dengan average total insurance premium paid over the
menjamin oetani mendapatkan modal untuk past year was 1,63 million rupiah. There are 16 out
berusaha dan klaim asuransi. Secara nasional, of 34 provinces in Indonesia whose agricultural
rata-rata total premi asuransi yang dibayarkan holdings have insurance premium values more
selama setahun yang lalu sebesar 1,63 juta rupiah. than the national average over the past year.
Terdapat 16 dari 34 provinsi di Indonesia yang
pelaku usaha pertaniannya memiliki nilai premi
asuransi lebih dari rata-rata nasional selama
setahun yang lalu.

70
03 KARAKTERISTIK UTAMA SEKTOR PERTANIAN
Main Characteristics of the Agricultural Sector

Penggunaan Produksi Pertanian


Agricultural Holding Production Used

Usaha pertanian merupakan kegiatan memelihara/ Agricultural holdings is an activity to maintain/


mengelola/menguasai/melakukan kegiatan manage/control/carry out agricultural activities
pertanian dengan tujuan sebagian atau seluruh with the aim of part or all of the results being sold/
hasilnya untuk dijual/ditukar. Produksi yang exchanged. Production resulting from agricultural
dihasilkan dari usaha pertanian memainkan holdings plays an important role as a provider of
peran penting sebagai penyedia bahan pangan food for community food security, an instrument
untuk ketahanan pangan masyarakat, instrumen for alleviating poverty, providing employment, as
pengentasan kemiskinan, penyedia lapangan kerja, well as a source of community income.
serta sumber pendapatan masyarakat.

SITASI 2021, mencatat penggunaan produksi SITASI 2021, records the use of production
yang dihasilkan dari usaha pertanian meliputi generated from agricultural holdings including

id
dijual, digunakan untuk membayar upah pekerja, being sold, used as pay or wages for labour,

o.
dibayarkan ke penyedia sarana produksi dan jasa, paid to providers of production facilities and
untuk kebutuhan rumah tangga, untuk pakan
.g
services, for household needs, for animal feed, for
ps
ternak, untuk perbaikan perlindungan lingkungan, environmental protection improvements, stored
disimpan untuk dijual, dan lainnya. for sale, and others.
.b
w

Semakin banyak produksi yang dijual, didukung The more production that is sold, supported by
w

dengan tingkat harga pasar dan rasio biaya input a stable market price level and input cost ratio,
//w

yang stabil, memberikan sinyal positif bagi pelaku provides a positive signal for agricultural holdings
usaha pertanian untuk terus meningkatkan to continue to increase their production. This is
s:

produksinya. Hal ini didukung dengan data supported by the SITASI 2021 data which records
tp

SITASI 2021 yang mencatat rata-rata persentase that the average percentage of agricultural
ht

penggunaan produksi pertanian untuk dijual adalah production used for sale is 78,5 percent higher
sebesar 78,5 persen lebih besar dibandingkan than for other uses. More than half the number
untuk penggunaan lainnya. Lebih dari setengah of provinces in Indonesia where the average
jumlah provinsi di Indonesia yang rata-rata percentage of use of their production for sale is
persentase penggunaan produksinya untuk dijual above the national average.
diatas rata-rata nasional.

78,50%
Pada 2021, hasil produksi unit usaha
pertanian sebagian besar untuk dijual
In 2021, the production of agricultural holdings
was mostly used for sale

71
INDIKATOR TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SEKTOR PERTANIAN 2021 03
01 02 04
Agricultural SDGs Indicator 2021

Selain itu, pelaku usaha pertanian juga lebih In addition, agricultural holdings also prefer to
menyukai menyimpan produk hasil pertaniannya store their agricultural products before selling
terlebih dahulu sebelum dijual. Tercatat rata-rata them. The average percentage of production
persentase penggunaan produksi disimpan untuk usage stored for sale is 58.25 percent. Apart
dijual sebesar 58,52 persen. Selain untuk dijual, from being sold, agricultural products are
produk hasil pertanian juga digunakan untuk also used to meet household needs by 39.04
memenuhi kebutuhan rumah tangga sebesar percent. Interestingly, the average percentage of
39,04 persen. Menariknya, rata-rata persentase production use for other uses is higher at 34,72
penggunaan produksi untuk lainnya lebih tinggi percent compared for animal feed (16,46 percent),
yaitu sebesar 34,72 persen dibandingan untuk paid to production facilities and services (15.25
pakan ternak (16,46 persen), dibayarkan ke percent), workers’ wages (15.12 percent), and for
sarana produksi dan jasa (15,25 persen), upah the improvement of environmental protection (8,71
pekerja (15,12 persen), dan untuk perbaikan percent). After a more in-depth look, the average
perlindungan lingkungan (8,71 persen). Setelah respondent answered that they chose other uses
dilihat lebih mendalam, rata-rata responden because most of their agricultural production was
menjawab memilih penggunaan untuk lainnya reprocessed, used to repair agricultural tools/

id
dikarenakan sebagian besar produksi pertaniannya machines, given to other parties, and had not

o.
diolah kembali, digunakan untuk perbaikan alat/ yet produced. The provinces of Bali, Kalimantan
mesin pertanian, diberikan kepada pihak lain,
.g
Tengah, and Sulawesi Tenggara are provinces
ps
dan belum berproduksi/menghasilkan. Provinsi that have an average percentage of other uses of
Bali, Kalimantan Tengah, dan Sulawesi Tenggara production above 50 percent.
.b

merupakan provinsi yang memiliki rata-rata


w

persentase penggunaan produksi untuk lainnya


w

diatas 50 persen.
//w
s:
tp
ht

Peralatan yang Digunakan oleh Unit Usaha Pertanian


Equipments Used by Agricultural Holdings

Dari seluruh jenis peralatan manual yang digunakan Of all types of manual equipment used by farmers,
oleh petani, Provinsi DKI Jakarta merupakan DKI Jakarta Province is the area that has the
daerah yang memiliki persentase terkecil di smallest percentage in Indonesia of using manual
Indonesia dalam penggunaan peralatan manual equipment to carry out agricultural holding
untuk melakukan kegiatan usaha pertanian yaitu activities, namely 74.82 percent. This is because
sebesar 74,82 persen. Hal ini dikarenakan petaninya the farmers switch to using machine-powered
beralih menggunakan peralatan bertenaga mesin. equipment. While most farmers in other provinces
Sementara petani yang berada di provinsi lain still use manual equipment with a percentage of
sebagian besar masih menggunakan peralatan above 90 percent.
manual dengan persentase di atas 90 persen.

Hasil SITASI2021 menunjukkan ada 3 provinsi di The results of SITASI2021 show that there are 3
Indonesia dimana petaninya sama sekali tidak provinces in Indonesia where farmers do not use
menggunakan peralatan bertenaga hewan animal-powered equipment at all, namely farmers
yaitu petani di Provinsi DKI Jakarta, Kepulauan in DKI Jakarta Province, Kepulauan Bangka
Bangka Belitung, dan Kepulauan Riau. Sedangkan Belitung, and Kepulauan Riau. Meanwhile, many

72
03 KARAKTERISTIK UTAMA SEKTOR PERTANIAN
Main Characteristics of the Agricultural Sector

petani di Provinsi Gorontalo masih banyak yang farmers in Gorontalo Province still use animal-
menggunakan peralatan bertenaga hewan dengan powered equipment with a percentage of 17.37
persentase 17,37 persen, dan merupakan provinsi percent, and is the province with the highest
dengan persentase tertinggi di Indonesia yang percentage in Indonesia using this equipment.
menggunakan peralatan ini.

Provinsi Sulawesi Selatan merupakan daerah Sulawesi Selatan Province is an area that has the
yang memiliki persentase tertinggi di Indonesia highest percentage in Indonesia where farmers
yang petaninya menggunakan peralatan use machine-powered equipment to carry out
bertenaga mesin untuk melakukan kegiatan their agricultural holding activities, namely 63.98
usaha pertaniannya yaitu sebesar 63,98 persen. percent. Then in second place with the highest
Kemudian di urutan kedua dengan persentase percentage was Nusa Tenggara Barat Province
tertinggi adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat with 60.60 percent. Meanwhile, the lowest
60,60 persen. Sedangkan persentase terendah percentage of farmers using machine-powered
petani yang menggunakan peralatan bertenaga equipment was in Papua Province at 7.84 percent.
mesin berada di Provinsi Papua sebesar 7,84 Meanwhile, DKI Jakarta Province, when compared

id
persen. Sementara untuk Provinsi DKI Jakarta jika to other provinces in Pulau Jawa, uses the least

o.
dibandingkan dengan provinsi lainnya di Pulau amount of engine power, namely 26.01 percent.
Jawa penggunaan tenaga mesinnya paling sedikit
.g
ps
yaitu sebesar 26,01 persen.
.b
w
w
//w

Mesin yang Digunakan oleh Unit Usaha Pertanian


Machinery Used by Agricultural Holdings
s:
tp

Peralatan mesin yang dicatat pada SITASI2021 Machine equipment recorded in SITASI2021
ht

mencakup peralatan mesin umum, traktor, includes general machine equipment, tractors,
buldoser, kendaraan lain, peralatan persiapan bulldozers, other vehicles, land preparation and
lahan dan peralatan tanam, peralatan perawatan planting equipment, crop maintenance equipment,
tanaman, peralatan panen, peralatan pasca panen, crop harvesting equipment, post harvest
peralatan produksi ternak, peralatan produksi equipment, livestock production equipment,
perikanan, dan peralatan irigasi/pengairan. fishery production equipment, and irrigation
equipment.

Dari hasil SITASI 2021 secara nasional tercatat From the results of SITASI 2021 nationally it
bahwa persentase tiga terbesar penggunaan was noted that the three largest percentage of
peralatan bertenaga mesin oleh unit usaha machine-powered equipment used by agricultural
pertanian adalah peralatan mesin umum (72,45 units were general machine equipment (72.45
persen), disusul peralatan persiapan lahan dan percent), followed by land and planting preparation
tanam sebesar 64,39 persen, dan peralatan traktor, equipment at 64.39 percent, and tractor,
buldoser, dan kendaraan lain sebesar 55,51 persen. bulldozers, and other vehicles at 55.51 percent. The
Persentase dua terkecil penggunaan peralatan two smallest percentage of the use of machine-
bertenaga mesin adalah peralatan irigasi/ powered equipment were irrigation equipment at
pengairan sebesar 3,99 persen dan peralatan 3.99 percent and livestock production equipment
produksi ternak (0,53 persen). (0.53 percent).

73
INDIKATOR TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SEKTOR PERTANIAN 2021 03
01 02 04
Agricultural SDGs Indicator 2021

id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

Provinsi dengan persentase peralatan pasca Province with the smallest percentage of post-
panen paling kecil yaitu Kepulauan Riau harvest equipment was Kep. Riau compared to
dibandingkan provinsi lain di Indonesia yaitu other provinces in Indonesia, which is 0.73 percent.
sebesar 0,73 persen. Peralatan produksi ternak The highest livestock production equipment was
paling tinggi yaitu di Provinsi Kalimantan Tengah in Kalimantan Tengah with a percentage of 0.65
dengan persentase sebesar 0,65 persen kemudian percent,followed by DI Yogyakarta at 2.31 percent.
diikuti oleh DI Yogyakarta sebesar 2,31 persen. DKI DKI Jakarta and Kep. Riau are the provinces with
Jakarta dan Kep. Riau merupakan provinsi dengan the highest percentage of fishery production
persentase peralatan produksi perikanan tertinggi equipment in Indonesia with percentage of 61.57
di Indonesia dengan persentase masing-masing and 59.18 percent. The percentage of irrigation
sebesar 61,57 persen dan 59,18 persen. Persentase equipment in Bengkulu province shows a fairly low
peralatan irigasi di Provinsi Bengkulu menunjukkan percentage compared to other provinces, which
persentase yang cukup rendah jika dibandingkan is below 1 percent. The highest percentage was
dengan provinsi lain yaitu dibawah 1 persen. Papua at 34.65 percent.
Persentase tertinggi yaitu Provinsi Papua sebesar
34,65 persen.

74
03 KARAKTERISTIK UTAMA SEKTOR PERTANIAN
Main Characteristics of the Agricultural Sector

Bangunan Bukan Tempat Tinggal yang Digunakan oleh


Unit Usaha Pertanian
Non-Residential Buildings Used by Agricultural Holdings

Menurut kategori bangunan bukan tempat tinggal According to the category of non-residential
yang digunakan untuk unit usaha pertanian, buildings used for agricultural holdings, nationally
secara nasional unit usaha pertanian umumnya agricultural holdings generally use non-residential
menggunakan bangunan bukan tempat tinggal buildings for livestock holdings, followed by
untuk usaha ternak, diikuti usaha tanaman, lalu crop holdings, then forestry holdings. The three
usaha kehutanan. Tiga provinsi dengan persentase provinces with the largest percentage of non-
penggunaan bangunan bukan tempat tinggal residential building use for livestock holdings
terbesar untuk usaha ternak adalah provinsi D.I. are the D.I. Yogyakarta, Jawa Timur, and Bali,
Yogyakarta, Jawa Timur, dan Bali, masing-masing amounting to 58.94 percent, 48.03 percent and
sebesar 58,94 persen, 48,03 persen, dan 44,12 44.12 percent respectively.
persen.

id
Selanjutnya, tiga provinsi dengan persentase Furthermore, the three provinces with the largest

o.
penggunaan bangunan bukan tempat tinggal percentage of non-residential use of buildings for

.g
terbesar untuk usaha tanaman adalah provinsi crop holdings were the provinces of Nusa Tenggara
Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Timur, Nusa Tenggara Barat and Kalimantan Utara,
ps
Kalimantan Utara, masing-masing sebesar 14,55 respectively at 14.55 percent, 12.39 percent and
.b

persen, 12,39 persen, dan 11,02 persen. Kemudian, 11.02 percent. Then, the three provinces with the
w

tiga provinsi dengan persentase penggunaan largest percentage of non-residential building


w

bangunan bukan tempat tinggal terbesar use for forestry holdingswere the provinces of
//w

untuk usaha kehutanan adalah provinsi Papua, Papua, Kalimantan Utara, and Sulawesi Tengah,
Kalimantan Utara, dan Sulawesi Tengah, masing- respectively at 2.14 percent, 0.96 percent and 0.89
s:

masing sebesar 2,14 persen, 0,96 persen, dan 0,89 percent.


tp

persen.
ht

Status Kepemilikan Tempat Tinggal


Residential Ownership Status

Menurut status kepemilikan tempat tinggal, secara According to the status of residential ownership,
rata-rata nasional persentase kepemilikan tempat on a national average the percentage of
tinggal oleh unit usaha dengan status milik sendiri residential ownership by holdings with self-owned
sebesar 96,69 persen, sewa 0,54 persen dan bebas status is 96.69 percent, 0.54 percent for rent and
sewa 2,54 persen. Provinsi Banten memiliki rata- 2.54 percent free for rent. Banten Province has
rata persentase tertinggi unit usaha pertanian the highest average percentage of self-owned
dengan kepemilikan tempat tinggal berstatus agricultural holdings at 98.88 percent, while DKI
milik sendiri yaitu sebesar 98,88%, sedangkan Jakarta Province has the lowest percentage of
Provinsi DKI Jakarta memiliki persentase terendah self-owned agricultural holdings at 85.34 percent.
unit usaha pertanian dengan kepemilikan tempat
tinggal berstatus milik sendiri yaitu sebesar 85,34
persen.

75
INDIKATOR TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SEKTOR PERTANIAN 2021 03
01 02 04
Agricultural SDGs Indicator 2021

Persentase
unit usaha pertanian
menurut status
kepemilikan
tempat tinggal, 2021
Percentage of
agricultural holdings by
residence ownership
status, 2021

Milik Sendiri
Self-owned
96,69 % Lainnya
Others
3,31 %

Tiga Provinsi dengan persentase tertinggi unit The three provinces with the highest percentage
usaha pertanian dengan kepemilikan tempat of agricultural holdings with residential ownership

id
tinggal berstatus sewa adalah DKI Jakarta, with rental status are DKI Jakarta, Gorontalo

o.
Gorontalo, dan Sumatera Utara yaitu masing- and Sumatera Utara, namely 7.24 percent, 3.08

.g
masing sebesar 7,24 persen, 3,08 persen, dan percent and 2.70 percent respectively. Meanwhile,
2,70 persen. Sedangkan tiga provinsi dengan the three provinces with the lowest percentage
ps
persentase terendah unit usaha pertanian dengan of agricultural holdings with rental status were
.b

kepemilikan tempat tinggal berstatus sewa adalah Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, and Nusa
w

Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, dan Nusa Tenggara Barat, with 0.11 percent, 0.12 percent
w

Tengga Barat, masing-masing sebesar 0,11 persen, and 0.14 percent respectively. Meanwhile, the
//w

0,12 persen dan 0,14 persen. Provinsi Sumatera three provinces with the lowest percentage of
Barat merupakan provinsi dengan persentase agricultural holdings with rental status were
s:

tertinggi unit usaha pertanian dengan kepemilikan Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, and Nusa
tp

tempat tinggal berstatus bebas sewa yaitu sebesar Tenggara Barat, with 0.11 percent, 0.12 percent and
ht

10,47 persen disusul provinsi Sumatera Utara dan 0.14 percent respectively.
DKI Jakarta masing-masing sebesar 7,53 persen
dan 6,99 persen.

Sumber Air Minum


Sources of Drinking Water

Menurut Sumber air minum untuk rumah tangga, According to sources of drinking water for
secara rata-rata nasional persentase sumber air households, the national average percentage
minum untuk rumah tangga dengan air kemasan of drinking water sources for households with
bermerek sebesar 2,00 %, air isi ulang 24,26 %, branded bottled water is 2.00%, refillable water is
leding 10,21 % , sumur bor/pompa 13,84 % , sumur 24.26%, pipe is 10.21%, drilled wells/pumps are 13,
terlindung 19,82 % , sumur tak terlindung 4,92 %, 84%, protected wells 19.82%, unprotected wells
mata air terlindung 12,20 % , mata air tak terlindung 4.92%, protected springs 12.20%, unprotected
3,99 %, air permukaan 2,94 %, air hujan 5,84 % dan springs 3.99%, surface water 2.94%, rainwater
lainnya sebesar 0,24 %. 5.84% and others by 0.24%.

76
03 KARAKTERISTIK UTAMA SEKTOR PERTANIAN
Main Characteristics of the Agricultural Sector

Sumber air minum pada unit usaha pertanian The highest source of drinking water for agricultural
tertinggi adalah air isi ulang sebesar 24, 26 % dan holdings is refill water at 24.26% and the lowest
sumber air minum pada unit usaha terendah adalah drinking water sources for other holdings are
lainnya sebesar 0,24 %. Unit usaha pertanian di 0.24%. Agricultural holdings in Kalimantan Timur
Kalimantan Timur memiliki rata-rata persentase have the highest average percentage of drinking
tertinggi sumber air minum untuk rumah tangga water sources for households for tap water at
untuk air leding sebesar 64,52 % sedangkan unit 64.52%, while holdings in DI Yogyakarta are at
usaha di DI Yogyakarta sebesar 2,35%. 2.35%.

Kepemilikan Aset Rumah Tangga


Household Assets Ownership

id
Indikator tingkat kesejahteraan rumah tangga An indicator of the level of household welfare

o.
yang sering digunakan adalah kepemilikan aset that is often used is the ownership of household

.g
rumah tangga. Hasil SITASI2021 menunjukkan assets. The results of SITASI2021 show that on
bahwa secara rata-rata lebih dari 70 persen unit average more than 70 percent of agricultural
ps
usaha pertanian di Indonesia memiliki kendaraan holdings in Indonesia have 2-wheeled vehicles,
.b

roda 2, telepon genggam/handphone, dan televisi. cell phones/mobile phones, and televisions. Half
w

Setengah dari unit usaha pertanian yang tercatat of the agricultural holdings recorded in SITASI on
w

pada SITASI 2021 memiliki kulkas. Sementara 2021 have refrigerators. While 4-wheeled vehicles,
//w

kendaraan roda 4, komputer/laptop, dan pendingin computers/laptops and air conditioners are only
ruangan/AC hanya dimiliki oleh kurang dari 10 owned by less than 10 percent of agricultural
s:

persen unit usaha pertanian di Indonesia. holdings in Indonesia.


tp
ht

Tiga jenis aset


yang paling banyak
dimiliki unit usaha
pertanian, 2021
The three types of
assets that are mostly Televisi Kendaraan Roda Dua Handphone
owned by agricultural Television Two-wheeled Vehicle Cellphone

holdings, 2021
85,55 % 83,22 % 76,64 %

77
INDIKATOR TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SEKTOR PERTANIAN 2021 04
01 02 03
Agricultural SDGs Indicator 2021

04
id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp

PENUTUP
ht

Closing

78 Photo by Jordan Owel on Unsplash


04 PENUTUP
Closing

id
o.
.g
ps
.b
w
w
//w
s:
tp
ht

04 79
INDIKATOR TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SEKTOR PERTANIAN 2021 04
01 02 03
Agricultural SDGs Indicator 2021

id
o.
.g
ps
Komitmen Indonesia untuk memenuhi pencapaian Indonesia’s commitment to fulfill SDG indicators by
.b

indikator TPB hingga tahun 2030, bukan semata- 2030 is not solely to fulfill global agreements but
mata untuk memenuhi kesepakatan global namun also to monitor and evaluate various development
w

juga untuk memantau dan mengevaluasi berbagai programs in improving the welfare of its people.
w

program pembangunan dalam meningkatkan SDGs are a common goal whose achievement
//w

kesejahteraan rakyatnya. TPB merupakan tujuan cannot only be carried out by the government.
s:

bersama yang pencapaiannya tidak bisa hanya In addition, because the goals and targets at
tp

dilakukan oleh pemerintah saja. Selain itu, karena SDGs cover environmental, social, economic,
tujuan dan target pada TPB yang mencakup governance and partnership issues, there will be
ht

isu lingkungan, sosial, ekonomi, tata kelola, dan no single formula to achieve them.
kemitraan, maka tidak akan ada rumus tunggal
untuk mencapainya.

Ketersediaan empat indikator TPB sektor The availability of four SDG indicators for the
pertanian di Indonesia melalui Survei Pertanian agricultural sector in Indonesia through the
Terintegrasi (SITASI) tahun 2021 diharapkan 2021 Integrated Agricultural Survey (SITASI) is
mampu menggambarkan capaian kinerja sektor expected to be able to describe the performance
pertanian terkait keberadaan petani skala kecil, achievements of the agricultural sector related
rata-rata produktivitas tenaga kerja (pendapatan to the presence of small-scale farmers, average
per hari kerja dalam setahun) petani skala kecil, labor productivity (income per working day in
pendapatan bersih aktual (pendapatan rata-rata) a year) of small-scale farmers, net income the
yang diperoleh petani skala kecil dari kegiatan actual (average income) earned by small-scale
pertanian yang dikelola, dan ukuran komprehensif farmers from managed agricultural activities,
sistem produksi pangan yang produktif dan and a comprehensive measure of a productive
berkelanjutan, serta capaian kesetaraan dan and sustainable food production system, as well
pemberdayaan kaum perempuan terhadap sumber as the achievement of equality and women’s
daya ekonomi di sektor pertanian. empowerment of economic resources in the
agricultural sector.

80
04 PENUTUP
Closing

Ketersediaan data-data pokok yang mencakup The availability of basic data covering technical,
dimensi teknis, ekonomi, lingkungan, dan sosial economic, environmental and social dimensions is
juga sangat dibutuhkan untuk mendukung also very much needed to support the formulation
penyusunan berbagai kebijakan pembangunan of various development policies in the agricultural
di sektor pertanian. Karakteristik utama sektor sector. The main characteristics of the agricultural
pertanian sebagai data pendukung pengambilan sector as supporting data for government policy
kebijakan pemerintah akan bermanfaat dalam making will be useful in establishing strategic
menetapkan program strategis yang berdampak programs that have a direct impact on increasing
langsung terhadap peningkatan produktivitas the productivity of agricultural holdings. Number
usaha pertanian. Jumlah unit usaha pertanian, of agricultural holdings, status of land ownership,
status kepemilikan lahan, jenis pekerja eksternal, type of external workers, status of land tenure,
status penguasaan lahan, rata-rata pendapatan average production income and other income,
produksi dan pendapatan lain, rata-rata biaya/ average costs/expenses, use of production,
pengeluaran, penggunaan produksi, peralatan, equipment, type and ownership of residence,
jenis dan kepemilikan tempat tinggal, sumber air sources of drinking water, and assets which is
minum, dan aset yang dimiliki. owned.

id
o.
Akhirnya, perlu komitmen dan kesadaran semua Finally, it requires commitment and awareness
pihak, baik pemerintah, pelaku usaha pertanian,
.g
of all parties, both the government, agricultural
ps
akademisi, filantropi, dan seluruh komponen holdings actors, academics, philanthropy, and all
bangsa bahwa untuk mewujudkan pertanian components of the nation that in order to realize
.b

berkelanjutan dengan kolaborasi dan sinergitas sustainable agriculture with collaboration and
w

dari seluruh pemangku kepentingan, baik nasional synergy from all stakeholders, both national and
w

maupun regional. Namun demikian, keberlanjutan regional. However, sustainability must be seen as
//w

harus dilihat sebagai proses, bukan sebagai titik a process, not as a single defined end point to be
akhir yang didefinisikan secara tunggal untuk achieved. All parties hope that the achievement of
s:

dicapai. Semua pihak berharap agar pencapaian these goals in sustainable agriculture will have a
tp

tujuan-tujuan pada pertanian berkelanjutan positive impact in supporting the achievement of


ht

ini akan berdampak positif dalam menunjang other SDG indicators.


tercapainya indikator TPB lainnya.

Photo by Kayla Paramajna on Unsplash


81
INDIKATOR TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SEKTOR PERTANIAN 2021 TABEL-TABEL
Agricultural SDGs Indicator 2021 Tables

id
o.
.g
ps
TABEL-TABEL
.b
w
w

Tables
//w
s:
tp
ht

82
TABEL-TABEL
Tables
SITASI2021-KOR

Tabel Jumlah dan Persentase Unit Usaha Pertanian menurut Provinsi dan Kategori Unit Usaha
1 Number and Percentage of Holdings by Province and Holding Categories
Tabel
2021

Kategori Unit Usaha


Provinsi Types of Holding Jumlah
%
Province Perorangan Kelompok Perusahaan Total
% % %
Individual Group Establishment
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (8)
Aceh 631 981 99,72 1 657 0,26 113 0,02 633 751 100,00
Sumatera Utara 1 281 504 99,83 1 866 0,15 380 0,03 1 283 750 100,00
Sumatera Barat 648 057 99,80 1 188 0,18 86 0,01 649 331 100,00
Riau 569 814 99,60 2 206 0,39 111 0,02 572 131 100,00
Jambi 443 931 99,94 221 0,05 31 0,01 444 183 100,00
Sumatra Selatan 926 777 99,98 33 - 113 0,01 926 923 100,00
Bengkulu 289 121 99,93 113 0,04 85 0,03 289 319 100,00

id
Lampung 1 181 644 99,98 112 0,01 183 0,02 1 181 939 100,00

o.
Kep Bangka Belitung 140 371 99,87 86 0,06 97 0,07 140 554 100,00
Kepulauan Riau 69 131 99,86 61
.g
0,09 35 0,05 69 227 100,00
ps
DKI Jakarta 30 454 99,72 44 0,14 42 0,14 30 540 100,00
.b

Jawa Barat 3 319 643 99,98 243 0,01 389 0,01 3 320 275 100,00
w

Jawa Tengah 4 103 095 99,98 496 0,01 165 - 4 103 756 100,00
w

D I Yogyakarta 472 320 99,98 73 0,02 14 - 472 406 100,00


//w

Jawa Timur 4 846 576 99,98 503 0,01 521 0,01 4 847 600 100,00
Banten 589 861 99,98 11 - 128 0,02 590 000 100,00
s:

Bali 375 303 99,89 340 0,09 61 0,02 375 704 100,00
tp

Nusa Tenggara Barat 644 432 99,98 57 0,01 70 0,01 644 559 100,00
ht

Nusa Tenggara Timur 820 079 99,88 967 0,12 44 0,01 821 090 100,00
Kalimantan Barat 634 223 99,90 211 0,03 392 0,06 634 827 100,00
Kalimantan Tengah 259 789 99,81 273 0,10 216 0,08 260 278 100,00
Kalimantan Selatan 444 115 99,89 338 0,08 144 0,03 444 598 100,00
Kalimantan Timur 201 715 99,81 235 0,12 151 0,07 202 101 100,00
Kalimantan Utara 48 437 98,14 847 1,72 71 0,14 49 355 100,00
Sulawesi Utara 238 877 99,86 293 0,12 41 0,02 239 211 100,00
Sulawesi Tengah 382 795 99,84 549 0,14 74 0,02 383 418 100,00
Sulawesi Selatan 966 687 99,95 373 0,04 65 0,01 967 125 100,00
Sulawesi Tenggara 301 590 99,96 64 0,02 42 0,01 301 696 100,00
Gorontalo 126 251 99,97 11 0,01 27 0,02 126 289 100,00
Sulawesi Barat 178 713 99,98 20 0,01 17 0,01 178 751 100,00
Maluku 183 436 99,88 172 0,09 56 0,03 183 664 100,00
Maluku Utara 136 300 99,73 340 0,25 27 0,02 136 666 100,00
Papua Barat 82 217 99,94 31 0,04 21 0,03 82 269 100,00
Papua 395 394 99,37 2 445 0,61 72 0,02 397 911 100,00

INDONESIA 25 964 632 99,92 16 481 0,06 4 083 0,02 25 985 196 100,00

83
INDIKATOR TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SEKTOR PERTANIAN 2021 TABEL-TABEL
Agricultural SDGs Indicator 2021 Tables

Persentase Unit usaha Pertanian Menurut Provinsi dan Status Kepemilikan Lahan
Tabel Pertanian yang Digunakan
2 Percentage of Agricultural Holdings by Province and Utilized Agricultural Land Ownership
Tabel Status
2021
Milik negara/
tanah adat
digunakan Milik negara/
bersama dengan tanah adat
Dimiliki Dimiliki Sewa perjanjian digunakan
dengan tanpa dengan Sewa tanpa tertulis bersama tanpa Menempati/ Tidak ada
dokumen dokumen perjanjian perjanjian (hak pakai perjanjian mengelola lahan
Provinsi resmi resmi tertulis tertulis bersertifikat) tertulis tanpa izin pertanian
Province Owned Owned Rented-in Rented-in State or communal State or communal Occupied/ No
with legal without with written without land used with land used without squatted without agricultural
written agreement written agreement
document legal agreement written (certified use
any permission land
document agreement rights)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)


Aceh 66,71 17,44 2,77 16,25 0,43 0,63 0,76 1,45
Sumatera Utara 63,06 24,36 3,87 12,12 1,30 1,93 2,52 2,04
Sumatera Barat 34,09 50,47 2,32 12,31 1,06 4,73 1,93 1,38
Riau 70,94 22,74 0,59 1,73 0,26 0,40 1,82 3,31

id
Jambi 74,12 21,07 0,50 3,49 0,21 0,73 0,99 2,37

o.
Sumatra Selatan 66,26 25,10 1,23 7,05 0,84 0,74 0,65 1,79
71,72 19,30 1,76 6,46 0,22 1,21 1,94 1,56
.g
Bengkulu

Lampung 76,90 12,75 1,83 5,59 2,35 2,66 2,13 1,38


ps
Kep Bangka Belitung 33,03 58,18 0,07 0,40 0,57 1,22 1,33 8,10
.b

Kepulauan Riau 53,29 13,70 0,69 0,88 0,61 2,36 5,01 25,90
w

DKI Jakarta 35,43 6,87 1,18 11,34 1,26 18,54 10,86 15,38
w

Jawa Barat 64,64 17,23 4,55 9,93 1,38 4,10 2,28 2,88
//w

Jawa Tengah 77,36 9,23 3,89 9,85 1,06 2,95 0,70 3,13
D I Yogyakarta 78,64 13,19 3,86 12,80 1,38 3,63 1,52 1,08
s:

Jawa Timur 75,47 13,92 3,70 5,07 1,53 3,62 0,53 3,26
tp

Banten 62,74 19,61 1,93 7,66 2,19 4,39 3,64 3,69


ht

Bali 66,56 11,44 2,42 14,02 1,79 3,06 3,14 2,96


Nusa Tenggara Barat 64,22 16,40 5,09 10,34 1,08 2,15 1,68 6,51
Nusa Tenggara Timur 60,18 36,44 0,53 2,27 0,85 4,36 3,56 1,21
Kalimantan Barat 59,11 38,08 0,53 7,51 0,09 0,90 1,86 1,47
Kalimantan Tengah 72,75 21,32 0,49 2,92 0,58 1,16 2,96 2,94
Kalimantan Selatan 59,16 27,52 1,36 16,10 0,19 1,00 0,97 2,17
Kalimantan Timur 68,51 16,27 0,94 3,79 0,95 2,34 5,77 5,29
Kalimantan Utara 47,02 26,08 0,24 1,57 0,25 8,16 3,92 14,40
Sulawesi Utara 50,63 32,62 0,86 6,33 0,57 1,94 3,23 6,40
Sulawesi Tengah 69,59 26,75 0,56 2,52 0,21 1,22 1,76 3,07
Sulawesi Selatan 61,10 24,72 2,20 12,02 0,46 2,36 3,43 4,00
Sulawesi Tenggara 69,74 20,39 0,65 2,17 0,29 2,06 3,04 7,37
Gorontalo 52,09 28,92 1,04 10,90 0,84 1,24 0,33 9,03
Sulawesi Barat 67,86 22,32 1,54 6,84 0,27 0,97 0,67 6,52
Maluku 26,31 62,76 0,17 1,68 1,11 4,99 1,56 5,17
Maluku Utara 38,12 57,77 0,14 0,50 0,25 0,83 2,91 3,15
Papua Barat 32,44 46,32 0,38 0,81 1,07 8,73 3,33 8,92
Papua 16,05 69,77 0,23 0,84 1,27 7,10 1,77 4,13

INDONESIA 67,29 20,23 2,85 7,93 1,13 2,93 1,66 3,12

84
TABEL-TABEL
Tables

Persentase Pengelola Unit Usaha Pertanian Perorangan menurut Provinsi, Subsektor,


Tabel dan Jenis Kelamin*
3
Tabel Percentage of Household Agricultural Holders by Province, Subsectors, and Sex
2021

Tanaman
Pangan Hortikultura Perkebunan Peternakan Perikanan Kehutanan
Provinsi Crop Horticulture Plantation Livestock Fishery Forestry
Province
%Lk %Pr %Lk %Pr %Lk %Pr %Lk %Pr %Lk %Pr %Lk %Pr
%Man %Woman %Man %Woman %Man %Woman %Man %Woman %Man %Woman %Man %Woman
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
Aceh 78,88 21,12 86,04 13,96 84,16 15,84 83,14 16,86 93,74 6,26 95,84 4,16
Sumatera Utara 80,45 19,55 82,67 17,33 82,66 17,34 86,03 13,97 94,25 5,75 87,70 12,30
Sumatera Barat 79,10 20,90 81,58 18,42 79,39 20,61 81,10 18,90 80,85 19,15 82,12 17,88
Riau 80,07 19,93 81,44 18,56 87,01 12,99 86,76 13,24 94,41 5,59 83,92 16,08
Jambi 82,56 17,44 87,95 12,05 89,52 10,48 91,18 8,82 97,11 2,89 84,88 15,12
Sumatra Selatan 90,78 9,22 88,73 11,27 90,87 9,13 92,68 7,32 95,02 4,98 92,31 7,69
Bengkulu 90,84 9,16 92,36 7,64 89,83 10,17 92,21 7,79 93,23 6,77 88,86 11,14

id
Lampung 93,61 6,39 92,19 7,81 92,63 7,37 94,05 5,95 94,84 5,16 93,24 6,76

o.
Kep Bangka Belitung 91,75 8,25 92,14 7,86 91,16 8,84 85,20 14,80 98,02 1,98 95,98 4,02

.g
Kepulauan Riau 90,82 9,18 83,94 16,06 81,69 18,31 86,09 13,91 98,53 1,47 95,43 4,57
ps
DKI Jakarta 89,94 10,06 86,36 13,64 100,00 0,00 90,57 9,43 95,06 4,94 0,00 0,00
Jawa Barat 88,39 11,61 90,86 9,14 88,07 11,93 92,55 7,45 94,99 5,01 87,80 12,20
.b

Jawa Tengah 88,00 12,00 88,64 11,36 87,10 12,90 88,63 11,37 94,10 5,90 87,30 12,70
w

D I Yogyakarta 85,66 14,34 87,39 12,61 83,39 16,61 85,73 14,27 90,61 9,39 86,93 13,07
w

Jawa Timur 85,47 14,53 85,93 14,07 85,42 14,58 87,40 12,60 93,49 6,51 87,07 12,93
//w

Banten 87,30 12,70 88,79 11,21 81,06 18,94 91,32 8,68 97,20 2,80 86,43 13,57
s:

Bali 95,87 4,13 93,75 6,25 93,03 6,97 94,60 5,40 99,91 0,09 96,58 3,42
tp

Nusa Tenggara Barat 87,12 12,88 88,71 11,29 89,07 10,93 94,04 5,96 97,71 2,29 91,86 8,14
ht

Nusa Tenggara Timur 82,57 17,43 84,70 15,30 84,13 15,87 84,22 15,78 93,78 6,22 86,10 13,90
Kalimantan Barat 87,49 12,51 87,85 12,15 90,25 9,75 91,02 8,98 96,12 3,88 94,36 5,64
Kalimantan Tengah 88,21 11,79 85,79 14,21 88,36 11,64 87,32 12,68 94,15 5,85 88,20 11,80
Kalimantan Selatan 83,52 16,48 84,72 15,28 85,29 14,71 87,88 12,12 95,63 4,37 90,15 9,85
Kalimantan Timur 91,15 8,85 89,92 10,08 89,35 10,65 92,01 7,99 96,07 3,93 97,64 2,36
Kalimantan Utara 91,62 8,38 89,95 10,05 93,54 6,46 91,62 8,38 97,04 2,96 92,58 7,42
Sulawesi Utara 92,93 7,07 90,68 9,32 90,52 9,48 93,19 6,81 98,54 1,46 92,50 7,50
Sulawesi Tengah 90,63 9,37 90,00 10,00 90,39 9,61 93,23 6,77 96,60 3,40 93,01 6,99
Sulawesi Selatan 89,19 10,81 86,80 13,20 86,06 13,94 87,68 12,32 96,23 3,77 88,00 12,00
Sulawesi Tenggara 84,59 15,41 84,13 15,87 88,68 11,32 87,29 12,71 95,72 4,28 87,55 12,45
Gorontalo 94,57 5,43 93,30 6,70 86,64 13,36 95,28 4,72 99,24 0,76 92,03 7,97
Sulawesi Barat 89,73 10,27 88,10 11,90 87,75 12,25 88,57 11,43 96,58 3,42 89,49 10,51
Maluku 87,57 12,43 85,81 14,19 91,06 8,94 91,83 8,17 96,76 3,24 89,47 10,53
Maluku Utara 85,35 14,65 89,18 10,82 91,15 8,85 90,82 9,18 98,95 1,05 94,39 5,61
Papua Barat 86,43 13,57 86,80 13,20 86,63 13,37 88,64 11,36 94,96 5,04 91,16 8,84
Papua 90,98 9,02 89,96 10,04 88,79 11,21 34,49 65,51 38,40 61,60 38,19 61,81

INDONESIA 86,79 13,21 87,78 12,22 87,30 12,70 88,02 11,98 80,19 19,81 62,57 37,43

*) subsektor peternakan mencakup juga pemelihara ternak dengan tujuan bukan untuk dijual / the livestock subsector includes raising livestock with the aim
of not being sold
85
INDIKATOR TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SEKTOR PERTANIAN 2021 TABEL-TABEL
Agricultural SDGs Indicator 2021 Tables

Tabel Persentase Unit Usaha Pertanian menurut Provinsi dan Jenis Pekerja Eksternal
4
Tabel Percentage of Agricultural Holdings by Province and External Worker Types
2021

Karyawan
Manajer/ Karyawan tetap sementara yang Pekerja lepas Pekerja yang
Provinsi
pengelola yang dibayar dibayar yang dibayar tidak dibayar
Province
Holder Paid permanent Paid temporary Paid casual Unpaid external
workers workers workers workers
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Aceh 0,69 1,28 2,65 81,97 13,42
Sumatera Utara 1,46 2,77 2,38 77,96 15,43
Sumatera Barat 0,74 1,92 1,92 85,89 9,53
Riau 3,84 18,65 4,08 65,73 7,70
Jambi 2,41 9,97 3,97 70,38 13,28
Sumatra Selatan 5,28 6,00 3,81 73,98 10,94

id
Bengkulu 4,16 4,48 4,11 73,67 13,58

o.
Lampung 2,56 2,05 2,91 77,61 14,86
Kep Bangka Belitung 5,74 5,10
.g 5,28 76,65 7,22
ps
Kepulauan Riau 4,25 20,19 7,74 47,14 20,68
.b

DKI Jakarta 7,55 12,23 1,72 64,55 13,95


w

Jawa Barat 4,23 1,59 3,24 81,85 9,09


w

Jawa Tengah 3,57 1,04 4,48 79,27 11,64


//w

D I Yogyakarta 2,80 1,14 5,75 72,35 17,97


Jawa Timur 3,07 1,39 4,15 80,47 10,91
s:

Banten 1,90 0,96 9,64 72,09 15,41


tp

Bali 3,51 1,38 3,57 79,87 11,66


ht

Nusa Tenggara Barat 5,84 0,96 0,98 72,07 20,15


Nusa Tenggara Timur 2,73 2,56 3,35 51,83 39,53
Kalimantan Barat 1,56 4,01 5,94 59,74 28,74
Kalimantan Tengah 2,53 5,93 8,49 60,99 22,05
Kalimantan Selatan 1,63 2,50 6,88 79,28 9,70
Kalimantan Timur 2,80 6,57 6,94 64,32 19,37
Kalimantan Utara 3,93 19,09 4,80 53,27 18,91
Sulawesi Utara 3,40 1,75 4,10 73,98 16,77
Sulawesi Tengah 1,20 1,27 9,59 65,32 22,62
Sulawesi Selatan 3,89 1,66 5,36 70,28 18,81
Sulawesi Tenggara 5,80 0,66 2,27 70,26 21,01
Gorontalo 6,66 1,48 5,17 71,97 14,72
Sulawesi Barat 0,94 6,01 7,17 69,85 16,03
Maluku 3,02 2,13 22,43 45,95 26,46
Maluku Utara 1,91 3,42 9,84 60,92 23,91
Papua Barat 5,76 11,45 9,56 47,98 25,26
Papua 1,45 10,22 3,54 63,77 21,02

INDONESIA 3,19 2,17 4,11 76,37 14,16

86
TABEL-TABEL
Tables

Tabel Persentase Unit Usaha Pertanian menurut Provinsi dan Jenis Tempat Tinggal
5
Tabel Percentage of Agricultural Holdings by Province and Dwelling Types
2021

Provinsi Rumah tunggal Semi rumah tunggal Lainnya


Province Detached house Semi-detached house Others

(1) (2) (3) (4)


Aceh 98,06 1,35 0,59
Sumatera Utara 97,29 2,04 0,67
Sumatera Barat 97,97 1,60 0,43
Riau 98,17 1,05 0,78
Jambi 98,17 0,93 0,90
Sumatra Selatan 98,64 0,84 0,52

id
Bengkulu 98,79 0,62 0,58

o.
Lampung 98,67 0,93 0,40
Kep Bangka Belitung 99,22
.g 0,52 0,26
ps
Kepulauan Riau 98,71 0,83 0,46
.b

DKI Jakarta 92,26 6,03 1,71


w

Jawa Barat 98,57 0,85 0,58


w

Jawa Tengah 99,64 0,18 0,18


//w

D I Yogyakarta 98,76 0,68 0,57


Jawa Timur 99,10 0,61 0,30
s:

Banten 98,31 1,61 0,08


tp

Bali 98,14 0,99 0,87


ht

Nusa Tenggara Barat 98,86 0,67 0,46


Nusa Tenggara Timur 98,25 1,05 0,71
Kalimantan Barat 99,24 0,52 0,24
Kalimantan Tengah 98,78 0,96 0,26
Kalimantan Selatan 99,21 0,78 0,01
Kalimantan Timur 98,17 1,09 0,75
Kalimantan Utara 95,55 2,14 2,31
Sulawesi Utara 98,86 0,57 0,57
Sulawesi Tengah 98,24 1,30 0,46
Sulawesi Selatan 98,10 1,41 0,49
Sulawesi Tenggara 98,76 1,01 0,23
Gorontalo 99,33 0,25 0,42
Sulawesi Barat 98,27 1,24 0,48
Maluku 98,94 0,49 0,58
Maluku Utara 99,32 0,44 0,24
Papua Barat 97,66 1,60 0,74
Papua 98,68 1,04 0,29

INDONESIA 98,74 0,84 0,42

87
INDIKATOR TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SEKTOR PERTANIAN 2021 TABEL-TABEL
Agricultural SDGs Indicator 2021
SITASI2021-EKONOMI Tables

Tabel Persentase Luas Lahan Pertanian menurut Provinsi dan Status Penguasaan
6
Tabel Percentage of Agricultural Land Areas by Province and Ownership Status
2021

Milik Milik negara Milik negara


Milik sendiri sendiri Sewa Sewa atau milik atau milik
dengan tanpa dengan tanpa bersama dengan bersama tanpa Menempati/
dokumen dokumen perjanjian perjanjian perjanjian perjanjian mengelola Total
Provinsi resmi resmi tertulis tertulis tertulis tertulis tanpa izin Lahan
Province Owned Owned Rented-in Rented-in State or State or Occupied/ Land total
with legal without with written without communal land communal squatted
document legal agreement written used with written land used without any
document agreement agreement without written permission
agreement
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Aceh 37,94 12,90 0,01 49,12 0,02 0,00 0,00 100,00
Sumatera Utara 90,43 3,54 2,99 2,62 0,26 0,12 0,04 100,00
Sumatera Barat 50,06 13,16 0,75 34,16 1,40 0,30 0,16 100,00
Riau 88,83 7,35 3,68 0,10 0,00 0,01 0,03 100,00

id
Jambi 81,92 8,88 0,96 0,76 7,23 0,11 0,14 100,00

o.
Sumatra Selatan 98,57 0,56 0,03 0,14 0,63 0,04 0,02 100,00
99,93 0,02 0,00 0,00 0,01 0,02 0,00 100,00
.g
Bengkulu
99,93 0,03 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 100,00
ps
Lampung
Kep Bangka Belitung 37,67 14,88 0,00 0,06 1,28 45,86 0,24 100,00
.b

Kepulauan Riau 99,79 0,14 0,01 0,01 0,00 0,01 0,04 100,00
w

DKI Jakarta 60,72 10,90 0,44 15,44 0,63 7,64 4,23 100,00
w

Jawa Barat 98,17 0,44 0,34 0,30 0,45 0,25 0,06 100,00
//w

Jawa Tengah 64,34 7,73 3,50 8,49 11,55 3,50 0,90 100,00
D I Yogyakarta 54,74 12,50 2,83 11,45 13,73 3,66 1,10 100,00
s:

Jawa Timur 94,76 0,86 1,46 0,47 1,77 0,62 0,06 100,00
tp

Banten 97,15 1,12 0,20 0,85 0,15 0,30 0,23 100,00


ht

Bali 51,79 10,02 4,34 7,01 13,45 10,61 2,78 100,00


Nusa Tenggara Barat 96,66 1,12 0,53 1,02 0,10 0,40 0,17 100,00
Nusa Tenggara Timur 87,39 11,61 0,07 0,23 0,10 0,39 0,21 100,00
Kalimantan Barat 99,90 0,03 0,00 0,00 0,06 0,00 0,00 100,00
Kalimantan Tengah 99,61 0,08 0,00 0,02 0,10 0,04 0,16 100,00
Kalimantan Selatan 79,03 8,03 0,62 7,60 3,89 0,41 0,42 100,00
Kalimantan Timur 38,94 7,37 2,56 1,09 48,21 0,58 1,25 100,00
Kalimantan Utara 99,44 0,01 0,00 0,00 0,08 0,47 0,00 100,00
Sulawesi Utara 57,69 28,52 1,18 6,01 1,71 1,35 3,54 100,00
Sulawesi Tengah 99,77 0,06 0,00 0,16 0,00 0,00 0,00 100,00
Sulawesi Selatan 98,92 0,51 0,15 0,23 0,08 0,05 0,07 100,00
Sulawesi Tenggara 79,53 8,26 0,35 2,02 8,18 0,63 1,02 100,00
Gorontalo 31,53 16,46 42,08 5,20 3,94 0,56 0,22 100,00
Sulawesi Barat 76,07 18,46 0,72 2,54 1,50 0,39 0,31 100,00
Maluku 24,56 16,63 0,02 0,12 58,28 0,28 0,09 100,00
Maluku Utara 0,15 99,85 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 100,00
Papua Barat 3,92 0,08 0,03 0,00 4,39 91,57 0,01 100,00
Papua 80,76 13,50 0,17 0,49 2,42 2,23 0,43 100,00

INDONESIA 86,44 4,91 0,11 7,89 0,14 0,48 0,02 100,00

88
TABEL-TABEL
Tables

Persentase Pendapatan Produksi Pertanian (yang Dijual) menurut Provinsi dan Subsektor
Tabel yang Diusahakan
7
Tabel Percentage of Agricultural Production Income (Sold) by Province and Subsectors
2021

Tanaman
Provinsi Hortikultura Perkebunan Peternakan Perikanan Kehutanan Total
Pangan
Province Horticulture Plantation Livestock Fishery Forestry Total
Crop

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)


Aceh 4,18 4,64 10,94 5,74 56,05 18,45 100
Sumatera Utara 12,86 12,79 16,77 17,73 34,58 5,26 100
Sumatera Barat 4,41 5,07 24,15 17,07 29,44 19,86 100
Riau 2,90 12,00 22,50 15,14 32,80 14,66 100
Jambi 3,60 11,00 24,90 6,56 14,31 39,63 100
Sumatra Selatan 5,11 8,68 13,52 13,77 47,00 11,92 100

id
Bengkulu 4,31 9,37 10,54 14,96 46,25 14,57 100

o.
Lampung 8,43 5,52 7,00 10,35 57,03 11,68 100
Kep Bangka Belitung 1,37 3,05 9,23
.g
26,29 50,49 9,56 100
ps
Kepulauan Riau 3,35 6,49 9,28 15,86 45,51 19,51 100
.b

DKI Jakarta 0,17 2,92 1,11 12,70 10,54 72,56 100


w

Jawa Barat 3,28 14,93 7,52 32,18 36,59 5,50 100


w

Jawa Tengah 1,07 2,74 2,32 6,25 31,16 56,47 100


//w

D I Yogyakarta 2,61 3,94 3,00 62,64 18,16 9,65 100


Jawa Timur 3,19 8,00 6,12 17,41 54,49 10,80 100
s:

Banten 2,48 4,38 11,14 29,23 47,55 5,22 100


tp

Bali 1,64 4,56 9,10 38,11 41,68 4,92 100


ht

Nusa Tenggara Barat 5,13 5,04 11,72 13,89 49,63 14,59 100
Nusa Tenggara Timur 19,92 4,95 7,79 10,60 50,13 6,62 100
Kalimantan Barat 4,61 8,79 18,80 16,03 41,67 10,10 100
Kalimantan Tengah 9,91 5,65 31,86 16,07 13,98 22,53 100
Kalimantan Selatan 4,90 7,01 17,28 20,85 19,76 30,19 100
Kalimantan Timur 4,50 3,76 13,64 11,68 25,70 40,72 100
Kalimantan Utara 1,47 5,97 17,67 21,11 32,11 21,66 100
Sulawesi Utara 4,59 14,01 9,07 8,93 58,28 5,13 100
Sulawesi Tengah 13,76 4,66 13,89 16,62 42,15 8,92 100
Sulawesi Selatan 4,79 3,74 6,65 14,99 67,00 2,82 100
Sulawesi Tenggara 2,98 2,28 4,18 2,42 43,17 44,97 100
Gorontalo 16,69 9,63 4,72 9,18 35,91 23,87 100
Sulawesi Barat 2,38 4,39 22,56 9,76 58,19 2,72 100
Maluku 2,29 3,42 2,70 2,51 24,47 64,61 100
Maluku Utara 6,49 7,68 15,91 8,32 45,40 16,20 100
Papua Barat 3,42 3,99 32,30 8,29 40,78 11,21 100
Papua 2,95 2,45 2,18 28,82 53,46 10,15 100

INDONESIA 4,31 5,33 9,99 12,71 36,45 31,21 100

89
INDIKATOR TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SEKTOR PERTANIAN 2021 TABEL-TABEL
Agricultural SDGs Indicator 2021 Tables

Tabel Rata-rata Pendapatan Lain dari Unit Usaha Pertanian menurut Provinsi dan Jenis
8 Pendapatan
Tabel Average of Other Income from Agricultural Holdings by Province and Income Types
2021
(ribuan rupiah/ thousand rupiahs)
Pendapatan Pendapatan
Lain dari Kegiatan Subsidi dan ART yang Tidak
Pelaku Usaha Pengolahan Diversifikasi Produksi Transfer yang Terkait Pelaku
Provinsi Pertanian Hasil Pertanian Lain Listrik Diterima Usaha Pertanian
Province Other income On-farm Other Electricity Subsidies Household
from agriculture processing of diversification produced and transfers member’s income
holder agricultural activities received not relate to
products agricultural
activities

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)


Aceh 16 067,34 420 994,31 21 105,53 600,00 1 079,09 16 880,77
Sumatera Utara 19 469,65 323 218,27 27 789,48 362,33 1 553,22 21 999,02
Sumatera Barat 18 112,25 105 064,99 19 885,48 - 2 100,75 20 881,17
Riau 21 047,64 27 582,38 34 175,65 - 5 264,54 99 585,91
27 612,15 7 246,64 11 470,42 - 6 202,61 35 257,52

id
Jambi
13 012,30 859 958,85 28 978,16 - 5 904,31 28 254,53

o.
Sumatra Selatan
Bengkulu 17 430,83 156 479,88 17 257,09 - 4 335,97 90 081,40
Lampung 13 670,65 8 095,64 257 598,87
.g - 2 520,30 14 526,06
ps
Kep Bangka Belitung 36 569,33 1 179 720,27 28 645,27 - 1 979,88 31 509,30
.b

Kepulauan Riau 22 735,76 49 465,25 37 338,89 - 3 387,69 21 059,37


w

DKI Jakarta 29 867,69 1 687 755,18 225 617,02 - 3 839,92 73 535,63


w

Jawa Barat 14 152,30 37 796,80 17 342,78 3 394,91 3 442,10 36 579,94


//w

Jawa Tengah 15 660,79 15 125,73 16 247,95 - 1 980,79 33 306,57


D I Yogyakarta 17 919,05 18 629,64 8 394,21 - 1 391,58 20 349,82
s:

Jawa Timur 52 072,37 94 673,18 16 714,63 - 2 488,51 20 063,54


tp

Banten 25 104,84 1 287,00 7 159,44 - 2 647,13 22 589,03


ht

Bali 19 422,60 9 057,93 13 666,51 - 1 391,11 53 559,66


Nusa Tenggara Barat 10 181,40 21 876,37 13 442,12 - 3 106,41 11 619,37
Nusa Tenggara Timur 8 588,97 4 962,40 63 036,94 500,00 2 341,90 18 033,45
Kalimantan Barat 20 417,53 1 115 115,27 26 667,08 415,89 1 507,09 73 000,91
Kalimantan Tengah 67 093,03 1 961 035,18 40 631,30 550,89 3 026,06 25 180,94
Kalimantan Selatan 12 620,87 40 554,38 16 994,91 540,00 871,79 18 662,79
Kalimantan Timur 29 299,99 2 238 007,60 29 661,34 41,08 3 009,80 35 940,01
Kalimantan Utara 22 516,33 15 704 921,96 31 904,92 - 5 289,92 106 407,78
Sulawesi Utara 53 027,53 12 378,98 16 520,35 - 6 190,75 49 453,96
Sulawesi Tengah 45 836,24 34 332,27 18 257,60 - 2 573,34 18 287,04
Sulawesi Selatan 13 657,62 126 461,24 16 070,36 - 2 871,28 15 884,62
Sulawesi Tenggara 17 232,61 45 389,94 105 945,64 - 2 184,55 26 920,06
Gorontalo 10 864,95 38 117,61 15 274,41 - 4 784,97 14 905,05
Sulawesi Barat 10 976,42 1 260 324,49 8 841,58 - 2 815,82 13 209,98
Maluku 568 048,08 18 061,15 8 554,82 4 000,00 2 947,73 21 105,60
Maluku Utara 31 306,37 17 945,45 47 684,28 703,26 2 688,58 24 725,61
Papua Barat 80 699,10 20 329,77 10 764,18 - 4 297,71 48 334,93
Papua 22 914,59 182 229,17 30 047,89 - 4 594,69 38 278,44

INDONESIA 26 546,48 163 992,19 28 701,13 496,62 2 545,01 28 928,86

90
TABEL-TABEL
Tables

Tabel Rata-rata Pengeluaran Unit Usaha Pertanian menurut Provinsi dan Jenis Pengeluaran
9
Tabel Average of Agricultural Holding Expenses by Provinse and Expences Types
2021
(ribuan rupiah/ thousand rupiahs)

Input dan Input dan Input dan Input dan


Sumber Jasa untuk Jasa untuk Jasa untuk Jasa untuk Input
Daya Produksi Produksi Produksi Produksi Tenaga Pajak dan
Provinsi Input Tanaman Peternakan Perikanan Kehutanan Kerja Biaya Lain Lisensi
Province Input Input and Input and Input and Input and Labour input Other inputs Taxes and
Resources services services for services services licenses
for crop livestock for fishery for forestry
production production production production

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)


Aceh 2 712,31 8 660,67 3 032,81 14 987,36 1 334,52 5 564,42 1 109,04 451,94
Sumatera Utara 6 040,11 28 994,79 10 025,36 12 749,20 1 263,84 8 187,36 1 165,43 260,07
Sumatera Barat 5 194,20 11 245,41 20 201,05 23 936,85 1 419,72 12 117,17 1 351,37 129,86
Riau 2 779,36 12 244,23 85 415,59 9 330,50 2 958,56 26 715,22 1 792,40 463,09
2 268,94 8 344,15 3 328,09 12 786,54 3 164,07 43 323,48 1 542,80 548,53

id
Jambi
4 031,73 10 556,31 157 054,84 16 461,78 737,19 15 382,50 1 542,40 1 417,54

o.
Sumatra Selatan
Bengkulu 2 203,84 3 473,58 3 499,70 16 413,54 116 068,94 7 913,17 1 001,44 196,46
Lampung 2 331,89 4 507,70 21 384,85 25 857,63
.g 953,86 4 300,31 1 083,71 206,38
ps
Kep Bangka Belitung 4 963,37 12 989,02 19 216,92 14 049,02 22 315,73 31 075,33 1 492,45 1 175,06
.b

Kepulauan Riau 7 460,43 3 298,82 23 922,97 8 677,06 16 346,81 26 663,78 1 717,62 307,86
w

DKI Jakarta 23 859,63 60 613,43 175 838,48 30 653,11 162 683,33 43 137,76 4 023,07 2 396,07
w

Jawa Barat 2 620,86 2 557,46 11 123,01 12 259,90 1 065,21 347 371,55 1 236,96 250,53
//w

Jawa Tengah 2 261,58 2 932,74 7 592,17 8 911,63 671,00 3 137,22 883,29 229,34
D I Yogyakarta 1 370,35 1 511,41 4 339,38 4 820,30 569,56 1 947,13 608,47 227,23
s:

Jawa Timur 2 675,89 3 510,01 12 621,42 12 120,80 2 173,28 4 730,58 1 063,00 303,12
tp

Banten 1 649,68 1 183,80 61 851,89 11 572,33 1 172,92 3 104,78 992,50 182,01


ht

Bali 6 298,47 2 705,46 10 500,68 10 451,87 1 267,10 5 834,94 847,51 361,78


Nusa Tenggara Barat 2 191,61 4 859,02 7 681,00 13 542,73 681,32 3 705,29 1 854,86 174,97
Nusa Tenggara Timur 1 240,85 15 581,88 1 723,12 3 541,88 199,73 2 930,73 805,05 93,89
Kalimantan Barat 4 590,23 6 648,45 15 182,42 9 816,95 6 243,83 24 167,17 3 664,15 1 188,48
Kalimantan Tengah 4 680,04 24 864,06 6 541,83 16 353,17 2 840,49 76 098,52 3 518,16 2 694,42
Kalimantan Selatan 2 613,32 1 783,03 8 716,85 8 535,24 2 077,33 5 906,43 602,32 174,98
Kalimantan Timur 4 167,64 6 379,31 11 740,01 11 011,60 1 478,52 11 468,00 1 850,26 290,20
Kalimantan Utara 10 733,06 11 474,03 44 766,23 10 668,88 1 874,50 61 853,67 4 815,71 2 002,80
Sulawesi Utara 2 553,92 224 172,80 14 266,94 8 084,76 127 379,10 27 069,86 1 122,68 347,55
Sulawesi Tengah 3 096,18 2 697,75 6 762,14 3 416,66 824,02 5 470,41 1 568,10 183,06
Sulawesi Selatan 2 738,70 7 632,23 8 767,30 7 589,21 1 992,70 4 340,22 1 568,46 243,63
Sulawesi Tenggara 2 104,86 2 800,36 2 625,87 6 455,21 979,84 4 941,96 989,95 259,69
Gorontalo 2 640,77 5 387,83 6 682,94 5 277,82 2 828,01 5 171,35 1 635,55 201,01
Sulawesi Barat 2 268,35 2 962,82 2 714,58 7 164,17 229,38 18 649,47 1 215,83 109,75
Maluku 2 305,69 3 942,11 1 618,23 25 615,63 220,65 21 508,77 3 665,63 147,61
Maluku Utara 2 499,25 3 270,66 4 487,05 4 513,72 7 298,09 8 019,68 2 663,97 242,01
Papua Barat 8 218,91 10 775,04 3 013,08 19 217,14 2 054,94 43 176,44 40 115,05 6 753,22
Papua 7 539,42 2 622,07 4 403,35 5 215,60 1 377,07 36 280,56 2 456,79 567,63

INDONESIA 2 867,49 7 250,10 12 528,53 11 387,60 2 008,33 64 475,09 1 306,26 322,67

91
INDIKATOR TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SEKTOR PERTANIAN 2021 TABEL-TABEL
Agricultural SDGs Indicator 2021 Tables

Rata-rata Biaya Investasi, Keuangan, dan Asuransi yang Dibayarkan oleh Unit Usaha
Tabel Pertanian menurut Provinsi dan Jenis Biaya
10
Tabel Average of Investation, Finance, and Insurance Cost Paid by Agricultural Holdings by Province
and Cost Types
2021 (ribuan rupiah/ thousand rupiahs)

Provinsi Penanaman Modal Pinjaman Tunai Asuransi


Province Capital investment Loans and financing Insurance

(1) (2) (3) (4)


Aceh 4 800,45 21 999,20 454,14
Sumatera Utara 7 646,29 15 662,33 1 226,28
Sumatera Barat 13 737,55 17 274,29 415,89
Riau 8 734,08 24 400,97 4 032,28
Jambi 41 292,50 26 671,66 1 851,56
Sumatra Selatan 21 643,31 8 038,53 -

id
Bengkulu 7 578,02 32 184,01 2 537,94

o.
Lampung 30 343,54 13 620,49 263,09
Kep Bangka Belitung 29 917,12
.g
14 727,09 91 905,37
ps
Kepulauan Riau 7 804,59 19 853,98 1 139,88
.b

DKI Jakarta 3 603,70 201 784,04 208 211,64


w

Jawa Barat 18 966,66 12 938,89 1 736,11


w

Jawa Tengah 14 283,50 14 586,50 2 503,97


//w

D I Yogyakarta 9 492,68 78 545,04 -


Jawa Timur 11 229,11 10 886,54 3 670,92
s:

Banten 2 375,68 6 014,83 29,53


tp

Bali 5 613,35 22 693,05 1 400,00


ht

Nusa Tenggara Barat 11 080,50 15 968,83 2 204,40


Nusa Tenggara Timur 2 599,78 9 648,03 -
Kalimantan Barat 6 553,68 19 003,99 2 388,70
Kalimantan Tengah 16 411,94 23 964,62 174,44
Kalimantan Selatan 5 651,52 11 485,68 3 523,37
Kalimantan Timur 10 784,79 34 694,63 409,80
Kalimantan Utara 17 676,78 21 755,56 49 729,01
Sulawesi Utara 11 939,01 10 846,75 -
Sulawesi Tengah 11 603,71 15 139,62 629,69
Sulawesi Selatan 16 674,67 17 815,45 207,84
Sulawesi Tenggara 16 265,22 18 940,06 107,20
Gorontalo 6 118,84 13 792,42 2 150,00
Sulawesi Barat 14 141,60 14 797,29 1 682,38
Maluku 3 685,66 43 353,85 18 800,00
Maluku Utara 1 956,03 15 137,04 -
Papua Barat 7 215,85 149 850,40 -
Papua 1 722,39 18 893,92 11 467,04

INDONESIA 11 159,02 16 604,17 1 630,24

92
TABEL-TABEL
Tables

Rata-rata Persentase Penggunaan Produksi Unit Usaha Pertanian menurut Provinsi dan
Tabel Jenis Penggunaan
11
Tabel Average Percentage of Agricultural Holdings Production Used by Province and Used Types
2021

Dibayarkan
ke penyedia
sarana Kebutuhan Perbaikan Disimpan
Upah produksi dan rumah Pakan perlindungan untuk
Provinsi Dijual pekerja jasa tangga ternak lingkungan dijual Lainnya
Province Sold Wages for Given to other Retained for Animal feed Environmental Stored for Others
labour service or input household Protection later sales
providers Improvement

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)


Aceh 75,06 13,53 14,61 32,05 14,92 10,35 48,11 27,87
Sumatera Utara 88,30 15,80 16,22 28,39 17,42 8,66 56,07 29,02
Sumatera Barat 83,49 16,56 19,71 35,01 19,65 9,74 69,15 41,36
Riau 92,69 15,05 9,12 40,88 20,57 9,85 60,96 42,32
Jambi 89,74 13,16 10,64 41,70 14,03 10,40 61,69 41,63
Sumatra Selatan 86,55 13,91 11,53 28,98 17,54 18,88 39,91 30,03

id
Bengkulu 91,83 12,08 13,90 29,45 41,08 13,88 71,38 50,33

o.
Lampung 83,95 14,59 12,51 35,22 15,61 9,96 68,27 47,50
Kep Bangka Belitung 92,58 13,02 15,59 31,05
.g 31,07 7,58 65,06 41,53
ps
Kepulauan Riau 90,49 21,33 10,94 15,13 17,46 11,14 58,88 37,26
.b

DKI Jakarta 79,60 14,47 11,23 20,45 15,58 8,66 30,91 34,75
w

Jawa Barat 69,15 15,96 16,04 37,83 15,16 7,90 39,33 25,91
w

Jawa Tengah 78,85 14,82 16,88 38,65 20,75 8,83 61,54 37,14
//w

D I Yogyakarta 76,16 14,56 21,82 44,50 18,29 8,47 60,73 46,85


Jawa Timur 78,36 15,45 14,47 36,99 15,32 7,80 65,76 36,09
s:

Banten 60,09 16,55 16,66 37,63 18,24 9,44 28,52 22,98


tp

Bali 84,25 14,15 22,56 34,23 19,88 15,61 80,81 51,00


ht

Nusa Tenggara Barat 75,56 15,36 14,24 43,61 16,90 8,52 66,32 29,31
Nusa Tenggara Timur 72,55 12,91 14,21 61,25 15,46 16,08 61,28 36,16
Kalimantan Barat 87,41 14,34 17,50 51,89 23,24 6,25 51,24 20,11
Kalimantan Tengah 87,52 16,29 19,07 42,25 18,43 24,96 56,67 69,02
Kalimantan Selatan 81,19 14,54 18,35 41,37 17,24 12,38 51,50 16,59
Kalimantan Timur 87,65 15,59 13,66 25,61 17,71 9,32 59,35 21,73
Kalimantan Utara 85,18 13,68 24,48 44,19 11,77 9,48 79,95 24,32
Sulawesi Utara 86,76 22,08 13,54 22,45 22,10 7,11 58,79 40,14
Sulawesi Tengah 84,94 15,97 13,79 39,20 11,37 11,84 56,29 27,01
Sulawesi Selatan 72,07 12,07 13,25 38,40 10,63 7,53 55,25 30,30
Sulawesi Tenggara 84,18 12,26 12,13 31,83 16,25 8,63 55,34 57,21
Gorontalo 88,99 17,52 13,58 20,82 11,45 5,35 92,04 48,29
Sulawesi Barat 83,11 13,08 13,51 39,51 9,51 7,63 74,72 40,65
Maluku 80,83 19,05 16,94 47,64 31,62 14,65 56,93 21,61
Maluku Utara 92,17 21,22 9,41 25,96 15,26 9,19 67,49 12,44
Papua Barat 81,32 11,45 15,53 24,80 13,67 12,00 55,62 36,80
Papua 60,03 13,45 19,14 44,20 12,15 11,67 31,57 42,34

INDONESIA 78,50 15,12 15,25 39,04 16,46 8,71 58,52 34,72

93
INDIKATOR TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SEKTOR PERTANIAN 2021 TABEL-TABEL
Agricultural SDGs Indicator 2021
SITASI2021-MPA Tables

Persentase Unit Usaha Pertanian menurut Provinsi dan Kategori Peralatan yang
Tabel Digunakan
12
Tabel Percentage of Agricultural Holdings by Province and Equipments Used Types

2021

Provinsi Peralatan Manual Peralatan Bertenaga Hewan Peralatan Bertenaga Mesin


Province Manual Equipment Animal powered equipment Machinery equipment

(1) (2) (3) (4)

Aceh 96,77 0,52 38,18


Sumatera Utara 95,83 0,10 33,54
Sumatera Barat 97,04 0,89 29,54
Riau 92,68 0,05 15,36
Jambi 95,09 0,20 28,51

id
Sumatra Selatan 97,55 0,08 24,73

o.
Bengkulu 98,57 0,34 33,16
Lampung 96,39
.g
1,62 38,35
ps
Kep Bangka Belitung 95,11 - 11,48
.b

Kepulauan Riau 94,15 - 36,69


74,82 - 26,01
w

DKI Jakarta
95,95 4,09 39,32
w

Jawa Barat
//w

Jawa Tengah 95,48 1,09 45,11


D I Yogyakarta 93,58 0,22 28,78
s:

Jawa Timur 95,13 5,53 45,27


tp

Banten 95,92 2,01 52,24


ht

Bali 97,25 2,08 35,41


Nusa Tenggara Barat 96,74 1,52 60,60
Nusa Tenggara Timur 98,63 1,86 30,38
Kalimantan Barat 99,03 0,09 18,83
Kalimantan Tengah 97,58 0,14 26,81
Kalimantan Selatan 98,26 0,36 27,64
Kalimantan Timur 96,62 0,12 45,79
Kalimantan Utara 97,98 0,42 42,01
Sulawesi Utara 91,50 7,40 30,61
Sulawesi Tengah 97,93 5,12 35,63
Sulawesi Selatan 95,63 1,06 63,98
Sulawesi Tenggara 95,24 0,06 26,76
Gorontalo 91,78 17,37 45,99
Sulawesi Barat 97,42 0,33 35,73
Maluku 95,77 0,28 15,45
Maluku Utara 97,00 2,58 32,99
Papua Barat 94,61 0,07 15,48
Papua 98,07 0,19 7,84

INDONESIA 95,96 2,33 38,68

94
TABEL-TABEL
Tables

Persentase Unit Usaha Pertanian menurut Provinsi dan Kategori Peralatan Bertenaga
Tabel Mesin yang Digunakan
13
Tabel Average Percentage of Agricultural Holdings Production Used by Province and Used Types
2021

Peralatan
Traktor, persiapan
Peralatan buldoser, lahan dan Peralatan Peralatan Peralatan Peralatan Peralatan
mesin kendaraan peralatan perawatan Peralatan pasca produksi produksi irigasi/
Provinsi umum lain tanam tanaman panen panen ternak perikanan pengairan
Province Machinery Tractors, Land Crop Crop Post harvest Livestock Fishery Irrigation
for general buldozers, preparation maintenance harvesting equipment production production equipment
use and other and planting equipment equipment equipment equipment
vehicles equipment

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Aceh 49,10 32,59 37,64 36,82 31,31 25,09 0,15 2,45 5,82
Sumatera Utara 69,85 28,86 37,72 40,20 11,89 31,86 0,54 3,57 8,64
Sumatera Barat 59,31 23,93 55,14 36,84 13,61 31,63 0,29 1,24 2,54
Riau 66,97 35,31 15,71 46,57 37,66 18,57 0,28 5,24 8,40
Jambi 53,32 50,23 25,74 33,92 15,65 22,09 0,02 0,74 3,49

id
Sumatra Selatan 75,36 39,86 41,02 46,18 36,84 43,79 0,81 1,03 8,33

o.
Bengkulu 73,75 47,27 25,91 40,05 13,02 46,50 0,01 0,46 0,58
Lampung 76,58 54,83 77,72 50,96
.g 35,79 27,83 1,60 2,80 7,28
ps
Kep Bangka Belitung 82,82 29,94 17,24 11,03 19,62 5,45 0,52 38,87 3,74
.b

Kepulauan Riau 64,61 19,65 3,28 8,12 5,49 0,73 0,51 59,18 4,03
97,45 22,60 18,11 24,36 16,68 16,88 1,20 61,57 6,90
w

DKI Jakarta
73,56 64,94 77,03 46,49 18,90 27,60 0,15 1,49 16,69
w

Jawa Barat
79,73 66,51 76,11 60,66 37,65 47,15 0,34 2,19 26,48
//w

Jawa Tengah
D I Yogyakarta 78,56 59,74 74,78 40,40 29,76 44,51 2,31 2,04 28,37
s:

Jawa Timur 75,02 60,65 79,71 58,51 36,11 50,04 0,65 2,31 34,42
tp

Banten 70,72 78,56 68,51 59,86 41,87 19,70 0,10 0,73 22,45
ht

Bali 71,76 59,06 49,60 58,15 26,13 14,81 0,81 4,96 7,30
Nusa Tenggara Barat 60,68 52,90 57,98 61,70 36,12 43,29 0,03 3,59 22,82
Nusa Tenggara Timur 50,07 43,70 43,04 32,38 10,19 66,29 0,30 5,39 5,48
Kalimantan Barat 66,45 38,92 34,89 39,95 15,81 51,19 1,42 7,74 3,41
Kalimantan Tengah 61,37 29,62 16,54 34,12 18,14 12,65 3,16 13,38 5,49
Kalimantan Selatan 44,69 26,00 20,68 35,69 14,15 38,07 1,02 9,37 3,78
Kalimantan Timur 85,60 46,21 17,41 34,14 21,87 18,22 0,98 19,02 11,83
Kalimantan Utara 71,93 19,83 12,02 24,25 12,74 23,22 0,50 34,83 2,12
Sulawesi Utara 85,08 29,33 33,34 47,76 15,26 34,40 0,40 11,11 2,66
Sulawesi Tengah 60,61 35,26 35,49 47,56 32,03 32,01 1,45 10,31 3,37
Sulawesi Selatan 81,46 63,85 69,25 55,40 53,88 32,03 0,48 5,36 20,45
Sulawesi Tenggara 65,60 39,44 46,43 39,01 39,90 21,38 0,60 25,51 9,51
Gorontalo 68,65 24,96 29,85 41,19 13,18 61,45 0,30 12,36 4,88
Sulawesi Barat 68,44 40,25 48,21 34,27 44,29 29,71 0,20 12,16 6,99
Maluku 71,06 25,59 30,56 26,48 15,65 17,17 0,19 34,01 4,79
Maluku Utara 57,22 20,58 18,36 16,62 7,43 3,34 0,20 18,19 1,13
Papua Barat 68,23 27,01 20,24 18,38 14,61 11,33 0,44 43,54 7,19
Papua 54,11 26,55 29,87 28,75 28,83 6,07 0,23 36,06 34,65

INDONESIA 72,45 55,51 64,39 51,23 31,09 38,51 0,53 3,99 19,82

95
INDIKATOR TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SEKTOR PERTANIAN 2021 TABEL-TABEL
Agricultural SDGs Indicator 2021 Tables

Persentase Unit Usaha Pertanian menurut Provinsi dan Kategori Bangunan Bukan Tempat
Tabel Tinggal yang Digunakan
14
Tabel Percentage of Agricultural Holdings by Province and Non-residential Building Types

2021

Bangunan Bukan Tempat Bangunan Bukan Tempat Bagunan Bukan Tempat Tinggal
Provinsi Tinggal untuk Tanaman Tinggal untuk Ternak untuk Kegiatan Kehutanan
Province Non-residential building for Non-residential building for Non-residential building for
crop use livestock use forestry use

(1) (2) (3) (4)


Aceh 2,81 18,76 0,25
Sumatera Utara 1,53 14,85 0,11
Sumatera Barat 2,90 19,15 0,47
Riau 1,07 8,70 0,08
Jambi 1,99 9,90 0,14
Sumatra Selatan 2,97 9,69 0,18

id
Bengkulu 2,65 11,43 0,16

o.
Lampung 3,33 33,94 0,02
Kep Bangka Belitung 1,48
.g
5,58 0,04
ps
Kepulauan Riau 1,58 10,60 0,33
.b

DKI Jakarta 1,90 17,58 0,01


w

Jawa Barat 8,43 19,57 0,21


w

Jawa Tengah 6,74 33,87 0,33


//w

D I Yogyakarta 9,06 58,94 0,49


Jawa Timur 8,46 48,03 0,14
s:

Banten 8,65 9,58 0,57


tp

Bali 8,95 44,12 0,07


ht

Nusa Tenggara Barat 12,39 26,58 0,19


Nusa Tenggara Timur 14,55 24,74 0,33
Kalimantan Barat 5,53 17,94 0,45
Kalimantan Tengah 2,93 21,97 0,65
Kalimantan Selatan 4,19 15,83 0,29
Kalimantan Timur 4,37 17,42 0,62
Kalimantan Utara 11,02 18,03 0,96
Sulawesi Utara 2,70 4,47 0,57
Sulawesi Tengah 4,46 15,07 0,89
Sulawesi Selatan 10,57 21,77 0,17
Sulawesi Tenggara 4,81 10,76 0,18
Gorontalo 0,95 10,22 0,14
Sulawesi Barat 6,11 17,90 0,05
Maluku 3,86 3,27 0,65
Maluku Utara 1,57 3,97 0,33
Papua Barat 1,54 9,67 0,52
Papua 3,82 29,24 2,14

INDONESIA 6,60 27,52 0,28

96
TABEL-TABEL
Tables

Persentase Unit Usaha Pertanian menurut Provinsi dan Status Kepemilikan Tempat
Tabel Tinggal*
15
Tabel Percentage of Agricultural Holdings by Province and Dwelling Ownership Status

2021

Provinsi Milik sendiri Sewa Bebas sewa Lainnya


Province Owned Rented Used for free Others

(1) (2) (3) (4) (5)


Aceh 93,36 1,29 5,04 0,31
Sumatera Utara 89,41 2,70 7,53 0,36
Sumatera Barat 87,97 1,45 10,47 0,11
Riau 95,73 0,82 3,22 0,23
Jambi 95,56 0,32 3,86 0,25
Sumatra Selatan 95,62 0,57 3,60 0,22

id
Bengkulu 95,32 1,34 3,11 0,23

o.
Lampung 97,96 0,23 1,77 0,03
Kep Bangka Belitung 97,21 0,87
.g 1,63 0,29
ps
Kepulauan Riau 94,73 0,96 3,95 0,36
.b

DKI Jakarta 85,34 7,24 6,99 0,43


w

Jawa Barat 97,56 0,46 1,77 0,22


w

Jawa Tengah 98,23 0,23 1,30 0,25


//w

D I Yogyakarta 96,69 0,67 2,29 0,35


Jawa Timur 98,49 0,29 0,94 0,28
s:

Banten 98,88 0,22 0,85 0,05


tp

Bali 96,93 0,54 2,48 0,05


ht

Nusa Tenggara Barat 97,48 0,14 2,29 0,08


Nusa Tenggara Timur 97,01 0,24 2,46 0,30
Kalimantan Barat 97,78 0,23 1,81 0,18
Kalimantan Tengah 95,57 0,50 3,58 0,36
Kalimantan Selatan 96,43 0,45 3,11 0,01
Kalimantan Timur 95,46 1,28 3,15 0,11
Kalimantan Utara 91,58 3,08 5,09 0,25
Sulawesi Utara 94,30 0,40 4,80 0,51
Sulawesi Tengah 96,42 0,45 2,92 0,21
Sulawesi Selatan 96,41 0,19 3,09 0,31
Sulawesi Tenggara 97,20 0,11 2,55 0,14
Gorontalo 94,32 0,19 4,97 0,52
Sulawesi Barat 95,94 0,16 3,63 0,27
Maluku 96,52 0,33 2,86 0,29
Maluku Utara 96,05 0,12 3,75 0,08
Papua Barat 96,63 0,78 2,24 0,35
Papua 96,96 0,40 2,57 0,07

INDONESIA 96,69 0,54 2,54 0,23

*) khusus unit usaha perorangan dan kelompok 97


INDIKATOR TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SEKTOR PERTANIAN 2021 TABEL-TABEL
Agricultural SDGs Indicator 2021 Tables

Persentase Unit Usaha Pertanian menurut Provinsi dan Sumber Air Minum untuk Rumah
Tabel Tangga*
16
Tabel Percentage of Agricultural Holdings by Province and Drinking Water Source for Households
2021

Air Sumur
kemasan Air isi bor/ Sumur Sumur tak Mata air Mata air tak Air
Provinsi bermerk ulang Leding pompa terlindung terlindung terlindung terlindung permukaan Air hujan Lainnya
Province Mineral Refill water Plumbing Borehole/ Protected Unprotec- Protected Unprotec- Surface Rainfall Others
water pump well ted well spring ted spring water

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
Aceh 1,54 25,74 6,58 10,84 33,46 5,36 11,99 2,27 1,34 0,67 0,23
Sumatera Utara 1,39 19,79 7,11 27,03 14,21 3,09 13,91 5,44 2,46 5,36 0,21
Sumatera Barat 1,52 27,12 15,06 5,84 20,20 3,97 14,83 7,21 2,04 1,64 0,58
Riau 0,50 36,32 0,06 15,44 15,47 3,22 1,69 0,16 0,49 26,51 0,14
Jambi 1,09 17,37 7,24 9,16 32,49 12,48 4,34 1,53 6,64 7,01 0,64
Sumatra Selatan 0,29 8,27 6,30 17,26 42,85 7,85 3,43 2,59 3,07 7,90 0,20

id
Bengkulu 0,21 4,97 11,80 11,02 28,28 29,91 7,20 4,82 1,67 0,04 0,08

o.
Lampung 0,66 10,19 1,74 11,66 48,86 16,52 6,16 2,50 0,91 0,37 0,44

.g
Kep Bangka Belitung 1,33 44,67 1,17 12,78 29,89 7,91 1,19 0,69 0,21 0,06 0,10
Kepulauan Riau 1,89 22,82 10,84 7,32 34,50 10,95 4,83 4,79 0,42 1,48 0,18
ps
DKI Jakarta 12,33 47,47 4,72 33,77 1,45 0,02 - - 0,04 0,13 0,06
.b

Jawa Barat 1,40 22,42 3,49 17,55 28,68 3,93 14,86 5,94 1,30 0,02 0,42
w

Jawa Tengah 1,67 17,73 11,17 19,53 23,26 2,68 18,73 4,21 0,20 0,30 0,52
w

D I Yogyakarta 1,26 1,87 23,15 14,91 44,00 3,66 5,22 0,75 0,73 4,40 0,06
//w

Jawa Timur 3,10 14,73 6,54 31,41 23,15 2,44 13,99 2,99 0,35 0,15 1,14
s:

Banten 0,65 20,61 2,27 31,96 24,54 5,61 9,19 3,84 0,31 0,33 0,70
6,16 7,70 26,65 7,38 7,92 0,44 30,81 5,54 1,81 5,40 0,19
tp

Bali

Nusa Tenggara Barat 1,01 19,76 12,77 21,16 26,52 3,19 13,42 2,00 0,11 - 0,06
ht

Nusa Tenggara Timur 0,37 1,88 12,54 8,67 16,70 4,43 36,64 12,59 2,89 2,74 0,54
Kalimantan Barat 1,73 10,98 3,88 3,60 4,44 3,53 12,84 7,75 8,93 42,26 0,06
Kalimantan Tengah 1,42 29,34 6,07 17,85 11,50 3,26 3,33 2,07 12,48 12,50 0,20
Kalimantan Selatan 1,55 19,64 18,87 19,34 10,22 11,70 3,02 0,82 12,74 2,07 0,03
Kalimantan Timur 1,70 63,99 6,16 5,35 6,71 3,75 4,67 1,38 2,85 3,38 0,07
Kalimantan Utara 2,33 48,58 7,73 0,89 1,69 0,73 9,77 4,43 3,43 20,27 0,17
Sulawesi Utara 2,74 29,55 11,99 8,62 19,85 2,26 18,15 2,33 1,49 2,92 0,10
Sulawesi Tengah 1,49 25,54 12,22 14,31 10,85 2,10 23,92 4,95 3,79 0,64 0,21
Sulawesi Selatan 0,28 16,95 8,51 26,41 20,73 3,01 15,69 3,83 2,97 1,51 0,10
Sulawesi Tenggara 0,54 19,01 10,65 15,01 25,02 3,04 19,33 3,74 0,92 2,65 0,08
Gorontalo 0,94 43,77 8,33 13,56 22,43 1,76 7,53 0,49 1,11 0,01 0,07
Sulawesi Barat 0,62 16,25 6,36 20,16 14,91 4,19 21,75 9,56 5,28 0,69 0,23
Maluku 0,79 7,09 16,26 9,43 25,89 5,88 27,60 3,76 1,52 1,45 0,32
Maluku Utara 0,86 12,55 14,39 6,13 30,43 7,09 16,67 2,20 4,66 4,92 0,11
Papua Barat 0,49 22,53 4,34 5,57 14,10 3,62 15,66 8,91 7,50 17,18 0,10
Papua 2,64 10,98 1,76 1,99 3,33 5,41 16,32 34,54 3,27 19,73 0,03

INDONESIA 1,65 17,79 8,09 19,17 24,07 4,66 14,22 4,60 1,84 3,44 0,48

*) khusus unit usaha perorangan dan kelompok / specifically for individual and group holdings

98
TABEL-TABEL
Tables

Tabel Persentase Unit Usaha Pertanian menurut Provinsi dan Jenis Aset yang Dimiliki*
17
Tabel Percentage of Agricultural Holdings by Province and Assets Owned Types
2021

Tabungan,
Kendaraan Kendaraan deposito, Komputer/ Mesin
Provinsi roda 4 roda 2 Perhiasan saham Laptop HP TV Kulkas cuci AC Lainnya
Province 4-wheel 2-wheel Jewellery Savings, Computer/ Hand- Television Refri- Washing Air Others
vehicle vehicle deposits, laptop phone gerator Machine Conditio-
stocks ner

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)
Aceh 9,11 90,84 18,40 15,39 8,89 80,72 80,44 64,54 28,69 3,08 2,46
Sumatera Utara 7,82 84,73 21,04 20,72 8,48 86,44 85,79 45,13 24,97 1,94 2,54
Sumatera Barat 11,19 87,69 20,11 17,14 12,14 86,00 87,22 57,94 35,06 1,19 3,05
Riau 10,26 91,59 21,87 20,83 7,61 88,89 89,13 65,12 54,29 2,37 2,84
Jambi 10,32 92,77 22,77 15,86 7,13 83,78 90,26 63,31 46,01 1,18 4,37
Sumatra Selatan 6,63 90,50 11,53 8,46 4,95 80,51 88,44 50,56 20,67 1,04 2,02

id
Bengkulu 12,37 90,77 21,66 17,63 9,60 79,27 89,21 58,08 34,44 2,10 1,91

o.
Lampung 5,98 94,10 8,32 8,48 3,99 83,31 88,47 50,47 28,55 0,34 0,73
14,01 95,74 22,19 17,01 6,61
.g 86,65 88,30 85,00 48,12 2,59 1,25
Kep Bangka Belitung
ps
Kepulauan Riau 5,06 76,59 30,78 22,37 9,32 88,80 83,98 58,30 49,00 4,46 12,74
DKI Jakarta 7,47 81,46 18,03 16,69 15,76 88,72 92,17 79,87 52,88 10,63 0,83
.b

Jawa Barat 4,68 72,14 20,11 8,37 3,16 70,21 92,56 45,62 17,68 0,97 1,32
w

Jawa Tengah 7,37 85,51 24,40 17,29 5,69 70,80 86,57 46,27 20,08 0,51 1,76
w

D I Yogyakarta 11,67 84,00 28,49 26,68 13,68 72,89 77,99 53,65 27,20 1,14 4,93
//w

Jawa Timur 6,49 87,96 27,59 11,31 4,22 71,87 87,37 41,55 11,76 0,29 0,94
s:

Banten 3,31 78,22 11,48 2,54 1,68 67,07 91,73 48,82 13,81 0,70 0,69
tp

Bali 12,92 91,97 18,38 15,04 8,60 84,46 91,09 48,12 12,53 1,92 2,84
ht

Nusa Tenggara Barat 4,87 77,67 24,40 11,21 4,88 78,02 84,41 34,18 16,12 0,41 3,63
Nusa Tenggara Timur 4,26 58,54 18,27 21,52 7,61 76,64 46,89 13,25 5,34 0,34 1,74
Kalimantan Barat 4,99 91,22 35,94 29,61 8,97 82,30 85,16 49,81 20,89 1,09 4,47
Kalimantan Tengah 10,57 84,95 31,53 24,71 11,67 85,87 84,47 57,03 37,42 1,72 20,50
Kalimantan Selatan 7,94 86,92 26,98 16,93 8,03 78,87 89,39 62,11 33,84 1,25 10,77
Kalimantan Timur 16,50 91,40 39,52 44,78 13,93 91,54 89,48 70,59 55,52 3,89 6,61
Kalimantan Utara 8,85 88,62 34,91 44,99 15,31 91,89 84,03 66,43 52,74 4,71 18,33
Sulawesi Utara 7,71 59,54 11,45 10,07 7,04 80,43 82,59 57,60 30,48 1,72 2,01
Sulawesi Tengah 9,92 85,35 21,40 23,89 12,10 80,84 82,45 52,94 26,53 5,06 4,87
Sulawesi Selatan 8,66 83,74 36,71 23,40 7,16 85,60 84,91 68,24 23,86 1,14 2,43
Sulawesi Tenggara 7,08 81,04 22,49 21,81 7,31 86,03 80,06 55,41 33,72 1,15 2,54
Gorontalo 4,46 70,62 4,37 5,80 5,73 81,03 77,54 56,56 21,47 2,34 1,35
Sulawesi Barat 8,18 84,12 22,19 18,03 10,20 83,74 77,75 47,26 18,47 1,02 0,90
Maluku 2,99 42,84 12,40 17,61 7,47 81,88 71,00 38,19 19,66 0,84 4,41
Maluku Utara 4,02 57,55 16,83 19,55 8,41 87,45 68,57 37,02 29,29 1,10 12,98
Papua Barat 3,95 59,40 9,36 27,73 7,24 81,46 61,09 31,73 21,37 1,61 6,77
Papua 2,14 35,44 6,98 26,67 4,23 60,75 31,55 18,23 14,48 1,02 12,42

INDONESIA 7,10 83,22 22,64 15,25 6,12 76,64 85,55 48,08 21,78 1,03 2,52
*) khusus unit usaha perorangan dan kelompok / specifically for individual and group holdings

99
DAFTAR PUSTAKA
REFERENCES

Food and Agriculture Organization of the United Nations, 2017.


“Defining Small Scale Food Producers to Monitor Target
2.3 of The 2030 Agenda for Sustainable Development,”
FAO Statistics Working Paper Series/ 17-12.

id
Food and Agriculture Organization of the United Nations,

o.
2019. “Methodology for Computing and Monitoring the
Sustainable Development Goal Indicators 2.3.1 and
.g
2.3.2,” FAO Statistics Working Paper Series/ 18-14.
ps
FAO; The World Bank; UN-Habitat. 2019. Measuring
.b

Individuals’ Rights to Land: An Integrated Approach


w

to Data Collection for SDG Indicators 1.4.2 and 5.a.1.


w

Washington, DC: World Bank.© FAO, The World Bank, and


//w

UN-Habitat. License: CC BY-NC-SA 3.0 IGO


s:

UN Women. Module 3 : Calculating Gender Statistics for SDGs


tp

Monitoring. Accessed by 29 December 2020 from


ht

https://data.unwomen.org/sites/default/files/
documents/Asia-Pacific-Training-Curriculum/
Module3/Module3_Training%20syllabus_Final.pdf.

Food and Agriculture Organization of the United Nations.


2022. Tracking Progress on Food and Agriculture-
Related SDG Indicators 2022. Rome. https://doi.
org/10.4060/cc1403en.

United Nations. 2022. The Sustainable Development Goals


Report 2022.

Photo by Bernard Hermant on Unsplash


ht
tp
s:
//w
w
w
.b
ps
.g
o.
id

Anda mungkin juga menyukai