Disusun oleh:
GITA HERDA SARI
13/344525/SV/3041
PROGRAM DIPLOMA
PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI
SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016
LEMBAR PENGESAHAN
Nama
NIM
: 13/344525/SV/3041
Judul Laporan
Dosen Pembimbing
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yang
telah memberikan begitu banyak rezeki dan nikmat. Atas rahmat dan karunia Allah SWT,
akhirnya penulis berhasil menyelesaikan laporan kerja praktik ini.
Penyusunan laporan kerja praktik ini bertujuan untuk melengkapi dan memenuhi
kelulusan mata kuliah kerja praktik, Program Diploma Penginderaan Jauh dan SIG,
Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa
selama proses penyusunan laporan ini tidak akan selesai tanpa adanya rida Allah SWT
serta dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin
mengucapkan terima kasih, kepada:
1. Ibu Ririn Wijayanti Kurniasari dan Bapak Widodo Priagung selaku ibu dan
ayah saya yang selalu memberikan yang terbaik.
2. Bapak Drs. Retnadi Heru Jatmiko, M.Sc. dan Ibu Like Indrawati S.Si, M.Sc.
selaku dosen pembimbing yang telah memberi banyak ilmu, arahan, kritik dan
saran selama kerja praktik.
3. Segenap pegawai PT. Bhumi Prasaja, terutama Bapak M. Adietyarahman,
Bapak Khoirul Karim, Bapak Budi dkk yang telah membimbing kerja praktik.
4. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian laporan kerja praktik ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih terdapat banyak
kekurangan dan keterbatasan. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
untuk meningkatkan kualitas dari hasil yang ada, terima kasih.
Bandung, 2015
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
1
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1
Latar Belakang....................................................................................................1
1.2
Rumusan Masalah...............................................................................................4
1.3
1.4
1.5
Waktu Pelaksanaan.............................................................................................5
1.6
Tempat Pelaksanaan............................................................................................5
2.2
Penginderaan Jauh..............................................................................................6
2.2
2.3
ArcGIS................................................................................................................8
2.4
2.5
2.5
2.6
2.7
Uraian Pekerjaan...............................................................................................35
3.1.1
3.1.2
3.1.3
3.2
Jadwal Kegiatan................................................................................................38
3
4.1.1
Alat............................................................................................................40
4.1.2
Bahan.........................................................................................................40
4.2
Tahap Persiapan................................................................................................41
4.3
4.4
Tahap Konversi.................................................................................................45
4.5
4.6
4.7
5.7.
5.8.
Hasil..................................................................................................................60
5.2
Pembahasan......................................................................................................60
Kesimpulan.......................................................................................................63
6.2
Saran.................................................................................................................64
DAFTARA PUSTAKA....................................................................................................65
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Di dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 37 Tahun 2012 Tentang
Pengelolaan
Daerah
Aliran
Sungai
(DAS)
Pasal
22
Ayat
(a)
bulan
Oktober
bahwa
Pengelolaan
DAS
baik diperlukan
suatu
perencanaan,
untuk
itu
diperlukan
suatu
limpasan
permukaan
dilapangan
secara
kualitatif
dengan
tersebut, potensi kerusakan dan alih fungsi lahan akan berdampak pada kondisi
DAS di sekitarnya.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, penelitian ini diharapkan dapat
Aliran Sungai Cileungsir. Analisis yang dilakukan adalah penentuan nilai debit
aliran baik debit aliran permukaan maupun debit potensi air tanah. Nilai debit ini
digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk perencanaan pembangunan pabri air
minum.
Sasaran dari kegiatan analisis hidrologi Daerah Aliran Sungai ini adalah :
1. Terbentuknya batas Daerah Aliran Sungai Cileungsir beserta penggunaan
lahan di wilayah DAS tersebut
2. Hasil perhitungan debit aliran permukaan dan debit potensi air
tanah
3. Analisis
debit
air
untuk
pertimbangan
perencanaan
1.4
Desa Pasir Jaya Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor. Daerah ini berada pada
peta RBI lembar 1209 141 Ciawi.
Gambar 1. Daerah Kajian Hidrologi Daerah Aliran Sungai Cileungsir
Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan kerja praktik ditetapkan dari tanggal 1 Februari 2016
Tempat Pelaksanaan
Tempat pelaksanaan penilitian dan kerja praktik di Kantor PT. SMART Tbk,
Divisi Plantation Monitoring and Planning (PMNP), Sinarmas Land Plaza Tower
1 Lt. 11, Jalan MH. Thamrin No.51
1.7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
2.2
Penginderaan Jauh
Sabins (1996) dalam Kerle, et al. (2004) menjelaskan bahwa
penginderaan jauh adalah ilmu untuk memperoleh, mengolah dan
menginterpretasi citra yang telah direkam yang berasal dari interaksi antara
gelombang elektromagnetik dengan sutau objek. Penginderaan jauh
dilakukan tanpa kontak langsung sehingga diperlukan media supaya objek
atau gejala tersebut dapat diamati dan didekati oleh si penafsir. Media ini
berupa citra (image atau gambar). Komponen yang ada pada sistem
penginderaan jauh diantaranya yaitu sumber tenaga (aktif dan pasif), panjang
gelombang elektromagnetik yang digunakan, interaksi panjang gelombang
dengan obyek, obyek itu sendiri, atmosfer dan sensor satelit.
2.3
SIG
menganalisis
dirancang
objek-objek
untuk
dan
mengumpulkan,
fenomena
karena
menyimpan,
lokasi
dan
geografi
Software ArcGIS
Perkembangan teknologi pada saat ini begitu pesat, hal ini juga
terjadi pada perkembangan perangkat lunak yang digunakan dalam SIG dan
pengolahan citra penginderaan jauh. Tidak hanya kemampuan perangkat
lunak yang bertambah canggih tetapi juga jumlah perangkat lunak tersebut
makin bertambah. Walaupun secara umum software tersebut memiliki
banyak
kesamaan
tetapi
setiap
software
tersebut
memiliki
ArcGIS
Data
Interoperability
Extension
10
11
Arah Utara, panduan arah ke target Utara di peta dan dipakai sebagai
penunjuk arah ke utara bila kita berada di lapangan.
Informasi yang ditampilkan pada muka peta adalah kenampakankenampakan yang menggambarkan unsur-unsur sebagai berikut:
-
Buatan manusia, seperti: jalan, rel kereta api, bangunan, sawah, dan
sebagainya
12
yang berbeda, demikian pula sebaliknya. Hal ini tergantung dari obyek
yang menentukan karakteristik daerah yang digambarkan. Secara umum
ada 3 (tiga) bentuk simbol peta, yaitu: titik, garis, dan area. Simbol titik
misalnya menggambarkan pusat ibukota administrasi, bandara, pelabuhan,
dan sebagainya. Simbol garis menggambarkan obyek linier, misalnya
jalan, rel kereta api, sungai, dan sebagainya. Sedangkan simbol area
membentuk suatu luas area, misalnya sawah, hutan, danau, pemukiman,
dan sebagainya.
2.6
1.
Fungsi keruangan
Fungsi produksi
13
Sebagai
tempat
interaksi/interelasi
antara
komponen-komponen
ekosistem
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terdiri atas komponenkomponen yang saling berintegrasi sehingga membentuk satu kesatuan.
Komponen ekosistem terdiri dari komponen biotik dan abiotik yang saling
mempengaruhi satu sama lain.
Sifat ekosistem tergantung dari jumlah dan jenis komponen yang
menyusunnya. Sementara, besar kecilnya ekosistem bergantung pada batas
dan pandangan yang diberikan dalam ekosistem tersebut.
Manusia adalah salah satu komponen yang penting dan sangat
dinamis karena dalam menjalankan aktivitasnya seringkali mengakibatkan
dampak pada salah satu komponen lingkungan yang pada akhirnya akan
mempengaruhi ekosistem secara keseluruhan. Gangguan tersebut pada
dasarnya adalah gangguan pada arus materi, energi, dan informasi antar
komponen ekosistem yang tidak seimbang (Odum, 1972).
Pembagian Ekosistem DAS :
1.
14
3.
15
Jika air bertambah, kemudian akan mengalir ke bawah akibat gaya gravitasi.
Air itu selanjutnya dinamakan air gravitasi.
Tanah yang mengikat air higroskopis akan terlihat lembab. Setiap
tanah memiliki sifat yang berbeda dalam menahan kelembabannya. Gaya
yang menahan pergerakan air supaya tidak diserap disebut kapasitas
menahan air (waterholding capacity). Banyaknya air dalam tanah pada
suatu keadaan tertentu disebut tetapan kelembaban tanah dan digunakan
untuk menentukan sifat menahan air dari tanah.
Jika infiltrasi lebih besar daripada kapasitas menahan air yang
minimum, maka air itu akan terus ke permukaan air tanah (perkolasi). Akan
tetapi, jika infiltrasinya lebih kecil maka air akan tertahan dalam tanah,
sehingga perkolasi tidak terjadi. Kapasitas menahan air yang minimum
disebut kapasitas menahan air normal.
Air yang dapat bergerak dalam tanah adalah air kapiler dan air
gravitasi. Melihat cara bergeraknya, air kapiler berasal dari air tanah yang
naik ke ruang-ruang antara butir-butir karena kapilaritas. Tinggi kenaikan air
kapiler tergantung pada besarnya butiran tanah. Semakin kecil butiran tanah,
semakin tinggi kenaikan air kapiler. Sebaliknya semakin besar butiran tanah,
semakin rendah kenaikan air kapiler. Air gravitasi bergerak dalam ruang
tanah karena pengaruh gravitasi. Jika ruang-ruang itu telah jenuh air maka
air akan bergerak ke bawah.
Air yang menginfiltrasi mula-mula diabsorbsi untuk meningkatkan
kelembaban tanah. Selebihnya akan turun ke permukaan air tanah dan
mengalir ke samping. Tinggi rendahnya infiltrasi akan sangat berpengaruh
terhadap keberadaan air tanah. Tinggi rendah infiltrasi tergantung pada
berbagai faktor, yaitu curah hujan, kemiringan lereng, kerapatan vegetasi,
serta kelembaban tanah. Makin tinggi curah hujan, makin rapat vegetasi,
lereng makin landai serta kelembaban yang rendah mengakibatkan peluang
tingkat infilrasi makin tinggi.
16
yang
sering
digunakan
adalah
Metode
Cook
dengan
17
koefisien
limpasan
permukaan
dihitung
dengan
Metode
Cook.
Nilai
koefisien
limpasan permukaan
tertimbang.
18
hutan tetap.
Penetapan kawasan hutan juga ditujukan untuk menjaga dan
mengamankan kederadaan dan keutuhan kawasan hutan sebagai penggerak
perekonomian lokal, regional dan nasional serta sabagai penyangga
kehidupan lokal, regional, nasional dan global.
Kawasan hutan Indonesia ditetapkan oleh Menteri Kehutanan dalam
bentuk Surat Keputusan Menteri Kehutanan tentang penunjukan Kawasan
Hutan dan Perairan Provinsi. Penunjukan kawasan hutan ini disusun
berdasarkan hasil pemaduserasian antara rencana tata ruang wilayah
provinsi (RTRWP) dengan tata guna hutan kesepakatan (TGHK).
Penunjukan kawasan hutan mencakup pula kawasan perairan yang
menjadi bagian dari Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian
Alam (KPA). Kawasan hutan dibagi kedalam kelompok huta konservasi,
hutan lindung dan hutan produksi dengan pengertian sebagai berikut :
-
19
20
BAB III
DESKRIPSI PEKERJAAN
3.1
Uraian Pekerjaan
Terdapat serangkaian pekerjaan yang dilakukan selama kegiatan
kerja praktik. Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah analisis hidrologi
yang dilakukan dari mulai tanggal 4 Februari 2016 sampai 10 Februari
2016.
Wilayah kajian Daerah Aliran Sungai dilakukan di Desa Pasir Jaya,
Kecamatan Cigombang, Kabupaten Bogor. DAS ini memiliki 2 titik mata
air yaitu Pasir Jaya 1 dan Pasir Jaya 2. Mata air ini berada pada Sub DAS
Cileungsir yang berbeda. Maka dari itu dilakukanlah perhitungan limpasan
permukaan dan debit air sungai menggunakan metode volumetrik untuk
melihat debit total dan Sub DAS penyuplai debit air terbanyak ke outlet
Sungai Cileungsir. Nilai dari debit yang diperhitungkan adalah debit aliran
permukaan dan debit potensi air tanah. Nilai debit potensi air tanah nantinya
akan
digunakan
sebagai
bahan
pertimbangan
untuk
perencanaan
pembangunan pabrik air minum. Melihat seberapa mampu kedua mata air
yang berada di daerah aliran sungai Cileungsir memenuhi kebutuhan
pasokan air untuk pabrik air minum. Sedangkan nilai debit permukaan dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk pembangunan pabrik-pabrik
yang menggunakan air dari aliran permukaan seperti pabrik kelapa sawit,
namun dalam analisis ini debit potensi air tanah yang lebih diperdalam
dikarenakan bahasan kajian terkait perencanaan pabrik air minum.
Analisis hidrologi ini menggunakan data seperti data sungai, lokasi
mata air, jalan, data curah hujan, kontur. Analisa dari das DAS ini diawali
21
dengan proses interpretasi dan delineasi batas daerah aliran sungai dengan
memperhatikan kenampakan sungai, kontur dan juga lokasi sumber mata air
yang akan digunakan. Dalam melakukan digitasi batas daerah aliran sungai,
selain memperhatikan kenampakan sungai dan kontur, data jalan juga turut
dapat membantu dikarenakan jalan berada pada daerah punggung
perbukitan, sehingga bisa dijadikan acuan dalam penarikan garis untuk batas
DAS.
Setelah proses desk study batas daerah aliran sungai, selanjutnya
adalah perhitungan luas daerah aliran sungai, perhitungan koefisien
limpasan permukaan, volume limpasan permukaan dan debit aliran.
Perhitungan koefisien limpasan permukaan dilakukan setelah melewati
tahapan identifikasi dan pembobotan variabel lereng, infiltrasi, tutupan
vegetasi dan surface storage. Setelah didapatkan nilai koefisien limpasan
permukaan barulah dapat ditentukan nilai debit aliran permukaan dan debit
aliran air tanah.
Rentang waktu pekerjaan untuk analisis ini terhitung satu minggu. Adapun
rincian jadwal kegiatan analisis hidrologi sebagai berikut :
22
No
Kegiatan
administrasi)
Pengisian attribute hasil digitasi
Melakukan digitasi kenampakan
4
5
penggunaan lahan
Pengisian attribute penggunaan
lahan
Melakukan delineasi batas daerah
aliran
sungai
berdasarkan
analisa
coefisien
11
12
potensi airtanah
Analisis
13
14
kesesuaian
status
23
3.2
Jadwal Kegiatan
Adapun rincian jadwal kegiatan yang dilaksanakan sebagai berikut:
Bulan I
No
1
2
3
Kegiatan
(Februari)
I II III IV
Bulan II
I
(Maret)
II III IV
Orientasi kerja
Check Trees Counting manual
Digitasi Peta RBI lembar 1209114 Parakansalak, lembar 1209-
4
5
6
debit DAS
Analisis kesesuaian status kawasan
DAS
Inputing data tanah hasil survey
lapangan
Koreksi batas satuan pemetaan
tanah berdasarkan data waypoint
hasil survey terbaru dengan peta
10
11
kelas
sawit
Memberi kelas kesesuaian sesuai
dengan
kelas
terburuk
faktor
13
14
pemetaan tanah
Melakukan standarisasi data yaitu
24
mengubah
klasifikasi
attribute
16
data
18
telah
berformat
GPS
img
terhadap
kedalam
menggunakan
19
20
software
cgpsmapper
Pembuatan laporan kegiatan harian
Melakukan
pemotongan
citra
SRTM sesuai dengan batas kebun
yang akan dilakukan desk study
menggunakan
21
software
GlobalMapper
Melakukan penarikan batas lereng
sesuai kenampakan citra Landsat
22
dan SRTM
Melakukan
analisis
arahan
23
kawasan
Identifikasi
karakteristik
lahan
tanaman
24
sawit
berdasarkan
hasil
identifikasi
25
26
karakteristik lahan
Layouting peta hasil desk study
Melakukan
otomatisasi
trees
27
counting
Membandingkan
hasil
trees
25
28
29
trees
counting
dan
26
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1
4.1.1
: ACER
b. Tipe / Seri
: X450C
c. Prosesor
d. Memori (RAM)
: 4 GB
e. Kartu Grafis
f. Sistem Operasi
: Windows 8 64-bit
2.
3.
4.
5.
4.1.2
Bahan
1
2
3
4
27
4.2
4.2.1
Tahap Penelitian
Tahap Persiapan
Tahap persiapan diawali dengan studi pustaka terkait dengan analisis
hidrologi kemudian dilanjutkan dengan pemberian pengarahan oleh
pembibing terkait pengolahan data untuk analisis hidrologi daerah aliran
sungai. Serangkaian bimbingan ini disertai dengan persiapan data yang
dimulai dari pengolahan data awal seperti ekstraksi peta rupabumi ke
dalam bentuk digital melalui proses digitasi. Kenampakan yang di
ekstraksi untuk mendukung analisis antara lain kenampakan sungai dan
penggunaan lahan selanjutnya baru di analisis batas daerah aliran sungai
berdasarkan data tersebut dan data lokasi titik mata air.
28
of
Watershed
100
75
50
25
extreme
high
normal
low
Characteristic
Relief
(40)
Steep,
rugged
Soil infiltration
Vegetal cover
Surface storage
terrain
(20)
Rolling:
(10)
Relatively flat land:
average slopes of 5 %
average slopes of
average slopes of
slopes generally
10 30 %
5 10 %
above 30%
(20)
No effective soil cover
(15)
Slow to take up water; clay
(10)
Normal,
loam;
(5)
High, deep sand or other
or
mantle
infiltration capacity
(20)
No effective land cover;
as heavy gumbo
(15)
Poor to fair;
(10)
Fair to good;
(5)
Good to excellent;
woodland or equivalent
civer
(20)
Negligible;
(15)
Low, well defined system
cultivated crops
(10)
Normal;
(5)
High;
considerable
ponds or marshes
of
average
(30)
Hilly:
negligible
other
soil
of
low
deep
surface-
depression storage;
high;
drainage
or marshes
sharpky defined;
or a large number of
system
not
29
30
31
jatuh, hanya 30% yang merembes ke tanah sedangkan yang lain nya telah
menjadi aliran permukaan.
4. Analisis debit pada outlet Sungai Cileungsi
Nilai debit aliran yang diperhitungkan dapat dilihat dari debit
per jam nya. Nilai debit aliran permukaan pasti selalu bernilai lebih besar
dibandingkan dengan debit potensi air tanah. Karena untuk debit air
tanah sendiri hanya menggunakan asumsi 30% dari nilai limpasan air
permukaan. Namun, nilai debit aliran permukaan tidak begitu
diperhitungkan untuk perencanaan pembangunan pabrik air minum
dikarenakan pabrik air minu membutuhkan pasokan air dari debit air
tanah.
Penentuan debit aliran air tanah memenuhi standart sebagai
pemasok air untuk pabrik air minum bersifat relatif. Dikarenakan
kebutuhan air untuk setiap pabrik air minum berbeda-beda. Dalam kajian
kali ini pabrik air minum yang akan direncanakan membutuhkan pasokan
air sebanyak 40 m3/jam. Jika hasil perhitungan debit daerah aliran sungai
di sekitar mata air menunjukkan nilai debit air tanah lebih dari 40
m3/jam, maka sumber mata air tersebut dapat digunakan sebagai pemasok
air untuk pabrik air minum. Ini dapat dijadikan acuan untuk pengambilan
keputusan terlaksananya pembangunan pabrik air minum di wilayah
tersebut.
5. Analisis status kawasan
Penentuan status kawasan sangat penting dilakukan mengingat
pengelolaan yang tidak terarah tanpa mengetahui kondisi kawasan lahan
daerah aliran sungai sebenarnya justu akan meningkatkan potensi
kerusakan lahan. Kondisi lingkungan sekitar sumber mata air sangat
mempengaruhi kualitas air. Semisal jika sumber air berada dekat dengan
permukiman dan pabrik, maka potensi pencemaran air nya sangat tinggi
dan kualitas air nya juga sangat tidak layak jika dijadikan sebagai sumber
air minum. Menilik dari status kawasan, juga dapat meninjau daerahdaerah mana saja yang boleh dan terlarang untuk di eksplorasi agar tidak
bertentangan dengan peraturan pemerintah dan tidak merusak lahan.
32
Debit Aliran Air Tanah. Sedangkan data tabulasi yang disajikan berisi
data hasil kalkulasi nilai debit aliran permukaan dan tabel kalkulasi nilai
debit potensi air tanah.
33
4.3
Fitur PL
Peta DAS
Keterangan
INPUT
:
PROSES
OUTPUT
51
BAB V
DESKRIPSI WILAYAH
: Kabupaten Purwakarta
Sebelah Barat
: Kabupaten Lebak
52
Sebelah Utara
: Kecamatan Cijeruk
: Kecamatan Caringin
Sebelah Barat
: Kecamatan Cijeruk
Desa Ciadeg
2.
Desa Ciburayut
3.
Desa Ciburuy
4.
Desa Cigombong
5.
Desa Cisalada
6.
Desa PasirJaya
7.
Desa Srogol
8.
9.
53
BAB VI
PEMBAHASAN DAN HASIL
5.1
Hasil
Hasil dari penelitian ini terlampir berupa:
1.
4.2
Pembahasan
Wilayah kajian Daerah Aliran Sungai dilakukan di Desa Pasir Jaya
yang memiliki 2 titik mata air yaitu Pasir Jaya 1 dan Pasir Jaya 2. Mata air
ini rencana nya akan dijadikan sebagai sumber pasokan air untuk pabrik
air minum. Maka dari itu dilakukanlah perhitungan debit air sungai
menggunakan metode volumetrik untuk melihat kemampuan air sungai
tersebut mencukupi kebutuhan pabrik air minum. Debit yang dibutuhkan
sebagai pemasok air adalah nilai debit air tanah. Dan kebutuhan air untuk
setiap pabrik air minum bersifat relatif. Kebutuhan debit air untuk pabrik
air minum yang akan direncanakan adalah sebesar 40 m 3/jam. Sehingga
dilakukan perhitungan untuk Sub DAS yang teradapat mata untuk melihat
nilai debit potensi air tanah dari setiap Sub DAS agar dapat dijadikan
acuan untuk pertimbangan pembangunan lokasi mata air.
Hasil digitasi menunjukkan bahwa wilayah daerah aliran sungai
tersebut dapat dibagi kembali menjadi 3 yaitu Sub DAS 1,2 dan 3.
Pembagian Sub DAS ini berdasarkan dari lokasi mata air. Mata air Pasir
Jaya 1 berada di wilayah Sub DAS 1 seluas 66962,46 m 2. Mata air Pasir
54
55
senilai 517,32 m3/jam. Pada Sub DAS ini terdapat mata air Pasir Jaya 2.
Sedangkan Sub DAS 1 memiliki debit senilai 20,37 m3/jam.
Dalam perencanaan pembangunan pabrik air minum, nilai debit
aliran permukaan tidak begitu diperhitungkan karena untuk pasokan air
menggunakan air dari debit air tanah. Air pada aliran permukaan dapat
digunakan sebagai acuan untuk perencanaan pembangunan pabrik-pabrik
lain yang menggunakan sumber air dari aliran permukaan.
Analisa debit potensi airtanah menggunakan perhitungan yang
sama dengan debit limpasan permukaan. Namun nilai koefisien yang
digunakan hanya 30%. Maksud dari nilai koefisien 30% adalah asumsi
bahwa air hujan yang jatuh, hanya 30% yang merembes ke tanah
sedangkan yang lain nya telah menjadi aliran permukaan. Kemungkinan
nilai debit potensi air tanah ini akan berkurang jika di tinjau dari
penggunaan lahan yang ada di sekitar daerah aliran sungai. Penggunaan
lahan seperti sawah dan permukiman bisa menjadi indikator yang
menyebabkan potensi air tanah berkurang.
Kebutuhan pabrik air minum akan pasokan air tanah bersifat relatif.
tergantung besar kecilnya pabrik air minum. Untuk kajian kali ini,pabrik
air minum yang akan direncanakan membutuhkan pasokan air tanah
sebesar 40 m3/jam. Potensi air tanah terbesar yang didapatkan dari hasil
perhitungan yaitu pada Sub DAS 3 senilai 407,25 m3/jam. Kemudian
untuk Sub DAS dengan air tanah terbesar dan terdapat mata air adalah Sub
DAS 2 yaitu senilai 155,19 m3/jam. Pada Sub DAS ini terdapat mata air
Pasir Jaya 2. Sedangkan untuk Sub DAS 1 memiliki nilai debit air tanah
6,11 m3/jam dan terdapat mata air Pasir Jaya 1.
Berdasarkan nilai debit air tanah tersebut terlihat bahwa Sub DAS
yang memenuhi syarat untuk dijadikan pemasok air untuk pabrik air
minum adalah Sub DAS 2 dan 3. Dan mata air Pasir Jaya 2 dapat dijadikan
sebagai sumber mata air untuk memenuhi kebutuhan air pabrik air minum.
sedangkan untuk mata air Pasir Jaya 1 tidak dapat digunakan karena nilai
debit air tanah nya jauh dari standar kebutuhan air untuk pabrik air minum.
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, perencanaan pembangunan pabrik
air minum di daerah tersebut dapat dilakukan mengingat sumber pasokan
air yang memadai untuk produksi air minum.
56
berada dalam
57
BAB VI
6.1
Kesimpulan
1. Analisis hirdoklimat dapat dilakukan menggunakan data berupa peta
rupabumi Indonesia
2. Nilai volume aliran berbanding lurus dengan nilai debit aliran. Semakin
besar nilai volume aliran maka akan semakin besar nilai debit aliran.
3. Debit yang digunakan sebagai pemasok air untuk pabrik air minum
adalah debit dari air tanah. Sedangkan untuk debit aliran permukaan
dapat digunakan sebagai acuan dalam perencanaan pembangunan pabrikpabrik yang mengandalkan pasokan air dari air permukaan.
4. Sub DAS yang memenuhi syarat untuk memenuhi pasokan air untuk
pabrik air minum adalah Sub DAS 2 dan 3 dan mata air Pasir Jaya 2
dapat dijadikan sebagai alternatife sumber mata air untuk pasokan air
pabrik air minum.
5. Perencanaan pabrik air minum dapat dilanjutkan melihat pasokan air dari
mata air memenuhi kebutuhan pabrik dan areal yang direncanakan untuk
pembangunan berada pada kawasan Areal Penggunaan Lain (APL).
58
6.2
Saran
1. Penarikan batas daerah aliran sungai setidaknya dibantu dengan data lain
seperti citra SRTM karena data peta RBI yang digunakan kenampakan
kontur nya tidak begitu jelas
2. Analisis penggunaan lahan untuk daerah aliran sungai setidaknya nya di
bantu dengan citra satelit seperti Landsat atau citra high resolusi seperti
Quickbird, karena data Peta RBI yang digunakan tidak peta terbaru dan
kemungkinan banyaknya terjadi perubahan penggunaan lahan yang tidak
terliput pada peta RBI.
DAFTARA PUSTAKA
Daerah
Tangkapan
Air
Waduk
Darma, Kabupaten
S.
2010.
Studi
Limpasan
Permukaan
Spasial
Akibat
Perubahan
V tahun 2010.
Balai
Riset
dan
Observasi Kelautan,
60