2010
Diproduksi Oleh:
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Tengah
Bidang Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan
Tahun 2010
Berdasarkan:
Surat Keputusan Kepala Dinas Perikanan Provinsi Kalimantan Tengah Nomor:
102/KP3K-KT/2010.K, Tentang: Tim Penyusunan Buku dan Tenaga Ahli
Sosialisasi Pengenalan Sumberdaya Kelautan Melalui Penyusunan Buku
Mangrove, Padang Lamun dan Terumbu Karang pada Satuan Kerja (140097)
Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Tengah (07) Tahun
Anggaran 2010.
Potensi kelautan harus disadari sebagai tantangan nyata untuk dikelola, dijaga
dan diamankan bagi kepentingan masyarakat. Laut merupakan aset nasional
sebagai wilayah kedaulatan, ekosistem, dan sumberdaya yang dapat
dimanfaatkan sebagai sumber energi, sumber bahan makanan, sumber bahan
farmasi, serta berperan sebagai media lintas transportasi antar pulau, media
pertukaran sosial-budaya, kawasan perdagangan, pariwisata dan wilayah
pertahanan keamanan. Namun demikian, seiring dengan pemanfaatan wilayah
laut, bertambah pula potensi ancaman baik yang bersifat faktual seperti
gangguan keamanan dan pelanggaran hukum di laut, Illegal, Unregulated dan
Unreported Fishing (IUU Fishing), penyelundupan dan Transnational Crime,
maupun ancaman potensial seperti potensi konflik pemanfaatan laut, konflik
perbatasan dan potensi konflik lainnya.
i
Menyikapi permasalahan yang timbul, baik sekarang maupun yang akan datang
perlu langkah antisipasi dalam mengelola komponen ekosistem yang ada.
Belum terlambat rasanya bagi kita untuk melakukan langkah-langkah yang
tepat demi keterjagaan ekosistem ini agar dapat dinikmati anak cucu kita.
Ir. Darmawan
Pembina Utama Muda
NIP.19580418 198712 1 001
ii
SAMBUTAN
KETUA KONSORSIUM MITRA BAHARI
REGIONAL CENTER KALIMANTAN TENGAH
iv
DAFTAR ISI
SAMBUTAN KEPALA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN i
PROPVINSI KALIMANTAN TENGAH ..............................................
v
BAB 4 TERUMBU KARANG DI PESISIR DAN LAUT
KALIMANTAN TENGAH ………........................................ 45
A. Terumbu Karang……………………………………….. 45
B. Sebaran Terumbu Karang……………………………… 46
C. Kondisi Terumbu Karang………………………………. 48
D. Jenis Terumbu Karang………………………………..… 51
vi
DAFTAR TABEL
TABEL Hal
vii
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Hal
viii
BAB I
Sumberdaya hayati laut merupakan salah satu kekayaan alam yang dimiliki
bangsa Indonesia yang menjadi tumpuan hidup masyarakat dan pembangunan
Indonesia. Unsur-unsur yang termasuk sumberdaya hayati laut antara lain ikan,
rumput laut, fitoplankton, zooplankton, terumbu karang, padang lamun, dan
lain-lain. Semua unsur tersebut pada dasarnya saling tergantung dan
mempengaruhi antara yang satu dengan yang lainnya sebagai suatu sistem
penyangga kehidupan. Kerusakan pada salah satu unsur pembentuknya, akan
berakibat terganggunya ekosistem secara keseluruhan.
Kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil pada umumnya terdiri dari satu atau
lebih sistem lingkungan. Kawasan ini memiliki potensi pembangunan yang
cukup besar karena didukung oleh adanya ekosistem dengan produktivitas
1
hayati tinggi, seperti terumbu karang (coral reefs), padang lamun (sea grass
bed), rumput laut (sea weed), hutan mangrove, pantai berpasir (sandy beach),
pantai berbatu (rocky beach), formasi pescarpea, formasi bringtonia, estuari,
delta, dan laguna (Retraubun, 2001). Selain ekosistem alami, di kawasan ini
terdapat berbagai ekosistem buatan (man made), seperti kawasan pariwisata,
kawasan budidaya (mariculture) dan kawasan pemukiman masyarakat (Dahuri,
2000).
B. ADMINISTRASI WILAYAH
2
Provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur, serta di sebelah barat
berbatasan dengan Provinsi Kalimatan Barat.
Murung Raya
23. 700
Kapuas
14. 999
Lamandau Barito
6. 414 Kotawaringin Palangka selatan
Timur 16. 496 Raya 8. 830 Barito
2. 400 timur
3. 834
Kotawaringin
Barat 10. 759
Pulang Pisau
Sukamara 8. 997
3. 827
Seruyan
16. 404
3
Secara administrasi, ketujuh wilayah pesisir itu terbagi ke dalam 13 kecamatan
yang secara keseluruhan terdiri atas 102 pesisir desa sebagaimana diperlihatkan
dalam Tabel 1.1.
1 Sukamara Jelai Kuala Jelai, Pulau Nibung, Sei Baru, Sei Bundung, Sei
Raja
Lunci Sei Cabang Barat, Sei Damar, Sei Tambuk, Sei Pasir
6 Pulang Pisau Kahayan Cemantan, Papuyu III (Sei Pudak), Kiapak, Papuyu II
Kuala (Sei Barnai), Papuyu I (Sei Pasanan), Sei Rungun,
Bahaur Hilir, Bahaur Tengah, Bahaur Hulu
4
C. IKLIM DAN DAERAH ALIRAN SUNGAI
5
D. EKOSISTEM WILAYAH PESISIR
Terumbu Karang
Padang Lamun
Ekosistem padang lamun (seagrass beds) merupakan salah satu ekosistem laut yang
paling produktif karena di sini terjadi proses rantai makanan yang cukup lengkap
dengan adanya proses fiksasi karbon. Bila dilihat dari fungsi ekologis, ekosistem
padang lamun dapat mencegah terjadinya erosi karena vegetasi lamun dapat
memperlambat gerakan air yang disebabkan ombak dan menyebabkan perairan
menjadi tenang. Sistem perakaran lamun yang padat dan saling menyilang dapat
menstabilkan dasar laut dan mengakibatkan tertanamnya lamun dengan kokoh tidak
mudah tercabut oleh gelombang.
Pantai Berpasir
Karakteristik pantai berpasir adalah berwarna hitam hingga abu-abu kehitaman dan
putih, relief rendah, bentuk garis pantai lurus dan memanjang, sebagian berbentuk
teluk dan tanjung. Dimana geologi pantai tersebut tersusun oleh alluvium yang
merupakan hasil rombakan batuan yang lebih tua berukuran pasir sangat halus hingga
sangat kasar.
6
Mangrove
Hutan mangrove merupakan nama kolektif untuk vegetasi pohon yang menempati
pantai berlumpur di dalam wilayah pasang surut, dari tingkat air pasang tertinggi
sampai tingkat air surut terendah. Kerapatan mangrove saat ini yang berada di pesisir
pantai Kalimantan Tengah bervariasi mulai dari kerapatan jarang, kerapatan sedang
sampai kerapatan sangat rapat.
Rawa
Air Hitam
Ekosistem air hitam (black water ecosystem) atau yang dikenal sebagai
ekosistem gambut, merupakan salah satu tipe lahan basah yang unik dimana
memiliki karakteristik yang berbeda secara fisik maupun kimia dengan
ekosistem lainnya, hal ini memungkinkan ekosistem ini dihuni oleh spesies-
spesies tumbuhan ataupun hewan endemik.
Gambut menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tanah yang lunak dan
basah terdiri atas lumut dan bahan tanaman lain yang membusuk (biasanya
terbentuk di daerah rawa atau danau yang dangkal). Tanah ini merupakan tanah
yang mudah terbakar, menghasilkan lebih banyak asap dan emisi karbon
dibandingkan dengan jenis tanah yang lain. Lahan gambut yang telah
mengering akan mengalami pelepasan senyawa oksidasi FeS (pirit) yang
bersifat racun.
7
Menurut Polak (1952), tanah gambut merupakan tanah yang memiliki
kandungan bahan organik lebih dari 65% hingga kedalaman satu meter atau
lebih. Sedangkan berdasarkan klasifikasi taksonomi komprehensif (USDA
1975), tanah gambut merupakan tanah yang memiliki kandungan bahan organik
lebih dari 30% dengan ketebalan kumulatif 40 cm atau lebih. Bahan organik ini
terdiri atas akumulasi sisa-sisa vegetasi yang telah mengalami humifikasi
namun belum mengalami mineralisasi. Gambut akan terbentuk jika humifikasi
lebih besar daripada mineralisasi (Darmawijaya 1997).
Hutan
Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan
dan tumbuhan lainnya. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di wilayah-
wilayah yang luas di dunia dan berfungsi sebagai penampung karbon dioksida
(carbon dioxide sink), habitat hewan, modulator arus hidrologika, serta pelestari
tanah, dan merupakan salah satu aspek biosfer Bumi yang paling penting.
Hutan adalah bentuk kehidupan yang tersebar di seluruh dunia. Kita dapat
menemukan hutan baik di daerah tropis maupun daerah beriklim dingin, di
dataran rendah maupun di pegunungan, di pulau kecil maupun di benua besar.
Hutan merupakan suatu kumpulan tetumbuhan, terutama pepohonan atau
tumbuhan berkayu lain, yang menempati daerah yang cukup luas.
Pada kawasan pesisir Kalimantan Tengah dapat ditemui jenis 1. Hutan rawa air
tawar, memiliki permukaan tanah yang kaya akan mineral. Biasanya ditumbuhi
hutan lebat; 2. Hutan rawa gambut, terbentuk dari sisa-sisa hewan dan
tumbuhan yang proses penguraiannya sangat lambat sehingga tanah gambut
memiliki kandungan bahan organik yang sangat tinggi;
8
Tabel 1.3. Ekosistem wilayah pesisir Kalimantan Tengah
Ekosistem (Ha)
Kecamatan
Terumbu Padang Pantai Air
Mangrove Rawa Hutan
Karang Lamun Berpasir Hitam
Arut
- - 734 725 1300 - 22.079
Selatan
Seruyan
200 - 1.290 8.020 2978 - 329.693
Hilir
Teluk
- - 354 10.167 134 - 45.059
Sampit
M. Hilir
- - - 0 - - 4.042
Selatan
Pulau
- - - 2.810 - - 29.203
Hanaut
Katingan
- - 94 11.250 760 - 54.319
Kuala
Kahayan
- - 128 5.933 660 - 69.567
Kuala
Sebangau
- - - 7.067 900 3.117 138.182
Kuala
Kapuas
- - - 6.121 1660 - 22.862
Kuala
Tanda (+) menyatakan belum disurvei
Hidro-Oseanografi
9
pantai. Sedangkan perairan lautnya merupakan bagian dari Laut Jawa, yang berada di
jalur sirkulasi arus yang diakibatkan monsun.
Besaran nilai parameter BOD masih baik yaitu lebih rendah dari 45, yang
diperbolehkan untuk budidaya perikanan. Parameter DO berkisar 4,87-7,10,
nilai baku mutu budidaya perikanan maksimum 6 mg/l. Kondisi ini
memungkinkan kondisi perairan pesisir Kalimantan Tengah dapat digunakan
untuk kegiatan budidaya pertambakan dan konservasi.
10
Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan untuk budidaya sekitar 7,48% yang terdiri dari permukiman,
perkebunan, sawah, dan tegalan. Penggunaan non budidaya sekitar 92,52%
adalah hutan, semak, padang rumput dan rawa. Data ini memberikan gambaran
bahwa intensitas penggunaan lahan di pesisir Kalimantan Tengah termasuk
masih rendah.
1. Kerusakan pantai
2. Pencemaran
Ekologi
3. Kebakaran hutan
4. Kesadaran terhadap lingkungan
11
BAB II
Hutan mangrove adalah suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang surut
(terutama pantai yang terlindung, laguna dan muara sungai) yang tergenang
pada saat pasang dan bebas dari genangan pada saat surut yang komunitas
tumbuhannya bertoleransi terhadap garam. Ekosistem mangrove merupakan
suatu sistem yang terdiri atas organisme (tumbuhan dan hewan) yang
berinteraksi dengan faktor lingkungan dan sesamanya di dalam suatu habitat
mangrove (Kusmana dkk, 2003). Tempat tumbuh yang ideal bagi hutan
mangrove adalah di sekitar pantai yang lebar muara sungainya, delta dan
tempat yang arus sungainya banyak mengandung lumpur dan pasir. Hutan
mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forest, coastal woodland, dan hutan
payau. Jenis-jenis vegetasi yang mewarnai hutan mangrove secara umum terdiri
atas tegakan murni Avicennia dan Sonneratia yang dipilah sebagai kelompok
pionir, kemudian Ceriops, Lumnitzera, Bruguiera dan anggota dari Rhizophora
sendiri yang dikenal sebagai mangrove.
Fungsi hutan mangrove diantaranya secara fisik membantu menahan erosi dan
kerusakan pantai. Adapun kondisi ekologi yang mengatur dan melindunginya,
sangat tergantung kepada keseimbangan dan persediaan kadar garam dan air
tawar, nutrisi dan sub strata yang stabil. Perakaran mangrove yang kuat mampu
12
meredam gerak pasang surut, dan juga mampu terendam dalam air yang kadar
garamnya bervariasi. Lebih dari itu, perakaran mangrove dapat mengendalikan
lumpur, sehingga mampu memperluas penambahan formasi dan surfacing land.
B. SEBARAN MANGROVE
13
mangrove terdapat di sebelah barat dan timur Sungai Seruyan didominasi oleh
Avicennia marina dan Rhizopora mucronata.
C. KONDISI MANGROVE
Secara umum dari hasil kajian yang dilakukan menunjukkan bahwa hutan
mangrove di wilayah pesisir Kalimantan Tengah termasuk hutan mangrove
yang memiliki zonasi sederhana (zonasi campuran). Hal ini disebabkan
komunitas tumbuhan yang dijumpai tidak membentuk tegakan murni dan
zonasi yang jelas. Kondisi mangrove yang tersebar dapat digolongkan dalam
tiga golongan yaitu sangat padat, sedang (baik) dan jarang (rusak).
Hutan mangrove yang ada di daerah pesisir di wilayah Desa Kubu, Sungai
Bakau dan Teluk Bogam relatif kurang baik dibandingkan dengan hutan di
muara Sungai Kumai. Hal ini disebabkan secara fisiognomi struktur tegakan
yang kurang baik dan parameter kuantitatif (kerapatan) yang jarang.
Kondisi mangrove ini juga dipengaruhi oleh adanya pembukaan tambak dan
penebangan mangrove itu sendiri yang kayunya dimanfaatkan oleh masyarakat.
Pembukaan tambak terjadi di sekitar dekat Sungai Sekonyer, Sungai Cabang
Timur/Tanjung Puting, Sungai Bakau dan Tanjung Putri. Sementara untuk
penebangan pohon mangrove lebih banyak dilakukan pada daerah Sungai
Cabang Timur/Tanjung Puting dan Sungai Bakau.
15
Ancaman dari luar tersebut yang sangat serius berasal dari pengelolaan DAS
yang serampangan, dan meningkatnya pencemar hasil industri dan domestik
(rumah tangga) yang masuk ke dalam daur hdrologi. Hasil yang terjadi dari
erosi tanah yang parah dan meningkatnya kuantitas serta kecepatan sedimen
yang diendapkan di lingkungan mangrove adalah kematian masal (dieback)
mangrove yang tidak terhindarkan lagi karena lentisel-nya tersumbat oleh
sedimen tersebut. Polusi dari limbah cair dan limbah padat berpengaruh serius
pada perkecambahan dan pertumbuhan mangrove.
Rhizophora mucronata
17
Rhizophora apiculata
Spesies :Rhizophora apiculata
Genus :Rhizophora
Famili :Rhizophoraceae
Nama Inggris :Tall-Stilted Mangrove
Nama Indonesia :Bakau kecil, Bakau pendek, Bakau tandok, Bakau
akik, Bakau kacang, Lenro, Bakau putih, Bakau bini,
Jangkah, Tinjang
Ciri-ciri : • Daun sebelah atas berwarna hijau sampai kuning
kehijauan, bagian bawah kuning kehijauan.
Daunnya mirip dengan Bruguiera gymnorrhiza,
bedanya yaitu terdapat bintik-bintik hitam di
bagian bawah daun yang tua.
• Panjang buahnya antara 25-30 cm, diameter 15-17
mm, buah kecil berwarna coklat dengan kulit yang
kasar, kisaran musim berbunga pada bulan April
sampai Oktober.
• Hipokotil dengan warna kemerahan atau jingga,
dengan panjang sekitar 18-38 cm. Leher kotiledon
berwarna merah bila sudah matang.
• Permukaan batang abu-abu, ketika masih muda
halus, ketika dewasa ramping dan berlentisel.
• Berakar tongkat yang berlentisel untuk
pernapasan.
Habitat : Menyukai tanah berlumpur halus dan dalam, yang
tergenang jika pasang serta terkena pengaruh masukan
air tawar yang tetap dan kuat.
Wilayah Sebaran : Kapuas, Pulang Pisau, Katingan, Kotawaringin Timur,
(Kabupaten) Seruyan, Kotawaringin Barat, Sukamara
18
Bruguiera gymnorrhiza
Spesies :
Bruguiera gymnorrhiza
Genus :
Bruguiera
Famili :
Rhizophoraceae
Nama Inggris :
Large-Leafed Orange Mangrove
Nama Indonesia :Kendeka, Tancang, Lindur, Tanjang merah,
Tumu, Tanjang, Bako, Sarau
Ciri-ciri : • Dalam kondisi yang baik dapat tumbuh sampai
setinggi 35 m, tapi biasanya mencapai tinggi 25 m.
• Panjang daun berkisar antara 10-20 cm dengan lebar
antara 5-8 cm, berbentuk ellips. Daunnya
mengumpul pada ujung tangkai batang dengan
warna daun bagian atas hijau sampai kuning
kehijauan, sedangkan bagian bawahnya berwarna
kuning.
• Bunganya berwarna merah dan masih menempel
pada buahnya ketika jatuh. Buahnya berwarna hijau
dan bentuknya memanjang ramping dengan
panjangnya berkisar antara 10-20 cm.
• Kulit batang berwarna gelap dengan permukaan
yang kasar. Memiliki akar berbentuk akar lutut yang
muncul di permukaan tanah.
Habitat : Tumbuh baik pada daerah yang kering dengan
banyaknya hembusan angin, juga di daerah berlumpur.
Wilayah Sebaran : Kapuas, Pulang Pisau, Katingan, Kotawaringin Timur,
(Kabupaten) Seruyan, Kotawaringin Barat, Sukamara
19
Ceriops tagal
Spesies : Ceriops tagal
Genus : Ceriops
Famili : Rhizophoraceae
Nama Inggris : Yellow Mangrove
Nama Indonesia : Tingi, Tengar, Tengah, Mentigi, Tengal,
Tinci, Lonro, Lindur, Palun, Parun, Bido-bido, Tangar
Ciri-ciri : • Daun sebelah atas berwarna hijau sampai kuning
kehijauan, bagian bawahnya kuning kehijauan. Daun
berbentuk bulat-lonjong dengan panjang 4-10 cm.
• Bunga warna putih hingga coklat. Buah berwarna
hijau hingga hijau kecoklatan, berbentuk memanjang
dengan kisaran panjang antara 15-25 cm.
• Batang berwarna abu-abu kekuningan bahkan
kadang-kadang berwarna kecoklatan.
• Hipokotil silindris, berkulit halus, berbintil, agak
menggelembung di ujung dan mencapai ukuran 25
cm.
• Leher kotiledon berwarna kuning jika sudah tua.
• Mempunyai akar papan yang menopang dasar batang
pohon.
Habitat : Umumnya ditemukan pada bagian yang kering dari hutan
bakau, atau yang hanya tergenang pasang tinggi.
Menyukai substrat pasir (terutama C. decandra) atau
lumpur tanah liat.
Wilayah Sebaran : Kapuas, Pulang Pisau, Katingan, Kotawaringin Timur,
(Kabupaten) Seruyan, Kotawaringin Barat, Sukamara
20
Avicennia marina dan Avicennia alba
21
Sonneratia caseolaris
Spesies :Sonneratia caseolaris
Genus :Sonneratia
Famili :Lythraceae/Sonneratiaceae
Nama Inggris :Mangrove Apple
Nama Indonesia :Pidada, Bogem, Prepat, Prapat, Bidara, Dadap, Rambai,
Berembang
Ciri-ciri : • Mirip dengan Sonneratia alba, salah satu cara yang
paling baik untuk membedakannya adalah dengan
melihat bunganya.
• Tumbuh mencapai tinggi 15 m.
• Daun berbentuk bulat dan berpasangan pada
cabangnya dengan panjang sekitar 7 cm. Pada
bagian ujung daun agak melengkung ke bawah.
• Bunga berwarna merah. Buah agak besar selebar 4
cm dan berwarna hijau serta bentuknya seperti
bintang dan keras.
• Kulit batang abu-abu sampai coklat dan agak retak-
retak.
• Memiliki bentuk akar cakar ayam berpneumatofora
untuk pernapasan.
Habitat : Tumbuh di tepi-tepi sungai yang masih mendapat
pengaruh pasang surut yang salinitasnya payau.
Wilayah Sebaran : Kapuas, Pulang Pisau, Katingan, Kotawaringin Timur,
(Kabupaten) Seruyan, Kotawaringin Barat, Sukamara
22
Nypa fruticans
Spesies :
Nypa fruticans
Genus :
Nypa
Famili :
Arecaceae
Nama Inggris :
Mangrove Palm, Attap Palm, Nipa Palm
Nama Indonesia :
Nipah, Buyuh, Buyuk, Nypa, Niu-nipa
Ciri-ciri : • Satu-satunya jenis palem di mangrove. Daun besar
dan mencapai panjang 9 m. Helai-helai daun
berbentuk pita, tegak atau hampir tegak.
• Bunga berwarna kuning dan berumpun diantara
tangkai daun. Buah berbentuk kepala paku yang
besar seperti bola berdiameter 25 cm dan bila masak
akan terbelah. Bersabut, oval gepeng, coklat
kemerahan.
• Kulit batang berserat dan berwarna coklat keabu-
abuan.
• Tidak memiliki akar napas yang muncul di
permukaan tetapi berakar serabut.
Habitat : Tumbuh di bagian belakang hutan bakau, terutama di
dekat aliran sungai yang memasok lumpur ke pesisir.
Wilayah Sebaran : Kapuas, Pulang Pisau, Katingan, Kotawaringin Timur,
(Kabupaten) Seruyan, Kotawaringin Barat, Sukamara
23
Xylocarpus granatum
Spesies :
Xylocarpus granatum
Genus :
Xylocarpus
Famili :
Meliaceae
Nama Inggris :
Cedar Mangrove
Nama Indonesia :
Siri, Nyirih Bunga, Buli, Bulu Putih, Buli Hitam, Nipa,
Mokmof, Kabau, Niri, Banang-banang, Nyuru
Ciri-ciri : • Dapat tumbuh hingga mencapai lebih dari 8 m.
• Daunnya berwarna hijau gelap, berbentuk ellips
dengan pangkal daun menyatu dengan batang.
• Bunganya berukuran kecil dan berwarna putih susu
hingga putih kehijauan. Buahnya berbentuk bulat
sangat besar dengan kisaran diameter antara 15-20
cm, berwarna coklat kekuningan.
• Kulit batang licin dan berwarna merah-coklat.
• Memiliki akar papan berbentuk seperti pita yang
memanjang dan menopang batang pohon.
Habitat : Umumnya tumbuh di habitat yang sama dengan
mangrove, estuaria. Sering berasosiasi dengan Nypa and
Sonneratia.
Wilayah Sebaran : Kapuas, Pulang Pisau, Katingan, Kotawaringin Timur,
(Kabupaten) Seruyan, Kotawaringin Barat, Sukamara
24
Hibiscus tiliaceus
25
Ricinus communis
Spesies :Ricinus communis
Genus :Ricinus
Famili :Euphorbiaceae
Nama Inggris :Castor Oil Plant, Palm of Christ, Palma Christi
Nama Indonesia :Jarak
Ciri-ciri :• Tingginya dapat mencapai 2-3 meter (dalam
setahun).
• Daunnya terlihat mengkilap dengan panjang 15-45
cm, warna bervariasi, hijau gelap, ungu hingga
kadang kemerah-merahan
• Tumbuhan ini merupakan sumber minyak, yang
dikenal dengan nama minyak jarak.
• Mengandung zat ricin, sejenis racun.
• Tergolong sebagai tumbuhan perdu, memiliki
daun tunggal menjari 7-9, berdiameter 10-40 cm.
• Bijinya mengandung suatu asam lemak hidroksi,
yaitu asam ricinoleat. Kehadiran asam lemak ini
membuat biji jarak memiliki kekentalan yang
stabil pada suhu tinggi sehingga dipakai campuran
pelumas.
Habitat : Tumbuh liar di hutan, tanah kosong, di daerah pantai,
tapi sering juga dikembangbiakkan dalam
perkebunan.
Wilayah Sebaran : Kapuas, Pulang Pisau, Katingan, Kotawaringin Timur,
(Kabupaten) Seruyan, Kotawaringin Barat, Sukamara
26
Passiflora foetida
27
Pandanus tectorius
28
Acrostichum aureum
29
Terminalia catappa
Spesies : Terminalia catappa
Genus : Terminalia
Famili : Combretaceae
Nama Inggris : Indian Almond, Singapore Almond, Bengal
Almond, Malabar Almond, Tropical Almond,
Sea Almond, Umbrella Tree, Java Almond
Nama Indonesia : Ketapang, Katapa
Ciri-ciri : • Bentuk pohon seperti pagoda. Batang sering
berbanir pada pangkal, pepagan coklat abu-
abu tua, melekah; cabang tersusun dalam
deretan bertingkat dan melintang. Daun
berseling, bertangkai pendek.
• Bunga berbulir tumbuh pada ketiak daun,
sebagian besar adalah bunga jantan, bunga
biseksual terdapat ke arah pangkal, sangat
sedikit, warna putih-kehijauan dengan
cakram berjanggut.
• Jenis ini dapat dikenali langsung dari
cabangnya yang kaku dan daun-daun
besarnya yang tersusun dalam roset.
Habitat : Ketapang tumbuh alami pada pantai berpasir
atau berbatu. Toleran terhadap tanah asin dan
tahan terhadap percikan air laut; sangat tahan
terhadap angin dan menyukai sinar matahari
penuh atau naungan sedang.
Wilayah Sebaran :
30
Scaevola taccada
Spesies :Scaevola taccada
Genus :Scaevola
Famili :Goodeniaceae
Nama Inggris :Sea Lettuce Tree
Nama Indonesia :Bakung-bakung, Babakoan, Gegabusan, Dudulan,
Subong-subong
Ciri-ciri : • Semak tegak atau pohon kecil dengan ranting
menggalah.
• Daun berselang-seling, sebagian besar
berkumpul di dahan bagian ujung, bentuknya
menyudip sampai membundar telur sungsang.
• Perbungaan aksiler dengan percabangan yang
jarang. Bunga tidak beraroma, warnanya putih
sampai kuning muda.
• Buah pelok berdaging, putih saat matang, berbiji
2.
Habitat : Umumnya terbatas di pantai, terbatas pada pantai
berpasir atau daerah batu berkarang, kadang-kadang
dijumpai di daratan yang banyak mendapat sinar
matahari dan di permukaan batuan.
Wilayah Sebaran : Kapuas, Pulang Pisau, Katingan, Kotawaringin Timur,
(Kabupaten) Seruyan, Kotawaringin Barat, Sukamara
31
Ipomoea pescaprae
Spesies :Ipomoea pescaprae
Genus :Ipomoea
Famili :Convolvulaceae
Nama Inggris :Railroad Vine
Nama Indonesia :Kangkung laut, Daun kacang, Katang-katang, Ketepeng, Daun
barah, Katang
Ciri-ciri : • Bertipe tumbuhan merambat.
• Bunga berwarna ungu dengan bentuk seperti terompet,
bersifat soliter.
• Buahnya berbentuk kapsul dengan diameter ukuran 1-2 cm,
berwarna coklat.
• Daunnya sederhana yang tumbuhnya berselang-seling,
bentuknya menyerupai jejak kaki kambing.
• Mampu bertahan hidup pada kadar garam yang tinggi,
tiupan angin yang kencang dan sebagai penahan erosi
pantai.
Habitat : Menyebar luas di pesisir, sering ditemukan pada pantai berpasir.
Wilayah Sebaran : Kapuas, Pulang Pisau, Katingan, Kotawaringin Timur, Seruyan,
(Kabupaten) Kotawaringin Barat, Sukamara
32
Aegiceras corniculatum
Spesies :Aegiceras corniculatum
Genus :Aegiceras
Famili :Myrsinaceae
Nama Inggris :River Mangrove
Nama Indonesia :Gedangan, Teruntun, Kacangan, Klungkum, Dudun-agung,
Kacang-kacang
Ciri-ciri : • Sering tumbuh serempak membentuk semak belukar
sampai kesetinggi 4 m.
• Daun berbentuk lonjong dengan panjang sekitar 7 cm.
Terdapat kelenjar pada daun untuk mensekresi garam.
• Bunganya berukuran kecil dan berwarna putih, serta
terangkai dalam satu ikatan.
• Buahnya berukuran panjang sekitar 5 cm, berbentuk
pensil tebal, agak melengkung dan berujung lancip.
• Kulit batang halus dan licin serta berwarna abu-abu.
• Akar napas tidak terlihat jelas yang muncul di
permukaan tanah.
Habitat : Sering didapatkan pada daerah tepi-tepi sungai. Tumbuhan ini
mempunyai toleransi salinitas yang lebar.
Wilayah Sebaran : Kapuas, Pulang Pisau, Katingan, Kotawaringin Timur,
(Kabupaten) Seruyan, Kotawaringin Barat, Sukamara
33
Casuarina equisetifolia
Spesies : Casuarina equisetifolia
Genus : Casuarina
Famili : Casuarinaceae
Nama Inggris : She-oak, Ironwood, Bull-oak, Beefwood, Coast She-oak,
Horsetail Casuarina, Australian Pine, Whistling Pine
Nama Indonesia : Cemara Laut
Ciri-ciri : • Pohon selalu hijau setinggi 6-35 m, sub spesies Incana lebih
kecil. Tajuk ringan. Kulit batang abu-abu coklat terang,
kasar dan pohon tua beralur. Lingkaran lentisel tampak jelas
pada kulit yang muda. Ranting-ranting terkulai, menyerupai
jarum; kecil sekali, daun mengecil tersusun dalam 7-8 helai.
Bunga berkelamin satu, bunga jantan dan betina bisa
terdapat dalam satu pohon atau pohon yang berbeda. Bunga
jantan terletak di ujung, bulir memanjang, bunga betina di
cabang samping. Bunga betina berbentuk kerucut majemuk,
bundar, panjang 10-24 mm, diameter 9-13 mm.
• Buah abu-abu atau kuning coklat (samara), panjang 6-8
mm, berbiji tunggal. Satu kg kerucut menghasilkan 20-60 g
benih. Terdapat 370.000- 700.000 benih bersih per kg.
• Penyerbukan dengan angin. Di daerah yang musim dingin
atau musim keringnya tidak nyata, berbunga dan berbuah
secara teratur, satu atau dua kali setahun. Di area dengan
musim hujan dan musim kering tidak nyata, pembungaan
dan pembuahan cenderung tidak teratur dan bisa saja
sepanjang tahun. Kerucut betina masak 18-20 minggu
sesudah anthesis kemudian membuka sebentar, melepaskan
buah-buah kecil. Buah tidak masak serempak dalam satu
pohon, menyebabkan masalah saat pengumpulan buah.
Habitat : Dikenal luas di derah tropis dan subtropis. Ketinggian 0-1500
mdpl, curah hujan rata-rata 350-5000 mm, musim kering 6-8
bulan, suhu rata-rata 15-30°C, suhu bulan terpanas 20-470C dan
terdingin 7-200 C. Sesuai pada tanah ringan, berpasir; cepat
tumbuh pada tanah kurus dan toleran terhadap tanah bergaram
dan angin bergaram. Tumbuh baik pada tanah dengan pH 5.0-9.5.
Tidak tahan terhadap pasang surut, tidak tahan naungan dan
sensitif terhadap kebakaran. Menghasilkan nitrogen (Frankia
symbiosis). Daur 40-50 tahun.
Wilayah Sebaran : Kapuas, Pulang Pisau, Katingan, Kotawaringin Timur, Seruyan,
(Kabupaten) Kotawaringin Barat, Sukamara
34
35
BAB III
A. PADANG LAMUN
Tumbuhan lamun bisa hidup normal dalam keadaan terbenam dan mempunyai
sistem perakaran jangkar (rhizoma) yang berkembang baik. Mengingat pada
dasarnya tak berbeda dengan tumbuhan darat, maka lamun punya keunikan
yaitu memiliki bunga dan buah yang kemudian berkembang menjadi benih.
Semuanya dilakukan dalam keadaan terbenam di perairan laut. Hal inilah yang
menjadi perbedaan nyata lamun dengan tumbuhan yang hidup terbenam di laut
lainnya seperti makro-alga atau rumput laut (seaweed).
Disebut padang lamun, karena ia tumbuh dalam satu kawasan luas, yang jika
dilihat mirip dengan bentangan padang rumput di darat. Lamun memiliki
beberapa fungsi ekologis yaitu sebagai produsen primer, pendaur ulang zat
hara, penstabil substrat dan penangkap sedimen dan sebagai tempat berlindung
organisme laut.
Lamun tumbuh subur terutama di daerah terbuka pasang surut dan perairan
pantai yang dasarnya bisa berupa lumpur, pasir, kerikil, dan patahan karang
mati, dengan kedalaman hingga 4 meter. Bahkan di perairan yang sangat
jernih, beberapa jenis lamun ditemukan tumbuh di kedalaman 8 - 15 meter.
Ekosistem padang lamun memiliki kondisi ekologis yang sangat khusus dan
berbeda dengan ekosistem mangrove dan terumbu karang. Ciri-ciri ekologis
padang lamun antara lain adalah :
JENIS LAMUN
NO LOKASI SUBSTRAT
EA TH HM CS
1 Kubu + - - - Pasir berlumpur
2 Tj. Keluang + - - - Pasir berlumpur
3 Tj. Pandan + - - - Pasir berlumpur
4 Sungai Bakau + - - - Pasir berlumpur
5 Teluk Bogam + - - - Pasir berlumpur
6 Tj. Penghujan + - - - Pasir berlumpur
7 Gs. Senggora + + + + Pasir
8 Gs. Pinggir + + + + Pasir
9 Gs. Berendam + + + + Pasir
10 Gs. Sepagar + + + + Pasir
Sumber: Hasil Survei, 2007
Keterangan:
+ = Ada; - = Tidak ada
EA (Enhalus acoroides), TH (Thalassia hemprichii), HM (Halophila minor), CS (Cymodocea
serrulata)
Hasil analisis citra satelit Landsat ETM 7 pada komposit band 321 dan
klasifikasi substrat berdasarkan formula Lyzenga memperkirakan luas padang
lamun di perairan laut Gosong Senggora sekitar 0,55 km2, sedangkan di
Gosong Sepagar adalah 0,03 km2. Hasil citra memperlihatkan bahwa
keberadaan lamun lebih banyak tumbuh pada daerah di antara hamparan pasir
dengan pecahan karang mati.
Padang lamun yang terhampar di sepanjang pantai, meliputi Desa Kubu hingga
Tanjung Penghujan, memperlihatkan lamun yang tumbuh berpola dominasi
tunggal dengan jenis Enhalus acoroides. Sedangkan lamun yang tumbuh di
perairan laut yang meliputi daerah Gosong Senggora-Gosong Pinggir-Gosong
Berendam-Gosong Sepagar, cenderung berpola campuran, dalam hal ini jenis
Thalassia hemprichii-Halophila minor-Cymodocea serrulata-Enhalus
acoroides, berkembang bersama-sama dengan saling membagi ruang tumbuh.
Paparan lamun yang tersebar dari Desa Kubu hingga Tanjung Penghujan
tumbuh pada perairan dekat pantai atau perairan dangkal dengan dasar pasir
bercampur endapan lumpur dengan jenis yang mendominasi adalah Enhalus
38
acoroides. Sedangkan pada perairan yang agak dalam (± 5 m) yang merupakan
hamparan pasir putih di sekitar Gosong Pinggir, Gosong Berendam, Gosong
Senggora dan Gosong Sepagar jenis lamun yang ditemukan adalah Thalassia
hemprichii, Enhalus acoroides, Halophila minor dan Cymodocea serrulata.
Jenis lamun yang teridentifikasi ini termasuk dalam famili Hydrocharitaceae,
kecuali jenis Cymodocea serrulata yang termasuk famili Potamogetonaceae.
Hasil survei di kawasan pesisir dan laut Kotawaringin Barat secara umum
memperlihatkan kondisi kerusakan padang lamun pada perairan pantai di
kecamatan Kumai adalah termasuk kategori sedang. Meskipun demikian, hal
ini dapat mengarah kepada tingkat kerusakan yang lebih tinggi bila tidak
tersosialisasi dengan baik ke masyarakat dikarenakan lokasi tumbuhnya
kebanyakan pada perairan dangkal di sepanjang desa pesisir. Sementara itu
dilihat dari penutupan (% cover) maka kondisi yang ada memperlihatkan
padang lamun yang ada di sepanjang perairan pantai statusnya dalam kondisi
kurang kaya atau kurang sehat, dimana tutupannya hanya sekitar 40% saja dari
luasan sekitar 5 ha.
Di perairan pantai antara Desa Kubu dan Tanjung Penghujan, jenis lamun
Enhalus acoroides memiliki peranan yang paling besar, bahkan berperan
secara mandiri penuh karena merupakan spesies tunggal. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa Enhalus acoroides cocok atau sesuai untuk hidup dan
tumbuh di lokasi tersebut. Berbeda dengan keadaan lamun di perairan laut,
dimana kepadatannya hampir merata dengan tidak ada yang mendominasi
wilayah untuk tumbuh, sehingga dapat dikatakan bahwa lamun di daerah ini
bersifat campuran.
39
Ditemukannya Enhalus acoroides dengan melimpah pada lokasi perairan
pantai karena pada lokasi tersebut terdapat hutan mangrove dan juga karena
tipe substratnya cocok untuk pertumbuhan jenis lamun ini. Sebagaimana
pernyataan Brouns dan Heijs (1991), Enhalus acoroides seringkali ditemukan
tumbuh di dekat mangrove. Hutomo (1997) menambahkan, Enhalus acoroides
merupakan tumbuhan yang tersebar secara luas, terutama pada substrat halus
(lanau atau lumpur).
40
D. JENIS PADANG LAMUN
Enhalus acoroides
Spesies : Enhalus acoroides
Genus : Enhalus
Famili : Hydrocharitaceae
Nama Inggris : Tape Seagrass, Tropical Eelgrass
Ukuran : • Panjang mencapai lebih dari 1 meter, dengan
rhizoma berdiameter lebih dari 1,5 cm.
• Pada rhizoma menempel akar-akar yang sangat
padat dengan diameter 2-5 mm dan panjang lebih
dari 15 cm.
• Helai-helai daun linier (sejajar) dengan panjang
mencapai 1 meter dan lebar 1,5 cm.
• Buah berbentuk bulat telur, panjang 4-7 cm dan
seluruh permukaannya ditutupi tonjolan-tonjolan
yang tidak beraturan.
• Rimpang berdiameter lebih 10 mm dengan rambut-
rambut kaku.
Morfologi : • Memiliki rhizoma (batang) yang tertanam di dalam
substrat.
• Daun sebanyak 3 atau 4 helai berasal langsung dari
rhizoma.
• Ujung daun membulat, kadang-kadang terdapat
serat-serat kecil yang menonjol pada waktu muda.
• Tepi daun seluruhnya jelas, bentuk garis tepinya
seperti melilit.
Habitat : Tumbuh di perairan dangkal dengan substrat berpasir
dan berlumpur atau kadang-kadang di terumbu karang
serta di daerah dengan bioturbasi tinggi. Dapat menjadi
dominan pada padang lamun campuran, lebar kisaran
vertikal intertidalnya mencapai 25 m.
41
Thalassia hemprichii
Spesies : Thalassia hemprichii
Genus : Thalassia
Famili : Hydrocharitaceae
Nama Inggris : Turtle Grass, Dugong Grass
Ukuran : • Memiliki beberapa variasi pada panjang dan lebar
daun.
• Rhizomanya tebal (sampai dengan 5 mm).
• Daun yang masih muda memiliki panjang berkisar
antara 3-7 cm dan berkembang dengan baik.
• Pada umumnya panjang daun mencapai 40 cm dan
lebarnya berkisar antara 0,4-1,0 cm.
Morfologi : • Helaian daun berbentuk pita.
• Terdapat 10-17 tulang-tulang daun yang
membujur.
• Pada helaian daun terdapat ruji-ruji hitam yang
pendek.
• Ujung daun membulat.
• Tidak terdapat ligule.
Habitat : Tumbuh di perairan dangkal dengan substrat berpasir
dan berlumpur atau kadang-kadang di terumbu
karang. Lebar kisaran vertikal intertidalnya mendekati
25 meter.
42
Halophila minor
43
Cymodocea serrulata
Spesies : Cymodocea serrulata
Genus : Cymodocea
Famili : Potamogetonaceae
Nama Inggris : Toothed Seagrass
Ukuran : • Panjang helai daun berkisar antara 6-15 cm dan lebar 4-9
mm.
Morfologi : • Memiliki rhizoma yang halus dan susunan rhizomanya
bersifat herbaceous (sedikit lebih kuat).
• Tunas pendek dan tegak serta berakar serabut pada setiap
node.
• Tiap-tiap tunas terdiri dari 2-5 helai daun.
• Helaian daunnya berbentuk segitiga yang lebar dan
menyempit pada bagian pangkalnya.
• Daunnya berwarna ungu pada tumbuhan yang masih hidup.
• Jika helaian daunnya lepas atau gugur, maka akan
meninggalkan bekas goresan yang terbuka dan berbentuk
silinder (bundar) pada tunasnya.
• Helaian daun linier (sejajar) sampai agak berbentuk kurva.
• Pada helaian daun tersebut terdapat 13-17 tulang-tulang
daun yang membujur.
• Pada bagian pangkal daun menyempit dan ujung daun
seperti gergaji.
Habitat : Tumbuh di perairan dangkal dengan substrat berpasir dan
berlumpur atau kadang-kadang di terumbu karang.
44
BAB IV
A. TERUMBU KARANG
Karang lunak (soft coral) atau lebih dikenal sebagai Alcyonaria (Alcyionarian
corals). Istilah Alcyonaria dipakai sebagai nama umum karang lunak yang
merupakan nama penggolongan sub-kelas karang lunak (sub-kelas Alcyonaria
atau Octocorallia). Anggota Alcyonaria sama halnya dengan karang batu,
merupakan Coelenterata yang berbentuk polip yaitu bentuk seperti bunga yang
kecil. Tidak seperti karang batu, tubuh Alcyonaria lunak tetapi disokong oleh
sejumlah besar duri-duri yang kokoh, berukuran kecil dan tersusun sedemikian
rupa sehingga tubuh Alcyonaria lentur dan tidak mudah putus. Duri-duri ini
mengandung karbonat kalsium dan disebut spikula. Secara sepintas lalu
Alcyonaria nampak seperti tumbuhan, karena bentuk koloninya yang
bercabang-cabang seperti pohon dan melekat pada substrat yang keras.
46
Banyaknya sungai-sungai besar yang bermuara ke laut di Kalimantan Tengah
memunculkan suatu formasi karang yang unik, dimana perairannya
berkarakteristik sifat estuaria, tingkat kekeruhan serta sedimentasi tinggi,
kisaran salinitas yang rendah dan tergolong perairan yang kaya nutrien
(heterotrofik). Munculnya susunan terumbu karang yang bersifat patchy,
khususnya pada perairan Kumai dimungkinkan adanya teori steping stone biota
karang. Veron (1995) menjelaskan bahwa penyebaran larva karang dibawa
oleh arus melintasi perjalanan yang jauh dari satu pulau ke pulau lainnya.
Pulau-pulau tersebut berfungsi sebagai batu loncatan bagi biota karang untuk
menjangkau pulau-pulau selanjutnya.
Posisi Gosong Senggora yang terletak di tengah Teluk Kumai dan jauh dari
daratan pesisir kabupaten Kotawaringin Barat. Keberadaannya bagi nelayan
sekitar memberikan manfaat perlindungan bagi kapal terhadap gelombang
musim barat dan tenggara. Sehingga mudah kita jumpai kelompok Kapal
penangkapan dalam jumlah besar yang labuh jangkar di sekitar perairan
terumbu karang. Akibatnya di temukan areal karang yang rusak akibat labuh
jangkar dan terkena lunas kapal.
Pengamatan selanjutnya menunjukkan satu spot berada pada posisi kurang dari
4 (empat) mil atau kurang lebih 0,8 - 1 km kearah Tenggara dari muara Sungai
Sagintung Barat atau Sungai Ranggau dengan luasan 35,386 ha sedangkan 2
(dua) spot berikutnya dalam jarak 6 - 12 mil laut dengan luasan keduanya
sebesar 153,88 ha.
48
C. KONDISI TERUMBU KARANG
Kerusakan karang lebih banyak disebabkan oleh faktor alam dan manusia.
Terumbu karang sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan hidupnya.
Curah hujan yang tinggi dan aliran permukaan dari daratan (mainland runoff)
dapat membunuh terumbu melalui peningkatan jumlah sedimen dan terjadinya
penurunan salinitas air laut. Hal penting lainnya yang diperlukan terumbu
karang adalah ada tidaknya aksi gelombang di tempat tersebut. Dalam
lingkungan yang kurang aksi gelombang, lumpur akan terakumulasi dan
membunuh karang. Dengan demikian, lingkungan yang ideal untuk
pertumbuhan karang adalah berada di atau sedikit di bawah permukaan laut,
perairan dangkal, oligotrofik, salinitas 30 - 40 ppm, adanya aksi gelombang
yang kuat dan tidak ada sedimentasi.
50
D. JENIS TERUMBU KARANG
Acropora
Famili : Acroporidae
Ordo : Scleractinia
Kelas : Anthozoa
Karakteristik : • Genus Acropora memiliki jumlah jenis (spesies) terbanyak
dibandingkan genus lainnya pada karang.
• Karang jenis ini biasanya tumbuh pada perairan jernih dan lokasi
dimana terjadi pecahan ombak.
• Bentuk koloni umumnya bercabang, jarang sekali menempel ataupun
submasif dan tergolong jenis karang yang cepat tumbuh, namun
sangat rentan terhadap sedimentasi dan aktivitas penangkapan ikan.
• Koralit dua tipe, axial dan radial.
• Septa umumnya mempunyai dua lingkaran.
• Columella tidak ada.
• Dinding koralit dan coenosteum rapuh.
• Tentakel umumnya keluar pada malam hari.
51
Genus Montipora
Famili : Acroporidae
Ordo : Scleractinia
Kelas : Anthozoa
Karakteristik : • Genus Montipora sering ditemukan mendominasi suatu daerah.
• Sangat tergantung pada kejernihan suatu perairan. Biasanya berada pada
perairan dangkal berkaitan dengan intensitas cahaya yang diperolehnya
dengan bentuk koloni berupa lembaran.
• Bentuk koloni bervariasi, ada yang submasif, laminar, menempel
ataupun bercabang.
• Ukuran koralit umumnya kecil.
• Septa umumnya memiliki dua lingkaran dengan bagian ujung (gigi)
muncul keluar. Apabila disentuh maka akan terasa tajam.
• Tidak memiliki columella.
• Dinding koralit dan coenosteum keropos. Coenosteum memiliki
beberapa tipe: Papillae bila coenosteum lebih kecil dibandingkan dengan
ukuran koralit, dan tuberculae jika sebaliknya. Apabila berkelompok
mengelilingi koralit disebut hecal papillae dan juga ada thecal
tuberculae.
• Tentakel umumnya keluar pada malam hari.
• Karang yang struktur rangka kapurnya mirip dengan genus Montipora
adalah genus Porites, dan kadangkala sulit untuk membedakannya.
Namun pada pengamatan bawah air, struktur internal pada koralit karang
genus Porites lebih jelas terlihat dibandingkan dengan karang genus
Montipora, dan sebagian besar Montipora memiliki coenosteum yang
lebar, sementara Porites tidak memiliki coenosteum.
52
Genus Favia
Famili : Faviidae
Ordo : Scleractinia
Kelas : Anthozoa
Karakteristik : • Bentuk koloni umumnya masif, flat atau dome-shaped.
• Koralit sebagian besar monocentric (satu columella dalam satu corallite)
dan plocoid.
• Memperbanyak koralit melalui pembelahan intratentacular.
• Tentakel umumnya keluar hanya pada malam hari.
• Struktur rangka kapur genus Favia mirip dengan genus Favites tapi dapat
dibedakan dengan perbedaan tipe koralit karang. Tipe koralit Favites
tergolong ceroid, sedangkan tipe koralit Favia tergolong plocoid.
53
Genus Favites
Famili : Faviidae
Ordo : Scleractinia
Kelas : Anthozoa
Karakteristik : • Bentuk koloni umumnya masif, flat atau dome-shaped.
• Koralit berbentuk monocentric dan ceroid, beberapa berbentuk
subplocoid.
• Pada koloni karang ini, antar dua koralit dibatasi oleh satu dinding
koralit.
54
Genus Porites
Famili : Poritidae
Ordo : Scleractinia
Kelas : Hydrozoa
Karakteristik : • Bentuk koloni ada yang flat (foliaceous atau encrusting), masif atau
bercabang.
• Koloni yang masif berbentuk bulat ataupun setengah bulat. Koloni masif
yang kecil akan terlihat berbentuk seperti helm atau dome-shaped,
dengan diameter dapat mencapai lebih dari 5 m.
• Koralit berukuran kecil, cekung ke dalam (terbenam) pada badan koloni
dengan lebar Calice kurang dari 2 mm.
• Tentakel umumnya keluar pada malam hari.
55
Genus Goniopora
Famili : Poritidae
Ordo : Scleractinia
Kelas : Hydrozoa
Karakteristik : • Bentuk koloni columnar, masif dan encrusting.
• Koralit tebal tapi berdinding keropos dan calice memiliki septa yang
kokoh dan memiliki columella.
• Polip genus Goniopora berukuran panjang dan keluar baik pada
malam maupun siang hari.
• Polip genus Goniopora memiliki 24 tentakel.
56
Genus Diploastrea
Famili : Faviidae
Ordo : Scleractinia
Kelas : Anthozoa
Karakteristik : • Koloni masif, membulat seperti kubah, dapat mencapai ukuran
beberapa meter.
• Koralit besar berbentuk seperti mangkok terbalik dengan septa yang
tersusun rapi dan nyata.
• Dinding koralit tebal, kolumela besar.
57
Genus Goniastrea
Famili : Faviidae
Ordo : Scleractinia
Kelas : Anthozoa
Karakteristik : • Koloni submasif atau merayap dengan ukuran tidak terlalu besar.
• Koralit cerioid atau submeandroid dengan dinding yang tebal atau
bervariasi.
• Septa teratur dengan pali yang membentuk mahkota.
58
Genus Galaxea
Famili : Oculinidae
Ordo : Scleractinia
Kelas : Hydrozoa
Karakteristik : • Koloni berbentuk gada yang tidak teratur atau submasif.
• Koralit paceloid dan tidak seragam baik ukuran maupun bentuknya.
• Ukuran koralit lebih besar. Koralit tajam di bagian tepi dan beberapa
mencapai tengah koralit.
59
Genus Fungia
Famili : Fungiidae
Ordo : Scleractinia
Kelas : Anthozoa
Karakteristik : • Berbentuk bulat.
• Septa tidak terlalu rapat berjalan lurus, gigi-gigi pada septa berbentuk
segitiga lancip dan tajam.
• Kenampakan secara keseluruhan relatif halus.
60
Genus Turbinaria
Famili : Dendrophylliidae
Ordo : Scleractinia
Kelas : Hydrozoa
Karakteristik : • Koloni berbentuk seperti daun melebar atau berlekuk-lekuk keatas.
• Koralit berada hanya pada satu sisi, berdesak-desakan dengan ukuran
yang relatif kecil, terkesan rata.
61
Genus Pectinia
Famili : Pectiniidae
Ordo : Scleractinia
Kelas : Anthozoa
Karakteristik : • Koloni tidak beraturan, berbentuk tonjolan atau lembaran, kadang
seperti terpelintir atau berbentuk alur yang dalam atau bercabang
dengan dinding yang pendek atau berupa pilar-pilar kecil.
• Lembaran memiliki lereng yang tajam dari tepi ke tengah atau berdiri
tegak dari tengah ke tepi umumnya mempunyai tinggi yang sama.
• Koralit dengan kosta yang tidak teratur atau berduri.
62
Genus Tubastrea
Famili : Dendrophylliidae
Ordo : Scleractinia
Kelas : Hydrozoa
Karakteristik : • Koloni karang ini bercabang dengan bentuk percabangan dendroid
dapat mencapai satu meter.
• Koralit berbentuk tabung dengan septa belum sempurna.
• Karang ini termasuk ahermatipik.
63
Gorgonian
Famili : • Acanthogorgiidae
• Ainigmaptilidae
• Chrysogorgiidae
• Ellisellidae
• Gorgoniidae
• Ifalukellidae
• Isididae
• Keroeididae
• Paramuriceidae
• Plexauridae
• Primnoidae
• Anthothelidae
• Briareidae
• Coralliidae
• Melithaeidae
• Paragorgiidae
• Parisididae
• Subergorgiidae
Ordo : Gorgonacea
Kelas : Anthozoa
Karakteristik : • Polip kecil membentuk koloni yang biasanya tegak, pipih, bercabang,
dan mengingatkan pada kipas.
• Polip memiliki delapan tentakel yang berfungsi menangkap plankton
dan partikel untuk di konsumsi.
• Ukuran, bentuk, dan tampilannya sangat berkorelasi dengan lokasi
tumbuhnya. Gorgonian berbentuk kipas dan fleksibel cenderung
tumbuh di daerah dangkal dengan arus yang kuat, sedangkan
Gorgonian yang lebih tinggi, lebih tipis dan kaku dapat ditemukan di
perairan yang lebih dalam dan berarus tenang.
64
Genus Antipathes, Aphanipathes, Bathypathes, Cirripathes,
Leiopathes, Parantipathes, Stichopathes, Taxipathes
Famili : • Antipathidae
• Aphanipathidae
• Cladopathidae
• Leiopathidae
• Myriopathidae
• Schizopathidae
• Stylopathidae
Ordo : Antipatharia
Kelas : Anthozoa
Karakteristik : • Akar bahar terbagi menjadi tiga jenis, yaitu akar bahar hitam, akar
bahar putih dan akar bahar merah. Akar bahar hitam lebih mudah
ditemukan.
• Akar bahar termasuk dalam daftar Appendix II Konvensi Perdagangan
Internasional Spesies Langka (CITES).
• Kerangka gelap, setelah itu mereka diberi nama. Kerangka hitam
karang Leiopathes bentuk percabangan tidak beraturan, struktur seperti
pohon. Tumbuh secara pucuk, melainkan daripada yang pertama
batang tumbuh terus ke atas dengan cabang-cabang yang timbul dari
itu, batang pertama akan berhenti berkembang setelah waktu tertentu,
dan cabang baru akan tumbuh keluar dari samping. Hal ini juga pada
akhirnya akan menghentikan pertumbuhan, dan cabang samping akan
terus tumbuh, dan sebagainya. Kerangka ditutupi dengan polip, bagian,
bertubuh lunak berwarna-warni karang. Setiap polip menempel pada
kerangka di dasar, sedangkan ujung lainnya dikenakan mulut yang
dikelilingi oleh tentakel.
65
Sponge
Famili : • Euplectellidae
• Clionidae
• Spongiidae
• Haliclonidae
• Halichondriidae
• Clathriidae
• Callyspondiidae
• Spongillidae
• Lubomirskiidae
• Cladorhizidae
• Leucosoleniidae
• Grantiidae
Ordo • Agelasida
• Haplosclerida
:
• Haplosderida
• Dictyoceratida
Kelas : • Hexactinellida atau Hyalospongiae
• Demospongiae
• Calcarea (Calcisspongiae)
• Sclerospongiae
Karakteristik : • Ukuran sangat beragam, dari sebesar butiran beras hingga mencapai
tinggi dgn diameter 2 meter.
• Tubuh umumnya asimetris (tidak beraturan), meskipun ada yang
simetris radial.
• Memiliki lubang-lubang kecil atau pori(ostium).
• Warna tubuh bervariasi, ada yang berwarna pucat,
dan ada yang berwarna cerah, seperti merah, jingga, kuning bahkan
ungu.
• Hidup secara heterotof, makanannya adalah bakteri dan plankton.
• Melakukan reproduksi secara aseksual maupun seksual.
66
Anemon
Famili : • Stichodactylidae
• Edwardsiidae
• Galateathemidae
• Bathyphelliidae
• Actinosiidae
Ordo : Actiniaria
Kelas : Anthozoa
Karakteristik : • Bentuk tubuh anemon seperti bunga, sehingga juga disebut mawar
laut.
• Lipatan yang bundar diantara badan dan keping mulut membagi
binatang ini kedalam kapitulum di bagian atas dan scapus bagian
bawah. Di antara lengkungan seperti leher (collar) dan dasar dari
kapitulum terdapat "fossa".
• Keping mulut bentuknya datar, melingkar, kadang-kadang mengkerut,
dan dilengkapi dengan tentakel kecuali pada jenis Limnactinia, keping
mulut tidak dilengkapi dengan tentakel.
• Beberapa anemon laut dapat bergerak seperti siput, bergerak secara
perlahan dengan cara menempel. Sebagian besar anemon laut memiliki
sel penyengat yang berguna untuk melindungi dirinya dari predator.
• Ditemukan pada perairan pantai dari yang hangat sampai kedaerah
yang dingin sekali. Hidup soliter dan menempel pada dasar yang kuat
atau lunak dan sebagian ada yang sedikit membenam di dasar yang
berpasir dengan bantuan keping kaki (pedal disc).
67
Crinoid (Himerometra robustipinna)
Famili : Himerometridae
Ordo : Comatulida
Kelas : Crinoidea
Karakteristik : • Berbentuk radial simetris. Umumnya bersifat nocturnal. Mulut dan
anusnya terletak di bagian atas.
• Memiliki potongan seperti mangkok, dengan lembaran-lembaran di
sekitar tubuhnya yang disebut pinnules.
• Beberapa jenis crinoid ini memiliki jumlah lembaran sebanyak 5
lembar, bahkan pada jenis lain dapat mencapai 200 lembaran.
Lembaran ini mengandung zat kimia tertentu yang berfungsi untuk
menangkap mangsa sehingga mangsa tersebut menempel pada
lembaran tersebut.
• Memiliki kaki yang berdempetan dengan badan di bagian bawahnya
yang fungsinya untuk menempel pada sponge atau karang.
• Gerakannya pelan, dapat berguling, berjalan dan kadang berenang,
tetapi biasanya lebih suka melengketkan dirinya pada sponge atau
karang. Biasanya banyak ditemukan pada daerah dengan arus yang
kuat karena mereka memakan plankton.
68
Pena Laut
Famili : • Anthoptilidae
• Chunellidae
• Echinoptilidae
• Funiculinidae
• Kophobelemnidae
• Protoptilidae
• Renillidae
• Scleroptilidae
• Stachyptilidae
• Umbellulidae
• Veretillidae
• Pennatulidae
• Pteroeididae
• Virgulariidae
Ordo : Pennatulacea
Kelas : Anthozoa
Karakteristik : • Hewan kolonial dengan beberapa polip, masing-masing dengan
delapan tentakel.
• Suka membenamkan diri dalam substrat berpasir atau berlumpur.
• Pena laut terkadang berwarna cerah.
• Lebih suka berdiam di perairan dalam yang turbulensi perairan yang
rendah.
• Makanannya berupa plankton, sedangkan predator utamanya adalah
nudibranch dan bintang laut.
• Berkembang biak melepaskan sperma dan telur ke dalam air, hal ini
dapat terjadi secara musiman ataupun sepanjang tahun.
69
Genus Ctenocella, Ellisella, Junceella
Famili : Ellisellidae
Ordo : Gorgonacea
Kelas : Anthozoa
Karakteristik : • Sering didapatkan pada rataan terumbu atau dinding terumbu.
• Pemakan plankton.
• Warnanya bervariasi.
• Polip memiliki enam tentakel yang meskipun tidak dapat ditarik,
mungkin menyusut jika terganggu.
70
Badan Pusat Statistik, 2009. Kalimantan Tengah Dalam Angka 2009. Palangka
Raya, Kalimantan Tengah.
Bengen, D.G., 2001. Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut.
Sinopsis Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian
Bogor.
English, S., Wilkinson, C., Baker,V,. 1994. Survey Manual For Tropical
Marine Resources. ASEAN – Australia Marine Science Project Living
Coastal Resources. Australia.
71
Erftemeijer, P.A.L. (1993). Factors limitting growth and production of tropical
seagrass: nutrients dynamics in Indonesia seagrass bed. Thesis
Nijmegen Catholic University, Nijmegen the Netherland.
U.S. Naval Research Laboratory Stennis Space Center (nrlssc) : Sea Surface
Images. http://www7320.nrlssc.navy.mil
Veron JEN. 1995. Coral in Space and Time. The Biogeography and
Evolution of Scleractinia. Cape ferguson, Townsville, Quensland:
Australia Institut Marine Science.
72
KONSORSIUM MITRA BAHARI
RC KALIMANTAN TENGAH
Visi:
Percepatan pembangunan kelautan dan perikanan yang berkelanjutan
Misi:
1. Mengembangkan kemitraan yang kuat antar pelaku pembangunan kelautan
dan perikanan.
2. Mendukung optimalisasi pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan.
3. Mendukung implementasi pengelolaan sumberdaya kelautan, pesisir dan
laut.
4. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kualitas lingkungan.
5. Meningkatkan kapasitas para pemangku kepentingan.
6. Menyelenggarakan program penyuluhan dan pendampingan, sosialisasi,
pendidikan dan pelatihan, penelitian terapan serta analisis kebijakan.
Tujuan:
1. Menguatkan kapasitas sumberdaya manusia dan kelembagaan dalam
pengelolaan wilayah dan sumberdaya kelautan, pesisir dan pulau-pulau
kecil.
2. Mendorong akselerasi, optimalisasi dan keterpaduan pembangunan di
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
3. Meningkatkan harmonisasi hubungan peran antara birokrasi dan teknokrat.
4. Mengalihkan atau mentransfer ilmu pengetahuan dan teknologi ke
masyarakat.
5. Mendorong pemanfaatan sumberdaya kelautan dan pesisir yang
bertanggungjawab.
73
Fungsi:
1. Memperkokoh dan mengembangkan kemitraan di kalangan lembaga yang
berpartisipasi.
2. Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan PMB Regional Center
Kalimantan Tengah di daerah.
3. Menjembatani kelangkaan dan keterbatasan sumberdaya manusia.
4. Membantu perumusan dan penyusunan isu-isu strategis daerah dan
prioritas kegiatan dengan memperhatikan kondisi setempat atau prioritas
lokal.
5. Menyelenggarakan lokakarya daerah untuk membahas isu pokok
konsorsium dan prioritas daerah, perencanaan dan pengusulan kegiatan.
74
4. Riset Terapan : Kegiatan riset difokuskan pada kebutuhan masyarakat dan
swasta untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemanfaatan
sumberdaya pesisir secara berkelanjutan, yang meliputi pengembangan
teknologi budidaya bahari, rekayasa kelautan dan pemanfaatan jasa
kelautan, aplikasi teknologi yang dibutuhkan dunia usaha dan industri
kelautan, dan isu lainnya dengan stakeholder yang relevan.
Struktur Organisasi
75
Program Pendidikan dan Pelatihan : Ir. Ardianor, M.Si, Ph.D (Koord.)
Ir. Rasifahani
Teguh Sentosa D. Putra, S.St.Pi
76