PROGRAM
KEMITRAAN WILAYAH
(PKW)
Oleh:
Dr. Dra. Elly Purwanti, M.P., NIDN 0730036101, Ketua Tim pengusul
Drs. Wahyu Prihanta, M.Kes., NIDN 0019126702, Anggota I Tim pengusul
Ach. Muhib Zainuri, ST., M.T., NIDN 0015047002, Anggota II Tim pengusul
Hari Kurnia Safitri, ST., M.T., NIDN 0013077302, Anggota III Tim Pengusul
Dibiayai oleh :
Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Kementerian Riset dan Teknologi dan Pendidikan Tinggi
Sesuai dengan Surat perjanjian Pelaksanaan Penugasan Program Pengabdian Kepada
Masyarakat No.: 101/SP2H/PPM/DRPM/IV/2018 Tanggal 6 April 2018
Nopember 2018
i
ii
iv
RINGKASAN
Kabupaten Pacitan terletak di Provinsi Jawa Timur di bagian selatan ujung barat daya.
Kab. Pacitan memiliki luas wilayah 1.389,87 km2, terbagi atas 12 kecamatan dengan salah
satu kecamatan adalah Kec. Ngadirojo. Kab. Pacitan terdiri atas daerah pantai, dataran rendah
dan perbukitan. Visi Kab. Pacitan yaitu: “Terwujudnya Masyarakat Pacitan yang Sejahtera”
dilaksanakan melalui 6 misi, di mana visi ke-4 “Meningkatkan pertumbuhan dan pemerataan
ekonomi yang bertumpu pada potensi unggulan” dan ke-5 “Pembangunan infrastruktur yang
berkelanjutan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar” menjadi dasar dibuatnya laporan
Pengabdian Kepada Masyarakat (PPM) skim Program Kemitraan Wilayah (PKW) dengan
judul “IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo
Kabupaten Pacitan”.
Judul dipilih karena sesuai dengan program pengelolaan sumberdaya alam yang
berwawasan lingkungan dan pengembangan sektor pariwisata di Kab. Pacitan (RPJMD Kab.
Pacitan 2017–2022) yang membaginya ke dalam 4 kawasan pengembangan pariwisata (KPP),
yang salah satunya adalah KPP C, di mana Kec. Ngadirojo termasuk di dalamnya. Permasa-
lahan pengelolaan SDA yang berwawasan lingkungan dan pengembangan sektor pariwisata di
Kab. Pacitan adalah (1) Pengelolaan mangrove di Kec. Ngadirojo dalam peningkatan fungsi
ekologis dan perekonomian lokal belum ada, (2) Belum adanya konservasi perairan berbasis
masyarakat, (3) Potensi objek wisata kurang dikelola dengan baik, (4) Kapa-sitas dan kualitas
infrastruktur serta aksesibilitas masih dirasa kurang, dan (5) Sinergisme pelaku UMKM dalam
menunjang kegiatan wisata belum optimal.
Berdasarkan permasalahan tersebut, disusunlah kegiatan “IbW Konservasi Mangrove
dan Wisata berbasis masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan” yang bertujuan
untuk (1) Menerapkan konservasi mangrove yang bermanfaat secara ekologi, sosial, dan
ekonomi bagi masyarakat lokal serta kelestarian SDA, (2) Melakukan penilaian objek dan
daya tarik wisata pada aliran sungai Lorok, dan (3) Membuat model penguatan ekonomi
masyarakat berbasis wisata.
Metode yang dilaksanakan dalam pencapaian tujuan tersebut adalah (1) Konservasi
hutan mangrove, (2) Pembangunan Objek Wisata berbasis masyarakat, dan (3) Penguatan
ekonomi masyarakat berbasis wisata. Kegiatan PPM skim IbW sudah dilaksanakan selama 3
tahun, di mana pada tahun III ini telah dilakukan (1) Pemulihan kawasan hutan mangrove dan
hutan pantai berbasis komunitas sebagai pendukung keanekaragaman sumberdaya hayati, (2)
Penguatan potensi fisik dan aspek ekonomi, sosial dan budaya masyarakat pesisir sebagai
daya tarik wisata, (3) Penguatan kelembagaan “Konservasi Mangrove Pacitan Indonesia
(KMPI), dan (4) Pembangunan Eco Park. Beberapa kegiatan yang telah dikerjakan adalah (1)
Revitalisasi ekosistem hutan mangrove, (2) Rehabilitasi ekologi hutan pantai, (3) Revitalisasi
objek wisata pendidikan untuk penguatan ekonomi masyarakat, (4) Revitalisasi dermaga
perahu untuk kegiatan wisata, (5) Pemanfaatan perahu untuk wisata, (6) Finalisasi posko
konservasi mangrove dan hutan pantai, (7) Pembangunan hortipark, dan (8) Pembangunan
ecopark. Hal yang akan dikerjakan adalah (1) Revitalisasi akses lokasi wisata pendidikan, (2)
Pemulihan ekosistem mangrove dan hutan pantai, dan (3) Penguatan hutan pantai dan
mangrove sebagai tujuan wisata.
Kata-kata kunci: mangrove, hutan pantai, wisata pendidikan, sungai Lorok, ekosistem
pesisir.
v
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
vi
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
kepada kita semua dan sholawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, sehingga laporan akhir Pengabdian Kepada Masyarakat (PPM) skim
Program Kemitraan Wilayah (PKW) yang dibiayai Kemenristekdikti, Ditjen Risbang,
berdasarkan Keputusan Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Nomor:
025/E3/2017 tertanggal 15 Januari 2018 ini dapat diselesaikan sesuai jadwal.
Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ocky Karna Radjasa, M.Sc, selaku Direktur DRPM, Ditjen Penguatan
Riset dan Pengembangan, Kemristekdikti, Jakarta beserta semua jajarannya;
2. Bapak Prof. Dr. Sujono, M.Kes, selaku Direktur DPPM UMM beserta segenap jajarannya
yang telah membantu kelancaran PPM skim IbW ini;
3. Bapak Drs. Indarto, MM, selaku Bupati Kabupaten Pacitan yang berkenan menerima dan
menyambut dengan antusias kegiatan PPM skim IbW ini;
4. Bapak Drs. Heru Wiwoho Supadi Putra, M.Si, selaku Kepala Bappeda Kabupaten Pacitan
yang berkenan sharing dana dalam kegiatan PPM skim IbW ini;
5. Bapak Dr. Poncojari Wahyono, M.Kes selaku Dekan FKIP Universitas Muhammadiyah
Malang yang telah memberikan ijin pelaksanaan kegiatan PPM skim IbW ini; dan
6. Segenap sahabat dan saudara yang tak dapat kami sebutkan satu-persatu serta pengertian
keluarga yang telah sangat banyak membantu dan memberikan dorongan semangat demi
terselesainya laporan kemajuan PPM skim IbW ini.
Pada laporan akhir PPM skim PKW ini, kami mohon maaf bila terdapat kesalahan
dalam penyampaian dan penulisan istilah. Kami berharap kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan laporan kemajuan PPM skim IbW ini. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua terutama yang memiliki ketertarikan dengan dunia pariwisata
khususnya konservasi mangrove dan wisata berbasis masyarakat.
Malang, 13 Nopember 2018
vii
DAFTAR ISI
hal.
viii
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
ix
DAFTAR TABEL
hal
Tabel 1.1 Program kerja KMPI ……………………..................................................... 9
Tabel 2.1 Jenis Luaran Tahun II IbW Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan ………………... 44
Tabel 3.1 Kegiatan program IbW di Kec. Ngadirojo Kab. Pacitan pada 2017 ……… 49
Tabel 3.2 Kontribusi Pemkab Pacitan dalam Pelaksanaan IbW …………………….. 53
Tabel 4.1 Kinerja kegiatan kemasyarakatan DPPM UMM dana Dit. Litabmas …….. 55
Tabel 4.2 Jenis kepakaran yang diperlukan dalam program IbW 2017 .....……............ 56
Tabel 5.1 Bentuk toleransi tanaman terhadap salinitas ................................................. 69
x
DAFTAR GAMBAR
hal
Gambar 1.1 Kawasan konservasi hutan mangrove di Kec. Ngadirojo, Pacitan …... 3
Gambar 1.2 Tim IbW di hutan mangrove muara sungai Lorok …………………... 5
Gambar 1.3 Restorasi kawasan Pantai Taman ……………………………………... 7
Gambar 1.4 Peta kawasan pengembangan pariwisata Kabupaten Pacitan ………... 8
Gambar 1.5 Rehabilitasi hutan pantai di Pantai Taman …………………………... 10
Gambar 2.1 Peta Kabupaten Pacitan ……………………………………………… 15
Gambar 2.2 Peta Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan …………………….. 16
Gambar 2.3 Ekosistem eustaria …………………………….................................... 20
Gambar 2.4 Ilustrasi rantai makanan ekosistem mangrove ………………………. 22
Gambar 2.5 Tim PKW di formasi pes-capare Pantai Taman …………………….. 27
Gambar 2.6 Menyusuri hutan pantai oleh Tim PKW Kec. Ngadirojo …………….. 28
Gambar 2.7 Interaksi ekosistem pesisir …………………………………………… 29
Gambar 2.8 Restorasi ekologi hutan pantai ……………………………………….. 33
Gambar 2.9 Acanthus ilicifolius ………………………………………………….. 35
Gambar 2.10 Acrostichum aureum ………………………………………………… 36
Gambar 2.11 Bruguiera cylindrica …………………………………………………. 37
Gambar 2.12 Terminalia catappa …………………………………………………… 38
Gambar 2.13 Zonasi pada ekosistem mangrove ……………………………………. 40
Gambar 3.1 Metode pelaksanaan program PKW ………………............................. 46
Gambar 3.2 Daya tarik dan sarana wisata di sungai Lorok ……………….............. 48
Gambar 4.1 Organisasi tim IbW Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan ………………….. 58
Gambar 5.1 Konservasi areal hutan mangrove ………………………..................... 59
Gambar 5.2 Rhizophora mucronata dan Rhizophora apiculata ………………….. 60
Gambar 5.3 Avicennia marina ……………………………………………............. 61
Gambar 5.4 Pola partisipatif rehabilitasi hutan pantai …………………………… 62
Gambar 5.5 Pohon hutan pantai yang penyebaran dibantu arus air laut …………. 63
Gambar 5.6 Barringtonia asiatica Kurz ………………………............................... 64
Gambar 5.7 Calophylum inophyllum ………………………................................... 65
Gambar 5.8 Terminalia catappa ……………………….......................................... 65
Gambar 5.9 Pandanus tectorius ………………………........................................... 66
Gambar 5.10 Hibiscus tiliaceus ………………………............................................. 66
Gambar 5.11 Penyulaman vegetasi hutan pantai ……………………….................... 67
Gambar 5.12 Pemelihaaran tanaman hutan pantai ………………………................. 68
Gambar 5.13 Infrastruktur wisata pendidikan ………………………........................ 71
Gambar 5.14 Dermaga perahu wisata ………………………..................................... 72
Gambar 5.15 Sarana perahu wisata ………………………........................................ 73
bersambung ………
xi
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
wisata tersebut mengutamakan aspek keindahan yang alami dari hutan mangrove serta fauna
yang hidup disekitarnya tanpa harus merusak ekosistem tersebut untuk membuatnya lebih
menarik wisatawan, hal ini disebabkan bahwa hutan mangrove mempunyai ciri khas yang
khusus dan banyak fauna dan flora yang hidup di sekitarnya. Ekowisata ini nantinya
merupakan mata pencaharian alternatif bagi masyarakat pesisir yang dapat menambah
pendapatan mereka. Selain itu dalam pengelolaan ekowisata dan strategi konservasi hutan
mangrove, keterlibatan para stakeholders sangat berperan penting. Disadari bahwa kegiatan
ekowisata dapat berhasil jika stakeholders melaksanakan peran mereka dalam pengelolaan
ekowisata maupun konservasi hutan mangrove dan hutan pantai.
Wisata merupakan suatu bentuk pemanfaatan sumberdaya alam yang mengutamakan
jasa alam untuk kepuasan manusia. Kegiatan manusia untuk kepentingan wisata dikenal juga
dengan pariwisata (Yulianda, 2007). Ekowisata adalah bentuk baru dari perjalanan yang
bertanggung jawab ke area alami dan berpetualang yang dapat menciptakan industri
pariwisata (Eplerwood, 1999 dalam Fandeli, 2000). Agar kegiatan pemanfaatan yang
dilakukan di ekosistem mangrove dan hutan pantai berlangsung secara optimal dan
berkelanjutan maka diperlukan suatu perencanaan dan pengelolaan. Ekosistem mangrove dan
hutan pantai dengan keunikan yang dimilikinya, merupakan sumberdaya alam yang sangat
berpotensi untuk dijadikan sebagai tempat kunjungan wisata. Penerapan sistem ekowisata di
ekosistem ini merupakan salah satu pendekatan dalam pemanfaatan ekosistem tersebut secara
lestari. Kegiatan ekowisata adalah alternatif yang efektif untuk menanggulangi permasalahan
lingkungan di ekosistem ini seperti tingkat eksploitasi yang berlebihan oleh masyarakat
dengan menciptakan alternatif ekonomi bagi masyarakat.
Tim ”PKW Kec. Ngadirojo-Kab. Pacitan” telah mengadakan beberapa kali survey
lokasi (2016-2018, gbr. 1.1). Hasilnya, kondisi kawasan Pantai Taman dan muara Sungai
Lorok rentan dalam keadaan terganggu dan diduga tidak dapat mendukung keseimbangan
lingkungan dan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya. Hutan mangrove yang berfungsi
sebagai penyangga sempadan pantai cenderung semakin terganggu peranan, manfaat, dan
fungsinya. Tim PPM skim PKW pada 2018 kembali melakukan survey dan mencatat hasil
evaluasi kawasan mangrove di pantai Taman, memberikan gambaran hasil pencacahan
kondisi sosial ekonomi masyarakat menyarikan rendahnya tatanan sosial ekonomi masyarakat
ditinjau dari segi pendapatan per kapita dan tingkat pendidikan masyarakatnya.
2
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Atas dasar itulah, tim PKW Kec. Ngadirojo-Kab. Pacitan perlu melakukan kegiatan
dalam bentuk “Revitalisasi Hutan Mangrove dan Hutan Pantai bersama Stakeholders melalui
Kegiatan Ekowisata di Kec. Ngadirojo-Kab. Pacitan”, diikuti dengan peningkatan tatanan
sosial ekonomi masyarakat di sekitarnya. Hal ini dimaksudkan agar pengendalian atas
kecenderungan semakin terdegradasinya kawasan mangrove sebagai jalur penyangga wilayah
pantai, termasuk upaya-upaya peningkatan taraf hidup masyarakat sekitar melalui kegiatan
wisata dapat dilakukan secara terprogram, terpadu, dan berkelanjutan.
Konsep ekowisata merupakan salah satu alternatif untuk pengelolaan kawasan wisata
dalam suatu wilayah yang tetap memperhatikan konservasi lingkungan dengan menggunakan
3
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
potensi sumberdaya dan mengikut sertakan masyarakat lokal. Untuk mendukung konsep
ekowisata maka perlu diiventarisir potensi dan kondisi kawasan serta kesesuaian dan daya
dukung ekosistem mangrove terhadap kegiatan ekowisata ini. Berdasarkan hasil kajian yang
diperoleh, maka dapat disusun suatu strategi untuk pengelolaan ekowisata mangrove secara
lestari.
4
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Oleh karena berbagai kondisi dan proses tersebut, mangrove umum dikenal sebagai
ekosistem rapuh (fragyle ecosystem) sebab kondisi klimaks vegetasi atau ekosistem yang
5
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
terbentuk bersifat semu. Pada saat komunitas vegetasi mencapai kondisi klimaksnya (ditandai
dengan adanya tegakan tua, komposisi vegetasi yang konstan) komponen abiotik terus
mengalami perubahan seiring waktu (sedimentasi, perubahan substrat, akumulasi salinitas).
Puncak dari perubahan kondisi abiotik tersebut di mana terdapat perbedaan signifikan dari
kondisi awal dan mekanisme adaptasi masing-masing jenis dominan telah sampai pada batas
toleransinya, maka pada tahap ini dimulai proses suksesi yang diawali dengan tersingkirnya
jenis-jenis dominan awal, terbentuknya bukaan-bukaan baru pada lahan sampai dengan
masuknya benih jenis-jenis baru yang toleran terhadap kondisi habitat yang baru. Kemudian
terbentuk kembali dominasi tegakan baru, dan seterusnya. Kehadiran peran manusia dalam
berbagai aktivitasnya, baik langsung ataupun tidak sampai di daerah mangrove, menjadi
faktor tersendiri yang turut mempercepat proses perubahan tersebut.
Keberadaan hutan mangrove di Kec. Ngadirojo seluas ± 10 ha pada bentang pantai
sepanjang 10,54 km[5] merupakan kondisi potensial yang secara kompleks membentuk satu-
kesatuan utuh yag berkaitan. Sehingga sebenarnya secara umum kondisi demikian merupakan
faktor terpenting yang dapat dilihat sebagai pendukung mekanisme recovery alami. Fungsi
hutan mangrove sebagai: (1) pengatur fungsi hidrologis, (2) penjaga kualitas air, (3) pencegah
bencana alam, (4) penjaga sistem dan proses alami, (5) mengawali rantai makanan, dan (6)
melindungi dan memberi nutrisi, maka menjadi penting dijaga kelestariannya.
6
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
7
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
adalah meningkatnya pengusahaan objek wisata yang berbasis pada potensi sumber daya alam
daerah melalui pengembangan kemitraan. Kedua bidang pembangunan perlu dikembangkan
secara sinergis dengan menggunakan basis sumber daya kelautan dan perikanan melalui
strategi pengembangan yang tepat, terarah, jelas, dan terpadu. Pendekatan pengembangan
wilayah yang dapat diterapkan pada Kabupaten ini adalah melalui pendekatan pengembangan
ekonomi lokal (PEL).
Pengembangan sektor pariwisata di Kab. Pacitan (gbr. 1.4) dibagi ke dalam 4
kawasan pengembangan pariwisata (KPP), yaitu:
1. KPP A, meliputi Kec. Donorojo dan Kec. Pringkuku. Wisata andalan adalah wisata pantai
(pantai Klayar, pantai Watu Karung dan pantai Srau), wisata goa ( goa Gong, goa Tabuhan,
8
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
goa Putri, dan goa Luweng Jaran), wisata sejarah (monumen Palagan Tumpak Rinjing),
wisata kesenian (wayang beber, upacara adat ceprotan), dan kerajinan batu akik;
2. KPP B, meliputi Kec. Pacitan dan Kec. Arjosari. Wisata andalan adalah wisata pantai
(pantai Teleng Ria dan pantai Tamperan), wisata rekreasi (pemandian air hangat Tirto-
husodo), dan wisata spiritual (makam Kanjeng Jimat);
3. KPP C, meliputi Kec. Kebonagung, Kec. Tulakan, Kec. Ngadirojo, dan Kec. Sudimoro.
Wisata andalan adalah wisata pantai (pantai Taman dan pantai Desa Sidomulyo).
4. KPP D, meliputi Kec. Bandar, Kec. Nawangan, dan Kec. Tegalombo. Wisata andalan
wisata sejarah (monumen Panglima Besar Jendral Soedirman).
9
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Hutan pantai memberikan perlindungan terhadap badai, angin dan terpaan garam,
meningkatkan keragaman hayati dari lingkungan pantai dan juga memberikan perlindungan
10
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
terhadap bahaya sapuan gelombang. Selain itu, hutan pantai memberikan kesempatan dalam
meningkatkan taraf hidup dengan meningkatkan produktivitas dari sistem pertanian dan
perikanan serta memasok kayu dan produk hutan non-kayu. Namun, seiring dengan laju
pertambahan penduduk dan dinamika pembangunan regional yang tidak taat asas kelestarian
lingkungan hidup, hutan pantai tersebut akhir-akhir ini mulai mengalami kerusakan dan
pengurangan luas lahan. Pada lokasi tersebut, luas vegetasi pantai dan berbagai tumbuhan
yang terkait dari tahun ke tahun cenderung menurun sebagai dampak alih fungsi lahan
menjadi tambak dan sawah.
Rusaknya ekosistem hutan pantai dan menyusutnya luas lahan dapat menimbulkan
berbagai permasalahan terutama berkaitan dengan abrasi pantai, intrusi air laut, perubahan
iklim mikro, dan turunnya nilai produktivitas hayati di ekosistem pantai. Keasadaran
masyarakat akan pentingnya hutan pantai di Kec. Ngadirojo Kab. Pacitan mulai muncul pasca
terjadinya banjir Robb pada Juni/Juli 2016 dan banjir 2017/2018. Di beberapa lokasi di Pantai
Taman, gerakan penyelamatan hutan pantai dalam bentuk penanaman telah, sedang, dan akan
dilakukan. Gerakan-gerakan tersebut muncul atas inisiatif individu, kelompok (cq. KMPI),
lembaga-lembaga non pemerintah, maupun yang dikelola pemerintah, dan dikoordinir dan
difasilitasi oleh Tim PKW Kec. Ngadirojo.
Penyelamatan hutan pantai diharapkan bisa membantu masyarakat di kawasan pesisir
Pantai Taman Desa Hadiwarno dan sekitarnya untuk ke luar dari lilitan kemiskinan dan
saatnya melakukan rehabilitasi terhadap hutan pantai dan mangrove yang rusak serta perlu
perlindungan terhadap garis pantai Pacitan khususnya dan Indonesia pada umumnya.
Menyadari bahwa terjadinya kerusakan lingkungan hidup dan hutan pantai yang memiliki arti
penting bagi keberlangsungan hidup seluruh mahluk hidup, baik untuk generasi sekarang
maupun yang akan datang maka perlu ada gerakan dari semua komponen bangsa untuk terus
membangun kesadaran kolektif anak bangsa demi menjaga dan melestarikan lingkungan
hidup. Salah satu gerakan yang telah, sedang, dan dan dilakukan oleh Tim PKW Kec.
Ngadirojo Kab. Pacitan adalah gerakan pendidikan konservasi.
Pendidikan konservasi bertujuan untuk menanamkan pengetahuan dan kesadaran
akan pentingnya lingkungan hidup dan hutan, mengembangkan keterampilan dan menum-
buhkan kepedulian dan sikap hidup ramah lingkungan. Pendidikan konservasi ini diarahkan
kepada seluruh lapisan masyarakat, terutama bagi para siswa atau generasi muda umumnya
yang sedang menuntut ilmu pengetahuan, serta mereka yang berperan, baik secara langsung
maupun tidak langsung dalam penentuan kebijakan dan atau usaha pembangunan kawasan
11
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
hutan dan konservasi serta para pelaku ekonomi dan sebagainya. Output akhir dari pendidikan
konservasi ini adalah para komponen bangsa merasa terpanggil untuk turut mengabdikan diri
dalam upaya mengurangi menurunnya sumber daya hutan dan kerusakan lingkungan hidup.
12
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
industri, misal pulp, tanin, kertas, tekstil, makanan, obat-obatan, kosmetik, danj (c) Tempat
wisata, penelitian, dan pendidikan.
Tujuan kegiatan PPM skim PKW ini secara umum adalah melakukan “Konservasi
hutan mangrove dan hutan pantai untuk dijadikan wisata pendidikan berbasis masyarakat”.
Sedangkan tujuan khusus adalah untuk:
1. Membangun kawasan konservasi mangrove meliputi penetapan kawasan konservasi,
membangun kawasan rehabilitasi pantai, dan meningkatkan kualitas pengelolaan hutan
yang multifungsi; dan
2. Membangun kawasan wisata penunjang berbasis masyarakat untuk pembiayaan konservasi
hutan mangrove dan pemberdayaan masyarakat.
Manfaat kegiatan PPM skim PKW ini adalah:
1. Berupaya menyeimbangkan pemanfaatan sumber daya hutan untuk pembangunan ekonomi
dengan konservasi keanekaragaman hayati. Hal ini diharapkan akan menjadi model
pemanfaatan sumber daya alam hayati dengan daya dukung dan daya pulih sumber daya
tersebut, sehingga kaidah pemanfaatan secara lestari terpenuhi;
2. Menjamin tata guna lahan yang lebih baik melalui pengelolaan hutan lestari. Tantangan
utamanya adalah menjamin pemanfaatan hutan yang lestari dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat di kawasan PKW dengan mempertahankan nila-inilai
keanekaragaman hayati sumber daya hutan tersebut.
3. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam konservasi hutan mangrove sehingga keane-
karagaman flora dan fauna di kawasan pantai selatan Jawa terjaga; dan
4. Meningkatkan pendapatan masyarakat dari tiket langsung maupun multiplayer effect dari
kegiatan wisata (jasa pemanduan, souvenir maupun perdagangan lainnya) sehingga dapat
meningkatkan perekonomian masyarakat.
Harapan yang ingin dicapai dari kegiatan PPM skim PKW ini adalah: (1) Informasi
mengenai sumberdaya alam terutama keragaman flora, fauna dan geologi yang terdapat di
wilayah PKW dapat diketahui masyarakat luas; (2) Strategi pengelolaan potensi wisata
mangrove bisa berinti pada kolaborasi pengelolaan; (3) Meningkatnya sarana dan prasarana
yang memadai dalam mengembangkan sektor pariwisata berbasis konservasi mangrove, (4)
Berkembangnya pemahaman masyarakat mengenai konservasi flora dan fauna yang
berwawasan lingkungan hidup berkelanjutan; dan (5) Kegiatan wisata dapat diberi sebagai
bentuk dan yang bertumpu pada lingkungan, serta bermanfaat secara ekologi, sosial, dan
ekonomi bagi masyarakat lokal serta bagi kelestarian sumberdaya alam.
13
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Ke depan, keberadaan pantai Taman di Kec. Ngadirojo bisa memberi kontribusi nyata
bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan ekonomi masyarakat lokal. Hal ini dapat dilakukan
melalui: (1) Potensi sektor pertanian/ perkebunan, perikanan, kehutanan, dan sektor UMKM
sebagai pelaku usaha bisa secara optimal disinergikan dengan pengembangan wisata; (2)
Sektor pariwisata sebagai mediator antara masyarakat lokal sebagai produsen dengan
wisatawan sebagai konsumen, misalnya melalui pendirian resto wisata, bisa diwujudkan; (3)
Tiga pelaku dalam industri pariwisata, yaitu: destinasi wisata, wisatawan, dan masyarakat
lokal dapat segera diintegrasikan secara maksimal dalam industri pariwisata; (4) Pemanfaatan
TIK (website) bisa segera dibuat untuk menawarkan kesatuan nilai berwisata bagi wisatawan
yang terintegrasi antara keseimbangan menikmati keindahan alam dan upaya
melestarikannya; dan (5) Adanya sistem penilaian objek dan daya tarik wisata pada kawasan
konservasi yang akan diusulkan pada kawasan Pantai Taman di Kec. Ngadirojo.
14
BAB II
TARGET DAN LUARAN
Topografi Kab. Pacitan terdiri atas dataran rendah berupa daerah pantai, sungai dan
lembah dan dataran tinggi berupa gunung dan perbukitan. Secara administratif, Kab. Pacitan
terbagi atas 12 Kecamatan (gbr. 2.1). Kec. Ngadirojo adalah salah satunya dengan luas 94,22
15
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
km2 (9.430,97 ha), berada pada ketinggian 0 – 700 mdpl. Wilayah Kec. Ngadirojo berbatasan
dengan Kec. Slahung Kab. Ponorogo di utara, Kec. Sudimoro di timur, Samudra Hindia di
selatan, serta Kec. Tulakan di barat. Kec. Ngadirojo secara administrasi terbagi atas 18 desa
(gbr. 2), di mana tiga desa sebagai lokasi PKW yaitu Desa Hadiluwih, Hadiwarno dan Tan-
jungpuro adalah desa yang dilalui sungai Lorok yang bermuara ke Pantai Taman (gbr. 2.2).
Sekitar 63% dari Kab. Pacitan adalah daerah yang berfungsi penting untuk hidrologis
karena mempunyai tingkat kemiringan lebih dari 40%. Berdasarkan ciri-ciri fisik tanahnya,
Kab. Pacitan adalah bagian dari pegunungan kapur selatan yang bermula dari Gunung Kidul,
Yogyakarta, dan membujur sampai daerah Trenggalek yang relatif tanahnya tandus. Dalam
struktur pemerintahan wilayah administratif, Kab. Pacitan terbagi menjadi 12 kecamatan, 166
desa dan 5 kelurahan. Kab. Pacitan termasuk wilayah pesisir pantai selatan Pulau Jawa,
dengan panjang pantai 70,709 km dan luas wilayah kewenangan perairan laut sebesar 523,82
km. Perairan Pacitan berbatasan langsung dengan Samudera Hindia memiliki dasar perairan
16
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
yang berkarang dengan ombak yang besar. Namun perairan ini memiliki potensi perikanan
yang sangat besar dan melimpah.
Daerah penangkapan merupakan area yang mempunyai stok ikan yang melimpah.
Keadaan daerah penangkapan ini dipengaruhi oleh berbagai macam faktor antara lain suhu
dan salinitas. Kondisi dasar pantai adalah berpasir dan berkarang, dengan perairan pantai
berwarna jernih. Arus di Pantai Selatan Jawa dikenal dengan sebutan Arus Katulistiwa
Selatan (South Equatorial Current) yang sepanjang tahun bergerak menuju arah barat. Akan
tetapi pada musim barat terdapat arus yang menuju ke timur dengan pola rambatan berupa
jalur sempit yang menyusuri pantai Jawa. Pada musim barat arah arus berlawanan dengan
Arus Katulistiwa sehingga disebut Arus Pantai Jawa (Java Coastal Current). Musim paceklik
atau musim angin barat biasanya terjadi pada bulan Desember hingga bulan Maret.
Potensi lestari sumberdaya perikanan laut Kabupaten Pacitan sebesar 34.483 ton per
tahun dengan jenis sumberdaya perikanan terdiri dari: (1) Sumberdaya perikanan demersal,
yaitu: ikan layur, kerapu, kakap, bawal, sebelah, bambangan, udang lobster; (2) Sumberdaya
perikanan pelagis besar, yaitu: ikan tuna, cakalang, tongkol, tengiri, marlin; dan (3) Sumber-
daya perikanan pelagis kecil, yaitu: selar, layang, dan lain-lain. Pemanfaatan potensi
perikanan Kab. Pacitan pada tahun 2005 baru mencapai 1.559,6 ton atau sebesar 4,52 % dari
potensi lestari.[4]
Daerah pesisir di Kab. Pacitan yang kebanyakan ditinggali oleh para nelayan,
merupakan daerah yang belum sepenuhnya digali potensinya. Hal ini berkaitan dengan para
nelayan itu sendiri sekedar memanfaatkan hasil dari laut berupa ikan, rumput laut, terumbu
karang, lamun, dan sebagainya hanya untuk memenuhi kebutuhan harian mereka. Sehingga
secara garis besar, potensi pesisir yang diberdayakan oleh para masyarakat sekitar hanya
terbatas untuk memenuhi kebutuhan harian untuk hidup mereka.
Sedangkan pemanfaatan potensi daerah pesisir secara berkelanjutan untuk menda-
patkan keuntungan secara ekonomis dalam rangka peningkatan pertumbuhan perekonomian
rakyat belum banyak dilakukan. Pemanfaatan pesisir untuk usaha ekonomi dalam skala besar
baru dilakukan pada sebagian wilayah yang berada di daerah pesisir. Pada umumnya usaha
ekonomi pemanfaatan daerah pesisir ini bergerak di sektor pariwisata dan sudah mempunyai
kesadaran yang lebih dibandingkan dengan daerah lain yang belum mempunyai pengolahan
seperti ini.
17
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
18
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
resources) dengan memperhatikan berbagai potensinya yang pada saat ini belum
dikembangkan secara optimal (4,52 % dari potensi lestarinya yang termanfaatkan);
3. Secara fisik, terdapat pusat-pusat pelayanan sosial-ekonomi yang tersebar mulai dari Kec.
Sudimoro di timur hingga Kec. Donorojo di barat, di mana di dalamnya terkandung
berbagai asset sosial (social overhead capital) dan ekonomi yang memiliki nilai ekonomi
dan finansial yang sangat besar;
4. Wilyah pesisir Kab. Pacitan memiliki peluang untuk menjadi produsen (exporter) sekaligus
sebagai simpul transportasi laut di Indonesia. Komoditi perikanan yang sudah diekspor
adalah udang lobster, rumput laut, ikan dan sirip ikan ikan hiu;
5 Wilayah pesisir kaya akan beberapa sumber daya pesisir dan lauatan yang potensial
dikembangkan lebih lanjut, meliputi: (a) pertambangan, (b) perikanan dengan potensi
84.4330 ton pertahun yang tersebar pada 12 pantai, (c) pariwisata bahari, dan (d) keaneka-
ragaman hayati yang sangat tinggi (natural biodiversity) sebagai daya tarik bagi
pengembangan kegiatan “ecotourism”; dan
6. Secara politik dan hankam, wilayah pesisir merupakan kawasan perbatasan antar Negara
maupun antar daerah yang sensitif dan memiliki implikasi terhadap pertahanan dan
keamanan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Wilayah pesisir Kabupaten/Kota di Indonesia sebenarnya telah mendapat persetujuan
dalam mengatur, mengelola, atau memberdayakan daerahnya masing-masing, seperti dibahas
pada Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah memberikan kewena-
ngan yang luas kepada Daerah Kabupaten dan Kota untuk mengatur dan mengurus kepenti-
ngan masyarakatnya sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat setempat sesuai dengan peratu-
ran perundang-undangan. Pasal 10 ayat (2) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 menyata-
kan kewenangan daerah di wilayah laut adalah:
– Eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut sebatas wilayah laut
tersebut;
– Pengaturan kepentingan administratif;
– Pengaturan ruang;
– Penegakan hukum terhadap peraturan yang dikeluarkan oleh Daerah atau yang
dilimpahkan kewenangannya oleh Pemerintah; dan
– Bantuan penegakan keamanan dan kedaulatan Negara.
Mengingat kewenangan daerah untuk melakukan pengelolaan bidang kelautan yang termasuk
juga wilayah pesisir masih merupakan kewenangan baru bagi daerah maka pemanfaatan
19
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
potensi wilayah pesisir ini belum sepenuhnya dilaksanakan oleh daerah kabupaten atau kota
yang berada di pesisir. Jadi belum semua kabupaten dan kota yang memanfaatkan potensi
daerah pesisir.
A. Ekosistem estuaria
Estuaria sebagai suatu daerah perairan tempat bertemunya air tawar dari sungai dan
air asin dari laut (gbr. 2.3). Dalam hal ini pembentukan daerah estuaria diawali dari suatu
aliran sungai yang menuju laut. Daerah ini dapat berupa muara sungai yang sangat lebar,
rawa-rawa pantai, atau daerah lain yang tidak terlepas dari pengaruh air laut. Pengaruh
campuran massa air tawar dan air laut tersebut menghasilkan suatu kondisi lingkungan dan
komunitas biota yang khas, kompleks, dan dinamis yang tidak sama dengan air tawar atau air
laut. Dinamika tersebut sangat terkait dengan pola distribusi salinitas, kekuatan arus,
amplitudo pasang-surut, kekuatan ombak, pengendapan sedimen, suhu, oksigen, serta
penyediaan unsur hara. Di mana air tawar yang mempunyai densitas lebih kecil dari air laut
cenderung mengembang di atasnya.
20
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Pada daerah estuaria ini juga terdapat fluktuasi perubahan salinitas yang berlangsung
sacara tetap yang berhubungan dengan gerakan pasang-surut air laut. Massa air yang masuk
ke dalam daerah estuaria pada waktu terjadi air surut hanya bersumber dari air tawar,
akibatnya salinitas air di daerah estuaria pada saat itu umumnya rendah. Pada waktu air
pasang, air masuk ke dalam estuaria dari air laut bercampur dengan estuaria, sehingga
mengakibatkan salinitas naik. Mengakibatkan organisme-organisme laut tidak dapat hidup di
daerah estuaria karena kebanyakan organisme-organisme laut tersebut hanya dapat
bertoleransi terhadap perubahan salinitas yang kecil. Hanya spesies yang memiliki kekhusu-
san fisiologi baik ikan air tawar, ikan asli estuaria, dan ikan dari laut yang mampu bertahan
hidup di perairan estuaria. Oleh karena itu jumlah spesies yang mendiami perairan estuaria
lebih sedikit dibandingkan dengan organisme yang hidup di perairan air tawar atau laut.
Pada ekosistem estuaria terbentuk habitat-habitat yang memiliki ciri khas tersendiri
dengan organisme-organisme penyusunnya yang spesifik. Respon dari tingkah laku
organisme tersebut dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya juga beragam dan
memiliki ciri khas tersendiri. Organisme yang mampu bertahap pada kondisi fisik dan kimia
perairan dapat tetap hidup dan tinggal nyaman di habitatnya, tetapi bagi organisme yang tidak
mampu bertahan pada ambang toleransinya akan menjadi organisme pengunjung transisi, di
mana pada saat sesuai dengan batas ambangnya organisme ini akan masuk ke habitat di
estuaria, tetapi jika tidak maka organisme ini akan meninggalkan daerah estuari ini.
Seperti halnya pada setiap ekosistem, pada ekosistem estuari ini juga dibentuk oleh
komponen biotik dan abiotik yang saling berinteraksi satu sama lain. Keanekaragaman
komponen biotik dan abiotik yang terdapat di dalamnya menyebabkan terjadinya interaksi
yang cukup kompleks dan menarik untuk dikaji. Namun ekosistem estuary ini ternyata tidak
cukup dikenal oleh masyarakat pada umumnya dan jarang sekali dibahas atau
disosialisasikan, padahal ekosistem estuary ini memiliki keanekaragaman yang cukup tinggi.
Secara umum, perairan estuaria memiliki fungsi ekologis dan ekonomi. Peran
penting ekologis antara lain, sebagai sumber unsur hara dari bahan organik yang berasal dari
sirkulasi pasang surut, sebagai habitat bagi sejumlah spesies hewan baik meliputi daerah
pemijahan, pengasuhan dan tempat mencari makan atau pembesaran. Sedangkan peran
penting ekonomi antara lain, sebagai lahan perikanan tangkap, sumber pendapatan, dan
sumber protein hewani. Peran penting ekonomi ini telah banyak dirasakan dan memberikan
sumbangan yang berarti untuk kehidupan masyarakat terutama masyarakat nelayan.
21
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
B. Ekosistem mangrove
Ekosistem mangrove adalah ekosistem pantai yang disusun oleh berbagai jenis
vegetasi yang mempunyai bentuk adaptasi biologis dan fisiologis secara spesifik terhadap
kondisi lingkungan yang cukup bervariasi. Mangrove disebut juga sebagai hutan pantai, hutan
payau, atau hutan bakau. Pengertian mangrove sebagai hutan pantai adalah pohon-pohon yang
tumbuh di daerah pantai (pesisir), baik daerah yang dipengaruhi pasang surut air laut maupun
wilayah daratan pantai yang dipengaruhi oleh ekosistem pesisir. Sedangkan pengertian
mangrove sebagai hutan payau atau hutan bakau adalah pohon-pohon yang tumbuh di daerah
payau pada tanah alluvial atau pertemuan air laut dan air tawar di sekitar muara sungai.
Sedangkan mangrove yang dimaksudkan di sini adalah komunitas vegetasi pantai tropis yang
hidup di dalam kawasan yang lembab dan berlumpur serta dipengaruhi oleh pasang surut air
laut.
Ekosistem mangrove umumnya didominasi oleh beberapa spesies mangrove sejati, di
antaranya: Rhizophora sp., Avicennia sp., Bruguiera sp., dan Sonneratia sp. Spesies mangrove
tersebut dapat tumbuh dengan baik pada ekosistem perairan dangkal, karena adanya bentuk
perakaran yang dapat membantu untuk beradaptasi terhadap lingkungan perairan, baik dari
pengaruh pasang-surut (flood-ebb) air laut maupun faktor-faktor lingkungan lainnya yang
berpengaruh terhadap ekosistem mangrove, seperti: suhu, salinitas, oksigen terlarut, sedimen,
pH, dan arus serta gelombang (gbr. 2.4).
22
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
daratan atau terestial (arboreal) yang umumnya menempati bagian atas pohon mangrove dan
kelompok fauna perairan (akuatik). Beberapa hewan tinggal di atas pohon sebagian lain di
antara akar dan lumpur sekitarnya.
Burung-burung dari daerah daratan menemukan sumber makanan dan habitat yang
baik untuk bertengger dan bersarang. Mereka makan kepiting, ikan, dan mollusca, atau hewan
lain yang hidup di habitat mangrove. Setiap spesies biasanya mempunyai gaya yang khas dan
memilih makanannya sesuai dengan kebiasaan dan kesukaannya masing-masing dari
keanekaragaman sumber yang tersedia di lingkungan tersebut. Sebagai timbal baliknya,
burung-burung meninggalkan guano sebagai pupuk bagi pertumbuhan pohon mangrove.
Kelompok lain yang bukan hewan arboreal adalah hewan-hewan yang hidupnya menempati
daerah dengan substrat yang keras (tanah) atau akar mangrove maupun pada substrat yang
lunak (lumpur). Kelompok ini antara lain adalah jenis kepiting mangrove, kerang-kerangan,
dan golongan invertebrata lainnya. Kelompok lainnya lagi adalah yang selalu hidup dalam
kolom air laut seperti macam-macam ikan dan udang
Peranan hewan makrobenthos di perairan sangat penting dalam rantai makanan (food
chain), karena merupakan sumber makanan bagi beberapa ikan dan sebagai salah satu
pengurai bahan organik. Hewan makrobenthos memanfaatkan sumber makanan primer yang
terdiri dari makanan yang bersifat pelagik sebagai makanan tersuspensi dan makanan yang
bersifat bentik sebagai makanan terdeposit. Bentuk lain dari deposit yang berbeda dengan
makanan deposit di atas adalah mikroalga bentik yang ada di sedimen, akan tetapi sumber
makanan benthos yang sebenarnya diperoleh melalui sedimentasi pada kolom air, termasuk
mineral makanan potensial yang tidak tertangkap oleh organisme pelagik. Oleh karena itu
dapat dikatakan bahwa input makanan dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu mikroalga
bentik dan guguran dasar (detritus) yang suatu saat tersuspensi oleh adanya pergerakan air.
Fungsi dan manfaat ekosistem mangrove adalah sebagai berikut:
(1) Habitat satwa langka. Hutan mangrove sering menjadi habitat jenis-jenis satwa. Lebih
dari 100 jenis burung dapat hidup di sini, dan daratan lumpur yang luas berbatasan dengan
hutan mangrove merupakan tempat mendaratnya ribuan burung pantai ringan migran,
termasuk jenis burung langka Blekok Asia (Limnodrumus semipalmatus).
(2) Pelindung terhadap bencana alam. Vegetasi hutan mangrove dapat melindungi
bangunan, tanaman pertanian, atau vegetasi alami dari kerusakan akibat badai atau angin yang
bermuatan garam melalui proses filtrasi.
23
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
(3) Pengendapan lumpur. Sifat fisik tanaman pada hutan mangrove membantu proses
pengendapan lumpur. Pengendapan lumpur berhubungan erat dengan penghilangan racun dan
unsur hara air, karena bahan-bahan tersebut seringkali terikat pada partikel lumpur. Dengan
hutan mangrove, kualitas air laut terjaga dari endapan lumpur erosi.
(4) Penambah unsur hara. Sifat fisik hutan mangrove cenderung memperlambat aliran air
dan terjadi pengendapan. Seiring dengan proses pengendapan ini terjadi unsur hara yang
berasal dari berbagai sumber, termasuk pencucian dari areal pertanian.
(5) Penyerap logam berat. Bahan pencemar yang berasal dari limbah rumah tangga (hasil
pencucian) dan industri sekitar ekosistem mangrove. Bahan pencemar ini dapat memasuki
ekosistem perairan yang akan terikat pada permukaan lumpur. Beberapa spesies tertentu
mangrove dapat menyerap logam berat seperti Avicennia marina, Rhizophora mucronata, dan
Bruguiera gymnorrhiza mampu menyerap logam berat timbal (Pb) dan merkuri (Hg).
(6) Tempat pemijahan, pengasuhan, dan mencari makan. Berbagai fauna darat maupun
fauna akuatik menjadikan ekosistem mangrove sebagai tempat untuk reproduksi, seperti
memijah, serta bertelur dan beranak. Berikut interaksi dan tingkah laku jenis fauna di
mangrove:
(a) Aves. Pada saat terjadinya perubahan pasang surut merupakan suatu masa yang ideal
bagi berlindungnya burung dan merupakan waktu yang ideal bagi burung untuk
melaku-kan migrasi. Bentuk adaptasi burung bangau seperti memanfaatkan akar
Rhizophora sp. sebagai tempat bertengger dan batangnya bisa dimanfaatkan burung
lainnya sebagai tempat yang nyaman untuk berlindung, bersarang, dan bertelur.
Keberadaan tersebut dipengaruhi oleh ketersediaan ikan ataupun serangga sebagai
makanannya.
(b) Reptil dan Ampibia. Beberapa jenis reptilia yang biasanya ditemukan di kawasan
mangrove antara lain biawak (Varanus salvatoe) yang selalu mencari makanannya di
sekitar akar mangrove hingga naik ke batang untuk menggapai makanannya.
Sedangkan ular belang (Boiga dendrophila) dan ular sanca (Phyton reticulates)
dengan sifatnya melata berjalan menaiki akar, batang sampai ke rantingnya mencari
mangsaannya. Beberapa jenis ular air, seperti: Cerbera rhynchops, Archrochordus
granulatus, Homalopsis buccata, dan Fordonia leucobalia diketahui melakukan hal
yang sama untuk menangkap mangsanya. Dua jenis katak yang dapat ditemukan di
hutan mangrove adalah Rana cancrivora dan Rana Limnocharis merupakan hewan
istimewa di kalangan ampibi karena dapat hidup dan berkembangbiak dalam air yang
24
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
sedikit asin, dalam proses mencari makan katak naik ke akar atau batang mangrove
untuk mencari serangga atau nyamuk sebagai makanannya.
(c) Crustacea, Gastropoda, dan Bivalvia. Biota yang paling banyak dijumpai di
ekosistem mangrove adalah Crustacea dan Mollusca. Kepiting dan berbagai jenis
kerang-kerangan umumnya dijumpai di hutan mangrove. Kepiting, siput, dan tiram
juga merupakan biota yang umum dijumpai. Kebanyakan invertebrata ini hidup
berinteraksi pada akar-akar mangrove. Biota yang hidup di bagian akar mereka
makan ketika air pasang naik dan kembali menutup ketika air laut surut. Sejumlah
invertebrata tinggal di dalam lumpur melalui cara ini mereka terlindung dari
perubahan temperatur dan faktor lingkungan akibat adanya pasang surut di daerah
hutan mangrove dan terhindar dari predator.
(7) Rekreasi dan Pariwisata. Hutan mangrove memberikan obyek wisata yang berbeda
dengan obyek wisata alam lainnya. Karakteristik hutannya yang berada di peralihan antara
darat dan laut memiliki keunikan dalam beberapa hal. Kegiatan wisata ini di samping
memberikan pendapatan langsung bagi pengelola melalui penjualan tiket masuk dan parkir,
juga mampu menumbuhkan perekonomian masyarakat di sekitarnya dengan menyediakan
lapangan kerja dan kesempatan berusaha, seperti: membuka warung makan, menyewakan
perahu, dan menjadi pemandu wisata.
(8) Penyerapan karbon. Proses fotosintesis mengubah karbon anorganik menjadi karbon
organik dalam bentuk bahan vegetasi. Pada sebagian besar ekosistem, bahan ini membusuk
dan melepaskan karbon kembali ke atmosfer sebagai karbondioksida. Akan tetapi hutan
mangrove justru mengandung sejumlah besar bahan organik yang tidak membusuk. Karena
itu, hutan mangrove lebih berfungsi sebagai penyerap karbon dibandingkan dengan sumber
karbon.
(9) Memelihara iklim mikro. Evapotranspirasi hutan bakau mampu menjaga kelembaban
dan curah hujan kawasan tersebut, sehingga keseimbangan iklim mikro terjaga.
(10) Sumber alam dalam kawasan (in-situ) dan luar kawasan (ex-situ). Hasil alam in-situ
mencakup semua fauna dan hasil pertambangan atau mineral yang dapat dimanfaatkan secara
langsung di dalam kawasan. Sedangkan sumber alam ex-situ meliputi produk-produk alamiah
di hutan mangrove dan terangkut/berpindah ke tempat lain yang kemudian digunakan oleh
masyarakat di daerah tersebut, menjadi sumber makanan bagi organisme lain atau
menyediakan fungsi lain seperti menambah luas pantai karena pemindahan pasir dan lumpur.
25
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
(11) Sumber plasma nutfah. Plasma nutfah dari kehidupan liar sangat besar manfaatnya
baik bagi perbaikan jenis-jenis satwa komersial maupun untuk memelihara populasi kehidu-
pan liar itu sendiri.
(12) Sarana pendidikan dan penelitian. Upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi membutuhkan laboratorium lapang yang baik untuk kegiatan penelitian dan
pendidikan.
(13) Memelihara proses-proses dan sistem alami. Hutan bakau sangat tinggi peranannya
dalam mendukung berlangsungnya proses-proses ekologi, geomorfologi, atau geologi di
dalamnya.
(14) Mencegah berkembangnya tanah sulfat masam. Keberadaan hutan bakau dapat
mencegah teroksidasinya lapisan pirit dan menghalangi berkembangnya kondisi alam.
26
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Banyak tumbuhan ini yang menjalar dengan geragih (stolon) atau batang yang
panjang dan perakaran yang dalam. Tumbuhan ini bergantung pada ketersediaan air tanah
berkadar garam rendah namun umumnya tahan terhadap kekeringan yang berulang, suhu
lingkungan yang tinggi, unsur hara tanah yang rendah, semburan garam dan tiupan angin
yang terus menerus. Biji-bijinya berukuran kecil dan disertai kelengkapan khas untuk
mendukung pemencaran oleh air (hidrocory).
Formasi pes-caprae terbentuk pada pantai yang tumbuh di mana pasir diendapkan.
Perakaran tumbuhan pada formasi ini melebar dan mencengkeram ke dalam pasir,
membantu memantapkan ekosistem yang cenderung tidak stabil ini. Jalinan ranting dan
dedaunan di atas pasir menangkap sampah-sampah yang dilemparkan ombak, termasuk
pelbagai buah dan bijian yang diangkut air, sehingga meningkatkan kandungan hara dan
memungkinkan terjadinya suksesi vegetasi. Di bagian belakang formasi ini biasa didapati
semai dari aneka tumbuhan yang buahnya dipencarkan air laut, termasuk
pula kelapa (Cocos nucifera) dan cemara laut (Casuarina equisetifolia) sebagai jenis
pelopor (pioneer) tumbuhan yang akhirnya sering membentuk tegakan murni, namun
anakannya tak mau tumbuh di bawah naungan pohon-pohon induknya.
(b) Formasi Barringtonia, biasanya di sebelah belakang formasi pes-caprae biasa ditemu-
kan formasi semak belukar dan pepohonan yang dinamai formasi Barringtonia. Formasi
ini mendapatkan namanya dari pohon butun (Barringtonia asiatica) yang khas. Pohon ini
biasa membentuk asosiasi bersama nyamplung (Calophyllum inophyllum), ketapang
(Terminalia catappa), waru (Hibiscus tiliaceus), waru laut (Thespesia populnea), kepuh
(Sterculia foetida), dungun (Heritiera littoralis), malapari (Pongamia pinnata) dan lain-
lain. Di bagian yang lebih terbuka didapati semak-semak bakung laut (Crinum asiati-
cum), gagabusan (Scaevola taccada), lempeni (Ardisia elliptica), pandan duri (Pandanus
27
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
tectorius), kanyere laut (Desmodium umbellatum), tarum laut (Sophora tomentosa), jati
pasir (Guettarda speciosa) dan sejenisnya.
Komposisi floristik formasi ini cenderung seragam di seluruh Pantai Taman yang
mencirikan vegetasi pantai berpasir. Liana dan parasit jarang ada, sementara jenis-
jenis pakis, bambu dan palma (kecuali kelapa) pada dasarnya tidak ada. Pelapisan tajuk
(layering) kurang terlihat dengan tinggi tajuk antara 2 hingga 15 m. Sedangkan lebar
formasi hutan ini ke arah daratan kurang dari 50 m. Pada lahan yang berbatu-batu atau
berkarang bahkan umumnya sangat sempit, kadang-kadang dengan pohon-pohon yang
mengerdil. Tim PKW kec. Ngadirojo telah menyusuri kondisi biotik dan abiotik kondisi
hutan pantai di sepanjang Sungai Lorok dan Pantai Taman (gbr. 2.6).
Pada pantai-pantai yang tererosi oleh abrasi, formasi Barringtonia sering berhada-
pan langsung dengan garis pasang. Dalam keadaan demikian, pada baris terluar seringkali
didapati pohon-pohon yang miring atau yang dahan-dahannya menjuntai di atas laut,
dengan dahan terbawah rusak oleh gempuran ombak. Di sisi belakang, formasi ini
umumnya menyatu, dan sukar dibedakan dari hutan dataran rendah, atau perlahan-lahan
beralih menjadi hutan payau atau hutan bakau tanpa garis demarkasi yang jelas.
Gambar 2.6 Menyusuri hutan pantai oleh Tim PKW Kec. Ngadirojo
Banyak jenis-jenis satwa yang hidup di hutan pantai, namun boleh dikatakan
bahwa hampir tak ada fauna yang khas ekosistem ini. Beberapa jenis penyu mendarat ke
Pantai Taman ini untuk bertelur. Telah dilakukan kegiatan penangkaran penyu untuk
konservasi, pendidikan, penelitian, dan wisata. Pasir merupakan tempat yang mutlak
diperlukan untuk penyu bertelur. Habitat peneluran bagi setiap penyu memiliki kekhasan.
Umumnya tempat pilihan bertelur merupakan pantai yang luas dan landai serta terletak di
bagian atas pantai dengan rata-rata kemiringan 30o di pantai bagian atas. Keberadaan
28
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
29
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
30
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
31
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
pantai dapat mengurangi filtrasi alami yang meningkatkan polusi, mengurangi perlindungan
badai, dan sebagainya. Rusaknya padang lamun, menyebabkan berkurangnya tangkapan ikan
nelayan karena hampir sebagian besar organisma pantai (ikan, udang, kepiting, penyu)
mempunyai hubungan ekologis dengan habitat lamun. Sebagai tambahan dampak pada
sistem ekologi pesisir, pembangunan pesisir yang tidak sesuai akan memiliki dampak sosial
jika tidak dievaluasi secara memadai.
Wilayah laut dan pesisir beserta sumberdaya alamnya memiliki makna strategis bagi
pengembangan ekonomi kabupaten/kota, karena dapat diandalkan sebagai salah satu pilar
pengembangan ekonomi daerah. Keindahan laut, pantai dan wilayah pesisir dengan
kelimpahan kehidupan laut, memikat ribuan orang untuk datang dan bermain di sepanjang
garis pantai. Hal tersebut memberikan peluang untuk menghasilkan pendapatan bagi
masyarakat pesisir dan sangat berkaitan dengan pelayanan barang dan/ atau jasa di
habitat/lingkungan pesisir itu sendiri seperti: pemancingan komersial dan rekreasi, pariwisata
pantai, jasa rekreasi, pelabuhan dan petualangan alam. Tapi, untuk berapa lama kawasan
pesisir menjadi tujuan bagi wisatatawan, sumber makanan dan investasi, untuk pekerjaan dan
tempat bermain untuk keluarga? Jawabnya, ekosistem pesisir yang lestari memberikan
manfaat yang tak terhitung jumlahnya untuk masyarakat dalam jangka panjang.
32
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
1. Mengantisipasi dan merencanakan perubahan habitat pesisir dalam skala waktu 5−20
tahun, bukan pada skala 2-3 tahun;
2. Mengantisipasi dampak kumulatif. Pembangunan pesisir merupakan proses yang berke-
sinambungan dan dampak negatif dapat berakumulasi dari waktu ke waktu, menyebabkan
perubahan besar dalam kondisi lingkungan pesisir;
3. Memberikan dana insentif, sehingga wisata pantai, perikanan dan perusahaan pesisir
lainnya dapat mengadopsi praktek bisnis bijak yang berkelanjutan;
4. Memastikan semua stakeholder pesisir, khususnya penduduk/masyarakat, terlibat secara
langsung ketika membuat keputusan tentang pembangunan pesisir;
5. Menghindari kepadatan penduduk dengan menerapkan aturan zonasi yang ketat untuk
rencana penggunaan lahan, memperkuat dan menegakkan peraturan dengan ketat yang
mengatur tentang pembangunan pesisir;
6. Mengadopsi praktik bijak dalam pengelolaan ekologi hutan pantai dengan kegiatan
restorasi untuk mengurangi pencemaran pesisir, serta memelihara dan meningkatkan
kualitas air (gbr. 2.8);
33
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
34
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
– Buah. Warna buah saat masih muda hijau cerah dan permukaannya licin mengkilat.
Bentuk buah bulat lonjong. Ukuran: buah panjang 2,5-3 cm, biji 10 mm.
– Ekologi. Biasanya di dekat mangrove, sangat jarang di daratan. Memiliki kekhasan sebagai
herba yang tumbuh rendah dan kuat, yang memiliki kemampuan untuk menyebar secara
vegetatif karena perakarannya yang berasal dari batang horizontal, sehingga membentuk
bagian yang besar dan kukuh. Bunga kemungkinan diserbuki oleh burung dan serangga.
Biji tertiup angin, sampai sejauh 2 m, berbuah sekitar Agustus.
(b) Acrostichum aureum. Ferna berbentuk tandan di tanah, besar, tinggi hingga 4 m. Batang
timbul dan lurus, ditutupi oleh urat besar. Menebal di bagian pangkal, coklat tua dengan
peruratan yang luas, pucat, tipis ujungnya,bercampur dengan urat yang sempit dan tipis.
– Daun. Panjang 1-3 m, memiliki tidak lebih dari 30 pinak daun. Pinak daun letaknya
berjauhan dan tidak teratur. Pinak daun terbawah selalu terletak jauh dari yang lain dan
memiliki gagang yang panjangnya 3 cm. Ujung daun fertil berwarna coklat seperti karat.
Bagian bawah dari pinak daun tertutup secara seragam oleh sporangia yang besar. Ujung
pinak daun yang steril dan lebih panjang membulat atau tumpul dengan ujung yang
pendek. Duri banyak, berwarna hitam. Peruratan daun menyerupai jaring. Sisik yang luas,
panjang hingga 1 cm, hanya terdapat di bagian pangkal dari gagang, menebal di bagian
tengah. Spora besar dan berbentuk tetrahedral.
– Ekologi. Ferna tahunan yang tumbuh di mangrove dan pematang tambak, sepanjang kali,
dan sungai payau, serta saluran. Tingkat toleransi terhadap genangan air laut tidak bagus.
Ditemukan di bagian daratan dari mangrove. Biasa terdapat pada habitat yang sudah rusak,
seperti areal mangrove yang telah ditebangi yang kemudian akan menghambat tumbuhan
35
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
mangrove untuk beregenerasi (gbr. 2.10). Jenis mangrove ini menyukai areal yang terbuka
terang dan disinari matahari.
36
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Memiliki buah yang ringan dan mengapung sehinggga penyebarannya dapat dibantu oleh
arus air, tapi pertumbuhannya lambat. Perbungaan terjadi sepanjang tahun.
37
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
atau kelelawar pemakan buah. Pohon menggugurkan daunnya (ketika warnanya berubah
merah) sekali waktu, biasanya dua kali setahun (pada Januari/Februari dan Juli/Agustus).
38
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
(c) Peranan ekologis kawasan mangrove, merupakan tempat pemijahan, asuhan dan
mencari maka bagi kehidupan berbagai jenis biota perairan laut, di sisi lain kawasan
mangrove juga merupakan wahana sangtuari berbagai jenis satwa liar, seperti unggas
(burung), reptil dan mamalia terbang, serta merupakan sumber pelestarian plasama nutfah.
(d) Manfaat ekonomis mangrove, juga cukup memegang peranan penting bagi masyarakat,
karena merupakan wahana dan sumber penghasilan seperti ikan, ketam, kerang dan udang,
serta buah beberapa jenis mangrove dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Manfaat
lainnya merupakan sumber pendapatan masyarakat melalui budidaya tambak, kulit mangrove
bermanfaat dalam industri penyamak kulit, industri batik, patal, dan pewarna jaring, serta
sebagai wahana wisata alam, penelitian, dan laboratorium pendidikan.
Luas kawasan mangrove di Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan memiliki sekitar 10 ha.
Namun, saat ini mangrove di Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan menghadapi beberapa ancaman
seperti penebangan mangrove untuk dimanfaatkan kayunya guna berbagai keperluan,
konversi lahan mangrove untuk membangun berbagai sarana, dan polusi sampah yang
tersangkut dan mengotori akar-akar mangrove. Untuk melindungi ekosistem mangrove dan
ekosistem penting lainnya di Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan yang bermanfaat bagi masyarakat,
maka saat ini pembentukan “Konservasi Mangrove Pacitan Indonesia (KMPI)” sedang
berlangsung. Diharapkan dengan adanya KMPI ini maka sumberdaya pesisir dan laut di Kec.
Ngadirojo, Kab. Pacitan dapat dikelola secara lestari dan berkelanjutan termasuk di dalamnya
ekosistem mangrove.
Dalam rangka pengumpulan data dan informasi bagi KMPI dan pengelolaan
mangrove secara lestari, informasi tentang vegetasi ekosistem mangrove menjadi penting
untuk diketahui agar pengelolaannya dapat dilakukan secara baik. Secara umum habitat
vegetasi mangrove biasanya membentuk zonasi. Mulai dari zona yang dekat dengan laut
sampai zona yang paling dekat dengan daratan. Zonasi yang paling umum ada empat macam
(gbr. 2.13), yaitu:
(a) The exposed mangrove, merupakan zona terluar yang paling dekat dengan laut. Secara
umum zona ini didominasi oleh Sonneratia alba, Avicennia alba, dan Avicennia marina;
(b) Central mangrove, merupakan zona pertengahan antara laut dan darat. Secara umum zona
ini didominasi oleh jenis-jenis Rhizopora, kadang juga ditemui jenis Bruguiera;
(c) The rear mangrove, disebut juga back mangrove atau landward mangrove, merupakan
areal yang paling dekat dengan daratan. Zona ini biasanya tergenangi oleh pasang tinggi
39
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
40
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
menyerap gas karbon (CO2) via proses fotosintesis. Jika hutan terganggu maka siklus
CO2 dan O2 (udara bersih) di atmosfer akan terganggu. Tidak terkendalinya gas CO2 di
atmosfer, bersama-sama dengan uap air, gas CFCs, metana, dan gas-gas rumah kaca
lainnya berpotensi meningkatkan suhu atmosfir bumi yang dapat menimbulkan
perubahan iklim.
b. Hutan dan transfer nilai air. Secara hidrologi, hutan pantai memiliki kapasitas menahan
dan atau menyerap air hujan dan menyimpannya di dalam tanah sehingga menjaga
ketersediaan cadangan air tanah. Manfaat penyimpanan air oleh hutan pantai adalah
untuk (1) upaya pengembangan elemen pengendalian banjir, (2) pemanfaatan air untuk
irigasi, drainase, dan lalu lintas air, (3) untuk air minum, (4) rekreasi dan pengembangan
rawa, (5) pengendalian pencemaran air, (6) perikanan, (7) pengendalian tanaman air dan
serangga, (8) pengendalian sediment, (9) pengendalian intrusi air laut, dan (10) pengen-
dalian kekeringan dan pengembangan air tanah. Tidak hanya itu nilai kerusakan oleh
banjir yang dapat dihindari sebagai hasil konservasi hutan pantai juga tinggi.
c. Hutan membantu pengendalian penyakit dan hama. Perubahan ekosistem hutan
pantai dapat secara langsung meningkatkan patogen penyebab penyakit pada manusia,
seperti kolera dan meningkatkan populasi organisme pembawa penyakit, seperti nyamuk
malaria dan tikus. Masyarakat di sekitar hutan pantai yang rusak rentan terkena penyakit
malaria karena kawasan air tergenang bisa lebih banyak dan lubang-lubang di bebatuan
akan lebih terbuka. Selain itu, populasi ikan pemakan organisme penyebab penyakit bagi
manusia akan berkurang karena kualitas sungai sudah menurun. Selain pengendali
penyakit, hutan juga dapat mengendalikan hama. Kerusakan ekosistem hutan dapat
menyebabkan ledakan populasi serangga atau mamalia yang mungkin menyerang
tanaman budidaya yang ada di sekitar hutan. Kerusakan hutan juga akan mengusir banyak
satwa khususnya yang menjadi pengendali hama secara alami di antaranya kelelawar
pemakan serangga. Sebagai gambaran bahwa dalam satu hari satu individu kelelawar
dapat memakan ratusan serangga.
d. Hutan sebagai media pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Bagi
sebagian ilmuwan, hutan pantai merupakan objek kajian dan penelitian yang sangat
menarik karena memiliki ekosistem yang beragam. Ekosistem hutan pantai tersebut
memiliki berbagai jenis vegetasi hutan tropis, anggrek, jamur, tumbuhan obat-obatan,
mamalia, reptilia, amphibia, burung, serangga, biota laut, bentang alam, gejala alam,
pariwisata alam, budaya/sejarah, dan lain-lain. Kekhasan obyek yang menarik tersebut
41
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
dapat menjadi daya tarik untuk diteliti guna pengembangan ilmu pengetahuan/teknologi,
dan merupakan tantangan bagi para peneliti local dan/atau internasional.
e. Hutan sebagai objek ekoturisme dan rekreasi alam. Fungsi ini sebagai salah satu
bentuk dari fungsi sosial-budaya yang dapat diberikan oleh hutan pantai. Ekoturisme
adalah aktivitas pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan menikmati keaslian
pesona alam, keindahan flora-fauna, kemurnian budaya, kelestarian lingkungan, serta
ketenangan dan kesunyian. Pengembangan Ekoturisme di Indonesia mengandung lima
prinsip yakni prinsip konservasi, pendidikan, ekonomi, partisipasi masyarakat, dan
prinsip rekreasi. Ekoturisme memiliki 3 dampak positif penting, yakni: Pertama,
kebanyakan keaslian dan keasrian pesona alam dekat dengan kawasan masyarakat lokal
yang mempunyai pendapatan ekonomi kecil, dengan kegiatan ini akan sedikit menambah
pendapatan ekonomi masyarakat. Kedua, jika dikelola dengan efektif dapat dijadikan
sebagai sarana penyadaran masyarakat. Ketiga, dengan adanya kegiatan alternatif
tambahan dari ekoturisme dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Dengan demikian
akan mengurangi tekanan pengrusakan sumber daya alam hutan.
Sumberdaya hutan akhir-akhir ini mulai terancam keberadaannya. Ancaman ini dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya:
1. Keadaan alam geomorfologi yang rentan terhadap erosi, banjir, tanah longsor dan kekeri-
ngan, abrasi, gempa bumi, gunung meletus serta gelombang laut;
2. Iklim/curah hujan yang tinggi yang potensial menimbulkan daya merusak lahan/tanah
(erosivitas tinggi); dan
3. Aktivitas manusia di antaranya konversi kawasan hutan pantai untuk tujuan pembangunan
sektor lain misalnya untuk perkebunan dan tambak, pencurian kayu atau penebangan liar
(illegal logging) dan perdagangan illegal (illegal trade), perambahan (encrouchment) dan
okupasi lahan serta kebakaran hutan, telah nenyebabkan penutupan lahan pada kawasan
hutan berubah dengan cepat di mana kondisi hutan semakin menurun dan berkurang
luasnya.
Seperti tersurat dalam Perda No. 3 Kab. Pacitan tahun 2010, tentang “Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Kab. Pacitan 2009-2028”, Bab IV tentang Rencana Pola Ruang
Wilayah Kab. Pacitan, pasal 33 ayat (4) huruf b, c, e, f, dan g, bahwa:
(4) Rencana pengelolaan kawasan sempadan pantai sebagai bagian dari kawasan
perlindungan setempat, meliputi:
42
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Bahwa pola ruang wilayah yang dimaksud dalam perda No. 3 Kab. Pacitan tahun 2010
tersebut, nampaknya mendudukkan kawasan mangrove menjadi strategis untuk dipertahankan
kelestariannya. Melalui daya dan upaya untuk melestarikan, meningkatkan, dan mengem-
bangkan kawasan mangrove sebagai bagian dari RTH, pada hakikatnya merupakan langkah
awal upaya peningkatan kualitas RTH dalam RTRW 2010, yang berperan fungsi sebagai
penyangga dan penopang mintakat kenyamanan kawasan sempadan pantai di Kab. Pacitan.
43
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
terdegradasinya habitat maupun vegetasinya, yang secara langsung mupun tidak langsung
peranan fungsi menjadi terganggu. Berdasarkan uraian tersebut serta program prioritas yang
disepakati untuk diimplementasikan pada wilayah PKW Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan pada
2017 (Tabel 2.1), jenis luaran tahun kedua yang akan dihasilkan dari kegiatan yang akan
dilaksanakan selama 3 tahun ini adalah sebagai berikut (Tabel 2.1).
Tabel 2.1 Jenis Luaran Tahun III PKW Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan
44
BAB III
METODE PELAKSANAAN
45
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
46
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
47
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
48
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Obyek wisata pantai yang akan dibangun adalah elemen fisik dari pantai yang akan
dijadikan lokasi untuk melakukan kegiatan ekowisata. Obyek ekowisata tersebut adalah
sebagai berikut.
1. Pantai, merupakan daerah transisi antara daratan dan lautan. Pantai yang dimaksud adalah
Pantai Taman yang merupakan primadona obyek wisata dengan potensi pemanfaatan,
mulai dari kegiatan yang pasif sampai aktif;
2. Sungai, terutama di daerah muara di mana terdapat pola aliran sungai, ombak, dan angin
sehingga memiliki potensi yang berguna dan bersifat rekreatif;
3. Daratan sekitar pantai, merupakan daerah pendukung terhadap keadaan pantai, yang
berfungsi sebagai tempat rekreasi dan olahraga darat yang membuat para pengunjung akan
lebih lama menikmatinya.
Mengacu kondisi dan potensi wilayah, RPJMD Kab. Pacitan 2017-2022, dan solusi
permasalahan yang disepakati bersama, maka disusun rencana kegiatan pada tahun kedua
yang ditunjukkan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Kegiatan program PKW di Kec. Ngadirojo Kab. Pacitan pada 2018
49
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
50
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Ekowisata pesisir dan laut tidak hanya menjual tujuan atau objek, tetapi juga menjual filosofi
dan rasa sehingga tidak akan mengenal kejenuhan pasar pariwisata. Pembangunan ekowisata
berkelanjutan bertujuan untuk menyediakan kualitas pengalaman ekowisatawan dan
meningkatkan kualitas hidup masyarakat lokal.
Ekowisata (ecotourism) pada hakekatnya adalah suatu bentuk wisata yang bertang-
gungjawab terhadap kelestarian area yang masih alami (natural area), memberikan manfaat
secara ekonomi, dan mempertahankan keutuhan budaya pada masyarakat setempat. Atas
dasar pengertian ini, bentuk ekowisata yang akan dikembangkan merupakan bentuk gerakan
konservasi yang dilakukan oleh tim PKW Kec. Ngadirojo Kab. Pacitan adalah dengan
melibatkan peran serta aktif masyarakat setempat. Alternatif pemanfaatan ekosistem
mangrove yang paling memungkinkan tanpa merusak ekosistem ini meliputi: penelitian
ilmiah (scientific research), pendidikan (education), dan rekreasi terbatas (limited recreation).
Potensi rekreasi dalam ekosistem hutan pantai dan mangrove adalah sebagai berikut.
a. Bentuk perakaran yang khas yang umum ditemukan pada beberapa jenis vegetasi
mangrove seperti akar tunjang (Rhizophora spp.), akar lutu (Bruguiera spp.), akar pasak
(Sonneratia spp., Avicenia spp.), akar papan (Heritiera spp.);
b. Buah yang bersifat viviparious (buah berkecambah semasa masih menempel pada pohon)
yang terlihat oleh beberapa jenis vegetasi mangrove seperti Rhizophora spp. dan Ceriops
spp.;
c. Adanya zonasi yang sering berbeda mulai dari pinggir pantai sampai pedalaman (transisi
zonasi);
d. Atraksi adat istiadat masyarakat setempat yang berkaitan dengan sumberdaya mangrove;
e. Berbagai jenis fauna yang berasosiasi dengan ekosistem mangrove seperti beraneka ragam
jenis burung, serangga dan primata yang hidup di tajuk pohon serta berbagai jenis fauna
yang hidup di dasar mangrove seperti babi hutan, biawak, buaya, ular, udang, ikan, kerang-
kerangan, keong, kepiting, dan sebagainya; dan
f. Hutan-hutan mangrove yang dikelola secara rasional untuk pertambakan tumpang sari dan
pembuatan garam juga bisa menarik wisatawan.
Beberapa potensi ini dapat dikembangkan untuk kegiatan lintas alam, memancing, berlayar,
berenang, pengamatan jenis burung dan atraksi satwa liar, fotografi, pendidikan, piknik dan
berkemah, serta adat istiadat penduduk lokal yang hidupnya bersinggungan dengan kebera-
daan hutan mangrove.
51
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
52
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
53
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
6. Kepala Desa (Desa Hadilu- • Menyediakan lahan desa terkait dengan kegiatan
wih, Hadiwarno, dan “Konservasi Mangrove terintegrasi dengan
Tanjungpuro) Pembangunan Wisata Pendidikan dan Penguatan
Ekonomi Masyarakat Berbasis Wisata”, dan
• Memberikan kemudahan dan bentuk bantuan tena-
ga dan keamanan bagi semua tim PKW di dalam
melaksanakan semua aktifitasnya selama masa
program.
54
BAB IV
KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI
Tabel 4.1 Kinerja kegiatan kemasyarakatan DPPM UMM dana Dit. Litabmas
Skim Kegiatan Tahun
Kemasyarakatan 2014 2015 2016 2017
IbM 18 20 30 30
IbIKK 5 6 4 4
IbK 1 1 1 –
IbW 1 – 2 3
Hi-LINK – 1 1 1
55
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Tabel 4.2 Jenis kepakaran yang diperlukan dalam program PKW 2018
Jenis Jabatan
No Nama Deskripsi Tugas
Kepakaran dalam Tim
1 Dra. Elly - Biologi Ketua Tim − Penyusunan konsep “kon-
Purwanti, M.P. - Ekologi servasi mangrove, pemba-
ngunan objek wisata
pendidikan, dan penguatan
ekonomi masyarakat
berbasis wisata”;
− Penyusunan organisasi pe-
laksana dan steering com-
56
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
mitee;
− Penyusun kerangka kerja
tim.
2 Drs. Wahyu - Biologi Anggota Tim − Aktualisasi konsep pengua-
Prihanta, M.Kes. - Patibologi tan ekonomi masyarakat
berbasis wisata;
− Implementasi konsep
wisata pendidikan.
− Penerapan konsep pengelo-
laan hutan mangrove seba-
gai objek wisata berbasis
masyarakat
3 Ach. Muhib - Teknik Anggota Tim − Desain konsep pemberda-
Zainuri, ST., Mesin, yaan masyarakat pesisir
M.T. - Konversi melalui pemanfaatan TTG;
Energi. − Desain konsep revitalisasi
objek ekowisata.
4 Hari Kurnia - Teknik Tele- Anggota Tim − Pemetaan potensi kepari-
Safitri, S.T., komunikasi wisataan di wilayah PKW;
M.T. - Sistem Ko- − Bimbingan teknologi pe-
munikasi ningkatan mutu produksi,
dan pengawasan mutu, verifi-
Informatika kasi produk dan inovasi
teknologi produk.
57
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
58
BAB V
HASIL YANG DICAPAI
59
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Berikut penjelasan atas beberapa vegetasi mangrove, meliputi: teknik pembibitan dan
penanaman yang diterapkan pada spesies tumbuhan hutan mangrove di Pantai Taman, desa
Hadiwarno – Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan.
1. Rhizophora mucronata.
Rhizophora mucronata atau Mangrove genjah mudah dikenali melalui akarnya
yang tegak, berbagai bentuk daun yang menonjol, dan ketinggian pohon pada saat dewasa
mencapai 25 m. Mangrove genjah ini memiliki bunga yang membentuk kelompok antara
4-8. Spesies ini siap untuk ditanam bila tanaman bibit lebih tinggi dari 55 cm, dan terdapat
lebih dari dua pasang daun, biasanya ketika berusia 4-5 bulan. Letak penanaman pada garis
pantai sebaiknya diltanam pada lokasi yang memiliki kadar garam rendah pada permukaan
yang berlumpur lembek, dan di antara posisi air laut rata-rata serta rata-rata gelombang
pasang yang tertinggi. Jarak penanaman, karena sistem akar tegak membutuhkan ruang
yang cukup sehingga jarak sekitar 1 m x 2 m dan 2 m x 3 m adalah yang terbaik.
2. Rhizophora apiculata
Rhizophora apiculata atau Mangrove kacang adalah tumbuhan mangrove yang
memiliki akar tegak seperti R. mucronata. Ujung daunnya tajam, pohonnya bisa mencapai
tinggi 15 m, bunganya membentuk kelompok dua buah. Benih yang telah matang dan siap
ditanam jika tinggi tanaman bibit telah mencapai lebih dari 30 cm, memiliki lebih dari dua
pasang daun, umumnya berusia 4−5 bulan. Sebaiknya bibit ditanam pada lokasi yang
memiliki kadar garam rendah pada permukaan yang berlumpur lembek, dan di antara
posisi air laut rata-rata hingga rata-rata gelombang pasang yang tertinggi. Jarak penana-
man, karena sistem akar tegak sehingga jarak sekitar 1 m x 2 m dan 2 m x 3 m.
(a) (b)
Gambar 5.2 Rhizophora mucronata dan Rhizophora apiculata
60
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
3. Avicennia marina
Avicennia marina atau api-api (gbr. 5.3) memiliki bentuk pneumatophores seperti
pinsil, bentuk ujung daun yang bervariasi, dengan ketinggian pohon mencapai 20 m,
bentuk bunga yang kecil, dan membentuk kelompok 8−14. Bentuk buah seperti almond,
terkadang memiliki ujung berbentuk seperti piala pendek dengan panjang 1,5−2,5 cm.
Bibit siap untuk ditanam jika tinggi tanaman bibit telah mencapai lebih dari 30 cm, dan
memiliki lebih dari dua pasang daun, pada umumnya berusia 3−4 bulan. Letak penanaman
bibit pada garis pantai, sebenarnya dapat tumbuh pada semua tingkatan lokasi di sepanjang
pesisir, tetapi lebih menyukai di ruang terbuka dengan sinar matahari penuh, dan sangat
toleran terhadap kandungan garam yang tinggi dalam tanah, merupakan tanaman pelopor.
Jarak penanaman sebaiknya adalah 2 m x 3 m.
61
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
masyarakat setempat, dan pemerintah guna mengambil bagian dalam memberikan sumbangan
pada pembangunan hutan pantai. Dengan mengikuti proses ini, akan dapat menyelaraskan
dengan kebijakan dan rencana pemerintah, menjamin adanya dukungan dari para pemangku
kepentingan utama dan pada akhirnya meningkatkan kesempatan adanya berbagai kegiatan
intervensi sesudah kegiatan ini selesai dilaksanakan.
Dengan melibatkan masyarakat setempat dalam kegiatan penanaman vegetasi hutan
pantai akan meningkatkan rasa memiliki dan tanggungjawab memelihara sehingga manfaat
dari kegiatan lebih bias dirasakan. Gambar 5.4 menunjukkan pendekatan atas perencanaan
dan implementasi dari pendekatan partisipatif upaya rehabilitasi hutan pantai. Selama proses
ini, berbagai kegiatan pelatihan dan peningkatan kesadaran akan dilaksanakan guna
meningkatkan kapasitas penduduk desa dan kelompok masyarakat. Pihak pemerintah desa
diharapkan akan mengadakan perjanjian hak penggunaan tanah dan sumber daya yang
dibutuhkan terhadap dukungan proyek ini. Akhirnya, penilaian taraf hidup di desa sasaran
akan membantu pengembangan berbagai kegiatan pekerjaan, yang mungkin dapat didukung
oleh kelompok dengan menggunakan sumber daya yang didapat dari kegiatan penanaman
pohon. Sesudah berkembang dengan lebatnya, hutan yang telah ditanami dan sumber daya
pohon ini juga dapat memberikan sumbangan pada kegiatan mencari nafkah dalam desa
tersebut.
62
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
63
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
64
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
berbentuk bulat seperti bola pingpong kecil, memiliki tempurung keras dan di dalamnya
terdapat satu biji dengan ukuran 2,5−4 cm. Tumbuh pada tanah dekat pantai sampai pada
tanah kering di bukit-bukit sampai ketinggian 800 m dpl. Pohon berbuah sepanjang tahun.
Penyebaran buah melalui arus laut atau oleh kelelawar.
3. Terminalia catappa L. (Combretaceae) atau Ketepeng, merupakan salah satu jenis yang
mudah dikenali karena memiliki arsitektur pohon seperti pagoda (gbr. 5.8). Daunnya
berbentuk bulat telur dan besar serta buahnya berbentuk panjang bulat agak gepeng.
Ketapang tumbuh alami pada pantai berpasir atau berbatu. Toleran terhadap tanah masin
dan tahan terhadap percikan air laut; sangat tahan terhadap angin dan menyukai sinar
matahari penuh. Mampu bertahan hanya pada daerah-daerah tropis atau daerah dekat tropis
dengan iklim lembab. Tumbuh baik pada semua jenis tanah dengan drainase baik.
65
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
ketika matang berwarna kuning jeruk. Tumbuh pada habitat dengan substrat berpasir di
depan garis pantai, terkena pasang surut hingga agak ke belakang garis pantai.
5. Hibiscus tiliaceus L. (Malvaceae) atau Waru, pohon yang tumbuh tersebar dengan
ketinggian hingga mencapai 15 m (gbr. 5.10). Daun agak tipis berbentuk hati, berkulit dan
permukaan bawah berambut halus dan berwarna agak putih serta bersilangan. Bunga
berbentuk lonceng. Saat mekar (sore hari) berwarna kuning muda dengan warna
jingga/gelap di bagian tengah dasar, lalu keesokan harinya keseluruhan bunga jadi jingga
dan rontok. Buah membuka menjadi 5 bagian dan memiliki biji khas yang berambut.
Merupakan tumbuhan khas di sepanjang pantai Taman dan seringkali berasosiasi dengan
mangrove. Juga bisa ditemukan di sepanjang pinggiran sungai Lorok. Biji mengapung dan
dapat tumbuh meskipun dimasuki air laut.
66
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Pada lokasi hutan pantai di Pantai Taman ditanam jenis Nyamplung (Calophylum
inophyllum), Ketepeng Laut (Terminalia catappa), dan Waru (Hibiscus tiliaceus). Pemilihan
ketiga jenis tanaman tersebut sudah mempertimbangan kesesuaian persyaratan habitat tumbuh
tanaman, nilai estetika, dan nilai ekonomis. Ketiga jenis tanaman tersebut memiliki batang
yang kokoh untuk menahan terpaan angin laut, selain itu ketiga tanaman memiliki daun yang
relatif tebal dan lebar yang dapat berfungsi menahan angin laut. Keunggulan lain ketiga jenis
tanaman memiliki tajuk yang melebar yang dapat menjadi naungan di wilayah sekitarnya
sehingga menciptakan iklim mikro yang berbeda dengan sekitarnya. Secara ekonomi,
67
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
pembangunan hutan pantai akan bersinergi dengan pengembangan pariwisata pantai sehingga
dapat meningkatkan potensi dan peluang berusaha bagi warga masyarakat sekitar.
1. Hembusan angin dan garam. Angin yang bertiup dari laut merupakan ciri khas pantai.
Angin merupakan parameter lingkungan penting sebagai gaya penggerak dari aliran skala
besar yang terdapat baik di atmosfir maupun lautan. Angin ini membawa butiran-butiran
garam dari laut yang selanjutnya akan meningkatkan kandungan garam pasir pantai dan
akan mempengaruhi pertumbuhan vegetasi di wilayah pesisir. Jumlah terbanyak dari
garam tersebut meresap ke dalam tunas karena abrasi mekanis dan ion kloridanya
terkumpul dalam ujung ranting dan daun sampai kadar yang merugikan. Akibatnya terjadi
nekrosis daun dan menghambat pertumbuhan tanaman yang mempunyai toleransi yang
rendah terhadap garam.
Salinitas menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan tanaman di hutan
pantai melalui: (a) penurunan potensial osmotik larutan tanah sehingga mengurangi
ketersediaan air bagi tanaman, (b) peningkatan konsentrasi ion yang bersifat racun bagi
tanaman atau memacu ketidakseimbangan dalam metabolisme hara, dan (c) perubahan
68
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
struktur fisik dan kimia tanah. Untuk menjaga keseimbangan kadar garam di dalam
tanaman, maka tanaman mempunyai mekanisme toleransi terhadap salinitas. Mekanisme
tersebut di antaranya mekanisme ekslusi dan inklusi. Tanaman yang memiliki mekanisme
ekslusi menyimpan garam dalam konsentrasi yang rendah dalam tajuk karena tanaman
mampu menahan garam di daerah perakaran. Tanaman dengan mekanisme inklusi akan
menyimpan garam dalam konsentrasi tinggi dalam tajuk. Toleransi tanaman terhadap
salinitas baik secara ekslusi maupun inklusi menjadi toleransi pada tingkat selular, jaringan
dan tanaman ditunjukkan pada Tabel 5.1. Selain menghembuskan garam ke daratan, angin
juga memiliki gaya yang dapat melepaskan butiran tanah dari satu tempat ke tempat lain
yang baru untuk diendapkan (deposistion). Kemampuan melepaskan butiran tanah oleh
angin sangat dipengaruhi oleh kondisi kekasaran permukaan tanah dan besar butiran
partikel tanah atau pasirnya.
2. Kadar garam dan unsur hara dalam tanah/pasir. Kadar garam dalam tanah/pasir
berkurang dengan bertambahnya jarak dari laut sehingga berpengaruh terhadap zona
tumbuhan (daya adaptasi terhadap salinitas) di mana jenis tumbuhan yang tahan (toleran)
terhadap kadar garam cenderung terdapat di dekat laut.
3. Penggenangan sesekali oleh air laut. Tumbuhan pada zona perintis seringkali tergenang
oleh air laut akibat aktivitas ombak. Penggenangan ini akan meninggalkan garam di sekitar
daun tumbuhan yang menambah tegangan air dalam tumbuhan tersebut. Kasus kematian
vegetasi pasca banjir Robb di pantai selatan Jawa salah satu penyebabnya adalah genangan
air laut dalam waktu beberapa hari dan umumnya penggenangan air laut ini melanda lokasi
yang jauh dari pantai. Penggenangan dengan tingkat salinitas yang sangat tinggi
menyebabkan dedaunan menguning, kering dan gugur dan pada akhirnya akan mengalami
kematian.
69
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
4. Aerasi dan Porositas tinggi. Konsekuensi dari butiran pasir yang besar dan rongga antar
butiran yang besar pula menyebabkan air yang berasal dari hembusan garam maupun dari
sumber lain menjadi cepat terserap ke bawah dengan sedikit yang tertahan untuk
dikonsumsi tumbuhan yang hidup di sekitar pesisir untuk pertumbuhannya. Dengan
kondisi ini maka dapat dikatakan tumbuhan pantai mirip dengan tumbuhan gurun yang
tumbuh dalam lingkungan yang kering. Tumbuhan yang bertahan pada kondisi ini
beradaptasi dengan memanfaatkan air embun pagi atau dengan kemampuan akar untuk
menyerap air.
5. Stabilitas tempat tumbuh. Hal ini terjadi karena aktivitas ombak yang dengan mudah
sekali menggerakan pasir sehingga stabilitas tempat tumbuh tumbuhan tidak mantap.
Gerakan ombak dapat menyapu pasir sehingga dapat mengubur tumbuhan. Untuk
mengatasi keadaan tersebut, beberapa jenis tumbuhan cenderung untuk melata (merambat)
di atas pasir dan berakar pada buku-bukunya. Strategi ini juga dapat membantu menahan
gumuk pasir yang dibentuk oleh angin. Contoh tumbuhan dengan strategi ini pada formasi
pes-caprae, misalnya: Ipomoea spp., Canavalia obtusifolia dan C. rosea.
70
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
71
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
perasikan oleh penduduk desa sebagai bentuk ekowisata berbasis masyarakat. Salah satu
fasilitas wisata berupa akomodasi bagi wisatawan adalah pembangunan dua buah dermaga
perahu wisata (gbr. 5.14).
72
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Pengadaan perahu wisata (gbr. 5.15) diperlukan untuk memberikan informasi dasar
kepada ekowisatawan terkait topografi hutan mangrove dan hutan pantai, jenis-jenis flora
yang tumbuh di kawasan sekitar Sungai Lorok yang bermuara ke Pantai Taman, dan fauna
yang hidup pada kawasan hutan mangrove dan hutan Pantai tersebut. Informasi mengenai
jenis mangrove dan vegetasi hutan pantai diberikan kepada para ekowisatawan yang terdapat
di Kec. Ngadirojo - Kab. Pacitan sambil mereka berperahu sekeliling kawasan.
Tujuan pemanfaatan perahu wisata sebagai bentuk sarana akomodasi bagi ekowis-
atawan di lokasi konservasi hutan mangrove dan hutan pantai adalah sebagai berikut.
• Membangun kesadaran, pengetahuan lingkungan, konservasi sumber daya laut dan pesisir
dan menginternalisasikan nilai-nilai etika hubungan manusia dengan alam secara arif dan
bijaksana bagi segenap ekowisatawan;
• Membuat model konservasi ekosistem mangrove, hutan pantai, dan lingkungan pendu-
kungnya kepada masyarakat di wilayah pesisir, agar mereka memiliki kemampuan dalam
memanfaatkan sumber daya alam pesisir, melakukan usaha memelihara keseimbangan
ekosistem serta melindungi ekosistem pesisir dari kerusakan;
• Memberikan fasilitas rekreasi dan hiburan wisata alam wilayah pantai termasuk interaksi
ekowisatawan dengan habitat wilayah pantai serta sarana penyaluran hobi;
• Menambah pengetahuan mengenai interaksi komponen biotik dan abiotik hutan mangrove
dan hutan pantai secara langsung bagi ekowisatawan yang datang berkunjung ke lokasi;
• Melestarikan flora fauna laut iklim tropis dalam bentuk kolam pembibitan mangrove dan
vegetasi hutan pantai yang nanti pengelolaannya bekerja sama dengan masyarakat;
• Melestarikan ekosistem mangrove dan hutan pantai yang ada di sepanjang pesisir pantai
Taman dan yang ada di Kab. Pacitan di mana tidak banyak orang mengetahuinya; dan
73
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
74
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
75
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
10. Hutan kota, wisata agro, laboratorium tanah (soil lab), upaya pengikat lahan dengan akar
kuat (root cellars) dan Terapi tertentu bagi generasi muda, atau bahkan wahana bermain
dan belajar.
76
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
8. Memanfaatkan segenap potensi alam yang ada atas pertimbangan fungsi lingkungan.
Dengan demikian diharapkan hortipark dapat menjadi salah satu ”ecotourism” yang
ber-nuansa alam dan menumbuhkan rasa kepedulian akan lingkungan. Semua taman dalam
konsep hortipark ditata menjadi konsep kebun, konsep back to nature dengan nuansa alam
tropis Indonesia. Ke depan, Tim PKW Kec. Ngadirojo-Kab. Pacitan tidak hanya menangani
aspek produksi (on farm), maupun hulu-hilir dalam pengembangan komoditas hortikultura,
tetapi juga aspek komersial melalui wisata minat khusus yang dikemas dalam bentuk wisata
agro dan wisata edukasi. Salah satu wisata agro dan edukasi berbasis hortikultura yang akan
dan terus dikembangkan di Kec. Ngadirojo Kab. Pacitan dengan menyajikan wisata
agro kebun buah, wisata tanaman hias dan tanam bunga.
Wisata agro ini nantinya akan menarik pengunjung dalam negeri, juga diminati
wisatawan dari berbagai negara. Ini sinergi dengan wisata pendidikan berbasis konservasi
penyu, konservasi mangrove dan hutan pantai, dengan pengenalan produk produk pertanian
unggulan lokal di desa Hadiwarno. Pengunjung dari berbagai wilayah datang ke Hadiwarno
untuk berwisata minat khusus sebagai diversifikasi baru paket wisata di Pacitan. Pengunjung
datang diantaranya untuk belajar usaha kebun buah organik. Wisata agro
berbasis hortikultura ini nantinya akan menjadi salah satu upaya edukasi minat generasi muda
pada pertanian dan terpenting ajang kontak bisnis serta wadah promosi efektif produk
unggulan lokal. Ini dilakukan untuk diversifikasi usaha, meningkatkan nilai tambah,
pendapatan serta kesejahteraan petani.
AgroEduWisata TEB Farm dibuat tahun 2018 mengedepankan pemanfaatan lahan
marginal yang menyerasikan dengan alam dan tanpa merusak lingkungan. Manfaat lain
kegiatan ini adalah melestarikan plasma nutfah dan mikroba tanah untuk bisa memberikan
kehidupan yang harmoni dengan kegiatan manusia. Untuk memajukan wisata agro dan wisata
edukasi, Tim PKW berpesan kepada teman-teman petani agar menjadi petani pengusaha dan
bisa menjual 1 buah produk hortikultura setidaknya 3 kali momen mendapat income. Ini
didapat dari motivasi usaha bertani, berwisata memetik, edukasi budidaya, penjualan produksi
buah dan dari interaktif pengolahan hasil dan pemasaran. Hal ini akan dilakukan dengan
konsep ”krenova” yaitu kreasi dan inovasi dalam bertani.
Sektor Pariwisata sangat potensial untuk pemberdayaan ekonomi rakyat dan
mempunyai multiplier effect yang sangat luas. Karena usaha-usaha di sektor pariwisata terkait
langsung dengan banyak sektor lain yang mempengaruhi kehidupan ekonomi rakyat. Konsep
pengembangan pariwisata berbasis masyarakat merupakan langkah efektif untuk menjadikan
77
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
sektor pariwisata memberikan manfaat optimal kepada masyarakat. Tim PKW Kec. Ngadirojo
Kab. Pacitan telah merumuskan strategi khusus pemberdayaan ekonomi rakyat melalui
pariwisata dilakukan dengan konsep community based tourism (CBT) atau pariwisata berbasis
masyarakat. CBT yang dilakukan adalah dengan melibatkan masyarakat lokal dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan program-program pariwisata. Masyarakat lokal
menjadi pemanfaat utama dari kegiatan pariwisata lokal. Saat ini, konsep CBT banyak
diterapkan dalam penyelenggaraan wisata petualangan, wisata budaya, dan ecotourism
sehingga model CBT sangat cocok untuk pelestarian sumber-sumber daya lokal baik sumber
daya alam maupun budaya. Tren pariwisata modern yang juga makin diminati masyarakat
dalam negeri adalah mencari kekhasan lingkungan alam dan budaya. Pelestarian
keanekaragaman sumber-sumber daya hayati dan kekhasan budaya lokal merupakan langkah
terbaik untuk menarik lebih banyak wisatawan, yang pada gilirannya akan memberikan
manfaat kepada ekonomi global.
78
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
satu kendala yang dihadapi, serta (3) Bibit yang tersedia saat ini belum didasarkan pada benih
yang terseleksi.
Keberhasilan dalam kegiatan pembibitan yang mendukung rehabilitasi hutan pantai
adalah: (1) Ketersediaan dan kualitas benih, (2) Lokasi persemaian, dan (3) Pengetahuan
aklimatisasi bibit. Untuk mendukung keberhasilan rehabilitasi hutan pantai perlu memper-
hatikan kondisi ekologi, status tapak, kondisi ekonomi dan sosial budaya. Untuk mendukung
hal tersebut perlu dilakukan penentuan jenis dan desain rehabilitasi. Salah satu model
rehabilitasi hutan pantai adalah ecopark. Ecopark yang dibangun di Pantai Taman, Desa
Hadiwarno, Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan merupakan replikasi hutan khas dataran rendah
basah pantai selatan Jawa. Replikasi hutan pantai khas pantai selatan Jawa ini dilakukan
sebagai upaya pelestarian dan pendidikan bagi ekowisatawan yang berkunjung ke lokasi
konservasi (baik konservasi penyu, konservasi mangrove, dan konservasi hutan pantai).
Kegiatan pertama yang dilakukan dalam pembangunan ecopark adalah berupa pembuatan
jalan penghubung ke lokasi eco park (gbr. 5.18).
79
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
80
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Keanekaragaman hayati merupakan sumber daya vital, sebagai penyangga dan pe-
nyeimbang lingkungan hidup kawasan yang diperankan oleh tabiat ekosistemnya. Berkurang
dan berubahnya kawasan mangrove di jalur penyangga sempadan pantai bukan saja akibat
pengaruh alam, akan tetapi lebih nyata akibat desakan alih fungsi kawasan. Semakin
berkurang dan berubahnya kawasan-kawasan hijau penyangga sempadan sungai, menyebab-
kan kurang nyamannya mintakat kehidupan masyarakat di sekitarnya. Secara umum ada tiga
alasan mendasar mengapa konservasi ragam hayati perlu dilakukan:
(1) Ragam hayati, pada dasarnya sebagai bagian dari prinsip hidup hakiki. Pengertian tersebut
memberikan gambaran bahwa setiap jenis kehidupan liar (flora dan fauna) mempunyai
hak untuk hidup;
(2) Ragam hayati, pada dasarnya membantu planet bumi untuk tetap hidup. Hal ini karena
memainkan peranan penting dalam sistem penunjang kehidupan, mulai dari memperta-
hankan keseimbangan materi kimiawi (melalui siklus biogeokimia), mempertahankan
kondisi iklim, serta berfungsi untuk memperbarui tanah dan komponennya; dan
(3) Ragam hayati menghasilkan manfaat ekonomi. Ragam hayati merupakan sumber dari
seluruh kekayaan sumber daya biologis yang memilki nilai ekonomis. Dari ragam hayati,
manusia memperoleh makanan, kesehatan karena mampu menyediakan oksigen (O2)
bebas, serta memiliki nilai budaya yang spesifik bagi kepentingan hidup manusia.
7.2 Saran
Konservasi mangrove adalah pekerjaan berat yang memerlukan dukungan semua
stakeholder. Dengan demikian Tim PKW harusnya bisa untuk melakukan hal sebagai berkut.
(1) Meningkatkan pengawasan terhadap kelestarian hutan mangrove dan hutan pantai;
(2) Bekerjasama dengan semua pihak dalam menjaga kelestarian ekosistem wilayah pesisir;
(4) Melakukan penyuluhan dan pembinaan bagi masyarakat lokal untuk terlibat secara
langsung dan aktif dalam kegiatan pelestarian hutan mangrove dan hutan pantai; dan
(5) Pengembangan ekowisata hutan mangrove dan hutan pantai untuk membiayai program
konservasi mangrove itu sendiri.
81
DAFTAR PUSTAKA
82
LAMPIRAN
83
84
LAMPIRAN 1. Biodata Ketua dan Anggota Tim Pengusul
Ketua Tim Pengusul
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Dr. Dra. Elly Purwanti, M.P.
2 Jenis Kelamin L/P
3 Jabatan Fungsional Lektor kepala
4 NIP/NIK/ Identitas lainnya 104.8809.009
5 NIDN 0730036101
6 Tempat dan Tanggal Lahir Yogyakarta, 30 Maret 1961
7 e-mail purwantielly@ymail.com
8 Nomor Telepon/HP (0341) 463908 / 081252 10891
9 Alamat Kantor Jl. Raya Tlogomas No. 246 Malang
10 Nomor Telepon/Fax (kantor) 0341 – 464318/ 0341 – 460435
11 Lulusan yg telah dihasilkan D-3 = 25 orang, S-1= 55 orang ; S-2 = − orang; S3=
− orang;
12 Mata Kuliah yg diampu 1. Anatomi Tumbuhan
2. Biologi Umum
3. Anatomi Fisisologi Tumbuhan
4. Pengantar Pendidikan
5. Ilmu Alamiah Dasar
B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan Universitas Gadjah Universitas Brawijaya Universitas Negeri
Tinggi Mada Malang
Bidang Ilmu Biologi Ekologi Pendidikan Biologi
Tahun Masuk-Lulus 1983 - 1988 1999 2011 - belum selesai
Judul Skripsi/Tesis/ Serangga Penyerbuk Ekologi Gulma pada Keragaman Genetik
Disertasi Pada Tanaman Timun Tanaman Tebu Phaseolus lunatus
berdasar Penanda
RAPD
Nama Pembimbing/ Prof. Dr. Jesmant Prof. Dr. Bambang
Prof. Dr. Moh Amin
Promotor Situmorang Guritno
C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir
(Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)
85
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
86
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggung jawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidak
sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam pengajuan Hibah Pengabdian kepada Masyarakat skim Program Kemitraan Wilayah
(PKW).
87
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan Uninversitas Negeri Universitas Airlangga
Tinggi Jember
Bidang Ilmu Pend. Biologi Patibologi
Tahun Masuk-Lulus 1985-1990 1994-1997
Judul Skripsi/Tesis/ Perbedan Prestasi Pengaruh Jatropha
Disertasi Belajar Biologi antar Multifida terhadap
Anak Jarak Kelahiran Reaksi Inflamasi
di bawah 2 Tahun
dengan 2 Tahun
Nama Pembimbing/ Drs. Kamdi Dr. Suhartono Taat
Promotor Putra, MS.
C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir
(Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)
88
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
89
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggung jawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidak
sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam pengajuan Hibah Pengabdian kepada Masyarakat skim Program Kemitraan Wilayah
(PKW).
90
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
M.Eng
91
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
92
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
1 – – –
2 – – –
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggung jawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidak
sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam pengajuan Hibah Pengabdian kepada Masyarakat skim Program Kemitraan Wilayah
(PKW).
93
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
Nama Pembimbing/ Ir. Sholeh Hadi P, MS, Dr. Ir. Harry Soeko-
Promotor Ir. Wahyu Adi P, MS tjo D, MSc.
Ir. Wijono, MT, Ph.D
* Tuliskan sumber pendanaan baik dari skema penelitian Dikti maupun dari sumber lainnya.
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidak
sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam pengajuan Hibah Pengabdian kepada Masyarakat skim Program Kemitraan Wilayah
(PKW).
95
IbW Konservasi Mangrove dan Wisata Berbasis Masyarakat Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Pacitan
96