Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik dan benar.
Laporan ini akan membahas “Fakta dan Analisis Pengembangan Wilayah
Agroindustri Berkelanjutan Kabupaten Pesawaran Tahun 2017-2037”, dalam ruang
lingkup wilayah studi di Kabupaten Pesawaran. Dalam analisis ini, ditinjau dari
beberapa aspek diantaranya, aspek Fisik dan Lingkungan, aspek Ekonomi Wilayah,
aspek Kependudukan, Sosial dan Budaya, aspek Infrastruktur, dan aspek
Kelembagaan dan Pembiayaan. Laporan ini merupakan hasil dari fakta dan analisis
dari pengumpulan data yang telah dilaksanakan selama semester 7, dalam rangka
memenuhi tugas mata kuliah Studio Perencanaan Wilayah bagi mahasiswa
Perencanaan Wilayah dan Kota di Institut Teknologi Sumatera.
1. Dr. Citra Persada, S.T., M.Sc selaku Kepala Program Studi Perencanaan Wilayah
dan Kota
2. Dr. Dewi Sawitri selaku Dosen Pengampu I Studio Perencanaan Wilayah.
3. Asirin, S.T., M.T. dan Adnin Musadri Asbi S. Hut, M.Sc. selaku Dosen Pengampu
II Studio Perencanaan Wilayah..
4. Tantri Mulia Karina S.P.W.K dan Nava Neilulfar Alvi S.P.W.K selaku Asisten
Studio Proses Perencanaan Wilayah yang telah membimbing dan mengarahkan
kami selama studio berlangsung.
5. Dosen dan Staff Akademik Institut Teknologi Sumatera yang telah membantu
kami dalam perizinan.
6. Keluarga kami yang telah memberikan dukungannya selama proses penelitian
hingga penyusunan laporan ini.
7. Teman-teman angkatan 2014 dan Keluarga Mahasiswa Institut Teknologi
Sumatera.
8. Teman-teman angkatan 2012 dan 2013 prodi Perencanaan Wilayah dan Kota
atas kesediaannya untuk berbagi pengalaman laporan terdahulu mengenai
Studio Perencanaan Wilayah.
Kami menyadari dalam pembuatan laporan ini masih memiliki banyak kekurangan,
baik dari segi materi maupun teknik penyajiannya mengingat kurangnya
pengetahuan dan pengalaman kami. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangu sangat kami harapkan. Demikian laporan ini penulis susun, semoga
bermanfaat. Terimakasih.
Penulis
PRAKATA ................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................................................2
1.3 Tujuan Sasaran ...................................................................................................................................2
1.4 Ruang Lingkup ....................................................................................................................................3
1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah ..............................................................................................................3
1.4.2 Ruang Lingkup Materi..................................................................................................................5
1.5 Kerangka Pikir ....................................................................................................................................7
1.6 Sistematika Penulisan .....................................................................................................................8
BAB II METODOLOGI ............................................................................................................. 9
2.1 Metode Pengumpulan Data ..........................................................................................................9
2.2 Metode Analisis Data ......................................................................................................................... 10
2.2.1 Fisik dan Lingkungan ..................................................................................................................... 10
2.2.2 Ekonomi ............................................................................................................................................... 17
2.2.3 Kependudukan Sosial dan Budaya...................................................................................... 22
2.2.4 Infrastruktur ...................................................................................................................................... 25
2.2.5 Kelembagaan dan Pembiayaan............................................................................................. 42
BAB III FAKTA DAN ANALISIS KEDUDUKAN KABUPATEN PESAWARAN DALAM
KONSTELASI REGIONAL .....................................................................................................45
3.1 Arahan Kebijakan Pembangunan ........................................................................................... 45
3.1.1 Arahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) ........................ 45
3.1.2 Arahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).................. 48
3.1.3 Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) .......................................... 56
3.1.4 Arahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Provinsi Lampung ....... 57
3.1.5 Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Provinsi Lampung............ 62
3.1.6 Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Lampung ......................... 62
3.2 Kedudukan Kabupaten Pesawaran dalam Konstelasi Regional Berdasarkan
Tiap Aspek ...................................................................................................................................................... 65
Ruang lingkup yang dibahas dalam laporan fakta dan analisis mengacu terhadap
pedoman penyusunan rencana tata ruang kawasan strategis kabupaten oleh
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional, peraturan UU 26
Tahun 2007 tentang penataan ruang, peraturan pemerintah Nomor 15 Tahun 2010
tentang penyelenggaraan penataan ruang.
Ruang lingkup materi yang dibahas dalam laporan fakta dan analisa akan dibahas
aspek-aspek meliputi aspek fisik dan lingkungan, aspek infrastruktur wilayah, aspek
ekonomi wilayah, aspek sosial dan kependudukan, aspek kelembagaan dan pembiayaan.
Adapun materi yang terdapat dalam laporan ini mencakup antara lain:
C. Analisis
Analisis merupakan bagian dari pembahasan yang akan dijelaskan lebih lanjut
berdasarkan pada data dan informasi yang telah dipaparkan pada gambaran
Potensi dan permasalahan didapatkan dari hasil analisis fakta berupa data dan
informasi yang telah dilakukan serta melihat keterkaitan antaraspek yang saling
berhubungan. Potensi dan permasalahan tiap aspeknya akan dirangkum menjadi
satu-kesatuan yang saling terkait sehingga membentuk sebuah isu strategis yang
akan menjadi konsep pengembangan suatu wilayah. Potensi dan permasalahan
yang terdapat pada penjelasan tiap aspek nantinya akan menjadi bahan
pertimbangan dalam penentuan arah perencanaan pembangunan. Dengan
demikian akan diperoleh rencana pengembangan suatu wilayah ke depannya.
Gambar 1. 1
Kerangka Pikir
(Sumber: Tim Peneliti, 2017)
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran,
ruang lingkup, kerangka pikir dan sistematika penulisan.
BAB II METODOLOGI
Bab ini menjelaskan tentang metode pengumpulan data secara umum berupa data
primer dan data sekunder serta perangkatnya dan metode analisis data dari tiap aspek.
Bab ini menjelaskan tentang tinjauan konstelasi regional yang meliputi tinjauan
kebijakan dilihat dari dokumen kebijakan berupa RPJP, RPJM dan RTRW secara
nasional sampai daerah selain itu juga meliputi tinjauan eksternal yang dilihat dari data
eksisting diluar yang berpengaruh signifikan terhadap internal.
Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum wilayah dari tiap aspek (fisik dan
lingkungan, ekonomi, sosial budaya dan kependudukan, infrastruktur dan kelembagaan
pembiayaan) dan isu wilayah sebagai alasan pemilihan lokasi studi.
Data-data dikumpulkan berdasarkan tahapan waktu sesuai dengan rencana kerja yang
telah direncanakan.Adapun pengumpulan data yang dilakukan dibedakan ke dalam dua
tahap, yaitu pengumpulan data awal dan pengumpulan data lanjutan.
Pengumpulan data awal merupakan survei data sekunder yang dilakukan sebelum
survei lapangan berlangsung.Pengumpulan data ini dilakukan untuk mengetahui
secara garis besar kondisi dan keadaan wilayah penelitian, dalam hal ini Kecamatan
Gedong Tataan.Data-data sekunder yang didapat bersumber dari sejumlah
informasi yang dapat diperoleh secara online, kebijakan atau aturan formal, serta
sudi-studi terdahulu. Selain itu, sejumlah teori terkait juga mulai dikumpulkan
untuk memperkuat gagasan dan hipotesis dalam penelitian terkait aspek fisik dan
lingkungam ekonomi, sosial dan kependudukan, sarana dan prasarana, serta
kelembagaan dan pembiayaan
Pengumpulan data lanjutan merupakan kompilasi dari survei primer dan survei
sekunder dalam tahap survei dan paska survei lapangan. Pada tahap ini
pengumpulan data dilakukan untuk mengenal kondisi eksisting dan perkembangan
wilayah Kecamatan Gedong Tataan dan sekitarnya terkait aspek fisik dan
lingkungan, ekonomi, sosial dan kependudukan, sarana dan prasarana, serta
a. Pegumpulan data sekunder dari berbagai instansi yang meliputi data statistik
daerah, dokumen-dokumen kebijakan pemerintaha, serta berbagai macam
literature yang menjadi acuan dalam perencanaan wilayah.
b. Observasi visual pengamatan secara langsung terhadap berbagai macam
komponen, khususnya dalam aspek fisik dan lingkungan serta sarana dan
prasarana
c. Wawancara langsung dan terstruktur dengan para pelaku dan phak yang terkait
dengan upaya pengembangan wilayah Kecamatan Gedong Tataan dalam hal ini
adalah pejabat pemerintah daerah, sebagian masyarakat, stake holder atau
tokoh masyarakat, kepala kecamatan dan sebagainya.
Kompilasi data untuk menstrukturkan seluruh data empiris yang diperoleh selama
survei ke dalam bentuk informasi sebagai dasar proses analisis. Hasil kompilasi data
disajikan dalam bentuk ringkasan, tabel, alur, bagan, gambar, ataupun peta.Penyusunan
informasi ini dilakukan sesuai dengan kebutuhan yang telah dirumuskan sebelumnya.
Metode analisis fisik dan lingkungan seperti dijelaskan dalam Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik
dan Lingkunga, Ekonomi serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang,
dilakukan dalam perencanaan dengan tujuan untuk mengenali karakteristik
sumberdaya alam dengan menelaah kemampuan dan kesesuaian lahan agar
pemanfaatan lahan dapat dilakukan secara optimal dengan tetap memperhatikan
keseimbangan ekosistem. Metode analisis yang digunakan dalam laporan ini adalah
analisis kemampuan lahan dan analisis kesesuaian lahan.
Tabel 2. 1
Penilaian SKL Morfologi
Tabel 2. 2
Penilaian SKL Kestabilan Lereng
Air SKL
Curah Penggunaan
Morfologi Lereng Ketinggian Geologi Tanah Kestabilan Nilai
Hujan Lahan
Dangkal Lereng
Kemampuan
Gunung/Pegunungan Semak,
lahan dari
dan >40% Tinggi (sama) belukar, 1
morfologi
Bukit/Perbukitan ladang
tinggi
Kemampuan
Gunung/Pegunungan Kebun,
25% - Cukup lahan dari
dan (sama) hutan, hutan 2
40% Tinggi morfologi
Bukit/Perbukitan belukar
cukup
Kemampuan
15% - lahan dari
Bukit/Perbukitan Sedang (sama) Semua 3
25% morfologi
sedang
Datar 2% - Rendah (sama) Semua Kemampuan 4
Tabel 2. 3
Penilaian SKL Ketersediaan Air
Hidrologi SKL
Penggunaan
Morfologi Lereng Geologi dan Ketersediaan Nilai
Lahan
Klimatologi Air
Gunung/Pegunungan Semak, Ketersediaan
dan >40% belukar, air sangat 1
Bukit/Perbukitan ladang rendah
Gunung/Pegunungan Kebun,
25% - Ketersediaan
dan 40%
hutan, hutan 2
air rendah
Bukit/Perbukitan belukar
15% - Ketersedian
Bukit/Perbukitan 25%
Semua 3
air sedang
2% -
Datar Semua 4
15% Ketersediaan
0% - air tinggi
Datar 2%
Semua 5
Sumber: Permen PU No.20/PRT/M/2007
Tabel 2. 4
Penilaian SKL Bencana Alam
Hidrologi SKL
Penggunaan
Morfologi Lereng Topografi dan Bencana Nilai
Lahan
Klimatologi Alam
Semak,
Gunung/Pegunungan
>40% Tinggi belukar, Potensi 1
dan Bukit/Perbukitan
ladang bencana
Gunung/Pegunungan 25% - Cukup Kebun, hutan, alam tinggi
2
dan Bukit/Perbukitan 40% Tinggi hutan belukar
Potensi
15% -
Bukit/Perbukitan Sedang Semua bencana 3
25%
alam cukup
2% -
Datar Rendah Semua Potensi 4
15%
bencana
Sangat
Datar 0% - 2% Semua alam kurang 5
Rendah
Sumber: Permen PU No.20/PRT/M/2007
Tabel 2. 5
Penilaian Arahan Tata Ruang Pertanian
Kemampuan
Kelas Klasifikasi Nilai
Pengembangan
Kelas A Kemampuan pengembangan
Lindung 1
sangat rendah
Kelas B Kemampuan pengembangan Kawasan
2
rendah Penyangga
Kelas C Kemampuan pengembangan Tanaman
3
sedang Tahunan
Kelas D Kemampuan pengembangan Tanaman
4
agak tinggi Setahun
Kelas E Kemampuan pengembangan Tanaman
5
sangat tinggi Setahun
Sumber: Permen PU No.20/PRT/M/2007
Analisis Ekonomi yang akan dibahas dalam laporan ini terdiri dari analisis laju
pertumbuhan ekonomi dan struktur ekonomi, analisis Loqation Quotient, analisis Shift-
Share, dan analisis Tipologi Klassen.
⁄
⁄
LQ = Location Quotient
Jika nilai LQ < 1 maka sektor tersebut tergolong sektor non basis. Hal ini bermakna
bahwa sektor tersebut hanya mampu memenuhi kebutuhan dan permintaah di
dalam wilayah dan belum memiliki kemampuan ekspor ke wilayah lain.
Kelemahan analisis ini adalah adanya asumsi bahwa pola permintan dan
produktivitas tenaga kerja di daerah yang lebih rendah dengan daerah yang lebih
tinggi identik.Sedangkan keunggulan penggunaan analisis ini adalah adanya
pertimbangan ekspor langsung dan tidak langsung.Selain itu analisis LQ tergolong
sederhana dan data yang dibutuhkan mudah untuk didapat.
3. Analisis Shift-Share
Analisis Shift-Share (SS) merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk
mengukur persaingan sektor di wilayah tertentu atau di wilayah yang lebih tinggi.
Hasil analisis ini diperlukan untuk mengetahui perkembangan suatu sektor di
suatu wilayah apabila dibandingkan dengan sektor lainnya. Dalam metode ini
perubahan kinerja pembangunan suatu daerah terhadap daerah yang lebih tinggi
tingkatannya dibagi ke dalam 3 komponen, yaitu:
Ri =
Ra =
Ri =
ri =
=( )+( )+( )
4. Tipology Klassen
Alat analisis Klassen Typology (Tipologi Klassen) digunakan untuk mengetahui
gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing
daerah.Tipologi Klassen pada dasarnya membagi daerah berdasarkan dua
indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan per kapita
daerah. Melalui analisis ini diperoleh empat karateristik pola dan struktur
pertumbuhan ekonomi yang berbeda, yaitu: daerah cepat-maju dan cepat-tumbuh
(high growth and high income), daerah maju tapi tertekan (high income but low
growth), daerah berkembang cepat (high growth but income), dan daerah relatif
tertinggal (low growth and low income) (Kuncoro dan Aswandi, 2002: 27-45) dan
(Radianto, 2003: 479-499).
Tabel 2.7
Analisis Tipologi Klassen
Y1>y Y1<y
Analisis Kependudukan dan Sosial dan Budaya yang akan dibahas dalam laporan ini
terdiri dari analisis proyeksi penduduk, analisis kepadatan penduduk, analisis sex
ratiodan dependency ratio.
Pada laporan ini telah dilakukan perhitungan menggunakan 3 metode diatas dan
yang memiliki nilai paling akurat mendekati eksisting adalah perhitungan dengan
metode geometrik.
Pada bagian gambaran umum kependudukan, social dan budaya akan dijelaskan
mengenai perkembangan jumlah penduduk, pola persebaran penduduk, komposisi
umur penduduk, komposisi penduduk berdasarkan lokasi, karakteristik tenaga
kerja, dan sosial budaya,
2. Kepadatan Penduduk
Analisis kepadatan penduduk digunakan untuk melihat tigkat kepadatan penduduk
disetiap kecamatan di wilayah studi, berikut ini adalah cara menghitung tingkat
kepadatan penduduk di suatu wilayah :
( )
( )
3. Sex Ratio dan Dependency Ratio
Analisis Sex Ratio digunakan untuk mengukur komposisibanyaknya penduduk laki-
laki dengan banyaknya penduduk perempuan pada suatu wilayah dan pada waktu
tertentu :
( )
Keterangan :
( )
Keterangan:
P0-14 = Jumlah penduduk usia 0-14 tahun
P65+ = Jumlah penduduk usia 65+
P15-64 = Jumlah penduduk usia 15-64 tahun
2.2.4 Infrastruktur
Kebutuhan air bersih yang sehat dan sesuai dengan standar pelayanan merupakan
kebutuhan mutlak yang harus di dapatkan oleh masyarakat di setiap wilayah. Dengan
berkembangnya suatu wilayah menyebabkan bertambah pula jumlah penduduk yang
ada di wilayah tersebut. Dengan adanya pertumbuhan penduduk yang semakin
meningkat sesuai dengan kebutuhan mutlak penduduk menyebabkan konsumsi air
bersih semakin meningkat sehingga semakin memicu untuk penyelenggaraan
persediaan dan distribusi air bersih. Masyarakat perkotaan membutuhkan jumlah air
yang banyak untuk berbagai kegiatan, maka dari itu analisis yang akan dilakukan akan
didasarkan pada kebutuhan domestik (rumah tangga) dan non domestik (komersial,
perkotaan, fasilitas umum, industri, pelabuhan, dan lain-lain).
Tabel 2.8
Tabel Standar Kebutuhan Air Bersih
100.000
500.000 – 20.000 –
>1.000.000 – <20.000
No. Uraian 1.000.000 100.000
500.000
Kota Kota
Kota Besar Kota Kecil Desa
Metropolitan Sedang
Konsumsi Unit
Sambungan Rumah
1. 190 170 150 130 100
(SR)
(Liter/Orang/Hari)
Konsumsi Unit
2. Hidran (HU) 20-40 20-40 20-40 20-40 20-40
(Liter/orang/hari)
0.1 – 0.3
0.1 – 0.3 0.1 – 0.3
100.000
500.000 – 20.000 –
>1.000.000 – <20.000
No. Uraian 1.000.000 100.000
500.000
Kota Kota
Kota Besar Kota Kecil Desa
Metropolitan Sedang
6. Faktor Jam Puncak 1.75 – 2.0 1.75 – 2.0 1.75 – 2.0 1.75 1.75
Sisa Tekan di
9. Penyediaan 10 10 10 10 10
Distribusi (meter)
Volume Reservoir
11. (% Max Day 15 – 25 15 – 25 15 – 25 15 – 25 15 – 25
Demand)
Cakupan Pelayanan
13. 90 90 90 90
(%)
Sumber: Dirjen Cipta Karya, 1996
Standar kebutuhan air seperti pada tabel di atas, digunakan untuk menganalisis
apakah kondisi air bersih yang saat ini didistribusikan dan diterima oleh pelanggan
sudah memenuhi kriteria standar yang telah ditetapkan. Selain itu, analisis pada
Kabupaten Pesawaran juga didasarkan pada kategori kota berdasarkan jumlah
penduduk.
Analisis proyeksi kebutuhan air baik kebutuhan air domestik maupun non domestik
didasari pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 18/Prt/M/2007 Tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum,
yang mengharuskan penggunaan dasar perhitungan penduduk dan penggunaan satuan
air, sebagai berikut:
1) tiap lingkungan rumah perlu dilayani sambungan telepon rumah dan telepon
umum sejumlah 0,13 sambungan telepon rumah per jiwa atau dengan
menggunakan asumsi berdasarkan tipe rumah sebagai berikut:
- R-1, rumah tangga berpenghasilan tinggi : 2-3 sambungan/ rumah
- R-2, rumah tangga berpenghasilan menengah : 1-2 sambungan/ rumah
- R-3, rumah tangga berpenghasilan rendah : 0-1 sambungan/ rumah
2) dibutuhkan sekurang-kurangnya 1 sambungan telepon umum untuk setiap
2500 jiwa penduduk (unit RT) yang ditempatkan pada pusat-pusat kegiatan
lingkungan RT tersebut;
3) ketersediaan antar sambungan telepon umum ini harus memiliki jarak radius
bagi pejalan kaki yaitu 200 - 400 m;
4) penempatan pesawat telepon umum diutamakan di area-area publik seperti
ruang terbuka umum, pusat lingkungan, ataupun berdekatan dengan
B. Menara Telekomunikasi
Di era globalisasi sekarang ini telepon seluler bukan lagi menjadi kebutuhan tetapi
sudah menjadi kelengkapan dan gaya hidup. Base Transceiver Station (BTS) yang
merupakan infrastruktur pendukung utama dalam penyelenggaraan telekomunikasi
seluler yang memerlukan ketersediaan lahan, bangunan dan ruang udara, sehingga jika
pendirian menara tidak dikendalikan maka akan berdampak pada keseimbangan dan
estetika kawasan sekitar.
Dalam melakukan perhitungan kebutuhan BTS yang dibutuhkan dalam masa lima tahun
kedepan dan untuk menyediakan layanan seluler dengan kecukupan trafik yang
sebanding dengan potensi pelanggan yang mampu mengcover seluruh aera potensial
seluler di sebuah area potensial seluler di sebuah area kota atau kabupaten, maka
pendekatan yang digunakan adalah menggunakan parameter jumlah penduduk di
setiap kecamatan dan menentukan teledensitas penggunaan layanan seluler.
Beberapa parameter yang dipergunakan dalam perencanaan jumlah BTS ini ialah:
a. Dara data jumlah penduduk yang telah diperoleh dari proses pengumpulan
data, selanjutnya dilakuan prediksi jumlah penduduk pada tahun tertentu (Pt)
dengan menggunakan rumus pertumbuhan penduduk secara geometrik:
( )
b. Dengan asumsi teledensitar seluler sebesar x%, maka dapat diperkirakan
jumlah pelanggan seluler sebesar
Pt
c. Jika diasumsikan setiap pelanggan membangkitkan trafik sebesar ß mEelang,
maka trafik total yang di bangkitkan oleh semua pelanggan adalah sebesar:
Dimana :
T = total trafik yang dibangkitkan pelanggan seluler (Erlang)
P =jumlah pelanggan seluler
ß = Erlang per-pelanggan (mErlang). Sebesar 33 mErlang.
d. Perhitungan kemampuan BTS untuk melayani pelanggan seluler adalah:
e. Jumlah BTS yang dibutuhkan untuk melayani jumlah pelanggan (P) adalah
total trafik yang dibangkitkan pelanggan (T) dibagi dengan kapasitas 1 BTS
(A):
Dimana :
B = jumlah kebutuhan BTS
T = total trafik yang dibangkitkan pelanggan seluler (Erlang)
A = kapasitas 1 BTS
Dimana:
IPAL = Q peak X Pn
Di mana :
B. Analisis Terminal
Terminal adalah pangkalan Kendaraan Bermotor Umum yang digunakan untuk
mengatur kedatangan dan keberangkatan, menaikkan, dan menurunkan orang/atau
barang, serta perpindahan moda angkutan berdasarkan UU No. 22 Tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Untuk mengetahuin jenis terminal yang sesuai dengan
Fungsi Terminal (KM Melayani kendaraan umum untuk angkutan antar Melayani kendaraan umum untuk Melayani angkutan
31 TH 1995) pasal 2 kota antar propinsi dan atau angkutan lintas batas angkutan antar kota dalam pedesaan
negara, angkutan antar kota dalam propinsi, propinsi, angkutan kota dan
angkutan kota dan angkutan pedesaan angkutan pedesaan
Fasilitas Terminal (KM a. jalur pemberangkatan dan kedatangan a. jalur pemberangkatan dan a. jalur pemberangkatan
31 TH 1995) pasal 3 kedatangan dan kedatangan
b. tempat parkir
b. tempat parkir b. kantor terminal
c. kantor terminal
c. kantor terminal c. tempat tunggu
d. tempat tunggu
d. tempat tunggu d. rambu-rambu dan papan
e. menara pengawas
informasi
e. menara pengawas
f. loket penjualan karcis
f. loket penjualan karcis
g. rambu-rambu dan papan informasi
g. rambu-rambu dan papan
h. pelataran parkir pengantar atau taksi
informasi
Lokasi Terminal (KM 1. terletak dalam jaringan trayek antar kota antar 1) terletak dalam jaringan trayek 1. terletak di dalam wilayah
31 TH 1995) pasal 11, propinsi dan/atau angkutan lintas batas negara antar kota dalam propinsi. kabupaten Dati II dan
12, dan 13 dalam trayek pedesaan.
2. terletak di jalan arteri dengan kelas jalan 2) terletak di jalan arteri dengan
kelas jalan sekurang-kurangnya 2. terletak di jalan arteri
Instansi Penetap Dirjend HubDar mendengar pendapat Gubernur Gubernur setelah mendengar Bupati setelah mendengar
Lokasi Terminal (KM dan Kepala Kanwil DepHub setempat pendapat dan Kepala Kanwil pendapat dan Kepala Kanwil
31 TH 1995) pasal DepHub dan mendapat persetujuan DepHub dan mendapat
14 dari Dirjend persetujuan dari Gubernur
A. Sarana Pendidikan
Analisis sarana pendidikan yang dilakukan adalah analisis tingkat pelayanan dan
tingkat kebutuhan sarana pendidikan terhadap penduduk yang ada di setiap
kecamatan sehingga dapat menampung setiap penduduk yang berada dalam
wilayah tersebut yang dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia.Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini yang di gunakan sebagai acuan
standar kebutuhan sarana pendidikan.
Tabel 2.10
StandarPelayanan Minimum Sarana Pendidikan
No. Fasilitas yang di sediakan Jumlah minimum penghuni yang
dilayani ( Jiwa )
1. Pra belajar 100 anak-anak usia 5-6 tahun sebanyak
8%
2. Sekolah dasar 1600
3. Sekolah lanjutan tingkat 4800
pertama
4. Sekolah lanjutan tingkat atas 4800
Sumber: SNI 03-6981-2004
B. Sarana Kesehatan
Analisis sarana kesehatan yang dilakukan adalah analisis tingkat pelayanan dan
tingkat kebutuhan sarana kesehatan terhadap penduduk yang ada di setiap
kecamatan yang dapat menciptakan masyarakat dalam wilayah tesebut menjadi
wilayah yang memiliki kesadaran dengan menggunakan pola hidup sehat dengan
melihat kualitas pelayanan yang ada dalam wilayah tersebut. Ketersediaan sarana
dan prasarana kesehatan baik sarana pelayanan kesehatan dasar maupun sarana
pelayanan kesehatan rujukan merupakan bagian yang sangat penting untuk
Tabel 3.9
C. Sarana Peribadatan
Analisis sarana peribadatan yang dilakukan adalah analisis tingkat pelayanan dan
tingkat kebutuhan sarana peribadatan terhadap penduduk yang ada di setiap
kecamatan. Ini berguna agar suatu masyarakat dalam suatu wilayah dapat
memperhatikan pentingnya beribadat untuk lebih mendekatkan diri terhadap Sang
Pencipta. Berikut ini merupakan SPM standar penduduk pendukung dari tiap-tiap
jenis sarana peribadatan.
Tabel 2.11
Standar Pelayanan Minimum Sarana Peribadatan
No Jenis sarana Jumlah penduduk pendukung(Jiwa)
1 Mushola 250
Tabel 2.12
Standar Pelayanan Minimum
1. Visi Nasional
Tabel 3. 1
Visi RPJP Nasional
Upaya untuk mewujudkan visi ini ialah melalui 7 misi pembanguann yaitu:
Tabel 3. 2
Arahan Visis dan Misis RPJMN
Baseline Sasaran
No Pembangunan
2014 2019
1. Ekonomi
Makro Ekonomi
5,5%
a. Pertumbuhan ekonomi 6-8%
(perkiraan)
USD 3,499,9
b. PDB per Kapita USD 7000
(2013)
11,25%
c. Penurunan Kemiskinan 5-6%
Maret 2014
d. Pengangguran 5,94% 5-5,5%
Ketahanan Pangan
a. Produksi Padi 70,6 juta ton 82,0 juta ton
b. Produksi Jagung 19.13 juta ton 24,1 juta ton
c. Produksi Kedelai 0.92 juta ton 1,92 juta ton
d. Produksi Gula 2,6 juta ton 3,8 juta ton
e. Produksi Daging 452,7 juta ton 755,1 juta ton
Produksi Ikan (di luar rumput
f. 12,4 juta ton 18,7 juta ton
laut)
Ketahanan Energi
818 ribu SBM 700 ribu SBM
a Produksi Minyak Bumi
per hari per hari
b Produksi Gas Bumi 1.224 ribu SBM 1.295 ribu SBM
Mengacu pada sasaran utama serta analisis yang hendak dicapai dalam
pembangunan nasional 2015-2019 serta mempertimbangkan lingkungan strategis
dan tantangan-tantangan yang akan dihadapi bangsa Indonesia ke depan, maka arah
kebijakan umum pembangunan nasional 2015-2019 adalah:
Arah kebijakan peningkatan pengelolaan dan nilai tambah SDA adalah dengan
meningkatkan kapasitas produksi melalui peningkatan produktivitas dan perluasan
areal pertanian, meningkatkan daya saing dan nilai tambah komoditi pertanian dan
perikanan, mengoptimalkan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya mineral
dan tambang lainnya, meningkatkan produksi dan ragam bauran sumber daya
energi, meningkatkan efisiensi dan pemerataan dalam pemanfaatan energi,
mengembangkan ekonomi kelautan yang terintegrasi antar-sektor dan antar-
wilayah, dan meningkatnya efektivitas pengelolaan dan pemanfaatan keragaman
hayati Indonesia yang sangat kaya.
Selain Taman Hutan Raya (TAHURA) Wan Abdul Rachman, terdapat pula kawasan
strategis nasional yaitu Sungai Way Seputih dan Sungai Way Sekampung yang
melintasi Kabupaten Pesawaran. Kedua sungai ini berdasarkan arahan nasional
berada pada tahap pengembangan untuk konservasi sumberdaya air,
pendayagunaan sumberdaya alam dan pengendalian daya rusak air.
Isi Muatan Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 6 tahun 2007 Tentang
Rencana Pembagunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Lampung Tahun
2005-2025.
Menjadi provinsi yang maju diantara provinsi di Indonesia adalah cita-cita yang
ingin diwujudkan oleh seluruh masyarakat Lampung. Pemahaman untuk menjadi
Lampung maju memiliki pengertian bahwa masyarakat Lampung sebagai bagian
dari bangsa Indonesia akan menentukan nasib sendiri dengan segala potensi yang
dimiliki oleh sumberdaya wilayah dan sumberdaya manusianya sebagai bentuk
kemandirian dan kemajuan. Namun karena pemahaman kemandirian bukanlah
keterisolasian maka ketergantungan pada wilayah Provinsi lain dalam wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah suatu keniscayaan.
Dari segi perekonomian, birokrasi pemerintahan daerah yang baik akan mampu
menyediakan pembiayaan pembangunan dari hasil pengembangan ekonomi daerah,
implikasinya pemerintah harus mendorong PDRB (Produk Domestik Regional
Bruto) setinggi-tingginya untuk menciptakan sumber PAD (Pendapatan Asli
Daerah).
b. Misi
Misi adalah upaya yang harus dilakukan oleh organisasi secara terencana dalam
rangka mewujudkan Visi. Dalam organisasi pemerintah daerah, misi menjadi
direction untuk tugas-tugas yang harus diemban oleh satuan kerja. Dalam upaya
mewujudkan Visi Provinsi Lampung 2005-2025, dapat dilaksanakan melalui Misi
berikut:
Tahap ini ditujukan untuk terbangunnya kerangka dasar kemajuan daerah dalam
rangka menopang percepatan kemajuan dan kesejahteraan daerah. Kerangka dasar
kemajuan daerah dibangun diatas pendayagunaan potensi sumber daya alam, daya
dukung infrastruktur, kualitas sumberdaya manusia. Kegiatan pada tahap ini
diutamakan pada perkuatan infrastruktur baikdalam aspek fisik maupun
pengelolaan. Aspek fisik, yaitu meliputipenyediaan infrastruktur transportasi,
ekonomi, sosial, kesehatan, dan pendidikan. Aspek pengelolaan, yaitu meliputi
aturan, manajemen, dan sumberdaya manusia. Mekanisme ekonomi dipulihkan
dengan merevitalisasi sektor-sektor ekonomi terutama sektor pertanian dan
industri. Revitalisasi pertanian terutama dengan mengoptimalkan kembali fungsi
irigasi, meremajakan tanaman perkebunan, dan penerapan teknologi pertanian.
Pada tahap ini kegiatan diutamakan untuk pengembangan semua aspek, yaitu
peningkatan aspek fisik serta perluasan dan peningkatan aspek pengelolaan
sehingga produktivitas meningkat dan terjadi diversifikasi. Tahap ini dimaksudkan
untuk mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya melalui mekanisme ekonomi
yang sehat, sistem sosial yang padu, tegaknya hukum. Mekanisme ekonomi yang
sehat dibangun melalui peningkatan jumlahdan kualitas kegiatan ekonomi. Kegiatan
ekonomi diperluas dengandiversifikasi dan peningkatan mutu. Misalnya, industri
dikembangkandengan mengolah hasil-hasil pertanian sesuai dengan pohon
industrinyasehingga nilai tambahnya dapat ditingkatkan. Sistem sosial yang padu
Hasil Saat ini yang didapat Pembangunan ekonomi di Provinsi Lampung telah
menghasilkan berbagai kemajuan, namun demikian terdapat sejumlah tantangan
yaitu: sektor pertanian masih tetap mendominasi perekonomian terhadap
LAPORAN FAKTA DAN ANALISIS | BAB III 61
FAKTA DAN ANALISIS KEDUDUKAN KABUPATEN PESAWARAN DALAM
KONSTELASI REGIONAL
pembentukan PDRB; peranan konsumsi domestik masih sangat tinggi; pertumbuhan
investasi masih lambat; proses transformasi industri belum optimal; pertumbuhan
ekonomi berorientasi ekspor belum optimal, serta masih terdapat banyak peraturan
perizinan dan peraturan.
Berdasarkan arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Lampung Tahun
2017-2037, terdapat klasifikasi pola ruang wilayah provinsi yang mencakup 5
kawasan yaitu kawasan yang memberikan perindungan terhadap kawasan
bawahnya, kawasan perlindungan setempat, kawasan konservasi, kawasan lindung
geologi, dan kawasan lindung lainnya. Dari hasil analisis kondisi dan karakteristik
Provinsi Lampung, Kabupaten Pesawaran telah ditetapkan sebagai salah satu
kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan di bawahnya yaitu
kawasan Hutan Lindung Pematang Kubuato dengan luas 7.954,7 Ha dan Hutan
Lindung Perintian Batu dengan luas 7.412 Ha. Pada kawasan tersebut nantinya akan
dilakukan suatu pengelolaan hutan dengan cara penguatan dan penetapan kawasan
yang berfungsi hutan lindung, pengembalian fungsi hutan lindung yang telah
menurun kualitasnya, dan pelaksanaan rehabilitasi hutan dan lahan kritis.
Selain hutan lindung, Kabupaten Pesawaran juga mempunyai Hutan Produksi Tetap
dengan luas sebesar 1.389,76 Ha yang telah ditetapkan sebagai salah satu kawasan
budidaya di Provinsi Lampung. Deliniasi kawasan hutan produksi tetap ini
didasarkan kepada fungsi hutan yang ada yaitu sebagai pendukung kehidupan serta
segala ekosistemnya disamping menghasilkan produk kehutanan. Kawasan
budidaya lain yang terdapat di Kabupaten Pesawaran adalah kawasan peruntukan
pertanian berupa Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) dengan luas
sebesar 8.452 Ha. Kawasan tersebut nantinya difungsikan untuk mempertahankan
swasembada pangan yang telah dicapai sebelumnya. Selain itu, daerah pesisir
Kabupaten Pesawaran juga memiliki potensi perikanan serta wisata bahari yang
dapat dijadikan sektor pendukung ekonomi di Provinsi Lampung. Dengan potensi
produksi perikanan budidaya tersebut, Kabupaten Pesawaran juga terpilih sebagai
salah satu lokasi Kawasan Minapolitan. Sedangkan potensi wisata bahari akan
dikembangkan sebagai salah satu kawasan wisata terintegrasi Teluk Lampung, yang
meliputi Kabupaten Lampung Selatan, Bandar Lampung, Pesawaran dan
Tanggamus. Pada RTRW Provinsi Lampung, Kabupaten Pesawaran juga telah
ditetapkan sebagai lokasi pengembangan industri berteknologi tinggi. Hal tersebut
ditetapkan melalui hasil analisis daya dukung ekosistem yang mempertimbangkan
kesesuaian lokasi, tata guna lahan, dukungan prasarana, serta potensi daerah
sekitar.
3.2.2 Ekonomi
Fakta dan analisis aspek ekonomi tidak hanya dapat dilihat dari sisi internal
Kabupaten Pesawaran saja, tetapi perlu di tinjau dari sisi eksternal juga seperti
meninjau kedudukan ekonomi Kabupaten Pesawaran dalam lingkup Provinsi
Lampung hingga tingkat nasional. Hal tersebut diperlukan karena untuk melihat
keterkaitan dengan sektor lainnya pada lngkup yang lebih luas, mengetahui wilayah
yang menjadi pesaing di Kabupaten Pesawaran seperti pesaing untuk hasil
komoditas yang ada di Kabupaten Pesawaran dan sektor yang menjadi sektor
unggulan di Kabupaten Pesawaran.
Pada bab ini analisis yang dilakukan adalah analisis laju pertumbhan ekonomi,
analisis Location Quotient (LQ), analisis shift share, analisis tipologi klassen, analisis
prestasi komoditas Provinsi Lampung, dan analisis Kompetisi komoditas Provinsi
Lampung. Maka dari itu dapat diketahui sektor dan komoditas-komoditas yang
mempunyai keunggulan tetapi belum dimanfaatkan dengan baik sehingga
Rata-Rata Rata-Rata
Provinsi Kabupaten
No Sektor
Lampung Pesawaran
(2012-2016) (2012-2016)
1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3,56 9,60
Pesawaran Lampung
Grafik 3. 1
Laju Perkembangan Ekonomi Wilayah
(Sumber: Hasil Analisis, 2017)
Pada gambar diatas, menunjukan bahwa pada tahun 2015 perkembangan ekonomi
provinsi maupun di kabupatn pesawaran mengalami penurunan. Kabupaten
Pesawaran ditahun 2013 mengalami pertumbuhan ekonomi yang paling tinggi. Bila
melihat grafik perbandingan antara perekonomian Provinsi Lampung dengan
Kabupaten Pesawaran laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung
mempengaruhi laju pertumbuhan Kabupaten Pesawaran. Hal ini disebabkan hampir
semua sektor ekonomi mengalami perlambatan.
Keterangan:
LQ: Location Quotient
ps: PDRB sektor i, Kabupaten Pesawaran
pl: PDRB total, Kabupaten Pesawaran
Ps: PDRB sektor i, Provinsi Lampung
Pl: PDRB total, Provinsi Lampung
Tabel 3. 6
Jumlah PDRB Provinsi Lampung dan Kabupaten Pesawaran
Tahun 2016
Berdasarkan tabel diatas sektor pertanian menjadi sektor yang paling banyak
jumlah pdrbnya baik di kabupaten pesawaran dan provinsi lampung, untuk
melihat apa yang menjadi sektor basis baik di provinsi lampung dan kabupaten
pesawaran mengunakan analsisi LQ.
Tabel 3. 8
Tabel PDRB Perkapita Kabupaten di Provinsi Lampung
PDRB Perkapita
Kab/kota PDRB Kab/Kota
Jumlah Penduduk Kab/Kota
Lampung Lampung
Lampung
Lampung Barat 293.689 28.1113.138,7 957,2
Tanggamus 580.383 12.328.302,55 21,2
Lampung Selatan 982.885 34.903.655,18 35,5
Lampung Timur 1.018.424 32.781.113,80 32,2
Lampung Tengah 1.250.486 5.517.3071 44,1
Lampung Utara 609.304 18.757.987,00 30,8
Way Kanan 437.530 11.060.713,00 25,3
Tulang Bawang 435.125 17.992.071,46 41,3
Pesawaran 431.198 12.860.673,51 29,8
Pringsewu 390.486 8.895.358,18 22,8
Untuk tinjauan eksternal yang kedua kami melihat jumlah PDRB kabupatenyanga
berada di provinsi Lampung, jika dilihat dari tabel diatas jumlah PDRB tertinggi
terdapat di kabupaten lampung tengah dan untuk PDRB terendah berada di
Kabupaten Way Kanan, sedangkan untuk kabupaten pesawaran sendiri untuk PDRB
nya berada pada urutan nomor tujuh dari 15 Kabupaten yang berada di Provinsi
Lampung. Dan karena adanya keterbatasan, untuk Kabupaten Tulang Barat dan
Pesisir. PDRB perkapita kabupaten yang berada di provinsi Lampung, jika dilihat
dari tabel diatas jumlah PDRB perkapita tertinggi terdapat di kabupaten lampung
Barat dengan jumlah 957,2, dan untuk PDRB terendah berada di Kabupaten
tanggamus dengan jumlah 21,2, sedangkan untuk kabupaten pesawaran sendiri
untuk PDRB perkapita nya berada pada urutan 11 dari 15 Kabupaten yang berada di
Provinsi Lampung dengan jumlah 29,8.
Tabel 3. 10
Shift Share PDRB Kabupaten Pesawaran Tahun 2016
Proportioanal Difrential
Sektor
Share Shift
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan -38.490,9 77.485,6
Pertambangan dan Penggalian 377,5 -4.285,3
Industri Pengolahan -1.914,8 -1.210,3
Pengadaan Listrik dan Gas 1.030,4 -7.38,7
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur
-26,7 138,4
Ulang
Konstruksi 42.119,0 1.015,9
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan
35.984,6 -41.113,5
Sepeda Motor
Berdasarkan diatas hasil analsisi yang terbagi dalam 4 (empat) Kuadran, seperti
grafik berikut :
100000,0
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
Jasa Perusahaan
-20000,0
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib
Jasa Pendidikan
-40000,0
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
Jasa Lainnya
-60000,0
Grafik 3. 2
Kuadran Shift Share PDRB Kabupaten Pesawaran Tahun 2016
(Sumber: Hasil Analisis, 2017)
Berdasarkan hasil analisis shift share maka diketahui bahwa sembilan (9) sektor
ekonomi dapat dipetakan, sebagai berikut:
Tabel 3. 12
Analisis Tipologi Klassen PDRB Kabupaten di Provinsi Lampung
y1>y y1<y
R = Pertumbuhan PDRB
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa Kabupaten Pesawaran berada pada kuadaran
IV yang artinya Kabupaten Pesawaran merupakan wilayah relatif tertinggal, dimana
laju pertumbuhan PDRB perkapita kabupaten lebih kecil daripada PDRB perkapita
provinsi dan pertumbuhan PDRB kabupaten lebih kecil daripada pertumbuhan
PDRB provinsi.
C. Komoditas Perkebunan
Karet Kelapa
No Kabupaten / Kota Luas Panen Proporsi Produksi Proporsi Produkt Luas Panen Proporsi Produksi Proporsi Produkti
(Ha) (%) (Ton) (%) ivitas (Ha) (%) (Ton) (%) vitas
1 Lampung Barat 124 0,05 19 0,01 0,15 523 0,59 629 0,74 1,20
2 Tanggamus 1.646 0,67 1.127 0,83 0,68 13.797 15,44 14.839 17,42 1,08
3 Lampung Selatan 16.576 6,79 15.195 11,19 0,92 28.275 31,63 28.507 33,46 1,01
4 Lampung Timur 15.476 6,33 5.389 3,97 0,35 18.107 20,26 15.084 17,70 0,83
5 Lampung Tengah 11.469 4,69 4.956 3,65 0,43 6.912 7,73 6.429 7,55 0,93
6 Lampung Utara 37.143 15,20 17.658 13,01 0,48 852 0,95 790 0,93 0,93
7 Way Kanan 51.494 21,08 35.532 26,18 0,69 5.105 5,71 3.532 4,15 0,69
8 Tulang Bawang 32.777 13,42 13.639 10,05 0,42 703 0,79 602 0,71 0,86
9 Pesawaran 7.729 3,16 5.804 4,28 0,75 2.080 2,33 3.912 4,59 1,88
10 Pringsewu 1.097 0,45 201 0,15 0,18 4.043 4,52 2.702 3,17 0,67
11 Mesuji 27.853 11,40 6.478 4,77 0,23 1.271 1,42 69 0,08 0,05
12 Tulang Bawang Barat 40.192 16,45 29.619 21,82 0,74 314 0,35 159 0,19 0,51
13 Pesisir Barat 623 0,26 24 0,02 0,04 6.925 7,75 7.309 8,58 1,06
14 Bandar Lampung 90 0,04 98 0,07 1,09 405 0,45 585 0,69 1,44
15 Metro 6 0.00 3 0,00 0,50 72 0,08 59 0,07 0,82
Lampung 244.295 100 135.742 100 0,56 89.384 100 85.207 100 0,95
Sumber: Hasil Analisis, 2017
1 Lampung Barat 37 0.02 49 0.01 1.32 53611 33.23 57664 45.02 1.08
2 Tanggamus 30 0.01 37 0.01 1.23 43276 26.83 42667 33.31 0.99
3 Lampung Selatan 13765 5.80 40197 10.09 2.92 843 0.52 479 0.37 0.57
4 Lampung Timur 7515 3.17 8659 2.17 1.15 619 0.38 310 0.24 0.50
5 Lampung Tengah 33810 14.25 109725 27.53 3.25 522 0.32 288 0.22 0.55
6 Lampung Utara 14706 6.20 8772 2.20 0.60 25670 15.91 10365 8.09 0.40
7 Way Kanan 24775 10.44 27507 6.90 1.11 23163 14.36 9226 7.20 0.40
8 Tulang Bawang 44793 18.88 44793 11.24 1.00 79 0.05 42 0.03 0.53
9 Pesawaran 2065 0.87 2325 0.58 1.13 3749 2.32 1281 1.00 0.34
10 Pringsewu 1313 0.55 1566 0.39 1.19 2482 1.54 938 0.73 0.38
11 Mesuji 67611 28.49 128258 32.18 1.90 83 0.05 43 0.03 0.52
12 Tulang Bawang Barat 6541 2.76 6238 1.57 0.95 96 0.06 65 0.05 0.68
13 Pesisir Barat 20282 8.55 20282 5.09 1.00 6935 4.30 4474 3.49 0.65
14 Bandar Lampung 64 0.03 129 0.03 2.02 191 0.12 231 0.18 1.21
15 Metro 2 0.00 2 0.00 1.00 1 0.00 1 0.00 1.00
Lampung 237309 100 398539 100.00 1.68 161320 100 128074 100.00 0.79
Sumber: Hasil Analisis, 2017
Tertinggi 1
Tertinggi 2
Tertinggi 3
Tabel 3. 15
Produksi (ton) dan Proporsi (%) Komoditas Buah-Buahan di Provinsi
Lampung Tahun 2016
Keterangan:
Tertinggi 1
Tertinggi 2
Tertinggi 3
Tabel 3. 16
Luas Areal dan Produksi Kakao di Indonesia menurut Wilayah Tahun 2016
Produksi
No Wilayah Luas (Ha)
(Ton)
1 Sumatera 420.763 168.450
2 Jawa 82.714 36.126
4%
Sumatera
22% Jawa
Sulawesi
7%
Sumatera
24%
Jawa
Nusa Tenggara & Bali
5% Kalimantan
58% 4% Sulawesi
2% Maluku & Papua
Pada tingkat Sumatera melihat dari data produksi Kakao tahun 2016
menempatkan Provinsi Lampung pada urutan kedua dengan jumlah produksi
sebesar 38.902 ton pertahun. Peringkat pertama ditempati oleh Provinsi
Sumatera Barat dengan total produksi sebesar 62.623 ton pertahun di tahun
2016. Diliat dari luas areal lahan Kakao, Provinsi Lampung berada pada posisi
ketiga dengan luas 73.968 Ha setelah Aceh pada peringkat kedua dan Sumatera
Barat pada peringkat pertama.
Tabel 3. 17
Luas Areal dan Produksi Menurut Wilayah Sumatera Tahun 2016
Produksi
No Provinsi Luas (Ha)
(Ton)
1 Aceh 100.799 34.483
2 Sumarera Utara 59.460 19.380
3 Sumatera Barat 152.885 62.623
4 Riau 7.090 3.514
5 Kepualaun Riau 3 1
6 Jambi 2.238 521
7 Sumatera Selatan 11.093 3.485
8 Kep. Bangka Belitung 716 148
9 Bengkulu 12.510 5.392
10 Lampung 73.968 38.902
Sumatera 420.762 168.449
Sumber: Direktorat Jendral Perkebunan, 2017
37% Bengkulu
Lampung
Aceh
3%
18% Sumarera Utara
0% 24%
Sumatera Barat
3%
0% Riau
0% Kepualaun Riau
2% 14% Jambi
Sumatera Selatan
36% Kep. Bangka Belitung
Bengkulu
Lampung
Produksi
No Kabupaten Luas (Ha)
(Ton)
1 Lampung Barat 1.218 693
2 Tanggamus 17.600 9.770
3 Lampung Selatan 14.578 12.743
4 Lampung Timur 10.990 5.138
5 Lampung Tengah 5.210 2.975
6 Lampung Utara 843 218
7 Way Kanan 1.554 842
8 Tulang Bawang 204 119
9 Pesawaran 27.415 18.902
10 Pringsewu 5.060 3.269
11 Mesuji 167 70
12 Tulang Bawang Barat 64 27
13 Pesisir Barat 1.130 919
14 Bandar Lampung 555 530
15 Metro 81 57
Lampung 86.869 56.272
Sumber: Direktorat Jendral Perkebunan, 2017
0% 1% 1% 0% 1%
Lampung Barat
0%
Tanggamus
6% Lampung Selatan
20% Lampung Timur
Lampung Tengah
Lampung Utara
Way Kanan
32%
Tulang Bawang
Pesawaran
17%
Pringsewu
Mesuji
Tulang Bawang Barat
13% Pesisir Barat
0% 6%
Bandar Lampung
2% 1%
Metro
Grafik 3. 8
Persentase Luas Lahan Kakao di Provinsi Lampung Tahun 2016
(Sumber: BPS Provinsi Lampung, 2017)
B. Komoditas Kelapa
1. Komoditas Kelapa di Tingkat Nasional
Tabel 3. 19
Luas Areal dan Produksi Kelapa di Indonesia Menurut Wilayah Tahun 2016
Luas/Area Produksi
No Wilayah
(Ha) (Ton)
1 Sumatera 1.134.548 962.980
2 Jawa 800.548 609.917
3 Nusa Tenggara dan Bali 262.038 201.718
4 Kalimantan 202.207 141.430
5 Sulawesi 780.428 710.942
6 Maluku dan Papua 364.234 345.598
Indonesia 3.544.003 2.922.585
Sumber: Direktorat Jendral Perkebunan, 2017
Dilihat dari pesentase, Wilayah Sumatera menyumbang sebesar 31% dari total
produksi Kelapa Nasional, disusul oleh wilayah Sulawesi sebesar 24%, dan Jawa
sebesar 21%.
12%
Sumatera
31%
Jawa
Nusa Tenggara dan Bali
24%
Kalimantan
Sulawesi
Produksi
No Provinsi Luas/Area (Ha)
(Ton)
1 Aceh 102.553 62.219
2 Sumatera Utara 86.950 88.622
3 Sumatera Barat 87.528 79.617
4 Riau 514.774 406.304
5 Kepulauan Riau 34.515 10.961
6 Jambi 120.145 110.117
7 Sumatera Selatan 70.364 63.679
8 Kep. Bangka Belitung 10.496 55.065
9 Bengkulu 10.285 9.009
10 Lampung 96.937 77.387
Indonesia 1.134.547 962.980
Sumber: Direktorat Jendral Perkebunan, 2017
1% Aceh
8% 7% Sumatera Utara
6% 9%
Sumatera Barat
7% Riau
8%
Kepulauan Riau
11% Jambi
Sumatera Selatan
Produksi
No Kabupaten Luas (Ha)
(Ton)
1 Lampung Barat 523 629
2 Tanggamus 13.797 14.839
3 Lampung Selatan 28.275 28.507
4 Lampung Timur 18.107 15.084
5 Lampung Tengah 6.912 6.429
6 Lampung Utara 852 790
7 Way Kanan 5.105 3.532
8 Tulang Bawang 703 602
9 Pesawaran 2.080 3.912
10 Pringsewu 4.043 2.702
11 Mesuji 1.271 69
12 Tulang Bawang Barat 314 159
13 Pesisir Barat 6.925 7.309
0% 0% 1% Lampung Barat
1%
0%
3% 9% Tanggamus
5% 17%
Lampung Selatan
1%
4% Lampung Timur
1%
7% Lampung Tengah
Tulang Bawang
0%
0% 1% Lampung Barat
1% 0%
8% Tanggamus
2% 15%
5%
1% Lampung Selatan
6% Lampung Timur
1%
Lampung Tengah
8%
32% Lampung Utara
Tulang Bawang
Produksi
No Wilayah Luas (Ha)
(Ton)
1 Sumatera 779.576 436.552
2 Jawa 187.181 108.358
3 Nusa Tenggara 112.446 42.941
4 Kalimantan 21.829 6.843
5 Sulawesi 114.033 41.990
6 Maluku+Papua 13.447 2.621
Indonesia 1.228.512 63.9305
Sumber: Direktorat Jendral Perkebunan, 2017
0%
1%
7%
7%
Sumatera
Jawa
Tabel 3. 23
Luas Areal dan Produksi Kopi di Wilayah Sumatera
Tahun 2016
Produksi
No Provinsi Luas (Ha)
(Ton)
1 Aceh 121.060 47.378
2 Sumatera Utara 82.459 60.925
3 Sumatera Barat 42.970 34.087
4 Riau 4.551 2.839
5 Kepulauan Riau 53 0
6 Jambi 26.446 13.621
7 Sumatera Selatan 249.710 110.386
8 Kep. Bangka Belitung 26 6
Aceh
14% Riau
Kepulauan Riau
Jambi
8%
13% Sumatera Selatan
1%
Kep. Bangka Belitung
0%
0% 25% Bengkulu
3%
Lampung
Aceh
Sumatera Utara
15%
21% Sumatera Barat
Riau
11%
Kepulauan Riau
12% Jambi
5%
1% Sumatera Selatan
0% 0% Kep. Bangka Belitung
32% 3% Bengkulu
Lampung
Dengan produksi sebesar 128.074 ton pada tahun 2016 di Provinsi Lampung.
Kbuaten Pesawaran berada paada urutan keenam dengan produksi sebesar
1.281 ton. Kabupaten Pesawaran hanya menyumbang 1% dari total produksi
Kopi di Provinsi Lampung.
Tabel 3. 24
Luas Areal dan Produksi Kopi di Provinsi Lampung
menurut Kabupaten Tahun 2016
Produksi
No Kabupaten Luas (Ha)
(Ton)
1 Lampung Barat 53.611 57.664
2 Tanggamus 43.276 42.667
3 Lampung Selatan 843 479
4 Lampung Timur 619 310
5 Lampung Tengah 522 288
6 Lampung Utara 25.670 10.365
7 Way Kanan 23.163 9.226
8 Tulang Bawang 79 42
9 Pesawaran 3.749 1.281
10 Pringsewu 2.482 938
11 Mesuji 83 43
12 Tulang Bawang Barat 96 65
13 Pesisir Barat 6.935 4.474
14 Bandar Lampung 191 231
15 Metro 1 1
Lampung 161.320 128.074
Sumber: Direktorat Jendral Perkebunan, 2017
Grafik 3. 18
Persentase Produksi Kopi di Lampung Tahun 2016
(Sumber: BPS Provinsi Lampung, 2017)
0% 0% 0%
0% Lampung Barat
2%
2% Tanggamus
4%
0% Lampung Selatan
Lampung Timur
14% 33% Lampung Tengah
Lampung Utara
Way Kanan
Tulang Bawang
Pesawaran
16% Pringsewu
Mesuji
Tulang Bawang Barat
0% Pesisir Barat
27%
1% Bandar Lampung
1% Metro
Peran serta penduduk dalam pembangunan wilayah mempunyai ikatan yang cukup
kuat sesuai dengan tempat tinggalnya. Karekteristik sosial yang dimaksud disini
120000
100000
80000
60000
40000
20000
Grafik 3. 20
Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Kabupaten Pesawaran Tahun 2017
(Sumber: BPS Kabupaten Pesawaran, 2017)
Jumlah Penduduk
Kecamatan
2012 2013 2014 2015 2016
Punduh Pidada 12.721 12.926 13.317 13.390 13.460
Marga Punduh 12.837 13.042 13.438 13.512 13.583
Padang Cermin 90.503 92.951 95.958 27.405 27.863
Teluk Pandan - - - 35.692 36.291
Way Ratai - - - 34.505 35.082
Kedondong 323.999 33.002 33.452 33.707 33.952
Way Khlau 25.724 26.202 26560 26.762 26.957
Way Lima 29.495 29.949 30.404 30.582 30.750
Gedong Tataan 90.294 92.633 92.696 94.204 95.705
Negri Katon 62.626 63.869 64.099 64.707 65.298
Tegineneng 50.876 51.798 51.573 51.923 52.257
Jumlah 699.075 416.372 421.497 426.389 431.198
Sumber: BPS Kabupaten Pesawaran, 2013-2017
Tabel 3. 26
Kepadatan Penduduk berdasarkan Permukiman Kabupaten Pesawaran
Tahun 2016
Kepadatan
Luas/Area Penduduk
No. Kecamatan Penduduk
(km2) (Jiwa)
(jiwa/km2)
1 Punduh Pidada 113,19 13.460 118,92
2 Marga Punduh 111 13.583 122,37
3 Padang Cermin 127,34 27.863 218,81
4 Teluk Pandan 77,34 36.291 469,24
5 Way Ratai 112,95 35.082 310,60
6 Kedondong 67 33.952 506,75
7 Way Khlau 64,11 26.957 420,48
8 Way Lima 99,83 30.750 308,02
9 Gedong Tataan 97,06 95.705 986,04
10 Negri Katon 152,69 65.298 427,65
11 Tegineneng 151,26 52.257 345,48
Tabel 3. 27
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Kabupaten Pesawaran Tahun 2016
Tabel 3. 28
Komposisi Penduduk berdasarkan Usia Angkatan Kerja Tahun 2016
0-4
5-9
10 - 14
15 - 19
20 - 24
25 - 29
30 - 34
35 - 39 Perempuan
40 - 44
Laki-Laki
45 - 49
50 - 54
55 - 59
60 - 64
65 - 69
70 - 74
> 75
3000 2000 1000 0 1000 2000 3000
Jumlah penduduk yang sedang mencari kerja apabila dilihat dari tingkat
pendidikannya dapat diklasifikasikan menjadi 10 golongan yaitu tidak/belum
sekolah, tamatan SD, SMP, SMA, D-I/III, sarjana muda, S1, S2, dan S3. Pencari kerja di
Kabupaten Pesawaran berdasarkan tamatan pendidikannya di tahun 2016
menunjukkan bahwa tamatan SD lebih banyak dibandingkan tamatan pendidikan
lainnya, yaitu 29 % dari jumlah pencari kerja keseluruhan. Dengan banyaknya
lulusan SD tersebut dapat menjadi potensi tetapi juga dapat menjadi kelemahan bagi
kegiatan agropolitan, terutama untuk tenaga kerjanya. Hal ini dikarenakan lulusan
SD menjadi lulusan yang belum bisa dikatakan baik karena Indonesia sendiri
mewajibkan wajib belajar 12 tahum apabila masih terdapat banyak lulusan SD
berarti belum memenuhi kebutuhan dasar wajib belajar 12 tahun.
Tabel 3. 30
Pencari Kerja Menurut Tingkat Pendidikan Kabupaten Pesawaran Tahun
2015 - 2017
Masyarakat Kabupaten Pesawaran mempunyai ciri khas dalam hal social budaya
tersendiri yang membedakannya dengan yang lain.Untuk lebih jelasnya tentang ciri
khas apa saja yang paling menonjol, berikut ini merupakan ciri khas warga
masyarakat Kabupaten Pesawaran. Masyarakat Kabupaten Pesawaran terbiasa
hidup bergotong-royong dalam berbagai aktivitas. Saling bahu membahu dalam
berbagai kegiatan termasuk aktivitas sosial merupakan hal biasa yang terlihat.
Dalam setiap acara sosial, warga masyarakat Kabupaten Pesawaran tidak perlu
diundang. Saat mereka melihat atau mendengar tetangga mereka akan punya hajat,
maka para tetangga tanpa di komando akan langsung berdatangan atau biasa
disebut rewangan. Mereka saling membantu tanpa pamrih.
Kabupaten Pesawaran juga memiliki falsafah hidup masyarakat lampung yaitu Piil
Puseghiri yang masih kental dijaga dan dilesarikan oleh masyarakat Kabupaten
Pesawaran.
3.2.4 Infrastruktur
Tabel 3. 31
Dinamika Pembangunan Infrastruktur
Indikasi dampak
Dinamika terhadap
No. Keterangan
Pembangunan Kabupaten
Pesawaran
1. Pembangunan Tol Pembangunan jalan tol - Berdampak pada
Trans-Sumatera Terbanggi Besar – struktur ruang
Tegineneng merupakan wilayah, terutama
program program sistem
pengembangan jalan transportasi
nasional untuk menunjang darat.
jalur Lintas Timur dan - Meningkatkan
Tengah Pulau Sumatera. hasil guna dan
Lokasi Tegineneng daya guna
merupakan ujung tol (pintu pelayanan
keluar) dari rencana distribusi barang
pembangunan Jalan Tol dan jasa guna
Bakauheuni – Tegineneng. menunjang
peningkatan
pertumbuhan
ekonomi.
2. Rencana Pembangunan Jaringan jalan kolektor - Berdampak pada
Jaringan Jalan Kolektor primer lintas barat meliputi: struktur ruang
Primer Lintas Barat Jl. Imam Bonjol – Bts. Bandar wilayah, terutama
Lampung – Gedong Tataan – sistem
Rantau Tijang – Kota Agung – transportasi
Wonosobo – Sanggi – darat.
Bengkunat- Biha – Krui – Sp. - Meningkatkan
Gn. Kemala – Pugung hasil guna dan
Tampak – Batas Bengkulu. daya guna
pelayanan
distribusi
barang dan jasa
guna menunjang
Tabel 3. 32
Jumlah Pegawai Negeri Sipil Daerah Menurut Kab/Kota Tahun 2015
Kabupaten/Kota Jumlah
Lampung Barat 4.408
Tanggamus 6.716
Lampung Selatan 9.366
Lampung Timur 10.197
Lampung Tengah 13.580
Lampung Utara 10.055
Way Kanan 5.897
Tulang Bawang 4.752
Pesawaran 5.296
Pringsewu 5.795
Mesuji 2.524
Dari tabel diatas Kabupaten Pesawaran berada pada urutan ke Sembilan dengan
jumlah 5.296 pegawai. Untuk lebih jelasnya urutan jumlah PNS dari yang tertinggi
sampai yang terendah dapat dilihat dari grafik dibawah ini.
16000
14000
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0
Grafik 3. 21
Jumlah Pegawai Negeri Sipil Daerah Menurut Kab/Kota Tahun 2015
(Sumber: Hasil Analisis, 2017)
Perbandingan nilai Pendapatan Asli Daerah (PAD) dilihat dari tahun 2016 adalah
sebagai berikut.
Tabel 3. 33
Nilai PAD Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2016
Dari tabel diatas Kabupaten Pesawaran berada pada urutan ke Delapan dengan nilai
PAD sebesar Rp 41.956.848.582,-. Untuk lebih jelasnya urutan nilai PAD dari yang
tertinggi sampai yang terendah dapat dilihat dari grafik dibawah ini.
Rp200.000.000.000
Rp180.000.000.000
Rp160.000.000.000
Rp140.000.000.000
Rp120.000.000.000
Rp100.000.000.000
Rp80.000.000.000
Rp60.000.000.000
Rp40.000.000.000
Rp20.000.000.000
Rp-
Grafik 0.1
Nilai PAD Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2016
(Sumber: Hasil Analisis, 2017)
Tabel 4. 1
Luas Wilayah di Kabupaten Pesawaran
Selain itu, Kabupaten Pesawaran terdiri atas 37 pulau dengan jumlah luasan
keseluruhan pulau 3.721 Ha dan memiliki garis pantai sepanjang ±120 kilometer.
Tiga pulau yang terbesar adalah Pulau Legundi, Pulau Pahawang, dan Pulau
Kelagian. Kabupaten Pesawaran juga mempunyai beberapa gunung, yang tertinggi
adalah Gunung Pesawaran dan Gunung Ratai di Kecamatan Padang Cermin, dengan
ketinggian 1.681 m. Nama dan luas pulau di Kabupaten Pesawaran dalam tabel di
bawah ini.
A. Topografi
- rentang ketinggian 0-10 meter di atas permukaan laut memiliki luas 1.236
hektar dan berada di wilayah pesisir Kabupaten Pesawaran
- rentang ketinggian 10-1000 meter di atas permukaan laut memiliki luas
wilayah yang dominan yaitu 11.4283 hektar dan tersebar hampir di seluruh
kecamatan di Kabupaten Pesawaran
Kabupaten Pesawaran memiliki kelas lereng yang beragam yaitu terdiri atas empat
(4) kelas antara lain datar, landai, curam dan sangat curam. Klasifikasi kelerengan
tanah di Kabupaten Pesawaran adalah sebagai berikut.
Kelerengan 0-8% meliputi 1.678 hektar atau 1,43% dari luas Kabupaten
Pesawaran. Kondisi wilayah dengan nilai kelerengan ini termasuk dalam
kategori datar sehingga bisa wilayah yang potensial untuk dikembangkan
pertanian tanaman semusim.
Kelerengan 8%-15% meliputi 33.400 hektar atau 28,45% dari luas Kabupaten
Pesawaran. Kelerengan ini termasuk dalam kategori landai. Pada wilayah yang
ini dapat dikembangkan untuk usaha pertanian maupun pengembangan
konstruksi atau permukiman.
Kelerengan 16%-40% meliputi 74.874 hektar atau 63,78% dari luas Kabupaten
Pesawaran. Dengan nilai kelerengan yang cukup tinggi, wilayah ini masuk
dalam kategori agak curam hingga curam. Pada wilayah ini baik untuk
pertanian tanaman keras atau tahunan karena daerah tersebut mudah terkena
erosi dan kapasitas penahan air yang rendah. Disisi lain, karena rentannya
kondisi tanah maka wilayah dengan lahan ini tidak cocok untuk konstruksi atau
permukiman.
Kelerengan > 40% meliputi 22.746 hektar atau 19,37% dari luas Kabupaten
Pesawaran. Pada wilayah ini masuk dalam kategori sangat curam sehingga
pemanfaatan lahan terbatas pada lahan konservasi karena memiliki kepekaan
tinggi terhadap erosi. Selain itu, lahan ini memiliki run off yang tinggi serta
kapasitas penahan air yang rendah. Oleh karena itu, lahan ini tidak cocok untuk
konstruksi atau permukiman sehingga harus dijadikan daerah berupa hutan
yang berfungsi sebagai pelindung hidrologis serta menjaga keseimbangan
ekosistem dan lingkungan.
Formasi Qhy (Batuan Gunung Api Kuarter Muda) merupakan formasi terluas dan
mendominasi di berbagai wilayah seperi Kecamatan Gedongtatan, Kecamatan Way
Lima. Untuk di wilayah Kecamatan Padang Cermin, formasi ini terutama terdapat di
bagian tengah, utara, dan sebagian timur. Selain itu, formasi Tov/Qvt (Batuan
Gunung Api Kuarter Tua) mendominasi di wilayah Kecamatan Punduh Pidada.
Sedangkan formasi Qt (Endapan Fluvial), formasi ini terdapat di bagian timur
wilayah Kecamatan Padang Cermin dan di bagian timur wilayah Kecamatan Punduh
Pidada. Formasi Qhy, formasi Tov/Qvt, dan formasi Qt secara umum memiliki
karateristik yang sama karena berasal dari endapan gunung api yang berada di
Kabupaten Pesawaran. Formasi tersebut terdiri atas batuan pembentuknya yang
berupa lava (andesit-basalt), breksi dan tuff. Batuan lava, breksi dan tuff yang telah
mengalami pelapukan berpotensi menjadi lahan subur untuk dikembangkan lahan
pertanian dan perkebunan. Jenis Geologi Kabupaten Pesawaran dijelaskan pada
Gambar 4.4.
D. Jenis Tanah
Terdapat 3 (tiga) jenis tanah yang ada di Indonesia diantaranya yaitu tanah andosol,
tanah aluvial, dan tanah laterit. Andosol merupakan jenis tanah yang berasal dari
material erupsi gunung berapi, penyebarannya terkonsentrasi di dataran tinggi
mulai dari ketinggian 600 meter hingga 2000 meter dpl, namun ada juga tanah
andosol yang terletak pada dataran rendah di beberapa wilayah dengan ketinggian
hingga 500 meter. Karena bersifat subur, tanah ini banyak dimanfaatkan untuk
LAPORAN FAKTA DAN ANALISIS | BAB IV 126
FAKTA DAN ANALISIS KONDISI INTERNAL
KABUPATEN PESAWARAN
budidaya pertanian. Tanah ini cocok untuk ditanami tanaman perkebunan seperti
kopi, kina, kayu manis, pala, teh, dan buah-buahan berbatang keras.
Tanah Aluvial merupakan tanah endapan, dibentuk dari lumpur dan pasir halus
yang mengalami erosi tanah. Banyak terdapat di dataran rendah, di sekitar muara
sungai, rawa-rawa, lembah-lembah, maupun di kanan kiri aliran sungai besar. Tanah
ini banyak mengandung pasir dan liat, tidak banyak mengandung unsur-unsur zat
hara. Ciri-cirinya berwarna kelabu dengan struktur yang sedikit lepas-lepas dan
peka terhadap erosi. Kadar kesuburannya sedang hingga tinggi tergantung bagian
induk dan iklim. Di Indonesia tanah alluvial ini merupakan tanah yang baik dan
dimanfaatkan untuk tanaman pangan (sawah dan palawija) musiman hingga
tahunan
Tanah laterit dikenal juga sebagai tanah merah. Tanah laterit atau tanah merah
merupakan tanah yang mempunyai warna merah hingga warna kecoklatan yang
terbentuk pada lingkungan yang lembab, dingin, dan mungkin juga genangan-
genangan air. Tanah laterit bukanlah termasuk ke dalam golongan tanah yang subur.
Tanah laterit tidak banyak digunakan sebagai lahan pertanian maupun perkebunan.
Namun keberadaan tanah ini bukan berarti tidak bisa ditumbuhi oleh jenis tumbuh-
tumbuhan apapun. Adapun jenis tanaman yang dapat di tanam dalam tanah merah
atau tanah laterit ini adalah tumbuh- tumbuhan palawija, jagung, kelapa sawit,
cengkeh, cokelat dan kopi.
Tabel 4. 4
Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan di Kabupaten Pesawaran
F. Hidrologi
Terdapat 3 macam DAS yang berada di Kabupaten Pesawaran yaitu DAS Way
Sekampung, DAS Way Sekampung DS, dan DAS Way Seputih. Pada Tabel 3.2 dapat
diketahui bahwa DAS (Daerah Aliran Sungai) terluas di Kabupaten Pesawaran
adalah DAS Way Sekampung dengan daerah aliran seluas 55.057,88 ha. DAS Way
Sekampung tersebar hampir di seluruh wilayah kecamatan di Kabupaten
Pesawaran, dimana Luas DAS Way Sekampung terluas berada di Kecamatan Padang
Cermin, Kecamatan Tegi Neneng, dan Kecamatan Punduh Pidada.
Selain memiliki DAS, Kabupaten Pesawaran memiliki 2 macam CAT (Cekungan Air
Tanah), yaitu CAT Bandarlampung dan CAT Metro-Kota Bumi. CAT Bandarlampung
hanya terdapat di Kecamatan Padang Cermin, Kecamatan Way Lima, Kecamatan
Gedong Tataan, dan Kecamatan Punduh Pidada. Sementara CAT Metro-Kotabumi
terdapat hampir diseluruh wilayah Kabupaten Pesawaran.
Tabel 4. 5
Daerah Aliran Sungai di Kabupaten Pesawaran
Tabel 4. 6
Nama Sungai, Daerah Aliran, dan Debit di Kabupaten Pesawaran
Daerah
Debit
Kecamatan Sungai/Anak Sungai Aliran
(m3/detik)
(Km2)
Way Bawang, Way Punduh, Wang
Punduh Pidada 1.083 2,02
Sanggi, Way Pidada, Way Batu Raja
Way Ratai, Way Campang, Way Sabu,
Padang Cermin 1.669 2,35
Way Selapan, Way Sukajaya, Way
Bencana alam merupakan salah satu hal yang harus diperhitungkan dalam
mengembangkan agropolitan karena dapat mempengaruhi keberlangsungan sektor-
sektor yang ada seperti sektor perekonomian dan sektor pertanian dan perkebunan
serta dapat merusak infrastruktur, sarana-prasarana dan mematikan aktifitas
warga. Jenis bencana yang ada di Kabupaten Pesawaran bermacam-macam yaitu
seperti bencana gempa bumi, gerakan tanah, dan tsunami untuk wilayah yang
berada di pesisir.
Wilayah yang kedua merupakan wilayah daratan yang meliputi Kecamatan Gedong
Tataan, Tegi Neneng, Kecamatan Negeri Katon, dan Kecamatan Kedondong,
kecamatan ini merupakan wilayah yang tidak mempunyai pesisir pantai yang
berarti tidak berpotensi adanya bencana tsunami. Walaupun wilayah ini tidak
berpotensi tsunami akan tetapi dapat terkena dampak kerusakan yang disebabkan
karena terjadinya bencana tsunami tersebut. Total luas wilayah daratan yang
berpotensi adanya bencana gerakan tanah dan gempa bumi yaitu sebesar 125.835
ha.
Dengan ini dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Pesawaran adalah wilayah yang
rentan akan terkenanya bencana alam, kegiatan agropolitan yang berlokasi di
wilayah daratan tidak akan terkena dampak dari bencana tsunami. Namun, wilayah
ini dapat terkena bencana alam lain seperti gerakan tanah dan gempa bumi. Lokasi
pertanian dan perkebunan yang berada di kelerengan harus diperhitungkan untuk
mewaspadai terjadinya bencana alam yang dapat menghancurkan lahan pertanian
dan perkebunan.
A. Kawasan Permukiman
Tabel 4. 7
Luas Lahan Permukiman Per Kecamatan di Kabupaten Pesawaran
B. Kawasan Pertanian
C. Kawasan Perkebunan
Kawasan hutan di Kabupaten Pesawaran terbagi atas tiga jenis hutan yaitu hutan
lindung, hutan produksi dan taman hutan raya. Pengelolaan hutan lindung
Kabupaten Pesawaran berada pada wewenang Kesatuan Pengelolaan Hutan
Lindung (KPH) model Pesawaran Kabupaten Pesawaran sedangkan wewenang
taman hutan raya, Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman, berada pada Dinas
Kehutanan Provinsi Lampung. Luas areal kawasan Taman Hutan Raya Wan Abdul
Rachman sekitar 22.000 hektar dan 80% arealnya berada di Kabupaten Pesawaran.
Peta KPHL Pesawaran dijelaskan pada Gambar 4.9.
Tabel 4. 8
Status (Fungsi), Letak, dan Luas KPHL Pesawaran
Letak Administasi
Areal Luas (Ha)
Administrasi Kehutanan
Kecamatan
Register 20
Padang Cermin
Hutan lindung Pematang 7.043,59
dan Punduh
Kubuato
Pidada
Kecamatan Register 21
Hutan lindung 2.504,9
Kedondong Perintian Batu
Kecamatan
Register 18 Titi
Hutan produksi Tegineneng dan 1.350,07
Bungur
Negeri Katon
Jumlah 10.903,56
Sumber: Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Pesawaran, 2015
Salah satu upaya untuk memperoleh gambaran tentang kondisi dan kemampuan
lahan pengembangan di kawasan perencanaan perlu dilakukan kajian terhadap
kondisi fisik dasar kawasan perencanaan. Kajian yang dilakukan berupa analisis
daya dukung lahan yang digunakan untuk mengetahui kemampuan lahan di wilayah
perencanaan dan menentukan penggunaan tanah sehingga dapat dicapai
produtivitas yang optimal. Kemampuan lahan memperhatikan beberapa faktor-
faktor fisik seperti kelerengan lahan, penggunaan lahan, hidrologi, dan geologi.
Tabel 4. 9
Analisis SKL Kestabilan Lereng di Kabupaten Pesawaran
Penilaian SKL ketersediaan air dilakukan untuk mengetahui tingkat ketersediaan air
dan kemampuan penyediaan air pada masing-masing tingkatan sebagai acuan dalam
pengembangan wilayah.
Tabel 4. 10
Analisis SKL Ketersediaan Air di Kabupaten Pesawaran
Analisis SKL ketersediaan air berdasarkan tabel di atas diperoleh hasil bahwa
Kabupaten Pesawaran memiliki ketersediaan air rendah. Hal tersebut menunjukkan
bahwa perlu adanya pertimbangan dalam penyediaan untuk pemenuhan kebutuhan
air baik air bersih untuk penduduk maupun pengairan untuk irigasi pertanian. Peta
SKL ketersediaan air adalah seperti Gambar 4.11.
Pada penilaian SKL terhadap bencana alam ini bertujuan untuk mengetahui tingkat
kemampuan lahan dalam menerima bencana alam khususnya dari sisi geologi,
untuk menghindari/mengurangi kerugian dari korban akibat bencana tersebut.
Tabel 4. 11
Analisis SKL Terhadap Bencana Alam di Kabupaten Pesawaran
Dari total nilai, terbentuk beberapa kelas yang memperhatikan nilai minimum dan
maksimum total nilai. Dari olahan data diperoleh nilai minimun adalah 30
sedangkan nilai maksimum adalah 55 sehingga diperoleh pengkelasan dari total
nilai dan klasifikasi pengembangan adalah sebagai berikut.
Tabel 4. 12
Kelas Kemampuan Lahan dan Klasifikasi Pengembangan di Kabupaten
Pesawaran
Kelas Kemampuan
Total Nilai Klasifikasi Pengembangan
Lahan
30 Kelas a Kemampuan Pengembangan Sangat Rendah
31 – 35 Kelas b Kemampuan Pengembangan Rendah
36 – 40 Kelas c Kemampuan Pengembangan Sedang
Berdasarkan tabel di atas dan hasil Analisis kemampuan lahan, didapatkan bahwa
tiga kelas kemampuan lahan yaitu kelas a, kelas b, dan kelas c, namun kelas
kemampuan lahan yang mendominasi adalah kelas c dengan kemampuan
pengembangan lahan sedang. Klasifikasi kemampuan lahan yang dihasilkan
berdasarkan kondisi fisik di Kabupaten Pesawaran sehingga Kabupaten Pesawaran
berpotensi untuk pengembangan wilayah sesuai fungsi kawasan yaitu kegiatan
pertanian, perkebunan, dan hutan. Peta kemampuan lahan dijelaskan pada Gambar
4.14.
Tabel 4. 14
Penilaian Kesesuaian Lahan Pertanian di Kabupaten Pesawaran
Tabel 4. 15
Perkiraan Daya Tampung Wilayah Kabupaten Pesawaran
Kebutuhan Lahan
Jumlah Penduduk Luas Peruntukan (Ha)
Permukiman (Ha)
2017 2037 2017 2037
13.626 17.253 27,25 34,51
13.751 17.411 27,50 34,82
28.207 35.715 8.472 56,41 71,43
36.739 46.518 73,48 93,04
35.515 44.968 71,03 89,94
A. Komoditas Perkebunan
No Kecamatan Luas Propo Produ Prop Prod Luas Propo Prop Prod Luas Prop Produ Prop Prod
Produk
Panen rsi ksi orsi uktiv Panen rsi orsi uktiv Panen orsi ksi orsi uktiv
si (Ton)
(Ha) (%) (Ton) (%) itas (Ha) (%) (%) itas (Ha) (%) (Ton) (%) itas
1 Punduh Pidada 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 214,28 10,30 114,00 3,56 0,53 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
2 Marga Punduh … … … … 0,00 245,56 11,80 54,91 1,71 0,22 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
3 Padang Cermin … … … … 0,00 239,17 11,49 239,50 7,47 1,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
4 Teluk Pandan … … … … 0,00 140,39 6,75 89,55 2,79 0,64 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
5 Way Ratai 86,23 2,60 12,70 1,34 0,15 187,03 8,99 125,37 3,91 0,67 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
6 Kedondong 461,43 13,91 72,19 7,62 0,16 85,80 4,12 24,35 0,76 0,28 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
7 Way Khilau 233,75 7,04 82,75 8,73 0,35 49,56 2,38 19,69 0,61 0,40 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
8 Way Lima 472,00 14,22 80,50 8,49 0,17 351,84 16,91 1241,19 38,73 3,53 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
9 Gedong Tataan 440,66 13,28 245,36 25,89 0,56 65,88 3,17 74,52 2,33 1,13 32,80 3,01 100,13 3,77 3,05
1.286.
10 Negeri Katon 937,93 28,27 417,32 44,04 0,44 230,75 11,09 947,42 29,56 4,11 697,14 63,96 48.42 1,85
36
1.270.
11 Tegineneng 686,16 20,68 36,88 3,89 0,05 270,80 13,01 274,16 8,56 1,01 359,96 33,03 47.81 3,53
32
3.318,1 100,0 100, 2.081,0 100,0 3.204,6 100, 1.089, 100, 2.656. 100.
Pesawaran 947,70 0,29 1,54 2,44
6 0 00 6 0 6 00 90 00 81 00
Sumber: Hasil Analisis, 2017
Kecamatan Luas Propo Produ Prop Prod Luas Prop Produ Prop Prod Luas Prop Produ Prop Prod
No Panen rsi ksi orsi uktiv Panen orsi ksi orsi uktiv Panen orsi ksi orsi uktivi
(Ha) (%) (Ton) (%) itas (Ha) (%) (Ton) (%) itas (Ha) (%) (Ton) (%) tas
2.438,2 1.300,1
1 Punduh Pidada 852,52 22,92 155,04 11,21 0,18 … … … … … 8,91 6,24 0,53
7 3
2 Marga Punduh 155,50 4,18 6,50 0,47 0,04 … … … … … 1.807,5 6,60 974,61 4,68 0,54
Kecamatan Luas Propo Produ Prop Prod Luas Prop Produ Prop Prod Luas Prop Produ Prop Prod
No Panen rsi ksi orsi uktiv Panen orsi ksi orsi uktiv Panen orsi ksi orsi uktivi
(Ha) (%) (Ton) (%) itas (Ha) (%) (Ton) (%) itas (Ha) (%) (Ton) (%) tas
9
4.218,3 4.282,4
3 Padang Cermin 466,46 12,54 183,40 13,26 0,39 15,50 8,78 11,27 11,06 0,73 15,41 20,56 1,02
0 2
1.022,3
4 Teluk Pandan 373,03 10,03 123,83 8,95 0,33 22,44 12,71 4,95 4,86 0,22 3,73 798,91 3,84 0,78
8
4.125,7 3.311,5
5 Way Ratai 426,31 11,46 140,07 10,13 0,33 56,92 32,25 49,70 48,76 0,87 15,07 15,90 0,80
0 4
3.282,8 2.842,3
6 Kedondong 390,12 10,49 146,08 10,56 0,37 25,96 14,71 25,83 25,34 0,99 11,99 13,65 0,87
7 4
2.068,4 1.570,0
7 Way Khilau 428,74 11,53 215,80 15,60 0,50 7,18 4,07 3,12 3,06 0,43 7,56 7,54 0,76
3 6
2.582,9 1.765,8
8 Way Lima 293,56 7,89 42,54 3,08 0,14 48,13 27,27 7,00 6,87 0,15 9,44 8,48 0,68
7 9
2.571,3 2.405,2
9 Gedong Tataan 102,07 2,74 138,28 10,00 1,35 0,36 0,20 0,05 0,05 0,14 9,39 11,55 0,94
6 3
1263,5
10 Negeri Katon … … 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 4,62 686,01 3,29 0,54
6
1992,0
11 Tegineneng 231,77 6,23 231,77 16,75 1,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 7,28 890,58 4,28 0,45
6
3.720, 1.383, 100, 100, 100, 27.373 100, 20.827 100,
Pesawaran 100,00 0,37 176,49 101,92 0,58 0,76
08 31 00 00 00 ,49 00 ,72 00
Sumber: Hasil Analisis, 2017
Keterangan:
Tertinggi 1
Tertinggi 2
Tertinggi 3
LAPORAN FAKTA DAN ANALISIS | BAB IV 159
FAKTA DAN ANALISIS KONDISI INTERNAL
KABUPATEN PESAWARAN
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pada komoditas perkebunan
karet, luas panen (Ha) tertinggi pertama berada di Kecamatan Negeri Katon
dan tertinggi ke dua adalah Kecamatan Tegineneng dan tertinggi ke tiga
adalah Kecamatan Way Lima, sedangkan Kecamatan Gedong Tataan berada
pada urutan ke lima dengan luas panen sebesar 440,66 Ha. Untuk total
produksi (ton) komoditas perkebunan karet, tertinggi pertama berada di
Kecamatan Negeri Katon, disusul dengan Kecamatan Gedong Tataan sebesar
417,32 ton dan tertinggi ketiga adalah Kecamatan Way Khilau. Sedangkan
untuk peringkat produktivitas karet Kecamatan Gedong Tataan menduduki
peringkat pertama dengan nilai produktivitas 0,56.
Pada komoditas perkebunan kelapa, luas panen (ha) tertinggi pertama berada
di Kecamatan Way Lima dan Kecamatan Gedong Tataan berada di peringkat
ke sepuluh sebesar 65,88 ha , untuk produksi (ton) kelapa tertinggi juga
berada di Kecamatan Way Lima dan Kecamatan Gedong Tataan berada di
peringkat delapan. Sedangkan untuk peringkat produktivitas kelapa
Kecamatan Gedong Tataan berada pada peringkat 3.
Pada komoditas perkebunan kelapa sawit, luas panen (ha) dan produksi (ton)
di Kecamatan Gedong Tataan berada pada peringkat ke 3. Sedangkan untuk
nilai produktivitas kelapa sawit di Kecamatan Gedong Tataan menduduki
peringkat ke dua dengan nilai produktivitas 3,05. Pada komoditas kopi, luas
panen (Ha) dan produksi (ton) kopi di Kecamatan Gedong Tataan berada di
peringkat ke sepuluh. Sedangkan nilai produktivitas kopi berada di peringkat
pertama.
Pada komoditas lada, luas panen (Ha) dan produksi (ton) lada di Kecamatan
Gedong Tataan berada di peringkat ke tujuh. Untuk nilai produktivitas lada
juga berada di peringkat ketujuh. Pada komoditas perkebunan kakao, luas
panen (Ha) kakao di Kecamatan Gedong Tataan berada di peringkat kelima
dan produksi (ton) kakao Kecamatan Gedong Tataan berada di peringkat ke
empat. Sedangkan untuk nilai produktivitas kakao, Kecamatan Gedong Tataan
berada di peringkat pertama dengan nilai 0,94.
Tabel 4. 17
Luas Panen (Ha) dan Proporsi (%) Komoditas Tanaman Pangan di Kabupaten
Pesawaran menurut Kecamatan Taahun 2016
Keterangan:
Tertinggi 1
Tertinggi 2
Tertinggi 3
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa luas panen (ha) komoditas
tanaman pangan padi sawah tertinggi berada di Kecamatan Negeri Katon
sedangkan Kecamatan Gedong Tataan berada pada peringkat ke enam di
Kabupaten Pesawaran dengan luas panen sebesar 4.468 ha dan proporsi
berada di peringkat ke enam juga dengan nilai 11,76 %. Pada tanaman pangan
padi ladang dan ubi kayu, Kecamatan Gedong Tataan tidak memproduksi.
Pada tanaman jagung, luas panen (ha) dan nilai proporsi (%) Kecamatan
Gedong Tataan berada pada peringkat ke tiga di Kabupaten Pesawaran. Pada
tanaman kacang tanah dan ubi jalar, luas panen (ha) dan nilai proporsi (%)
Tabel 4. 18
Produksi (Ton) dan Proporsi (%) Komoditas Tanaman Buah-Buahan di
Kabupaten Pesawaran Tahun 2016
Keterangan:
Tertinggi 1
Tertinggi 2
Tertinggi 3
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa kecamatan yang memiliki komoditas
buah-buahan mangga yang memiliki nilai produksi tertinggi pertama adalah
Kecamatan Way Khilau, produksi tertinggi kedua adalah Kecamatan Way Lima, dan
Kecamatan Gedong Tataan memiliki nilai produksi tertinggi ke tiga di Kabupaten
Pesawaran. Pada buah-buahan durian, jeruk dan nanas Kecamatan Gedong Tataan
tidak memproduksi dan Kecamatan yang memproduksi durian tertinggi pertama
adalah Kecamatan Punduh Pidada, diikuti oleh Kecamatan Teluk Pandan, dan
Kecamatan Padang Cermin. Kecamatan yang memproduksi jeruk tertinggi adalah
Kecamatan Way Lima, diikuti oleh Kecamatan Way Ratai dan Kecamatan Way
Khilau. Kecamatan yang memproduksi nanas tertinggi pertama adalah Kecamatan
Way Ratai, tertinggi kedua adalah Kecamatan Teluk Pandan, dan tertinggi ketiga
adalah Kecamatan Negeri Katon. Pada buah-buahan pisang, kecamatan yang
memproduksi tertinggi adalah Kecamatan Way Lima, diikuti oleh Kecamatan Way
Khilau dan Kecamatan Kedondong. Pada buah-buahan papaya, kecamatan yang
memproduksi papaya tertinggi pertama adalah Kecamatan Teluk Pandan, tertinggi
kedua adalah Kecamatan Gedong Tataan, dan tertinggi ketiga adalah Kecamatan
Tegineneng.
Keunggulan komparatif suatu komoditi bagi suatu negara atau daerah adalah bahwa
komoditinya itu lebih unggul secara relatif dengan komiditu lainya di
daerahnya.pengertian unggul dalam hal ini adalah dalam bentuk perbandingan dan
bukan dalam bentuk nilai tambah riel. Apabila keuggulan itu adalah dalam bentuk
nilai tambah riel maka dinamakan keunggulan absolut.komoditi yang memiliki
keunggulan walau hanya dalam bentuk perbandingan, lebih menguntungkan untuk
dikembangkan dibandingkan dengan komoditi lainya yang sama-sama diproduksi
oleh kedua negara atau daerah.
Tabel 4. 19
Perhitung LQ Komoditas Pertanian di Kabupaten Pesawaran Menurut
Kecamatan
Perhitungan LQ
Nama
No. Kecamatan Padi Padi Ubi Ubi Kacang Kacang Kacang
Jagung
Sawah Ladang Kayu Jalar Tanah Kedelai Hijau
Punduh
1 1,14 6,45 0,13 0,17 0,00 0,00 0,00 0,00
Pidada
Marga
2 1,09 7,48 0,15 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Punduh
Padang
3 1,46 1,28 0,22 0,07 1,04 3,04 8,25 1,73
Cermin
Teluk
4 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Pandan
5 Way Ratai 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
6 Kedondong 1,47 1,57 0,06 0,37 2,20 2,54 0,00 0,00
7 Way Khilau 1,55 1,01 0,01 0,27 1,61 1,39 0,00 0,00
8 Way Lima 1,48 2,15 0,03 0,14 1,42 1,51 1,91 0,00
Gedung
9 1,35 0,00 0,64 0,11 4,35 0,00 0,00 5,01
Tataan
Negeri
10 0,82 0,00 1,85 0,08 0,00 0,00 0,00 0,00
Katon
11 Tegineneng 0,46 0,00 1,81 2,73 0,29 0,83 0,00 1,13
Sumber: Tim Peneliti, 2017
Tabel 4. 20
Persebran Komoditas Pertanian di Kabupaten Pesawaran
Tabel 4. 21
Perhitunga LQ komoditas Hortikultura di Kabupaten Pesawaran
Dalam perhitungan LQ komoditas hortikultura terdapat banyak nilai yang lebih >1
bahkan sampai 442,55 ini disebabkan nilai pembagian dari produksi kecematan
kecil, untuk itu hasil dari LQ ini sbnernya tidak hanya melihat nilai nya tapi hasil
produksi tiap-tiap komoditasnya.hasil dari ini hanya membuata pengellompokan
potensi tia-tiap komoditas di kecamatan kabupaten pesawaran.
Tabel 4. 22
Persebaran potensi Komoditas Hortikultura di Kabupaten Pesawaran
Perhitungan LQ
Nama
No. Kelapa
Kecamatan Karet Kelapa Kopi Lada Kakao
Sawit
1 Punduh Pidada 0,00 0,94 0,00 2,12 0,29 0,87
2 Marga Punduh 0,00 1,45 0,00 0,56 0,00 0,86
3 Padang Cermin 0,13 0,91 0,00 0,92 1,08 1,21
4 Teluk Pandan 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
5 Way Ratai 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
6 Kedondong 1,47 0,31 0,00 1,77 1,14 1,36
7 Way Khilau 0,26 0,30 0,00 2,76 1,17 1,22
8 Way Lima 0,37 1,68 0,00 0,43 3,05 0,60
9 Gedung Tataan 0,73 0,51 0,47 0,42 0,10 1,63
10 Negeri Katon 10,07 0,88 6,90 0,00 0,00 0,69
11 Tegineneng 2,02 1,25 4,76 0,50 0,00 0,75
Sumber:Tim Peneliti, 2017
Dari table diatas dapat dijelaskan sama seperti perhitungan komoditas hortikultura
bahwa sebenrnya nilai produksi komoditas kecamatan rendah tidak sesuai dengan
pemabgiannya tetapi hasil ini hanya sebagai acuan dalam pengelompaokan
persebran komoditas di setiap kecamatann. Nialai produksi yang paing tinggi di
komoditas perkebunan di pesawaan yaitu kakau di kecamatan padang cermin.
Tabel 4. 24
Persebaran potensi komoditas perkebunan
Produksi(Ton)
No Nama
Komiditas
. Kecamatan
Padi Pisang Kakao Kopi Kelapa
1 Punduh Pidada 9506 5484,7 1300,13 155,04 114
2 Marga Punduh 8114 3504,2 974,01 6,5 54,91
3 Padang Cermin 10880 23964,7 4282,42 183,4 239,55
4 Teluk Pandan 2875 29396,7 789,91 123,83 89,55
5 Way Ratai 7108 24945,2 3311,5 140,07 125,35
6 Kedondong 20274 41383,5 2842,34 146,08 24,35
1241,1
7 Way Khilau 30904 41383,5 1570,06 215,8 9
503473, 1241,1
8 Way Lima 26839 1 1705,89 138,28 9
9 Gedung Tataan 24663 22625,7 2405,23 42,54 74,52
10 Negeri Katon 37569 836,9 680,01 0 947,42
11 Tegineneng 34604 16622,2 890,58 231,77 274,16
21333 713620, 20752,0 1383,3 4426,1
Total 6 4 8 1 9
Sumber: Hasil Analisis 2017
Persebaran potensi produksi komiditas ungulan juga dipengaruhi potesi lahan yang
ada, pola ruang di kabupaten pesawaran yaitu untuk peruntukan lahan pertanian.
Jenis tanah juga mempengaruhi potensi produksi dalam mengahsilkan komoditas
LAPORAN FAKTA DAN ANALISIS | BAB IV 171
FAKTA DAN ANALISIS KONDISI INTERNAL
KABUPATEN PESAWARAN
unggulan jenis tanah di pesawaran yaitu aluvial, andososl, granit, kuarsit dan laterit.
Berdasarkan hasil analisis yang digunakan dengan mengunakan arcgis bahwa jenis
tanah di wilayah kab.pesawaran didominasi oleh andosol karekteristik utama jenis
tanah andosol yaitu tanah ini sangat kaya dengan mineral, unsure hara, air dan
mineral sehingga sangat baik untuk tanaman. Tanah ini sangat cocok untuk segala
jenis tanaman yang ada didunia maka tidak diragukan lagi pertanian di kabupaten
pesawaran menjadi sektor utama dalam perkembangan ekonomi dan memiliki
potensi lebih dalam produksi komoditas yang ada di kabupaten pesawaran.
Dalam anailisis Forward Linkage dan Backward Linkage ini, dilihat keterkaitan
kedepaan dan keterkaitan kebelakang dari komoditas perkebunan dan pertanian
unggulan di Kabupaten Pesawaran. Komoditas yang terdapat di Kabupaten
pesawaran diantaranya Kakao, Pisang, Kopi, Singkong, Kelapa, Padi.
Investasi terbagi menjadi tiga sektor, yaitu sektor primer, sektor sekunder, dan
sektor tersier. Sekotr yang memiliki innvestasi tertinggi adalah sektor perdagangan
dan reparasi dengan nilai investasi sebesar Rp13.324.000.000. Pada Kabupaten
Pesawaran sudah terdapat investasi pada sektor industri, yaitu sektor industri
makanan dengan nilai Rp285.000.000 dan indstri lainnya senilai Rp50.000.000.
Kabupaten Pesawaran belum memiliki investasi terhadap sektor pertanian sebagai
sektor yang menunjang konsep aropolitan.
Tabel 4. 26
Data Penanaman Modal Dalam Negeri
di Kabupaten Pesawaran Tahun 2017
1. Peternakan/Livestock Rp 5.980.000.000
2. Kehutanan/Forestry Rp 150.000.000
1. Kontruksi/Contruction Rp 850.000.000
Gambar 4. 19
Pohon Industri
(Sumber: Tim Peneliti, 2017)
Keterangan :
: Potensi
: Eksisting
Pada pohon indsutri diatas kita dapat melihat terdapat 6 komoditas, yaitu kakao,
Pisang, Singkong, Kopi, Kelapa, dan Padi, dari ke-6 komoditas tersebut hasil
perkebunan dan pertanian dapat dikembangkan menjadi suatu produk perkebunan
Gambar 4. 20
Industri Kakao di Pesawaran
(Sumber: Tim Peneliti, 2017)
Gambar 4. 21
Industri Pisang
(Sumber: Tim Peneliti, 2017)
A. Proyeksi Penduduk
Tabel 4. 27
Proyeksi Jumlah Penduduk Kabupaten Pesawaran Tahun 2017 - 2037
Proyeksi Jumlah Penduduk
No. Tahun
(Jiwa)
1 2017 436522
2 2022 465569
3 2027 494616
4 2032 523662
5 2037 552709
Tabel 4. 28
Proyeksi Tingkat Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Pesawaran Tahun
2017-2037
Proyeksi Tingkat Proyeksi Tingkat
Proyeksi Jumlah
No. Tahun Pertumbuhan Pertumbuhan
Penduduk (Jiwa)
Penduduk (Jiwa) Penduduk (%)
1 2017 436522
B. Kepadatan Penduduk
Dengan mengetahui kepadatan penduduk suatu wilayah maka dapat dengan mudah
melakukan perencanaan di suatu wilayah. Oleh karena itu proyeksi kepadatan
penduduk perlu dilakukan agar pemenuhan sarana dan prasarana guna mendukung
pengembangan wilayah dapat disesuaikan dengan kepadatan penduduknya, serta
dapat mengetahui wilayah mana yang memiliki kepadatan penduduk tinggi dan
wilayah mana yang memiliki kepadatan penduduk rendah, sehingga perencanaan
dapat dilakukan lebih optimal. Berikut adalah tabel hasil proyeksi kepadatan
penduduk di wilayah perencanaan dengan berdasarkan pada luasan wilayah
permukiman di setiap kecamatan.
1400,0
1200,0
1000,0
800,0 2017
600,0 2022
2027
400,0
2032
200,0 2037
0,0
Grafik 4. 1
Grafik Kepadatan Penduduk Kabupaten Pesawaran
Sumber: Tim Peneliti Aspek Kependudukan, Sosial dan Kebudayaan, 2017
A. Sex Ratio
Semakin tingginya angka sex ratio (lebih dari 100) menunjukkan semakin banyak
jumlah penduduk laki-laki dibandingkan dengan penduduk perempuan. Sedangkan
angka sex ratio yang semakin rendah (kurang dari 100) menunjukkan semakin
banyak jumlah penduduk perempuan dibandingkan dengan penduduk laki-laki dan
juga menunjukkan jika kematian penduduk laki-laki lebih besar dibandingkan
kematian penduduk perempuan.
Tabel 4. 29
Sex Ratio Per Kecamatan tahun 2017
B. Dependency Ratio
Keterangan :
P0-14 = Jumlah penduduk usia 0-14 tahun
Tabel 4. 30
Dependency Ratio per Kecamatan Kabupaten Pesawaran tahun 2016
Usia < 15 Usia 15 - 64
Kecamatan Usia > 65 Tahun DR
Tahun Tahun
Negri Katon 16189 50604 4031 40
> 75
70-74
65-69
60-64
55-59
50-54
45-49
40-44 Perempuan
35-39
30-34 Laki-Laki
25-29
20-24
15-19
10-14
5-9
0-4
-3000,0 -2000,0 -1000,0 0,0 1000,0 2000,0 3000,0
Grafik 4. 2
Piramida Penduduk
Sumber: Tim Peneliti Aspek Kependudukan, Sosial dan Kebudayaan, 2017
Untuk standar dependency ratio dikatakan tinggi atau rendah sebetulnya tidak ada
ketentuan. Namun pada analisis ini, ditentukan bahwa dependency ratio dapat
dikatakan tinggi apabila nilainya melebihi 100, sedangkan dependency ratio dapat
dikatakan rendah apabila nilainya kurang dari 100. Penentuan tersebut dilakukan
dengan asumsi bahwa maksimal satu penduduk produktif menanggung satu
penduduk non produktif. Berdasarkan hasil perhitungan dependency ratio diatas
maka dapat disimpulkan jika semua kecamatan di wilayah perencanaan memiliki
nilai dependency ratio yang rendah.
Kualitas dari sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi maju dan berkembangnya suatu wilayah. Dalam hal ini alat ukur dari
kualitas sumber daya manusia yang akan dilihat adalah dari tenagakerjaan, dan
tingkat kesejahteraan penduduk.
A. Ketenagakerjaan
Kesempatan kerja (demand for labour) adalah suatu keadaan yang menggambarkan
ketersediaan pekerjaan (lapangan kerja untuk diisi oleh para pencari kerja). Pada
wilayah perencanaan kesempatan kerja yang tersedia dapat dihitung melalui
perbandingan antara jumlah penduduk yang bekerja dengan jumlah angkatan kerja.
Dimana angkatan kerja merupakan bagian penduduk usia kerja baik yang bekerja
maupun mencari kerja yang masih mau dan mampu untuk melaksanakan pekerjaan.
Pada wilayah perencanaan yaitu menurut data terakhir tahun 2016 tercatat bahwa
pencari kerja menurut tingkat pendidikan sebanyak 122.915 jiwa. Namun
banyaknya para pencari kerja tersebut tidak sepenuhnya mendapatkan kesempatan
kerja yang tersedia di wilayah perencanaan. Masih banyak yang bekerja sebagai
buruh, bahkan masih terdapat sebagian besar penduduk yang bekerja sebagai buruh
tidak dibayar, yang memiliki arti buruh/petani tersebut tidak dibayar dengan uang
melainkan dengan bagi hasil dengan para pemilik lahan sawah/kebun yang mereka
garap. Hal tersebut pula yang mendukung tingginya pengangguran di wilayah
perencanaan.
Untuk standar pengangguran dikatakan tinggi atau rendah sebetulnya tidak ada
ketentuan yang pasti. Namun pada analisis ini, ditentukan dengan meihat tingkat
pengangguran di lingkup kabupaten sebagai titik batasannya. Dimana asumsinya,
jika tingkat pengangguran di kecamatan melebihi dari tingkat pengangguran
kabupaten maka pengangguran kecamatan tergolong tinggi, begitu juga sebaliknya.
Berdasarkan hasil perhitungan tingkat pengangguran di atas maka dapat
disimpulkan jika terdapat 7 kecamatan yang memiliki tingkat pengangguran rendah,
dan 4 kecamatan yang memiliki tingkat pengangguran tinggi.
Biro Pusat Statistik Indonesia (2000) menerangkan bahwa guna melihat tingkat
kesejahteraan rumah tangga suatu wilayah ada beberapa indikator yang dapat
dijadikan ukuruan, antara lain adalah :
Mesuji 60,72
Pesisir Barat 61,5
Pesawaran 63,47
Tulang Bawang Barat 63,77
Tanggamus 64,41
Lampung Barat 65,45
Way Kanan 65,74
Lampung Utara 65,95
Lampung Selatan 66,19
Tulang Bawang 66,74
Provinsi Lampung 67,65
Lampung Timur 67,88
Pringsewu 68,26
Lampung Tengah 68,33
56 58 60 62 64 66 68 70
Grafik 4. 3
IPM Provinsi Lampung, 2017
(Sumber: BPS Provinsi Lampung 2017)
LAPORAN FAKTA DAN ANALISIS | BAB IV 188
FAKTA DAN ANALISIS KONDISI INTERNAL
KABUPATEN PESAWARAN
Mesuji 6,13
Tulang Bawang Barat 6,83
Tanggamus 6,87
Tulang Bawang 7,12
Pesawaran 7,24
Lampung Barat 7,28
Way Kanan 7,33
Lampung Tengah 7,37
Pesisir Barat 7,48
Lampung Selatan 7,53
Lampung Timur 7,55
Provinsi Lampung 7,63
Lampung Utara 7,71
Pringsewu 7,84
Metro 10,56
Bandar Lampung 10,88
0 2 4 6 8 10 12
Grafik 4. 4
Rata-rata Lama Sekolah Provinsi Lampung Tahun 2017
(Sumber: BPS Provinsi Lampung Tahun 2017)
Grafik 4. 5
Angka Harapan Hidup Provinsi Lampung Tahun 2017
(Sumber: BPS Provinsi Lampung Tahun 2017)
Mesuji 15,74
Metro 16,26
Tulang Bawang Barat 22,39
Pesisir Barat 24,2
Tulang Bawang 44,26
Lampung Barat 44,9
Pringsewu 45,72
Way Kanan 63,64
Pesawaran 74,45
Tanggamus 81,34
Bandar Lampung 100,54
Lampung Utara 139,5
Lampung Selatan 158,38
Lampung Tengah 165,67
Lampung Timur 172,61
0 50 100 150 200
Grafik 4. 6
Keluarga Pra Sejahtera Provinsi Lampung 2017
(Sumber: BPS Provinsi Lampung, 2017)
Grafik 4. 7
Keluarga Pra Sejahtera Kabupaten Pesawaran, 2017
(Sumber: BPS Kabupaten Pesawaran, 2017)
A. Sosial
Gambar 4. 23
Kegiatan Masyarakat Kabupaten Pesawaran
(Sumber: Tim Surveyor Aspek Kependudukan, Sosial dan Kebudayaan, 2017)
Selain itu di Desa Bagelen juga memiliki Museum Transmigrasi yang hanya satu-
satunya di Lampung bahkan di Indonesia. Museum Transmigrasi dibangun pada
tanggal 12 Desember 2004, tetapi baru dibuka pada tahun 2010. Museum
Transmigrasi ini berada di Desa Bagelen, karena Desa Bagelen merupakan Desa
pertama yang dilakukan kolonisasi oleh Belanda. Desa bagelen sendiri merupakan
camp pertama lokasi kolonisasi yang kemudian disebar dibeberapa lokasi di
Lampung bahkan di Sumatera. Dalam Museum Transmigrasi terdapat 6 jenis
peninggalan, antara lain;
Gambar 4. 24
Alat Transportasi
(Sumber: Hasill Observasi Museum Transmigrasi, Tim Surveyor Aspek Kependudukan, Sosial dan
Kebudayaan 2017)
Gambar 4. 26
Matapencaharian Hidup
(Sumber: Hasill Observasi Museum Transmigrasi, Tim Surveyor Aspek Kependudukan, Sosial dan
Kebudayaan 2017)
Gambar 4. 27
Alat Perekonomian
((Sumber: Hasill Observasi Museum Transmigrasi, Tim Surveyor Aspek Kependudukan, Sosial dan
Kebudayaan 2017)
Gambar 4. 29
Administrasi dan Sejarah
(Sumber: Hasill Observasi Museum Transmigrasi, Tim Surveyor Aspek Kependudukan, Sosial dan
Kebudayaan 2017)
4.4 Infrastruktur
4.4.1 Transportasi
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai kondisi eksisting, tingkat pelayanan, dan
kebutuhan infrastruktur transportasi, sumber daya air, energi, telekomunikasi,
sanitasi, hingga fasilitas di Kabupaten Pesawaran dalam menunjang kawasan
agropolitan untuk 20 tahun mendatang.
Secara umum jaringan jalan yang ada di Kabupaten Pesawaran memegang peranan
penting dalam menunjang segala kegiatan yang ada. Kegiatan eknomi sangat
LAPORAN FAKTA DAN ANALISIS | BAB IV 196
FAKTA DAN ANALISIS KONDISI INTERNAL
KABUPATEN PESAWARAN
bergantung pada jaringan jalan yang menghubungkan antara satu pusat kegiatan
dengan pusat kegiatan lainnya. Selain itu jaringan jalan sangatlah penting dalam
menghubungkan desa/kelurahan dengan pusat kecamatan dan juga dengan pusat
kota.
Selain itu jaringan jalan merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi dalam
mendukung kehidupan masyarakat baik di wilayah perkotaan maupun perdesaan.
Keterhubungan antara desa juga merupakan sebuah standar yang harus dipenuhi
oleh suatu kota, di Kabupaten Pesawaran jalan sudah terhubung antar desa,
kecamatan dan kabupaten. Selain keterhubungan, kualitas jalan dapat
mempengaruhi pengangkutan hasil pertanian, dan berdasarkan observasi lapangan
studio perencanaan wilayah, jalan dari desa menuju tempat pertanian masih buruk.
Perkerasan jalan masih tanah dengan lebar jalan yang hanya bisa dilewati motor
atau 1 mobil pribadi. Apabila jalan menuju pertanian diperbaiki, pasti akan
meningkatkan hasil pertanian yang dapat diolah dan mengurangi biaya transportasi.
Tabel 4. 32
Kondisi Panjang Jalan Kabupaten Pesawaran Tahun 2016
Gambar 4. 31
Kondisi Jalan di Kabuparen Pesawaran
(Sumber: Tim Peneliti Studio Perencanaan Wilayah, 2017)
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan dan Peraturan
Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan, telah ditetapkan mengenai fungsi
dan peranan jalan di wilayah perkotaan. Dalam peraturan tersebut ditetapkan
tingkatan fungsi jaringan jalan yang terdiri dari: Jalan Arteri, Jalan Kolektor, dan
Jalan Lokal, baik bersifat pelayanan primer maupun sekunder.
Sistem jaringan jalan primer merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan
pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat
nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi (pusat-pusat
kegiatan), penjelasannya sebagai berikut:
Tabel 4. 33
Rasio Panjang Jalan dengan Jumlah Penduduk Tahun 2016
Rasio
Rasio
Panjang
Panjang Jumlah Luas Luas Jalan
Kecamatan Jalan
Jalan Penduduk Jalan Eksisting
(Km/1000
Ideal
Penduduk)
Berdasarkan UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,
terminal adalah pangkalan Kendaraan Bermotor Umum yang digunakan untuk
mengatur kedatangan dan keberangkatan, menaikkan, dan menurunkan orang atau
barang, serta perpindahan moda angkutan.
Oleh karena itu, selain terminal penumpang, terminal barang juga dibutuhkan dalam
kegiatan agropolitan. Dengan adanya terminal barang, produk agribisnis dapat
didistribusikan secara terintegrasi karena terminal tersebut berfungsi sebagi pusat
pendistribusian barang dari kecamatan-kecamatan maupun barang ke luar
Kabupaten Pesawaran.
Tabel 4. 34
Angkutan Umum Kabupaten Pesawaran Tahun 2016
Kabupaten Pesawaran terletak pada Wilayah Sungai (WS) Way Sekampung – Way
Seputih yang merupakan wilayah sungai strategis nasional yang menjadi wewenang
pusat. Pengelolaan sumber daya alam dilaksanakan berdasarkan pola sumber daya
LAPORAN FAKTA DAN ANALISIS | BAB IV 205
FAKTA DAN ANALISIS KONDISI INTERNAL
KABUPATEN PESAWARAN
air. Sumberdaya air yang dipakai saat ini di Kabupaten Pesawaran berasal dari mata
air pegunungan, air tanah dangkal, dan sungai-sungai/ anak sungai. Sumberdaya air
tersebut saat ini dipakai sebagai air bersih (mandi, cuci dan minum) serta digunakan
sebagai irigasi persawahan, tegalan, kebun dan lain-lain.
Tabel 4. 35
Panjang Sungai dan Daerah Aliran di Kabupaten Pesawaran Tahun 2015
3 Kec. Kedondong
Kec. Tegineneng
7
Way Kalimangan 44 110 0,23
Gambar 4. 35
Tingkat Pelayanan Air Bersih PDAM Pesawaran Tahun 2016
Non- Tingkat
Jumlah Domestik Distribusi
Tahun Domestk Total Pelayanan
Penduduk (Liter) (liter)
(liter) (%)
Jaringan Irigasi
Irigasi kewenangan daerah di Kabupaten Pesawaran yaitu seluas 19.498 Ha. Kondisi
jaringan irigasi di Kabupaten Pesawaran yang rusak sedang adalah seluas 230 Ha
yaitu 1% dari total keseluruhan, sedangkan kondisi irigasi yang rusak berat adalah
seluas 244 Ha yaitu 1% dari total keseluruhan seperti yang terdapat pada grafik
dibawah ini.
1%
1%
Baik
Rusak Sedang
98%
Rusak Berat
Grafik 4. 8
Kondisi Kualitas Jaringan Irigasi Kabupaten Pesawaran Tahun 2017
(Sumber: Tim Peneliti, 2017)
100%
80%
60%
40%
20%
0%
Grafik 4. 9
Persentase Daerah Irigasi dan Non Irigasi Per Kecamatan Tahun 2017
(Sumber: Tim Peneliti Aspek Infrastruktur, 2017)
2017 392870 62859 786 47144376 2357219 49501595 14850478 19305622 83657695
2022 419012 67042 838 50281452 2514073 52795525 15838657 20590254.6 89224437
2027 445154 71225 890 53418528 2670926 56089454 16826836 21874887.2 94791178
2032 471296 75407 943 56555496 2827775 59383271 17814981 23159475.6 100357728
2037 471297 75407 943 56555604 2827780 59383384 17815015 23159519.8 100357919
Dari hasil perhitungan menggunakan Standar Dinas Cipta Karya, maka harus ada
penambahan kapasitas sumber air bersih untuk memenuhi kebutuhan di tahun
2037 untuk mendukung agropolitan dan mencapai standar ideal pelayanan yaitu
90% dari jumlah penduduk Pesawaran.
4.4.3 Energi
Kabupaten Pesawaran menggunakan penerangan listrik dari PT. PLN, hingga tahun
2010 PT. PLN sudah melayani seluruh kecamatan yang ada dengan sebagian sumber
energi listrik berasal dari PLTD Tegineneng. Namun masih ada beberapa perdesaan
yang belum terlayani oleh PT. PLN sehingga menggunakan sumber penerangan yang
lain. Berdasarkan Rasio Elektrifikasi PLN tahun 2016, sebanyak 74,77% penduduk
Sumber energi utama tempat tinggal di Kabupaten Pesawaran pada tahun 2010
didominasi dari Listrik PLN Meteran yaitu sebanyak 60,34% dan 23,28%
menggunakan listrik dari PLN secara ilegal. Untuk daerah yang belum terlayani PLN
hanya 3,47% yang dapat menggunakan listrik dari non PLN, sisanya sebanyak
12,89% atau 12.800 rumah tangga belum menggunakan listrik. Di kawasan
agropolitan sendiri rasio elektrifikasi telah mencapai angka 100% sehingga kegiatan
agribisnis yang membutuhkan tenaga listrik dapat berlangsung dengan baik. Namun
perlu diadakan peningkatan pelayanan (kualitas dan kuantitas) pada fasilitas
penerangan di kawasan agropolitan demi melancarkan kegiatan distribusi hasil
Listrik PLN meteran Listrik PLN tanpa meteran Listrik Non-PLN Bukan listrik
15.730
11.126
9.707
9.381
7.696
5.669
4.973
4.667
4.174
3.521
3.056
2.711
2.646
2.648
1.797
1.590
1.448
1.260
1.063
970
793
724
556
512
483
154
140
64
Grafik 4. 10
Sumber Penerangan Utama Tempat Tinggal di Kabupaten
Pesawaran Tahun 2010
(Sumber: BPS Kabupaten Pesawaran, 2010)
Berikut ialah hasil proyeksi kebutuhan listrik di Kabupaten Pesawaran untuk tahun
2017 hingga tahun 2037. Dari keseluruhan jumlah penduduk, kebutuhan listrik
domstik dihitung berdasarkan jumlah kepala keluarga (KK) dengan persentase 30%
KK menggunakan listrik berkapasitas 450 watt, 40% KK menggunakan listrik
berkapasitas 900 watt, dan 30% KK menggunakan listrik berkapasitas 1300 watt, .
hal ini berdasarkan dari kemampuan (ability to pay) dan kebutuhan (needs).
Sedangkan untuk kebutuhan listrik non domestik dihitung berdasarkan 20% dari
total kebutuhan listrik domestik, yang terdiri dari kebutuhan listrik untuk
penerangan jalan, komersil, pemerintahan, pelayanan umum, dan cadangan.
Kebutuhan
96.580.
2017 436.522 109.131 32.739 43.652 32.739 14.732.618 39.286.980 42.560.895 19.316.099
493
103.00
2022 465.569 116.392 34.918 46.557 34.918 15.712.954 41.901.210 45.392.978 20.601.428
7.141
109.43
2027 494.616 123.654 37.096 49.462 37.096 16.693.290 44.515.440 48.225.060 21.886.758
3.790
115.85
2032 523.661 130.915 39.275 52.366 39.275 17.673.559 47.129.490 51.056.948 23.171.999
9.996
122.28
2037 552.709 138.177 41.453 55.270 41.453 18.653.928 49.743.810 53.889.128 24.457.373
6.866
4.4.4 Telekomunikasi
Kabupaten Pesawaran sudah memenuhi jumlah menara BTS sampai dengan tahun
2030, perlu penambahan sebanyak 7 menara BTS untuk mencukupi sampai tahun
2037. Menara Telekomunikasi sudah tersebar merata di seluruh kecamatan di
Kabupaten Pesawaran, sehingga pemenuhan telekomunikasi baik untuk telefon
maupun internet sudah dapat dilakukan diseluruh kecamatan yang ada di
Kabupaten Pesawaran.
277 292
246 261
231
82 87 92 97
77
Grafik 4. 11
Proyeksi Kebutuhan BTS dan Menara Bersama di Kabupaten Pesawaran
Tahun 2017-2037
(Sumber: Tim Peneliti Aspek Infrastruktur, 2017)
4.4.5 Sanitasi
Tabel 4. 38
Proyeksi Timbulan Sampah dan Kebutuhan Infrastruktur Persampahan
Kabupaten Pesawaran Tahun 2017-2037
Pembuangan air limbah domestik mengacu pada pilar ke 5 dari Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM) yaitu pengelolaan limbah cair rumah tangga.
Limbah cair disini berasal dari air limbah dapur, air dari kamar mandi, air
bekas cucian dan lain-lain selain air dari jamban. Pada prinsipnya tidak
mencemari sumber air minum baik yang air dipermukaan maupun air
didalam tanah, tidak menjadi media tempat berkembangnnya binatang
pembawa penyakit, tidak mengotori permukaan tanah dan menimbulkan bau
serta pelestarian sumber daya air.
Tabel 4. 39
Proyeksi Produksi Limbah Cair Domestik dan Non-Domestik Kabupaten
Pesawaran Tahun 2017-2037
Produksi Produksi
Total
Total Grey Black
Kebutuhan Total
Kebutuha Total Water Water Total
Air Bersih Produks
n Air Produks dalam dalam Produks
Tahu Non- i Limbah
Bersih i Limbah Limbah Limbah i Limbah
n Domestik Non-
Domestik Domesti Domestik Domestik Domesti
(liter) = Domesti
(Liter) = k (liter) (98% Cair (2% Padat k (l/Dt)
30% k (liter)
SR+HU dalam dalam
domestik
liter) liter)
Tabel diatas menunjukkan hasil analisis proyeksi produksi limbah domestik dan
non-domestik di Kabupaten Pesawaran tahun 2017-2037. Proyeksi produksi limbah
domestik maupun non-domestik akan terus meningkat setiap tahunnya seiring
dengan pertambahan jumlah penduduk. Limbah cair suatu kota dikategorikan
berdasarkan limbah cair domestik dan limbah cair non-domestik, sehingga untuk
dapat menghitung total timbulan limbah cair, selain menghitung total timbulan
LAPORAN FAKTA DAN ANALISIS | BAB IV 221
FAKTA DAN ANALISIS KONDISI INTERNAL
KABUPATEN PESAWARAN
limbah cair domestik yang merupakan limbah dari kegiatan rumah tangga, juga
perlu dihiting timbulan limbah cair non-domestik yang berasal dari fasilitas-fasilitas
yang ada, seperti fasilitas pendidikan, kesehatan dan kegiatan perdagangan yaitu
sebesar 30% dari total produksi limbah domestik.
IPAL merupakan bagian yang sangat penting dan harus ada pada setiap tempat
produksi limbah cair untuk mengolah limbah cair sehingga ramah lingkungan,
apabila IPAL tidak ada dan dibiarkan terus-menerus maka akan mencemari
lingkungan serta berdampak buruk pada kualitas air, tanah, dan hasil pertanian di
Kabupaten Pesawaran.
Bagian ini akan menjelaskan kondisi eksisting dan kebutuhan infrastruktur berupa
fasilitas umum dan sosial di Kabupaten Pesawaran yang terdiri dari sarana
perdagangan, sarana pendidikan, sarana kesehatan, dan sarana peribadatan dalam
kaitannya dengan pengembangan kawasan agropolitan.
Sarana perdagangan dan jasa merupakan salah satu faktor yang dapat mendukung
perekonomian suatu wilayah. Sarana perdagangan maupun jasa merupakan suatu
kebutuhan penduduk untuk melakukan transaksi jual beli untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Pada tabel berikut terdapat jumlah sarana perdagangan dan jasa
berupa pasar dan toko pada masing-masing kecamatan pada Kabupaten Pesawaran.
Berdasarkan informasi yang diperoleh, persebaran sarana pedagangan dan jasa
terbanyak terdapat di Kecamatan Negri Katon.
Jumlah Sarana
Kecamatan
Pasar Toko
Punduh Pidada 1 0
Marga Punduh 1 0
Padang Cermin 1 0
Teluk Pandan 1 31
Way Ratai 3 0
Kedondong 1 60
Way Khilau 1 9
Way Lima 1 0
Gedong Tataan 3 12
Tegineneng 4 10
Tingkat
Eksisting Seharusnya Pelayanan
Kecamatan Penduduk
(%)
Tabel 4. 42
Proyeksi Kebutuhan Sarana Perdagangan dan Jasa Kabupaten Pesawaran
Tahun 2017-2037
Tabel diatas menunjukan hasil proyeksi dari sarana perdagangan dan jasa di
Kabupaten Pesawaran. Jumlah sarana perdagangan dan jasa berupa pasar dan toko
dibandingkan dengan kondisi eksisting belum mencukupi hingga tahun 2037.
Dengan demikian perlu dilakukan penambahan sarana perdagangan dan jasa untuk
memenuhi kebutuhan sarana perdagangan dan jasa di Kabupaten Pesawaran.
Sarana perdagangan dan jasa dapat mendukung agropolitan yaitu sebagai sarana
pemasaran produk agropolitan.
65
46 46
36 36
26
21
12 13 12 11
9 7 7
5 56 5 53 31 5 6
1 22 21 2 21
Punduh Marga Padang Teluk Pandan Way Ratai Kedondong Way Khilau Way Lima Gedong Negeri Katon Tegineneng
Pidada Punduh Cermin Tataan
sd smp sma/sederajat
Grafik 4. 12
Jumlah Sarana Pendidikan di Kabupaten Pesawaran Tahun 2016
(Sumber: BPS Kabupaten Pesawaran, 2017)
Tabel 4. 43
Tingkat Pelayanan Sarana Pendidikan Kabupaten Pesawaran Tahun 2016
Marga 9 100 2 67 2 67
Punduh
Teluk 7 30 2 25 1 13
Pandan
Way Ratai 5 23 2 29 0
Kedondong 26 100 5 71 3 43
Gedong 65 100 13 65 7 35
Tataan
Negeri 46 100 12 86 5 36
Katon
Tingkat pelayanan pendidikan SD sudah hampir seluruhnya 100%, untuk SMP dan
SMA dirasa sangat kurang. Kebutuhan fasilitas pendidikan jauh dibawah
permintaan, hal ini dapat menyebabkan lulusan SD yang banyak namun tidak dapat
berlanjut ke tingkat selanjutnya karena minimnya fasilitas SMP dan SMA sederajat.
Kabupaten Pesawaran harus memenuhi tingkat pelayanan pendidikan apabila ingin
327 345
291 309
273
Proyeksi Jumlah SD
Grafik 4. 13
Proyeksi Jumlah SD di Kabupaten Pesawaran Tahun 2017-2037
(Sumber: Tim Peneliti Aspek Infrastruktur, 2017)
109 115
97 103
91
Grafik 4. 14
Proyeksi Jumlah SMA di Kabupaten Pesawaran Tahun 2016-2017
(Sumber: Tim Peneliti Aspek Infrastruktur, 2017)
Tabel 4. 44
Jumlah Eksisting dan Kebutuhan Sarana Kesehatan di Kabupaten Pesawaran
Tahun 2016
Klinik/Balai Apote
Rumah Sakit Klinik Bersalin Puskesmas Posyandu
Kesehatan k
Kecamatan Penduduk
E K E K E K E K E K E K
Kedondong 33952 0 0 0 1 1 0 2 1 32 27 2 1
Tegineneng 52257 0 0 0 2 2 0 1 2 56 42 0 2
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa sarana kesehatan yang paling
dominan adalah posyandu dengan jumlah 438 unit dan telah tersebar di seluruh
kecamatan. Sedangkan sarana kesehatan lainnya seperti rumah sakit, rumah sakit
bersalin, puskesmas, klinik, dan apotek masih belum tersebar secara merata ke
Tabel 4. 45
Proyeksi Kebutuhan Sarana Kesehatan di Kabupaten Pesawaran Tahun 2017-
2037
Dari hasil proyeksi di atas dapat diketahui bahwa kebutuhan klinik bersalin,
puskesmas, klinik/balai pengobatan, posyandu, dan apotek terus meningkat sejalan
dengan pertumbuhan penduduk, dimana sarana kesehatan dengan kebutuhan
terbanyak ialah posyandu, sementara kebutuhan rumah sakit cenderung konstan
dan jumlah saat ini masih dapat memenuhi kebutuhan hingga 20 tahun mendatang.
Tabel 4. 46
Jumlah Sarana Peribadatan Kabupaten Pesawaran Tahun 2016
Punduh Pidada 30 10 2 0 0
Marga Punduh 41 27 0 0 0
Teluk Pandan - - - - -
Way Ratai - - - - -
Kedondong 45 61 0 0 0
Way Khilau 32 41 0 0 0
Way Lima 49 38 0 0 0
Tegineneng 79 93 9 0 1
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa Kecamatan Punduh Pidada memiliki
jumlah sarana peribadatan yang paling sedikit, sedangkan Kecamatan Padang
Cermin memiliki jumlah sarana peribadatan terbanyak.
Gambar 4. 37
Masjid Di Kabupaten Pesawaran
(Sumber: Google Street View, 2017)
Tabel 4. 47
Tingkat Pelayanan Sarana Peribadatan Kabupaten Pesawaran Tahun 2016
Teluk Pandan - - - - -
Way Ratai - - - - -
Tingkat pelayanan Masjid pada keseluruhan kecamatan yaitu 100% artinya jumlah
Masjid eksisting pada masing-masing kecamatan sudah terpenuhi. Sedangkan untuk
mushola hanya Kecamatan Padang Cermin yang tingkat pelayanannya sudah 100%,
namun pada Kecamatan Punduh Pidada tingkat pelayanan Mushola hanya 19%
banyak masyarakat yang kesulitan untuk mencari mushola. Pada Gereja, Pura,
Vihara diasumsikan tingkat pelayanan sudah 100% karena untuk sarana
peribadatan selain Masjid dan Mushola disesuaikan dengan kebutuhan pemeluknya
masing-masing.
Untuk melihat Proyeksi Kebutuhan Sarana Peribadatan dapat dilihat melalui tabel
dibawah:
Grafik 4. 15
Proyeksi Kebutuhan Masjid di Kabupaten Pesawaran
Tahun 2017-2037
(Sumber: Tim Peneliti Aspek Infrastruktur, 2017)
Punduh Marga Padang Teluk Way Kedond Way Way Gedong Negri Teginen
Pidada Punduh Cermin Pandan Ratai ong Khlau Lima Tataan Katon eng
2017 55 55 113 147 142 137 109 125 388 264 212
2022 58 59 120 157 152 147 116 133 413 282 226
2027 62 62 128 167 161 156 124 141 439 300 240
2032 65 66 135 176 170 165 131 149 465 317 254
2037 69 70 143 186 180 174 138 158 491 335 268
Grafik 4. 16
Proyeksi Kebutuhan Mushola di
Kabupaten Pesawaran Tahun 2017-2037
(Sumber: Tim Peneliti Aspek Infrastruktur, 2017)
Berdasarakan grafik diatas proyeksi kebutuhan Masjid dan Mushola pada masing-
masing kecamatan di Kabupaten Pesawaran terus meningkat tiap tahunnya, hal ini
sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk. Kecamatan Gedong Tataan
merupakan kecamatan dengan proyeksi kebutuhan tertinggi dibandingkat dengan
kecamatan-kecamatan lainnya, karena Kecamatan Gedong Tataan merupakan
Ibukota dari Kabupaten Pesawaran, sehingga pemusatan kegiatan seluruhnya
4.5.1 Kelembagaan
Kabupaten Pesawaran pada tahun 2007 setelah menjadi daerah otonomi daerah
(DOB) memiliki 7 kecamatan. Kemudian seiring bertambahnya tahun Kabupaten
Pesawaran mengalami pemekaran menambah 4 kecamatan yakni Kecamatan Way
Khilau, Kecamatan Marga Punduh, Kecamatan Teluk Pandan dan Kecamatan Way
Ratai. Sampai tahun 2017 ini Kabupaten Pesawaran terbagi menjadi 11 Kecamatan
dan 144 Desa. Pelaksanaan Kabupaten Pesawaran melibatkan 4.823 orang Pegawai
Negeri Sipil (PNS) Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dengan berbagai
jenjang pendidikan dan tingkat kepangkatan.
Untuk uraian lebih jelasnya mengenai jenjang pendidikan Pegawai Negeri Sipil
(PNS) di Kabupaten Pesawaran dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4. 48
Jumlah PNS Berdasarkan Jenjang Pendidikan
Jenis Kelamin
Pendidikan Terakhir Jumlah
Laki-Laki Perempuan
SLTP/Sederajat 28 5 33
SD 20 0 20
Dari hasil uraian tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS)
di Kabupaten Pesawaran berdasarkan jenjang pendidikannya mayoritas telah
Untuk uraian lebih jelasnya mengenai golongan kepangkatan Pegawai Negeri Sipil
(PNS) di Kabupaten Pesawaran dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4. 49
Jumlah PNS Berdasarkan Golongan Kepangkatan
Jenis Kelamin
Golongan Kepangkatan Jumlah
Laki-Laki Perempuan
Gologan I 18 1 19
Dari hasil uraian tabel diatas dapat dilihat bahwa mayoritas Pegawai Negeri Sipil
(PNS) di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Pesawaran berada pada golongan III
yakni sebanyak 2.293 jiwa dengan terbanyak berada pada golongan III/D (Penata
Tingkat I) sebanyak 601 jiwa.
Gambar 4. 50
Bagan Organisasi Dinas Pertanian
Sumber : Bagian Organisasi Sekretaris Daerah Kabupaten Pesawaran, 2016
Asisten Bid
Sekda Pesawaran
Ekonomi
Wakil Ketua
Ketua Harian
Harian
Kepla Dinas
Ketahanan
Pangan
Sekretaris
Gambar 4. 51
Bagan Organisasi Dewan Ketahanan Pangan Kabupaten Pesawaran
Sumber : Keputusan Bupati Pesawaran No. 376/IV.19/HK/2017
Tabel 4. 52
Jumlah GAPOKTAN dan POKTAN
1 Punduh Pidada 11 9 65
2 Marga Punduh 10 9 86
3 Padang Cermin 11 10 79
4 Kedondong 12 12 117
9 Tegineneng 16 16 283
10 Way Ratai 10 10 93
11 Teluk Pandan 10 9 65
250 212
200 180 179
GAPOKTAN POKTAN
Grafik 4. 17
Jumlah GAPOKTAN dan POKTAN
(Sumber : Dinas Pertanian, 2017)
Dari tabel jumlah GAPOKTAN dan POKTAN yang tersebar di semua kecamatan di
Kabupaten Pringsewu dapat kita lihat bahwa kecamatan yang memiliki jumlah
kelompok tani (POKTAN) terbanyak ialah Kecamatan Tegineneng sebanyak 283,
sedangkan kecamatan yang memiliki jumlah kelompok tani (POKTAN) terendah
ialah Kecamatan Punduh Pidada dan Kecamatan Teluk Pandan yakni sebanyak 65.
Untuk di wilayah penelitian yakni Kecamatan Gedong Tataan memiliki kelompok
tani (POKTAN) sebanyak 180.
Tabel 4. 53
Jumlah POKNAK Sapi
No. Kecamatan Jumlah Desa Jumlah POKNAK
1 Punduh Pidada 11 -
2 Marga Punduh 10 -
3 Padang Cermin 11 -
4 Kedondong 12 -
5 Way Khilau 10 -
6 Way Lima 16 4
7 Gedong Tataan 19 2
8 Negeri Katon 19 10
9 Tegineneng 16 5
10 Way Ratai 10 2
11 Teluk Pandan 10 -
Total 144 23
12 10
10
8
Jumlah
6 5
4
4 2 2
2
0
POKNAK
Grafik 4. 18
Jumlah POKNAK Sapi
Sumber : Dinas Pertanian Bidang Peternakan, 2017
Petani
Tengkula
•Lahan
Sendiri k/ Pabrik Pembeli
•Lahan Pengepul
Garapan
Gambar 4. 54
Alur Hubungan Aktor-Aktor dalam Pertanian
Sumber : Hasil Survei, 2017
Kemudian ada aktor-aktor dalam distribusi hasil pertanian seperti pada gambar
diatas yaitu dimulai dari petani yang lahan pertanian di Kabupaten Pesawaran ada
yang dimiliki sendiri dan lahan milik orang lain, tetapi mayoritas petani di
Kabupaten Pesawaran tidak memiliki lahan sendiri yang akhirnya menggarap lahan
yang dimiliki orang lain dengan terlebih dahulu telah bersepakatan mengenai bagi
hasil pertanian. Dimana bagi hasilnya ini sesuai dengan kesepakatan artinya bisa
50:50, 60:40, ataupun 70:30 persen. Selanjutnya petani misal menanam kakao
membutuhkan waktu 5 tahun untuk sampai berbuah dan bisa dipanen dan hanya
membutuhkan waktu 3 tahun bila menggunakan teknik cangkok. Dalam 1 Ha dapat
ditanami kakao sebanyak 1.111 pohon karena idealnya jarak antara pohon kakao
satu dengan yang lain berjarak 3x3 meter. Untuk komoditas kakao ini ketika sudah
waktunya panen dan menunggu waktu panen lagi hanya membutuhkan waktu 2
minggu sekali petani sudah dapat memanen kakao tersebut. Lalu hasil panen
tersebut biasanya mayoritas petani menjualnya masih dalam bentuk basah padahal
seharusnya petani bisa menjualnya dalam bentuk sudah biji kering yang telah
dijemur selama 2-4 hari dimana sehari menjemur butuh waktu 8 jam. Biasanya
petani menjual hasil panennya ke tengkulak, dari tengkulak ini dialah aktor yang
dapat menghambat kesejahteraan petani dikarenakan tengkulak ini yang
menentukan harga untuk membeli hasil panen petani tersebut. Dari tengkulak ini
barulah dijual kembali ke pabrik, dari pabrik baru diolah biji kakao tersebut menjadi
bubuk coklat, coklat batangan, dan lain sebagainya. Selanjutnya dari hasil olahan
4.5.2 Pembiayaan
Sumber pendapatan daerah Kabupaten Pesawaran berasal dari tiga sumber yakni
pendapatan asli daerah (PAD), dana perimbangan, dan pendapatan lain-lain yang
sah. Perkembangan pendapatan daerah Kabupaten Pesawaran dilihat dari sumber
pendapatannya dari periode 2012-2016 masih di dominasi oleh sumber pendapatan
yang berasal dari dana perimbangan. Untuk pendapatan asli daerah (PAD) masih
sangat rendah, artinya Pemerintah Kabupaten Pesawaran belum mampu
memaksimalkan potensi wilayah yang ada. Dibawah ini merupakan grafik dari
pendapatan daerah Kabupaten Pesawaran pada periode 2012-2016.
1.000
903
900
800 740
703
700 642
Jumlah (Milyar)
573
600
500
400
300 241
208
200 137
114
76
100 28 26 36 37 42
-
2012 2013 2014 2015 2016
Grafik 4. 19
Pendapatan Daerah Kabupaten Pesawaran Periode 2012-2016
Sumber : Pesawaran Dalam Angka, 2017
200
100
-
2012 2013 2014 2015 2016
Grafik 4. 20
Belanja Daerah Kabupaten Pesawaran Periode 2012-2016
Sumber : Pesawaran Dalam Angka, 2017
Berdasarkan grafik dari belanja daerah Kabupaten Pesawaran pada periode 2012-
2016 diatas dalam hal belanja daerah, Kabupaten Pesawaran setiap tahunnya selalu
mengalami peningkatan pada belanja tidak langsung maupun belanja langsung.
Perkembangan belanja daerah Kabupaten Pesawaran dilihat dari jenis belanja
daerahnya dari periode 2012-2016 masih di dominasi untuk belanja tidak langsung
yakni mayoritas belanja daerah digunakan untuk membayar gaji pegawai,
sedangkan belanja langsung digunakan untuk belanja barang dan jasa serta belanja
modal (Infrastruktur).
Realisasi 1.186
Target 1.346
Proporsi (%) 97,58
2015
Realisasi 949
Target 972
Proporsi (%) 100,56
2014
Realisasi 815
Target 810
Proporsi (%) 98,55
2013
Realisasi 759
Target 770
Grafik 4. 21
Perbandingan Target dan Realisasi Pendapatan Periode 2013-2016
Sumber : Pesawaran Dalam Angka, 2017
Selanjutnya yang kedua, dilihat dari grafik dibawah ini mengenai perbandingan total
pendapatan dan total belanja Kabupaten Pesawaran periode 2012-2016 ternyata
pada tahun 2012, 2014, dan 2016 terjadi fenomena yang seharusnya sangat tidak
boleh terjadi yakni total belanja lebih besar daripada total pendapatan, karena ini
akan mengakibatkan ketidakstabilan keuangan pemerintah yang akan membuat
pemerintah harus mencari tambahan dana dengan solusi menghutang untuk
menambal total belanja tersebut dan ini sangat tidak baik dan tidak dianjurkan bila
pemerintah daerah sampai memiliki hutang apalagi dengan nominal yang besar.
Artinya disini Pemerintah Kabupaten Pesawaran dalam pengelolaan keuangan
daerah masih belum dapat dikatakan memiliki kinerja yang baik. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
600
400
200
-
2012 2013 2014 2015 2016
Grafik 4. 22
Perbandingan Total Pendapatan dan Total belanja Kabupaten Pesawaran
(Sumber : Pesawaran Dalam Angka, 2017)
Pada pembahasan ini dijelaskan mengenai dukungan pembiayaan yang berasal dari
pemerintah dan non-konvensional dimana yang dari pemerintah berupa APBN-P,
APBDes dan BUMDes sedangkan yang non-konvensional berupa CSR.
Tabel 4. 55
Rincian APBN-P Program Peremajaan Kakao Tahun 2017
Kegiatan Jumlah Biaya
Tabel 4. 56
Calon Lokasi Untuk Peremjaan Kakao
Kecamatan Desa Luas (Ha)
Bawang
Kota Jawa
Padang Cermin
Padang Cermin 16
Dantar
Gunung Rejo
Way Ratai 72
Sumber Jaya
Tempel Rejo
Kedondong 15
Pesawaran
Gerning
Tegineneng 15
Tri Mulyo
Padang Manis
Banjar Negara
Way Lima 27
Kota Dalom
Tanjung Agung
Dukungan pembiayaan dari pemerintah berupa APBN-P tahun 2017 ini memberikan
program mengenai peremajaan kakao sebanyak 200 Ha yang tersebar dibeberapa
kecamatan yang sudah dipilih berdasarkan proposal kebutuhan petani kakao yang
sesuai dengan program yang diberikan. Kecamatan yang terpilih yaitu Kecamatan
Punduh Pidada, Marga Punduh, Padang Cermin, Way Ratai, Kedondong, Tegineneng
dan Way Lima. Kecamatan yang mendapatkan pembiayaan dengan luas lahan
terbanyak yaitu Kecamatan Way Ratai seluas 72 Ha sedangkan yang terdikit ada di
Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri RI No. 113 Tahun 2014 Tentang
Pengelolaan Keuangan Desa, terdapat penjelasan mengenai APBDes. APBDes adalah
salah satu instrumen penting yang sangat menentukan dalam rangka perwujudan
tata pemerintahan yang baik (good governance) yang berpihak pada masyarakat di
tingkat desa. Proses pengelolaan APBDes yang didasarkan pada prinsip partispasi,
transparansi dan akuntabel akan memberikan arti dan nilai bahwa pemerintahan
desa dijalankan dengan baik. Dalam APBDesa berisi rincian pendapatan dan belanja.
Dibawah ini merupakan penjabaran APBDes dari salah satu desa di Kecamatan
Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran yakni Desa Sukadadi.
Tabel 4. 57
Rincian APBDes Sukadadi
Rincian Pendapatan Jumlah Rincian Belanja Jumlah
Penyelenggaraan
Pendapatan Asli Desa Rp - Rp 384,109,600.00
Pemerintahan
Pemberdayaan
Dana Desa (APBN) Rp 819,418,562.00 Rp 49,540,210.00
Masyarakat
Pembinaan
Bagi Hasil Pajak/Retribusi Rp 13,413,874.00 Rp 41,590,000.00
Masyarakat
Grafik 4. 24
Persentase Belanja Desa Sukadadi
(Sumber : Pemerintah Desa Sukadadi, 2017)
Dari data diatas dapat diketahui bahwa rincian APBDesa Sukadadi terbagi atas
pendapatan dan belanja. Pendapatan Desa Sukadadi berasal dari Pendapatan Asli
Daerah (PAD), Dana Desa, Alokasi Dana Desa, Bagi Hasil Pajak/Retribusi, Bantuan
Keuangan Provinsi dan Bantuan Keuangan Kabupaten dimana jumlah pendapatan
terbanyak yaitu dari Dana Desa dengan jumlah sebesar Rp 819,418,562. Untuk
Dana desa sebagai salah satu program utama pemerintah yang menggelontorkan
dana langsung ke desa, adalah stimulus agar kemudian desa mampu berkembang
secara mandiri. Salah satu upaya yang dilakukan dalam hal ini adalah dengan
menggeliatkan BUMDes. Sehingga selain untuk pembangunan sarana dan prasarana
desa, sebagian dana desa juga dapat digunakan untuk mendirikan BUMDes. Program
BUMDes sendiri merupakan amanat dari UU No 6 Tahun 2014 tentang Desa, seperti
disebutkan (Pasal 87) bahwa: (1) Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa
yang disebut BUM Desa; (2) BUM Desa dikelola dengan semangat kekeluargaan dan
kegotongroyongan; dan (3) BUM Desa dapat menjalankan usaha di bidang ekonomi
dan/ atau pelayanan umum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Selanjutnya terkait pengelolaan BUMDes, diatur dalam Peraturan
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi RI Nomor 4 Tahun
2015 tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan, dan pembubaran Badan
Usaha Milik Desa.
Kemudian Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa/ BUMDes) menjadi salah satu
program prioritas Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi (Kemendes PDTT) Tahun 2017 di samping 3 program lainnya, yakni
One Village One Product (Satu Desa Satu Produk); Embung Desa; dan Sarana
Olahraga. Melalui BUMDes, masyarakat desa didorong untuk mengelola ekonomi
secara otonom. Berdirinya BUMDes pada setiap desa harus berdasarkan dari hasil
musyawarah desa. Unsur musyawarah desa terdiri dari tokoh adat, tokoh agama,
tokoh pendidikan, tokoh masyarakat, perwakilan kelompok perempuan, perwakilan
tani dan seluruh unsur masyarakat desa lainnya. Pendirian BUMDes seyogyanya
sesuai dengan kebutuhan, kondisi ekonomi dan sosial budaya masyarakat. Salah
satu hal penting yang harus menjadi pertimbangan dalam mendirikan BUMDes,
bahwa jenis usaha yang dipilih BUMDes tidak diperbolehkan mengancam kegiatan
ekonomi masyarakat desa. Kehadiran BUMDes harus mampu menampung,
mengkonsolidasi, dan mewadahi kegiatan usaha ekonomi desa.
Kemudian ada pula dari sisi pembiayaan non-konvensional yang berupa dana CSR
dari PT. Pertamina yang membangun irigasi di salah satu desa di Kabupaten
Pesawaran yakni Desa Gedong Tataan dan PT. OLAM yang memberikan bantuan
bibit serta penyuluhan mengenai penanaman kakao.
Tabel 4. 58
Analisis SWOT
Tabel 4. 59
Crosstab Strenght- Opportunity Strenght-Treath
STRENGHT-OPPORTUNITY STRENGHT-TREATH
S1O2 Kabupaten pesawaran S1T4 Kabupaten Pesawaran
memiliki potensi produksi memiliki produksi
kakao baik kakao mentah kakao tertinggi di
maupun yang sudah di olah Provinsi Lampung
oleh UMKM terkait tetapi belum terdapat
sehingga hal tesebut perwujudan LP2B di
mendukung pengembangan Kabupaten Pesawaran
konsep agropolitan yang dapat
mempengaruhi
berkurangnya lahan
pertanian untuk
agropolitan.
S2O1 Struktur perekonomian S2T1 Struktur perekonomian
Kabupaten Pesawaran Kabupaten Pesawaran
ditopang sektor primer ditopang oleh sektor
berupa pertanian sehingga pertanian dengan
dapat mendukung konsep komoditas utama kakao
agropolitan yang dapat yang berpotensi jatuh
dijadikan konsep produksinya ketika
pembangunan mengalami hama
S3O1 Sudah tersebarnya S4T1 Sudah ada program
POKTAN di setiap desa di untuk membangkitkan
Kabupaten Pesawaran yang kejayaan kakao dengan
mendukung pembangunan cara rehabilitasi,
dengan konsep agropolitan intensifikasi dan
peremajaan tanaman
kakao dalam
mengantisipasi jika
kakao produksinya
jatuh akibat hama.
S4O3 Untuk membangkitkan S5T3 Budaya kerja di
kejayaaan kakao sebagai Kabupaten Pesawaran
produk utama, pemerintah yang masih
Kabupaten Pesawaran mengedepankan
menyediakan anggaran budaya kerja gotong
untuk peremajaan tanaman royong belum mampu
kakao menghadapi persaingan
tenaga kerja di
Kabupaten Pesawaran
yang merupakan bagian
urbansprawl dari
Metropolitan Bandar
LAPORAN FAKTA DAN ANALISIS | BAB IV 259
FAKTA DAN ANALISIS KONDISI INTERNAL
KABUPATEN PESAWARAN
Lampung (dalam
rangka MEA)
S7O1 Jumlah penduduk
Kabupaten Pesawaran di
dominasi oleh laki-laki
sehingga dapat menyokong
tenaga kerja bidang
pertanian dan
pengembangan agropolitan
S12O1 Kesuburan tanah tinggi
karena jenis tanah yang
terdapat di Kabupaten
Pesawaran yaitu berupa
tanah andosol, tanah
aluvial dan tanah laterit
yang dapat mendukung
terwujudnya konsep
agropolitan sebagai
pembangunan Kabupaten
Pesawaran
S8O4 Tingkat pelayanan irigasi
saat ini (63%) dapat
ditingkatkan dengan
adanya dukungan
pembiayaan dari CSR
terkait pembangunan
irigasi.
S9O1 Konektivitas di Kabupaten
Pesawaran telah didukung
oleh kondisi jaringan jalan
yang berkondisi baik
sehingga dapat
mengefisiensikan kegiatan
agribisnis pada Kawasan
Agropolitan.
S1O3 Kabupaten Pesawaran
memiliki produksi Kakao
tertinggi di Provinsi
Lampung hal ini didukung
dengan adanya
pembiayaan untuk
program peremajaan
tanaman Kakao dari APBD-
P
S10O4 Adanya dukungan
pembiayaan dari CSR
dalam bentuk
pembangunan irigasi, hal
tersebut didukung dengan
adanya 34 potensi embung
Tabel 4. 60
Crosstab Weakness-Opportunity Weakness-Treath
WEAKNESS-OPPORTUNITY WEAKNESS-TREATH
W201 Adanya program peremajaan W1T3 Persaingan tenaga
tanaman kakao dari APBN-P kerja yang tinggi
dapat meningkatkan akan mengancam
produktivitas kakao namun para petani yang
minimnya modal petani dan memiliki
belum adanya investasi kemampuan rendah
PMA/PMDN di sektor dalam mengolah
pertanian menghambat hasil pertanian.
pertumbuhan ekonomi
pertanian pada komoditas
kakao.
Tersedianya industri kecil W6T3 Sebagai bagian dari
menengah dalam sektor urban Sprawl
pertanian dapat mendorong Metropolitan
daya saing lokal apabila Bandar Lampung,
diseimbangi dengan kapasitas persaingan tenaga
petani dalam mengolah hasil kerja sangat tinggi
pertanian/perkebunan namun tidak
sehingga mampu didukung oleh
meningkatkan nilai tambah tingkat pendidikan
hasil pertanian/perkebunan. masyarakat yang
tinggi.
Sumber: Tim Peneliti, 2017
Isu Wilayah Kabupaten Pesawaran diantaranya yaitu adanya daerah rawan bencana
di Kecamatan Padang Cermin dan Kecamatan Punduh Pidada yaitu berupa bencana
gempa bumi dan tsunami, adanya potensi agropolitan dari segi produktivitas namun
belum dapat menjadi nilai tambah perekonomian, dari segi sosial dan
LAPORAN FAKTA DAN ANALISIS | BAB IV 261
FAKTA DAN ANALISIS KONDISI INTERNAL
KABUPATEN PESAWARAN
kependudukan masih tingginya tingkat prasejahtera dimana Kabupaten Pesawaran
berada di urutan tiga terbawah se-provinsi, dari segi infrastruktur juga masih
besarnya angka kerusakan jalan sebanyak 30%, dan untuk nilai PAD Kabupaten
Pesawaran masih minoritas dibandingkan dengan Dana Transfer dari pusat.
Dari semua isu yang sudah disebutkan diatas dapat disimpulkan kalimat isu wilayah
sebagai berikut :
Pemilihan lokasi Studio Perencanaan Wilayah ini didasarkan dari hasil scanning
data dan fakta berjenis data sekunder melalui tinjauan dokumen kebijakan dan
keadaan eksisting baik internal maupun eksternal di Kabupaten Pesawaran. Tema
yang akan diangkat pada Studio ini yaitu mengenai Agropolitan karena dari segi
perekonomian adanya poteni sektor pertanian, perkebunan dan perikanan yang
dapat mengembangkan wilayah di Kabupaten Pesawaran. Adapun proses pemilihan
lokasi ini dilihat dari tiap aspek yang memberikan pernyataan mengenai kawasan
agropolitan terhadap beberapa Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) di Kabupaten
Pesawaran yang dijelaskan dengan tabel berikut.
Tabel 4. 61
Tinjauan Aspek Terhadap Kawasan Strategis Kabupaten
- Rawan banjir
- Jenis formasi batuan
gunung api muda yang
mendukung guna lahan
pertanian
5.1 Kesimpulan
Sumberdaya alam dan lahan yang dilihat dari kondisi fisik dan lingkungan di
Kabupaten Pesawaran mendukung Kabupaten Pesawaran untuk dikembangkan
menjadi Wilayah Agroindustri. Potensi lahan di Kabupaten Pesawaran mendukung
dan mendorong peningkatan produktivitas pertanian dan perkebunan karena
tersebarnya jenis tanah andosol yang terbentuk dari material erupsi gunung berapi
yang sangat berpotensi terhadap pengembangan tanaman pertanian dan
perkebunan. Hal tersebut terbukti dengan sebagian besar lahan yang dimanfaatkan
di Kabupaten Pesawaran adalah sebagai kawasan perkebunan dan kawasan
pertanian. Potensi lahan diperkuat dengan hasil analisis kemampuan lahan yang
menunjukkan bahwa kemampuan lahan di Kabupaten Pesawaran berada pada
klasifikasi sedang artinya lahan di Kabupaten Pesawaran mampu mendukung
kegiatan perkebunan dan pertanian. Selain itu, secara keseluruhan lahan di
Kabupaten Pesawaran dilihat nilai kesesuaiannya terhadap kegiatan pertanian
melalui analisis kesesuaian lahan pertanian. Hasil yang diperoleh bahwa Kabupaten
Pesawaran memiliki kesesuaian yang baik jika dikembangkan kegiatan pertanian
maupun perkebunan.
Dalam aspek ekonomi, dapat disimpulkan bahwa disamping budaya kerja yang
sudah baik, masih terdapat komponen yang lain yang belum dapat mendukung
Kabupaten Pesawaran sebagai Kawasan Agropolitan yaitu nilai IPM, tingkat
kemiskinan, tingkat pendidikan yang berada di bawah rata-rata Provinsi dan
Nasional dan masih perlu untuk ditingkatkan.
LAPORAN FAKTA DAN ANALISIS | BAB V 265
KESIMPULAN
Dalam sistem kelembagaan pemerintah Kabupaten Pesawaran memiliki 28 SKPD
didalamnya terdapat beberapa SKPD dengan bidang yang terkait pengembangan
agroindustri tergabung dalam Dewan Ketahanan Pangan dengan struktur organisasi
terdiri dari Bupati sebagai Ketua, Sekda sebagai Ketua Harian, Asisten Bidang
Ekonomi sebagai Wakil Ketua Harian, Kepala Dinas Ketahanan Pangan sebagai
Sekretaris serta Kepala Dinas Kesehatan, Kepala Dinas Pertanian, Kepala Dinas
Perikanan, Kepala Dinas Koperasi UMKM dan Ketua TP-PKK sebagai Anggota.
Adapun alur hubungan aktor-aktor dalam distribusi hasil pertanian yaitu dimulai
dari petani yang lahan pertanian di Kabupaten Pesawaran ada yang dimiliki sendiri
dan lahan milik orang lain, tetapi mayoritas petani di Kabupaten Pesawaran tidak
Sumber pendapatan daerah Kabupaten Pesawaran berasal dari tiga sumber yakni
pendapatan asli daerah (PAD), dana perimbangan, dan pendapatan lain-lain yang
sah. Perkembangan pendapatan daerah Kabupaten Pesawaran dilihat dari sumber
pendapatannya dari periode 2012-2016 masih di dominasi oleh sumber pendapatan
yang berasal dari dana perimbangan. Untuk pendapatan asli daerah (PAD) masih
sangat rendah, artinya Pemerintah Kabupaten Pesawaran belum mampu
memaksimalkan potensi wilayah yang ada. Sedangkan untuk belanja daerah
Kabupaten Pesawaran setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan pada belanja
tidak langsung maupun belanja langsung. Perkembangan belanja daerah Kabupaten
Pesawaran dilihat dari jenis belanja daerahnya dari periode 2012-2016 masih di
dominasi untuk belanja tidak langsung yakni mayoritas belanja daerah digunakan
untuk membayar gaji pegawai, sedangkan belanja langsung digunakan untuk belanja
barang dan jasa serta belanja modal (Infrastruktur).
Dukungan pembiayaan dari pemerintah berupa APBN-P tahun 2017 ini memberikan
program mengenai peremajaan kakao sebanyak 200 Ha yang tersebar dibeberapa
kecamatan yang sudah dipilih berdasarkan proposal kebutuhan petani kakao yang
sesuai dengan program yang diberikan. Kecamatan yang terpilih yaitu Kecamatan
Punduh Pidada, Marga Punduh, Padang Cermin, Way Ratai, Kedondong, Tegineneng
dan Way Lima.
Rincian APBDesa Sukadadi terbagi atas pendapatan dan belanja. Pendapatan Desa
Sukadadi berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Desa, Alokasi Dana Desa,
Bagi Hasil Pajak/Retribusi, Bantuan Keuangan Provinsi dan Bantuan Keuangan
Kabupaten dimana jumlah pendapatan terbanyak yaitu dari Dana Desa dengan
jumlah sebesar Rp 819,418,562. Untuk Belanja Desa Sukadadi dialokasikan untuk
beberapa kepentingan yaitu Penyelenggaraan Pemerintah, Pemberdayaan
Masyarakat, Pembangunan Desa, Pembinaan Masyarkat dan Penyertaan Modal
BUMDes yang dimana jumlah alokasi terbesar yaitu untuk Pembangunan Desa
sebesar Rp 553,964,330.