Disusun Oleh :
Leonardus Suryanri Pehan Kelen
Nim 10.24.017
PROGRAM STUDI
PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG
2017
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERSETUJAN
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
ARAHAN PENATAAN FASILITAS PEDESTRIAN
DI JALAN SOEKARNO HATTA, KOTA MALANG
ABSTRAKSI
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
iii
BAB III METODE PENELITIAN
BAB V ANALISA
iv
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan.................................................................................. 94
6.2 Rekomendasi ............................................................................... 104
6.2.1 Pemerintahan Kota Malang ............................................. 104
6.2.2 Peneliti Berikutnya ......................................................... 104
LAMPIRAN ...........................................................................................
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR PETA
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
BAB I
PENDAHULUAN
perpindahan orang atau manusia dari satu tempat sebagai titik tolak ke
tempat lain sebagai tujuan dengan menggunakan moda jalan kaki. Atau
secara harfiah, pedestrian berarti “ person walking in the street ” , yang
berarti orang yang berjalan di jalan.1
Menurut Giovany Gideon (1977) Berjalan kaki merupakan
sarana transportasi yang menghubungkan antara fungsi kawasan satu
dengan yang lain terutama kawasan perdagangan, kawasan budaya, dan
kawasan permukiman, dengan berjalan kaki menjadikan suatu kota menjadi
lebih manusiawi. Kegiatan berjalan kaki tentunya membutuhkan fasilitas –
fasilitas pejalan kaki yang memadai, salah satunya cara memenuhi
kebutuhan fasilitas pejalan kaki yang memadai adalah dengan melakukan
penataan fasilitas pedestrian.
Penataan fasilitas pedestrian yang baik akan mempengaruhi wadah
atau ruang untuk melakukan kegiatan pejalan kaki yang dapat memberikan
pelayanan kepada pejalan kaki sehingga dapat meningkatkan kenyamanan,
keselamatan, dan keamanan bagi pejalan kaki. Fasilitas pedestrian
merupakan suatu wadah yang tidak nyata akan tetapi dapat dirasakan
manfaatnya bagi masyarakat dan merupakan suatu ruang publik dimana
pada jalur tersebut juga terjadi interaksi sosial antar masyarakat.
Dengan tertata fasilitas pedestrian yang baik akan sangat
bermanfaat bagi masyarakat akan sarana untuk berinteraksi, terutama
untuk melakukan aktivitas salah satu contohnya pada kawasan perdagangan
dimana pejalan kaki memerlukan ruang yang cukup untuk dapat
melihat-lihat, sebelum menentukan untuk memasuki salah satu
pertokoan di kawasan perdagangan tersebut.
Malkamah (1995) mendapati, bahwa pejalan kaki tidak dapat
dipisahkan dari keberadaan manusia sesungguhnya. 2 Oleh karena itu,
fasilitas pejalan kaki perlu disediakan ruang bagi pedestrian seperti
penyediaan fasilitas pedestrian seperti trotoar, street furniture dan jembatan
penyebrangan.
Terpenuhinya fasilitas pedestrian yang memadai akan
mengurangi keterikatan terhadap kendaraan di kawasan pusat kota,
meningkatkan penggunaan pejalan kaki, mempertinggi kualitas lingkungan
melalui sistem perancangan yang manusiawi, menciptakan kegiatan
pedagang kaki lima yang lebih banyak dan akhirnya akan membantu
kualitas udara di kawasan tersebut.
Terkait dengan fasilitas pejalan kaki peneliti melihat masalah yang
terkait seperti penjabaran di atas pada koridor Jalan Soekarno Hatta, Kota
1
Danoe Iswanto, (2006). Jurnal Ilmiah Perancangan Kota dan Permukiman Pengaruh Elemen – Elemen Pelengkap
Jalur Pedestrian Terhadap Kenyamanan Pejalan Kaki.
2
Sudarmaji, Suci Purwandari, Studi Kajian Efektivitas Penyediaan dan Pemanfaatan Fasilitas Pejalan Kaki
Citywalk, Jembatan Penyebarangan Dan Zebra Cross) Di Kota Surakarta, (2014), Jurnal Sainstech Politeknik
Indonusa Surakarta
3
Gambar 1.1
Kondisi Eksisting Fasilitas Pedestrian
1.3.1 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini menuju ke arahan penataan fasilitas
pedestrian di Jalan Soekarno Hatta, Malang Kota, sehingga dapat diketahui
kebutuhan fasilitas pedestrian berdasarkan aspek kenyamanan, aspek
keselamatan, dan aspek keamanan serta aspek pnyediaan dan aspek
permintaan fasilitas pedestrian.
1.3.2 Sasaran
Adapun sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian ini guna
mendukung tujuan diatas adalah sebagai berikut :
Identifikasi Kebutuhan fasilitas pejalan kaki sepanjang Jalan
Soekarno Hatta berdasarkan aspek kenyamanan, aspek
keselamatan, dan aspek keamanan.
Identifikasi Kebutuhan fasilitas pejalan kaki di sepanjang Jalan
Soekarno Hatta berdasarkan pendekatan penyediaan (supply) dan
permintaan (demand).
Arahan penataan fasilitas pedestrian di Jalan Soekarno Hatta.
BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan menguraikan tentang latar belakang penelitian, rumusan
masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup pembahasan, fungsi penelitian
serta sistematika pembahasan.
BAB V ANALISA
Pada bab analisa ini, membahas mengenai aspek kenyamanan, aspek
kese;amatan, dan aspek keamanan, aspek permintaan dan aspek penyediaan
serta arahan penataan fasilitas pedestrian di Jalan Soekarno Hatta, Kota
Malang..
BAB VI PENUTUP
Bab penutup menjelaskan tentang kesimpulan dari penelitian, kritik dan
saran dari hasil analisis yang dilakukan serta rekomendasi.
9
PETA
ORENTASI LOKASI
10
PETA
RUANG LINGKUP LOKASI
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Kamus Besar Bahasa Indonesia
4
Linda Tonubala. Pemahaman Tentang Kawasan Rawan Bencana Dan Tinjauan Terhadap Kebijakan Dan
Peraturan Terkait. Mei 2011. Jurnal Sabua Vol.3, No.1. ISSN 2085-7020
12
Fasilitas :
Untuk mengemukakan pengertian tentang fasilitas,
penulis dapat sajikan beberapa batasan dari para ahli. Menurut
Zakiah Daradjat “fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat
mempermudah upaya dan memperlancar kerja dalam rangka
mencapai suatu tujuan, sedangkan menurut Suryo Subroto “
fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat memudahkan dan
memperlancar pelaksanaan suatu usaha dapat berupa benda-benda
maupun uang. Lebih luas lagi tentang pengertian failitas
Suhairsimi Arikonto berpendapat, “fasilitas dapat diartikan sebagai
segala sesuatu yang dapat memudahkan dan memperlancar
pelaksanaan segala sesuatu usaha. Adapun yang dapat
memudahkan dan melancarkan usah ini dapat berupa benda-benda
maupun uang.5
Pedestrian :
Pedestrian berasal dari bahasa Yunani, dimana
berasal dari kata pedos yang berarti kaki, sehingga pedestrian
dapat diartikan sebagi pejalan kaki atau orang yang
berjalankaki, sedangkan jalan merupakan media diatas bumi
yang memudahkan manusia dalam tujuan berjalan, Maka
pedestrian dalam hal ini memiliki arti pergerakan atau
perpindahan orang atau manusia dari satu tempat sebagai titik
tolak ke tempat lain sebagai tujuan dengan menggunakan
moda jalan kaki. Atau secara harfiah, pedestrian berarti “person
walking in the street“, yang berarti orang yang berjalan di jalan.
Dirjen Perhubungan Darat (1999:205) menyatakan bahwa
pejalan kaki adalah suatu bentuk transportasi yang penting di
daerah perkotaan. Pejalan kaki merupakan kegiatan yang cukup
penting dari sistem angkutan dan harus mendapatkan tempat
yang selayaknya. Pejalan kaki pada dasarnya lemah, mereka
terdiri dari anak-anak, orang tua, dan masyarakat yang
berpenghasilan rata-rata kecil.6
5
Toni Triwidodo, Pengertian Fasilitas Belajar ( 2012 )
6
Nur Faiz Budiawan dan Soekarno, Tingkat Pelayanan Fasilitas Pedestrian di Simpang Empat Kantor Pos Besar
Yogyakarta. (2015), Teknik Sipil UII Yogyakarta
13
7
Nur Faiz Budiawan Dan Soekarno, Tingkat Pelayanan Fasilitas Pedestrian di Simpang Empat Kantor Pos Besar
Yogyakarta, (2015), Jurnal Teknik Vol. 5
14
8
Fruin, John J. (1971). Pedestrian Planning and Design. New York : Metropolitan and Association of
Urban Designers and Environmental Planners, Inc.
9
Danoe Iswanto, (2006). Jurnal Ilmiah Perancangan Kota dan Permukiman Pengaruh Elemen – Elemen Pelengkap
Jalur Pedestrian Terhadap Kenyamanan Pejalan Kaki.
10
Ibid
11
Hobbs, FD.,(1995), “Perencanaan dan Teknik Lalulintas”, edisi 2, Gajah Mada University Press.
12
Malkamah, S.,(1995), “Manajemen lalulintas Kota Secara Terpadu, Untuk Pelestarian Lingkungan dan
Keselamatan lalulintas”. Yogyakarta, Biro Penerbit.
15
Keterangan :
W = Lebar trotoir
V = Volume pejalan kaki rencana/2 arah (org/m/men)
13
Sudarmaji, Suci Purwandari, Studi Kajian Efektivitas Penyediaan dan Pemanfaatan Fasilitas Pejalan Kaki
Citywalk, Jembatan Penyebarangan Dan Zebra Cross) Di Kota Surakarta, (2014), Jurnal Sainstech Politeknik
Indonusa Surakarta.
14
Sussman, JM., Uburdi, LC., Skiner, RE., 1994, Pedestrian, “ Highway Capacity Manual”, 3ed.,
Washington DC., Transportation Research Board, National Reseach Council.
15
Ibid.
16
Ibid.
16
17
Ibid.
18
Mohle, Henry R. Murthy, A.S. Narasimha. 2001. Transportation Engineering Basics 2nd Edition ASCE
17
19
Danoe Iswanto, Pengaruh Elemen – Elemen Pelengkap Jalur Pedestrian Terhadap Kenyamanan Pejalan Kaki, (
2006 ) Jurnal Ilmiah Perancangan Kota Dan Permukiman
18
a. Waktu
Berjalan kaki pada waktu-waktu tertentu mempengaruhi
panjang atau jarak yang mampu ditempuh. Misalnya : berjalan kaki
pada waktu rekreasi memiliki jarak yang relatif, sedangkan waktu
berbelanja terkadang dapat dilakukan 2 jam dengan jarak sampai 2 mil
tanpa disadari sepenuhnya oleh si pejalan kaki.
20
Ibid.
19
b. Kenyamanan
Kenyamanan orang untuk berjalan kaki dipengaruhi oleh faktor
cuaca dan jenis aktivitas. Iklim yang kurang baik akan mengurangi
keinginan orang untuk berjalan kaki.
1. Safety ( keamanan )
Salah satu penyebab banyaknya tingkat kecelakaan yang
terjadi pada pejalan kaki di jalur pedestrian adalah akibat
pencampuran fungsi jalur pedestrian dengan aktivitas yang lain.
21
Danoe Iswanto, Pengaruh Elemen – Elemen Pelengkap Jalur Pedestrian Terhadap Kenyamanan Pejalan Kaki, (
2006 ) Jurnal Ilmiah Perancangan Kota Dan Permukiman
20
2. Comfort ( Kenyamanan )
Kenyamanan merupakan segala sesuatu yang memperlihatkan
dirinya sesuai dan harmonis dengan penggunaan suatu ruang.
Jalur pedestrian memiliki peran penting dalam pembentukan
arsitektur kota. Kondisi jalur pedestrian yang mengutamakan
kenyamanan, tentunya juga mempertimbangkan aspek
manusiawi. Faktor-faktor yang mempengaruhi kenyamanan :
Sirkulasi :
Kenyamanan dapat berkurang akibat sirkulasi yang kurang baik,
misalnya kurangnya kejelasan sirkulasi, penggunaan fungsi
ruang sirkulasi yang berbeda ( misal trotoar dijadikan tempat
berjualan ), tidak jelasnya pembagian ruang antara sirkulasi
pejalan kaki dan sirkulasi kendaraan. Untuk hal tersebut,
hendaknya diadakan pembagian sirkulasi antara manusia dan
kendaraan.
21
Tabel 2.1
Cara Penilaian Fasilitas Pejalan Kaki Berdasarkan Indikator
Kenyamanan, Keselamatan, dan Keamanan. 22
Fasilitas Pejalan Kaki Yang Dinilai
Indikator
Trotoar Penyeberangan Street funiture
Pohon peneduh tidak dapat
meneduhi pejalan kaki;
Lebar terbangun Lebar efektif jembatan Tempat sampah tidak
dan efektif penyeberangan kurang ada/ada tapi tidak dapat
trotoar kurang dari 2 meter, dan lebar menampung semua sampah;
Tidak dari 2 meter, keseluruhan kurang dari Tidak tersedia bangku
Nyaman tidak menerus; 2,6 meter; lebar istirahat, halte, dan telepon
trotoar kurang jembatan kurang lebar umum. Pohon peneduh,
lebar menurut atau sedang menurut tempat sampah, bangku,
responden. responden. halte, dan telepon umum
kondisi buruk menurut
Kenyamanan
responden.
Tidak seluruh Tidak seluruh dari syarat
dari syarat lebar pohon peneduh dapat
dan trotoar meneduhi pejalan kaki,
kurang dari 2 adanya tempat sampah yang
Kurang
meter, trotoar dapat menampung semua
Nyaman
menerus, dan sampah, ada bangku
trotoar lebarnya istirahat, halte, telepon
ideal menurut umum, dan kondisi pohon
responden peneduh, tempat samapah,
22
Enni Lindia Mayona S.T., M.T, Identifikasi Kebutuhan Fasilitas Pejalan Kaki di Kota Pontianak ( 2013 ), Jurnal
Online Institut Teknologi Nasional
22
Tidak seluruh
dari syarat lebar
terbangun dan
efektif trotoar
kurang dari 2 Tidak seluruh dari syarat
meter, trotoar Kondisi cat lampu penerangan yang
menerus, kondisi penyeberangan zebra dapat menerangi di malam
permukaan sudah tidak utuh dan hari, dan kondisi pagar
Kurang
trotoar tidak sulit untuk dilihat; pembatas yang baik, dan
Selamat
rusak/baik kondisi cat tidak lampu penerangan dan pagar
terpenuhi, dan terlihat/buram menurut pembatas yang berkondisi
lebar trotoar responden baik menurut responden
ideal dan kondisi terpenuhi.
permukaan baik
menurut
Keselamatan responden
terpenuhi.
Lebar terbangun
dan efektif
trotoar sebesar 2 Lampu-lampu penerangan
Kondisi cat
meter, menerus, dapat menerangi pejalan
penyeberangan zebra
dan kondisi kaki ketika malam hari;
masih utuh dan dapat
Selamat permukaan tidak Pagar pembatas kondisinya
terlihat, kondisi cat dapat
rusak/baik; lebar baik; Lampu penerangan dan
terlihat (terang) menurut
trotoar ideal dan pagar pembatas berkondisi
responden.
kondisi baik menurut responden.
permukaan baik
menurut
23
Keamanan
Kurang
Aman
Sumber:Perencanaan Trotoar (1990), Tata Cara Perencanaan Jalur Pejalan Kaki di Perkotaan (1995), Pedoman
Penyediaan dan Pemanfaatan Sarana dan Prasarana Ruang Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan
Tabel 2.2
Kriteria Penyediaan Penyeberangan, Jalur Hijau, dan
Perabot/Perlengkapan Ruas Pejalan Kaki
Fasilitas Aksesibilitas Keselamatan Kenyamanan Keindahan Kemudahan Interaksi
1. Jalur 1. Jalur
Ruang
memiliki mudah
Harus dapt Ruang pejalan
lebar yang dicapai dan Jalur
diaskes oleh pejalan kaki kaki
nyaman ( tidak memiliki
semua terpisah daei memiliki
minimal 1,5 terhalangi titik - titik
pejalan kaki jalur lalu material
meter ) oleh apapun untuk
Penyeberangan termaksud lintas penutup
2. Jalur dapat
yang kendaraan tanah yang 2. Jalur harus
Pejalan kaki melakukan
memliki dan memiliki berpola dan menerus dari
memiliki interaksi
keterbatasan ketinggian memiliki satu titik ke
permukaan sosial
fisik berbeda daya serap titik ysng
yang tidak
tinggi lain
licin
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 03/Prt/M/2014
Tabel 2.3
Indikator – indikator yang mempengaruhi aspek kenyamanan,
aspek keselamatan dan aspek keamanan
Trotoar 2 meter, Jalur penyeberangan lebar 1,5
meter, permukaan jalur penyebengan tidak licin
a.Nyaman Adanya pohon peneduh, sampah dapat
menampung sampah-sampah yang ada, adanya
halte
Lebar trotoar 2 meter, trotoar tidak menerus
Kenyamanan
b. Kurang Nyaman Adanya pohon peneduh dapat meneduhi pejalan
kaki, adanya tempat sampah yang tidak dapat
menampung semua sampah,
Lebar trotoar < 2 meter, trotoar tidak menerus
c.Tidak Nyaman Tidak ada pohon peneduh, Tidak ada tempat
sampah.
Lebar trotoar 2 meter, menerus, dan kondisi
permukaan baik
a.Selamat Ruang pejalan kaki memiliki ketinggian berbeda
zebra crozz baik
Ada lampu penerangan dan pagar pembatas
Keselamatan Lebar trotoar < 2 meter, trotoar menerus, kondisi
b. Kurang Selamat permukaan trotoar baik
Ada lampu penerangan dan pagar pembatas
Lebar trotoar <2 meter, kondisi trotoar rusak
c.Tidak Selamat Zebra cross rusak
Ada lampu penerangan jalan
23
Enni Lindia Mayona S.T., M.T, Identifikasi Kebutuhan Fasilitas Pejalan Kaki di Kota Pontianak ( 2013 ), Jurnal
Online Institut Teknologi Nasional
25
24
Enni Lindia Mayona S.T., M.T, Identifikasi Kebutuhan Fasilitas Pejalan Kaki Di Kota Pontianak ( 2013 ), Jurnal
Online Institut Teknologi Nasional
26
25
Pedoman Standar Pelayanan Minimal Pedoman Penentuan Standar Pelayanan Minimal Bidang Penataan Ruang,
Perumahan Dan Permukiman Dan Pekerjaan Umum (Keputusan Menteri Permukiman Dan Prasarana Wilayah No.
534/Kpts/M/2001)
27
Tabel 2.4
Tingkat Pelayanan (LOS) Berdasarkan Pejalan Kaki dan Trotoar
LOS Ruang (m²/p) Arus (P.K/ mnt?mtr Kec rata - rata Rasio v/c
A > 5,6 ≤ 16 > 1,30 ≤ 0,21
B > 3,7 - 5,6 > 16 - 23 > 1,27 - 1,30 > 0,21 - 0,31
C > 2,2 - 3,7 > 23 - 33 > 1,22 - 1,27 > 0,31 - 0,44
D > 1,4 - 2,2 > 33 - 49 > 1,14 - 1,22 > 0,44 - 0,65
E >0,75 - 1,4 > 49 - 75 0,75 - 1,14 > 0,65 - 1,0
F ≤ 0,75 Variabel ≤ 0,75 Variabel
Sumber : TRB (2000)
Tabel 2.5
Tingkat Pelayanan (LOS) Berdasarkan Efek Pengelompokan
LOS Ruang (m²/p) Arus (P.K/ mnt?mtr
A > 49 ≤ 1,6
B > 8 49 > 1,6 - 10
C >4-8 > 10 - 20
D >2-4 > 20 - 36
E >1-2 > 36 - 59
F ≤1 > 59
Catatan : Rata - rata dihitung tiap 5 - 6 menit
Sumber : TRB (2000)
Tabel 2.6
Tingkat Pelayanan (LOS) Berdasarkan Area Antrian
LOS Ruang (m²/p)
A > 1,2
B > 0,9 - 1,2
C > 0,6 - 0,9
D > 0,3 - 0,6
E > 0,2 - 0,3
F ≤ 0,2
Sumber : TRB (2000)
26
Nur Faiz Budiawan dan Soekarno, Tingkat Pelayanan Fasilitas Pedestrian di Simpang Empat Kantor Pos Besar
Yogyakarta. (2015), Teknik Sipil UII Yogyakarta.
28
Gambar 2.1
Timgkat Pelayan LOS
Tabel 2.7
Tingkat Pelayanan Trotoar
LOS Ruang (m²/p) Arus (P.K/ mnt?mtr Kec rata - rata Rasio v/c
A > 5,6 ≤ 16 > 1,30 ≤ 0,21
B > 3,7 - 5,6 > 16 - 23 > 1,27 - 1,30 > 0,21 - 0,31
C > 2,2 - 3,7 > 23 - 33 > 1,22 - 1,27 > 0,31 - 0,44
D > 1,4 - 2,2 > 33 - 49 > 1,14 - 1,22 > 0,44 - 0,65
E >0,75 - 1,4 > 49 - 75 0,75 - 1,14 > 0,65 - 1,0
F ≤ 0,75 Variabel ≤ 0,75 Variabel
Sumber : HCM (2000)
27
Vandia Grace Mantik, Perencanaan Kebutuhan Pedestrian Pada Ruas Jalan Suprapto Kota Manado, Universitas
Sam Ratulangi Fakultas Teknik Jurusan Sipil Manado
29
28
Muhajirin Syah Putra, Yusandy Aswad, Analisis Karakteristik Dan Aktivitas Pedestrian (Studi Kasus), (2012),
Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara
31
meningkat maka kecepatan pergerakan dari pejalan kaki pada jalur trotoar
akan menurun. Hubungan ini dapat dirumuskan :
υ=SxD
Dengan :
υ = arus pejalan kaki ( ped/ min/ ft )
S = kecepatan pejalan kaki ( ft / min )
D = kepadatan pejalan kaki (ped / ft )
atau :
υ
Dengan :
M = ruang gerak pejalan kaki (ft2/ ped)
Jika analisa dasar yang dilakukan untuk kebutuhan jalur pejalan kaki
dinyatakan dalam ped/15 min, menggunakan periode waktu tiap 15 menit,
maka arus pejalan kaki ( υ ) dirumuskan :
Dengan :
V = arus puncak pejalan kaki (ped / 15 min)
WE = lebar efektif jalur pejalan kaki (ft)
Yang dimaksud dengan lebar efektif jalur pejalan kaki adalah
lebar dari jalur pejalan kaki yang dapat digunakan secara efektif oleh
para pejalan kaki. Perencanaan ruang gerak pada jalur pejalan kaki secara
optimal dapat dipertimbangkan sebagai perencanaan yang paling baik secara
ekonomis, efektif dan aman. Untuk menentukan ruang gerak minimum yang
diperlukan pada jalur pejalan kaki, maka dapat dirumuskan :
Dengan :
w = Lebar dari jalur pejalan kaki
T = Waktu yang dipakai analisa pengukuran 1 menit
l = Panjang jalur pejalan kaki
n = Jumlah pejalan kaki yang menggunakan jalur pejalan kaki
t = Waktu tempuh perjalanan yang dilakukan oleh pejalan kaki pada
jalur pejalan kaki
32
29
Muhajirin Syah Putra, Yusandy Aswad, Analisis Karakteristik Dan Aktivitas Pedestrian (Studi Kasus), (2012),
Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara
30
Ibid.
31
Ibid.
33
a.
Kecepatan Rata-rata Pejalan Kaki
Kecepatan rata-rata berjalan (kecepatan rata-rata individual yaitu
total panjang perjalanan dari pejalan kaki dibagi total waktu
perjalanan adalah :
dimana :
L = panjang perjalanan pejalan kaki (meter)
T 1 = waktu tempuh rata-rata tiap arah pergerakan pejalan kaki (detik)
b.
Percepatan
Percepatan (acceleration) didefinisikan sebagai tindakan pada
perubahan kecepatan suatu objek, suatu objek akan mengalami
percepatan/perlambatan akibat konflik.
dimana :
V 1 = kec. Pejalan kaki rata-rata tiap arah pergerakan (meter/detik)
V 2 = kec. Pejalan kaki akibat konflik antar pejalan kaki (meter/detik)
T 1 = waktu tempuh rata-rata tiap arah pergerakan pejalan kaki (detik)
c.
Tundaan
Tundaan individu pejalan kaki (individual delay) adalah
perbedaan antara waktu perjalanan rata-rata pejalan kaki dengan waktu
perjalanan akibat konflik antar pejalan kaki, dibagi dengan panjang
berjalan :
dimana :
T 1 = waktu tempuh rata-rata tiap arah pergerakan pejalan kaki (detik)
T 2 = waktu tempuh akibat konflik antar pejalan kaki (detik)
L = panjang perjalanan pejalan kaki (meter)
32
Ibid.
34
d.
Indeks ketidak nyamanan
Perpindahan berjalan yang paling adalah seragam dan dalam
suatu garis lurus. Nilai indeks ketidaknyamanan akan 0 (nol)
jika perpindahan berjalan adanya seragam ( kecepatan konstan),
dengan rumusan :
dimana :
d = tundaan (detik/meter)
L = panjang perjalan pejalan kaki (meter)
T 1 = waktu tempuh rata-rata tiap arah pergerakan pejalan kaki (detik)
2.3.1 Trotoar
Trotoar atau sidewalk merupakan ruang pejalan kaki yang
berdampingan dengan jalan pada salah satu sisinya dengan evaluasi yang
ditinggikan maupun yang tidak langsung berbatasan dengan
banguanan.33Adapun ketentuan dalam penyediaan fasilitas pedestrian (
trotoar ) adalah sebagai berikut :
a. Penempatan Trotoar34
Suatu ruas jalan perlu dilengkapi dengan totoar apabila
disepanjang jalan tersebut terdapat penggunaan lahan yang
mempunyai potensi menimbulkan pejalan kaki. Penggunaan
lahan tersebut antara lain perumahan sekolah, pusat
perbelanjaan, pusat perkantoran, pusat hiburan, pusat
kegiatan sosial, daerah industri, terminal busa dan lain – lain.
Secara umum dapat direncanakan pada ruas jalan yang
terdapat volume pejalan kaki lebih besar dari 300 orang per
12 jam ( 6.00 – 18.00 ).
Trotoar hendaknya ditempatkan pada sisi luar jalur lalu litas (
bila tersedia jalur parkir ). Trotoar hendaknya dibuat sejajar
dengan jalan, akan tetapi trotoar tidak sejajar dengan jalan
33
Penataan Ruang Nasional, Penyediaan Dan Pemanfaatan Prasarana Dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan
34
Direktorat Jendral Bina Marga Pembinaan Jalan Kota, (1990), Petunjuk Perencanaan Trotoar
35
Gambar 2.2
Ruang Bebas Trotoar
c. Lebar Trotoar36
Lebar trotoar harus dapat melayani volume pejalan kaki yang ada.
Trotoar yang sudah ada perrlu ditinjau kapasitas (lebar), keadaan
dan penggunaannya apabila terdapat pejalan kaki yang
menggunakan jalur lalu lintas kendaraan. Trotoar disarankan untuk
direncanakan serendah – rendahnya C. Pada keadaan tertentu yang
35
Direktorat Jendral Bina Marga Pembinaan Jalan Kota, (1990), Petunjuk Perencanaan Trotoar
36
Ibid
36
Tabel 2.9
Lebar Tambahan Trotoar
N (meter) Keadaan
1,5 Jalan di daerah pasar
1,0 Jalan di daerah perbelanjaan bukan pasar
0,5 Jalan di daerah lain
Sumber : Direktorat Jendral Bina Marga Pembinaan Jalan Kota, (1990)
37
011/T/Bt/1995, Tata cara perencanaan fasilitas pejalan kaki di kawasan perkotaan
37
2.3.3 Penyeberangan
Ketentuan penyediaan penyeberangan untuk pejalan kaki adalah sebagai
berikut:40
a. Penyeberangan Sebidang
Penyeberangan sebidang merupakan fasilitas penyeberangan
bagi pejalan kaki yang sebidang dengan jalan.
penyeberangan zebra
Penyeberangan zebra merupakan fasilitas penyeberangan
bagi pejalan kaki sebidang yang dilengkapi marka untuk
memberikan batas dalam melakukan lintasan. Ketentuan
38
011/T/Bt/1995, Tata cara perencanaan fasilitas pejalan kaki di kawasan perkotaan
39
Penataan Ruang Nasional, Penyediaan Dan Pemanfaatan Prasarana Dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan
40
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 03/Prt/M/2014 /2011 Tentang Pedoman Perencanaan, Penyediaan,
dan Pemanfaatan Prasarana Dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan
38
41
Penataan Ruang Nasional, Penyediaan Dan Pemanfaatan Prasarana Dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan
42
011/T/Bt/1995, Tata cara perencanaan fasilitas pejalan kaki di kawasan perkotaan
39
a. Jalur Hijau43
Terdapat bagian khusus untuk menempatkan berbagai elemen
ruang seperti hidran air, telepon umum, dan perlengkapan/perabot
jalan (bangku, lampu, tempat sampah, dan lain- lain) serta jalur
hijau. Ruang pejalan kaki dibangun dengan mempertimbangkan
nilai ekologis ruang terbuka hijau (RTH). Jalur hijau
ditempatkan pada jalur amenitas dengan lebar 150 centimeter
dan bahan yang digunakan adalah tanaman peneduh.
b. Lampu Penerangan44
Lampu penerangan terletak di luar ruang bebas jalur pejalan
kaki dengan jarak antar lampu penerangan yaitu 10 meter.
Lampu penerangan dibuat dengan tinggi maksimal 4 meter serta
menggunakan material yang memiliki durabilitas tinggi seperti
metal dan beton cetak.
c. Tempat Sampah
Tempat sampah terletak di luar ruang bebas jalur pejalan
kaki dengan jarak antar tempat sampah yaitu 20 meter.
Tempat sampah dibuat dengan dimensi sesuai kebutuhan,
43
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 03/Prt/M/2014 /2011 Tentang Pedoman Perencanaan, Penyediaan,
Dan Pemanfaatan Prasarana Dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan
44
Ibid
40
Tabel 2.10
Faktor Penyesuaian Lebar Rintangan Tetap Untuk Jalur
Pejalan Kaki48
45
Ibid
46
Keputusan Mentri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001,Pedoman Standar Pelayanan
Pelayanan Minimal Bidang Penataan Ruang, Perumahan dan Pekerjaan Umum
47
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 03/Prt/M/2014 /2011 Tentang Pedoman Perencanaan, Penyediaan,
Dan Pemanfaatan Prasarana Dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan
48
Ibid
41
49
Materi Teknis BAPEDA Banten, Pengendalian dan Pemanfaatan Ruang
42
Perkotaan Nomor 57 Tahun 2010 yang tercantum dalam pasal 7 salah satu
kegiatan yang mempengaruhi karakteristik suatu kawasan yakni kegiatan
sosial dan ekonomi yang berbunyi :
Pelayanan sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf c
terdiri atas jenis pelayanan:
- Pendidikan.
- Kesehatan.
- Pusat pelayanan sosial.
- Rekreasi dan olahraga.
- Sarana peribadatan
- Pemakaman
Kegiatan ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf d
terdiri atas jenis pelayanan:
- Pusat perdagangan dan jasa
- Pergudangan.
- Ruang untuk sektor informal dan usaha kecil dan menengah.
- Jasa keuangan.
- Pusat informasi daerah.
- Penginapan.
- Pelayanan transportasi
Tabel 2.11
Varibel Penelitian
Landasan Variabel
No Sasaran Variabel Indikator
Teori Amatan
a. Nyaman
Lebar trotoar 2 meter,
trotoar menerus
Jalur penyeberangan lebar
1,5 meter, permukaan
a.Nyaman jalur penyebengan tidak
licin
Adanya pohon peneduh,
sampah dapat
menampung sampah-
sampah yang ada, adanya
halte
b. Kuarang Nyman
Menurut
1. Kenyamanan Lebar trotoar 2 meter,
Murthy
Identifikasi (2001) trotoar tidak menerus
Kebutuhan Fasilitas b. Kurang Adanya pohon peneduh
fasilitas pejalan kaki Nyaman dapat meneduhi pejalan
pejalan kaki harus dapat kaki, adanya tempat
sepanjang Jl. memenuhi sampah yang tidak dapat
Sukarno kebutuhan menampung semua
Hatta berdasarkan sampah.
1 c. Tidak Nyaman
berdasarkan aspek
aspek kenyamanan, Lebar trotoar < 2 meter,
kenyamanan keselamatan, trotoar tidak menerus
, dan c. Tidak Nyaman
Tidak ada pohon
keselamatan keamanan peneduh, Tidak ada
dan pejalan kaki tempat sampah.
keamanan. sebagai
a Selamat
penggunanya
. Lebar trotoar 2 meter,
menerus, dan kondisi
permukaan baik
Ruang pejalan kaki
a.Selamat
memiliki ketinggian
berbeda
2. Keselamatan zebra crozz baik
Ada lampu penerangan
dan pagar pembatas
b. Kurang selamat
b. Kurang Lebar trotoar < 2 meter,
Selamat trotoar menerus, kondisi
permukaan trotoar baik
45
Landasan Variabel
No Sasaran Variabel Indikator
Teori Amatan
Ada lampu penerangan
dan pagar pembatas
c. Tidak selamat
Lebar trotoar <2 meter,
kondisi trotoar rusak
c.Tidak Selamat Zebra cross rusak
Ada lampu penerangan
jalan
a. Aman
Lebar efektif jembatan
a. Aman penyeberangan 2 meter.
Ada Lampu penerangan
3. Keamanan
b. Tidak aman
Landasan Variabel
No Sasaran Variabel Indikator
Teori Amatan
formal
Jarak area berdagang 1,5 -
2,5 meter
3. Penyeberangan
a. Zebra Cross
Dipasang di kaki
persimpangan
Mempunyai jarak
3. Penyebrangan pandang yang cukup
b. Pelikan Cross
Dipasang pada arus lalu
lintas tinggi
Dipasang pada jalan dekat
persimpangan
4. Street Furniture
a. Jalur Hijau
Tanaman peneduh dengan
lebar 150 cm
Lebar pengosongan
pohon 60 - 120 cm
b. Lampu penerangan
Jarak lampu penerangan
10 m
Tinggi makasimal 4 m
4. Street Furniture Lebar pengosongan tiang
75 - 105 cm
c. Tempat sampah
Jarak antar tempat
sampah 20 m
Dimensi TPS 50 liter
Lebar pengosongan
tempat sampah 90 cm
d. Halte
Radius pemanfaatan 300
meter pada kawasan
potensial
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.4 Analisa
Analisa merupakan proses lanjutan setelah dilakukannya
pengumpulan data yang digunakan untuk menganalisis data yang telah
diperoleh untuk menjawab masalah penelitian serta mencapai tujuan dan
sasaran dari penelitian tersebut. Analisa yang dilakukan adalah analisa
berdasarkan metode multi kriteria untuk mengetahui fasilitas pedestrian
yang memenuhi syarat kenyamanan, keselamatan dan keamanan, analisa
fasilitas pedestrian berdasarkan metode lalu lintas untuk mengetahui
kebutuhan pejalan kaki berdasarkan sirkulasi pejalan kaki dan analisa
deskriptif kualitatif untuk mengetahui kondisi eksisting fasilitas pedestrian
di Jalan Soekarno Hatta, Kota Malang.
3.1.5 Kesimpulan
Kesimpulan merupakan langkah akhir dari sebuah penelitian untuk
penarikan intisari dari hasil analisis yang telah dilakukan dalam sebuah
penelitian. Dalam proses penarikan kesimpulan, diharapkan dapat menjawab
tujuan akhir dari penelitian ini yakni mengarahkan penataan fasilitas
pedestrian di Jalan Soekarno Hatta, Kota Malang berdasarkan aspek
kelancaran, keamanan dan kenyamanan serta penyediaan dan permintaan
fasilitas pedestrian.
49
1. Survey Primer
Survey primer adalah tinjauan lansung ke lapangan untuk melihat
dan memahami kondisi fisik wilayah penelitian. Adapun hasil dari survey
primer dapat diperoleh dalam bentuk observasi dan pengamatan. Terkait
dengan cara pengambilan data melalui survey primer akan dijelaskan
sebagai berikut :
a. Observasi
Observasi adalah pemilihan, pengubahan, pencatatan dan
pengkodean serangkaian perilaku dan suasana sesuai dengan tujuan - tujuan
empiris. Adapun langkah – langkah yang dilakukan dalam proses observasi
dan pengamatan dalam penelitian ini adalah :
Peneliti membagi peta dasar berdasarkan zona/karakteristik
penggunaan lahan disepanjang Jalan Soekarno Hatta. Adapun
50
PETA 3.1
PEMBAGIAN ZONA
52
PETA 3.2
ZONA 1
53
PETA 3.3
ZONA 2
54
PETA 3.4
ZONA 3
55
PETA 3.5
ZONA 4
56
b. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan merekam kejadian atau situasi
dilokasi penelitian yang berupa gambar (foto) untuk menunjang dalam
penelitian. Dalam hal ini pengambilan gambar akan dilakukan pada beberapa
bagian lokasi studi yang berkaitan dengan penggunaan lahan dan kondisi
eksisiting fasilitas pedestrian di Jalan Soekarno Hatta.
Dokuemntasi pada melakukan survey diantaranya adalah
pengambilan foto/ gambar berupa :
Lokasi Penelitian yang sekarang
Foto kondisi eksisting fasilitas pedestrian.
Foto kegiatan survey yang menggambarkan suasana saat
pengamatan berlangsung.
2. Survey Sekunder
Survey sekunder adalah kegiatan pengumpulan data-data literatur-
literatur yang mendukung pelaksanaan penelitian. Data yang dikumpulkan
dalam kegiatan survey primer berupa data pedoman kebutuhan fasilitas
pedestrian, data Jalan Soekarno Hatta, Kota Malang.
a. Literatur
Literatur/ studi kepustakaan merupakan teknik pengumpulan data
dengan cara mempelajari kepustakaan yang sesuai dengan penelitian yang
sedang dilakukan dan membantu merumuskan kebutuhan data penelitian,
dalam hal ini membutuhkan data teoritis, pendapat para ahli dalam berbagai
bidang yang relevan dengan apa yang sedang kita kaji, konsep-konsep
teoritis, jurnal artikel penelitian terdahulu, internet dan operasional
penelitian.
Adapun studi literatur untuk survey sekunder dari penelitian ini
adalah :
Pedoman kebutuhan fasilitas pedestrian.
Penggunaan lahan di sepanjang Jalan Soekarno Hatta.
3.2.3 Metode Pengambilan Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi. Teknik pengambilan sampel dari kondisi eksisting
dan sirkulasi pejalan kaki yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik
manual.
Aspek Kenyamanan :
Nyaman Lebar trotoar < 2 meter, trotoar menerus
Jalur penyeberangan lebar 1,5 meter, permukaan jalur penyebengan tidak licin
Adanya pohon peneduh, sampah dapat menampung sampah-sampah yang ada,
adanya halte
Kurang Nyaman Lebar trotoar < 2 meter, trotoar menerus
Adanya pohon peneduh dapat meneduhi pejalan kaki, adanya tempat sampah yang
dapat menampung semua sampah,
Tidak Nyaman Lebar trotoar < 2 meter, trotoar tidak menerus
Tidak ada pohon peneduh, Tidak ada tempat sampah.
Aspek Keselamatan :
Selamat Lebar trotoar 2 meter, menerus, dan kondisi permukaan baik
Ruang pejalan kaki memiliki ketinggian berbeda
zebra crozz baik
Ada lampu penerangan dan pagar pembatas
Kurang Selamat Lebar trotoar kurang dari 2 meter, trotoar menerus, kondisi permukaan trotoar baik
Ada lampu penerangan dan pagar pembatas
Tidak Selamat Lebar trotoar <2 meter, kondisi trotoar rusak
Zebra cross rusak
Ada lampu penerangan jalan
Aspek Keamanan :
Aman Lebar efektif jembatan penyeberangan 2 meter.
Ada lampu-lampu penerangan.
Tidak aman Lebar efektif jembatan penyeberangan < 2 meter
Tabel 3.1
Cara Pembobotan Kriteria – Kriteria Fasilitas Pedestrian Berdasarkan Aspek
Kenyaamanan, Aspek Keselamatan Dan Aspek Keamanan
Tabel 3.2
Klasifikasi Poin Kriteria – Kriteria Fasilitas Pedestrian Berdasarkan Aspek
Kenyaamanan, Aspek Keselamatan Dan Aspek Keamanan
2. Kecepatan
Analisis kecepatan pejalan kaki yakni rata – rata kecepatan pejalan
kaki perzona dari sampel 5 orang pada tiap – tiap zona dirata – ratakan
kecepatan pejalan kaki perzona yakni dalam detik/10 meter, Kemudian rata
61
3. Kepadatan
Kepadatan adalah pengukuran ketiga dari kondisi arus lalu
lintas, dan diartikan sebagai jumlah pejalan kaki yang ada pada satu jalan
raya atau jalur dan biasanya dinyatakan dalam org/km. Kepadatan sulit
dihitung secara langsung, tetapi dapat dihitung dari kecepatan dan
volume, sebagai bagian dari hubungan antara tiga variabel berikut:
V=SxD
D=V/S
Dimana:
V = Volume pejalan kaki (org/jam)
S = Kecepatan (km/jam) dan D = Kepadatan (smp/km)
1. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, mengenai penelitian ini yakni
memilih data terkait dengan kondisi eksisting fasilitas pedestrian yang ada di
Jalan Soekarno Hatta, Kota Malang dan membuang yang tidak perlu.
Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran
yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan analisa.
62
2. Penyajian Data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
menyajikan data dalam bentuk tabulasi dan peta. Melalui penyajian data
tersebut, maka data dapat diuraikan sesuai kondisi eksisting fasilitas
pedestrian di Jalan Soekarno Hatta yang, maksud dengan pemberian tabel
dan peta dalam penyajian data ini yakni untuk memberikan gambaran yamg
lebih spesifik pada titik – titik yang di identifikasi sehingga akan semakin
mudah dipahami.
3. Penarikan kesimpulan
Setelah dilakukan penyajian data dalam bentuk tabulasi dan peta,
maka selanjutnya data tersebut akan diberikan penjelasan yang bersifat
deskriptif yang diharapkan mampu untuk menjawab pertanyaan yang ada di
rumusan masalah dalam penelitian.
63
Gambar 3.2
Kerangka Kerja
Identifikasi Kebutuhan Fasilitas Pedestrian di Jalan Soekarno Hatta, Kota Malang
SURVEY
(Manual
Sampling)
Trotoar
Penyeberangan
Kondisi eksisting
Street Furniture
ANALISIS MULTI
KRITERIA
ARAHAN PENATAAN
FASILITAS PEJALAN KAKI
ANALISIS
LALULINTAS
Volume PJK
Sirkulasi Pejalan Kaki Kecepatan PJK
Kepadatan PJK
ANALISIS
DESKRIPTIF
KUALINTATIF
BAB IV
GAMBARAN UMUM
PETA 4.1
ADMINISTRASI KOTA MALANG
67
PETA 4.2
ADMINISTRASI KECAMATAN LOWOKWARU
68
PETA 4.3
ADMINISTRASI RUANG LINGKUP STUDI
69
Gambar 4.1
Rencana Jaringan Jalan Kolektor Primer Kota Malang
1
Penyusunan Rencana Jaringan Jalan Kota Malang ( 2012 )
70
pusat kota baru dan turut pula menjadi pemicu sentra perumahan dan
perdagangan.
Gambar 4.2
Lalulintas Jalan Sukarno Hatta
Gambar 4.3
Penggunaan Lahan Sepanjang Jalan Soekarno Hatta
2
Enni Lindia Mayona S.T., M.T, Identifikasi Kebutuhan Fasilitas Pejalan Kaki di Kota Pontianak ( 2013 ), Jurnal
Online Institut Teknologi Nasional
3
Enni Lindia Mayona S.T., M.T, Identifikasi Kebutuhan Fasilitas Pejalan Kaki di Kota Pontianak ( 2013 ), Jurnal
Online Institut Teknologi Nasional
73
4
Sudarmaji, Suci Purwandari, Studi Kajian Efektivitas Penyediaan dan Pemanfaatan Fasilitas Pejalan Kaki
Citywalk, Jembatan Penyebarangan Dan Zebra Cross) Di Kota Surakarta, (2014), Jurnal Sainstech Politeknik
Indonusa Surakarta.
76
Gambar 4.5
Karakteristik Pejalan Kaki
Tabel 5.1
Analisa Kenyamanan Fasilitas Pejalan Kaki di Jalan Sukarno
Hatta, Kota Malang
Jl. Sukarno Hatta, Kota Malang
Fasilitas Pejalan Kaki
Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4
Trotoar 2 2 1 1
Penyebrangan - - - -
Street Furniture 2 2 2 2
Total 4 4 3 3
Keterangan
Tidak Aman :1-3
Kurang Aman :3-6
Aman :6-9
Sumber : Hasil Analisa (2017)
atas menunjukan bahwa rata – rata fasilitas pejalan kaki di Jalan Soekarno
Hatta belum mencapai tingkat keamanan karna tidak ada jembatan
penyeberangan.
Adapun hasil analisa menunjukan bahwa pada zona 1, zona 2,
zona 3, dan zona 4 merupakan zona dengan fasilitas pedestrian yang kurang
aman karna hanya ada lampu penerangan dan tidak adanya jembatan
penyeberangan.
Tabel 5.4
Analisa Volume Pejalan Kaki
Arah Pergerakan
Interval ( Volume Volume
No Zona Waktu Pejalan Kaki
Menit ) Org/ 15mnt Org/mnt
Arah 1 Arah 2
09.00 -
0 - 15 23 24 47
09.15 3
09.15 -
15 - 30 20 19 39
09.30 3
1 1
09.30 -
30 - 45 27 24 51
09.45 3
09.45 -
45 - 60 28 32 60
10.00 4
09.00 -
0 - 15 16 18 34
09.15 2
09.15 -
15 - 30 15 17 32
09.30 2
2 2
09.30 -
30 - 45 19 16 35
09.45 2
09.45 -
45 - 60 16 20 36
10.00 2
09.00 -
0 - 15 14 12 26
09.15 2
09.15 -
15 - 30 16 17 33
09.30 2
3 3
09.30 -
30 - 45 11 14 25
09.45 2
09.45 -
45 - 60 17 15 32
10.00 2
09.00 -
0 - 15 4 5 9
09.15 1
09.15 -
15 - 30 5 7 12
09.30 1
4 4
09.30 -
30 - 45 6 8 14
09.45 1
09.45 -
45 - 60 7 10 17
10.00 1
Sumber : Hasil Analisa (2017 )
Tabel 5.5
Analisa Kecepatan Pejalan Kaki
Waktu Tempuh Pejalan Kaki Waktu Tempuh Kecepatan
No Zona Rata - Rata (dtk/10 Rata - Rata
1 2 3 4 5 m) (meter/menti)
1 1 7.53 8.76 8.79 7.67 8.79 8.308 72.22
2 2 9.56 9.43 8.55 8.47 9.34 9.070 66.15
3 3 10.12 11.04 10.11 10.78 10.54 10.518 57.05
4 4 11.5 11.98 11.36 10.98 9.89 11.142 53.85
Sumber : Hasil Analisa (2017)
Dimana :
V = Volume pejalan kaki (org/jam)
S = Kecepatan (km/jam)
D = Kepadatan (smp/km)
Adapun analisis data yang digunakan dapat dilihat pada tabel diberikut.
83
Tabel 5.6
Analisa Kepadatan Pejalan Kaki
Kecepatan
Volume Kepadatan
No Zona (Meter/Menit)
(Org/menit) (Orang/meter)
(meter/menti)
1 1 72.22 1 0.01384658
2 2 66.15 1 0.015117158
3 3 57.05 1 0.017528484
4 4 53.85 2 0.037140204
Sumber : Hasil Analisa (2017)
Tabel 5.7
Analisa Kondisi Eksisting Fasilitas Pedestrian Zona 1
No Foto Uraian
Zona
1 1
No Foto Uraian
Zona
2 2
hasil analisa zona ini memiliki penyediaan fasilitas pedestrian berupa trotoar
dengan lebar rata – rata 2 – 2,5 meter dan non trotoar berupa parkiran, ada
lampu jalan, ada zebra cross yang memudar, pohon peneduh, serta tempat
sampah yang tidak dapat menampun semua sampah.Untuk lebih jelasnya
lihat peta 5.3.
Tabel 5.9
Analisa Kondisi Eksisting Fasilitas Pedestrian Zona 3
No Foto Uraian
Zona
3 3
Tabel 5.10
Analisa Kondisi Eksisting Fasilitas Pedestrian Zona 4
No Foto Uraian
Zona
4 4
PETA 5.1
ANALISA RUANG LINGKUP
90
PETA 5.2
ANALISA ZONA 1
91
PETA 5.3
ANALISA ZONA 2
92
PETA 5.4
ANALISA ZONA 3
93
PETA 5.5
ANALISA ZONA 4
94
Dimana :
W = Lebar trotoar (m)
V = Volume pejalan kaki (orang/m/menit)
N = Lebar tambahan sesuai dengan keadaan setempat
Tabel 5.11
Dimensi Lebar Efektif Trotoar
N (meter ) Keadaan
1.5 Jln di daerah pasar
1 Jln di daerah perbelanjaan bukan pasar
0.5 Jln di daerah lain
Sumber : Dirjen Bina Marga 1990
Tabel 5.12
Analisa Dimensi Lebar Efektif Trotoar
Arah
Pergerakan Volume Lebar
Interval ( Arus
No Zona Waktu Pejalan Kaki Org/ Trotoar
Menit ) Org/m/mnt
Arah Arah 15mnt/10m (m2)
1 2
09.45 -
1 1 15 - 30 28 32 60 0.4 1
10.00
09.45 -
2 2 45 - 60 16 20 36 0.2 1
10.00
09.45 -
3 3 45 - 60 17 15 32 0.2 1
10.00
09.45 -
4 4 45 - 60 7 10 17 0.1 1
10.00
Sumber : Hasil Analisa (2017)
Dimana :
V = Tingkat arus rata-rata (ped/mnt/m)
Vp = Volume puncak pejalan kaki (ped/15 mnt)
We = Lebar efektif trotoar (m)
Tabel 5.13
Analisa Tingkat Pelayanan Trotoar
Arah Pergerakan Tingkat
Volume Lebar
Pejalan Kaki Pelayanan
No Zona Waktu Org/ Trotoar
Trotoar
Arah 1 Arah 2 15mnt/10m (m2)
(ped/mnt/meter)
09.45 -
1 1 15 - 30 28 32 1 2
10.00
09.45 -
2 2 45 - 60 16 20 1 1
10.00
09.45 -
3 3 45 - 60 17 15 1 1
10.00
09.45 -
4 4 45 - 60 7 10 1 1
10.00
Sumber : Hasil Analisa (2017)
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan sirkulasi dan kondisi fasilitas eksisting yang diamati
mengenai kebutuhan fasilitas pedestrian di sepanjang Jalan Soekarno Hatta,
maka dapat disimpulkan dan diarahkan dengan penataan sebagai berikut :
1. Zona 1
a. Kesimpulan :
Berdasarkan hasil perhitungan sirkulasi pejalan kaki pada zona
ini diketahui volume pejalan kaki di zona ini dengan volume
maksimum 60 orang dalam interval waktu 15 menit pada pukul
09.45 – 10.00, dengan kecepatan rata – rata 8,308 detik/10
meter serta kepadatan 0.01384658 orang/m².
Berdasarkan hasil analisa kondisi eksisiting yang ditemukan
dilapangan zona ini memiliki penyediaan fasilitas pedestrian
berupa trotoar dengan lebar 2 – 2,5 meter, kondisi trotoar baik
dan menerus, halte, ada lampu jalan, pohon peneduh dan tempat
sampah yang tidak dapat menampung semua sampah.
Berdasarkan hasil analisa kebutuhan fasilitas pedestrian
diketahui lebar efektif trotoar bagi pejalan kaki yang didapat
berdasarkan volume maksimal pejalan kaki pada zona ini
adalah 1 meter tanpa penambahan elemen pendukung jalur
pejalan kaki.
Berdasarkan hasil analisa tingkat pelayanan trotoar di zona ini
diketahui nilai v = 1 ped/mnt/m atau berdasarkan tingkat
pelayanan trotoar >16 ped/mnt/m adalah tingkat pelayanan
trotoar (Level of Service) A.
97
b. Arahan :
Penambahan pohon peneduh.
Perbaikan trotoar menjadi menerus.
Pemenuhan kebutuhan tempah sampah yang berskala besar
(TPS 50 ltr/100 meter).
Penambahan fasilitas pedestrian berupa pelikan cross mengingat
zona ini merupakan zona dengan tingkat pejalan kaki terpadat
dan arus kendaraan yang padat.
Penambahan fasilitas pedestrian berupa halte dengan radius 300
meter mengingat zona ini merupakan zona yang berpotensial.
Untuk lebih jelasnya lihat peta arahan penataan fasilitas pedestrian 6.1.
2. Zona 2:
a. Kesimpulan :
Berdasarkan hasil perhitungan sirkulasi pejalan kaki pada zona
ini diketahui volume pejalan kaki di zona ini dengan volume
maksimum 36 orang dalam interval waktu 15 menit pada pukul
09.45 – 10.00, dengan kecepatan rata – rata 9.070 detik/10
meter serta kepadatan 0.015117158 orang/m² .
Berdasarkan hasil analisayang ditemukan dilapangan zona ini
memiliki penyediaan fasilitas pedestrian berupa trotoar dengan
lebar 2 – 2,5 meter, kondisi trotoar baik dan tidak menerus, ada
fasilitas pedestrian non trotoar berupa parkiran, ada lampu jalan
yang terdapat pada pembatas jalan, ada pohon peneduh dan
tempat sampah yang tidak dapat menampung semua sampah.
Berdasarkan hasil analisa kebutuhan fasilitas pedestrian
diketahui lebar efektif trotoar bagi pejalan kaki yang didapat
berdasarkan volume maksimal pejalan kaki pada zona ini
adalah 1 meter tanpa penambahan elemen pendukung jalur
pejalan kaki.
Berdasarkan hasil analisa tingkat pelayanan trotoar di zona ini
diketahui nilai v = 1 ped/mnt/m atau berdasarkan tingkat
pelayanan trotoar >16 ped/mnt/m adalah tingkat pelayanan
trotoar (Level of Service) A.
b. Arahan :
Perbaikan trotoar menjadi menerus.
Penertiban parkir liar serta penataan kembali fasilitas non
trotoar di sepanjang zona ini.
98
3. Zona 3
a. Kesimpulan :
Berdasarkan hasil perhitungan sirkulasi pejalan kaki pada zona
ini diketahui volume pejalan kaki di zona ini dengan volume
maksimum 33 orang dalam interval waktu 15 menit pada pukul
09.15 – 09.30, dengan kecepatan rata- rata 10,518 detik/10
meter serta kepadatan 0.017528484 orang/m².
Berdasarkan hasil analisayang ditemukan dilapangan zona ini
memiliki penyediaan fasilitas pedestrian berupa trotoar dengan
lebar kurang dari 2 meter dan tidak menerus, serta adanya
fasilitas pedestrian non trotoar berupa parkiran dan kegiatan
PKL, adanya lampu jalan yang terdapat pada pembatas jalan,
adanya pohon peneduh dan taman yang tumbuh pada badan
trotoar serta tempat sampah yang tidak dapat menampung
semua sampah.
Berdasarkan hasil analisa kebutuhan fasilitas pedestrian
diketahui lebar efektif trotoar bagi pejalan kaki yang didapat
berdasarkan volume maksimal pejalan kaki pada zona ini
adalah 1 meter tanpa penambahan elemen pendukung jalur
pejalan kaki.
Berdasarkan hasil analisa tingkat pelayanan trotoar di zona ini
diketahui nilai v = 1 ped/mnt/m atau berdasarkan tingkat
pelayanan trotoar >16 ped/mnt/m adalah tingkat pelayanan
trotoar (Level of Service) A.
b. Arahan :
Perbaikan trotoar menjadi menerus.
Penertiban parkir liar yang dapat memberikan keamanan dan
kenyamanan bagi pejalan kaki serta penertiban PKL dengan
jarak dagangan 1,5 – 2,5 meter di sepanjang zona ini.
Pemenuhan kebutuhan tempah sampah yang berskala besar
(TPS 50 ltr/100 meter)..
99
4. Zona 4
a. Kesimpulan :
Berdasarkan hasil perhitungan sirkulasi pejalan kaki pada zona
ini diketahui volume pejalan kaki di zona ini dengan volume
maksimum 17 orang dalam interval waktu 15 menit pada pukul
09.45 – 10.00, dengan kecepatan rata – rata 11,142 detik/10
meter serta kepadatan 0.037140204 orang/m².
Berdasarkan hasil analisayang ditemukan dilapangan zona ini
memiliki penyediaan fasilitas pedestrian berupa trotoar dengan
lebar 2 – 2,5 meter, kondisi trotoar rusak dan tidak menerus,
serta fasilitas non trotoar berupa parkiran, ada lampu jalan yang
terdapat pada pembatas jalan, pohon peneduh dan tempat
sampah sampah yang tidak dapat menampung semua sampah.
Berdasarkan hasil analisa kebutuhan fasilitas pedestrian
diketahui lebar efektif trotoar bagi pejalan kaki yang didapat
berdasarkan volume maksimal pejalan kaki pada zona ini
adalah 1 meter tanpa penambahan elemen pendukung jalur
pejalan kaki.
Berdasarkan hasil analisa tingkat pelayanan trotoar di zona ini
diketahui nilai v = 1 ped/mnt/m atau berdasarkan tingkat
pelayanan trotoar >16 ped/mnt/m adalah tingkat pelayanan
trotoar (Level of Service) A.
b. Arahan :
Perbaikan trotoar menjadi menerus.
Penertiban parkir liar yang dapat memberikan keamanan dan
kenyamanan bagi pejalan kaki.
Pemenuhan kebutuhan tempah sampah yang berskala besar (
TPS 50 ltr/100 meter)..
100
PETA 6.1
ARAHAN FASILITAS PEDESTRIAN ZONA 1
101
PETA 6.2
ARAHAN FASILITAS PEDESTRIAN ZONA 2
102
PETA 6.3
ARAHAN FASILITAS PEDESTRIAN ZONA 3
103
PETA 6.4
ARAHAN FASILITAS PEDESTRIAN ZONA 4
104
6.2 Rekomendasi
Hasil kesimpulan yang didapat peneliti, tidak hanya menjadi
masukan semata dalam kaitannya dengan metri pendidikan kepada penleliti,
dari hasil yang didapat peneliti memberikan beberapa masukan berupa
rekomendasi kepada berbagai kalangan baik pemerintah, masyarakat umum,
dan kalangan akademisi.
A. Buku
Fruin, John J. (1971). Pedestrian Planning and Design. New York :
Metropolitan and Association of Urban esigners and Environmental
Planners, Inc.
Hobbs, FD., 1995, “ Perencanaan dan Teknik Lalulintas”, edisi 2,
Gajah Mada University Press.
Mohle, Henry R. Murthy, A.S. Narasimha. 2001. Transportation
Engineering Basics 2nd Edition ASCE
Malkamah, S., 1995, “ Manajemen lalulintas Kota Secara Terpadu,
Untuk Pelestarian Lingkungan dan Keselamatan
lalulintas”. Yogyakarta, Biro Penerbit.
Sussman, JM., Uburdi, LC., Skiner, RE., 1994, Pedestrian, “ Highway
Capacity Manual”, 3ed., Washington DC., Transportation Research
Board, National Reseach Council.
B. Jurnal
Adisasmita, Adji, Sakti. (2011). Jurnal Analisis Jaringan Transportasi,
Fakultas teknik. Universitas Diponegoro, Semarang.
Danoe Iswanto, (2006). Jurnal Ilmiah Perancangan Kota dan Permukiman
Pengaruh Elemen – Elemen Pelengkap Jalur Pedestrian Terhadap
Kenyamanan Pejalan Kaki.
Enni Lindia Mayona S.T., M.T, Identifikasi Kebutuhan Fasilitas Pejalan
Kaki di Kota Pontianak ( 2013 ), Jurnal Online Institut Teknologi Nasional.
Linda Tonubala. Pemahaman Tentang Kawasan Rawan Bencana Dan
Tinjauan Terhadap Kebijakan Dan Peraturan Terkait. Mei 2011. Jurnal
Sabua Vol.3, No.1. ISSN 2085-7020
Muhajirin Syah Putra, Yusandy Aswad, Analisis Karakteristik Dan Aktivitas
Pedestrian (Studi Kasus), (2012), Departemen Teknik Sipil, Universitas
Sumatera Utara.
Nur Faiz Budiawan dan Sukarno, Tingkat Pelayanan Fasilitas Pedestrian di
Simpang Empat Kantor Pos Besar Yogyakarta. (2015), Teknik Sipil UII
Yogyakarta.
Puspaningtyas, Retno. (2011). Jurnal Efektifitas Jalur Trotoar Terhadap
Pola Pergerakan Pedestrian di usat Kota Makassar, Teknik Perencanaan
Transportasi. Universitas Hasanuddin, Makassar.
Sudarmaji, Suci Purwandari, Studi Kajian Efektivitas Penyediaan dan
Pemanfaatan Fasilitas Pejalan Kaki Citywalk, Jembatan Penyebarangan Dan
Zebra Cross) Di Kota Surakarta, (2014), Jurnal Sainstech Politeknik
Indonusa Surakarta.
Vandia Grace Mantik,James A. Timboeleng, Longdong Jefferson,
Perencanaan Kebutuhan Pedestrian Pada Ruas Jalan Suprapto Kota Manado,
(2012 ), Universitas Sam Ratulangi Fakultas Teknik Jurusan Sipil Manado
C. Peraturan
011/T/Bt/1995, Tata cara perencanaan fasilitas pejalan kaki di kawasan
perkotaan.
Direktorat Jendral Bina Marga Pembinaan Jalan Kota, (1990), Petunjuk
Perencanaan Trotoar.
Materi Teknis BAPEDA Banten, Pengendalian dan Pemanfaatan Ruang.
Pedoman penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana ruang pejalan
kaki di perkotaan.
Perencanaan Trotoar (1990)
Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Sarana dan Prasarana Ruang Pejalan
Kaki di Kawasan Perkotaan.
Tata Cara Perencanaan Jalur Pejalan Kaki di Perkotaan (1995).
Pedoman Standar Pelayanan Minimal Pedoman Penentuan Standar
Pelayanan Minimal Bidang Penataan Ruang, Perumahan Dan Permukiman
Dan Pekerjaan Umum (Keputusan Menteri Permukiman Dan Prasarana
Wilayah No. 534/Kpts/M/2001).
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 03/Prt/M/2014.
Penataan Ruang Nasional, Penyediaan Dan Pemanfaatan Prasarana Dan
Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan.
Pedoman Standar Pelayanan Perkotaan Nomor 57 Tahun 2010.
D. Artikel
Toni Widodo, Pengertian fasilitas belajar ( 2012). (http : // spotflas
.blogspot. co.id /2012/02/ pengertian-fasilitas-belajar.html)
Virginia Henderson, dan McClelland (2014). Blogspot.com
(http://saidibindarwan.blogspot.co.id/2014/08/teori-kebutuhan-menurut-
maslow-gardner.html
DOKUMENTASI
TABEL OBSERVASI SIRKULASI PEJALAN KAKI
CATATAN OBSERVASI KONDISI EKSISTING FASILITAS
PEDESTRIAN
LAMPIRAN PENGAJUAN SKIRIPSI
KARTU NONTON SEMINAR HASIL
KARTU NONTON SEMINAR KOMPREHENSIF
LEMBAR ASITENSSI SEMINAR HASIL
LEMBAR ASITENSI SEMINAR KOMPREHENSIF
DAFTAR HADIR PENGUJI SEMINAR HASIL
DAFTAR HADIR PESERTA NONTON SEMINAR HASIL
DAFTAR HADIR PENGUJI SEMINAR KOMPREHENSIF
BERITA ACARA SEMINAR HASIL
BERITA ACARA SEMINAR KOMPREHENSIF
LEMBAR PERBAIKAN SEMINAR HASIL
LEMBAR PERBAIKAN SEMINAR KOMPREHENSIF