Anda di halaman 1dari 167

TUGAS AKHIR

ARAHAN PENATAAN FASILITAS PEDESTRIAN


DI JALAN SOEKARNO – HATTA, KOTA MALANG

Disusun Oleh :
Leonardus Suryanri Pehan Kelen
Nim 10.24.017

PROGRAM STUDI
PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG
2017
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERSETUJAN
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
ARAHAN PENATAAN FASILITAS PEDESTRIAN
DI JALAN SOEKARNO HATTA, KOTA MALANG

ABSTRAKSI

Jalan Soekarno Hatta, Kota Malang merupakan jalan yang


tergabung dalam jaringan jalan kolektor primer Kota Malang mencangkup
jaringan Jalan Ahmad Yani - Jalan Telogo Mas. Jalan Sukarno Hatta
merupakan jalan dengan tingkat konsentrasi kegiatan yang cukup padat
seperti kegiatan ekonomi dan sosial yang menjadi salah satu penyebab
mobilitas pejalan kaki. Mobilitas pejalan tentunya membutuhkan ruang
berserta fasilitas penunjang yang dapat menunjang kegiatan berjalan kaki,
selain menunjang kegiatan pejalan kaki dengan adanya ruang berserta
fasilitas pejalan kaki itu sendiri akan mempercantik kota.
Penelitian Arahan Penataan Fasilitas Pedestrian di Jalan
Soekarno Hatta bertujuan untuk memberikan arahan penataan fasilitas
pedestrian berdasarkan pedoman – pedoman penataan fasilitas pedestrian.
Untuk menentukan arahan penataan digunakan analisis berdasarkan aspek
kenyamanan, aspek keselamatan, aspek Keamanan serta aspek permintaan
(demand) dan penyediaan (supply) fasilitas pedestrian. Dalam menganalisis
aspek – aspek diatas digunakan teknik manual sampel untuk pengambilan
data awal, sedangkan dalam analisis data digunakan analisis multi keriteria
untuk mengetahui tingkat kenyamanan, keselamatan dan keamanan, serta
menggunakan analisis lalu lintas untuk mengetahui kebutuhan pedestrian
berdasarkan sirkulasi dan menggunakan analisis deskriptif untuk
mengetahui kondisi eksisting dari fasilitas pedestrian.
Hasil analisa, dapat disimpulkan bahwa fasilitas pedestrian di
jalan ini belum memenuhi standar keriteria berdasarkan aspek keselamatan,
aspek kenyamanan dan aspek keamanan terlihat jelas dari kondisi eksisting
dan sirkulasi pejalan kaki dari fasilitas pedestrian seperti trotoar yang tidak
menerus, tidak adamya trotoar ataupun trotoar yang dijadikan lahan
parkiran sampai tidak adanya streat furniture seperti telepon umum, halte,
pagar pembatas dan tempat sampah yang kurang memadai. Berdasarkan
hasil analisa diarahkan kepada penataan fasilitas pedestrian berdasarkan
pedoman – pedoman penataan fasilitas pedestrian.

Kata kunci: Arahan,Penataan,Fasilitas Pedestrian


THE ARRANGEMENT OF THE DIRECTION OF
PEDESTRIAN FACILITIES
AT SOEKARNO HATTA STREET, MALANG
CITY
ABSTRACT

Soekarno Hatta street, is a Malang City street belonging to the network of


primary collector road network covers Malang City Ahmad Yani street -
Telogo Mas street. Sukarno Hatta street is a with a concentration level that
is quite dense activities such as economic and social activity that became
one cause of pedestrian mobility. Pedestrian mobility course requires space
along with supporting facilities to support the walk, except to supporting the
activities of a pedestrian with their space and pedestrian facilities will
beautify the city.
Research of pedestrian Facilities Planning at Jalan Soekarno
Hatta aims to provide pedestrian facilities layout directives based guidelines
- guidelines arrangement pedestrian facilities. To determine the layout
directives used analysis based on the aspect of comfort, safety, and security
aspects of demand (demand) and supply (supply) pedestrian facilities. In
analyzing aspects - aspects of the above used manual techniques sample for
retrieval of data entry, and data analysis used a multi criteria of to
determine the level of comfort, safety and security, as well as using traffic
analysis to determine the needs of pedestrian based on the circulation and
use descriptive analysis to determine the condition of the existing pedestrian
facilities.
The results of the analysis, it can be concluded that pedestrian
facilities in this way do not meet the standard criteria of based on the
aspects of safety, comfort aspect and the security aspect is clearly visible
from the existing condition and the circulation of pedestrians on pedestrian
facilities such as sidewalks are not continuous, the absence of sidewalks or
walkways clear land streat parking to the absence of furniture such as
public telephones, bus stops, guardrail and trash inadequate. Based on the
analysis results directed to the structuring of pedestrian facilities based
guidelines - guidelines related structuring of pedestrian.

Keywords: Directive, Structuring, Pedestrian Facilities


KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas izin dan
karunia-Nyalah rancangan skripsi penelitian ini dapat terselesaikan yang
berjudul “Identifikasi Kebutuhan Fasilitas Pedestrian di Jalan Soekarno
Hatta, Kota Malang” dengan tepat waktu dan walaupun masih sangat jauh
dari kesempurnaan yang diharapkan. Penyusunan tugas akhir ini sebagai
syarat untuk menyelesaikan jenjang pendidikan pada Program Studi
Perencanaan Wilayah dan Kota pada Institut Teknologi Nasional Malang.
Selain itu juga sebagai dorongan untuk penulis agar dapat berpikir secarah
ilimiah.
Selama penulisan tugas akhir ini, penulis menemui banyak sekali
kendala dan kesulitan, dimulai dari tahap awal penyusunan laporan hingga
dapat terselesaikannya laporan ini. Namun semuanya dapat dihadapi berkat
niat, motivasi diri yang kuat agar segera menyelesaikan laporan sebagai
sebuah tanggungjawab dalam menempuh jenjang pendidikan S-1 di Institut
Teknologi Nasional (ITN) Malang.
Tugas akhir ini disampaikan dengan penyajian yang bersifat
ilmiah dengan menuangkan informasi tentang kebutuhan fasilitas pedestrian
di Jalan Soekarno Hatta, Kota Malang. Kebutuhan fasilitas pedestrian
merupakan kebutuhan akan moda transportasi jalan kaki dalam kemudahan
aksesibilitas kawasan dari dan ke berbagai kawasan di dalam suatu ruang
yang ditandai dengan semakin meningkatnya mobilitas kegiatan di suatu
kawasan yang berkembang, yakni aktivitas pada siang maupun malam hari.
Mobilitas yang ada tidak hanya kendaraan bermotor tetapi juga pejalan
kaki. Berjalan kaki merupakan bagian dari system transportasi atau
sistem penghubung kota (linkage system) yang cukup penting. Karena
dengan berjalan kaki kita dapat mencapai semua sudut kota yang tidak
dapat ditempuh dengan kendaraan. Jalan kaki merupakan alat utama
untuk pergerakan internal. Jalan Soekarno Hatta sebagai salah satu jalan
dengan penggunaan lahan yang dalam tahap perkembangan tentunya sangat
membutuhkan ruang gerak berupa fasilitas pedestrian yang cukup memadai
untuk melalukan aktivitas di sepanjang jalan ini.
Dengan selesainya penyusunan Tugas Akhir ini penyusun
menyadari sepenuhnya bahwa tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan
serta arahan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung.
Untuk itu penyusun berterima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang turut membantu penulis menyelesaikan tugas akhir ini :
1. Tuhan Yesus dan Bunda Maria.
2. Kedua orang tua yang telah mendukung baik secara lahir dan
batin.
3. Ibu Ida Soewarni, ST., MT., selaku Ketua Program Studi Teknik
Perencanaan Wilayah dan Kota ITN Malang.
i
4. Bapak Dr. Ir. Ibnu Sasongko, MT., sebagai dosen Pembimbing I
penyusunan penulisan skripsi ini atas kesempatan dan waktu dan
pikiran yang telah diberikan dari penulisan proposal sampai
selesainya penulisan skripsi ini.
5. Bapak Mohammad Reza, ST., MURP., sebagai dosen Pembimbing
II penyusunan penulisan skripsi ini atas kesempatan dan waktu dan
pikiran yang telah diberikan dari penulisan proposal sampai
selesainya penulisan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu dosen maupun administrasi pada Program Studi
Perencanaan Wilayah dan Kota ITN Malang atas segala jerih
payah dan ilmu yang diberikan kepada penulis.
7. Teman-teman planologi 2010 yang banyak memberikan pendapat,
diskusi dan semangatnya.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih memiliki
kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik sebagai
masukan untuk dapat menghasilkan sebuah karya ilmiah yang baik dan
benar. Di akhir kata penulis ingin menyampaikan agar karya ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi pemerintah, masyarakat dan akademisi.

Malang, 25 Februari 2017

( Leonardus Suryanri Pehan Kelen )


Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................. i


DAFTAR ISI........................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ................................................................................... vi
DAFTAR PETA ...................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 4
1.3 Tujuan dan Sasaran ...................................................................... 5
1.3.1 Tujuan .......................................................................... 5
1.3.2 Sasaran ......................................................................... 5
1.4 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................ 5
1.4.1 Ruang Lingkup Lokasi .................................................. 5
1.4.2 Ruang Lingkup Materi .................................................. 6
1.5 Fungsi Penelitian.......................................................................... 6
1.5.1 Fungsi Peraktis ............................................................. 7
1.5.2 Fungsi Akademis .......................................................... 7
1.6 Sitematika Pembahasan ................................................................ 7

BAB II KAJIAN TEORI

2.1 Definisi Konsep Penelitian ........................................................... 11


2.2 Fasilitas Pedestrian ...................................................................... 13
2.2.1 Teori Fasilitas Pedestrian Menurut Para Ahli ................ 14
2.2.2 Kategori dan Fasilitas Pejalan Kaki ............................... 16
2.2.3 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Jalur
Pedestrian Dalam Lingkungan ....................................... 19
2.2.4 Jenis Fasilitas Pejalan Kaki ........................................... 24
2.2.5 Tingkat Pelayanan Fasilitas Pejalan Kaki ....................... 26
2.2.6 Karakteristik dan Aktivitas Pedestrian ........................... 30
2.3 Arahan Penataan Fasilitas Pedestrian ............................................ 34
2.3.1 Ttotoar ......................................................................... 34
2.3.2 Non Trotoar ................................................................. 34
2.3.3 Penyeberangan ............................................................ 37
2.3.4 Street Furniture............................................................. 39
2.4 Pembagian Zona........................................................................... 41
2.5 Landasan Penelitian ..................................................................... 42
2.6 Perumusan Variabel .................................................................... 43

iii
BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Tahapan Penelitian ...................................................................... 47


3.1.1 Perumusan Masalah....................................................... 47
3.1.2 Studi Leteratur .............................................................. 47
3.1.3 Pengumpulan Data ........................................................ 48
3.1.4 Analisa ......................................................................... 48
3.1.5 Kesimpulan ................................................................... 48
3.2 Metode Pengumpulan Data ........................................................... 49
3.2.1 Tahapan Persiapan ........................................................ 49
3.2.2 Tahapan Survey ............................................................ 49
3.2.3 Metode Pengambilan Sampel......................................... 56
3.3 Metode Analisa Data .................................................................... 58
3.3.1 Analisa Multi Keriteria ................................................. 59
3.3.2 Analisa Lalu Lintas ....................................................... 60
3.3.3 Analisis Deskriptif Kualintatif ....................................... 61

BAB IV GAMBARAN UMUM

4.1 Gambaran Umum Kota Malang .................................................... 64


4.2 Gambaran Umum Kecamatan Lowokwaru ................................... 64
4.3 Gambaran Umum Ruang Lingkup Studi ........................................ 65
4.4 Karakteristik Ruang Lingkup Studi ............................................... 69
4.5 Karakteristik Penggunaan Lahan ................................................... 70
4.6 Karakteristik Fasilitas Pedestrian .................................................. 72
4.7 Karakteristik Pejalan Kaki ............................................................ 74

BAB V ANALISA

5.1 Analisa Kebutuhan Pedestrian Berdasarkan Aspek Kenyamanan,


Keselamatan dan Keamanan ......................................................... 77
5.1.1 Analisa Kenyamanan Fasilitas Pejalan Kaki ..................... 77
5.1.2 Analisa Keselamatan Fasilitas Pejalan Kaki ..................... 78
5.1.3 Analisa Keamanan Fasilitas Pejalan Kaki........................ 79
5.2 Analisa Kebutuhan Pedestrian Bersarkan Aspek Permintaan
(Deman) dan Penyediaan (Supply) ................................................ 80
5.2.1 Analisa Permintaan ( Demand ) Fasilitas Pejalan Kaki ..... 80
5.2.2 Analisa Penyediaan ( Supply ) Fasilitas Pejalan Kaki ....... 84
5.2.3 Analisa Dimensi Lebar Efektif Trotoar ............................ 94
5.2.4 Analisa Tingkat Pelayanan Trotoar .................................. 95

iv
BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan.................................................................................. 94
6.2 Rekomendasi ............................................................................... 104
6.2.1 Pemerintahan Kota Malang ............................................. 104
6.2.2 Peneliti Berikutnya ......................................................... 104

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................

LAMPIRAN ...........................................................................................

Form Tabel Dokumentasi dan Catatan ......................................................

v
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Cara Penilaian Fasilitas Pejalan Kaki Berdasarkan Indikator


Kenyamanan, Keselamatan, dan Keamanan .............................................. 21
Tabel 2.2 Kriteria Penyediaan Penyeberangan, Jalur Hijau, dan
Perabot/Perlengkapan Ruas Pejalan Kaki .................................................. 23
Tabel 2.3 Indikator – indikator yang mempengaruhi aspek kenyamanan,
aspek keselamatan dan aspek keamanan ................................................... 24
Tabel 2.4 Tingkat Pelayanan (LOS) Berdasarkan Efek Pengelompokan ..... 27
Tabel 2.5 Tingkat Pelayanan (LOS) Berdasarkan Area Antrian ................. 27
Tabel 2.6 Tingkat Pelayanan Trotoar ........................................................ 27
Tabel 2.7 Tingkat Pelayanan Trotoar ........................................................ 28
Tabel 2.8 Tingkat Pelayanan Trotoae ....................................................... 36
Tabel 2.9 Lebar Tambahan Trotoar .......................................................... 36
Tabel 2.10 Faktor Penyesuaian Lebar Rintangan Tetap Untuk Jalur Pejalan
Kaki ........................................................................................................ 40
Tabel 2.11 Variabel Penelitian ................................................................. 44
Tabel 3.1 Cara Pembobotan Kriteria – Kriteria Fasilitas Pedestrian
Berdasarkan Aspek Kenyaamanan, Aspek Keselamatan Dan Aspek
Keamanan ............................................................................................... 59
Tabel 3.2 Klasifikasi Poin Kriteria – Kriteria Fasilitas Pedestrian
Berdasarkan Aspek Kenyaamanan, Aspek Keselamatan Dan Aspek
Keamanan ............................................................................................... 60
Tabel 5.1 Analisa Kenyamanan Fasilitas Pejalan Kaki di Jl. Sukarno
Hatta, Kota Malang ................................................................................. 77
Tabel 5.2 Analisa Keselamatan Fasilitas Pejalan Kaki di Jl. Sukarno Hatta,
Kota Malang ........................................................................................... 78
Tabel 5.3 Analisa Keamanan Fasilitas Pejalan Kaki di Jl. Sukarno Hatta,
Kota Malang ........................................................................................... 79
Tabel 5.4 Analisa Volume Pejalan Kaki ................................................... 81
Tabel 5.5 Analisa Kecepatan Pejalan Kaki ................................................ 82
Tabel 5.6 Analisa Kepadatan Pejalan Kaki ............................................... 83
Tabel 5.7 Analisa Kondisi Eksisting Zona 1 ............................................. 84
Tabel 5.8 Analisa Kondisi Eksisting Zona 2 ............................................. 85
Tabel 5.9 Analisa Kondisi Eksisting Zona 3 ............................................. 86
Tabel 5.10 Analisa Kondisi Eksisting Zona 4............................................ 87
Tabel 5.11 Dimensi Lebar Efektif Trotoar ................................................ 94
Tabel 5.12 Analisa Dimensi Lebar Efektif Trotoar ................................... 94
Tabel 5.13 Analisa Tingkat Pelayanan Trotoar .......................................... 95

vi
DAFTAR PETA

Peta 1.1Orentasi Ruang Lingkup Lokasi Studi .......................................... 9


Peta 1.2Batas Administrasi Jl. Sukarno Hatta, Kota Malang ...................... 10
Peta 3.1Pembagian Zona ......................................................................... 51
Peta 3.2Ruang Lingkup Studi Zona 1 ....................................................... 52
Peta 3.3Ruang Lingkup Studi Zona 2 ....................................................... 53
Peta 3.4Ruang Lingkup Studi Zona 3 ....................................................... 54
Peta 3.5Ruang Lingkup Studi Zona 4 ....................................................... 55
Peta 4.1 Administrasi Kota Malang .......................................................... 66
Peta 4.2Administrasi Kecamatan Lowokwaru ........................................... 67
Peta 4.3Administrasi Ruang Lingkup Studi .............................................. 68
Peta 5.1Analisa Ruang Lingkup Studi ...................................................... 89
Peta 5.2Analisa Zona 1 ............................................................................ 90
Peta 5.3Analisa Zona 2 ............................................................................ 91
Peta 5.4Analisa Zona 3 ............................................................................ 92
Peta 5.5Analisa Zona 4 ............................................................................ 93
Peta 6.1Arahan Fasilitas Pedestrian Zona 1............................................... 100
Peta 6.2Arahan Fasilitas Pedestrian Zona 2............................................... 100
Peta 6.3Arahan Fasilitas Pedestrian Zona 3............................................... 100
Peta 6.4Arahan Fasilitas Pedestrian Zona 4............................................... 100

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kondisi Eksisting Fasilitas Pedestrian .................................... 4


Gambar 2.1 Tingkat Pelayanan (LOS ) ..................................................... 32
Gambar 2.2 Ruang Bebas Trotoar ............................................................ 35
Gambar 3.1 Kerangka kerja...................................................................... 55
Gambar 4.1 Rencana Jaringan Jalan Kolektor Primer Kota Malan ............. 69
Gambar 4.2 Lalulintas Jl. Soekarno Hatta ................................................. 70
Gambar 4.3 Penggunaan Lahan Sepanjang Jl. Soekarno Hatta .................. 71
Gambar 4.4 Fasilitas Pedestrian Jl. Soekarno Hatta ................................... 74
Gambar 4.5 Karakteristik Pejalan Kaki ..................................................... 76

viii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kota merupakan pusat konsentrasi permukiman dan kegiatan
manusia yang berkembang sangat cepat seiring dengan perkembangan
zaman. Urbanisasi dan faktor – faktor sosial lainnya seperti pertambahan
penduduk yang tidak seimbang adalah salah satu contoh permasalahan yang
besar dihadapkan pada suatu kota yakni penurunan kualitas lingkungan. Hal
ini mengakibatkan bertambah pula kebutuhan akan penyedian sarana dan
prasarana yang menjadi kebutuhan masyarakat perkotaan. Penurunan
kualitas lingkungan kota ditandai dengan pembangunan yang tidak teratur,
sehingga mempengaruhi ciri khas dari kawasan tersebut.
Kepadatan lalu lintas merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi menurunnya kualitas lingkungan kota, hal ini ditandi dengan
pertumbuhan kendaraan yang cukup tinggi sehingga menimbulkan berbagai
macam masalah. Permasalahan transportasi umumnya meliputi kemacetan
lalu lintas, polusi udara, tetapi juga dapat menimbulkan masalah lain
seperti kecelakaan lalu lintas dan kerusakan lingkungan. Hal Ini dapat
dilihat dengan banyaknya jumlah kendaraan bermotor sehingga ruang gerak
Manusia khususnya untuk pejalan kaki menjadi tersisihkan.
Seiring dengan perkembangan zaman mengakibatkan
meningkatnya mobilitas kegiatan didalam sebuah kota. Perkembangan
zaman yang ditandai denga kemudahan aksesibilitas kawasan dari dan ke
berbagai kawasan di dalam suatu kota menyebabkan meningkatnya
mobilitas kegiatan kawasan yang cukup pesat, baik pada siang maupun
malam hari. Mobilitas yang ada tidak hanya kendaraan tetapi juga
pejalan kaki.
Berjalan kaki merupakan bagian dari system transportasi atau
sistem penghubung kota (linkage system) yang cukup penting. Berjalan kaki
merupakan alat sarana dari Manusia untuk melakukan pergerakan internal,
karena dengan berjalan kaki seseorang dapat mencapai semua sudut kota
yang tidak dapat ditempuh dengan kendaraan. Melihat kondisi
permasalahan mobilitas diatas maka kebutuhan akan fasilitas pedestrian
sangat dibutuhkan guna menghindari konflik akibat arus pergerakan lalu
lintas kendaraan dan pedestrian.
Pedestrian sendiri berasal dari bahasa Yunani, dimana berasal
dari kata pedos yang berarti kaki, sehingga pedestrian dapat diartikan
sebagai pejalan kaki atau orang yang berjalan kaki, sedangkan jalan
merupakan media diatas bumi yang memudahkan manusia dalam tujuan
berjalan, Maka pedestrian dalam hal ini memiliki arti pergerakan atau
2

perpindahan orang atau manusia dari satu tempat sebagai titik tolak ke
tempat lain sebagai tujuan dengan menggunakan moda jalan kaki. Atau
secara harfiah, pedestrian berarti “ person walking in the street ” , yang
berarti orang yang berjalan di jalan.1
Menurut Giovany Gideon (1977) Berjalan kaki merupakan
sarana transportasi yang menghubungkan antara fungsi kawasan satu
dengan yang lain terutama kawasan perdagangan, kawasan budaya, dan
kawasan permukiman, dengan berjalan kaki menjadikan suatu kota menjadi
lebih manusiawi. Kegiatan berjalan kaki tentunya membutuhkan fasilitas –
fasilitas pejalan kaki yang memadai, salah satunya cara memenuhi
kebutuhan fasilitas pejalan kaki yang memadai adalah dengan melakukan
penataan fasilitas pedestrian.
Penataan fasilitas pedestrian yang baik akan mempengaruhi wadah
atau ruang untuk melakukan kegiatan pejalan kaki yang dapat memberikan
pelayanan kepada pejalan kaki sehingga dapat meningkatkan kenyamanan,
keselamatan, dan keamanan bagi pejalan kaki. Fasilitas pedestrian
merupakan suatu wadah yang tidak nyata akan tetapi dapat dirasakan
manfaatnya bagi masyarakat dan merupakan suatu ruang publik dimana
pada jalur tersebut juga terjadi interaksi sosial antar masyarakat.
Dengan tertata fasilitas pedestrian yang baik akan sangat
bermanfaat bagi masyarakat akan sarana untuk berinteraksi, terutama
untuk melakukan aktivitas salah satu contohnya pada kawasan perdagangan
dimana pejalan kaki memerlukan ruang yang cukup untuk dapat
melihat-lihat, sebelum menentukan untuk memasuki salah satu
pertokoan di kawasan perdagangan tersebut.
Malkamah (1995) mendapati, bahwa pejalan kaki tidak dapat
dipisahkan dari keberadaan manusia sesungguhnya. 2 Oleh karena itu,
fasilitas pejalan kaki perlu disediakan ruang bagi pedestrian seperti
penyediaan fasilitas pedestrian seperti trotoar, street furniture dan jembatan
penyebrangan.
Terpenuhinya fasilitas pedestrian yang memadai akan
mengurangi keterikatan terhadap kendaraan di kawasan pusat kota,
meningkatkan penggunaan pejalan kaki, mempertinggi kualitas lingkungan
melalui sistem perancangan yang manusiawi, menciptakan kegiatan
pedagang kaki lima yang lebih banyak dan akhirnya akan membantu
kualitas udara di kawasan tersebut.
Terkait dengan fasilitas pejalan kaki peneliti melihat masalah yang
terkait seperti penjabaran di atas pada koridor Jalan Soekarno Hatta, Kota

1
Danoe Iswanto, (2006). Jurnal Ilmiah Perancangan Kota dan Permukiman Pengaruh Elemen – Elemen Pelengkap
Jalur Pedestrian Terhadap Kenyamanan Pejalan Kaki.
2
Sudarmaji, Suci Purwandari, Studi Kajian Efektivitas Penyediaan dan Pemanfaatan Fasilitas Pejalan Kaki
Citywalk, Jembatan Penyebarangan Dan Zebra Cross) Di Kota Surakarta, (2014), Jurnal Sainstech Politeknik
Indonusa Surakarta
3

Malang. Melihat dari kondisi eksisting di lapangan peneiliti memberikan


arahan penataan akan fasilitas pejalan kaki di ruas jalan ini karna peneliti
menilai sangat diperlukannya fasilitas pejalan kaki di sepanjang jalan
tersebut guna memberikan tingkat kenyamanan, keselamatan, dan keamanan
bagi pejalan kaki di sepanjang jalan ini.
Terletak di 4 Kelurahan di Kecamatan Lowokwaru, yakni
Kelurahan Mojolangu, Kelurahan Tulusrejo, Kelurahan Jatimulyo dan
Kelurahan Ketawang Gede, Jalan Soekarno Hatta terbilang cukup padat
baik itu kepadatan penggunaan lahan yang didominasi oleh kegiatan
ekonomi yakni perdagangan dan jasa maupun terdapat pula kampus –
kampus dan rumah sakit, hal ini tentunya mempengaruhi kepadatan lalu
lintas di Jalan Soekarno Hatta yang terbilang cukup padat setiap menitnya
mengingat fungsi dari jalan ini juga yakni sebagai jalur alternative yang
mudah di askes dan menjadi jalur penghubung dari berbagai kawasan vital di
Kota Malang.
Pergeseran penggunaan lahan di sepanjang Jalan Soekarna Hatta
menjadikan ruang pejalan kaki beralih menjadi tempat parkir selain itu
kondisi eksisiting fasilitas pejalan kaki juga beraliih fungsi menjadi taman
dan ditanami pohon peneduh didalam badan trotoar hal ini tentunya menjadi
permasalahan akan kenyamanan, keselamatan, dan keselamatan pejalan kaki
yang melakukan mobilitas kegiatan di sepanjangjalan ini. Selain itu Jalan
Soekarno Hatta juga merupakan jaringan jalan kolektor perimer di Kota
Malang dengan jalur Jalan Ahmad Yani – Jalan Telogo Mas mengakibatkan
jalan ini ramai akan lalu lintas pada jam – jam aktivitas.
Kepadatan lalu lintas di sepanjang Jalan Soekarno Hatta
mengakibatkan berbagai masalah salah satunya adalah sering terjadinya
konflik antara kendaraan dan pejalan kaki yang melakukan aktivitas di ruas
Jalan Soekarno Hatta, hal ini secara tidak langsung juga mempengaruhi
mobilitas ruang gerak dari pejalan kaki dalam hal kenyamanan, keselamatan,
dan keamanan, dari ruang gerak dari pejalan kaki di yang melakukan
aktivitas sepanjang Jalan Soekarno Hatta. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat
pada gambaran umum Jalan Soekarno Hatta, Kota Malang..
Melihat dari kondisi eksisting dan permasalahan yang terjadi di
sepanjang Jalan Soekarno Hatta, peneliti mengarahkan penataan akan
fasilitas pejalan kaki di sepanjang Jalan Soekarno Hatta berdasarkan aspek
keselamatan, aspek kenyamanan, aspek keselamatan, dan aspek keamanan
pejalan kaki serta aspek permintaan dan aspek penyediaan fasilitas pejalan
kaki di sepanjang jalan ini.
4

1.2 Rumusan Masalah


Fasilitas pedestrian mungkin sepintas dianggap kurang penting,
namun dengan tersedia fasilitas pedestrian memberikan dampak tersendiri
akan kenyamanan, keselamatan, dan keamanan ruang gerak pejalan kaki
didalam melakukan aktivitas disebuah kawasan. Pentingnya kebutuhan
fasilitas pedestrian bisa dilihat dari penggunaan lahan di kawasan tersebut
yang mempengaruhi aktivitas di kawasan tersebut.
Ditinjau dari kondisi eksisting fasilitas pedestrian di jalan ini,
banyak terdapat fasilitas pejalan kaki yang belum memadai hal ni ditandai
dengan tidak ada trotoar atau trotoar tidak menerus, maupun masalah –
masalah lainnya seperti trotoar yang dijadikan lahan parkiran sampai badan
trotoar yang dialih fungsikan menjadi taman.

Gambar 1.1
Kondisi Eksisting Fasilitas Pedestrian

Sumber : Hasil Survey (2017)

Jalan Soekarno Hatta merupakan salah contoh sebuah kawasan


berkembang, perubahan fungsi lahan dengan berbagai kegiatan seperti
perdagangan jasa dan kegiatan – kegiatan sosial mengakibatkan mobilitas
pejalan kaki di sepanjang jalan ini meningkat, selain itu juga jalan ini
memiliki fungsi sebagai jaringan jalan kolektor primer yang tentu membuat
jalan ini ramai dengan lalu lintas kendaraan. Hal ini secara tidak langsung
dapat membuktikan bahwa sangat diperlukannya ruang gerak pejalan kaki
berupa fasilitas – fasilitas pedestrian yang yang lebih memadai yang secara
tidak langsung dapat berguna terhadap keselamatan, keamanan dan
kenyaanan pejalan kaki yang yang melakukan aktivitas di jalan ini.
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah adalah sebagai
berikut :
1. Apakah penyediaan faslitas pedestrian di Jalan Sukarno Hatta
dapat memberikan kenyamanan, keselamatan, dan keamanan bagi
pejalan kaki yang melakukan aktivitas di sepanjang Jalan
Soekarno Hatta ?
2. Sirkulasi pejalan kaki dan kondisi eksisting fasilitas pedestrian
adalah faktor yang berperan penting dalam Arahan kebutuhan
fasilitas akan pedestrian, dari kedua faktor ini apakah
5

mempengaruhi kebutuhan akan fasilitas pedestrian di sepanjang


Jalan Soekarno Hatta?

1.3 Tujuan dan Sasaran


Berdasarkan uraian diatas, maka untuk mencapai hasil yang
diinginkan dalam studi ini, maka diperlukan adanya sebuah rumusan tentang
tujuan dan sasaran. Adapun tujuan dan sasaran yang akan dicapai sebagai
berikut :

1.3.1 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini menuju ke arahan penataan fasilitas
pedestrian di Jalan Soekarno Hatta, Malang Kota, sehingga dapat diketahui
kebutuhan fasilitas pedestrian berdasarkan aspek kenyamanan, aspek
keselamatan, dan aspek keamanan serta aspek pnyediaan dan aspek
permintaan fasilitas pedestrian.

1.3.2 Sasaran
Adapun sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian ini guna
mendukung tujuan diatas adalah sebagai berikut :
 Identifikasi Kebutuhan fasilitas pejalan kaki sepanjang Jalan
Soekarno Hatta berdasarkan aspek kenyamanan, aspek
keselamatan, dan aspek keamanan.
 Identifikasi Kebutuhan fasilitas pejalan kaki di sepanjang Jalan
Soekarno Hatta berdasarkan pendekatan penyediaan (supply) dan
permintaan (demand).
 Arahan penataan fasilitas pedestrian di Jalan Soekarno Hatta.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian


Berikut ini akan dijelaskan mengenai ruang lingkup materi dan
ruang lingkup lokasi dalam kaitannya dengan penelitian mengenai
Identifikasi Kebutuhan Fasilitas Pedestrian di Jalan Soekarno Hatta. Hal ini
dimaksudkan supaya nampak jelas batasan-batasan materi serta batasan
lokasi yang teliti, sehingga tidak keluar dari jalur yang telah ditentukan
dalam penelitian ini.

1.4.1 Ruang Lingkup Lokasi


Studi ini yang akan dilakukan sehingga dapat fokus ke
permasalahan yang akan diteliti mengenai Identifikasi Kebutuhan Fasilitas
6

Pedestrian di Jalan Soekarno Hatta berikut ini batasan lokasi dalam


pembahasan penelitian ini antara lain :
 Sebelah Utara : Jalan Sudimoro, Kelurahan Mojolango,
Kecamatan Lowokwaru.
 Sebelah Selatan : Jalan MT. Haryono, Kelurahan Ketawang
Gede, Kecamatan Klojen.
 Sebelah Timur : Kelurahan Mojolangu, Kelurahan Tulusrejo,
dan Kelurahan Jatimulyo, Kecamatan Lowokwaru.
 Sebelah Barat : Kelurahan Mojolangu, dan Kelurahan
Jatimulyo, Kecamatan Lowokwaru.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Peta 1.0 Orientasi Lokasi dan Peta
1.1 Lokasi Penelitian.
Berdasarkan ruang lingkup lokasi diatas, adapun pertimbangan –
pertimbangan dari peneliti dalam pemilihan lokasi penelitian yaitu :
a) Jalan Soekarno Hatta merupakan jalan yang tergabung dalam
jaringan jalan kolektor primer di Kota Malang meliputi Jalan
Ahmad Yani – Jalan Telogo Mas yang menjadikan jalan ini
dengan fungsi penting yakni sebagai jalur alternative menuju
tempat – timpat vital di Kota Malang yang membuat jalan ini
selalu ramai akan lalu lalang kendaraan.
b) Perubahan penggunaan lahan di sepanjang Jalan Soekarno Hatta
menjadi kegiatan perdagangan jasa dan sosial secara tidak
langsung membutuhkan ruang gerak bagi pejalan kaki dalam hal
ini adalah fasilitas pedestrian.
c) Kondisi eksisting dari Jalan Soekarno Hatta dengan penggunaan
lahan yang dalam tahap berkembang masih memungkin untuk
terpenuhinya kebutuhan ruang pejalan kaki dalam hal ini adalah
dimensi fasilitas pedestrian.

1.4.2 Ruang Lingkup Materi


 Indentifikasi kebutuhan fasilitas pejalan kaki sepanjang Jalan
Soekarno Hatta berdasarkan aspek kenyamanan, keselamatan, dan
keamanan, dilakukan cara observasi dan pemberian bobot skoring
sesuai dengan asumsi penelian kebutuhan fasilitas pedestrian
dengan aspek kenyamanan, aspek keselamatan, dan aspek
keamanan.
 Identifikasi kebutuhan fasilitas pejalan kaki di sepanjang Jalan
Soekarno Hatta berdasarkan pendekatan penyediaan (supply) dan
permintaan (demand), dilakukan dengan cara observasi dan
pengamatan terhadap sirkulasi pejalan kaki dan kondisi eksisting
di Jalan Soekarno Hatta, Kota Malang.
7

 Arahan penataan fasilitas pedestrian di Jalan Soekarno Hatta, Kota


Malang berdasarkan pedoman penataan fasilitas pedestrian
(trotoar, penyeberangan dan street furniture).

1.5 Fungsi Penelitian


Kegiatan penelitian ini secara umum menekankan terhadap
kebutuhan pejalan kaki di sepanjang Jalan Soekarno Hatta akan faslitas
pedesttrian. Secara umum dan khusus, tentunya kegiatan penelitian ini juga
memberikan kegunaan pada berbagai pihak baik secara langsung maupun
tidak langsung. Kegunaan dalam penelitian ini dikelompokan dalam 2 (dua)
kegunaan yaitu kegunaan praktis dan akademis.

1.5.1 Fungsi Praktis


Fungsi praktis adalah manfaat yang ingin dicapai dari penelitian
ini. Adapaun fungsi praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan mengenai bagaimana mengetahui kebutuhan fasilitas
pedestrian berdasarkan aspek kenyamanan, aspek keselamatan,
dan aspek keamanan serta aspek pnyediaan dan permintaan
fasilitas pedestrian.
2. Bagi Pembaca, penelitian ini dapat memberikan informasi secara
tertulis maupun sebagai referensi mengenai fasilitas pedestrian di
Jl Soekarno Hatta, Malang Kota.
3. Untuk Pemerintah, Sebagai masukan ataupun rekomendasi
terhadap arahan penataan pejalan kaki akan fasilitas pedestrian di
Jalan Soekarno Hatta kedepannya.

1.5.2 Fungsi Akademis


Kegunaan akademis mempunyai tujuan utama yaitu memberikan
pemahaman kepada kalangan akademisi yang selalu melakukan kegiatan-
kegiatan penelitian, baik yang terkait langsung maupun tudak langsung
dengan penelitian ini. Kegunaan akademis yang bisa diambil dari penelitian
ini yaitu :
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pemahan mengenai
tingkat kebutuhan pejalan kaki akan fasilitas pejalan kaki di
sepanjang Jalan Soekarno Hatta, Kota Malang.
2. Hasil penelitian ini juga diharapkan menjadi pedoman kebutuhan
dalam perencanaan fasilitas pedestrian di sepanjang Jalan
Soekarno Hatta.
8

3. Hasil penelitian ini juga diharapkan menjadi pedoman dalam


arahan pentaan fasilitas pejalan kaki di sepanjang Jalan Soekarno
Hatta.

1.6 Sistematika Pembahasan


Sistematika pembahasan dalam studi penelitian yang berjudul
“Arahan Penataan Fasilitas Pedestrian di Jalan Soekarno Hatta, Kota
Malang” dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan menguraikan tentang latar belakang penelitian, rumusan
masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup pembahasan, fungsi penelitian
serta sistematika pembahasan.

BAB II TINJAUN PUSTAKA


Pada bab ini menjelaskan tentang teori maupun referensi tentang fasilitas
pedestrian berdasarkan aspek kenyamanan, aspek keselamatan, aspek
keamanan, aspek penyediaan, aspek permintaan, arahan penataan fasilitas
pedestrian, landasan penelitian serta variable penelitian dari fasilitas
pedestrian di Jalan Soekarno Hatta, Kota Malang.

BAB III METODE PENELITIAN


Metode penelitian berisikan tentang tahapan dari penelitian, metode
pengumpulan data serta metode untuk menganalisis penelitian.

BAB IV GAMBARAN UMUM


Gambaran umum menguraikan tentang lokasi studi, dimulai dari gambaran
umum Jalan Soekarno Hatta hingga gambaran umum lebih detail mengenai
lingkup penelitian yaitu fasilitas pedestrian di Jalan Soekarna Hatta, Kota
Malang.

BAB V ANALISA
Pada bab analisa ini, membahas mengenai aspek kenyamanan, aspek
kese;amatan, dan aspek keamanan, aspek permintaan dan aspek penyediaan
serta arahan penataan fasilitas pedestrian di Jalan Soekarno Hatta, Kota
Malang..

BAB VI PENUTUP
Bab penutup menjelaskan tentang kesimpulan dari penelitian, kritik dan
saran dari hasil analisis yang dilakukan serta rekomendasi.
9

PETA
ORENTASI LOKASI
10

PETA
RUANG LINGKUP LOKASI
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Semua penelitian yang dilakukan peneliti bersifat ilmiah, oleh


karena itu semua penelitian harus berbekal teori. Penelitian ini berfungsi
sebagai bekal untuk memahami teori lebih luas dan mendalam. Kajian yang
mendalam ini mengenai teori-teori yang akan dipakai dalam penelitian ini
dan penting untuk dipahami, oleh karena itu pada bagian ini akan diuraikan
jenis teori-teori apa saja yang dipakai dalam kegiatan penelitian ini.

2.1 Definisi Konsep Penelitian


Definisi konsep penelitian ini berisikan tentang judul yang
diangkat sebagai penelitian “Identifikasi Kebutuhan Fasilitas Pedestrian di
Jalan Soekarno Hatta, Kota Malang. Untuk lebih jelasnya definisi konsep
penelitian dengan kata kunci kebutuhan, Fasilitas, Pedestrian adalah sebagai
berikut:
 Arahan :Arahan atau dengan kata lai mengarahkan, menurut kamus
besar bahasa indonesia memiliki arti yakni petunjuk untuk melaksanakan
sesuatu.3
 Penataan : menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), adalah
proses, cara, pengaturan dan penyusunan. Pengertian penataan dalam
Undang-undang 26 Tahun 2007, adalah suatu sistem proses
perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang. Dalam Undang-Undang No.26 Tahun 2007 juga
tentang Penataan Ruang, menekankan bahwa secara garis besar
penyelenggaraan penataan ruang diharapkan (1) dapat mewujudkan
pemanfaatan ruang yang berhasil guna dan berdaya guna serta mampu
mendukung pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan; (2) tidak
terjadi pemborosan pemanfaatan ruang; dan (3) tidak menyebabkan
terjadinya penurunan kualitas ruang. Dengan demikian tentunya
penataan ruang dalam mempertimbangkan potensi, kondisi,
permasalahan, prospek suatu daerah.4 Dari defenisi yang ada tersebut
diketahui bahwa penataan ruang adalah suatau cara atau proses dalam
pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang. Untuk mewujudka
pemanfaatan ruang yang menukung an tidak terjadi pemboroan ruang.

3
Kamus Besar Bahasa Indonesia
4
Linda Tonubala. Pemahaman Tentang Kawasan Rawan Bencana Dan Tinjauan Terhadap Kebijakan Dan
Peraturan Terkait. Mei 2011. Jurnal Sabua Vol.3, No.1. ISSN 2085-7020
12

 Fasilitas :
Untuk mengemukakan pengertian tentang fasilitas,
penulis dapat sajikan beberapa batasan dari para ahli. Menurut
Zakiah Daradjat “fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat
mempermudah upaya dan memperlancar kerja dalam rangka
mencapai suatu tujuan, sedangkan menurut Suryo Subroto “
fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat memudahkan dan
memperlancar pelaksanaan suatu usaha dapat berupa benda-benda
maupun uang. Lebih luas lagi tentang pengertian failitas
Suhairsimi Arikonto berpendapat, “fasilitas dapat diartikan sebagai
segala sesuatu yang dapat memudahkan dan memperlancar
pelaksanaan segala sesuatu usaha. Adapun yang dapat
memudahkan dan melancarkan usah ini dapat berupa benda-benda
maupun uang.5
 Pedestrian :
Pedestrian berasal dari bahasa Yunani, dimana
berasal dari kata pedos yang berarti kaki, sehingga pedestrian
dapat diartikan sebagi pejalan kaki atau orang yang
berjalankaki, sedangkan jalan merupakan media diatas bumi
yang memudahkan manusia dalam tujuan berjalan, Maka
pedestrian dalam hal ini memiliki arti pergerakan atau
perpindahan orang atau manusia dari satu tempat sebagai titik
tolak ke tempat lain sebagai tujuan dengan menggunakan
moda jalan kaki. Atau secara harfiah, pedestrian berarti “person
walking in the street“, yang berarti orang yang berjalan di jalan.
Dirjen Perhubungan Darat (1999:205) menyatakan bahwa
pejalan kaki adalah suatu bentuk transportasi yang penting di
daerah perkotaan. Pejalan kaki merupakan kegiatan yang cukup
penting dari sistem angkutan dan harus mendapatkan tempat
yang selayaknya. Pejalan kaki pada dasarnya lemah, mereka
terdiri dari anak-anak, orang tua, dan masyarakat yang
berpenghasilan rata-rata kecil.6

Jadi definisi Arahan Penataan Fasilitas Pedestrian adalah segala


sesuatu yang dibutuhkan manusia untuk memperoleh kesejahteraan dan
kenyamanan melalui sesuatu berupa benda – benda yang dapat
mempermudah upaya dan memperlancar kerja dalam rangka mencapai suatu
tujuan yakni dapat membantu pergerakan atau perpindahan orang atau
manusia dari satu tempat sebagai titik tolak ke tempat lain sebagai tujuan
dengan menggunakan moda jalan kaki.

5
Toni Triwidodo, Pengertian Fasilitas Belajar ( 2012 )
6
Nur Faiz Budiawan dan Soekarno, Tingkat Pelayanan Fasilitas Pedestrian di Simpang Empat Kantor Pos Besar
Yogyakarta. (2015), Teknik Sipil UII Yogyakarta
13

2.2 Fasilitas Pedestrian


Pedestrian berasal dari bahasa Yunani, dimana berasal dari kata
pedos yang berarti kaki, sehingga pedestrian dapat diartikan sebagi
pejalan kaki atau orang yang berjalan kaki, sedangkan jalan merupakan
media diatas bumi yang memudahkan manusia dalam tujuan berjalan, Maka
pedestrian dalam hal ini memiliki arti pergerakan atau perpindahan
orang atau manusia dari satu tempat sebagai titik tolak ke tempat lain
sebagai tujuan dengan menggunakan moda jalan kaki. Atau secara
harfiah, pedestrian berarti “ person walking in the street”, yang berarti orang
yang berjalan di jalan.
Kelebihan dan kekurangan moda berjalan kaki dibandingkan
dengan moda angkutan lain adalah :
 Terus menerus tersedia.
 Waktu dan rute fleksibel.
 Dapat menghantarkan sampai tujuan yang hendak dicapai.
 Mudah dan murah.
 Memiliki keterbatasan terhadap gangguan cuaca, jarak tempuh
dan hambatan lalu lintas.
Namun jalur pedestrian dalam konteks perkotaan biasanya
dimaksudkan sebagai ruang khusus untuk pejalan kaki yang berfungsi
sebagai sarana pencapaian yang dapat melindungi pejalan kaki dari
bahaya yang datang dari kendaraan bermotor. Di Indonesia lebih dikenal
sebagai trotoar, yang berarti jalur jalan kecil selebar 1,5 sampai 2 meter
atau lebih memanjang sepanjang jalan umum.
Fasilitas pedestrian adalah seluruh bangunan pelengkap yang
disediakan untuk pejalan kaki guna memberikan pelayanan demi
kelancaran, keamanan dan kenyamanan, serta keselamatan bagi pejalan
kaki (Dirjen Bina Marga, 1999). Keberadaan pejalan kaki sebagai salah
satu bagian dari sistem dan jaringan transportasi perlu memiliki fasilitas
yang baik dan terencana. Fasilitas pejalan kaki dapat dibedakan menjadi
dua (2) jenis yaitu:7
 Trotoar merupakan jalur pejalan kaki yang umumnya sejajar
dengan jalan dan lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan
untuk menjamin keamanan pejalan kaki.
 Fasilitas penyeberangan adalah suatu fasilitas pejalan kaki di
jalan untuk mengkonsentrasikan pejalan kaki yang
menyeberang. Setiap pejalan kaki yang menyeberang pada
fasilitas penyeberangan ini memperoleh prioritas beberapa saat
untuk berjalan lebih dahulu (Transportation Research Board,

7
Nur Faiz Budiawan Dan Soekarno, Tingkat Pelayanan Fasilitas Pedestrian di Simpang Empat Kantor Pos Besar
Yogyakarta, (2015), Jurnal Teknik Vol. 5
14

2000). Di dalam SK Menteri Perhubungan (1993), fasilitas


penyeberangan jalan dapat berupa.
- Zebra cross.
- Jembatan penyeberangan.
- Terowongan penyeberangan.
- Pelican crossing.

2.2.1 Teori Faslitas Pedestrian Menurut Parah Ahli


Berikut merupakan beberapa tinjauan dan pengertian dasar
mengenai pedestrian, yaitu :
Menurut John Fruin ( 1979 ) Berjalan kaki merupakan alat untuk
pergerakan internal kota, satu – satunya alat untuk memenuhi kebutuhan
interaksi tatap muka yang ada didalam aktivitas komersial dan kultural
di lingkungan kehidupan kota.8
Menurut Amos Rapoport ( 1977 ) Dilihat dari kecepatannya
moda jalan kaki memiliki kelebihan yakni kecepatan rendah sehingga
menguntungkan karena dapat mengamati lingkungan sekitar dan
mengamati objek secara detail serta mudah menyadari lingkungan
sekitarnya .9
Menurut Giovany Gideon ( 1977 ) Berjalan kaki merupakan
sarana transportasi yang menghubungkan antara fungsi kawasan satu
dengan yang lain terutama kawasan perdagangan, kawasan budaya, dan
kawasan permukiman, dengan berjalan kaki menjadikan suatu kota menjadi
lebih manusiawi.10
Menurut Hobbs (1995) pejalan kaki adalah bagian dari sistem
transportasi.11 Berjalan kaki merupakan moda transportasi alami yang
dimiliki oleh setiap manusia. Malkamah (1995) mendapati, bahwa pejalan
kaki tidak dapat dipisahkan dari keberadaan manusia sesungguhnya.
Oleh karena itu dimana pun tempat, baik diwilayah-wilayah
pengembangan jasa, pemukiman, perdagangan maupun industri, fasilitas
pejalan kaki tetap perlu disediakan.12
Berbarengan dengan itu, tempat-tempat parkir diawal/akhir
setiap wilayah pengembangan perlu ditambahkan. Menurut Khasnabis,
et.al. (didalam Dewar 1992), bahwa sirkulasi pejalan kaki adalah
ekspresi elemen transportasi yang penting dari pusat kota dan akan
melibatkan banyak aktivitas. Semua aktivitas transportasi akan saling

8
Fruin, John J. (1971). Pedestrian Planning and Design. New York : Metropolitan and Association of
Urban Designers and Environmental Planners, Inc.
9
Danoe Iswanto, (2006). Jurnal Ilmiah Perancangan Kota dan Permukiman Pengaruh Elemen – Elemen Pelengkap
Jalur Pedestrian Terhadap Kenyamanan Pejalan Kaki.
10
Ibid
11
Hobbs, FD.,(1995), “Perencanaan dan Teknik Lalulintas”, edisi 2, Gajah Mada University Press.
12
Malkamah, S.,(1995), “Manajemen lalulintas Kota Secara Terpadu, Untuk Pelestarian Lingkungan dan
Keselamatan lalulintas”. Yogyakarta, Biro Penerbit.
15

mempengaruhi satu sama lain. Apabila salah satu terganggu, maka


akibatnya tidak hanya dirasakan oleh moda yang bersangkutan, tetapi
akan dirasakan oleh moda yang lain.
Sussman (1994) mencermati, bahwa pola sirkulasi pejalan kaki
memperlihatkan kesamaan dengan karakteristik aliran lalu lintas pada
umumnya. Kecepatan, aliran dan kepadatan saling berhubungan. 13 Apabila
aliran bertambah, kecepatan berkurang. Apabila melewati aliran
maksimum, kepadatan terus bertambah dan menjadi jam density,
sementara aliran dan kecepatan turun kearah nol. Puskarev dan Zupan
(1975) Mengungkap, bahwa pada tahap tertentu aliran pejalan kaki akan
mengurangi kapasitas jalan yang ada, sehingga jalan perkotaan perlu
diberi fasilitas pejalan kaki, seperti : trotoir, tempat penyeberangan,
jembatan penyeberangan, pagar pengaman.14
Dengan demikian sirkulasi pejalan kaki menjadi minim konflik
dengan kendaraan, aman dan nyaman. Sudianto (1997), Sirkulasi pejalan
kaki membutuhkan fasilitas yang baik, padahal kebutuhan fasilitas
kebutuhan pejalan kaki ditempat satu akan berbeda dengan tempat yang
lain.15 Kebutuhan fasilitas pejalan kaki di pusat pertokoan menjadi
kompleks, karena pusat pertokoan juga membutuhkan daerah
pembangkit lalu lintas, pelayanan lalu lintas dan utilitas umum.
Kompleksitas tersebut ditambah dengan banyaknya kegiatan
ekonomi diluar gedung pusat pertokoan. Lebar trotoir hampir selalu tidak
dapat optimal, Karena ada penggunaan trotoir tidak tepat, diantaranya
pedagang kaki lima. Menurut Manning (1985), pedagang kaki lima
merupakan gangguan utama pada trotoir di Indonesia. Pedagang kaki
lima disebut street trading, karena lokasi kegiatan usaha mereka ditepi
jalan strategis didalam kota.16 Dirktorat Jendral Bina Marga Direktorat
Pembinaan Jalan Kota (1990), merekomendasikan lebar trotoir, denga
rumus sebagai berikut :

Keterangan :
W = Lebar trotoir
V = Volume pejalan kaki rencana/2 arah (org/m/men)

13
Sudarmaji, Suci Purwandari, Studi Kajian Efektivitas Penyediaan dan Pemanfaatan Fasilitas Pejalan Kaki
Citywalk, Jembatan Penyebarangan Dan Zebra Cross) Di Kota Surakarta, (2014), Jurnal Sainstech Politeknik
Indonusa Surakarta.
14
Sussman, JM., Uburdi, LC., Skiner, RE., 1994, Pedestrian, “ Highway Capacity Manual”, 3ed.,
Washington DC., Transportation Research Board, National Reseach Council.
15
Ibid.
16
Ibid.
16

N = Lebar tambahan sesuai dengan keadaan setempat, jalan di daerah


pasar (1,50m), jalan diperbelanjaan bukan pasar (1 m) dan jalan didaerah
lain (0.50)
Menurut Ortusar dan Willumsen (1994), kebutuhan fasilitas
pejalan kaki dapat didekati dengan pendekatan penyediaan (supply) dan
permintaan (demand). Persediaan adalah tersedianya prasarana pejalan
kaki seperti : trotoir, tempat penyeberangan, alat pemberi isyarat
pejalan kaki. Permintaan adalah besarnya kebutuhan sirkulasi pejalan kaki.
Sirkulasi pejalan kaki beroperasi pada saat terjadinya keseimbangan antara
penyediaan dan permintaan.17
Perubahan grafik penyediaan dan permintaan akan merubah titik-
titik keseimbangan yang terjadi. Apabila penyediaan lebih besar dari
permintaan, maka prasarana yang ada sangat berlebihan, fasilitas pejalan
kaki pun lengang. Apabila penyediaan lebih kecil dari pada permintaan,
maka prasarana yang ada sangat terbatas, fasilitas pejalan kaki pun
semrawut. Menurut Sussman, Uburdi, Skinner (1994), perhitungan
fasilitas pejalan kaki tidak terlepas dari perhitungan tingkat pelayanan.
Perhitungan tersebut pada dasarnya sama dengan perhitungan tingkat
pelayanan fasilitas jalan, yaitu dengan membandingkan kapasitas dan
volume yang terjadi.
Menurut Murthy (2001) penyediaan fasilitas pejalan kaki harus
dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang menggunakannya. Fasilitas
pejalan kaki harus dapat memenuhi kebutuhan berdasarkan aspek
kenyamanan, keselamatan, dan keamanan pejalan kaki sebagai
penggunanya.18
Tingkat pelayanan fasilitas pejalan kaki ditentukan Jalur
pedestrian dan selalu memiliki fasilitas-fasilitas didalamnya. Fasilitas
jalur pedestrian dapat dibedakan berdasarkan pada letak dan jenis
kegiatan yang dilayani, yaitu fasilitas jalur pedestrian yang terlindung
dan fasilitas jalur pedestrian yang terbuka.

1. Fasilitas Jalur Pedestrian yang terlindung, dibedakan


menjadi dua yaitu :
 Fasilitas jalur pedestrian yang terlindung di dalam bangunan,
misalnya
- Fasilitas jalur pedestrian arah vertikal, yaitu fasilitas jalur
pedestrian yang menghubungkan lantai bawah dan lantai
diatasnya dalam bangunan atau gedung bertingkat, seperti
tangga, ramps, dan sebagainya.

17
Ibid.
18
Mohle, Henry R. Murthy, A.S. Narasimha. 2001. Transportation Engineering Basics 2nd Edition ASCE
17

- Fasilitas jalur pedestrian arah horizontal, seperti koridor,


hall, dan sebagainya.
 Fasilitas Jalur Pedestrian yang terlindung di luar bangunan,
misalnya:
- Arcade, yaitu merupakan selasar yang terbentuk oleh
sederetan kolom-kolom yang menyangga atap yang
berbentuk lengkungan-lengkungan busur dapat merupakan
bagian luar dari bangunan atau berdiri sendiri.
- Gallery, yaitu lorong yang lebar, umumnya terdapat pada
lantai teratas.
- Covered Walk atau selasar, yaitu merupakan fasilitas
pedestrian yang pada umumnya terdapat di rumah sakit atau
asrama yang menghubungkan bagian bangunan yang satu
dengan bangunan yang lainnya.
- Shopping mall, merupakan fasilitas pedestrian yang sangat
luas yang terletak di dalam bangunan dimana orang berlalu-
lalang sambil berbelanja langsung di tempat itu.

2. Fasilitas jalur pedestrian yang tidak terlindung / terbuka,


yang terdiri dari :
 Trotoir / sidewalk, yaitu fasilitas jalur pedestrian dengan lantai
perkerasan yang terletak di kanan-kiri fasilitas jalan kendaraan
bermotor.
 Foot path / jalan setapak, yaitu fasilitas jalur pedestrian
seperti gang-gang di lingkungan permukiman kampung.
 Plaza, yaitu tempat terbuka dengan lantai perkerasan, berfungsi
sebagai pengikat massa bangunan, dapat pula sebagai pengikat-
pengikat kegiatan.
 Pedestrian mall, yaitu jalur pedestrian yang cukup luas, disamping
digunakan untuk sirkulasi pejalan kaki juga dapat dimanfaatkan
untuk kontak komunikasi atau interaksi sosial.
 Zebra cross, yaitu fasilitas jalur pedestrian sebagai fasilitas
untuk menyeberang jalan kendaraan bermotor.

2.2.2 Kategori Dan Fasilitas Pejalan Kaki


Menurut Rubenstein ( 1987 ), terdapat beberapa kategori
pejalan kaki :19

19
Danoe Iswanto, Pengaruh Elemen – Elemen Pelengkap Jalur Pedestrian Terhadap Kenyamanan Pejalan Kaki, (
2006 ) Jurnal Ilmiah Perancangan Kota Dan Permukiman
18

a. Menurut sarana perjalanannya :


Pejalan kaki penuh, merupakan mereka yang menggunakan
moda jalan kaki sebagai moda utama, jalan kaki digunakan
sepenuhnya dari tempat asal sampai ke tempat tujuan.
 Pejalan kaki pemakai kendaraan umum, merupakan pejalan
kaki yang menggunakan moda jalan kaki sebagai moda antara.
Biasanya dilakukan dari tempat asal ke tempat kendaraan
umum, atau pada jalur perpindahan rute kendaraan umum,
atau tempat pemberhentian kendaraan umum ke tempat tujuan
akhir.
 Pejalan kaki pemakai kendaraan umum dan kendaraan pribadi,
merupakan mereka yang menggunakan moda jalan kaki sebagai
moda antara, dari tempat parkir kendaraan pribadi ke tempat
kendaraan umum, dan dari tempat parkir kendaraan umum ke
tempat tujuan akhir perjalanan.
 Pejalan kaki pemakai kendaraan pribadi penuh, merupakan
mereka yang menggunakan moda jalan kaki sebagai moda
antara dari tempat 23arker kendaraan pribadi ke tempat tujuan
bepergian yang hanya ditempuh dengan berjalan kaki.
b. Menurut kepentingan perjalanannya :
 Perjalanan terminal, merupakan perjalanan yang dilakukan
antara asal dengan area transportasi, misalnya : tempat parkir,
halte bus dan sebagainya.
 Perjalanan fungsional, merupakan perjalanan untuk mencapai
tujuantertentu, dari atau ke tempat kerja, sekolah, belanja, dan
lain-lain.
 Perjalanan rekreasional, merupakan perjalanan yang dilakukan
dalam rangka mengisi waktu luang, misalnya menikmati
pemandangan.

Menurut Unterman ( 1984 ), terdapat 4 faktor penting yang


mempengaruhi panjang atau jarak orang untuk berjalan kaki, yaitu :20

a. Waktu
Berjalan kaki pada waktu-waktu tertentu mempengaruhi
panjang atau jarak yang mampu ditempuh. Misalnya : berjalan kaki
pada waktu rekreasi memiliki jarak yang relatif, sedangkan waktu
berbelanja terkadang dapat dilakukan 2 jam dengan jarak sampai 2 mil
tanpa disadari sepenuhnya oleh si pejalan kaki.

20
Ibid.
19

b. Kenyamanan
Kenyamanan orang untuk berjalan kaki dipengaruhi oleh faktor
cuaca dan jenis aktivitas. Iklim yang kurang baik akan mengurangi
keinginan orang untuk berjalan kaki.

c. Ketersediaan Kendaraan Bermotor


Kesinambungan penyediaan moda angkutan kendaraan
bermotor baik umum maupun pribadi sebagai moda penghantar sebelum
atau sesudah berjalan kaki sangat mempengaruhi jarak tempuh orang
berjalan kaki. Ketersediaan fasilitas kendaraan angkutan umum yang
memadai dalam hal penempatan penyediaannya akan mendorong orang
untuk berjalan lebih jauh dibanding dengan apabila tidak tersedianya
fasilitas ini secara merata, termasuk juga penyediaan fasilitas transportasi
lainnya seperti jaringan jalan yang baik, kemudahan parkir dan lokasi
penyebaran, serta pola penggunaan lahan campuran ( mixed use ) dan
sebagainya.

d. Pola Tata Guna Lahan


Pada daerah dengan penggunaan lahan campuran ( mixed use
) seperti yang banyak ditemui di pusat kota, perjalanan dengan berjalan
kaki dapat dilakukan dengan lebih cepat dibanding perjalanan dengan
kendaraan bermotor karena perjalanan dengan kendaraan bermotor sulit
untuk berhenti setiap saat.

2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan


Jalur Pedestrian Dalam Lingkungan Kota

Jalur pedestrian harus memiliki rasa aman dan nyaman


terhadap pejalan kaki, keamanan disini dapat berupa batasan-batasan
dengan jalan yang berupa peninggian trotoar, menggunakan pagar pohon,
dan menggunakan street furniture. Selain merasa aman, mereka juga
harus merasa nyaman dimana jalur pedestrian harus bersifat rekreatif
karena hal tersebut sangat menunjang kenyaman pejalan kaki saat
menggunakan jalur pedestrian sebagai jalur mereka.21

1. Safety ( keamanan )
Salah satu penyebab banyaknya tingkat kecelakaan yang
terjadi pada pejalan kaki di jalur pedestrian adalah akibat
pencampuran fungsi jalur pedestrian dengan aktivitas yang lain.

21
Danoe Iswanto, Pengaruh Elemen – Elemen Pelengkap Jalur Pedestrian Terhadap Kenyamanan Pejalan Kaki, (
2006 ) Jurnal Ilmiah Perancangan Kota Dan Permukiman
20

Elemen-elemen yang perlu diperhatikan dalam perencanaan


keamanan pedestrian adalah :
 Desain jalan dan jalur pedestrian :
Desain jalan untuk pejalan kaki harus nyaman dan aman serta
memiliki daya tarik agar orang merasa betah melaluinya.
 Kecepatan dan kepadatan :
Keamanan pejalan kaki salah satunya agar terhindar dari
kecelakaan lalu lintas. Pada jalan yang memiliki kecepatan dan
kepadatan lalu lintas yang tinggi harus memiliki barrier pada
jalur pedestrian. Barrier ini dapat berupa pepohonan, pot
bunga, dan adanya jarak antara jalur pedestrian dengan jalan
raya.
 Pemilihan perencanaan jalur pedestrian yang berkesinambungan
:
Hal ini berhubungan dengan perencanaan kawasan yang
mampu menyatukan elemen-elemen yang ada disekitarnya
menjadi satu kesatuan.
 Kondisi musim :
Akibat sering berubahnya musim maka jalur pedestrian
harusnya mampu mengantisipasinya dengan memperhitungkan
faktor alam yang mampu mempengaruhi aktivitas-aktivitas
orang yang melewatinya. - Waktu : Jalur pedestrian digunakan
untuk berjalan kaki baik siang maupum malam hari. Untuk
itu perlu adanya pemikiran untuk mengolah jalur pedestrian
agar aktivitas yang berhubungan dengan waktu dapat berjalan
lancar dengan tersedianya fasilitas yang membuat nyaman orang
yang melaluinya.

2. Comfort ( Kenyamanan )
Kenyamanan merupakan segala sesuatu yang memperlihatkan
dirinya sesuai dan harmonis dengan penggunaan suatu ruang.
Jalur pedestrian memiliki peran penting dalam pembentukan
arsitektur kota. Kondisi jalur pedestrian yang mengutamakan
kenyamanan, tentunya juga mempertimbangkan aspek
manusiawi. Faktor-faktor yang mempengaruhi kenyamanan :
 Sirkulasi :
Kenyamanan dapat berkurang akibat sirkulasi yang kurang baik,
misalnya kurangnya kejelasan sirkulasi, penggunaan fungsi
ruang sirkulasi yang berbeda ( misal trotoar dijadikan tempat
berjualan ), tidak jelasnya pembagian ruang antara sirkulasi
pejalan kaki dan sirkulasi kendaraan. Untuk hal tersebut,
hendaknya diadakan pembagian sirkulasi antara manusia dan
kendaraan.
21

 Gaya alam dan iklim :


Radiasi matahari dapat mengurangi kenyamanan terutama pada
daerah tropis khususnya di siang hari. Curah hujan sering
menimbulkan gangguan terhadap aktivitas manusia di luar.
Maka diperlukan adanya peneduh.
 Keamanan :
Keamanan yang ditujukan bagi pejalan kaki baik dari unsur
kejahatan maupun faktor lain.
 Kebersihan :
Segala sesuatu yang bersih akan menambah daya tarik, juga akan
menambah kenyamanan pejalan kaki karena bebas dari kotoran
sampah dan bau-bauan yang tidak menyenangkan. Untuk
memenuhi hal tersebut kiranya perlu ditempatkan dan disediakan
bak sampah.
 Keindahan :
Kenyamanan disini mencakup masalah kepuasan batin dan panca
indera sehingga rasa nyaman dapat diperoleh. Sulit untuk
menilai suatu keindahan, setiap orang memiliki persepsi yang
berbeda terhadap sesuatu yang dikatakan indah.

Tabel 2.1
Cara Penilaian Fasilitas Pejalan Kaki Berdasarkan Indikator
Kenyamanan, Keselamatan, dan Keamanan. 22
Fasilitas Pejalan Kaki Yang Dinilai
Indikator
Trotoar Penyeberangan Street funiture
Pohon peneduh tidak dapat
meneduhi pejalan kaki;
Lebar terbangun Lebar efektif jembatan Tempat sampah tidak
dan efektif penyeberangan kurang ada/ada tapi tidak dapat
trotoar kurang dari 2 meter, dan lebar menampung semua sampah;
Tidak dari 2 meter, keseluruhan kurang dari Tidak tersedia bangku
Nyaman tidak menerus; 2,6 meter; lebar istirahat, halte, dan telepon
trotoar kurang jembatan kurang lebar umum. Pohon peneduh,
lebar menurut atau sedang menurut tempat sampah, bangku,
responden. responden. halte, dan telepon umum
kondisi buruk menurut
Kenyamanan
responden.
Tidak seluruh Tidak seluruh dari syarat
dari syarat lebar pohon peneduh dapat
dan trotoar meneduhi pejalan kaki,
kurang dari 2 adanya tempat sampah yang
Kurang
meter, trotoar dapat menampung semua
Nyaman
menerus, dan sampah, ada bangku
trotoar lebarnya istirahat, halte, telepon
ideal menurut umum, dan kondisi pohon
responden peneduh, tempat samapah,

22
Enni Lindia Mayona S.T., M.T, Identifikasi Kebutuhan Fasilitas Pejalan Kaki di Kota Pontianak ( 2013 ), Jurnal
Online Institut Teknologi Nasional
22

Fasilitas Pejalan Kaki Yang Dinilai


Indikator
Trotoar Penyeberangan Street funiture
terpenuhi. bangku, halte, dan telepon
umum berkondisi baik
menurut responden
terpenuhi.
Pohon peneduh dapat
Lebar terbangun meneduhi pejalan kaki;
dan efektif Tempat sampah dapat
trotoar sebesar 2 Memiliki lebar efektif menampung sampah-sampah
meter, trotoar sebesar 2 meter, lebar yang ada; Tersedia bangku
Nyaman menerus; keseluruhan sebesar 2,6 istirahat, halte, dan telepon
trotoar lebarnya meter; lebar jembatan umum; pohon peneduh,
ideal ideal menurut responden. tempat sampah, bangku,
menurut halte, dan telepon umum
respoden kondisinya baik menurut
responden.

Tidak tersedia lampu


Lebar terbangun
penerangan/lampu
dan efektif
penerangan banyak yang
trotoar kurang
sudah redup
dari 2 meter, Kondisi cat
atau tidak menyala, lampu
tidak menerus, penyeberangan zebra
penerangan
kondisi sudah tidak utuh dan
Tidak tidak dapat menerangi pada
permukaan sulit untuk dilihat;
Selamat malam hari,
rusak; trotoar kondisi cat tidak
pagar pembatas kondisinya
kurang lebar dan terlihat/buram menurut
buruk; lampu
kondisi responden
penerangan dan pagar
permukaannya
pembatas
rusak menurut
kondisinya buruk menurut
responden.
responden.

Tidak seluruh
dari syarat lebar
terbangun dan
efektif trotoar
kurang dari 2 Tidak seluruh dari syarat
meter, trotoar Kondisi cat lampu penerangan yang
menerus, kondisi penyeberangan zebra dapat menerangi di malam
permukaan sudah tidak utuh dan hari, dan kondisi pagar
Kurang
trotoar tidak sulit untuk dilihat; pembatas yang baik, dan
Selamat
rusak/baik kondisi cat tidak lampu penerangan dan pagar
terpenuhi, dan terlihat/buram menurut pembatas yang berkondisi
lebar trotoar responden baik menurut responden
ideal dan kondisi terpenuhi.
permukaan baik
menurut
Keselamatan responden
terpenuhi.

Lebar terbangun
dan efektif
trotoar sebesar 2 Lampu-lampu penerangan
Kondisi cat
meter, menerus, dapat menerangi pejalan
penyeberangan zebra
dan kondisi kaki ketika malam hari;
masih utuh dan dapat
Selamat permukaan tidak Pagar pembatas kondisinya
terlihat, kondisi cat dapat
rusak/baik; lebar baik; Lampu penerangan dan
terlihat (terang) menurut
trotoar ideal dan pagar pembatas berkondisi
responden.
kondisi baik menurut responden.
permukaan baik
menurut
23

Fasilitas Pejalan Kaki Yang Dinilai


Indikator
Trotoar Penyeberangan Street funiture
responden.

Tidak tersedia lampu


Lebar efektif jembatan
penerangan/lampu
penyeberangan kurang
penerangan banyak yang
dari 2 meter, dan lebar
sudah redup atau tidak
Tidak keseluruhan kurang dari
menyala, lampu penerangan
Aman 2,6 meter; lebar
tidak dapat menerangi pada
jembatan kurang lebar
malam hari; Lampu
atau sedang menurut
perangan kondisinya buruk
responden.
menurut responden.

Keamanan
Kurang
Aman

Lebar efektif jembatan Lampu-lampu penerangan


penyeberangan 2 meter, dapat menerangi pejalan
dan lebar keseluruhan kaki ketika malam hari;
Aman
2,6 meter; lebar Lampu penerangan
jembatan ideal menurut kondisinya baik menurut
responden. responden.

Sumber:Perencanaan Trotoar (1990), Tata Cara Perencanaan Jalur Pejalan Kaki di Perkotaan (1995), Pedoman
Penyediaan dan Pemanfaatan Sarana dan Prasarana Ruang Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan

Tabel 2.2
Kriteria Penyediaan Penyeberangan, Jalur Hijau, dan
Perabot/Perlengkapan Ruas Pejalan Kaki
Fasilitas Aksesibilitas Keselamatan Kenyamanan Keindahan Kemudahan Interaksi
1. Jalur 1. Jalur
Ruang
memiliki mudah
Harus dapt Ruang pejalan
lebar yang dicapai dan Jalur
diaskes oleh pejalan kaki kaki
nyaman ( tidak memiliki
semua terpisah daei memiliki
minimal 1,5 terhalangi titik - titik
pejalan kaki jalur lalu material
meter ) oleh apapun untuk
Penyeberangan termaksud lintas penutup
2. Jalur dapat
yang kendaraan tanah yang 2. Jalur harus
Pejalan kaki melakukan
memliki dan memiliki berpola dan menerus dari
memiliki interaksi
keterbatasan ketinggian memiliki satu titik ke
permukaan sosial
fisik berbeda daya serap titik ysng
yang tidak
tinggi lain
licin
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 03/Prt/M/2014

Berdasarkan pedoman – pedoman maupun penilitian -


penelitian terdahulu diatas dapat disimpulkan indikator – indikator
yang mempengaruhi kebutuhan fasilitas pedestrian berdasarkan
24

aspek kenyamanan, aspek keselamatan dan aspek keamanan. Adapun


indikator – indikator terkait dapat dilihat pada tabel 2.3.

Tabel 2.3
Indikator – indikator yang mempengaruhi aspek kenyamanan,
aspek keselamatan dan aspek keamanan
Trotoar 2 meter, Jalur penyeberangan lebar 1,5
meter, permukaan jalur penyebengan tidak licin
a.Nyaman Adanya pohon peneduh, sampah dapat
menampung sampah-sampah yang ada, adanya
halte
Lebar trotoar 2 meter, trotoar tidak menerus
Kenyamanan
b. Kurang Nyaman Adanya pohon peneduh dapat meneduhi pejalan
kaki, adanya tempat sampah yang tidak dapat
menampung semua sampah,
Lebar trotoar < 2 meter, trotoar tidak menerus
c.Tidak Nyaman Tidak ada pohon peneduh, Tidak ada tempat
sampah.
Lebar trotoar 2 meter, menerus, dan kondisi
permukaan baik
a.Selamat Ruang pejalan kaki memiliki ketinggian berbeda
zebra crozz baik
Ada lampu penerangan dan pagar pembatas
Keselamatan Lebar trotoar < 2 meter, trotoar menerus, kondisi
b. Kurang Selamat permukaan trotoar baik
Ada lampu penerangan dan pagar pembatas
Lebar trotoar <2 meter, kondisi trotoar rusak
c.Tidak Selamat Zebra cross rusak
Ada lampu penerangan jalan

Lebar efektif jembatan penyeberangan 2 meter


a. Aman
Keamanan Ada Lampu-lampu penerangan jalan.

Lebar efektif jembatan penyeberangan kurang


c. Tidak aman
dari 2 meter.

2.2.4 Jenis Fasilitas Pejalan Kaki


1. Ruang Pejalan Kaki (Trotoar)
Ruang pejalan kaki yang dibuat terpisah dari jalur kendaraan,
biasanya terletak bersebelahan atau berdekatan. Pejalan kaki melakukan
kegiatan berjalan kaki sebagai sarana angkutan yang akan menghubungkan
tempat asal dan tempat tujuan. Ruang pejalan kaki yang berada di Kota
Pontianak adalah sebagai berikut :23

23
Enni Lindia Mayona S.T., M.T, Identifikasi Kebutuhan Fasilitas Pejalan Kaki di Kota Pontianak ( 2013 ), Jurnal
Online Institut Teknologi Nasional
25

 Ruang Pejalan Kaki di Sisi Jalan (Sidewalk), ruang pejalan kaki


di sisi jalan (sidewalk) merupakan bagian dari sistem jalur
pejalan kaki dari tepi jalan raya hingga tepi terluar lahan milik
bangunan.
 Ruang Pejalan Kaki di Kawasan Komersial/Perkantoran (Arcade)
Ruang pejalan kaki yang berdampingan dengan bangunan pada
salah satu atau kedua sisinya.
 Ruang Pejalan Kaki di Tepian Air (Promenade) Ruang pejalan
kaki yang pada salah satu sisinya berbatasan dengan badan air.

Secara umum, sudah diatur mengenai lebar minimum trotoar


yang seharusnya. Lebar minimum untuk kawasan pertokoan dan
perdagangan yang diatur dalam Petunjuk Perencanaan Trotoar (Dep. PU,
1990) adalah 2 meter.

2. Prasarana Ruang Pejalan Kaki (Penyeberangan)


Prasarana ruang pejalan kaki yang digunakan sebagai jalur
menyeberang untuk mengatasi dan menghindari konflik dengan moda
angkutan lain, yaitu jalur penyeberangan jalan, jembatan penyeberangan,
atau jalur penyeberangan bawah tanah. Untuk itu diperlukan fasilitas
yang berupa penyeberangan zebra, skyway, dan subway. Berdasarkan
Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang
Pejalan Kaki di Perkotaan, fasilitas penyeberangan diklasifikasikan sebagai
berikut :24

a. Penyeberangan Sebidang (At-Grade).


 Penyeberangan Zebra.
 Penyeberangan Pelikan.
b. Penyeberangan Tidak Sebidang (Elevated/Underground), salah
satu penyeberangan tidak sebidang adalah jembatan. Jembatan
digunakan apabila :
 Jenis jalur penyeberangan tidak dapat menggunakan
penyeberangan zebra.
 Pelikan sudah menganggu lalu lintas kendaraan yang ada.
 Pada ruas jalan dengan frekuensi terjadinya kecelakaan
pejalan kaki yang cukup tinggi.
 Pada ruas jalan yang mempunyai arus lalu lintas dengan
kecepatan tinggi dan arus pejalan kaki yang cukup ramai.
 Jalur yang melandai harus disediakan untuk seluruh
tempat penyeberangan bagi pejalan kaki baik di atas jalan

24
Enni Lindia Mayona S.T., M.T, Identifikasi Kebutuhan Fasilitas Pejalan Kaki Di Kota Pontianak ( 2013 ), Jurnal
Online Institut Teknologi Nasional
26

maupun di bawah jalan. Jika diperlukan, maka dapat


disediakan tangga untuk mencapai tempat penyeberangan.
 Kriteria jembatan penyeberangan adalah: Lebar efektif
jembatan penyeberangan adalah 2 meter dengan lebar
keseluruhannya 2,6 meter.

3. Sarana Ruang Pejalan Kaki (Street funiture)


Peruntukan street furniture yang ada juga harus sesuai dengan
kebutuhan pada kawasan perdagangan dan jasa. Jenis-jenis street
furniture yang harus ada di kawasan perdagangan dan jasa menurut Buku
Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan
Kaki di Perkotaan adalah sebagai berikut :
a. Pohon Peneduh.
b. Halte/Lapak Tunggu.
c. Lampu Penerangan.
d. Tempat Duduk/Bangku
e. Pagar Pembatas.
f. Tempat Sampah 50 lt/200 m sidewalk jalan protokol atau/ 100 m
ditempat keramaian.25
g. umum.
h. Telepon Umum

2.2.5 Tingkat Pelayanan Fasilitas Pejalan Kaki


1. Arus Fasilitas Pedestrian Tidak Terganggu
Tingkat pelayanan (level of service) pada fasilitas pedestrian
tidak terganggu dibagi berdasarkan jalur pejalan kaki dan trotoar, efek
pengelompokan pejalan kaki pada terminal transportasi, dan area antrian.

a. Jalur pejalan kaki dan trotoar (walkways and sidewalks).


Tingkat pelayanan ini berdasarkan dari arus, kecepatan rata-rata,
ruang, dan rasio v/c dari pejalan kaki. Tingkat pelayanan dapat
dilihat pada tabel 2.2.

b. Efek pengelompokan pejalan kaki (platoons effect).


Tingkat pelayanan berdasarkan efek pengelompokan pejalan
kaki (platoons effect) dapat dilihat pada Tabel 2.3.

25
Pedoman Standar Pelayanan Minimal Pedoman Penentuan Standar Pelayanan Minimal Bidang Penataan Ruang,
Perumahan Dan Permukiman Dan Pekerjaan Umum (Keputusan Menteri Permukiman Dan Prasarana Wilayah No.
534/Kpts/M/2001)
27

c. Area antrian (queuing areas)


LOS ini berdasarkan dari ruang (space) pejalan kaki. LOS
dapat dilihat pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4
Tingkat Pelayanan (LOS) Berdasarkan Pejalan Kaki dan Trotoar
LOS Ruang (m²/p) Arus (P.K/ mnt?mtr Kec rata - rata Rasio v/c
A > 5,6 ≤ 16 > 1,30 ≤ 0,21
B > 3,7 - 5,6 > 16 - 23 > 1,27 - 1,30 > 0,21 - 0,31
C > 2,2 - 3,7 > 23 - 33 > 1,22 - 1,27 > 0,31 - 0,44
D > 1,4 - 2,2 > 33 - 49 > 1,14 - 1,22 > 0,44 - 0,65
E >0,75 - 1,4 > 49 - 75 0,75 - 1,14 > 0,65 - 1,0
F ≤ 0,75 Variabel ≤ 0,75 Variabel
Sumber : TRB (2000)

Tabel 2.5
Tingkat Pelayanan (LOS) Berdasarkan Efek Pengelompokan
LOS Ruang (m²/p) Arus (P.K/ mnt?mtr
A > 49 ≤ 1,6
B > 8 49 > 1,6 - 10
C >4-8 > 10 - 20
D >2-4 > 20 - 36
E >1-2 > 36 - 59
F ≤1 > 59
Catatan : Rata - rata dihitung tiap 5 - 6 menit
Sumber : TRB (2000)

Tabel 2.6
Tingkat Pelayanan (LOS) Berdasarkan Area Antrian
LOS Ruang (m²/p)
A > 1,2
B > 0,9 - 1,2
C > 0,6 - 0,9
D > 0,3 - 0,6
E > 0,2 - 0,3
F ≤ 0,2
Sumber : TRB (2000)

Kondisi Pejalan Kaki Berdasarkan Tingkat Pelayanan26


2.
Kondisi fasilitas pedestrian yang nyaman digunakan oleh
pejalan kaki yaitu tingkat pelayanan A sampai C, karena pejalan kaki

26
Nur Faiz Budiawan dan Soekarno, Tingkat Pelayanan Fasilitas Pedestrian di Simpang Empat Kantor Pos Besar
Yogyakarta. (2015), Teknik Sipil UII Yogyakarta.
28

masih lebih bebas untuk menentukan kecepatan berjalannya dan konflik


yang terjadi antar pejalan kaki kecil.
Gambaran kondisi pejalan kaki yang melalui fasilitas
pedestrian menurut tingkat pelayanan (LOS) fasilitas pedestriannya dapat
dilihat pada Gambar 3. Dalam gambar dapat dilihat kondisi pejalan
kaki tiap tingkat pelayanan fasilitas pedestriannya mulai dari tingkat
pelayanan A sampai F.

Gambar 2.1
Timgkat Pelayan LOS

Sumber : HCM (2000)

Tabel 2.7
Tingkat Pelayanan Trotoar
LOS Ruang (m²/p) Arus (P.K/ mnt?mtr Kec rata - rata Rasio v/c
A > 5,6 ≤ 16 > 1,30 ≤ 0,21
B > 3,7 - 5,6 > 16 - 23 > 1,27 - 1,30 > 0,21 - 0,31
C > 2,2 - 3,7 > 23 - 33 > 1,22 - 1,27 > 0,31 - 0,44
D > 1,4 - 2,2 > 33 - 49 > 1,14 - 1,22 > 0,44 - 0,65
E >0,75 - 1,4 > 49 - 75 0,75 - 1,14 > 0,65 - 1,0
F ≤ 0,75 Variabel ≤ 0,75 Variabel
Sumber : HCM (2000)

Menurut HCM (2000), tingkat pelayanan pejalan kaki dibagi


menjadi 6 bagian, antara lain :27
a. Level of Service A (LOS A)
Ruang pejalan kaki (pedestrian space) >5,6m 2 /ped, tingkat arus
(Flow rate) ped/mnt/m. Dimana trotoar LOS A, pejalan kaki
bergerak dijalur yang diinginkan tanpa mengubah gerakan
mereka dalam merespon pejalan kaki lainnya. Kecepatan

27
Vandia Grace Mantik, Perencanaan Kebutuhan Pedestrian Pada Ruas Jalan Suprapto Kota Manado, Universitas
Sam Ratulangi Fakultas Teknik Jurusan Sipil Manado
29

berjalan bebas dipilih pejalan kaki dan konflik-konflik antara


pejalan kaki tidak mungkin terjadi.

b. Level Of Service B (LOS B)


Ruang pejalan kaki (pedestrian space) 3,7 – 5,6m 2 /ped,
tingkat arus (flow rate) 16 – 23 ped/mnt/m. Di trotoar LOS B,
disini para pejalan kaki ada cukup area untuk memilih
kecepatan berjalan secara bebas, untuk melewati pejalan kaki
lain dan merespon kehadiran mereka ketika menyeleksi jalur
berjalan.

c. Level Of Service C (LOS C)


Ruang pejalan kaki (pedestrian space) 2,2 – 3,7 m 2 /ped,
tingkat arus (flow rate) 23 – 33 ped/mnt/m. Di trotoar LOS C,
ruang ini cukup untuk melakukan kecepatan berjalan normal
dan untuk melewati pejalan kaki lain. Gerak arah balik atau
menyilang dapat menyebabkan konflik-konflik kecil dan
kecepatan dan tingkat arus kadang – kadang lebih rendah.

d. Level of Service D (LOS D)


Ruang pejalan kaki (pedestrian space) 1,4 – 2,2 m 2 /ped,
tingkat arus (flow rate) 33 – 49 ped/mnt/m. Di LOS D, para
pejalan kaki bebas memilih kecepatan berjalan individu dan
untuk melewati pejalan kaki lain yang terbatas. Gerakan silang
atau arah balik akan mengalami konflik dengan kemungkinan
yang tinggi, sering memerlukan perubahan yang terjadi dalam
kecepatan dan posisi. Dalam LOS ini menyediakan arus yang
lancar, namun geseran dan interaksi diantara pejalan kaki
memungkinkan.

e. Level Of Service E (LOS E)


Ruang pejalan kaki (pedestrian space) 0,7 – 1,4m 2 /ped,
tingkat arus (flow rate) 49 – 75 ped/mnt/m. Di LOS E,
sebenarnya semua pejalan kaki membatasi kecepatan berjalan
normal mereka, seringkali menyesuaikan gerak tubuh mereka.
Pada bidang yang lebih rendah gerakan maju kemungkinan
hanyalah menyeret kaki. Ruang ini tidak cukup untuk melewati
semua pejalan kaki dengan lebih pelan. Gerak silang atau
arah balik kemungkinan dengan kesulitan yang tinggi. Volume
desain mendekati batasan kapasitas berjalan dengan berhenti
dan rintangan arus.
30

f. Level Of Service F (LOS F)


Ruang pejalan kaki (pedestrian space) < 0,7m 2 /ped, tingkat
arus (flow rate) beragam ped/mnt/m. Di trotoar LOS F, semua
kecepatan berjalan sangat terbatas dan gerakan maju kedepan
kemungkinan hanyalah menyeret kaki. Disini sering kali ada
kontak yang tak bisa dihindarkan dengan pejalan kaki lain.
Gerak silang atau arah balik hampir tidak mungkin bisa dilakukan.
Arus sporadik dan tidak stabil. Ruangan ini jadi lebih dari
pejalan kaki yang sedang antri daripada arus pejalan kaki
yang bergerak.

2.2.6 Karakteristik dan Aktivitas Pedestrian28


Jalur Pejalan Kaki (Pedestrian Line) Jalur pejalan kaki (pedestrian
line) menurut Peraturan Presiden No. 43 tahun 1993 tentang Prasarana Jalan
Bag. VII pasal 39 adalah termasuk fasilitas pendukung yaitu fasilitas yang
disediakan untuk mendukung kegiatan lalu lintas dan angkutan jalan baik
yang berada di badan jalan maupun yang berada di luar badan jalan, dalam
rangka keselamatan, keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas
serta memberikan kemudahan bagi pemakai jalan. Untuk mendesain
suatu jalur pejalan kaki yang memenuhi unsur-unsur keamanan dan
keselamatan bagi penggunanya harus diperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhi perencanaan, yaitu :
 ‘Pedestrian Speed’ adalah faktor kecepatan rata-rata dalam
berjalan dari pejalan kaki (ft/dt atau m/dt). Hal ini berhubungan
dengan usia dan keadaan tubuh (normal / cacat) dari pejalan
kaki itu sendiri. Secara langsung usia dan keadaan tubuh akan
mempengaruhi kecepatan pejalan kaki dalam berjalan.
 Faktor ‘Pedestrian Flow Rate’ adalah faktor jumlah dari para
pejalan kaki yang melewati sebuah titik tertentu pada trotoar
tiap satuan waktu (ped/menit atau ped /15 menit). Faktor ini
dipakai untuk mendesain lebar jalur pejalan kaki.
 Faktor ‘Pedestrian Density’ adalah faktor jumlah rata-rata pejalan
kaki per satuan daerah pada trotoar (ped / ft 2 atau ped /m2).
 Faktor ‘Pedestrian Space’ adalah faktor luasan daerah yang
diperlukan oleh tiap pejalan kaki untuk bergerak secara bebas (
ft2 / ped atau m2/ ped ). Faktor ini berbanding terbalik dengan
faktor ‘Pedestrian Density’.
Keempat faktor di atas saling berhubungan satu dengan
lainnya antara faktor ‘Pedestrian Speed’ , ‘Pedestrian Flow Rate’ dan
‘Pedestrian Density’, yakni apabila densitas atau kepadatan dari pejalan kaki

28
Muhajirin Syah Putra, Yusandy Aswad, Analisis Karakteristik Dan Aktivitas Pedestrian (Studi Kasus), (2012),
Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara
31

meningkat maka kecepatan pergerakan dari pejalan kaki pada jalur trotoar
akan menurun. Hubungan ini dapat dirumuskan :

υ=SxD
Dengan :
υ = arus pejalan kaki ( ped/ min/ ft )
S = kecepatan pejalan kaki ( ft / min )
D = kepadatan pejalan kaki (ped / ft )
atau :
υ

Dengan :
M = ruang gerak pejalan kaki (ft2/ ped)
Jika analisa dasar yang dilakukan untuk kebutuhan jalur pejalan kaki
dinyatakan dalam ped/15 min, menggunakan periode waktu tiap 15 menit,
maka arus pejalan kaki ( υ ) dirumuskan :

Dengan :
V = arus puncak pejalan kaki (ped / 15 min)
WE = lebar efektif jalur pejalan kaki (ft)
Yang dimaksud dengan lebar efektif jalur pejalan kaki adalah
lebar dari jalur pejalan kaki yang dapat digunakan secara efektif oleh
para pejalan kaki. Perencanaan ruang gerak pada jalur pejalan kaki secara
optimal dapat dipertimbangkan sebagai perencanaan yang paling baik secara
ekonomis, efektif dan aman. Untuk menentukan ruang gerak minimum yang
diperlukan pada jalur pejalan kaki, maka dapat dirumuskan :

Dengan :
w = Lebar dari jalur pejalan kaki
T = Waktu yang dipakai analisa pengukuran 1 menit
l = Panjang jalur pejalan kaki
n = Jumlah pejalan kaki yang menggunakan jalur pejalan kaki
t = Waktu tempuh perjalanan yang dilakukan oleh pejalan kaki pada
jalur pejalan kaki
32

1. Karakteristik Pejalan Kaki29


Karakteristik pejalan kaki adalah salah satu faktor utama
dalam perancangan, perencanaan maupun pengoperasian dan fasilitas-
fasilitas transportasi. Beberapa parameter yang digunakan dalam analisa
pejalan kaki adalah sebagai berikut :
a. Kecepatan Pejalan Kaki, adalah kecepatan rata-rata berjalan
pejalan kaki, dinyatakan dalam satuan m/detik.
b. Jumlah Aliran Pejalan Kaki, adalah jumlah pejalan kaki yang
melintasi suatu titik dalam 1 (satu) satuan waktu tertentu, biasanya
dinyatakan dalam pejalan kaki/menit atau pejalan kaki/15 (lima
belas) menit.
c. Aliran Per Satuan Lebar, adalah rata-rata aliran pejalan kaki per
satuan lebar efektif jalur jalan, dinyatakan dalam satuan pejalan
kaki/menit/meter.
d. Platoon, menggambarkan sejumlah pejalan kaki berjalan
berjajar atau berkelompok, biasanya tanpa disengaja dan
disebabkan antara lain oleh faktor lampu lalu lintas atau faktor
lain.
e. Kepadatan Pejalan Kaki, adalah jumlah rata-rata pejalan kaki per
satuan luas di dalam jalur berjalan kaki atau daerah antrian, yang
dinyatakan dalam pejalan kaki/meter².
f. Ruang Pejalan Kaki, adalah rata-rata ruang yang tersedia
untuk setiap pejalan kaki dalam daerah jalur berjalan kaki
atau antrian, dinyatakan dalam meter²/pejalan kaki. Parameter
ini adalah kebalikan dari kepadatan dan merupakan satuan yang
praktis untuk analisa fasilitas pejalan kaki.

2. Arus Pejalan Kaki30


Prinsip yang digunakan untuk menganalisa arus pejalan kaki sama
dengan arus kendaraan sehingga hubungan dasar antara kecepatan, volume
dan kepadatan juga sama. Jika volume dan kepadatan arus pejalan kaki
nail daari aliran bebas ke kondisi yang padat, kecepatan dan kemudahan
gerak menurun. Jika kepadatan pejalan kaki mencapai tingkat kritis, volume
dan kecepatan menjadi tidak teratur dan menurun secara cepat.

3. Kecepatan Berjalan Kaki31


Keceatan berjalan kaki rata-rata setiap pejalan kaki bervariasi
tergantung dari beberapa faktor misalnya, waktu, kondisi efektif pejalan
kaki, usia dan jenis kelamin, lokasi dan tingkat kepadatan jalur berjalan kaki.

29
Muhajirin Syah Putra, Yusandy Aswad, Analisis Karakteristik Dan Aktivitas Pedestrian (Studi Kasus), (2012),
Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara
30
Ibid.
31
Ibid.
33

4. Kinerja Arus Pejalan Kaki32


Kinerja arus pejalan kaki adalah mengukur efesiensi dari arus
pejalan kaki. mereka mengukur cara langsung dan tidak langsung dari
interaksi diantara pejalan kaki dan interaksi antara pejalan kaki dengan
lingkungan. Kinerja Arus Indivual Pejalan Kaki.

a.
Kecepatan Rata-rata Pejalan Kaki
Kecepatan rata-rata berjalan (kecepatan rata-rata individual yaitu
total panjang perjalanan dari pejalan kaki dibagi total waktu
perjalanan adalah :

dimana :
L = panjang perjalanan pejalan kaki (meter)
T 1 = waktu tempuh rata-rata tiap arah pergerakan pejalan kaki (detik)

b.
Percepatan
Percepatan (acceleration) didefinisikan sebagai tindakan pada
perubahan kecepatan suatu objek, suatu objek akan mengalami
percepatan/perlambatan akibat konflik.

dimana :
V 1 = kec. Pejalan kaki rata-rata tiap arah pergerakan (meter/detik)
V 2 = kec. Pejalan kaki akibat konflik antar pejalan kaki (meter/detik)
T 1 = waktu tempuh rata-rata tiap arah pergerakan pejalan kaki (detik)

c.
Tundaan
Tundaan individu pejalan kaki (individual delay) adalah
perbedaan antara waktu perjalanan rata-rata pejalan kaki dengan waktu
perjalanan akibat konflik antar pejalan kaki, dibagi dengan panjang
berjalan :

dimana :
T 1 = waktu tempuh rata-rata tiap arah pergerakan pejalan kaki (detik)
T 2 = waktu tempuh akibat konflik antar pejalan kaki (detik)
L = panjang perjalanan pejalan kaki (meter)

32
Ibid.
34

d.
Indeks ketidak nyamanan
Perpindahan berjalan yang paling adalah seragam dan dalam
suatu garis lurus. Nilai indeks ketidaknyamanan akan 0 (nol)
jika perpindahan berjalan adanya seragam ( kecepatan konstan),
dengan rumusan :

dimana :
d = tundaan (detik/meter)
L = panjang perjalan pejalan kaki (meter)
T 1 = waktu tempuh rata-rata tiap arah pergerakan pejalan kaki (detik)

2.3 Arahan Penataan Fasilitas Pedestrian

Arahan penataan fasilitas pedestrian adalah arahan untuk


mengarahkan tentang proses, cara, pengaturan dan penyusunan fasilitas
pedestrian atau dengan kata lain mengarahkan untuk penataan fasilitas
pedestrian mengenai penempatan, pengadaan dan penyediaan fasilitas
pedestrian. Adapun pedoman dalam penyediaan fasilitas pedestrian adalah :

2.3.1 Trotoar
Trotoar atau sidewalk merupakan ruang pejalan kaki yang
berdampingan dengan jalan pada salah satu sisinya dengan evaluasi yang
ditinggikan maupun yang tidak langsung berbatasan dengan
banguanan.33Adapun ketentuan dalam penyediaan fasilitas pedestrian (
trotoar ) adalah sebagai berikut :

a. Penempatan Trotoar34
 Suatu ruas jalan perlu dilengkapi dengan totoar apabila
disepanjang jalan tersebut terdapat penggunaan lahan yang
mempunyai potensi menimbulkan pejalan kaki. Penggunaan
lahan tersebut antara lain perumahan sekolah, pusat
perbelanjaan, pusat perkantoran, pusat hiburan, pusat
kegiatan sosial, daerah industri, terminal busa dan lain – lain.
 Secara umum dapat direncanakan pada ruas jalan yang
terdapat volume pejalan kaki lebih besar dari 300 orang per
12 jam ( 6.00 – 18.00 ).
 Trotoar hendaknya ditempatkan pada sisi luar jalur lalu litas (
bila tersedia jalur parkir ). Trotoar hendaknya dibuat sejajar
dengan jalan, akan tetapi trotoar tidak sejajar dengan jalan

33
Penataan Ruang Nasional, Penyediaan Dan Pemanfaatan Prasarana Dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan
34
Direktorat Jendral Bina Marga Pembinaan Jalan Kota, (1990), Petunjuk Perencanaan Trotoar
35

bila keadaan topografi atau keadaan setempat tidak


memungkinkan. Trotoar sedapat mungkin ditempatkan pada
sisi dalam saluran drainase terbuka atau diatas saluran yang
telah ditutup dengan plat beton yang memenuhi syarat.
Trotoar pada pemberentian bus harus ditempatkan
berdampingan.sejajar dengan jalur bus, trotoar dapat
ditempatkan di depan atau di belakang.

b. Ruang Bebas Trotoar35


Tinggi bebas trotoar kurang dari 2,5 meter dan kedalaman bebas
trotoar tidak kurang dari satu meter dari permukaan trotoar.
Kebebasan samping trotoar tidak kurang dari 0,3 meter.
Perencanaan pemasangan utilitas selain harus memenuhi ketentuan
ruang bebas trotoar harus juga memenuhi ketentuan – ketentuan
dalam buku petunjuk pemasangan utilitas.

Gambar 2.2
Ruang Bebas Trotoar

Sumber : Direktorat Jendral Bina Marga Pembinaan Jalan Kota, (1990)

c. Lebar Trotoar36
Lebar trotoar harus dapat melayani volume pejalan kaki yang ada.
Trotoar yang sudah ada perrlu ditinjau kapasitas (lebar), keadaan
dan penggunaannya apabila terdapat pejalan kaki yang
menggunakan jalur lalu lintas kendaraan. Trotoar disarankan untuk
direncanakan serendah – rendahnya C. Pada keadaan tertentu yang

35
Direktorat Jendral Bina Marga Pembinaan Jalan Kota, (1990), Petunjuk Perencanaan Trotoar
36
Ibid
36

tidak memungkinkan trotoar dapat dirancanakan sampai dengan


tingkat pelayanan E.
Tabel 2.8
Tingkat Pelayanan Trotoar

Tingkat Pelayanan Modul ( m²/orang) Volume ( orang/meter/menit)


A ≥ 3,25 ≤ 23
B 2,30 - 3,25 23 - 33
C 1,40 - 2.30 33 - 50
D 0,90 - 1,40 50 - 66
E 0,45 - 0,90 66 - 82
F ≤ 045 ≥ 82
Sumber : Direktorat Jendral Bina Marga Pembinaan Jalan Kota, (1990)

Kebutuhan Trotoar dapt dihitung berdasarkan volume pejalan kaki


rencana (V). Volume puncak pejalan kaki rencana (V) adalah volume rata –
rata permenit pada interval puncak. V dihiutng survey perhitungan pejalan
kaki yang dilakukan setiap interval 15 menit selama paling sibuk dalam saru
hari untuk dua arah.

Lebar trotoar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

W = Lebar trotoar (meter)


V = Volume pejalan kaki dua arah (orang/meter/menit)
N = Lebar Tambahan sesuai dengan keadaan setempat (m)

Tabel 2.9
Lebar Tambahan Trotoar

N (meter) Keadaan
1,5 Jalan di daerah pasar
1,0 Jalan di daerah perbelanjaan bukan pasar
0,5 Jalan di daerah lain
Sumber : Direktorat Jendral Bina Marga Pembinaan Jalan Kota, (1990)

d. Ketentuan Pemasangan Trotoar37


 Trotoar hendaknya ditempatkan pada sisi luar bahu jalan atau
sisi luar jalur lalu lintas. Trotoar hendaknya dibuat sejajar
dengan jalan, akan tetapi trotoar dapat tidak sejajar dengan
jalan bila keadaan topografi atau keadaan setempat yang tidak
memungkinkan.

37
011/T/Bt/1995, Tata cara perencanaan fasilitas pejalan kaki di kawasan perkotaan
37

 Trotoar hendaknya ditempatkan pada sisi dalam saluran


drainase terbuka atau diatas saluran drainase yang telah
ditutup dengan plat beton yang memenuhi syarat.
 Trotoar pada pemberhentian bus harus ditempatkab
berdampingan/sejajar dengan jalus bus. Trotoar dapat
ditempatkan di depan atau di belakang halte.

2.3.2 Non Trotoar


a. Parkiran
Fasilitas pejalan kaki ini bila menjadi satu kesatuan dengan trotoar
harus memenuhi syarat – syarat evaluasinya harus sama atau
bentuk pertemuannya harus dibuat sedemikian rupa sehingga
memberikan keamanan dan kenyamanan pejalan kaki.38
b. Kegiatan Usaha Kecil Formal ( KUKF )39
Aktivitas jual beli yang dilakukan didalam ruang pejalan kaki
dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi kawasan jika terata
dengan baik dan tidak menimbulkan permasalan. Adapun
persyaratan pemanfaatan KUKF :
 Jarak bangunan ke area berdagang adalah 1,5 – 2,5 meter.
 Lebar pedestrian sekurang – kurang 5 meter dan lebar area
berjualan maksimal 3 meter atau 1 : 1,5 antara lebar jalur
pejalan kaki dengan area berdagang.
 Ada organisasi tertentu yang mengola keberadaan KUKP.
 Untuk jenis KUKF tertentu waktu berdagang diluar waktu
kegiatan aktif gedung/bangunan di depannya.

2.3.3 Penyeberangan
Ketentuan penyediaan penyeberangan untuk pejalan kaki adalah sebagai
berikut:40
a. Penyeberangan Sebidang
Penyeberangan sebidang merupakan fasilitas penyeberangan
bagi pejalan kaki yang sebidang dengan jalan.
 penyeberangan zebra
Penyeberangan zebra merupakan fasilitas penyeberangan
bagi pejalan kaki sebidang yang dilengkapi marka untuk
memberikan batas dalam melakukan lintasan. Ketentuan

38
011/T/Bt/1995, Tata cara perencanaan fasilitas pejalan kaki di kawasan perkotaan
39
Penataan Ruang Nasional, Penyediaan Dan Pemanfaatan Prasarana Dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan
40
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 03/Prt/M/2014 /2011 Tentang Pedoman Perencanaan, Penyediaan,
dan Pemanfaatan Prasarana Dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan
38

penyediaan penyeberangan zebra yaitu sebagai berikut:


terletak pada kaki persimpangan jalan tanpa atau dengan alat
pemberi isyarat lalu-lintas; pemberian waktu penyeberangan
bagi pejalan kaki menjadi satu kesatuan dengan lampu
pengatur lalu lintas persimpangan pada persimpangan
yang memiliki lampu pengatur lalu lintas; dan apabila
terletak pada kaki persimpangan jalan tanpa alat pemberi
isyarat lalu-lintas, maka kriteria batas kecepatan kendaraan
bermotor adalah <40 km/jam.
 penyeberangan pelikan
Fasilitas untuk penyeberangan pejalan kaki sebidang yang
dilengkapi dengan marka dan lampu pengatur lalu lintas.
Ketentuan penyediaan penyeberangan pelikan yaitu terletak
pada ruas jalan dengan jarak minimal 300 meter dari
persimpangan; atau pada jalan dengan kecepatan operasional
rata-rata lalu lintas kendaraan >40 km/jam.
b. Ketentuan Pemasangan Penyeberangan41
 Penyeberangan Zebra
- Dipasang di kaki persimpangan tanpa alat pemberi
isyarat lalu lintas atau di ruas jalan
- Apabila persimpangan diatir dengan lampu pengatur lalu
lintas, pemberian waktu penyeberangan menjadi satu
kesatuan dengan lampu pengatur lalu lintas
persimpangan.
- Apabila persimpangan tidak diatur dengan lampu
pengatur lalu lintas, maka kriteria batas kecepatan
kendaraan bermotor adalah <40 km/jam.
 Penyeberangan Pelikan
- Dipasang pada ruas jalan, minimal 300 meter dari
persimpangan atau pada jalan dengan kecepatan
operasional rata – rata lalu lintas kendaraan >40
km/jam/.
c. Ketentuan Pemasangan Penyeberangan42
 Zebra Cross :
- Zebra cross harus dipasang pada jalan dengan arus lalu
lintas, kecepatan lalu lintas dan arus pejalan kaki yang
relatif rendah.

41
Penataan Ruang Nasional, Penyediaan Dan Pemanfaatan Prasarana Dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan
42
011/T/Bt/1995, Tata cara perencanaan fasilitas pejalan kaki di kawasan perkotaan
39

- Lokasi zebra cross harus mempunyai jarak pandang


yang cukup, agar tundaan kendaraa yang diakibatkan
oleh penggunaan fasilitas penyeberangan masih dalam
batas aman.
 Pelikan Cross :
- Pada kecepatan lalu lintas kendaraan dan arus
penyeberangan tinggi.
- Lokasi pelikan dipasang pada jalan dekat persimpangan.
- Pada persimpangan dengan lampu lalu lintas, dimana
pelican cross dapat dipsang menjadi satu kesatuan
dengan rambu lalu lintas ( traffic signal ).

2.3.4 Street funiture


Street funiture/perabot jalan adalah fasilitas yang ditempatkan di
sepanjang jalan yang merupakan pelengkap atau pendukung bagi jalur
prjalan kaki. Penyediaannya disesuaikan dengan jenis kawasan yang
menggunakan jalur pejalan kaki. Adapun ketenuan penyediaan fasilitas
pejalan kaki street funiture adalah sebagai berikut :

a. Jalur Hijau43
Terdapat bagian khusus untuk menempatkan berbagai elemen
ruang seperti hidran air, telepon umum, dan perlengkapan/perabot
jalan (bangku, lampu, tempat sampah, dan lain- lain) serta jalur
hijau. Ruang pejalan kaki dibangun dengan mempertimbangkan
nilai ekologis ruang terbuka hijau (RTH). Jalur hijau
ditempatkan pada jalur amenitas dengan lebar 150 centimeter
dan bahan yang digunakan adalah tanaman peneduh.
b. Lampu Penerangan44
Lampu penerangan terletak di luar ruang bebas jalur pejalan
kaki dengan jarak antar lampu penerangan yaitu 10 meter.
Lampu penerangan dibuat dengan tinggi maksimal 4 meter serta
menggunakan material yang memiliki durabilitas tinggi seperti
metal dan beton cetak.
c. Tempat Sampah
 Tempat sampah terletak di luar ruang bebas jalur pejalan
kaki dengan jarak antar tempat sampah yaitu 20 meter.
Tempat sampah dibuat dengan dimensi sesuai kebutuhan,

43
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 03/Prt/M/2014 /2011 Tentang Pedoman Perencanaan, Penyediaan,
Dan Pemanfaatan Prasarana Dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan
44
Ibid
40

serta menggunakan material yang memiliki durabilitas tinggi


seperti metal dan beton cetak.45
 Pemenuhan kebutuhan tempah sampah yang berskala besar
pada sidewalk atau tempat keramaian ( TPS 50 ltr/100
meter).46
c. Halte/Shalter Bus dan Lapak Tunggu47
Halte/shelter bus dan lapak tunggu terletak di luar ruang
bebas jalur pejalan kaki dengan jarak antarhalte/shelter bus dan
lapak tunggu pada radius 300 meter dan pada titik potensial
kawasan. Halte/shelter bus dan lapak tunggu dibuat dengan
dimensi sesuai kebutuhan, serta menggunakan material yang
memiliki durabilitas tinggi seperti metal.

Selain berdasarkan faktor penggunaan lahan, penentuan lebar


jalur pejalan kaki dapat dihitung berdasarkan faktor penyesuaian lebar
rintangan tetap. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari rintangan yang
berada pada jalur pejalan kaki. Setiap rintangan memiliki lebar pengosongan
yang lebih besar dari ukuran fisiknya. Faktor penyesuaian lebar rintangan
tetap untuk jalur pejalan kaki dapat dilihat dalam Tabel 2.8.

Tabel 2.10
Faktor Penyesuaian Lebar Rintangan Tetap Untuk Jalur
Pejalan Kaki48

Rintangan Perkiraan Lebar Pengosongan (cm)


Kelengkapan Jalan
Tiang Lampu peneranagn 75 - 105
Kotak dan tiang lampu lalu lintas 90 - 120
Kotak pemadam dan alarm kebakaran 75 - 105
Hidran 75 - 90
Rambu lalu lintas 60 - 75
Meter parkir 60
Kotak surat (50 cmx50 cm) 96 - 111
Telepon umum (80 cmx80 cm) 120
Kotak sampah 90
Bangku taman 150

45
Ibid
46
Keputusan Mentri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001,Pedoman Standar Pelayanan
Pelayanan Minimal Bidang Penataan Ruang, Perumahan dan Pekerjaan Umum
47
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 03/Prt/M/2014 /2011 Tentang Pedoman Perencanaan, Penyediaan,
Dan Pemanfaatan Prasarana Dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan
48
Ibid
41

Rintangan Perkiraan Lebar Pengosongan (cm)


Akses Bawah Tanah Fasilitas Umum
Pintu tangga kereta bawah tanah 165 - 210
Lubang garang ventilasi subway (dinaikkan) 180
Lubang garang ventilasi transformer vault 180
Lansekap
Pohon 60 - 120
Kotak tanaman 150
Penggunaan Komersial
Papan surat kabar 120 - 390
Stan pedagang (kaki lima) Variabel
Bidang tampilan iklan Variabel Variabel
Bidang tampilan toko Variabel Variabel
Sidewalk cafe (meja dua baris) 210 210
Tonjolan Bangunan
Tiang/pilar 75 – 90
Serambi 60 – 180
Pintu gudang bawah tanah 150 – 210
Sambungan standpipe 30
Tiang awning 75
Dok truk Variabel
Pintu masuk/keluar garasi Variabel
Keterangan :
a = Untuk mengukur jarak menghindar normal antara pejalan dan rintangan, harus ditambahkan
30-45 cm ke
lebar pengosongan rintangan.
b = Dari pinggir sampai ke tepi objek atau dari muka bangunan sampai tepi objek
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 03/Prt/M/2014 /2011 Tentang Pedoman Perencanaan,
Penyediaan, Dan Pemanfaatan Prasarana Dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan

2.4 Pembagian Zona


Zona adalah kawasan atau are yang memiliki karakteristik
lingkungan yang spesifik, maka zona dipastikan memiliki suatu
identitas atau berbeda dari area disekitarnya.
Pada hakekatnya Zona adalah kawasan atau area yang memiliki
fungsi dan karakteristik lingkungan yang spesifik. Zoning adalah pembagian
wilayah ke dalam zona - zona, dan menetapkan pengendalian pemanfaatan
ruang (ketentuan hukum yang berbedabeda), sedangkan Zoning Regulation
adalah ketentuan yang mengatur tentang klasifikasi zona pengaturan lebih
lanjut mengenai pemanfaatan lahan dan prosedur pelaksanaan pembangunan.
Peraturan Zonasi berfungsi sebagai panduan mengenai ketentuan teknis
pemanfaatan ruang dan pelaksanaan pemanfaatan ruang, serta
pengendaliannya.49
Adapun karakteristik suatu lingkungan di tandai dengan
penggunaan lahan itu sendiri yang menyebabkan terjadinya kegiata – kegitan
atau aktivitas – aktivitas masyarakat. Menurut Pedoman Standar Pelayanan

49
Materi Teknis BAPEDA Banten, Pengendalian dan Pemanfaatan Ruang
42

Perkotaan Nomor 57 Tahun 2010 yang tercantum dalam pasal 7 salah satu
kegiatan yang mempengaruhi karakteristik suatu kawasan yakni kegiatan
sosial dan ekonomi yang berbunyi :
 Pelayanan sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf c
terdiri atas jenis pelayanan:
- Pendidikan.
- Kesehatan.
- Pusat pelayanan sosial.
- Rekreasi dan olahraga.
- Sarana peribadatan
- Pemakaman
 Kegiatan ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf d
terdiri atas jenis pelayanan:
- Pusat perdagangan dan jasa
- Pergudangan.
- Ruang untuk sektor informal dan usaha kecil dan menengah.
- Jasa keuangan.
- Pusat informasi daerah.
- Penginapan.
- Pelayanan transportasi

Pembagian zona pada penelitian ini dibagi berdasarkan


karakteristik dari beberapa kawasan yang ada disepanjang jalan Soekarno
Hatta yakni kawasan sosial dan ekonomi. Adapun pembagian zona pada
penelitian ini dibagi menjadi 4 zona yakni :
 Zona 1 ( Kawasan sosial pendidikan ).
 Zona 2 ( Kawasan ekonomi perdagangan dan jasa ).
 Zona 3 ( Kawasan sosial kesehatan, rekreasi dan olahraga ).
 Zona 4 ( Kawasan ekonomi jasa keungan, perdagangan dan jasa ).

2.5 Landasan Penelitian


Landasan penelitian merupakan daasar acuan dalam kegiatan
penelitian yang memuat kesimpulan dari teori-teori yang digunakan. Selain
itu, landasan penelitian yang merupakan rangkuman dari berbagai teori-teori
yang terkait dalam penelitian ini, tidak merangkum semua teori yang terkait,
hanya teori-teori yang benar-benar terkait secara langsung yang akan
dijabarkan dalam landasan penelitian. Teori-teori yang menjadi landasan
dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :
43

1. Pengertian penataan dalam Undang-undang 26 Tahun 2007, adalah


suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang.
2. Fasilitas pedestrian adalah seluruh bangunan pelengkap yang
disediakan untuk pejalan kaki guna memberikan pelayanan demi
kelancaran, keamanan dan kenyamanan, serta keselamatan bagi
pejalan kaki (Dirjen Bina Marga, 1999).
3. Menurut Ortusar dan Willumsen (1994), kebutuhan fasilitas pejalan
kaki dapat didekati dengan pendekatan penyediaan (supply) dan
permintaan (demand). Persediaan adalah tersedianya prasarana pejalan
kaki seperti : trotoir, tempat penyeberangan, alat pemberi isyarat
pejalan kaki.
4. Menurut Sussman, Uburdi, Skinner (1994), perhitungan fasilitas
pejalan kaki tidak terlepas dari perhitungan tingkat pelayanan.
Perhitungan tersebut pada dasarnya sama dengan perhitungan tingkat
pelayanan fasilitas jalan, yaitu dengan membandingkan kapasitas dan
volume yang terjadi.
5. Menurut Murthy (2001) penyediaan fasilitas pejalan kaki harus dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat yang menggunakannya. Fasilitas
pejalan kaki harus dapat memenuhi kebutuhan berdasarkan aspek
kenyamanan, keselamatan, dan keamanan pejalan kaki sebagai
penggunanya.

Teori-teori yang terkait telah dirangkum diatas, selanjutnya


dijadikan dasar dalam penentuan variabel penelitian. Variabel dalam
penelitian merupakan suatu atribut dari sekelompok objek yang diteliti yang
memiliki variasi antara suatu objek dengan objek yang lain dalam kelompok
tersebut. variabel peneliti selalu mengacu pada sasaran-sasaran dalam
kegiatan peneliti. Rumusan proses seleksi variabel-variabel peneliti dapat
dilihat pada Tabel 3.2.

2.6 Perumusan Variabel Penelitian


Variabel merupakan operasional sebuah konsep supaya dapat
diteliti secara empiris (fakta).
1. Menurut Murthy (2001) penyediaan fasilitas pejalan kaki harus
dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang menggunakannya.
Fasilitas pejalan kaki harus dapat memenuhi kebutuhan
berdasarkan aspek kenyamanan, keselamatan, dan keamanan
pejalan kaki sebagai penggunanya.
2. Menurut Ortusar dan Willumsen (1994), kebutuhan fasilitas
pejalan kaki dapat didekati dengan pendekatan penyediaan
(supply) dan permintaan (demand). Persediaan adalah
44

tersedianya prasarana pejalan kaki seperti : trotoir, tempat


penyeberangan, alat pemberi isyarat pejalan kaki.
3. Pengertian penataan dalam Undang-undang 26 Tahun 2007, adalah
suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang,
dan pengendalian pemanfaatan ruang.

Berdasarkan judul penelitian dan landasan teori dapat diketahui


variabelnya pada tabel 2.10 dibawah ini :

Tabel 2.11
Varibel Penelitian
Landasan Variabel
No Sasaran Variabel Indikator
Teori Amatan
a. Nyaman
Lebar trotoar 2 meter,
trotoar menerus
Jalur penyeberangan lebar
1,5 meter, permukaan
a.Nyaman jalur penyebengan tidak
licin
Adanya pohon peneduh,
sampah dapat
menampung sampah-
sampah yang ada, adanya
halte
b. Kuarang Nyman
Menurut
1. Kenyamanan Lebar trotoar 2 meter,
Murthy
Identifikasi (2001) trotoar tidak menerus
Kebutuhan Fasilitas b. Kurang Adanya pohon peneduh
fasilitas pejalan kaki Nyaman dapat meneduhi pejalan
pejalan kaki harus dapat kaki, adanya tempat
sepanjang Jl. memenuhi sampah yang tidak dapat
Sukarno kebutuhan menampung semua
Hatta berdasarkan sampah.
1 c. Tidak Nyaman
berdasarkan aspek
aspek kenyamanan, Lebar trotoar < 2 meter,
kenyamanan keselamatan, trotoar tidak menerus
, dan c. Tidak Nyaman
Tidak ada pohon
keselamatan keamanan peneduh, Tidak ada
dan pejalan kaki tempat sampah.
keamanan. sebagai
a Selamat
penggunanya
. Lebar trotoar 2 meter,
menerus, dan kondisi
permukaan baik
Ruang pejalan kaki
a.Selamat
memiliki ketinggian
berbeda
2. Keselamatan zebra crozz baik
Ada lampu penerangan
dan pagar pembatas
b. Kurang selamat
b. Kurang Lebar trotoar < 2 meter,
Selamat trotoar menerus, kondisi
permukaan trotoar baik
45

Landasan Variabel
No Sasaran Variabel Indikator
Teori Amatan
Ada lampu penerangan
dan pagar pembatas
c. Tidak selamat
Lebar trotoar <2 meter,
kondisi trotoar rusak
c.Tidak Selamat Zebra cross rusak
Ada lampu penerangan
jalan
a. Aman
Lebar efektif jembatan
a. Aman penyeberangan 2 meter.
Ada Lampu penerangan
3. Keamanan
b. Tidak aman

b. Tidak aman Lebar efektif jembatan


penyeberangan kurang
dari 2 meter.
1. Permintaan 1. Permintaan
a. Sirkulasi
Volume pejalan kaki
1. Permintaan (pj/15 menit)
a. Sirkulasi Kecepatan pejalan kaki
(m/detik)
Kepadatan pejalan kaki
Menurut (pj/m²)
Identifikasi Ortusar dan 2. Penyediaan
Kebutahan Willumsen 2. Penyediaan
fasilitas (1994), a.Kondisi fasilitas pejalan
pejalan kaki kebutuhan kaki
di sepanjang fasilitas Trotoir :
Jl. Sukarno pejalan kaki
2 Hatta dapat - Sidewalk
berdasarkan didekati Tempat Penyeberangan :
pendekatan dengan - Penyeberangan sebidang
penyediaan pendekatan
:
(supply) dan penyediaan 2. Penyediaan a.Kondisi fasilitas Penyeberangan sebra
permintaan (supply) dan
(demand). permintaan pejalan kaki Penyeberangan pelikan
(demand). Sarana ruang pejalan kaki
:
- Pohon Peneduh.
- Halte/Lapak Tunggu.
- Lampu Penerangan.
- Tempat Sampah.
1. Trotoar
Undang-
undang 26 Trotoar harus dapat
Tahun 2007, 1. Trotoar memenuhi volume
Arahan pejalan kaki
Penataan
Penataan Trotoar ditempat pada
adalah suatu
Fasilitas luar bahu jalan
sistem proses
Pedestrian di Fasilitas
3 perencanaan 2. Non Trotoar
Jalan Pedestrian
tata ruang, a. Parkiran
Soekarno
pemanfaatan Dibuat menyerupai
Hatta, Kota
ruang, dan 2. Non Trotoar trotoar
Malang
pengendalian Memberikan keamanan
pemanfaatan dan kenyamanan
ruang.
b. Kegiatan usaha kecil
46

Landasan Variabel
No Sasaran Variabel Indikator
Teori Amatan
formal
Jarak area berdagang 1,5 -
2,5 meter
3. Penyeberangan
a. Zebra Cross
Dipasang di kaki
persimpangan
Mempunyai jarak
3. Penyebrangan pandang yang cukup
b. Pelikan Cross
Dipasang pada arus lalu
lintas tinggi
Dipasang pada jalan dekat
persimpangan
4. Street Furniture
a. Jalur Hijau
Tanaman peneduh dengan
lebar 150 cm
Lebar pengosongan
pohon 60 - 120 cm
b. Lampu penerangan
Jarak lampu penerangan
10 m
Tinggi makasimal 4 m
4. Street Furniture Lebar pengosongan tiang
75 - 105 cm
c. Tempat sampah
Jarak antar tempat
sampah 20 m
Dimensi TPS 50 liter
Lebar pengosongan
tempat sampah 90 cm
d. Halte
Radius pemanfaatan 300
meter pada kawasan
potensial
BAB III
METODE PENELITIAN

Dalam sebuah penelitian diperlukan adanya metode untuk


memaksimalkan hasil yang diinginkan dari penelitian tersebut yang nantinya
akan dipakai dalam penelitian “Identifikasi Kebutuhan Pedestrian di Jalan
Soekarno Hatta, Kota Malang”. Metode penelitian ini disusun untuk proses
pembahasan studi yang dilakukan agar dapat terstruktur dan terarah. Hal –
hal yang akan dibahas meliputi tahapan penelitian, metode pengumpulan
data, dan metode analisa.

3.1 Tahapan Penelitian


Tahapan penelitian dalam memaksimalkan hasil yang diinginkan
dari penelitian ini terdiri dari lima tahapan yaitu tahapan awal berupa
perumusan masalah, kajian studi literatur, pengumpulan data, analisa serta
penarikan kesimpulan. Untuk lebih jelasnya mengenai tahapan dalam
penelitian adalah sebagai berikut :

3.1.1 Perumusan Masalah


Meningkatnya mobilitas lalu lintas di jalan ini ditandai dengan
penggunaan lahan di sepanjang Jalan Soekarno Hatta, Kota Malang, adapun
penggunaan lahannya seperti kampus, ruko kios, rumah sakit, dll. Bukan
hanya mobilitas kendaraan tapi juga mobilitas pejalan kaki.
Mobilitas pejalan kaki tentunya membutuhkan ruang berupa
fasilitas pejalan kaki yang memadai dengan adanya penyediaan fasilitas
pedestrian yang memadai pula tentunya.
Adapun perumusan masalah yang diketahui yakni sebagian dari
jalan ini tidak memiliki fasilitas pedestrian yang memadai baik itu dalam hal
penyediaan dan penataan, melihat dari kondisi eksisting peneliti menilai
sangat diperlukannya fasilitas pedestrian yang memadai di jalan ini.

3.1.2 Studi Literatur


Kegiatan studi literatur ini dilakukan untuk mengumpulkan
informasi mengenai hal – hal yang berkaitan dengan penelitian ini seperti
teori dan konsep, penerapan studi kasus, contoh serta hal – hal lain yang
relevan dalam penelitian ini. Sumber – sumber untuk studi literatur ini dapat
berupa judul/ tema, makalah penelitian, buku, jurnal internet, artikel,
ataupun sumber literatur lainnya.
Berdasarkan hasil studi literatur kemudian akan diperoleh landasan
teori mengenai variabel – variabel penelitian untuk mengidentifikasi
48

kebutuhan fasilitas pedestrian di Jalan Soekarno Hatta, Kota Malang dan


kemudian di cross-check dengan kondisi dilokasi studi.

3.1.3 Pengumpulan Data


Dalam suatu penelitian, data memiliki peranan yang sangat penting
sebab data merupakan suatu masukan untuk alur proses penelitian.
Kelengkapan dan keakuratan data akan sangat mempengaruhi proses analisa
dan hasil penelitian. Dalam pengumpulan data harus memperhatikan metode
yang dipakai dalam pengumpulan data tersebut yang digunakan. Selain itu,
kebutuhan data juga harus disesuaikan dengan proses analisis serta variabel
yang digunakan dalam penelitian.
Adapun data - data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Data mengenai kondisi eksisting fasilitas pedestrian di Jalan
Soekarno Hatta, Kota Malang.
2. Data mengenai sirkulasi pejalan kaki di Jalan Soekarno Hatta,
Kota Malang.

3.1.4 Analisa
Analisa merupakan proses lanjutan setelah dilakukannya
pengumpulan data yang digunakan untuk menganalisis data yang telah
diperoleh untuk menjawab masalah penelitian serta mencapai tujuan dan
sasaran dari penelitian tersebut. Analisa yang dilakukan adalah analisa
berdasarkan metode multi kriteria untuk mengetahui fasilitas pedestrian
yang memenuhi syarat kenyamanan, keselamatan dan keamanan, analisa
fasilitas pedestrian berdasarkan metode lalu lintas untuk mengetahui
kebutuhan pejalan kaki berdasarkan sirkulasi pejalan kaki dan analisa
deskriptif kualitatif untuk mengetahui kondisi eksisting fasilitas pedestrian
di Jalan Soekarno Hatta, Kota Malang.

3.1.5 Kesimpulan
Kesimpulan merupakan langkah akhir dari sebuah penelitian untuk
penarikan intisari dari hasil analisis yang telah dilakukan dalam sebuah
penelitian. Dalam proses penarikan kesimpulan, diharapkan dapat menjawab
tujuan akhir dari penelitian ini yakni mengarahkan penataan fasilitas
pedestrian di Jalan Soekarno Hatta, Kota Malang berdasarkan aspek
kelancaran, keamanan dan kenyamanan serta penyediaan dan permintaan
fasilitas pedestrian.
49

3.2 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data terdiri dari tahapan persiapan dan
teknik survey, tahapan persiapan merupakan tahapan awal dalam
mempersiapkan segala kebutuhan berupa data - data awal sebagai bahan
persiapan survey, sedangkan teknik survey merupakan tahapan
pengumpulan data dan informasi yang terkait dengan tema penelitian dimana
terdiri dari survey primer dan survey sekunder.

3.2.1 Tahapan Persiapan


Pada tahapan ini dilakukan persipan – persiapan sebelum
melakukan survey, berupa tinjauan pustaka dari literature yang beragam
disesuaikan dengan kebutuhan di dalam penelitian. Tinjauan pustaka berupa
pemahaman awal terhadap kondisi wilayah dengan membaca dan memahami
buku referensi, penelitian-penelitian dan informasi terutama yang relevan
dengan kebutuhan studi untuk keperluan dalam penyusunan landasan teori
dan sebagai bahan acuan mengenai kondisi wilayah studi.

3.2.2 Tahapan Survey


Tahapan survey merupakan tahapan pengumpulan data yang terdiri
dari survey primer dan sekunder. Proses pengumpulan data yang berasal dari
sumber data primer atau sekunder. Pada tahap pengumpulan data ini
dilakukan beberapa tahapan yang menjadi sistem kerja dalam memperoleh
data yang ada di lapangan. Adapun cara perolehan data dan informasi
dilakukan dengan melihat data-data yang dibutuhkan antara lain :

1. Survey Primer
Survey primer adalah tinjauan lansung ke lapangan untuk melihat
dan memahami kondisi fisik wilayah penelitian. Adapun hasil dari survey
primer dapat diperoleh dalam bentuk observasi dan pengamatan. Terkait
dengan cara pengambilan data melalui survey primer akan dijelaskan
sebagai berikut :

a. Observasi
Observasi adalah pemilihan, pengubahan, pencatatan dan
pengkodean serangkaian perilaku dan suasana sesuai dengan tujuan - tujuan
empiris. Adapun langkah – langkah yang dilakukan dalam proses observasi
dan pengamatan dalam penelitian ini adalah :
 Peneliti membagi peta dasar berdasarkan zona/karakteristik
penggunaan lahan disepanjang Jalan Soekarno Hatta. Adapun
50

pembagian zona pada penelitian ini dibagi menjadi 4 zona


yakni :
- Zona 1 (Kawasan sosial pendidikan).
- Zona 2 (Kawasan ekonomi perdagangan dan jasa).
- Zona 3 (Kawasan sosial kesehatan, rekreasi dan
olahraga).
- Zona 4 ( Kawasan ekonomi jasa keungan, perdagangan
dan jasa ). Pembagian Peta bisa dilihat pada peta berikut
 Peneliti membuat tabel pengamatan berdasarkan pembagian
zona dari Jalan Soekarno Hatta, Kota Malang yang sudah
peneliti bagi.
 Dalam kurung waktu penelitian, peneliti mencatat berbagai
keadan yang peneliti temui sesuai dengan variabel dan
indikator yang peneliti buat dan merangkumnya kedalam
pengelompokan data yaitu kondisi eksisiting lokasi dan
sirkulasi pejalan kaki di Jalan Soekarno Hatta, Kota Malang.
51

PETA 3.1
PEMBAGIAN ZONA
52

PETA 3.2
ZONA 1
53

PETA 3.3
ZONA 2
54

PETA 3.4
ZONA 3
55

PETA 3.5
ZONA 4
56

b. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan merekam kejadian atau situasi
dilokasi penelitian yang berupa gambar (foto) untuk menunjang dalam
penelitian. Dalam hal ini pengambilan gambar akan dilakukan pada beberapa
bagian lokasi studi yang berkaitan dengan penggunaan lahan dan kondisi
eksisiting fasilitas pedestrian di Jalan Soekarno Hatta.
Dokuemntasi pada melakukan survey diantaranya adalah
pengambilan foto/ gambar berupa :
 Lokasi Penelitian yang sekarang
 Foto kondisi eksisting fasilitas pedestrian.
 Foto kegiatan survey yang menggambarkan suasana saat
pengamatan berlangsung.

2. Survey Sekunder
Survey sekunder adalah kegiatan pengumpulan data-data literatur-
literatur yang mendukung pelaksanaan penelitian. Data yang dikumpulkan
dalam kegiatan survey primer berupa data pedoman kebutuhan fasilitas
pedestrian, data Jalan Soekarno Hatta, Kota Malang.

a. Literatur
Literatur/ studi kepustakaan merupakan teknik pengumpulan data
dengan cara mempelajari kepustakaan yang sesuai dengan penelitian yang
sedang dilakukan dan membantu merumuskan kebutuhan data penelitian,
dalam hal ini membutuhkan data teoritis, pendapat para ahli dalam berbagai
bidang yang relevan dengan apa yang sedang kita kaji, konsep-konsep
teoritis, jurnal artikel penelitian terdahulu, internet dan operasional
penelitian.
Adapun studi literatur untuk survey sekunder dari penelitian ini
adalah :
 Pedoman kebutuhan fasilitas pedestrian.
 Penggunaan lahan di sepanjang Jalan Soekarno Hatta.
3.2.3 Metode Pengambilan Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi. Teknik pengambilan sampel dari kondisi eksisting
dan sirkulasi pejalan kaki yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik
manual.

a) Pengambilan Sampel Fasilitas Pedestrian Berdasarkan Aspek


Kenyamanan, Aspek Keselamatan, Dan Aspek Keamanan.
57

Pengambilan sampel terhadap kebutuhan pedestrian


bersarkan aspek kenyamanan, aspek keselamatan, dan aspek
keamanan dilakukan dengan cara manual yakni berdasarkan
kriteria – kriteria dari aspek kenyamanan, aspek keselamatan, dan
aspek keamanan.
Dari variabel amatan ini dibagi berdasarkan indikator
amatan yang mempengaruhi aspek kenyamanan, aspek
keselamatan dan keamanan. Adapun indikator yang
mempengaruhi aspek – aspek tersebut diatas yakni :

 Aspek Kenyamanan :
Nyaman Lebar trotoar < 2 meter, trotoar menerus
Jalur penyeberangan lebar 1,5 meter, permukaan jalur penyebengan tidak licin
Adanya pohon peneduh, sampah dapat menampung sampah-sampah yang ada,
adanya halte
Kurang Nyaman Lebar trotoar < 2 meter, trotoar menerus
Adanya pohon peneduh dapat meneduhi pejalan kaki, adanya tempat sampah yang
dapat menampung semua sampah,
Tidak Nyaman Lebar trotoar < 2 meter, trotoar tidak menerus
Tidak ada pohon peneduh, Tidak ada tempat sampah.

 Aspek Keselamatan :
Selamat Lebar trotoar 2 meter, menerus, dan kondisi permukaan baik
Ruang pejalan kaki memiliki ketinggian berbeda
zebra crozz baik
Ada lampu penerangan dan pagar pembatas
Kurang Selamat Lebar trotoar kurang dari 2 meter, trotoar menerus, kondisi permukaan trotoar baik
Ada lampu penerangan dan pagar pembatas
Tidak Selamat Lebar trotoar <2 meter, kondisi trotoar rusak
Zebra cross rusak
Ada lampu penerangan jalan

 Aspek Keamanan :
Aman Lebar efektif jembatan penyeberangan 2 meter.
Ada lampu-lampu penerangan.
Tidak aman Lebar efektif jembatan penyeberangan < 2 meter

b) Pengambilan Sampel Fasilitas Pedestrian Berdasarkan Aspek


Penyediaan dan Permintaan
Pengambilan sampel fasilitas pedestrian berdasarkan
aspek penyediaan dan permintaan fasilitas pedestrian dilakukan
dengan cara manual yakni dengan melihat kondisi eksisting
58

fasilitas pedestrian di Jalan Soekarno Hatta untuk mengetahui


penyediaan dari fasilitas pejalan kaki.
Sedangkan Untuk mengetahui sampel permintaan dari
fasilitas pedestrian yakni dengan menghitung sirkulasi pejalan kaki
berdasarkan volume, kecepatan dan kepadatan, yakni dilakukan
perhitungan sirkulasi pejalan kaki selama 4 hari sesuai dengan
jumlah zona yang telah peneliti bagi. Pengambilan sampel
sirkulasi pejalan kaki dilakukan pada tiap – tiap zona dengan
interval 15 menit dilakukan pada pukul 9 - 10 pagi karna pada jam
– jam ini terjadinya mobilitas pejalan kaki yang cukup tinggi di
sepanjang Jalan Soekarno Hatta . Adapun metode pengambilan
sampling dari sirkulasi pejalan kaki sebagai berikut :
 Pengambilan sampel volume pejalan kaki
Metode survey volume pejalan kaki yang dipakai pada
penelitian ini adalah metode survey manual. Metode ini
dilakukan dengan menghitung jumlah pejalan kaki dari tiap –
tiap zona, yakni jumlah pejalan kaki yang melewati zona –
zona ini dalam kurung waktu 1 jam dalam interval 15 menit.
 Pengambilan sampel kecepatan pejalan kaki
Survey kecepatan yang digunakan adalah untuk
pengambilan sampel pejalan kaki diambil 5 orang dari tiap
zona, adapun cara pengambilan data kecepatan pejalan kaki
dilakukan secara acak yakni menghitung kecepatan dengan
jarak tempuh pejalan kaki 10 meter dari start sampai finish.
 Pengambilan sampel kepadatan pejalan kaki
Karna sulit untuk menentukan kepada pejalan kaki pada tiap
– tiap zona, maka pengambilan sampel kepadatan pejalan
kaki dilakukan dengan menggabungkan data dari sirkulasi
pejalan kaki yakni volume pejalan kaki dan kecapatan pejalan
kaki.

3.3 Metode Analisis Data


Metode analisa merupakan cara yang digunakan untuk
menganalisa data yang telah diperoleh untuk mencapai tujuan penelitian.
Analisis digunakan untuk memberikan pemahaman yang luas akan suatu
konsep yang akan dijalankan, membantu dalam memberikan pilihan terbaik .
Adapun metode yang digunakan untuk penelitian mengenai “Arahan
Penataan Fasilitas Pedestrian di Jalan Soekarno Hatta, Kota Malang adalah
sebagai berikut :
59

3.4.1 Analisis Multi Kriteria


Analisa multi kriteria merupakan salah satu analisis kuantitatif
yang pada awalnya berasal dari data kualintatif yang diubah menjadi
kuantitatif. Secara definisi analisis multi kriteria metode yang di
kembangkan dalam pengambilan keputusan dari beberapa alternatif solusi
dari lapangan yang sesuai dengan kriteria – kriteria yang dari pengambilan
kebijakannya. Dari beberapa alternatif itu akan muncul alternatif yang
terbaik dengan pertimbangan kriteria – kriteria yang diinginkan.
Pada analisis ini akan dilakukan pemberian bobot berdasarkan
keritria – kriteria fasilitas pedestrian berdasarkan aspek kenyamanan, aspek
keselamatan dan aspek keamanan. Metode analisis multi kriteria yang
digunakan yakni pemberian bobot pada masing – masing indikator yang
mempengaruhi aspek kenyamanan, aspek keselamatan dan aspek keamanan
fasilitas pejalan kaki berdasarkan pengambilan sampel dari zona – zona yang
telah peneliti bagi ke dalam 1 : 1000. Adapun poin pembobotan dari
indikator - indikator yang mempengaruhi yaitu dapat dilihat pada tabel 3.1:

Tabel 3.1
Cara Pembobotan Kriteria – Kriteria Fasilitas Pedestrian Berdasarkan Aspek
Kenyaamanan, Aspek Keselamatan Dan Aspek Keamanan

Variabel Variabel Amatan Indikator Bobot


Kenyamanan Nyaman Lebar trotoar 2 meter, trotoar menerus
Jalur penyeberangan lebar 1,5 meter,
permukaan jalur penyebengan tidak licin 3
Adanya pohon peneduh, sampah dapat
menampung sampah-sampah yang ada,
adanya halte
Kurang Nyaman Lebar trotoar 2 meter, trotoar tidak
menerus
Adanya pohon peneduh dapat meneduhi 2
pejalan kaki, adanya tempat sampah yang
tidak dapat menampung semua sampah,
Tidak Nyaman Lebar trotoar < 2 meter, trotoar tidak
menerus
1
Tidak ada pohon peneduh, Tidak ada
tempat sampah.
Keselamatan Selamat Lebar trotoar 2 meter, menerus, dan
kondisi permukaan baik
Ruang pejalan kaki memiliki ketinggian
berbeda 3
zebra crozz baik
Ada lampu penerangan dan pagar
pembatas
Kurang Selamat Lebar trotoar kurang dari 2 meter, trotoar
menerus, kondisi permukaan trotoar baik
2
Ada lampu penerangan dan pagar
pembatas
Tidak Selamat Lebar trotoar <2 meter, kondisi trotoar
1
rusak
60

Variabel Variabel Amatan Indikator Bobot


Zebra cross rusak
Ada lampu penerangan jalan
Keamanan Aman Lebar efektif jembatan penyeberangan 2
meter
3
Ada Lampu-lampu penerangan.

Tidak aman Lebar efektif jembatan penyeberangan <


2 meter 1

Tahapan terakhir dari proses analisi data berdasarkan metode


analisis multi kriteria yakni dengan cara menjumlahkan bobot – bobot
berdasarkan zona – zona dan aspek – aspek yang mendasi. Adapun jumlah
poin dari diklasifikasikan kedalam poin kritteria – kriterian amatan yaitu
dapat dilihat pada tabel 3.2:

Tabel 3.2
Klasifikasi Poin Kriteria – Kriteria Fasilitas Pedestrian Berdasarkan Aspek
Kenyaamanan, Aspek Keselamatan Dan Aspek Keamanan

Variabel Variabel Amatan Klasifikasi Poin


Tidak Nyaman 1-3
Nyaman Kurang Nyaman 3-6
Nyaman 6-9
Tidak Selamat 1-3
Selamat Kurang Selamat 3-6
Selamat 6-9
Tidak aman 1-2
Aman Kurang Aman 2-4
Aman 4-6

3.4.2 Analisis Lalu Lintas


1. Volume
Analisis volume pejalan kaki dilakukan dengan menjumlahkan
sampel volume pejalan kaki dari tiap – tiap zona, kemudian jumlah dari
volume pejalan kaki dari tiap – tiap zona dibagi dengan interval waktu
perhitungan pejalan kaki yakni 15 menit untuk mengetahui volume rata –
rata orang pada tiap – tiap zona dalam kurung waktu 1 jam interval 15menit.

2. Kecepatan
Analisis kecepatan pejalan kaki yakni rata – rata kecepatan pejalan
kaki perzona dari sampel 5 orang pada tiap – tiap zona dirata – ratakan
kecepatan pejalan kaki perzona yakni dalam detik/10 meter, Kemudian rata
61

– rata pejalan kaki dibawah ke standar minimal kecepatan pejalan kaki


meter/menit, ini dimaksud untuk mengetahui berapa jarak tempuh rata – rata
yang dapat pejalan kaki capai dalam kurung waktu satu menit jika ia berjalan
pada zona dengan fasilitas pedestrian yang memadai ataupu tidak memadai..

3. Kepadatan
Kepadatan adalah pengukuran ketiga dari kondisi arus lalu
lintas, dan diartikan sebagai jumlah pejalan kaki yang ada pada satu jalan
raya atau jalur dan biasanya dinyatakan dalam org/km. Kepadatan sulit
dihitung secara langsung, tetapi dapat dihitung dari kecepatan dan
volume, sebagai bagian dari hubungan antara tiga variabel berikut:
V=SxD
D=V/S
Dimana:
V = Volume pejalan kaki (org/jam)
S = Kecepatan (km/jam) dan D = Kepadatan (smp/km)

3.4.3 Analisis Deskriptif Kualitatif


Analisis deskriptif kualitatif digunakan dengan tujuan membuat
deskriptif atau gambaran tentang keadaan eksisting fasilitas pedestrian di
Jalan Soekarno Hatta yang ada di wilayah studi dan pejalan kaki yang
melakukan aktivitas di sepanjang jalan ini.
Analisis ini dipilih karena sifat dari penelitian ini yang kualitatif,
yaitu lebih cenderung pada bentuk narasi dan gambar. Maksudnya adalah
data yang dicari dan dianalisa cenderung pada bentuk tekstual dengan
didukung data berupa peta dan foto/ gambar/ dokumentasi. Fungsi analisis
deskriptif adalah untuk memberikan gambaran umum tentang data yang
telah diperoleh. Gambaran umum ini bisa menjadi acuan untuk melihat
karakteristik data yang kita peroleh. Tahap-tahap analisa deskripsi-kualitatif
akan dijelaskan sebagai berikut :

1. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, mengenai penelitian ini yakni
memilih data terkait dengan kondisi eksisting fasilitas pedestrian yang ada di
Jalan Soekarno Hatta, Kota Malang dan membuang yang tidak perlu.
Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran
yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan analisa.
62

2. Penyajian Data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
menyajikan data dalam bentuk tabulasi dan peta. Melalui penyajian data
tersebut, maka data dapat diuraikan sesuai kondisi eksisting fasilitas
pedestrian di Jalan Soekarno Hatta yang, maksud dengan pemberian tabel
dan peta dalam penyajian data ini yakni untuk memberikan gambaran yamg
lebih spesifik pada titik – titik yang di identifikasi sehingga akan semakin
mudah dipahami.

3. Penarikan kesimpulan
Setelah dilakukan penyajian data dalam bentuk tabulasi dan peta,
maka selanjutnya data tersebut akan diberikan penjelasan yang bersifat
deskriptif yang diharapkan mampu untuk menjawab pertanyaan yang ada di
rumusan masalah dalam penelitian.
63

Gambar 3.2
Kerangka Kerja
Identifikasi Kebutuhan Fasilitas Pedestrian di Jalan Soekarno Hatta, Kota Malang

INPUT PROSES OUTPUT

Data/ Variabel Metode Hasil

SURVEY
(Manual
Sampling)
 Trotoar
 Penyeberangan
Kondisi eksisting
 Street Furniture

ANALISIS MULTI
KRITERIA
ARAHAN PENATAAN
FASILITAS PEJALAN KAKI

ANALISIS
LALULINTAS
 Volume PJK
Sirkulasi Pejalan Kaki  Kecepatan PJK
 Kepadatan PJK
ANALISIS
DESKRIPTIF
KUALINTATIF
BAB IV
GAMBARAN UMUM

Gambaran umum pada penelitian ini merupakan input data sebagai


informasi yang berguna untuk menunjang tahapan dalam mencapai sasaran
sebuah penelitian. Dalam bab ini akan dibahas profil wilayah pengamatan
dari umum ke spesifik selain itu data yang digunakan pada bab ini terdiri
dari data – data hasil observasi pada lokasi penelitian yang dirangkum dalam
bentuk uraian, foto dan gambar guna mengetahui karakteristik lokasi
penelitian.

4.1 Gambaran Umum Kota Malang


Kota Malang merupakan salah satu daerah otonom dan merupakan
kota besar kedua di Jawa Timur setelah Kota Surabaya. Sebagai kota besar,
Malang tidak lepas dari permasalahan sosial dan lingkungan yang semakin
buruk kualitasnya. Kota yang pernah dianggap mempunyai tata kota yang
terbaik di antara kota-kota Hindia Belanda ini, kini banyak dikeluhkan
warganya seperti kemacetan dan kesemrawutan lalu lintas, suhu udara yang
mulai panas, sampah yang berserakan atau harus merelokasi pedagang kaki
lima yang memenuhi alun-alun kota. Namun terlepas dari berbagai
permasalahan tata kotanya, pariwisata Kota Malang mampu menarik
perhatian tersendiri.
Secara geografis wilayah Kota Malang berada antara 07°46'48" -
08°46'42" Lintang Selatan dan 112°31'42" - 112°48'48" Bujur Timur,
dengan luas wilayah 110,06 km2 dengan batas-batas sebagai berikut :
 Batas Utara : Kec. Singosari dan Kec. karangploso, Kab. Malang.
 Batas Selatan : Kec. Pakisaji dan Kec. Bululawang, Kab. Malang.
 Batas Timur : Kec. Pakis dan Kec. Tumpang, Kab. Malang.
 Batas Barat : Kec. Dau dan Kec. Wagir, Kab. Malang.
Kota Malang terdiri dari 5 Kecamatan yaitu Kedungkandang,
Klojen, Blimbing, Lowokwaru, dan Sukun serta 57 kelurahan. Untuk lebih
jelasnya lihat peta 4.1

4.2 Gambaran Umum Kecamatan Lowokwaru


Lowokwaru adalah sebuah kecamatan di Kota Malang, Jawa
Timur dengan batas administrasi kecamatan sebagai berikut :
 Sebelah utara : Kecamatan Karangploso, Kab Malang.
 Sebelah timur : Kecamatan Blimbing, Kota Malang
 Sebelah selatan: Kecamatan Klojen, Kota Malang.
 Sebelah barat : Kecamatan Dau, Kab Malang.
65

Untuk lebih jelasnya lihat peta 4.2.


Kecamatan Lowokwaru terletak di posisi barat daya kota Malang
yang merupakan lokasi dataran tinggi, dimana ketinggiannya 460 m dari
permukaan laut dan daerah ini memiliki suhu minimum 20 C˚ dan
maksimum 28 C˚ dengan curah hujan rata-rata 2.71 mm. Wilayah
Kecamatan Lowokwaru dipenuhi dengan kampus baik kampus negeri seperti
Universitas Brawijaya, Universitas Negeri Malang, Universitas Islam Negeri
maupun kampus swasta seperti : Universitas Muhammadiyah Malang,
Universitas Islam Malang, Institut Nasional Malang, STIE Malang
Kucecwara dan STIEKMA.

4.3 Gambaran Umum Ruang Lingkup Studi


Jalan Soekarno Hatta merupakan sebuah jalan yeng tergabung
dalam jaringan jalan kolektor primer di Kota Malang. Terletak di Kecamatan
Lowokwaru, jalan ini memanjang di antara 3 kelurahan di Kecamatan
Lowokwaru yakni kelurahan Jatimulyo, Kelurahan Ketawang Gede dan
Kelurahan Mojolangu dengan panjang Jalan  1.9 km dan luas  39,9 km².
Dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan sebagian dari Jalan
Soekarno Hatta sebagai ruang lingkup penelitian. Adapun batas administrasi
dari ruang lingkup penelitian adalah sebagai berikut :
 Sebelah Utara : Jalan Sudimoro, Kelurahan Mojolango,
kecamatan Lowokwaru.
 Sebelah Selatan : Jalan MT. Haryono, Kelurahan Ketawang
Gede, Kecamatan Klojen.
 Sebelah Timur : Kelurahan Mojolangu, Kelurahan Tulusrejo,
dan Kelurahan Jatimulyo, Kecamatan Lowokwaru.
 Sebelah Barat : Kelurahan Mojolangu, dan Kelurahan
Jatimulyo, Kecamatan Lowokwaru.
Untuk lebih jelasnya lihat peta 4.3
Jalan Soekarno Hatta mempunyai lebar keseluruhan 21 m dan
memeliki 2 fungsi jalur transportasi yang berlawanan yakni, arah Jalan MT
Haryono – Jalan Sudimoro dan sebaliknya Jalan Sudimoro – Jalan MT
Haryono dengan lebar masing – masing jalur 8.5 m dan pembatas tengah
jalan 4 m.
66

PETA 4.1
ADMINISTRASI KOTA MALANG
67

PETA 4.2
ADMINISTRASI KECAMATAN LOWOKWARU
68

PETA 4.3
ADMINISTRASI RUANG LINGKUP STUDI
69

4.4 Karakteristik Ruang Lingkup Studi


Menurut Rencana Jaringan Jalan Kolektor Primer Kota Malang
Tahun 2012 fungsi penggunaannya Jalan Soekarno Hatta tergolong dalam
jaringan kolektor primer. Jalan Kolektor memiliki ciri-ciri penggunaan
intensitas tinggi tapi tidak setinggi jalan arteri primer, untuk lalu lintas
angkutan menengah dengan jumlah simpangan terbatas. Adapun Jaringan
jalan kolektor primer di Kota Malang terdiri dari Jalan May. Jen. Haryono,
Jalan Soekarno Hatta, Jalan Borobudur, dari Terminal Gadang melalui
Bululawang menuju ke Lumajang dan dari Terminal Gadang melalui Jalan
Satsuit Tubun menuju kota Blitar.1

Gambar 4.1
Rencana Jaringan Jalan Kolektor Primer Kota Malang

Sumber : Penyusunan Rencana Jaringan Jalan Kota Malang (2012)

Jalan Soekarno Hatta Sendiri memiliki keunikan tersendiri yakni


terdapatnya Jembatan Soekarno-Hatta (Soehat) yang mengarah langsung
pada pintu gerbang masuk Universitas Brawijaya sebelah timur dibangun
pada tahun 1980. Jembatan ini menjadi pemicu munculnya pembangunan

1
Penyusunan Rencana Jaringan Jalan Kota Malang ( 2012 )
70

pusat kota baru dan turut pula menjadi pemicu sentra perumahan dan
perdagangan.

Gambar 4.2
Lalulintas Jalan Sukarno Hatta

Sumber : Hasil Survey (2017)

Pada jam-jam tertentu Jalan Soekarno Hatta ini sering mengalami


kemacetan yang sangat parah diantaranya jam tujuh pagi atau jam berangkat
kerja dan jam lima petang atau jam pulang kerja. Kemacetan yang dipicu
oleh perubahan penggunaan lahan yakni ditandai dengan pembangunan –
pembangunan membuat Jalan Soekarno Hatta menjadi suatu jalan dengan
tingkat kepadatan lalu lintas terpadat di Kota Malang.
Salah satu akibat dari pembangunan yang tumbuh pesat membuat
Jalan Soekarno Hatta ini lama kelamaan sering dilalui banyak kendaraan dan
bervariasi pula kendaraan yang melewatinya. Dari banyaknya kendaraan
yang lewat tersebut terjadilah kemacetan yang terjadi di sepanjang jalan hal
ini terlebihnya arah selatan jembatan Soekarno Hatta dikarenakan memiliki
tiga persimpangan yang berbeda ada yang belok kiri menuju arah kecamatan
Penanggungan dengan melewati Jalan Mayjend Panjaitan, lurus terus
menuju Universitas Brawijaya, dan ke kanan menuju arah Dinoyo dengan
melewati Jalan M.T Haryono.

4.5 Karakteristik Penggunaan Lahan


Lahan sebagai bagian atau unsur dari lingkungan alam adalah
merupakan salah satu wadah bagi manusia dan mahluk hidup lainnya untuk
melakukan kegiatannya. Lahan diartikan sebagai suatu tempat atau daerah
dimana penduduk berkumpul dan hidup bersama dimana mereka dapat
menggunakan lingkungan setempat untuk mempertahankan, melangsungkan,
dan mengembangkan kehidupannya.
Lahan merupakan potensi fisik atau sumber daya alam yang secara
kuantitas tidak akan bertambah, sedangkan pertumbuhan penduduk
senantiasa mengalami perkembangan cukup pesat dari waktu ke waktu. Hal
71

ini akan menimbulkan ketidakseimbangan antara kebutuhan penduduk akan


lahan yang tidak terbatas dengan jumlah lahan yang terbatas. Akan tetapi,
dengan semakin meningkatnya penduduk dan meningkatnya pembangunan,
maka semakin meningkat pula kebutuhan penggunaan lahan.
Terkait dengan penelitian kebutuhan fasilitas pejalan kaki peneliti
menilai penggunaan lahan merupakan salah satu faktor penting yang dapat
mempengaruhi kebutuhan fasilitas pedestrian di sepanjang Jalan Soekarno
Hatta. Penggunaan lahan dapat mempengaruhi kebutuhan fasilitas pedestrian
karna penggunaan lahan menimbulkan timbulnya berbagai kegiatan dari
kegiatan – kegiatan tersebut tentunya membutuhkan ruang untuk beraktivitas
seperti berjalan, berlari, bersosialisasi, dan bercengkrama.
Berdasarkan observasi dan pengamatan di lapangan maupun di
internet karakteristik penggunaan lahan di sepanjang Jalan Soekarno Hatta
85 % adalah kawasan perdagan dan jasa 15 % persennya dari penggunaan
yang lain digunakan untuk kegiatan sosial seperti kampus,bank, rumah sakit,
apartement dan ruang terbuka hijau. Berikut dokumentasi penggunaan lahan
di sepanjang Jalan Soekarno Hatta yang penliti temukan di lapangan.

Gambar 4.3
Penggunaan Lahan Sepanjang Jalan Soekarno Hatta

Sumber : Hasil Survey & Goggle 3D (2017)


72

4.6 Kerakteristik Fasilitas Pedestrian


Fasilitas pedestrian adalah seluruh bangunan pelengkap yang
disediakan untuk pejalan kaki guna memberikan pelayanan demi
kelancaran, keamanan dan kenyamanan, serta keselamatan bagi pejalan
kaki (Dirjen Bina Marga, 1999).

1. Ruang Pejalan Kaki (Trotoar)


Ruang pejalan kaki yang dibuat terpisah dari jalur kendaraan,
biasanya terletak bersebelahan atau berdekatan. Pejalan kaki melakukan
kegiatan berjalan kaki sebagai sarana angkutan yang akan menghubungkan
tempat asal dan tempat tujuan. Ruang pejalan kaki yang berada di Kota
Pontianak adalah sebagai berikut :2
 Ruang Pejalan Kaki di Sisi Jalan (Sidewalk), ruang pejalan kaki
di sisi jalan (sidewalk) merupakan bagian dari sistem jalur
pejalan kaki dari tepi jalan raya hingga tepi terluar lahan milik
bangunan.
 Ruang Pejalan Kaki di Kawasan Komersial/Perkantoran (Arcade)
Ruang pejalan kaki yang berdampingan dengan bangunan pada
salah satu atau kedua sisinya.
 Ruang Pejalan Kaki di Tepian Air (Promenade) Ruang pejalan
kaki yang pada salah satu sisinya berbatasan dengan badan air.
Secara umum, sudah diatur mengenai lebar minimum trotoar
yang seharusnya. Lebar minimum untuk kawasan pertokoan dan
perdagangan yang diatur dalam Petunjuk Perencanaan Trotoar (Dep. PU,
1990) adalah 2 meter.

2. Prasarana Ruang Pejalan Kaki (Penyeberangan)


Prasarana ruang pejalan kaki yang digunakan sebagai jalur
menyeberang untuk mengatasi dan menghindari konflik dengan moda
angkutan lain, yaitu jalur penyeberangan jalan, jembatan penyeberangan,
atau jalur penyeberangan bawah tanah. Untuk itu diperlukan fasilitas
yang berupa penyeberangan zebra, skyway, dan subway. Berdasarkan
Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang
Pejalan Kaki di Perkotaan, fasilitas penyeberangan diklasifikasikan sebagai
berikut :3

2
Enni Lindia Mayona S.T., M.T, Identifikasi Kebutuhan Fasilitas Pejalan Kaki di Kota Pontianak ( 2013 ), Jurnal
Online Institut Teknologi Nasional
3
Enni Lindia Mayona S.T., M.T, Identifikasi Kebutuhan Fasilitas Pejalan Kaki di Kota Pontianak ( 2013 ), Jurnal
Online Institut Teknologi Nasional
73

a. Penyeberangan Sebidang (At-Grade).


 Penyeberangan Zebra.
 Penyeberangan Pelikan.
b. Penyeberangan Tidak Sebidang (Elevated/Underground), salah
satu penyeberangan tidak sebidang adalah jembatan. Jembatan
digunakan apabila :
 Jenis jalur penyeberangan tidak dapat menggunakan
penyeberangan zebra.
 Pelikan sudah menganggu lalu lintas kendaraan yang ada.
 Pada ruas jalan dengan frekuensi terjadinya kecelakaan
pejalan kaki yang cukup tinggi.
 Pada ruas jalan yang mempunyai arus lalu lintas dengan
kecepatan tinggi dan arus pejalan kaki yang cukup ramai.
 Jalur yang melandai harus disediakan untuk seluruh
tempat penyeberangan bagi pejalan kaki baik di atas jalan
maupun di bawah jalan. Jika diperlukan, maka dapat
disediakan tangga untuk mencapai tempat penyeberangan.
 Kriteria jembatan penyeberangan adalah: Lebar efektif
jembatan penyeberangan adalah 2 meter dengan lebar
keseluruhannya 2,6 meter.

3. Sarana Ruang Pejalan Kaki (Street Furniture)


Peruntukan street furniture yang ada juga harus sesuai dengan
kebutuhan pada kawasan perdagangan dan jasa. Jenis-jenis street
furniture yang harus ada di kawasan perdagangan dan jasa menurut Buku
Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan
Kaki di Perkotaan adalah sebagai berikut :
- Pohon Peneduh.
- Halte/Lapak Tunggu.
- Lampu Penerangan.
- Tempat Duduk/Bangku
- Pagar Pembatas.
- Tempat Sampah.
- Telepon Umum
Berdasarkan observasi dan pengamatan di lapangan maupun di
internet karakteristik fasilitas pedestrian di Jalan Sukarno Hatta didominasi
oleh sarana dan prasarana fasilitas pedestrian yakni trotoar, pohon peneduh,
halte/lapak tunggu serta beberapa tempat sampah berukuran kecil dan lampu
penerangan.
74

Dari hasil temuan di lapangan peneliti menilai secara garis besar


penyediaan fasilitas pedestrian di sepanjang Jalan Sukarno Hatta belum
memenuhi standar keselamatan, keamanan dan kenyamanan hal ini di tandai
dengan penggunaan dari fungsi trotoar yang digunakan untuk fungsi lain
seperti ditanami tanaman atau digunakan sebagai lahan untuk berjualan.
Kurangnya fasilitas penyeberangan di jalan ini mengakibatkan
pejalan kaki dijalan ini sulit untuk melakukan penyebrangan baik
penyeberangan sebidang maupun tidak sebidang. Adapun pemenuhan
fasilitas penyeberangan dijalan ini hanya terdapat pada depan perempatan
pizza hut. Adapun temuan yang peniliti jumpai di lapangan dapat dilihat
pada gambar dibawah.
Gambar 4.4
Fasilitas Pedestrian Jalan Soekarno Hatta

Sumber : Hasil Survey (2017)

4.7 Karakteristik Pejalan Kaki


Menurut Hobbs (1995) pejalan kaki adalah bagian dari system
transportasi. Walaupun didalam system transportasi sering dilupakan,
pejalan kaki tidak boleh disingkirkan, maka pejalan kaki tetap harus
diperhitungkan. Malkamah (1995) mendapati, bahwa pejalan kaki tidak
dapat dipisahkan dari keberadaan manusia sesungguhnya. Oleh karena
75

itu dimana pun tempat, baik diwilayah-wilayah pengembangan jasa,


pemukiman, perdagangan maupun industri, fasilitas pejalan kaki tetap
perlu disediakan.4
Karakteristik pejalan kaki adalah salah satu faktor utama
dalam perancangan, perencanaan maupun pengoperasian dan fasilitas-
fasilitas transportasi. Beberapa parameter yang digunakan dalam analisa
pejalan kaki adalah sebagai berikut :
a. Kecepatan Pejalan Kaki, adalah kecepatan rata-rata berjalan
pejalan kaki, dinyatakan dalam satuan m/detik.
b. Jumlah Aliran Pejalan Kaki, adalah jumlah pejalan kaki yang
melintasi suatu titik dalam 1 (satu) satuan waktu tertentu, biasanya
dinyatakan dalam pejalan kaki/menit atau pejalan kaki/15 (lima
belas) menit.
c. Aliran Per Satuan Lebar, adalah rata-rata aliran pejalan kaki per
satuan lebar efektif jalur jalan, dinyatakan dalam satuan pejalan
kaki/menit/meter.
d. Platoon, menggambarkan sejumlah pejalan kaki berjalan
berjajar atau berkelompok, biasanya tanpa disengaja dan
disebabkan antara lain oleh faktor lampu lalu lintas atau faktor
lain.
e. Kepadatan Pejalan Kaki, adalah jumlah rata-rata pejalan kaki per
satuan luas di dalam jalur berjalan kaki atau daerah antrian, yang
dinyatakan dalam pejalan kaki/meter².
f. Ruang Pejalan Kaki, adalah rata-rata ruang yang tersedia
untuk setiap pejalan kaki dalam daerah jalur berjalan kaki
atau antrian, dinyatakan dalam meter²/pejalan kaki. Parameter
ini adalah kebalikan dari kepadatan dan merupakan satuan yang
praktis untuk analisa fasilitas pejalan kaki.

Berdasarkan observasi dan pengamatan di lapangan karakteristik


pejalan kaki di Jalan Sukarno Hatta didominasi pejalan kaki pada zona 11 –
9 karna zona ini terjadi berbagai macam kegiatan seperti kampus, dan
ekonomi. Pengguna fasilitas pejalan kaki di sepanjang Jalan Soekarno Hatta
ini di dominasi oleh mahasiswa yang menggunakan moda tranportasi jalan
kaki dari kost – kostnya menuju ke kampus – kampus yang letaknya
berdekatan dengan tempat tinggal mereka, adapun juga masyarakat setempat
maupun dari luar yang melakukan aktivitas di sepanjang jalan ini seperti
berolah raga atau pun melakukan aktivtas lainnya seperti makan dan
berbelanja.

4
Sudarmaji, Suci Purwandari, Studi Kajian Efektivitas Penyediaan dan Pemanfaatan Fasilitas Pejalan Kaki
Citywalk, Jembatan Penyebarangan Dan Zebra Cross) Di Kota Surakarta, (2014), Jurnal Sainstech Politeknik
Indonusa Surakarta.
76

Gambar 4.5
Karakteristik Pejalan Kaki

Sumber : Hasil Survey (2017)

Dari hasil pengamatan di lapangan ini jumlah pejalan kaki yang


melewati jalan ini rata – rata 40 - 70 org/15menit terdapat pada zona 9-11
penyebabnya ada penggunaan lahan disekitar zona ini yakni berdekatan
dengan kampus, adapun kecapatan rata - rata pejalan kaki 8 detik/10meter
pada jalan dengan kondisi fasilitas trotoar yang memadai sedangkan pada
jalan dengan kondisi fasilitas pedestrian yang buruk 9-11 detik/10meter.
BAB V
ANALISA

5.1 Analisa Fasilitas Pedestrian Berdasarkan Aspek


Kenyaman, Keselamatan dan Keamanan

Dari hasil pengumpulan data maka peneliti mengklompokan


berdasarkan zona – zona, mengklasifikasikan ke dalam aspek kenyamanan,
keselamatan, dan keamanan dan dilakukan pembobotan berdasarkan cara
penelian identifikasi kebutuhan fasilitas pedestrian.

5.1.1 Analisa Kenyamanan Fasilitas Pejalan Kaki


Penentuan tingkat kenyamanan fasilitas pejalan kaki di Jalan
Sukarno Hatta dilakukan dengan analisalangsung, kemudian dilakukan
pengelompokan dan pembobotan. Untuk kondisi tidak nyaman diberi
nilai 1, kurang nyaman bernilai 2, dan nyaman bernilai 3. Poin tingkat
kenyamanan trotoar, penyeberangan, dan street furniture digabungkan
kemudian dilihat nilai totalnya. Nilai total inilah yang kemudian akan
menentukan tingkat kenyamanan fasilitas pejalan kaki keseluruhan.
Poin total fasilitas kenyamanan fasilitas pejalan kaki tidak sama di
tiap zona, karena ada zona yang tidak tersedia trotoar dan penyeberangan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.1 di bawah ini :

Tabel 5.1
Analisa Kenyamanan Fasilitas Pejalan Kaki di Jalan Sukarno
Hatta, Kota Malang
Jl. Sukarno Hatta, Kota Malang
Fasilitas Pejalan Kaki
Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4
Trotoar 2 2 1 1
Penyebrangan - - - -
Street Furniture 2 2 2 2
Total 4 4 3 3
Keterangan
Tidak Aman :1-3
Kurang Aman :3-6
Aman :6-9
Sumber : Hasil Analisa (2017)

Poin total fasilitas kenyamanan fasilitas pejalan kaki tidak sama di


tiap ruas jalannya, karena ada ruas jalan yang tidak tersedia trotoar dan
penyeberangan. Pada Jalan Soekaarno Hatta poin total 1-3 akan
dikategorikan Tidak Nyaman, 3-6 Kurang Nyaman, dan 6-9
dikategorikan Nyaman.
78

Dari hasil analisa diatas dapat disimpulkan bahwa untuk


kenyamanan fasilitas pejalan kaki berdasarkan indikator responden hasil
analisa di Jalan Soekarno Hatta menunjukan bahwa rata – rata fasilitas
pejalan kaki di Jalan Soekarno Hatta belum mencapai tingkat kenyamanan
karna tidak ada jembatan penyeberangan, kondisi trotoar yang tidak menerus
dan tempat sampah yang tidak dapat menampung semua sampah.
Adapun hasil analisa menunjukan bahwa pada zona 1 dan zona 2
berjumlah total 4 poin yang menunjukan pada kedua zona ini memiliki
tingkat kurang nyaman untuk fasilitas pejalan kaki sedangkan pada zona 3
dan zona 4 merupakan zona dengan fasilitas pedestrian yang tidak nyaman.

5.1.2 Analisa Keselamatan Fasilitas Pejalan Kaki


Penentuan tingkat keselamatan fasilitas pejalan kaki di Jalan
Sukarno Hatta dilakukan dengan analisa manual, kemudian dilakukan
pengelompokan dan pembobotan. Untuk kondisi tidak selamat diberi
nilai 1, kurang selamat bernilai 2, dan selamat bernilai 3. Poin tingkat
kenyamanan trotoar, penyeberangan, dan street furniture digabungkan
kemudian dilihat nilai totalnya. Nilai total inilah yang kemudian akan
menentukan tingkat keselamatan fasilitas pejalan kaki keseluruhan. Poin
total fasilitas kenyamanan fasilitas pejalan kaki tidak sama di tiap zona,
karena ada zona yang tidak tersedia trotoar dan penyeberangan. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.2 di bawah ini :
Poin total fasilitas kenyamanan fasilitas pejalan kaki tidak sama di
tiap ruas jalannya, karena ada ruas jalan yang tidak tersedia trotoar dan
penyeberangan. Pada Jalan Soekaarno Hatta poin total 1-3 akan
dikategorikan Tidak Selamat, 3-6 Kurang Selamat, dan 6-9
dikategorikan Selamat.
Tabel 5.2
Analisa Keselamatan Fasilitas Pejalan Kaki di Jalan Sukarno
Hatta, Kota Malang
Jl. Sukarno Hatta, Kota Malang
Fasilitas Pejalan Kaki Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4
Trotoar 3 2 1 1
Penyebrangan - 1 - -
Street Furniture 1 1 1 1
Total 4 4 2 2
Keterangan
Tidak Aman :1-3
Kurang Aman :3-6
Aman :6-9
Sumber : Hasil Analisa (2017)
79

Dari hasil analisa diatas dapat disimpulkan bahwa untuk


keselamatan fasilitas pejalan kaki berdasarkan indikator responden hasil
analisadi Jalan Soekarno Hatta menunjukan bahwa rata – rata fasilitas
pejalan kaki di Jalan Soekarno Hatta belum mencapai tingkat keselamatan
yakni pada poin kurang selamat karna kondisi trotoar yang tidak rusak, tidak
adanya pagar pembatas, dan zebra cross yang hanya terdapat pada zona 2
dalam kondisi memudar.
Adapun hasil analisa menunjukan bahwa pada zona 1, zona 2,
dengan fasilitas pedestrian yang kurang selamat, sedangkan zona 3 dan 4
merupakan zona dengan fasilitas pedestrian yang tidak selamat.

5.1.3 Analisa Keamanan Fasilitas Pejalan Kaki


Penentuan tingkat keamanan fasilitas pejalan kaki di Jalan
SukarnoHatta dilakukan dengan analisalangsung, kemudian dilakukan
pengelompokan dan pembobotan. Untuk kondisi tidak aman diberi nilai
1 dan aman bernilai 3. Poin tingkat kenyamanan trotoar, penyeberangan,
dan street furniture digabungkan kemudian dilihat nilai totalnya. Nilai total
inilah yang kemudian akan menentukan tingkat keselamatan fasilitas
pejalan kaki keseluruhan. Poin total fasilitas kenyamanan fasilitas pejalan
kaki tidak sama di tiap zona, karena ada zona yang tidak tersedia trotoar dan
penyeberangan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.3 di bawah
ini :
Tabel 5.3
Analisa Keamanan Fasilitas Pejalan Kaki di Jalan Sukarno
Hatta, Kota Malang
Jl. Sukarno Hatta, Kota Malang
Fasilitas Pejalan Kaki Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4
Penyebrangan - - - -
Street Furniture 3 3 3 3
Total 3 3 3 3
Keterangan
Tidak Aman :1-2
Kurang Aman :2-4
Aman :4-6
Sumber : Hasil Analisa (2017)

Poin total fasilitas kenyamanan fasilitas pejalan kaki tidak sama di


tiap ruas jalannya, karena ada ruas jalan yang tidak tersedia trotoar dan
penyeberangan. Pada Jalan Soekaarno Hatta poin total 1-2 akan
dikategorikan Tidak Aman, 2-4 Kurang Aman, dan 4-6 dikategorikan
Aman.
Dari hasil analisa diatas dapat disimpulkan bahwa untuk keamanan
fasilitas pejalan kaki di Jalan Soekarno Hatta berdasarkan hasil analisa di
80

atas menunjukan bahwa rata – rata fasilitas pejalan kaki di Jalan Soekarno
Hatta belum mencapai tingkat keamanan karna tidak ada jembatan
penyeberangan.
Adapun hasil analisa menunjukan bahwa pada zona 1, zona 2,
zona 3, dan zona 4 merupakan zona dengan fasilitas pedestrian yang kurang
aman karna hanya ada lampu penerangan dan tidak adanya jembatan
penyeberangan.

5.2 Analisa Fasilitas Pedestrian Berdasarkan Aspek


Permintaan (Demand) dan Penyediaan (Supply)

Dari hasil pengumpulan data sirkulasi pejalan kaki dan kondisi


eksisting fasilitas pedestrian maka peneliti mengklompokan berdasarkan
zona – zona, mengklasifikasikan ke dalam aspek permintaan dan penyediaan
dan selanjutnya akan di analisa dengan analisa yang sesuai. Berikut analisa
yang digunakan untuk mengetahui permintaan dan penyediaan akan
kebutuhan fasilitas pedestrian.

5.2.1 Analisa Permintaan (Demand) Fasilitas Pejalan Kaki

Dari data yang didapat, data yang digunakan untuk proses


perhitungan dalam penelitan ini adalah data primer. Dimana data primer
merupakan data yang didapat dari analisalangsung dan perhitungan
dilapangan, dalam hal ini lokasi penelitian di Jalan Sukarno Hatta, Kota
Malang.
Data arus pejalan kaki diperoleh berdasarkan survey di lapangan
selama 4 hari, pada pukul 9 – 10 pagi dengan interval waktu per 15 menit
pada 4 zona yang berbeda sepanjang Jalan Sukarno Hatta (sebelah kiri dan
kanan jalan) dibagi menjadi 2 arah yakni arah 1 dari Jalan Sukarno Hatta –
Jalan Sidomoro dan arah 2 yakni dari Jalan SukarnoHatta – Jalan MT.
Haryono.

1. Analisa Volume Pejalan Kaki


Dalam menghitung volume survey dilakukan untuk setiap arah
dengan interval waktu 15 menit. Volume kedua arah dijumlahkan untuk
mendapatkan satu nilai volume pejalan kaki per 15 menit. Adapun analisis
data yang digunakan dapat dilihat pada tabel diberikut.
81

Tabel 5.4
Analisa Volume Pejalan Kaki
Arah Pergerakan
Interval ( Volume Volume
No Zona Waktu Pejalan Kaki
Menit ) Org/ 15mnt Org/mnt
Arah 1 Arah 2
09.00 -
0 - 15 23 24 47
09.15 3
09.15 -
15 - 30 20 19 39
09.30 3
1 1
09.30 -
30 - 45 27 24 51
09.45 3
09.45 -
45 - 60 28 32 60
10.00 4
09.00 -
0 - 15 16 18 34
09.15 2
09.15 -
15 - 30 15 17 32
09.30 2
2 2
09.30 -
30 - 45 19 16 35
09.45 2
09.45 -
45 - 60 16 20 36
10.00 2
09.00 -
0 - 15 14 12 26
09.15 2
09.15 -
15 - 30 16 17 33
09.30 2
3 3
09.30 -
30 - 45 11 14 25
09.45 2
09.45 -
45 - 60 17 15 32
10.00 2
09.00 -
0 - 15 4 5 9
09.15 1
09.15 -
15 - 30 5 7 12
09.30 1
4 4
09.30 -
30 - 45 6 8 14
09.45 1
09.45 -
45 - 60 7 10 17
10.00 1
Sumber : Hasil Analisa (2017 )

Berdasarkan hasil analisa diatas volume pejalan kaki dengan rata –


rata 3 – 4 orang/menit terdapat pada zona 1 dan 2 dikarenakan adanya
berbagai macam kegiatan seperti kampus dan ekonomi seperti perdagangan
dan jasa di sepanjang zona- zona ini dan yang paling mendominasi dari
pejalan kaki adalah mahasiswa yang melakukan aktivitas di sepanjang zona
– zona ini.
2. Analisa Kecepatan Pejalan Kaki
Dalam menghitung kecepatan pejalan kaki di ambil 5 orang
dari berbagai zona sebagai sampel di setiap interval waktu 15 menit
dengan jarak 10m dari titik start ke finish. Adapun analisis data yang
digunakan dapat dilihat pada tabel diberikut.
82

Tabel 5.5
Analisa Kecepatan Pejalan Kaki
Waktu Tempuh Pejalan Kaki Waktu Tempuh Kecepatan
No Zona Rata - Rata (dtk/10 Rata - Rata
1 2 3 4 5 m) (meter/menti)
1 1 7.53 8.76 8.79 7.67 8.79 8.308 72.22
2 2 9.56 9.43 8.55 8.47 9.34 9.070 66.15
3 3 10.12 11.04 10.11 10.78 10.54 10.518 57.05
4 4 11.5 11.98 11.36 10.98 9.89 11.142 53.85
Sumber : Hasil Analisa (2017)

Berdasarkan hasil analisa diatas kecepatan pejalan kaki dengan


waktu tempuh rata – rata 8-9 detik/10m terdapat pada zona dengan kondisi
fasilitas trotoar dengan kondisi baik terdapat pada zona 1 dan zona 2, dari
hasil analisa kecepatan diatas pada zona – zona ini pejalan kaki bisa
menempuh 65-75 meter/menit , adapun kecepatan rata – rata pejalan kaki 8 -
9 detik/10m. Kecepatan pejalan kaki yang melambat pada zona 3 dan zona 4
ini dikarenakan tidak ada fasilitas pedestrian seperti trotoar yang rusak dan
tidak menerus, selain itu pohon penuduh yang tumbuh di dalam trotoar yang
berdekatan yang mengganggu penglihatan pejalan kaki, serta fasilitas
pedestrian yang menjadi tempat parkir kendaraan.

3. Analisa Kepadatan Pejalan Kaki


Dalam menghitung kepadatan digunakan rumus volume pejalan
kaki dibagi dengan kecepatan pejalan kaki yang sebelumnya sudah didapati.
Adapun rumus yang digunakan untuk mencari kepadatan adalah:

Dimana :
V = Volume pejalan kaki (org/jam)
S = Kecepatan (km/jam)
D = Kepadatan (smp/km)
Adapun analisis data yang digunakan dapat dilihat pada tabel diberikut.
83

Tabel 5.6
Analisa Kepadatan Pejalan Kaki
Kecepatan
Volume Kepadatan
No Zona (Meter/Menit)
(Org/menit) (Orang/meter)
(meter/menti)
1 1 72.22 1 0.01384658
2 2 66.15 1 0.015117158
3 3 57.05 1 0.017528484
4 4 53.85 2 0.037140204
Sumber : Hasil Analisa (2017)

Berdasarkan hasil analisa diatas kepadatan pejalan kaki


berdasarkan volume orang rata – rata per menit dibagi dengan kecepatan rata
– rata meter per menitnya, menunjukan tingkat kepadatan pejalan kaki pada
zona 1 dan zona 2 sebagai zona dengan kepadatan pejalan kaki terpadat di
karenakan zona ini merupakan kawasan pendidikan dan kegiatan ekonomi
yang terpadat di sepanjang Jalan Soekarno Hatta, sedangkan zona dengan
pejalan kaki yang sedikit ada di zona 3 dan zona 4. Dari hasil analisa
kepadatan pejalan kaki membuktikan bahwa salah faktor yang
mempengaruhi kepadatan pejalan kaki di sepanjang Jalan Soekarno Hatta
adalah karaktristik dari penggunaan lahan di sepanjang jalan tersebut.

5.2.2 Analisa Penyediaan (Supply) Fasilitas Pejalan Kaki

Dari data yang didapat, yaknia data berupa keadaan eksisting


fasilitas pedestrian di Jalan Soekarno Hatta yang peneliti temukan
dilapangan dan disajikan dalam bentuk dokumentasi selanjutnya akan
peneliti uraikan berdasarkan dokumentasi kondisi fasilitas pedestrian di
Jalan Soekarno Hatta.

1. Analisa Kondisi Fasilitas Pejalan Kaki


Analisa kondisi fasilitas pejalan kaki adalah analisa terhadap
kondisi eksisting di lapangan yakni di Jalan Sukarno Hatta, Kota Malang
mengenai jenis fasilitas pejalan kaki di kawasan ini dilihat dari keberadaan
fasilitas pejalan kaki dan kondisi terbangun fasilitas pejalan kaki.
Analisa ini dipilih karena sifat dari analisa deskriptif kualitatif,
yaitu lebih cenderung pada bentuk narasi dan gambar. Maksudnya adalah
data yang dicari dan dianalisa cenderung pada bentuk tekstual dengan
didukung data berupa peta dan foto/ gambar/ dokumentasi. Adapun kondisi
eksisting fasilitas pedestrian di Jalan Soekarno Hatta bisa dilihat pada peta
5.1
Kondisi eksisting fasilitas pedestrian di sepanjang Jalan Soekarno
Hatta belum memenuhi standar dari keriteria pedestrian berdasarkan aspek
84

kelancaran, keamanan, kenyamanan dan keamanan, hal ini terbukti dengan


banyak ditemui trotoar - trotoar yang tidak menerus ataupun trotoar yang
beralih fungsi menjadi lahan parkir ataupun dijadikan taman sampai tidak
adanya street furniture seperti tempat sampah yang tidak dapat menampung
semua sampah. Adapun analisa kondisi fasilitas berdasarkan hasil temuan di
lapangan adalah sebagai berikut:

Tabel 5.7
Analisa Kondisi Eksisting Fasilitas Pedestrian Zona 1

No Foto Uraian
Zona

Ada trotoar dengan lebar 2m kondis


menerus, jenis perkerasan beton kondisi
baik

Ada trotoar dengan lebar 2m, jenis


perkerasan paving kondisi baik, ada
pohon peneduh

1 1

Ada trotoar dengan lebar 2m kondis


menerus, jenis perkerasan beton kondisi
baik

Ada trotoar dengan lebar 1.5m kondis


menerus, jenis perkerasan beton kondisi
baik

Sumber : Hasil Analisa (2017)

Zona 1 merupakan zona dengan tingkat volume pejalan kaki


paling banyak dari hasil survey yang didapat, hal ini terbukti dari
85

penggunaan lahan di sepanjang zona ini seperti yakni kawasan pendidikan.


Berdasarkan hasil analisa zona ini memiliki penyediaan fasilitas
pedestrian berupa trotoar dengan lebar rata 2 – 2,5 meter yang kondis baik
dan tidak menerus dalam kondisi baik, adanya lampu jalan, pohon peneduh
dan tempat sampah yang tidak dapat menampuang semua sampah. Untuk
lebih jelasnya lihat peta 5.2.
Tabel 5.8
Analisa Kondisi Eksisting Fasilitas Pedestrian Zona 2

No Foto Uraian
Zona

Kondisi zebra cross kurang


jelas/memudar, ada pohon peneduh

Tidak ada trotoar, ada pohon penedduh

2 2

Trotoar menyatu dengan parkiran,


kondisi trotoar buruk, ada pohon
peneduh

Tidak ada trotoar, ada pohon peneduh

Sumber : Hasil Analisa (2017)

Zona 2 merupakan zona dengan penggunaan lahan di sepanjang


zona ini seperti perdagangan dan jasa berupa ruko -ruko, zona ini juga
memiliki askes menuju perumahan – perumahan disekitarnya. Berdasarkan
86

hasil analisa zona ini memiliki penyediaan fasilitas pedestrian berupa trotoar
dengan lebar rata – rata 2 – 2,5 meter dan non trotoar berupa parkiran, ada
lampu jalan, ada zebra cross yang memudar, pohon peneduh, serta tempat
sampah yang tidak dapat menampun semua sampah.Untuk lebih jelasnya
lihat peta 5.3.
Tabel 5.9
Analisa Kondisi Eksisting Fasilitas Pedestrian Zona 3

No Foto Uraian
Zona

Trotoar menyatu dengan sempadan


bangunan, trotoar berfungsi sebagai
tempat parkir, kondisi trotoar baik, jenis
perkerasan trotoar paving

Trotoar menyatu dengan tempat parkir,


kondisi trotoar buruk

3 3

Ada trotoar dengan lebar 3m, jenis


perkerasan trotoar paving, kondisi
trotoar baik, ada PKL yang berjualan
pada badan trotoar

Ada pohon peneduh, ada trotoar yang


ditumbuhi pohon dengan jarak antara
pohon kurang lebih 1 m

Sumber : Hasil Analisa (2017)

Zona 3 merupakan zona dengan penggunaan lahan di sepanjang


zona ini adalah kegiatan sosiak seperti rumah sakit dan tempat rekreasi, zona
ini juga memiliki askes menuju perumahan – perumahan disekitarnya.
87

Berdasarkan hasil analisa yang diketahui zona ini memiliki penyediaan


fasilitas pedestrian berupa trotoar denga lebar rata kurang dari 2 meter dan
non trotoar berupa parkiran dan kegiatan PKL, adanya lampu jalan, pohon
peneduh yang tumbuh pada badan trotoar dan tempat sampah yang tidak
dapat menampung semua sampah. Untuk lebih jelasnya lihat peta 5.4.

Tabel 5.10
Analisa Kondisi Eksisting Fasilitas Pedestrian Zona 4

No Foto Uraian
Zona

Trotoar tidak menerus, ada pohon


peneduh

Ada halte dengan kondisi baik, ada


trotoar dengan lebar 3m dan
berkondisi baik jenis perkerasannya
paving, ada pohon peneduh

4 4

Trotoar menyatu dengan parkiran,


jenis perkerasan trotoar paving,
kondisi trotoar baik, ada pohon
pelindung

Ada trotoar dengan lebar 3 meter


kondisi baik, jenis perkerasannya
paving

Sumber : Hasil Analisa (2017)


88

Zona 4 merupakan zona dengan penggunaan lahan di sepanjang


zona ini seperti perdagangan dan jasa berupa ruko – ruko. Berdasarkan hasil
analisa zona ini memiliki penyediaan fasilitas pedestrian berupa trotoar
dengan lebar rata – rata 2 – 2,5 meter, kondisi trotoar rusak dan tidak
menerus, serta fasilitas non trotoar berupa parkiran, ada lampu jalan, pohon
peneduh dan tempat sampah yang tidak dapat menampung semua sampah.
Untuk lebih jelasnya lihat peta 5.5.
89

PETA 5.1
ANALISA RUANG LINGKUP
90

PETA 5.2
ANALISA ZONA 1
91

PETA 5.3
ANALISA ZONA 2
92

PETA 5.4
ANALISA ZONA 3
93

PETA 5.5
ANALISA ZONA 4
94

5.2.3 Analisa Dimensi Lebar Efektif Trotoar


Untuk mencari dimensi lebar efektif trotoar digunakan data dari
volume maksimum atau arus pejalan kaki maksimum dari tiap zona, data
dari volume maksimum arus pejalan kaki perzona ini kalkulasikan dengan
penetapan lebar tambahan trotoar. Selanjutnya dapat dicari luas kebutuhan
trotoar perzona dengan rumus :

Dimana :
W = Lebar trotoar (m)
V = Volume pejalan kaki (orang/m/menit)
N = Lebar tambahan sesuai dengan keadaan setempat

Tabel 5.11
Dimensi Lebar Efektif Trotoar
N (meter ) Keadaan
1.5 Jln di daerah pasar
1 Jln di daerah perbelanjaan bukan pasar
0.5 Jln di daerah lain
Sumber : Dirjen Bina Marga 1990

Tabel 5.12
Analisa Dimensi Lebar Efektif Trotoar
Arah
Pergerakan Volume Lebar
Interval ( Arus
No Zona Waktu Pejalan Kaki Org/ Trotoar
Menit ) Org/m/mnt
Arah Arah 15mnt/10m (m2)
1 2
09.45 -
1 1 15 - 30 28 32 60 0.4 1
10.00
09.45 -
2 2 45 - 60 16 20 36 0.2 1
10.00
09.45 -
3 3 45 - 60 17 15 32 0.2 1
10.00
09.45 -
4 4 45 - 60 7 10 17 0.1 1
10.00
Sumber : Hasil Analisa (2017)

Berdasarkan hasil analisa kebutuhan dimensi trotoar dari tiap zona


diatas maka dalam pembangunan fasilitas pejalan kaki khususnya trotoar di
sepanjang Jalan Soekarno Hatta, Kota Malang, sebaiknya dilakukan
pemenuhan lebar dimensi trotoar 1 meter.
95

5.2.4 Analisa Tingkat Pelayanan Trotoar


Tingkat pelayanan trotoar sepanjang ruas Jalan Soekarno Hatta
perzonanya dapat diketahui dari volume maksimum pejalan kaki dari tiap
zona dibagi dengan lebar efektif trotoar. Untuk perhitungan satuan lebar
arus digunakan rumus :

Dimana :
V = Tingkat arus rata-rata (ped/mnt/m)
Vp = Volume puncak pejalan kaki (ped/15 mnt)
We = Lebar efektif trotoar (m)
Tabel 5.13
Analisa Tingkat Pelayanan Trotoar
Arah Pergerakan Tingkat
Volume Lebar
Pejalan Kaki Pelayanan
No Zona Waktu Org/ Trotoar
Trotoar
Arah 1 Arah 2 15mnt/10m (m2)
(ped/mnt/meter)
09.45 -
1 1 15 - 30 28 32 1 2
10.00
09.45 -
2 2 45 - 60 16 20 1 1
10.00
09.45 -
3 3 45 - 60 17 15 1 1
10.00
09.45 -
4 4 45 - 60 7 10 1 1
10.00
Sumber : Hasil Analisa (2017)

Dari hasil analisa tingkat pelayanan trotoar, nilai v (laju arus


rata-rata) yang di dapat dari tiap zona adalah <16 ped/mnt/m. Sehingga
tingkat pelayanan trotoar yang direncanakan dapat digolongkan dalam
Level of Service A (LOS A).
Ruang pejalan kaki (pedestrian space) >5,6m² /ped, tingkat arus
(Flow rate) ped/mnt/m. Dimana trotoar LOS A, pejalan kaki bergerak
dijalur yang diinginkan tanpa mengubah gerakan mereka dalam
merespon pejalan kaki lainnya. Kecepatan berjalan bebas dipilih pejalan
kaki dan konflik-konflik antara pejalan kaki tidak mungkin terjadi.
BAB VI
PENUTUP

Dalam bab ini menguraikan mengenai kesimpulan dan arahan


penataan dari kegiatan penelitian yang dilakukan peneliti. Kesimpulan
merupakan gagasan akhir dari peneliti terkait dengan terselesaikannya hasil
penelitian yang dilakukan, secara khusus yaitu penelitian terkait Arahan
Penataan Fasilitas Pedestrian di Jalan Soekarno Hatta, Kota Malang. Dalam
bab ini juga peneliti memberikan masukan berupa rekomendasi kepada
berbagai kalangan yang terkait dengan objek pada penelitian ini.

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan sirkulasi dan kondisi fasilitas eksisting yang diamati
mengenai kebutuhan fasilitas pedestrian di sepanjang Jalan Soekarno Hatta,
maka dapat disimpulkan dan diarahkan dengan penataan sebagai berikut :

1. Zona 1
a. Kesimpulan :
 Berdasarkan hasil perhitungan sirkulasi pejalan kaki pada zona
ini diketahui volume pejalan kaki di zona ini dengan volume
maksimum 60 orang dalam interval waktu 15 menit pada pukul
09.45 – 10.00, dengan kecepatan rata – rata 8,308 detik/10
meter serta kepadatan 0.01384658 orang/m².
 Berdasarkan hasil analisa kondisi eksisiting yang ditemukan
dilapangan zona ini memiliki penyediaan fasilitas pedestrian
berupa trotoar dengan lebar 2 – 2,5 meter, kondisi trotoar baik
dan menerus, halte, ada lampu jalan, pohon peneduh dan tempat
sampah yang tidak dapat menampung semua sampah.
 Berdasarkan hasil analisa kebutuhan fasilitas pedestrian
diketahui lebar efektif trotoar bagi pejalan kaki yang didapat
berdasarkan volume maksimal pejalan kaki pada zona ini
adalah 1 meter tanpa penambahan elemen pendukung jalur
pejalan kaki.
 Berdasarkan hasil analisa tingkat pelayanan trotoar di zona ini
diketahui nilai v = 1 ped/mnt/m atau berdasarkan tingkat
pelayanan trotoar >16 ped/mnt/m adalah tingkat pelayanan
trotoar (Level of Service) A.
97

b. Arahan :
 Penambahan pohon peneduh.
 Perbaikan trotoar menjadi menerus.
 Pemenuhan kebutuhan tempah sampah yang berskala besar
(TPS 50 ltr/100 meter).
 Penambahan fasilitas pedestrian berupa pelikan cross mengingat
zona ini merupakan zona dengan tingkat pejalan kaki terpadat
dan arus kendaraan yang padat.
 Penambahan fasilitas pedestrian berupa halte dengan radius 300
meter mengingat zona ini merupakan zona yang berpotensial.
Untuk lebih jelasnya lihat peta arahan penataan fasilitas pedestrian 6.1.

2. Zona 2:
a. Kesimpulan :
 Berdasarkan hasil perhitungan sirkulasi pejalan kaki pada zona
ini diketahui volume pejalan kaki di zona ini dengan volume
maksimum 36 orang dalam interval waktu 15 menit pada pukul
09.45 – 10.00, dengan kecepatan rata – rata 9.070 detik/10
meter serta kepadatan 0.015117158 orang/m² .
 Berdasarkan hasil analisayang ditemukan dilapangan zona ini
memiliki penyediaan fasilitas pedestrian berupa trotoar dengan
lebar 2 – 2,5 meter, kondisi trotoar baik dan tidak menerus, ada
fasilitas pedestrian non trotoar berupa parkiran, ada lampu jalan
yang terdapat pada pembatas jalan, ada pohon peneduh dan
tempat sampah yang tidak dapat menampung semua sampah.
 Berdasarkan hasil analisa kebutuhan fasilitas pedestrian
diketahui lebar efektif trotoar bagi pejalan kaki yang didapat
berdasarkan volume maksimal pejalan kaki pada zona ini
adalah 1 meter tanpa penambahan elemen pendukung jalur
pejalan kaki.
 Berdasarkan hasil analisa tingkat pelayanan trotoar di zona ini
diketahui nilai v = 1 ped/mnt/m atau berdasarkan tingkat
pelayanan trotoar >16 ped/mnt/m adalah tingkat pelayanan
trotoar (Level of Service) A.

b. Arahan :
 Perbaikan trotoar menjadi menerus.
 Penertiban parkir liar serta penataan kembali fasilitas non
trotoar di sepanjang zona ini.
98

 Pemenuhan kebutuhan tempah sampah yang berskala besar


(TPS 50 ltr/100 meter).
 Pemugaran kembali fasilitas zebra cross yang memudar.
 Penambahan fasilitas pedestrian berupa halte dengan radius 300
meter mengingat zona ini merupakan zona yang berpotensial.
Untuk lebih jelasnya lihat peta arahan penataan fasilitas pedestrian 6.2.

3. Zona 3
a. Kesimpulan :
 Berdasarkan hasil perhitungan sirkulasi pejalan kaki pada zona
ini diketahui volume pejalan kaki di zona ini dengan volume
maksimum 33 orang dalam interval waktu 15 menit pada pukul
09.15 – 09.30, dengan kecepatan rata- rata 10,518 detik/10
meter serta kepadatan 0.017528484 orang/m².
 Berdasarkan hasil analisayang ditemukan dilapangan zona ini
memiliki penyediaan fasilitas pedestrian berupa trotoar dengan
lebar kurang dari 2 meter dan tidak menerus, serta adanya
fasilitas pedestrian non trotoar berupa parkiran dan kegiatan
PKL, adanya lampu jalan yang terdapat pada pembatas jalan,
adanya pohon peneduh dan taman yang tumbuh pada badan
trotoar serta tempat sampah yang tidak dapat menampung
semua sampah.
 Berdasarkan hasil analisa kebutuhan fasilitas pedestrian
diketahui lebar efektif trotoar bagi pejalan kaki yang didapat
berdasarkan volume maksimal pejalan kaki pada zona ini
adalah 1 meter tanpa penambahan elemen pendukung jalur
pejalan kaki.
 Berdasarkan hasil analisa tingkat pelayanan trotoar di zona ini
diketahui nilai v = 1 ped/mnt/m atau berdasarkan tingkat
pelayanan trotoar >16 ped/mnt/m adalah tingkat pelayanan
trotoar (Level of Service) A.

b. Arahan :
 Perbaikan trotoar menjadi menerus.
 Penertiban parkir liar yang dapat memberikan keamanan dan
kenyamanan bagi pejalan kaki serta penertiban PKL dengan
jarak dagangan 1,5 – 2,5 meter di sepanjang zona ini.
 Pemenuhan kebutuhan tempah sampah yang berskala besar
(TPS 50 ltr/100 meter)..
99

 Penataan kembali pohon – pohon peneduh yang tumbuh pada


badan trotoar sesuai dengan ketentuan jarak efektif pohon
peneduh yakni 150 cm.
 Penambahan fasilitas pedestrian berupa halte dengan radius 300
meter mengingat zona ini merupakan zona yang berpotensial.
Untuk lebih jelasnya lihat peta arahan penataan fasilitas pedestrian 6.3.

4. Zona 4
a. Kesimpulan :
 Berdasarkan hasil perhitungan sirkulasi pejalan kaki pada zona
ini diketahui volume pejalan kaki di zona ini dengan volume
maksimum 17 orang dalam interval waktu 15 menit pada pukul
09.45 – 10.00, dengan kecepatan rata – rata 11,142 detik/10
meter serta kepadatan 0.037140204 orang/m².
 Berdasarkan hasil analisayang ditemukan dilapangan zona ini
memiliki penyediaan fasilitas pedestrian berupa trotoar dengan
lebar 2 – 2,5 meter, kondisi trotoar rusak dan tidak menerus,
serta fasilitas non trotoar berupa parkiran, ada lampu jalan yang
terdapat pada pembatas jalan, pohon peneduh dan tempat
sampah sampah yang tidak dapat menampung semua sampah.
 Berdasarkan hasil analisa kebutuhan fasilitas pedestrian
diketahui lebar efektif trotoar bagi pejalan kaki yang didapat
berdasarkan volume maksimal pejalan kaki pada zona ini
adalah 1 meter tanpa penambahan elemen pendukung jalur
pejalan kaki.
 Berdasarkan hasil analisa tingkat pelayanan trotoar di zona ini
diketahui nilai v = 1 ped/mnt/m atau berdasarkan tingkat
pelayanan trotoar >16 ped/mnt/m adalah tingkat pelayanan
trotoar (Level of Service) A.

b. Arahan :
 Perbaikan trotoar menjadi menerus.
 Penertiban parkir liar yang dapat memberikan keamanan dan
kenyamanan bagi pejalan kaki.
 Pemenuhan kebutuhan tempah sampah yang berskala besar (
TPS 50 ltr/100 meter)..
100

PETA 6.1
ARAHAN FASILITAS PEDESTRIAN ZONA 1
101

PETA 6.2
ARAHAN FASILITAS PEDESTRIAN ZONA 2
102

PETA 6.3
ARAHAN FASILITAS PEDESTRIAN ZONA 3
103

PETA 6.4
ARAHAN FASILITAS PEDESTRIAN ZONA 4
104

6.2 Rekomendasi
Hasil kesimpulan yang didapat peneliti, tidak hanya menjadi
masukan semata dalam kaitannya dengan metri pendidikan kepada penleliti,
dari hasil yang didapat peneliti memberikan beberapa masukan berupa
rekomendasi kepada berbagai kalangan baik pemerintah, masyarakat umum,
dan kalangan akademisi.

6.2.1 Pemerintah Kota Malang


Rekomendasi peneliti ditujukan kepada Pemerintah Kota Malang
khususnya pihak – pihak yang secara langsung bertanggung jawab dalam
bidang pembangunan daerah selaku perpanjangan tangan dari pemerintah
pusat yaitu pihak Dinas Pekerjaan Umum Kota Malang serta Dinas Cipta
Karya dan Tata Ruang Kota Malang, adapum rekomendasi yang terkait
dengan penelitian ini :

1. Perencanaan fasilitas pedestrian berupa trotoar di sepanjang jalur


pejalan kaki dari arah Jalan Soekarna Hatta – Jalan MT Haryono
ataupun arah Jalan Soekarno Hatta – Jalan Sudimoro yang saat ini
memiliki trotoar tidak menerus dengan konsisi buruk.
2. Salah satu penyebab hambatan pejalan kaki di sepanjang Jalan
Soekarno Hatta yakni parkiran atau non trotoar. Untuk itu
keberadaan fasilitas parkir perlu diarahkan sehingga dalam
penggunaannya tidak mengganggu aktivitas pejalan kaki di
sepanjang Jalan Soekarno.
3. Penataan kembali pohon pelindung yang tumbuh besar pada badan
trotoar dan yang menghalangi pandangan pejalan kaki, yakni lebih
khususnya pada zona 3.
4. Perencanaan fasilitas pedestrian berupa pelikan cross pada zona 1
mengingat pada zona ini terdapat kampus dan laju kendaraan yang
cukup cepat pada zona ini.
5. Pemenuhan kebutuhan tempah sampah yang berskala besar di
sepanjang Jalan Soekarno Hatta, Kota Malang.
6. Pemugaran kembali fasilitas pedestrian berupa zebra cross pada
zona 2.

6.2.2 Peneliti Berikutnya


Peneliti yang hendak melakukan kajian terhadap kebutuhan fasilitas
pedestrian, perlu memeperhatikan cara dalam menggali data maupun
informasi terkait kebutuhan fasilitas pedestrian dikarenakan pendekatan
penelitian yang membutuhkan data maupun informasi yang akurat sesuai
105

kondisi real di lapangan. Untuk peneliti kedepan hendaknya peneliti


harus merasakan kondisi real di lapangan, sehingga hasil kajiannya menjadi
lebih objektif sehingga diharapkan penelitian semacam ini akan terus
berkembang pada tempat – tempat lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

A. Buku
Fruin, John J. (1971). Pedestrian Planning and Design. New York :
Metropolitan and Association of Urban esigners and Environmental
Planners, Inc.
Hobbs, FD., 1995, “ Perencanaan dan Teknik Lalulintas”, edisi 2,
Gajah Mada University Press.
Mohle, Henry R. Murthy, A.S. Narasimha. 2001. Transportation
Engineering Basics 2nd Edition ASCE
Malkamah, S., 1995, “ Manajemen lalulintas Kota Secara Terpadu,
Untuk Pelestarian Lingkungan dan Keselamatan
lalulintas”. Yogyakarta, Biro Penerbit.
Sussman, JM., Uburdi, LC., Skiner, RE., 1994, Pedestrian, “ Highway
Capacity Manual”, 3ed., Washington DC., Transportation Research
Board, National Reseach Council.

B. Jurnal
Adisasmita, Adji, Sakti. (2011). Jurnal Analisis Jaringan Transportasi,
Fakultas teknik. Universitas Diponegoro, Semarang.
Danoe Iswanto, (2006). Jurnal Ilmiah Perancangan Kota dan Permukiman
Pengaruh Elemen – Elemen Pelengkap Jalur Pedestrian Terhadap
Kenyamanan Pejalan Kaki.
Enni Lindia Mayona S.T., M.T, Identifikasi Kebutuhan Fasilitas Pejalan
Kaki di Kota Pontianak ( 2013 ), Jurnal Online Institut Teknologi Nasional.
Linda Tonubala. Pemahaman Tentang Kawasan Rawan Bencana Dan
Tinjauan Terhadap Kebijakan Dan Peraturan Terkait. Mei 2011. Jurnal
Sabua Vol.3, No.1. ISSN 2085-7020
Muhajirin Syah Putra, Yusandy Aswad, Analisis Karakteristik Dan Aktivitas
Pedestrian (Studi Kasus), (2012), Departemen Teknik Sipil, Universitas
Sumatera Utara.
Nur Faiz Budiawan dan Sukarno, Tingkat Pelayanan Fasilitas Pedestrian di
Simpang Empat Kantor Pos Besar Yogyakarta. (2015), Teknik Sipil UII
Yogyakarta.
Puspaningtyas, Retno. (2011). Jurnal Efektifitas Jalur Trotoar Terhadap
Pola Pergerakan Pedestrian di usat Kota Makassar, Teknik Perencanaan
Transportasi. Universitas Hasanuddin, Makassar.
Sudarmaji, Suci Purwandari, Studi Kajian Efektivitas Penyediaan dan
Pemanfaatan Fasilitas Pejalan Kaki Citywalk, Jembatan Penyebarangan Dan
Zebra Cross) Di Kota Surakarta, (2014), Jurnal Sainstech Politeknik
Indonusa Surakarta.
Vandia Grace Mantik,James A. Timboeleng, Longdong Jefferson,
Perencanaan Kebutuhan Pedestrian Pada Ruas Jalan Suprapto Kota Manado,
(2012 ), Universitas Sam Ratulangi Fakultas Teknik Jurusan Sipil Manado

C. Peraturan
011/T/Bt/1995, Tata cara perencanaan fasilitas pejalan kaki di kawasan
perkotaan.
Direktorat Jendral Bina Marga Pembinaan Jalan Kota, (1990), Petunjuk
Perencanaan Trotoar.
Materi Teknis BAPEDA Banten, Pengendalian dan Pemanfaatan Ruang.
Pedoman penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana ruang pejalan
kaki di perkotaan.
Perencanaan Trotoar (1990)
Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Sarana dan Prasarana Ruang Pejalan
Kaki di Kawasan Perkotaan.
Tata Cara Perencanaan Jalur Pejalan Kaki di Perkotaan (1995).
Pedoman Standar Pelayanan Minimal Pedoman Penentuan Standar
Pelayanan Minimal Bidang Penataan Ruang, Perumahan Dan Permukiman
Dan Pekerjaan Umum (Keputusan Menteri Permukiman Dan Prasarana
Wilayah No. 534/Kpts/M/2001).
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 03/Prt/M/2014.
Penataan Ruang Nasional, Penyediaan Dan Pemanfaatan Prasarana Dan
Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan.
Pedoman Standar Pelayanan Perkotaan Nomor 57 Tahun 2010.

D. Artikel
Toni Widodo, Pengertian fasilitas belajar ( 2012). (http : // spotflas
.blogspot. co.id /2012/02/ pengertian-fasilitas-belajar.html)
Virginia Henderson, dan McClelland (2014). Blogspot.com
(http://saidibindarwan.blogspot.co.id/2014/08/teori-kebutuhan-menurut-
maslow-gardner.html
DOKUMENTASI
TABEL OBSERVASI SIRKULASI PEJALAN KAKI
CATATAN OBSERVASI KONDISI EKSISTING FASILITAS
PEDESTRIAN
LAMPIRAN PENGAJUAN SKIRIPSI
KARTU NONTON SEMINAR HASIL
KARTU NONTON SEMINAR KOMPREHENSIF
LEMBAR ASITENSSI SEMINAR HASIL
LEMBAR ASITENSI SEMINAR KOMPREHENSIF
DAFTAR HADIR PENGUJI SEMINAR HASIL
DAFTAR HADIR PESERTA NONTON SEMINAR HASIL
DAFTAR HADIR PENGUJI SEMINAR KOMPREHENSIF
BERITA ACARA SEMINAR HASIL
BERITA ACARA SEMINAR KOMPREHENSIF
LEMBAR PERBAIKAN SEMINAR HASIL
LEMBAR PERBAIKAN SEMINAR KOMPREHENSIF

Anda mungkin juga menyukai