Anda di halaman 1dari 3

KONEKTIVITAS DAN AKSESIBILITAS WILAYAH

A. Konektivitas
Penguatan konektivitas nasional merupakan salah satu strategi yang
ditempuh dalam rangka percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi
nasional. Oleh karena itu, terdapat tiga prinsip konsep konektivitas.
Pertama, memaksimalkan pertumbuhan melalui kesatuan kawasan, bukan
keseragaman (inclusive development) dengan menghubungkan pusat-pusat
pertumbuhan. Kedua, memperluas pertumbuhan melalui konektivitas wilayahwilayah melalui inter-moda supply chain system yang menghubungkan hinterland
dan yang tertinggal dengan pusat-pusat pertumbuhan. Ketiga, mencapai
pertumbuhan inklusif dengan menghubungkan daerah terpencil dengan
infrastruktur dan pelayanan dasar dalam mendapatkan manfaat pembangunan.
B.

Aksesibilitas
Aksesibilitas adalah konsep yang menghubungkan system pengaturan tata guna
lahan secara geografis dengan system jaringan transportasi yang
menghubungkannya. Salah satu dimensi aksesibilitas perkotaan yang penting
adalah hubungan yang terbentuk antara perumahan dan lokasi tempat kerja
melalui penyediaan jaringan jalan yang ada. Perkembangan jaringan jalan serta
peningkatan kondisi ekonomi masyarakat dan tingginya persaingan untuk
menguasai lahan di pusat kota mengakibatkan perpindahan penduduk ke kawasan
pinggiran kota. Hal ini juga terjadi di kota Semarang, perkembangan wilayah
perkotaannya cenderung mengarah ke wilayah pinggiran. Hal ini menunjukan
bahwa perkembangan wilayah perkotaan tidak bisa terlepas dar kemudahan untuk
mencapai suatu tempat (aksesibilitas). Aksesibilitas tersebut terdiri dari prasarana
(system jaringan jalan) yang ada beserta ketersediaan sarana untuk melakukan
pergerakannya (angkutan pribadi maupun angkutan umum). Oleh karena itu,
penulisan ini bertujuan untuk melakukan kajian terhadap salah satu dimensi
aksesiblitas perkotaan yang penting, yaitu berupa pemetaan permintaan
pergerkaan penduduk ke tempat kerja serta pengaruhnya terhadap perkembangan
wilayah secara sprawl di Kota Semarang.
Salah satu variabel yang dapat dinyatakan apakah tingkat aksesibilitas itu
tinggi atau rendah dapat dilihat dari banyaknya sistem jaringan yang tersedia pada
daerah tersebut. Semakin banyak sistem jaringan yang tersedia pada daerah
tersebut maka semakin mudah aksesbilitas yang didapat begitu pula sebaliknya
semakin rendah tingkat aksesbilitas yang didapat maka semakin sulit daerah itu
dijangkau
dari
daerah
lainnya
(Bintarto,
1982:91).
Selain itu yang menentukan tinggi rendahnya tingkat akses adalah pola
pengaturan tata guna lahan. Keberagaman pola pengaturan fasilitas umum antara
satu wilayah dengan wilayah lainnya. Seperti keberagaman pola pengaturan
fasilitas umum terjadi akibat berpencarnya lokasi fasilitas umum secara geografis
dan berbeda jenis dan intensitas kegiatannya. Kondisi ini membuat penyebaran
lahan dalam suatu wilayah menjadi tidak merata (heterogen) dan faktor jarak
bukan satu-satunya elemen yang menentukan tinggi rendahnya tingkat
aksesibilitas (Miro, 2004:19).

Adanya aksesbilitas ini diharapkan dapat mengatasi beberapa hambatan


mobilitas, baik berhubungan dengan mobilitas fisik, misalnya mengakses jalan
raya, pertokoan, gedung perkantoran, sekolah, pusat kebudayaan, lokasi industri
dan rekreasi baik aktivitas non fisik seperti kesempatan untuk bekerja,
memperoleh pendidikan, mengakses informasi, mendapat perlindungan dan
jaminan hukum (Kartono, 2001:2).
Ada berbagai unsur yang mempengaruhi tingkat aksesbilitas, misalnya kondisi
jalan, jenis alat angkutan yang tersedia, frekuensi keberangkatan dan jarak
(Robinson Tarigan, 2003:140). Faktor lain yang juga mempengaruhi fungsi
rendahnya aksesibilitas adalah topografi, sebab dapat menjadi penghalang bagi
kelancaran untuk mengadakan interaksi di suatu daerah. Keadaan hidrologi seperti
sungai, danau, rawa, dan laut juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan
dan pembangunan pertanian, perikanan, perhubungan, perindustrian,
kepariwisataan. Jadi tinggi rendahnya wilayah sangat tergantung pada morfologi,
topografi, dan laut juga sistem jaringan serta tersedia, sarana dan prasarana
pendukung untuk memperlancar berbagai hubungan antara daerah sekitarnya
(Sumaatmadja, 1988:44-45).
Jaringan jalan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
kelancaran pelayanan umum yang sangat penting, tersedianya prasarana jalan baik
kualitas maupun kuantitas sangat menentukan mudah dan tidaknya suatu daerah di
jangkau (tingkat aksesibilitas). Apabila aksesbilitas di suatu daerah tinggi maka
perkembangan wilayah akan mengalami kelancaran. Sehingga semakin baiknya
sistem jaringan jalan dalam suatu wilayah, semakin lancar pula distribusi baik
barang, jasa maupun informaasi lainnya yang dapat memacu perkembangan
wilayah tersebut.
Sarana dan prasarana yang disuatu wilayah berupa jalan, jembatan, jaringan
telekomunikasi, kendaraan (darat, udara, dan laut), terminal, pelabuhan, dan lainlain memberikan landasan terhadap kelancaran perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan wilayah. Sarana dan prasarana transpotasi akan menunjang dan
mendukung pembangunan secara fisik (Sumaatmadja, 1988:44). Dalam hal ini,
untuk memudahkan pelayanan dan menghindarkan kemacetan perlu
mengembangkan jaringan jalan dan jasa pelayanan dalam dengan melibatkan
peran pemerintah setempat dan masyarakat serta dunia usaha. Faktor aksesbilitas
memegang penting dalam upaya perkembangan wilayah sebab tanpa di dukung
oleh sistem transportasi, sarana dan prasarana transportasi yang memadai, maka
perkembangan suatu daerah akan sulit berkembang.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi besar atau kecilnya suatu indeks
aksesibilitas adalah sebagai berikut:
1. Konektivitas antara daerah yang satu dengan daerah lain adalah adanya
berbagai jaringan antara daerah yang memungkinkan bagi pemindahan barang dan
jasa atau orang dari satu tempat ke tempat lainnya.
2. Topografi
Kondisi alam yang memiliki karakteristik wilayah yang berbeda dengan daerah
lainnya.
3. Tersedianya jaringan jalan antar daerah baik kondisi maupun jenis jalan yang
mendukung dalam mengakses wilayah (Marbun, 1985:86).
4. Kuantitas dan kualitas jalan untuk mencapai ke kawasan (Mokogunto,
1997:54).

5. Keefektifan sistem jaringan yang dapat di akses oleh penduduk setempat


(Mokogunto, 1997:54).

Anda mungkin juga menyukai