Anda di halaman 1dari 49

MANAJEMEN DAN REKAYASA

LALU LINTAS
Materi: 03
Prioritas Angkutan Massal-1
Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas - MRLL

REN TUR REK PEMB WAS

UNSUR
UNSUR P.U
PERHUBUNGAN
UNSUR POLRI

PENETAPAN KEBIJAKAN MAN & REK OPS


PENINGKATAN DAN
DAN PENGADAAN &
PERBAIKAN PHISIK
PENEMPATAN DAN PENEGAKAN
JALAN PERLENGKAPAN JALAN HUKUM

1) penetapan prioritas angkutan massal melalui


penyediaan lajur atau jalur atau jalan khusus;
2) pemberian prioritas keselamatan dan
kenyamanan Pejalan Kaki; mengoptimalkan TINGKAT
3) pemberian kemudahan bagi penyandang cacat; penggunaan PELAYANAN
4) pemisahan atau pemilahan pergerakan arus
jaringan Jalan dan YG DITUJU
Lalu Lintas berdasarkan peruntukan lahan,
mobilitas, dan aksesibilitas; gerakan Lalu Lintas
5) pemaduan berbagai moda angkutan;
6) pengendalian Lalu Lintas pada persimpangan;
7) pengendalian Lalu Lintas pada ruas Jalan;
dan/atau
8) perlindungan terhadap lingkungan.

2
Metoda/ Cara Melakukan MRLL
1 penetapan prioritas angkutan massal;
2 pemberian prioritas keselamatan dan kenyamanan pejalan kaki;

3 pemberian kemudahan bagi penyandang cacat;

4 pemisahan atau pemilahan pergerakan arus lalu lintas;

5 pemaduan berbagai moda angkutan;

6 pengendalian lalu lintas pada persimpangan;

7 pengendalian lalu lintas pada ruas jalan; dan/ atau

8 perlindungan terhadap lingkungan.


1. Penetapan Prioritas Angkutan Massal
• penyediaan jalur khusus bus;
1

• penyediaan lajur khusus bus;


2

• penyediaan jalur khusus bus pada jalan tol;


3

• penyediaan jalan khusus bus;


4

• penyediaan fasilitas bus priority pada persimpangan yang dilengkapi APILL;


5

• penyediaan sistem informasi angkutan umum.


6
Busway - Jakarta
Jalan Khusus Bus: Tendean-Ciledug
Lajur Khusus Bus di Jalan Tol
Manajemen Prioritas
1. Prioritas kepada angku­tan yang efisien dalam penggunaan
ruang ataupun efisien bahan bakar:
a. Bus, “3 in 1”, “4 in 1”;
b. Kendaraan ber-BBGas, kendaraan ber-BBListrik, dsb
nya.

2. Prioritas penggunaan lalu lintas untuk para:


a. Penyandang disabilitas/ berkebutuhan khusus;
b. Pejalan kaki;
c. Pengguna sepeda/ pesepeda.
Efisiensi pemakaian ruang lalu lintas
“ 3 in 1”
Permasalahan “3 in 1”
Penghapusan “ 3 in 1”
Asian Games 2018
“GaGe”
“4 in 1”, Bandung
Kendaraan Ber BB Gas
Kendaraan Ber BB Listrik
Kendaraan Ber BB Listrik
Kendaraan Ber BB Listrik
Jalur khusus bus
• Lintasan ini dikhususkan untuk
• Jalur khusus bus adalah bus agar dalam upaya
meningkatkan kelancaran lalu
jalur yang khusus
lintas atau memaksimalkan
digunakan oleh bus, yang
pergerakan penumpang
terdiri dari satu lajur atau umum.
lebih.
• Sehingga perbaikan layanan
angkutan umum dapat
menarik pengguna kendaraan
pribadi untuk beralih pada
angkutan umum bus.
Jenis jalur khusus bus
1. Jalur khusus bus yang dibatasi dengan marka jalan utuh:
• Jalur khusus bus yang hanya dipisah dengan marka jalan berupa garis utuh.
• Untuk meningkatkan perhatian pengemudi lain, jalur khusus bus dilapisi dengan bahan
cat berwarna merah, serta dilengkapi dengan marka tulisan "bus", "lajur bus" ataupun
''jalur bus".

2. Jalur khusus bus dengan pemisah fisik:


• Pemisah jalur fisik yang terbuat dari beton, dengan demikian diharapkan pelanggaran
yang dilakukan kendaraan pribadi dapat dikurangi.

• Ada variasi lain yang digunakan yaitu jalur khusus bus terpandu (O-Bahn) yang
merupakan jalur khusus bus yang didesain sedemikian rupa, Dalam hal ini bus bisa
dipandu oleh jalan beton yang diletakkan di pinggir lintasan ataupun di tengah. Agar
bus bisa melalui lintasan tersebut bus dilengkapi dengan roda­roda pengarah.
Jalur khusus bus yang dibatasi dengan
marka jalan
Jalur khusus bus dengan pemisah fisik
Implementasinya
Penempatan jalur khusus
1. Sisi kiri jalan, searah lalu lintas,
• merupakan pendekatan yang paling mudah untuk
diterapkan namun mengalami permasalahan pada akses
menuju bangunan yang berada pada lintasan bus
tersebut.
• Keadaan ini mengakibatkan lajur khusus bus ini kurang
efektif untuk diterapkan pada lintasan yang mempunyai
akses yang tinggi;
1. Sisi kiri jalan, searah lalu lintas

Sebelum

Sesudah
Penempatan jalur khusus, 2..
2. Sisi kanan jalan berlawanan arah lalu lintas yang biasa
disebut juga sebagai "contra flow bus lane“.
• Jalur khusus bus yang efektif untuk digunakan dalam
mengatasi pelanggaran penggunaan oleh kendaraan
pribadi.
• Permasalahan yang perlu dicermati adalah penanganan
lalu lintas dipersimpangan, termasuk juga pengaturan
lampu lalu lintas yang perlu didesain penetapan
waktunya secara khusus.
2.a. Jalur Bus, Berlawanan Arah Lalu Lintas -
Contra Flow

Sebelum atau

Sesudah
Penempatan jalur khusus, 3..
3. Di tengah sisi median yang dapat dilakukan searah maupun
berlawanan arah.
• Permasalahan yang timbul adalah bagaimana
mengantisipasi penumpang menujuke tempat
perhentian bus, langkah yang dilakukan adalah dengan
menempatkan lampu lalu lintas untuk pejalan kaki
(pelican crossing) ataupun dengan membangun
jembatan ataupun terowongan menuju ke tempat
perhentian bus.
3.a. Lajur tengah/ median, searah lalu lintas

Sebelum

Sesudah
3.b. Lajur tengah/ median, berlawanan arah –
contra flow

Sebelum

Sesudah
Penempatan jalur khusus, 4..
4. Dua lajur, 2 arah, pada sisi kiri jalan, sisi kanan jalan
ataupun pada tengah/median jalan.
• Dari sisi pembuatan memang lebih memudahkan
dalam pembuatan walaupun ditemukan permasalahan
bagi penumpang untuk menuju ketempat perhentian
bus yang biasanya ditempatkan ditengah/ central
island.
4.a. Jalur Bus, 2 lajur/ 2 arah,
di sisi kiri / kanan jalan

Sebelum

Sesudah
atau
4.a. Jalur Bus, 2 lajur/ 2 arah,
di sisi tengah

Sebelum

Sesudah
Desain Lajur khusus bus

1. Lebar Lajur;
2. Perambuan;
3. Waktu pengoperasian;
4. Tempat pemberhentian;
5. Pengawasan.
1. Lebar Lajur khusus bus
• Terkait aspek keselamatan dan kenyamanan,
penyediaan lebar lajur khusus bus juga harus
memadai.
• Sekurang­kurangnya sama dengan lebar lajur lalu
lintas standar yaitu 3,5 m atau dalam kisaran antara 3
sampai 4 m.
• Semakin sempit lajur yang digunakan akan
menurunkan kecepatan bus, kecuali bila dilengkapi
dengan roda pengarah (Guided Bus Way).
2. Perambuan
1. Rambu larangan penggunaan lajur bagi kendaraan pribadi atau
ditetapkan lain dengan papan tambahan;
2. Rambu petunjuk adanya jalur khusus bus;
3. Marka pembatas lajur dalam bentuk garis utuh;
4. Marka warna dasar jalur khusus bus yang mempermu­dah
masyarakat awam untuk membedakan antarajalur umum
kendaraan dengan jalur khusus bus; dan
5. Marka tulisan yang bertuliskan "JALUR KHUSUS BUS".
3. Waktu pengoperasian
1. Paruh waktu, dimana jalur khusus bus hanya diberlakukan
pada saat jam sibuk saja, baik jam sibuk pagi dan/ atau jam
sibuk sore;

2. Purna waktu, diterapkan apabila kebutuhan pengaturan


sudah diperlukan sepanjang hari.
4. Tempat perhentian bus/ halte

• Harus direncanakan dengan


• Pertimbangan:
baik, terintegrasi dengan
guna lahan di sekitarnya, – Lokasi;
gampang dicapai oleh – Jarak;
penumpang termasuk oleh
penyandang disabilitas. – Layout;
• Sedapat mungkin dibuat – Informasi.
tanpa harus naik undakan/
anak tangga.
Pertimbangan pengadaan halte
1. Lokasi: Di tempatkan secara 3. Layout: yang baik dengan
tepat dan dekat dengan fasilitas yang memadai,
pemuki­man atau tempat tempat duduk, tempat
tujuan perjalanan. Seperti berlindung terhadap cuaca
perkan­toran, pusat yang mendukung, lampu
perbelanjaan, sekolah dan penerangan di malam hari,
rumah sakit. 4. Informasi: papan informasi
2. Jarak: Jarak antar tempat mengenai trayek ­trayek yang
perhentian dipusat kota akan dilalui, jadwal bus serta
sekitar 500 sampai 600 m dan waktu pelayanan bus.
dipinggir kota lebih jauh lagi
yaitu antara 1000 m sampai
1500 m;
5. Pengawasan
• Banyak sekali pelanggaran • Pengawasan dilakukan
terjadi karena lemahnya dengan cara penilangan
pengawasan. biasa ataupun dengan
menggunakan penegakan
• Sistem ini hanya bisa hukum elektronik.
berjalan dengan baik bila
dilakukan penegakan
hukum terhadap pelanggar
jalur khusus bus oleh
kendaraan pribadi.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai