Anda di halaman 1dari 28

Persimpangan

REKAYASA LALU LINTAS


1. Pengertian persimpangan

 Simpang adalah suatu area yang kritis pada suatu jalan


raya yang merupakan tempat titik konflik dan tempat
kemacetan karena bertemunya dua ruas jalan atau lebih.
 Tempat terjadinya konflik dan kemacetan maka hampir
semua simpang terutama di perkotaan membutuhkan
pengaturan.
1.2 Tujuan pengaturan simpang

 Untuk mengurangi kecelakaan


Ruang tengah simpang menjadi bottle neck dimana ada
beberapa arus lalulintas bertemu. Akan terjadi banyak
konflik
 Untuk Meningkatkan Kapasitas
Karena terjadi konflik maka kapasitas simpang menjadi
berkurang dan jauh lebih kecil dibandingkan dengan
kapasitas pada pendekat. Dengan adanya pengaturan
maka konflik bisa dikurangi dan akibatnya kapasitas menjadi
meningkat
 Meminimumkan Tundaan (delay)
Jika tanpa pengaturan sama sekali maka arus yang datang
dari arah minor akan sulit sekali menyela terutama jika arus
dari arah utama cukup tinggi. Dengan demikian maka arus
dari arah minor akan mengalami tundaan yang cukup besar
1.3 Konflik Pada Persimpangan
Kondisi persimpangan bervariasi
Terdapat beberapa tipe pergerakan arus lalu lintas yang dapat
menimbulkan titik-titik konflik dipersimpangan tersebut sebagai berikut;
 Konflik bersilangan (crossing)
Yaitu perpotongan dua lintasan lurus yang saling tegak lurus.
 Konflik memisah (diverging)
Yaitu titik pada lintasan dimana mulai memisahkan menjadi dua
lintasan
 Konflik bergabung (merging)
Yaitu titik pertemuan dua lintasan dari dua arah yang berlainan
menjadisatu lintasan yang sama
 Konflik menjalin (weaving)
Yaitu titik perpotongan antara lintasan lurus dengan lintasan
membelok dan yang saling membelok.
Jenis-jenis kecelakaan yang mungkin terjadi pada simpang
adalah;
a. Tabrakan bersudut 900 ( Right Angle Collision)

b. Tabrakan dari arah samping (Side Sweeping Collision)

c. Tabrakan dari arah depan (Head on Collision)

collisions
2. JENIS PENGATURAN SIMPANG
1. Pengaturan dengan Pemberian Kesempatan Jalan (Basic Right
of Way Rule)
Pengaturan jenis ini lebih merupakan suatu bentuk pengaturan
yang sulit diimplementasikan di lapangan ke dalam bentuk fasilitas
pengatur yang riil baik dalam bentuk rambu ataupun marka.
Pengaturan ini menitikberatkan pada pemberian hak jalan pada
kendaraan lain ketika memasuki simpang dengan pembagian:
 Memberi hak jalan pada kendaraan lain yang lebih dulu
memasuki suatu simpang
 Memberi hak jalan pada kendaraan lain yang berada pada
posisi Kendaraan yang hendak belok ke arah kanan pada suatu
simpang diwajibkan memberi hak jalan kepada kendaraan dari
arah lainnya.
 Memberi hak jalan pada penyeberang jalan yang telah
menyentuh garis marka penyeberangan (zebra cross)
JENIS PENGATURAN
2. JENIS SIMPANG
PENGATURAN SIMPANG

2. Dengan Rambu Yield


 Rambu Yield biasanya dipasang pada jalan arah minor pada
simpang. Pengemudi yang melihat rambu ini diwajibkan
untuk memperlambat laju kendaraannya dan baru boleh
meneruskan perjalanannya bilamana kondisi lalu-lintas cukup
aman.
JENIS PENGATURAN
2. JENIS SIMPANG
PENGATURAN SIMPANG

3. Dengan Rambu Stop


Berbeda dengan rambu Yield, pengemudi yang melihat rambu
pada rambu Stop ini diwajibkan untuk menghentikan kendaraannya
pada garis stop, sekalipun tidak ada kendaraan yang datang dari
arah lain, dan baru boleh meneruskan perjalanannya bilamana
kondisi lalu-lintas cukup aman. Rambu Stop biasanya dipasang
pada jalan arah minor pada simpang dengan pertimbangan:
 Jarak pandangan tidak memenuhi syarat karena kondisi
geometrik maupun oleh sebab lainnya
 Angka kecelakaan cukup tinggi
 Adanya simpangan dengan kendaraan lain yang mendapat
prioritas seperti kereta api misalnya.
JENIS PENGATURAN
2. JENIS SIMPANG
PENGATURAN SIMPANG

4. Kanalisasi Simpang
 Kanalisasi simpang dimaksud untukmengarahkan
kendaraan ataupun memisahkannya dari arah
pendekat yang mau belok ke kiri, lurus, ataupun
belok ke kanan. Kanalisasi dapat berupa pulau
dengan kerb yang lebih tinggi dari jalan ataupun
hanya berupa garis marka jalan.
JENIS PENGATURAN
2. JENIS SIMPANG
PENGATURAN SIMPANG
5. Dengan Bundaran (Roundabout)
 Bundaran atau roundabout merupakan pulau di tengah-tengah
simpang yang lebih tinggi dari permukaan jalan rata-rata, dan
bukan berupa garis marka, sehingga secara nyata tidak ada
kendaraan yang akan melewatinya.
 Pengemudi yang memasuki simpang begitu melihat adanya
bundaran di tengah sudah akan terkondisi untuk memperlambat
laju kendaraannya. Selain itu bundaraan dapat berfungsi
mengarahkan dan melindungi kendaraan belok kanan.
JENIS PENGATURAN
2. JENIS SIMPANG
PENGATURAN SIMPANG

6. Dengan Lampu Lalu-Lintas (Traffic Signal)


 Lampu lalu-lintas yang dipasang pada suatu simpang
dengan tiga jenis warna yakni: merah, hijau, dan kuning
yang menyala secara bergantian merupakan upaya
pengaturan simpang untuk mencegah konflik antar
kendaraan berdasarkan interval waktu (time interval).
 Kendaraan yang datang dari berbagai arah menuju titik
yang sama dalam waktu yang bersamaan pula dipisah
berdasarkan interval waktu karena adanya lampu merah,
hijau, dan kuning yang menyala secara periodik pada
tiap-tiap kaki simpang.
JENIS PENGATURAN
2. JENIS SIMPANG
PENGATURAN SIMPANG

7. Dengan Simpang Tidak Sebidang (interchange)


 Simpang tidak sebidang merupakan bentuk pengendalian
simpang untuk mencegah konflik berdasarkan interval ruang
(space interval).
 Masing-masing kendaraan dengan arah yang berlainan secara
nyata dipisah ruangnya sehingga tidak dimungkinkan terjadi
konflik kecuali konflik yang terjadi dalam arah yang sama misalnya
: tabrak dari belakang atau juga bersinggungan antar kendaraan.
 Pengambilan keputusan pemakaian bentuk simpang yang tidak
sebidang ini merupakan pilihan terakhir bilamana dengan sinyal
lalu lintas sudah tidak memungkinkan lagi karena terjadinya
tundaan yang berlebihan akibat kemacetan sementara siklus
lampu lalu-lintas sudah sangat jenuh.
 Disamping itu juga tersedia dana bagi pembuatan simpang yang
tidak sebidang.
Highway Interchange
3. LAMPU LALU LINTAS ( TRAFFIC SIGNAL)
Kriteria bagi persimpangan yang sudah harus menggunakan Alat
Pengendali Isyarat Lalu Lintas (APILL) berdasarkan pedoman teknis
pengaturan lalu lintas persimpangan dengan alat pemberi isyarat
lalu lintas oleh direktur jendral perhubungan darat adalah sebagi
berikut;
a. Arus minimal lalu lintas yang menggunakan rata-rata diatas 750
kendaraan/jam selama 8 jam dalam sehari;
b. Atau bila waktu menunggu/tundaan rata-rata kendaraan di
persimpangan telah melampaui 30 detik;
c. Atau persimpangan digunakan oleh rata-rata lebih dari 175
pejalan kaki/jam selama 8 jam dalam sehari;
d. Atau sering terjadi kecelakaan pada persimpangan yang
bersangkutan;
e. Atau merupakan kombinasi dari sebab- sebab yang disebutkan
di atas.
3. LAMPU LALU LINTAS ( TRAFFIC SIGNAL)

Apabila persyaratan tersebut tidak terpenuhi maka


pemasangan lampu lalu-lintas menjadi tidak layak dan jika
dipaksakan maka:
 Terjadi pemborosan karena biaya pengadaannya cukup
mahal
 Timbul tundaan yang tidak perlu pada jalan utama
 Menimbulkan ketidakpatuhan dari pengemudi karena
memang dirasakan tidak perlu atau tidak ada gunanya
 Mengurangi kapasitas simpang
3.1 Sistem Pengatur Lampu Lalu-lintas

1. Pretime Controller
 Sistem ini disebut juga sebagai sistem dengan pengaturan
waktu tetap (fixed time controller) karena pada sistem ini,
lama waktu siklus, phase, waktu hijau, merah, dan lainnya
disetel secara tetap sepanjang hari.

 Cara seperti ini sangat baik dipasang pada simpang


dengan pola lalu lintas yang stabil, ataupun jika terjadi
variasi arus lalu lintas maka variasi itu masih dalam koridor
yang bisa diakomodasi oleh sistem, ini tanpa terjadi
tundaan atau kemacetan yang berarti.
3.1 Sistem Pengatur Lampu Lalu-lintas

2. Semiactuated Controller
 Pada sistem ini didisain agar lampu hijau pada jalan utama
selalu menyala sepanjang hari. Lampu hijau akan berubah
menjadi merah manakala detektor pada jalan minor
menangkap sinyal akan adanya kendaraan yang hendak
memasuki simpang. Pengoperasian ini adalah bahwa: panjang
waktu siklus dan hijau bervariasi dari siklus satu ke siklus
berikutnya sesuai dengan arus demand.
3.1 Sistem Pengatur Lampu Lalu-lintas

3. Fully Actuated Controller


 Pada sistem ini seluruh kaki simpang dipasang detektor. Sistem ini
dipakai jika arus kendaraan sangat bervariasi sepanjang hari dan
disukai karena bersifat responsif terhadap kebutuhan atau kondisi
lalu-lintas. Panjang waktu siklus dan hijau bervariasi sesuai dengan
arus demand.
 Detektor diletakkan di bawah permukaan jalan atau pada tiang
lampu sinyal. Jenis-jenis yang biasa dipergunakan adalah:
inductive loop detector (kumparan induktif), magnetometer, dan
microwave detector (detektor gelombang mikro).
 Prinsip kerja dari sistem ini adalah: suatu kumparan dari kawat
metal ditanam pada perkerasan kemudian ditutup dengan
pengisi epoxy. Setiap ada kendaraan yang lewat diatas detektor,
berat metal akan merubah induksi kumparan dan secara otomatis
akan menghitung jumlah kendaraan.
3.1 Sistem Pengatur Lampu Lalu-lintas
Keuntungan pemakaian sistem pretime controller:
1. Karena semua diseting secara tetap yakni: lama waktu siklus,
waktu hijau, dan lain-lainnya maka akan lebih tepat koordinasinya
terutama pada simpang simpang yang berurutan atau berderet
karena rata-rata tundaan akibat berhenti (stopped delay) lebih kecil
daripada sistem actuated.
2. Kerja alat tidak terpengaruh oleh pergerakan kendaraan dari arah
pendekat sehingga tidak ada pihak yang dirugikan akibat pengaruh
mobil mogok misalnya atau oleh adanya perbaikan jalan.
3. Lebih tepat jika dioperasikan pada suatu daerah simpang dengan
jumlah pedestrian besar.
4. Harga peralatannya jauh lebih murah dibandingkan dengan
sistem actuated dan lebih mudah perawatannya.
3.1 Sistem Pengatur Lampu Lalu-lintas

Keuntungan pemakain sistem actuated controller:


1.Lebih efisien dipakai pada simpang-simpang dimana fluktuasi arus
lalu lintasnya tidak bisa diatasi dan diprogram dengan sistem pretime
controller.
2.Lebih efisien diterapkan pada simpang-simpang yang kompleks.
3.Lebih efisien baik bagi jalan utama maupun jalan minor karena
pemutusan waktu hijau hanya terjadi jika dibutuhkan oleh arus minor
ataupun oleh pejalan kaki.
4.Lebih efisien pada simpang-simpang yang lokasinya tidak
menguntungkan
5.Lebih menguntungkan pada operasi yang menerus tanpa
membutuhkan tundaan pada jalan utama
6.Diterapkan terutama pada alokasi dimana lampu kontrol lalu lintas
hanya diperlukan dalam waktu yang singkat dalam sehari.
7.Sistem actuated secara umum dapat meminimalkan tundaan
terutama jika arus demand sangat bervariasi.
1.)
)

4. Istilah pada Lampu Sinyal

1. Jalan Utama (Main Road atau Major Street)


Adalah arah bagian dari pendekat dari simpang yang memiliki arus lalu
lintas yang lebih besar dari arah lainnya yang biasanya diwujudkan
dalam bentuk geometrik dengan lebar lengan yang lebih lebar dari
lengan yang lain.\
2. Jalan Minor (Minor Street)
Adalah arah bagian dari pendekat dari simpang yang memiliki arus lalu
lintas yang lebih kecil dari arah lainnya yang biasanya diwujudkan
dalam bentuk geometrik dengan lebar lengan yang lebih sempit dari
lengan yang lain.
4. Istilah pada Lampu Sinyal
5. Waktu Siklus (Cycle Time)
Adalah jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu
putaran dari sinyal pada suatu simpang dan diberi simbol C.

4. Phase
Bagian dari waktu siklus yang dialokasikan bagi sembarang lalu
lintas untuk mengadakan pergerakan.

5. Waktu antara (Clearance Interval = Change Interval)


Adalah total waktu periode kuning dan semua merah (all red)
yang terjadi pada akhir periode hijau yang dimaksudkan untuk
membersihkan atau mengosongkan simpang sebelum pergerakan
berikutnya dimulai atau merupakan periode kuning dan merah
semua antar dua phase sinyal yang berurutan dan diberi simbol Yi.
4. Istilah pada Lampu Sinyal
6. Waktu Hijau (Display Green)
Waktu nyala hijau dari suatu pendekat dan diberi simbol Gi

7. Waktu Hijau Efektif (Effective Green)


Waktu dalam satu phase yang efektif diijinkan mengalirkan
pergerakan dan diberi simbol gi.
Secara umum waktu hijau efektif adalah waktu hijau ditambah
dengan waktu antara dikurang dengan waktu hilang atau:
gi = Gi + Yi – L (7.1)
8. Waktu Hilang (Lost Time)
Adalah waktu dimana simpang tidak efektif digunakan untuk
pergerakan yang dalam hal ini terjadi selama waktu antara dan
awal dari masing-masing phase dimana kendaraan dalam antrian
mengalami kelambatan dan diberi simbol: l.
4. Istilah pada Lampu Sinyal

9. Rasio Hijau Efektif (Green Time Ratio)


Perbandingan antara waktu hijau efektif dengan
panjang siklus diberi simbol: u.
ui = gi / C (7.2)
10. Waktu Merah Efektif
Adalah waktu efektif dimana tidak diijinkan adanya
pergerakan, yakni merupakan panjang siklus
dikurangi dengan waktu hijau efektif untuk phase
tertentu, dan diberi simbol ri.
ri = C – gi (7.3)
Trimaksih…..
Tugas Kelompok
 Buat 2 kelompok
 Hitung Geometrik Persimpangan;
 Jl Riau & Jl Siak II (bundaran celengan)
 Jl. Riau & Jl. Sukarno Hatta

 Buat Laporan kondisi dan layout persimpangan yang


berisikan;
1. Lebar jalinan
2. Lebar pendekat
3. Lebar pulau
4. Diameter bundaran
5. Jenis perkerasan
6. Dokumentasi persimpangan

Anda mungkin juga menyukai