Diajukan oleh:
NAMA : BAYU SATRIA MULIA
NOTAR : 17.03.020
BEKASI
JULI 2020
i
UPAYA MENINGKATKAN NILAI TRACK QUALITY INDEKS
(TQI) LINTAS NGANJUK-MADIUN
Diajukan oleh:
NAMA : BAYU SATRIA MULIA
NOTAR : 17.03.020
BEKASI
JULI 2020
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Kertas Kerja Wajib (KKW) ini adalah hasil karya saya
sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun
dirujuk
Notar : 17.03.020
Tanda Tangan :
Tanggal :
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Notar : 17.03.020
DEWAN PENGUJI
Novita sari.,M.Eng
Pembimbing : NIP: 198211202009122001
Hindro Surahmat.,ATD.,M.Si
Penguji: NIP.196401271987031013
iv
Eddi,A.Md LLAJ,S.Sos,MM
Penguji: NIP.196104091987031012
Ir Bambang Drajat., MM
Penguji : NIP.195812281989031002
Ditetapkan di : Bekasi
iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Notar : 17.03.020
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Politeknik Transportasi Darat Indonesia – STTD berhak
menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan
data (database), merawat, dan mempublikasikan Tugas Akhir saya selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik
Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Bekasi
Yang menyatakan
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat- Nya, saya dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini. Penulisan Kertas
Kerja Wajib (KKW) ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mencapai gelar Ahli Muda pada program studi Diploma III Manajemen Transportasi
Perkeretaapian Politeknik Transportasi Darat Indonesia – STTD. Saya menyadari
bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dari masa perkuliahan
sampai pada penyusunan Kertas Kerja Wajib ini, sangatlah sulit bagi saya untuk
menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya ingin menyampaikan ucapan terima
kasih yang sebesar – besarnya kepada:
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Kertas Kerja Wajib ini masih jauh dari sempurna, oleh
karna itu diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk dapat menjadi
perbaikan. Semoga laporan Tugas Akhir ini bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkannya.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
vii
IV.2 Bagan Alir Penelitian ........................................................................49
IV.3 Metodologi Penelitian dan Analisis .....................................................50
BAB V ……………………………………………………………………………………………… 53
Analisis dan pembahasan ................................................................................53
V.1 Hasil Penelitian...................................................................................53
V.1.1 Nilai Track Quality Indeks ……………………………………………………………… 53
V.1.2 Jalur Kereta Api……………………………………………………………………………. 59
V.2 Pembahasan………………………………………………………………………………….. 69
V.2.1 Analisis Track Quality Indeks ……………………………………………………………. 69
V.2.2 Penanganan Permasalahan ................................................................69
V.2.3 Rencana Perawatan Rel …………………………………………………………………. 82
V.3 Analisis Perbandingan MTT dan HTT…………………………………………………………… 83
V.3.1 Kapasitas Kerja Multi Tie Tamper (MTT) Hand Tie Tamper…………………..………83
V.3.2 Biaya Perawatan dan Perbaikan Mesin MTT dan HTT………………………..……….84
V.3.3 Analisis Multi Tie Tamper (MTT)………………………………………………….…………..85
V.3.4 Analisis Hand Tie Tamper (HTT)……………………………………………….……………. 88
V.3.5 Hasil Perbandingan Analisis Perawatan MTT dan HTT……………………………….91
V.3.6 Analisis Perbandingan Perawatan MTT dan Penambahan Pegawai HTT……. 93
BAB VI…………………………………………………………………………………………………………95
Kesimpulan dan Saran……………………………………………………………………………………95
VI.1 KESIMPULAN ……………………………………………………………………………………96
VI.2 SARAN .............................................................................................…80
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Table II.1 Data Penduduk Kota madiun ...........................................................10
Table II.2 jembatan daop 7 madiun ...............................................................14
Table II.3 Stasiun daop 7 madiun ...................................................................15
Tabel II.4 Persinyalan daop 7 madiun .............................................................18
Table II.5 Lokomotif daop 7 madiun................................................................19
Table II.6 sarana angkutan kereta api ............................................................19
Table II.7 Stasiun Madiun-Nganjuk .................................................................20
Table II.8 Jumlah KA yang melintas pada Madiun-Nganjuk ...............................21
Table II.9 Kerusakan Bantalan ........................................................................24
Table II.10 Kerusakan Penambat ....................................................................25
Table II.11 Track Quality Indeks Lintas Madiun-Nganjuk ..................................29
Tabel II.12 Kategori Track Quality Indeks ......................................................31
Table III.1 Ukuran saringan gradasi ballas .....................................................44
Table V.1 Track Quality Indeks Madiun-Nganjuk ...............................................53
Tabel V.2 Grafik TQI Hulu ...............................................................................54
Tabel V.3 Grafik TQI Hilir ................................................................................54
Tabel V.4 Kategori Track Quality Indeks .........................................................55
ix
Table V.10 Volume Ballas Kurang ....................................................................63
Table V.11 Daftar Lengkung Madiun-Nganjuk...................................................64
Table V.12 Kapasitas Kerja MTT ......................................................................81
Table V.13 Kapasitas Kerja HTT………………………………………………………………………82
Tabel V.14 Harga Pemeliharaan dan Perbaikan MTT 08-32U………………………………82
Tabel V.15 Harga Pemeliharaan dan Perbaikan HTT .........................................89
Tabel V. 16 Perbandingan MTT dan HTT ..........................................................89
Tabel V.18 Analisis perbandingan biaya MTT dan Kebutuhan 5 Regu HTT………...92
x
DAFTAR GAMBAR
xi
Gambar V.17 oprit perlintasan .................................................................... 79
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1
dan penambat pandrol, namun kondisinya menurut TQI baik dan tetapi masih
ada beberapa permasalahan di lapangan yang di temukan sehingga masih
perlu dilakukan perbaikian guna meningkatkan nilai Track Quality Indeks (TQI)
tersebut.
Track Quality Index (TQI) merupakan standar kualitas jalan rel dimana jika
nilai TQI semakin kecil itu berarti kondisi jalan rel tersebut semakin baik. Nilai
TQI untuk kategori 1 (Q ≤ 20) berarti sangat baik, kategori 2 (20 ≤ Q ≤ 35)
berarti baik, kategori 3 (35 ≤ Q ≤ 50) berarti sedang, kategori 4 (Q ≥ 50)
berarti buruk sekali. Variabel TQI yaitu percepatan, goyangan vertikal,
goyangan horizontal dan goyangan twisting. Dari hasil Kereta Ukur madiun-
Nganjuk sepanjang 41,2 km pada bulan September 2019 nilai TQI 21,01 dan
Maret 2020 memiliki Nilai TQI 21,40 termasuk kategori baik tetapi mengalami
peningkatan nilai TQI.
Upaya tersebut berupa perbaikan Program perawatan yang kurang memiliki
pola perawatan yang tersusun dengan baik mempengaruhi nilai Track Quality
Indeks (TQI) tersebut tidak bertahan lama sehingga perlunya kajian mengenai
permasalahan tersebut.
Berdasarkan permasalahan yang terjadi khususnya lintas dari Madiun-Nganjuk
maka perlu dilakukan penelitian – penelitian untuk mengetahui penyebab
permasalahan yang ada dan mencari alternatif cara untuk mengatasi atau
meminimalisir permasalahan yang ada. dengan membandingkan Perawatan
dengan menggunakan manual HTT dan tenaga mesin (MTT) dari segi biaya
dan efisiensi pekerja perawatan itu sendiri yang kemudian menemukan pola
perawatan yang sesuai. Sehingga diharapkan nantinya kondisi jalan rel lintas
Madiun-Nganjuk untuk keseluruhannya dalam kondisi sangat baik. Dan agar
bertahan lama dan meningkat dalam indeks TQI tersebut.
2
1. Adanya peningkatan nilai track quality indeks (TQI) lintas madiun-
nganjuk yang berarti kategori kualitas TQI menurun karenakan masih di
temukannya beberapa permasalahan di lapangan.
2. Masih ada di temukan beberapa titik permasalahan yang mempengaruhi
Nilai Track Quality Indeks (TQI)
3. Jangka waktu yang terlalu lama dalam melakukan perawatan
menggunakan Multi Tie Tamper (MTT) sehingga nilai track quality indeks
(TQI) lintas madiun-nganjuk tidak bertahan lama.
3
I.5 Batasan Masalah
Sesuai dengan judul Kertas Kerja Wajib Yang ini yaitu, “ UPAYA
MENINGKATKAN NILAI TRACK QUALITY INDEKS (TQI) LINTAS
NGANJUK-MADIUN DI DAOP 7 MADIUN” Penelitian kertas wajib ini
dibatasi dengan :
1. Wilayah penelitian hanya mencakup penanganan permasalahan pada
Lintas Madiun-Nganjuk,tanpa menghitung beban lintas dan frekuensi
pemecokan
2. Penelitian ini hanya membandingkan perawatan secara manual (HTT) dan
menggunakan Multi Tie Tamper (MTT) Type 08-32U NO 2696 yang
mempengaruhi TQI dari segi biaya perawatan jumlah BBM dan efisiensi
biaya pegawai tanpa menambah set HTT dan menghitung biaya pelumas .
3. Penelitian hanya mengitung biaya pengoperasian pada saat perawatan
tidak menghitung BBM dari dipo lokomotif ke titik perawatan
I.6 Keaslian Penelitian
Hasil penelitian yang diperoleh dari penulisan terdahulu, terkait dengan
penelitian yang dilakukan penulis sebagai berikut :
NO Nama Penulis Judul Penelitian Perbedaan Penelitian Tahun
4
2 Hikman Sandalas Upaya Peningkatan Penelitian ini hanya 2014
Kondisi Jalan Rel di mengetahui
Petak Jalan Maja – permasalahan dan
upaya untuk
Citeras
meningkatkan kondisi
jalan rel khususnya
pada penanganan
balas yang rusak.
5
3. Sebagai bahan referensi untuk penelitian berikutnya.
I.8 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam penulisan Kertas Kerja
Wajib ini adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, alasan pemelihan judul,
identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah,maksud dan
tujuan, keaslian, dan manfaaat penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II : GAMBARAN UMUM
Gambaran mengenai tentang kondisi fisik wilayah, kondisi tata letak
atau geografis yang ada di lapangan. Terutama pada lokasi penelitian
di lintas Madiun-Nganjuk.
BAB III : TINJAUAN PUSTAKA
Mengemukakan teori-teori yang berkenaan langsung dengan analisis
dalam penelitian ini. Penjabaran dan penguraian teori-teori yang
digunakan sebagai bahan-bahan menyelesaikan permasalahan yang di
hadapi pada penelitian.
BAB IV : METODOLOGI PENELITIAN
Memuat pola pikir untuk proses analiisi data dan jalannya penelitian,
serta bahan, subjek, perlengkapan, variable yang terkait dalam
melakukan penelitian dan dilengkapi dengan bagan penelitian
BAB V :ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan mengenai bagaimana proses pengolahan data
sampai analisis data dan pemecahan masalah dengan menggunakan
metode penelitian yang telah tercantum pada metodologi penelitian.
BAB VI: PENUTUP
Berisi kesimpulan dan saran – saran yang dianggap perlu dan dapat
digunakan sebagai bahan masukan bagi pihak PT. KAI khususnya Daop
7 Madiun dan dapat menunjang penerapan yang akan dilakukan di
masa yang akan datang
6
BAB II
GAMBARAN UMUM
Wilayah Daerah Operasi 7 Madiun terdiri dari 1 provinsi, dua Kota madya dan
8 Kabupaten yaitu:
2. Kotamadya : a. Madiun
b. Kediri
3. Kabupaten : a. Ngawi
b. Magetan
c. Madiun
d. Kediri
e. Nganjuk
f. Tulungagung
g. Jombang
h. Blitar
7
Daerah Operasi 7 Madiun memiliki 34 stasiun yang masih beroperasi antara
lain stasiun besar berjumlah 6 stasiun, stasiun kelas 1 berjumlah 1 stasiun,
stasiun kelas 2 berjumlah 5 stasiun, dan stasiun kelas 3 berjumlah 22 Stasiun
8
Gambar II. 2: Peta administrasi daop 7 madiun
Walikukun, dan sebelah selatan untuk lintas cabang adalah Stasiun Talun dan
untuk kantor Daop 7 terletak di Kota Madiun, Kota Madiun terletak pada 111 ̊
bujur timur sampai dengan 112 ̊ bujur timur dan 7 ̊ lintang selatan sampai
dengan 8 ̊ lintang selatan, serta berada kurang lebih 65 meter diatas
permukaan air laut dengan, dan terbagi menjadi 3 kecamatan yaitu kecamatan
Manguharjo dengan luas wilayah 10,04 km², Kecamatan Taman dengan luas
wilayah 12,46 km², dan Kecamatan Kartoharjo dengan luas wilayah 10,73
km². Batas wilayah Kota Madiun adalah di bagian selatan Kecamatan Geger
Kabupaten Madiun, di sebelah Timur Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun,
di sebelah Barat Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun, di sebelah Utara
Kecamatan Madiun Kabupaten Madiun.
9
II.3 Kondisi Demografi
II.3.1 Pendidikan
10
banyaknya jumlah murid. Demikian dengan jumlah guru sebagai tenaga
pengajarnya telah mencukupi, sehingga rasio murid-guru yang ideal untuk
semua tingkat sekolah dapat tercapai.
II.3.2 Kesehatan
II.3.3 Agama
kabupaten Nganjuk dengan luas wilayah sekitar 122.433,10 Km2 dan luas
wilayah terkecil terdapat di daerah Kota Blitar dengan luas sekitar 33,22 Km2.
11
Jumlah penduduk terbesar terdapat di kabupaten Kediri dengan jumlah
penduduk 1.554.385 jiwa (780.97 jiwa penduduk berjenis kelamin laki-laki dan
774.288 jiwa penduduk berjenis kelamin perempuan) dan jumlah penduduk
terkecil terdapat di kota Blitar dengan jumlah penduduk 152.097 jiwa (75.729
jiwa penduduk berjenis kelamin laki-laki dan 76.368 jiwa penduduk berjenis
kelamin perempuan
12
lintas Kertosono-Kediri masih menggunakan rel tipe R 42. Berikut adalah data
jenis rel yang dipakai di Daop 7 Madiun..
= 592,606 kilometer
Untuk R.42 = -
= 592,606 kilometer
= 217,72
= 172,46 kilometer
= 45,26 kilometer
13
II.6.1.2 Kondisi Bantalan
Bantalan merupakan bagian dari komponen jalan kereta api yang
berfungsi untuk menerima beban dari roda agar konstruksi jalan kereta api
tetap kokoh. Jumlah jenis bantalan yang digunakan pada Daop 7 Madiun
dominan bantalan beton sedangkan yang menggunakan bantalan kayu hanya
di jembatan sebagai berikut data bantalan beton yaitu:
Kts – Tl 65 45 111
14
Sumber : Dinas Jalan Rel Dan Jembatan Daop 7 Madiun 2020
II.6.1.5 Stasiun
Stasiun di Daop 7 Madiun sendiri memiliki 28 stasiun yang masih
beroperasi dan ada yang memiliki beberapa kriteria kelas stasiun.
15
NO NAMA SINGKATAN KELAS LETAK DI JARAK SIDING STAB
STASIUN STASIUN KM LING
(+47 m)
16 JOMBANG JG BESAR C 81+497 170.8 ll -
(+44 m)
17 PETERONGA PTR KECIL 3 76+161 157.658 ll -
N
(+43 m)
18 SUMOBITO SBO KECIL 3 69+110 145.271 ll -
(+28 m)
19 CURAHMALA CRM KECIL 3 65+412 134.522 ll -
NG
(+25 m)
20 PURWOASRI PWA KECIL 3 208+329 423.81 l -
(+59 m)
21 PAPAR PPR KECIL 3 202+337 410.67 l -
(+52 m)
22 MINGGIRAN MGN KECIL 3 198+123 400.46 l -
(+56 m)
23 SUSUHAN SS KECIL 3 192+084 390.21 l -
(+60 m)
24 KEDIRI KD BESAR C 186+866 379 l 3
(+68 m)
25 NGADILUWIH NDL KECIL 3 177+321 364.187 ll -
(+83 m)
26 KRAS KRS KECIL 3 170+979 348.3 ll -
(+79 m)
27 NGUJANG NJG KECIL 3 163+249 334.228 ll -
(+87 m)
28 TULUNGAGU TA BESAR C 15 320.1 l -
NG 6+
(+85 m) 82
0
29 SUMBERGEM SBL KECIL 3 15 308.458 ll -
POL 1+
(+92 m) 63
8
30 NGUNUT NT KECIL 2 143+861 295.499 l -
(+104 m)
31 REJOTANGAN RJ KECIL 3 13 279.832 l -
(+116 m) 5+
16
NO NAMA SINGKATAN KELAS LETAK DI JARAK SIDING STAB
STASIUN STASIUN KM LING
97
1
32 BLITAR BL BESAR C 122+895 258.9 ll 3
(+167 m)
33 GARUM GR KECIL 3 115+673 238.568 ll -
(+244 m)
34 TALUN TL KECIL 3 107+389 223.062 ll -
(+244 m)
Sumber : Daop 7 Madiun, 2020
Wilayah – wilayah lintas Daop 7 Madiun terbagi dalam 9 Resort dan memiliki
wilayah pengawasan sendiri antara lain Junior Manager JR 7A Madiun dan
Junior Manager JJ 7B Kertosono yaitu :
17
II.6.1.6 Fasilitas Operasi
(Unit)
18
Tabel II. 5 : Lokomotif daop 7 madiun
1 CC 201 6 0 6 0 6
2 CC 203 4 0 4 0 4
TOTAL 10 0 10 0 10
1 B 3 3 0 3 0 3 4 2
2 K1 19 19 2 17 2 15 10 3
3 K2 6 6 1 5 0 5 0 0
4 K3 PSO 22 22 2 20 0 20 24 2
5 K3 Non PSO 19 19 0 19 0 19 12 6
6 KMP3 1 1 0 1 0 1 3 1
19
NO JENIS KERETA KONDISI KERETA
7 MP1r 1 1 1 0 0 0 0 0
8 MP2 4 4 0 4 0 4 2 0
9 MP3 2 2 0 2 0 2 2 0
10 P 1 1 0 1 0 1 1 0
JUMLAH 78 78 6 72 2 70 57 16
20
Sumber : Daop 7 Madiun, 2020
Pada lintas Madiun – Nganjuk merupakan koridor yang dilalui kereta dengan
frekuensi dalam satu hari ada 62 kereta yaitu 54 KA penumpang dan 8 KA
barang sehingga proses perawatan pada koridor ini harus lebih diperhatikan
untuk mencegah PLH ataupun kejadian yang lain yang dapat menganggu
pengoperasian kereta api di Daop 7 Madiun. Untuk perawatan Madiun-Nganjuk
termasuk dalam wilayah Resort Caruban dan Resort Nganjuk berikut adalah
jumlah KA yang melintas pada madiun-nganjuk
21
No No KA Nama KA Relasi Jadwal
Datang Berangkat
15 108 A MALABAR PSE - BD - 06.27 06.40
ML
16 2627 BARANG BBM MN - RWL - 07.30
RWL
17 295 A PASUNDAN SGU - KAC 07.47 07.54
18 104 B MUTIARA GMR - BD - 07.52 08.05
SELATAN SGU - ML
19 252 MAJAPAHIT PSE - ML 08.28 08.40
20 180 SANCAKA YK - SGU 08.44 08.56
21 1A ARGOWILIS SGU - BD - 09.08 09.13
GMR
22 2632F BBM BET MN - BET - 09.15
23 244 A PARCEL BD - SB 09.23 09.33
24 302 SRI TANJUNG LPN - SGU - 09.54 10.06
BW
25 179 SANCAKA SGU - YK 10'04 10.20
26 172 MALIOBORO YK - ML 10.10 10.25
EKSPRES
27 294 A KAHURIPAN KAC - BL 10.30 10.40
28 109 A SINGASARI BL - PSE 10.32 10.42
29 92F - A GAJAYANA GMR - ML 10.44 11.00
FAKULTATIF
30 215F SANCAKA SGU - YK 10.54 11.11
FAKULTATIF
31 7015 BRANTAS BL - PSE 11.19 11.26
NATARU
32 298 A LOGAWA PWT - SGU 11.30 11.42
22
No No KA Nama KA Relasi Jadwal
Datang Berangkat
37 171 MALIOBORO ML - YK 13.03 13.16
EKSPRES
38 297 A LOGAWA SGU - PWT 13.36 13.46
23
No No KA Nama KA Relasi Jadwal
Datang Berangkat
59 124 A WIJAYAKUSUMA CP - SGU - 21.09 21.22
BW
60 2625 BBM RWL MN - RWL - 21.15
61 123 A WIJAYAKUSUMA BW - SGU - 21.20 21.33
CP
62 243 A PARCEL SB - BD 21.47 21.57
63 296 A PASUNDAN KAC - SGU 21.54 22.04
64 103 A MUTIARA ML - SGU - 22.07 22.18
SELATAN BD - GMR
65 292 MATARMAJA PSE - ML 22.10 22.23
66 112 A GAYA BARU PSE - SGU 22.34 22.46
MALAM SEL
67 174 MALIOBORO YK - ML 22.52 23.06
EKSPRES
68 127 A ANJASMORO JG - PSE 23.03 23.10
EKSPRES
69 251 MAJAPAHIT ML - PSE 23.30 23.45
70 254 A JAYAKARTA JAKK - SGU 23.38 23.50
II.7.1.2 Rel
Sepanjang ,2 km’sp menggunakan rel tipe R.54 untuk lintas raya Madiun-
Nganjuk ialah menggunakan jalur Double Track
II.7.1.3 Bantalan
Lintas Madiun-Nganjuk penggunaan bantalan beton sudah mendominasi
hanya pada jembatan dan wesel yang masih menggunakan bantalan kayu.
Kondisi bantalan beton pada lintas ini banyak yang pecah.
24
Tabel II. 9: Kerusakan Bantalan Madiun-Nganjuk
II.7.1.4 Penambat
Jenis penambat yang digunakan adalah pandrol, tetapi ada beberapa
kondisinya tidak laik karena kondisi penambat sebagian di karenakan
penambat yang kendor dan terkena benturan dan goyangan kereta.
II.7.1.5 Ballas
Lapisan ballas pada dasarnya merupakan terusan dari lapisan tanah dasar
dan terletak di daerah yang mengalami tegangan yang terbesar akibat lalu
lintas kereta api pada rel. Ballas ini terletak di bawah atau disekitar bantalan –
bantalan pada rel. Kondisi balas lintas Madiun-Nganjuk memiliki volume ballas
yang kurang, akibat dari tubuh baan yang kurang baik. Ballas mengalami
penurunan ke samping ke rel karena tubuh baan ada yang rusak.
II.7.2 PERAWATAN JALAN REL
25
Perawatan prasarana perkeretaapian sesuai dengan Undang – Undang
No. 23 Tahun 2007 pasal 65 mengenai perawatan prasarana perkeretaapian
yang meliputi perawatan berkala dan perbaikan untuk mengembalikan
fungsinya wajib memenuhi standar dan tata cara perawatan yang ditetapkan
oleh Menteri serta wajib dilakukan oleh tenaga yang memenuhi syarat dan
kualifikasi yang telah ditetapkan.
Berikut ini merupakan program – program perawatan jalan rel yang dilakukan
di Daop 7 Madiun :
1. Rel
a. Pemeriksaan Rel
b. Penggantian Rel
c. Pemeliharaan Sambungan
2) Manual Sp. KA
26
2) HTT
b. Pengukuran dengan optik untuk penyiapan lahan MTT
c. Pemeliharaan Lengkung
1) Pemeriksaan Lengkung
2) Perbaikan Lengkung
5. Lingkungan
a. Perawatan patok – patok tanda,
b. Pembersihan alur roda,
c. Pencabutan rumput,
d. Babatan arit,
e. Babatan mesin,
f. Semprotan racun, dan
g. Perawatan selokan / drainase.
6. Wesel
Perawatan pada wesel juga dilaksanakan agar wesel dapat berfungsi baik
sebagaimana fungsinya. Perawatan yang dilakukan seperti :
a. Pemeriksaan wesel / persilangan,
b. Angkatan dan listringan wesel manual menyeluruh,
c. Angkatan dan listringan wesel HTT menyeluruh,
d. Pengencangan baut – baut,
e. Perbaikan alat penambat tirpon,
f. Penelitian batas kecepatan, dan
g. Perbaikan yang melebihi batas keamanan / pengelasan.
Dari uraian pekerjaan di atas jam efektif perawatan adalah 7 jam perhari
selama 6 hari dalam 1 minggu. Jumlah petugas perawatan menjadi kendala
dalam proses perawatan dan juga pola perawatan yang memperngaruhi hasil
dari ka ukur tersebut yang berusaha mempertahankan nilai TQI.
27
II.7.3 HASIL PENGUKURAN KERETA UKUR
Hasil pengukuran kereta ukur berupa grafik dan angka. Hasil yang berupa
grafik menggambarkan besarnya kerusakan yang terjadi pada jalan rel yang
ditampilkan dalam skala tertentu, dilengkapi dengan petunjuk letak km untuk
memudahkan penentuan lokasinya.
1) Grafik
Pada grafik ditampilkan 10 lajur, yaitu :
a. Lajur pertama berisi :
1) KM = Kilometer
2) LRS = Lurusan
3) BH = Bangunan Hikmat
4) JPL = Jalan Perlintasan
5) WSL = Wesel
6) SNL = Sinyal
7) T/S = Tangent to Spiral = Lurusan ke Peralihan
8) S/C = Spiral to Curve = Peralihan ke Lengkung
9) C/S = Curve to Spiral = Lengkung ke Peralihan
10) S/T = Spiral to Tangent = Peralihan ke Lurusan
b. Lajur kedua dan ketiga adalah grafik kerusakan angkatan rel kiri dan
rel kanan (jika dari km kecil maka grafik kiri berlaku untuk rel kanan
dan grafik kanan berlaku untuk rel kiri, L=R) dengan skala 1:2, yang
berarti jika besarnya kerusakan pada grafik sebesar 1 mm maka
kerusakan yang terjadi dilapangan adalah sebesar 2 mm.
c. Lajur keempat adalah grafik kerusakan lebar sepur.
d. Lajur kelima adalah grafik kerusakan skilu dengan skala 1:4, yang
berarti jika besarnya kerusakan pada grafik sebesar 1 mm maka
kerusakan yang terjadi dilapangan sebesar 4 mm.
e. Lajur keenam adalah grafik kerusakan pertinggian dengan skala 1:4.
f.
28
II.7.4 Track Quality Index (TQI)
TQI yaitu indeks kualitas jalan rel berdasarkan kondisi geometrinya.
Indeks ini didapatkan dengan menjumlahkan 4 (empat) parameter pegukuran,
yaitu angkatan rata-rata, lebar sepur, lestrengan rata-rata, dan pertinggian.
Skilu yang merupakan perbandingan dari pertinggian tidak dimasukkan dalam
perhitungan ini, karena jika dihitung akan terjadi duplikasi. TQI tidak
mempunyai satuan, karena walaupun merupakan hasil penjumlahan dari
satuan yang sama (mm) tetapi vektornya berbeda.
Terlihat pada Tabel hasil pengukuran Kereta Ukur pada bulan September 2019
dan Maret 2020 lintas Madiun-Nganjuk sepanjang 41,2 k’msp mempunyai nilai
TQI rata-rata sebesar 20,01 pada bulan September 2019 dan nilai TQI Sebesar
21.40 pada bulan maret 2020
panjang panjang
sepur terukur Kat 1 Kat 2 Kat 3 Kat 4
Tahun Lintas (20 < (20 < TQI
Q≤ Q≤ (Q >
(KM) (KM) (Q ≤ 20) 35) 35) 50)
Sep- Madiun- 41,2 (HILIR) 29,2 11,39 0,61 0,01 20,07
46,9
19 Nganjuk 41,2 (HULU) 18,71 21,80 0,75 0 21,96
29
1. Adanya kecrotan. Kecrotan adalah tergenang air yang tidak terserap
oleh tanah atau kurangnya terpelihara drainase.
2. Adanya penyebaran ballas yang tidak merata.
3. Kurangnya pemadatan ballas secara mekanis.
4. Adanya pelat sambung pada jalan rel, hal ini diakibatkan kondisi jalan
rel yang putus atau patah.
Penanggulangan :
b. Lebar sepur
Faktor penyebab :
1. Ada kesalahan lebar sepur terjadi karena adanya beberapa batalan
yang rusak
2. Adanya keausan rel misalkan aus melebihi toleransi (5 mm)
3. Penambat kendor/hilang pada jalan rel
4. Bantalan lapuk/rusak
Penggulangan :
30
d. Listringan adalah kelurusan jalan rel. Jika ada jalan rel yang pada titik
tertentu tidak lurus maka terjadi kerusakan kelistringan yang diakibatkan
oleh bantalan rusak. Akibat lebar sepur tidak normal maka terjadi
kerusakan kelistringan kiri dan kanan. Snake motion terjadi karena ada
kelistringan jalan rel. Penanggulangannya yaitu dengan dilakukan
pelistringan untuk menormalkan kelurusan jalan rel.
31
BAB III
KAJIAN PUSTAKA
32
Penyelenggaraan prasarana perkeretaapian wajib merawat prasarana
perkeretaapian agar tetap laik operasi Perawatan prasarana perkeretaapian
meliputi:
33
b. Yang mengganggu keselamatan dan kelancaran perjalanan kereta api
dan lalu lintas jalan.
3. Penutupan perpotongan sebidang sebagaimana dengan
mempertimbangkan aksesibilitas masyarakat.Pembangunan perpotongan
tidak sebidang sebagaimana dimaksud:
a. Jalan nasional dilakukan oleh Menteri yang membidangi urusan jalan
berdasarkan permintaan Menteri; dan
b. Jalan provinsi dan kabupaten/kota dapat dilakukan oleh Menteri
berdasarkan permintaan gubernur dan bupati/walikota.Prasarana
Perkeretaapian yang mengalami perubahan spesifikasi teknis
sebagaimana maksud wajib mendapat izin dari Menteri.
4. Perubahan spesifikasi teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terjadi
apabila prasarana Perkeretaapian mengalami perubahan:
a. Kelas jalur;
b. Desain; atau
c. Teknologi.
III.1.3 Peraturan Menteri Nomor 31 tahun 2011 tentang Standar dan Tata
Cara Perawatan Prasarana Perkeretaapian
a. Jenis pemeriksaan;
b. Cara pemeriksaan;
c. Personil;
34
d. Alat
a. Pemeriksaan geometri;
b. Pemeriksaan komponen jalan rel;
c. Pemeriksaan badan jalan;
d. Pemeriksaan drainase;
e. Pemeriksaan konstruksi jembatan; dan
f. Pemeriksaan konstruksi terowongan.
35
sarana perkeretaapian dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun
dirangkaikan dengan sarana perkeretaapian lainnya, yang akan ataupun
sedang bergerak di jalan rel yang terkait dengan perjalanan kereta api.
Prasarana perkeretaapian adalah jalur kereta api, stasiun kereta api, dan
fasilitas operasi kereta api agar kereta api dapat dioperasikan.
1. Jalur kereta api adalah jalur yang terdiri atas rangkaian petak jalan rel yang
meliputi ruang manfaat jalur kereta api, ruang milik jalur kereta api, dan
ruang pengawasan jalur kereta api, termasuk bagian atas dan bawahnya
yang diperuntukkan bagi lalu lintas kereta api.
2. Jalan rel adalah satu kesatuan konstruksi yang terbuat dari baja, beton,
atau konstruksi lain yang terletak di permukaan, di bawah, dan di atas
tanah atau bergantung beserta perangkatnya yang mengarahkan jalannya
kereta api.
3. Sarana perkeretaapian adalah kendaraan yang dapat bergerak di jalan rel.
4. Pengguna jasa adalah setiap orang dan/atau badan hukum yang
menggunakan jasa angkutan kereta api, baik untuk angkutan orang
maupun barang.
5. Angkutan kereta api adalah kegiatan pemindahan orang dan/atau barang
dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kereta api.
6. Penyelenggara prasarana perkeretaapian adalah pihak yang
menyelenggarakan prasarana perkeretaapian.
7. Persyaratan sistem adalah kondisi yang harus dipenuhi untuk berfungsinya
suatu sistem.
8. Persyaratan komponen adalah spesifikasi teknis yang harus dipenuhi setiap
komponen sebagai bagian dari suatu sistem.
9. Menteri adalah Menteri yang membidangi urusan perkeretaapian.
10. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang tugas dan tanggung
jawabnya di bidang perkeretaapian.
36
Peraturan ini dimaksudkan sebagai pedoman teknis bagi penyelenggara
prasarana perkeretaapian dalam pembangunan jalur kereta api yang
menjamin keselamatan dan keamanan.Peraturan ini bertujuan agar jalur
kereta api yang dibangun dan digunakan berfungsi sesuai dengan
peruntukannya dan memiliki tingkat keandalan yang tinggi, mudah dirawat
dan dioperasikan.
37
Persyaratan sistem dan komponen jalur kereta api sebagai mana dimaksud
meliputi :
Penanggulangan :
38
sambung dengan pengelasan pada rel yang putus atau patah sehingga tidak
ada renggang pada jalan rel.
b. Lebar sepur
Faktor penyebab :
1. Ada kesalahan lebar sepur terjadi karena adanya beberapa batalan yang
rusak
2. Adanya keausan rel misalkan aus melebihi toleransi (5 mm)
3. Penambat kendor/hilang pada jalan rel
Penanggulangan :
c. Pertinggian
adalah perbedaan tinggi antara permukaan rel kiri dan rel kanan. Faktor
penyebab adalah ketidakrataan tinggi rel kiri dan rel kanan.
Penanggulangannya memakai WATER PASS (alat ukur) dengan cara rel
diangkat dengan alat dongkrak rel lalu dipecok kemudian dipadatkan.
d. Listringan
adalah kelurusan jalan rel. Jika ada jalan rel yang pada titik tertentu tidak lurus
maka terjadi kerusakan kelistringan yang diakibatkan oleh bantalan rusak.
Akibat lebar sepur tidak normal maka terjadi kerusakan kelistringan kiri dan
kanan. Snake motion terjadi karena ada kelistringan jalan rel.
Penanggulangannya yaitu dengan dilakukan pelistringan untuk menormalkan
kelurusan jalan rel.
III.2.2 Rel
Menurut Hapsoro,S. (2009) Rel merupakan bagian yang paling penting
dari komponen jalan rel dengan fungsi sebagai berikut :
39
1. Menerima beban dari roda dan mendistribusikan beban ini ke bantalan atau
tumpuan
2. Sebagai Pijakan Menggelindingkan roda kereta api
3. Mengarahkan roda kearah lateral, gaya – gaya horizontal melintang yang
bekerja pada kepala rel disalurkan ke dan distribusikan pada bantalan dan
tumpuan;Menjadi permukan yang halus untuk di lewati dan dengan
adhesinya rel mendistribusikan gaya – gaya percepatan dan pengereman;
4. Sebagai penghantar arus listrik untuk lintasan kereta api;
5. Sebagai pengantar arus listrik untuk persinyalan.
Kerusakan rel dapat diketahui melalui kereta inspeksi lalu di periksa ulang
dengan menggunakan alat detektor ultrasonik. Dengan demikian dapat
diketahui secara persis kebutuhan perawatan yang harus dilakukan terhadap
kerusakan yang terjadi.
Keterangan :
1. Retakan melintang
2. Retakan memanjang pada kepala rel
3. Retakan vertical pada kepala rel
4. Kerusakan pada permukaan / shelling
40
5. Retakan berbentuk bintang
6. Retakan memanjang pada bagian peralihan rel
III.2.3 Bantalan
Menurut PT.KAI, (2012), Buku Saku Perawatan Jalan Rel, Bantalan rel
adalah landasan tempat rel bertumpu dan diikat dengan penambat rel oleh
karena itu harus cukup kuat untuk menahan beban kereta api yang berjalan
di atas rel. Bantalan dipasang melintang rel pada jarak antara bantalan dengan
bantalan sepanjang 0,6 meter (60 cm). Bantalan berfungsi untuk menjaga
posisi rel dan menopang rel serta meneruskan beban KA yang diterima rel
kepada balas. Bantalan yang biasa digunakan adalah bantalan kayu, beton,
dan dalam jumlah terbatas, bantalan besi. Sehingga banyak menggunakan
bantalan beton dan Keunggulan bantalan beton adalah tidak terpengaruh oleh
cuaca, usia pakainya yang lebih tinggi dibanding bantalan kayu.
Peruntukan bantalan kayu di Indonesia biasanya digunakan pada wesel dan
jembatan dengan pertimbangan agar mudah pelaksanaan perawatan wesel
dan jembatan tersebut. Sedangkan untuk bantalan beton digunakan pada
lintas utama. Bantalan besi saat ini sudah jarang digunakan karena perawatan
yang sulit.
41
Gambar III. 3:Bantalan Beton
Untuk menjaga daya tahan balas terhadap gaya pada arah longitudinal dan
lateral, maka pada bagian ujung dan tiap sisi bantalan harus tertutup oleh
balas. Jarak antar as bantalan biasanya 60 cm, tetapi untuk RPM yang
bebannya ringan jarak ini dapat dinaikkan menjadi 75 cm.
42
Gambar III. 4: Contoh Penambat
43
III.2.5 Balas
44
2. Bersih dari kotoran tanah, lumpur, rumput dan bahan-bahan ikutan yang
merugikan.
3. Sisinya bersudut tajam.
4. Balas harus tahan cuaca dan sewaktu dipecok tidak remuk atau hancur.
5. Berat jenis balas harus >2.500 kg/m3 dengan gradasi sebagai berikut:
Tabel III. 1 :Ukuran Saringan Gradasi Balas
Ukuran Saringan (mm) % lolos
63,5 100
50,8 80 – 100
38,1 35 – 75
25,4 0 - 40
19,1 0–5
HTT (Hand Tie Tamper) adalah mesin pemecok ringan yang merawat
jalan dari angkatan listringan. Pada metode pemecokan ini rel di angkat
dengan dongkrak dengan ketinggiannnya yang di ukur dengan Water Pass
dan ballas dimasukan dibawah bantalan dengan penggetaran menggunakan
tamper dengan syarat ketebalan ballas 5-20 cm , HTT dalam satu hari
45
digunakan dalam 5 jam dan dalam waktu tersebut dapat merawat track 100
meter
46
Gambar III.6: Gambar Perawatan HTT
47
5-11 bulan, hal tersebut tergantung dari kondisi dari jalan rel yang di rawat
berikut adalah gambar MTT yang ada pada lintas madiun-nganjuk :
48
BAB IV
METEDOLOGI PENELITIAN
49
IV.2 Bagan Alir Penelitian
Kertas Kerja Wajib ini digambarkan dalam bagan alir sebagaimana berikut :
Mulai
Identifikasi Masalah
Pegumpulan data
Data Sekunder :
Data Primer :
1. Data Track Quality Index (TQI)
1. kerusakan yang di temukan
2. Data kondisi prasarana jalan KA
2. Data hasil wawancara dengan
3. Data jumlah pegawai Resort Caruban Dan
pegawai resort caruban dan
Resort Nganjuk
resort nganjuk
4. Data Biaya Perawatan Menggunakan HTT
dan MTT
5. Data inventarisasi lintas madiun-nganjuk
Pengolahan Data
Analisa :
1.menganalisis perbedaan 2 hasil TQI yang ada di lintas Madiun-Nganjuk.
2.melakukan 2 perbandingan perawatan secara manual (HTT) dan secara MTT dalam
segi biaya dan efisiensi waktu guna mepertahankan nilai TQI.
Selesai
50
IV.3 Metodologi Penelitian dan Analisis
Pembuatan Kertas kerja wajib (KKW) ini menggunakan beberapa tahapan
antara lain sebagai berikut :
1. Data jumlah aset prasarana jalan rel dan jembatan, jenis serta kondisi
prasarana
2. Data program perawatan jalan rel yang dilakukan pertahun
3. Data jumlah pegawai jalan rel lintas Madiun-Nganjuk
4. Nilai Track Quality Indeks (TQI)
5. Data biaya pengoperasian MTT dan HTT
6. Analisis biaya perawatan secara manual
IV.3.1.2 Data primer
data hasil observasi dan survei mengenai proses pekerjaan perawatan
jalan rel juga interview dengan para pekerjanya, data yang di dapat adalah
sebagai berikut :
1. Proses pekerjaan perawatan jalan rel
Data yang didapat dari proses kegiaatan pemeliharaan maupun
pekerjaan perbaikan jalan rel untuk mengetahui apakah terdapat kendala
dalam proses pengerjaannya, misalnya kendala dari bahan material,
peralatan maupun dari sumber daya manusianya
2. Wawancara dengan pegawai resort jalan rel pada lintas lintas Madiun-
Nganjuk
Wawancara dilakukan untuk mengetahui kendala – kendala apa saja
yang sering terjadi dan bagaimana proses perbaikan yang biasa
dikerjakan serta menanyakan tentang pola perawatan yang ada di Daop
7 Madiun yang mempengaruhi Nilai TQI
51
3. Wawancara dengan pekerja lapangan resort jalan rel pada lintas lintas
Madiun-Nganjuk.
Wawancara dengan para pekerja lapangan dilakukan untuk mengetahui
permasalahan yang sering terjadi pada lintas Madiun-Nganjuk.
4. Survei lintas
Survei inventarisasi prasarana jalan rel dimaksudkan untuk
mengidentifikasi karakteristik prasarana jalan, antara lain panjang
jalan/jalur, jenis rel, kondisi bantalan, kondisi penambat, kondisi balas,
kondisi jalan dan juga fasilitas pelengkap jalan rel secara visual, dengan
pertimbangan bahwa apakah komponen – komponen tersebut masih
dalam keadaan baik maupun sudah dalam keadaan kurang baik.
Target data yang akan didapat dari survei inventarisasi jalan rel ini adalah
untuk mengetahui secara fisik kondisi prasarana jalan rel pada lintas tersebut,
antara lain kondisi susunan badan jalan, kondisi rel, kondisi jembatan,kondisi
alat penambat, kondisi bantalan dan kondisi balas.
Adapun untuk persiapan – persiapan survei adalah :
1. Peralatan dan perlengkapan survei
2. Penentuan lokasi survei
3. Pelaksanaan survei
Metodologi yang digunakan dalam survei ini adalah melihat secara langsung
kondisi prasarana jalan rel lintas Madiun-Nganjuk. Data yang didapat dari
survei inventarisasi prasarana jalan rel adalah data kondisi fisik diantaranya
data lebar sepur, data kondisi badan jalan, data kondisi rel, data kondisi
alat penambat, data kondisi bantalan, data kondisi balas. Survei
inventarisasi prasarana jalan rel dalam penulisan Kertas Kerja Wajib ini
yang berlokasi pada lintas Madiun-Nganjuk Pada wilayah Daop 7 Madiun
52
IV.3.2 Pengolahan Data
pengolahan data yang dilakukan ialah mengumpulkan beberapa data
skunder dan data primer yang berkaitan permasalahan yang mempengaruhi
nilai TQI.dan data biaya perawatan MTT dan HTT. kemudian menggunakan
perbandingan 2 jenis perawatan menggunakan MTT dan HTT.perbandingan
yang dilakukan ialah dari segi biaya dan efisiensi pegawai.
IV.3.3 Metode Analisis
IV.3.3.1 Analisis Track Quality indeks (TQI)
Analisis yang dilakukan membandingkan 2 nilai hasil KA UKUR yang ada
pada lintas madiun-nganjuk dan untuk mengetahui permasalahan yang
mempengaruhi nilai TQI dan usulan perawatan untuk meningkatkan nilai TQI.
IV.3.3.2 Analisis perbandingan biaya MTT dan HTT
Menganalisi kebutuhan pengoperasian perawatan MTT dan HTT dari
kebutuhan bahan bakar,efisiensi waktu,segi biaya dan hasil perawatan guna
menemukan usulan perawatan yang bagus untuk meningkatkan nilai TQI.
IV.3.3.3 Analisis kebutuhan jumlah pegawai
Menganalisis kebutuhan jumlah pegawai dengan membandingakan biaya
pegawai dengan perawatan MTT dan HTT untuk menunjang usulan perawatan
yang bagus untuk meningkatkan nilai TQI
53
BAB V
panjang panjang
sepur terukur Kat 1 Kat 2 Kat 3 Kat 4
Tahun Lintas TQI
(Q ≤ (20 < Q ≤ (20 < Q (Q >
(KM) (KM) 20) 35) ≤ 35) 50)
Sep- Madiun- 41,2 (HILIR) 29,2 11,39 0,61 0,01 20,07
46,9
19 Nganjuk 41,2 (HULU) 18,71 21,80 0,75 0 21,96
41,2 (HILIR) 25,89 14,24 1,11 0,05 21,66
Mar- Madiun-
46,9
20 Nganjuk 21,14
41,2 (HULU) 24,85 15,72 0,605 0,01
54
Sumber : Dinas Jalan Rel Dan Jembatan Daop 7 Madiun 2020
21,4 21,14
21,2
21
20,8
20,6
TQI
Sep-19 21,96
Mar-20 21,14
TQI
Sep-19 Mar-20
21
KMSP
20,07
20
19
TQI
Sep-19 20,07
Mar-20 21,66
TQI
Sep-19
55
Dari hasil Track Quality Indeks (TQI) yang ada pada lintas madiun-nganjuk
bisa kita liat masuk kategori sebagai berikut
56
Sumber : Dinas Jalan Rel Dan Jembatan Daop 7 Madiun 2020
V.1.1.1 Angkatan
Angkatan adalah perbedaan kerataan rel (kiri dan kanan)
Faktor penyebab :
1. Adanya mud pumping. Kecrotan adalah tergenang air yang tidak terserap
oleh tanah atau kurangnya terpelihara drainase.
2. Adanya penyebaran ballas yang tidak merata.
3. Kurangnya pemadatan ballas.
4. Adanya pelat sambung pada jalan rel, hal ini diakibatkan kondisi jalan rel
yang putus atau patah.
Penanggulangan :
Penanggulangan :
57
V.1.1.3 Pertinggian (Peninggian)
V.1.1.4 Listringan
adalah kelurusan jalan rel. Jika ada jalan rel yang pada titik tertentu
tidak lurus maka terjadi kerusakan kelistringan yang diakibatkan oleh
bantalan rusak. Akibat lebar sepur tidak normal maka terjadi kerusakan
kelistringan kiri dan kanan. Snake motion terjadi karena ada kelistringan
jalan rel. Penanggulangannya yaitu dengan dilakukan pelistringan untuk
menormalkan kelurusan jalan rel. Dari data nilai Track Quality Indeks (TQI)
adalah kategori( baik) pada lintas hulu maupun hilir dengan batas kecepatan
adalah 80 < V < 100 km/jam , dan untuk mendapatkan TQI dibawah 20
kategori (sangat baik) dan guna mempertahankan nilai TQI sehingga
meningkatkan kecepatan tersebut dengan batas kecepatan 100 < V < 120
km/jam , harus melakukan perawatan terhadap lintas Madiun-Nganjuk yang
mengalami kerusakan dan melakukan upaya dalam perawatan yang bagus
bisa dihitung dan di bandingkan dari beberapa aspek guna mempertahankan
nilai TQI serta meningkatkan Nilai TQI. Berikut grafik peningkatan parameter
track hulu dan hilir:
58
Tabel V. 6: Grafik 4 Parameter track hilir (TQI) lintas Madiun-Nganjuk
Track Hilir
10 7,62 6,99 7,09 7,07
MILIMETER
8 5,26 4,95
6
4 2,24
2 0,51
0
Angkatan Pertinggian Listringan Lebar sepur
Sep-19 7,62 5,26 4,95 2,24
Mar-20 6,99 7,09 7,07 0,51
KETERANGAN PARAMETER
Sep-19 Mar-20
Track Hulu
8 6,65 7,44 6,06 5,66 5,89 5,67
MILIMETER
6
3,36
4 2,37
2
0
Angkatan Pertinggian Listringan Lebar sepur
Sep-19 6,65 6,06 5,89 3,36
Mar-20 7,44 5,66 5,67 2,37
KETERANGAN PARAMETER
Sep-19 Mar-20
Dari table di atas dapat kita lihat bahwa kondisi jalan rel mengalami penurunan
dan peningkatan dalam nilai Parameter . Daerah yang biasanya terjadi
59
permasalahan yang tinggi yang terlihat di KA ukur ialah pada daerah-daerah
yang rawan terjadinya kerusakan rel yaitu:
1. Jembatan
2. Lengkung
3. Wesel
4. Wilayah tanah labil
5. Perlintasan
6. Wilayah yang badan jalan kurang bagus
V.1.2.1 Rel
Kondisi exsisting yang ada di lintas madiun-nganjuk sudah
menggunakan Tipe Rel R.54 dengan kondisi panjang lintas madiun-nganjuk
kondisi keseluruhan dalam keadaan baik tapi ada beberapa titik yang terjadi
kerusakan Rel defect dan ada plat sambung yang kurang baut pada lintas
madiun-nganjuk
60
Gambar V. 1 : Kerusakan rel
V.1.2.3 Bantalan
61
mengurangi beban di karenakan bantalan kayu lebih ringan.ada beberapa
permasalahan yang ada di lapangan di antara lain ialah bantalan pecah yang
masih di temukan di lapangan rusaknya bantalan dapat berakibat tidak dapat
menahan tekanan gaya atah transversal dan gaya arah longitudinal dan gaya
arah vertical apa bila tidak segera di tangani maka akan mengganggu
kecepatan KA
V.1.2.4 Penambat
62
resort 7.3 Nganjuk dan Resort 7.4 Caruban bahwa masih ada di temukan
beberapa penambat yang rusak dikarenakan goyang dan benturan dari kereta
yang lewat dan beberapa bantalan yang hancur.
KA Clip 53 0 0%
De Clip 44 3 0,068%
63
V.1.2.5 Ballas
Menurut hasil survei dilapangan dan melihat hasil data yang di dapat
ternyata ada beberapa titik yang memang masih membutuhkan ballas.
Kebutuhan
NO Resort KM/HM s.d KM/HM Antara Koridor
(m3)
Resort
1 Nganjuk 119+800 s.d 124+300 NJ-BGR KTS-MN 2618
64
Kebutuhan
NO Resort KM/HM s.d KM/HM Antara Koridor
(m3)
Resort
2 Nganjuk 126+100 s.d 133+100 BGR-SRD KTS-MN 550
Resort
3 Nganjuk 139+000 s.d 139+500 BGR-SRD KTS-MN 110
Resort
4 Caruban 139+500 s.d 141+000 BGR-SRD KTS-MN 330
Resort
5 Caruban 141+000 s.d 148+900 SRD-CRB KTS-MN 792
Resort
6 Caruban 150+300 s.d 157+500 CRB-BBD KTS-MN 572
Resort
7 Caruban 160+100 s.d 164+100 BBD-MN KTS-MN 880
JUMLAH 5852
Sumber : Daop 7 Madiun, 2020
V.2.5 Lengkung
65
Pemeriksa Jalur (JPJ). Ada beberapa salah satunya hasil dari pemeriksaan
lengkung di lapangan ditemukan adanya pertingginan yang di akibatkan
perbedaan tinggi rendahnya rel yang berbeda.
Madiun-Nganjuk 0 20 51
V.2.6 Wesel
66
opname wesel biasanya ditemukan beberapa permasalahan yang terjadi
antara lain adalah :
Berikut ada contoh gambar permasalah dari hasil opname wesel yang
dilalukan
V.2.7 Perlintasan
67
wawancara di lapangan.bahwa perlintasan sendiri adalah masuk titik mati
menurut buku saku perjana dan hasil wawancara dengan pegawai dilapangan
bahwa titik mati tidak boleh ada perbedaan tinggi rendahnya rel atau Skilu.
penyebabnya adalah ada beberapa ballas yang kosong sekitar perlintasan
sehingga perlunya di lakukan beberapa perawatan guna mepertahankan
kondisi baik.
V.2.8 Jembatan
68
yang terjadi adalah bantalan lapuk,lebar sepur,perbedaan tinggi rendah rel
antara track lurus dan pangkal jembatan,penambat kendor dan andas baja
rusak.
69
Gambar V. 8 : Kondisi Tanah
V.2 Pembahasan
V.2.1 Analisis Track Quality index (TQI)
Berdasarkan hasil rata-rata nilai TQI pada bulan Maret 2020 lintas
madiun-nganjuk dapat dimasuk dalam kategori baik. Melihat dari analisis
perbedaan nilai hasil Ka ukur pada bulan September 2019 dan maret 2020 bisa
diliat adanya peningkatan nilai TQI . Yang berarti bahwa perlunya beberapa
perawatan lebih guna untuk mepertahankan nilai TQI tersebut bahkan untuk
meningkatkan kategori TQI yang semula baik menjadi sangat baik. Perawatan
tersebut yang di mulai dari perawatan geometri rel dan material seperti
permasalahan di rel,penambat,bantalan,ballas,jembatan,lengkung dan track
lurus. Maka perlunya pola perawatan yang intensif guna mengurangi
permasalahan yang ada.
70
Gambar V. 9: Penanganan C Clamp
71
3. Penanganan jangka panjang yang dilakukan ialah dengan cara
pengelasan.
Contoh gambar pengelasan sebagai berikut:
Sumber : Wikipedia
72
Gambar V.12 : Pergantian Rel
Dari permasalahan yang terjadi di rel ada beberapa upaya perawatan yang di
lakukan oleh resort 7.3 Nganjuk dan resort 7.Caruban untuk menjaga agar
tidak terjadi permasalahan tersebut. dilakukannya perawatan berdasarkan
laporan Rencana Kerja Mingguan (RKM) guna menjaga kondisi track sebagai
berikut:
73
Peralatan HTT terdiri dari:
74
V.2.2.2.2 Multi Tie Tamper (MTT)
Multi Tie Tamper merupakan alat pemecok berat yang menggunakan
yang merawat jalan rel dari angkatan listring.dimana perawatan rel sendiri
dilakukan secara otomatis dengan ketentuan yang diatur dengan mesin
pemecok berat tersebut sampai kedudukan rel tersebut benar. Dengan cara
rel di angkat kemudian dengan cara di getarkan sehingga ballas tersebut
padat, dengan syarat ketebalan ballas 10-15 cm. untuk perawatan ini sendiri
membutuhkan 8 orang . pemecokan dengan menggunakan MTT sendiri
membutuhkan window time sehingga perawatan menggunakan MTT ialah
perawatan menyeluruh atau perawatan track yang daerah panjang
sedangkan track daerah kerusakan pendek menggunakan HTT. Dikarenakan
untuk menggoperasikan MTT harus menghitung kereta api yang melintas
pada lintas yang di rawat. Untuk daya rawat dari MTT sendiri dapat
digunakan sejauh 250 meter dalam 1 jam perawatan dan memakan biaya
BBM sebanyak 40 Liter. Jumlah waktu operasinya sendiri dilalukan dalam
sehari ialah 2 jam. Daya tahan jalan rel setelah dilakukan perawatan sekitar
5-11 bulan, hal tersebut tergantung dari kondisi dari jalan rel yang di rawat.
berikut adalah gambar MTT yang ada pada lintas madiun-nganjuk :
75
Gambar V. 14 :Gambar perawatan MTT
V.2.2.3 Ballas
Dari permasalahan yang terjadi banyak ditemukan beberapa volume
ballas yang masih kurang sehingga dari identifikasi masalah yang terjadi.
Perlu dilakukan beberapa penanganan dan perawatan guna menjaga kwalitas
rel. karena banyak akibat yang terjadi apabila tidak ditangani. berikut
beberapa upaya yang harus ditangani:
2. Penambahan ballas
Penambahan ballas yang dilakukan di daop 7 madiun ialah menggunakan
KLB ballas yang dikerjakan sesuai dengan pengajuan atau persiapan hari
76
besar.tetapi seharusnya penambahan ballas di program agar tidak ada
ballas kosong yang bisa mengakibatkan beberapa kerusakan.
V.2.2.4 Bantalan
Berdasarkan hasil identifikasi masalah dan analisi yang dilakukan adanya
bantalan pecah yang dilakukan pada lintas madiun-nganjuk yang
diakibatkan oleh penambat yang hilang dan kendor ,adanya ballas kurang
dan masih ada ditemukan perawatan pemecokan pada bantalan yang
menggunakan pecok manual yang tidak menggunakan mesin HTT sehingga
terjadi bantalan yang pecah.perbaikannya dan perawatan yang harus di
lakukan ialah pengantian bantalan baru dan mengencangkan beberapa
penambat serta penggantian balas dan pembersihan ballas agar beban yang
di terima rel dapat megalir dengan baik ke bantalan.
77
V.2.3.5 Penambat
Hasil analisis dan penyebab penambat yang hilang/rusak pada lintas
masiun-nganjuk di akibatkannya goyang kereta yang lewat dan benturan .
Maka perlu dilakukan penggantian segera ,apabila tidak dilakukan pergantian
segera maka akan memberikan dampak pada bantalan pecah,bantalan geser
dan lebar sepur yang menyempit. Penanganan yang dilakukan seharusnya
Mencek secara berkala semingu sekali yang secara detail oleh JPJ yang
berupa pengecekan penambat yang kira kira kendor untuk segera diperbaiki.
V.2.3.7 Lengkung
1. Mencek badan jalan setiap 1 minggu sekali yang berkaitan dengan JPJ
untuk rekomendasi Memperbaiki badan jalan agar posisi balas stabil
sesuai ketentuan di lengkung sehingga sehingga tidak terjadi skilu di
lengkung.
2. perawatan ballas pada lintas tersebut pemecokan secara manual (HTT)
atau menggunakan Multi Tie tample (MTT)
3. pengisian pada ballas kosong guna mengurangi keausan rel yang di
akibatkan perbedaan tinggi rendah rel
4. perbaikan pada penambat bantalan guna menangani terjadinya
perbedaan lebur sepur yang membuat rel aus.
5. Perbaikan panah busur lengkung
6. Perlunya pengecekan di lengkung lebih intesif yang dilakukan oleh JPJ
yang dapat di lakukan selama 2 minggu sekali agar mengetahui
78
perubahan geometri rel sebelum terjadi skilu.sedangkan untuk di
lengkung sendiri tidak boleh ada skilu menurut buku saku perjana.
V.2.3.8 Perlintasan
Hasil analisis permasalahan yang terjadi pada lintas madiun-nganjuk titik
perlintasan adanya perbedaan tinggi rendahnya permukaan rel.menurut resort
nganjuk dan caruban bahwa untuk perlintasan sebidang merupakan titik mati
yang berarti perawatan yang dilakukan apa bila terjadi perbedan tinggi
rendahnya di lakukan di luar pangkal perlintasan yang berarti di track yang
mengikuti tinggi perlintasan tersebut. Perawatan yang dilakukan di perlintasan
memiliki beberapa siklus perawatan selama 2 kali dalam setahun. Beberapa
perawatan yang dilakukan di perlintasan antara lain
79
Gambar V. 17 : Oprit Perlintasan
80
V.2.3.8 Wesel
Hasil analisis permasalahan yang terjadi pada lintas madiun-nganjuk diliat
dari hasil opname wesel yang dapat diliat seperti form sebagai berikut contoh
form opname wesel tersebut.
Dari hasil tersebut dapat dilihat keadaan wesel apakah perlu perawatan dan
ada beberapa upaya perawatan yang dilakukan guna menjaga agar tidak
terjadi kerusakan pada geometri jalan rel. Upaya penanganan atau perawatan
penanggulangan yang dilakukan ialah sebagai berikut:
81
3. Pemecokan secara berkala agar tidak terjadi permasalahan-
permasalahan.
V.2.2.9 Jembatan
Menurut informasi yang didapatkan dari pegawai di Daop 7 madiun
bahwa permasalahan yang ditemukan ialah berdasarkan hasil opname
jembatan PPJ dan lokrit dan perawatan secara siklus itu sendiri.untuk
perawatan perbedaan tinggi rendahnya rel pada jembatan memiliki perbedaan
karena pada titik mati. Upaya penanganan atau perawatan penanggulangan
yang dilakukan ialah sebagai berikut:
82
2. Dinding penahan
perlunya dinding penahan tubuh baan untuk menahan ballas agar tidak
longsor sehingg tidak terjadinya penurunan kondisi track.
V.2.2.1 KA ukur
83
V.3 Analisis Perbandingan MTT dan HTT
Dari hasil identifikasi masalah yang terjadi pada lintas madiun-nganjuk
dapat di ambil perbandingan perawatan yang berpengaruh untuk mengurangi
permasalahan yang ada. Bahwa perlu adanya perbandingan perawatan
pemecokan yang dilakukan guna mengurangi permasalahan yang di akibatkan
tinggi rendahnya rel. perawatan yang dilakukan agar mengurangi
permasalahan pada track ialah pemecokan secara Multi Tie Tample (MTT) dan
Hand Tie Tample (HTT) dilakukan perbadingan dari segi efisiensi biaya dan
jumlah tenaga yang di butuhkan.
V.3.1 Kapasitas kerja Multi Tie Tamper (MTT) dan Hand Tie Tamper
(HTT)
Perhitungan rumus biaya perawatan menggunakan MTT 08-32U NO
2696 menurut DAOP 7 Madiun dihitung dengan kemampuan mesin MTT
untuk melakukan perawatan dalam satuan kapasitas BBM dan biaya pekerja.
Pemakaian BBM untuk (high speed diesel ) dapat di hitung dengan jumlah
jarak perawatan itu sendiri yang dapat di lihat dalam table berikut :
84
Dan untuk perhitungan rumus biaya perawatan HTT sendiri dapat di hitung
dengan kemampuan mesin HTT untuk melakukan perawatan dalam
Kapasitas pemakaian BBM. Sebagai berikut perhitungan kemampuan HTT:
JENISTYPE NO HARIAN MINGGUAN 125 JAM 250 JAM 500 JAM PERBAIKAN
Perhitungan biaya dan jenis yang dilakukan untuk perawatan dan perbaikan
HTT dapat di lihat dari tabel sebagai berikut.
85
Tabel V. 15 : Harga Pemeliharaan dan perbaikan mesin HTT
86
1. Mandor : 1 orang (mengawasi)
2. Pekerja : 3 orang (mengoperasikan MTT dan Mengukur dengan water
pass)
3. PPKA : 2 orang (antara 2 stasiun)
4. Juru optik : 2 orang
Pemakaian BBM dalam 1 jam X jam kerja dalam 1 hari40 X 2 = 80 Liter BBM
Kapasitas kerja dalam 1 hari
kapasitas kerja dalam 1 jam X jam kerja dalam 1 hari
= 250 meter X 2 jam =500 meter
87
= 500 m = 6,25 meter/liter
80
1 km = 1000 meter
1 liter BBM = 6,25 meter
= 1000
1000
6,25
= 160 liter/km
= 160 X Rp 8.000
1 km = 1000 meter
88
1000 M = 2 Hari
500 M
89
time dalam setiap perawatannnya tapi ada beberapa faktor yang perlu
diperhatikan antara lain:
HTT sendiri tidak memerlukan window time sehingga bisa dilakkan kapan
saja.tidak seperti halnya MTT harus menggunakan waktu kosong atau
window time.
HTT merupakan jenis alat perawatan track yang dapat merawat track
dengan semua jenis bantalan, namun untuk merawat track dengan bantalan
beton HTT harus dioperasikan dengan hati-hati, ini dikarenakan bantalan
beton sangat rapuh sehingga pada saat HTT merawat track dengan bantalan
beton peralatan perawatannya tidak boleh menyentuh bantalan untuk
menghindari kerusakan pada bantalannya. HTT merupakan peralatan
perawatan yang dalam 1 hari dapat dioperasikan selama 5 jam dengan hasil
perawatan sebanyak 100 meter dalam 1 hari. Hasil perawatan menggunakan
HTT mempunyai ketahanan perawatan 3 – 4 bulan untuk di lakukan perawatan
lagi. Syarat ketebalan ballasnya adalah 5-10 cm.
90
Kapasitas kerja dalam 1 jam = 100
5
= 20 meter
= 100
12,5
= 8 meter
1 km = 1000 meter
= 1000 Meter
91
= 1000
= 125 liter
= Rp 975.000
8 Pekerja : Rp 55.000 X 8
: Rp 440.000 /hari
92
Jadi total biaya untuk perawatan menggunakan HTT dalam 1 KM track
adalah:
93
Total perbandingan biaya perbandingan perawatan MTT dan HTT dari hasil
analisis yang dilakukan sebagai berikut:
1. Mandor = 1 orang
2. Pekerja = 3 orang
3. PPKA Stasisun = 2 orang
4. Pengoptik= orang
1. Mandor = 1 orang
2. Pekerja = 8 orang
94
Perawatannya sendiri membutuhkan waktu selama 10 hari untuk merawat
track sepanjang 1 km, karena HTT sendiri dapat merawat 100 meter track
dalam sehari.
Sehingga perbandingan jumlah orang yang di butuhkan antara MTT dan HTT
adalah 1:5 perawatan untuk 500 m dalam sehari. bahwa jumlah pegawai
yang perlukan untuk merawat 1 km track untuk menggunakan HTT agar
dapat mencapai waktu yang sama dengan MTT membutuhkan tambahan
kebutuhan pegawai HTT sebanyak 4 regu untuk pekerjaan selama 2 hari
dalam 1 km perawatan. Maka dilakukan perbandingan biaya perawatan MTT
dan biaya penambahan Kebutuhan pegawai HTT dalam 1 hari sebagai
berikut :
NO Perbandingan Biaya
perbandingan biaya
2.900.000
2.800.000
2.825.000
2.700.000
2.600.000
2.500.000
2.680.000
2.400.000
2.300.000
perawatan MTT kebutuhan pegawai HTT
95
Dari hasil perbandingan jumlah pegawai yang dibutuhkan untuk HTT dan
perawatan MTT dari segi biaya lebih efisiensi menggunakan MTT dan untuk
kebutuhan pegawai yang di perlukan adalah 4 regu flying gang yang terdiri
antara lain : 4 mandor 32 pekerja untuk merawat 1 km track dalam 2 hari.
96
BAB VI
VI.2 Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan di atas bahwa, maka dapat dikemukakan
beberapa saran yang kiranya dapat bermanfaat untuk perkeretaapian di
Indonesia terutama PT KAI dan pihak lain. Antara lain sebagai berikut:
1. Perlunya perawatan secara bagus untuk dapat mengurangi permasalahan
tersebut sehingga dapat meningkatkan nilai kategori Track Quality
Indeks (TQI) pada lintas madiun-nganjuk
97
2. Untuk meminimalisir biaya pada perawatan lintas madiun-nganjuk,
perlunya penambahan jadwal MTT yang sebelumnya MTT hanya
dilakukan 1 kali di antara 2 ka ukur .untuk menambah 2 kali pada bulan
kedua dan bulan kelima agar menjaga track tetap stabil.dengan syarat
penambahan material berupa penambahan ballas agar hasilnya bagus.
3. Untuk perawatan yang kurang dari 1000 meter lebih baik menggunakan
HTT .sedangkan untuk perawatan track panjang sebaiknya menggunakan
MTT.serta pada Perawatan oprit pada titik jembatan yang tanpa
ballas,jembatan yang mengunankan ballas,perlintasan dan wesel
sebaiknya menggunakan HTT demi menghemat jumlah biaya perawatan
karena masuk dalam perawatan track pendek.
98
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia, Tentang Standar dan Tata Cara Perawatan
Prasarana Perkeretaapian, Nomor PM 31 Tahun 2011
Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia,Tentang Persyaratan Teknis Jalur Kereta
Api, Nomor PM 60 Tahun 2012
Keputusan Menteri Republik Indonesia, Tentang Jalur Kereta Api, Nomor 52 Tahun 2000
Buku Perawatan Jalan Rel Terencana,Bandung:PT.KAI,2012
Kota Madiun Dalam Angka 2019, BPS Kota Madiun, 2019
Suryo Hapsoro Tri Utomo,Ir. Ph.D “Jalan Rel” Universitas Gadjah Mada.2009
LAMPIRAN
Resort
7.4 Crb
Adanya Diperbaiki
No. Item Keterangan
Jumlah Jumlah
Kebutuhan
Satuan Macam Kerusakan
Kurang
Yang Yang Belum
Rusak
Sudah Diperbaiki
Baik
Diperbai
ki
Peralatan
1 Hand Tie Tamper (HTT) unit 4 4 0
2 Genset HTT unit 1 1 0
3 Waterpas unit
nivo pecah/bocor, nivo modif dari
4 Alat Ukur Lebar Spoor / Matisa bh 2 2 2 0 nivo bocor waterpas bangunan
5 Mistar Angkatan unit
6 Benang Nylon meter 50 10 50
0
7 Dongkrak Angkatan 5 ton bh 2 2 8 6 Gigi Rompal gigi rompal
8 Alat Gergaji Rel (disk/piringan) set 1 2 1
9 Blander set 1 1 1 0
10 Gerinda unit 0 2 2
11 Bor Kotrek unit 1 0 2 1
12 Mata Bor Rel Ø 24 mm bh 0 2
13 Mata Bor Rel Ø 26 mm bh 0 2 2
14 Mata Bor Rel Ø 30 mm bh 0 2 2
Kebutuhan
Satuan
Macam Kerusakan
Kurang
Yang Yang Belum
Rusak
Sudah Diperbaiki
Baik
Diperbai
ki
Peralatan
48 Panpuller KA Clip bh 2 2
49 Panpuller DE Clip bh 2 2
50 Kunci Pas / Lasplat R25 bh -
51 Kunci Pas / Lasplat R33 bh 2 -
52 Kunci Pas / Lasplat R41/42 bh 1 2 1
53 Kunci Pas / Lasplat R54 bh -
54 Kunci Dop R25 bh -
55 Kunci Dop R41/42 bh 5 5
56 Kunci Dop R54 (dop sock) bh 2 4 2
57 Kunci Dop Tirepon TN bh 2 4 2
58 Kunci Dop Tirepon TA bh 2 2
59 Alat / Tangki Semprot rumput unit 2 2 0 Batrey/Aki mulai
lemah
60 Alat Pencabut LockSpik bh 1 2 1
Resort 7.3 Nj
Adanya Diperbaiki
Satuan
Kebutuhan
Yang Belum
Baik
nga
Sudah Diperbaiki n
Diperbaiki
Peralatan
1 Hand Tie Tamper (HTT) unit 1 1 0
2 Genset HTT unit 1 1 0
3 Waterpas unit 2 2 0
4 Alat Ukur Lebar Spoor / Matisa bh 3 3 0
5 Mistar Angkatan unit 0 2 2
6 Benang Nylon meter 100 100 0
7 Dongkrak Angkatan 5 ton bh 3 3 9 6 Gigi Rompal,pir putus gigi rompal
8 Alat Gergaji Rel set 1 1 -
9 Blander set 1 2 1
10 Gerinda unit 0 2 2
11 Bor Kotrek unit 1 0 2 1
12 Mata Bor Rel Ø 24 mm bh
13 Mata Bor Rel Ø 26 mm bh 1 1 0
14 Mata Bor Rel Ø 30 mm bh 2 2
Satuan
Kebutuhan
No. Item Ket
Kurang
Jumlah Jumlah Yang
Macam Kerusakan era
Rusak
Yang Belum
Baik
nga
Sudah Diperbaiki n
Diperbaiki
Peralatan
30 Palu 5 - 8 kg bh 1 3 3
31 Palu 10 kg bh 2 3 1
32 Cangkul bh 8 15 7
33 Linggis Perjana bh 5 5 0
34 Linggis Songkel bh 0 5 5
35 Linggis Bobok bh 2 2
36 Garukan / Cakar Profil Balas bh 25 5 30 5 Garuk Patah
37 Ayakan Balas (2-6 cm) bh 1 1
38 Pengki / Krenyeng bh 5 5 -
39 Skep Semboyan 2A, 2B set 1 1 2 1
40 Bendera Kerja Regu Kuning set 4 6 2
41 Mesin Las bh 1 1
42 Mesin Bor Kayu bh 0 1 1 Mesin Bor Oleng
43 Mesin Bor Rel bh 0 1 1
44 Mata Bor KayuØ14 mm bh 2 2
45 Mata Bor Kayu Ø 16 mm bh 1 4 3
46 Lock Spike Puller bh 0 2 2
47 Panpuller Pandrol bh 0 1 3 3
48 Panpuller KA Clip bh 2 2
49 Panpuller DE Clip bh 2 2
50 Kunci Pas / Lasplat R25 bh -
51 Kunci Pas / Lasplat R33 bh 2 2 -
52 Kunci Pas / Lasplat R41/42 bh 2 5 3
53 Kunci Pas / Lasplat R54 bh 0 2 2
54 Kunci Dop R25 bh -
55 Kunci Dop R41/42 bh 2 5 3
56 Kunci Dop R54 bh 1 1
57 Kunci Dop Tirepon TN bh 2 4 2
58 Kunci Dop Tirepon TA bh 2 2
59 Alat / Tangki Semprot rumput unit 1 1 2 1 Penyemprotnya,alat pompa
Rusak
60 Alat Pencabut LockSpik bh 2 2