TINJAUAN PUSTAKA
2.1 SIMPANG
berlawanan arah, dimana ruang dan waktu digunakan secara bersamaan yang juga
Indonesia, simpang merupakan sebagai daerah umum dimana dua jalan atau lebih
bergabung atau bersimpang, termasuk jalan dan tepi jalan untuk pergerakan lalu
maksimum dan kemudahan pergerakan bagi kendaraan atau dengan kata lain
kaki, sepeda dan fasilitas angkutan lainnya agar pada saat melewati persimpangan
6
Pada persimpangan terdapat 4 jenis pergerakan arus lalu lintas yang
tidak memakai sinyal lalu lintas. Pada simpang ini pemakai jalan harus
pemakai jalan hanya boleh lewat pada saat sinyal lalu lintas menunjukkan
kecelakaan dengan mengurangi jumlah konflik serta melindungi jalan utama dari
gangguan sehingga hierarki jalan tetap terjamin. Terdapat paling tidak enam cara
7
utama mengendalikan lalu lintas persimpangan, bergantung pada jenis
kecepatan atau rambu henti, bundaran dan lampu lalu lintas. Manual on Uniform
kondisi berikut:
1. Persimpangan antara suatu jalan yang relatif kurang penting dengan jalan
utama, dimana penerapan aturan daerah milik jalan yang normal bisa
berbahaya.
2. Persimpangan antara jalan-jalan luar kota dan perkotaan dengan jalan raya
8
2.2.2 Rambu Pengendalian Kecepatan
1. Pada suatu jalan minor di titik masuk menuju suatu persimpangan ketika
perlu memberikan hak jalan ke jalan utama, namun di mana kondisi berhenti
tidak diperlukan setiap saat dan dimana kecepatan datang yang aman di
2. Pada pintu masuk ke jalan ekspres (expressway), di mana lajur khusus untuk
aliran kendaraan yang saling konflik ke dalam rute-rute jalan yang jelas
9
menyempurnakan keamanan. Memberikan kenyamanan penuh dan juga
bersama dengan rambu berhenti atau rambu pengatur kecepatan atau pada
Umumnya dalam kasus perputaran, lalu lintas yang masuk mengikuti arah
kendaraan tidak harus berhenti saat volume lalu lintas rendah. Perputaran yang
suatu persimpangan dengan mengunakan pulau pusat yang cukup besar, pulau di
dekat persimpangan yang desainnya layak dan meliukkan alinyemen keluar dan
alinyemen masuknya.
10
Apabila sebuah persimpangan tidak memiliki peranti pengaturan lalu
pengemudi dan dapat diasumsikan sebesar 2,0 detik. Selain itu, pengemudi harus
memulai menginjak rem pada jarak tertentu dari persimpangan. Jarak yang
melihat kendaraan lain datang mendekat di jalur persimpangan, adalah jarak yang
ditempuh selama 2,0 detik untuk persepsi dan reaksi, ditambah 1,0 detik lagi
untuk memulai meninjak rem atau untuk mempercepat laju hingga mencapai
Satu metode yang paling penting dan efektif untuk mengatur lalu lintas di
adalah sebuah alat elektrik (dengan sistem pengaturan waktu) yang memberikan
hak jalan pada satu arus lalu-lintas atau lebih sehingga aliran lalu lintas ini bisa
melewati persimpangan dengan aman dan efisien. Lampu lalu lintas sesuai untuk
mengurangi:
11
4. Kecelakaan pejalan kaki
peralatan pendeteksi kendaraan atau beberapa bentuk peralatan lainnya yang dapat
diaktifkan sesuai kebutuhan (seperti tombol tekan untuk pejalan kaki yang hendak
menyeberang jalan).
Warna yang ditampilkan lampu lalu lintas ketika menyala ada beberapa,
dimana masing-masing mengendalikan satu aliran lalu lintas atau lebih yang tiba
di arah yang sama. Kepala lampu lalu lintas terdiri dari satu muka lampu lalu litas
atau lebih, yang dapat ditempatkan disebuah tiang atau digantung pada kabel.
Warna yang menyala pada lampu lalu lintas dibedakan dengna warna, bentuk, dan
kontinuitasnya. Ada tiga warna yang digunakan: (1) hijau, untuk memberikan hak
jalan kepada satu atau kombinasi aliran lalu lintas, (2) merah, untuk melarang
pemindahan hak jalan dari sekelompok aliran lalu lintas kepada kelompok lainnya
atau untuk memberikan peringatan. Apabila terdapat lampu lalu lintas khusus
untuk pejalan kaki, biasanya berbentuk pesan tulisan atau logo yang berpendar.
Pengendalian yang waktunya sudah diset terlebih dahulu beroperasi dengan lama
waktu yang tetap yang dialokasikan untuk pergerakan lalu lintas tertentu dalam
urutan yang tetap, penetapan waktu dilakukan berdasarkan pengamatan pola arus
12
dipersimpangan tersebut. Pengendalian sesuai lalu lintas dibuat untuk menerima
informasi mengenai pola arus lalu lintas dari berbagai alat pengukur dalam
interval waktu yang telah diatur sebelumnya. Informasi ini digunakan untuk
memilih satu dari beberapa skema waktu yang disimpan di dalam memori alat
pengendali.
Suatu persimpangan jalan yang umum dengan jalur tunggal dan jalan
keluar ditunjukkan pada Gambar 2.1 dari diagram dapat diketahui tempat-tempat
yang sering terjadi konflik dan tabrakan kendaraan. Jumlah konflik yang terjadi
dengan cara mengukur volume aliran untuk seluruh gerakan kendaraan. Masing-
Apabila ada pejalan kaki yang menyeberang jalan di pertemuan jalan tersebut,
sekali lagi tergantung pada jumlah dan arah aliran kendaraan dan pejalan kaki.
Pada saat pejalan kaki menyeberang jalur pendekatan, 2,4 titik konflik
Terdapat 4 macam konflik lalu lintas yang dapat terjadi antara lain:
Yaitu titik pada lintasan dimana mulai memisahkan menjadi dua lintasan
13
2. Konflik Sekunder (Mergin Conflic)
Yaitu titik pertemuan dua lintasan dari dua arah yang berlainan menjadi satu
Yaitu titik perpotongan antara lintasan lurus dengan lintasan membelok dan
14
2.4.1 Operasi Waktu Sinyal Tetap (Fixed Time Signal Operation)
Panjang siklus, fase hijau dan perubahan interval diatur menurut suatu
jadwal tertentu. Panjang siklus dan fase adalah tetap selama interval tertentu,
sehingga tipe ini merupakan bentuk sederhana. Pada keadaan tertentu tipe ini
tertentu sistem ini harus diprogram untuk situasi berbeda dalam satu hari.
mempunyai tingkat arus lalu lintas berbeda. Sebuah alat deteksi dipasang pada
jalan minor untuk mengetahui kedatangan kedaraan dari jalan tersebut, dan diatur
sedemikian rupa sehingga jalan mayor selalu mendapat sinyal lampu hijau.
Pada operasional waktu sinyal dengan tipe ini, pada tiap lengan
memungkinkan adanya satu fase yang terlewati bila tidak ada kendaraan yang
terlewat atau terdeteksi. Panjang siklus akan berubah-ubah sesuai dengan lalu
lintas yang dilayani. Tipe seperti ini baik untuk pengoprasian simpang yang
15
Keuntungan yang dapat diperoleh dengan pengoprasian waktu sinyal
1. Waktu mulai (start) dan lama interval yang tetap, sehingga memudahkan
2. Tidak dipengaruhi kondisi arus lalu lintas pada suatu waktu tertentu.
3. Lebih dapat diterima pada kawasan dengan volume arus pejalan kaki yang
4. Biaya instansi yang lebih murah dan sederhana serta perawatan yang lebih
murah.
2. Dapat menyediakan fasilitas berhenti (stop) dan jalan (go) secara menerus
16
1. Fase (i)
Suatu bagian dari siklus-sinyal dengan lampu lalu lintas disediakan bagi
kombinasi tertentu dari gerakan lalu lintas (i = indeks untuk nomor fase)
Waktu pada suatu fase untuk kendali lalu lintas aktuasi kendaraan.
Waktu hijau maksimum yang diijinkan dalam suatu fase untuk kendali lalu
17
Jumlah semua periode antar hijau dalam siklus yang lengkap. Waktu hilang
dapat juga diperoleh dari beda antara waktu siklus dengan jumlah waktu
lalu lintas, kapasitas dan tingkat pelayanan, sehingga untuk menjaga agar
dengan lampu lalu lintas. Ukuran dari kinerja simpang dapat ditentukan
2. Ukuran kota
4. Kondisi geometrik
5. Kode pendekat
18
7. Tingkat hambatan samping
8. Median
9. Kelandaian
19
2.6.1.2 Menentukan Kondisi Arus Lalu Lintas (Formulir SIG-II)
Kondisi arus lalu lintas yang dianalisa menurut MKJI 1997 adalah semua
jenis kendaraan yang melewati persimpangan termasuk juga untuk belok kiri
langsung (LTOR).
Untuk menentukan rasio kendaraan PLT,PRT dan rasio PUM digunakan persamaan
(2.1)-(2.3) berikut:
Keterangan:
20
2.6.1.3 Menentukan Waktu Antar Hijau dan Waktu Hilang
pada setiap akhir fase dan hasil waktu hijau (IG) per fase.
Menentukan waktu hilang (LTI) sebagai jumlah dari waktu hijau per
siklus, dan masukkan hasilnya ke dalam bagian bawah Kolom 4 pada Formulir
SIG-IV. Sedangkan untuk menentukan antar waktu hijau dan waktu hilang adalah
seriap fase harus memberi kesempatan kendaraan terakhir (melewati gasir henti
pada akhir sinyal kuning) dan meninggalkan titik konflik sebelum kendaraan yang
pertama datang dari fase berikutnya (melewati garis henti pada awal sinyal hijau).
Jadi, yang dimaksud dari waktu merah semua (all read) adalah fungsi dari
kecepatan dan jarak dari setiap kendaraan yang berangkat dan datang dari garis
henti sampai ke titik konflik, dan panjang dari kendaraan yang berangkat.
21
Gambar 2.2 Titik Konflik Kritis dan Jarak Untuk Keberangkatan dan Kedatangan
Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia,1997
Keterangan:
LEV, LAV = Jarak dari garis henti ke titik konflik masing-masing untuk
Nilai-nilai yang dipilih untuk VEV, VAV, dan IEV tergantung dari
22
hal ini.
misalnya sepeda).
ditetapkan, waktu hilang (LTI) untuk simpang dapat dihitung sebagai jumlah dari
1. Tipe pendekat terbagi menjadi tipe pendekat terlidung (P) dan tipe pendekat
pendekat (WA), lebar masuk (WMASUK) dan lebar keluar (WKELUAR) dari
Formulir SIG-I (sketsa dan Kolom 8-11) dan rasio lalu lintas berbelok dari
formulir SIG-IV Kolom 4-6. Dalam hal ini simpang Cibinong City Mall
23
jenis pendekat selatan dan barat yaitu pendekat dengan belok kiri langsung
(LTOR), sedangkan pendekat utara tidak memiliki belok kiri(LT)/ belok kiri
lagsung (LTOR).
langsung. Lebar efektif (WE) dapat dihitung untuk pendekat dengan pulau
bagian kiri dari gambar 2.3 atau untuk pendekat tanpa pulau lalu lintas yang
ditunjukkan pada bagian kanan dari gambar 2.3. Pada keadaan terakhir
a. Jika WLTOR≥2m : dalam hal ini dianggap bahwa kendaraan LTOR dapat
24
Langkah 1: keluarkan lalu lintas belok kiri langsung Q LTOR dari
sebagai berikut:
We = ................................................................ (2.6)
ini dilakukan hanya untuk bagian lalu lintas lurus saja (yaitu Q=Q ST
b. Jika WLTOR<2m : dalam hal ini dianggap bahwa kendaraan LTOR tidak
sinyal merah.
We = ............................................... (2.7)
25
pendekat ini dilakukan hanya untuk bagian lalu lintas lurus saja (yaitu
3. Arus jenuh adalah arus yang akan diperoleh seandainya terdapat antrian
100%. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997), bahwa arus jenuh
(S) dapat dinyatakan sebagai hasil perkalian dari arus jenuh dasar (S0) yaitu
sebagai berikut:
S = ........................................................ (2.8)
di mana:
FCS = Faktor koreksi arus jenuh akibat ukuran kota (jumlah penduduk)
dekat
lengan persimpangan
FLT = Faktor koreksi arus jenuh akibat adanya pergerakan belok kiri
FRT = Faktor koreksi arus jenuh akibat adanya pergerakan belok kanan
26
Besar setiap faktor koreksi arus jenuh sangat tergantung pada tipe
arus jenuh bida ditemukan dalam Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997).
jenuh dasar ditentukan sebagai fungsi lebar efektif pendekatan (We) dengan
So ditentukan dari gambar 2.5 (untuk pendekat tanpa lajur belok kanan
terpisah) dan dari gambar 2.6 (untuk pendekat dengan belok kanan terpisah)
27
Gunakan gambar-gambar tersebut untuk medapatkan nilai arus jenuh pada
keadaan di mana lebar pendekat lebih besar dan lebih kecil daripada W,
Jika gerakan belok kanan lebih besar dari 250 smp/jam, fase sinyal
........................ (2.10)
............... (2.11)
- Jika QRTO < 250 smp/jam dan QRT > 250 smp/jam: Tentukan S seperti
- Jika QRTO < 250 smp/jam dan QRT > 250 smp/jam: Tentukan S dari
28
Gambar 2.5 Untuk Pendekat-Pendekat Tipe 0 Tanpa Lajur Belok Kanan Terpisah
Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia,1997
29
Gambar 2.6 Untuk Pendekat-Pendekat Tipe 0 dengan Lajur Belok Kanan Terpisah
Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia,1997
4. Faktor Penyesuaian
akan diteliti.
30
Tabel 2.3 Faktor Penyesuaian Ukuran Kota (FCS)
Tabel 2.4 Faktor Penyesuaian Untuk Tipe Lingkungan Jalan, Hambatan Samping
31
Tabel 2.4 Faktor Penyesuaian Untuk Tipe Lingkungan Jalan, Hambatan Samping
d.
32
d. Faktor Penyesuaian Parkir (Fp)
di mana:
(m)
Gambar 2.8 Faktor Penyesuaian untuk Pengaruh Parkir dan Lajur Belok Kiri yang
Pendek (Fp)
Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia,1997
33
e. Faktor Penyesuaian Gerakan Belok Kanan (FRT)
belok kanan (FRT) ditentukan sebagai fungsi dari rasio kendaraan belok
ini ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu hanya untuk
pendekatan tipe P, tanpa median, jalan dua arah, lebar efektif ditentukan
oleh lebar masuk. Faktor Penyesuaian Gerakan Belok Kanan (FRT) dapat
di mana:
34
Gambar 2.9. Faktor Penyesuaian Gerakan Belok Kanan (FRT)
Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia,1997
Faktor penyesuaian belok kiri (FLT) ditentukan sebagai fungsi dari rasio
belok kiri PLT. Faktor penyesuaian belok kiri (F LT) ini hanya untuk
pendekatan tipe P tanpa LTOR, dan lebar efektif nya ditentukan oleh
di mana:
35
5. Nilai arus jenuh yang disesuaikan
S = ......................................................... (2.15)
di mana:
FCS = Faktor koreksi arus jenuh akibat ukuran kota (jumlah penduduk)
dekat
lengan persimpangan
FLT = Faktor koreksi arus jenuh akibat adanya pergerakan belok kiri
FRT = Faktor koreksi arus jenuh akibat adanya pergerakan belok kanan
Arus lalu lintas masing-masing pendekat (Q) dari Formulir SIG-II Kolom
Formulir SIG-IV.
Perhatikan:
a. Jika LTOR harus dikeluarkan dari analisa (lihat langkah C-2, perihal 1-
36
b. Jika We = W KELUAR (lihat langkah C-2, perihal 2) hanya gerakan lurus
c. Jika suatu pendekat mempunyai sinyal hijau dalam dua fase, yang satu
untuk arus terlawan (0) dan yang lainnya arus terlindung (P), gabungan
arus lalu lintas sebaiknya dihitung sebagai smp rata-rata berbobot untuk
kondisi terlawan dan terlindung dengan cara yang sama seperti pada
tersebut.
(2.16)
FR = Q/S....................................................................... (2.16)
- Beri tanda rasio arus kritis (FR crit) (=tertinggi) pada masing-masing
ke dalam kotak pada bagian terbawah Kolom 19. Rasio arus simpang
FRcrit dan IFR, dan masukkan hasilnya pada Kolom 20. Rumus yang
persamaan (2.18)
37
PR = FRcrit/IFR ........................................................... (2.18)
38
a. Waktu siklus sebelum penyesuaian
panjang waktu siklus pada fixed time operation. Panjang waktu siklus
akan
di mana:
Jika waktu siklus tersebut lebih kecil dari nilai ini maka ada risiko serius
akan terjadinya lewat jenuh pada simpang tersebut. Waktu siklus yang
adalah lewat jenuh dan rumus tersebut akan menghasilkan nilai waktu
2.10.
39
Gambar 2.11 Penentuan Waktu Siklus Sebelum Penyesuaian
Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia,1997
Tabel 2.5 dibawah ini memberikan waktu siklus yang disarankan untuk
b. Waktu hijau
gi = .................................................................. (2.20)
di mana:
40
cua = waktu siklus sebelum penyesuaian (detik)
Waktu hijau yang lebih pendek dari 10 detik harus dihindari, karena
Hitung waktu siklus yang disesuaikan (c) berdasar pada hijau yang
diperoleh dan telah dibulatkan dan waktu hilang (LTI). Adapun rumus
c = .......................................................................... (2.21)
di mana:
7. Kapasitas (det)
dapat dibuat dengan pemisahan jalur tiap pendekat, pada satu lengan dapat
terdiri dari satu atau lebih pendekat, misal dibagi menjadi dua atau lebih sub
pendekat. Hal ini diterapkan jika gerakan belok kanan mempunyai fase
berbeda dari lalu lintas yang lurus atau dapat juga dengan merubah fisik
41
C = .......................................................................................... ( 2.22)
dimana:
c = waktu siklus
dibawah ini:
C = ....................................................... ( 2.23)
dimana:
C = Kapasitas (smp/jam)
FCSP = Faktor penyesuaian pemisah arah (hanya untuk jalan tak terbagi)
DS = ........................................................................ (2.24)
Di mana:
DS = Derajat kejenuhan
42
C = Kapasitas (smp/jam)
Jika nilai derajat kejenuhan (DS) lebih tinggi dari 0,75,ini berarti bahwa
(LOS) yaitu ukuran kualitatif yang menerangkan kondisi operasional arus lalu
lintas dan penilaiannya oleh pemakaian jalan, pada umumnya dinyatakan dalam
adalah ukuran kecepatan laju kendaraan yang dikaitkan dengna kondisi dan
kapasitas jalan. Ada beberapa aspek penting lainnya yang dapat mempengaruhi
43
Hal ini berkaitan dengan kecepatan operasi atau fasilitas jalan, yang
tergantung pada perbandingan antara arus terhadap kapasitas. Oleh karena itu,
tingkat pelayanan pada suatu jalan tergantung pada arus lalu lintas. Definisi ini
A ≤ 5,0
B 5,1-15
C 15,1-25
D 25,1-40
E 40,1-60
F 60
44
1. Analisis Kinerja Simpang Bersinyal (A.A.N. Jaya Wikrama, 2011).
Simpang Jalan Teuku Umar Barat yang terletak di kawasan Denpasar Barat
memiliki volume lalu lintas tinggi karena merupakan gerbang dari dan menuju
lamanya tundaan dan seringnya terjadi kecelakaan. Tujuan penelitian ini adalah
untuk menganalisis kinerja simpang Jalan Teuku Umar Barat-Jalan Gunung Salak
yang ada saat ini dan memberikan alternatif pemecahan masalah yang tepat pada
penelitian yaitu alternatif 1- pengaturn ulang lampu lalu lintas dengan multi
Selatan. Indikator dalam menilai kinerja simpang dilihat dari tundaan simpang.
dengan sinyal lampu lalu lintas. Simpang yang terletak di kota Serang, Banten ini
Jalan Syekh Moh. Albantani. Permasalahan pada persimpangan ini yaitu adanya
tersebut salah satu ruas jalannya yaitu Jalan Raya Pandeglang rencananya akan
45
dengan Jalan Raya Petir, fungsi jalur alternatif ini untuk mengurangi kepadatan
jalan simpang Palima yang bukan hanya dipadati kendaraan pribadi dan
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kapasitas dan tingkat kinerja
dengan melakukan perubahan lebar geometrik dan pengaturan ulang sinyal. Dari
hasil perhitungan alternatif dan perbaikan yang paling efektif untuk diterapkan
pada jangka pendek yaitu alternatif 1 dan untuk jangka panjang yaitu alternatif 5
46