BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penentuan fungsi, hirarki dan administrasi jalan yang tepat sangat diperlukan
agar penggunaan dan pembinaan jalan pada kota - kota baru dapat berjalan dengan
efektif dan efisien. Karena dengan adanya kebutuhan pergerakan, maka rencana
jalan, yaitu simpul, ruang kegiatan dan ruang lalu lintas sehingga penataan ruang
prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan
yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan
tanah dan atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori,
peraturan perencanaan geometrik jalan raya yang dikeluarkan oleh Bina Marga,
II-9
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
Satunya yang saya bahas kali ini sesuai dengan kelasnya yaitu Jalan Arteri.
akan melalui jalan yang bersangkutan. Volume dari lalu lintas dinyatakan dalam
satuan mobil penumpang (SMP), yang menunjukkan besarnya jumlah lalu lintas
harian rata-rata (LHR) untuk kedua jurusan. Untuk klasifikasi jalan raya yang
2.3 Persimpangan
bertemu dan lintasan kendaraan berpotongan. Lalu lintas pada masing - masing
sama dengan lalu lintas lainnya. Simpang merupakan tempat yang potensial terjadi
dan kendaraan atau kendaraan dengan pejalan kaki akibat penggunaan ruang
bersama di dalam simpang. Karena itu perlu adanya pengendalian. Masalah yang
II-10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
e. Pejalan kaki
bidang antara dua jalur atau lebih pada jalan raya. Pertimbangan yang
jumlah simpang pada jalan tersebut tidak boleh lebih dari empat lengan,
perpotongan pada satu bidang antara dua atau lebih jalur jalan raya dengan
lalu lintas masing - masing, dan pada titik - titik simpang dilengkapi
dengan sinyal.
II-11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
lalu lintas. Adanya sinyal lalu lintas di daerah simpang bisa digunakan
yang lewat pada tiap kaki simpang dan juga terlibatnya arus pejalan kaki
yang akan menyeberang jalan. Pengaturan fase bagi arus - arus lalu lintas
yang ada akan mengurangi jumlah titik konflik di daerah simpang sehingga
sulit serta biaya yang mahal. Pertemuan jalan tak sebidang juga
membutuhkan daerah yang luas serta penempatan dan tata letaknya sangat
1. Simpang Tiga
2. Simpang Empat
3. Simpang Majemuk
II-12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
kendaraan dari arah jalan yang lebih kecil, karena persimpangan prioritas dicapai
untuk mendapatkan kondisi dimana tidak terjadi tundaan arus kendaraan pada
jalan utama.
tersebut.
Sistem bundaran ini dapat diterapkan dalam berbagai keadaan dan pada
dimana volume lalu lintas hampir sama besarnya. Kerugian yang utama dari
sistem ini adalah luas lahan yang dibutuhkan cukup besar dan memerlukan
II-13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
polisi atau dengan menggunakan lampu lalu lintas (traffic light). Alat ini
digunakan apabila ruang untuk persimpangan terbatas dan terdapat arus lalu
lintas yang besar. Pada kaki-kaki simpang dengan lampu lalu lintas
terjadinya kecelakaan.
daerah konflik. Hal ini dapat tercapai dengan memasang marka jalan,
b. Pelebaran jalur masuk, pelebaran jalan yang dilakukan pada jalan yang
mengambil keuntungan dari ruang antara (gap) pada arus lalu lintas.
II-14
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
pergi.
2.5 Sinyal
terjadinya titik konflik pada simpang yang ditinjau. Sinyal untuk mengatur
yaitu interval waktu yang tertentu dialokasikan untuk berbagai gerakan lalu lintas
dan sebagai “traffic actuated” yaitu interval waktu diatur secara menyeluruh atau
sebagian sesuai kebutuhan lalu lintas. Pada umumnya sinyal lalu lintas
a. Untuk menghindari kemacetan simpang akibat adanya konflik arus lalu lintas,
b. Untuk memberi kesempatan kepada kendaraan dan atau pejalan kaki dari jalan
II-15
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
dengan lampu. Adapun masalah yang akan dianalisis meliputi hal - hal yang
1. Kapasitas Jalan
2. Derajat Kejenuhan
3. Jumlah Antrian
4. Kendaraan Terhenti
5. Tundaan
diharapkan dapat berkurang, karena konflik yang timbul antara arus lalu - lintas
dapat dikurangi (Munawar, 2004:44-45). Adapun pergerakan arus lalu lintas yang
atau lebih dari jalur yang berbeda yang berjalan menurut arah yang sama
sepanjang suatu lintasan, dan akhirnya berpisah untuk jalur yang berbeda
kembali.
II-16
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
Pada suatu simpang, terdapat beberapa titik konflik yang disebabkan oleh
terdapat 3 crossing, 3 merging dan 3 diverging. Beberapa titik - titik konflik pada
Pola urutan lampu lalu - lintas yang digunakan di Indonesia mengacu pada
pola yang dipakai di Amerika Serikat, yaitu: merah (red), kuning (amber) dan
hijau (green). Hal ini untuk memisahkan atau menghindari terjadinya konflik
akibat pergerakan lalu - lintas lainnya. Pemasangan lampu lalu - lintas pada
simpang ini dipisahkan secara koordinat dengan sistem kontrol waktu secara tetap
II-17
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
Pengaturan lampu lalu - lintas diatur oleh dua model parameter yang
terpenting, yaitu :
Faktor - faktor yang menunjang untuk pengaturan lampu lalu lintas adalah :
a) Waktu sinyal
c) Tundaan/keterlambatan (delay)
suatu ruas pada jalur atau jalan pada satu atau dua arah selama waktu tertentu
dalam kondisi lalu -lintas yang normal. Kapasitas pada persimpangan dengan
pengaturan lalu - lintas yang didasarkan pada konsep arus jenuh. Arus jenuh
pada kaki simpang diberikan waktu hijau berkesinambungan dan juga adanya
II-18
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
Parameter Satuan Mobil Penumpang (SMP) atau Passenger Car Unit (PCU)
adalah efek dari beberapa jenis kendaraan dalam kondisi arus lalu - lintas yang
berakibat kepada mobil penumpang dalam kondisi satu area studi. Kondisi yang
a) Ukuran kendaraan
SMP adalah :
c. Karakteristik dan metode dari pemakai jalan (motor, bus, truk, dll)
II-19
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
Jumlah lalu - lintas yang datang dan jumlah aliran lalu - lintas jenuh (s) dapat
diukur/ dihitung berdasarkan jumlah kendaraan per jam (vesh/h) atau (PCU/h).
Bila arus lalu - lintas adalah identik dengan perbandingan (headways) sehingga
PCU pada kondisi dalam lalu - lintas dapat diperhitungkan sebagai berikut,
dimana perhitungan - perbandingan didapat selama dalam kondisi arus aliran lalu -
1. Data Masukan
Berisi tentang informasi lebar jalan, lebar bahu jalan, lebar median dan
arah untuk tiap lengan simpang. Kondisi lingkungan ada tiga tipe, yaitu :
Tabel 2.2 dan memiliki nilai konversi pada tiap pendekat seperti tersaji
II-20
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
Tabel 2.3 Nilai konversi smp pada simpang untuk jalan perkotaan
Jenis Nilai konversi smp pada simpang untuk jalan perkotaan
Kendaraan Terlindung (P) Terlawan (O)
LV 1.0 1.0
HV 1.3 1.3
MC 0.2 0.4
Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997
Untuk rasio kendaraan belok kiri PLT, dan rasio belok kanan PRT dihitung
dengan rumus:
2. Penggunaan Sinyal
suatu arus atau beberapa arus, yang mendapatkan identifikasi lampu lalu -
lintas yang sama (Munawar, 2004:45). Jumlah fase yang baik adalah fase
di bawah ini (Gambar 2.3 dan Gambar 2.4). Jika pengaturan dua fase ini
memungkinkan bila dipisahkan dari arus lurus dan apakah tersedia lajur
dilakukan bila arusnya melebihi 200 smp/jam, tetapi bisa saja dilakukan
II-21
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
pemisahan ini, walaupun arus belok kanan lebih rendah dari 200 smp/jam
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
terhadap waktu yang diperlukan oleh satu kendaraan untuk keluar dari
mulai bergerak.
2. Waktu semua merah (all red) yang diperlukan untuk pengosongan pada
(melewati garis henti pada akhir sinyal kuning) berangkat dari titik konflik
(melewati garis henti pada awal sinyal hijau) pada titik yang sama. Jadi
merah semua merupakan fungsi dari kecepatan dan jarak dari kendaraan
yang berangkat dan yang datang dari garis henti sampai ke titik konflik,
II-23
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
dan panjang dari kendaraan yang berangkat, seperti terlihat pada gambar
dibawah ini.
Gambar 2.6 Titik konflik kritis dan jarak untuk keberangkatan dan kedatangan
Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997
Titik konflik kritis pada masing-masing fase (i) adalah titik yang
................................................ (2.3)
dimana :
LEV, LAV = jarak dari garis henti ke titik konflik masing - masing untuk
Nilai - nilai yang dipilih untuk VEV, VAV, dan IEV tergantung dari
komposisi lalu lintas dan kondisi kecepatan pada lokasi. Nilai - nilai
bermotor)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
atau UM)
3. Waktu hilang, apabila periode merah semua untuk masing - masing akhir
fase telah ditetapkan, maka waktu hilang (LTI) untuk simpang dapat
Lebar pendekat efektif dengan pulau lalu - lintas atau tanpa pulau lalu -
Gambar 2.7 Lebar pendekat dengan dan tanpa pulau lalu lintas
Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
Keterangan:
Keterangan:
Arus jenuh nyata dapat dinyatakan sebagai hasil perkalian dari arus
jenuh dasar (So) untuk keadaan yang standar dengan faktor penyesuaian
(F) untuk penyimpangan dari kondisi yang sebenarnya. Arus jenuh dasar
Arus jenuh nyata dapat dinyatakan sebagai hasil perkalian dari arus
jenuh dasar (So) untuk keadaan yang standar dengan faktor penyesuaian
II-26
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
...............................Fn
tanpa konflik antara gerakan lalu lintas belok kanan dan lurus, arus jenuh
dasar ditentukan sebagai fungsi dari lebar efektif pendekat (We). (Sumber :
MKJI)
Keterangan:
RT, % belok-kiri
Indonesia tidak menghormati ”aturan hak jalan” dari sebelah kiri yaitu
II-27
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
dalam MKJI 1997. Apabila terdapat gerakan belok kanan dengan rasio
pendekat (We) dan arus lalu lintas belok kanan pada pendekat tersebut dan
II-28
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
d) Faktor-Faktor Penyesuaian
I. Penetapan faktor koreksi untuk nilai arus lalu lintas dasar kedua tipe
berikut:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
bawah ini sebagai fungsi dari jenis tikungan jalan, tingkat hambatan
terlalu besar.
II-30
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
II-31
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
dimana :
II. Faktor penyesuaian untuk nilai arus jenuh dasar hanya untuk pendekat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
Jika suatu pendekat mempunyai sinyal hijau lebih dari satu fase,
yang arus jenuhnya telah ditentukan secara terpisah maka nilai arus
masing-masing fase.
Keterangan:
II-33
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
Rasio arus jenuh (flow ratio) yang terjadi pada tiap-tiap pendekat
antara arus (flow : Q) dan arus jenuh (saturation flow : S). Nilai arus
....................................................................... (2.10)
Nilai kritis dari FRCRIT (maksimum) dari arus yang ada dihitung pada
................................................................. (2.11)
Dari kedua nilai di atas maka diperoleh rasio fase PR (Phase Ratio)
......................................................................... (2.12)
1) Waktu Siklus, adalah waktu untuk urutan lengkap dan indikasi sinyal
dari awal waktu hijau sampai waktu hijau berikutnya. Waktu siklus
dengan rumus:
II-34
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
Dimana:
ini :
II-35
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
2) Waktu Hijau, adalah waktu nyala hijau dari suatu pendekat dan diberi
dimana :
4. Kapasitas
a. Kapasitas
rumus :
....................................................................... (2.15)
...................................................................... (2.16)
II-36
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
C = Kapasitas
Jika waktu siklus yang dihitung lebih besar dari batas apa yang
disarankan pada bagian yang sama, maka derajat kejenuhan umumnya juga
akan lebih tinggi dari 0,85. Ini berarti bahwa simpang tersebut mendekati
lewat jenuh, yang berakibat antrian panjang pada kondisi lalu lintas
mencapai puncak.
belok kanan (PRT) tinggi menunjukkan nilai FRkritis (FR > 0,80), suatu
rencana alternatif dengan fase terpisah untuk lalu lintas belok kanan
mungkin akan sesuai. Penerapan fase terpisah untuk lalu lintas belok
dengan dua fase mungkin memberikan kapasitas yang lebih tinggi, asa
smp/jam).
II-37
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
yang tepat, perlu untuk memastikan agar perjalanan oleh gerakan belok
simpang tiap jalur saat nyala lampu merah. Jumlah rata-rata antrian
kendaraan (smp) pada awal isyarat lampu hijau (NQ) dihitung sebagai
jumlah kendaraan terhenti (smp) yang tersisa dari fase hijau sebelumnya
(NQ1) ditambah jumlah kendaraan (smp) yang datang dan terhenti dalam
...... (2.18)
II-38
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
........................................................ (2.19)
Dimana :
DS = derajat kejenuhan
GR = rasio hijau
Gambar 2.15 dan nilai NQ2 menggunakan diagram pada Gambar 2.16.
Gambar 2.15 Jumlah kendaraan tersisa (smp) dari sisa fase sebelumnya
Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997
II-39
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
Gambar 2.16 Jumlah kendaraan yang datang kemudian antri pada fase merah
Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997
Gambar 2.17 Jumlah kendaraan yang datang kemudian antri pada fase merah
Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997
luas area rata-rata yang digunakan oleh satu kendaraan ringan (smp)
sebagai berikut :
..................................................................... (2.20)
II-40
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
sebagai jumlah ratarata kendaraan berhenti per smp, ini termasuk henti
........................................................... (2.21)
........................................................................... (2.23)
c) Tundaan (Delay)
Tundaan (D) pada suatu simpang dapat terjadi karena 2 hal, yaitu :
1. Tundaan lalu lintas (DT) yang disebabkan oleh interaksi lalu lintas
percepatan saat membelok pada suatu simpang dan atau terhenti karena
II-41
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
dimana :
Tundaan lalu lintas (DT) yaitu akibat interaksi antar lalu lintas pada
simpang dengan faktor luar seperti kemacetan pada hilir (pintu keluar)
...................................................... (2.25)
dimana:
DS = derajat kejenuhan
C = kapasitas (smp/jam)
II-42
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
detik, dan untuk yang berhenti adalah 4 detik. Nilai normal ini
kecepatan = 40 km/jam
II-43
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
dalam suatu aliran lalu lintas. Tingkat pelayanan suatu persimpangan (biasanya
dengan melihat waktu tempuh tambahan yang diperlukan untuk melewati suatu
Tundaan (Delay). Kriteria tingkat pelayanan untuk simpang bersinyal dapat dilihat
II-44
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
II-45
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
melakukan analisis.
Disamping itu simpang tersebut hanya memiliki dua fase sehingga arus dari
jalan imam bonjol dan dari jalan Raya Legok berpotongan di ruas jalan
di ruas jalan di ruas jalan imam bonjol dan di ruas jalan Raya Legok.
belok kanan ke arah jalan Boulevard diponegoro untuk kendaraan roda empat
dari ruas jalan imambonjol. Dengan pengalihan arus Kendaraan roda empat
0.353 dari yang sebelumnya 0.81.. Sehingga tundaan rata-rata simpang turun
Penelitian ini berlokasi pada dua simpang di Kota Bandung yaitu Simpang
dan hasil dari penelitian diharapkan dapat diketahui pengaruh dari dua
II-46
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
lain berupa derajat kejenuhan, panjang antrian, rasio kendaraan terhenti serta
memiliki nilai derajat kejenuhan rata-rata diatas 0.75, maka simpang tersebut
memiliki tingkat pelayanan yang buruk, dengan tingkat pelayanan yang buruk
pemborosan BBM, ini berarti kedua simpang tersebut memiliki kinerja yang
perlu diperbaiki lagi guna dapat melayani arus kendaraan yang ada pada saat
ini.
memperkecil hambatan samping, jika hal tersebut masih belum bisa, maka
alternatif yang lain adalah dengan mengubah jalur kedua simpang tersebut,
yang tadinya dua arah menjadi satu arah, pengaturan arus searah berdasarkan
pengaturan jam atau hari dan Pemberlakuannya 3 in 1 pada hari dan jam
tertentu.
data pada hari dan jam kerja. Pada pengambilan data di simpang Jababeka,
II-47
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
diketahui bahwa jam kritis pagi terjadi pada pukul 07.00-08.00 WIB dengan
volume rata-rata 12,779 kendaraan, dan jam kritis sore hari terjadi pada pukul
17.00 -18.00 WIB dengan volume rata-rata 13,232 kendaraan. Sementara jam
dengan volume kendaraan terendah terjadi antara pukul 13.00 – 14.00 WIB
tertinggi simpang tak bersinyal Jababeka terjadi pada pukul 17.00 – 18.00
dengan nilai DS 4.77, sementara DS terkecil terjadi pada pukul 13.00 – 14.00
DS sesuai MKJI 1997, yakni DS < 0.75 tidak terpenuhi. Oleh karena itu,
fase 1: timur jalan terus, fase 2: selatan jalan terus dan fase 3: barat jalan terus.
yang juga tidak memenuhi syarat MKJI 1997. DS yang dihasilkan adalah 4.71
- 5.54.
tidak disarankan, karena tidak akan berfungsi secara efisien. Solusi lain yang
setiap pendekat.
II-48
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
2.11.4. Indah Puspita, 2016, Analisis Kinerja Simpang Bersinyal Jalan Haji
berarti nilai tundaan yang tinggi, menunjukan waktu siklus yang panjang dan
rasio kendaraan yang tinggi ditunjukan dari panjangannya waktu siklus yaitu
206 detik (3 menit 26 detik) dengan 4 fase lalu lintas dengan nilai derajat
kejenuhan (DS) yaitu 0,875 yang sudah melebihi angka yang diisyaratkan oleh
waktu siklus lampu lalu lintas dan alternatif pemecahan masalah kedua dengan
merubah fase sinyal lalu lintas dan merubah waktu siklus yang telah
II-49
http://digilib.mercubuana.ac.id/
BAB II Tinjauan Pustaka
derajat kejenuhan dan tingkat pelayanan pada simpang tersebut guna mencari
derajat kejenuhan sebesar 0,631 dan tingkat pelayanan (LOS) 49,27 dengan
kategori E (Buruk).
II-50
http://digilib.mercubuana.ac.id/