Saya berterima kasih kepada Dosen Pengampu mata kuliah Teknik Lalu Lintas
Bapak Ir. Hamidun Batubara, MT. dan Bapak Dody Taufik Sibuea, ST., MT yang sudah
memberikan bimbingannya. Saya juga menyadari bahwa tugas ini masih banyak
kekurangan oleh karena itu saya meminta maaf jika ada kesalahan dalam penulisa
n dan saya juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
kesempurnaan tugas ini. Akhir kata saya mengucapkan terimakasih semoga
dapat bermanfaat dan bisa menambah pengetahuan bagi pembaca.
Alvira Damayanti
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pertemuan jalan atau yang sering disebut persimpangan jalan merupakan tempat
bertemunya arus lalu lintas dari dua jalan atau lebih dan merupakan suatu titik tempat
bertemunya berbagai pergerakan yang tidak sama arahnya baik pergerakan yang dilakukan
orang dengan kendaraan maupun tanpa kendaraan (pejalan kaki). Persimpangan jalan
mempunyai peranan yang sangat penting guna menjamin kelancaran arus lalu lintas
Persimpangan jalan sering mengalami konflik arus lalu lintas. Agar konflik ini dapat
dikendalikan Persimpangan harus dilengkapi dengan pengaturan lalu lintas karena
merupakan hal yang paling kritis dalam pergerakan lalu lintas secara menyeluruh pada
jaringan jalan. Persimpangan jalan dirancang di tempat-tempat di mana lalu lintas
kendaraan dapat bergerak ke berbagai arah secara sistematis.
1.3 TUJUAN
1
BAB II PEMBAHASAN
2
2.2.3 Crossing ( memotong )
Crossing adalah peristiwa perpotongan antara arus kenderaan dari satu jalur kejalur yang
lain pada persimpangan dimana Keadaan yang demikian akan menimbulkan titik konflik pada
persimpangan tersebut.
3
menghasilkan kualitas operasional yang baik seperti tingkat pelayanan, waktu tunda, panjang
antrian dan kapasitas. Pertemuan jalan sebidang ini pada dasarnya ada 4 macam yaitu:
1. Bercabang 3
2. Bercabang 4
3. Bercabang banyak
4. Bundaran (Rotary Intersection)
Pada persimpangan sebidang menurut jenis fasilitas pengatur lalu lintasnya dipisahkan
menjadi 2, yaitu:
a. Simpang bersinyal, adalah persimpangan jalan yang pergerakkan atau arus lalu
lintas dari setiap pendekatnya di atur oleh lampu sinyal untuk melewati
persimpangan secara bergilir.
b. Simpang tak bersinyal, adalah pertemuan jalan yang tidak menggunakan sinyal
pada pengaturannya.
4
konflik yang berulang sebagai akibat dari pergerakan ( manuver ) tersebut.
Berdasarkan sifatnya konflik yang ditimbulkan oleh manuver kenderaan dan pedestrian
dibedakan 2 type yaitu :
1. Konflik primer , yaitu konflik yang terjadi antara arus lalu lintas yang saling
memotong
2. Konflik Sekunder, yaitu konflik yang terjadi antara arus lalu lintas kanan dengan arus
lalu lintas arah lainnya dan atau lalu lintas belok kiri dengan pejalan kaki
Adapun titik konflik yang terjadi disuatu persimpangan dapat dilihat pada gambarberikut
:
Pada dasarnya jumlah titik konflik yang terjadi dipersimpangan tergantung beberapa
faktor antara lain :
1. Jumlah kaki persimpangan yang ada
2. Jumlah lajur pada setiap kaki persimpangan
3. Jumlah arah pergerakan yang ada
3. Sistem pengaturan yang ada
5
jam, menit). Pada suatu jalan, volume yang terjadi dapt berubah –ubah menurut suatu
pola yang dikatakan tetap. Beberapa hal yang berhubunganerat dengan variasi volume
tersebut antara lain :
- Waktu, seperti musim dalam satu tahun, hari dalam satu minggu,dst
- Komposisi lalu lintas, pembagian jurusan, dan susunan jalur jalan.
- Jenis tata guna lahan
- Kalsifikasi jalan
Volume biasanya diukur dengan cara mekanik dan manual. Perhitungan dapat
dilakukan terhadap kenderaan- kenderaan pada satu atau beberapa jalurgerak yang
sejajar, misalnya semua kenderaan yang memasuki perpotongan jalan dari suatu jalan
tertentu ataupun semua kenderaan yang memasuki perpotongandari arah mana aja.
n
Q = -----
T
b Kecepatan
Ada beberapa definisi yang dipakai untuk menjelaskan kecepatan dalamhubungannya
dengan gerakan kenderaan pada jalur gerak yaitu :
6
Dimana : V = Kecepatan rata-rata waktu
Vi = Kecepatan kenderaan i pada satu titik potongan jalann =
Jumlah kenderaan yang ditinjau
Keterangan :
2.5.4 Pengemudi
Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat-sifat manusia sebagai pengemudi diantaranya
adalah :
- Tujuan perjalanan
Berdasarkan tujuan perjalanan sifat-sifat manusia sebagai pengemudi akan berbeda
sehubungan dengan interaksinya dalam karakteristik lalu lintas.
- Kondisi cuaca
Pengemudi akan lebih berhati-hati dalam mengemudikan kenderaannya pada
kondisi cuaca buruk dan cenderung untuk menurunkan kecepatannya.
- Umur dan jenis kelamin
Pada umumnya pengemudi yang berumur tua atau wanita akan lebih berhati - hati
dalam mengemudi kenderaannya dibandingkan dengan pengemudi yang berusia
muda atau laki-laki.
- Kondisi kenderaan
Sifat-sifat pengemudi dipengaruhi oleh jenis I model serta kekuatan mesin
kenderaan
- Keadaan lingkungan
Sifat pengemudi pada jalan yang dikenalnya tidak akan sama dengan apabila berada
pada jalan yang belum dikenalnya, dalam hat ini pengemudi cenderung untuk
mengikuti kelakuan pengemudilain dan akan lebih berhati hati.
8
pada daerah persimpangan perlu diupayakan suatupengatuaran dan
pengendalian yang baik dimana tujuannya adalah sbb:
1. Meminimalkan jumlah titik-titik konflik yang mungkin ada sehingga mengurangi atau
menghindari kemungkinan terjadinya kecelakaan.
2. Optimasi operasional persimpangan sehingga kapasitas persimpangan dapat tetap
terjaga sesuai dengan yang direncanakan.
3. Kemudahan memahami bagi pelaku lalu lintas yang menggunakan
persimpangan terhadap pengaturan arus dipersimpangan. Untuk itu petunjuk atas
rambu harus jelas, pasti dan sederhana .
9
2. Persimpangan dengan Pengendali Ruang
Persimpangan jenis ini dapat diterapkan dengan penambahan suatu konstruksi pada
persimpangan. Bentuk fisiknya dapat berupa marka jalan dan pulau pulau lalu lintas.
Dengan pengaturan ini arah pergerakan lalu lintas dapat dipertegas sehingga kenderaan
dapat dengan mudah dan aman memasuki persimpangan menurut lajur masing-masing.
Aspek yang terpenting dari kinerja persimpangan ini adalah pengaruh aruslalu
lintas dari jalan minor. Kenderaan dari jalan, minor secara normal datang pada suatu tanda
stop atou mengalah sebelum memasuki persimpangan, lalu harus menunggu suatu jarak
antara kenderaan yang layak dari arus jalan mayor.
Tundaan yang dialami kenderaan pada jalan minor secara langsung dihubungkan dengan
ukuran waktu antara kenderaan yang akan melewaati arus jalan major.
Tundaan yang dialami kenderaan pada jalan minor secara langsung dihubungkan
dengan ukuran waktu antara kenderaan yang kan melewati arus jalan major. Waktu yang
antara dapat diterima dihubungkan dengan volume lalu lintas
10
jalan major. Apabila volume bertambah, tundaan dan antrian pada jalan minor akan
semakin besar.
11
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Persimpangan Jalan adalah simpul pada jaringan jalan dimana ruas jalan bertemu dan lintasan
arus kendaraan berpotongan. Jenis persimpangan yaitu persimpangan sebidang dan
persimpangan tidak sebidang. Pola pergerakan di persimpangan terdapat empat yaitu
berpencar, bergabung, bersilangan dan berpotongan. Adanya keinginan secara bersamaan
untuk melewati suatu persimpangan maka pada persimpangan tersebut akan terjadi kemacatan
sebagai akibat adanya konflik kenderaan dari masing-masing kaki persimpangan. Terjadinya
kemacetan dapat diatasi dengan cara meningkatkan kapasitas persimpangan, mengurangi
volume arus lalu lintasnya atau melakukan pengendalian/pengaturan arus lalu lintas yang ada.
Cara pengendalian/pengaturan lalu lintas dipandang lebih mudah dan ekonomis.
3.2 SARAN
Saya mengetahui bahwa dalam penyelesaian tugas Critical Jurnal Review ini masih jauh
dari kesempurnaan karena keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang saya miliki, oleh karena
itu saya mengharapkan rekomendasi, saran ataupun kritik yang sifatnya membangun guna
menyempurnakan tugas saya ini, agar dalam pembuatan tugas yang sama kedepannya jauh
lebih baik.
12
DAFTAR PUSTAKA
AASHTO," A Policy On Geometric Design Of Highway And Streets", New York, 1984
Direktorat Jenderal Bina Marga, " Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Raya ", No
13/1970.
Hasanudin, MAU, Timboeleng, JA, & Longdong, J. (2019). ANALISIS KINERJA LALU
LINTAS PERSIMPANGAN EMPAT LENGAN TANPA SINYAL (Studi Kasus: Simpang Jalan
Banjar). Jurnal Statika Sipil , 7 (11).
Lumintang, G. Y., Lefrandt, L. I., Timboeleng, J. A., & Manoppo, M. R. (2013). Kinerja Lalu
Lintas Persimpangan Lengan Empat Bersignal (Studi Kasus: Persimpangan Jalan Walanda
Maramis Manado). Jurnal Sipil Statik, 1(3).
Pratama, Y. B. V. (2011). Analisis Simpang Bersinyal Dengan Metode MKJI 1997 (Doctoral
dissertation, UAJY).
Rachmadi, D. (2018). Analisis Simpang Tak Bersinyal Pada Simpang Tiga Jl. Mayjend
Sungkono–Jl. Raya Tlogowaru Kota Malang (Studi Kasus Simpang Tak Bersinyal Di Jl.
Mayjend Sungkono–Jl. Raya Tlogowaru Kota Malang) (Doctoral dissertation, University of
Muhammadiyah Malang).
Suwarjoko Warpani, " Rekayasa Lalu Lintas" , Penerbit Bhratara Karya Aksara, Jakarta
1985.
13