Anda di halaman 1dari 9

TUGAS KE - 1

REKAYASA LALU LINTAS SEBAGAI PERUBAH KONDISI


NYAMAN DAN AMAN PADA PENERAPAN ALUR DAN ARUS
KEMACETAN LALU LINTAS PERKOTAAN

NAMA : FAISHAL ABDURRAHMAN


NPM : 41155025220043
KELAS : TEKNIK SIPIL – C
DOSEN : Wina G, ST, MT

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LANGLANGBUANA
2023/2024
A. Pengertian Rekayasa Lalu Lintas
Rekayasa lalu lintas adalah sesuatu penanganan yang berkaitan dengan perencanaan, perancangan
geometrik dan operasi lalu lintas jalan raya serta jaringannya, terminal, penggunaan lahan serta
keterkaitannya dengan mode transportasi lain untuk mencapai keselamatan dan pergerakan yang
efisien terhadap orang dan barang.
Tujuan dari rekayasa lalu lintas adalah untuk mendapatkan atau memberikan kondisi lalu lintas
yang selancar dan seaman mungkin tanpa biaya yang besar bagi pergerakan manusia, barang dan
jasa dengan kondisi geometrik/jaringan dan lalu lintas yang ada melalui system pengaturan,
penataan dan regulasi.

B. Landasan Teori
a). Pengertian Jalan
Jalan sebagai bagian system transportasi nasional mempunyai peranan penting terutama dalam
mendukung bidang ekonomi, social dan budaya serta lingkungan dan dikembangkan melalui
pendekatan pengembangan wilayah agar tercapai keseimbangan dan perataan pembangunan antar
daerah, membentuk dan memperkukuh kesatuan nasional untuk memantapkan pertahanan dan
keamanan nasional, serta membentuk struktur ruang dalam rangka mewujudkan sasaran
pembangunan nasional. Klasifikasi menurut fungsi jalan terbagi atas (Bina Marga, 1997) :
• Jalan Arteri: Jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan jarak jauh,
kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien,
• Jalan Kolektor: Jalan yang melayani angkutan pengumpul/pembagi dengan ciri-ciri
perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi,
• Jalan Lokal: Jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak
dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
b). Kecepatan Rencana
Kecepatan rencana, VR, pada suatu ruas jalan adalah kecepatan yang dipilih sebagai dasar
perencanaan geometrik jalan yang memungkinkan kendaraankendaraan bergerak dengan aman
dan nyaman dalam kondisi cuaca yang cerah, lalu lintas yang lengang, dan pengaruh samping jalan
yang tidak berarti. Kecepatan rencana untuk masing masing fungsi jalan dapat ditetapkan dari tabel
berikut :
Tabel Kecepatan Rencana (VR)

Untuk kondisi medan yang sulit, VR suatu segmen jalan dapat diturunkan dengan syarat bahwa
penurunan tersebut tidak lebih dari 20 km/jam.
c). Lajur
1) Lajur adalah bagian jalur lalu lintas yang memanjang, dibatasi oleh marka lajur jalan,
memiliki lebar yang cukup untuk dilewati suatu kendaraan bermotor sesuai kendaraan
rencana.
2) Lebar lajur tergantung pada kecepatan dan kendaraan rencana, yang dalam hal ini
dinyatakan dengan fungsi dan kelas jalan seperti ditetapkan dalam Tabel berikut :

Tabel Lajur Jalan Ideal

3) Jumlah lajur ditetapkan dengan mengacu kepada MKJI berdasarkan tingkat kinerja yang
direncanakan, di mana untuk suatu ruas jalan dinyatakan oleh nilai rasio antara volume
terhadap kapasitas yang nilainya tidak lebih dari 0.80.
4) Untuk kelancaran drainase permukaan, lajur lalu lintas pads alinemen lurus memerlukan
kemiringan melintang normal sebagai berikut :
• 2-3% untuk perkerasan aspal dan perkerasan beton;
• 4-5% untuk perkerasan kerikil (Bina Marga, 1997).
C. Ketentuan-Ketentuan Perencanaan Persimpangan Sederhana
Persimpangan sederhana adalah persimpangan jalan sebidang yang merupakan pertemuan
tiga atau empat ruas jalan dua jalur, untuk satu arah atau dua arah didalam wilayah perkotaan yang
melayani arus lalu lintas dengan volume konflik tidak melebihi 1500 kend/jam. Ketentuan-
ketentuan untuk merencanakan persimpangan sederhana ini antara lain (Bina Marga, 1991) :
a) Jarak Pandang
Jarak pandang yang diperlukan dalam perencanaan Persimpangan Sederhana mencakup
dua hal yaitu Jarak Pandang Henti dan Jarak Pandang Bebas ke Samping. Jarak pandang diukur
oleh suatu jarak antara benda penghalang setinggi 20 cm dari atas permukaan perkerasan dan
benda penghalang lain setinggi mata pengemudi yang ditetapkan 120 cm.
1) Jarak Pandang Henti (LPH) Jarak Pandang Henti (LPH) adalah jarak aman yang diperlukan
oleh pengemudi untuk menghentikan kendaraan yang sedang dikendarainya mulai dari
pengemudi mengetahui adanya halangan didepannya sampai kendaraan tersebut berhenti
tepat sebelum halangan tersebut. LPH di persimpangan berkaitan dengan jarak yang
diperlukan untuk mencapai garis henti. Jarak Pandang Henti tergantung kepada kecepatan
pergerakan kendaraan pada saat mendekati persimpangan. Jarak ini diukur mulai dari garis
henti kearah datangnya kendaraan dan besarnya ditetapkan seperti pada table berikut ini.
2) Jarak Pandang Bebas ke Samping (JPBS) Jarak Pandang Bebas ke Samping adalah jarak
pandang bebas diukur dari posisi kendaraan pada jarak 9,0 meter dibelakang garis henti
pada kaki persimpangan kedua mengarah kepada jalur lalu lintas kendaraan dari kaki
persimpangan utama yang bergerak kearah persimpangan. Dalam kondisi yang sulit posisi
kendaraan sebagai titik ukur, diperpendek menjadi 4,5 meter. Jarak Pandang Bebas ke
Samping diperlukan pengemudi untuk memperkirakan keamanan melintasi persimpangan
baik berupa pergerakan membelok atau memotong arah arus lalu-lintas. Jarak ini
memberikan kesempatan kepada pengemudi untuk mengevaluasi persimpangan sehingga
dapat memutuskan apakah ia dapat melintas dipersimpangan dengan aman.
b) Fasilitas Pengaturan pada Persimpangan Tak Bersinyal
Fasilitas pengaturan lalu lintas jalan raya sangat berperan dalam menciptakan ketertiban,
kelancaran dan keamanan bagi lalu lintas jalan raya, sehingga keberadaannya sangat dibutuhkan
untuk memberikan petunjuk dan pengarahan bagi pemakai jalan raya. Pengaturan lalu lintas
tersebut adalah rambu dan marka jalan, diantaranya :
1. Marka Garis Stop
Marka Garis Stop adalah garis melintang pada perkerasaan jalan yang dijadikan sebagai batas
perhentian kendaraan sebelum memasuki persimpangan.
2. Marka Garis Henti
Marka Garis Henti adalah garis penuh menerus yang melintang jalan pada perkerasan jalan
sebagai tanda bahwa kendaraan harus berhenti sebelum garis tersebut. Marka ini bertujuan
untuk memberikan petunjuk terhadap posisi kendaraan untuk berhenti sebelum memasuki
persimpangan guna mengamati persimpangan agar pengemudi dapat memutuskan
tindakannya memasuki persimpangan dengan aman. Marka garis henti dipersimpangan
sederhana selalu disertai dengan Rambu Stop dan harus dipasang pada kaki persimpangan
kedua.
3. Marka Garis Menerus
Marka Garis Menerus adalah marka yang sejajar jalur jalan, berfungsi mengarahkan dan
membatasi pergerakan kendaraan agar kendaraan tetap berjalan pada jalurnya. Tanda garis
menerus menunjukan bahwa garis tersebut tidak diperbolehkan dilintasi kendaraan, marka
ini harus dibuat disetiap kaki persimpangan sederhana.
4. Marka Garis Lurus Terputus-putus
Marka garis lurus terputus-putus adalah marka yang sejajar dengan jalur jalan berfungsi
sebagai batas jalur, tetapi garis ini masih diijinkan untuk dilintasi kendaraan. Marka garis
lurus terputus-putus disarankan untuk dipasang sebagai pembatas jalur untuk jalur jalan yang
masih cukup jauh dari persimpangan, sehingga pengemudi memiliki kesempatan mengatur
kendaraan pada jalur yang dikendakinya dan benar.
5. Rambu Pemberitahuan Adanya Persimpangan
Rambu Pemberitahuan Adanya Persimpangan adalah rambu yang memberitahukan adanya
persimpangan didepan pada jarak sesuai dengan jarak pandangan henti (LPH).
6. Rambu Stop
Rambu Stop adalah rambu yang mengisyratkan kepada pengemudi yang akan memasuki
persimpangan untuk berhenti terlebih dahulu sebelum memasuki areal konflik
dipersimpangan.
7. Rambu Penunjuk Arah
Rambu Penunjuk Arah berupa rambu tanda panah yang menuntun kendaraan agar memilih
jalur sesuai dengan tujuan pergerakan pengemudi di persimpangan.

D. Study Kasus Bunderan Cibiru Kota Bandung


Cibiru merupakan salah satu kecamatan yang letaknya disebelah timur Kota Bandung.
Berdasarkan data sensus tahun 2017 dari Badan Pusat Statistik Kota Bandung, jumlah penduduk
di Cibiru mencapai 70.300 jiwa. Dengan banyaknya jumlah penduduk di Cibiru, sangat
berpengaruh terhadap mata pencaharian atau pekerjaan juga sarana & prasarana transportasi.

Gambar Bunderan Cibiru Kota Bandung

Persimpangan Bundaran Cibiru merupakan simpang yang menghubungkan Kabupaten


Bandung dengan Kota Bandung. Pertemuan antara Jalan Cibiru, Jalan Cipadung, dan Jalan
Soekarno Hatta. Persimpangan Bundaran Cibiru dilalui oleh kendaraan tujuan Garut, Tasikmalaya,
Ciamis, Banjar, Pangandaran via jalur selatan Nagreg, serta tujuan Sumedang, Majalengka,
Kuningan, Cirebon via jalur tengah Cadas Pangeran.
Gambar Kemacetan di Persimpangan Bunderan Cibiru

Kemacetan sering terjadi pada bundaran ini dikarenakan pada jam- jam sibuk lalu lintas di
bundaran sangat padat ditambah kondisi lingkungan sekitar bundaran merupakan pertokoan,
perumahan, rumah makan, pusat pendididkan sehingga banyak aktifitas kendaraan keluar/masuk
yang mengganggu efektivitas dari bundaran tersebut. Selain itu kendaraan angkutan umum yang
sering berhenti sembarangan juga menyebabkan kemacetan.

Gambar. Titik-titik Penyebab Kemacetan di Bunderan Cibiru


Solusi Untuk Mengatasi Kemacetan Pada Bunderan Cibiru.
1. Relokasi atau pemindahan titik kumpul angkutan umum seperti angkutan kota, bus serta
minibus yang melalukan transit penumpang di area sekitaran Bundaran Cibiru Bandung untuk
dibuatkan terminal dilokasi terdekat oleh intansi terkait supaya tidak menumpuk di area sekitar
bundaran yang mengganggu efektifitas dari bundaran.
2. Pendisiplinan dan penertiban angkutan umum dan bus yang berhenti untuk menaikan dan
menurunkan penumpang pada sekitar Bundaran Cibiru agar tidak berhenti pada sekitar
Bundaran Cibiru.
3. Pembuatan jalan baru untuk akses pemukiman di bagian selatan dan utara yang menembus ke
jalan Soekarno hatta untuk pemukiman selatan dan jalan ujung berung untuk pemukiman
bagian utara agar mengurangi kapasitas volume kendaraan yang masuk ke bunderan cibiru dan
meminimalisisr keluar masuknya kendaraan ke jalan komplek.

Gambar Rekayasa Lalu Lintas Bunderan Cibiru


Keterangan :
Garis Kuning (jl. arteri)
Garis Biru (macet dari arah Bandung)
Garis Merah (macet dari arah Sumedang)
Garis Pink (rencana jl. baru)
4. Pembukaan akses pintu tol Gedebage untuk umum sehingga tidak hanya digunakan untuk
akses kendaran yang menuju Stadion Gelora Bandung Lautan Api dalam acara tertentu, karena
pintu tol terdekat saat ini ada di Buahbatu. Oleh sebab itu solusi ini dapat mengurangi volume
kendaraan dari arah selatan (Cilenyi-SumedangTasikmalaya-Garut) menuju kearah
Ujungberung, Cicahem, pusat kota Bandung bisa keluar dari gerbang tol ini. Dengan demikian
Bundaran Cibiru Bandung praktis dihindari.
5. Pelarangan kendaraan berat (HV) untuk melewati Bundaran Cibiru Bandung pada jam puncak
atau jam sibuk seperti pukul 06:00-08- 00 pagi hari oleh dinas terkait sehingga dapat
memgurangi volume kendaran yang melewati bundaran.
6. Agar antrian dan tundaan yang terjadi pada bundaran Cibiru tidak terlalu besar sebaiknya
dilakukan rekayasa lalulintas seperti pemisahan jalur antara kendaraan roda dua dan roda
empat, serta kendaraan yang masuk bundaran dari arah Cibiru tujuan ke arah Cipadung supaya
lurus dan putar balik dijalan Soekarno-Hatta untuk mengurangi konflik pada bagian jalinan
bundaran.
7. Pengadaan dan perawatan rambu-rambu lalulintas maupun marka jalan hendaknya perlu
diperhatikan oleh instansi terkait.
8. Perlu segera dilakukan evaluasi kinerja bundaran oleh instansi terkait mengingat kondisi
bundaran yang sangat padat dan terjadi tundaan yang sangat besar.

Anda mungkin juga menyukai