B. Landasan Teori
a). Pengertian Jalan
Jalan sebagai bagian system transportasi nasional mempunyai peranan penting terutama dalam
mendukung bidang ekonomi, social dan budaya serta lingkungan dan dikembangkan melalui
pendekatan pengembangan wilayah agar tercapai keseimbangan dan perataan pembangunan antar
daerah, membentuk dan memperkukuh kesatuan nasional untuk memantapkan pertahanan dan
keamanan nasional, serta membentuk struktur ruang dalam rangka mewujudkan sasaran
pembangunan nasional. Klasifikasi menurut fungsi jalan terbagi atas (Bina Marga, 1997) :
• Jalan Arteri: Jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan jarak jauh,
kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien,
• Jalan Kolektor: Jalan yang melayani angkutan pengumpul/pembagi dengan ciri-ciri
perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi,
• Jalan Lokal: Jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak
dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
b). Kecepatan Rencana
Kecepatan rencana, VR, pada suatu ruas jalan adalah kecepatan yang dipilih sebagai dasar
perencanaan geometrik jalan yang memungkinkan kendaraankendaraan bergerak dengan aman
dan nyaman dalam kondisi cuaca yang cerah, lalu lintas yang lengang, dan pengaruh samping jalan
yang tidak berarti. Kecepatan rencana untuk masing masing fungsi jalan dapat ditetapkan dari tabel
berikut :
Tabel Kecepatan Rencana (VR)
Untuk kondisi medan yang sulit, VR suatu segmen jalan dapat diturunkan dengan syarat bahwa
penurunan tersebut tidak lebih dari 20 km/jam.
c). Lajur
1) Lajur adalah bagian jalur lalu lintas yang memanjang, dibatasi oleh marka lajur jalan,
memiliki lebar yang cukup untuk dilewati suatu kendaraan bermotor sesuai kendaraan
rencana.
2) Lebar lajur tergantung pada kecepatan dan kendaraan rencana, yang dalam hal ini
dinyatakan dengan fungsi dan kelas jalan seperti ditetapkan dalam Tabel berikut :
3) Jumlah lajur ditetapkan dengan mengacu kepada MKJI berdasarkan tingkat kinerja yang
direncanakan, di mana untuk suatu ruas jalan dinyatakan oleh nilai rasio antara volume
terhadap kapasitas yang nilainya tidak lebih dari 0.80.
4) Untuk kelancaran drainase permukaan, lajur lalu lintas pads alinemen lurus memerlukan
kemiringan melintang normal sebagai berikut :
• 2-3% untuk perkerasan aspal dan perkerasan beton;
• 4-5% untuk perkerasan kerikil (Bina Marga, 1997).
C. Ketentuan-Ketentuan Perencanaan Persimpangan Sederhana
Persimpangan sederhana adalah persimpangan jalan sebidang yang merupakan pertemuan
tiga atau empat ruas jalan dua jalur, untuk satu arah atau dua arah didalam wilayah perkotaan yang
melayani arus lalu lintas dengan volume konflik tidak melebihi 1500 kend/jam. Ketentuan-
ketentuan untuk merencanakan persimpangan sederhana ini antara lain (Bina Marga, 1991) :
a) Jarak Pandang
Jarak pandang yang diperlukan dalam perencanaan Persimpangan Sederhana mencakup
dua hal yaitu Jarak Pandang Henti dan Jarak Pandang Bebas ke Samping. Jarak pandang diukur
oleh suatu jarak antara benda penghalang setinggi 20 cm dari atas permukaan perkerasan dan
benda penghalang lain setinggi mata pengemudi yang ditetapkan 120 cm.
1) Jarak Pandang Henti (LPH) Jarak Pandang Henti (LPH) adalah jarak aman yang diperlukan
oleh pengemudi untuk menghentikan kendaraan yang sedang dikendarainya mulai dari
pengemudi mengetahui adanya halangan didepannya sampai kendaraan tersebut berhenti
tepat sebelum halangan tersebut. LPH di persimpangan berkaitan dengan jarak yang
diperlukan untuk mencapai garis henti. Jarak Pandang Henti tergantung kepada kecepatan
pergerakan kendaraan pada saat mendekati persimpangan. Jarak ini diukur mulai dari garis
henti kearah datangnya kendaraan dan besarnya ditetapkan seperti pada table berikut ini.
2) Jarak Pandang Bebas ke Samping (JPBS) Jarak Pandang Bebas ke Samping adalah jarak
pandang bebas diukur dari posisi kendaraan pada jarak 9,0 meter dibelakang garis henti
pada kaki persimpangan kedua mengarah kepada jalur lalu lintas kendaraan dari kaki
persimpangan utama yang bergerak kearah persimpangan. Dalam kondisi yang sulit posisi
kendaraan sebagai titik ukur, diperpendek menjadi 4,5 meter. Jarak Pandang Bebas ke
Samping diperlukan pengemudi untuk memperkirakan keamanan melintasi persimpangan
baik berupa pergerakan membelok atau memotong arah arus lalu-lintas. Jarak ini
memberikan kesempatan kepada pengemudi untuk mengevaluasi persimpangan sehingga
dapat memutuskan apakah ia dapat melintas dipersimpangan dengan aman.
b) Fasilitas Pengaturan pada Persimpangan Tak Bersinyal
Fasilitas pengaturan lalu lintas jalan raya sangat berperan dalam menciptakan ketertiban,
kelancaran dan keamanan bagi lalu lintas jalan raya, sehingga keberadaannya sangat dibutuhkan
untuk memberikan petunjuk dan pengarahan bagi pemakai jalan raya. Pengaturan lalu lintas
tersebut adalah rambu dan marka jalan, diantaranya :
1. Marka Garis Stop
Marka Garis Stop adalah garis melintang pada perkerasaan jalan yang dijadikan sebagai batas
perhentian kendaraan sebelum memasuki persimpangan.
2. Marka Garis Henti
Marka Garis Henti adalah garis penuh menerus yang melintang jalan pada perkerasan jalan
sebagai tanda bahwa kendaraan harus berhenti sebelum garis tersebut. Marka ini bertujuan
untuk memberikan petunjuk terhadap posisi kendaraan untuk berhenti sebelum memasuki
persimpangan guna mengamati persimpangan agar pengemudi dapat memutuskan
tindakannya memasuki persimpangan dengan aman. Marka garis henti dipersimpangan
sederhana selalu disertai dengan Rambu Stop dan harus dipasang pada kaki persimpangan
kedua.
3. Marka Garis Menerus
Marka Garis Menerus adalah marka yang sejajar jalur jalan, berfungsi mengarahkan dan
membatasi pergerakan kendaraan agar kendaraan tetap berjalan pada jalurnya. Tanda garis
menerus menunjukan bahwa garis tersebut tidak diperbolehkan dilintasi kendaraan, marka
ini harus dibuat disetiap kaki persimpangan sederhana.
4. Marka Garis Lurus Terputus-putus
Marka garis lurus terputus-putus adalah marka yang sejajar dengan jalur jalan berfungsi
sebagai batas jalur, tetapi garis ini masih diijinkan untuk dilintasi kendaraan. Marka garis
lurus terputus-putus disarankan untuk dipasang sebagai pembatas jalur untuk jalur jalan yang
masih cukup jauh dari persimpangan, sehingga pengemudi memiliki kesempatan mengatur
kendaraan pada jalur yang dikendakinya dan benar.
5. Rambu Pemberitahuan Adanya Persimpangan
Rambu Pemberitahuan Adanya Persimpangan adalah rambu yang memberitahukan adanya
persimpangan didepan pada jarak sesuai dengan jarak pandangan henti (LPH).
6. Rambu Stop
Rambu Stop adalah rambu yang mengisyratkan kepada pengemudi yang akan memasuki
persimpangan untuk berhenti terlebih dahulu sebelum memasuki areal konflik
dipersimpangan.
7. Rambu Penunjuk Arah
Rambu Penunjuk Arah berupa rambu tanda panah yang menuntun kendaraan agar memilih
jalur sesuai dengan tujuan pergerakan pengemudi di persimpangan.
Kemacetan sering terjadi pada bundaran ini dikarenakan pada jam- jam sibuk lalu lintas di
bundaran sangat padat ditambah kondisi lingkungan sekitar bundaran merupakan pertokoan,
perumahan, rumah makan, pusat pendididkan sehingga banyak aktifitas kendaraan keluar/masuk
yang mengganggu efektivitas dari bundaran tersebut. Selain itu kendaraan angkutan umum yang
sering berhenti sembarangan juga menyebabkan kemacetan.