DASAR TEORI
A. Pengertian Jalan
Jalan raya adalah jalur-jalur tanah di atas permukaan bumi yang dibuat oleh
manusia dengan bentuk, ukuran dan jenis konstruksinya sehingga dapat digunakan
untuk menyalurkan lalu lintas orang, hewan dan kendaraan yang mengangkut barang
dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan mudah dan cepat.
Untuk perencanaan jalan raya yang baik, bentuk geometriknya harus ditetapkan
sedemikian rupa sehingga jalan yang bersangkutan dapat member pelayanan yang
optimalkepada lalu lintas sesuai dengan fungsinya, sebab tujuan akhir dari perencanaan
geometric ini adalah menghasilkan infrastruktur yang aman, efisiensi pelayanan arus
lalu lintas dan memaksimalkan ratio tingkat pengunaan biaya juga memberikan rasa
aman dan nyaman kepada pengguna jalan.
B. Klasifikasi Jalan
Klasifikasi jalan raya menujukan standar operasi uang dibutuhkan dan merupakan
suatu bantuan yang berguna bagi perencana. Di Indonesia berdasarkan peraturan
perencanaan geometric jalan raya yang dikeluarkan oleh jasa marga, jalan dibagi dalam
kelas-kelas yang penetapannya berdasarkan fungsinya.
Menurut fungsinya jalan raya dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Jalan Arteri
Jalan Raya selain dibagi dalam keals menurut fungsinya, juga
dipertimbangkan besarnya volume serta sifat-sifat lalu lintas yang diharapkan
akan melalui jalan yang bersangkutan. Volume dari lalu lintas dinyatakan dalam
satuan mobil penumpang (SMP), yang menunjukan besarnya jumlah lalu lintas
harian rata-rata (LHR) untuk kedua jurusan. Untuk klasifikasi jalan raya yang
didasarkan pada fungsinya.
Kelas
Arteri
Kolekto
I
>20.000
IIA
6.000 s/d 20.000
IIB
1.500 s/d 8.000
r
IIC
<2.000
Lokal
III
Sumber: Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Raya
(Direktorat Jendral Bina Marga, 1970)
Dalam menghitung besarnya volume lalu lintas untuk keperluan penetapan
kelas jalan kecuali untuk jalan-jalan yang tergolong dalam kelas II C dan III,
kendaraan yang tidak bermotor tak diperhitungkan dan untuk jalan kelas II A dan
I, kendaraan lambat tak diperhitungkan
Khusus untuk perencanaan jalan-jalan kelas I sebagai-dasar harus
digunakan volume lalu lintas pada saat-saat sibuk. Sebagai volume waktu sibuk
yang digunakan untuk dasar suatu perencanaan ditetapkan sebesar 15% dari
vilume harian rata-rata.
a. Kelas I
Kelas jalan ini mencakup semua jalan utama dan dimaksudkan untuk
dapat melayani lalu lintas cepat dan berat. Dalam komposisi lalu lintasnya
tak terdapat kendaraan lambat dan kendaraan tak bermotor. Jalan raya
dalam kelas inimerupakan jalan-jalan raya yang berjalur banyak dengan
konstruksi perkerasan dari jenis yang terbaik dalam arti tingginya tingkatan
pelayanan terhadap lalu lintas.
b. Kelas II
Kelas jalan ini mencakup semua jalan sekunder. Dalam komposisi
lalu lintasnya terdapat lalu luntas lambat. Kelas jalan ini selanjutanya
berdasarkan komposisi dan sifat lalu lintasnya dibagi dalam tiga kelas, yaitu
II A, II B, II C.
c. Kelas II A
Adalah jalan-jalan raya sekunder dua jalur atau lebih dengan
konstruksi permukaan jalan dari jenis aspal beton (hotmix) atau yang setara,
dimana dalam komposisi lalu lintasnya terdapat kendaraan lambat, tetapi
tanpa kendaraan yang tak bermotor
d. Kelas II B
Adalah jalan raya sekunder dua jalur dengan konstruksi permukaan
dan penetrasi berganda atau yang setara dimana dalam komposisi lalu
lintasnya terdapat kendaraan lambat tapi tanpa kendaraan tak bermotor.
e. Kelas II C
tersebut
menguntungkan
dan
terajga
oleh
keistimewaan
3) Cuaca
4) Adanya gangguan dari kendaraan lain
Dipandang dari kondisi lingkungan pada umumnya peran jalan raya
dan karakteristik fisik kendaraan yang menggunakan jalan raya, kecepatan
rencana maksimum 80 km/jam adalah layak bagi jalan raya tanpa
pengawasan jalan masuk. Kecepatan rencana minimum 30 km/jam
merupakan volume lalu lintas rencana rendah. Kecepatan rencana 30-80
km/jam cocok untuk jalan keals 1-5, untuk kondisi kelas 5 cocok untuk lalu
lintas yang cukup rendah dan kondisi medan curam.
2.
Keadaan Topografi
Topografi merupakan faktor-faktor penting dalam menentukan lokasi jalan
dan pada umumnya mempengaruhi alinemen sebagai standar perencanaan
geometrik seperti pada landai jalan, jarak pandang, penampang melintang dan
lain-lain. Untuk memperkecil biaya pembangunan jalan maka standar
perencanaan geometrik perlu sekali disesuaikan dengan topografi dan keadaan
fisik serta penggunaan daerah yang dilaluinya. Misalnya keadaan tanah dasar
yang kurang baik dapat memaksa perencana untuk memindahkan trase atau
mengadakan timbunan yang tinggi (elevated high way) dan hal ini juga dapat
terjadi apabila terdapat tanah dasar dengan permukaan air tanah yang tinggi.
Berdasarkan hal ini jenis medan dibagi menjadi 3 golongan umum
berdasarkan besarnya kelerengan melintang dalam arah kurang lebih tegak lurus
sumbu jalan.
Klasifikasi medan dan besarnya kelerengan melintang:
a. Datar (D) = 0 2,9%
b. Bukit (B) = 3 24,9 %
c. Gunung (G) = 25% keatas
Adapun pengaruh medan meliputi hal-hal seperti berikut:
a. Tikungan, jari-jari tikungan dan pelebaran perkerasan diambil sedemikian
rupa sehingga terjamin keamanan jalannya kendaraan dan pandangan bebas
yang cukup luas
b. Tanjakan, adanya tanjakan yang cukup curam dapat mempengaruhi
kecepatan kendaraan dan tenaga tariknya tidak cukup, maka berat muatan
kendaraan harus dikurangi yang berarti mengurangi kapasitas angkut dan
sangat merugikan. Karena itu diusahakan supaya tanjakan dibuat landai
c. Bentuk penampang melintang jalan
d. Trase
3.
Kapasitas Jalan
Faktor Keamanan
Karena pada jalan raya kami berhadapan dengan manusia dan kendaraan,
tentu saja perencanaan geometrik jalan raya ditunjukan terhadap efisiensi,
keamanan dan kenyamanan. Faktor kecepatan kendaraan merupakan faktor
keamanan sehingga dalam perencanaan harus diberikan suatu penampang batas
kecepatan untuk mendapatkan keamanan yang tinggi.
5.
b. Spiral-Circle-Spiral- SCS
Lengkung terdiri atas bagian lengkungan (circle) dengan bagian
peralihan (spiral) untuk menghubungkan denan bagian yang lurus FC. Dua
bagian lengkung di kanan-kiri FC itulah yang disebut spiral. (lihat
perbedaan dengan FC).
c. Spiral-Spiral-SS
Lengkung yang hanya terdiri dari spiral-spiral saja tanpa adanya
circle. Ini merupakan model SCS tanpa circle. Lengkung ini biasanya
terdapat di tikungan dengan kecepatan sangat tinggi. (lihat perbedaan
dengan SCS)
terhadap permukaan jalan lama mendekati atau sesuai dengan yang telah
diperhitungkan.
e. Tanah dasar
Kadang-kadang kita terpaksa membuat jalan diatas tanah dasar yang
sering kena banjir. Disini kita harus hati-hati artinya jangan sampai
alinyemen vertikal kita tidak cukup tinggi. Kedudukan alinyemen vertikal
harus sedemikian sehingga : permukaan aitbanjir tidak mencapai lapis-lapis
perkerasan. Cukup tinggi sampai kita dapat memasang culvert yang betulbetul bisa berfungsi.
3. Macam-macam contoh bentuk dalam alinyemen vertikal