Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH GEOMETRI JALAN

DISUSUN OLEH :

WILDAN SATRIA PRATAMA W (180522529504)

SALMA NURANA PRASYA (180522529517)

MUHAMMAD CHONIQ (18052252

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN PENDIDIKAN VOKASI 2018

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK SIPIL DAN BANGUNAN


GEOMETRI JALAN
1.1 Pengertian Geometri Jalan

Geometri jalan merupakan bekal awal untuk mendalami dan memahami pengertian
dasar dari suatu bentukan konstruksi yaitu konstruksi jalan raya. Sesudahnya baru
didekati lagi dengan pendekatan struktur, yang lebih mengarah pada bentuk fisik dan
kekuatan konstruksi jalan, yang memerlukan penelaahan perencanaan yang lebih
matang

2.1 Pengertian perencanaan geometi jalan

adalah suatu bentuk perencanaan route jalan yang lengkap dan mencangkup segala
aspek yang sesuai dengan kondisi di lapangan serta tetap berdasarkan peraturan yang
berlaku.suatu bentuk perencanaan geometrik jalan selalu terkait dengan route yang
akan di buat.panjang dan lebar jalan.desain tikungan.jumlah tanjakan dan turunan
serta ketinggianya faktor jarak pandang dan lain lain

Sebelum melakukan perencanaan geometrik jalan para perencana melakukan


pengamatan serta mempertimbangkan faktor faktor pendukung lainya seperti

2.2 Faktor fakor sebelum perencanaan geometri

 Tata ruang jalan


 Lokasi jalan di bangun
 Aspek kepadataan lalulintas
 Biaya pembuatan
 Faktor lingkungan
 Analisa permasalahan dari geometrik jalan sebelumnya
 Perkembangan jalan pendukung
 Pelaksana pembangunan
 Setra biaya perawatan jalan

Yang di bahas di atas adalah faktor yang di sebut faktor teknis sedangkan masih ada
faktor non teknis yang juga perlu di perhatikan dalam geometrik jalan

Selain faktor kita juga harus mempertimbangkan parameter pembuatan jalan


2.3 parameter perencanaan geometri jalan

2.3.1 karakteristik kendaraan

Bagian yang terpenting dari suatu perencanaan geometrik jalan adalah dari
karakteristik kendaraan yang akan melalui jalan tersebut meliputi

A. Dimensi kendaraan rencana


kendaraan rencana adalah kendaraan yang radius putaranya dipergunakan
untuk perencanaan geometri jalan
 Kendaraan ringan adalah kendaraan yang mempunyai dua as dengan 4
roda dengan jarak as 2.00-3.00 meter seperti mobil penumpang minibus
dan pick up sesuai peraturan klasifikasi bina marga
 Kendaraan sedang adalah kendaraan yang memiliki dua as gandar
dengan jarak as 3.5 -5.0 meter meliputi bus kecil dan truk dua as dengan
6 roda
 Kendaraan besar yang mempunyai panjang as 5.0 sampai 6.0 seperti bus
besar dan kendaraan truk truk besar
 Truk besar dengan 3 as dan lebih dari 6 roda
 Sepeda motor

Gambar 2.1 dimensi kendaraan kecil

(sumber: kontruksi jalan raya ir hairun.22)


Gambaran 2.2 dimensi kendaraan sedang

(sumber: kontruksi jalan raya ir hairun.23)

Gambar 2.3 dimensi kendaraan besar

(sumber: kontruksi jalan raya ir hairun.23)


B.jarak putaran kendaraan

Setiap kendaraan memiliki jarak putaran yang berbeda beda dan hal itu berpengaruh
pada perencanaan .besar putaran masing masing kendaraan berbeda beda dan
memengaruhi lebar jalan yang dibutuhkan

Gambar 2.3 jari jari manuver kendaraan kecil

(sumber: kontruksi jalan raya ir hairun.24)


Gambar 2.4 jari jari manuver kendaraan sedang

(sumber: kontruksi jalan raya ir hairun.25)

menentukGambar 2.6

(sumber: kontruksi jalan raya ir hairun.26)


2.3.2 volume lalu lintas rencana

Volume lalu lintas rencana harian adalah perencanaan volume lalu lintas harian pada
akhir taun rencana lalu lintas harian yang di nyatakan dalam satuan smp/hari .volume
jam rencana vjr adalah perkiraan volume lalu lintas pada jam jam ,sibuk tahun
rencana lalu lintas dinyatakan dalam satuan smp/jam dan bisa menggunakan rumus

VJR =VLHR x K/F

Fungsi VJR adalah untuk menghitung kepadatan volume kendaraan dan di gunakan
untuk menentukan perkiraan lajur jalan yang sesuai sehingga di harapkan mampu
menciptakan lalulintas yang efisien.volume 1 jam yang dapat di pergunakan sebagai
VJR adalah harus sedemikian rupa sehingga volume tersebut tidak boleh terlalu
sering terdapat pada distribusi arus lalu lintas setiap jam untuk priode 1 tahun.apabila
terapat volume lalu lintas setiap jam melebihi volume perencanaan maka nilai
lebihnya tidak boleh telalu besar.volume perencanaan juga tidak boleh sangatlah
besar sehingga mampu menyebabkan pemborosan biaya

2.3.3 kapasitas

Kapasitas adalah volume lalu lintas yang mampu melewati suatu bagian jalan dalam
kurun waktu tertentu

Faktor lalu lintas yang meliputi sifat sifat lalu lintas adalah

 Presentase kendaraan besar


 Pembagian jalur lalu lintas
 Variasi dalam lalu lintas

Faktor fisik jalan meliputi

 Kebebasan samping
 Lebar perkerasan
 Lebar bahu jalan
 Tikungan dan kelandaian jalan
 Kondisi permukaan jalan

Jadi faktor kapasitas sangat bergantung dengan faktor faktor di atas.selain itu hal
yang harus di perhatikan salah satunya adalah kemampuan pelayanan jalan.
Beberapa kapasitas jalan yang di sesuaikan dengan penggunaanya adalah
a. Kapasitas dasar adalah jumlah kendaraan maksimum yang mampu melewati
suatu bagian jalan dalam waktu 1 jam dalam keadaan lalu lintas yang ideal
b. Kapasitas mungkin jumlah kendaraan maksimum yang mampu lewat dalam
waktu satu jam dalam kondisi tidak lancar tapi masih mungkin
c. Kapasitas rencana adalah kemampuan kapasitas lalu lintas yang mampu di
pertahankan dalam kurun waktu tertentu denga batas batas toleransi yang di
tentukan

Dalam bahasan kapasitas ini mencangkup jumlah maksimum kendaraan yang mampu
lewat

2.3.4 kualitas pelayanan

Adalah tolak ukur kemampuan jalan dalam melayani lalu lintas .faktor yang menjadi
tolak ukurnya adalah kecepatan lalu lintas dan perbandingan antara volume dan
kapsitas.makin cepat arus lalu lintas berarti tingkat pelayananya semakin baik
begitupun sebaliknya.dalam kasus ini biasa di kenal 6 pembagi dalam kualitas
pelayanan

 Kualitas pelayanan A
1.arus lalu lintas lancar
2.volume lenggang
3.kecepatan dapat di tentukan oleh pengemudi

 Kualitas pelayanan B
1.lalu lintas stabil
2.kecepatan mulai menyesuaikan keramaian

 Kualitas pelayanan C
1.arus lalu lintas stabil
2.pengemudi mulai menentukan kecepatan kendaraanya sesuai dengan
keadaan volume dan kapasitas jalan

 Kualitas pelayanan D
1. Arus mulai tidak stabil
2 perubahan kecepatan menyesuaikan volume kendaraan
 Kualitas pelayana E
1.arus lalu lintas sudah tidak stabil
2.volume hampir sama dengan kapasitas

 Arus lalu lintas F


1.arus lalu lintas sering tersendat
2.kecepatan rendah
3.sering macet

Gambar 2.7 tingkat pelayanan jalan

2.3.5 kecepatan rencana

Kecepatan rencana adalah suatu perkiraan kecepatan yang di lakuakn oleh perencana
sebagai dasar perencanaan yang di ambil berdasarkan kemungkinan kendaraan
kendaraan bergerak dalam kondisi cuaca cerah lalu lintas yang lenggang dan tidak
mendapat pengaruh dari samping jalan
Gambar 2.8 kecepatan rencana

2.3.6 karakteristik lalu lintas

data lalu lintas sangat penting dalam proses perencanaan jalan karena dengan data
tersebut para perencana mampu membuat jalan se efisien mungkin untuk tingkat
kebutuhan lalu lintas.banyaknya kendaraan yang akan melewati jalan tersebut akan
berpengaruh dalam lebar jalan dan pembagian jalur.sedangkan jenis kendaraan yang
akan melewati jalan akan berdampak pada jenis beban sumbu yang akan berpengaruh
pada pengerasan jalan raya.

2.3.7 Gaya sentrifugal.

bila kendaraan melaju pada bidang datar atau menikung benda akan mengalami
kecepatan tertentu dan akan mengalami bebgabai macam gaya salah satunya adalah
gaya sentrifugal.gaya sentrifugal adalah gaya yang menyebabkan benda keluar dari
arah lintasanya dan se arah dengan kecepatanya.gaya ini menyebabkan rasa tidak
nyaman pada kendaraan yang sedang melaju pada jalan.untuk itu perlu komponen
gaya yang mampu mengimbangi gaya sentrifugal yaitu gesekan melintang antara ban
dan permukaan jalan yang di lalui dan komponen berat kendaraan.
Jika di rumuskan gaya sentrifugal akan menjadi 𝐹𝑆 = 𝑚 ∗ 𝑣 2 /𝑅

Gambar 2.9 sentrifugal

M = masa kendaraan
V = kecepatan kendaraan
R = jari jari kelengkungan jalan

Untuk itu perlu perencanaan khusus dalam pembuatan sebuah jalan khususnya
tikungan sehingga efek dari gaya sentrifugal ini tidak menjadi masalah serius

2.3.9 gaya gesekan melintang


adalah gaya gesek permukaan jalan raya dengan ban yang berfungsi untuk
mengimbangi gaya sentrifugal .perbandingan antara gaya gesekan dan gaya normal
pada bidang melintang di sebut koefisien melintang.faktor yang memengaruhi
gesekan ini adalah di antaranya kekerasan ban .kondisi ban .kekerasan jalan dan
faktor cuaca .untuk perencanaan gaya yang di butuhkan sebagai acuan adalah gaya
yang bekerja pada kemiringan yang menyebabkan rasa tidak nyaman .hal ini sesuai
penelitian misalnya AASHTO’54 menetapkan hubungan gaya gesek dengan
kecepatan sebagai bentuk linier (kontruksi jalan ir hamiran.37)
Gambar 2.9 diagram gesekan melintang dan kecepatan

2.3.10 jarak pandang

Jarak pandang .adalah suatu batas pandangan aman yang memungkingkan untuk
melakukan manuver yang aman dan nyaman.seorang perencana jalan harus mampu
membuat jalan atau route yang se aman mungkin dan senyaman mungkin termasuk
juga dalam segi jarak pandang.jarak pandang di bagi menjadi dua yaitu jarak pandang
henti (Jh) dan jarak pandang mendahului (Jd)

 Jarak henti (Jh) adalah jarak minumum yang di perlukan oleh setiap
pengendara untuk memperhentikan kendaraanya saat ada halangan di
depanya. Jarak pandang henti di bagi menjadi dua yaitu
1. jarak tanggap (Jht) adalah jarak yang di tempuh oleh seorang
pengemudi saat mulai melihat objek hingga memutuskan untuk
mengerim
2. jarak pengereman (Jhr) adalah jarak yang di butuhkan untuk
melakukan pengereman hingga kendaraan berhenti.

Jadi jarak henti adalah Jh = Jht+ Jhr


 Jarak pandang mendahului adalah jarak yang di perlukan suatu kendaraan
untuk mulai mendahului kendaraan di depanya hingga kembali ke lajur
aslinya.

Dari faktor jarak pandang tadi di simpulkan pembuataan jalan sebisa mungkin
memaksimalkan jarak pandang sehingga ke amanan dan kenyamanan pengguna jalan
mampu di maksimalkan

3.1 kriteria perencanaan geometrik jalan

seperti yang sudah di bahas di uraian di atas adalah sarat sarat yang di penuh i untuk
menciptakan suatu jalan yang efisien dan memiliki nilai guna yang baik dan optimal
selain faktor teknis di ats faktor lain yang sangat penting dalam perencanaan
geometrik jalan adalah dari faktor alam itu sendiri yang meliputi

3.1.2 Trase Jalan

adalah proyeksi sumbu jalan pada bidang bidang horizontal trase jalan terdiri dari
garis garis lurus yang di hubungkan dengan garis garis lengkung .garis lengkung
tersebut mampu di hubungkan dengan garis busur juga untuk memperjelas. Keadaan
trase jalan juga mampu di pengaruhi oleh faktor topografi.dan iklim sehingga perlu di
lakuakn berbagai cara perbaikan seperti penimbunan dan pengerukan

3.1.3 faktor topografi

sangat penting dalam perencanaan geometri jalan karena bisa sangat berpengaruh
pada penetapan alinemen.kelandaian jalan.jarak pandang.penampang melintang .jika
daerah relatif rata maka faktor topografi tidak terlalu berpengaruh dengan trase
jalan.rute bisa di tarikkemana saja tinggal menentukan arah tujuan namun
jikatopografi mulai tidak rata seperti di pegunungan hal pemilihan trase jalan mula
terpengaruh faktor topografi selain rute yang berubah bisa juga di tambahkan fasilitas
fasilitas pendukung seperti contohnya perluasan suatu titik jalan yang di kira
ekstrim.selain pada bentuk geometrik jalan faktor topografi juga berpengaruh pada
jenis kekuatan jalan.seperti contohnya jalan yang di gunakan untuk daerah industri
cenderung di siapkan untuk kendaraan kendaraan besar.
3.1.4. faktor geologi

faktor geologi juga di gunakan untuk menentukan trase jalan biasnya trase jalan
selalu menghindari daerah daerah dengan faktor geologi bukur seperti
patahan.amblesan dan sering longsor tapi apabila daerah tersebut tidak bisa di hindari
maka terpaksa harus di buat fasilitas penunjang khusus yang memerlukan biaya lebih.

3.1.5 faktor tata guna lahan

hal ini sangat mendasari pembuatan trase jalan seperti contohnya jelas dalam
pembuatan jalan untuk wilayah industri dan jalan untuk wilayah pemukiman pasti
akan berbeda baik dari geometrik maupun dari segi kekerasanya. Dan di masa kini
tuntutan pembuatan jalan juga harus mencangkup analisa mengenai dampak
lingkungan .pembuatan jalan harus mampu meningkatkan efek positif bagi
lingkunganya bukan malah membuat dampak negatif dalam lingkunganya.

3.2 alinemen horizontal

Alinemen horizontal adalah suatu proyeksi dari sumbu jalan pada bidang horizontal
.alinyemen horizontal biasa di kenal dengan situasi jalan atau trase jalan .alinyemen
horizontal terdiri dari garis garis lurus dan garis lengkung yang di hubungkan.garis
lengkung ini bisa berupa busur atau lengkung biasa

(dasar dasar perencanaan geometrik jalan silvia sukiman .67)

Secara sederhana alinyemen horizontal membahas tentang route dan tikungan


tikungan jalan.Tinjauan alinyemen horizontal secara keseluruhan adalah

 Mengindari tikungan searah yang hanya memiliki pemisah yang kecil


 Jangan sampai pada jalan lurus panjang tiba tiba ada sebuah tikungan yang
mengejutkan pengemudi
 Kalau tidak dalam kondisi mendesak jangan gunakan radius minimum
 Pada tikungan berbentuk S harus mampu memberikan rounding pada ujung
ujung tepi perkerasan

3.3 alinyemen vertikal

Adalah perpotongan bidang vertikal dengan bidang permukaan perkerasan jalan .dan
sering kali di sebut sebagai penampang memanjang jalan
(dasar dasar perencanaan geometrik jalan silvia sukiman .153)
secara sederhana ini menyangkut tentang tanjakan dan turunan suatu jalan. Jika di
lakukan menurut permukaan jalan maka biaya yang di butuhkan akan cenderung
rendah namun jalan yang di hasilkan biayasnya akan terlalu banyak tanjakan dan
turunan tapi apabila perlu di lakukan dengan pengerukan atau penimbunn maka akan
menyebabkan adanya biaya tambahan

aspek aspek yang di perhatikan antara lain

 Jangan sampai membuat tanjakan dan turunan yang memiliki jarak yang
pendek
 Jangan sampai membuat tanjakan dan turunan yang tiba tiba setelah jalan
lurus yang relatif panjang
 Jalan landai yang menurun panjang harus di ikuti dengan tanjakan agar
kecepatan kendaraan bisa stabil lagi
 Kalau pada potongan jalan kita menjumpai kelandaian yang tersusun dari
tingkat tinggi hingga rendah maka kita harus memulai dari yang tinggi dulu

4.1 Klasifikasi jalan

4.1.1 Klasifikasi jalan menurut peruntukkannya


Berdasarkan UU RI No. 38 Tahun 2004 tentang jalan, peruntukkan jalan
dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
a. Jalan umum
Jalan yang digunakan untuk lalu lintas umum.
b. Jalan khusus
Jalan yang tidak diperuntukkan bagi pengguna lalu lintas umum, serta
dikelola oleh suatu isntansi tersendiri, seperti:
1) Jalan inspeksi salurang pengairan, minyak, atau gas
2) Jalan perkebunan, pertambangan, Perhutani
3) Jalan komplek perumahan bukan untuk umum
4) Jalan pada kompleks sekolah atau universitas
5) Jalan pada daerah – daerah keperluan militer
4.1.2 Klasifikasi Jalan Menurut Fungsi/Peranan
Menurut Peraturan Pemerintah no. 34 tahun 2006, fungsi jalan dibedakan
menurut sifat dan pergerakan pada lalu lintas dan angkutan jalan. Berdasarkan
fungsinya, jalan terdiri atas :

1. Jaringan jalan primer : jalan yang menghubungkan semua jasa distribusi untuk
pusat kegiatan dan pengembangan wilayah. Jaringan jalan primer dibagi tiga :
a. Jalan arteri primer
Yaitu jalan yang menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota jenjang
kedua.
Ciri-cirinya :
 Kecepatan > 60 km/jam
 Lebar badan jalan tidak kurang 8m
 Kapasitas > volume lalu lintas
 Lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh lalu lintas apapun
 Jalan masuk dibatasi
b. Jalan kolektor primer
Yaitu jalan yang menghubungkan kota jenjang kedua dengan kedua, kota
jejang kesatu dengan kota jenjang ketiga. ciri-ciri nya
 Kecepatan > 40 km/jam
 Lebar badan jalan > 7,0 m
 Kapasitas jalan > volume lalu lintas
 Jalan masuk dibatasi agar kecepatan dan jalan tidak terganggu
 Jalan tidak terputus walaupun masuk daerah kota
c. Jalan local primer
Jalan yang menghubungkan kota jenjang ketiga dengan kota jenjang ketiga,
kota jenjang ketiga dengan persil dan seterusnya. Ciri-cirinya
 Kecepatan > 20 km/jam
 Lebar jalan raya > 6,0 m
 Jalan tidak terputus walau masuk daerah desa

2. Jaringan jalan sekunder : jaringan yang menghubungkan kawasan yan mempunyai


fungsi primer, fungsi sekunder kesatu,kedua,ketiga dan seterusnya.. Sistem
jaringan jalan sekunder dibagi menjadi :

a. Jalan arteri sekunder (Wikipedia)


Jalan yang melayani perjalanan jarak jauh. Kalau didaerah perkotaan
disebut jalan protokol. Ciri-cirinya:
 Kecepatan paling rendah 30 km/jam
 Lebar badan jalan tidak kurang 8 m
 Lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat
 Kapasitas jalan > volume lalu lintas
b. Jalan kolektor sekunder
Jalan yang melayani perjalanan jarak sedang,dan pelayanan jasa distribusi
didalam kota. Ciri-cirinya :
 Menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan sekunder kedua
 Kecepatan > 20 km/jam
 Lebar badan jalan tidak kurang dari 7m
c. Jalan local sekunder
Jalan yang menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan perumahan,
kawasan sekunder kedua dengan perumahan, dan seterusnya. Ciri-cirinya :
 Kecepatan > 10 km/jam
 Lebar badan jalan tidak kurang dari 5 meter
 Tidak untuk roda tiga atau lebih

Kota Jenjang kesatu :

Kota yang berperan melayani seluruh satuan wilayah pengembangannya,


dengan kemampuan pelayanan jasa yang paling tinggi dalam satuan wilayah
pengembangannya serta memiliki orientasi keluar wilayahnya.

Kota jenjang kedua :

Kota yang berperan melayani sebagian dari satuan wilayah pengembangannya


dengan kemampuan pelayanan jasa yang lebih rendah dari kota jenjang kesatu
dalam satuan wilayah pengembangannya dan terikat jangkauan jasa ke kota
jenjang kedua serta memiliki orientasi ke kota jenjang kesatu.

Kota jenjang ketiga :

Kota yang berperan melayani sebagian dari satuan wilayah


pengembangannya, dengan kemampuan pelayanan jasa yang lebih rendah dari
kota jenjang kedua dalam satuan wilayah pengembangannya dan terikat
jangkauan jasa ke kota jenjang kedua serta memiliki orientasi ke kota jenjang
kedua dan ke kota jenjang kesatu

Kota di bawah jenjang ketiga :

Kota yang berperan melayani sebagian dari satuan wilayah


pengembangannya, dengan kemampuan pelayanan jasa yang lebih rendah dari
kota jenjang ketiga dan terikat jangkauan serta orientasi yang mengikuti
prinsip-prinsip di atas.
4.1.3 Klasifikasi jalan menurut statusnya
Menurut UU RI No. 38 tahun 2004 tentang jalan pada Pasal 9, jalan umum
dikelompokkan menjadi :

sumber : Saodang, Hamirhan. 2004. Konsruksi Jalan Raya Buku 1 Geometri Jalan

1. Jalan Nasional : merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem
jaringan jalan primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi, dan jalan
strategis nasional, serta jalan tol.
2. Jalan Provinsi : merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer
yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau
antaribukota kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.
3. Jalan Kabupaten : merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer
yang tidak termasuk jalan Nasional dan jalan Provinsi, yang menghubungkan
ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, antar ibukota kecamatan,
ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan local.
4. Jalan Kota : jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang
menghubungkan antarpusat pelayanan dalam kota, serta menghubungkan
antarpusat permukiman yang berada di dalam kota.
5. Jalan desa : merupakan jalan umum yang menghubungkan permukiman di
dalam desa, serta jalan lingkungan.

4.1.4 Klasifikasi Jalan Menurut Kelas Jalan


Menurut Undang – Undang no.22 tahun 2009, jalan dikelompokkan menjadi
beberapa kelas. Pengelompokkan kelas jalan terdiri atas :

sumber : Saodang, Hamirhan. 2004. Konsruksi Jalan Raya Buku 1 Geometri Jalan

a. jalan kelas I, yaitu jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui Kendaraan
Bermotor dengan ukuran lebar < 2.500 milimeter, ukuran panjang < 18.000
milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 milimeter, dan muatan sumbu terberat 10
ton;
b. jalan kelas II, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat
dilalui Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar < 2.500 milimeter, ukuran
panjang < 12.000 milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 milimeter, dan muatan
sumbu terberat delapan ton;

c. jalan kelas III, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat
dilalui Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar < 2.100 milimeter, ukuran
panjang < 9.000 milimeter, ukuran paling tinggi 3.500 milimeter, dan muatan
sumbu terberat 8 ton; dan

d. jalan kelas khusus, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor
dengan ukuran lebar melebihi 2.500 milimeter,ukuran panjang melebihi 18.000
milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 milimeter, dan muatan sumbu terberat
lebih dari 10 ton.
KESIMPULAN :
Jadi dalam perencanaan geometric jalan perlu diperhatikan berbagai factor salah
satunya dari parameter agar terciptanya jalan yang efisien, aman, serta nyaman untuk
lalu lintas. Selain itu kondisi alam tempat jalan itu dibuat juga akan berpengaruh pada
bentuk jalan dan apabila kondisi alam terlalu berbahaya maka perlu dilakukan rekayasa
jalan namun dengan catatan membutuhkan biaya lebih.
DAFTAR PUSTAKA

 Motou, Daniel. “Alinyemen vertical dan Horizontal”.


http://semuatentangsil.blogspot.com/2017/01/alinyemen-horizontal-dan-
vertikal.html (diakses tanggal 31 Agustus 2018)
 Ichneumon, Greg. “Perencanaan Geometri Jalan Alinyemen”.
https://iamnotthosemen.wordpress.com/2010/07/08/perencanaan-geometrik-
jalan-alinyemen (diakses tanggal 31 Agustus 2018)
 “Makalah Klasifikasi Jalan”.
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/16588/11.%20BAB%
20II.pdf?sequence=5&isAllowed=y (diakses tanggal 31 Agustus 2018)
 “Klasifikasi Jalan yang Sesuai Dengan Undang-Undang”.
http://tingkatkankeselamatanjalan.blogspot.com/2015/06/klasifikasi-jalan-
yang-sesuai-dengan.html (diakses tanggal 31 agustus 2018)
 Sukiman, Silvia. 1999. Dasar Dasar Perencanaan Geometrik Jalan. Bandung:
Nova
 Saodang, Hamirha. 2004. Konstruksi Jalan Raya Buku 1 Geometrik Jalan.
Bandung: Nova

Anda mungkin juga menyukai