GEOMETRI PERSIMPANGAN
1.1 Persimpangan
Persimpangan adalan suatu area tempat bertemunya dua atau lebih ruas jalanbergabung.
Persimpangan mencakup area fasilitas yang dibutuhkan untuksemua pengguna jalan; pejalan
kaki, sepeda, kendaraan bermotor, dankendaraan penumpang umum. Dengan demikian,
persimpangan tidak hanyamencakup daerah perkerasan/lintasan kendaraan bermotor, tapi
termasuk jalurtrotoar dan jalur penyeberang jalan. Persimpangan mencakup semuaperubahan
(misalnya, mengubah jalur) ke penampang melintang yang khas dari jalan berpotongan. Fitur-
fitur utama dalam mendesain persimpangan, adaempat hal yang harus diperhatikan, yaitu :
1. Lingkungan/gunalahan sisi jalan dekat persimpangan sering berorientasi pada tujuan
wisata, iklan dan lansekap.
2. Sebagai tempat terjadinya konflik pergerakan lalu lintas, kendaraan dengan kendaraan,
kendaraan dengan pejalan kaki dan sebagainya.
3. Tempat dari fasilitas alat pengendali dan control lalu lintas. Tempat control tersebut
sering mengakibatkan penundaan perjalanan, namun membantu mengatur lalu lintas
dan mengurangi potensi konflik.
4. Kapasitas, dalam banyak kasus, kontrol lalu lintas di persimpangan membatasi
kapasitas jalan jalan yang berpotongan, yang didefinisikan sebagai jumlah
pengguna yang dapat diakomodasi dalam jangka waktu tertentu.
Area persimpangan, seperti diuraikan tersebut di atas dan ditunjukkan pada Gambar 1. di
bawah ini, merupaka tempat keberadaan komponen-komponen geometrik persimpangan
sebidang, komponen tersebut yang harus diatur sesuai dengan ketentuan-ketentuan teknis.
2 Pengguna Jalan
Pengguna jalan di persimpangan, meliputi; pejalan kaki, pesepeda, kendaraan bermotor
serta kendaraan penumpang angkutan umum. Pengguna persimpangan tersebut mempunyai
karakteristik masing-masing, untuk itu perancang harus memperhatikan/mengakomodasi
kebutuhan dari masing- masing pengguna jalan dalam merancang elemem geometric
persimpangan dan jenis-jenis pengendalian lalu lintasnya. Berikut menggambarkan
karakteristik pengguna persimpangan.
1. Pejalan kaki
Kebutuhan pejalan kaki harus dipertimbangkan dalam perancangan persimpangan.
Beberapa fitur penting yang perlu dipertimbangkan seperti:
(1). Tempat penyeberangan sebidang bagi pejalan kaki, harus
berkesinambungan/aksesibilitas dengan fasilitas trotoar sepanjang jalan
pendekat.
(2). Kecepatan berjalan pejalan kaki, seperti dalam kondisi normal, kecepatan
berjalan pejalan kaki di trotoar dan penyeberangan, yang berkisar dari 2,5 kaki
per detik sampai 6 kaki per detik. Orang tua pejalan kaki dan anak-anak muda
umumnya berada di bagian yang lebih lambat dari jangkauan ini. Kecepatan
berjalan 3,5 sampai 4 kaki per detik untuk waktu sinyal penyeberangan
diterima secara luas sebagai pedoman kecepatan berjalan dalam
penyeberangan.
(3). Kapasitas arus pejalan kaki atau jumlah pejalan kaki per jam yang dapat
diakomodasi oleh fasilitas dalam kondisi normal.
(4). Kontrol lalu lintas, pejalan kaki secara signifikan dipengaruhi oleh jenis
pengendali lalu lintas yang terpasang di persimpangan, parameter kontrol
khusus, dan operasi kendaraan bermotor yang dihasilkan.
2. Pesepeda
Kebutuhan pengendara sepeda harus diintegrasikan ke dalam desain persimpangan. Saat
bepergian dengan kendaraan bermotor, pengendara sepeda tunduk pada undang-undang
lalu lintas kendaraan bermotor. Pertimbangan penting dalam mengakomodasi sepeda
meliputi:
(1). Jika fasilitas jalur sepeda ada, desain perlu memastikan bahwa pengendara
sepeda dapat bergabung ke lokasi yang tepat berdasarkan tujuan yang
diinginkan oleh pengendara sepeda.
(2). Kecepatan operasi pesepeda di persimpangan rata-rata 15 mil per jam dapat
diasumsikan berada di jalan utama. Di jalan kecil, pengendara sepeda biasanya
berhenti atau melambat, dan melakukan perjalanan melalui persimpangan
dengan kecepatan di bawah 15 mil per jam. Di persimpangan yang ditandai,
pengendara sepeda yang menerima sinyal hijau melanjutkan persimpangan
dengan kecepatan rata-rata 15 mil per jam. Pembicara sepeda yang telah
berhenti untuk mendapatkan sinyal berlanjut melalui persimpangan dengan
kecepatan di bawah 15 mil per jam.
(3). Kapasitas sepeda, per jam yang bisa diakomodasi oleh fasilitas dalam kondisi
normal.
(4). Kontrol Lalu Lintas diwajibkan oleh hukum untuk mematuhi perangkat kontrol
di persimpangan. Oleh karena itu, perangkat pengendali lalu lintas perlu
memperhitungkan aktivitas sepeda. Sinyal lalu lintas yang beroperasi
menggunakan sistem deteksi (seperti deteksi loop, kamera video, dan
microwave) harus dirancang dan diuji coba agar peka terhadap sepeda.
3. Kendaraan Bermotor
Karakteristik kendaraan bermotor yang penting harus diperhatikan dalam mendesain
persimpangan, seperti:
(1). Kendaraan rencana, dimana jenis kendaraan tersebut adalah yang terbesar yang
biasanya diperkirakan akan diakomodasi melalui persimpangan.
(2). Kecepatan rencana, kendaraan bermotor dipilih pada segmen jalan yang
berdekatan, sebelum masuk persimpangan..
(3). Kapasitas Kendaraan Bermotor - Jumlah kendaraan bermotor yang dapat
dipindahkan melalui persimpangan dalam kondisi normal.
(4). Kontrol lalu lintas, sama seperti pengguna lain, kendaraan bermotor
dipengaruhi oleh jenis dan waktu kontrol lalu lintas terpasang di persimpangan,
dan jumlah pengguna lainnya.
4. Angkutan Umum
Kendaraan rencana untuk kendaraan penumpang umum yang sesuai dengan layanan
kawasan perkotaan adalah "City-Bus". Kendaraan ini panjangnya 40 kaki, lebarnya 8
kaki, dan memiliki jalur roda belakang dan dalam yang membalik masing-masing 42,0
kaki dan 24,5 kaki. Bus "mid-size", yang biasanya menampung 22 sampai 28
penumpang. Interaksi mereka dengan elemen lalu lintas lainnya harus diperhitungkan
bila memungkinkan.Pemberhentian kendaraan bus umum sering kali terletak di
persimpangan, baik sebagai pemberhentian di dekat sisi pendekat persimpangan atau
sebagai pemberhentian jauh di kaki keberangkatan persimpangan. Lokasi dekat
persimpangan sangat menguntungkan dalam perpindahan moda.
Sebuah halte bus, entah di sisi dekat atau jauh, membutuhkan ruang trotoar hingga jarak
50 sampai 70 kaki yang tidak terbebani oleh tempat parkir. Penumpang biasanya
membutuhkan 4 sampai 6 detik per orang untuk naik bus, dan 3 sampai 5 detik untuk
turun. Jumlah waktu kendaraan transit akan menghalangi pergerakan lalu lintas dapat
diperkirakan dengan menggunakan jumlah boarding dan alightings yang diharapkan
berhenti.
3. Tipe Persimpangan
Tipe persimpangan ditentukan oleh jumlah kaki persimpangan dan sudut pertemuan
dari kaki persimpangannya, seperti;
1. Pertemuan tiga kaki persimpangan/ruas jalan tidak saling tegak lurus, disebut
tipe persimpangan Y.
2. Pertemuan tiga kaki persimpangan/ruas jalan saling tegak lurus, disebut tipe
persimpangan T.
3. Pertemuan empat kaki persimpangan/ruas jalan saling tegak lurus, disebut tipe
persimpangan X.
4. Pertemuan kaki persimpangan/ruas jalan lebihn empat, disebut persimpangan
lima, persimpangan enam dan seterusnya atau disebut dengan persimpangan
berkaki banyak.
5. Pertemuan antara kaki persimpangan disarankan untuk saling tegak lurus,
seperti ditunjukkan pada Gambar 3. yang terdiri atas:
Gambar 3 Tipe persimpangan saling tegak lurus
Toleransi sudut pertemuan kaki persimpangan bisa sampai ± 20°. (Ditinjau secara
alinyemen horizontal), seperti ditunjukkan pada Gambar 4. Toleransi tersebut dimungkinkan
karena faktor kondisi medan sangat sulit (topografi atau lahan terbatas).
Karena kebutuhan pengendalian lalu lintas dengan skala prioritas, maka kaki
persimpangan diklasifikasikan adanya kaki persimpangan jalan utama, yaitu kaki
persimpangan dengan volume lalu lintas terbesar atau ruas jalan dengan hirarki fungsi ruas
jalannya paling tinggi, sedangkan kaki persimpangan minor merupakan kaki persimpangan
dengan volume lalu lintas lebih sedikit dari kaki persimpangan utama atau ruas jalan dengan
hirarki fungsi jalannya lebih rendah. Berikut ini tipe dan konfigurasi jalur dan lajur di
persimpangan, seperti ditunjukkan pada Gambar di bawah ini.
Untuk menentukan jenis persimpangan yang merupakan fungsi dari besaran volume lalu lintas
di ruas/kaki persimpangan antara mayor dan minor, seperti ditunjukkan pada Gambar di
bawah ini.
8. Kapasitas Jalan
Kapasitas Jalan, adalah jumlah kendaraan maksimum yang dapat melewati suatu
penampang jalan selama satu jam dengan kondisi serta arus lalu lintas tertentu. Dinyatidakan
dalam satuan mobil penumpang / jam.
Desain tahunan haruslah 10 tahun setelah konstruksi untuk satu persimpangan yang
terisolasi atau serupa dengan desain tahunan jalan menerus jika persimpangan menjadi bagian
dari suatu proyek perbaikan jalan yang menyeluruh. Suatu tahapan konstruksi untuk
kebutuhan lalu lintas 5 tahunan bisa dipakai untuk persimpangan yang terisolasi di dalam
wilayah perkotaan. Bagaimanapun, kebutuhan lahan harus cukup untuk tata letak
persimpangan desain tahunan. Untuk wilayah perkotaan, faktor jam sibuk (PHF) perlu juga
ditentukan. Jika data tidak ada, nilai 0,85 untuk PHF dapat digunakan.
9. Keselamatan
Keselamatan adalah suatu pertimbangan yang utama di dalam setiap desain
persimpangan.
Desain persimpangan yang aman didasarkan pada prinsip-prinsip yang berikut:
1. Pengurangan banyaknya titik-titik konflik.
2. Meminimalisir area konflik.
3. Pemisahan titik-titik konflik.
4. Memberi pilihan untuk pergerakan utama.
5. Mengendalikan kecepatan.
6. Syarat area tempat perlindungan, alat-alat kendali lalu lintas dan kapasitas yang
memadai.
7. Ketentuan alur-alur kendaraanuntuk diikuti.
10. Titik konflik
Banyaknya titik konflik dapat dikurangi dengan larangan pergerakan lalu lintas
tertentu dan dengan penghapusan beberapa jalan dari persimpangan. Titik- titik konflik dapat
dipisahkan oleh kanalisasi atau dengan megatur persimpangan empat kaki, terutama di daerah
luar kota. Ketika jalan yang berpotongan berada pada sudut runcing atau kaki-kaki yang
berlawanan dari suatu persimpangan adalah bersifat merugikan, bidang persimpangan
berlebihan akan muncul. Secara umum, bidang-bidang yang besar dari perkerasan yang tak
tertata mengundang pergerakan kendaraan yang berbahaya, dan harus dihapuskan
Ada empat jenis dasar pergerakan persimpangan; menyebar, menggabung, memotong
dan mejalin. Jumlah dari konflik yang potensial pada persimpangan bergantung kepada :
1. Jumlah dari pendekat menuju persimpangan
2. Jumlah lajur pada masing-masing pendekat
3. Jenis dari kendali sinyal
4. Luas kanalisasi dan
5. Pergerakan yang diizinkan
C. KEBEBASAN PANDANG
Pandangan pengemudi saat mendekati persimpangan sebidang harus tidak terhalang
terhadap keseluruhan area persimpangan, dan panjang jalan berpotongan harus cukup supaya
pengemudi dapat mengendalikan kendaraannya dan terhindar dari tabrakan.
Jarak pandang di persimpangan adalah jarak penglihatan yang dibutuhkan agar aman saat
berjalan melalui persimpangan. Jarak yang dibutuhkan tergantung pada jenis kontrol lalu
lintas di persimpangan, seperti; tidak terkendali, terkendali, ada tanda berhenti, ada isyarat
lampu lalu lintas dan saat untuk mmelakukan manuver (belok kiri, belok kanan, atau lurus).
Persimpangan yang tidak terkendali paling membutuhkan jarak penglihatan. Jarak penglihatan
dengan jarak jauh merupakan faktor kunci apakah kontrol dengan hasil yangtidak dapat
digunakan dengan aman, atau kontrol yang lebih ketat sangat diperlukan.
Ketika lalu lintas di persimpangan dikendalikan oleh isyarat sinyal lampu atau rambu,
pandangan yang tidak terhalang pada area kendali. Keadaan tersebut menguntungkan untuk
alasan meningkatkan kapasitas sampai dengan 50%, dan hal ini akan memberikan kesempatan
kendaraan untuk muncul ketika jarak pada lalu lintas jalan utama jauh.
2. Segitiga Pandang
Pengemudi bisa melihat lalu lintas di area persimpangan, harus adanya pandangan
yang tidak terhalang oleh bangunan atau objek lain sepanjang sudut persimpangan. Hal ini
dikenal sebagai segi tiga pandangan aman, seperti ditunjukkan di Gambar 7.
Gambar 7 Segitiga bebas pandang pada persimpangan
Setiap objek yang tinggi pada area segi tiga pandangan yang berdekatan yang
merupakan penghalang harus dipindahkan atau diturunkan. Objek tersebut meliputi potongan
lereng, pohon-pohon, semak-semak dan objek tegak lainnya. Pelarangan parkir dalam segi
tiga pandangan bebas. Kondisi-kondisi berbahaya bisa muncul jika, kendaraan diiz Pada
kondisi dengan obyek yang tidak dapat dipindahkan dan mengganggu segitiga pandangan,
harus dilengkapi dengan penempatan rambu batas kecepatan maksimum yang sesuai dengan
jarak pandang.
Gambar 8, menunjukkan untuk kondisi tertentu, kecepatan Vb di ketahui dan a dan b
adalah jarak obyek sampai dengan kendaraan A dan B. Kecepatan kritis V1 pada kendaraan B
dapat diketahui.inkan untuk parkir di dalam segi tiga pandangan yang kemudian menghalangi
jarak pandang.
Gambar 8 Jarak pandang henti di pendekat persimpangan
Jarak pandang henti adalah jarak henti minimum kendaraan A. Kendaraan A di jarak
dari persimpangan dan pengemudi kendaraan A dan B pada saat akan berpapasan, kendaraan
B pada jarak db dari persimpangan.
Kecepatan
Pengaturan dengan Sinyal
Rencana Jalan Pengaturan Stop
(Meter)
Utama (Pada Jalan Minor)
(km/jam) Antar Kota Perkotaan
60 240 170 105
50 190 130 80
40 140 100 55
30 100 70 35
20 60 40 20
Dimana:
D = jarak dari tepi perkerasan terdekat terhadap bagian depan kendaraan yang
berhenti.
W = lebar perkerasan sepanjang alur kendaraan yang memotong.
L =panjang keseluruhan kendaraan
Minimum
Minimum Angle of Intersection Minimum
Tangent
Design (AI, degrees) Curve
Cross
Speed
(MPH) Collector Local Radius, Main Street
Arterial
Major Major Street Approach
Major Street (RM, feet)
Street Street (TA, feet)
15 60 60 60 45 30
20 60 60 60 85 30
25 60 60 60 155 30
30 60 60 60 250 30
35 60 60 60 365 45
40 60 60 60 500 45
45 65 60 60 660 45
50 65 65 60 835 60
55 65 65 65 1065 60
60 70 65 65 1340 60
2. Alinyemen Vertikal
Tinjauan alinyemen vertikal (lihat Gambar 15.) secara keseluruhan, harus dapat
memberikan kenyamanan kepada pemakai jalan disamping bentuknya jangan sampai kaku.
Untuk mencapai itu harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Sebaiknya besarnya kelandaian bidang pada persimpangan harus dihindari.
Pada semua persimpangan dimana terdapat rambu BERI JALAN, rambu STOP
atau sinyal lalu lintas, gradien dari jalan yang berpotongan harus sedatar
mungkin sehingga bagian-bagian ini dapat digunakan sebagai ruang simpan
untuk tempat berhenti kendaraan di persimpangan. Kemiringan bidang pada
persimpangan harus kurang dari 3%. Ketika kondisi tersebut membuat
mahalnya suatu desain, maka kelandaian diperbolehkan dengan tidak melebihi
6% dengan suatu penyesuaian tertentu ke dalam faktor- faktor desain.
2. Sedapat mungkin menghindari broken back, grad line atinya jangan sampai
kita mendesaign lengkung vertikal searah (cembung maupun cekung) yang
hanya dipisahkan oleh tangen yang pendek.
3. Menghindari hidden dip, artinya kalau kita mempunyai alinyemen vertikal
yang relatif datar dan lurus, jangan sampai didalamnnya terdapat lengkung-
lengkung cekung yang pendek yang dari jauh kelihatannya tidak ada atau
tersembunyi.
4. Landai penurunan yang tajam dan panjang harus diikuti oleh pendakian agar
secara otomatis kecepatan yang besar dari kendaraan dapat dikurangi.
5. Kalau pada suatu potongan jalan kita menghadapi alinyemen vertikal dengan
kelandaian yang tersususun dari prosentase kecil sampai besar, maka
kelandaian yang paling curam harus ditaruh pada bagian permulaan landai,
berturut-turut kemudian kelandaian yang lebih kecil. Sampai akhirnya yang
paling kecil.
Table kelandaian di kaki simpang
Design Maximum Maximum Grade Minimum Length of
Speed Intersection Grade Break Approach Grade
(mph) (GI,%) (GB,%) (GA, feet)
15 5 6 20
20 5 5 40
25 5 4 40
30 5 3 60
35 5 2 60
40 4 2 70
45 4 2 70
50 3 2 70
55 3 1 70
60 3 1 70
65 2 0,5 70
70 2 0,5 70
Tabel 4 Kelandaian di kaki simpang
E. JARAK ANTARA PERSIMPANGAN DENGAN FASILITAS LAINNYA
1. Jarak Antara Persimpangan
Jarak Antara persimpangan satu dengan yang lainnya disarankan sejauh mungkin, jarak
minimum harus lebih besar dari komponen-komponen pergerakan lalu lintas, sebagai berikut:
1. Panjang antrian kendaraan jika ada stop line karena pengaturan lalu lintas
dengan APILL.
2. Panjang jalina karena perpindahan lajur, ini tergantung jumlah lajur.
3. Panjang lajur perlambatan dan percepatan.
Komponen bagian-bagian fasilitas pergerakan lalu lintas tersebut dia atas, diilustrasikan
seperti pada Gambar 11 berikut ini.
Tabel 5 menunjukkan jarak minimum yang disarankan untuk beberapa jenis kategori jalan
utama.
Tabel 5 Jarak minimum persimpangan disarankan
Lokasi Fungsi Jalan Utama Jarak (m)
Arteri V x 10
Kolektor Vx5
Antar kota
Lokal/ Vx3
Lingkungan Vx3
Arteri Vx3xn
Kolektor Vx2xn
Perkotaan
Lokal V x 1,5 x n
Lingkungan V x 1,5 x n
Dimana :
V = kecepatan rencana (km/jam)
n = jumlah lajur lurus dalam 1 arah
4. Tipe Persimpangan Miring
Dua jalan berpotongan pada sudut kurang dari 90 derajat dan perbaikan alinyemen
tidak dapat dilakukan untuk memperbesar sudut persimpangan, sebagian dari faktor
penentuan sudut jarak pandang mungkin memerlukan penyesuaian.Kesulitan melihat lalu
lintas pendekat menyulitkan perbaikan persimpangan didasarkan pada asumsi tidak ada
pengendalian persimpangan
Kesulitan melihat lalu lintas pendekat menyulitkan jenis perbaikan jarak pandang
persimpangan didasarkan asumsi tidak ada pengendalian persimpangan bahkan ketika lalu
lintas pada kedua jalan bervolume rendah. Pada persimpangan yang miring (skew), perbaikan
yang dapat dilakukan adalah mengendalikan persimpangan atau mengendalikan kendaraan
pendekat. Pada jarak kendaraan pendekat S lebih besar pada kaki yang miring dari pada sudut
kanan persimpangan, lebar perkerasan pada jejak kendaraan yang memoton, W, adalah lebar
perkerasan yang dibagi oleh sudut sinus persimpangan.
Jarak jalan utama dapat dihitung oleh rumus
d = 0,28 V (2 + ta), nilai ta dibaca dari Gambar 12.
Gambar 12 Jarak pandang persimpangan akibat kemiringan
F. ELEMEN GEOMETRIK PERSIMPANGAN
1. Lajur Lalu Lintas di Persimpangan
Lajur lalu lintas, merupakan bagian dari jalur lalu lintas tempat lalu lintas bergerak, untuk satu
kendaraan bermotor sedang berjalan selain sepeda motor. Lebar satu lajur yang dijadikan
acuan adalah 3,5 meter, sehingga bila dilewati oleh kendaraan dengan lebar maksimum 2,5
meter masih ada ruang bebas sebesar 0,5 meter di kiri kanan kendaraan. Lebar lajur pada
daera pendekat besa lebih kecil dari pada sebelum masuk daerah pendekat, artinya jumlah
lajur dibagian pendekat bisa lebih banyak dari sebelumnya.
Beberap catatan terkait lajur lalu lintas di daerah pendekat persimpangan:
1. Lebar lajur tergantung kecepatan rencana dan kendaraan rencana.
2. Kebutuhan lajur untuk membelok mengacu pada Manual Kapasitas Jalan
Indonesia (MKJI 1997).
3. Lajur belok kanan sebaiknya disediakan pada setiap persimpangan, terkecuali
untuk hal hal sebagai berikut:
(1). Adanya larang untuk belok kanan.
(2). Masih mempunyai kapasitas jalan yang memadai.
(3). Jalan dua jalur dengan kecepatan rencana kurang dari 40 km/jam.
(4). Volume lalu lintas rencana kurang dari 200 kendaraan/jam, atau perbandingan
yang melakukan belok kanan kurang 20% dari total volume lalu lintas yang
masuk pada kaki persimpangan bersangkutan.
4. Lajur belok kiri perlakuannya bergantung pada:
(1).Jenis dan volume lalulintas yang berbelok.
(2).Kecepatan dimana belok kiri akan digunakan.
a) Persimpangan Bersinyal
Panjangnya ruang simpan dihitung sebagai:
L = 1, 5 x N x S
di mana N : Rata-rata jumlah kendaraan yang berbelok kanan pada suatu siklus dari
fase sinyal (kend.).
S = Rata-rata jarak antar kendaraan(m)
S = 6m untuk mobil penump ang
S = 12m untuk kendaraan angkutan besar yang lain Jika perbandingan kendaraan
angkutan barang tidak diketahui,
S = 7m bisa digunakan.
paralel dan menghalangi lalu lintas yang menerus. Di daerah perkotaan, bagaimanapun,
dengan segala keterbatasan kadang-kadang memaksakan pengurangan panjang lajur belok
kanan. Lajur belok yang lebih pendek bahkan efektif sampai taraf tertentu, karena volume lalu
lintas tidak selalu tinggi. Selama hambatan lajur belok kanan diizinkan maka lajur tersebut
harus disediakan. Dalam hal ini, pengurangan panjang lajur harus disesuaikan dengan panjang
taper dengan memelihara panjangnya ruang simpan sepanjang mungkin. Bagaimanapun, jika
panjang lajur tersebut kurang dari separuh panjang yang direkomendasikan, maka lajur
tersebut harus ditiadakan.Taper biasanya dibentuk oleh Kurva S yang terdiri atas dua busur
lingkaran.
Ketika lajur belok kanan terhalangi oleh cembungan jalan, maka lajur tersebut perlu
diperpanjang untuk memberi waktu cukup bagi pengemudi untuk mengetahui kondisi lajur
pada saat pengemudi tersebut mulai menurunkan kecepatannya.
Untuk persimpangan yang baru, lalu lintas yang berbelok kanan harus diperkirakan dengan
memanfaatkan informasi dari proyek pengembagan lahan dan lokasi bangkitan fasilitas lalu
lintas sepanjang jalan yang berpotongan. Ketelitian dari penilaian tersebut tidak selalu
memuaskan dalam banyak kasus. Oleh karena itu, persimpangan baru harus diuji setelah
pembukaan dan desainnya harus diperbaiki sesuai dengan kondisi operasi nyata, seperti
panjangnya ruang simpan yang paling sulit untuk diramalkan, pada waktu konstruksi semula,
harus dipersiapkan untuk perbaikan di masa depan. Jika dua atau lebih lajur disediakan untuk
mengatasi lalu lintas berbelok kanan yang padat, panjangnya ruang simpan akan dipendekkan
kepada suatu jarak yang biasa dibagi banyaknya lajur.
4. Lajur belok-kiri
Jalur belok kanan digunakan untuk menghilangkan perlambatan kendaraan motor penggerak
kanan dari arus lalu lintas, dan juga untuk menyediakan jalur tambahan untuk penyimpanan
kendaraan bermotor penggerak kanan.
Jenis lajur belok kiri dan perlakuannya bergantung pada:
1. jenis dan volume lalu lintas yang berbelok.
2. pembatasan yang disebabkan oleh cakupan pengembangan.
3. kecepatan dimana belok kiri akan digunakan.
Faktor-faktor ini menentukan radius dari kerb dan lebar dari lajur belok kiri. Ada dua jenis
dari perlakuan untuk belok kiri, belok kiri sederhana dan belok kiri yang terpisah, ketentuan
seperti
1.2 DAFTAR PUSTAKA
Arahan Teknik (Jalan) dari Cawangan Jalan Ibu Pejabat J.K.R. Malaysia. 1987. A
Guide To The Design Of At-Grade Intersections. Malaysia tahun 1987.
Standar Disain Nasional. 2004. Rancangan Standar Nasional Indinesia No. RSNI T-
14 Tahun 2004 tentang Geometrik Jalan Perkotaan. Jakarta.