Anda di halaman 1dari 39

PERTEMUAN 2 TEKNIK LALU

LINTAS
DIO D. PERMADI,S.T., M.ENG.
PENGONTROLAN LALU LINTAS PADA
PERSIMPANGAN
SIMPANG

• Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995), simpang adalah tempat
berbelok atau bercabang dari yang lurus.
• Persimpangan adalah simpul dalam jaringan transportasi dimana dua atau lebih ruas jalan bertemu, disini arus lalu lintas
mengalami konflik. Untuk mengendalikan konflik ini ditetapkan aturan lalu lintas untuk menetapkan siapa yang mempunyai
hak terlebih dahulu untuk menggunakan persimpangan (http://id.wikipedia.org/wiki/persimpangan)
• Menurut Hendarto, dkk., (2001), persimpangan adalah daerah dimana dua atau lebih jalan bergabung atau
berpotongan/bersilangan.
• Menurut Hobbs (1995), persimpangan jalan merupakan simpul transportasi yang terbentuk dari beberapa pendekat dimana
arus kendaraan dari beberapa pendekat tersebut bertemu dan memencar meninggalkan persimpangan.
• Menurut Abubakar, dkk., (1995), persimpangan adalah simpul pada jaringan jalan dimana jalan-jalan bertemu dan lintasan
kendaraan berpotongan. Lalu lintas pada masing-masing kaki persimpangan menggunakan ruang jalan pada persimpangan
secara bersama-sama dengan lalu lintas lainnya
PERSIMPANGAN

• Jumlah dan jenis konflik pada ruang persimpangan akan sangat bergantung
pada:
• 1. Jumlah lengan persimpangan.
• 2. Arah pergerakan arus lalu lintas dari setiap lengan persimpangan (belok
kiri, lurus, dan belok kanan).
• 3. Pengaturan pergerakan arus lalu lintas (fase).
SIMPANG
SIMPANG
JENIS SIMPANG

• 1. Simpang Bersinyal
• 2. Simpang Tak Bersinyal
SIMPANG BERSINYAL

• Simpang bersinyal adalah suatu persimpangan yang terdiri dari beberapa lengan dan dilengkapi dengan
pengaturan sinyal lampu lalu lintas (traffic light). Berdasarkan MKJI 1997, adapun tujuan penggunaan sinyal
lampu lalu lintas (traffic light) pada persimpangan antara lain:
• a. Untuk menghindari kemacetan simpang akibat adanya konflik arus lalu-lintas, sehingga terjamin bahwa
suatu kapasitas tertentu dapat dipertahankan, bahkan selama kondisi lalu-lintas jam puncak.
• b. Untuk memberi kesempatan kepada kendaraan dan/atau pejalan kaki dari jalan simpang (kecil) untuk
memotong jalan utama.
• c. Untuk mengurangi jumlah kecelakaan Ialu-lintas akibat tabrakan antara kendaraan dari arah yang
bertentangan. Ukuran kualitas dari kinerja simpang adalah dengan menggunakan variable sebagai berikut.
CONTOH SIMPANG BERSINYAL
SIMPANG TAK BERSINYAL

• Simpang tak bersinyal adalah perpotongan atau pertemuan pada suatu


bidang antara dua atau lebih jalur jalan raya dengan simpnag masing-
masing, dan pada titik-titik simpang tidak dilengkapi dengan lampu sebagai
rambu-rambu simpang.
CONTOH SIMPANG TAK BERSINYAL
KINERJA SIMPANG

• Menurut MKJI 1997 kinerja suatu simpang dapat di definisikan sebagai


ukuruan yang menerangkan kondisi operasional fasilitas simpang. Kinerja
suatu simpang dapat diukur sebagai berikut:
• Kapasitas
• Derajat Kejenuhan
• Tundaan
• Peluan Antrian
KAPASITAS

• Kapasitas didefinisikan sebagai arus maksimum per jam yang dipertahankan,


yang melewatu suatu titik di jalan dalam kondisi yang ada. Kapasitas
merupakan ukuran kinerja pada kondisi yang bervariasi, dapat diterapkan
pada suatu jalan yang kompleks dan dinyatakan pada smp/jam.
DERAJAT KEJENUHAN

• Derajat kejenuhan merupakan rasio arus lalu lintas terhadap kapasitas. Derajat
kejenuhan merupakan suatu indikator yang menentukan tingkat kinerja suatu
simpang. Suatu simpang mempunyai tingkat kinerja yang baik apabila derajat
kejenuhan tidak lebih dari 0,8 pada jam puncak tahun rencana
• Derajat kejenuhan (Ds) merupakan perbandingan antara volume lalulintas (V)
dengan kapasitas jalan (C), besarnya yang secara teoritis antara 0 - 1,yang artinya
jika nilai tersebut mendekati 1 maka kondisi jalan tersebut sudah mendekati jenuh.
Hal ini didapat dari cukup padatnya volume kendaraan yang teradi di ruas jalan
pada jam sibuk.
TUNDAAN

• Tundaan adalah waktu tempuh tambahan yang di perlukan untuk melewati


simpang apabila dibandingkan lintasan tanpa melewati simpang. Tundaan
terdiri dari Tundaan Lalu Lintas (DT) yang disebabkan oleh pengaruh
kendaraan lain dan Tundaan (DG) disebabkan perlambatan dan percepatan
untuk melewati fasilitas tertentu. Tundaan meningkat seiring bertambahnya
arus total, yaitu arus jalan utama dan arus simpang, yang mengakibatkan
bertambahnya derajat kejenuhan.
PELUAN ANTRI

• Peluang antrian (QP%) adalah kemungkinan terjadinya antrian dengan lebih


dua kendaraan di daerah pendekat yang mana saja pada simpang tak
bersinyal. Batas nilai peluang antrian dapat diperkirakan dari hubungan
kurva peluang antrian atau derajat kejenuhan.
CONTOH DATA
SIFAT KONFLIK

• Berdasarkan sifat konflik yang ditimbulkan oleh manuver kendaraan dan


keberadaan pedestrian dibedakan menjadi 2 tipe yaitu :
• 1. Konflik primer, yaitu konflik yang terjadi antara arus lalu lintas yang saling
memotong.
• 2. Konflik sekunder, yaitu konflik yang terjadi antara arus lalu lintas kanan
dengan arus lalu lintas arah lainnya dan atau lalu lintas belok kiri dengan
para pejalan kaki.
JUMLAH TITIK KONFLIK

• Pada dasarnya jumlah titik konflik yang terjadi di persimpangan tergantung


beberapa faktor, yaitu:
• 1. Jumlah kaki persimpangan yang ada.
• 2. Jumlah lajur pada setiap kaki persimpangan.
• 3. Jumlah arah pergerakan yang ada.
• 4. Sistem pengaturan yang ada.
4 JENIS DASAR
ALIH GERAK
KENDARAAN
• 1. Berpencar (diverging), adalah peristiwa memisahnya kendaraan
dari suatu arus yang sama ke jalur yang lain. Menurut Bina Marga
(1992) berpencar (diverging), yaitu penyebaran arus kendaraan
dari satu jalur lalu-lintas ke beberapa arah.

• 2. Bergabung (merging), adalah peristiwa menggabungkan


kendaraan dari suatu jalur ke jalur yang sama. Menurut Bina
Marga bergabung (merging), yaitu menyatukan arus kendaraan
dari beberapa jalur lalu-lintas ke satu arah.

• 3. Berpotongan (crossing), adalah peristiwa perpotongan antara


arus kendaraan dari satu jalur ke jalur yang lain pada
persimpangan dimana keadaan yang demikian akan menimbulkan
titik konflik pada persimpangan tersebut. Menurut Bina Marga
(1992) berpotongan (crossing), yaitu berpotongannya dua buah
jalur lalu-lintas secara tegak lurus.

• 4. Bersilangan (weaving), adalah pertemuan dua arus lalu lintas


atau lebih yang berjalan menurut arah yang sama sepanjang
suatu lintasan di jalan raya tanpa bantuan rambu lalu lintas.
Gerakan ini sering terjadi pada suatu kendaraan yang berpindah
dari suatu jalur ke jalur lain misalnya pada saat kendaraan masuk
ke suatu jalan raya dari jalan masuk, kemudian bergerak ke jalur
lainnya akan menimbulkan titik konflik pada persimpangan
tersebut
PERSIMPANGAN

semua pergerakan arus lalu lintas dari setiap


lengen persimpangan akan menghasilkan 16
titik konflik yang bersilang (crossing), 8 titik
konflik bergabung (merging), dan 8 titik
konflik memisah (diverging)
ALASAN DIPERGUNAKAN SINYAL LALU
LINTAS
• Untuk menghindari kemacetan di persimpangan akibat adanya konflik
antar arus lalu lintas, sehingga kapasitas persimpangan dapat
dipertahankan bahkan selama kondisi lalu lintas puncak.
• Memberikan kesempatan kepada kendaraan dari minor road untuk
memotong arus kendaraan dari major road.
• Untuk mengurangi jumlah kecelakaan lalu lintas di ruang persimpangan
JENIS PENANGANAN PERSIMPANGAN

• Untuk suatu persimpangan yang pergerakan arus lalu lintas dari setiap lengan
persimpangan cukup rendah, penanganan persimpangan yang dapat dilakukan
adalah dengan perimpangan sebidang tanpa perlunya pengaturan lampu lalu lintas,
yaitu:
• Pengaturan prioritas (priority junction)
• Pengaturan kanalisasi
• Pengaturan rambu dan marka
• Pengaturan bundaran (roundabout)
PRIORITAS (PRIORITY JUNCTION)

• Pada sebuah persimpangan sebidang dengan pengaturan prioritas (priority junction) terdapat 2 (dua) jenis kategori jalan,
yaitu: lengan persimpangan utama ( major) dan lengan persimpangan tidak-utama (minor). Lengan persimpangan utama
(major) biasanya mempunyai kapasitas yang lebih besar dan kecepatan yang lebih tinggi relatif terhadap lengan
persimpangan tidak-utama (minor).
• Pada persimpangan prioritas, kendaraan pada jalan utama (jalan mayor) selalu mempunyai prioritas yang lebih tinggi dari
pada semua kendaraan-kendaraan yang bergerak pada jalan-jalan kecil (minor) lainnya.
• Jalan-jalan kecil dan jalan utama harus jelas ditentukan dengan menggunakan marka-marka jalan dan rambu-rambu lalu
lintas (Abubakar, 1990).
• Jenis persimpangan ini dapat bekerja dengan baik untuk lalu lintas yang volumenya rendah, tetapi dapat menyebabkan
timbulnya hambatan yang panjang bagi lalu lintas yang bergerak pada jalan kecil apabila arus lalu lintas pada jalan
utama tinggi. Apabila ini terjadi, maka para pengemudi mulai dihadapkan kepada resiko dan kecelakaan.
MAJOR ROAD AND MINOR ROAD
MAJOR ROAD AND MINOR ROAD
PENGATURAN KANALISASI

• Penanganan persimpangan sebidang dengan pengaturan kanalisasi bertujuan untuk memisah lajur
lalu lintas yang bergerak lurus dengan lajur lalu lintas membelok (kiri dan kanan) sehingga
pergerakan lalu lintas dapat lebih mudah dan aman bergerak di ruang persimpangan.
• Bentuk pemisah tersebut dapat berupa marka jalan atau pulau (island) lalu lintas.
• kanalisasi yaitu sistem pengendalian lalu-lintas dengan menggunakan pulau atau marka.
• Unsur yang penting menganalisasi (mengarahkan) kendaraan-kendaraan ke dalam lintasan-
lintasan yang bertujuan untuk mengendalikan dan mengurangi titik-titik dan daerah konflik.
• Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan marka-marka jalan, paku-paku jalan (roads suds),
median-median, dan pulau-pulau lalulintas yang timbul.
KANALISASI
CONTOH KANALISASI
PENGATURAN RAMBU DAN MARKA

• Penanganan persimpangan sebidang dengan pengaturan rambu dan marka


mempunyai tujuan agar pergerakan kendaraan dari lengan persimpangan tidak-
utama (minor) memberikan prioritas atau kesempatan bergerak bagi arus
kendaraan pada lengan persimpangan utama (major).
• Hal ini dapat dilakukan dengan memasang rambu beri-kesempatan (give-way sign)
yang diletakkan pada lengan persimpangan tidak-utama (minor) atau dengan
memasang rambu berhenti (stop sign) sehingga mengharuskan kendaraan pada
lengan persimpangan tidak-utama (minor) berhenti terlebih dahulu sebelum
memasuki ruang persimpangan.
RAMBU
RAMBU DAN MARKA
RAMBU
BUNDARAN (ROUNDABOUT)

• Jika volume arus kendaraan pada lengan persimpangan tidak-utama (minor) relatif jauh lebih kecil dibandingkan dengan volume pada lengan
persimpangan utama (major), maka jenis penanganan persimpangan yang cocok adalah persimpangan sebidang dengan pengaturan prioritas,
pengaturan kanalisasi, atau pengaturan rambu dan marka.
• Sedangkan jika volume arus kendaraan pada lengan persimpangan tidak-utama semakin membesar, maka jenis penanganan yang lebih cocok
adalah pengaturan bundaran (roundabout) atau dengan pengaturan persimpangan berlampu lalu lintas.
• Penanganan persimpangan sibidang dengan pengaturan bundaran (roundabout) mengasumsikan bahwa arus jalan di bundaran merupakan
lengan persimpangan utama (major) sedangkan ruas jalan pada lengan bundaran merupakan lengan persimpangan tidak-utama (minor).
• Persyaratan utama bagi berfungsinya penanganan persimpangan sebidang dengan pengaturan bundaran adalah menjamin pergerakan arus
kendaraan pada ruas jalan di bundaran tidak boleh terlambat. Karena jika terlambat, maka seluruh sistem pergerakan pada bundaran
tersebut akan terlambat total. Hal ini dapat dilakukan dengan memberlakukan aturan bahwa kendaraan dari setiap lengan bundaran (minor).
• Aturan inilah yang akan menjamin pergerakan kendaraan pada arus jalan bundaran tidak terlambat.
BUNDARAN (ROUNDABOUT)
BUNDARAN (ROUNDABOUT)
BUNDARAN (ROUNDABOUT)
DISKUSI

• Buatlah Kelompok max 4 orang


• Diskusikan tentang permasalahan sebuah simpang
• Lalu maju untuk memberikan pemaparannya
• Topik: persimpangan pada kota sukabumi atau kabupaten sukabumi
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai