0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
46 tayangan17 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang karakteristik arus lalu lintas di simpang, meliputi pengantar tentang persimpangan, pengguna jalan, tipe persimpangan, bentuk persimpangan, dan hirarki persimpangan. Dokumen ini menjelaskan berbagai aspek yang perlu dipertimbangkan dalam merancang simpang, seperti jenis konflik lalu lintas, kapasitas untuk berbagai pengguna jalan, dan faktor-faktor yang menentukan bentuk simpang
Dokumen tersebut membahas tentang karakteristik arus lalu lintas di simpang, meliputi pengantar tentang persimpangan, pengguna jalan, tipe persimpangan, bentuk persimpangan, dan hirarki persimpangan. Dokumen ini menjelaskan berbagai aspek yang perlu dipertimbangkan dalam merancang simpang, seperti jenis konflik lalu lintas, kapasitas untuk berbagai pengguna jalan, dan faktor-faktor yang menentukan bentuk simpang
Dokumen tersebut membahas tentang karakteristik arus lalu lintas di simpang, meliputi pengantar tentang persimpangan, pengguna jalan, tipe persimpangan, bentuk persimpangan, dan hirarki persimpangan. Dokumen ini menjelaskan berbagai aspek yang perlu dipertimbangkan dalam merancang simpang, seperti jenis konflik lalu lintas, kapasitas untuk berbagai pengguna jalan, dan faktor-faktor yang menentukan bentuk simpang
A. Pengantar Simpang 1. Persimpangan Persimpangan adalan suatu area tempat bertemunya dua atau lebih ruas jalan bergabung. Persimpangan mencakup area fasilitas yang dibutuhkan untuk semua pengguna jalan; pejalan kaki, sepeda, kendaraan bermotor, dan kendaraan penumpang umum. Selain pertemuan jalan, di suatu persimpangan juga terjadi pertemuan pergerakan yang disebut konflik lalu lintas. Konflik lalu lintas dibagi 2: a) Konflik primer, konflik yang terjadi antara arus yang memotong b) Konflik sekunder, konflik yang terjadi antara arus yang membelok dan arus yang lainnya Sketsa konflik primer dan sekunder pada simpang empat Berdasarkan bentuk dasar pergerakannya konflik dibedakan menjadi: 1. Crossing (C), konflik yang timbul akibat pergerakan yang berpotongan 2. Diverging (D), konflik yang timbul akibat pergerakan yang menyebar 3. Merging (M), konflik yang timbul akibat pergerakan yang saling bertemu 4. Weaving (W), konflik yang timbul akibat pergerakan yang bertemu dalam satu ruas yang kemudian menyebar dengan berpindah jalur Titik konflik pada simpang tiga 2. Pengguna Jalan Pengguna jalan di persimpangan, meliputi; pejalan kaki, pesepeda, kendaraan bermotor serta kendaraan penumpang angkutan umum. ◦ a) Pejalan kaki ◦ (1). Tempat penyeberangan sebidang bagi pejalan kaki ◦ (2). Kecepatan berjalan pejalan kaki ◦ (3). Kapasitas arus pejalan kaki ◦ (4). Kontrol lalu lintas ◦ b) Pesepeda ◦ (1). Jika fasilitas jalur sepeda ada, desain perlu memastikan bahwa pengendara sepeda dapat bergabung ke lokasi yang tepat berdasarkan tujuan yang diinginkan oleh pengendara sepeda ◦ (2). Kecepatan operasi pesepeda di persimpangan rata-rata 15 mil per jam dapat diasumsikan berada di jalan utama ◦ (3). Kapasitas sepeda ◦ (4). Kontrol Lalu Lintas ◦ c) Kendaraan Bermotor ◦ (1). Kendaraan rencana ◦ (2). Kecepatan ◦ (3). Kapasitas ◦ (4). Kontrol Lalu Lintas ◦ d) Angkutan Umum ◦ Kendaraan rencana untuk kendaraan penumpang umum yang sesuai dengan layanan kawasan perkotaan adalah "City-Bus". Kendaraan ini panjangnya 40 kaki, lebarnya 8 kaki, dan memiliki jalur roda belakang dan dalam yang membalik masing-masing 42,0 kaki dan 24,5 kaki. Bus "mid-size", yang biasanya menampung 22 sampai 28 penumpang. ◦ Pemberhentian kendaraan bus umum sering kali terletak di persimpangan, baik sebagai pemberhentian di dekat sisi pendekat persimpangan atau sebagai pemberhentian jauh di kaki keberangkatan persimpangan. ◦ Sebuah halte bus, entah di sisi dekat atau jauh, membutuhkan ruang trotoar hingga jarak 50 sampai 70 kaki yang tidak terbebani oleh tempat parkir. Penumpang biasanya membutuhkan 4 sampai 6 detik per orang untuk naik bus, dan 3 sampai 5 detik untuk turun. 3. Tipe Persimpangan Tipe persimpangan ditentukan oleh jumlah kaki persimpangan dan sudut pertemuan dari kaki persimpangannya, seperti; a) Pertemuan tiga kaki persimpangan/ruas jalan tidak saling tegak lurus, disebut tipe persimpangan Y. b) Pertemuan tiga kaki persimpangan/ruas jalan saling tegak lurus, disebut tipe persimpangan T. c) Pertemuan empat kaki persimpangan/ruas jalan saling tegak lurus, disebut tipe persimpangan X. d) Pertemuan kaki persimpangan/ruas jalan lebihn empat, disebut persimpangan lima, persimpangan enam dan seterusnya atau disebut dengan persimpangan berkaki banyak. 4. Bentuk Persimpangan Ada beberapa bentuk persimpangan yang masing masing jenis tersebut sangat ditentukan oleh pembebanan volume lalu lintasnya yang diramalkan di ruas jalan (kaki simpang), maka jenis persimpangan yang secara hirarki dimulai dari pembebanan lalu lintas yang ringan sampai yang berat (padat) atau yang paling sederhana sampai komplek, adalah jenis: a) Persimpangan prioritas (tidak bersinyal). b) Bundaran. c) Persimpangan yang dikendalikan oleh isyarat lampu lalu lintas (APILL). d) Persimpangan tidak sebidang atau persimpangan susun. Untuk menentukan jenis persimpangan yang merupakan fungsi dari besaran volume lalu lintas di ruas/kaki persimpangan antara mayor dan minor, seperti ditunjukkan pada Gambar 5. Faktor lain untuk pemilihan bentuk persimpangan untuk dipertimbangkan, seperti; kelas jalan dan konfigurasi lajur terutama ketika volume lalu lintas mendekati batas kapasitas persimpangan, volume pejalan kaki yang tinggi, seringnya kejadian kecelakaan menuntut adanya pengaturan dengan sinyal. Selain dari pada tersebut di atas, faktor kendali lalu lintas yang terkoordinasi sepanjang jalur menjadi penentu pemilihan jenis persimpangan sesuai dengan jenis dari persimpangan yang berurutan. Persimpangan tak sebidang digunakan untuk volume lalu lintas sangat tinggi dengan pengaruh yang sangat kecil terhadap lalu lintas yang menerus. Persimpangan ini disediakan untuk semua akses penuh jalan yang diatur dan harus dipertimbangkan untuk jalan dengan kecepatan rencana lebih dari 90 km/jam. 5. Hirarki Persimpangan Berurutan Jalan minor yang berdekatan menciptakan persimpangan berurutan di jalan utama. Simpang yang berurutan ini harus diperlakukan sebagai berikut: a) Jalan lokal tidak boleh terhubung secara langsung kepada jalan utama, tetapi harus terhubung ke jalan kolektor atau digabungkan menjadi satu kemudian dihubungkan dengan jalan utama pada suatu lokasi yang tepat. b) Jalan lokal tidak boleh terhubung dengan jalan utama dekat persimpangan yang utama pula. Jika keadaan ini tidak terelakkan, hanya pergerakan belok kiri yang diperbolehkan. Belok kanan dari jalan utama dan dari persimpangan harus secara phisik dicegah dengan median ber-kereb yang menerus dan pemodelan kembali arah masuk menuju jalan minor. c) Ketika suatu jalan utama yang baru sedang direncanakan atas suatu jaringan jalan yang ada, koordinasi dan penyesuaian di tata letak dan pengaturan jarak persimpangan persimpangan yang akan diciptakan sepanjang jalan raya harus dilakukan. Penempatan jalan yang ada dan kendali lalu lintas sistematis mungkin diperlukan. z Thank You