Anda di halaman 1dari 17

Karakteristik

Arus Lalu Lintas


di Simpang
Prodi Perancangan Jalan dan Jembatan

Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Kupang

Zulfiani AR, S.T., M.T.


A. Pengantar Simpang
1. Persimpangan
Persimpangan adalan suatu area tempat bertemunya dua atau lebih ruas jalan bergabung.
Persimpangan mencakup area fasilitas yang dibutuhkan untuk semua pengguna jalan; pejalan
kaki, sepeda, kendaraan bermotor, dan kendaraan penumpang umum. Selain pertemuan jalan,
di suatu persimpangan juga terjadi pertemuan pergerakan yang disebut konflik lalu lintas.
Konflik lalu lintas dibagi 2:
a) Konflik primer, konflik yang terjadi antara arus yang memotong
b) Konflik sekunder, konflik yang terjadi antara arus yang membelok dan arus yang lainnya
Sketsa konflik primer dan sekunder
pada simpang empat
Berdasarkan bentuk dasar pergerakannya konflik dibedakan menjadi:
1. Crossing (C), konflik yang timbul akibat pergerakan yang berpotongan
2. Diverging (D), konflik yang timbul akibat pergerakan yang menyebar
3. Merging (M), konflik yang timbul akibat pergerakan yang saling bertemu
4. Weaving (W), konflik yang timbul akibat pergerakan yang bertemu dalam satu ruas yang
kemudian menyebar dengan berpindah jalur
Titik konflik pada simpang tiga
2. Pengguna Jalan
Pengguna jalan di persimpangan, meliputi; pejalan kaki, pesepeda, kendaraan bermotor serta
kendaraan penumpang angkutan umum.
◦ a) Pejalan kaki
◦ (1). Tempat penyeberangan sebidang bagi pejalan kaki
◦ (2). Kecepatan berjalan pejalan kaki
◦ (3). Kapasitas arus pejalan kaki
◦ (4). Kontrol lalu lintas
◦ b) Pesepeda
◦ (1). Jika fasilitas jalur sepeda ada, desain perlu memastikan bahwa pengendara sepeda
dapat bergabung ke lokasi yang tepat berdasarkan tujuan yang diinginkan oleh
pengendara sepeda
◦ (2). Kecepatan operasi pesepeda di persimpangan rata-rata 15 mil per jam dapat
diasumsikan berada di jalan utama
◦ (3). Kapasitas sepeda
◦ (4). Kontrol Lalu Lintas
◦ c) Kendaraan Bermotor
◦ (1). Kendaraan rencana
◦ (2). Kecepatan
◦ (3). Kapasitas
◦ (4). Kontrol Lalu Lintas
◦ d) Angkutan Umum
◦ Kendaraan rencana untuk kendaraan penumpang umum yang sesuai dengan layanan
kawasan perkotaan adalah "City-Bus". Kendaraan ini panjangnya 40 kaki, lebarnya 8 kaki,
dan memiliki jalur roda belakang dan dalam yang membalik masing-masing 42,0 kaki dan
24,5 kaki. Bus "mid-size", yang biasanya menampung 22 sampai 28 penumpang.
◦ Pemberhentian kendaraan bus umum sering kali terletak di persimpangan, baik sebagai
pemberhentian di dekat sisi pendekat persimpangan atau sebagai pemberhentian jauh di
kaki keberangkatan persimpangan.
◦ Sebuah halte bus, entah di sisi dekat atau jauh, membutuhkan ruang trotoar hingga jarak 50
sampai 70 kaki yang tidak terbebani oleh tempat parkir. Penumpang biasanya
membutuhkan 4 sampai 6 detik per orang untuk naik bus, dan 3 sampai 5 detik untuk
turun.
3. Tipe Persimpangan
Tipe persimpangan ditentukan oleh jumlah kaki persimpangan dan sudut pertemuan dari kaki
persimpangannya, seperti;
a) Pertemuan tiga kaki persimpangan/ruas jalan tidak saling tegak lurus, disebut tipe
persimpangan Y.
b) Pertemuan tiga kaki persimpangan/ruas jalan saling tegak lurus, disebut tipe persimpangan T.
c) Pertemuan empat kaki persimpangan/ruas jalan saling tegak lurus, disebut tipe
persimpangan X.
d) Pertemuan kaki persimpangan/ruas jalan lebihn empat, disebut persimpangan lima,
persimpangan enam dan seterusnya atau disebut dengan persimpangan berkaki banyak.
4. Bentuk Persimpangan
Ada beberapa bentuk persimpangan yang masing masing jenis tersebut sangat ditentukan oleh
pembebanan volume lalu lintasnya yang diramalkan di ruas jalan (kaki simpang), maka jenis
persimpangan yang secara hirarki dimulai dari pembebanan lalu lintas yang ringan sampai yang
berat (padat) atau yang paling sederhana sampai komplek, adalah jenis:
a) Persimpangan prioritas (tidak bersinyal).
b) Bundaran.
c) Persimpangan yang dikendalikan oleh isyarat lampu lalu lintas (APILL).
d) Persimpangan tidak sebidang atau persimpangan susun.
Untuk menentukan
jenis persimpangan
yang merupakan
fungsi dari besaran
volume lalu lintas
di ruas/kaki
persimpangan
antara mayor dan
minor, seperti
ditunjukkan pada
Gambar 5.
Faktor lain untuk pemilihan bentuk persimpangan untuk dipertimbangkan, seperti; kelas jalan
dan konfigurasi lajur terutama ketika volume lalu lintas mendekati batas kapasitas
persimpangan, volume pejalan kaki yang tinggi, seringnya kejadian kecelakaan menuntut adanya
pengaturan dengan sinyal.
Selain dari pada tersebut di atas, faktor kendali lalu lintas yang terkoordinasi sepanjang jalur
menjadi penentu pemilihan jenis persimpangan sesuai dengan jenis dari persimpangan yang
berurutan.
Persimpangan tak sebidang digunakan untuk volume lalu lintas sangat tinggi dengan pengaruh
yang sangat kecil terhadap lalu lintas yang menerus. Persimpangan ini disediakan untuk semua
akses penuh jalan yang diatur dan harus dipertimbangkan untuk jalan dengan kecepatan
rencana lebih dari 90 km/jam.
5. Hirarki Persimpangan
Berurutan Jalan minor yang berdekatan menciptakan persimpangan berurutan di jalan utama. Simpang
yang berurutan ini harus diperlakukan sebagai berikut:
a) Jalan lokal tidak boleh terhubung secara langsung kepada jalan utama, tetapi harus terhubung ke
jalan kolektor atau digabungkan menjadi satu kemudian dihubungkan dengan jalan utama pada
suatu lokasi yang tepat.
b) Jalan lokal tidak boleh terhubung dengan jalan utama dekat persimpangan yang utama pula. Jika
keadaan ini tidak terelakkan, hanya pergerakan belok kiri yang diperbolehkan. Belok kanan dari jalan
utama dan dari persimpangan harus secara phisik dicegah dengan median ber-kereb yang menerus
dan pemodelan kembali arah masuk menuju jalan minor.
c) Ketika suatu jalan utama yang baru sedang direncanakan atas suatu jaringan jalan yang ada, koordinasi
dan penyesuaian di tata letak dan pengaturan jarak persimpangan persimpangan yang akan diciptakan
sepanjang jalan raya harus dilakukan. Penempatan jalan yang ada dan kendali lalu lintas sistematis
mungkin diperlukan.
z
Thank You

Anda mungkin juga menyukai